PETUNJUK PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA & PENYAKIT TUMBUHAN TERPADU
OLEH: TIM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN 2017
MODUL1 KONSEP PHT
1
PENDAHULUAN Latar belakang Konsep PHT adalah UURI NO : 12 Tahun 1992. Tentang sistem Budidaya Tanaman didalam undang-ungdang tersebut Pasal 20 menetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Salah satu Konsep bertani berkelanjutan dipersawaan secara Organik adalah dengan melaksanakan/ menerapkan Metode PHPT (Pengendalian Hama & Penyakit Terpadu), untuk meningkatkan produksi dengan upaya yaitu: memanfaatkan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan, relatif murah, mudah diperolehnya, juga untuk memperbaiki struktur maupun kondisi lahan persawahan secara berkesinambungan. Konsep ini muncul karena adanya efek sampingan penggunaan Pestisida yang berlebihan (resistensi,resurgensi, kematian serangga bukan sasaran, timbulnya hama sekunder) Artinya dengan ber-”PHT” kita bukan saja dapat mempertahankan tingkat produktivitas yang tinggi tetapi juga meningkatkan struktur dan kondisi lahan sawah serta membaiknya lingkungan hidup biotik di persawahan. Dengan semakin membaiknya sistem lingkungan hidup biotik berarti semakin dapat ditekan resiko kerusakan akibat serangan hama dan penyakit karena setiap hama padi akan muncul musuh alaminya (MA). Tujuan Praktikum PHPT adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keahlian mahasiswa dalam menganalisis data dan informasi agroekosistem. 2. Mensosialisasikan dan melembagakan penerapan PHT dalam pengelolaan usahatani. 3. Pelaksannaan dilakukan di Laboratorium secara Simulasi & di Lapang/Persawaan.
2
SIMULASI PHT TANAMAN PADI Empat unsur PHT 1. Pengendalian Alamiah
memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi populasi hama 2. AE (Ambang Ekonomi) dan TKE (Tingkat Kerusakan Ekonomi) untuk mengetahui kapan pengendalian dilakukan 3. Monitoring
mengamati secara berkala populasi hama dan
musuh alaminya 4. Biologi dan ekologi
untuk tanaman, musuh alami, dan hama
PROSES BELAJAR MELALUI PENGALAMAN SECARA SIMULASI EKOSISTEM PERTANIAN (LAHAN BELAJAR) 1.Pengambilan sampel tanaman (Metode Diagonal, Acak, Sistematik)
PEMANTAUAN/PENGAMATAN (Mahasiswa mengamati lahan) 1.Racun dalam ekosistem sawah 2.Mengenal hama dan penyakit padi 3.Mengenal musuh alami (Parasit dan Predator) ANALISA EKOSISTEM (Mengungkapkan hasil pengamatan dgn menggambar dan menganalisis bersama) 1.Rumah Serangga 2.Koleksi serangga dan penyakit 3.Siklus hidup dan jaring-jaring makanan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Tindakan yang perlu dilakukan terhadap ekosistem) YA / TIDAK
1. Pengendalian Hama 2. Pengendalian Penyakit
TINDAKAN PENGENDALIAN (Yang perlu diterapkan)
3
4
MODUL 2 PENCARIAN TOPIK-TOPIK MENGENAI PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT SECARA TERPADU (PHPT) MENGGUNAKAN INTERNET SECARA ONLINE Pendahuluan Internet singkatan dari "interconnection-networking" adalah sebuah sistem global jaringan komputer yang saling menghubungkan antara satu dengan yang lain di seluruh penjuru dunia dengan menggunakan standart Internet Protocol Suite. Pada umumnya Internet digunakan untuk bisa terhubung dengan jaringan komputer di seluruh dunia dan sebagai media komunikasi. Internet mempunyai banyak kegunaan yang menguntungkan dalam berbagai bidang (bisnis, akademis, pemerintahan, organisasi, dsb) . Sedangkan menurut segi ilmu pengetahuan, internet adalah sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio maupun animasi dan lain lain dalam bentuk media elektronik. Semua orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja serta dari mana saja, jika dilihat dari segi komunikasi, internet adalah sarana yang sangat efektif dan efesien untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh maupun jarak dekat, seperti di dalam lingkungan perkantoran, tempat pendidikan, atapun instansi terkait. Kegunaan internet antara lain:
