PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013-2015
SKRIPSI
Oleh : Lailatul Maghfiroh 1111101000014
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2015
Lailatul Maghfiroh
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI Skripsi, Juli 2015 Nama : Lailatul Maghfiroh, NIM : 1111101000014 Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 ABSTRAK Latar Belakang: Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu dan anak serta dapat menyebabkan terjadinya peningkatan Angka Kematian Bayi (AKB). Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan kasus AKB akibat BBLR dari 22,86% tahun 2011 menjadi 37,5% tahun 2013. Pelayanan kesehatan primer yang mengalami peningkatan kasus BBLR di wilayah kerja Tangerang Selatan adalah wilayah kerja Puskesmas Pamulang, yakni dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013. Faktor penyebab kejadian BBLR salah satunya adalah pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan. Tujuan: Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi penelitian adalah ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dan telah melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2013-2015. Sampel penelitian pada kelompok kontrol diambil secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling, jumlah sampel diperoleh sebanyak 37 ibu sebagai kelompok kasus dan 79 ibu sebagai kelompok kontrol. Medical record dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan kuesioner merupakan instrumen penelitian. Chi Square dan analisis regresi logistik merupakan metode yang digunakan untuk analisis hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR. Hasil: Variabel karakteristik ibu yang memiliki nilai hubungan signifikan dengan kejadian BBLR adalah variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan (p<0,05). Hasil analisis regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil (Adjusted OR:4,07; 95% CI= 1,60 – 10,34) dengan kejadian BBLR. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR. Variabel karakteristik ibu yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR adalah variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap memberikan konseling secara intensif kepada ibu hamil khususnya terkait konsumsi zat gizi dan energi sesuai dengan kebutuhan gizi selama masa kehamilan Kata Kunci : Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil, BBLR Daftar Bacaan : 95 (1997-2015)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR EPIDEMIOLOGY Undergraduate Thesis, July 2015 Name : Lailatul Maghfiroh, NIM : 1111101000014 Pregnancy Weight Gain and Low Birth Weight (LBW) in The Work Region of Pamulang Health Center, South Tangerang 2013-2015 ABSTRACT Background: Low Birth Weight (LBW) is an indicator of mothers and children health, and can lead to the increasing infant mortality rate (IMR). The IMR in Tangerang City has increased as a result of LBW, from 22.86% in 2011 to 37.5% in 2013. The primary health services that have the increasing LBW cases is Pamulang Health Center, from 0.6% (19 infants) in in 2012 to 0.7% (27 infants) in 2013. One of the cause of LBW is pregnancy weight gain. Objective: to find out the association of pregnancy weight gain with LBW Methods: This research used case-control study design. The population is mother who live at the work region of Pamulang health center and have done childbirth in health care facilities Pamulang health center in 2013-2015. The research sample in the control group is drawn by using simple random sampling technique, with the number of sample is 37 mothers as case group and 79 mothers as a control. The research instruments are medical records and questionnaires of KIA (Mothers and Children Health) book. Chi-square and logistic regression analysis are the methods used to analyze the relationship of pregnancy weight gain with LBW. Results: The variable characteristics of mothers who are significantly related to LBW is morbidities during pregnancy variable (p <0.05). The result of logistic regression analysis by controling the morbidities during pregnancy variable showed that there is a significant association between pregnancy weight gain (adjusted OR: 4.07; 95% CI = 1.60 to 10.34) with LBW. Conclusion: There is a significant association between pregnancy weight gain with LBW. Variabel characteristic of mother that may lead to the incidence of low birth weight is the morbidities during pregnancy variable. Health workers are expected to keep providing intensive counseling for pregnant women, especially about energy consumption according to the pregnancy balance nutrition. Keywords: Pregnancy Weight Gain, Low Birth Weight Reference: 95 (1997-2015)
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan lahir batin, kemudahan dan karunia, sehingga akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan saya. Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Baginda rasul-Mu, Muhammad SAW. Saya persembahkan tulisan sederhana ini untuk :
Ibu dan Ayah Tercinta Atas setiap tetes keringat, kerja keras, kasih sayang, dukungan lahir maupun batin serta do’a yang tiada henti di setiap sholat, sujudnya setiap malam kepada saya. Tulisan sederhana ini merupakan salah satu tanda bakti dan rasa terima kasih saya yang tak terhingga kepada Ibu dan Ayah Tercinta. Semoga tulisan sederhana ini bisa membuat Ibu dan Ayah bangga dan sebagai langkah awal kesuksesan saya untuk membanggakan Ibu dan Ayah
“Have More Than You Show, Speak Less Than You Know (William Shakespeare)”
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr.wb Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015”. Laporan skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua, Abdul Khohar dan Siti Fatimah yang telah memberikan dukungan penuh dan motivasi serta do‟a yang tiada henti. 2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakulats dan Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti M.Kes, Ph.D selaku Kepala Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan arahan serta bimbingannya. 4. Ibu Hoirun Nisa M.Kes., Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah sabar dalam memberikan arahan serta bimbingannya. 5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di salah satu Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 6. Kepala Puskesmas Pamulang yang telah memberikan izin penelitian dan pengambilan data di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. 7. Teman-teman bidan STIKES Widya Darma Husada (WDH) yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan.
viii
8. Kemal dan Anjar, Feela yang telah membantu dalam proses analisis hasil penelitian ini. 9. Teman-teman Epidemiologi tercinta, Alfica, Rini, Laila, Sukma, Faizatul, Siti, Dina, Denok, Safira, Desi, Falah Naila, Lia, Lina, Nur Fitri yang selalu memberikan semangat, motivasi dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi. 10. Teman-teman Alumni Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang di Jakarta yang selalu memberikan semangat dan do‟a. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat menyusun laporan skripsi yang lebih baik lagi. Semoga dengan disusunnya laporan skripsi ini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya penulis serta pembaca. Wassalamu‟alaikum wr.wb
Jakarta, Juli 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan.......................................................................................i Abstrak.......................................................................................................ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah .........................................................................................4 C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................5 D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................6 F.
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9 A. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ................................................................9 B. Kategori Berat Bayi Lahir (BBL) .................................................................9 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR .................................10 1. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil ..................................................... 11 2. Jarak Kehamilan...................................................................................... 15 3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe (Zat Besi) ............................................. 16 4. Status Anemia Ibu ................................................................................... 17 5. Penyakit Penyerta Selama Kehamilan .................................................... 18
x
6. Kunjungan Antenatal Care (ANC) .......................................................... 19 7. Jumlah Paritas ......................................................................................... 19 8. Sosio-Demografi ..................................................................................... 20 9. KerangkaTeori ........................................................................................ 22 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN UJI HIPOTESIS..............................................................................................25 A. Kerangka Konsep ........................................................................................25 B. Definisi Operasional....................................................................................27 C. Uji Hipotesis ...............................................................................................32 BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................33 A. Desain Penelitian .........................................................................................33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................33 C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................34 D. Metode Pengumpulan data ..........................................................................38 E. Instrumen Pengumpulan Data .....................................................................39 F.
Manajemen Data .........................................................................................39
G. Analisis Data ...............................................................................................40 BAB V ......................................................................................................43 A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 .......................43 B. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 ....................................................44 C. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 .......................47 BAB VI...... ............................................................................................................50 A. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................50 B. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol 52
xi
C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang .................................................................................65 D. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR.86 BAB VII .................................................................................................................95 A. Simpulan .....................................................................................................95 B. Saran ............................................................................................................98 Daftar Pustaka ......................................................................................................100 LAMPIRAN .........................................................................................................110 1.
Kuesioner ..................................................................................................110
2.
Hasil SPSS ................................................................................................113
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan ............................. 11 Tabel 2 Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap Trimester............................ 12 Tabel 3 Kategori Kadar Hemoglobin dan Status Anemia pada Ibu Hamil ...................... 17 Tabel 4. Definisi Operasional ........................................................................................... 27 Tabel 5 Daftar Kode Penelitian Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 .......................................................................................................... 40 Tabel 6 Distribusi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil selama Masa Kehamilan dan Per Trimester pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 ...................................... 43 Tabel 7. Distribusi Karakteritik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015.................... 45 Tabel 8. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan dan Per Trimester dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 ................................................................ 47
xiii
DAFTAR BAGAN Bagan 1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ............................................................ 14 Bagan 2 Kerangka Teori ................................................................................................... 24 Bagan 3. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 26 Bagan 4 Alur Pemilihan Sampel pada Kelompok Kasus dan Kontrol............................. 34
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu dan anak. Secara global, World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukan bahwa prevalensi BBLR sebesar 15,5% dan 95,6% dari prevalensi BBLR secara global terjadi pada negara berkembang. Salah satu negara yang masih dinyatakan sebagai negara berkembang adalah negara Indonesia. WHO tahun 2012 menunjukan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia mengalami peningkatan dari 9% pada tahun 2002 menjadi 11,1% pada tahun 2011. (WHO, 2011; WHO, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan bahwa proporsi kasus BBLR di Indonesia sebesar 10,2%. Provinsi Banten memiliki proporsi kasus BBLR yang hampir sama dengan proporsi BBLR secara nasional yakni sebesar 10% (Kemenkes, 2013). Laporan profil Kesehatan Provinsi Banten tahun 2013 menunjukan bahwa penyebab kematian neonatal tertinggi diakibatkan karena kasus BBLR yakni sebesar 34,16%. Kota di wilayah Provinsi Banten yang mengalami peningkatan angka kematian bayi akibat BBLR adalah Kota Tangerang Selatan. Profil kesehatan Kota Tangerang Selatan menunjukan bahwa angka kematian bayi akibat 1
2
BBLR mengalami peningakatan yakni 22,86% tahun 2011 menjadi 37,5% tahun 2013 (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2013; Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2013). Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu akumulasi data yang dilaporkan dari fasilitas pelayanan kesehatan primer pada setiap bulannya yakni Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang masih mempunyai kasus BBLR dan mengalami peningkatan kasus BBLR selama dua tahun berturut-turut di wilayah kerjanya adalah Puskesmas Pamulang. Proporsi kasus BBLR di Puskesmas Pamulang mengalami peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013. Tingginya proporsi kasus BBLR tersebut, maka dapat berdampak terhadap kondisi kesehatan bayi pada masa yang akan datang. Dampak kesehatan tersebut diantaranya adalah terjadi keterlambatan pertumbuhan pada bayi, gangguan perkembangan kognitif, mudah terserang komplikasi penyakit (gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular, gastro intestinal, ginjal) bahkan terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian pada bayi (WHO, 2004). Masih tingginya kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tidak lepas dari masalah kesehatan yang dialami oleh ibu pada masa kehamilan. Masalah kesehatan ibu hamil yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR salah satunya adalah pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan (Han., dkk, 2011). Penelitian Singh (2010) di Nepal, menunjukan bahwa proporsi pertambahan berat badan yang rendah dan melahirkan BBLR
3
sebesar 16% dan riwayat pertambahan berat badan pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR baik pada kelompok kasus dan kontrol. Penelitian lain terkait pertambahan berat badan ibu hamil dengan BBLR telah dilakukan oleh Hinai, dkk (2013) di Omani, bahwa ibu yang memiliki pertambahan berat badan rendah selama hamil berisiko melahirkan bayi dengan status BBLR sebesar 2,27 kali dibandingkan dengan pertambahan berat badan normal selama hamil. Sato (2012) di São Paulo menunjukan bahwa hampir sebagian besar (43,4%) ibu hamil memiliki pertambahan berat badan rendah selama masa kehamilan, dimana telah ditemukan hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan BBLR.
Selain
pertambahan
berat
badan
selama
masa
kehamilan,
pertambahan berat badan per trimester juga berpengaruh terhadap berat bayi saat lahir. Hasil penelitian Darmayanti, dkk (2010) di Banjarmasin menunjukan bahwa proporsi pertambahan berat badan ibu hamil <250 gram /minggu selama trimester II dan III pada kelompok kasus sebesar 54,1% dan kelompok kontrol sebesar 14,3%. Jika dilihat dari nilai Odds Rasio (OR), menunjukan bahwa kenaikan berat badan pada ibu hamil <250 gram/minggu selama trimester II dan III mempunyai risiko melahirkan bayi dengan status BBLR sebesar 7,1. Hasil yang berbeda dilaporkan di Karachi dengan desain studi kohort, dimana pertambahan berat badan ibu hamil tidak berhubungan dengan BBLR (Merchant., dkk, 2000). Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kejadian BBLR adalah karakteristik ibu. Karakteristik ibu diantaranya adalah usia ibu saat persalinan, pendidikan, jarak kehamilan, jumlah paritas, kepatuhan konsumsi
4
tablet Fe, penyakit penyerta selama kehamilan, status anemia dan jumlah kunjungan Antenatal Care (ANC) (Aea., dkk, 2014; Ahmed., dkk, 2012; Aminian., dkk, 2014; Darmayanti., dkk, 2010; Hidayah., dkk, 2012; Negi.,dkk, 2006; Singh., dkk, 2010). Berdasarakan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu per trimester dan selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Namun sampai saat ini, belum adanya penelitian terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan agar dapat diketahui hubungan pertambahan berat badan pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.
B. Rumusan Masalah
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan bayi dan dapat mempengaruhi jumlah Angka Kematian Bayi (AKB). Proporsi BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang mengalami peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013. Pertambahan berat badan ibu hamil merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi BBLR. Namun, sampai saat ini belum adanya penelitian terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Sehingga, perlu dilakukan penelitian secara
5
khusus terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015. C. Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimanakah distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 ? 2 Bagaimanakah distribusi karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat persalinan dan pendidikan ibu) pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 ? 3 Bagaimanakah hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.
6
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : a.
Diketahuinya distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015
b.
Diketahuinya distribusi karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat persalinan dan pendidikan ibu) pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015
c.
Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 20132015.
E. Manfaat Penelitian
1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pemegang kebijakan program kesehatan ibu dan anak terkait pengaruh pertambahan berat badan pada ibu hamil dengan kejadian BBLR, sehingga adanya upaya atau intervensi secara berkesinambungan untuk memberikan program edukasi berupa materi kesehatan secara detail. Adanya program edukasi kesehatan tersebut, diharapkan dapat menurunkan terjadinya kasus
7
pertambahan berat badan yang rendah pada ibu hamil serta dapat meningkatkan derajat kesehatan masayarakat. 2. Petugas Kesehatan Puskesmas Pamulang Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada petugas pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah bidan atau dokter kandungan. Sehingga mereka dapat memberikan edukasi dan konseling secara personal terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR, khususnya pertambahan berat badan selama masa kehamilan. 3. Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengetahuan terkait kesehatan kehamilan, sehingga ibu hamil dapat lebih waspada dan lebih teratur dalam menjaga status gizi selama masa kehamilan. 4. Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi dalam penelitian terkait BBLR, sehingga diharapkan dapat mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya terkait BBLR.
8
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi case-control. Semua kasus telah dijadikan sebagai sampel penelitian, sedangkan sampel pada kelompok kontrol diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis yang akan digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan berat pertama janin atau bayi baru lahir yang diperoleh setelah proses persalinan dengan berat kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). Terdapat dua kriteria BBLR, diantaranya adalah terjadi karena pertumbuhan janin yang terhambat dan bayi lahir dengan prematur. BBLR memiliki risiko terhadap kesehatan yang buruk, kecacatan bahkan kematian (OECD, 2010; UNICEF, 2004). B. Kategori Berat Bayi Lahir (BBL) Terdapat beberapa tipe BBL sesuai dengan berat lahir pertama kali, diantaranya adalah (CDC, 2009; Joyce., dkk, 2012; Kemenkes, 2014) : 1. Bayi lahir dengan berat lahir tinggi atau High Birth Weight (HBW) (≥4000 gram), biasanya terjadi pada usia kehamilan normal atau postterm dan kelahiran bayi prematur. HBW dapat meningkatkan risiko cedera kelahiran seperti distosia bahu (ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme kelahiran secara biasa), selain itu, angka kematian bayi lebih tinggi terjadi pada bayi yang lahir dengan berat ≥4000 gram dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat 3000 gram.
