PELUANG KERJA DAN MIGRASI TENAGA KERJA WANITA INDONESIA Oleh Suryaningsih1 Abstract Thsis research to aim know cause shift the opportunity work from men become bigger opportunity of labour of woman which go to abroad, how network of social owned so that candidate of TKW chosen area outside area of origin as area of transit out the country though area of their origin also there are service of labour delivery, and also what the resistance faced candidate of TKW start from area of origin till arrive at area transit. Various data collected by through circumstantial interview to candidate of TKW of origin Flores, Lombok And Madura as much 17 people. That people is 8 from Madura, 6 from Lombok and 3 from Flores. This research utilize method qualitative and presented descriptively. Through process of research which have been done, knowable that cause shift the opportunity work from men become bigger opportunity of labour of woman which go to abroad because of factor have the happening of friction of opportunity work in origin area, and because process of recruitment that happened. The finding about social network owned relevant with band experienced by candidate TKW, there is 3 band utilized by candidate TKW which transit in Tanjungpinang that is, formal band that is through PJTKI, follow the consanquinity or friend known band out the country, go xself because have ever worked out country. And resistance experienced of by candidate TKW go together structural resistance. most resistance felt by candidate TKW that is respective matter with education, because generally candidate TKW own education which low relative. By having education limited make candidate TKW have to access limited also to information work and contract job they to experience. Key Words : Opportunity Work, Migration A. Latarbelakang Masalah Migasi merupakan fenomena umum yang dapat kita temui dimanapun, baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia, migrasi terjadi lebih didorong untuk meme1
nuhi kebutuhan ekonomi. Lapangan pekerjaan yang tidak tersedia menjadi daya dorong yang sangat kuat untuk terjadinya migrasi. Pada awal meluasnya fenomena migarsi keluar negeri terjadi, angka tertinggi
Dosen Sosilogasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
202
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
terjadinya migarsi bila dilihat dari jenis kelamin adalah para kaum laki-laki. Tetapi beberapa tahun terakhir ini mulai terjadi pergeseran. Laki-laki tidak lagi mendominasi angka tertinggi terjadinya migrasi keluar negeri tersebut, saat ini angka tertinggi arus migrasi mulai didominasi kaum perempuan, Muhadjir menyebutkannya dengan feminisasi migran. Sebenarnya dari berbagai laporan media massa dan hasil-hasil penelitian menemukan bahwa menjadi tenaga kerja perempuan ke luar negeri bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Berbagai kasus kekerasan sering melanda tenaga kerja perempuan Indonesia di luar negeri. Mulai dari yang dihukum penjara beberapa bulan atau beberapa tahun hingga kepada hukuman penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Bahkan kekerasan terhadap tenaga kerja wanita tersebut tidak hanya terjadi ditempat mereka bekerja, namun sebelum mereka melintas kenegeri seberangpun mereka telah mengalami kekerasan. Tetapi kenyataan ini tidak menyurutkan keinginan tenaga kerja perempuan Indonesia untuk mencari peluang kerja hingga ke luar negeri. Peluang kerja yang terbatas, pendidikan, kemiskinan dan tanggungjawab yang besar terhadap keluarga merupakan pendorong untuk terjadinya migrasi internasional perempuan Indonesia. Menurut Susi Eja yuarsi, migrasi perempuan ke luar negeri seringkali dianggap sebagai salah satu cara pintas untuk memutus mata rantai kemiskinan. Keberhasilan para perempuan yang bekerja di luar negeri yang ditunjukkan dengan meningkatnya taraf ekonomi kehidupan tenaga kerja wanita (TKW) mengakibatkan berbondongbondong peremp[uan melamar sebagai TKW. Dorongan untuk bekerja ke luar negeri bukan tanpa dasar yang tidak pasti, ada
