PELAKSANAAN PENGELOLAAN KELAS PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-KAUTSAR DEPOK Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Oleh NUR HASANAH 1110011000091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H
ABSTRAK
Nur Hasanah (1110011000091): Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen kelas yang dilakukan oleh guru fiqih dan apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014 di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok. Untuk memperoleh informasi dalam pembahasan ini, penulis menggunakan metode penelitian study kasus dengan pendekatan kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan teknik tri angulasi yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian dalam analisis data penulis menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan manajemen kelas pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar dapat terlaksana dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen kelas adalah terkadang apa yang sudah direncanakan berbeda situasi dan kondisinya di dalam kelas sehingga pelaksanaannya tidak maksimal.
Kata Kunci: Pelajaran Fiqih, Pelaksanaan, Pengelolaan Kelas
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh SI pada jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok”. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Abdul Majid Khon, MA. 3. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA. 4. Dosen penasehat akademik, atas nasehatnya selama penulis mengampu studi ini, Bapak Drs. Rusydi Jamil, M.Ag. 5. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. Masan AF, M.Pd. 6. Kepala Sekolah dan seluruh dewan guru Madrasah Tsanawiyah AlKautsar Depok, yang telah banyak membantu memudahkan penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Marsan dan Ibu Hj. Yati Lismawati, berkat doa yang tak pernah terputus, cinta dan kasih sayang dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
i
8. Kakak dan adikku tersayang, Nur Fitriyani dan Ade Isfahani Manfaluthi yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis. 9. Suamiku
Ade
Trisaputra
yang
selalu
mendukung,
mendo’akan,
memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis. 10. Sahabat seperjuangan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010, khususnya PAI C (molose) yang sama-sama berjuang untuk mencapai cita-cita kita dan memberikan pengalaman yang begitu banyak. 11. Ela Rahayuningsih, Sifa Fajriyah, Isma Rahmahwati, Choerunnisa, Siti Zaenab yang telah memberikan dukungan, dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 10 April 2015 Penulis
NUR HASANAH
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….v DAFTAR TABEL…………………………………………………………. vi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….…………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………. 5 C. Pembatasan Masalah………………………………………………. 5 D. Perumusan Masalah……………………………………………….. 5 E. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 5 F. Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi Manajemen Kelas 1.
Pengertian Implementasi…………………………………. . 7
2.
Pengertian Manajemen Kelas……………………………… 8
3.
Tujuan Manajemen Kelas………………………….………. 10
4.
Fungsi Manajemen Kelas………………………..…………. 12
5.
Ruang Lingkup Manajemen Kelas…………………………. 12
6.
Pendekatan Manajemen Kelas……………………………… 27
7.
Prinsip-prinsip Manajemen Kelas………………………….. 31
8.
Komponen-komponen Keterampilan dalam Manajemen Kelas…...…………………………………………………….32
9.
Manajemen Kelas dalam Pandangan Islam………………... 34
10. Hambatan-hambatan dalam pengelolaan kelas...................... 35
iii
11. Hal-hal yang harus dihindari dalam pengelolaan kelas……. 39 B. Pembelajaran Fiqih 1.
Pengertian Fiqih……….. ………………………………….. 40
2.
Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih……………………. 42
3.
Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih……………………….. 43
C. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 47 B. Latar penelitian …………………………………………………… 47 C. Metode Penelitian…………………………………………………. 48 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data…………………….. 48 E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ………………….. 50 F. Analisis Data……………………………………………………… 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Perencanaan Pembelajaran …………………………………... 52 2. Pelaksanaan Pembelajaran …………………………………… 54 3. Evaluasi Pembelajaran ……………………………………….. 57 B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok a. Pengelolaan kelas secara akademik………………………. 58 b. Pengelolaan siswa …………………………………………61 2. Hambatan dalam Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar……….. 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………. 66 B. Implikasi…………………………………………………………. 67 C. Saran………………………………………………………………67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Format Kolom Baris (KB) Gambar 2.2 Jebakan Format KB terhadap Rentang Pandang Guru Gambar 2.3 Format U Terbuka Gambar 2.4 Format U Tertutup Gambar 2.5 Format Lingkaran Besar Gambar 2.6 Format Lingkaran Kecil Gambar 2.7 Format Kotak Besar Gambar 2.8 Format Kotak Kecil
v
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Keadaan Siswa Table 4.2 Keadaan Guru Table 4.3 Sarana dan Prasarana
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 2 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih Lampiran 4 : Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Siswa Lampiran 6 : Hasil Wawancara Siswa Lampiran 7 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Mata Pelajaran Fiqih Lampiran 8
: Dokumentasi
Lampiran 9
: Uji Referensi
Lampiran 10 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 11 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah Lampiran 12 : SPM (Standar Pelayanan Minimal)
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan komponen utama dalam mewujudkan peradaban karena melalui pendidikan warga negara dapat memperoleh wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan yang akan berimbas kepada peningkatan mutu kehidupan manusia serta bangsa. Sebagaimana Firman Allah pada surat AlMujaddalah ayat 11 yang berbunyi :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(Q.S. AlMujaddalah : 11)1 Pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik baik dalam bentuk arahan, bimbingan maupun motivasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan amanat Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2 Melalui Undang-Undang tersebut pemerintah menyampaikan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah megembangkan pendidikan didasarkan pada falsafah 1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Al-Jumanatul „Ali, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), h. 544 2 Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahan RI Tentang Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006).
1
2
Negara
pancasila
dan
diarahkan
untuk
membentuk
manusia-manusia
pembangunan yang ber-Pancasila serta untuk membentuk manusia yang sehat jasmani
dan
rohani,
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan,
dapat
mengembangkan kreativitas, bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis, penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mencintai bangsa dan mencintai sesama manusia dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermanfaat. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk membangun kualitas dan sumber daya menusia sehingga mampu bersaing dengan negara-negara maju. Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat langsung pada rendahnya mutu sumber daya bangsa. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu proses belajar mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pengelolaan kelas menurut Moh Uzer Usman bahwa “Manajemen kelas atau pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. 3 Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Seperti yang dikatakan Wrightman bahwa Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan
3
17, h. 98
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet.
3
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.4 Keberhasilan
siswa
dalam
belajar
sangat
ditentukan
oleh
startegi
pembelajaran yang dilakukan guru. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien maka guru harus menguasai pengelolaan kelas. pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar mengajar tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar, merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar. Implementasi manajemen kelas melibatkan siswa di dalam kelas untuk menentukan prinsip, prosedur, dan aturan bersama demi tujuan bersama. Siswa dilibatkan melalui aktivitas-aktivitas belajar yang positif seperti diskusi, simulasi, field trip, penyajian multi-media, dan sebagainya. Melalui aktivitas belajar tersebut dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk berpikir aktif, kritis dan kreatif. Selain itu, aktivitas tersebut dapat meningkatkan interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya semakin baik. Dari berbagai fenomena diatas terlihat jelas betapa pentingnya peranan manajemen kelas dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran maka guru diharapkan dapat mengelola kelasnya dengan baik, karena dengan pengelolaan kelas yang baik guru akan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara optimal oleh sebuah lembaga pendidikan. Sebagaimana lembaga pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah AlKautsar, merupakan sebuah lembaga swasta yang bertujuan menciptakan generasi yang berprestasi, terampil, dan berakhlakul karimah. Madrasah Tsanawiyah AlKautsar ini didirikan pada tahun 1986. Dalam proses perjalanannya Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar telah meluluskan dua puluh delapan angkatan dan telah
4
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung:UPI PRESS, 2006), h.1
4
terakreditasi kelompok B pada tahun 2006 dan terakreditasi kelompok A pada tahun 2010.5 Dengan status akreditasi A ini, Madrasah Tsanawiyah ini sudah melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik. Hal ini terlihat pada saat peneliti melakukan observasi awal bahwa dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, para murid bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung para murid nyaman dan aktif dalam pembelajaran.6 Sebagaimana indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah : 1. Terciptanya suasana atau kondisi belajar mengajar yang kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan bergairah) 2. Terjadinya hubungan interpersonal yang baik anatara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. 7 Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih yang terdapat di sekolah Madrasah Al-Kautsar Depok yang sudah menerapkan pengelolaan kelas. Tujuan penulis adalah ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di sekolah tersebut, apakah dalam penerapan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih ini mengalami kendala, lalu bagaimana guru mata pelajaran Fiqih ini dalam menyikapi permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul : “Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 5
Profil Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok tahun 2014-2015 Observasi Awal, Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Senin, 13 Januari 2014) 7 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 110-111 6
5
1. Guru kurang memiliki keterampilan dalam mengelola kelas 2. Guru belum melaksanakan pengelolaan kelas 3. Kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran Fiqih 4. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Fiqih karena terkesan membosankan 5. Adanya faktor yang menghambat ketika guru menerapkan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pengelolaan kelas secara akademik dan hambatan apa saja yang dialami ketika pelaksanaan pengelolaan kelas secara akademik pada mata pelajaran fiqih Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok. Pengelolaan kelas secara akademik meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas yang diteliti dibatasi hanya pada proses pembelajaran Fiqih. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok ? 2. Hambatan apa saja yang dialami ketika pelaksanaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok ?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan peneliti adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar dan untuk mengetahui hambatan–hambatan ketika
6
pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori tentang manajemen kelas berikut inovasi yang terkait dengan Pengelolaan Kelas. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi peneliti, sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat mengenai pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar 2. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk perkembangan mutu kegiatan proses belajar mengajar secara efektif melalui pengelolaan kelas yang baik. 3. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajarn yang berpengaruh pada proses belajar mengajar serta menjadi masukan untuk menerapkan pengelolaan kelas yang baik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi Pengelolaan kelas 1. Pengertian Implementasi
Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai evaluasi; Browne dan Wildavsky juga mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan; Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuasikan juga dikemukakan oleh Mclaughlin. Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert bahwa implementasi merupakan sistem rekayasa.
Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 1 Implementasi bisa disebut juga dengan penerapan, yang berarti pelaksanaan, pengenaan, pemakaian, pemasangan, aplikasi dan kemampuan dalam penggunaan praktis. Implementasi dan penerapan adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. 2 Dengan demikian implementasi adalah pelaksanaan kegiatan yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
1
Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 70 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 93
7
8
2. Pengertian Pengelolaan kelas Pengelolaan Kelas berasal dari dua kata, yaitu Pengelolaan dan Kelas. Pengeolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu Management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan”. 3 Dalam proses pembelajaran, kelas merupakan suatu lingkungan dimana terjadi suatu interaksi belajar mengajar antar murid dan guru. Sebagaimana menurut Hornby Classroom didefinisikan sebagai room where a class of pupils or students is taught atau ruang tempat sekelompok siswa belajar atau menjalani proses pembelajaran. 4 Menurut Oemar Hamalik kelas adalah “suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru”.5 Sedangkan menurut Suarsimi Arikunto, kelas adalah “Sekelompok siswa, pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”. 6 Disamping itu, Hadari Nawawai memandang kelas dari dua sudut, yakni: a. Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembanganny, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. b. Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir
3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h. 175 4 Sudarwan denim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Pengelolaan kelas, (Bandung: Pustaka Setia,2010), h. 98 5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, loc. it. 6 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 17
9
menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan. 7 Dengan demikian kelas dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan tempat terjadinya interaksi belajar mengajar yang terorganisir dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan. Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengelolaan kelas, diantaranya Moh Uzer Usman berpendapat bahwa “Pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. 8 Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau usaha membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan. 9 Sementara itu pengertian manajemen kelas yang dikutip dari buku Ade Rukmana adalah “Rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi : tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruangan dan peralatan, dan pengelompokkan siswa dalam belajar”. 10
7
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Gunung Agung, 1988), Cet. 1, h. 116 8 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. 17, h. 98 9 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 177 10 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006, h. 29
10
Adapun menurut Direktur Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siwa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi prose belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran beralan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. 11 Dengan demikian pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang menunjang program pembelajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dalam proses belajar di kelas. Pengelolaan kelas harus mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar secara aktif. 3. Tujuan Pengelolaan kelas Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan diadakannya pengelolaan kelas adalah agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan siswa dapat termotivasi dalam belajar, sehingga tujuan pengajaran umumnya dapat tercapai. Selain itu, kegiatan pembelajaran akan berhasil lebih baik apabila didukung pengelolaan kelas yang baik. Tujuan adalah titik akhir dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga sebagai pangkal tolak pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Dalam proses
pengelolaan kelas keberhasilannya dapat dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan pengelolaan atau pengelolaan kelas yang dilakukannya. Pengelolaan kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun
11
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 106
11
kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan sosio-emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa. Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas seperti dikemukakan oleh A. C. Wragg dapat dideteksi atau dilihat dari : a. Anak-anak memberikan respon setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Adapun indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah : a. Terciptanya suasana atau kondisi belajar mengajar yang kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan bergairah) b. Terjadinya hubungan interpersonal yang baik anatara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. 12 Sedangkan tujuan Pengelolaan kelas menurut Direktur Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah adalah : a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan inteletual siswa dalam kelas. d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya. 13
12 13
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 110-111 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 43
12
Menurut Sudirman N. tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaan
kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. 14
4. Fungsi Pengelolaan kelas Fungsi manajemen kelas merupakan fungsi-fungsi manajemen yang diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Kegiatan tersebut meliputi : a. Merencanakan, adalah membuat suatu target –target yang akan dicapai atau diraih di masa depan.