9
10
2. Bayi lahir dengan berat lahir sedang yakni sebesar 2500-3999 gram. 3. Bayi lahir dengan berat lahir cukup rendah yakni sebesar ≥1500-2400 gram, maka bayi tersebut membutuhkan pelayanan kesehatan khusus seperti pelayanan pengobatan atau pemeriksaan secara rutin. 4. Bayi lahir dengan berat lahir sangat rendah atau Very Low Birth Weight (VLBW) yakni <1500 gram, dapat meningkatkan risiko kejadian kronis seperti masalah saluran pernafasan, pertumbuhan postnatal yang buruk, gangguan otak dan penyakit infeksi. Kondisi ini membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus bagi petugas pelayanan kesehatan kepada pengasuh korban maupun korban dari bayi lahir dengan berat lahir sangat rendah. 5. Bayi lahir dengan berat lahir dibawah sangat rendah atau Extremely Low Birth Weight (ELBW) (<1000 gram), maka berakibat terjadinya Intelligence Quotient (IQ) bayi dibawah rata-rata. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR Menurut Institute of Medicine (IOM) menyebutkan bahwa, faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdapat tiga faktor. Tiga faktor tersebut diantaranya adalah faktor kesehatan ibu, faktor sosio-demografi dan faktor perilaku. Faktor kesehatan ibu terdiri dari IMT sebelum hamil, jumlah paritas, kehamilan ganda, penyakit penyerta selama masa kehamilan (penyakit infeksi, hipotensi, hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus gestasional), jarak kehamilan yang terlalu pendek, anemia, kurang energi kronis dan pertambahan berat badan yang rendah selama kehamilan. Faktor
11
sosiodemografi terdiri dari usia kehamilan, status pendidikan dan status ekonomi (IOM, 2009). Berikut penjelasan terkait faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR : 1. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Pertambahan berat badan pada ibu hamil merupakan salah satu fenomena biologis yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Di Indonesia, standar pertambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah sekitar 9-12 kg (Kemenkes, 2010). Namun, terdapat kelemahan terkait standar pertambahan berat badan ibu hamil di Indonesia yakni belum adanya standar pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil dan pertambahan berat badan per trimester. Beberapa penelitian di Negara Asia lainnya (Jepang, Taiwan dan Sri Lanka) telah menggunakan standar berat badan pada ibu hamil yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) (Watanabe., dkk, 2009; Tsai Ms., dkk, 2011). Hasil penelitian Abeysena (2011) di Kota Gampaha Sri Lanka menunjukan bahwa hampir sebagian besar (45,5%) ibu yang memiliki IMT overweight sebelum hamil memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan. Berikut standar pertambahan berat badan pada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan IMT Sebelum hamil: Tabel 1 Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan IMT sebelum hamil Kurang (<18,5 kg/m2) Normal (18,5-24,9 kg/m2) Overweight (25-29,9 kg/m2)
Total pertambahan berat badan (Kg) 12.5-18 11.5-16 7-11.5
12
IMT sebelum hamil Obesitas (≥30kg/m2)
Total pertambahan berat badan (Kg) 5-9
Sumber :(WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research Council, 2009) Sedangkan standar pertambahan berat badan tiap trimester (trimester 1 adalah usia kehamilan 0-12 minggu, trimester 2 adalah usia kehamilan 13-27 minggu dan trimester 3 adalah usia kehamilan 28-40 minggu) sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut : Tabel 2 Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap Trimester IMT sebelum hamil
Total pertambahan berat badan pada trimester I 1-3 kg
Pertambahan berat badan pada trimester ke II dan III per minggu 0,44 – 0,58 kg
Kurang (<18,5 kg/m2) Normal (18,5-24,9 1-3 kg 0,35 – 0,5 kg/m2) kg Overweight (251-3 kg 0,23 – 0,33 kg 29,9 kg/m2) Obesitas (≥30kg/m2) 0,2-2 kg 0,17 – 0,27 kg Sumber :(WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research Council, 2009)
Perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan pada ibu hamil tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologis ibu tetapi dipengaruhi juga oleh karakteristik ibu lain dan fakor biologis (metabolisme plasenta). Fungsi plasenta adalah sebagai organ endokrin dan zat perantara antara ibu dan janin. Perubahan homeostasis (kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan tubuh ibu) dapat merubah struktur dan fungsi plasenta yang dapat berdampak terhadap kondisi pertumbuhan janin. Fungsi plasenta lainnya adalah dapat berpengaruh
13
terhadap sistem metabolisme ibu karena adanya perubahan hormon insulin dan sistem peradangan, sehingga berakibat pada pertambahan berat badan pada ibu hamil (Kathlen., dkk, 2009). Secara umum, beberapa penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan BBLR. Penelitian yang dirangkum dengan menggunakan desain studi casecontrol, penelitian Aea (2013) di Algeria menunjukan bahwa pertambahan berat badan yang rendah selama kehamilan berhubungan dengan kejadian BBLR. Selain itu, telah disebutkan bahwa pertambahan berat badan mencapai 10 kg selama kehamilan dapat memberikan efek proteksi terhadap BBLR. Penelitian Mumbari (2009) menunjukan terdapat hubungan antara pertambahan berat badan selama hamil dengan BBLR. Berbeda dengan penelitian Merchant (2000) di Karachi bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan dengan BBLR.. Pernyataan tersebut didukung dengan alasan secara biologis, bahwa berat badan yang kurang selama kehamilan terjadi karena kurangnya nutrisi atau asupan makanan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan janin (Han, 2011). Pertambahan berat badan pada seorang wanita dipengaruhi oleh status gizi atau IMT seorang wanita termasuk periode sebelum hamil, untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut :
IMT
Berat Badan (Kg) = ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
14
Status gizi pada seorang ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dilihat pada bagan di bawah ini : Bagan 1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Ketersediaan makanan Status ekonomi Struktur keluarga
Status gizi ibu
Asupan Makanan
Kesehatan ibu :
Kesehatan anak :
Kondisi kehamilan
BBLR, kesakitan dan kematian
Sumber : Robbert, 1985 Kondisi ekonomi, ketersediaan makanan dapat mempengaruhi asupan makanan yang dikonsumi sehari-hari. Asupan makanan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi ibu. Jika asupan makanan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi dengan baik, maka status gizi ibu dapat dikatakan baik atau ideal. Begitu juga sebaliknya, jika asupan makanan dalam kehidupan sehari-hari kurang, maka status gizi ibu dapat dikatakan undernutrion atau kurang gizi sehingga berakibat terhadap kondisi kesehatan baik pada ibu maupun pada bayi yang akan dikandung (Robbert., dkk, 1985). Kekurangan nutrisi atau malnutrisi pada wanita dalam masa reproduksi dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu baik sebelum
15
hamil, selama kehamilan dan setelah masa kehamilan. Pada masa sebelum kehamilan berakibat rendahnya berat badan, berkurangnya cadangan lemak. Pada masa kehamilan dapat mengakibatkan berkurangnya durasi kehamilan, rendahnya pertambahan berat badan selama hamil sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin serta pada masa setelah kehamilan dapat mengakibatkan berkurangnya cairan Air Susu Ibu (ASI) dan buruknya status gizi pada seorang wanita Oleh karena itu, setiap wanita harus memiliki status gizi yang memadai sehingga ketika sedang hamil maka wanita tersebut dapat memiliki berat badan yang ideal. Jika pertambahan berat badan pada ibu hamil rendah maka dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan janin (Sato., dkk, 2012). 2. Jarak Kehamilan Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana (BKKBN) menganjurkan bahwa jarak kehamilan ideal adalah 2 tahun atau lebih (BKKBN, 2012), jarak kehamilan yang terlalu dekat (<1tahun) mengakibatkan nutrisi pada ibu yang kurang adekuat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan janin. Gangguan pertumbuhan janin dapat mengakibatkan berat bayi lahir rendah (Bener.,dkk, 2012) Hasil Penelitian Darmayanti (2010) menunjukan tidak ada hubungan antar jarak kehamilan dengan BBLR. Berbeda dengan penelitian Negi (2006) menunjukan jarak kehamilan kurang dari 12 bulan meningkatkan risiko melahirkan BBLR sebesar 2,58 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan.
16
3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe (Zat Besi) Departemen Kesehatan telah melaksanakan progam penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan (Depkes RI, 2010). Zat besi merupakan mikromineral yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin (Hb). Kekurangan zat besi dapat dikenal sebagai kekurangan gizi, baik pada negara maju maupun negara berkembang. Diperkirakan <50% wanita tidak memiliki cadangan zat besi yang cukup untuk kehamilan. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil rata-rata adalah 4,4 mg per hari (Muthayya.,dkk, 2009). Kekurangan zat besi dapat mempengaruhi bayi lahir rendah dan prematur. Hasil penelitian
Muthayya (2009) menunjukan bahwa
kekurangan zat besi selama masa kehamilan dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh pada ibu, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi saluran reproduksi yang dapat mempengaruhi gangguan kondisi kesehatan plasenta Setiap gangguan yang terjadi pada plasenta akan memberikan dampak yang serius terhadap pertumbuhan janin. Hasil penelitian Khanal (2011) menujukan ibu yang tidak mengkonsumsi tablet Fe selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi BBLR sebesar 1,83 dibandingkan dengan ibu yang mengkonsumsi zat besi. Penelitian Hidayah (2012) menunjukan bahwa ibu yang patuh mengkonsumsi tablet Fe berhubungan dengan kejadian anamia,
17
yang mana anemia pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab terjadinya BBLR (Singh., dkk, 2010).
4. Status Anemia Ibu Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis tubuh seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, usia kehamilan. Secara umum, status anemia dikaitkan dengan kurangnya konsumsi zat besi. Akan tetapi, kekurangan asam folat, vitamin A, vitamin B12 dan infeksi parasit juga dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah sehingga berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam tubuh (WHO, 2011). Berikut klasifikasi kadar hemoglobin pada ibu hamil (Manuaba, 2000) : Tabel 3 Kategori Kadar Hemoglobin dan Status Anemia pada Ibu Hamil Kadar hemoglobin >11 g/dl 9-10,9 g/dl 7-8 g/dl <7 g/dl Sumber : (Manuaba, 2000)
Kategori Anemia Tidak anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat
Anak usia 6-24 bulan, ibu hamil, ibu pasca melahirkan merupakan kelompok yang sering terkena anemia. Anemia pada ibu hamil didefinisikan jika kadar Hemoglobin (Hb) <11g/dl atau hematokrit <33% (WHO, 2006). Tanda-tanda anemia akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil tidak spesifik, kecuali pada anemia tingkat parah. Fatigue merupakan gejala yang paling umum, disertai dengan gejala pucat, sakit
18
kepala, jantung berdebar, sesak serta adanya gangguan perubahan suhu tubuh yang dapat menyebabkan ibu hamil merasa lebih dingin dari biasanya. Gejala kekurangan zat besi dapat terjadi tanpa anemia, hal ini dapat dilihat dari kurangnya konsentrasi, rambut rontok dan lain sebagainya (Pavord., dkk, 2011). Beberapa penelitian yang telah dirangkum dengan menggunakan desain studi case-control, Singh (2010) di Nepal menunjukan bahwa kadar hemoglobin pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan BBLR. Berbeda dengan hasil penelitian Sunare (2009), bahwa status anemia selama hamil tidak memberikan risiko melahirkan BBLR.
5. Penyakit Penyerta Selama Kehamilan Penyakit
yang dialami ibu selama masa kehamilan dapat
berpengaruh terhadap gangguan pertumbuhan intraurine atau Intraurine Growth Retardation (IUGR). IUGR merupakan salah satu penyebab kurangnya asupan energi dan protein pada ibu selama masa kehamilan sehingga mengakibatkan terjadinya kasus BBLR (Grible, 2003; Gross, 1997). Pada umumnya penyakit yang dialami oleh ibu selama masa kehamilan dan berisiko terhadap kondisi kesehatan janin diantaranya adalah hipotensi, hipertensi atau pre eklampsia, diabetes melitus gestasional, perdarahan, riwayat penyakit infkesi (rubella, HIV/AIDS) (IOM, 1985). Hasil penelitian Aea (2013) dengan menggunakan desain case control menunjukan bahwa ada hubungan antara penyakit diabetes yang dialami ibu selama masa hamil dengan kejadian BBLR.
19
6.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) Anjuran kunjungan antenatal pada ibu hamil adalah minimal empat kali yang terbagi pada tiap trimester (Kemenkes, 2010) : a.
Satu kali pada trimester ke-I (kehamilan hingga 12 minggu)
b.
Satu kali trimester ke-2 (usia kehamilan >12 - 24 minggu)
c.
Dua kali pada trimester ke-3 (usia kehamilan >24 sampai dengan minggu ke 36
Hasil penelitian Fonseca (2014) dan Negi (2006) menunjukan bahwa jumlah kunjungan antenatal berhubungan dengan BBLR. Hal ini dikarenakan ibu yang melakukan kunjungan antenatal secara rutin dapat memperoleh informasi kesehatan baik kesehatan ibu maupun janin dari petugas kesehatan secara detail. Kunjungan NAC salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Hasil penelitian Low., dkk (2005) menunjukan bahwa pendidikan yang rendah berisiko terhadap kepatuhan kunjungan ANC selama hamil sebesar 1,82.
7. Jumlah Paritas Secara nasional, pemerintah Indonesia memberikan aturan kepada pasangan suami istri bahwa 2 anak pada masing-masing pasangan suami istri sudah cukup (BKKBN, 2012). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk pemerataan jumlah penduduk Indoensia. Jumlah paritas yang terlalu banyak dapat memberikan dampak kesehatan baik pada ibu dan bayi. Secara biologis, jumlah paritas berpengaruh terhadap BBLR dikarenakan terdapat kemungkinan adanya insiden plasenta previa (plasenta terletak di
20
bagian bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh jalan lahir) dan komplikasi pendarahan pada ibu yang memiliki jumlah kelahiran yang lebih banyak, sehingga berpengaruh terhadap berat bayi yang akan dilahirkan (Mukhtar., djkk, 2005). Beberapa penelitian yang dirangkum dengan desain studi kohort, Aminian (2014) menunjukan ada hubungan antara jumlah paritas dengan BBLR. Negi (2006) menunjukan bahwa paritas pertama meninggkatkan risiko lahir BBLR sebesar 3,2 dibandingkan paritas kedua dan selanjutnya. Pada desain studi yang sama penelitian Darmayanti (2010) menunjukan jumlah paritas tidak meningkatkan risiko melahirkan BBLR. 8. Sosio-Demografi Secara umum, faktor sosio demografi terdiri dari usia dan pendidikan. Dalam hal ini usia ibu saat melahirkan mempunyai pengaruh terhadap kondisi janin yang akan dilahirkan yakni BBLR. Ibu yang mengalami persalinan pada rentang usia risiko tinggi (<20 tahun atau >35 tahun) dapat disebabkan karena faktor pendidikan dan status ekonomi yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap kondisi janin yang dilahirkan (IOM, 1985). Beberapa penelitian menunjukan hasil yang kontradiktif terkait usia ibu saat melahirkan dengan kejadian BBLR. Penelitian Ahmed (2012) di Pakistan menunjukan ada hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan BBLR. Penelitian Esimai (2014) di Nigeria bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan pertambahan berat badan selama hamil namun tidak
21
ada hubungan antara usia ibu dengan BBLR. Selain itu Reichman (2006) di kota Amerika menunjukan bahwa ibu yang melahirkan di usia >35 tahun dan <20 tahun berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebesar 2,1 kali. Berbeda dengan penelitian Harlod (2007) dengan desain studi cross sectional dan penelitian Wado (2013) dengan desain studi cohort bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu pada saat melahirkan dengan kejadian BBLR. Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui alasan usia ibu pada saat persalinan dengan BBLR dari proses biologis. Usia ibu saat melahirkan yang paling berisiko pada umunya terjadi pada usia remaja (<20 tahun) dan usia lanjut usia (>35 tahun). Pada ibu yang tergolong usia remaja, maka dapat diketahui proses biologis yang berpengaruh terhadap berat bayi yang akan dilahirkan. Proses biologis tersebut adalah (Roth, 1998; Gross, 1997) : a. Berkurangnya aliran darah pada mulut rahim dan uterus akibat ketidakmatangan organ rahim sehingga mempengaruhi aliran nutrisi dari rahim ibu ke janin b. Adanya persaingan kebutuhan gizi antara ibu dengan janin, oleh karena itu direkomendasikan agar tetap menjaga asupan makanan dan kalori dalam kehidupan sehari-hari Sedangkan pada ibu hamil dengan usia lansia (>35 tahun), proses biologis yang berpengaruh terhadap berat lahir bayi adalah (Roth, 1998; Ullah, 2003) :
22
a. Tingginya prevalensi masalah kesehatan kronis yang berkaitan dengan usia seperti hipertensi, diabetes melitus, komplikasi kesehatan pada masa hamil yang berpengaruh terhadap berat lahir bayi b. Menurunnya potensi kesuburan c. Berubahnya pola gaya hidup yang kurang sehat sehingga menimbulkan beberapa penyakit pada ibu dan dapat mempengaruhi kondisi janin Faktor sosiodemografi lain adalah pendidikan. Penelitian Ahmed (2012)
di
Pakistan
menunjukan
bahwa
pendidikan
ibu
dapat
mempengaruhi kondisi berat bayi yang akan dilahirkan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang penting terhadap kesehatan dan meningkatkan kesadaran diri untuk periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Berbeda dengan penelitian Aminian (2014) di Iran menyebutkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. 9.
KerangkaTeori
Faktor penyebab BBLR sangat beragam, berdasarkan beberapa literatur disebutkan bahwa pertambahan berat badan badan ibu hamil, karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat persalinan dan pendidikan ibu)
23
merupakan faktor penyebab terjadinya BBLR. Sehingga didapatkan kerangka teori sebagai berikut :
24
Bagan 2 Kerangka Teori
Faktor Sosiodemografi
Faktor Perilaku
Pendidikan ibu
Kepatuhan konsumsi tablet Fe
Faktor Kesehatan Ibu
Asupan makanan (kurang)
Status gizi ibu (malnutrisi)
Cadangan simpanan lemak dan otot berkurang
IMT sebelum hamil Usia ibu saat persalinan
Usia Tua (>35 tahun)
Adanya riwayat penyakit kronis
Jumlah kunjungan ANC
Status anemia
Usia Muda (<20 tahun)
Ketidakseimbang an kebutuhan gizi antara ibu dan anak
Penurunan fungsi kekebalan tubuh pada ibu
Jumlah paritas >3
Berat Bayi Lahir Rendah
Gangguan pertumbuhan plasenta
Plasenta Previa
Riwayat penyakit selama masa kehamilan
Gangguan pertumbuhan janin
Rentan teinfeksi pada saluran reproduksi
Faktor Kesehatan Ibu Jarak kehamilan (<1 tahun)
Pertambahan berat badan ibu hamil yang rendah
24
nutrisi ibu tidak adekuat
Sumber: (Bener, 2012), (Grible, 2003), (IOM, 1985), (Manuaba, 2000), (Muthayya, 2009), (Merril, 2010), (Mukhtar, 2005), (Roth, 1998), (Sato, 2012)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN UJI HIPOTESIS
A.
Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa variabel yang dijadikan sebagai konsep penelitian, diantaranya adalah: 1.
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Secara biologis, variabel ini berpengaruh langsung terhadap status berat bayi saat lahir. Selain itu, variabel ini dapat ditelusuri secara langsung melalui rekam medis yang telah dimiliki oleh kelompok kasus dan kontrol, yakni buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang mana sebagian besar ibu hamil di Indonesia dianjurkan untuk memiliki buku kesehatan mulai masa kehamilan sampai anak berusia 5 tahun.
2.
Variabel karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat persalinan dan pendidikan ibu) Variabel tersebut dapat ditelusuri langsung melalui buku KIA dan ditanyakan langsung kepada kelompok kasus dan kontrol.
25
26
Selain itu, terdapat variabel yang tidak dijadikan sebagai konsep penelitian, yakni : a.