jaringan sosial yang dimiliki hingga akhirnya tenaga kerja perempuan Indonesia bisa bekerja ke luar negeri dan berada di Tanjungpinang sebagai daerah transit. Kerabat, teman serta calo merupakan penyumbang sumber informasi terbesar dalam rangka kegiatan migrasi Internasional. Umumnya tenaga kerja perempuan Indonesia yang berangkat ke luar negeri merupakan perempuan-perempuan yang berasal dari daerah pedesaan dan dengan pendidikan terbatas. Dengan pendidikan yang terbatas tersebut, sebenarnya calon TKW Indonesia rentan terhadap persoalanpersoalan yang berkaitan dengan kekerasan dan penipuan. Serta sesuai denga pembagian kerja secara seksual, sebenarnya perempuan Indonesia hanya merupakan orang yang berurusan dengan sekktor domestik. Dari persoalan pembagian kerja secara gender ini, sebenarnya perempuan Indonesia tidak bisa dengan leluasa meninggalkan rumah. Keluarga besar, suami serta anak merupakan tanggungjawab yang harus dipegang oleh seorang perempuan. Setelah keluar dari rumah, calon TKW juga rentan dengan persoalan untuk sampai ke daerah tujuan kerja, baik itu menyangkut birokrasi, penyesuaian diri serta pengetahuan akan tempat bekerja serta kontrak kerja yang akan dijalani. Semua ini merupakan persoalan yang akan dihadapi oleh calon TKW Indonesia, terutama sekali birokrasi yang selalu dianggap sebagai penyebab lambannya proses keberangkatan calon TKW hingga akhirnya ada kecenderungan untuk mempergunakan jalur ilegal. B. Rumusan Masalah Dari latabelakang masalah diatas, maka penelitian ini bermaksud mencari jawaban atas permasalahan: 1. Mengapa terjadi pergeseran peluang kerja dari laki-laki menjadi lebih banyak peluang tenaga kerja perempuan yang
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011 : 201 - 212
berangkat ke luar negeri. 2. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi calon TKW mulai dari daerah asal hingga tiba di daerah transit. C. Tinjauan Pustaka C.1. Peluang Kerja Seperti disebutkan Lee bahwa migrasi terjadi karena ada faktor pendorong dan penarik untuk dapat terjadinya migrasi. Untuk wilayah-wilayah Indonesia Timur, menurut penelitian Haris didukung oleh fakta bahwa secara umum kondisi ketenagakerjaan didaerah tersebut tidak berimbang dan kondisi geografis yang kurang menguntungkan hal ini menjadi pendorong untuk terjadinya migrasi. Berhubung kurangnya peluang kerja didaerah desa sendiri, membuat bermigrasi menjadi salah satu cara untuk dapat membuka peluang untuk memperoleh pekerjaan tetap. Menurut Tadjuddin (1993:119) yang menyebutkan bahwa kesempatan kerja dipedesaan merupakan persoalan serius, karena lapangan pekerjaan yang dapat menampung pekerjaan masih bertumpu pada sektor pertanian sedangkan lahan yang dapat diolah untuk pertanian semakin terbatas. Tambahan pula, pemilik lahan (petani kaya) yang selama ini dapat melindungi buruh tani dan petani gurem mulai bersikap komersil, mereka berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan cara mengurangi biaya panen atau biaya lainnya. Lebih lanjut lagi menurut Tadjuddin, bahwa ada gejala hubungan patron klein atau ikatan antara petani kaya dan petani miskin mulai melonggar. Perubahan itu menurut Collier (Tadjuddin,1993:119) dimungkinkan karena perubahan sistem panen dari Bawon ke tebasan dan berubahnya pengolahan padi dari tumbuk ke huller. Serta mulai berubahnya sistem garapan yang dulunya menerapkan sistem maro
203 beralih kesistem kedokan. Perubahanperubahan ini telah memperkecil kemungkinan buruh tani untuk melibatkan diri dalam kegiatan pertanian. Kalaupun ada pekerjaan biasanya upah yang diterima rendah. Menurut Kasryno (Tadjuddin,1993:120), adanya tekanan penduduk terhadap tanah diikuti dengan terbatasnya kesempatan kerja diluar sektor pertanian mendorong penurunan tingkat upah. Selain terjadi penurun tingkat upah, terbatasnya lahan pertanian disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan ini semakin membuat sulitnya mendapatkan pekerjaan. Dengan berbagai faktor dengan adanya nilai upah yang cukup rendah, serta tingginya persaingan untuk memperoleh pekerjaan walaupun dengan nilai rendah tersebut ini merupakan salah satu pendorong untuk terjadinya kegiatan bermigrasi. Menurut teori neoclassical economics (Cadwallader,1994:7) mobilitas penduduk dipandang sebagai jawaban alamiah terhadap perbedaan regional dalam memperoleh kesempatan sosial dan ekonomis. Penduduk akan bergerak kedaerah yang mempunyai kelebihan modal, tetapi kekurangan tenaga. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa mobilitas penduduk atau migrasi berkaitan dengan kesempatan kerja yang terdapat didaerah asal. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan suatu daerah yang mana daerah tersebut memiliki peluang kerja yang lebih besar bila dibandingkan dengan daerah asal mereka. Sedangkan menurut pendekatan historical strukturalist, mobilitas penduduk hanya dapat dipahami dengan memperhatikan perubahan-perubahan sosial ekonomi dan politik secara luas yang terjadi pada struktur perkembangan ekonomi karena mobilitas penduduk lebih merupakan proses makro daripada proses tingkat individu. Sebelum terjadinya kegiatan migrasi keluar negeri, tren pergeseran tenaga kerja