15
Merencanakan pada dasarnya membuat
keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumberdaya yang akan diolah dan teknik atau metode yang dipilih untuk digunakan. b. Mengorganisasikan, adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. c. Memimpin, institusi pendidikan lebih melaksanakan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok fungsinya dengan baik. Memimpin menurut Stoner adalah proses mengarahlan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. d. Mengendalikan, institusi pendidikan adalah membuat institusi berjalan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan secara efektif dan efisien. 16
5. Ruang Lingkup Pengelolaan kelas Pada umumnya pengelolaan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengelolaan kelas secara akademik dan pengelolaan kelas 14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 178 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 115 16 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 55 15
13
secara non akademik. Pengelolaan kelas secara akademik meliputi kegiatan perencanaan
pembelajaran
sampai
kegiatan
evaluasi
pembelajaran.
Sedangkan pengelolaan kelas secara non akademik meliputi pengelolaan siswa, pengelolaan fasilitas dan kedisiplinan siswa dalam belajar. a. Pengelolaan kelas secara akademik sebagai berikut: 1) Perencanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagi upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.17 Yang termasuk kegiatan perencanaan pembelajaran adalah: a)
Menyusun rancangan pembelajaran
b) Menyiapkan materi pembelajaran c)
Memilih metode yang akan digunakan dalam mengajar
d) Memilih media yang akan digunakan dalam mengajar18 17
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 3, halaman 23 - 28 18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 98
14
2) Pelaksanaan pembelajaran Proses pembelajaran adalah interaksi antar pendidik dan peserta didikyang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik dan menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar disatu pihak dan siswa belajar dilain pihak. Keduanya menunjukkan aktivitas yang seimbang, hanya berbeda peranannya saja. Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar akan menjamin tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar adalah: a) Sebagai fasilitator Menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar. b) Sebagai pembimbing Ialah memberikan bimbingan siswadalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien. c) Sebagai motivator Ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar. d) Sebagai organisator Mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar siswa maupun guru. e) Sebagai manusia sumber Guru dapat memberikan informasi apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.19
19
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 38
15
Adapun kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Membuka pelajaran Membuka pelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan, sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.
20
Jadi,
membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Dalam
setiap
memulai
pelajaran
guru
harus
menjelaskan
tujuan/kompetensi yang ingin dicapai manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini guru juga harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.21 b) Kegiatan inti pembelajaran Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang paling berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Baik buruknya keterampilan guru dalam kegiatan ini, menunjukkan baik buruknya hasil belajar siswa.22 Kegiatan inti pembelajaran meliputi menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, menjelaskan materi disertai dengan contoh, menggunakan metode dan media dalam mengajar sesuai dengan materi pelajaran, member kesempatan kepada siswa untuk bertanya yang belum jelas. c) Menutup pelajaran Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), h. 42 21 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT bumi aksara, 2009), h. 18 22 Made Wena, op. cit. , h. 18
16
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.23 Kegiatan
menutup
pelajaran
terdiri
dari
menarik
kesimpulan,
memberikan umpan balik kepada siswa, dan memberikan evaluasi kepada siswa. d) Evaluasi pembelajaran Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Grunlund mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakan Roestiyah, bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluasluasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapibilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar. 25 Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. fokus evaluasi pembelajaran adalah ada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajarn ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajar yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.26
23
Wina Sanjaya, op. cit. , h. 43 Wina Sanjaya, op. cit., h. 173 25 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), cet. 1, hal. 17 26 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran……, hal. 31 24
17
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui kompetensi yang telah ditetapkan, maka seorang guru dituntut untuk mengadakan evaluasi. Kegiatan
evaluasi
pembelajaran
meliputi:
Melaksanakan
evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level) dan memanfaatkan hasil
penilaian
pembelajaran
untuk
perbaikan
kualitas
program
pembelajaran secara umum. Dengan dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, maka akan dapat memahami kelemahan-kelemahan strategi pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, evaluasi sekaligus juga menjadi salah satu teknik untuk memperbaiki program pembelajaran.27 b. Pengelolaan kelas secara non akademik Siswa adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjek. Dalam hal ini fungsi guru tetap memiliki proporsi yang besar untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas yang haus dilakukan siswa. Oleh karena itu, pengaturan orang atau siswa adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emsionalnya. 28 Pengelolaan yang menyangkut siswa merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan (preventif) dan tindakan penyembuhan (korektif).
27
yang bersifat
29
Made Wena, op. cit. , h. 20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 108 29 Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 119 28
18
1) Usaha yang bersifat pencegahan Tindakan pencegahan adalah yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Adapun langkah-langkah pencegahannya menurut Maman Rahman adalah sebagai berikut: a) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa.
Penampakan seperti itu akan menumbuhkan respon dan
tanggapan positif dari peserta didik. b) Peningkatan kesadaran peserta didik Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan hal-hal berikut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling perhatian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan peseerta didik. c) Sikap polos dan tulus dari guru Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura dalam bersikap dan bertindak apa adanya. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar.
Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru
merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau stimulus itu posotif maka respon atau reaksinya juga positif. Sebaliknya kalau stimulus itu negative makan respon atau reaksinya juga negative. d) Mengenal dan menemukan alternative pengelolaan Langakah ini menuntut guru : (1) melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun kelompok, (2) mengenal berbagai pendekatan dalam
19
pengelolaan kelas, (3) mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternative yang berfariasi dalam menangani berbagai pengelolaan kelas. e) Menciptakan kontrak sosial Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. 2) Usaha yang bersifat penyembuhan Kegiatan yang bersifat penyembuhan sebagai berikut: a) Mengidentifikasi masalah Pada langkah ini, guru mengenal atau mengetahui maslah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. berdasarkan maslah tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut. b) Menganalisis masalah Pada langkah ini, guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya. c) Menilai alternatif pemecahan Pada langkah ini, guru menilai dan memilih alternative pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah. d) Mendapatkan balikan Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternative pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang dorencanakan. 30
30
Ade Rukmana dan Asep Suryana, op. cit. , h. 58-59
20
3) Pengelolaan Fisik Aktivitas guru dan siswa dalam kelas kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas berupa sarana dan prasarana kelas harus dapat memenuhi dan mendukung interaksi yang tejadi, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat belangsung dengan baik. Kriteria minimal meliputi aman, estetika, sehat, cukup, bermutu dan nyaman, yang terpenting bahwa dengan fasilitas yang minim dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam bagan seperti di bawah ini.31 Adapun lebih terperinci adalah sebagai berikut: a) Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar Pegaturan ruangan yang telah mentradisi di sekolah pada umumnya menggunakan pengaturan kelas di mana papan tulis terletak di depan (tengah), bangku-bangku siswa dijejer menghadap ke depan (papan tulis) dan meja guru di sebelah kiri atau kanan papan tulis. Untuk memungkinkan adanya perubahan suasana kelas yang lebih nyaman, mungkin bangku siswa dapat diatur sedemikian rupa. Dengan demikian siswa terhindar dan tidak terhalang oleh temannya dan dapat bertatapan langsung dengan guru atau antar siswa. 32 Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktifitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.
33
Ukuran kelas yang ideal secara teoritik
adalah 30 sampai dengan 35 peserta didik.
31
Sedangkan kebijaksanaan
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 108 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1 h. 125 33 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 44-45 32
21
pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di sekolah dasar kita adalah 40-45 orang peserta didik. 34 Adapun berbagai jenis kelas yang dapat kita amati sebagai berikut: (1)Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. (2)Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa yang kurang memberi perhatian di kelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kaegiatan akademik tersebut menyenangkan. (3)Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Ia tampak berhasil menanamkan disiplin karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak dipermukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau. (4)Jenis
kelas
yang
menggelinding
dengan
sendirinya.
Guru
menghabiskan sebagian besar untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Sisiwa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu. Apabila suara timbul dan terasa sedikit 34
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: ALFABETA, 2011), cet. 1, h. 23
22
mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang atau kondusif. Siapa pun akan melihat kelas semacam ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan. 35
Empat jenis kelas seperti diatas selalu ditemukan dihampir semua sekolah, terlepas dari jenis status sosial ekonomi orangtua siswa sehingga perbedaan tidak dapat dikaitkan dengan jenis sekolah atau siswanya. Apalagi banyak guru memiliki pola kerja yang sama dari tahun ke tahun. Sebagian sekolah memiliki kondisi yang kronis atas pengelolaan kelasnya, tetapi sebagian yang lain disiplin dan aturan sekolahnya dihormati serta dijunjung tinggi oleh seluruh anggotanya. b) Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. 36 Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidaklah netral. Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa, interaksi antar mereka, dan interaksi antar guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk siswa member dampak dalam proses pembelajaran. Pengaturan posisi tempat duduk siswa dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sering dipandang oleh beberapa guru
sebagai hal yang remeh, serta tidak berpengaruh dalam
kehidupan dan dinamika kelas. Tata letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada umumnya berbentuk format kolom dan baris. Keadaannya selalu sama sepanjang tahun. Format tempat duduk siswa sebenarnya mempengaruhi pola interaksi siswa: tinggi rendahnya interaksi siswa juga terkondisikan oleh format tempat duduk; padahal intensitas interaksi antara guru dan siswa, antara iswa dan siswa dapat memengaruhi hasil belajar kelas. 35
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), Cet. 5, h. 41-42 36 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 44-45
23
c) Kelemahan format Kolom Baris Format Kolom Baris bukannya tidak memiliki keunggulan.
Untuk
tujuan pendidikan yang lebih mementingkan penanaman disiplin militeristi, format Kolom Baris terasa paling efektif. Dalam dinamika kelas formal dan kegiatan pembelajaran, format Kolom Baris memiliki sejumlah kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. (1)Format Kolom Baris mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut teknik berceramah. (2)Pola komunikasi kelas hanya dua arah, yaitu antara guru dan siswa saja. (3)Multi-interaksi antar siswa kurang hidup. (4)Kehidupan kelas sangat tergantung dan didominasi oleh guru. (5)Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada para siswa. d) Ragam dan format Format posisi tempat duduk siswa sebaiknya dibuat luwes sehingga dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. Artinya, tempat duduk siswa dapat dibentuk sesuai dengan rancangan pembelaaran dan jenis teknik pengajaran yang dipilih guru. Format posisi tempat duduk siswa dapat dikembangkan, antara lain Lingkaran Besar, Lingkaran Kecil, Kotak Besar, dan Kotak Kecil. Harus kita akui bahwa ragam rancangan format posisi tempat duduk siswa dapat membuahkan berbagai hasil positif. (1)Kebosanan dan kondisi sehari-hari dapat diperkecil peluangnya. Dengan demikian, kehidupan kelas dapat menjadi lebih dinamis dan bergairah. (2)Keakraban antarsiswa dapat ditumbuhembangkan. (3)Guru akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan siswa apabila ia sering membagi kelas dalam kelompok kecil dan selanjutnya menyatu secara bergilir dengan kelompok kecil tersebut. (4)Dinamika dan kehidupan kelas akan lebih mudah terbentuk. Kelas yang dinamis cenderung kooperatif, terbuka dan lebih mudah membangkitkan penalaran.
24
(5)Karena peran aktif siswa secara kuantitati dan kualitatif cenderung meningkat, maka daya serap siswa menjadi lebih besar. (6)Penggunaan ragam format tempat duduk siswa di kelas mendorong siswa saling mengetahui sifat masing-masing, dan dengan demikian proses sosialisasi akan terbentuk secara alamiah. (7)Cakrawala pandang siswa lebih luas, serta arah pandang siswa bersifat ganda dan menyebar. Dengan demikian, pola komunikasi antar siswa akan memiliki peluang yang lebih banyak. Selain itu, pengelolaan kelas oleh guru dapat lebih hidup, serta tidak tampak formal dan kaku. e) Syarat-syarat peragaan Pemilihan salah satu bentuk format tempat duduk siswa sangat dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang akan diraih, rancangan pembelajaran yang telah disiapkan, dan jenis bahan ajar yang akan ditekuni siswa. Untuk itu, sejumlah persyaratan perlu diingat. Format apa pun yang dipilih oleh guru haruslah: (1)Memiliki kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung; (2)Selalu memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi dengan siswa dari waktu ke waktu; (3)Menjaga proses pembelajaran yang sedang berlangsung agar tidak mengganggu proses pembelajaran dari kelas yang berdampingan; (4)Dapat menyesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa; (5)Menjaga asas keadilan bagi setiap siswa. Apabila guru menetapkan salah satu format dalam jumlah lebih dari satu pada satu saat untuk satu tugas kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan daripada prinsip kompetensi bebas; (6)Terlebih dahulu dijelaskan dengan serangkaian langkah yang memberi petunjuk bagi setiap siswa: apa dan bagaimana tugas kelompok yang akan dilaksanakan, serta kapan tugas tersebut harus selesai. 37
37
Radno Harsanto, op. cit. , h. 59-66
25
Keterangan : G
: Guru
M
: Murid GAMBAR 2. 1 FORMAT KOLOM-BARIS
GAMBAR 2. 2 JEBAKAN FORMAT KOLOM BARIS TERHADAP RENTANG PANDANG GURU
GAMBAR 2. 3 FORMAT U TERBUKA
26
GAMBAR 2. 4 FORMAT U TERTUTUP
GAMBAR 2. 5 FORMAT LINGKARAN BESAR
GAMBAR 2. 6 FORMAT LINGKARAN KECIL
GAMBAR 2. 7 FORMAT KOTAK BESAR
27
GAMBAR 2. 8 FORMAT KOTAK KECIL
4) Ventilasi dan pengaturan cahaya Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan, dan sebagainya. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tapi tidak menyilaukan.38 Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. 5) Pengaturan penyimpanan barang-barang Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat yang khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepantingan belajar.39
6. Pendekatan dalam Pengelolaan kelas Di dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru, yang antara lain pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasan, resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, emosi dan hubungan sosial, proses kelompok, elektis, atau pluralistik.