Variabel asupan makanan Variabel tersebut mempunyai risiko bias informasi yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan ingatan yang sangat kuat pada partisipan kelompok kasus dan kontrol terhadap makanan yang telah dikonsumsi sehari-hari selama masa kehamilan di masa lampau. Selain itu, tidak adanya catatan terkait asupan makanan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan pada buku KIA.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperoleh kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Bagan 3. Kerangka Konsep Penelitian Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Karakteristik Ibu : Jarak Kehamilan Kepatuhan konsumsi Tablet Fe (Zat Besi) Status Anemia Ibu Penyakit penyerta selama masa
kehamilan Kunjungan ANC Jumlah Paritas Usia ibu saat persalinan Pendidikan Ibu
BBLR
B. Definisi Operasional Tabel 4. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
1
BBLR
Bayi yang lahir pada tahun 2013-2015 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dengan berat lahir <2500 gram
Telaah dokumen
Rekam medis persalinan (baik persalinan di Puskesmas Pamulang maupun laporan dari BPS wilayah kerja Puskesmas Pamulang) tahun 2013-2015
0. Normal (jika berat bayi lahir (≥2500 gram) 1. BBLR (jika berat bayi lahir <2500 gram)
2
Pertambahan berat badan ibu hamil selama masa kehamilan
Naiknya berat badan partisipan selama bulan pertama hamil sampai menjelang persalinan berdasarkan IMT sebelum hamil
Telaah dokumen
Form catatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan
0. Normal (IMT kurang=12,5-18 kg, IMT normal=11,5-16 kg, IMT overweight=711,5 kg, IMT obesitas= 5-9 kg) 1. Kurang (IMT kurang= <12,5 kg, IMT normal= <11,5 kg, IMT overweight= <7 kg,
27
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
IMT obesitas= <5kg) 2. Lebih (IMT kurang= >18 kg, IMT normal= >16 kg, IMT overweight= >11,5 kg, IMT obesitas= >9 kg) (WHO, 2004; IOM dan NRC, 2009) 3
Pertambahan berat badan ibu hamil per trimester
Naiknya berat badan partisipan per trimester ( I, II dan III) berdasarkan IMT sebelum hamil
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan
4
Jarak kehamilan
Rentang waktu antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan terakhir
Wawancara terstruktur
Kuesioner
5
Kepatuhan konsumsi tablet Fe
Ketaatan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
Telaah dokumen dan wawancara
Form cacatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan
28
0. Normal 1. Kurang 2. Lebih
Ordinal
(WHO, 2004; IOM dan NRC, 2009) 0. ≥2 tahun 1. <2 tahun
0. Patuh, jika mengkonsumsi tablet
Ordinal
Ordinal
No
Variabel
Definisi sesuai (Minimal 90 tablet Fe) dengan jumlah yang seharusnya diminum berdasarkan pengakuan partisipan dan didukung dengan catatan rekam medis dalam buku KIA partisipan
Cara Ukur terstruktur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan dan kuesioner
Fe 80% yang seharusnya minimal dikonsumsi 1. Tidak Patuh jika mengkonsumsi tablet Fe< 80% yang seharusnya minimal dikonsumsi
Skala Ukur
(Iswanto, 2012) 6
Status Anemia pada Ibu hamil
Kadar Hemoglobin partisipan selama masa kehamilan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Hb (Hemoglobin)
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan
0. Tidak anemia (Hb ≥11 gr/dl) 1. Anemia (Hb <11 gr/dl)
Ordinal
7
Penyakit penyerta selama masa kehamilan
Gangguan kesehatan yang diderita partisipan selama masa kehamilan dan dapat berisiko terhadap kondisi kesehatan partisipan maupun janin. Penyakit tersebut berdasarkan atas diagnosa petugas kesehatan
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan
0. Tidak ada 1. Ada
Ordinal
29
No
8
Variabel
Kunjungan ANC Selama masa kehamilan
Definisi
Cara Ukur
Jumlah pemeriksaan kesehatan yang dijalani partisipan selama masa kehamilan ke fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan catatan dalam buku KIA
Telaah dokumen
Alat Ukur
Form cacatan kesehatan ibu hamil dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki oleh partisipan
9
Jumlah Paritas
Jumlah persalinan yang pernah dialami oleh partisipan
Wawancara terstruktur
Kuesioner
10
Usia Ibu Saat persalinan
Umur partisipan pada saat persalinan di tahun 20132015
Wawancara terstruktur
Kuesioner
30
Hasil Ukur
0. ≥ nilai rata-rata hasil penelitian
Skala Ukur Ordinal
1. < nilai rata-rata hasil penelitian
0. Primipara: jumlah persalinan=1 1. Multipara jumlah persalinan=2-3 2. Grandemultipara : jumlah persalinan > 3 (Negi, 2006) 0. Usia tidak risiko tinggi (20-35 tahun) 1. Usia risiko tinggi <20 tahun dan >35 tahun) (IOM, 2009)
Ordinal
Ordinal
No 11
Variabel Pendidikan Ibu
Definisi
Cara Ukur
Tingkat studi terakhir yang Wawancara ditempuh oleh partisipan terstruktur sampai tahun 2015
31
Alat Ukur Kuesioner
Hasil Ukur 0. Lebih dari 9 tahun 1. Sekolah wajib 9 tahun 2. Kurang dari 9 tahun
Skala Ukur Ordinal
32
C. Uji Hipotesis
Hasil penelitian yang akan diharapkan oleh peneliti adalah : Ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015
32
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Epidemiologi analitik dengan desain studi case-control. Desain studi case control dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi antara variabel pertambahan berat badan ibu hamil dan karakteristik ibu pada kelompok kasus dan kontrol, serta melihat hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR. B.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada bulan Maret – Mei 2015. Wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari empat kelurahan, yakni Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Ilir (PCI) dan Pondok Cabe Udik (PCU). Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang yang melayani proses persalinan dan rutin melaporkan data persalinan di Puskesmas Pamulang adalah Bidan Praktik Swasta (BPS) dan Klinik Kesehatan, dimana terdapat 27 BPS dan 1 klinik kesehatan. Lokasi penelitian dipilih dikarenakan proporsi kasus BBLR di Puskesmas Pamulang mengalami peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013.
33
34
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian (population study) adalah ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dan telah melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015. Populasi penelitian terdiri dari kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus merupakan ibu yang melahirkan bayi dengan status BBLR (<2500 gram) pada tahun 2013-2015. Sedangkan kontrol merupakan ibu yang melahirkan bayi normal (≥2500 gram) pada tahun 2013-2015. Selain itu, penentuan populasi penelitian yang dapat diteliti (eligible population) adalah ibu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kasus dapat dilihat pada Bagan 4. Bagan 4 Alur Pemilihan Sampel pada Kelompok Kasus dan Kontrol
Catatan Rekam Medis Persalinan di Puskesmas Pamulang dan BPS Wilayah Kerja Puskasmas Pamulang Tahun 2013-2015 (n=903) Semua bayi yang lahir dengan berat <2500 gram (Kasus) Eksklusi (n=49) Tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pamulang (n=7)
Bayi yang lahir dengan berat ≥2500gram (kontrol) (n=854)
Tingga di luar wilayah kerja Puskesmas Pamulang (n=63)
Lahir mati (n=0) Lahir mati (n=0) Prematur (n=3) Prematur (n=3) Lahir kembar (n=2) Lahir kembar ( n=2)
Semua kasus (n=37) Kontrol dipilih secara simple random sampling (n=74)
35
1.
Kriteria Inklusi Kasus a. Ibu yang tercatat di rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang (baik rekam medis persalinan di Puskesmas Pamulang maupun laporan dari Bidan Praktik Swasta (BPS) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang) dengan catatan melahirkan BBLR (<2500 gram) tahun 2013-2015 (n= 49). b. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari empat kelurahan yakni Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir (n= 42).
2.
Kriteria Eksklusi Kasus a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pamulang (n=7) b. Ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Pamulang atau BPS di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dengan catatan lahir mati (n= 0). c. Ibu yang melahirkan bayi prematur (<37 minggu) (n=3). d. Ibu yang melahirkan bayi dengan catatan lahir kembar (n=2). e. Ibu yang tidak memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (n=0).
36
Sedangan kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut : 3.
Kriteria Inklusi Kontrol a. Ibu yang tercatat di rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang (baik rekam medis persalinan di ruang bersalin Puskesmas Pamulang maupun laporan dari BPS (Bidan Praktik Swasta) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang) dengan catatan melahirkan normal (≥2500 gram) tahun 2013-2015 (n= 854). b. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari empat kelurahan yakni Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir (n=791).
4.
Kriteria Eksklusi a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pamulang (n=63). b. Ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Pamulang atau BPS di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dengan catatan lahir mati (n= 0). c. Ibu yang melahirkan bayi prematur (<37 minggu) (n= 3). d. Ibu yang melahirkan bayi dengan catatan lahir kembar (n=2). e. Ibu yang tidak memiliki buku KIA (n=0). Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, maka
sampel yang akan dibutuhkan pada penelitian ini adalah (Ariawan, 1998) :
37
z n
1 / 2
(1 1 / k ) p (1 p ) z1
dimana :
p1 (1 p1 ) ( p 2 (1 p 2 )) k
2
( p1 p 2 ) 2
dan P = (P1 + kP2)/(1+k)
peneliti akan menggunakan : a. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol sebesar 1:2 b. Tingkat kemaknaan ( z1 / 2 ) = 5% (1,96) c. Kekuatan uji ( z1 )= 80% (0,84) diketahui:
1,96 n
P2 = 54,1% (Darmayanti, 2010)
Z1-α/2 = 1.96
OR = 7,1 (Darmayanti, 2010)
Z1-β/2 = 0.84
(1 1 / 2) x0,5 x(1 0,5) 0,84 0,8 x(1 0,8) (0,541x(1 0,541)) / 2
2
(0,8 0,541) 2
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada kelompok kasus adalah 37 kasus dan kelompok kontrol sebesar 37 x 2 =74 kontrol. Peneliti memperkirakan adanya partisipan yang tidak mau berpartisipasi dalam penelitian (non respon) sebesar 5% pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol, 37 x 5%= 1,8 ≈2 dan 74 x 5%= 3,7≈4. Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada :
a. Kelompok kasus menjadi 37+2= 39 kasus b. Kelompok kontrol menjadi 74+4= 78 kontrol.
36,6 37
38
Semua kasus telah dijadikan sebagai sampel penelitian. Sedangkan sampel pada kelompok kontrol diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling, kemudian melakukan pengundian terhadap kelompok kontrol melalui nama ibu yang di dapatkan dari frame sampling persalinan tahun 2013-2015 (baik dari laporan persalinan Puskesmas Pamulang maupun BPS). D.
Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni telaah dokumen dan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Telaah dokumen berasal dari rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 dan buku KIA yang dimiliki partisipan. Dokumen dari rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang diperoleh informasi terkait variabel kasus BBLR maupun non BBLR. Pada dokumen tersebut, peneliti telah mengambil data yang terdiri dari identitas ibu hamil (nama istri dan suami) serta alamat lengkap ibu. Dokumen yang berasal dari form catatan kesehatan ibu hamil dalam buku KIA diperoleh informasi terkait variabel pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan dan per trimester, penyakit penyerta selama kehamilan dan status anemia, kepatuhan konsumsi tablet Fe dan jumlah kunjungan ANC. Metode wawancara terstruktur diperoleh informasi terkait variabel jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, jumlah paritas, usia ibu saat melahirkan dan pendidikan ibu. Pada variabel kepatuhan konsumsi tablet
39
Fe, peneliti juga melakukan probing dengan partisipan penelitian. Pelaksanaan probing tersebut bertujuan untuk menggali informasi secara detail terkait jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi oleh partisipan kasus maupun kontrol selama masa kehamilan. E.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki partisipan. Kuesioner terdiri dari pertanyaan terkait pertambahan berat badan selama hamil, usia ibu saat persalinan, pendidikan ibu, jumlah paritas, jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, penyakit penyerta selama masa kehamilan, status anemia dan jumlah kunjungan ANC.
F.
Manajemen Data Manajemen data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut 1. Peneliti melakukan pemeriksaan data (data editing), yakni melakukan pemeriksaan dan klarifikasi terhadap partisipan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan inklusi pada kelompok kasus dan kontrol saat penelitian berlangsung. Pemeriksaan tersebut bertujuan agar partisipan yang masuk dalam penelitian dapat dipastikan telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti, sehingga kemungkinan bias seleksi dan bias informasi sangat kecil. 2. Peneliti melakukan pengkodean (coding), yakni menetapkan kode pada masing-masing variabel untuk memudahkan dalam proses
40
entri data. Berikut beberapa kode dalam penelitian : Tabel 5 Daftar Kode Penelitian Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
Kode IR1-IR13 A1-A3 B1-B2 C1-C2 D1-D2 E
3. Peneliti
melakukan
Keterangan Sosiodemografi variabel terkait pertambahan berat badan selama hamil variabel status anemia variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan variabel jumlah kunjungan ANC
pemasukkan
data
(entry
data),
yakni
melakukan entri data pada kuesioner yang telah di coding ke dalam komputer untuk dianalisis secara statistik. Proses pemasukkan data dilakukan dengan bantuan software analisis data. 4. Peneliti melakukan pembersihan data (data cleaning), yakni peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang sudah di entry kedalam computer. Jika data pertambahan berat badan ibu hamil dan karakteritik ibu belum terisi lengkap, maka data tersebut tidak dilanjutkan untuk dianalisis. G.
Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.
41
a. Analisis Univariat Analisis univariat telah dilakukan terhadap semua variabel penelitian. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk melihat distribusi semua variabel penelitian pada kelompok kasus maupun kontrol. Pada variabel kunjungan ANC, peneliti melakukan analisis rata-rata dan standar deviasi terlebih dahulu. Kemudian dari hasil rata-rata tersebut, dikategorikan menjadi dua kategori (
0,05. Selain itu, pada kategori pertambahan berat badan ibu hamil yang lebih tidak di analisis lebih lanjut. Analisis bivariat yang dilakukan hanya pertambahan berat badan ibu hamil yang normal dan kurang. Hasil analisis bivariat berupa nilai Odds Ratio (OR). Jika dalam penelitian ini dihasilkan nilai OR dengan rentang Confident interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1,0 maka bisa dinyatakan signifikan pada α 5%. Namun jika rentang
42
nilai CI mencakup 1,0 maka hasil penelitian dinyatakan tidak signifikan secara statistik pada nilai α 5%.
BAB V
HASIL
A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil selama Masa Kehamilan dan Per Trimester pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 Kategori
Kasus (<2500 gr) n (%)
Kontrol (≥2500 gr) n (%)
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan 1. Normal 2. Lebih 3. Kurang Jumlah
9 (24,3) 0 (0,0) 28 (75,7) 37(100,0)
39 (49,4) 7 (8,9) 33 (41,8) 79 (100,0)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I 1. Normal 2. Lebih 3. Kurang Jumlah
15 (40,5) 0 (0,0) 22 (59,5) 37 (100,0)
39 (49,4) 1 (1,3) 39 (49,4) 79 (100,0)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II 1. Normal 2. Lebih 3. Kurang Jumlah
13 (35,1) 0 (0,0) 24 (64,9) 37(100,0)
43
37 (46,8) 13 (16,5) 29 (36,7) 79 (100,0)
44
Kategori
Kasus (<2500 gr) n (%) Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III 1. Normal 2. Lebih 3. Kurang Jumlah
Kontrol (≥2500 gr) n (%)
16 (43,2) 0 (0,0) 21 (56,8) 37(100,0)
45 (57,0) 13 (16,5) 21 (26,5) 79 (100,0)
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa, mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan. Sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4) dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil trimester I, sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang, sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan yang normal (49,4%) dan kurang (49,4%). Pertambahan berat badan ibu hamil trimester II, sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang, sedangkan sebagian besar (46,8%) kelompok
kontrol
memiliki
pertambahan
berat
badan
normal.
Pertambahan berat badan ibu hamil trimester III, sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang, sedangkan sebagian besar (57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal. B. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 Karakteristik ibu dalam penelitian ini terdiri dari jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, kunjungan ANC, jumlah paritas, usia ibu saat melahirkan serta
45
pendidikan ibu. Distribusi karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Karakteritik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 Kategori
Kasus (<2500 gram) n (%)
Kontrol (≥2500 gr) n (%)
P value
Jarak kehamilan ≥2 tahun <2 tahun Jumlah
22 (91,7) 2 (8,3) 24 (100,0)
52 (92,9) 4 (7,1) 56 (100,0)
0,854
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Patuh Tidak Patuh Jumlah
16 (43,2) 21 (56,8) 37 (100,0)
42 (53,2) 37 (46,8) 79 (100,0)
0,319
Status Anemia Tidak Anemia (≥11g/dl) Anemia (<11g/dl) Jumlah
22 (59,5) 15 (40,5) 37 (100,0)
56 (70,9) 23 (29,1) 79 (100,0)
0,226
3 (20,0) 2 (13,3) 10 (66,7)
3 (13,0) 18 (78,3) 2 (8,7)
Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan Ada Tidak Ada Jumlah
10 (27,0) 27 (73,0) 37 (100,0)
7 (8,9) 72 (91,1) 79 (100,0)
0,013
Kunjungan ANC Selama Masa Kehamilan ≥ Nilai rata-rata hasil penelitian* < Nilai rata-rata hasil penelitian Jumlah
25 (67,6) 12 (32,4) 37(100,0)
65 (82,3) 14 (17,7) 79 (100,0)
0,083
Jumlah Paritas Primipara (1 anak) Multipara (2-3 anak) Grandemultipara (>3 anak) Jumlah
13 (35,1) 22 (59,5) 2 (5,4) 37 (100,0)
25 (31,6) 51 (64,6) 3 (3,8) 79 (100,0)
0,861
30 (81,1) 7 (18,9)
67 (84,8) 12 (15,2)
0,617
37 (100,0)
79 (100,0)
Anemia Trimester I Anemia Trimester II Anemia Trimeste III
Usia Ibu Saat Melahirkan Usia tidak risiko tinggi Usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) Jumlah
46
Kategori
Kasus (<2500 gram) n (%)
Kontrol (≥2500 gr) n (%)
Pendidikan Ibu > 9 tahun Wajib 9 tahun <9 tahun
27 (73,0) 7 (18,9) 3 (8,1)
57 (72,2) 15 (19,0) 7 (8,9)
Jumlah
37 (100,0)
79 (100,0)
P value
0,901
Keterangan: (*) : Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus =8,86 ±1,73 dan
kontrol =9,86 ±2,18 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa mayoritas kedua kelompok memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun yakni 91,7% pada kelompok kasus dan 92,9% pada kelompok kontrol. Jumlah kelompok kasus dan kontrol pada variebel ini berbeda dengan jumlah sampel keseluruhan, hal ini dikarenakan adanya sampel kasus maupun kontrol yang baru memiliki anak pertama sehingga jarak kehamilan pada kelompok tersebut tidak berlaku. Variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe selama masa kehamilan, sebagian besar (56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi tablet Fe, sedangkan sebagian besar (53,2%) kelompok kontrol patuh konsumsi tablet Fe. Variabel status anemia, terdapat kelompok kasus yang mengalami anemia yakni sebesar 40,5% dan kelompok kontrol sebesar 29,1%. Kelompok kasus cenderung mengalami anemia pada trimester III, sedangkan kelompok kontrol cederung mengalami anemia pada trimester II. Variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan, terdapat kelompok kasus (27%) dan kontrol (8,9%) yang memiliki penyakit penyerta selama masa kehamilan. Variabel kunjungan ANC kehamilan, mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus (67,6%) dan kontrol (82,3%). Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus
47
adalah 8,86 dengan standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. Variabel jumlah paritas, terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok kontrol yang memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara). Variabel usia ibu saat melahirkan, terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni <20 tahun dan >35 tahun. Variabel pendidikan ibu, mayoritas kelompok kasus (73%) dan kontrol (72,2%) telah menjalani pendidikan lebih dari 9 tahun. C. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 Hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan dan Per Trimester dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 Kategori
Kasus (<2500 gr)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
n (%)
Crude OR (95% CI)
Adjusted OR (95%CI)*
Pertambahan Berat Badan Ibu selama masa kehamilan 1. Normal 2. Kurang Jumlah a
9 (24,3) 28 (75,7) 37(100,0)
39 (49,4) 33 (41,8) 72 (91,2)
1,00 (Reference) 3,68 (1,52-8,87)
4,07 (1,60 –10,34)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I 1. Normal
15 (40,5)
39 (49,4)
1,00 (Reference)
2. Kurang Jumlah b
22 (59,5) 37 (100,0)
39 (49,4) 78 (98,8)
1,46 (0,66-3,23)
1,59 (0,69– 3,62)
48
Kategori
Kasus (<2500 gr)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
n (%)
Crude OR (95% CI)
Adjusted OR (95%CI)*
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II 1. Normal
13 (35,1)
37 (46,8)
1,00 (Reference)
2. Kurang Jumlah c
24 (64,9) 37 (100,0)
29 (36,7) 66 (83,5)
2,35 (1,02-5,41)
2,30 (0,97-5,45)
1,00 (Reference) 2,95 (1,27-6,82)
2,67 (1,13-6,32)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III 1. Normal 2. Kurang Jumlah d
16 (43,2) 21 (56,8) 37 (100,0)
45 (57,0) 21 (26,5) 66 (83,5)
(*)Adjusted OR= Penyakit penyerta selama masa kehamilan a)
7 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan dikeluarkan dari analisis.
b)
1 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester I dikeluarkan dari analisis.
c)
13 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester II dikeluarkan dari analisis.
d)
13 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester III dikeluarkan dari analisis.
