Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME Oleh: Lailatul Muniroh email:
[email protected] ABSTRAK Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME memberi peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan atau mereinvent pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah, yang dimulai dari masalahmasalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah secara matematis formal melalui matematisasi horizontal dan vertical. Untuk itu situasi pembelajaran sedapat mungkin dibuat menyenangkan dan begitu pentingnya guru dalam berkomunikasi dan berintraksi dengan siswa. Dalam pembelajaran ini akan dibahas pemahaman konsep bagaimana cara menyelesaikan persoalan FPB yang sesuai dalam masalah seharihari pada pendekatan RME. Katakunci: RME, pemahaman konsep, FPB.
dalam memecahkan suatu masalah
PENDAHULUAN Sebagai ilmu pasti, matematika tidak pernah lepas dari kegiatan sehari– hari
manusia,
antara
lain
yang berkaitan dengan matematika dalam kehidupan sehari–hari. Salah
dalam
satu
kesulitan
yang
perekonomian,
dihadapi siswa kelas IV SD dalam
pendidikan, bahkan dalam menentukan
mempelajari matematika adalah FPB
jatuhnya suatu hari tertentu, dapat
dan KPK yang merupakan materi yang
dihitung
diajarkan dari tingkat SD sampai SMP
perindustrian,
menggunakan
ilmu
matematika. Oleh karena itu, penting
dan
sekali untuk menanamkan dasar–dasar
memahami konsep matematika SMA.
ilmu matematika sejak awal pada
Hal ini dapat disebabkan pemahaman
peserta didik, seperti penambahan,
konsep siswa tentang FPB dan KPK
pengurangan,
masih
pembagian.
perkalian Dengan
dan demikian,
banyak
kurang.
digunakan
Kebanyakan
untuk
siswa
hanya sekedar bisa mengerjakan FPB
dapat
dan KPK dengan kalimat nominal.
membantu mempermudah peserta didik
Namun, jika materi tersebut dikaitkan
diharapkan
pada
akhirnya
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
55
dengan permasalahan sehari-hari maka
manusia. Ini berarti harus dekat dengan
siswa masih merasa kesulitan untuk
anak dan relevan dengan situasi sehari-
menyelesaikannya.
hari.
Siswa SD kebanyakan masih
Matematika
sebagai
aktifitas
manusia maksudnya manusia harus
cenderung belajar matematika secara
diberikan
konkret. Mereka akan lebih senang jika
menemukan kembali ide dan konsep
apa yang mereka pelajari berhubungan
matematika. Prinsip atau ide yang
dengan pengalaman mereka atau dapat
mendasari
dibuktikan secara nyata. Untuk itu,
Education
diperlukan suatu pembelajaran yang
dimana siswa diberi kesempatan untuk
sesuai dengan keadaan siswa SD.
menemukan
kembali
ide-ide
Seperti,
matematika.
Berdasarkan
situasi
pendekatan
pembelajaran
dengan
matematika
realistik,
realistik,
kesempatan
Realistic (RME)
siswa
untuk
Mathematic adalah
didorong
untuk
dimana proses belajar dimulai dengan
mengkontruksi
masalah sehari-hari yang sesuai dengan
realistik,
konteks
dikontruksi oleh siswa akan menarik
pembelajaran.
Siswa
mengkonstruksi sendiri konsep materi
sendiri
situasi
karena
masalah
masalah
yang
siswa lain untuk memecahkannya. Menurut Treffers (1991) ada
pembelajaran dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator (pembimbing). Pada
dua
jenis
artikel ini dibatasi tentang pemahaman
matematisasi horisontal dan vertikal.
konsep FPB dengan pendekatan RME
Dalam matematika horizontal siswa menggunakan
REALISTIC
MATHEMATIC
EDUCATION (RME)
(RME) telah lama dikembangkan di Nedherlands (Belanda). RME tersebut mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan merupakan
matematika
yaitu
untuk
mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata.