Berbagai
pendekatan ini muncul karena pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta 38 39
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 150 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 44-45
28
didik sebagaimana tersebut di atas, merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Hal ini terjadi, karena pengelolaan kelas yang dilakukan dengan berbagai pendekatan apapun, pada intinya ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara individual maupun secara berkelompok. Di dalam pengelolaan kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi dan lainnya antara guru dan murid, dan antara murid dan antara masyarakat dan guru. Pengelolaan kelas dengan berbagai macam pendekatan tesebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut. 40 a. Pendekatan kekuasaan Pendekatan kekuasaan diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. mempertahankan
Peranan guru disini adalah menciptakan dan
situasi dsiplin dalam kelas.
Kedisiplinan tersebut
menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk menaatinya. Pengelolaan kelas dengan pendekatan ini pada dasarnya dinilai kurang baik dan sedapat mungkin untuk tidak digunakan. Namun pada situasi tertentu, pendekatan ini dapat digunakan apabila keadaan menghendakinya. 41 b. Pendekatan ancaman Pendekatan ancaman atau intimidasi adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek, menyindir, memaksa, dan sebagainya. Pendekatan ini pada dasarnya sama dengan pendekatan otoriter dan kekuasaan sebagaimana diatas. Di era reformasi dan demokratisai seperti sekarang ini, pendekatan yang bersifat kekuasaan dan ancaman sudah ditinggalkan, karena dianggap melanggar hak-hak asasi manusia. Namun demikian, kondisi kelas yang tidak normal terkadang juga muncul. Dalam keadaan yang demikian itu, secara terpaksa, pendekatan 40
Abuddin Nata, Persfektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 342 41 Ibid,. , h. 343
29
pengelolaan
kelas
dengan
cara
ancaman
dapat
dipertimbangkan.
Pendekatan ini segera ditinggalkan atau tidak digunakan lagi, apabila keadaan sudah kembali normal. c. Pendekatan kebebasan Pendekatan
kebebasan
keadaannya
berbeda
dengan
pendekatan
kekuasaan dan ancaman sebagaimana tersebut di atas. Peran dan fungsi guru dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan di mana saja. Namun demkian, pendekatan kebebasan ini dinilai sebagai pendekatan yang dapat mengganggu kewibawaan pendidik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengabaikan kedisiplinan, sehingga tidak banyak guru yang mau menggunakan pendekatan ini. 42 d. Pendekatan resep Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus ada dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. e. Pendekatan pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
42
Ibid. , h. 343-344
30
f. Pendekatan perubahan tingkah laku Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.
Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. g. Pendekatan emosi dan hubungan sosial Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial (socio-emotional climate approach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling
(penyuluhan).
Menurut
pendekatan
ini,
pengelolaan
kelasmerupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. h. Pendekatan kelompok Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. i. Pendekatan elektis Pendekatan
elektis
(electic
approach)
ini
menekankan
pada
potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendeatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi lain mungkin harus mengombinasikannya.
Pendekatan elektis juga disebut pendekatan
pluralistic, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
31
kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.43 7. Prinsip-prinsip Pengelolaan kelas Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini. a. Hangat dan antusias Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. b. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan menarik perhatian dan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,
meningkatkan
perhatian
anak
didik.
Apalagi
bila
penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan Keluwesan pengajaran untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
43
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit. , h. 180-183
32
e.
Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
f. Penanaman disiplin diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Jadi, guru harus disiplin dalam
segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal. 44
8. Komponen-Komponen Keterampilan dalam Pengelolaan kelas Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut : a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan. 45 1) Sikap tanggap Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tau ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. 2) Membagi perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama.
44
Ibid. , h. 184-186 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 5, h. 90-91 45
33
3) Pemusatan perhatian kelompok Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia berkerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. 46 4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas Untuk memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya maka tugas guru adalah memaparkan setiap pelaksanaan tugas-tugas
tersebut
sebagai
petunjuk
pelaksanaan
yang
harus
dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas. 5) Menegur Permasalahan bisa terjadi dalam hubungannya antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari teguran tidak merupakan hal yang memberikan efek penyerta yang menimbulkan ketautan pada siswa tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya. 6) Memberi penguatan Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang bersifat moril juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan. 47 b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial agar untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. menggunakan strategi: (a) modifikasi tingkah laku. 46 47
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 187 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 5-6
Guru dapat
Guru hendaknya
34
menganalisis tingkah lakusiswa yang mengalami masalah/ kesulitan dan berusaha
memodifikasi
tingkah
mengaplikasikanpemberian
penguatan
laku secara
tersebut sistematis,
dengan (b)
guru
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama diantara siswa
dan
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, dan (c) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. 48 9. Pengelolaan kelas dalam Pandangan Islam Di dalam sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan As-sunnah terdapat petunjuk bahwa Allah SWT, dan Rasul-Nya telah memberikan contoh yang lengkap tentang cara mengelola dunia yang demikian besar dan kompleks. Di dunia tersebut terdapat ciptaan-Nya yang amat beragam. Masing-masing ciptaan Allah yang demikian luas dan kompleks tersebut ternyata dapat menampakkan sebagai sebuah system yang harmonis, tertib dan terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT. adalah Maha Pengelola alam jagat raya tersebut.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam isyaratyang
terdapat dalam firman Allah SWT. Surat Al-Mulk ayat 1-3 :
“1) Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. 2) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. 3) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
48
Rusman, Op. Cit. , h. 90-91
35
Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”49 Di dalam ayat tersebut terlihat, bahwa Allah SWT telah menunjukkan salah satu kekuasaan-Nya, yaitu mengelola alam jagat raya ciptaan-Nya dengan tertib dan karenanya telah mendatangkan berbagai manfaat bagi manusia. Kunci kesuksesan Allah SWT dalam mengelola alam jagat raya tersebut sebagian besar bertumpu pada konsep keseimbangan dalam arti yang seluasluasnya. Yakni seimbang dalam pengaturan waktu, volume, beban, dan lain sebagainya. Kepiawaian Allah SWT dalam mengelola alam jagat raya yang berat dan kompleks itu seharusnya menjadi inspirasi bagi para guru dalam memimpin berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola dan membina masyarakat dari yang semula dalam keadaan kacau balau menjadi masyarakat yang rukun, tertib, dan damai. 50
10. Hambatan-Hambatan dalam Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru adalah upaya untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan setiap potensi siswa, sehingga semua siswa dapat belajar dengan baik dan merasa terfasilitasi dari sisi perkembangan fisik dan psikisnya. Akan tetapi dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas tidak selalu berlangsung dengan memuaskan, sering muncul masalah. Masalah dapat kita tinjau dari berbagai sisi, sehingga guru dapat menjadi maklum bila perencanaan yang disusun sedemikian rupa akan tetapi masih muncul masalah dalam pelaksanaannya. Masalah dapat kita liht dari sisi sifat masalah, jenis masalah dan sumber masalah.51
49
Kementrian Agama RI, Syamil Qur’an Bukhara Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2007), h. 543 50 Abuddin Nata, Op. Cit. , h. 351-352 51 Tim Dosen Adminitrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), cet. 3, halaman 115
36
a.
Sifat masalah Dilihat dari sifatnya, masalah memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1) Perenial Perenial artinya bahwa masalah melekat, masalah akan selalu ada ketika terjadi proses imteraksi. Ketika manusia berinteraksi dalam sebuah kelompok terikat maka dengan segala perbedaan yang dimiliki dan keinginannya akan memungkinkan timbulnya gesekan dan konflik, hal ini memungkinkan karena memang demikian sifatnya. 2) Nurturant Effect Nurturant Effect atau dampak pengiring artinya bahwa ketika dalam sebuah kegiatan muncul masalah dan masalah itu tidak dicarikan penyelesaiannya, maka hal tersebut akan memicu dampak lain sebagai pengikut dari permasalahan tersebut yang mungkin akan besar. Besar kecilnya akan bergantung kepada bobot dar permasalahan itu sendiri. 3) Substansif Permasalahan dapat dipilah dan dilihat dari pokok atau isu yang muncul, artinya bahwa permasalahan itu memiliki kekhasan sesuai dengan substansi dari problematik dalam interaksi yang terjadi. Dalam hal apa permasalahan itu muncul, itulah yang akan memberikan gambaran pada akhirnya untuk guru dalam mencarikan solusinya. Pemahaman terhadap substansi akan mempermudah guru dalam menyelesaikannya. 4) Kontekstual Proses interaksi yang terjadi dalam suatu setting situasi tertentu dengan corak yang beragam. Permasalahan muncul bisa juga diakibatkan oleh setting situasi tertentu, situasiamat mempengaruhi besar kecilnya masalah juga keterkaitan dengan masalah lainnya.52
52
Tim Dosen Adminitrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), cet. 3, halaman 115
37
b. Jenis masalah yang muncul di kelas Masalah pengelolaan kelas menurut M. Entang dan T. Raka Joni, masalah dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. masalah individu muncul karena dalam inividu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah yang dapat diterima masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan lain individu itu akan berbuat tidak baik. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak baik itu oleh Rudol Dreikurs dan Pearl Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni digolongkan menjadi empat yaitu: 1) Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain 2) Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan 3) Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain 4) Peragaan ketidak mampuan Dari empat cara yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering Nampak pada anak usia sekolah yaitu: 1) Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati. 2) Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak. 3) Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian. 4) Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan dank eras kepala.
38
Sedangkan masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas yaitu: 1) Kelas kurang kohesif, karena alas an jenis kelamin, suku, tingkah laku, sosio ekonimi dan sebagainya. 2) Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek teman kelasnya yang menyanyi dengan suara sumbang. 3) Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan. 4) Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. 5) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. 6) Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil. 7) Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti perubahan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain. Dari dua macam masalah tersebut, setiap macam masalah memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalah individual adalah individu yang bersangkutan. Sebaliknya di dalam masalah kelompok maka tindakan oretif harus ditujukan kepada kelompok. Diagnosis yang keliru akan mengakibatkan terjadinya tindakan korektif yang keliru pula.53 Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah: 53
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung: UPI Press, 2006), halaman 56-57
39
1) Kurangnya kesatuan antar siswa, karena perbedaan gender (jenis kelamin), rasa tidak senang, persaingan tidak sehat. 2) Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok. 3) Reaksi negative terhadap anggota kelompok. 4) Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya. Ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru. 5) Mudah mereaksi negative/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya. 6) Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang. 7) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.54
11.
Hal-hal yang harus dihindari dalam pengelolaan kelas Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan mengelola kelas ialah: a. Campur tangan yang berlebihan: Perbuatan ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang “memaksakan dirinya masuk” atau mencampuri secara tidak dikehendaki dalam kegiatan siswa. b. Kelenyapan: Perbuatan yang menunjukkan adanya kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu intruksi, petunjuk, atau komentar, sehingga penyajiannya menjadi terhenti untuk beberapa saat, yang sifatnya menjadi mengganggu. c. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan: kekeliuan ini timbul bilamana guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri secara tuntas aktivitas sebelumnya. Dapat pula dia menghentikan kegiatan yang
54
Syaiful Bahri Djamaeah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 195
40
pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, kemudian kembali lagi kepada kegiatan pertama. d. Penyimpangan: Penyimpangan terjadi karena guru sedemikian asyik membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari tujuan pelajaran. e. Bertele-tele: Kesalahan ini terjadi karena guru: (1) sedang mengulangngulang hal tertentu, (2) memperpanjang keterangan, (3) mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.\ f. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu: Kekeliruan ini ditandai oleh kegiatan guru yang membagi petunjuk secara terpisah dalam setiap kelompok, yang sebenarnya petunjuk tersebut dapat dapat diberikan secara klasikal.55 B. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian fiqih Fiqih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.
56
Paham disini maksudnya adalah
paham tentang masalah-masalah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah : 122
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”57
55
J.J. Hasibuan, Dip, Ed, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 6, halaman, 85-86 56 Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. 4, h. 18 57 Kementrian Agama RI, Syamil Qur’an Bukhara Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2007), h. 543
41
Adapun secara terminologi, kata Fiqih adalah “Ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum” sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani. Namun yang lebih kuat dan populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Imam Syafi’i, sebagaimana dikutip oleh Imam Subki dalam kitab Jam’u al-Jawami.