Berdasarkan Tabel 8, hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama masa kehamilan dengan kejadian BBLR (Crude OR=3,68; 95%CI=1,52-8,87). Setelah dikontrol dengan variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan, hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan dan disertai dengan adanya penyakit penyerta selama masa kehamilan berisiko lebih tinggi (yakni sebesar 4,07 kali) melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan dan tidak disertai dengan penyakit penyerta selama masa kehamilan. Secara statistik,
49
didapatkan hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil selama masa kehamilan dengan kejadian BBLR (95% CI= 1,60 – 10,34). Hasil uji bivariat pada variabel pertambahan berat badan per trimester, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester I dengan kejadian BBLR. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara pertambambahan berat badan selama trimester II dan III dengan kejadian BBLR. Setalah dikontrol dengan variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan, hasil uji bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan selama trimester I (Adjusted OR=1,59; 95% CI=0,69– 3,62) dan trimester II (Adjusted OR=2,30; 95% CI=0,97-5,45) dengan kejadian BBLR. Sedangkan pada variabel pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=2,67; 95% CI=1,13-6,32).
50
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini menampilkan distribusi pertambahan berat badan ibu hamil dan karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol tahun 20132015, yang mana pada tahun 2015 data diambil sampai bulan Februari. Namun, dalam proses pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah: 1. Terdapat alat timbangan berat bayi (baby scale) yang berbeda di masingmasing Bidan Praktik Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diantaranya adalah timbangan manual dan digital. Sehingga terdapat kemungkinan adanya kesalahan pada saat pelaksanaan timbang bayi, karena kesalahaan saat kalibrasi. 2. Adanya beberapa data persalinan bulan Februari 2015 yang belum dilaporkan oleh Bidan Praktik Swasta ke Puskesmas Pamulang, sehingga kemungkinan masih adanya kasus yang tidak dijadikan sampel penelitian. 3. Lingkup
wilayah
penelitian
yang
kecil
sehingga
hanya
dapat
digeneralisasikan terhadap empat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
51
4. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi case control, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya bias informasi terutama pada varianbel kepatuhan konsumsi tablet Fe. Hal ini dikarenakan tidak semua ibu hamil mengingat jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi selama masa kehamilan, serta tidak semua ibu hamil telah mengkonsumsi tablet Fe secara tuntas sesuai dengan anjuran bidan. Namun peneliti tetap melakukan probing untuk meminimalisir terjadinya bias informasi tersebut. 5. Distribusi pertambahan berat badan yang lebih tidak seimbang( baik pertambahan berat badan selama masa kehamilan maupun per trimester), dimana kelompok kasus sebesar (0,0%), sehingga pertambahan berat badan ibu hamil yang lebih selama kehamilan tidak dilanjutkan pada analisis bivariat. 6. Masih terbatasnya jurnal atau artikel ilmiah terkait standar pertambahan berat badan ibu hamil (sesuai IMT sebelum hamil) di Indonesia, sehingga peneliti berpedoman kepada standar pertambahan berat badan ibu hamil yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 2009, yang mana standar tersebut telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu dan telah dilakukan di negara Asia lainnya (Taiwan, Thailand, Pakistan). 7. Pada variabel status anemia memiliki bias informasi yang tinggi, hal ini dikarenakan terdapat beberapa kelompok kasus yang melakukan pemeriksaan hemoglobin tidak sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Sehingga hasil diagnosa anemia per trimester kurang akurat.
52
B. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol
1. Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan. Sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4%) dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan. Penilaian pertambahan berat badan ibu hamil dapat dilihat berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT ibu sebelum hamil). IOM tahun 2009 merekomendasikan standar pertambahan berat badan ibu hamil berdasakan status IMT sebelum hamil diantaranya adalah IMT kurang=12,5-18 kg, IMT normal=11,5-16 kg, IMT overweight=7-11,5 kg dan IMT obesitas= 5-9 kg. Hasil penelitian yang sama dengan penelitian ini dilaporkan oleh Susilojati (2013), bahwa sebagian besar (58,8%) ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi berat lahir normal dan ibu yang memiliki pertambahan berat badan kurang sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi berat lahir rendah (12,9%). Aea (2014) di Algeria juga menunjukan bahwa mayoritas (71%) pertambahan berat badan ibu hamil yang kurang dari standar Intstitute of Medicine (IOM) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
53
Pertambahan berat badan selama masa kehamilan terjadi karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan perubahan metabolik tubuh dari ibu. Namun perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu, baik status gizi ibu sebelum hamil maupun selama masa kehamilan. Status gizi ibu yang baik sebelum hamil dapat menggambarkan ketersediaan cadangan zat gizi dalam tubuh ibu yang siap untuk mendukung pertumbuhan janin selama masa kehamilan. Selain itu, status gizi ibu hamil juga dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi dan energi sesuai dengan kebutuhan ibu selama masa kehamilan. (Puspitasari, dkk, 2011). Berdasarkan temuan pada saat penelitian berlangsung di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, terdapat informasi tambahan bahwa kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki pertambahan berat badan kurang dikarenakan faktor kurangnya konsumsi zat gizi dan energi yang cukup dan tidak teratur selama masa kehamilan. Peraturan Menteri Kesehatan No 41 tahun 2014 menyatakan bahwa selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan zat gizi dan energi yang cukup sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan. Hal ini dikarenakan kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan merupakan hal terpenting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Semua kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tidak hamil, dimana pada umumnya kekurangan energi protein dan mineral seperti zat besi dan kalsium sering dialami oleh ibu hamil. Sehingga, jumlah total
54
energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah ±74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 kalori. Kebutuhan energi per hari selama masa kehamilan dapat dirinci dengan membagi angka 270 (perkiraan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 297 kalori/hari (Louis,
2004; Marie, 2002). Ajaran islam juga menjelaskan bahwa manusia seharusnya menjaga makanan asupan gizi mulai dari masa kehamilan, kelahiran sampai dewasa. Ayat al-Qur‟an surat QS-Abasa ayat 24-32, bahwa “manusia hendaknya memperhatikan makanannya, Kami lah yang telah meluncurkan air melimpah dari langit yang kemudian diluncurkan ke bumi. Kemudian disana Kami tumbuhkan biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, semuanya itu untuk kesenangan makhluk hidup yang ada di bumi”. Berdasarkan ayat tersebut, menunjukan bahwa menjaga asupan gizi sangat dianjurkan bagi seluruh makhluk hidup, baik mulai dari kondisi didalam rahim sampai hidup di bumi. Hasil yang berbeda dengan penelitian ini ditemukan oleh Munim (2012) di Pakistan bahwa hanya terdapat 8,7% kelompok kasus yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan (sesuai dengan standar IOM) dan telah memiliki bayi dengan kondisi BBLR. Puspitasari (2011), bahwa sebagian besar (56%) ibu hamil memiliki pertambahan berat badan selama kehamilan sebesar 7- 12 kg dan kenaikan berat badan yang paling sedikit adalah kurang dari 7 kg (10%). Pada hasil penelitian tersebut, tidak dijelaskan secara detail terkait cara penilaian pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan. Penilaian
55
pertambahan berat badan seharusnya disesuaikan dengan IMT ibu sebelelum hamil. Sehingga bisa ditentukan seberapa besar pertambahan berat badan yang harus dicapai oleh seorang ibu hamil. Sampai saat ini, standar yang pertambahan berat badan yang digunakan oleh beberapa hasil penelitian adalah standar Institute of Medicine (IOM) (IOM, 2009). Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pertambahan berat badan selama masa kehamilan merupakan indikator penting untuk menentukan kondisi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama masa kehamilan adalah asupan makanan gizi dan energi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil agar selalu memantau status gizi sebelum dan selama masa kehamilan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan janin salah satunya BBLR. Kegiatan pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Selain itu, bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi yang lebih intensif kepada seluruh Wanita Usia Subur (WUS) khususnya bagi ibu hamil dan tetap memberikan tambahan energi dan zat gizi sesuai dengan kebutuhan kondisi ibu hamil. 2. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil per Trimester pada Kelompok Kasus maupun Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang a. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki
56
pertambahan berat badan kurang selama trimester I. Sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian besar ibu hamil memiliki pertambahan berat badan yang normal (49,4%) dan kurang (49,4%). Hasil penelitian yaang berbeda ditemukan oleh Brown (2002) dengan desain studi kohort di Amerika, bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester I sebesar 2,3±2,1. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dapat dikarenakan adanya perbedaan pada cara pengukuran penelitian, dimana penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan melihat status IMT sebelum hamil. Standar Institute of Medicine (IOM) tahun 2009, pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester I adalah 1-3 kg pada ibu yang memiliki status IMT kurang, normal dan overweight. Sedangkan ibu hamil yang memiliki status IMT obesitas, pertambahan berat badan yang dianjurkan adalah 0,2-2 kg. Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar kelompok kasus dan kontrol memiliki pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I. Berdasarkan temuan di wilayah kerja
57
Puskesmas Pamulang, beberapa ibu hamil baik kasus maupun kontrol menyatakan hal yang sama bahwa alasan kurangnya pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester I dikarenakan faktor alami yakni terjadinya morning sickness (mual dan muntah) pada minggu awal usia kehamilan. Akibat dari masa morning sickness tersebut adalah ibu hamil mengalami gangguan nafsu makan dan pertambahan berat badan. Cheung (2000) menyatakan bahwa kejadian mual dan muntah disebabkan karena adanya perubahan hormon (produksi hormon estereogen dan progesteron meningkat), pencernaan terlambat dan pertumbuhan uterus, yang mana kejadian tersebut dapat berpengaruh terhadap mood ibu hamil terutama selera dalam konsumsi makan. Kejadian morning sickness tersebut bukan merupakan salah satu alasan bagi ibu hamil untuk tidak mengalami pertambahan berat selama trimester I. Pemantauan pertambahan berat badan per minggu selama masa kehamilan seharusnya tetap dilakukan. Hal ini dikarenakan, pertambahan berat badan selama trimester I merupakan gambaran perkiraan status gizi ibu hamil untuk mendukung kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh ibu maupun janin selama sembilan bulan (Puspitasari.,dkk, 2011). Soetjiningsih (1995) dan Preedy (2011) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil selama kehamilan terbagi menjadi dua yang terdiri terdiri dari cairan dan jaringan tubuh bayi (janin, plasenta, cairan amnion) serta ibu (uterus, payudara, cairan darah, cairan ekstraselular dan lemak ibu). Selama trimester 1, belum ada pertambahan berat badan pada bayi
58
namun sudah terdapat pertambahan berat badan dalam jaringan tubuh ibu. Estimasi pertambahan berat badan ibu selama trimester I adalah adanya pertambahan berat uterus sebesar 0,3 kg, cairan payudara sebesar 0,1 kg, cairan darah sebesar 0,3 kg dan lemak ibu sebesar 0,31 kg. Cheung (2000) menyatakan bahwa ibu hamil yang tidak mengalami pertambahan berat badan selama trimester 1 merupakan hal yang normal. Hal ini dikarenakan janin dalam rahim ibu masih sangat
kecil.
Meskipun
kondisi
janin
masih
kecil,
proses
perkembangan janin tetap berlangsung. Tujuh hari setelah telur dibuahi didalam rahim ibu, telur tersebut akan berubah menjadi embrio. Perkembangan saraf janin terjadi sekitar usia kehamilan minggu ke-4. Pada usia kehamilan sekitar minggu ke-9 sampai minggu ke- 13 kondisi janin sudah mulai seperti manusia, yang mana telinga mata dan wajah sudah mulai terbentuk. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar ibu hamil baik kasus maupun kontrol tidak mengalami pertambahan berat badan selama trimester I, salah satu faktornya adalah adanya masa morning sickness. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap menjaga status gizi mulai awal usia kehamilan melalui konsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan, kunjungan ANC secara teratur. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat
59
meningkatkan pemberian konseling kesehatan secara detail pada ibu yang sedang menginjak usia kehamilan muda. Konseling juga dapat dilakukan pada keluarga maupun suami, supaya keluarga maupun suami tetap memberikan dukungan emosional pada ibu hamil yang sedang mengalami morning sickness. b. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Sedangkan kelompok kontrol sebagian besar (46,8%) memiliki pertambahan berat badan normal selama trimester II. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya diperoleh Brown (2002) di Amerika dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan selama trimester II sebesar 7,0±2,0. Penelitian Nyaruhucha (2006) di Tanzania diperoleh bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II adalah 2,45±0,68 kg pada ibu dengan kategori IMT normal. Rata-rata pertambahan berat badan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh IOM, bahwa standar pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II dengan kategori IMT normal sebelum hamil adalah 4,9-7 kg. Pada usia kehamilan memasuki trimester II, secara normal ibu hamil mulai mengalami perubahan bentuk tubuh salah satunya dikarenakan pertambahan berat badan ibu mulai bertambah dengan
60
cepat. Bahkan pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat 16,5% kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama trimester II. Terdapat sekitar 60% pertambahan berat badan merupakan bagian dari ibu. Estimasi pertambahan berat badan pada trimester II pada jaringan tubuh bayi adalah terdapat pertambahan berat janin sebesar 1 kg, plasenta sebesar 0,3 kg, cairan amnion sebesar 0,4 kg. Sedangan pada jaringan tubuh ibu terdapat pertambahan berat badan uterus sebesar 0,8 kg, cairan payudara sebesar 0,3 kg, cairan darah sebesar 1,3 kg dan lemak ibu sebesar 2,5 kg (Soetjiningsih, 1995; Preedy, 2011). Cheung (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II yang cukup drastis adalah adanya pembengkakan pada tubuh ibu (kaki dan pergelangan kaki). Salah satu penyebab terjadinya pembekakan selama trimester II dikarenakan adanya peningkatan volume darah, yang mana terjadinya peningkatan volume darah dapat bermanfaat terhadap pemberian asupan nutrisi pada janin. Pada hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa masih adanya kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, kelompok kontrol menyatakan hal yang sama bahwa masih dialaminya mual dan muntah di trimester II, yang mana efek dari mual dan muntah tersebut dapat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil. Mual dan muntah pada masa kehamilan umumnya terjadi pada minggu ke-8 sampai minggu ke-10 dan berakhir pada
61
minggu ke-12 sampai minggu ke-14. Hanya 1-10% ibu hamil yang mengalami mual dan muntah melewati usia kehamilan minggu ke-20 (trimester II) (Cheung, 2000). Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terhadap kelompok kontrol, bahwa ibu yang mengalami mual dan muntah secara terus menerus sampai usia kehamilan trimester II telah memiliki bayi dengan status berat bayi lahir normal. Akan tetapi, secara teori mual dan muntah secara terus menerus dapat berpengaruh terhadap kondisi pertambahan berat badan ibu selama trimester II serta berakibat terhadap kesehatan janin. Mual dan muntah secara berkelanjutan diakibatkan karena tingginya produksi hormon Human Chorionic Gonadtropin (HCG) atau sering disebut dengan hipermesis gravidarum. Peningkatan hormon HCG akan mendorong ovarium untuk memproduksi esterogen dalam jumlah yang cukup banyak dan mengakibatkan terjadinya mual dan muntah yang lebih berat. Hipermesis gravidarum yang berat ditandai dengan muntah secara terus menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan sehingga menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi berkepanjangan pada ibu hamil dapat menghambat tumbuh kembang janin (Gunawan., dkk, 2011). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol telah memiliki pertambahan berat badan yang ideal selama trimester II. Namun, masih terdapat kelompok kasus dan
62
kontrol yang mengalami pertambahan berat badan kurang di trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pamulang yang memiliki pertambahan berat badan kurang agar meningkatkan status gizi dan lebih rutin memantau pertambahan berat badan. Bagi petugas kesehatan, diharapkan dapat memberikan penyuluhan khususnya bagi ibu hamil yang masih memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Penyuluhan tersebut dapat berupa informasi terkait tanda-tanda masalah kesehatan yang dialami selama masa kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui secara detail terkait gangguan masalah kesehatan selama hamil dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan jika ditemukan tanda-tanda masalah kesehatan. c. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan sebagian besar (57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal. Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Brown (2002) di Amerika dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan selama trimester III sebesar 6,3±2,4 kg. Sedangkan Nyaruhucha (2006) di Tanzania menunjukan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III sebesar 2,14±0,43 kg.