Informasi yang didapatkan lebih cepat dan murah dengan menggunakan berbagai aplikasi antara lain : email, NewsGroup, www, FTP. Dll Mengurangi biaya kertas dan biaya distribusi, contoh : koran, majalah dan brosur. Sebagai media promosi, contoh : pengenalan dan pemesanan produk. Komunikasi interaktif, meliputi : email, dukungan pelanggan dengan www, video,conferencing, internet relay chat, internet phone. Sebagai alat untuk research dan development. Pertukaran data
Internet sebagai sumber informasi tentang pengelolaan hama penyakit terpadu akan sangat membantu dan mempermudah
atau mempercepat suatu pemecahan masalah hama
penyakit yang timbul di lapangan. Diharapkan pratikan bisa lebih banyak mendapatkan wawasan dengan cara memanfaatkan internet secara baik. Tujuan Praktikum: Kegiatan pada pratikum ini ditekankan pada pengenalan topik-topik yang berkaitan dengan pengelolaan hama penyakit tanaman secara terpadu melalui browsing internet. Situs-situs yang dapat digunakan untuk pencarian tersebut diantaranya: www.google.com; yahoo.com; msn.com dan lain sebagainya. Dalam melakukan penelusuran informasi secara online diperlukan pengetahuan serta ketrampilan dalam penentuan kata kunci (keyword) atau frase kunci (keyphrase). Kata kunci maupun frase kunci yang digunakan akan sangat menentukan hasil penelusuran yang akan didapat dimana harus dipilih sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan pendekatan yang terbaik terhadap informasi yang diinginkan. 5
Tugas 1.
2.
Setiap pratikan mencari 10 artikel tentang PHT melalui internet, selanjutnya artikel tersebut diedit dan diformat dalam bentuk words dan disusun menjadi suatu makalah . Tugas tersebut dikumpulkan pada saat ujian akhir semester. Pengumpulan tugas dilakukan memalui email dengan menyebutkan nama dan NPM ke alamat email dosen / asisten masing-masing.
6
MODUL 3 PENGAMBILAN SAMPEL TANAMAN
Pendugaan terhadap populasi suatu hama dengan ketepatan yang tinggi sangat diperlukan dalam usaha pemberantasan hama. Untuk memperoleh dugaan mengenai populasi hama lebih banyak dilakukan dengan cara menghitung individu daripada dengan cara mengukur. Umumnya kita tidak mungkin menghitung seluruh individu pada habitatnya, oleh sebab itu perlu pendugaan populasi melalui penarikan contoh. Metode penarikan contoh yang dipergunakan banyak macamnya, tergantung pada jenis tanaman dan sifatsifat dari hama. Sifat-sifat hama yang perlu diketahui yaitu penyebaran dan cara hidupnya. Metode penarikan contoh apapun yang dipergunakan, ada dua syarat yang perlu diperhatikan, yaitu praktis dan dapat dipercaya. Hasil pendugaan populasi yang tepat dapat diperoleh apabila Dilakukan pada populasi yang homogen. Empat metode penarikan contoh yaitu contoh acak sederhana, contoh sistematik dua dimensi, contoh acak pada diagonal, dan lima group contoh pada diagonal dikenakan pada dua petak Pertanaman kedelai. Dua metoda yang terakhir, untuk selanjutnya akan disebut metoda diagonal I dan diagonal II.
Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui cara Pengambilan Sampel tanaman dan Pendugaan Populasi hama tanaman.
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain yaitu : Petak Percobaan Alat tulis menulis Ajir Sedangkan bahan praktikum yang digunakan antara lain yaitu : Tanaman Serangga (Hama dan Musuh Alami) Kapas, Alkohol 70% , Kantung Plastik Cara Kerja : Menyiapkan petak percobaan. 7
Menentukan/Menguji beberapa Metode pengambilan sampel pada petak percobaan dengan memberi tanda /ajir pada rumpun tanaman Mengumpulkan hama & Musuh Alami (MA) tanaman, Lakukan pengamatan/Identifikasi dikelompokkan sesesuai jenis serangganya (Musuh Alami & Hama). , ambil gambar dengan foto, Resitasi : Dari percobaan di atas tentukan Metode pengambilan sampel yang sesuai untuk pendugaan populasi Hama Tanaman Pangan.