ِن أَدِلَتِهَا التَفْصِّيْلِّيَة ْ ِالْعِلْ ُن بِاألَحْكَا ِم الّشَرْعِّيَ ِة العَوَلِّيَ ِة ه “ilmu yang membahas tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan amali (perbuatan) yang diperoleh melalui dalil-dalil secara terperinci. ”58 Para pengikut Syafi’i memberi pengertian bahwa Fiqih adalah “ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan (di intinbatkan) dari dalil-dalil yang jelas (tafshili)”.59 Pengertian seperti tertulis di atas adalah sebagian dari sekian banyak pengertian yang ada.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Fiqih adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajarab, pelatihan, penggunaan pengalaman dan pemahaman. Mata pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah meliputi Fiqih ibadah, muamalah, jinayah dan siyasah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup Fiqih mencakup kewujudan keserasian, keselarasan, dan kesimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT. , dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk
lainnya,
maupun
lingkungannya
(hablumminallah
hablumminannas). 58 59
Sapiudin Siddiq, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 4-5 Hasby A-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam Jilid 1, h. 26
wa
42
2. Tujuan dan fungsi pembelajaran Fiqih Sebagai bahan pelajaran yang diberikan kepada anak didik dalam proses pembelajaran, mata pelajaran fiqih tentu memiliki sasaran yang ingin dicapai sebagai tujuan. Untuk mengetahui tujuan tersebut, berikut ini akan dikomparasikan antara tujuan fiqih dengan tujuan mata pelajaran fiqih secara spesifik. Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan fiqih (ilmu fiqih) adalah “menerapkan hokum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia”60.
Tujuan ilmu fiqih ini, dapat diketahui bahwa ilmu fiqih
menghendaki penerapan hokum syara pada setiap tingkah laku dan ucapan mukallaf dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hokum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun dalil aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi sosial. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman
tersebut
diharapkan
dapat
menumbuhkan
ketaatan
menjalakan hokum Islam, disiplin dan tanggung jawab social yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Fiqih berfungsi sebagai sumber hukum yang menjadi pendorong dan pembentuk tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum sehingga terbentuk komunitas masyarakat muslim yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban agar terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.
60
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 8, h. 6
43
Adapun Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk: a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat. c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia terhadap peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkaran keluarga e. Pengembang mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social melalui ibadah dan muamalah f. Perbaikan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih atau hokum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3.
Ruang lingkup pembelajaran fiqih Adapun ruang lingkup masalah fiqih pada garis besarnya di bagi menjadi dua : a. Bidang ibadah, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan akhirat, jelasnya segala persoalan yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allah b. Bidang muamalah, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan urusanurusan dunia dan undang-undang61 Sedangkan mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan agar peserta didik dapat memahami pokok-
61
Hasby As-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, jilid I, h. 43-44
44
pokok hukum Islam dan tatacara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalakan syariat Islam secara kaaffah (sempurna). Ruang lingkup fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara : a. Hubungan manusia dengan Allah SWT Hubungan manusia dengan Allah SWT, meliputi materi: Thaharah, Shalat, Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infak, Hadiah dan Wakaf b. Hubungan manusia dengan sesama manusia Bidang ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan Jenazah dan Ta’ziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan Bidang ini mencakup materi: memelihara kelestarian alam dan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan, makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan.
Binatang sembelihan dan
ketentuannya.
C. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang mengandung variable penelitian ini antara lain: 1.
Skripsi dari Ria Maria Hidayat, 2010, jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang berjudul : “Efektifitas Pengelolaan kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang”. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Fatahillah Pondok Pinang pada mata pelajaran IPS dengan jumlah 62 siswa dengan sampel yang digunakan 30 siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Data diperoleh menggunakan instrument penelitian primer kuesioner dan untuk memperoleh data penunjang digunakan instrument penelitian yang
45
meliputi wawancara dan observasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa efektifitas pengelolaan kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang mendapat skor 88,7 dengan nilai harapan 100. Dengan perhitungan NS : NH x 100 = 88,7 : 100 x 100 = 88. 7, maka hasilnya adalah B = Baik. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan efektifitas pengelolaan kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang pada mata plajaran IPS di kelas VIII dengan menggunakan sampel 30 siswa sudah efektif/baik.62 2.
Skripsi dari Aldiyan Saputra, 2011, jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah
dan
Keguruan,
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Yang berjudul : “Efektifitas Manajemen kelas di SMP Islam Ruhama Ciputat Timur Tangerang Selatan”. Penelitian ini difokuskan pada manajemen kelas non akademik yang dilaksanakan oleh guru IPS. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah guru bidang studi IPS dan siswa. Sample yang diambil yaitu 2 guru bidang studi IPS dan 36 siswa.
Data diperoleh menggunakan teknik kuesioner,
wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil perhitungan interprestasi data diperoleh hasil 67,11% dengan kategori cukup dari perhitungan angket siswa. Dari hasil penelitian ditemukan kurangnya pemahaman guru dalam pengelolaan siswa, sehingga proses pembelajaran berjalan kurang optimal.
Dengan
demikian
dapat
disimpukan
bahwa
Efektifitas
Manajemen kelas di SMP Islam Ruhama Ciputat Timur Tangerang Selatan masih berada pada taraf “Cukup”, sehingga perlu adanya peningkatan.63 3.
Skripsi dari Nafi’ Fadlilah Hayati, 2010, jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahm Malang.
Yang berjudul : “Manajemen kelas dalam meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar pendidikan agama islam di SMA 62
Ria Maria Hidayat, Efektifitas Pengelolaan kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang, (Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) 63 Aldiyan Saputra, Efektifitas Manajemen kelas di SMP Islam Ruhama Ciputat Timur Tangerang Selatan, (Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
46
Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitaian deskriptif. Data diperoleh menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa manajemen kelas dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Kepanjen 1 Malang.64
Penulisan skripsi diatas relevan dengan skripsi yang ditulis oleh. Karena dalam skripsi tersebut membahas mengenai pengelolaan peneliti kelas, yang membedakan mata pelajaran yang akan dibahas dan pembahasan mengenai ruang lingkup pengelolaan kelas serta metode penelitian yang digunakan. Kelebihan yang dimiliki dari skripsi diatas, bahwa penulis membahas secara jelas mengenai pengelolaan kelas secara non administratif. Sedangkan kelemahan yang dimiliki dari skripsi tersebut yaitu bahwa penulis tidak mencantumkan standar pelayanan minimal sekolah mengenai standar minimal tentang pengelolaan kelas secara non akademik. Namun yang membedakan dalam penelitian ini adalah peneliti lebih fokus terhadap pengelolaan kelas secara akademik pada pembelajaran fiqih yang dilakukan oleh guru mata pelajaran fiqih. a. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yaitu pengelolaan kelas. b. Sedangkan perbedaannya adalah dari judul, mata pelajaran, penelitian di kelas dan sekolah, tujuan penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian.
64
Nafi’ Fadlilah Hayati, Manajemen kelas dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar pendidikan agama islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang, (Perpustakaan Digital UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis jadikan objek penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok yang beralamat: Jl. Barito Raya No. 6 Rt. 009 Rw. 17 Baktijaya, Depok. Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 – Desember 2014. B. Latar Penelitian (Setting) Penelitian ini akan dilakukan pada mata pelajaran fiqih di kelas 9.2 Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Jl. Barito Raya No. 6 Rt. 009 Rw. 17 Baktijaya, Depok. Peneliti akan melakukan observasi mulai dari kegiatan perencanaan pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran sampai kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru fiqih. Selain melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara dengan guru fiqih, Kepala Sekolah dan Siswa kelas 9.2. Wawancara dengan guru fiqih guna untuk memperoleh data mengenai pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh guru fiqih, dan wawancara dengan kepala sekolah guna untuk mendapatkan data tentang kebijakan kepala sekolah mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas serta mewawancarai siswa guna untuk mengetahui bagaimana pendapat siswa tentang proses pembelajaran fiqih. Untuk memperkuat data yang telah diperoleh, peneliti juga melengkapinya
dengan
dokumentasi
baik
berupa
foto
kegiatan
pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Fiqih, dan suratsurat lainnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember.
47
48
C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.1 Metode deskriptif menurut Nazir adalah metode dalam meneliti status sekolompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang.2 Pendekatan kualitatif dipilih karena sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk menggambarkan pelaksanaan pengelolaan kelas yang sebenarnya dan hambatan yang dialami guru fiqih dalam melaksanakan pengelolaan kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar. Sedangkan metode deskriptif dipilih karena untuk meneliti kegiatan pengelolaan kelas yang sedang dilakukan. D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk memperoleh data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi diartikan sebagai “Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”.3 Yaitu menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi Nasution menyatakan “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Sedangkan menurut Marshall “Through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), cet. 7, h. 15 2 Ihat Hatimah, dkk., Penelitian Pendidikan, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 93 3 Ibid, h. 330
49
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.4 Observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan kelas dan hambatan yang dialami ketika pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok . Dalam kegiatan observasi ini, peneliti melihat langsung proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru fiqih pada kelas IX.2 di Madrasah Tsanawiyah AlKautsar. 2. Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.5 Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviwer) dan sumber informasi (interviewee). 6 Wawancara ini untuk mengetahui dan menggali informasi dari subyek penelitian (informan) yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok. Wawancara pada penelitian ini, peneliti telah menyiapkan wawancara berupa pertanyaan tertulis. Sumber data yang peneliti wawancara adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran fiqih, serta siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar.
4
Ibid, h. 310 Ibid, h. 317 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 134 5
50
3. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barangbarang tertulis. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai “Teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa transkrip, buku-buku, majalah, dokumen, surat kabar, prasasti, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya”.7 Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data mengenai kegiatan pelaksanaan pengelolaan kelas. Seperti foto kegiatan pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program Tahunan, dan lain-lainnya. E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Untuk
memeriksa
atau
mengecek
keabsahan
data,
peneliti
menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data dalam penelitian ini dengan menggunkaan pengecekaan kembali data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi selama penelitian.
F. Analisis Data Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
7
peneliti
Suharsimi Arikunto, op, cit., h. 131
untuk
melakukan
pengumpulan
data
51
selanjutnya, dan mencarinya diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Reduksi data pada penelitian ini adalah untuk memilah dari semua data yang ditemukan kemudian diambil hanya hal-hal yang sesuai dengan penelitian. 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, mendisplaykan
data.
maka langkah selanjutnya
Dengan
mendisplay
data,
maka
adalah akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data pada penelitian ini adalah setelah data telah melewati tahap reduksi data maka dilakukanlah penyajian data hasil penelitian. Data disajikan di bab empat sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Conclusion Drawing/verification Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.8
8
Ibid., h. 337-345
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Perencanaan Pembelajaran Pengelolaan kelas pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Pelaksanaannya meliputi
pengelolaan
kelas secara
akademik dan non
Pengelolaan kelas secara akademik
akademik.
meliputi kegiatan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas non akademik meliputi pengelolaan yang menyangkut siswa, pengelolaan fisik, ventilasi dan pengaturan cahaya, dan pengaturan barang-barang di dalam kelas. Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar selalu melakukan rapat pada awal tahun pelajaran. Rapat tersebut berisikan pemaparan dari seluruh dewan guru mengenai program-program yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Pembuatan perencanaan pembelajaran wajib dilakukan oleh seluruh dewan guru. Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar melaksanakan perencanaan baik perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang dengan membuat Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROSEM),
dan merancang silabus.
Adapun
perencanaan jangka pendek dengan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
yang
didalamnya
guru
dapat
memprediksi
pembelajaran yang akan dilakukan, guru sebagai perencana harus mempertimbangkan komponen-komponen dalam interaksi belajar, hal ini dapat memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan evektif dan efisien. 1 1
Observasi awal, Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Senin, 13 Januari 2014)
52
53
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, guru Fiqih Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar sudah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sejak awal semester. Guru Fiqih dalam membuat satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan untuk 4x40 menit atau dua kali pertemuan. Selain itu, guru Fiqih juga menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang dibuat dalam bentuk power point dan video. Sedangkan pada aspek pemilihan metode dan media, guru Fiqih mengkombinasikan beberapa metode dalam setiap pembelajaran dan memilih media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.2 Menurut pernyataan yang dikemukakan bapak Ahmad Mubarok S. H. I bahwa metode yang biasa duigunakan adalah metode ceramah, observasi, kerja kelompok, diskusi, tanya jawab interaktif, dan peragaan. Saat ini sedang dilaksanakan dan dikembangakan secara perlahan metode Scientific Learning.3 Dalam pengelolaan kelas penggunaan metode yang bervariasi dibutuhkan oleh guru yang penggunaannya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir.
Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar.
Oleh
karena itu, di sini lah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa. Penggunaan meode harus mampu mencapai sasaran yang komprehensif, yaitu menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, Sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada aspek ini, guru fiqih sudah memilih metode dengan baik, yang terbukti dari antusias siwa dalam belajar. Seperti ketika guru fiqih menggunakan metode diskusi kelompok, para siswa sangat antusias dalam 2
Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 3 Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs Al-Kautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
54
mendiskusikan suatu permasalahan yang diperintahkan oleh guru fiqih. Tiap-tiap anggota kelompok begitu semangat mengemukakan pendapatnya masing-masing, yang kemudian ditarik kesimpulan dari hasil diskusi tersebut. Diskusi ini dapat meningkatkan sikap harmonis, saling menghargai dan bebas berpendapat bagi siswa.4 Sedangkan pada aspek media pembelajaran menurut pernyataan yang dikemukakan bapak Ahmad Mubarok S. H. I bahwa media yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran fiqih adalah laptop, infocus dengan menggunakan program powerpoint dan video. Tentu dengan berpedoman pada buku materi dam juga LKS untuk latihan siswa. 5 Penggunaan
media
turut
mempengaruhi
proses
pembelajaran.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Media yang digunakan sebaiknya tidak monoton agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam belajar. Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran fiqih di MTS Al-Kautsar pada kelas IX. 2 dapat digolongkan menjadi beberapa media, media berbasis manusia yaitu guru mata pelajaran fiqih itu sendiri, media berbasis cetakan yaitu beberapa buku dan LKS, media berbasis visual yaitu powerpoint, gambar, serta media berbasis audio visual yaitu video. Mediamedia ini digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.6 2. Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan proses kegiatan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar dilaksanakan selama 5 hari yaitu hari senin sampai dengan jum’at, dengan jam pelajaran mulai dari 07. 00 – 16. 00 WIB, adapun hari Sabtu diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler.