Realistic Mathematic Education
matematika
matematisasi
aktifitas
Contoh matematisasi horizontal adalah : pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualan masalah dalam cara-cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika. Sedangkan matematisasi vertikal
berkaitan
dengan
proses
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
56
pengorganisasian kembali pengetahuan
manusia. Si pebelajar harus aktif
yang telah diperoleh dalam simbol-
baik secara mental maupun fisik
simbol matematika yang lebih abstrak.
dalam pembelajaran matematika. Si
Contoh matematisasi vertikal adalah
pebelajar bukan insan yang pasif
menghaluskan
memperbaiki
menerima apa yang disampaikan
model
oleh guru, tetapi aktif baik secara
model,
dan
menggunakan
berbeda,
yang
memadukan
dan
fisik,
teristimewa secara
mengkombinasikan beberapa model,
mengolah
membuktikan keteraturan, merumuskan
informasi,
konsep matematika yang baru dan
pengetahuan matematika.
menganalisis mengkonstruksi
2. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran
penggeneralisasian. Menurut
dan
mental
de Lange, ada 3
seyogianya
dimulai
dengan
prinsip pokok dari RME yaitu, (a)
masalah-masalah yang realistik bagi
Mathematics as a human activity, (b)
siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh
Mathematics should be reinvented dan
siswa. Masalah yang realistik lebih
(c)
the
menarik bagi siswa dari masalah-
Gravemeijer
masalah matematis formal tanpa
menyebutkan 3 prinsip pokok RME,
makna. Jika pembelajaran dimulai
yaitu (a) Guided reinvention and
dengan masalah yang bermakna
(b)
bagi mereka, siswa akan tertarik
Didactical phenomenology dan (c)
untuk belajar. Secara gradual siswa
From informal to formal mathematics;
kemudian dibimbing ke masalah-
model plays in bridging the gap
masalah matematis formal.
Intelectual
autonomy
sedangkan
students,
progressive
of
mathematization,
and
3. Prinsip berjenjang, artinya dalam
(Gravemeijer
belajar matematia siswa melewati
1994, dalam Armanto, 2002, h. 30 –
berbagai jenjang pemahaman,yaitu
33). Sedangkan van den Heuvel-
dari mampu menemukan solusi
Panhuizen
suatu
between
informal
knowledge
formal
mathematics
(1996)
merumuskannya
aktivitas,
matematika
kontekstual
atau
realistik secara informal, melalui
sebagai berikut: 1. Prinsip
masalah
yaitu
adalah
bahwa aktivitas
skematisasi tentang
memperoleh insight
hal-hal
yang
mendasar
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
57
sampai mampu menemukan solusi
dan menyimak apa yang ditemukan
suatu masalah matematis secara
orang
formal. Model bertindak sbagai
menemukan
jembatan antara yang informal dan
menanggapinya.
yang formal.
pemahaman siswa tentang suatu
merupakan berubah
Model yang semula model
melalui
suatu
situasi
abtraksi
dan
lain
dan
strateginya
hal
itu
serta
Melalui diskusi,
masalah atau konsep menjadi lebih mendalam
dan
siswa
terdorong
generalisasi menjadi model untuk
untuk melakukan refleksi
semua masalah lain yang ekuivalen.
memungkinkan
4. Prinsip jalinan,
artinya berbagai
insight
dia
yang
menemukan
untuk
memperbaiki
aspek atau topik dalam matematika
strateginya atau menemukan solusi
jangan dipandang dan dipelajari
suatu masalah.
yang
6. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu
tetapi terjalin satu sama
diberikan kesempatan ‘terbimbing’
lain sehingga siswa dapat melihat
untuk “menemukan kembali re-
hubungan antara materi-materi itu
invent” pengetahuan matematika.
secaa
Guru menciptakan kondisi belajar
sebagai
bagian-bagian
terpisah,
lebih
matematika Secara
baik.
adalah
psikologis,
berkaitan
akan
Konsep relasi-relasi.