204
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
Indonesia terutama di wilayah pedesaan terjadi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama kegiatan yang tergolong sektor informal (Tadjuddin, 1993:37). Kegiatan sektor informal yang relatif besar menyerap tenaga kerja adalah perdagangan, penjual bakso, bakmi, pedagang asongan, es, rujak dan penarik becak. C. 2. Migrasi dan Pergeseran Trend Migrasi di Indonesia Migrasi berasal dari kata migration yang berarti perpindahan penduduk, meliputi arti pindah rumah, sekolah dan sebagainya baik dalam kota, daerah maupun ke tempat yang lebih jauh (Lyn,1986:5). Menurut Lee (2000:6 0), keputusan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dapat dilihat sebagai suatu produk dari perbedaan tingkat upah antara satu daerah dengan daerah lainnya. Faktor utama yang melatarbelakngi migrasi tenaga kerja kesuatu daerah tujuan adalah faktor makro atau kontekstual yang seringkali dilihat sebagai faktor daya tarik dan daya dorong (push dan full factor). B.N Marbun (1979:45) menyatakan bahwa secara umum arus migrasi dapat terjadi disebabkan oleh faktor penolak (push factor) dari tempat asal dan faktor penarik dari tempat tujuan (full factor). Secara umum faktor-faktor pendorong dapat terjadinya perpindahan penduduk dari satu daerah kedaerah lain terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1. Proses kemiskinan didaerah 2. Lapangan kerja yang hampir tidak ada 3. Pendapatan yang rendah 4. Adat istiadat yang kuat 5. Faktor keamanan 6. Melanjutkan pendidikan Sejak beberapa tahun terakhir ini, terjadi pergeseran trend migrasi, laki-laki tidak lagi mendominasi kegiatan bermigrasi. Menurut hasil penelitian Susi Eja Yuarsi (2002:122)
yang menyebutkan bahwa meningkatnya jumlah perempuan yang melakukan migrasi keluar negeri lebih didorong karena kemiskinan yang membelit dan sulitnya mendapat pekerjaan serta tanggungjawab perempuan yang cukup besar terhadap kesejahteraan keluarga. Selain itu juga pergeseran trend migrasi dari laki-laki menjadi lebih banyak perempuan juga bisa dilihat dari pendapat Agassi (Harmona, 2001:16) yang mengatakan bahwa keseimbangan status perempuan dalam rumah tangga baru bisa diperoleh jika ada kekuatan yang sama antara suami dan isteri dalam bidang ekonomi dan kontrol terhadap sumber-sumber vital. Perempuan tidak lagi hanya ditempatkan dalam ranah domestik dan berperan sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi mereka juga mempunyai kebebasan untuk bekerja bahkan sampai keluar negeri. Krisnawaty ( Susi Eja Yuarsi, 2000:124) menanggapi kondisi ini sebagai kecenderungan munculnya feminisasi kemiskinan. Feminisasi kemiskinan diartikan sebagai kecenderungan makin bertambahnya beban kemiskinan yang ditanggung perempuan. Kepergian perempuan keluar negeri yang sekilas menjadi titik awal dari terbebasnya perempuan dari domestikasi yang selama ini terjadi. C.3. Pergeseran Peran Perempuan Dalam Keluarga Peran merupakan sesuatu yang harus dimainkan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dan status yang dimiliki oleh seseorang. Berarti peran perempuan merupakan sesuatu yang harus dimainkan oleh seorang perempuan, peran seorang perempuan tergantung pada kondisi sosial budaya yang dimiliki oleh seseorang, dalam hal ini peran seorang perempuan berkaitan dengan pola realsi gender yang hidup dalam masyarakat. Seperti pendapat Fakieh yang menyatakan bahwa bila dilihat dari konsep
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011 : 201 - 212