8
MODUL 4 POLA SEBARAN SERANGGA
Permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani pada saat awal pengamatan (Early warning) pada sistem monitoring yang dilakukan secara berkala adalah menentukan berapa jumlah ukuran contohya ngoptimum. Pemecahan masalah ini dapat didasarkan Menurut Karandinos (1976)adalah tingkat kepercayaan yang banyak menguraikan mengenai ukuran contoh yang optimum untuk berbagai pola sebaran serangga di lapang. Jumlah individu dalam populasi akan selalu berubah mengikuti waktu. Pada populasi yang individunya menyebar secara acak/ Random. Sedangkan kenyataan yang ada Populasi hama di alam biasanya jarang sekali dijumpai menyebar secara acak. Umumnya mereka akan menyebar secara bergerombol / mengelompok/ Clumped. Sebaran serangga yang diperoleh dengan cara menghitung secara langsung biasanya akan lebih mudah jika sebaran serangga di lahan pertanaman itu secara merata/ Regular, artinya hampir disetiap rumpun tanaman kita menemukan populasinya walaupun dalam kuantitas yang kecil. Dengan mengetahui Sebaran serangga inidapatdipakaiuntukberanekaragamdata biologis, terutama untuk menganalisa data yang diperoleh dengan cara menghitung.
Tujuan Praktikum :
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sebenarnya model pola serangga / hama tanaman di lahan pertanaman.
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain yaitu : Petak Percobaan Alat tulis menulis Ajir Sedangkan bahan praktikum yang digunakan antara lain yaitu : Tanaman Serangga (Hama dan Musuh Alami) Kapas, Alkohol 70% , Kantung Plastik
9
Cara Kerja : Menyiapkan petak percobaan. Menentukan Metode pengambilan sampel pada petak percobaan dengan memberi tanda /ajir pada rumpun tanaman. Mengumpulkan/menghitung populasi hama & Musuh Alami (MA) tanaman, Mengamati Pola sebaran Hama dengan menvisualisasikan pada kertas kotak milimeter Mengambil gambar dengan foto, Resitasi :
Dari percobaan di atas bagaimana saudara menyimpulkan Metode pengambilan sampel yang sesuai dengan Pola sebaran serangga yang ada.
10
MODUL 5 TINGKAT KERUSAKAN DAN(AE) HAMA Perlindungan tanaman pangan mempunyai peranan penting dalam pemantapan produksi. Melalui usaha perlindungan tanaman yang tepat, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat dikendalikan sehingga tidak mengakibatkan kehilangan hasil yang berlebihan atau bahkan puso, dan mampu menjamin tercapainya potensi hasil yang diinginkan. Pedoman pengendalian OPT disusun dengan menggunakan konsep dan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan model simulasi untuk menduga tingkat populasi dan tingkat kerusakan tanaman yang di akibatkan oleh serangan Hama, dapat membantu petani dalam pengambilan keputuusan (Decisionmaker) untuk segera melakukan tindakan Pengendalian Hama di lapang
TujuanPraktikum:
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana menghitung tingkat serangan hama dan menentukan ambang ekonomi (AE)
AlatdanBahan: Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain yaitu : Petak Percobaan Alat tulis menulis Ajir Sedangkan bahan praktikum yang digunakan antara lain yaitu : Tanaman Serangga Hama Kapas, Alkohol 70% , Kantung Plastik Cara Kerja : Menyiapkan petak percobaan. Menentukan pengambilan sampel pada petak percobaan dengan memberi tanda/ajir pada rumpun tanaman Mengamati/menghitung tingkat kerusakan tanaman yang terserang hama tanaman, Mengambil gambar dengan foto, Resitasi : Dari hasil pengamatan di atas seandainya saudara sebagai pelaku/petani PHT untuk mengambil keputusan agar memperoleh hasil yang optimal. .