63
Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan terdapat perbedaan dalam cara pengukuran penelitian, dimana dalam penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan melihat status IMT sebelum hamil. Perbedaan rata-rata pertambahan berat badan pada penelitian Nyaruhucha (2006) dan Brown (2002), dikarenakan faktor jumlah sampel dan kriteria sampel penelitian. Pada penelitian Nyaruhucha (2006), jumlah terlalu kecil yakni sebesar 270 sampel (kasus dan kontrol) tanpa adanya pemilihan kritera usia ibu hamil. Sedangkan penelitian Brown (2002), jumlah sampel sebesar 389 (kasus dan kontrol), serta terdapat pemilihan kriteria sampel yakni sampel penelitian hanya ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia sampel penelitian tersebut bukan merupakan usia risiko tinggi ibu hamil, dimana ibu yang memiliki usia risiko tinggi dapat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil (Ullah, 2003). Pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III merupakan indikator penting dalam menentukan kondisi kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (Kemenkes, 2010). Pada trimester III,
64
pertambahan berat badan ibu hamil meningkat lebih drastis. Bahkan, hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditemukan bahwa terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan yang meningkat drastis dikarenakan perkembangan janin semakin pesat, dimana 60% dari pertambahan berat badan merupakan bagian dari janin (Cheung, 2000). Estimasi pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III pada jaringan tubuh bayi adalah adanya pertambahan berat janin sebesar 3,4 kg, plasenta sebesar 0,6 kg dan cairan amnion sebesar 1 kg). Sedangan pada jaringan tubuh ibu, terdapat pertambahan berat uterus sebesar 1 kg, payudara sebesar 0,5 kg, cairan darah sebesar 1,5 kg, cairan ekstraselular sebesa5 1,5 kg dan lemak ibu sebesar 3,48 kg (Soetjiningsih (1995) dan (Preedy, 2003). Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan secara drastis selama trimester III, bahkan terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan pemantauan pertambahan
berat
badan
sampai
trimester
terakhir
melalui
pemeriksaan kehamilan secara teratur dan konsumsi zat gizi dan energi yang cukup khususnya pada ibu yang memiliki pertambahan
65
berat badan kurang. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil agar tetap menjaga pertambahan berat badan yang ideal dan tidak berlebihan. Hal
ini
dikarenakan
pertambahan
berat
badan
lebih
dapat
meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu pada ibu hamil (ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekaisme kelahiran biasa) serta dapat meyebabkan tingginya angka kematian ibu (CDC, 2009). Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar selalu memberikan konseling kesehatan sampai menjelang proses persalinan. Salah satu materi konseling kesehatan adalah terkait menjaga konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang untuk produksi Air Susu Ibu (ASI). Konseling tersebut bertujuan agar ibu dapat memberikan asupan gizi pada bayi melalui ASI, sehingga status gizi bayi dapat terjaga dengan baik sampai usia dewasa.
C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
1. Jarak Kehamilan Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa mayoritas jarak kehamilan adalah ≥2 tahun, baik pada kelompok kasus (91,7%) dan kontrol (92,9%). Berbeda dengan hasil penelitian Negi (2006) dengan desain studi kohort, bahwa sebagian besar (58%) jarak kehamilan pada kelompok kasus adalah <12 bulan. Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Bener (2012), bahwa kejadian BBLR terjadi pada ibu yang
66
memiliki jarak kehamilan <12 bulan sebesar 40,3%, sedangkan bayi lahir normal terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan minimal ≥24 bulan yakni sebesar 44,7%. Kasim (2011) menunjukan bahwa sebagian besar (59,5%) ibu yang memiliki jarak kehamilan <2tahun melahirkan bayi dengan catatan BBLR, serta mayoritas (64,3%) ibu yang memiliki jarak kehamilan 2-4 tahun melahirkan bayi dengan catatan berat lahir normal. Jarak kehamilan yang normal adalah ≥2 tahun (BKKBN, 2013). Hasil penelitian Lilungulu (2014) di Tanzania diperoleh bahwa kejadian BBLR banyak terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat (<2 tahun) dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan normal (≥2 tahun). Hal ini dikarenakan, ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun memiliki kondisi biologis yang normal serta dapat dinyatakan tidak adanya gangguan metabolisme akibat proses persalinan sebelumnya. Namun, terdapat kemungkinan bahwa masih ditemukannya ibu yang memiliki jarak kehamilan normal dan memiliki bayi dengan berat lahir rendah. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor lain seperti status gizi ibu, asupan makanan yang kurang, usia saat melahirkan serta adanya riwayat penyakit penyerta selama kehamilan (Eisjen., dkk, 2008). Berbeda dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan yang terlalu dekat (<2tahun). Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat berpengaruh terhadap kondisi bayi pada saat lahir salah satunya adalah BBLR. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun memiliki
67
kondisi tubuh yang lemah, dimana nutrisi ibu kurang adekuat dan adanya persaingan nutrisi untuk pertumbuhan janin yang ada didalam kandungan dengan nutrisi ibu untuk memproduksi Air Susu Ibu (ASI) (Bener, dkk, 2012). Selain itu, pada ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun, dapat mengakibatkan terjadinya ganggun kesehatan ibu yakni kurangnya sumber asam folat pada ibu, yang mana asam folat merupakan salah satu zat penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk proses tumbuh kembang janin. Apabila terdapat gangguan perkembangan janin, maka dapat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan bayi salah satunya BBLR (Horton, 2012). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jarak kehamilan <2 tahun dapat berpengaruh kondisi kesehatan bayi yakni BBLR. Oleh karena itu, setiap Pasangan Usia Subur (PUS) diharapkan dapat mengatur jarak kehamilan, salah satunya melalui program Keluarga Berencana (KB). Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa KB merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak kehamilan dan usia ideal melahirkan melalui promosi perlindungan dan bantuan kesehatan sesuai dengan hak reproduksi demi terwujudnya keluarga yang berkualitas (Kemenkes, 2013). Selain itu, diharapkan program KB di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat berjalan secara maksimal melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berupa kegiatan kaderisasi desa. Melalui kaderisasi desa, diharapkan ibu
68
hamil di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat memahami pentingnya KB dan manfaat KB demi terciptanya keluarga yang berkualitas. 2. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa sebagian besar (56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi tablet Fe, sedangkan sebagian besar (53,2%) kelompok kontrol patuh konsumsi tablet Fe. Penilaian variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe pada penelitian ini dinilai dari jumlah minimal tablet Fe yang seharusnya dikonsumsi oleh ibu hamil sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yakni minimal konsumsi 90 tablet Fe selama masa kehamilan (Kemenkes, 2010). Konsumsi tablet Fe dikatakan patuh jika ibu hamil telah mengkonsumsi 80% tablet Fe yang seharusnya minimal dikonsumsi. Tidak patuh jika ibu hamil telah mengkonsumsi <80% tablet Fe yang seharusnya minimal dikonsumsi (Iswanto, 2012). Hasil penelitian Hidayah (2012) di Kabupaten Banyumas, dengan desain cross sectional diperoleh bahwa sebagian besar (50,9%) ibu hamil patuh mengkonsmi tablet Fe. Berbeda dengan hasil penelitian Ramakrishnan (2004) bahwa mayoritas (85%) ibu hamil yang patuh konsumsi tablet Fe selama masa kehamilan telah melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Kepatuhan konsumsi tablet Fe adalah ketaatan ibu hamil dalam melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet Fe. Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi
selama
masa
kehamilan
dan
ketepatan
cara
69
mengkonsumsi tablet zat besi (Hidayah, 2012). Pada hasil penelitian ini, variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe mempunyai kemungkinan terjadinya bias. Hal ini dikarenakan penilaian didasarkan pada catatan rekam medis dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terkait jumlah tablet Fe. Kelemahan dari catatan rekam medis tersebut adalah tidak semua tablet Fe yang diberikan oleh petugas kesehatan telah dikonsumsi sampai tuntas oleh ibu hamil, melainkan terdapat beberapa sisa tablet Fe yang tidak dikonsumsi. Namun, peneliti tetap melakukan brainstorming untuk mendapatkan informasi yang tepat terkait jumlah jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi oleh kelompok kasus maupun kontrol selama masa kehamilan. Sebagian besar kelompok kasus dan sebagian kecil kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang menyatakan hal yang sama bahwa ketidakpatuhan dalam konsumsi tablet Fe dikarenakan terjadinya mual dan muntah ketika mengkonsumsi tablet Fe. Selain itu, alasan lain adalah adanya kelompok kasus dan kontrol yang mendapatkan zat besi dari sumber makanan lain (seperti: susu, sayur-sayuran) sehingga konsumsi tablet Fe tidak dilakukan lagi oleh kelompok kasus dan kontrol. Secara teori, zat penambah darah pada ibu hamil dapat diperoleh melalui konsumsi sayur-sayuran, kacang-kacangan (Kemenkes, 2010). Terdapat banyak strategi agar tetap memenuhi kebutuhan zat besi selama masa kehamilan. Salah satu contoh yang berhasil di terapkan di beberapa negara seperti Karibia, Amerika Selatan dan Inggris adalah dilakukan pencampuran zat besi dengan tepung terigu, dimana tepung terigu
70
merupakan sumber bahan utama makanan pokok yakni roti atau cake. Selain itu, beberapa makanan juga diperkaya dengan zat besi misalnya kecap ikan, garam dan gula. Di Amerika Selatan, susu cair maupun susu bubuk dan produk susu (yogurt) telah diperkaya atau di fortifikasi dengan zat besi. Bahkan makanan pendamping bayi juga telah diperkaya dengan zat besi, sehingga terbukti bahwa sumber makanan yang telah diperkaya dengan zat besi dapat mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil dan bayi di Inggris, Amerika Latin (Rebecca, 2003). Kebutuhan sumber energi selama masa kehamilan mengalami peningkatan, salah satunya adalah zat besi. Pedoman Kementerian Kesehatan (2010) menyatakan bahwa kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga diperlukan banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi. Pada masa tidak hamil, kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Berbeda dalam keadaan hamil, suplementasi zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Suplementasi zat besi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kekurangan zat besi selama masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kekebalan tubuh pada ibu, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi
71
saluran reproduksi yang dapat mempengaruhi kondisi keesehatan janin. Selain itu, akibat kekurangan zat besi juga dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan hormon stres (dapat mengakibatkan perubahan metabolisme tubuh, gula darah menjadi naik) sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan plasenta. Setiap gangguan yang terjadi pada plasenta dapat memberikan dampak yang serius terhadap pertumbuhan janin salah satunya adalah BBLR (Cogswell, 2015; Muthayya., dkk, 2009) Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi tablet Fe secara teratur merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah terjadinya BBLR. Oleh karena itu, diharapkan bagi setiap ibu hamil untuk tetap menjaga kecukupan zat besi selama masa kehamilan dengan cara mengkonsumsi zat besi (baik dari tablet Fe maupun makanan yang mengandung zat besi) secara teratur. Selain itu, diharapkan bagi setiap petugas kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan agar tetap mengingatkan pada ibu hamil untuk menjaga kecukupan zat besi selama masa kehamilan. 3. Status Anemia Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa terdapat ibu hamil yang mengalami anemia selama masa kehamilan, baik kelompok kasus (40,5%) dan kelompok kontrol (29,1%). Penilaian status anemia pada penelitian ini menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yang mana ibu hamil dinyatakan anemia jika kadar hemoglobin <11g/dl dan tidak anemia jika
72
kadar hemoglobin ≥11g/dl. Selain itu, dapat diketahui bahwa kelompok kasus cenderung mengalami anemia pada trimester III sedangkan kelompok kontrol cenderung mengalami anemia pada trimester II. Namun, penilaian status anemia tiap trimester memiliki kelemahan dan bias informasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian berlangsung, hampir keseluruhan kelompok kasus maupun kelompok kontrol menyatakan hal yang sama bahwa waktu pemeriksaan hemoglobin terkadang tidak dilakukan sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Alasan waktu pemeriksaan hemoglobin yang tidak sesuai tersebut karena proses antrian di ruang laboratoorium Puskesmas Pamulang yang panjang, sehingga membuat ibu hamil enggan memeriksa hemoglobin disaat yang tepat dan dapat mempengaruhi diagnosa kejadian anemia baik pada kelompok kasus mapun kontrol. Pada umumnya, penyebab anemia pada ibu hamil adalah akibat kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi selama masa kehamilan dapat memberikan gangguan kesehatan pada janin salah satunya adalah terjadinya BBLR. Hal ini dikarenakan kekurangan zat besi dapat meningkatkan kerentanan ibu hamil terhadap penyakit infeksi genital dan hipoksia (kadar oksigen yang rendah dan adanya peningkatan kadar karbondioksida dalam janin), yang mana terjadinya penyakit tersebut dapat mengganggu aliran nutrisi ibu ke janin serta dapat berakibat pada terjadinya BBLR (Muthayya., dkk, 2009). Didukung dengan hasil penelitian Darmayanti (2010) bahwa kejadian BBLR ditemukan pada ibu yang mengalami penyakit sifilis (20-25%), herpes genital (30-35%). Hasil
73
pecobaan di Nepal menunjukan bahwa pemberian zat besi (60 mg) dan asam folat (0,4 mg) setiap hari mulai usia kehamilan minggu ke-11 dapat meningkatkan berat lahir bayi. Kejadian anemia yang berisiko terhadap kondisi kesehatan janin adalah anemia yang terjadi selama trimester III. Hal ini dikarenakan selama trimester III, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi untuk proses tumbuh kembang janin. Pada ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin terganggu sehingga dapat menimbulkan asfiksia sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan premature (Sunare, 2009). Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh Tazkiah (2013), bahwa sebagian besar (60%) kelompok kasus mengalami anemia selama masa kehamilan sedangkan sebagian besar (64,6%) kelompok kontrol tidak mengalami anemia selama masa kehamilan. Kejadian anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko BBLR. Penelitian di Afika Timur menunjukan bahwa ibu yang mengalami anemia dengan kadar Hemoglobin 7,4 g/dl meningkatakan insiden kejadian BBLR sebesar 42% dan angka kematian sebesar 147,1 per 1000 kelahiran hidup. Pada ibu hamil yang mengalami anemia dengan kadar Hemoglobin 8,8 g/dl meningkatkan insiden kejadian BBLR sebesar 12,7% dan angka kematian sebesar 51 per 1000 kelahiran hidup. Hal yang sama juga diperoleh dari
74
hasil penelitian di Malaisya bahwa ibu hamil yang memiliki kadar Hemoglobin 6,5 g/dl atau kurang meningkatkan insiden kejadian BBLR sebesar 20% (Simkiss., dkk, 2015). Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
umumnya anemia pada bu hamil terjadi akibat kekurangan zat besi dan kejadian anemia pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR. Oleh karena itu, salah satu strategi yang efektif untuk mengatasi anemia pada ibu hamil adalah pemberian suplementasi zat besi yang berupa tablet Fe. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap memberikan suplementasi tablet Fe sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu selama masa kehamilan. 4. Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa masih adanya penyakit penyerta selama kehamilan yang dialami kelompok kasus (27%) dan kontrol (8,9%). Penyakit penyerta selama kehamilan yang ditemukan di masyarakat diantaranya adalah diabetes melitus gestasional, hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia dan pendarahan. Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh Wati (2013) dengan desain studi case control di Pontianak, bahwa sebagian kecil ibu memiliki riwayat pre-eklampsia berat selama masa kehamilan, baik pada kelompok kasus (29,5%) dan kontrol (8,6%). Berbeda dengan hasil Asih (2006), bahwa sebagian besar (59,1%) ibu yang mengalami pre-eklampsia selama kehamilan telah melahirkan bayi
75
dengan kondisi berat lahir rendah dan mayoritas (97,1%) ibu yang tidak mengalami pre-eklampsia selama masa kehamilan melahirkan bayi dengan kondisi berat lahir normal. Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai adanya kelainan sekresi dan kinerja insulin selama masa kehamilan, yang mana kinerja insulin dapat bermanfaat terhadap pengaturan tingkat glukosa dalam memberikan asupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh (Kemenkes, 2010). Hasil penelitian dari 135.000 sampel di United States menyatakan sebanyak 4% ibu hamil mengalami diabetes melitus dalam kehamilan, akan tetapi penyakit tersebut akan hilang di akhir masa kehamilan (Maurice, dkk, 2005). Pada usia kehamilan minggu ke ±20 (trimester II), tubuh ibu hamil telah memproduksi beberapa hormon yang cukup tinggi diantaranya adalah hormon esterogen, progesteron dan Human Placental Lactogen (HPL) dimana hormon tersebut memiliki efek resistensi terhadap insulin. Salah satu fungsi dari peningkatan hormon tersebut adalah meningkatkan nutrisi dan gula untuk pertumbuhan janin. Akan tetapi, pada ibu yang mengalami diabetes melitus selama masa kehamilan, maka ibu hamil tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Sehingga, pengaturan tingkat glukosa dalam tubuh tidak teratur (Seghiari.,dkk, 2002). Penyakit penyerta kehamilan lainnya adalah hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia didefinisikan jika kadar tekanan darah >140 mmHg/>90 mmHg tanpa proteurenia pada usia kehamilan
76
minggu ke-20. Hal ini dikarenakan pada usia kehamilan minggu ke-20, sudah adanya perubahan perkembangan bayi dan kondisi fisik ibu. Tekanan darah ibu hamil yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan (Intraurine Growth Retardation) yang akan berdampak terhadap berat badan lahir. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta yang akan mengakibatkan keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin berakibat terhadap proses tumbuh kembang janin. Pada ibu yang memiliki tekanan darah normal selama masa kehamilan, maka tidak ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan sehingga aliran nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin tetap adekuat (Andammori., dkk, 2013; Asih,dkk, 2006; Rachman, 2011). Berdasarkan temuan di masyarakat, penyakit penyerta selama kehamilan terjadi pada kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki s IMT overweight. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Inaqwe (2007) bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight maupun obesitas pada umumnya memiliki komplikasi selama masa kehamilan diantaranya adalah pre-eklampsia, hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus dalam kehamilan. Selain itu, janin pada ibu yang overweight maupun obesitas berisiko meninggal. Watanabe (2009) di Jepang menunjukan bahwa terdapat 58,7% ibu hamil dengan status IMT overweight dan 67% ibu hamil dengan status IMT obesitas telah memiliki pertambahan berat badan yang lebih (diatas standar IOM) selama masa
77
kehamilan. Serta ibu yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan berisiko mengalami hipertensi selama masa kehamilan. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit penyerta selama masa kehamilan dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu dan terjadinya BBLR. Oleh karena itu, konseling secara intensif terkait kesehatan selama masa kehamilan kepada petugas kesehatan, pemeriksaan tekanan darah dan terapi insulin dan glukosa sangat dianjurkan kepada semua ibu hamil, khususnya bagi ibu hamil yang memiliki IMT oobesitas. Hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan ibu hamil dapat terpantau dan terdeteksi secara dini. Sehingga apabila ditemukan penyakit penyerta selama masa kehamilan maka ibu hamil dengan komplikasi tersebut segera mendapatkan penanganan dan tindak lanjut dengan cepat dan tepat. 5. Kunjungan Antenatal Care (ANC) Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus (67,6%) dan kontrol (82,3%). Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus adalah 8,86 dengan standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. Hasil yang sama juga diperoleh Tazkiah (2013) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan desain studi case control, bahwa sebagian besar (52,3%) kelompok kasus dan mayoritas (86,2%) kelompok kontrol melakukan kunjungan ANC ≥4
78
kali selama masa kehamilan. Ernawati, dkk (2011) dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 juga menunjukan bahwa mayoritas (74%) ibu melakukan kunjungan ANC >4 kali selama masa kehamilan. Berbeda dengan hasil penelitian Negi (2006) bahwa terdapat 11,1% pada kelompok kasus yang melakukan kunjungan ANC >5 kali selama masa kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa ibu hamil baik kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang telah melakukan kunjungan ANC sesuai dengan anjuran kunjungan antenatal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yakni minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes, 2010). Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran ibu terhadap kesehatan kehamilan serta akses pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang sudah memadai. Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan secara rutin yang terdiri dari penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan serta konseling kesehatan. Kunjungan ANC selama kehamilan dapat memberikan manfat yang sangat besar terhadap kondisi kesehatan ibu hamil dan janin. Dilakukannya kunjungan ANC selama masa kehamilan secara teratur, maka ibu hamil telah memperoleh tindakan medis secara langsung yakni skrining kesehatan ibu, saran pola makan dan aktivitas fisik yang sesuai dan dukungan psikologis. Perkembangan
79
janin dan komplikasi kehamilan dapat terdeteksi secara dini, sehingga tatalaksana dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu, Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara teratur dapat meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik dan memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada janin yakni BBLR sangat kecil (Ernawati.,dkk, 2011; Kemenkes, 2010; Shah, 2002). Manuaba (2000) menyatakan bahwa manfaat lain dilakukannya kunjungan ANC secara rutin adalah selain dapat mengetahui risiko kehamilan, ibu hamil dapat menyiapkan proses menuju persalinan dengan baik (well born baby) sampai dengan masa laktasi dan nifas. Hasil penelitian Low (2005) dengan desain kohort di New Zealand menyatakan bahwa ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dengan tepat waktu khususnya pada saat kunjungan ANC pertama pada trimester I, dapat bermanfaat yakni terpantaunya perkembangan janin dan kesehatan ibu. Selain itu, pada hasil penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa Ibu yang melakukan kunjungan ANC terlambat pada trimester pertama dapat memberikan dampak buruk terhadap janin, diantaranya adalah BBLR dan bayi lahir prematur. Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kunjungan ANC secara teratur merupakan salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya BBLR dan meminimalisir terjadinya komplikasi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di
