PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali) Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT. Kepala Sub Direktorat Kawasan Permukiman Perdesaan
Disampaikan pada:
SEMINAR NASIONAL PERAN AHLI LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN INDONESIA Jakarta, 30 Agustus 2016
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1
Kerusakan lingkungan
2
Potensi Warisan Budaya
3
Pengertian Kawasan Pusaka
Kawasan pusaka: Kawasan yang memiliki kekentalan sejarah dan aset pusaka yang dapat terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana dan memiliki nilai-nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. 4
4
Nilai Penting Kawasan Pusaka Lingkungan
Teknologi
Keunikan, kekhasan, estetis
Nilai sosial, budaya, religi
Nilai Penting Kawasan Pusaka
Sejarah
Identitas/ Jati diri bangsa
Ekonomi
Ilmu pengetahuan dan pendidikan 5
Kehancuran Kota Pusaka “Sebagian besar kota pusaka di Indonesia saat ini tengah menuju kehancuran sistematis akibat ketidakpedulian pengelola kota. Hanya di Surakarta (Jawa Tengah) dan Sawah Lunto (Sumatera Barat), yang pengelolanya mampu merevitalisasi warisan sejarah dan mempertahankannya dari ancaman kehancuran…” 6
Kawasan Taman Ayun
7
Rumusan Masalah Pelaksanaan kebijakan penataan ruang untuk pengelolaan kawasan pusaka yang ada saat ini belum berjalan secara efektif yang mengakibatkan tujuan pelaksanaan penataan ruang untuk keberlanjutan kawasan pusaka belum tercapai. Di satu sisi, pelestarian kawasan pusaka yang dilakukan masyarakat berbasis kearifan lingkungan mampu menjaga kelestarian kawasan pusaka. 8
Pertanyaan Penelitian
1 Pertanyaan Penelitian
Apakah pelaksanaan kebijakan penataan ruang di kawasan Taman Ayun telah mencapai tujuannya?
2
3
Apa yang dilakukan oleh masyarakat kawasan Taman Ayun dengan kearifan lingkungannya untuk mengelola kawasan Taman Ayun sehingga mampu menjaga kelestarian kawasan Taman Ayun?
Bagaimana menyusun model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan melalui pendekatan kebijakan penataan ruang dengan kearifan lingkungan?
9
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menyusun model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan dengan pendekatan kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan.
10
Tujuan Penelitian
1 Tujuan Khusus
Melakukan evaluasi pencapaian tujuan pelaksanaan kebijakan penataan ruang di kawasan Taman Ayun.
2
3
Memahami pelestarian kawasan Taman Ayun yang dilakukan masyarakat berbasis nilai kearifan lingkungan.
Menyusun model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan melalui pendekatan kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan. 11
Lingkup Penelitian
Lingkup Substansi
Ruang Lingkup Penelitian Lingkup Wilayah
Fokus pada aspek pelestarian kawasan pusaka yaitu khususnya pada aspek kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan dalam kaitannya dengan aspek lingkungan hidup. Lokus penelitian ini di kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Kawasan Taman Ayun terdiri atas monumen berupa pura Taman Ayun dan lingkungan di sekitar/berbatasan dengan pura yaitu berupa permukiman desa adat yang terdiri atas banjarbanjar, yaitu: banjar Alang Kajeng, banjar Gambang, banjar Munggu, banjar Darmayasa, banjar Sedahan dan banjar Pande. 12
Tinjauan Pustaka
1
Lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
2
Kebijakan publik dalam pelestarian kawasan pusaka
3
Penataan Ruang sebagai instrumen pelestarian kawasan pusaka
4
Peran budaya dalam pelestarian kawasan pusaka
5
Pelestarian kawasan pusaka: sebuah strategi
6
Studi komparasi pelestarian kawasan pusaka
7
Telaah aspek normatif
13
Kerangka Teoritis Lingkungan Hidup
Pembangunan Berkelanjutan
Penataan Ruang
Kebijakan Publik
Kebudayaan dan kearifan lingkungan
Pelestarian Kawasan Pusaka Keberlanjutan Kawasan Pusaka
Kebijakan Penataan Ruang
Fungsi Lingkungan/ekologi Fungsi Ekonomi/Produksi
Kearifan lingkungan
Fungsi Sosial/Budaya Model Pelestarian Kawasan Pusaka Berkelanjutan 14
Kerangka Konsep Pelestarian Kawasan Pusaka Keberlanjutan Kawasan Pusaka Kebutuhan Model Pelestarian Kawasan Pusaka Berkelanjutan
Kebijakan Penataan Ruang: a. Efektivitas b. Kecukupan c. Pemerataan d. Responsivitas e. Ketepatan
Kearifan lingkungan: a. Sistem Religi b. Organisasi sosial (desa adat, awigawig, subak) Model Pelestarian Kawasan Pusaka Berkelanjutan
15
Pendekatan Penelitian Tujuan
1
Evaluasi Kebijakan Penataan Ruang dalam pelestarian kawasan pusaka