11
MODUL 6 PENDUGAAN TINGKAT SERANGAN / KEPARAHAN PENYAKIT DAN LAJU INFEKSI PENTAKSIRAN PENYAKIT Pentaksiran penyakit disebut pula dengan phytopathometry, yakni “pengukuran” penyakit yang dinyatakan dengan nilai x sebagai fraksi penyakit. Di dalam pengukuran penyakit tidak ada cara yang dianggap paling sesuai untuk semua penyakit tanaman, akan tetapi ada suatu strategi yang secara umum dapat digunakan untuk mengetahui luasnya serangan patogen. Pengamatan Penilaian Serangan Penyakit Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit tanaman disebut intensitas penyakit. Berbeda pada hama tanaman gejala kerusakan merupakan satusatunya sarana yang dapat dipergunakan untuk menentukan intensitas penyakit. Untuk menentukan tingkat serangan umumnya ditekankan pada berapa persen bagian jaringan tanaman yang rusak akibat penyakit. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa bagian tersebut secara otomatis tidak mampu melakukan fungsi fisiologis (fotosintesis). Secara normal agar memudahkan dalam mendapatkan cara pengukuran, maka dibuat grading dalam bentuk kategori atau klas grading, hendaknya dilakukan dengan cermat. Jumleh kelas jangan terlalu kecil karena bisa tak ada perbedaan kapasitasnya, dan jangan terlalu banyak karena membingungkan pengamat untuk memasukkan kelas tertentu. Ada beberapa cara untuk menentukan grading, yakni : 1. Skala penyakit, yaitu memberikan uraian verbal dan angka tentang kelas-kelas serangan yang berbeda. 2. Diagram standart, merupakan penjelasan secara rinci dari masing-masing kelas serangan dalam bentuk gambar. Oleh karena itu, sering pula disebut skala penyakit bergambar. 3. Kunci lapang, digunakan untuk mengamati bagian daun yang sakit secara cepat pada seluruh tanaman di lapangan. Setelah didapat hasil grading, maka perlu dimasukkan dalam rumus umum, untuk mendapatkan besarnya tingkat serangan, sebagai berikut : P = ∑ n. v / N. Z x 100 % P = tingkat serangan n = jumlah tanaman/ bagian tanaman dari tiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan N = jumlah tanaman/ bagian tanaman yang diamati Z = harga numerik dari kategori serangan (Sastrahidayat, 1997)
Banyak kunci dan diagram telah dipubilikasi yang terkenal adalah skala Feekes pada gandum dan biji-bijian lain, yang ditemukan oleh Feekes (1941) dan diilustrikan oleh large (1954) seperti terdapat pada Tabel 3.
Juga FAO dalam Chiarappa (1971) telah
mempublikasikan suatu koleksi metoda pentaksiran penyakit pada sejumlah penyakit. Indikasi fenologi tanaman seringkali diperlukan di dalam peramalan penyakit dan prediksi 12
kehilangan hasil dimana telah disederhanakan dengan menggunakan kunci atau skala dan diagram standard fase pertanaman. Large (1996) menyebutkan beberapa persyaratan diantaranya adalah: a) Pengkajian deskripsi morfologi dan lamanya perkembangan tanaman sehat dari pembibitan sampai panen, atau dari musim ke musim tanam berikutnya. b) Pengkajian lamanya penyakit pada tanaman di lapangan dengan semua kisaran serangan.
Koleksi penting sebagai referensi seperti hasil menggambar, sketsa,
catatan dan pengukuran yang berasal dari pengamatan tanaman sehat dan sakit yang disebut “prelimiminary portofolia”. c) Hasil gambar dengan bantuan preliminary portofolio untuk diagram standard atau kunci lapang di dalam pentaksiran penyakit penyakit, dan selanjutnya sebagai kunci sederhana dapat digunakan oleh semua peneliti. d) Pelaksanaan pengujian lapangan yang berkesinambungan selama beberapa tahun yang menghasilkan kurva perkembangan penyakit digunakan untuk memetakkan kurva tersebut terhadap kunci lapangan.
Selanjutnya pencatatan hasil sesuai
dengan plot-plot yang dikondisikan menurut tanamnya.
Disamping itu diberikan
pembanding dengan menggunakan jumlah plot yang sama dan bebas penyakit dengan menggunakan jumlah plot yang sama dan bebas penyakit dengan penggunaan fungisida secara intensif.