dasar gender, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural (Fakih, 2005:8). Dan sifat-sifat ini dapat dipertukarkan sejalan dengan waktu dan tempat. Sajogyo (Daulay, 2001:15) mengklasifikasikan peran perempuan didalam rumah tangga dan masyarakat dalam empat aspek, yaitu: keputusan dibidang produksi, keputusan dibidang pengeluaran kebutuhan pokok, keputusan dibidang pembentukan keluarga dan keputusan dibidang kegiatan sosial. Dari kenyataan pembagian kerja secara gender tersebut, sebenarnya perempuan hanya sebagai pemegang sektor domestik yaitu mengurusi rumah tangga. Tetapi ternyata pengaruh perempuan terhadap sektor domestik berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Perempuan menjadi mempunyai tanggungjawab mensejahterakan keluarga, karena ini terkait dengan peran sektor domestik. Dalam rangka mensejahterakan keluarga tersebut terpaksa perempuan ambil bagian dalam menambah penghasilan keluarga selain itu juga didengungkannya perjuangan kesetaraan gender membuat perempuan mulai merubah peran yang selama ini telah dikonstrukkan secara budaya tersebut. Bila dikaji dari pendapat Moser (Daulay, 2001:34) relasi gender dalam rumah tangga pada dasarnya perempuan memegang 3 tanggungjawab yaitu, tanggungjawab bidang reproduktif, tanggungjawab bidang produktif dan tanggungjawab bidang pengelolaan komunitas. Bidang produktif meliputi aktifitas yang ditujukan untuk pengasuhan dan pendidikan anak serta tugas-tugas domestik yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan reproduksi dari anggota rumah tangga yang bekerja. Dengan demikian tugas dan tanggungjawab perempuan tidak hanya meliputi reproduksi biologis tetapi juga pelayanan dan keber-
205 langsungan kerja dari suami dan anak-anak yang bekerja atau yang masih sekolah. Bidang produktif meliputi aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh imbalan dalam bentuk uang atau barang. Bidang pengelolaan komunitas meliputi aktifitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai perluasan tugas dan tanggungjawab reproduksi. Kegiatan ini untuk mendukung ketersediaan dan sarana dari sumberdaya yang terbatas. Menurut Moser bahwa bagi kelompok kelas bawah peran perempuan tidak hanya berkaitan dengan urusan sektor domestik semata, tetapi telah mengalami perubahan, perempuan mempunyai tanggungjawab dalam segala hal demi kelangsungan keluarganya. Pergeseran pola relasi gender dalam masyarakat dapat dikatakan berkaitan dengan hal-hal yang diproklamirkan dengan sebutan peyetaraan gender serta pemberdayaan perempuan. Berbagai kebijakan diterapkan dalam rangka penyetaraan gender, perempuan dilibatkan dalam segala hal. Dari kegiatan keterlibatan perempuan ini, akhirnya membuat perempuan menerima upah sesuai dengan tugas yang dijalankan didalam masyarakat. Dan dengan adanya penyetaraan gender tersebut membuat peran perempuan mengalami pergeseran karena membuat perempuan tidak lagi hanya mengurusi sektor domestik tetapi telah berada di luar rumah dalam rangka memenuhi tuntutan mendapatkan upah. Selain itu juga pergeseran peran perampuan mengalami pergeseran karena adanya tuntutan untuk dapat memperhatikan kesejahteraan keluarga. D. Landasan Te o r i t i s Menurut teori structural konflik bahwa masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Setiap elemen atau institusi
206
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau paksaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Kekuasaan hanya dipegang oleh satu penguasa atau golongan. Dimana golongan-golongan lainnya yang tidak berkuasa tidak memiliki akses untuk masuk kedalam kekuasaan tersebut. dengan kata lain ada satu golongan yang dianggap mempunyai kekuasaan dan golongan lain disubordinasi oleh golongan penguasa. Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi didalam masyarakat. Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan bawah dalam setiap struktur. Wewenang adalah sah dan apabila ada individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan dikenakan sanksi. Karena kekuasaan memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai maka dalam masyarakat selalu terdapat golongan yang saling bertentangan dan berkuasa berusaha mempertahankan status quo sedangkan golongan yang dikuasai berusaha untuk melakukan perubahanperubahan. Lebih lanjut lagi menurut teori structural konflik, bahwa pertentangan kepentingan ini selalu ada setiap waktu dan dalam setiap struktur. Karena itu kekuasaan yang sah selau berada dalam keadaan terancam bahaya dari golongan yang anti status quo. Kepentingan yang terdapat dalam satu golongan tertentu selalu dinilai obyektif oleh golongan yang bersangkutan dan selalu melekat (coherence) dengan posisi individu yang masuk kedalam golongan tersebut. Seorang individu akan bertindak dan bersikap sesuai dengan cara-cara yang berlaku