Analisis kearifan 2 lingkungan dalam pelestarian kawasan pusaka yang dilakukan masyarakat
3
Menyusun model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan
Sumber data Pemerintah Daerah dan Masyarakat Kawasan Taman Ayun
Masyarakat Kawasan Taman Ayun
Hasil tujuan 1 dan hasil tujuan 2
Jenis dan pengumpulan data
Metode
Hasil Kajian
Wawancara
Metode formal evaluation
Hasil evaluasi kebijakan penataan ruang
Wawancara
Metode Deskripsi analisis
Hasil analisis kearifan lingkungan
1.Literatur 2.Regulasi 3.wawancara
Metode Deskripsi Analisis
Model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan dengan pendekatan kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan 16
Hasil dan Pembahasan
1 Hasil dan Pembahasan
Hasil evaluasi kebijakan penataan ruang
2
3
Hasil analisis kearifan lingkungan
Hasil penyusunan model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan 17
5 Indikator Evaluasi Kebijakan Publik (William Dunn, 1981)
1
Indikator Efektivitas
Untuk mengetahui apakah hasil yang diinginkan dari pelaksanaan kebijakan penataan ruang mencapai tujuannya
2
Indikator Kecukupan
Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah
Indikator Pemerataan
Untuk mengetahui apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda
4
Indikator Responsivitas
Untuk mengetahui apakah hasil kebijakan penataan ruang telah memuat preferensi/nilai kelompok yang dapat memuaskan masyarakat
5
Indikator Ketepatan
3
Untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan kebijakan penataan ruang yang dicapai bermanfaat
18
Hasil Evaluasi kebijakan penataan ruang kawasan taman ayun
Nilai
Hasil Evaluasi Kebijakan Penataan Ruang
No
Indikator
Cara perhitungan
1
Efektivitas
112/160 x 94
65,8
Tidak memenuhi
2
Kecukupan
112/80 x 53
74,2
Memenuhi
3
Pemerataan
112/112 x 67
67
Tidak memenuhi
4
Responsifitas
112/112 x 98
98
Memenuhi
5
Ketepatan
112/80 x 75
105
Memenuhi
410
Nilai total Nilai rata-rata
410/5
82
Memenuhi 19
Hasil Analisis Kearifan Lingkungan
1 Analisis Kearifan Lingkungan
Sistem Religi
2
Organisasi Sosial: desa adat, awig-awig, dan subak
20
Diagram Alir Penyusunan Model Pelestarian Kawasan Pusaka Berkelanjutan Pengelolaan kawasan pusaka Evaluasi kebijakan penataan ruang dalam pelestarian kawasan pusaka
Analisis kearifan lingkungan dalam pelestarian kawasan pusaka
Hasil evaluasi kebijakan penataan ruang
Hasil analisis kearifan lingkungan
Identifikasi masalah
Analisis kebijakan penataan ruang
Analisis spasial
Analisis komparasi
Analisis pemangku kepentingan
Hasil analisis Penyusunan model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan A
Keterangan: A
: Model yang dibangun dalam penelitian ini
X
: Selesai
teliti
Validasi
X
Tida k
?
Valid Ya A
21
Karakteristik Kawasan
1 Karakteristik Kawasan
Kawasan memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;
2
3
Kawasan memiliki masyarakat adat yang masih memegang teguh adat istiadat, dan norma yang berlaku;
Kawasan memiliki aturan/hukum adat;
Muatan Model
1 Kebijakan penataan ruang untuk pelestarian kawasan pusaka dilakukan dengan:
a
Penetapan kawasan pusaka dalam rencana tata ruang sebagai kawasan cagar budaya atau kawasan strategis sosial budaya baik pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.
b
Penyusunan rencana tata ruang dilakukan pada aras nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP), Kabupaten/kota (RTRW Kab/kota) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sedangkan pada zona inti tidak dilakukan penyusunan rencana tata ruang. 23
Muatan Model
2
3
Hukum adat tertulis digunakan sebagai instrumen dalam pelestarian kawasan pusaka dengan dilengkapi muatan aspek pengaturan ruang, antara lain: struktur ruang dan pola ruang. Pelestarian kawasan pusaka dilakukan dengan pendekatan konservasi dinamis. Upaya pelestarian kawasan pusaka tidak ditujukan bagi kepentingan estetis namun perlu memiliki nilai-nilai fungsional, ekonomi dan nilai produktif lainnya.
24
Muatan Model
4
Pelestarian kawasan pusaka dilakukan berbasis pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk didalamnya kaum perempuan dan anak-anak memiliki peran yang sangat penting sebagai subyek utama dalam pengelolaan kawasan pusaka baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Peran semua pemangku kepentingan baik Pemerintah, pemerintah daerah, swasta diperlukan dalam mendukung pelestarian kawasan pusaka yang dilakukan oleh masyarakat.
25
Validasi Penerapan Model Pelestarian Kawasan Pusaka Dari Issue sebelumnya
A Apakah model dapat digunakan/diterapkan?