Contoh Fase pertumbuhan pada tanaman gandum
Tujuan Praktiikum:
13
Praktikum ini bertujuan untuk melatih ketrampilan praktikan membuat diagram pertumbuhan tanaman dan memberikan kode setiap fase pertumbuhan tanaman untuk digunakan sebagai dasar pentaksiran nilai penyakit. Alat dan bahan: Alat: Kertas folio, pensil, penggaris, jangka sorong, kertas milimeter, plastik transparan Bahan: Tanaman preparat pada berbagai fase pertumbuhan Cara kerja 1. Pratikan menggambar
sketsa karakteristik
fase perkembangan tanaman inang.
Fase-fase yang mudah dibedakan dicatat dan diberi kode. Untuk mengetahui mudah tidaknya membedakan perlu diuji dengan menanyakan pada orang lain baik yang sudah terlatih maupun belum. Pemilihan yang teliti dan menggambar ulang dapat mengurangi preliminary potofolio yang besar menjadi skala yang sederhana dan standard diagram untuk melakukan pentaksiran secara cepat terhadap fase pertanaman. 2. Pratikan mengukur panjang dan lebar, menghitung hasilnya, dan mengkoeksi dengan mengalikan dengan factor koreksi untuk setiap bentuk daun yang ditentukan dengan peneltian terpisah. Membandingkan daun dengan diagram area standard dengan ukuran daun yang dirancang untuk tujuan tersebut. 3. Pratikan Memperkirakan
luas daun dengan cara mengkaliberasikan grid yang
dicetak pada bahan transparan. Semua metode di atas tidak merusak dengan kata lain pengukuran dapat dilakukan ditempat dan dapat diulang menurut interval tertentu, karena tanaman dan daun yang diukur tetap tidak rusak.
14
MODUL 7 PENTAKSIRAN PERSEN INFEKSI DAN INTENSITAS SERANGAN Persyaratan dasar di dalam penaksiran penyakit
adalah harus mempunyai
keakuratan yang praktis dimana dapat digunakan untuk membandingkan dari satu peneliti ke peneliti lain, dari suatu tempat ke tempat lain dari satu musim ke musim lain. Metode pentaksiran penyakit harus memmenuhi hal-hal sebagai berikit: 1)dapat mengukur persen infeksi dan intensitas serangan 2) menghasilkan pengukuran yang obyektif sehingga hasilnya dapat dibandingkan dari satu peneliti ke peneliti lain dengan waktu yang berbeda 3) sederhana dan cepat untuk digunakan 4) sesuai dengan fase pertanaman inang. Gejala sistematik yang ditunjukkan oleh matinya tanaman secara cepat atau penyakit menunjukkan besarnya kernya kerusakan sama pada sebagian besar tanaman, maka pengukuran dapat dinyatakan dengan persen tanaman yang menunjukkan gejala dan kerusakan. Sedangkan untuk gejala yang ditunjukkan oleh tanaman dengan besar yang tidak sama di antara tanaman, maka pentaksiran penyakit dilakukan dengan menyatakan intensitas serangan pada setiap tanaman atau bagian tanaman. Kunci pentaksiran penyakit menurut Large (1966) tergantung kepada keputusan visual dan karena mata manusia menentukan nilai gejala penyakit secara logaritmik, maka berbagai modifikasi skala persen diusahakan menggunakan intensitas serangan.
Lebih
lanjut mata cenderung mentaksir luas penyakit apabila lebih besar dari 50% , maka mata cenderung memperkirakan jaringan yang sehat. Indeks penyakit dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan pentaksiran penyakit setiap tanaman dan dibagi dengan jumlah tanaman yang diukur.