hal-hal lebih
yang mudah
yang
memungkinkan
mengkonstruk
siswa
pengetahuan
matematika
mereka,
bukan
dipahami dan dipanggil kembali dari
mentransfer pengetahuan ke pikiran
ingatan jangka panjang daripada
siswa.
hal-hal yang terpisah tanpa kaitan
karakteristik setiap siswanya, agar
satu sama lain.
dia lebih mudah membantu mereka
5. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagi aktifitas sosial.
dalam
kesempatan
menyampaikan menyelesai-kan
strateginya suatu
masalah
kepada yang lain untuk ditanggapi,
proses
pengkonstruksian
pengetahuan. Berdasarkan
Kepada siswa perlu dan harus diberikan
Guru perlu mengetahui
karakteristik
RME
memperhatikan tentang
prinsip
berbagai
proses
dan serta
pendapat
pembelajaran
matematika dengan pendekatan RME
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
58
di atas, maka disusun langkah-langkah
caranya
sendiri
berdasarkan
pembelajaran dengan pendekatan RME
pengetahuan awal yang dimilikinya,
sebagai berikut:
sehingga
dimungkinkan
adanya
perbedaan penyelesaian siswa yang Langkah 1. Memahami masalah kontekstual
dengan
yang lainnya.
Guru
mengamati, memotivasi, dan memberi
Guru
memberikan
kontekstual
sesuai
masalah
dengan
materi
pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Kemudian
satu
meminta
siswa
bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat
tersebut. Jika terdapat hal-hal yang
penyelesaian
masalah-masalah tersebut.
untuk
memahami masalah yang diberikan
memperoleh
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model.
kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan
petunjuk
seperlunya
terhadap bagian-bagian yang belum
Langkah 3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan
dipahami siswa. Karakteristik PMR yang muncul
kesempatan
pada
siswa
untuk
pada langkah ini adalah karakteristik
membandingkan dan mendiskusikan
pertama yaitu menggunakan masalah
jawaban mereka secara berkelompok,
kontekstual sebagai titik tolak dalam
selanjutnya
pembelajaran,
mendiskusikan pada diskusi kelas.
dan
karakteristik
membandingkan
dan
keempat yaitu interaksi.
Pada tahap ini, dapat digunakan siswa
Langkah 2. Menyelesaikan masalah
untuk
kontekstual
pendapatnya
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual,
melakukan interpretasi
berani
mengemukakan
meskipun
pendapat
tersebut berbeda dengan lainnya. Karakteristik
pembelajaran
aspek matematika yang ada pada
matematika realistik yang tergolong
masalah
dan
dalam langkah ini adalah karakteristik
pemecahan
ketiga yaitu menggunakan kontribusi
yang
memikirkan
dimaksud,
strategi
masalah. Selanjutnya siswa bekerja
siswa (students
menyelesaikan
karakteristik keempat yaitu terdapat
masalah
dengan
constribution) dan
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
59
interaksi (interactivity) antara siswa
4. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan
dengan siswa lainnya.
keduanya dalam konteks materi Langkah 4. Menyimpulkan
aritmetika,
Berdasarkan hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk
menarik
kesimpulan
suatu
konsep atau prosedur yang terkait dengan
masalah
realistik
yang
diselesaikan.
aljabar,
geometri,
trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika matematika. 5. Mampu menggunakan matematisasi horizontal
dan
vertikal
untuk
menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata.
Karakteristik
pembelajaran
matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah adanya interaksi (interactivity) antara siswa dengan guru (pembimbing). PEMAHAMAN
6. Mampu menggunakan pengetahuan konseptual,
prosedural,
keterkaitan
keduanya
pemecahan serta
KONSEP
FPB
DENGAN PENDEKATAN RME
masalah
dan dalam
matematika,
penerapannya
dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan I. Pengenalan Konsep
Kompetensi guru yang diharapkan Masalah: Formasi marching band. Pemain-pemain musik dalam marching band dapat dimungkinkan membentuk berbagai formasi baris berbaris. Jika ada 18 pemain musik dalam marching band tersebut ada berapa formasi baris berbaris (tetap dalam parade) yang
untuk pencapaian pemahaman ini: 1. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih
dan
karakteristik
peserta didik usia SD/MI. 2. Memahami perancangan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang
dengan
teman
komunitas
ilmiah
mendidik. 3. Berkomunikasi sejawat
dan
lainnya secara santun, empatik dan efektif.