dan yang diharapkan oleh golongannya. Dalam situasi konlik seorang individu akan menyesuaikan diri dengan peranan yang diharapkan oleh golongannya itu, yang disebut dengan peranan laten. Dari teori structural konflik tersebut dapat disebutkan bahwa antara tenaga kerja wanita Indonesia dan pengusaha tenaga kerja merupakan posisi antara posisi penguasa dan posisi orang yang dikuasai. Dalam hal ini penguasa adalah para pengusaha yang menampung mereka ditempat-tempat penampungan dan para perekrut tenaga kerja tersebut. Sedangkan posisi tenaga kerja merupakan posisi orng yang dikuasai. Karena adanya posisi kelompok penguasa dan kelompok uang dikuasai tersebut menyebabkan terjadinya konflik. Konflik tersebut berupa konflik kepentingan antara pengusaha dan calon tenaga kerja wanita. Penguasa yaitu perekrut dan pengusaha akan berusaha menguasai kelompok yang dikuasai tersebut yaitu calon Tenaga kerja Wanita. Sesuai dengan teori konflik tersebut berarti dalam hal ini terjadi konflik antara kelompok kepentingan. Kelompok pengusaha dan pererekrut tenaga kerja mempunyai kepentingan untuk mempertahankan hak-hak mereka. Demikian pula dengan calon tenaga kerja wanita, mereka juga akan berusaha mempertahankan hak-hak mereka. Selain itu juga konflik antara kelompok kepentingan dan kelompok yang dikuasai dapat berupa adanya kepentingan pengusaha untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan calon Tenaga Kerja Wanita berusaha untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai calon pekerja. Karena ada kepentingan-kepentingan dan adanya kelompok yang dikuasai dan yang menguasai inilah maka terjadi konflik. Setiap kelompok berusaha untuk mempertahankan status quo mereka, menganggap merekalah yang
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011 : 201 - 212
harus menguasai kelompok yang satunya. E. Metode Penelitian E.1. Jenis Penelitian Dalam rangka menjelaskan fenomena migrasi tenaga kerja wanita Indonesia, penelitian ini mempergunkan metode analitis kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Penyajian deskriptif dalam rangka menjelaskan fenomena yang dialami oleh calon TKW sehingga akhirnya terjadi pergeseran peluang kerja, membuat lebih besar peluang kerja wanita untuk ke luar negeri. Selain itu juga melalui penyajian deskriptif akan dijelaskan jaringan sosial yang dimiliki oleh calon TKW sehingga tiba di tTanjungpinang dan hambatan yang dialami baik itu sebelum berangkat ke tempat transit hingga hambatan yang dialami sesampainya di daerah transit. E.2.Informan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian dipergunakan informan berasal dari daerah Flores, Lombok dan Madura. Alasan pemilihan informan penelitian ini sejalan dengan pendapat Abdul Haris yang menyatakan bahwa pembangunan wilayah Indonesia Timur relatif lamban dan kemiskinan yang membelit membuat tingginya kecenderungan untuk melakukan migrasi Internasional. Dari tiga kelompok masyarakat ini diambil sebanyak 17 orang secara purvosif. E.3. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data Dalam rangka memenuhi data dan informasi, penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan pemanfaatan studi dokumentasi. Dalam rangka kegiatan wawancara dipergunakan pedoman wawancara, namun pedoman wawancara tidak diperlihatkan kepada informan penelitian. Tetapi informan penelitian sadar bahwa dirinya sedang diwawancara dalam rangka untuk
207 kegiatan penelitian. Wawancara mendalam dilakukan dalam rangka memperoleh informasi yang mendetil dan akurat dari informan penelitian. F. Hasil Penelitian dan Pembahasan F.1. Pergeseran peluang kerja dari lakilaki menjadi lebih banyak peluang tenaga kerja perempuan yang berangkat ke luar negeri Pergeseran peluang kerja dari laki-laki menjadi lebih besar peluang tenaga kerja perempuan yang berangkat ke luar negeri terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Pergeseran peluang kerja di daerah asal Pada umumnya calon TKW merupakan buruh tani, akibat dari komersialisasi pertanian membuat terjadinya pergeseran-pergeseran dalam kegiatan pertanian. Pergeseran-pergeseran tersebut membuat buruh tani perempuan tidak lagi mempunyai kesempatan untuk merebut peluang kerja yang sudah sangat terbatas tersebut. Tertutupnya peluang kerja ini disebabkan karena beberapa hal diantaranya yaitu 1. Bergesernya peluang kerja disektor pertantanian dengan menggunakan sistem upah. 2. Bergesernya sistem pertanian akibat penggunanan teknologi pertanian, yang dulunyapekerjaan tersebut menjadi bagian pekerjaan perempuan tidak lagi bisa dinikmati buruh tani perempuan. 3. Bergesernya sistem perekrutan tenaga kerja di sektor pertanian. Dengan kondisi ini mengakibatkan perempuan terpaksa harus mengalihkan peluang kerja di sektor pertanian di pedesaan dengan mencari peluang kerja di luar sektor pertanian terutama di luar daerah asal mereka. 2. Meningkatnya pendidikan Dari hasil temuan, kenyaannya tidak semua , para migran perempuan Indo-