4
Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 5 Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru. 6 Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014)
55
Dan pelajaran Fiqih di kelas IX. 2 setiap hari Selasa pada jam pertama dan kedua dengan waktu 2 x 40 menit.7 a. Pendahuluan Hasil pengamatan peneliti pada saat kegiatan pendahuluan, yang pertama kali dilakukan guru adalah mengucapkan salam saat masuk ke dalam kelas.8 Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara guru Fiqih, berikut penuturannya: Hal yang wajib dalam membuka dan menutup pelajaran adalah mengucapkan salam. 9 Dalam kegiatan pendahuluan sudah cukup baik, hal ini terlihat dari hasil pengamatan peneliti bahwa guru Fiqih pada kegitatan pendahuluan ini selalu mengkondisikan kesiapan siswa-siswanya sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Setelah kelas sudah tenang ketua kelas akan menyiapkan kelas untuk membaca do’a sebelum belajar bersama-sama. Kemudian selesai membaca do’a guru mengabsen kehadiran siswa, jika ada siswa yang tidak hadir maka guru fiqih akan menanyakan alasannya kepada siswa yang lain (jika tidak ada surat keterangan tidak masuk dari wali murid). Pada kegiatan apersepsi guru Fiqih mengulang materi sebelumnya dan memberikan pertanyaan sederhana kepada siswa terkait materi sebelumnya, serta guru fiqih mengkaitkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru fiqih menyiapkan menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran mengenai materi yang akan disampaikan. Guru Fiqih memberikan motivasi kepada siswa agar siswa terus aktif dalam proses pembelajaran.10 7
Observasi Awal, Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Senin, 13 Januari 2014) Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 9 Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs Al-Kautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru. 10 Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 8
56
b. Kegiatan Inti Berdasarkan hasil pengamatan, materi yang diajarkan kepada siswa sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang digunakan oleh guru Fiqih adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi diambil dari buku paket pegangan guru yang sudah disediakan dari sekolah yang dapat membantu
menyelesaikan
materi
yang
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran. Dalam penguasaan materi, guru Fiqih juga selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari agar lebih dapat dipahami oleh siswa. Misalnya pada materi jual beli, yang pertama guru fiqih lakukan adalah menayangkan video yang berisi tentang jual-beli yang diambil dari khazanah islam.
Para siswa sangat antusias dalam menonton video
tersebut. Kemudian guru memerintahkan siswa untuk membuat kelompok dan tiap-tiap kelompok ditunjuk perwakilan untuk membacakan hasil diskusi kelompok. Dalam diskusi ini terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa. Setelah itu, guru fiqih memerintahkan kepada siswa untuk kembali ketempat duduk masing-masing.11 Kemudian
guru memberikan penjelasan kepada siswa. Dalam
menjelaskan materi guru fiqih lebih sering menjelaskan materi dengan posisi tetap duduk pada kursi guru, sehingga terkadang siswa yang duduk dibelakang kurang terkontrol. Akan tetapi dalam menyampaikan materi guru Fiqih dengan suara jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Dalam aspek penggunaan metode sudah baik karena menggabungkan beberapa metode sehingga tidak monoton dan pada aspek media pembelajaran guru Fiqih sudah cukup baik, media yang digunakan tidak monoton dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan agar siswa tidak merasa jenuh, seperti menggunakan video coment sehingga dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat 11
Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014)
57
dari antusiasnya siswa dalam memperhatikan video yang diputar serta hasil kesimpulan yang siswa buat setelah menonton video tersebut. Hal ini sejalan dengan pemaparan siswa Annisa kelas IX bahwa pembelajarannya tidak membosankan. Abi tidak hanya ceramah saja tapi kita membuat kelompok, tanya jawab. Media yang digunakan sangat membantu kak, seperti power point sama video sehingga belajarnya lebih asyik dan semangat lagi.12 Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. c. Kegiatan Penutup Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kegiatan penutup, guru Fiqih selalu menyimpulkan materi bersama siswa, mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan tugas kepada siswa, dan memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar serta selalu menutup akhir proses KBM dengan salam.13 3. Kegiatan evaluasi pembelajaran Evaluasi merupakan aspek yang penting guna untuk mengukur dan menilai hasil pembelajaran yang dilakukan. Apakah tujuan yang dirumuskan dapat dicapai atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru fiqih adalah Ulangan Harian (UH) yang dilaksanakan pada tiap akhir pembelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, terkadang UH dilaksanakan dengan memeberikan beberapa soal kepada siswa yang hasilnya dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan berikutnya. Kemudian evaluasi pembelajaran juga dilakukan dengan kegiatan Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir semester (UAS). 14 12
Annisa Robiyatul K. , Hasil Wawancara Siswa Kelas IX. 2, (Depok: MTs Al-Kautsar), Selasa, 18 November 2014, 10. 00 WIB – selesai, Masjid Al-Kautsar 13 Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 14 Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014)
58
B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok a. Pengelolaan kelas secara akademik Proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar memiliki tahapan yang sistematis meliputi, kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat E.
Mulyasa “Pengelolaan kelas secara akademik meliputi kegiatan
perencanaan pembelajaran sampai kegiatan evaluasi pembelajaran”. 15 Berikut ini hasil pengamatan peneliti terkait dengan tahapan-tahapan pembelajaran. 1) Kegiatan Perencanaan Pembelajaran Hasil yang didapatkan selama penelitian berlangsung, dalam kegiatan perencanaan pembelajaran guru fiqih selalu membuat perencanaan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk RPP (Rencana Program Pembelajaran). Dalam membuat RPP sudah menjadi kesepakatan dewan guru untuk membuatnya pada awal semester yang kemudian diserahkan kepada WaKesek Kurikulum untuk diteliti yang kemudian di serahkan kepada kepala sekolah. Hal ini sejalan dengan pemaparan kepala sekolah Bapak Shodik Murdiono, S. Pd, MM, bahwa membuat RPP merupakan kewajiban seorang guru, karena jika mau mengajar harus mempunyai perencanaan yaitu dituangkan dalam bentuk RPP. kesepakatan
dengan
semua
guru
setiap
akhir
Sudah menjadi pekan
untuk
dikumpulkan ke bidang kurikulum diteliti yang kemudian saya tandatangani untuk mengetahui bahwa guru tersebut membuat RPP.16 Selain itu, guru Fiqih juga selalu menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang 15
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 98 Shodiq Murdiono, Hasil wawancara Kepala Madrasah, (Depok: MTs Al-Kautsar), Senin, 17 November 2014, 09. 40 WIB-selesai, Ruang Kepala Madrasah. 16
59
dibuat dalam bentuk power point dan video. Sedangkan pada aspek pemilihan metode dan media, guru
Fiqih mengkombinasikan
beberapa metode dalam setiap pembelajaran dan memilih media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 2) Kegiatan pelaksanaan pembelajaran a) Pendahuluan Jika guru dapat mengelola kelas dengan baik maka proses pembelajaran akan menjadi efektif dan efisien. Hasil pengamatan peneliti pada saat kegiatan pendahuluan, yang pertama kali dilakukan guru adalah mengucapkan salam saat masuk ke dalam kelas. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara guru Fiqih, berikut penuturannya: “Hal yang wajib dalam membuka dan menutup pelajaran adalah mengucapkan salam”. 17 Kemudian guru fiqh mengkondisikan kelas dengan cara sebelum memulai pembelajaran guru memperhatikan kondisi kesiapan siswa untuk belajar, setelah siswa sudah tenang guru menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan kemudian guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran mengenai materi yang akan disampaikan. b) Kegiatan inti Berdasarkan hasil pengamatan, pada kegitan inti pembelajaran guru Fiqih sudah baik dalam penguasaan materi, guru Fiqih juga selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari agar lebih dapat dipahami oleh siswa. Misalnya pada materi jual beli, yang pertama guru fiqih lakukan adalah menayangkan video yang berisi tentang jual-beli yang diambil dari khazanah islam. Para siswa sangat antusias dalam menonton video tersebut. Kemudian guru memerintahkan siswa 17
Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
60
untuk membuat kelompok dan tiap-tiap kelompok ditunjuk perwakilan untuk membacakan hasil diskusi kelompok. Dalam diskusi ini terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa. Setelah itu, guru fiqih memerintahkan kepada siswa untuk kembali ketempat duduk masing-masing. Lalu guru memberikan penjelasan secara singkat kepada siswa. Dalam menjelaskan materi guru fiqih lebih sering menjelaskan materi dengan posisi tetap duduk pada kursi guru, sehingga terkadang siswa yang duduk dibelakang kurang terkontrol. Dalam
aspek
penggunaan
metode
sudah
baik
karena
menggabungkan beberapa metode sehingga tidak monoton dan pada aspek media pembelajaran guru Fiqih sudah cukup baik, media yang digunakan tidak monoton dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan agar siswa tidak merasa jenuh, seperti menggunakan video coment sehingga dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam memperhatikan video yang diputar serta hasil kesimpulan yang siswa buat setelah menonton video tersebut. Hal ini sejalan dengan pemaparan siswa Annisa kelas IX bahwa “belajarnya tidak membosankan. Abi tidak hanya ceramah saja tapi kita membuat kelompok, tanya jawab. Media yang digunakan sangat membantu kak, seperti power point sama video sehingga belajarnya lebih asyik dan semangat lagi”. 18 Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. c) Kegiatan Penutup Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kegiatan penutup, guru 18
Fiqih
selalu
menyimpulkan
materi
bersama
siswa,
Annisa Robiyatul K. , Hasil Wawancara Siswa Kelas IX. 2, (Depok: MTs Al-Kautsar), Selasa, 18 November 2014, 10. 00 WIB – selesai, Masjid Al-Kautsar
61
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan tugas kepada siswa, dan memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar serta selalu menutup akhir proses KBM dengan salam. d) Kegiatan evaluasi pembelajaran Evaluasi merupakan aspek yang penting guna untuk mengukur dan menilai hasil pembelajaran yang dilakukan. Apakah tujuan yang dirumuskan dapat dicapai atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru fiqih adalah Ulangan Hariah (UH) yang dilaksanakan pada tiap akhir pembelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, terkadang UH dilaksanakan dengan memeberikan
beberapa
soal
kepada
siswa
yang
hasilnya
dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan berikutnya. Kemudian evaluasi pembelajaran juga dilakukan dengan kegiatan Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir semester (UAS).
b. Pengelolaan Siswa Pelaksanaan pengelolaan kelas yang efektif dalam proses pembelajaran memungkinkan
adalah siswa
dimana untuk
ketika
kondisi
mengembangkan
kelas
dapat
kemampuannya
seoptimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat mengganggu proses pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas
serta
media
pembelajaran
yang
mendukung
dan
memungkinkan siswa belajar. 1) Tindakan-tindakan pengelolaan kelas Pengelolaan yang menyangkut siswa merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat
62
berupa tindakan yang bersifat pencegahan (preventif) dan tindakan yang bersifat penyembuhan (korektif). 19 Tindakan-tindakan pengelolaan kelas ini dilakukan guru untuk menyiapkan kondisi siswa sebelum dan saat proses pembelajaran serta mengembalikan kondisi bila terjadi gangguan. Bapak Ahmad Mubarok S. H. I selaku guru mata pelajaran fiqih mengatakan bahwa “ada metode AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku) yang disampaikan ketika memulai materi pelajaran. Ini adalah salah satu cara agar siswa bisa focus dalam belajarnya karena materi tersebut akan sangat bermanfaat untuk dirinya”. 20 Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, guru fiqih selalu mengabsen kehadiran siswa, apabila terdapat siswa yang tidak hadir maka akan mencari tahu kenapa siswa tersebut tidak hadir, kemudian jika terdapat siswa yang masih diluar ruang kelas maka guru fiqih akan memerintahkan ketua kelas untuk memanggil siswa yang tidak ada di kelas agar segera masuk kelas untuk memulai pembelajaran. Tindakan guru tersebut adalah tindakan pencegahan dengan cara memberikan informasi kepada siswa apa manfaat dari pelajaran yang akan dibahas sebelum proses pembelajaran dimulai, sehingga para siswa dapat mengetahui terlebih dahulu betapa pentingnya dan apa saja manfaat yang akan ia peroleh dari pembelajaran itu.
Mengabsen kehadiran siswa sebelum belajar
adalah sebagai salah satu bentuk perhatian guru kepada siswa, guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran ini. Maka dengan usaha yang dilakukan ini para siswa akan bisa lebih fokus dalam proses pembelajaran.