80
wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan kunjungan ANC secara rutin dan tepat waktu selama kehamilan di fasilitas pelayanan terdekat. Selain itu, diharapkan bagi petugas kesehatan baik di Puskesmas maupun rumah sakit juga selalu memberikan edukasi bagi ibu hamil agar melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke fasilitas pelayanan kesehatan dan menekankan untuk kembali melakukan pemeriksaan kehamilan dengan tepat waktu. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat melakukan tindakan home visit kepada ibu hamil yang sulit melakukan kunjungan ANC ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung. 6. Jumlah Paritas Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok kontrol yang memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara). Hasil yang sama juga diperoleh Negi (2006) dengan desain kohort di Institut Kesehatan Himalayan, bahwa sebagian kecil (10,6%) ibu yang memiliki jumlah paritas >3 telah melahirkan bayi dengan status BBLR. Berbeda dengan hasil penelitian Tazkiah, dkk (2013) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar (57%) kelompok kasus memiliki jumlah paritas >4 anak, sedangkan sebagian besar (61,5%) kelompok kontrol memiliki jumlah paritas antara 2-3 anak. Hasil penellitian Djali (2010) di RSUD Pasar Rebo dengan desain cross sectional menunjukan bahwa sebagian besar ibu mengalami primipara
81
(jumlah persalinan=1) dan grandemultipara (jumlah persalinan>3) yakni sebesar 60%. BKKBN (2013) menyatakan bahwa jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga adalah sebanyak 2-3 anak. Adanya aturan terkait jumlah paritas dalam satu keluarga adalah untuk meminimalisir terjadinya peledakan jumlah penduduk, masalah kesehatan ibu maupun bayi serta angka kematian ibu dan bayi. Secara biologis, jumlah paritas yang terlalu banyak (>3 anak) berpengaruh terhadap BBLR dikarenakan adanya insiden plasenta previa (plasenta terletak di bagian bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh jalan lahir). Kejadian tersebut dapat berpengaruh terhadap tertutupnya aliran darah pada janin sehingga mengakibatkan aliran nutrisi pada janin tidak adekuat dan terjadinya bayi lahir dengan kondisi BBLR (Mukhtar,2005). Manuaba (2000) menyatakan bahwa ibu yang mengalami paritas terlalu banyak (>3), telah mengalami terjadinya penurunan fungsi organ reproduksi ibu. Sehingga cenderung berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu maupun janin yakni BBLR bahkan terjadinya kematian ibu maupun bayi. Selain itu, hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang juga diperoleh bahwa terdapat kelompok kasus (35,1%) dan kontrol (31,6%) yang termasuk dalam kategori primipara. Berbeda dengan hasil penelitian Ernawati (2013) bahwa hanya terdapat 5,1% kelompok kasus dan mayoritas (94,9%) kelompok kontrol dengan kategori primipara. Secara teori, ibu dengan primipara (melahirkan bayi pertama kali) berisiko
82
mengalami komplikasi seperti distosia (kesulitan dalam mengalami persalinan), terutama pada ibu hamil pada rentang usia risiko tinggi (<20 dan >35 tahun). Hal ini dikarenakan belum adanya pengalaman melahirkan dari seorang ibu, sehingga berpengaruh terhadap proses persalinan.
Persalinan prematur lebih sering terjadi pada ibu yang
mengalami persalinan pertama kali, dimana prematur merupakan salah satu ciri bayi yang lahir dengan status BBLR (Aminian, 2014). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah paritas yang terlalu banyak (>3 anak) dan paritas pertama kali (primipara) dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan bayi salah satunya adalah BBLR. Oleh karena itu, diharapkan pada setiap pasangan usia subur agar dapat mengatur jumlah paritas atau kelahiran dalam keluarga melalui program KB. Selain itu, bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan informasi terkait KB secara detail. Pemberian informasi terkait KB juga dapat dilakukan pada Wanita Usia Subur (WUS) yang belum menikah, sehingga ketika seorang wanita usia subur sudah berkeluarga maka dapat mempersiapkan dan mengatur jumlah anak dengan baik. 7. Usia Ibu Saat Melahirkan Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni <20 tahun dan >35 tahun. Hasil yang sama juga diperoleh Rahman (2011)
83
di Kualah Muda, Keddah bahwa mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah pada usia 20-34 tahun baik pada kelompok kasus (79,5%) dan kontrol (80,8%). Berbeda dengan hasil penelitian Tazkiah, dkk (2013) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar (54%) usia ibu saat melahirkan pada kelompok kasus adalah usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) dan mayoritas (70,8%) usia ibu saaat melahirkan pada kelompok kontrol adalah usia tidak risiko tinggi (20-35 tahun). Hal yang sama juga diperoleh oleh Nyaruhuca (2006) dengan desain studi case control bahwa mayoritas (94,2%) usia ibu melahirkan pada kelompok kontrol adalah antara usia 20-35 tahun. Hasil penelitian Djali (2010) di RSUD pasar Rebo dengan desain studi cross sectional menunjukan bahwa mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah antara usia 20-35 yakni sebesar 83,3%. Usia ideal pada ibu saat proses persalinan adalah antara 20-35 tahun, jika usia ibu saat proses persalinan <20 tahun atau >35 tahun maka dikatakan sebagai usia risiko tinggi pada saat proses persalinan. Secara biologis, usia risiko tinggi pada saat proses persalinan dapat berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu mapun janin salah satunya BBLR. Hal ini dikarenakan pada ibu yang masih tergolong remaja, aliran darah ke uterus belum berkembang akibat ketidakmatangan organ rahim sehingga berakibat terhadap kurangnya nutrisi pada janin. Selain itu, terdapat persaingan nutrisi antara perkembangan fisik seorang remaja dengan perkembangan janin. Hal ini dikarenakan, kebutuhan zat gizi seperti kalori dan energi pada masa remaja sangat dibutuhkan untuk proses
84
pertumbuhan, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi pada janin (Shah, 2002; Ullah, 2003). Sedangkan risiko ibu yang melahirkan di usia >35 terhadap terjadinya BBLR dikarenakan faktor adanya prevalensi masalah kesehatan kronis yang berkaitan dengan usia seperti hipertensi, diabetes melitus, komplikasi kesehatan pada masa hamil yang berpengaruh terhadap berat lahir bayi, menurunnya potensi kesuburan pada tubuh ibu dan adanya perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat sehingga menimbulkan beberapa penyakit pada ibu dan dapat mempengaruhi kondisi janin yakni BBLR (Ullah, 2003). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki usia risiko tinggi pada saat persalinan dapat berpengaruh dengan kejadian BBLR. Oleh karena itu, diperlukan adanya intervensi secara intensif terhadap ibu hamil yang mengalami persalinan pada usia risiko tinggi diantaranya adalah identifikasi masalah kesehatan selama kehamilan sedini mungkin, penyuluhan baik secara personal maupun kelompok terkait usia risiko tinggi serta dampak kesehatan yang akan dialami oleh ibu maupun janin. Selain itu, intervensi juga dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan di sekolah dengan tujuan memberikan edukasi kepada remaja putri terkait masalah kesehatan pada ibu hamil. Harapan dilakukan penyuluhan tersebut adalah agar remaja dapat menghindari perilaku berisiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan pada usia risiko tinggi.
85
8. Pendidikan Ibu Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa mayoritas ibu memiliki status pendidikan terakhir lebih dari 9 tahun baik pada kasus (73%) maupun kontrol (72,2%). Hasil yang sama juga diperoleh dari Rahman (2011) di Kuala Muda, Keddah bahwa mayoritas ibu hamil memiliki status pendidikan terakhir >9 tahun, baik pada kelompok kasus (82,6%) dan kontrol (87,8%) Berbeda dengan hasil penelitian Djali (2010) di RSUD Pasar Rebo dengan desain studi cross sectional menunjukan bahwa frekuensi ibu dengan pendidikan >9 tahun dan <9 tahun sama yakni sebesar 50%. Tazkiyah,dkk (2013) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu adalah tamat SD, baik pada kelompok kasus (55,3%) dan kontrol (44,6%). Penelitian Ahmed (2012) di Pakistan menunjukan bahwa pendidikan ibu dapat mempengaruhi kondisi berat bayi yang akan dilahirkan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang penting terhadap sikap dan perilaku kesehatan salah satunya kesadaran diri untuk periksa kehamilan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian, diharapkan bagi ibu yang memiliki tingkat pendidikan terakhir >9 tahun agar tetap melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan teratur. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil (baik yang memiliki status pendidikan >9 tahun maupun <9tahun) agar tetap aktif dan kreatif terhadap kegiatan pemberdayaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, seperti kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan setiap satu bulan
86
sekali di masing-masing kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Hal ini bertujuan agar semua Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS) dapat menambah wawasan baru terkait masalah kesehatan, khususnya kesehatan dalam kehamilan. Sehingga PUS dan WUS dapat lebih waspada dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan kehamilan. D. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR
1. Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan dengan Kejadian BBLR
Hasil uji regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit penyerta selama kehamilan, menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan dan disertai dengan adanya penyakit penyerta selama masa kehamilan berisiko lebih tinggi yakni 4,07 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan dan tidak punya penyakit penyerta selama masa kehamilan (95% CI= 1,60 – 10,34). Pada penelitian ini, standar yang digunakan untuk menilai pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan adalah standar IOM. Hasil yang sama juga diperoleh Wisnawathan (2008), bahwa hasil meta analisis dari 12 penelitian diperoleh hubungan yang sangat kuat pada ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang (sesuai dengan status IMT normal dan kurang sebelum hamil) berdasarkan standar IOM
87
dengan kejadian BBLR. Word Health Organiation (WHO) dalam hasil studi pengukuran antropometri ibu dengan sampel 111.000 wanita dari berbagai kalangan dunia, menyatakan bahwa ibu yang memiliki IMT kurang dan memiliki pertambahan berat badan kurang selama hamil berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 2,25 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal sesuai dengan IMT sebelum hamil (95% CI 2,3- 2,7) (Muthayya., dkk, 2009). Hasil Tsai, dkk (2012) di Taiwan menunjukan bahwa ibu hamil dengan status IMT kurang sebelum hamil dan memiliki pertambahan berat badan <10 kg selama masa
kehamilan
berisiko
melahirkan
BBLR
sebesar
6,33
kali
dibandingkan dengan ibu dengan status IMT kurang sebelum hamil dan memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan (95% CI=1,29-31,1). Berbeda dengan hasil penelitian Esimai (2014) di Nigeria dengan desain studi kohort, bahwa hasil uji regresi logistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama masa kehamilan dengan BBLR (p=0,16). Watanabe (2009) di Jepang menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight sebelum hamil dan memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan berisiko mengalami hipertensi dalam kehamilan (OR:1,27; 95% CI=1,08-1,49) dan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir ≥4000 kg (OR: 1,21; 95% CI=1,10-1,34).
88
Pertambahan berat badan ibu hamil merupakan indikator penting selama masa kehamilan serta dapat berpengaruh terhadap kondisi berat lahir bayi. Pada ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan dapat dikarenakan faktor lain yakni asupan gizi yang kurang selama masa kehamilan (Munim, dkk, 2012; Nucci, dkk, 2001). Maurice (2005) menyatakan bahwa pada masa kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi makro lainnya (karbohidrat, lemak, protein). Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga, apabila ibu hamil mengalami kekurangan asupan energi dan zat gizi maka dapat mengakibatkan janin tumbuh tidak sempurna (Maurice., dkk, 2005). Pertambahan berat badan yang kurang selama masa kehamilan dapat mencerminkan kurangnya asupan zat gizi pada ibu, yang mana asupan tersebut sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan janin (Shah, 2002). Muthayya (2009) menyatakan bahwa asupan gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan energi selama masa kehamilan dapat meningkatkan pertambahan berat badan selama hamil dan menurunkan terjadinya BBLR (p<0,001). Hasil meta analisis tersebut juga menyatakan bahwa suplementasi gizi makro dapat menurunkan prevalensi terjadinya BBLR dari 17% menjadi 11,11%. Selain faktor pertambahan berat badan selama kehamilan, variabel penyakit penyerta selama kehamilan juga berpengaruh terhadap kejadian
89
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Penyakit penyerta selama masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari hipertensi, diabetes melitus dalam kehamilan dan pendarahan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Tsai (2012), bahwa terdapat salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil terhadap kejadian BBLR adalah faktor komplikasi kesehatan selama masa kehamilan. Secara biologis, ibu yang memiliki penyakit selama masa kehamilan akan mengalami gangguan metabolisme tubuh sehingga dapat berpengaruh terhadap gangguan pertambahan berat badan selama masa kehamilan. Selain itu, adanya penyakit penyerta yang dialami ibu selama masa kehamilan, dapat mempengaruhi aliran sirkulasi darah ibu ke janin. Sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke plasenta dan suplai nutrisi ke janin serta berakibat pada terganggunya pertumbuhan janin didalam kandungan (Marintrama,dkk, 2013; Nucci, dkk, 2002). Berbeda dengan hasil penelitian Minarti (2011) terkait penyakit penyerta selama kehamilan, pertambahan berat badan selama masa kehamilan dengan kondisi bayi saat lahir. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pre-eklampsia terjadi pada ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan normal (75%) dan lebih (32,8%) dan diperoleh hasil hubungan yang signfikan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian pre-eklampsia. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa pertambahan berat badan pada ibu yang lebih selama masa kehamilan berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan kehamilan baik bagi ibu maupun bayi. Risiko pada ibu antara lain adalah pre-
90
eklampsia, diabetes gestasional. Sedangkan risiko pada janin antara lain adalah bayi mengalami obesitas, bayi lahir prematur atau bayi lahir kurang dari 37 minggu dan bayi lahir mati. Ajaran agama Islam pada Surat An-Nisa ayat 9 menjelaskan bahwa “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan
anak-anaknya
dalam
keadaan
lemah
dan
mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka”. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. Berat Bayi Lahir Rendah, bayi prematur bahkan bayi lahir mati merupakan salah satu kondisi bayi dengan status lemah. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil agar tetap menjaga kondisi kesehatan selama masa kehamilan dan menjaga pertambahan berat badan secara ideal. Hal ini bertujuan agar ibu terhindar dari komplikasi kehamilan, yang mana komplikasi atau penyakit penyerta selama masa kehamilan dapat memberikan dampak yang buruk bagi kondisi kesehatan janin yakni BBLR bahkan kematian janin. 2. Hubungan Pertambahan Berat Badan Per Trimester dengan Kejadian BBLR
Hasil uji regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit penyerta selama kehamilan, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester I (Adjusted OR=1,59; 95% CI=0,69-3,62) dan trimester II (Adjusted OR=2,30; 95% CI=0,97-5,45) dengan kejadian BBLR. Namun, terdapat hubungan yang
91
signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester III dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=2,67; 95% CI=0,97-5,45). Hasil penelitian tersebut
menunjukan
bahwa
kelompok
kontrol
yang
memiliki
pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I dan II tidak memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kejadian BBLR. Pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I dan trimester II dapat diperbaiki dengan cara memiliki pertambahan berat badan yang normal selama trimester III. Dimana, pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester III dengan kejadian BBLR. Pertambahan berat badan yang normal selama trimester III dapat diperoleh melalui pemenuhan kebutuhan zat gizi dan energi yang cukup (Nyaruhucha, 2006). Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya, diperoleh Farizqina (2014) bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan trimester I dengan kejadian BBLR. Berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Brown (2002) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan trimester I dengan kondisi berat bayi saat lahir (p<0,05). Secara teori, terdapat faktor yang mempengaruhi tidak bertambahnya berat badan ibu selama trimester I, yakni faktor mual dan muntah (morning sickness) di usia awal kehamilan dimana kejadian tersebut dapat berpengaruh terhadap nafsu makan ibu. Kejadian morning sickness tersebut merupakan hal yang wajar dialami ibu di usia awal kehamilan, hal ini dikarenakan terjadinya perubahan hormon ibu selama masa kehamilan (Cheung, 2000). Oleh karena itu, walaupun tidak
92
ditemukan hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester I dengan kejadian BBLR. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap mengontrol pertambahan berat badan ibu mulai dari usia awal kehamilan, melalui pemberian konseling kesehatan serta asupan zat gizi dan energi ibu. Berbeda dengan teori yang dinyatakan oleh Watanabe (2009), bahwa adanya pertambahan berat badan ibu hamil mulai usia awal kehamilan sangat bermanfaat untuk memperkirakan pertumubuhan janin. Brown, dkk (2002) juga menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil trimester I memiliki dampak yang kuat terhadap kondisi berat lahir bayi, dibandingkan dengan pertambahan berat badan ibu selama trimester II maupun trimester III. Pertambahan berat janin juga dipengaruhi oleh pertambahan berat badan ibu di awal kehamilan, hal ini dikarenakan masa awal kehamilan merupakan perkiraan awal kondisi status gizi ibu untuk mendukung perkembangan janin selama 9 bulan kedepan. Hasil yang sama juga diperoleh Nyaruhuca (2006) dengan desain studi kohort di Tanzania, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu pada trimester II dengan kejadian BBLR (p value 0,122). Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester II rendah (4,5 kg) pada semua kategori IMT sebelum hamil. Berbeda dengan hasil penelitian Watanabe (2009), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester II dengan berat lahir bayi pada
93
wanita usia subur di Jepang. Darmayanti (2010) menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki pertambahan berat <250 gram/minggu atau <0,25 kg per minggu pada trimester II berisiko melahirkan BBLR sebesar 7,1 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki pertambahan berat badan >0,25 kg per minggu selama trimester II (95% CI= 4,0 – 12,5). Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya juga diperoleh Aea (2014) di Algeria, bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil menurut standar IOM dengan berat lahir bayi (p <0,05). Hasil yang sama juga diperoleh Nyaruhuca (2006) dengan desain studi kohort di Tanzania menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu pada trimester III dengan kejadian BBLR (p value 0,034). Berbeda dengan hasil penelitian Brown (2002) dengan desain studi kohort di USA bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III dengan berat lahir bayi (p=0,40). Brown (2002) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan dengan berat lahir bayi. Secara teori, Marie (2002) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III merupakan masa penentuan kondisi kesehatan janin didalam rahim ibu. Ibu yang memiliki perkembangan pertambahan berat badan secara normal sampai akhir trimester, dapat dinyatakan perkembangan janin telah stabil. Berbeda bagi ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang sampai akhir trimester, terdapat kemungkinan adanya gangguan kesehatan dan dapat berpengaruh
94
terhadap berat janin. Namun, terdapat faktor lain yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama trimester III, Drehmer, dkk (2013) di Brazil menyatakan bahwa jumlah paritas, pendidikan terakhir dan status gizi ibu sebelum hamil mempunyai hubungan secara signifikan dengan pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III dengan masingmasing nilai p value<0,001. Dengan demikian, meskipun pertambahan berat badan selama trimester I dan trimester II tidak berhubungan secara langsung dengan kejadian BBLR, diharapkan bagi ibu hamil agar dapat memperbaiki status gizi ibu selama masa kehamilan khususnya pada trimester terakhir. Hal ini dikarenakan trimester terkahir merupakan masa dimana bayi tumbuh dengan cepat (60% pertambahan berat badan ibu merupakan bagian dari janin) dan sangat membutuhkan asupan nutrisi dan zat besi dari ibu (Cheung, 2000). Sehingga pertambahan berat badan ibu selama trimester terakhir merupakan salah satu faktor penting dan berpengaruh secara langsung terhadap kondisi berat bayi. Bagi pertugas kesehatan juga diharapkan agar dapat meningkatkan frekuensi pemberian edukasi dan konseling mulai dari awal trimester sampai akhir trimester secara rutin setiap kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini bertujuan agar ibu hamil tetap sadar akan kebutuhan zat gizi dan energi yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Sehingga dengan terpantaunya pertambahan berat badan ibu per timester, maka dapat diketahuinya kondisi kesehatan janin dan dapat mengurangi terjadinya kasus BBLR.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh hasil : 1. Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus dan kontrol adalah : a) Mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan, sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4) dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan. b) Sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester I, sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan yang normal (49,4%) dan kurang (49,4%). c) Sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II, sedangkan sebagian besar (46,8%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal.