208
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
nesia memiliki pendidikan rendah. Akibat dari terjadinya peningkatan pendidikan kaum perempuan calon migran tersebut, mendorong mereka untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Lapangan kerja di daerah asal dapat dikatakan sangat minim, dengan adanya tawaran dari tetangga ke tetangga membuat pilihan mereka jatuh kepada untuk bekerja sebagai tenaga kerja luar negeri 3. Bergesernya peran Perempuan dalam Keluarga Berubahnya peran perempuan dalam keluarga merupakan penyumbang untuk terjadinya pergeseran peluang kerja dari laki-laki menjadi lebih besar peluang tenaga kerja perempuan yang berangkat ke luar negeri. Tanggungjawab perempuan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan ikut bertanggungjawab untuk memperhatikan kesejahteraan keluarga membuat perempuan berusaha mencari peluang pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Pergeseran peran kerja dalam keluarga terkait dengan pembagian kerja dalam keluarga. Dlam hal pembagian kerja dalam keluarga terjadi pergeseran peran kerja wanita dibidang ekonomi. Dimana perempuan tidak lagi hanya bertugas disektor domestik tetapi harus bertanggungjawab terhadap kebiutuhan ekonomi keluarga. Penghasilan keluarga tidak hanya diharapkan dari kepala keluarga yang disebut suami tetapi telah bergeser kepada diharapkannya perempuan memberi sumbangan kepada ekonomi keluarga. Selain berkaitan dengan pergeseran peran dibidang ekonomi, juga terjadi pergeseran peran perempuan dalam keluarga dalam hal tanggungjawab terhadap anak. Untuk beberapa daerah, tanggungjawab terhadap anak menjadi
tanggungjawab keluarga besar. Tetapi akibat proses modernisasi, tanggungjawab menjadi tanggungjawab keluarga inti. Hal ini mendorong dituntutnya peran perempuan dalam hal tanggungjawb terhadap anak-anak mereka dan di satu sisi, mereka juga dituntut untuk dapat membantu ekonomi keluarga. 4. Sasaran dalam Proses Rekrutmen Pergeseran peluang kerja dari lakilaki menjadi lebih besar peluang tenaga kerja perempuan yang berangkat ke luar negeri juga di sebabkan oleh sasaran dalam proses rekrutmen yang dilakukan oleh calo, teman, kerabat atau Petugas lapangan yang dikirim oleh PJTKI. Proses perekrutan sebenarnya tergantung dari permintaan akan tenaga kerja di luar negeri. Karena tenaga kerja Indonesia selalu untuk mengisi posisi sebagai tenaga kerja rendahan. Sedangkan tenaga kerja perempuan lebih ditujukan untuk mengisi posisi sebagai tenaga sektor informal yaitu untuk dijadikan sebagai pembantu rumah tangga. Keadaan ini didukung dengan besarnya permintaan akan tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga. Besarnya permintaan tenaga pembantu rumah tangga dari Indonesia disebabkan karena tenaga kerja Indonesia mempunyai daya jual lebih murah dari tenaga kerja asal daerah Asia lainnya. Dengan besarnya perminataan internasional tenaga kerja perempuan Indonesia di Luar negeri untuk di pekerjakan sebagai pembantu rumah tangga membuat sasaran dalam proses perekrutan lebih ditujukan kepada perempuan. F.2. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Calon Tenaga Kerja Wanita Hambatan yang cukup berarti yang dihadapi oleh calon TKW yang sedang transit di Kota Tanjungpinang, bukanlah
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011 : 201 - 212