19
Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 119 20 Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
63
Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan masalah lainnya, guru Fiqih berusaha mencari solusinya agar tanggung jawab guru sebagai manajer berfungsi dengan maksimal. Adapun tindakan penyembuhan yang dilakukan guru saat kelas mulai gaduh adalah sebagai berikut: Dalam setiap pelanggaran yang dilakukan siswa maka peringatan adalah cara yang pertama. Kemudian dalam beberapa kali peringatan tidak ada perubahan maka siswa tersebut dikeluarkan dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung dengan memberikan tugas tertentu. Namun sebenarnya, di sinilah seharusnya kami sebagai guru untuk bisa introspeksi diri, mungkin kelakuan siswa yang bersangkutan itu dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan belajarnya. Di sinilah pentingnya kreativitas guru dalam mengelola kelas.21 Contohnya ketika ada siswa yang mengganggu proses pembelajaran seperti mengobrol dengan teman yang ada di depannya maka yang dilakukan pertama kali adalah dengan menegur siswa tersebut agar kembali focus untuk belajar jika siswa tersebut mengabaikan maka guru memerintahkan siswa untuk meninggalkan kelas dan memberikan tugas kepada siswa tersebut. Tindakan ini adalah tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. 2) Pola interaksi Dalam pengelolaan kelas, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu dengan cara memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan siswa melalui kegiatan/aktifitas yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam belajar.
Interaksi yang baik
adalah interaksi yang terjadi tidak hanya di dalam kelas, akan tetapi juga terjadi di luar kelas. Karena keduanya dapat membangkitkan semangat belajar siswa. 21
Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
64
Menurut pernyataan yang dikemukakan bapak Ahmad Mubarok S. H. I bahwa “ Interaksi yang terjadi di dalam maupun luar kelas tidak jauh berbeda. Keakraban antara guru dan siswa harus tetap terjaga. Bedanya kalau di kelas yang diperbincangkan dan disampaikan adalah tentang materi pelajaran, di luar kelas lebih luas lagi perbincangannya”.22 Hubungan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru, dan antara pemimpin sekolah akan menciptakan gairah dan kegembiraan belajar siswa sehingga mereka memiliki motivasi kuat dan keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. Selain interaksi antar personal yang edukatif, harus terjalin pula pola interaksi atau hubungan yang baik anatar guru dengan materi pelajaran, yakni guru berkompeten dalam mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung efektif dan interaksi antar siswa dengan materi pelajaran yakni siswa aktif dan rajin belajar. Hasil observasi yang peneliti dapatkan bahwa pola interaksi yang terjadi di dalam kelas sudah baik yakni terciptanya pembelajaran yang aktif, banyak siswa yang antusias dalam bertanya maupun menanggapi hasil diskusi kelompok. Dan guru pun menjelaskan materi maupun menjawab pertanyan siswa dengan baik dan mendetail disertai dengan contoh-contoh yang dikaitkan dalam kehidupan yang sebenarnya. 2. Hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di MTs Al-Kautsar Depok Adapun kendala yang dialami dalam pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti adalah belum adanya tata tertib khusus yang dibuat oleh guru fiqih sebagai aturan di dalam kelas selama pembelajaran fiqih berlangsung.
22
Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
65
Kemudian terkadang adanya siswa yang tidak mau ikut bekerja sama dalam kelompok.23 Menurut pernyataan yang dikemukakan bapak Ahmad Mubarok S. H. I bahwa: “ Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas kendala itu pasti ada. Seperti siswa yang sulit diatur, tidak membawa perlengkapan belajar”.24 Hal ini dapat mengganggu proses pembelajaran sehingga pembelajaran fiqih tidak kondusif. Untuk menngembalikan kondisi ini guru fiqih menegur siswa yang tersebut, jika siswa tersebut masih belum tertib maka guru fiqih akan memerintahkan siswa untuk keluar dari kelas dan memberikan tugas dikerjakan di depan kelas, sehingga ada efek jera bagi siswa tersebut. Tak lupa pula guru fiqih selalu memberikan motivasi kepada siswa agar selalu semangat dalam belajar.
23
Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Oktober-November 2014) 24 Achmad Mubarok, Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih, (Depok: MTs AlKautsar), Senin, 17 November 2014, Pukul 13. 00 WIB-selesai, Ruang guru.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok, sudah 10 tahun dilaksanakan dan dapat berjalan secara efektif. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta pengelolaan siswa semua terlaksana dengan baik. Guru selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran fiqih terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan dalam mengkondisikan siswa di dalam kelas sudah baik, dimulai dengan mengucap salam kemudian membaca do’a bersama. Kemudian pada kegiatan inti yang dilaksanakan guru sudah cukup baik yaitu
guru
melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, menyampaikan materi dengan jelas dan tidak tergesa-gesa juga memberikan waktu kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan dalam kegiatan penutup sudah cukup baik yaitu guru memberikan materi ringkasan, memberikan tugas sebagai umpan balik serta mengucapkan hamdalah dan basmalah ketika selesai belajar. Adapun dalam kegiatan evaluasi diadakannya ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan semester. Hal ini berdasarkan hasil selama peneliti melakukan observasi. Sedangkan kendala yang dialami dalam pelaksanaan pengelolaan kelas
pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar
adalah adanya siswa yang sulit diatur, adanya siswa yang tidak mau ikut bekerja sama dalam kelompok. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi kepada siswa agar terus semangat dalam
66
67
belajar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih yang dilakukan pada tanggal 17 November 2014. B. Implikasi Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh startegi pembelajaran yang dilakukan guru. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien maka guru harus menguasai manajemen kelas. Berikut ini implikasi dari hasil penelitian adalah : 1. Diharapkan guru memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik. Baik dari segi pengelolaan kelas secara akademik maupun non akademik. 2. Guru yang belum memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik maka hendaknya mengikuti pelatihan-pelatihan. Pelatihan-pelatihan yang diadakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Diadakannya diskusi antar guru untu memecahkan masalah yang muncul. C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mempunyai harapan dan mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa khususnya kelas IX.2, meskipun hasil belajar siswa sudah memenuhi standar KKM hendaknya dalam belajar tidak hanya mengandalkan informasi dari guru saja, akan tetapi harus lebih bersikap aktif dalam belajar. 2. Bagi guru, penulis berharap bisa lebih meningkatkan kualitasnya dalam mengelola kelas, terutama pada kegiatan pendahuluan dan pada saat menyampaikan penjelasan materi pembejalaran kepada siswa agar tidak monoton duduk di kursi guru saja.
68
3. Bagi Kepala Sekolah, sebagai pengelola sekolah diharapkan terus memberikan pembinaan, motivasi dan pengawasan secara intensif terhadap pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru agar lebih ditingkatkan lagi. Karena, tanpa adanya pengawasan yang intensif tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan menurun. 4. Bagi Peneliti, agar meneliti lebih rinci lagi sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih baik lagi. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak sekali kekurangan. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 A-Shiddieqy, Hasby, Pengantar Hukum Islam Jilid 1 Daradjat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 2001 Darmadi, Hamid, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. 2 Denim, Sudarwan, dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, Bandung: Pustaka Setia, 2010 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali, Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005 Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahan RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006 Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, cet 4 Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007 Harsanto, Radno, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2011, Cet. 5 Hasibuan, J.J., Dip, Ed, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995 Hatimah, Ihat, dkk., Penelitian Pendidikan, Bandung: UPI Press, 2007 Kementrian Agama RI, Syamil Qur’an Bukhara Tajwid dan Terjemah, Bandung: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2007 Khallaf, Abdul Wahab, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. 8
Majid, Abdul, Perencanaan pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: GP Press Group, 2013 Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003 Nata, Abuddin, Persfektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009 Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : Gunung Agung, 1988, Cet. 1 N.K, Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: Rineka Cipta, 1994 Nurdin, Syafruddin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2005 Prihatin, Eka, Manajemen Peserta Didik, Bandung: ALFABETA, 2011, cet. 1 Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Rukmana, Ade, dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, Bandung: UPI PRESS, 2006 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, cet. 5 Siddiq, Sapiudin, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2011 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: ALFABETA, 2009, cet. 7 Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, cet. 8 Syafe’I, Rachmat, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, cet. 4 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: ALFABETA, 2010 Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. 1
Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: kencana, 2008 Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT bumi aksara, 2009
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Nama
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
1. Sudah berapa lama bapak menjadi kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar ini? 2. Apakah manajemen kelas sudah diterapkan di sekolah ini? 3. Apakah disekolah para guru diwajibkan untuk membuat perencanaan pembelajaran? 4. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas di MTs Al-Kautsar? 5. Menurut bapak apa arti pentingnya manajemen kelas? 6. Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam manajemen kelas? 7. Apakah menurut bapak selama ini manajemen kelas memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pembelajaran? 8. Bagaimana cara bapak dalam memonitor manajemen kelas yang dilakukan oleh guru? 9. Apa kebijakan sekolah dalam mengatur keindahan, kebersihan, ventilasi, dan pencahayaan dalam ruang kelas agar dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman bagi siswa? 10. Hal-hal apa sajakah yang menjadi kendala dalam penerapan manajemen kelas? 11. Bagaimana cara mengatsi setiap kendala dalam pelaksanaan manajemen kelas ?
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Nama
: Shodik Murdiono, S.Pd, M.M
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/tanggal
: Senin, 17 November 2014
Waktu
: 09.40 - selesai
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
1. Sudah berapa lama bapak menjadi kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar ini? Jawab : baru mulai tahun ajaran ini 2014/2015 2. Apakah manajemen kelas sudah diterapkan di sekolah ini? Jawab : iya sudah, sejak aturan itu ditetapkan. Sejak sekolah ini didirikan walaupun berbeda-beda modelnya 3. Apakah disekolah para guru diwajibkan untuk membuat perencanaan pembelajaran? Jawab : Ya, membuat RPP merupakan kewajiban seorang guru, karena jika mau mengajar harus mempunyai perencanaan yaitu dituangkan dalam bentuk RPP. Sudah menjadi kesepakatan dengan semua guru untuk dibuat pada awal semester kemudian dikumpulkan ke bidang kurikulum diteliti yang kemudian saya tanda tangani untuk mengetahui bahwa guru tersebut membuat RPP. 4. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas di MTs Al-Kautsar khususnya pada mata pelajaran fiqih? Jawab : manajemen itu aturan. Untuk guru mata pelajaran manajemen kelas itu sudah ada ketentuannya ketika guru itu masuk kelas harus seperti apa situasinya. Dituangkan dalam RPP (Rencana Program Pembelajaran) yaitu pada kegiatan pendahuluan yang salah satunya adalah menguasai, melihat situasi pada saat masuk kelas. Sehingga mulai dari rencana dibuat untuk
pelaksanaannya
seperti
apa
dan
evaluasinya
bagaimana.
Alhamdulillah selama ini manajemen kelas khususnya pada mata pelajaran fiqih tetap berjalan baik, mulai dari membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran), melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, dan mengadakan evaluasi pembelajaran serta menggunakan metode dan media yang tidak monoton. 5. Menurut bapak apa arti pentingnya manajemen kelas pada proses pembelajaran? Jawab : manajemen kelas sangat penting, karena jika ia tidak melaksanakan manajemen kelas lalu apa yang ia lakukan?. Dalam manajemen kelas itu ada rencananya apa, actionnya bagaimana, kemudian evaluasinya seperti apa, dan mengalokasikan waktu pembelajaran dengan baik. Hal ini tidak mungkin bisa dilewati jika ingin menciptakan pembelajaran yang baik dan berhasil 6. Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam manajemen kelas? Jawab : dengan diadakannya pembinaan, sharing antar guru, serta diikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan kependidikan 7. Bagaimana cara bapak dalam memonitor manajemen kelas yang dilakukan oleh guru? Jawab : saya memonitor mulai dari RPP yang dibuat guru. Kemudian saya Tanya langsung ke siswa bagaimana tingkat kenyamanan siswa dalam belajar. Melihat daya serap siswa (tingkat keberhasilan dari hasil evaluasi) sudah berapa persen yang dicapai dari tujuan pembelajaran semua akan tergambar dari hasil evaluasi. Jika mencapai target berarti itu tingkat keberhasilan, jika tidak maka ditelusuri kendalanya apakaha ada di guru, siswa atau yang lainnya dan dicarikan solusinya secara bersama. Kemudian dilihat dari absensi guru, respon peserta didik, metode dan media yang digunakan relevan atau tidak serta dari hasil proses pembelajaran itu baik nialai prestasi maupun hasil kerja siswa yang dalam bentuk aplikasi.
8. Apa kebijakan sekolah dalam pengaturan ruang kelas agar dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman bagi siswa? Jawab : semua itu mengacu kepada SPM (Standar Pelayanan Minimal) 9. Hal-hal apa sajakah yang menjadi kendala dalam penerapan manajemen kelas? Jawab : kendalanya, bagi guru yang memiliki latar belakang bukan dari bidang pendidikan mereka belum begitu mengerti betapa pentingnya manajemen kelas akan tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan karena sudah banyak referensi tentang manajemen kelas serta anggapan guru bahwa manajemen kelas itu tidak penting, bagaimana mereka mau mengukur keberhasilan pembelajaran sedangkan perencanaannya tidak ada. 10. Bagaimana cara mengatsi setiap kendala dalam pelaksanaan manajemen kelas ? Jawab : Hambatan ini ditangani dengan cara memberikan pembinaan, megadakan sharing, diskusi dan memberikan kesempatan para guru untuk melakukan pelatihan. Depok, 17 November 2014 Observer
Kepala Sekolah
Nur Hasanah NIM : 1110011000091
Shodik Murdiono, S.Pd, M.M NIP : 196805132007011028
Lampiran HASIL WAWANCARA GURU FIQIH
Nama
: Ahmad Mubarok, S.H.I
Jabatan
: Wakesek Bid. Kesiswaan/ Guru Fiqih
Hari/tanggal
: Senin, 17 November 2014
Waktu
: 13.00 – selesai
Tempat
: Ruang Guru
1. Sudah berapa lama bapak mengajar mata pelajaran fiqih di sekolah ini? Jawab: sudah 10 tahun, yaitu sejak tahun pelajaran 2004-2005 2. Apa yang bapak ketahui tentang manajemen kelas? Jawab: manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptalan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran 3. Sudah berapa lama manajemen kelas pada mata pelajaran ini diterapkan? Jawab: sebenarnya sejak pertama kali mengajar manajemen kelas telah saya terapkan namun menjadi kewajiban terstruktur sejak berlakunya KBK Tahun 2004 dan setelah para guru mendapatkan pelatihan Quantum Learning dan Quantum Teaching 4. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas pada mata pelajaran fiqih? Jawab: Pelajaran fiqih merupakan mata pelajaran yang bukan hanya berisi teori saja, namun juga dituntut adanya praktek dan juga observasi. Dengan kedua hal inilah variasi pembelajaran yang bias dimanfaatkan untuk mengelola kelas supaya lebih kondusif
5. Bagaimana cara bapak membuka dan menutup pelajaran? Jawab: cara membuka dan menutup pembelajaran termaktub dalam RPP. Namun
dalam
pelaksanaannya
terkadang
berbeda
dengan
yang
direncanakan karena situasi dan kondisi yang di luar dugaan. Pada situasi dan kondisi inilah dituntut kreatifitas guru dalam berimprovisasi. Namun, hal yang wajib dalam membuka dan menutup pelajaran adalah mengucapkan salam. 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran apa yang bapak lakukan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien? Jawab:
Dengan
memanfaatkan
media
pembelajaran.