95
96
d) Sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III, sedangkan sebagian besar (57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal. 2. Distribusi karakteristik ibu pada kelompok kasus dan kontrol adalah : a) Mayoritas kedua kelompok memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun yakni 91,7% pada kelompok kasus dan 92,9% pada kelompok kontrol. b) Sebagian besar (56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi tablet Fe, sedangkan sebagian besar (53,2%) kelompok kontrol patuh konsumsi tablet Fe. c) Terdapat 40,5% kelompok kasus dan 29,1% kelompok kontrol yang mengalami anemia. d) Terdapat kelompok kasus (27%) dan kontrol (8,9%) yang memiliki penyakit penyerta selama masa kehamilan. e) Mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus (67,6%) dan kontrol (82,3%). Ratarata kunjungan ANC kelompok kasus adalah 8,86 dengan standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. f)
Terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok kontrol yang memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara).
97
g) Terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni <20 tahun dan >35 tahun. h) Mayoritas kelompok kasus (73%) dan kontrol (72,2%) telah menjalani pendidikan lebih dari 9 tahun. 3. Hasi; uji bivariat dengan mengendalikan variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan diperoleh : a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pertamabahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=4,07; 95% CI= 1,60-10,34). b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester I dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=1,59; 95% CI=0,69– 3,62) c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester II dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=2,30; 95% CI=0,97-5,45) d. Terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester III dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=2,67; 95% CI=1,13-6,32).
98
B. Saran a) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 1) Memberikan informasi terkait BBLR (definisi dan faktor yang mempengaruhi BBLR), serta gambaran angka kecukupan gizi dan energi yang dibutuhkan ibu selama masa kehamilan melalui pemberian leaflet atau poster di setiap fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang (Puskesmas maupun Bidan Praktik Swasta). b) Petugas Kesehatan Puskesmas Pamulang 1) Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan baik secara personal maupun kelompok terkait dampak BBLR, faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Pemberian penyuluhan seharusnya tidak hanya dilakukan pada ibu hamil, melainkan pada Wanita Usia Subur, Pasangan Usia Subur dan keluarga ibu hamil. Kegiatan penyuluhan
pada
semua
sasaran
tersebut,
diharapkan
dapat
meminimalisir frekuensi kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. 2) Pembentukan kaderisasi desa sebagai tangan kanan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dalam memberikan informasi terkait BBLR.
99
c) Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Ibu hamil dapat menjaga status gizi mulai dari awal trimester sampai akhir trimester melalui konsumsi zat gizi dan energi yang teratur sesuai dengan kebutuhan kondisi ibu hamil. Bagi ibu hamil yang tidak mengalami pertambahan berat badan secara normal pada trimester I, trimester II maupun trimester III, diharapkan segera melakukan konseling dengan petugas kesehatan supaya mendapatkan penanganan lebih lanjut. Selain itu, bagi ibu hamil yang tidak mengalami pertambahan berat badan pada minggu awal kehamilan atau trimester I, diharapkan agar dapat memperbaiki status gizi pada trimester selanjutnya. Hal ini bertujuan supaya ibu tetap mengalami pertambahan berat badan secara normal selama masa kehamilan dan dapat mengurangi terjadinya kasus BBLR. d) Peneliti Selanjutnya Adanya penelitian lanjut dengan desain studi kohort, sehingga dapat dipantau kenaikan berat badan ibu hamil per trimester dan selama masa kehamilan. Serta dapat diketahui secara jelas faktor lain yang dpaat mempengaruhi terjadinya pertambahan atau tidak bertambahnya berat badan ibu selama masa kehamilan.
100
Daftar Pustaka
Abeysena dan Jayawardana. 2011. Body Mass Index and Gestational Weight Gain in Two Selected Medical Officer of Health areas in The Gampaha District. Journal of the College of Community Physicians of Sri Lanka 2011, Vol. 16, No.1
Aea, Ghani., dkk. 2013. Epidemiology of Low Birth Weight in the Town of Sidi Bel Abbes (West of Algeria): A Case-Control Study. Jurnal Nutrition and Food Sciences 2013, Vol. 4, Issue 3
Ahmed, Zafar., dkk. 2012. Antenatal Care and The Occurance of Low Birth Weight Delivery Among Woman in Remote Mountainous Region of Chitral, Pakistan. Pak J Med Science 2012, Vol. 28, No. 5 Al-Qur‟an Karim
Aminian, Omid., dkk. 2014. Association Between Maternal Work Activity on Birth Weight and Gestational Age. Asian Pacific Journal of Reproduction 2014, Vol. 3: 200-203
Andammori, Feby., dkk. 2014. Hubungan Tekanan Darah Ibu Hamil Aterm dengan Berat Badan Lahir di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI: Depok
Asih, Yuni., dkk. 2006. Hubungan Antara Preeklampsia pada Primigravida dengan BBLR di RSUD Cilacap Januari-Desember 2005. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Vol. 1, No.2
Baadan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
101
Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana (BKKBN). 2012. Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Direktorat Bina Ketahanan Keluarga dan Lansia Rentan: Jakarta
Bener, Abdul Bari., dkk. 2012. The Impact of The Interpregnancy Interval on Birth Weight and Other Pregnancy Outcomes. Rev. Bras. Saúde Maternal Infant 2012, 12 (3): 233-241
Bernald, CL., dkk. 2012. Maternal Nutrition and Fetal Growth: The Role of Iron Status and Intake During Pregnancy. Nutrition and Dietary Supplements 2012:4
Blackburn, Susn Tucker. 2013. Maternal, Fetal and Neonatal : a Clinical Perspective. Elsevier Saunders : US America : 406
Brown, Judith E., dkk. 2002. Variation in Newborn Size According to Pregnancy Weight Change by Trimester. Amercian Clinical Nutrition Journal, Vol. 9, No. 76:205
CDC. 2009. Pediatric and Pregnancy Nutrition Surveilans System: PedNSS Health Indicators. Diakses pada tanggal 15 Januari 2014 dari http://www.cdc.gov/pednss/what_is/pednss_health_indicators.htm
Cheung, Theresa-Francis. 2000. Pregnancy Weight Management. AdamMedia: Canada
Darmayanti, dkk. 2010. The Effect Of Weight Gain Rate Per Week in The Second and Third Trimester Of Pregnancy on The Risk of LBW. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat 2010, Vol. 26, No. 1, h: 40-46
Departemen Kesehatan. 2011. Status Gizi Pada Orang Dewasa. Diakses pada tanggal 02 Februari 2015 dari http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-gizi-dewasa.html
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
102
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Djali, Nur Asniati dan Tris Eryando. 2010. Factors Related to Low Birth Weight Babies in Pasar Rebo Public General Hospital. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 2
Drehmer, Michelle., dkk. 2013. Association of Second and Third Trimester Weight Gain in Pregnancy with Maternal and Fetal Outcomes. PLOS One, Vol. 8 Issue 1
Eisjen, Manon Van., 2008. Association Between Short Interpregnancy Intervals and Therm Birth Weight: The Role of Folate Depletion. American Journal Clinical Nutrition. 88:147–53
Ernawati, Fitrah., dkk. 2013. Hubungan Antenatal Care dengan Berat Badan Lahir di Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia, Vol.1, No.34
Esimai, Olepeju Adenfuke dan Ebenezer Ojofeitimi. 2014. Pattern and Determinants of Gestational Weight Gain an Important Predictor of Infant Birth Weight in a Developing Country. Global Journal of Health Science 2014, Vol. 6, No. 4
Grible, James N dan Samuel H. 2003. The Epidemiological Transition. National Academy Press : Wassington DC
Gross, Ruth T., dkk. 1997. Helping Low Birth Weight, Premature Babies. Stanford University Press: California
Gunawan., dkk. 2011. Diagnosis dan Tatalaksana Gravidarum. J Indon Med Assoc, Vol. 61, No. 11
Hipermesis
Han, Zhen., dkk. 2011. Maternal Underweight and The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight: a Systematic Review and MetaAnalyses. International Journal of Epidemiology 2011;40:65–101 Harlord dan Adamson. 2007. Low Birth Weight in Relation to Maternal Age and Multiple Pregnancies at Muhimbili National Hospital. DMSJ 2007, Vol. 14 No. 2
103
Haryani, Febriana Dwi., dkk. 2013. Hubungan Karakteristik, Tingkat Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Protein dan Frekuensi Periksa Kehamilan dengan Pertambahan Berat Badan ibu Ibu Hamil Trimester II. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1 Nomor 2
Hidayah, Wiwit dan Tri Anasari. 2012. Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kecamatan CilongokKabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No. 2
Hinai, Mustafa Al., dkk. 2013. Effect of Pre-PregnancyBody Mass Index andGestational Weight Gain on Low Birth Weight in Omani Infants (Case Control Study). Sultan Qaboos University Med Journal, May 2013, Vol. 13, Iss. 3, pp. 386-391
Horton, Richard. 2012. The Lancet : Global Health Series. London : The Lancet, Family Planning. https://books.google.com.pe/books?id=1p9JRbFkxsUC&pg=RA1PT54&dq=interpregnancy+interval+with+low+birth+weight&hl=en &sa=X&ei=BUJtVfeQJpDluQTA1IGwBQ&ved=0CCYQ6AEwAg# v=onepage&q=interpregnancy%20interval%20with%20low%20birt h%20weight&f=false
Inaqwe dan Nweze Nakwe. 2007. Community Nutrition: Planning Health Promotion and Diseases Prevention. Lillnois State University Nweze
IOM dan National Research Council (NRC). 2009. Implementing Guidelines on Weight Gain Pregnancy
Iswanto., dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defisiensi Besi dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di Puskesmas Karangdowo, Klaten. Jurnal Kesehatan 2012, Vol. 5, No. 2: 110 - 118 Joyce, Cate. 2012. Preterm Birth and Low Birth Weight. The Urban Child Institute in Memphis And Shelby Country
104
Kasim, Felix., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Immanuel Tahun 2008. JKM, Vol.10, No.2: 51-157
Kathlen, dkk. 2009. Committe to Reexamine IOM Pregnancy: Weight Guidelines. The National Academy Press :Washington DC
Kementerian Kesehatan. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Ibu : Jakarta
__________________. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Ibu __________________. 2013. Determinan “4 Terlalu” Masalah Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Penggunaan Alat KB di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Vol 2, Semester 2, 2013 __________________. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 ___________________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 Khanal, Vishnu., dkk. 2011. Role of Antenatal Care and Iron Supplementation During Pregnancy in Preventing Low Birth Weight in Nepal: Comparison of National Surveys 2006 and 2011. Archives of Public Health 2014, 72:4
Lilungulu, Athanase, dkk. 2014. Spectrum of Maternal and Perinatal Outcomes Among Parturient Women with Preceding Short InterPregnancy Interval at Bugando Medical Centre, Tanzania. Maternal Health, Neonatology and Perinatology Vol 1 Louis, MO. 2004. Maternity and Women’s Health Care. China: National Council of State Boards of Nursing
Low, Pamela., dkk. 2005. Factors Affecting Antenatal Care Attendance by Mothers of Pacific Infants Living in New Zealand. The New Zealand Medical Journal 2005, Vol. 118, No.1216
105
Mahmodi, Zohree., dkk. 2013. Working Conditions, Socioeconomic Factors and Low Birth Weight: Path Analysis. Iranian Red Crescent Medical Journal. 2013 September; 15(9): 836-42
Manuaba, Ida Bagus. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Maurice, dkk. 2005. Modern Nutrition in Health and Disease (Tenth Edition). Lippincot Williams and Wilkins
Merchant, Shezant., dkk. 1997. Effect of Prepregnancy Body Mass Index and Gestational Weight Gain on Birth Weight. JPMA 1999, 49:23
Merril, Ray M. 2010. Reproductive Epidemiology :Principle and Methode. Jone and Bartlett Publisher, LLC
Minarti, dkk. 2011. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Hamil di RSUD Prof. dr. Margono Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Mukhtar., dkk. 2005. High Parity and Fetal Morbidity Outcomes. American College of Obstetricians and Gynecologists 2015, Vol.105, No. 5, Part 1
Munim, Shama dan Humaera Mahen. 2012. Association of Gestational Weight Ghain Pre-Pregnancy Body Mass Index with Adverse Pregnancy Outcomes. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan 2012, Vol. 22 (11): 694-698 Mumbari, Sachin S., dkk. 2009. Maternal Risk Factors Associated with Term Low Birth Weight Neonates: A Matched-Pair Case Control Study. Indian Pediatric 2012, Volume 49, January 16
Muthayya, Sumitra. 2009. Maternal Nutrition and Low Birth Weight: What is Really Important. Indian J Med Res 130, November 2009, pp 600-608 Negi, K.S.kk. 2006. Epidemiological Factors Affecting Low Birth Weight. JK Science January-March 2006, Vol. 8 No. 1
106
Nucci, dkk. 2001. Assesment of Weight Ghain During Pregnancy in General Prenatal Care Services in Brazil. Cad. Saude Publica, 17 (6) Nyaruhucha., dkk. 2006. Maternal Weight Gain in Second and Third Trimester and Their Relationship with Birth Weights in MorogoroMunicipality, Tanzania. Tanzania Health Research Bulletin, Vol. 8, No. 1
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 2010. Health a Glance: Europe 2010. OECD Publishing
Pavord., dkk. 2011. UK guidelines on The Management of Iron Deficiency in Pregnancy. Date of BCSH approval: July 2011 Preedy, Victor R. 2011. Handbook of Growth and Growth Monitoring in Health and Disease (Volume 1). King‟s College: London Puspitasari, Cinde., dkk. 2011. Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan dengan Berat Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalo Kabupaten Bayumas Tahun 2009-2010. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 2 No.1 Edisi Juni 2011
Rahman. Latifah A, dkk, 2011. Association Between Pregnancy Induced Hypertension and Low Birth Weight: A Population Based Case Control Study. Asia-Pasific Journal of Public Health, Vol. 20, No. 2
Ramakrishnan, Usha. 2004. Nutrition and Low Birth Weight : from Research to Practice. American Journal Clinic Nutrition. 79:17–21
Rebecca, Stoltzfus dan Michele L. Dreyfuss. 2003. Guidlines for the Use of Iron Supplementes to Prevent and Treat Iron Deficiency Anemia. International Anemia Consulative Group (INACG) : USA
Reichman, Nancy E., dkk. 2006. Paternal Age as a Risk Factor for Low Birthweight. American Journal of Public Health, May 2006, Vol 96, No. 5
107
Richard Strauss dan William H. 2015. Low Maternal Weught Gain in Second and Third Trimester Increases The Risk for Intraurine Growth Retardation. Community and International Nutrition
Robberts., dkk. 1985. Nutrition in Pregnancy and Lactation. Mosby Collage Publishing : US America
Roth, Jeffrey., dkk. 1998. The Risk of Teen Mothers having Low Birth Weight Babies:Implication of Recent Medical Research for School Health Personel. Journal of School Health: September 1998, Vol 68 No 7
Sari, Maulia dan Trini Sudiarti. 2013. Model Prediksi Berat Lahir Berdasarkan Berat Badan Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8 Sato Ana Paula dan Elizabeth Fujimori. 2012. Nutrional Status and Weight Gain in Pregnant Women. May.-June;2012 (3):462-8
Seghieri, Giuseppe., dkk. 2002. Relationship Between Gestasional Diabetes Melitus and Low Maternal Birth Weight. Epidemiology Health Research, Vol. 25, No. 10
Shah, Prakeshkumar. 2002. Literature Review of Low Birth Weight, Including Small for Gestasional Age and Preterm Birth
Simkiss, dkk. 2015. Nutrion in Pregnancy and Growth of The Fetus. . Journal of Tropical of Pediatric. Diakses pada tanggal 01 Juni 2015 dari http://www.oxfordjournals.org/our_journals/tropej/online/mcn.html
Singh., dkk. 2010. Incidence and Risk Factors of Low Birth WeightBabies Born in Dulikhel Hospitel. Journal of Institute of Medicine, 2010; 32:3
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Buku Kedokteran EGC https://books.google.com.pe/books?id=JBtl87roMJIC&pg=PA95&d q=pertumbuhan+janin+pada+ibu+hamil&hl=en&sa=X&ei=KB5tVY i2GMPYmAXNiYC4BA&ved=0CCwQ6AEwAg#v=onepage&q=pe rtumbuhan%20janin%20pada%20ibu%20hamil&f=false
108
Sokoya., dkk. 2014. Women’s Perception of Husbands’ Support During Pregnancy, Labour and Delivery. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS) 2014, Volume 3, Issue 3, PP 45-50
Sunare dan Teera Siwadune. 2009. Correlation of Maternal Anemia During Pregnancy and Low Birth Weight Infant at Chonburi Hospital. The Journal of Obstetrics and Gynaecology January 2009, Vol. 17, pp. 17-2261
Susuilojati, Dewi R. dan Sri Handayani. 2013. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan, Vol. 2, No. 02
Tazkiyah, Misna., dkk. 2013. Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR pada Daerah Endemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2
Tsai, I-Hsen, dkk. 2012. Association of The Pre-Pregnancy Body Mass Index Gestasional Weight Gain with Pregnancy Outcomes in Taiwanse Women. Asia Pac J Clin Nutr 2012;21 (1):82-87 Ullah., dkk. 2003. Biological Risk Factos of Low Birth Weight in Rural Rajashi. TAJ December 2003; Vol. 16 No. 2 United Nations Children‟s Fund (UNICEF). 2004. Low Birth Weight: Country, Regional and Global Estimates. UNICEF: New York
Wado, Yohanas Dibaba., dkk. 2013. Effects of Maternal Pregnancy Intention, Depressive Symptoms and Social Support on Risk of Low Birth Weight: A Prospective Study from Southwestern Ethiopia. Plos One Journal Vol.9 No 5
Watanabe, Hiroko, Kiyoko Kabayema, Takashi Sugiyama. 2009. A Review of in Adequate and Extencive Weight Gain in Pregnancy. Current Women‟s Health Reviews, 2009, 5, 186-192
109
Wati, Lisa Kusuma. 2013. Hubungan Antara Pre-eklampsia/Eklampsia dengan Kejadian BBLR. Di RSUD Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2012
WHO. 2004. Low BirthWeight, Country Regional and Global Estimates. UNICEF: New York
____. 2006. Iron and Folate Supplementation: Integrated Management of Pregnancy And Childbirth (IMPAC) Wisnawathan, dkk. 2008. Outcome of Maternal Weight Ghain. AHRQ Publication No.08. E-009. _____. 2011. Guidelines on Optimal feeding of Low Birthweight Infants in Low-and Middle-Income Countries. Diakses pada tanggal 02 Februari 2015 dari http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/infant_fe eding_low_bw/en/
_____. 2012. Health at a Glance: Asia/Pacific 2012. Diakses pada tanggal 02 Februari 2015 dari http://www.oecd-ilibrary.org/socialissues-migration-health/health-at-a-glance-asia-pacific-2012/lowbirthweight_9789264183902-17-en
Winter, Ingeborg Ims. 2013. Maternal Anthopometry as a Predictor of Birth Weight. Faculty of Medicine: University of Oslo
110
LAMPIRAN 1.