Kemampuan
apa
saja
yang
diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut? Untuk menyelesaikan soal tersebut
diperlukan
kemampuan
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
60
menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis. Kecuali itu
juga
diperlukan
kemampuan
mengoperasikan
bilangan.
hitung
digunakan
yang
Operasi dalam
menyelesaikan soal tersebut adalah perkalian
dan
pembagian
yang
memunculkan pembagi atau faktor. Berikut ini adalah alternatif proses
yang
meminta
siswa
untuk
mengelompokkan 12 batu secara adil, hingga habis atau tidak sisa,
faktor
suatu
mulai dari 1 batu pada tiap
diharapkan
dapat
kelompok hingga sebanyak jumlah
pembelajaran
bilangan,
2. Guru
memudahkan siswa dalam menjawab
media yang diketahui.
permasalahan di atas.
(Kelompok disini adalah angka-
Guru memperkenalkan pengerti an faktor tanpa menggunakan istilah
angka yang habis membagi angka yang diketahui)
faktor. Pengenalan dibantu dengan menggunakan
media
batu.
Guru
membagi kelompok yang beranggota kan 3-4 orang. Semua kelompok telah ditugasi untuk menyediakan media 18 batu. Guru membimbing siswa untuk melakukan
pembagian
batu-batu
tersebut secara adil, mulai dari 12 batu
3. Guru membimbing siswa untuk
dan 18 batu. Proses pembagiannya
memahami
adalah sebagai berikut:
kelompok,
bahwa
pada
terkadang
tiap ada
untuk
kelompok yang mendapatkan batu
menggunakan 12 batu dan sisanya
secara adil dan ada yang tidak
disisihkan terlebih dahulu.
mendapatkan batu secara adil,
1. Guru
meminta
siswa
dalam hal ini dikatakan sisa. 4. Siswa sudah mulai faham, bahwa pada
setiap
batu-batu
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
yang 61
digunakan, kemudian dikelompokkelompokkan, maka terdapat batu yang dapat dibagi secara adil dan terdapat batu yang tidak dapat dibagi secara adil pada kelompokkelompok tertentu.
6. Guru membimbing siswa untuk mengamati
hasil
yang
telah
dituliskan, pada kelompok mana saja, yang tidak memiliki sisa (sisanya 0 atau mereka berlaku adil), 5. Guru
meminta
siswa
untuk
dan
mencoba
menuliskannya.
mendata hasil yang diperoleh, untuk mengetahui pada kelompok mana saja, yang tidak memiliki sisa (sisanya 0 atau mereka berlaku adil),
dan
mencoba
menuliskannya. Dalam kegiatan pendataan siswa biasanya masih kesulitan
untuk
menuliskan
banyaknya kelompok, jumlah batu
7. Guru membimbing siswa untuk
pada tiap kelompok, dan sisanya
menamakan
(jumlah batu pada kelompok yang
tersebut yaitu “faktor”.
belum mendapatkan batu secara
8. Guru
kelompok-kelompok
meminta
siswa
untuk
adil dan yang adil atau sisa 0),
menuliskan faktor-faktor bilangan
untuk itu hasil tiap kelompok dapat
tersebut.
dituliskan di depan kelas.