Contohnya
ditampilkannya video tentang materi pembelajaran yang akan disampaikan kemudian didiskusikan dengan teman-teman yang lain. Ada juga dengan cara observasi ke suatu tempat yang berkaitan dengan materi lalu hasilnya didiskusikan. Pernah juga siswa membuat proyek video tentang tata cara ibadah yang disesuaikan dengan materi. 7. Metode apa yang biasa bapak lakukan dalam proses pembelajaran? Jawab: Metode yang biasa duigunakan adalah metode ceramah, observasi, kerja kelompok, diskusi, tanya jawab interaktif, dan peragaan. Saat ini sedang dilaksanakan dan dikembangakan secara perlahan metode Scientific Learning 8. Media apa yang biasa bapak gunakan dalam menunjang proses pembelajaran? Jawab: Media yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran fiqih adalah laptop, infocus dengan menggunakan program powerpoint dan video. Tentu dengan berpedoman pada buku materi dam juga LKS untuk latihan siswa 9. Apa yang bapak lakukan dalam pengaturan atau penataan tempat duduk untuk menunjang proses pembelajaran? Jawab: Untuk penataan tempat duduk pada dasarnya diatur oleh wali kelas masing-masing. Akan tetapi variasi tempat duduk perlu dilakukan pada saat-saat tertentu seperti pada saat kegiatan kerja kelompok saya yang
mengatur agar siswa bisa belajar kelompok dengan baik dan tidak merasa bosan dalam belajar 10. Bagaimana cara bapak membentuk kelompok dalam belajar? Jawab: pembentukan kelompok belajar terkadang langsung saya tunjuk untuk tiap kelompoknya atau diundi, missal menyamakan nomor tertentu dalam satu hitungan, siapa yang bernomor sama maka dia adalah satu kelompok. Ini hanya contoh sederhana saja. 11. Tindakan apa yang bapak lakukan jika ada anak yang mengganggu jalannya proses pembelajaran? Jawab: Dalam setiap pelanggaran yang dilakukan siswa maka peringatan adalah cara yang pertama. Kemudian dalam beberapa kali peringatan tidak ada perubahan maka siswa tersebut dikeluarkan dari proses pembelajaran yang tengah berlangsung dengan memberikan tugas tertentu. Namun sebenarnya, di sinilah seharusnya kami sebagai guru untuk bias introspeksi diri, mungkin kelakuan siswa yang bersangkutan itu dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan belajarnya. Di sinilah pentingnya kreativitas guru dalam mengelola kelas. 12. Dalam proses belajar mengajar kendala apa saja yang sering bapak hadapi? Jawab : Dalam proses pembelajaran kendala itu pasti ada. Baik dari segi fasilitas yang terkadang terjadi sesuatu diluar dugaan, seperti mati lampu, laptop error dan lain sebagainya. Sehingga media pembelajaran yang telah disiapkan tidak bisa tersampaikan. Terkadang pula siswa yang sulit untuk diatur, tidak membawa perlengkapan belajar atau juga terkadang habisnya waktu untuk mempersiapkan perangkat dan media pembelajaran yang terkadang agak ribet. 13. Bagaimana respon dan reaksi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung? Jawab : Resspon dan reaksi siswa beragam ketika proses pembelajaran berlangsung. Tergantung dari gaya belajar masing-masing.
14. Tindakan pencegahan apa yang bapak lakukan untuk mengantisipasi terjadinya perilaku siswa yang mengganggu dalam proses pembelajaran? Jawab : Ada metode AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku) yang disampaikan ketika memulai materi pelajaran. Ini adalah salah satu cara agar siswa bisa focus dalam belajarnya karena materi tersebut akan sangat bermanfaat untuk dirinya. 15. Bagaimana interaksi yang terjadi dalam kelas maupun di luar kelas? Jawab : Interaksi yang terjadi di dalam maupun di luar kelas tidak jauh berbeda. Keakraban antara guru-siswa harus tetap terjaga. Cuma bedanya kalau di dalam kelas yang diperbincangkan dan disampaikan adalah tentang
materi
pelajaran,
di
luar
kelas
lebih
luas
lagi
yang
diperbincangkan. 16. Bagaimana menrut bapak tentang keadaan fisik kelas ini? Jawab : keadaan ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar sudah cukup memadai, memungkinkan siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehingga suasana kelas kondusif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Depok, 17 November 2014 Observer
Guru Mata Pelajaran Fiqih
Nur Hasanah NIM : 1110011000091
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 144675869200012
Lampiran PEDOMAN WAWANCARA GURU FIQIH
Nama
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
1. Sudah berapa lama bapak mengajar mata pelajaran fiqih di sekolah ini? 2. Apa yang bapak ketahui tentang manajemen kelas? 3. Sudah berapa lama manajemen kelas pada mata pelajaran ini diterapkan? 4. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas pada mata pelajaran fiqih? 5. Bagaimana cara bapak membuka dan menutup pelajaran? 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran apa yang bapak lakukan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien? 7. Metode apa yang biasa bapak lakukan dalam proses pembelajaran? 8. Media apa yang biasa bapak gunakan dalam menunjang proses pembelajaran? 9. Apa yang bapak lakukan dalam pengaturan atau penataan tempat duduk untuk menunjang proses pembelajaran? 10. Bagaimana cara bapak membentuk kelompok dalam belajar? 11. Tindakan apa yang bapak lakukan jika ada anak yang mengganggu jalannya proses pembelajaran? 12. Dalam proses belajar mengajar kendala apa saja yang sering bapak hadapi?
13. Bagaimana respon dan reaksi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung? 14. Tindakan pencegahan apa yang bapak lakukan untuk mengantisipasi terjadinya perilaku siswa yang mengganggu dalam proses pembelajaran? 15. Bagaimana interaksi yang terjadi dalam kelas maupun di luar kelas? 16. Bagaimana menrut bapak tentang keadaan fisik kelas ini?
PEDOMAN WAWANCARA SISWA Nama
:
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran fiqih? 2. Bagaimana proses belajar mengajar fiqih dikelas? 3. Apakah menurut kamu metode, sarana dan prasarana yang digunakan guru membantu kelancaran proses belajar mengajar? 4. Kendala apa saja yang muncul saat proses pembelajaran? 5. Tindakan apa yang guru fiqih lakukan ketika kelas menjadi gaduh? 6. Bagaimana pola interaksi antara siswa dan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 7. Apa factor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar mengajar?
HASIL WAWANCARA SISWA Nama
: Annisa Robiyatul K.
Hari/tanggal
: Selasa, 18 November 2014
Waktu
: 10.00 WIB - selesai
Tempat
: Masjid Al-Kautsar
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran fiqih? Jawab : iya, saya suka pelajaran fiqih 2. Bagaimana proses belajar mengajar fiqih dikelas? Jawab : asyik, tidak membosankan, Abi nya tegas, memberikan kita kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian kalau memberikan contoh langsung dikaitkan sama keseharian kak. 3. Apakah menurut kamu metode dan media yang digunakan guru membantu kelancaran proses belajar mengajar? Jawab : iya, karena agar belajarnya tidak membosankan. Abi tidak hanya ceramah saja tapi kita membuat kelompok, tanya jawab. Media yang digunakan sangat membantu kak, seperti power point sama video sehingga belajarnya lebih asyik dan semangat lagi. 4. Kendala apa saja yang muncul saat proses pembelajaran? Jawab : yang paling sering terjadi ya dari temen-temen kak, ada yang bercanda, ngobrol sehingga mengganggu pada waktu belajar. 5. Tindakan apa yang guru fiqih lakukan ketika kelas menjadi gaduh? Jawab : biasanya langsung ditegur sama Abi kalau ada siswa yang masih berisik maka siswanya akan dikeluarkan dari kelas dan diberikan tugas.
6. Bagaimana pola interaksi antara siswa dan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas? Jawab : baik, kalau di kelas kita boleh bertanya dan memberikan pendapat. Kalau di luar kelas asik Abi nya bisa seperti menjadi teman, orangtua dan guru.
Depok, 18 November 2014 Observer
Siswa Kelas IX.2
Nur Hasanah
Annisa Robiyatul K.
PROGRAM SEMESTER Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Tahun Pelajaran Kelas
Semester
: ; : :
FIQIH MTs Al Kautsar 2014 /2015 IX
: Ganjil
Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar
BULAN Alokasi Waktu 1
1. Memahami tata cara penyembelihan, kurban, dan akikah
8
1.1. Menjelaskan ketentuan penyembelihan binatang
2
1.2. Menjelaskan ketentuan kurban
2
1.3. Menjelaskan ketentuan akikah
2
1.4. Mempraktikkan tatacara kurban dan akikah Ulangan harian
Juli
1 1
2
3
Agustus 4
1
2
3
September 4
1
2
3
4
Oktober 1
2
3
4
November
Desember
1
1
2
3
4
2
3
4
2. Memahami tentang muamalah
18
2.1
Menjelaskan ketentuan jual beli
4
2.2
Menjelaskan ketentuan qiradh
4
2.3
Menjelaskan jenisjenis riba
4
2.4
Mendemonstrasikan ketentuan pelaksanaan jual beli, qiradh, dan riba
2
Ulangan harian
4
Ulangan Semester Mengetahui, Kepala Sekolah
Depok, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran
Shodik Murdiono, S.Pd, MM NIM : 196805132007011028
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 1446758659200012
Lampran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
MTs
: Mts Al Kautsar
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
: IX / 1
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (1 Kali pertemuan)
A.
Standar Kompetensi 2.
B.
Memahami tentang muamalah
Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan ketentuan jual beli
C.
Tujuan Pembelajaran
D.
Materi Pembelajaran
E.
Siswa dapat menjelaskan ketentuan dalam jual beli Siswa dapat menjelaskan hal-hal yang disunatkan dan wajib dalam cara jual beli
Tatacara jual beli
Metode Pembelajaran
Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal. Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang jual beli Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
No
G.
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal : Apersepsi : Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi jual beli Motivasi : Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar jual beli dan tatacaranya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
20 menit
2
Kegiatan Inti : Siswa membaca literatur/referensi tentang jual beli. (fase eksplorasi) Siswa mengamati demonstrasi guru tentang jual beli dan tatacaranya (fase eksplorasi) Membuat bagan jual beli dan tatacaranya (fase elaborasi) Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi) Salah seorang siswa mempraktekkan jual beli sementara yang lain memperhatikan dan mencatat mencatat pokok-pokok penting dari hasil kegiatan pengamatan (fase elaborasi) Penguatan tentang pengertian jual beli (fase konfirmasi)
120 Menit
3
Kegiatan akhir : Tanya jawab tentang materi jual beli. Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian jual beli untuk pertemuan selanjutnya.
20 menit
Sumber belajar dan media pembelajaran
Sumber: Al Qur’an terjemahan dan hadits Buku acuan Paket Fikih Depag Alat: komputer,LCD Bahan: LKS, Powerpoit presentation
H.
Penilaian Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
Siswa dapat menjelaskan ketentuan dalam jual beli Siswa dapat menjelaskan hal-hal yang disunatkan dan wajib dalam cara jual beli
Tes lisan
Uraian
Jelaskan ketentuan dalam jual beli!
Unjuk kerja
Uraian
Jelaskan hal-hal yang disunatkan dan wajib dalam cara jual beli!
Mengetahui, Kepala Sekolah
Depok, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran
Shodik Murdiono, S.Pd, MM NIM : 196805132007011028
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 1446758659200012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) MTs
: MTs Al Kautsar
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
: IX / 1
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2 Kali pertemuan)
A.
Standar Kompetensi 2.
B.
Memahami tentang muamalah
Kompetensi Dasar 2.2 Menjelaskan ketentuan qiradh
C.
Tujuan Pembelajaran
D.
Materi Pembelajaran
E.