Contoh diagram penyakit pada daun kentang
15
Contoh grading pada tanaman seralia
Contoh diagram penyakit pada daun tanaman kacang
Tujuan Praktikum: Praktikum ini bertujuan untuk melatih praktikan membuat diagram penyakit secara skematik dan menentukan skala tingkat serangannya. Alat dan bahan: Alat: Kertas folio, pensil, penggaris, jangka sorong, kertas milimeter, plastik transparan
16
Bahan: Tanaman preparat pada berbagai fase pertumbuhan
Cara Kerja 1. Praktikan mengambil beberapa sampel tanaman/ bagian tanaman yang mewakili fase perkembangan tanaman 2. Amati besarnya jaringan yang rusak dan buatlah penilaian kerusakan secara kualitatif dengan menggunakan persen kerusakan 3. Buatlah diagram/gambar dari kerusakan masing-masing fase pertumbuhan 4. Buatlah skala kerusakan untuk menentukan kategori serangan pada masingmasing fase pertumbuhan 5. Buatlah kesimpulan dari hasil penilaian kerusakan tanaman (apakah semua fase mempunyai kategori sama) !
17
MODUL 8 PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUKURAN INFEKSI/KERUSAKAN TANAMAN
PENDAHULUAN Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. a. Tehnik Sampling secara Acak Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel? Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri. 1.
2.
3.
4.
5.
Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Cluster Sampling atau Sampel Gugus Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen, maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis. Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Area Sampling atau Sampel Wilayah 18
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. (Mustofa, 2000) b.
Teknik Sampling Terpilih Yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling. 1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan. Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau jugacaptive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif. 2. Purposive Sampling Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling. 3. Judgment Sampling Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment samplingumumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”. 4. Quota Sampling Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. (Mustofa, 2000). Tujuan Praktikum : Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih praktikan mengenal teknik-teknik pengambilan sampel di lapangan
Alat dan bahan: Alat: Alat tulis, tali rafia, kamera, meteran Bahan: Tanaman preparat pada berbagai fase pertumbuhan
19
Cara kerja: 1. Pratikan pergi ke lapangan , amati luas lahan dan pilihlah lahan yang akan diambil sampelnya 2. Amati pola serangan patogen dan tentukan homogenitas serangannya 3. Tentukan variabel populasi yang akan diamati . 4. Tentukan teknik pengambilan sampelnya serta jumlah sampelnya. 5. Beri kesimpulan pada teknik pengambilan sampel yang paling sesuai pada kasus yang dihadapi di lapangan
20
MODUL 9 MENENTUKAN POLA SEBARAN /DISTRIBUSI SERANGAN PENDAHULUAN Tanaman atau hewan dalam beberapa area geografi menyebar kira-kira satu dari tiga pola dasar spasial. Tiga pola dasar spasial yang telah diakui, yaitu: acak (random), mengelompok (clumped atau aggregated) dan seragam atau merata (uniform) (Pollet dan Nasrullah, 1994). Terdapat derajat keseragaman dan pengelompokan yang dapat digambarkan, yaitu suatu organisme lebih atau kurang mengelompok dalam suatu habitat, tetapi pola secara acak adalah acak, dan tidak mungkin dapat dikatakan suatu pola lebih acak daripada yang lainnya (Krebs, 1989). Menurut Kerr (1977) bahwa distribusi tanaman sakit dapat memberikan banyak informasi, khususnya mengenai sifat vektor
dan asal inokulum.
Pada Gambar 2.5
menunjukkan enam bentuk distribusi tanaman sakit pada suatu lahan. Dalam hal distribusi jumlah tanaman sakit tidak begitu penting akan tetapi yang lebih penting adalah pola distribusinya. Pola distribusi tersebut mempunyai bentuk-bentuk antara lain: Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk melatih praktikan mengenali pola sebaran penyakit di lapangan -
Alat dan bahan:
Alat: Alat tulis, komputer, Bahan: Tanaman preparat pada berbagai fase pertumbuhan Cara Kerja 1. Pratikan pergi ke lapangan untuk mengamati luasan petak dan permasalahan penyakit tanaman. 2. Tentukan petak yang akan diambil sampelnya 3. Tentukan besar sampel yang akan diambil dan tentukan awal pengamatan untuk melakukan pendataan serangan. 4. Amati setiap tanaman yang terinfeksi patogen atau terserang hama dengan cara mengambil sampel semua tanaman pada subpetak sampel dan menentukan urutan awal penghitungan sampai terakhir . Misalnya tanaman 1 terserang, tanaman 2 tidak terserang, maka ditulis 1 dan 0, begitu seterusnya dan kemudia dianalisis dengan menggunakan uji run test untuk menentukan pola sebarannya, acak atau tidak acak.
21