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
62
Ternyata jika 12 dibagi 1 ataupun 12 dibagi 12, maka tidak akan ada sisa atau sisa 0. Dapat dikatakan bahwa 12 terbagi habis oleh 1 dan 12. Maka 1 dan 12 disebut faktor dari 12. 12 : 12 = 1 sehingga 1 adalah faktor dari 12 9. Guru
meminta
menjelaskan menurut
siswa
definisi
faktor
konstruksi
berdasarkan
hasil
untuk
yang
12 : 1 = 12 sehingga 12 adalah faktor dari 12
mereka
Jadi 12 dapat ditunjukkan sebagai
telah
bentuk perkalian dari dua bilangan dan keduanya merupakan faktor dari 12.
didiskusikan. 10. Guru mengarahkan siswa tentang
Sebagai contoh 1 × 12 = 12, maka 1
pengertian faktor.
dan
Hasil pemfaktoran dari 12 batu
Diharapkan
Jumlah
Jumlah Batu
menghubungkan hasil yang dengan
Kelompok
Dalam
Sisa
12
adalah
pembagian
Kelompok
faktor
siswa
atau
dari
juga
perkalian.
12. dapat
Untuk
menentukan faktor dari 18 batu dapat
1
12
0
2
6
0
3
4
0
4
3
0
5
2
2
6
2
0
7
1
5
menerjemahkan situasi dunia nyata ke
8
1
4
dalam pengalaman matematis, maka
dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas. Setelah
siswa
mampu
9
1
3
10
1
2
11
1
1
masalah kelompok baris berbaris di
12
1
0
atas. Alternatif jawaban yang mungkin
diharapkan siswa dapat menyelesaikan
Dapat dilihat bahwa pembagian ada yang tidak bersisa 0. Dari hasil kegiatan
tersebut,
siswa
ditanya
hubungan apa yang diperoleh antara bentuk
perkalian
dan
hasilnya?
dari siswa antara lain adalah sebagai berikut: Pada
kegiatan
ini
guru
sebaiknya tidak hanya menanyakan kepada siswa tentang hasilnya saja,
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
63
namun juga menanyakan bagaimana Kipli mempunyai 12 permen rasa coklat dan 18 permen rasa buah. Kipli ingin membagi permen itu kepada temannya sedemikian hingga jumlah permen yang diperoleh temannya sama. Berapa banyaknya teman terbanyak yang memperoleh permen rasa coklat dan rasa buah? Berapa banyaknya permen rasa coklat dan buah pada masing-masing teman.?
cara memperoleh hasilnya. Dalam hal ini siswa bebas mengemukakan cara mereka masingmasing. Alternatif jawabannya adalah sebagai berikut. 18 = 1 × 18 18 = 2 × 9 18 = 3 × 6 Jadi formasi marching band
Adapun solusi yang dilakukan
yang dimungkinkan adalah 1 × 18, 2 ×
oleh salah satu siswa itu dapat dibantu
9, dan 3 × 6.
oleh temannya. Tahapan agar siswa
Berdasarkan hasil diskusi, diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pengertian faktor.
dapat menyelesaikannya: 1) Guru meminta salah satu siswa sebagai Kipli untuk membagikan
Faktor adalah pembagi dari suatu bilangan, yaitu bilangan yang membagi habis bilangan lain.
12 permen rasa coklat dan 18 permen rasa buah secara adil kepada teman-temannya di kelas.
Kegiatan 2: Faktor Persekutuan Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan suatu permasalahan sehari-hari.
Dalam hal ini, terjadi interaksi antar siswa ketika pembagian tidak adil. Peran
guru membimbing
siswa bahwa ada kelompok yang
yang dapat membagi habis secara
dapat dibagi secara adil secara
adil untuk permen rasa coklat dan
bersamaan dan ada yang tidak.
buah.