Siswa dapat menjelaskan pengertian qiradh Siswa dapat menjelaskan syarat-syarat ketentuan qiradh Siswa dapat menjelaskan hal yang disunatkan dalam ketentuan qiradh
qiradh
Metode Pembelajaran
Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal. Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang qiradh Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
No
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal : Apersepsi : Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi qiradh Motivasi : Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar qiradh dan tatacaranya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
20 menit
2
Kegiatan Inti : Siswa membaca literatur/referensi tentang qiradh. (fase eksplorasi) Siswa mengamati demonstrasi guru tentang qiradh dan tatacaranya (fase eksplorasi) Membuat bagan jual beli dan tatacaranya (fase elaborasi) Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi) Salah seorang siswa mempraktekkan qiradh sementara yang lain memperhatikan dan mencatat mencatat pokok-pokok penting dari hasil kegiatan pengamatan (fase elaborasi) Penguatan tentang pengertian qiradh (fase konfirmasi)
120 Menit
3
Kegiatan akhir : Tanya jawab tentang materi qiradh. Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian qiradh untuk pertemuan selanjutnya.
20 menit
G.
Sumber belajar dan media pembelajaran
Sumber: Al Qur’an terjemahan dan hadits Buku acuan Paket Fikih Depag Alat: komputer,LCD Bahan: LKS, powerpoint presentation, jual beli
H.
Penilaian Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
Siswa dapat menjelaskan pengertian qiradh Siswa dapat menjelaskan syarat-syarat ketentuan qiradh Siswa dapat menjelaskan hal yang disunatkan dalam ketentuan qiradh
Tes tulis
Uraian
Jelaskan pengertian qiradh!
Unjuk kerja
Uraian
Jelaskan syarat-syarat ketentuan qiradh! Sebutkan hal yang disunatkan dalam ketentuan qiradh!
Mengetahui, Kepala Sekolah
Depok, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran
Shodik Murdiono, S.Pd, MM NIM : 196805132007011028
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 1446758659200012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
MTs
: MTs Al Kautsar
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
: IX / 1
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2 Kali pertemuan)
A.
Standar Kompetensi 2.
B.
Memahami tentang muamalah
Kompetensi Dasar 2.3 Menjelaskan jenis-jenis riba
C.
Tujuan Pembelajaran
D.
Materi Pembelajaran
E.
Siswa dapat menjelaskan pengertian riba dan dalilnya Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis riba
jenis-jenis riba
Metode Pembelajaran
Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal. Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang riba Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
No
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal : Apersepsi : Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi riba Motivasi : Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar riba yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
20 menit
2
Kegiatan Inti : Siswa membaca literatur/referensi tentang riba. (fase eksplorasi) Siswa mengamati demonstrasi guru tentang riba (fase eksplorasi) Membuat bagan riba (fase elaborasi) Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi) Penguatan tentang pengertian riba (fase konfirmasi)
120 Menit
3
Kegiatan akhir : Tanya jawab tentang materi riba. Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian riba untuk pertemuan selanjutnya.
20 menit
G.
Sumber belajar dan media pembelajaran
Sumber: Al Qur’an terjemahan dan hadits Buku acuan Paket Fikih Depag Alat: komputer,LCD Bahan: LKS, powerpoint presentation
H.
Penilaian Indikator Pencapaian
Siswa dapat menjelaskan pengertian riba dan dalilnya Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis riba
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
Tes tulis
Uraian
Jelaskan pengertian riba dan dalilnya!
Unjuk kerja
Uraian
sebutkan jenis-jenis riba!
Mengetahui, Kepala Sekolah
Depok, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran
Shodik Murdiono, S.Pd, MM NIM : 196805132007011028
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 1446758659200012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
MTs
: MTs Al Kautsar
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
: IX / 1
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2 Kali pertemuan)
A.
Standar Kompetensi 2.
B.
Memahami tentang muamalah
Kompetensi Dasar 2.4 Mendemonstrasikan ketentuan pelaksanaan jual beli, qiradh, dan riba
C.
Tujuan Pembelajaran
D.
Siswa dapat menunjukkan contoh jual beli, qiradh, dan riba Siswa mendemonstrasikan jual beli, qiradh, dan riba Materi Pembelajaran
E.
Praktek jual beli, qiradh, dan riba
Metode Pembelajaran
Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal. Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang jual beli, qiradh, dan riba Observasi: kegiatan ini untuk mendapat informasi langsung dari lembaga keuangan syari’ah Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi kegiatan pembelajaran Presentasi hasil observasi
F.
Langkah-langkah Pembelajaran
No
G.
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Kegiatan awal : Apersepsi : Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi jual beli, qiradh, dan riba Motivasi : Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar jual beli, qiradh, dan riba yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
20 menit
2
Kegiatan Inti : Siswa membaca literatur/referensi tentang jual beli, qiradh, dan riba. (fase eksplorasi) Siswa mengamati demonstrasi guru tentang jual beli, qiradh, dan riba (fase eksplorasi) Membuat bagan jual beli, qiradh, dan riba (fase elaborasi) Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi) Penguatan tentang pengertian jual beli, qiradh, dan riba (fase konfirmasi)
120 Menit
3
Kegiatan akhir : Tanya jawab tentang materi jual beli, qiradh, dan riba. Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian jual beli, qiradh, dan riba untuk pertemuan selanjutnya.
20 menit
Sumber belajar dan media pembelajaran
Sumber: Al Qur’an terjemahan dan hadits Buku acuan Paket Fikih Depag Alat: OHP/komputer,LCD Bahan: LKS, powerpoint presentation, lembaga keuangan syari’ah (Bank syari’ah, BPRS, Asuransi syari’ah dll)
H.
Penilaian Indikator Pencapaian
Siswa dapat menunjukkan contoh jual beli, qiradh, dan riba Siswa mendemonstrasikan jual beli, qiradh, dan riba
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Unjuk kerja
Uraian
Contoh Instrumen sebutkan contoh jual beli, qiradh, dan riba!
Mengetahui, Kepala Sekolah
Depok, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran
Shodik Murdiono, S.Pd, MM NIM : 196805132007011028
Ahmad Mubarok, S.H.I NUPTK : 1446758659200012
UJI REFERENSI Nama
: Nur Hasanah
NIM
: 1110011000091
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Implementasi Manajemen Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Al-Kautsar Depok
No
1
BAB I
Paraf
PENDAHULUAN
Pembimbing
Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahan RI Tentang Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006).
2
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung:UPI PRESS, 2006), h.1
3 4 5 6 7
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. 17, h. 98 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung:UPI PRESS, 2006), h.1 Profil Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsanawiyah AlKautsar Depok tahun 2014-2015 Observasi Awal, Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Senin, 13 Januari 2014) Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 110 BAB II KAJIAN TEORI
1
Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 70
2
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 93
3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h.175
4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 106 Sudarwan denim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah
5
dan
Manajemen
Kelas,
(Bandung: Pustaka Setia,2010), h.98
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h.175 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.17 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Gunung Agung, 1988), Cet. 1, h. 116 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. 17, h. 98 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h. 177 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 29 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 106 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 110-111 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 43 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h.178 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 115 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 55
18
19
20
21
22
23
24
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 98 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), h. 42 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT bumi aksara, 2009), h. 18 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT bumi aksara, 2009), h. 18 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), h. 43 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT bumi aksara, 2009), h. 20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,
Manajemen
Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 108 Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran : Mengembangkan
25
Standar
Kompetensi
Guru,
(Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 119 26
27
28
29
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 58-59 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 108 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1 h. 125 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 44-45
30 Eka
Prihatin,
Manajemen
Peserta
Didik,
(Bandung:
ALFABETA, 2011), cet. 1, h. 23 Radno Harsanto,
Pengelolaan Kelas Yang Dinamis,
31
(Yogyakarta: Kanisius, 2011), Cet. 5, h. 41-42
32
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas,
(Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 44-45 33
Radno Harsanto,
Pengelolaan Kelas Yang Dinamis,
(Yogyakarta: Kanisius, 2011), Cet. 5, h. 59-66 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka
34
35
36
37
38
39
40
Cipta, 2010), h. 150
Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 44-45 Abuddin
Nata,
Persfektif
Islam
tentang
Stategi
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 342 Abuddin
Nata,
Persfektif
Islam
tentang
Stategi
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 343 Abuddin
Nata,
Persfektif
Islam
tentang
Stategi
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 343-344 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h. 180-183 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h.184-186 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
41
42
43
Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 5, h. 90-91 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h.187 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 5-6 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
44
Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 5, h. 90-91
45
Abuddin
Nata,
Persfektif
Islam
tentang
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h.351-352
Stategi
46
47
48
49
50
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. 4, h.18 Sapiudin Siddiq, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 4-5 Hasby A-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam Jilid 1, h. 26
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 8, h.6 Hasby As-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, jilid I, h. 4344 BAB III METODELOGI PENELITIAN Sugiyono,
1
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), cet. 7, h. 15
2
3
4
5
6 7
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. 2, h.160 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), h.35 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), h. 330 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), h. 310 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), h. 317 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 134
8 9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 8, h. 112 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131 Sugiyono, 10
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), cet. 7, h. 372-374 Sugiyono,
11
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), cet. 7, h. 337-345 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 98 Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran : Mengembangkan
2
Standar
Kompetensi
Guru,
(Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 119 3
4
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), Cet. 5, h. 59 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 44-45
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Drs. Masan AF, M.Pd NIP: 19510716. 198103. 1. 005
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota; b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;
1
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105);
8.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
9.
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
10.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
11.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
12.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; M E M U T U S K A N:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA.
3
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota. 2. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Menteri Pendidikan Nasional dan bertindak selaku Menteri Teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pendidikan nasional. 3. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5. Pemerintah daerah adalah bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 6. Pengembangan kapasitas adalah upaya meningkatkan kemampuan sistem atau sarana dan prasarana, kelembagaan, personil, dan keuangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan pelayanan dasar dan/atau SPM Pendidikan secara efektif dan efisien dengan menggunakan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. 7. Anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
4
8. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. BAB II STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR Pasal 2 (1)
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan merupakan kewenangan kabupaten/kota.
(2)
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota : 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; 2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; 4. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru. 5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 5
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
14.
Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%; Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masingmasing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.
b. Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan : 1. Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;
6
2. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 3. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; 4. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; 5. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; 6. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut : a) Kelas I – II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu; c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu; 7. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku; 8. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; 9. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik; 10. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 11. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; 7
12. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan 13. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). Pasal 3 Jenis pelayanan pendidikan di luar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), kabupaten/kota tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah. Pasal 4 SPM pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 diberlakukan juga bagi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. BAB III PENGORGANISASIAN Pasal 5 (1)
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai dengan SPM pendidikan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota dan masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai dengan SPM pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara operasional dikoordinasikan oleh dinas pendidikan kabupaten/ kota.
(3)
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai dengan SPM pendidikan dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. 8
BAB IV PELAKSANAAN Pasal 6 (1)
SPM pendidikan merupakan acuan dalam perencanaan program dan penganggaran pencapaian target masing-masing daerah kabupaten/kota.
(2)
Perencanaan program dan penganggaran SPM pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman/standar teknis yang ditetapkan. BAB V PELAPORAN Pasal 7
(1)
Bupati/Walikota menyampaikan laporan tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM pendidikan kepada Menteri Pendidikan Nasional.
(2)
Berdasarkan laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri Pendidikan Nasional melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM pendidikan. BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Pasal 8
(1)
Menteri Pendidikan Nasional melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM pendidikan oleh pemerintah daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan pendidikan dasar kepada masyarakat.
(2)
Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9
(3)
Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah untuk pemerintahan daerah kabupaten/kota. Pasal 9
Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipergunakan sebagai: a. bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian SPM pendidikan; b. bahan pertimbangan dalam pembinaan dan fasilitasi penerapan SPM pendidikan, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang berprestasi sangat baik; dan c. bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintahan Kabupaten/Kota yang tidak berhasil mencapai SPM pendidikan dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VII PENGEMBANGAN KAPASITAS Pasal 10 Pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan pengembangan kapasitas untuk mencapai SPM pendidikan. Pasal 11 (1)
Menteri Pendidikan Nasional memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui peningkatan kemampuan sistem, kelembagaan, personil, dan keuangan, baik di tingkat Pemerintah, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. 10
(2)
Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya meliputi: a. perhitungan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai SPM pendidikan; b. penyusunan rencana pencapaian SPM pendidikan dan penetapan target tahunan pencapaian SPM pendidikan; c. penilaian kinerja pencapaian SPM pendidikan; dan d. pelaporan kinerja pencapaian SPM pendidikan.
(3)
Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil, keuangan negara, dan keuangan daerah. BAB VIII PENDANAAN Pasal 12
(1)
Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM pendidikan yang merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah, dibebankan kepada APBN Kementerian Pendidikan Nasional.
(2)
Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah dibebankan kepada APBD.
11
BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1)
Menteri Pendidikan Nasional melakukan pembinaan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pendidikan.
(2)
Menteri Pendidikan Nasional setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri dapat mendelegasikan pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada gubernur selaku wakil pemerintah di daerah. Pasal 14
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan petunjuk teknis untuk pelaksanaan SPM dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 15 (1)
Menteri Pendidikan Nasional melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pendidikan.
(2)
Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pendidikan di daerah masing-masing.
(3)
Bupati/walikota melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pendidikan sesuai SPM pendidikan di daerah masing-masing. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16
Pelaksanaan SPM pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dalam kurun waktu transisi desentralisasi fiskal dapat dibiayai melalui APBN. 12
BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan yang mengatur standar pelayanan minimal pendidikan dasar dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juli 2010 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. MOHAMMAD NUH Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan Nasional,
Dr. A. Pangerang Moenta,S.H., M.H., DFM NIP 196108281987031003
13