Kuesioner
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013-2015
Assalamu’alaikum wr. wb. Saya, Lailatul Maghfiroh mahasiswa semester 8 Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan penelitian terkait “Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015” memohon kesediaan Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini. Adapun pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat sangat pribadi dan sensitif sehingga mungkin dapat mengganggu kenyamanan dan privasi Anda. Semua informasi yang Ibu berikan terjamin kerahasiannya. Kejujuran Ibu dalam menjawab setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data. Setelah Ibu membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan. Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasama Ibu, saya ucapkan terimakasih.
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini dengan sadar tanpa paksaan.
__________,
2015
(.........................................)
BACALAH PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
111
IR. IDENTITAS PARTISIPAN Identitas partisipan diperlukan untuk menghindari pemberian kuesioner pada orang yang sama dan untuk mengkonfirmasi ketika ada pertanyaan yang belum dijawab atau ada jawaban partisipan yang kurang jelas. IR1 Wilayah Puskesmas IR2 Nama Ibu IR3 Nama Anak IR3 No Telp/HP (Mohon diisi) IR4 Usia Ibu (saat persalinan di tahun 2013________tahun 2015) IR5 Jumlah anggota dalam keluarga _____ jiwa IR6 Alamat sekarang (sesuai tempat tinggal)
BERIKAN TANDA SILANG (X) PADA PILIHAN JAWABAN ANDA. IR7
Pendidikan terakhir ibu
IR8
Pendidikan terakhir suami
IR9
Pekerjaan ibu
IR10 Perkerjaan Ayah (suami)
0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 0. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi (Diploma) Tamat Perguruan Tinggi S1/S2/S3 Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi (Diploma) Tamat Perguruan Tinggi S1/S2/S3
0. Tidak bekerja 1. Buruh 2. Wiraswasta/ Pedagang/ pelayan Jasa 3. PNS 4. Pegawai BUMN/SWASTA 5. Lainnya .........................(sebutkan) 0. Tidak bekerja 1. Buruh 2. Wiraswasta/ Pedagang/ pelayan Jasa 3. PNS 4. Pegawai BUMN/SWASTA 5. Tidak berlaku (meninggal, dll.) Lainnya
Diisi Petugas
[
]
[
]
[
]
[
]
112
.......................................(sebutkan) IR11 Jumlah paritas (jumlah kelahiran yang Anda alami) IR12 Berat bayi lahir anak (pada tahun 2013-2015) IR13 Berapa jarak kehamilan Anda antara kehamilan anak terakhir dengan kehamilan pada tahun 2013-2015
_____ Anak
[
]
____gram
[
]
[
]
____kg _____ cm
[ [
] ]
Trimester I (0-12 mg)______kg Trimester II (13-27 mg) ______kg Trimester III (28-40 mg)______kg
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
_____tahun
A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil A1 A2 A3
Berat badan sebelum hamil Tinggi badan Kategori IMT (Indeks Massa Tubuh) Pertambahan berat badan selama hamil
B. Status Anemia B1
Riwayat anemia selama masa kehamilan tahun 2013-2015
B2
Berapa Hb terakhir Ibu selama masa kehamilan pada saat dilakukan pemeriksaan oleh petugas pelayanan kesehatan
0. Ada 1. Tidak ____Hb
C. Kepatuhan konsumsi Tablet Fe C1
C2
Selama kehamilan di tahun 2013-2015, apakah Ibu mengkonsumsi pil zat besi / tablet penambah darah Selama kehamilan di tahun 2013-2015, berapa jumlah tablet Fe yang ibu konsumsi
0. Iya 1. Tidak
______ Tablet
D. Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan D1
Penyakit penyerta yang dialami Ibu selama masa kehamilan di tahun 2013-2015 berdasarkan diagnosa petugas kesehatan D2 Jenis penyakit yang Ibu alami E. Kunjungan Antenatal Care (ANC) E1 Selama hamil, berapa kali Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan
0. Ada 1. Tidak ada (Lanjut ke D) ................ Trimester 1________Kali Trimester 2________Kali Trimester 3________Kali
113
2. Hasil SPSS
Case Processing Summary Cases Valid N Tambah_BB_Semua * Berat_BAYILAHIR Tambah_BB_Trimester1 * Berat_BAYILAHIR Tambah_BB_Trimester2 * Berat_BAYILAHIR Tambah_BB_Trimester3 * Berat_BAYILAHIR
Missing Percent
N
Percent
Percent
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
14.506 18.234 116
3 3
.002 .000
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tambah_BB_Trimester3 (normal / kurang)
N
116
Tambah_BB_Trimester3 * Berat_BAYILAHIR
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
Total
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
114
Tambah_BB_Trimester2 * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Tambah_BB_Trimester2
Normal
Count % within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count % within Berat_BAYILAHIR
Lebih
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
BBLR
Total
37
13
50
46.8%
35.1%
43.1%
29
24
53
36.7%
64.9%
45.7%
13
0
13
16.5%
.0%
11.2%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
11.261 14.945 116
2 2
.004 .001
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,15.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tambah_BB_Trimester2 (normal / kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Tambah_BB_Trimester1 * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Tambah_BB_Trimester1
Normal
Count % within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count % within Berat_BAYILAHIR
Lebih
Count % within Berat_BAYILAHIR
BBLR
Total
39
15
54
49.4%
40.5%
46.6%
39
22
61
49.4%
59.5%
52.6%
1
0
1
1.3%
.0%
.9%
115
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
1.378 1.678 116
2 2
.502 .432
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tambah_BB_Trimester1 (normal / kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Tambah_BB_Semua * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Tambah_BB_Semua
Normal
Count % within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count % within Berat_BAYILAHIR
lebih
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
12.605 14.771 116
2 2
.002 .001
BBLR
Total
39
9
48
49.4%
24.3%
41.4%
33
28
61
41.8%
75.7%
52.6%
7
0
7
8.9%
.0%
6.0%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
116
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
Pearson Chi-Square 12.605 2 .002 Likelihood Ratio 14.771 2 .001 a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,23.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tambah_BB_Semua (Normal / Kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Case Processing Summary Cases Valid N Usia_Ibu_Melahirkan * Berat_BAYILAHIR Pend_Ibu * Berat_BAYILAHIR Pend_Suami * Berat_BAYILAHIR Pker_Ibu * Berat_BAYILAHIR Pker_Suami * Berat_BAYILAHIR Jmlh_Paritas * Berat_BAYILAHIR Jarak_kehamilan * Berat_BAYILAHIR Stat_Anemia * Berat_BAYILAHIR Patuh_Fe * Berat_BAYILAHIR Riwayat_Penyakit * Berat_BAYILAHIR
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
80
69.0%
36
31.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
117
Riwayat_Penyakit * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Riwayat_Penyakit
tdk ada
Count % within Berat_BAYILAHIR
ada
27
99
91.1%
73.0%
85.3%
7
10
17
8.9%
27.0%
14.7%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
% within Berat_BAYILAHIR Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
72
Count
Total
bblr
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
6.649 5.276 6.199
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.010 .022 .013 .021
6.591 116
1
.013
.010
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Riwayat_Penyakit (tdk ada / ada) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
3.810
1.317
11.021
1.766
.988
3.157
.464
.278
.773
116
Patuh_Fe * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Patuh_Fe
patuh
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
42
16
58
53.2%
43.2%
50.0%
118
tdk patuh
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
37
21
58
46.8%
56.8%
50.0%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
.992 .635 .994
a
1 1 1
.319 .426 .319
.984 116
1
.321
Exact Sig. (1sided)
.426
.213
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Patuh_Fe (patuh / tdk patuh) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
1.490
.679
3.271
1.135
.883
1.458
.762
.444
1.306
116
Stat_Anemia * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Stat_Anemia
tdk anemia
Count % within Berat_BAYILAHIR
anemia
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
56
22
78
70.9%
59.5%
67.2%
23
15
38
29.1%
40.5%
32.8%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
119
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
1.494 1.020 1.469
a
1 1 1
.222 .313 .226
1.481 116
1
.224
Exact Sig. (1sided)
.289
.156
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,12. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Stat_Anemia (tdk anemia / anemia) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
1.660
.734
3.755
1.186
.886
1.588
.715
.421
1.213
116
Jarak_kehamilan * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Jarak_kehamilan
>= 2 tahun
Count % within Berat_BAYILAHIR
< 2 tahun
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
52
22
74
92.9%
91.7%
92.5%
4
2
6
7.1%
8.3%
7.5%
56
24
80
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Asymp. Sig. (2sided)
df
.034 .000 .034
a
1 1 1
.853 1.000 .854
.034
1
.854
Exact Sig. (2sided)
1.000
Exact Sig. (1sided)
.587
120
N of Valid Cases
b
80
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,80. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jarak_kehamilan (>= 2 tahun / < 2 tahun) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
1.182
.201
6.932
1.054
.587
1.892
.892
.273
2.916
80
Jmlh_Paritas * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Jmlh_Paritas
primipara
Count
13
38
31.6%
35.1%
32.8%
51
22
73
64.6%
59.5%
62.9%
3
2
5
3.8%
5.4%
4.3%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within Berat_BAYILAHIR
>3
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
.349 .343 .031 116
Total
25
% within Berat_BAYILAHIR multipara
bblr
2 2 1
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,59.
.840 .842 .861
121
Pend_Ibu * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Pend_Ibu
>9 tahun
Count
27
84
72.2%
73.0%
72.4%
15
7
22
19.0%
18.9%
19.0%
7
3
10
8.9%
8.1%
8.6%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within Berat_BAYILAHIR
<9 tahun
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
57
% within Berat_BAYILAHIR wajib 9 tahun
bblr
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
.019 .019 .015 116
2 2 1
.991 .990 .901
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,19.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Pend_Ibu (>9 tahun / wajib 9 tahun)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Usia_Ibu_Melahirkan * Berat_BAYILAHIR Crosstab Berat_BAYILAHIR normal Usia_Ibu_Melahirkan
usia tdk risti
Count % within Berat_BAYILAHIR
usia risti
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
67
30
97
84.8%
81.1%
83.6%
12
7
19
15.2%
18.9%
16.4%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
122
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df a
Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
.256 .056 .251
1 1 1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.613 .813 .617 .601
.254 116
1
.399
.615
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,06. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia_Ibu_Melahirkan (usia tdk risti / usia risti) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
1.303
.467
3.637
1.094
.757
1.581
.839
.434
1.624
116
ANC_Kategorik * Berat_BAYILAHIR Crosstabulation Berat_BAYILAHIR normal ANC_Kategorik
kurang = <10 kontrol, <9 kasus
Count % within Berat_BAYILAHIR
Baik >=10 kontrol, >=9 kasus Count % within Berat_BAYILAHIR Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
14
12
26
17.7%
32.4%
22.4%
65
25
90
82.3%
67.6%
77.6%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df a
3.136 2.347 3.011
1 1 1
.077 .126 .083
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
123
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
.096 3.109 116
1
.065
.078
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,29. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ANC_Kategorik (kurang = <10 kontrol, <9 kasus / Baik >=10 kontrol, >=9 kasus) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
.449
.183
1.102
.746
.511
1.088
1.662
.976
2.829
116
Crosstabs
Tambah_BB_Semua * Berat_BAYILAHIR Crosstabulation Berat_BAYILAHIR normal Tambah_BB_Semua
normal
Count % within Berat_BAYILAHIR
kurang
Count % within Berat_BAYILAHIR
Total
Count % within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
39
9
48
54.2%
24.3%
44.0%
33
28
61
45.8%
75.7%
56.0%
72
37
109
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
8.832 7.663 9.185
a
1 1 1
.003 .006 .002
8.751 109
1
.003
Exact Sig. (2sided)
.004
Exact Sig. (1sided)
.002
124
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,29. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tambah_BB_Semua (normal / kurang) For cohort Berat_BAYILAHIR = normal For cohort Berat_BAYILAHIR = bblr N of Valid Cases
Lower
Upper
3.677
1.521
8.887
1.502
1.149
1.964
.408
.213
.782
109
Logistic Regression Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Df
Sig.
Step
16.262
2
.000
Block
16.262
2
.000
Model
16.262
2
.000
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 123.404
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.139
.192
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Predicted Berat_BAYILAHIR Observed Step 1
Berat_BAYILAHIR Overall Percentage
a. The cut value is ,500
normal
Percentage Correct
bblr
Normal
69
3
95.8
Bblr
31
6
16.2 68.8
125
Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Ste Tambah_BB_Semua p a 1 Riwayat_Penyakit Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
1.405
.475
8.749
1
.003
4.076
1.606
10.341
1.563
.606
6.641
1
.010
4.772
1.454
15.665
-1.786
.414
18.574
1
.000
.168
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Semua, Riwayat_Penyakit.
Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B S Tambah_BB_Trimester1 t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.464
.420
1.223
1
.269
1.591
.699
3.621
1.373
.549
6.257
1
.012
3.947
1.346
11.576
-1.230
.337
13.314
1
.000
.292
e p
Constant
1 a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester1, Riwayat_Penyakit.
Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B S Tambah_BB_Trimester2 t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1
Upper
.835
.439
3.619
1
.057
2.305
.975
5.450
1.485
.606
6.001
1
.014
4.416
1.346
14.489
-1.267
.347
13.295
1
.000
.282
e p
Lower
Constant
a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester2, Riwayat_Penyakit.
126
Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B S Tambah_BB_Trimester3 t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1
Upper
.985
.438
5.058
1
.025
2.678
1.135
6.320
1.446
.611
5.606
1
.018
4.245
1.283
14.046
-1.238
.314
15.520
1
.000
.290
e p
Lower
Constant
a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester3, Riwayat_Penyakit.