hambatan yang bersifat kultural. Bahkan dapat dikatakan bahwa kulural yang hidup dlam masyarkat telah mengalami pergeseran. Dimana tidak ada lagi larangan untuk perempuan atau seorang isteri meninggalkan rumah. Bahkan bagi daerah yang masih menganut sistem keluarga besar, keluarga besar menjadi pendorong untuk bermigrasinya seorang perempuan. Hal ini terjadi karena tanggungjwab anak akan diserahkan kepada keluarga besar. Hambatan yang paling dirasakan oleh calon TKW adalah hambatan yang bersifat struktural. Dalam hal ini berkaitan dengan: 1. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh calon TKW. Dengan pendidikan yang serba terbatas membuat calon TKW tidak memiliki akses yang valid tentang peluang kerja di luar negeri berkaitan dengan jenis pekerjaan yang akan mereka tekuni dan kontrak kerja yang harus mereka jalani. Bahkan ada kesan bahwa kontrak kerja merupakan sesuatu yang harus mereka jalani tanpa perlu mengetahui isi kontrak kerja tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh ketidak mampuan memahami isi kontrak kerja yang disodorkan kepada mereka, serta mempercayakan perjanjian kerja kepada penyalur negara kerja. Selain itu akibat pendidikan yang serba terbatas membuat calon TKW sulit menyerap ketrampilan yang diberikan sebelum diberangkatkan ke negara tujuan kerja. 2. Rendahnya pengetahuan tentang daerah calon tujuan kerja Rendahnya pengetahuan tentang daerah calon tujuan kerja terkait erat dengan persoalan penyesuan diri di daerah kerja, seperti bahasa yang harus dikuasai, kebiasaan daerah masyarakat setempat serta pola konsumsi masyarakat setempat 3. Keyakinan yang terlalu besar kepada
209 penyalur negara kerja Ini terjadi dikeranakan pada saat perekrutan, para calon tenaga kerja tersebut umumnya direkrut oleh orang yang mereka kenal dekat. Karena hal tersebut membuat kepercayaan calon tenaga kerja kepada penyalur demikian besarnya. Calon tenaga kerja mempercayakan segala keputusan yang di buat oleh penyalur tenaga kerja. Selain itu juga kepercayaan tersebut disebabkan karena perekrut mereka adalah orang dekat atau dalam istilah mereka” masih keluarga dekat”. Namun kepercayan yang mereka berikan kepada penyalur tenaga kerja dimanfaatkan oleh penyalur dengan berlaku semena-mena kepada mereka. seperti kasus selama dalam masa menunggu ada calon TKW yang dengan alasan pelatihan sebelum di berangkatkan di tempatkan terlebih dahulu di rumah-rumah keluarga yang membutuhkan tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga. Tetapi gaji yang diberikan majikan sementara tersebut di ambil oleh penyalur tenaga kerja. Selain itu juga selama berada di tempat penampungan calon TKW mengalami kekerasan, keadaan dimana mereka mengalami penjagaan yang demikian ketat sehingga mereka tidak memiliki kebebasan ruug walau hanya untuk menghubungi keluarga mereka. G. Kesimpulan Dari analisis yang ditemui dilapangan, persoalan pergeseran peluang kerja dari laki-laki menjadi lebih besar peluang tenaga kerja perempuan yang berangkat ke luar negeri terjadi akibat dari telah bergesernya peluang kerja di daerah asal, bergesernya peran perempuan dalam keluarga serta sasaran dalam proses perekrutan. Pergeseran peluang kerja di daerah asal disebabkan telah terjadinya pergeseran-pergeseran
210
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
dalam kegiatan pertanian dalam hal penggunaan teknologi pertanian. Akibat dari penggunaan teknologi pertanian membuat buruh tani perempuan tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memperoleh kesempatan pekerjaan yang selama ini menjadi bagian pekerjaan mereka. Perekrutan tenaga kerja sebagai buruh tani menjadi lebih banyak dilakukan kepada laki-laki. Bergesernya peran perempuan dalam keluarga juga mendorong untuk terjadinya peluang kerja perempuan berangkat keluar negeri menjadi lebih besar. Tanggunjawab perempuan terhadap keluarga telah mengalami pergeseran, perempuan ikut serta dalam memperhatikan kesejahteraan keluarga. Ekonomi keluarga tidak lagi menjadi tanggungjawab laki-laki atau suami tetapi telah dibagi menjadi tanggungjawab bersama antara suami dan isteri. Dan selanjutnya bergesernya peluang kerja keluar negeri ini juga disebabkan oleh sasaran dalam proses perekrutan tenaga kerja yang dilakukan oleh PJTKI atau calo. Perekrutan lebih difokuskan kepada perempuan ini berkaitan dengan permintaan tenaga kerja di luar negeri. sesuai dengan permintaan tenaga kerja luar negeri yang berasal dari Indonesia, pada umumnya tenaga kerja Indonesia adalah untuk mengisi posisi sebagai tenaga kerja disektor informal yaitu sebagai pembantu