Sehingga, siswa dapat mengurangi jumlah
siswa
yang
3) Guru menyuruh siswa berdiskusi
dibagikan
untuk mendata kelompok mana
permen ketika jumlah permen
saja yang dapat habis membagi
tidak dapat dibagi secara adil.
secara adil untuk kedua permen
2) Guru membimbing siswa hingga
tersebut secara bersamaan.
diperoleh kelompok mana saja Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
64
1 Teman Permen
2 Teman Rasa
Rasa
Coklat
Buah
A
6
9
18
B
6
9
0
Jumlah
12
18
Sisa
0
0
Rasa
Rasa
Coklat
Buah
A
12
18
Jumlah
12
Sisa
0
Teman
Permen Teman
3 Teman Permen
4 Teman Rasa
Rasa
Rasa
Rasa
Coklat
Buah
Coklat
Buah
A
4
6
A
3
4
B
4
6
B
3
4
C
4
6
C
3
4
Jumlah
12
18
D
3
4
Sisa
0
0
Jumlah
12
16
Sisa
0
2
Teman
Permen Teman
5 Teman Permen
6 Teman Rasa
Rasa
Rasa
Rasa
Coklat
Buah
Coklat
Buah
A
2
3
A
2
3
B
2
3
B
2
3
C
2
3
C
2
3
D
2
3
D
2
3
E
2
3
E
2
3
Jumlah
10
15
F
2
3
Sisa
2
3
Jumlah
12
18
Sisa
0
2
Teman
Permen Teman
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
65
7 Teman Permen
9 Teman Rasa
Rasa
Coklat
Buah
A
1
2
B
1
2
C
1
2
D
1
2
E
1
2
F
1
2
G
1
2
Jumlah
7
14
Sisa
3
4
Teman
Rasa
Rasa
Coklat
Buah
A
1
2
B
1
2
C
1
2
D
1
2
E
1
2
F
1
2
G
1
2
H
1
2
I
1
2
Jumlah
9
18
Sisa
3
0
Permen Teman
Dilihat dari sisa nya, ada pembagian
hendaknya
yang tidak memberikan sisa 0. Tugas
tersebut berdasarkan pada jawaban
guru
siswa.
mengarahkan
siswa
untuk
mengenalkan
Sehingga
yang
istilah
merupakan
menamakan faktor yang sama dari dua
faktor dari kedua bilangan disebut
jenis permen atau dua bilangan dengan
sebagai faktor persekutuan dari dua
“faktor persekutuan”. Sehingga;
bilangan.
Bagaimanakah
cara
membelajarkan faktor persekutuan tiga Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12
bilangan? Guru dapat membelajarkan faktor
Faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18
persekutuan
tiga
bilangan
dengan cara yang sama seperti cara membelajarkan faktor persekutuan dua
Faktor persekutuan 12 dan 18 adalah 1, 2, 3, dan 6.
bilangan. Dengan
Jika dari semua siswa belum ada yang mengemukakan tentang faktor
beberapa
contoh
lainnya
diharapkan siswa dapat memahami bahwa:
persekutuan dua bilangan, maka guru
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
66
pembagian di atas. Hasilnya adalah Faktor persekutuan dua bilangan adalah bilanganbilangan yang merupakan faktor dari dua bilangan tersebut.
sebagai berikut: Bilangan
Semua pembagi bilangan yang mungkin
Kegiatan 3: Faktor Persekutuan
12
1, 2, 3, 4, 6, dan 12
18
1, 2, 3, 6, 9, dan 18
Besar Dari tabel tersebut ternyata pembagi
Dari permasalahan yang sama, 1) Guru menyuruh siswa untuk mengamati
pendataan
membimbing
dan
siswa
untuk
yang dapat membagi habis sekaligus 12 dan 18 adalah: 1, 2, 3, dan 6. Karena yang
ditanyakan teman
adalah yang
sebanyak
menamakan faktor persekutuan
mungkin
memperoleh
yang terbesar adalah FPB.
bagian yang adil dari 12 permen rasa
2) Guru meminta siswa untuk
coklat dan 18 permen rasa buah maka
menuliskan faktor persekutuan
jawabnya pembagi yang terbesar yaitu
terbesar.
6. Jadi teman yang dapat dibagikan
3) Guru meminta siswa untuk menjelaskan
definisi
permen secara merata ada 6. Setiap teman akan memperoleh:
faktor
persekutuan dan FPB menurut
Permen rasa coklat sebanyak 12 : 6 = 2
konstruksi
Permen rasa buah sebanyak
mereka
masing-
3.
masing. 4) Guru
18 : 6 =
mengarahkan
siswa
Jadi,
banyaknya
permen
masing-
tentang definisi konsep FPB
masing teman adalah 2 permen rasa
secara benar.
coklat dan 3 permen rasa buah.
5) Guru memberikan evaluasi Selanjutnya
siswa
mendata
semua
Dari
hasil
kegiatan,
pembagi yang dapat membagi habis 12
diharapkan
permen rasa coklat dan18 permen rasa
pemahaman mereka tentang FPB.
buah,
berdasarkan
pada
dapat
maka
siswa
mengkonstruksi
hasil
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
67
Faktor Persekutuan Besar dari beberapa bilangan adalah faktor persekutuan yang paling besar diantara faktor-faktor persekutuan yang ada dari bilangan yang diketahui.
membagi habis bilangan tersebut, kecuali nol 2. Faktor
persekutuan
dari
dua
bilangan adalah faktor-faktor yang sama dari dua bilangan tersebut. Bilangan yang tepat mempunyai dua faktor disebut bilangan prima.
KESIMPULAN dengan
Dengan kata lain, bilangan prima
pendekatan RME diharapkan dapat
hanya mempunyai faktor 1 dan
mempermudah siswa dalam memahami
bilangan itu sendiri. Oleh karena
konsep dari faktor, faktor persekutuan,
itu 2 adalah satu-satunya bilangan
dan faktor persekutuan terbesar. Siswa
prima genap, sedangkan yang lain
hendaknya dapat menemukan sendiri
bilangan
caranya dengan bantuan objek yang
semua
konkret maupun fasilitasi dari guru.
bilangan prima.
Pembelajaran
Diharapkan
FPB
siswa
ganjil. bilangan
Namun, ganjil
tidak adalah
dapat
3. FPB dari beberapa bilangan adalah
menghubungkan antara kemampuan
faktor persekutuan yang paling
menerjemahkan situasi dunia nyata ke
besar
dalam pengalaman matematis, atau
persekutuan yang ada dari bilangan
juga dapat menghubungkan antara
yang diketahui. Jika dua bilangan
operasi
perkalian
tidak
Siswa
tidak
dan hanya
matematisasi vertikal, matematisasi
pembagian. mengerti
namun juga
horizontal.
Dengan
diantara
faktor-faktor
mempunyai
faktor
persekutuan lebih dari 1, maka FPB bilangan tersebut adalah 1. 4. FPB dapat dimanfaatkan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan
materi
nya diharapkan pemahaman mengenai
matematika
FPB menjadi lebih bermakna. Hal-hal
menyederhanakan berbagai bentuk
yang perlu mendapatkan perhatian
pecahan.
siswa adalah sebagai berikut.
dimanfaatkan
1. Faktor adalah pembagi dari suatu
menyelesaikan masalah sehari-hari
bilangan,
yaitu
bilangan
yang
dalam
pembelajaran ketika
Selain
itu pula
dapat untuk
khususnya yang berkaitan dengan
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
68
membagi
sama
maksimal/sebanyak
banyak
dan
mungkin
kepada beberapa orang ataupun beberapa objek.
DAFTAR PUSTAKA Armanto, D. (2002). Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesian Primary Schools: A Prototype of Local Instructional Theory (Diss.). De Lange, J. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In International Handbook of Mathematics Education, A.J. Bishop, et.al.(eds). Gravemijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudenthal Institute.
Treffers, A. (1991). Didactical Background of a Mathematics Program for Primary Education. In Realistic Mathematics Education in Primary School, L. Streefland, Utrecht: Freudenthal Institute. Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1996). Assessment and Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudental Institute. Wardhani, Sri, 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual di SD, Yogyakarta: PPPG Matematika. Mustaqim, Burhan dan Ary, Astuty. 2008. BSE: Ayo Belajar Matematika Untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Media Prestasi Vol. XV No.2 Desember 2015 / P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
69