Teliti ?
Cari upaya lain “B”
X
tidak
Kembali dan by pass issue ini
ya
1
2 Tersedia prasyarat untuk “A”
Yakin “A”bisa diterapkan
3 Efek samping/lain dari “A”
teliti ya
teliti ya
?
Ada cara lain untuk memberi prasyarat ?
teliti ya
Layak terap /tidak?
teliti
4 Kelebihan “A” dapat mengalahkan kekurangan? teliti
? ya
tidak
?
teliti
?
tidak
? tidak
Bisa memindahkan efek samping/lain? ya
tidak X
ya
tidak
Ada cara agar berhasil ? ?
teliti
?
tidak
ya
Tinggalkan proyek
teliti
Aspirasi terlalu tinggi? perlu diturunkan? teliti
ya
? tidak
tidak
X
X
A
X
Diagram Model Pengelolaan Kawasan Pusaka Berkelanjutan Diadaptasi berdasar Diagram Pengambilan Keputusan Horst Rittel (Perancang Teori dan Metodologi Universitas Barkeley)
Jawaban Pertanyaan 1 Hasil dan Pembahasan
3 Indikator: MEMENUHI 2 Indikator: TIDAK MEMENUHI
5 Indikator/Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik (menurut William Dunn, 1994)
Kebijakan penataan ruang belum sepenuhnya efektif diimplementasikan sebagai instrumen dalam pelestarian kawasan Taman Ayun.
1
Indikator Efektivitas: Tidak Memenuhi
2
Indikator Kecukupan: Memenuhi
3
Indikator Pemerataan: Tidak Memenuhi
4
Indikator Responsivitas: Memenuhi
5
Indikator Ketepatan: Memenuhi
27
Jawaban Pertanyaan 2 Pelestarian kawasan pusaka yang dilakukan oleh masyarakat berbasis kearifan lingkungan yang bersumber dari ajaran agama Hindu dan filosofi Tri Hita Karana dengan instrumen awigawig yaitu aturan tertulis masyarakat kawasan Taman Ayun mampu menjaga kelestarian kawasan pusaka Taman Ayun.
28
Kesimpulan 1
Nilai kearifan lingkungan yang hidup dalam masyarakat (living culture), yang dipegang teguh dan dijalankan secara taat oleh masyarakat pendukungnya terbukti mampu menjaga kelestarian lingkungan. Kearifan lingkungan ini merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan keberadaannya karena terbukti memiliki nilai yang sangat relevan untuk diaplikasikan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. 29
Kesimpulan 2
Penataan ruang memiliki peran penting sebagai instrumen untuk melindungi dan mengembangkan kawasan pusaka melalui penetapan kawasan cagar budaya dan kawasan strategis sosial budaya baik pada tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota.
30
Kesimpulan 3
Model Pelestarian Kawasan Pusaka Berkelanjutan ini dapat digunakan sebagai sebuah pendekatan dalam melakukan pelestarian kawasan pusaka dan memiliki potensi untuk diterapkan pada kawasan dengan karakteristik tertentu.
31
Saran 1 Untuk Pemerintah: perlu mempertimbangkan secara seksama karakteristik atau nilai lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi. Penyusunan Kebijakan penataan ruang yang disusun perlu ditindaklanjuti dengan pedoman yang bersifat teknis untuk mengatur karakteristik kawasan pusaka yang memiliki nilai spesifik.
32
Saran 2 Untuk pemerintah daerah kabupaten Badung, bahwa dalam proses penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Taman Ayun perlu melibatkan masyarakat secara intensif dan dengan menggunakan pendekatan bottom up.
33
Saran 3
Untuk masyarakat kawasan Taman Ayun, bahwa nilai kearifan lingkungan harus dilestarikan. Generasi muda sebagai generasi penerus perlu terus ditumbuhkan kesadaran berbudaya, menjaga nilai tradisi budaya, adat-istiadat dan cinta lingkungan. Masyarakat kawasan Taman Ayun harus berperan aktif mengawal dan memastikan bahwa kebijakan dan program dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah telah mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan sejalan dengan nilai kearifan lingkungan masyarakat kawasan Taman Ayun. 34
Saran 4
Saran untuk penelitian lebih lanjut: perlu dilakukan penelitian dengan memasukkan variabel intervensi globalisasi dan tekanan pembangunan dalam pelestarian kawasan pusaka.
35
Implikasi Penelitian pada Teoritik dan Praktik
Manfaat Penelitian
1
Implikasi Teoritik
2
Implikasi Praktik:
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu lingkungan khususnya pada prinsip keberlanjutan/sustainable dengan tersusunnya model pelestarian kawasan pusaka berkelanjutan dengan pendekatan kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi pemikiran dan masukan bagi penyusun kebijakan dalam pelestarian kawasan pusaka dengan berbasis pada pendekatan penataan ruang dan kearifan lingkungan dan pelibatan seluruh pemangku kepentingan secara berkesetaraan dan berketerbukaan. 36
Matursuksma
37