rumah tangga dan tanga kerja Indonesia memiliki daya jual yang lebih murah dibandingkan denga tenaga kerja asal Asia lainnya. Lewat kenyataan tersebut, maka ada halhal yang harus diperhatikan oleh Pemerintah diantaranya yaitu: 1. Membuka peluang kerja yang dapat memberi akses yang lebih besar kepada perempuan, karena tanggungjawab perempuan telah bergeser kepada mempunyai kewajiban meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2. Mengembangkan sumberdaya perempuan yang akan diberangkatkan keluar negeri sehingga mereka mampu bersaing menghadapi globalisasi pasar kerja Internasional. 3. Mempersiapkan perempuan desa untuk menghadapi komersialisasi pertanian, sehingga mereka tetap dapat eksis dengan ketrampilan mereka. 4. Pemerintah harus memperbaiki jalur birokrasi yang harus dilalui agar jangan terjadi migrasi ilegal serta harus memberi proteksi terhadap tenaga kerja wanita yang telah berada di luar negeri, agar tidak terjadi pendeportasean secara sepihak atau hal-hal yang menyangkut pelanggaran hak asasi perempuan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Haris, Memburu Ringgit Membagi Kemiskinan: Fakta di Balik Migrasi Orang Sasak Ke Malaysia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2002 Abdul Haris, Kucuran Keringat dan Derap Pembangunan (Jejak Migran Dalam Pembangunan Daerah), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2003 Alan Gilbert dan Josef Gugler, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga,
Tiara Wacana Yogyakarta, 1996 Drajat Tri Kartono, DR., Orang Boyan Bawean: Perubahan Lokal dalam transformasi Global, Pustaka Cakra, Surakarta, 2004 Everret S. Lee, Teori Migrasi, Pusat Penelelitian Kependudukan UGM, Yogjakarta, 2000 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Perparadigma Ganda, PT Radja Grafindo Persada,
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011 : 201 - 212
Jakarta, 2004 Harmona Daulay, Pergeseran Pola Relasi Gender di Keluarga Migran: Studi Kasus TKW di Kecamatan Rawamarta Kab. Karawang Jawa Barat, Galang Press, Yogjakarta, 2001 Hadari Nawawi, H., Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogjakarta, 2005 Ida Bagus Mantra, Kasto dan Yeremias T. Keban, Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia: Isu Kemanusisaan dan Masalah Kebijakan (kasus di NTT, NTB dan Bawean, JATIM), Penelitian Perguruan Tinggi T.A 98/99, Lembaga Penelitian UGM, 1999 Irman G. Lanti dan Hilmar Ruminski (ed), Strategi Pemberdayaan dan Perlindungan TKI Dalam Menghadapi Era Persaingan Global, Center For Information and Development Studies, Friedrich Ebert Stifung, 1998 Irwan Abdullah, Studi Mobilitas Penduduk Antara Masa Lalu dan Masa Depan dalam Mobilitas Penduduk Indonesia Tinjauan Lintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002 Jan Breman dan Gunawan Wiradi, Masa Cerah dan Masa Suram di Pedesaan Jawa, LP3ES,Jakarta, 2004 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2004 Lyn Squire, Teori Migrasi: Kebijaksanaa, Kesempatan Kerja dinegara-negara Sedang Berkembang,”Sebuah Survei masalah-masalah dan Bukti-bukti, UI Press, Jakarta, 1986 Lexi J. Moleong, Prof., DR., MA., Metode Penelitian Kualitatif (edisi Revisi),
211 Remadja Rosdakarya, Bandung, 2006 Martin Cadwaller, Migration and Residential Mobility: Macro and Micro Approaches, The University of Wisconsin Press, Wisconsin, 1994 Muhadjir Darwin dkk, Bagai Telur di Ujung Tanduk: eksploitasi Seksual di Kawasan Asia Tenggara dan Sekitarnya, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Yogjakarta, 2005 ——, Negara dan Perempuan: Reorientasi Kebijakan Publik, Media Wacana, Yogjakarta, 2005 Susi Eja Yuarsi, Menjadi Tenaga Kerja Wanita Dari kekerasan Domestik Kekerasan Publik: Mobilitas Penduduk Indonesia Tinjauan Lintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993 Tukiran dkk, Mobilitas Penduduk Indonesia: Tinjauan Lintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Yogjakarta, 2002
Dokumentasi Batam Pos, 15 November 2005 Batam Pos, 9 Desember 2005 Keputusan Menteri Tenaga KErja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep 104 A/Men/2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Keluar Negeri Kompas, Sabtu 3 Desember 2005 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Lokus kekerasan Terhadap Perempuan 2004: Rumah Peka-
212
Peluang Kerja dan Migrasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia
rangan dan Kebun, Jakarta, 2005 Liputan 6.com Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:PER-05/MEN/1998 Tentang Antar Kerja Antar Negara
Tribun Batam, 19 April 2005 Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri