PELAKSANAAN PENGAJARAN PERBAIKAN MATEMATIKA KELAS VIII RSBI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 8 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Awalia Febri Fajarwati NIM 06104241027
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2013
i
MOTTO
Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri (terjemahan Q. S. Al Ankabut : 6)
Learning without thought is labor lost; thought without learning is perilous (Confucius)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk: Kedua orangtuaku, terimakasih atas kasih sayang dan segalanya yang telah diberikan untukku Suami dan anakku terima kasih atas semangat, bantuan, motivasi dan doa untukku Almamater
Universitas
Fakultas Ilmu Pendidikan
vi
Negeri
Yogyakarta,
PELAKSANAAN PENGAJARAN PERBAIKAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP RSBI Oleh Awalia Febri Fajarwati NIM 06104241027 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetaui pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI. Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif yang secara spesifik menggunakan metode penelitian evaluasi. Subyek dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang guru matematika yang mengajar kelas VIII RSBI pada SMP N 8 Yogyakarta. Ditentukan melalui kriteria subyek penelitian guru yaitu guru matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta yang melaksanakan pengajaran perbaikan sebagai pihak yang diharapkan mampu memberikan informasi yang kaya dan mendalam mengenai pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan konsep Interactive model yang diklasifikasikan dalam tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI dilaksanakan melalui tiga prosedur pengajaran perbaikan yaitu; 1) perencanaan pengajaran perbaikan, langkah ini didasarkan pada pencapaian nilai siswa dan gejala kesulitan belajar yang nampak, 2) pelaksanaan pengajaran perbaikan, dilakukan dengan menggunakan metode metode ceramah, demonstrasi dengan menggunakan alat bantu peraga, diskusi, tanya jawab, tutor teman sebaya dan pemberian tugas, 3) evaluasi pengajaran perbaikan: evaluasi hasil belajar, perubahan tingkahlaku dan kesesuaian metode dengan kesulitan belajar siswa Kata kunci: pengajaran perbaikan, matematika, SMP RSBI
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan Matematika Kelas VIII SMP RSBI.” Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat meminimalisir segala keterbatasan, kekurangan dan memperlancar penulisan. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih setulusnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 4. Bapak Sugihartono, M. Pd sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi. 5. Bapak Agus Basuki, M. Pd sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi. 6. Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bekal ilmu dan wawasan yang sangat berguna bagi masa depan kami kelak. 7. Bapak NS sebagai subyek dalam penelitian ini serta NA, SU, BS, MH dan DT sebagai informandan seluruh civitas akademis SMP N 8 Yogyakarta yang telah
viii
bersedia dan bekerja sama memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 8. Kedua orang tuaku tercinta Bapak dan Mama yang telah memberikan segala cinta, doa, semangat dan perjuangan yang tidak akan pernah habis dan berhenti sampai kapanpun. 9. Suamiku yang tercinta dan anakku tersayang Binar terima kasih atas segala doa, dukungan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan. 10. Isna , Nopi, Made, Nurdin, Yuyun dan teman-teman bimbingan skripsi. 11. Teman-teman BK angkatan 2006,2007,2009 terima kasih atas dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu baik secara langsungmaupun tidak langsung yang ikut memberikan bantuan tenaga dan pikiran sehingga terselesaikannya skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Yogyakarta,
Juni 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI hal
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 7 C. Batasan Masalah ............................................................................................. 7 D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8 F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika SMP .......................................... 10 1. Pengertian Pembelajaran Matematika ......................................................... 10 2. Tujuan Pembelajaran Matematika SMP ...................................................... 12 3. Karakteristik Matematika ............................................................................ 13 4. Materi Pembelajaran Matematika ................................................................ 16 5. Model-model Pembelajaran Matematika ..................................................... 16 B. Tinjauan tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .................................... 19 2. Tujuan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ........................... 20
x
3. Asas-asas Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .................................................................... 21 C. Tinjauan tentang Pengajaran Perbaikan .......................................................... 23 1. Prestasi Belajar ............................................................................................ 23 2. Diagnosa Kesulitan Belajar .......................................................................... 35 3. Siswa Berkesulitan Belajar ......................................................................... 38 4. Pengertian Pengajaran Perbaikan ................................................................. 52 5. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Perbaikan .................................................... 53 6. Metode Pengajaran Perbaikan ...................................................................... 56 7. Prosedur Pengajaran Perbaikan .................................................................... 59 D. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 66 E. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 69 B. Subyek Penelitian ............................................................................................ 70 C. Variabel Penelitian .......................................................................................... 71 D. Setting Penelitian ............................................................................................. 71 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 72 F. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 74 G. Keabsahan Data ............................................................................................... 80 H. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................................... 84 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................................... 84 2. Deskripsi Subyek Penelitian .................................................................................. 86 3. Analisis Data .......................................................................................................... 87 a) Reduksi Data ................................................................................................. .. 87 b) Display Data................................................................................................... ..98 c) Verifikasi ..................................................................................................... 101
B. Pembahasan ................................................................................................... 103 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 112
xi
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan .............................................................................................................. 113 B. Saran ........................................................................................................................ 113 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 116 LAMPIRAN ................................................................................................................. 119
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Materi Pengajaran Perbaikan Matematika ........................................ 16 Tabel 2. Norma Penilaian ............................................................................... 32 Tabel 3. Pedoman Konversi Nilai ................................................................... 34 Tabel 4. Deskriptor Pedoman Wawancara Untuk Guru..................................77 Tabel 5. Pedoman Wawancara Untuk Guru .................................................... 77 Tabel 6. Descriptor Pedoman Wawancara Untuk Siswa ................................ 79 Tabel 7. Pedoman Wawancara Untuk Siswa .................................................. 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Wawancara ........................................................... 120 Lampiran 2. Pedoman Observasi ............................................................. 128 Lampiran 3. Catatan Lapangan ................................................................. 129 Lampiran 4. Transkip Wawancara..............................................................133 Lampiran 5. Display Data…………….......................................................165 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian FIP ........................................................166 Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian Provinsi.................................................167 Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian Pemerintah Kota...................................168 Lampiran 12 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian..........................169
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan memiliki fungsi untuk membimbing anak ke arah suatu tujuan yang nilai tinggi. Benyamin S. Bloom dkk ( dalam Mustaqin, 2008: 3639) merumuskan sasaran pendidikan yang sebut ”taxconomi of education objective”, yang menyebutkan bahwa sasaran pendidikan dibagi menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Manifestasi dari ketiga ranah tersebut menurut Abin Syamsudin Makmun (2003:160-161) berupa: (1) pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip atau hukum atau kaidah prosedur atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya; (2) penguasaan pola-pola proses berpikir, mengingat atau mengenali kembali, sikap-sikap apresiasi, pengahayatan dan sebagainya, ketrampilan psikomotorik; (3) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami oleh semua siswa (Nasution, 2008:35). Masih menurut Nasution (2008:35) tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasi sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja. Pemahaman harus penuh, bukan tiga perempat, setengah atau seperempat saja. Perbedaan individual harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran
1
secara tuntas. Seperti yang dikatakan Suyatinah (2000:21-22) bahwa murid dalam suatu kelas memiliki kemampuan, sikap, minat dan kesehatan fisik yang membedakan sekaligus menunjukan kesamaannya dengan murid yang lain. Oleh sebab itu seorang guru harus dapat mengenal dan memahami reaksi anak didiknya yang berbeda-beda dalam proses pendidikan. Namun kenyataannya dalam proses belajar-mengajar yang kebanyakan masih dilakukan secara klasikal, cara mengajar yang dilakukan guru seragam untuk semua murid. Diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Dengan begitu berarti guru masih mengabaikan perbedaan individu yang ada yang kemudian berakibat pada pemahaman yang diterima murid tidak sama satu dengan lainnya, terdapat murid yang mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang diberikan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pengajaran dengan baik dan ada pula yang sebaliknya, mereka yang mengalami kesulitan dalam mencerna bahan pelajaran, lambat dalam mencerna bahan pengajaran, menemui kesulitan, maupun
dalam
mengatasi
kesulitan-kesulitan
belajar
lainnya
yang
mengakibatkan mereka gagal mencapai tujuan pengajaran. Bagi mereka yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal tidak akan mengalami masalah untuk melanjutkan pelajaran berikutnya, namun tidak dengan para murid yang belum mencapai KKM tersebut, salah satu bantuan yang diberikan kepada mereka yaitu dengan cara kembali mempelajari bagian pelajaran sampai terpecahkan masalah belajar yang mereka hadapi sehingga mereka mampu mencapai tujuan pengajaran hingga pada akhirnya kemudian mereka dapat
2
melanjutkan ke bagian pelajaran berikutnya. Mempelajari kembali bagaian pelajaran ini kemudian disebut sebagai proses pengajaran perbaikan. Abin Syamsudin Makmun (2003:342) menyatakan bahwa secara esensial proses pengajaran perbaikan pada hakikatnya serupa dengan proses belajar-mengajar biasa. Perbedaannya terutama terletak pada dua hal, yaitu; pertama,pada kegiatan pengajaran perbaikan tujuannya lebih diarahkan kepada peningakatan prestasi, sehingga paling tidak siswa dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang telah ditetapkan, dan atau peningkatan kemampuan penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya. Perbedaan yang kedua yaitu terletak pada strategi pendekatan yang mencakup metode/teknik, materi/program, bentuk/jenis tugas, dan sebagainya yang lebih menekankan kepada kebutuhan dan keadaan individu siswa yang dianggap sesuai sebagai remodulasi atau modifikasi dari proses pelajar-mengajar biasa di mana siswa mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan kedua perbedaan tersebut secara singkat Abin Syamsudin Makmun (2003:343) pengajaran perbaikan dapat diartikan sebagai upaya guru dengan atau tanpa kerja sama dengan pihak lain untuk mencipatakan suatu situasi yang memungkinkan siswa yang mengalami kesulitan belajar lebih mampu utnuk mengembangkan diri seoptimal mungkin untuk dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan melalui proses yang terencana yang mengutamakan kesesuaian dengan keadaan objektif siswa serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
3
Kegiatan pengajaran perbaikan sebagai bentuk bantuan dalam proses belajar mengajar harus diberikan secara terprogram dan disusun secara sistematis. Bukan sekedar kegiatan yang timbul karena inisiatif guru pada saat-saat tertentu dan saat secara kebetulan menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Ishak dan Warji (1987:1) menyebutkan bahwa sebuah proses pengajaran perbaikan akan dapat dilaksanakan secara efektif jika dapat dipahami tingkat kesulitannya, diketahui secara tepat faktor penyebabnya dan ditemukan cara-cara mengatasinya dengan tepat. Namun dalam kenyataan, bantuan seperti apa yang diperlukan, siapa yang seharusnya bertugas memberikan bantuan, bagaimana cara dan bentuk kerja samanya masih banyak belum diketahui sehingga pemberian bantuan tersebut belum dapat dilaksanakan secra optimal. Namun demikian, pemberian pengajaran perbaikan harus dilakukan oleh orang yang terlatih, supaya para siswa yang mendapatkan bantuan dapat berkembang secara optimal. Dalam dunia pendidikan masih banyak yang belum memahami sepenuhnya pengajaran perbaikan. Sebagian besar orang menganggap bahwa kegiatan perbaikan semata-mata hanyalah kegiatan pengajaran yang merupakan ulangan terhadap bahan-bahan pokok yang belum dikuasai oleh siswa. Padahal sebenarnya jauh lebih luas dari pada itu. Kegiatan perbaikan mencakup segala bantuan yang diberikan kepada siswa, baik kepada siswa
4
yang lamban, kurang mengerti, menemui kesulitan, maupun yang gagal dalam mencapai tujuan pengajaran . Belajar akan lebih berhasil bila bahan belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat anak (Nasution,2008:23), begitu pula dengan proses pengajaran perbaikan yang tidak berbeda dengan proses belajar pada umumnya maka pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. Demikian pula dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa pengajaran perbaikan sangat memperhatikan kondisi objektif siswa. Dalam melaksanakan kegiatan pengajaran perbaikan ini, guru haruslah memahami konsep dasar pengajaran perbaikan, mencakup tujuan
dan
fungsi
pengajaran
perbaikan,
prosedur,
serta
metode
pelaksanaannya yang semuanya disesuaikan dengan kondisi masing-masing siswa. Sehingga kesulitan yang dialami siswa dapat terpecahkan dengan baik. Demikian pula dengan pembelajaran Matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang perkembangannya cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak kegunaan penerapan ilmu Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu konsep dasar Matematika sejak dini harus dikuasi oleh peserta didik, agar mereka mampu menerapkannya dalam kehiudpan sehari-hari. Pengertian Matematika (Dekdikbud, 1994/1995 : 91-92) adalah istilah Matematika berasal dari ”Matheis”, berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, di mana kesimpulan tidak ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui
5
deduksi. Di jenjang sekolah menengah pertama, pembelajaran Matematika ditekannkan pada pengenalan fakta, penanaman konsep dan penemuan prinsip. Melihat
pentingnya
pembelajaran
Matematika
pada
Sekolah
Menengah Pertama, maka seorang guru dituntut secara profesional dapat menanamkan konsep dasar Matematika pada seluruh anak didiknya. Namun kenyataannya, secara umum nilai Matematika masih dibawah nilai tiga mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Ingrgris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bahkan dalam Ujian Nasional tahun 2010, dari empat mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN) peserta didik banyak gagal di mata pelajaran Matematika, yaitu sebanyak 1.654 orang. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, jumlah siswa yang dinyatakan harus mengikuti UN ulangan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 1.518 orang, IPA sebanyak 1.361 orang dan Bahasa Indonesia sebanyak 239 orang. Secara umum, nilai yang rendah menunjukkan gejala kesulitan belajar siswa. Apabila nilai pelajaran rendah atau belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah, maka secara teori siswa tersebut harus diberikan pengajaran perbaikan. Proses pengajaran perbaikan yang tepat maka akan membuahkan hasil sesuai harapan, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan kondisi dan hal tersebut yang telah diuraikan di atas, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Pengajaran Matematika Kelas VIII SMP RSBI.
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Di kelas yang terdiri dari berbagai macam individu, guru menggunakan metode mengajar yang sama untuk semua siswa sehingga tidak semua siswa dapat menerima isi pengajaran dengan baik. 2. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. 3. Masih banyak guru belum memahami konsep dasar pengajaran perbaikan matematika. 4. Pemberian pengajaran perbaikan Matematika belum sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa sehingga hasilnya kurang efektif. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti membatasi pada pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI. Mengingat akan keterbatasan kemampuan, biaya dan waktu maka peneliti membatasi masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini yaitu mengenai “pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI” D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI.
7
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan tersebut. Maka tujuan dari penelitian in adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP RSBI. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pengajaran matematika. Berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan, khususnya guru mata pelajaran Matematika dapat memahami dengan jelas konsep pengajaran perbaikan matematika hingga pengajaran perbaikan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa yang mengalami kesulitan sehingga membuahkan hasil yang optimal. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini sebagai kontribusi ilmiah bagi pengembangan orientasi BK di sekolah khususnya bidang layanan Bimbingan Belajar. b. Bagi sekolah dan guru mata pelajaran Matematika, penelitian ini digunakan sebagai rujukan dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan Matematika yang tepat.
8
c. Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar Matematika, dengan penelitian ini diharapkan mereka mendapatkan pengajaran perbaikan Matematika sesuai dengan kebutuhan dan kondisi individu mereka.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMP 1. Pengertian Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Latin mathematike, yang berarti “bertalian dengan ilmu pengetahuan” (The Liang Gie dan Andrian The, 1997: 283). Secara etimologis, Elea Tinggih (1972: 5) mengartikan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Sedangkan Herman Hudojo (2005: 13) menyatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara halhal itu. Sedangkan James dan James (Erman Suherman, 2003: 18-19) menyebutkan bahwa matematika adalah suatu ilmu tentang logika mengenai susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Dalam perkembangannya, matematika menjadi salah satu ilmu yang diajarkan di dalam dunia sekolah. Matematika yang diajarkan dalam dunia sekolah disebut juga matematika sekolah, yaitu salah satu unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan dan berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK (R.Soedjadi, 2000: 37).
10
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa matematika yang diajarkan di sekolah adalah sebuah ilmu pasti yang diperoleh dengan cara bernalar yang terbagi dalam bidang aljabar, analisis dan geometri yang berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa yang pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Serupa dengan pengertian tersebut Sudjana (Sugihartono, dkk, 2007: 80) adalah upaya yang dengan sengaja dilakukan oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Gulo (Sugihartono, 2007:80) mendefinisikan
pembelajaran
sebagai
usaha
menciptakan
sistem
lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (Sugihartono, dkk, 2007: 80) menyatakan bahwa pembelajaarn merupakan aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Gagne & Briggs (1979: 3) mengungakap pengertian pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung proses belajar siswa yang bersifat internal. Dari beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah interaksi antara pendidik
11
dengan peserta didik yang dirancang sedemikian rupa agar terjadi proses belajar yang optimal. 2. Tujuan Pembelajaran Matematika SMP Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 disebutka bahwa tujuan pembelajaran merupakan gambaran proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Aktivitas mengajar menyangkut peran guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara belajar dan mengajar. Jalinan komunikasi inilah yang menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran yang berlangsung dengan baik. Dengan demikian tujuan pembelajaran adalah tujuan dari suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk lebih jelas berikut tujuan dari pembelajaran matematika di SMP. Andi Hakim Nasution (1981: 10) menyebutkan lima tujuan pembelajaran matematika di SMP sebagai berikut: a. Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam. b. Dengan penggunaan metode matematika dapat diperhitungkan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan. c. Matematika penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa. d. Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja. e. Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas kepada orang lain.
12
Sedangkan berdasarkan Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (2004: 216) dicantumkan empat tujuan umum pengajaraan matematika, yaitu: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelididkan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui cara lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan masalah. Dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari mempelajari matematika di SMP adalah untuk melatih cara berpikir dan bernalar siswa yang dapat mengembangkan kreatifitas mereka untuk berpikir divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, percobaan dan memecahkan masalah matematis secara tepat dan benar dan mampu menyampaikan hasilnya melalui cara lisan, catatan, grafik, peta maupun diagram. 3. Karakteristik Matematika Sebagai salah satu cabang ilmu, matematika memiliki karakteristik yang membedakannya dari cabang ilmu yang lain. Menurut R. Soedjadi (2003: 13) secara umum matematika memiliki enam karakteristik:
13
a. Memiliki Objek Kajian yang Abstrak Objek matematika adalah mental atau pikiran. Oleh karena itu bersifat abstrak. Objek matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi (skill ), dan prinsip. Fakta yang dimaksud di sini adalah kesepakatan atau konvensi yang meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Konsep merupakan ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan
seseorang
untuk
mengelompokkan
atau
menggolongkan suatu objek, sehingga objek itu termasuk suatu contoh konsep atau bukan konsep. Sedangkan operasi merupakan aturan pengerjaan (hitung, aljabar, matematika, dll) tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Dan prinsip di sini dapat berupa aksioma, teorema atau dalil, sifat dll yang menghubungkan beberapa objek dasar matematika yang terdiri dari beberapa kata, konsep dan dikaitkan dengan suatu operasi. b. Mengacu Pada Kesepakatan Fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Fakta merupakan kesepakatan atau konvensi. Dengan kesepakatan
tersebut
pembahasan
matematika
mudah
untuk
dikomunikasikan. Pembahasan dalam matematika bertumpu pada kesepakatan-kesepakatan.
14
c. Berpola Pikir Deduktif Matematika memiliki pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui keberadaannya. d. Konsisten Dalam Sifatnya Matematika memiliki berbagai macam sistem. Saling Sistem ini terbentuk dari prinsip-prinsip matematika. Tiap sistem dapat saling berkaitan namun dapat pula lepas (tidak berkaitan). Dalam suatu sistem matematika berlaku hukum konsistensi, yang berarti tidak boleh terjadi kontradiksi di dalamnya. e. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti Dalam matematika terdapat banyak simbol. Rangkaian simbolsimbol ini membentuk sebuah kalimat matematika yang disebut model matematika. Secara umum, simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, yang berarti simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu. f. Memperhatikan Semesta dari Pembicaraan Karena simbol-simbol dan model-model matematika kosong dari arti dan akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau konteks ini sering diistilahkan dengan nama ‘semesta
15
pembicaraan’. Ada-tidak, benar-salah penyelesaian permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta pembicaraan. 4. Materi Pembelajaran Matematika Kelas VIII Sekolah RSBI yang menjadi setting dan lokasi penelitian adalah SMP N 8 Yogyakarta, berikut adalah materi pembelajaran yang diberikan dalam kelas pengajaran perbaikan matematika: Tabel. 1 Materi Pengajaran Perbaikan Matematika Semester II
Pokok Materi Geometri dan Pengukuran
Standar Kompetensi Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel. 2. Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel. 3. Menyelsaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya.
5. Model – model Pembelajaran Matematika Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran dikemangkan pertama kali oleh Bruce, dkk (Bruce ,dkk, 1992: 103). Fajar Shadiq (2009: 13-28) mengemukakan beberapa model pembelajaran matematika, yaitu; a. Model Pemecahan Masalah Dalam model pembelajaran ini siswalah yang banyak berperan aktif. Mereka didorong untuk berpikir dan menganalisa sendiri data
16
yang disediakan oleh guru hingga dapat menemukan prinsip umum. Sedanagkan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang berperan memberikan bimbingan, membantu siswa menggunakan ide, konsep dan ketrampilan yang telah mereka kuasai untuk memperoleh pengetahuan baru. b. Model Penemuan Pada model penemuan ini, siswa didorong untuk berpikir, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasar bahan yang telah disediakan dan bantuan guru. Model ini dibagi menjadi dua, yaitu model penemuan murni dan model penemuan terbimbing. Pada model penemuan murni, mulai dari pemilihan strategi sampai jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Sedangkan model penemuan terbimbing, siswa dibebaskan untuk mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), melakukan uji coba (trial and error), mencari dan menemukan pola, menyusun rumus dan bentuk umum, membuktikan benar atau tidak dugaan itu. Peran guru dalam model ini adalah sebagai penunjuk jalan, membantu dan memberi kemudahan bagi siswa sehinga para siswa tersebut dapat menggunakan ide, konsep, dan ketrampilan yang telah dipelajari untuk menemukan pengetahuan baru. Penggunaan pertanyaan akan membantu siswa menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama yang telah dia kuasai.
17
c. Model Missouri Mathematics Projects (MMP) Model pembelajaran ini memuat lima langkah. Pada langkah awal dilakukan pendahualuan atau review, yaitu membahas PR, meninjau ulang pelajaran terdahulu yang berkaitan dengan materi baru, dan membangkitkan motivasi siwa untuk mempelajari materi baru tersebut. Langkah kedua yaitu pengembangan, pada langkah ini guru menyajikan ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu, kemudian melakukan penjelasan melalui diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik. Langkah ketiga adalah latihan dengan bimbingan guru, siswa merespon soal, guru mengawasi sehingga tercipta suasana belajar yang kooperatif. Pada langkah keempat dilakukan kerja mandiri, siswa bekerja sendiri untuk latihan dan perluasan konsep pada langkah kedua. Dan langkah terakhir adalah penutup, siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang telah dikerjakan, serta hal-hal yang kurang baik yang jarus dihilangkan, serta diberi PR. d. Model Pembelajaran Kooperatif Krismanto (Fadjar Shidiq, 2009: 23) menyatakan bahwa pada kegaitan ini sekelompok siswa belajar sesuai porsi utamanya mediskusikan tugas-tugas matematika, dalam arti saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah matematika. Model ini terkait dengan banyak pendekatan atau metode seperti; eksperimen, investigasi, eksplorasi dan pemecahan masalah.
18
e. Model Pembelajaran Kontekstual dan Realistik Konsep Pembelajaran Matemartika Realistik sangat mirip dengan pembelajaran kontekstual, yaitu konsep pembelajaran yang membantu siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan situasi dalam dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni; konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat enam model pembelajaran matematika yaitu; 1) model pemecahan masalah, 2) model penemuan, 3) model Missouri Mathematics Projects (MMP), 4) model pembelajaran kooperatif dan 5) model pembelajaran kontekstual dan realistik. B. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) adalah sekolah
standar nasional (SSN) yang menyiapkan perserta didik berdasarakan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional (www.file.upi.edu).
19
2. Tujuan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Tujuan pelaksanaan program rintisan sekolah bertaraf internasional dibagi menjadi tujuan khusus dan tujuan umum, berikut tujuan program rintisan
sekolah
bertaraf
internasional
dikuti
dari
laman
www.file.upi.edu.com. a. Tujuan Umum Tujuan umum dari pelaksanaan program rintisan sekolah bertaraf internasional adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat tujuan nasional dalam pembuakaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No. 20 tahun 2003 tentangg SISDIKNAS, PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP (Standar Nasional Pemdidikan) dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. 2) Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional. 3) Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
20
b. Tujuan Khusus Sedangkan yang menjadi tujuan khusus pelaksanaan program rintisan
sekolah
bertaraf
internasional
adalah
sebagai
berikut
menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum dalam standar kompetensi lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan internasional. 3. Asas-asas Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Berikut adalah asas-asas pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran pada rintisan sekolah bertaraf internasional menurut dikutip dari www.file.upi.edu.com: a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah di negara lain. b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni Subtractive Bilingualism dan Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language. c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu
21
d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik. e. Mengintegrasikan
kecerdasan
majemuk
(Multiple
Intelligence)
termasuk Emotional Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum. f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian ). g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis , memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip ”Understanding by Design” yang menekankan pemahaman jangka panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (understanding) dilihat dari 6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge. h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan kredit semester. i. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK. j. Menekankan
kemampuan
pemanfaatan
Information
and
Communication Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
22
C. Pengajaran Perbaikan 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengala man belajarnya, demikian diungkapkan oleh Sudjana (1990:22). Gagne dan Briggs (1992:72) menjabarkan prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh murid setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedijarto (1993: 25) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat penguasaan sutau pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Senada dengan hal tersebut, Muhibbin Syah (2004: 11) menjelaskan prestasi belajar sebagai taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu. Secara lebih luas Altbach dkk (1999: 201) menyatakan bahwa prestasi belajar prestasi belajar adalah ukuran keberhasilan di sekolah yang berupa penyesuaian diri, perubahan emosional, atau pun perubahan tingkah laku. Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar mengajar di sekolah siswa baik berupa penyesuaian diri atau perubahan tingkah laku
23
dan juga hasil dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes materi pelajaran. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua yaitu; 1) faktor internal, yang merupakan faktor dari dalam diri individu sendiri dan 2) faktor eksternal yang berasal dari luar individu, namun ada beberapa ahli juga yang menambahkan faktor lain yaitu faktor pendekatan belajar. Slameto
(2003:
54-72)
menyebutkan
dua
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagai berikut: 1) Faktor Internal, meliputi: a) Faktor jasmaniah, berkaitan dengan kesehatan dan cacat tubuh. Tubuh dalam kondisi sehat lebih mendukung dalam penyerapan informasi dalam belajar, begitu pula dengan kondisi fisik yang tanpa cacat lebih leluasa dari pada keadaan orang yang menyandang cacat. b) Faktor psikologis, berkaitan dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan. 2) Faktor Eksternal, meliputi: a) Faktor keluarga, berkaitan dengan pola asuh orang tua, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
24
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, berkaitan dengan metode mengajar guru, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat penunjang kegiatan belajar mengajar, waktu sekolah, standar belajar di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat, berkaitan dnegan kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Sedangkan Muhibbin Syah (2008: 132-139) menambahkan satu lagi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain kedua faktor di atas, ketiga faktor tersebut adalah: 1) Faktor internal, yaitu berkaitan dengan keadaan jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal, yaitu kondisi disekitar lingkungan siswa, dan 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk umtuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran Secara lebih detil M. Dalyono (1997: 57) menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi prestas belajaran sebagai berikut:
25
1) Faktor Internal a) Kesehatan jasmani dan rohani, faktor ini sangat berpengaruh terhadap proses penyerapan infromasi dalam belajar. Jasmani yang sehat dan tanpa cacat ditunjang dengan rohani yang juga sehat akan berdampak pada penyerapan informasi yang maksimal, dan begitu juga sebaliknya. Tetapi faktor ini dapat diatasi dengan menenpatkan seseorang tersebut pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu khusus agar dapat mengurang atau menghindari pengaruh dari kecacatan agar kecacatan tersebut tidak mengganggu proses belajarnya. b) Intelegensi, yang pada umumnya disebut juga dengan kecerdasan. Intelegensi ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, bila orang dengan tingkat intelegensi tinggi maka dia tidak akan menemui hambatan berarti dalam belajar, sedangkan seseorang dengan intelegensi rendah akan membutuhkan lembaga pendidikan khusus. c) Bakat, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam atri potensi utnuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. d) Minat, berarti kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jadi minat adalah kecenderungan utnuk
26
memperhatikan sesuatu yang dicapai terus-menerus disertai dengan
rasa
senang
maka
jika
kecenderungan
lebih
diperhatikan maka akan tumbuh minat untuk belajar lebih giat demi mencapai hasil terbaik. e) Motivasi menurut Mc Donald (Oemar Hamalik, 2003:158) adalah perubahan energi dalam tubuh seseoran yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Seseorang
yang
belajar
dengan
motivasi
kuat
akan
melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguhsungguh sehingga menghasilkan prestasi yang baik, tetapi jika sebaliknya akan mendapatkan prestasi yang rendah. f) Cara belajar, bila seseorang dapat menemukakn cara belajar yang tepat maka hasil belajar yang dicapai akan lebih maksimal, dan sebaliknya bila cara be;ajar yang dipakai tidak sesuai maka akan berdampak pada rendahnya hasil belajar seseorang. 2) Faktor Eksternal a)
Keluarga, anggota keluarga yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar seseorang adalah ayah, ibu, serta saudara-saudara yang tinggal serumah. Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap baik buruk prestasi belajar yang dicapai anaknya. Tinggi rendah latar pendidikan orang tua, besar kecilnya pendapatan, cukup atau tidaknya perhatian serta bimbingan
27
orang tua, serta harmonisasi hunbungan antar anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar anak. Semua faktor tersebut turut berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. b) Sekolah, faktor sekolah yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan gurunya, hubungan siswa dengan temantemannya, disiplin sekolah, materi pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan fisik sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia, metode belajar serta tugas rumah. Semua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. c)
Masyarakat, faktor masyarakat juga ambil andil dalam proses belajar siswa karena siswa merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Faktor masyarakat yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media massa serta bentuk kehidupan masyarakat. Dari pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, faktor tersebut meliputi faktor internal yang meliputi faktor fisik dan psikologis, faktor eksternal berupa faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar serta pendekatan belajar sebagai faktor terakhir. Semua faktor tersebut berperan sama besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
28
Bila ada salah satu atau beberapa faktor yang bermasalah akhirnya akan berpengaruh dan mengahambat proses belajar siswa yang akhirnya berujung pada pencapaian prestasi belajar yang tidak maksimal. c. Cara Mengukur Prestasi Belajar Sugihartono, dkk (2007:130) menyebutkan bahwa dalam proses belajar mengajar pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan tentang derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur. Namun demikian, hasil pengukuran belum dapat mengartikan apa-apa bila hasil pengukuran tersebut tidak ditafsirkan dengan cara membandingkan dengan suatu patokan atau norma atau kriteria tertentu. Masih menurut Sugihartono, dkk (2007:131) norma yang digunakan dalam rangka penilaian/pengukuran adalah hal-hal yang diturunkan dari tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan pengajaran tersebut. Di Indonesia terdapat dua pendekatan yang populer digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu; Penilaian Acuan Norma (Norm Reference Evaluation) dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference Evaluation). 1) Penilaian Acuan Norma (PAN) Dalam
pendekatan
ini,
penilaian
dilakukan
dengan
membandingkan prestasi satu siswa dengan prestasi yang dicapai
29
oleh oleh teman-teman sekelas atau sekelompoknya (Tardif, 1989:227). Jadi pemberian nilai atau skor siswa merujuk pada perbandingan skor yang diperoleh teman-temannya dengan skor yang diperoleh siswa itu sendiri (Nasution, 1996: 195). Oleh karena itu norma yang digunakan dalam satu kelompok tidak bisa digunakan sebagai acuan untuk kelompok lainnya, pun untuk tes yang berbeda. Serupa dengan pengertian sebelumnya, Sugihartono, dkk (2007:131) menyebut Penilaian Acuan Norma sebagai penilaian yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar seorang siswa terhadap hasil belajar siswa lainnya dalam satu kelompok. Penggunaan Penilaian Acuan Norma tidak dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan tingkat penguasaan bahan. PAN sering
juga digunakan untuk fungsi prediktif,
meramalkan
keberhasilan siswa di masa yang akan datang atau untuk menetapkan peringkat/kedudukan
siswa
dalam
kelompok
(http:
jurnalibadah.blogspot.com). Berikut adalah ciri ciri dari Penilaian Acuan Norma : a) Penilaian Acuan Norma digunakan untuk menentukan status satu peserta didik terhadap kemampuan perserta didik lainnya. Artinya Penilaian Acuan Norma digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam kelompok atau komunitasnya sendiri seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
30
b) Penialain Acuan Norma menggunakan kriteria yang bersifat relatif, yang berarti selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pada waktu tersebut. c) Nilai dari hasil Penilaian Acuan Norma tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan peringkat seorang siswa dalam kelompoknya. d) Penilaian Acuan Norma cenderung untuk menggunakan rentang tingkat penguasaan seorang siswa terhadap kelompoknya, mulai dari siswa yang snagat istimewa sampai dengan siswa yang mengalami kesulitan serius. e) Penilaian Acuan Norma memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok. Langakah langkah dalam Penialaian Acuan Norma seperti dikutip dari www.file.upi.edu : a) Menghitung mean atau rata rata dan simpangan baku (S) skor skor kelompok siswa. b) Menentukan daerah skala sigma kurva normal dibagi dalam lima daerah skala sigma dengan jarak masing masing 1,2 S: A = +1,8 S sampai dengan +3,0 S B = +0,6 S sampai dengan +1,8 S C = -0,6 S samapi dengan +0,6 S D = 1,8 S sampai dengan -0,6 S
31
c) Menyususn norma penilaian dengan sistem penilaian A, B, C, D dan E. Contoh: Hasil ulangan semester Matematika SMP Kelas VIII dari 40 siswa, diperoleh SMI = 100, nilai tertinggi = 64, nilai terendah = 50, mean = 36,80, simpangan baku = 11,90. Tabel. 2 Norma Penilaian Skala Sigma
Nilai Mentah
Nilai
M + 3,0 S
72,50
A
M + 1,8 S
58,22
B
M + 0,6 S
43,94
C
M – 0,6 S
29,66
D
M – 1,8 S
15,38
E
M – 3,0 S
1,10
Jika Ani dengan nilai mentah 64, maka mendapatkan skor A. Roni dengan nilai mentah 30 maka dia mendapatkan skor C dst. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah dalam Penilaian Acuan Norma adalah menghitung rata-rata dan simpangan baku nilai siswa, menentukan daerah skala sigma kurva normal dibagi dalam lima daerah skala sigma dengan jarak masing masing 1,2 S dan yang terakhir adalah menyyususn norma penilaian dengan sistem penilaian A,B,C,D dan E. 2) Penialain Acuan Patokan Sistem penilaian ini disebut juga dengan Penilaian Acuan Kriteria. Sugihartono, dkk (2007:132) mengartikan sistem
32
penilaian
ini
sebagai
penialian
yang
dilaukan
dengan
membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tardif (Muuhibbin Syah, 2004:201) menjabarkan Penilaian Acuan Patokan sebagai proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan berbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik (well defined domain behaviour) sebagai patokan absolut. Dari kedua pengertian di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penilaian , terlebih dahulu ditetapkan kriteria yang disebut dengan “batas khusus” atau “tingkat penguasaan minimum”. Siswa yang mencapai batas lulus dapat melanjutkan untuk memperlajari bahan selanjutnya, sedangkan siswa yang belum mencapai batas lulus diberikan pengajaran perbaikan/remidi hingga dapat menguasai bahan sehingga mencapai tingkat penguasaan minimum tersebut. Oleh karena itu, penilaian ini biasanya digunakan untuk menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran. Langkah – langkah dalam Penilaian Acuan Patokan dikutip dari http: www.file.upi.edu: a) Menentukan terlebih dahulu presentase minimal penguasaan materi.
33
b) Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A,B,C,D, dan E) yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masingmasing siswa. Contoh: Misalkan presentase minimalnya adalah 60%. Berarti bila jumlah soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar sedangkan siswa yang mencapai nilai kurang dari 60 memperoleh niali E atau F. Nilai-nilai A,B,C,D dan E ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai berikut: Tabel. 3 Pedoman Konversi Nilai Pedoman Konversi
Tabel Konversi (SMI=100)
91% - 100% = A
91 - 100 = A
81% - 90% = B
81 - 90 = B
71% - 80% = C
71 – 80 = C
61% - 70% = D
60 – 70 = D
< 60% = E
< 60 = E
Jika Budi mendapat skor 85, berarti dia mendapat nilai B, dan bila Diana mencapai skor 55 maka nilai yang dia dapat adalah E, dst. c) Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam Penilaian Acuan Patokan adalah pertama menentukan presentase minimal penguasaan materi dan kemudian menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A,B,C,D, dan E) yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa.
34
2. Diagnosa Kesulitan Belajar a. Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar Sugihartono (Sugihartono, dkk, 2007:149) menyebutkan bahwa diagnosa kesulitan belajar adalah kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik. Lebih lanjut Syahril (1991:45) mengemukakan pengertian diagnosa kesulitan belajar sebagai usaha untuk meneliti kasus,
menemukan
gejala,
penyebab
dan
menemukan
serta
menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosa kesulitan belajar adalah suatu kegiatan memahami gejala dan penyebab kesulitan belajar siswa dan menetapkan bantuan yang akan diberikan pada siswa untuk mengatasi kesulitan belajarnya. b. Prosedur Pelaksanaan Diagnosta Kesulitan Belajar Sugihartono, dkk (2007: 165-170) menjabarkan prosedur pelaksanaan diagnosa kesulitan belajar sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi perserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Langkah ini adalah menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara menggali latar belakang kesulitan tersebut baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui analisis perilaku dan analisis prestasi belajar.
35
Analisis perilaku dapat dilakukan melalui observasi atau lapoan proses pembelajaran yang berupa cepat lambatnya siswa menyelesaikan tugas,kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran, peranserta dalam mengerjakan tugas kelompok, kemampuan kerjasama dan penyesuain soal. Sedangkan analisi prestasi belajar dapat dilihat dengan cara menghimpun dan menganalisis serta menafsirkan hasil belajar siswa baik yang diperoleh melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan atau Penilaian Acuan Patokan (PAP). 2) Melokalisasi letak kesulitan belajar Setelah menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka langkah selanjutnya adalah menemukan letak kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk menemukan bidang studi apa siswa mengalami kesulitan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan nilai rerata dari masing-masing bidang studi. Apabila nilai siswa di bawah nilai rerata maka disimpulkan siswa mengalami kesulitan pada bidang studi tersebut. Untuk mengetahui pada bagaian mana kesulitan yang dialami siswa dapat dilakukan dengan memeriksa hasil tes, bila siswa tidak dapat menjawab dengan benar padda suatu pokok bahasan tertentu maka dapat disimpulkan siswa mengalami kesulitan pada bagian tersebut.
36
3) Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar Langkah ini dilakukan dengan meneliti faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar diri siswa (eksternal) yang dapat mengahambat proses belajar siswa. 4) Memperkirakan alternatif bantuan Perkiraan alternatif bantuan ini mempertimbangkan kemungkinan apakah kesulitan yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi, alokasi waktu yang diperlukan untuk memberikan bantuan, kapan dan di mana bantuan diberikan, dan siapa yang akan memberikan bantuan tersebut apakah konselor, guru bidang studi atau pihak lain yang relevan. 5) Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya Langkah ini adalah untuk menentukan bantuan yanga kan diberikan pada siswa. Dalam menentukan bantuan ini perlu didiskusikan dengan pihak lain yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan. Rencana bantuan yanga kan diberikan harus sesuai dengan jenis kesulitan yang dihadapi siswa baik melalui pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling atau referal. 6) Tindak lanjut Langkah ini merupakan langakah terakhir dalam diagnosa kesulitan belajar yaitu memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program yang telah
37
ditentukan pada langkah sebelumnya, melibatkan pihak yang dinilai mampu memberikan bantuan pada siswa, mengikuti perkembangan dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan melakukan referal atau alih tangan pada ahli yang berkompeten dalam menangani kesulitan belajar siswa. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan diagnosa kesulitan belajar dilakukan melalui enam tahapan sebagai berikut: 1) menganaisa perilaku menyimpang sebagai gejala kesulitan belajar serta analisa hasil prestasi belajar baik secara PAN maupun PAP, 2) melokalisasi kesulitan belajar pada bidang studi dan pokok bahasan tertentu, 3) menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, 4) memperkirakan alternatif bantuan yang akan diberikan, 5) menentukan kemungkinan cara mengatasi yaitu melalui pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, atau program referal, dan 6) tindak lanjut yang berupa penerpan program bantuan, melibatkan berbagai pihak yang dinali mampu memberikan bantuan, mengevaluasi bantuan yang diberikan dan melakukan referal pada ahli yang kompeten. 3. Siswa Berkesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar Blassic dan Jones (Warkitri, 1990:83) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi
38
akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal intelegensinya, tetapi menunjukkan suatu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, atau pun fungsi motoriknya. Sementara itu Siti Mardiyanti, dkk (1994: 4-5) menyebutkan kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, yang mungkin bersifat psikologis atau pun fisiologis dalamproses belajarnya. Burton ( Abin Syamsuddin, 2004:307) mengidentifikasi siswa yang mengalami kesuitan belajar bila siswa tersbut menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Senada dengan
pendapat
ersebut,
Abin
Syamsuddin
(2004:308)
mendefinisikan kesulitan belajar sebagai situasi di mana siswa tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu. Dari beberapa definisi di atas dapat simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakaan keadaan di mana siswa mengalami hambatan dalam proses belajar sehingga yang bersangkutan gagal mencapai kualifikasi hasil belajar tertentu.
39
b. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenali berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sugihartono, dkk (2007: 14) menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalmai kesulitan belajar sebagai berikut: 1) Prestasi belajar rendah, ditandai dengan adanya nilai yang diperoleh di bawan standar yang telah ditetapkan (di bawah nilai 6), mendapat ranking terakhir di kelasnya. 2) Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, ditandai dengan sering mengikuti les tambahan tapi hasilnya tidak maksimal. 3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar maupun terlambat datang ke sekolah. 4) Menunjukan sikap yang tidak peduli dalam mengikuti pelajaran, ditandai dnegan mengobrol dengan teman saat proses pembelajaran berlangsung, makan di dalam kelas ketika mengikuti pelajaran. 5) Menunjukkan perikau menyimpang, seperti suka membolos sekolah, keluar masuk kelas ketika mengikuti pelajaran. 6) Menunjukkan adanya gelaja emosional yang menyimpang, misalnya mudah marah, pemurung teriak-teriak ketika mengikuti pelajaran dan sebagainya. Menurut Warkitri (1990: 85-86), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
40
1) Hasil belajar yang dicapai rendah di bawah rata-rata kelompoknya. 2) Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding hasil belajar sebelumnya. 3) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. 4) Lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajar. 5) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodo dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst. 6) Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst. 7) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilihat berdasarkan manifestasi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik seperti mendapatkan nilai rendah, mendapatkan nilai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, serta menunjukan perilaku yang menyimpang. c. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar Menurut Burton (Abin Syamsuddin Makmun, 2003: 325-326), yang menjadi penyebab kesulitan belajar dapat berupa faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri ndividu sendiri atau faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu.
41
1) Faktor Internal, yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua,
yaitu
faktor
kejiwaan/psikologis
dan
faktor
jasmaniah/fisilogis. a) Faktor kejiwaan/psikologis, antara lain: (1) Minat terhadap materi pembelajaran rendah (2) Motif belajar rendah (3) Rasa percaya diri kurang (4) Disiplin pribadi rendah (5)Sering meremehkan persoalan (6) Sering mengalami konflik psikis (7) Integritas kepribadian rendah. b) Faktor jasmaniah/fisiologis, antara lain: (1) Keadaan fisik lemah (2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan (3) Adanya gangguan pada fungsi panca indera (4) Kelelahan secara fisik. 2) Faktor Eksternal, yang dimaksud dengan faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini juga dibedakan menjadi dua, yaitu faktor instrumental dan faktor lingkungan. a) Faktor Instrumental, anatara lain: (1) Kemampuan profesional yang kurang memadai (2) Kurikulum yang terlalu berat bagi peserta didik (3) Program belajar dan pembelajarn yang tidak tersusun dengan baik (4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tdiak sesuai dengan kebutuhan. b) Faktor
Lingkungan,
antara
lain:
(1)
Disintegrasi
atau
disharmonisasi keluarga (2) Lingkungan sosial sekolah yang
42
kurang kondusif (3) Teman-teman bergaul yang kurang baik (4) Lokasi sekolah yang kurang atau tidak cocok untuk pendidikan. Hampir serupa dengan pendapat di atas, Koestor Partowisastro (1998: 11) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah (a). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, (b). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang. 1) Faktor Internal: Faktor internal dibedakan menjadi beberapa faktor, yaitu intelegensi, minat, bakat dan kepribadian. a) Faktor Intelegensi Intelegensi ini dapat berpengaruh terhadap kesulitan belajar seorang anak. Keberhasilan belajar anak ditentukan dari tinggi rendah tingkat kecerdasan yang dimilikinya, anak yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung akan berhasil dalam belajarnya dibandingkan dengan anak yang memiliki intelegensi rendah. b) Faktor Minat Faktor minat sangat berperan penting dalam belajar. Hasil belajar akan lebih optimal bila sisertai dengan minat. Dengan adanya minat akan mendorong ke arah keberhasilan, anak yang berminat terhadap suatu pelajaran akan lebih mudah untuk mempelajarinya dan sebaliknya, anak yang memiliki minat yang kurang akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.
43
c) Faktor Bakat Bakat ini akan menyebabkan kesulitan belajar jika bakat ini kurang mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menjelaskan bahwa: bakat setiap orang berbeda-beda. Orang tua kadang kurang memperhatikan perihal bakat ini (Singgih Gunarsa, 1992: 13). Bila terdapat pemaksaan dari orang tua dalam mengarahkan anak yang tidak sesuai dengan bakatnya dapat menjadi beban bagi anak, memunculkan nilai-nilai yang kurang baik, bahkan dirasa anak sebagai tekanan yang akhirnya berakibat kurang baik terhadap proses belajar anak. d) Faktor Kepribadian Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar bila faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan dengan baik. Hal ini dikarenakan fase perkembangan kepribadian seseorang tidak selalu sama. Seorang anak yang belum mencapai suatu fase tertentu akan mengalami kesulitan dalam berbagai hal termasuk belajar. 2) Faktor Eksternal: Faktor eksternal ini dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan fakktor masyarakat. a) Faktor Keluarga Peran orang tua (keluarga) sebagai tempat yang utama dan pertama di dalam pembinaan dan pengembangan potensi anak-anaknya.
44
Namun tidak semua orang tua dapat melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan yang bersumber dari keluarga seperti: sikap orang tua yang mengucilkan anaknya, tidak mempercayai, tidak adil dan tidak mau menerima anaknya secara wajar, broken home, perceraian, percekcokan dan orang tua yang tidak mengenali kemampuan anaknya. b) Faktor Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi permasalahan bila: (1) Cara penyajian pelajaran kurang menarik (2) Hubungan guru dan murid kurang harmonis (3) Buhungan antara murid dengan murid sendiri kurang harmonis (4) Bahan pelajaran yang disajikan tidak dimengerti siswa, dan (5) Alat-alat pelajaranyang tersedia kurang memadai. c) Faktor Masyarakat Faktor masyarakat sangat berperan di dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk pula kemampuan/pengetahuannya. Di mana lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, seperti: suka minum minuman keras, judi dan sebagainya, dapat menghambat pembentukan kepribadian dan kemampuan, termasuk pula dalam proses belajar seseorang.
45
Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 201) mengungkapkan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar: a. Faktor Individu, meliputi: 1) Kecerdasan di bawah rata-rata. 2) Aktivitas belajar kurang, motivasi belajar rendah. 3) Faktor emosional yang kurang stabil, seperti mudah tersinggung, pemurung, pemarah, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, dan lain sebagainya. 4) Bahan yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru. 5) Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya. 6) Cita-cita yang kurang relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari). 7) Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik. 8) Penyesuaian sosial yang sulit, seperti terlalu cepatnya penyerapan bahan belajar oleh siswa tertentu menyebabkan siswa lainnya susah utnuk menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dalam belajar. 9) Latar belakang pengalaman yang pahit, misalnya siswa sekolah sambil bekerja.
46
10) Keadaan fisik yang kurang menunjang, misalnya cacat tubuh seperti kurangnya pendengaran, penglihatan atau gangguan psikomotorik atau kesehatan yang kurang baik. 11) Seks dan pernikahan yang tidak terendali. b. Faktor Sekolah, meliputi: a) Pribadi guru yang kurang baik. b) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan materi pelajaran yang dipegang. c) Hubungan guru dengan siswa kurang harmonis. d) Guru-guru mrenuntut standar pelajaran di atas kemampuan siswa. e) Guru tidak memiliki kecakapan dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa didiknya. f) Cara mengajar guru yang kurang baik. g) Alat media yang kuang memadai. h) Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh siswa. i) Fasilitas sekolah yang tidak memenuhi fasilitas kesehatan dan tidak terpelihara dengan baik. j) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. k) Bimbingan dan konseling yang kurang berfungsi atau tidak ada sama sekali. l) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
47
c. Faktor Keluarga, meliputi: a) Kurangnya perlengkapan alat-alat belajar bagi siswa di rumah. b) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan oleh orang tua sehingga siswa harus ikut memikirkan bagaimana cara mencari uang untuk biaya sekolah. c) Siswa tidak memiliki tempat belajar di rumah. d) Ekonomi keluarga yang terlalu lemah yang mengakibatkan siswa tidak bisa memenuhi peralatan sekolah maupun buku-buku pelajarannya. e) Perhatian orang tua tidak memadai. f) Kesehatan keluarga kurang baik. g) Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang. h) Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. i) Siswa yang terlalu banyak membantu keluarga. d. Faktor Masyarakat Sekitar Seperti keluarga yang berada di dalam komunitas masyarakat terkecil, pergaulan negatif dari orang dewasa di sekitar rumahnya, pengaruh media elektronik, dll. Dari penjabaran para beberapa ahli di atas mengenai faktor penyebab kesulitan belajar, dapat disimpulkan ke dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi semua kadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yaitu faktor psikis dan fisik.
48
Serta faktor eksternal yang berupa faktor keluarga, instrumental dan lingkungan/masyarakat. d. Klasifikasi Kesulitan Belajar Bugelski (Kusno Efendi, 1987: 2) mengklasifikasikan kesulitan belajar mendi 3 jenis, yaitu: 1) the problems of action, 2) the problem of transfer of training and the problems of understanding dan 3) the problems of forgetting and extinction. Maksud dari ketiga klasifikasi kesulitan belajar tersebut adalah: 1) The problem of action, maksud dari kesulitan ini adalah adanya kesulitan belajar siswa yang menyangkut hubungan yang berkaitan dengan tindakan dan ketrampilan belajar. 2) The problems of transfer of training and the problems of understanding, yang dimaksudkan dalam kesulitan jenis ini adalah yang berkaitan dengan pemindahan ketrampilan serta pemindahan pemahaman. seseorang
Pemindahan
ketrampilan
merupakan
memindahkan
ketrampilan
yang
kemampuan
dimiliki
kepada
ketrampilan lainnya yang sejenis. Misalnya belajar matematika, bila telah dikuasai dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. 3) The problems of forgetting and extinction, dan jenis kesulitan yang terakhir ini adalah ketidakmampuan siswa untuk mengingat dan mengenali kembali kesan-kesan yang telah dipelajari. Kesulitan ini berkaitan dengan proses mengingat dan lupa yang meliputi tiga unsur, yaitu menerima kesan, menyimpan kesan, dan mereproduksi kesan.
49
Kesulitan dalam menerima kesan menunjukkan siswa lambat dalam memahami suatu objek yang dihadapinya. Begitu juga bila siswa tidak tepat dalam menangkap arti terhadap suatu objek yang dilihat, didenga, ataupun yang didapat melalui rabaan. Kesulitan dalam menyimpan kesan dapat berarti kesan yang telah diterima dan dicamkan tidak dapat disimpan dengan baik, atau tidak dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, serta tidak dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang banyak. Kesulitan belajar dalam mereproduksi pesan adalah kesulitan siswa dalam mengangkat kembali dan serta memunculkan kembali kesan yang telah dicamkan. Kesulitan ini ada dua macam, yaitu tidak dapat mengingat kembali serta dan tidak mampu mengenali kembali. Mengingat kembali adalah proses di mana siswa tidak memiliki pegangan dalam melakukan reproduksi, sedangkan mengenal kembali adalah suatu objek yang dipakai sebagai tumpuan mereproduksi pesan. Artinya siswa mempunyai objek yang dijadikan dasar untuk mengenal kembali objek yang diharapkan. Pendapat yang tidak jauh berbeda diajukan oleh Samuel Soeitoe (Kusno Efendi, 1987: 54), menurutnya terdapat empat kesulitan belajar, yaitu: 1) kesulitan belajar
pemahaman, 2) kesulitan mendapatkan
pengetahuan dan fakta, 3) kesulitan mengahafal, dan 4) kesulitan dalam pembentukan automatisme.
50
(1) Kesulitan belajar pemahaman,
yaitu keadaan di mana siswa
mengalami kesulitan untuk memahami secara logis terhadap objek yang dihadapnya, baik secara konkrit maupun abstrak. (2) Kesulitan mendapatkan pengetahuan dan fakta, yaitu kesulitan memahami objek melalui pendengaran, penglihatan atau membaca, menulis dan rabaan. (3) Kesulitan menghafal, adalah ketika siswa terganggu daya ingatnya sehingga menjadi mudah lupa. (4) Kesulitan dalam pembentukan automatisme, adalah kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan praktik, misalnya dalam praktik olah raga, ketrampilan, dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah kesulitan belajar menurut Wasty Sumanto (Kusno Efendi, 1987: 55), menurutnya ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam berpikir. Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam berpikir adalah 1) tidak mampu membentuk pendapat, 2) tidak mampu membentuk pengertian, dan 3) tidak mampu menarik kesimpulan. Dari klasifikasi yang disebutkan oleh tiga tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat enam klasifikasi belajar yang biasanya dialami oleh siswa, yaitu: 1) Kesuliatn belajar dalam
menerima kesan, yang meliputi kesulitan
membaca aatau mengamati, kesulitan dalam mendengarkan, dan kesulitan dalam mencatat atau menulis.
51
2) Kesulitan belajar dalam
menyimpan kesan, yang meliputi ingatan
yang kurang kuat, ingatan yang kurang jelas, dan ingatan yang kurang bertahan lama. 3) Kesulitan belajar dalam mereproduksi kesan, yang meliputi tidak mampu mengenal dan mengingat kembali kesan yang diterima. 4) Kesulitan transfer dalam belajar. 5) Kesulitan dalam berpikir, yang meliputi tidak mampu membentuk pendapat, tidak mampu membentuk pengertian, dan tidak mampu menarik kesimpulan. 6) Kesulitan dalam latihan atau praktik. 4. Pengertian Pengajaran Perbaikan Ishak S.W. & Warji R. (1987: 33) menyebutkan bahwa pengajaran perbaikan bukanlah sekedar melakukan pengulangan terhadap bahanbahan pelajaran pokok yang belum dikuasai secara tuntas oleh siswa, melainkan seorang guru harus mengetahui dengan pasti faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan atau kegagalan yang dihadapi siswa, memperkirakan kemungkinan dapat atau tidak kesulitan atau kegagalan tersebut
diatasi,
serta
menentukan
alternatif
yang
tepat
untuk
mengatasinya. Pendapat senada diungkapkan oleh Abin Syamsudin Makmun (2003: 171) yang menjelaskan bahwa pengajaran perbaikan merupakan upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan individu atau kelompok mengembangkan seoptimal mungkin sehingga kriteria ketuntasan minimal dalam belajar dapat tercapai.
52
Sugihartono, dkk (2007: 171) mendefinisikan pengajaran perbaikan sebagai bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik. Hal senada diungkapkan oleh Sri Rumini (2003: 62) yang menyebutkan bahwa cara belajar, metode mengajar, materi pelajaran, gerak-gerik pengajar, alat dan lingkungan serta gangguan atau hambatan kepribadian adalah hal-hal yang harus disembuhkan atau dibetulkan dalam pengajaran perbaikan. Pengajaran perbaikan bersifat individual yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran secara klasikal sehingga tercapai hasil yang optimal.
Sedangkan
Uzher
Usman
(2003:
103)
secara
singkat
mendefinisikan pengajaran perbaikan sebagai suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa pengajaran perbaikan merupakan sebuah kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami sehingga mampu menacapi nilai sesuai standar KKM. 5. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Perbaikan Seperti kegiatan pengajaran pada umumnya, pengajaran perbaikan juga memiliki tujuan. Ishak S.W. dan Warji R. (1987: 38) menyebutkan
53
bahwa ”pengajaran perbaikan memiliki maksud dan tujuan atau fungsi untuk membantu para siswa yang menemui kesulitan belajar, sehingga mereka mampu mencapai mastery level (tingkat ketuntasan) yang ditetapkan”. Sedangkan Izhar Hasis (2001: 67) menyatakan bahwa tujuan dari pengajaran perbaikan adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat mencapai prestasi belajar dengan baik. Abin Syamsudin Makmun (2003: 342) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran perbaikan lebih diarahkan kepada perbaikan prestasi dari prestasi yang telah dicapai dengan menggunakan proses belajar mengajar biasa. Hasil dari pengajaran perbaikan sekurang-kurangnya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal atau meningkatkan kemampuan penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Lebih
lanjut Warkitri (Sugihartono,
dkk, 2007: 173-175)
memaparkan tujuan dan fungsi pengajaran perbaikan sebagai berikut: a. Tujuan Pengajaran Perbaikan Secara umum tujuan pembelajaran perbaikan sama dengan tujuan pembelajaran reguler yaitu membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Namun secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
54
b. Fungsi Pengajaran Perbaikan 1) Fungsi korektif, yaitu memperbaiki atau meninjau kembali sesuatu yang dianggap keliru. 2) Fungsi pemahaman, dalam proses pengajaran perbaikan guru membantu siswa untuk memahami dirinya dalam hal jenis dan sifat kesulitan
yang
dialami,
kelemahan
serta
kelebihan
yang
dimilikinya. 3) Fungsi penyesuaian, dalam proses pengajaran perbaikan siswa dibantu untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimilikinya. 4) Fungsi pengayaan, dalam pengajaran perbaikan dikembangkan alat dan metode mengajar yang digunakan. 5) Fungsi akselerasi, dalam pengajaran perbaikan guru mempercepat proses pengajaran dengan menambah frekwensi pertemuan dan materi pengajaran. 6) Fungsi terapeutik, karena dalam pengajaran perbaikan baik secara langsung atau tidak langsung dilakukan usaha penyembuhan gangguan atau hambatan yang dialami siswa yang mungkin menjadi penyebab kesulitan belajar siswa. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran perbaikan bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat mengatasi kesulitan dan hambatan yang dialami
55
sehingga tercapai kriteria keberhasilan minimal serta meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa. 6. Metode Pengajaran Perbaikan Metode pengajaran perbaikan menurut Sugihartono, dkk (2007: 178-179) adalah metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Masih menurut sumber yang sama disebutkan bahwa beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengajran perbaikan adalah sebagai berikut (2007: 179-182): a. Metode Pemberian Tugas Dalam pelaksanaan metode ini, siswa yang mengalami kesulitan diberi tugas atau kegiatan yang sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan yang dialami. Tugas dapat berupa tugas kelompok atau individu. b. Metode Diskusi Diskusi adalah bentuk interaksi antar individu dalam kelompok untuk membahas suatu masalah. Dalam kelompok ini masing-masing anggota saling membantu dan mengenal dirinya, kesulitan yang dialami, memecahkan masalah, mengembangkan kerjasama antar individu, menumbuhkan rasa percaya diri dan memupuk rasa tanggung jawab.
56
c. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab dalam pengajaran perbaikan dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan siswa baik secara individu maupun kelompok. Suasana dialog diusahakan agar menyenangkan, terbuka, penuh pemahaman, dan menggunakan tanya jawab yang terapeutik. d. Metode Kerja Kelompok Anggota kelompok dalam metode ini harapkan heterogen, pria dan wanita. Dari metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dari masing-masing anggota, minat belajar dan rasa tanggung jawab siswa. e. Metode Tutor Sebaya Tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor harus memiliki kemampuan akademik atau menguasai materi pelajaran dan memiliki keterampilan untuk membantu orang lain. f. Metode pengajaran individual Metode pengajaran individual adalah proses pembelajaran yang melibatkan hanya seorang guru dan seorang siswa. Pengajaran di sini bersifat penyembuhan
yaitu memperbaiki cara belajar dengan
mengulang bahan pelajaran yang telah diberikan atau latihan mengerjakan soal atau memberikan materi baru. Rumini (2003:75) menyebutkan beberapa metode pengajaran perbaikan yang berbeda dengan metode di atas yaitu:
57
a. Metode Ceramah Merupakan metode yang secara lisan disampaikan oleh pengajar di depan siswa untuk memperjelas informasi atau pengetahuan yang belum dikuasai oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Metode Role Playing Merupakan upaya pemecahan masalah, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan moral sosial melalui peran. c. Metode Brain Stroming Metode pemecahan masasalah dengan cara setiap siswa yang tergabung dalam suatu kelompok mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan masalah tanpa boleh dikritik, kemudian usulan itu ditampung dan dievaluasi. Keunggulan metode ini adalah siswa belajar untuk berpikir kreatif untuk memunculkan pendapat baru. d. Metode Demonstrasi Metode mengajar dengan cara memperagakan langsung kepada siswa untuk memperjelas suatu arti atau konsep. e. Metode Eksperimen Peserta didik diminta untuk melakukan percobaan, mengerjakan sesuatu serta mengamati suatu proses dan hasil percobaan. f. Metode Karyawisata Metode di mana siswa pergi ke tempat lain untuk mengerjakan dan meneliti suatu hal di tempat tersebut, misalnya di pabrik, kebun binatang dll.
58
Dari semua metode di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan tidak berbeda dengan metode yang digunakan dalam pengajaran biasa, perbedaannya hanya pada tujuan. Penggunaan metode-metode di atas ditujukan untuk membantu individu memahami suatu materi yang belum siswa pahami dalam proses pengajaran biasa, dan metode yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan individu tersebut. 7. Prosedur Pengajaran Perbaikan Sebelumnya telah disebutkan bahwa dalam pengajaran perbaikan cara belajar, metode mengajar, materi pembelajaran, gerak gerik pengajar, alat dan lingkungan belajar, serta segala faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa sangat diperhatikan. Oleh karena itu, dalam proses pelaksanaan pengajaran perbaikan pun harus melalui prosedur atau tahapan-tahapan yang runtut agar dapat terjadi perubahan seperti yang diharapkan. Terdapat tiga tahapan dalam pengajaran perbaikan, yaitu: a. Perencanaan pengajaran perbaikan Pada tahap perencanaan ini terdapat tiga langkah yaitu: 1) Menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2) Diagnosis
kesulitan
belajar.
Sugihartono, dkk (2007: 10)
menyebutkan diagnosis kesulitan belajar adalah sebuah proses menentukan masalah atau ketidakmampuan siswa dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan yang nampak.
59
Muhibbin Syah (2003: 186) menyebutkan bahwa diagnosis kesulitan belajar sebagai upaya mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar siswa. 3) Menyusun program pengajaran perbaikan dan pemilihan strategi yang akan diterapkan. Abin Syamsuddin Makmun (2004: 357) mengemukakan tiga strategi dan pendekatan dalam pengajaran perbaikan, yaitu: a) Strategi dan pendekatan yang bersifat kuratif. Sasaran pokok tindakan adalah membantu siswa yang hasil belajarnya di bawah batas kriteria minimum. b) Strategi dan pendekatan yang bersifat preventif. Sasarannya adalah membantu agar hambatan-hambatan dapat diminimalisir sehingga siswa dapat mencapai prestasi dan kemampuan penyesuaian sesuai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. c) Strategi dan pendekatan yang bersifat pengembangan. Tujuan dari tindakan ini adalah membantu siswa agar dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar. b. Pelaksanaan pengajaran perbaikan Proses pengajaran perbaikan harus disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik sehingga
60
permasalahan peserta didik dapat diatasi dengan baik (Sugihartono dkk 2007: 172). Abin Syamsuddin Makmun (2004: 344) menggambarkan pelaksanaan pengajaran perbaikan di sekolah sebagai berikut: Kesulitan belajar siswa
Diagnosis kesulitan belajar 1. Penelaahan kembali kasus
2. Pemilihan alternatif tindakan
3. Layanan BK/bimbingan belajar
4. Pelaksanaan pengajaran perbaikan
5. Pengukuran kembali hasil belajar mengajar/ post test
7. Tugas tambahan
6. Re-evaluasi Re-diagnostik
Hasil yang diharapkan
: pelaksanaan pengajaran perbaikan. : pelaksanaan pengajaran perbaikan kembali bila tidak menunjukan hasil sesuai rencana.
Skema No.1 Pelaksanaan pengajaran perbaikan di sekolah
61
Secara lebih jelas Abin Syamsuddin Makmun (2004: 345) mendeskripsikan fungsi, tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1) Penelaahan Kembali Kasus. Sasaran pokoknya memperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristik kasus tersebut. Sasaran difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah kita lakukan atau atas rekomendasi dari pihak lain (wali kelas atau guru BK). 2) Menentukan Pilihan Tindakan Dari hasil penelaahan kembali kasus diperoleh kesimpulan mengenai dua pokok, yaitu 1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, maksudnya setelah didapat kesimpulan memiliki kesulitan dalam mengembangkan pola strategi belajar juga dihadapkan pada masalah lain seperti ego emosional, sosialpsikologis dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial. 2) Alternatif pemecahannya mungkin akan lebih strategis bila : langsung pada langkah ke empat (pelaksanaan pengajaran perbaikan) atau harus menempuh langkah ke tiga terlebih dahulu (layanan BK/bimbingan belajar) sebelum melanjutkan ke langkah ke empat. Sasaran dari kegiatan tahap ini adalah membuat keputusan pemilihan alternatif yang ditempuh berdasarkan pertimbangan yang masuk akal dengan seksama.
62
3) Layanan BK/Bimbingan Belajar Layanan ini ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, sehingga siswa siap untuk melakukan kegiatan pengajaran perbaikan. 4) Melaksanakan Pengajaran Perbaikan Sasaran pengajaran perbaikan agar siswa mampu menyesuaikan diri sehingga tercapai peningkatan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Pengajaran perbaikan dapat dilakukan setelah mengadakan ulangan dan ditemukan siswa yang nilainya kurang dari standar KKM. Pengajaran perbaikan dilakukan dengan memberikan kembali materi di mana siswa mengalami kesulitan. Pemberian kembali materi dapat dilakukan dengan salah satu atau beberapa metode sekaligus yang sesuai dengan permasalah atau tujuan dari pelaksanaan pengajaran perbaikan itu sendiri serta keadaan individu siswa. Dengan penerapan metode yang tepat diharapkan siswa mampu memahami materi yang diberikan sehingga tidak lagi mengalami kesulitan belajar. 5) Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali Pengukuran terhadap hasil belajar siswa dilaksanakan setelah proses pengajaran perbaikan. Pengukuran meliputi penilaian
63
terhadap hasil belajar siswa apakah telah mencapai nilai sesuai standar KKM atau belum dan apakah terjadi perubahan penyesuaian diri siswa dalam belajar. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dengan pencapaian hasil. 6) Mengadakan Reevaluasi dan Rediagnostik Hasil pengukuran pada langkah ke lima ditafsirkan dengan menggunakan cara dan kriteria seperti pada proses pembelajaran sesungguhnya. Hasil pengukuran tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan (Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 354) : a) Siswa menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaiannya mencapai kriteria minimum seperti yang diharapkan. b) Siswa menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan menyesuaikan dirinya, tapi belum sepenuhnya mencapai kriteria keberhasilan minimum yang ditetapkan. c) Siswa belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasi maupun dalam penyesuaian diri. Sebagai tindak lanjut dari hasil tersebut, ada tiga kemungkinan yang harus ditempuh oleh guru yaitu: a) Bagi siswa yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan ke program pembelajaran utama tahap berikutnya.
64
b) Bagi siswa yang belum sepenuhnya berhasil, diberikan pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperbolehkan untuk melanjutkan ke program selanjutnya. c) Bagi siswa yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan rediagnostik untuk mengetahui kelemahan, kesalahan atau kekurangan dengan alternatif yang sama atau alternatif lainnya. 7) Remedial Pengayaan atau Pengukuran (tambahan) Bersifat pilihan yang bersyarat. Sasaran pokok langkah ini adalah agar
hasil
pengajaran
perbaikan
lebih
sempurna
dengan
diadakannya pengayaan dan pengukuhan. Secara umum prosedur pengajaran perbaikan didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku dalam belajar tuntas. c. Evaluasi Pengajaran Perbaikan Pada tahap ini guru memberikan ulangan kepada siswa dan melakukan penilaian hasil belajar siswa. Abin Syamsuddin Makmun (2003: 368) mengemukakan tujuan dari evaluasi pengajaran perbaikan adalah untuk mengetahui kesesuaian antara metode atau cara pemberian bantuan pengajaran perbaikan dengan permasalahan yang dialami oleh siswa agar tercapai kriteria keberhasilan minimal seperti yang telah ditetapkan.
65
D. Kerangka Berpikir Dalam kurikulum pendidikan dasar, matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah. Matematika sekolah terdiri atas bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan serta membentuk pribadi siswa serta berpadu dengan perkembangan IPTEK yang berfungsi sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor tersebut adalah faktor internal yang meliputi faktor fisik dan psikologis, faktor ekstermal berupa faktor keluarga, sekolah dan masyarakat lingkungan sekitar dan terakhir adalah faktor pendekatan belajar. Bila ada salah satu faktor yang bermasalah akan berpengaruh dan menghambat proses belajar siwa hingga siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan yang dialami antara satu siswa tidak selalu sama dengan siswa yang lain. Guru yang dalam salah satu perannya bertugas sebagai seorang pembimbing harus mampu mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami siswa dengan tepat agar kemudian dapat menemukan jalan keluar yang tepat pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar siswa adalah melalui remedial teaching atau pengajaran perbaikan. Proses ini dapat dilakukan dengan atau kerja sama guru mata pelajaran dengan guru BK.
66
Kegiatan remedial teaching atau pengajaran perbaikan ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Prencanaan, yang dilakukan dalam langkah awal ini meliputi penentuan siswa yang memerlukan bantuan, tingkat serta letak kesulitan yang dialami serta faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut. Kemudian menentukan alternatif tindakan yang akan diberikan termasuk kegiatan konseling oleh guru BK . 2. Pelaksanaan meliputi pengelolaan kelas, pemanfaatan media dan sumber belajar, pengelolaan kemampuan siswa, serta pemberian remdeial teaching atau pengjaran perbaikan. 3. Evaluasi mencakup pengukuran hasil belajar setalah dilakukan pengajaran perbaikan, kesesuaian antara masalah dan tindakan yang diberikan, menelaah sejauh apa perubahan/perbaikan yang dialami siswa dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengajaran perbaikan (remedial teaching) dilaksanakan oleh masing – masing guru bidang studi sesuai dengan kebutuhan anak didik. Tahap awal dari kegiatan ini adalah perencanaan. Guru mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa untuk selanjutnya dapat diberikan penanganan yang tepat. Pelaksanaan pengajaran perbaikan dilaksanakan guru pada setiap akhir ulangan semester untuk mendongkrk nilai siswa yang masih belum sesuai dengan standar kompetensi minimum. Pelaksaannya dapat berupa pemberian tugas, diskusi maupun kerja kelompok. Evaluasi pengajaran perbaikan
67
dilakukan
untuk
mengetahui
keefektifan
pengajaran
perbaikan
dan
ketercapaian dari pengajaran perbaikan tersebut. Pelaksanaannya dapat berupa pemberian tugas, diskusi, tanya-jawab, kerja kelompok, tutor sebaya atau pengajaran individual. Pelaksanaan evaluasi pengajaran perbaikan matematika dilakukan untuk mengetahui efektifitas pengjaran perbaikan matematika. E. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII di SMP RSBI? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pengajaran perbakian matematika kelas VIII di SMP RSBI? 3. Bagaimanakah hasil evaluasi pengajaran perbaikan matematika kelas VIII di SMP RSBI? 4. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII di SMP RSBI?
68
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang secara spesifik menggunakan metode penelitian evaluasi. David Williams (Lexy J. Moloeng, 2010: 5) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor (Lexy J. Moloeng, 2010: 4) metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karena penelitian ini melukiskan sebuah kondisi yang apa adanya, tanpa manipulasi atau dikondisikan maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkap dan menggambarkan secara realistis fakta yang berkaitan denegan pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika di Sekolah RSBI. Penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang variabel, gejala atau keadaan, dengan cara data yang diperoleh disajikan melalui ungkapan variabel yang dapat menggambarkan kondisi sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 2010: 291). Maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena semua data yang
69
dikumpulkan akan dianalisis dengan kata-kata secara empiris dan sistematik. B. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah sumber dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2010:172). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, maka yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah individu yang diharapkan mampu memberikan sebanyak informasi mengenai pengajaran perbaikan matematika di RSBI. Pengambilan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive atau bertujuan, yaitu dengan mengambil subyek atas adanya tujuan tertentu. Lexy J. Moelong (2005: 35) menyebutkan bahwa jumlah subyek dalam penelitian kualitatif tidak harus representatif atau mewakili kelompok. Subyek ditujukan untuk pengarahan secara mendalam mengenai penelitian ini. Maka sumbyek yang diambil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang obyektif dan mendalam mengenai pengajaran perbaikan matematika di RSBI. Menentukan key informan merupakan prinsip dasar untuk memperoleh informasi yang kaya dan mendalam menjadi pedoman dalam penarikan sampel penelitian kualitatif. Daymon (2008: 246) menyebut subyek purposive sebagai pemilihan subyek berdasar karakteristik tertentu yang dianggap memliki sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka sesuai dengan teori tersebut penulis memilih key informan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujan
70
penelitian ini atau yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu guru matematika SMP RSBI kelas VIII yang memberikan pengajaran perbaikan. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah mereka yang diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat meyakinkan atau menambah fakta dari informasi yang telah diberikan oleh key informan yaitu siswa SMP RSBI kelas VIII yang mendapatkan pengajaran perbaikan matematika. C. Variabel Penelitian Sutrisno Hadi (Suharsimi Arikunto, 2010: 159) menyebutkan bahwa variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Senada dengan pernyataan tersebut, Suharsimi Arikunto (2010: 161) mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sugiyono (2005: 2) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Dari beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah gejala yang memiliki variasi yang menjadi titik pusat penelitian. Dalam penelitian ini hanya memiliki satu variabel, yaitu Pengajaran Perbaikan Matematika. D. Setting Penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah di sekolah menengah pertama yang
menyelenggarakan
program
71
Rancangan
Sekolah
Berstandar
Internasional yaitu SMP Negeri 8 Yogyakarta dengan ruang kelas sebagai settingnya. E. Metode Pengumpulan Data Suharsimi Arikunto (2010: 222) mengemukakan bahwa di dalam kegiatan penelitian, cara yang ditempuh untuk memperoleh data, dikenal dengan istilah pengumpul data. Metode pengumpulan data adalah cara – cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data. Beberapa teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan berpartisipasi, wawancara, penyelidikan sejarah hidup, dan dokumentasi (Zuchdi, 1994: 20). Namun demikian perlu diperhatikan kesesuainnya dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah: 1. Observasi Metode pertama yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengamatan (obeservasi). Pengamatan (observasi) menurut Zuchdi (1994: 20) adalah teknik pengumpulan data dengan cara melibatkan interaksi sosial antara peneliti dengan informan dalam suatu latar penelitian selama pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif metode pengamatan memegang peranan yang penting. Hal ini dikarenakn dengan melakukan pengamatan memungkinkan peneliti memperoleh
informasi
yang
lengkap.
Dalam
penelitian
ini,
pengamatan difokuskan dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika. Dari metode pengamatan ini akan dihasilkan data yang
72
faktual, cermat, terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan itu terjadi (Nasution, 2003:59).
Data
akan
peneliti
dapatkan
dengan
mengadakan
pengamatan secara langsung pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika. 2. Wawancara Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Lincholn (Lexy J. Moloeng, 1992: 135) mendefinisikan wawancara sebagai suatu percakapan tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang mewawancarai. Wawancara dilakukan dengan mendalam yaitu melaluui tatap muka dan pertemuan langsung yang dilakukan secara berulang-ulang dengan informan untuk mengungkap sebuah informasi. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data yang sulit ditemukan/diperoleh pada waktu pengamatan (observasi). Wawancara dilakukan pada informan terpilih untuk mengkonstruksi tentangg orang, kejadian, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian dan kebulatan. Teknik wawancara ini juga digunakan untuk mengecek data yang diperoleh dari pengamatan. Wawancara dilakukan dengan bebasdengan berfokus pada masalah penelitian, yaitu pewawancara membawa pedoman wawancara dan pertanyaan yang hanya berisi garis besar hal-hal yang akan dilakukan.
73
3. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 274) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini berisi tentang nilai siswa sebelum dan sesudah mendapat pengajaran perbaikan. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, yaitu lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah. (Suharsimi Arikunto, 2010: 203). Sedangkan Sugiyono (1992: 78) mendefinisikan instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian yang diamati. Isntrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah dalam menyusun instrumen menurut Riduwan (2007: 32) adalah: a. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian. b. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel/dimensi. c. Mencari indikator/aspek setiap sub variabel. d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator. e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
74
Berdasarkan langkah-langkah tersebut maka dalam penelitian ini penyusunan instrumen menjadi: 1. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara secara
garis
besar
untuk
kemudian
dalam
pelaksanaannya
dikembangkan secara mendalam untuk mendapatkan suatu gambaran subyek dan pemaparan gejala yang tampak sebagai suatu fenomena. Langkah-langkah dalam menyusun pedoman wawancara adalah: a. Mengidentifikasi
Variabel-variabel
dalam
Rumusan
Judul
Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu pengajaran perbaikan
matematika.
Pengajaran
perbaikan
matematika
didefinisikan sebagai suatu bentuk pengajaran khusus yang bersifat perbaikan yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan belajar melalui tahap-tahap tertentu agar mampu mencapai kriteria keberhasilan minimum. Tahapan-tahapan dalam pengajaran perbaikan tersebut adalah: 1. Perencanaan, meliputi cara belajar siswa di dalam kelas, mengidentifikasi gaya belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami, mengelompokkan kesulitan belajar, menyusun program pengajaran perbaikan dan memilih strategi yang akan dijalankan dalam pengajaran perbaikan tersebut.
75
2. Pelaksanaan, meliputi penelaahan kasus, pengelolaan kelas, penggunaan
media
dan
sumber
belajar,
pengelolaan
kemampuan siswa dan pelaksanaan pengajaran perbaikan. 3. Evaluasi, meliputi pemberian ulangan atau kuis, pemeriksaan hasil belajar siswa, kesesuaian penanganan, dan ketercapaian program pengajaran perbaikan tersebut. b. Menjabarkan Variabel Menjadi sub Variabel Karena variabel dalam penelitian ini tunggal, secara otomatis tidak memiliki sub variabel tetapi langsung dideskripsikan dalam indikator. c. Mencari aspek/indikator dari setiap sub variabel Indikator dalam penelitian ini adalah; 1) perencanaan pengajaran perbaikan; 2) pelaksanaan pengajaran perbaikan; 3) evaluasi (penialaian) pengajaran perbaikan.
76
d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator Tabel. 4 Deskriptor Pedoman Wawancara untuk Guru Indikator 1)
Deskriptor
Perencanaan pengajaran perbaikan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
2)
Pelaksanaan pengajaran perbaikan
1. 2. 3. 4. 5.
3)
Evaluasi pengajaran perbaikan
1. 2. 3. 4.
Mengamati cara belajar siswa di kelas Mengidentifikasi kemampuan dan gaya belajar siswa Mendiagnosis kesulitan belajar siswa Mengelompokkan kesulitan belajar siswa Menyusun program pengajaran perbaikan Pemilihan strategi dalam pengajaran perbaikan Penelaahan kasus Pengelolaan kelas Penggunaan media dan sumber belajar Pengelolaan kemampuan siswa Pemberian pengajaran perbaikan atau remedial Pemberian ulangan atau kuis Pemeriksaan hasil belajar siswa Kesesuaian antara jenis kesulitan dan penanganannya Ketercapaian program pengajaran perbaikan
e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen Pedoman wawancara dapat dituliskan sebagai berikut: Tabel.5 Pedoman Wawancara untuk Guru Variabel Pengajaran perbaikan
Indikator Perencanaan pengajaran perbaikan
Pelaksanaan pengajaran perbaikan
Evaluasi (penilaian) pengajaran perbaikan
Deskriptor Mengamati cara belajar siswa di kelas Mengidentifikasikan kemampuan dan gaya belajar siswa di kelas Mendiagnosis kesulitan belajar siswa Mengelompokkan kesulitan belajar siswa Menyusun program pengajaran perbaikan Pemilihan strategi dalam pengajaran perbaikan Penelaahan kasus Pengelolaan kelas Penggunaan media dan sumber belajar Pengelolaan kemampuan siswa Pemberian pengajaran perbaikan atau remedial Pemberian ulangan atau kuis Pemeriksaan hasil belajar siswa Keksesuaian antara jenis kesulitand an penanganannya Ketercapaian program
f. Melengakapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penyususnan instrumen. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat berupa
77
pertanyaan yang akan ditanyakan secara langsung kepada subyek penelitian sehingga tidak memerlukan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Penyusunan instrument wawancara Pelaksanaan pengajaran perbaikan untuk murid adalah : a.
Mengidentifikasi varibel-variabel dalam rumusan judul penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu pengajaran perbaikan
matematika.
Pengajaran
perbaikan
matematika
didefinisikan sebagai suatu bentuk pengajaran khusus yang bersifat perbaikan yang diberikan kepada siswa melaluui tahap-tahap tertentu agar mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Tahapan dalam pengajaran perbaikan yang berkaitan langsung dengan siswa adalah tahap pelaksanaan (implementasi). Tahap pelaksanaan dalam hal ini mencakup pengelolaan kelas oleh guru, penggunaan media dan sumber belajar, pengelolaan kemampuan siswa dan pemberian pengajaran perbaikan. b.
Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel Karena variabel dalam penlitian ini tunggal, secara otomatis tidak memiliki sub variabel tetapi langsung dideskripsikan dalam indikator.
c.
Mencarai aspek dari setiap sub variabel Indikator dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika.
78
d.
Menderetkan deskriptor dari setiap variabel
e.
Merumuskan setiap deskriptor menjadi butiran-butiran instrumen
f.
Melengkapi insrumen dengan petunjuk pengisisan dan kata pengantar. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penyusunan instrumen. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat berupa pertanyaan yang akan ditanyakan secara langsung kepada subyek penelitian sehingga tidak memerlukan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
g.
Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
Tabel. 6 Deskriptor Pedoman Wawancara untuk Siswa Indikator
Deskriptor
Pelaksanaan pengajaran perbaikan
h.
1. 2. 3. 4.
Pengelolaan kelas Penggunaan media dan sumber belajar Pengelolaan kemampuan siswa Pemberian pengajaran perbaikan atau remidial
Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir – butir instrument Tabel. 7 Pedoman Wawancara untuk Siswa Variabel
Indikator Pelaksanaan pengajaran perbaikan
Deskriptor Penelaahan kasus Pengelolaan kelas Penggunaan media dan sumber belajar Pengelolaan kemampuan siswa Pemberian pengajaran perbaikan atau remedial
i.
Melengkapi instrument dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar. Merupakan tahap akhir dalam penyusunan instrumen. Pertanyaan awal digunakan dalam pedoman ini untuk membuka hubungan dengan subyek dan untuk mengetahui gejala awal yang terjadi pada subjek.
79
2. Observasi Pedoman observasi berupa butir-butir pernyataan secara garis besar terhadap hal-hal yang akan diobservasi, yang kemudian diperinci dan dikembangkan selama pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data yang fleksibel, lengkap dan akurat. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengajaran perbaikan matematika. 3. Dokumentasi Data dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data buku, catatan dan laporan yang berhubungan dengan hal-hal yang mengungkap pelaksanaan pengajaran perbaikan. G. Keabsahan Data Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi. Moloeng (2010: 330) menyebut triangulasi sebagaiteknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2005: 127). Yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh antar sumber informasi yang satu dengan sumber informasi yang lainnya. Juga dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
80
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara membandingkan data hasil angket guru dengan data dari hasil angket siswa. H. Teknik Analisis Data Bodgan
dan
biklem
(Lexy
J.
Moloeng,
2010:
248)
mendefinisikan analisis data sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari danmenemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tujuan analisis data ialah untuk menyempitkan dan membatasi penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur serta tersusun, sistematis dan lebih rapi. Data penelitian yang telah terkumpul dari hasil penelitian kemudian sedikit demi sedikit di analisis, hal ini untuk menghindari tertumpuknya data agar tidak mengalami kesulitan dalam menganalisis data yang telah terkumpul. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonstatistik yang merupakan metode yang dilakukan dengan mencari hakekat dan makna karena data dikumpulkan tidak berwujud angka yang dapat dijabarkan tetapi lebih merupakan pandangan, pendapat, dan informasi yang tidak dapat dijabarkan dengan angka. Analisis data dilakukan sedikit demi sedikit di lapangan (on going analysis) secara
81
induktif. Informasi yang didapatkan dari lapangan dianalisis secara keseluruhan menjelang akhir penelitian (final analysis). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep Milles dan Huberman (1992 : 18 – 20) yaitu interactive model yang mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu : 1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data yaitu suatu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dengan kata lain, dalam penelitian ini tidak hanya mengurangi data kasar tetapi juga melakukan seleksi, memilih data apa yang relevan dan bermakna yang difokuskan pada pemecahan masalah, penemuan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian kemudian menyederhanakannya dan menyusun secara sistematis dengan menonjolkan pada hal-hal pokok dan penting. 2. Penyajian Data (Display Data) Penyajian data ini dilakukan dengan menyusun sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Adapun bentuk penyajian data yang lazim digunakan pada data kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif. 3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) Kegiatan selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Maka dari itu peneliti mencari pola, tema, hubungan
82
persamaan, hal-hal yang sering timbul, alur sebab-akibat dan sebagainya. Selama penelitian berlangsung, peneliti akan melakukan verifikasi agar kesimpulan lebih terfokus pada pemecahan masalah atau dalam menjawab pertanyaan penelitian.
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Yogyakarta beralamat di Jl. Prof. Dr. Kahar Muzakir 2 Kota Yogyakarta. Sekolah ini berdiri sejak awal tahun 1954 di atas lahan seluas 9.567 m2, pada awal berdiri sekolah ini adalah tempat peyelenggaraan pendidikan SPG (Sekolah Guru Pertama). Kemudian pada tahun 1956 SGP ini berubah menjadi SGB II (Sekolah Guru Biasa) hingga akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1960 gedung SGB II ini berubah menjadi gedung SMP N 8 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2004/2005 sekolah ini mendapat predikat Sekolah Standar Nasional dan juga terakreditasi ‘amat baik’. Hingga pada tahun 2008 SMP N 8 Yogyakarta memulai program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (http://www.smpn8yogyakarta.ac.id). Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 8 Yogyakarta didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang bersifat menunjang. Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri 8 Yogyakarta adalah sebagai berikut : ruang kelas terdiri dari 29 ruang (terbagi atas 10 kelas untuk kelas VII, 10 kelas untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk kelas IX dengan jumlah siswa masing-masing 30 per kelas), perpustakaan 1 ruang, laboratorium IPA I ruang, laboratorium Komputer 1
84
ruang yang berisi 30 komputer dan jaringan wifi, laboratorium Biologi 1 ruang, laboratorium Bahasa 1 ruang, laboratorium Multimedia 1 ruang, WC terdiri dari 9 yang terdiri dari 3 WC guru dan 6 WC siswa, ruang kepala sekolah, ruang wakasek dan staf, ruang TU, ruang guru, ruang OSIS, ruang BK, ruang piket, ruang gudang, ruang satpam, masjid, ruang UKS, aula, ruang parkir, ruang cetak, dapur, koperasi, kantin, gedung olah raga, lapangan olah raga, paggung terbuka dan ruang server. Kondisi non fisik yang sangat menunjang adalah tenaga pengajar di SMP Negeri 8 Yogyakarta yang berjumlah 52 orang, dengan rincian; 8 orang berpendidikan S2, 38 orang S1 dan 6 orang diploma. Tingkat kelulusan SMP N 8 Yogyakarta selalu 100% setiap tahunya. Data kelulusan untuk 3 tahun terakhir adalah; pada tahun ajaran 2012/2013 meluluskan 314 siswa, tahun ajaran 2011/2012 meluluskan 316 siswa dan pada tahun ajaran 2010/2011 meluluskan 344 siswa. SMP Negeri 8 Yogyakarta juga memberikan fasilitas kepada siswa berupa kegiatan ekstrakurikuler yang membuahkan prestasi mulai tingkat provinsi hingga tingkat internasional diantaranya : pramuka, TONTI, PMR, Bahasa Inggris, voli, basket, futsal, seni tari, seni baca Al Quran, pendampigan peningkatan iman, MIPA/BMW, jurnalistik, paduan suara, ensambel musik, da karawitan. Untuk masing – masing kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru yang telah ditunjuk pihak sekolah dan disesuaikan dengan bidang guru tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler diadakan pada sore hari setelah siswa pulang sekolah.
85
Sarana dan prasaran yang tersedia di SMP N 8 Yogakarta sudah baik dan memadai. Sarana dan prasarana ini sangat menunjang kegiatan siswa baik untuk kegiatan belajar utama juga kegiatan ekstra kurikuler, sehingga siswa sekolah ini selain dapat mengembangkan potensi akademiknya siswa juga dapat mengembangkan potensi di luar akademiknya dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian prestasi yang diraih sekolah ini. 2. Deskripsi Subyek Penelitian Semua data di bawah ini bersumber dari 6 subyek penelitian, 1 orang key informan yaitu NS guru bidang studi matematika kelas VIII RSBI dan 5 orang siswa yang mendapat nilai matematika terendah sebagai informan yaitu: NA, SU, BS, MH dan DT. Profil Subyek (NS) 1) Nama (inisial)
: NS
2) Jenis Kelamin
: Laki-laki
3) Usia
: 37 tahun
4) Lama mengajar
: 13 tahun
5) Pendidikan
: Sarjana Pendidikan
Bapak NS adalah guru bidang studi matematika SMP N 8 Yogyakarta yang mengampu 6 kelas, 4 kelas reguler dan 2 kelas RSBI. Pengalaman mengajar beliau berkisar 13 tahun dan 5 tahun belakangan mengajar penuh di SMP N 8 Yogyakarta. Latar belakang pendidikan beliau adalah sarjana pendidikan matematika. Berdasarkan
86
hasil wawancara dan observasi Bapak NS memberikan pengajaran perbaikan setelah 1 sub pokok materi selesai diberikan. Pengajaran perbaikan yang dilakukan Beliau bersifat kuratif, diberikan secara klasikal, dilaksanakan saat jam pelajaran matematika atau setelah jam sekolah. 3. Analisis Data a. Reduksi Data Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama penelitian yang dilakukan peneliti, berikut disajikan hasil reduksi data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan Matematika Kelas VIII SMP RSBI yang melitpui; 1) perencanaan pengajaran perbaikan, 2) pelaksanaan pengajaran perbaikan, 3) evaluasi (penilaian) pengajaran perbaikan, dan 4) perubahan yang dialami siswa setelah mendapatkan pengajaran perbaikan, yakni: 1) Perencanaan Pengajaran Perbaikan Matematika Kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta Proses perencanaan kegiatan pengajaran perbaikan pada hakekatnya adalah melakukan diagnosa kesulitan belajar yang dialami siswa, berikut langkah-langkah diagnosa kesulitan belajar yang dilakukan oleh NS:
87
a) Mengidentifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui cara yang ditempuh NS untuk mengidentifikasikan siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah melalui analisis prestasi belajar dan analisis perilaku. Untuk mengukur hasil belajar siswa NS melakukan dua cara penilaian belajar yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) yang digunakan untuk membandingkan nilai satu siswa dengan siswa lainnya dan Penilaian Acuan Kriteria (PAP) atau lebih dikenal dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Standar KKM yang ditetapkan di SMP N 8 Yogyakarta cukup tinggi yaitu 80 dari skala 1-100. Cara utama yang ditempuh NS untuk menetapkan apakah siswa mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang nilai matematikanya di bawah standar KKM dan NS masih sering menemui siswa yang demikian. Siswa yang nilai matematikanya masih di bawah standar KKM dapat dilihat pada lampiran halaman 192. Untuk analisa perilaku NS melakukan pengamatan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. NS seringkali menemukan siswa yag menunjukkan perilaku menyimpang dalam belajar seperti tidak memperhatikan pelajaran, mengobrol dengan temanya, sibuk melakukan aktivitas lain yang tidak terkait dengan matematika, tidak mencatat materi yang diberikan dan lambat dalam mengerjakan tugas. NS menuturkan siswa yang menunjukkan perilaku demikian hampir
88
semuanya pada akhirnya mengalami kesulitan belajar, meski ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan tidak mencatat materi yag diberikan tetapi siswa tersebut tidak mengalami kesulitan belajar. Menurut NS hal tersebut dikarenakan tidak semua
siswa
memiliki
cara
belajar
yang
harus
fokus
memperhatikan pelajaran. b) Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Setelah melakukan identifikasi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar langkah selanjutnya yang ditempuh NS adalah melokalisasi kesulitan belajar tersebut. Cara yang dilakukan NS untuk mengetahui letak kesulitan belajar siswanya adalah dengan melihat pada bagian soal apa saja siswa mengalami kesulitan yang ditunjukkan dengan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Selain itu berdasarkan hasil observasi diketahui selain melakukan lokalisasi kesulitan belajar dengan cara tersebut NS juga menanyakan langsung pada siswa pada bagian apa saja yang belum dimengerti oleh siswa. c) Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar. Saat wawancara NS menuturkan bahwa mengetahui letak kesulitan belajar siswa sangat penting sebagai pertimbangan pemecahan masalah yang akan diberikan, begitu pula dengan pentingnya mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor
89
yang menjadi penyebab kesulitan belajar ini NS melakukan pendekatan secara personal yang biasa dilakukannya dengan cara meminta siswa yang telah teridentifikasi mengalami kesulitan belajar untuk menemui NS saat jam istirahat atau setelah pulang sekolah. NS mengaku melakukan hal ini agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penyebab siswa mengalami kesulitan belajar, karena dengan cara pertemuan empat mata siswa cenderung untuk lebih terbuka atas permasalahan yang dihadapinya. Melalui cara ini diketahui faktor penyebab kesulitan belajar siswa, yakni faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal penyebab kesulitan belajar yang ditemukan NS dari muridnya adalah motivasi dan minat belajar yang rendah. NS menyatakan bahwa menjumpai siswa yang minat belajar matematikanya rendah karena lebih menyukai mata pelajaran lain dan tidak menyukai matematika, motivasi belajar rendah ditunjukkan oleh siswa yang mengaku masih merasa belum waktunya untuk belajar dengan serius karena menganggap belajar serius hanya perlu dilakukan saat siswa sudah kelas IX menjelang ujian nasional. Faktor kedua yang ditemukan NS adalah faktor eksternal yang meliputi keluarga dan cara mengajar NS. NS menyatakan menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena perhatian siswa tersebut teralihkan pada pertengkaran yang kerap
90
terjadi pada orang tuanya. Sedangkan perihal cara mengajar NS yang membuat siswa belum dapat memahami materi yang disampaikan NS dapatkan melalui feedback dari siswa. NS menanyakan pada siswa apa saja kekurangan dari cara mengajarnya yaitu menerangkan materi kurang detil, penggunaan istilah yang sulit dipahami siswa serta metode ceramah yang dirasa siswa dilakukan dengan terlalu cepat. Faktor penyebab kesulitan belajar terakhir yang ditemukan NS dari siswanya adalah pendekatan belajar siswa. NS menuturkan ada beberapa siswa yang mempelajari kembali materi yang sudah diberikan hanya menjelang ujian atau yang lebih dikenal dengan istilah wayangan. d) Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasi Kesulitan elajar dan Tindak Lanjut. Pada langkah ini NS mempertimbangkan apakah siswa langsung bisa disertakan dalam pengajaran perbaikan atau masih harus mendapatkan bantuan pihak lain terlebih dulu, pihak lain yang dimaksud NS adalah guru BK. NS mengungkapkan membutuhkan bantuan guru BK untuk menangani siswa yang motivasi serta minat belajarnya sangat rendah serta mereka yang mengalami masalah keluarga. Hal tersebut dilakukan NS dengan pertimbangan pendekatan yang dilakukannya belum cukup untuk menumbuhkan motivasi dan minat belajar serta membuat siswa
91
mampu mengalihkan perhatiannya dari masalah yang tengah dihadapi. NS menilai guru BK lebih kompeten untuk melakukan hal tersebut. Melalui guru BK siswa diberi layanan bimbingan dan konseling, bagi siswa yang motivasi dan minat belajarnya rendah guru BK memotivasi siswa tersebut serta mengingatkan akan pentingnya menguasai semua mata pelajaran dengan baik termasuk matematika. Guru BK juga mengembangkan sikap yang positif agar siswa yang mengalami masalah keluarga mampu memisahkan
antara
permasalahan
yang
tengah
dihadapi
keluarganya dan kewajibannya sebagai seorang siswa yang dituntut untuk belajar dengan baik. Untuk siswa yang kebiasaan/metode belajarnya salah diberi layanan bimbingan belajar sehingga siswa yang bersangkutan dapat menyadari kesalahan
yang
selama
ini
dia
lakukan
yang
akhirnya
menghambat proses belajarnya. Setelah siswa yang bersangkutan mendapatkan layanan bimbingan dan konseling dan sudah mampu mengatasi permasalahan di luar kesulitan belajar matematika kemudian
siswa
disertakan
dalam
pengajaran
perbaikan.
Sedangkan siswa yang tidak menunjukkan penyimpangan perilaku yang menonjol NS tidak melakukan referal terhadap guru BK dan langsung menyertakan mereka dalam pengajaran perbaikan.
92
NS tidak merumuskan secara khusus tujuan dari pelaksanaan pengajaran perbaikan, berdasarkan hasil observasi yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pengajaran perbaikan adalah agar siswa mampu mengatasi kesulitan belajar yang dialami sehingga mampu mencapai nilai sesuai standar KKM dan siap menerima materi pelajaran berikutnya. Tidak ada strategi dan pendekatan khusus yang dilakukan NS, strategi yang diterapkan adalah memberikan materi sejelas mungkin pada siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta menciptakan suasana kelas yang santai agar siswa merasa lebih nyaman sehingga akan lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan NS. Setelah melakukan langkah-langkah dalam diagnosa kesulitan belajar tersebut, langkah selanjutnya yang ditempuh NS adalah melaksanakan pengajaran perbaikan. 2) Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan Matematika Kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta Untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
pelaksanaan
pengajaran matematika kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta, selain menggali informasi dari NS juga dilakukan wawancara kepada 5 siswa
yang
mendapat
pengajaran
mendapatkan nilai terendah. Berikut penelitian:
93
perbaikan
dengan
kriteria
reduksi data dari subyek
Berdasarkan pelaksanaan
hasil
wawancara
pengajaran
perbaikan
NS
berpendapat
harus
sesuai
bahwa dengan
masalah/kesulitan belajar siswa agar dapat diberi bantuan yang tepat sehingga masalah/kesulitan belajar tersebut dapat diatasi. Tidak ada alokasi waktu yang pasti untuk melaksanakan pengajaran perbaikan di SMP N 8 Yogyakarta, bahkan karena kendala waktu terlebih saat semester II saat siswa kelas VII dan kelas VIII sering kali diliburkan karena sekolah digunakan untuk latihan ujian oleh siswa kelas IX kadang kala untuk pelaksanaan pengajaran perbaikan dilakukan pada jam pertama pelajaran matematika dengan durasi waktu 40 menit. Padahal idealnya menurut NS pengajaran perbaikan dilakukan pada jam pulang sekolah dengan durasi waktu 60 menit, sehingga tidak mengganggu jam pelajaran reguler serta durasi yang cukup. Saat observasi dilakukan pengajaran perbaikan dilaksanakan usai jam sekolah dengan alokasi waktu 60 menit. Durasi waktu ini dianggap NS adalah durasi waktu yang ideal karena 30 menit pertama digunakan
untuk
menyampaikan
materi
dan
sisanya
untuk
mengerjakan tugas Secara
lebih
jelas
pelaksanaan
pengajaran
perbaikan
matematika yang dilakukan oleh NS dengan pemberian materi kembali. Materi yang diberikan dalam pengajaran perbaikan menurut NS adalah sebatas materi di mana siswa banyak mengalami kesulitan saja, materi yang diberikan pada saat observasi dilakukan adalah
94
mengenai ‘Sistem Persamaan Linear Dua Variabel’. Dari hasil obeservasi juga diketahui dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika NS tidak melakukan pengaturan posisi duduk siswa, siswa dibebaskan dalam menentukan posisi/teman duduknya, dari hasil wawancara diketahui hal ini dilakukan sebagai salah satu usaha NS untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga siswa diharapkan bisa lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan. Memberikan
materi
melalui
ceramah
dan
demonstrasi
menggunakan alat bantu. NS menyampaikan materi pengajaran perbaikan dengan cara verbal kepada siswa, bahasa yang digunakan sederhana dan penjelasan yang diberikan pun mendetil. Selain menyampaikan secara verbal NS juga melakukan demonstrasi menggunakan alat bantu dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi dengan lebih mudah. Berdasarkan observasi alat bantu yang digunakan NS adalah alat bantu visual berupa gambar slide 2 dimensi berisi grafik yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas, buku dan alat tulis yang digunakan sebagai pengganti obyek materi yang tengah dipelajari. NS menuturkan sumber materi yang digunakannya dalam pengajaran perbaikan ini diambil tidak hanya dari buku teks dari sekolah tetapi juga dari buku lain seperti milik pribadi atau juga materi yang didapatnya dari internet. NS pun
95
sesekali melemparkan candaan atau menempatkan siswa sebagai bagian dari obyek materi yang tengah dibahas. Di sela-sela penyampaian materi terdapat siswa yang kesulitan menangkap materi terkait metode subtitusi dalam penyelesaian masalah, NS tidak langsung menjawab pertanyaan siswa tersebut melainkan menanyakan kembali apakah ada siswa yang sudah mengerti dan bisa membantu kesulitan temannya tersebut. Dari sini kemudian terjadi diskusi kecil dan tutor teman sebaya. Sesekali NS menambahi jawaban yang diberikan siswa untuk temannya agar lebih mudah dipahami. Setelah keseluruhan materi telah disampaikan NS kembali mengkonfirmasi apakah masih ada siswa yang belum bisa mengerti materi yang disampaikan, menurut NS bila masih ada yang belum mengerti maka NS akan menjelaskan kembali sampai siswa yang bersangkutan benar-benar paham. Setelah itu maka langkah terakhir adalah dengan pemberian tugas. 3) Evalusi Pengajaran Perbaikan Matematika Kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa NS melakukan evaluasi tersebut untuk mengetahui kesesuaian antara metode bantuan yang diberikannya dengan kesulitan belajar yang dialami siswanya. Tahap awal yang dilakukan NS adalah dengan mengevaluasi terhadap materi yang diberikan kepada siswa, langkah yang dilakukan NS adalah dengan memberi tugas kepada siswa untuk
96
menyelesaikan 5 buah soal essay. Keberhasilan penugasan pada siswa dianggap sebagai bentuk evaluasi yang paling mudah dilihat hasilnya, karena dari sini terlihat jelas apakah terjadi perubahan pemahaman siswa yang juga menunjukkan berhasil tidaknya penanganan masalah yang diberikan. Bila terjadi perbaikan nilai sesuai KKM maka pengajaran perbaikan ini dinilai berhasil. Selain itu pelaksanaan pengajaran perbaikan yang dilakukan sesuai target waktu yaitu 1 kali pertemuan juga sebagai indikasi bantuan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. NS juga melakukan evaluasi kesesuaian metode yang dia terapkan dalam pengajaran perbaikan dengan keadaan siswa. Metode yang NS terapkan dianggap dapat diterima oleh siswa bila siswa terlihat antusias, responsif saat mengikuti pengajaran perbaikan. Selain itu langkah terakhir yang juga NS lakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan pengajaran perbaikan adalah dengan cara menanyakan langsung pada siswa apakah metode serta cara mengajarnya dapat diterima oleh siswa yang ditandai dengan siswa mudah menyerap materi yang disampaikan melalui metode tersebut. Selain perubahan nilai, NS juga menyebutkan bahwa keberhasilan pengajaran perbaikan juga disertai dengan perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku yang dijumpai NS pada muridnya yaitu: menjadi lebih bersemangat dalam belajar serta tidak mengulangi kesalahan belajar yang pernah dilakukan. Meski begitu
97
NS tidak memungkiri kadang tidak terjadi perubahan cara belajar siswa, atau terjadi sementara. Bila menemui siswa yang demikian NS akan kembali mengingatkan agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar lagi. NS menuturkan pelaksanaan pengajaran perbaikan yang dia lakukan tidak terlepas dari hambatan. Terkadang NS masih menemukan siswa yang belum fokus dalam mengikuti pelajaran perbaikan ini, sehingga meski terjadi kenaikan nilai tapi NS menganggap itu belum maksimal. NS beranggapan siswa yang bersangkutan mampu mencapai nilai yang lebih baik jika mengikuti pengajaran perbaikan lebih fokus lagi. NS juga menuturkan waktu seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan yang dilakukannya. Seringnya siswa kelas VII dan VIII diharuskan untuk belajar di rumah karena sekolah digunakan untuk latihan ujian kelas IX sering kali memaksa NS
untuk memberikan pengajaran
perbaikan di sela-sela jam pelajaran matematika. b. Display Data Pengertian pengajaran perbaikan menurut subyek penelitian ini adalah proses ajar ulang yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu siswa yang perolehan nilai yang dicapai masih kurang dari standar KKM. Alasan subyek memberikan pengajaran perbaikan adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar harus diberi bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dialami sehingga dapat
98
menguasai materi dengan baik dan tidak mengalami hambatan untuk menerima materi berikutnya. Tujuan dari pengajaran perbaikan yang dilakukan subyek adalah agar siswa mampu mengatasi kesulitan belajar sehingga mampu mencapai nilai sesuai standar KKM. Proses pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Pengajaran Perbaikan Kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian dalam langkah ini adalah: a) Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan analisa hasil belajar dan analisa tingkah laku. b) Melokalisasi letak kesulitan belajar siswa dengan melihat soal yang dijawab salah/kurang tepat serta menanyakan langsung pada siswa bagian mana saja yang belum dipahami. c) Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar siswa dengan melakukan pendekatan secara personal kepada siswa. d) Menentukan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar dan tindak lanjut dengan kerja sama dengan guru BK. e) Strategi dan pendekatan yang diterapkan dalam setiap pelaksanaan pengajaran perbaikan selalu sama, yaitu diawali dengan pemberian materi dengan metode ceramah yang diselingi dengan demonstrasi alat bantu, kemudian dilakukan
99
tanya jawab, diskusi, tutor teman sebaya dan diakhiri dengan pemberian tugas yang semuanya hanya bersifat kuratif. 2) Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan a) Pelaksanaan
pengajaran
perbaikan
dilakukan
setelah
dilaksanakan ulangan sub pokok bahasan tertentu dan ditemukan siswa yang nilainya kurang dari standar KKM. b) Tidak ada alokasi waktu pasti, pengajaran perbaikan dilakukan setelah pulang sekolah dengan durasi 1 jam atau pada jam pertama pelajaran matematika dan dilaksanakan di ruang kelas. c) Pelaksanaan
pengajaran
matematika
dilakukan
dengan
pemberian materi ulang dilanjutkan dengan penugasan individu. d) Metode yang digunakan campuran yaitu ceramah, demonstrasi alat peraga, diskusi, tutor teman sebaya, tanya jawab dan penugasan. 3) Evaluasi Pengajaran Perbaikan Evaluasi pengajaran perbaikan yang dilakukan subyek berupa: a) Evaluasi terhadap hasil belajar diketahui siswa mengalami peningkatan nilai secara signifikan. b) Perubahan tingkah laku namun tidak selalu terjadi pada semua siswa. c) Evaluasi kesesuaian metode dengan kesulitan belajar siswa.
100
d) Pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta hampir mendekati teori yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan yang tidak sekedar memberikan ujian ulang tetapi juga memberikan kembali materi yang belum dipahami siswa dengan terlebih dahulu mengadakan
diagnosa
kesulitan
belajar.
Dalam
upaya
mengatasi permasalahan belajar siswa juga dilakukan kerja sama dengan pihak lain seperti guru BK agar bantuan yang diberikan lebih maksimal. Dalam pengajaran perbaikan juga diterapkan berbagai metode mengajar serta sumber belajar sehingga tercapai tujuan pengajaran perbaikan yaitu mengatasi kesulitan belajar siswa. c. Verifikasi Prosedur pelaksanaan pengajaran perbaikan dibagi menjadi tiga yaitu perencanaan pengajaran perbaikan, pelaksanaan pengajaran perbaikan dan evaluasi pengajaran perbaikan. Dari ketiga prosedur tersebut berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah dilakukan oleh subyek. Perencanaan mencakup identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar, melokalisasi letak kesulitan belajar, menentukan
faktor
penyebab
kesulitan
belajar,
menentukan
kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar dan tindak lanjut serta strategi dan pendekatan yang diterapkan. Pada langkah perencanaan ini terdapat kekurangan pada bagian menentukan faktor kesulitan belajar
101
yang hanya dilakukan pada siswa yang menjunjukan perilaku yang menyimpang dan penentuan strategi dan pendekatan yang tidak diputuskan dengan mempertimbangkan hasil dari langkah-langkah sebelumnya namun selalu sama untuk setiap pelaksanaan pengajran perbaikan. Pengajaran perbaikan yang dilakukan subyek dilakukan setelah mengadakan uji blok pada sub pokok bahasan tertentu tanpa ada alokasi waktu yang jelas yang berimbas pada hasil yang kurang maksimal dan mengganggu proses belajar reguler, pelaksanaan pengajaran perbaikan dilakukan dengan memberikan materi kembali yang dilanjutkan dengan penugasan individu. Metode yang digunakan campuran yaitu ceramah, demonstrasi alat bantu peraga, diskusi, tutor teman sebaya, tanya jawab dan penugasan. Selain ceramah dan penugasan penggunaan metode lainnya tidak direncanakan secara dengan berbagai pertimbangan terlebih dahulu, diskusi , tutor teman sebaya seringkali terjadi mengalir begitu saja dalam proses pengajaran perbaikan. Evaluasi yang dilakukan subyek berupa evaluasi hasil belajar, perubahan tingkah laku serta kesesuaian metode yang diterapkan. Dari hasil evaluasi menunjukan terjadi perubahan signifikan dalam perolehan nilai siswa, perubahan tingkah laku tidak terjadi pada semua siswa, kesesuaian metode yang diterapkan dengan kesulitan belajar siswa diketahui dari antusiasme dan respon siswa dalam mengikuti
102
pengajaran
perbaikan.
Pelaksanaan
sesuai
target
waktu
juga
merupakan indikasi keberhasilan pelaksanaan pengajran perbaikan. B. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan selama penelitian oleh peneliti terhadap key informan dan informan, berikut pembahasan hasil reduksi data yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai tujuan dilakukannya penelitian mengenai pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta: Pengajaran perbaikan merupakan sebuah kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya hingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran perbaikan bukan sekedar mengulang materi yang telah diberikan, tetapi memperhatikan pula cara belajar, metode mengajar, materi pembelajaran , gerak-gerik pengajar, alat dan lingkungan belajar, serta faktor yang memperngaruhi keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan pengajaran perbaikan dapat mencapai tujuan dengan tepat bila dilakukan sesuai prosedur. Prosedur pengajaran perbaikan dibagi menjadi tiga tahap yaitu; perencanaan pengajaran perbaikan, pelaksanaan pengajaran perbaikan dan evaluasi pengajaran perbaikan. Berdasarkan hasil penelitian dalam melakukan penilaian hasil belajar NS menggunakan dua metode, yaitu penilaian acuan norma (PAN) atau yang lebih sering disebut dengan nilai rata-rata kelas dan penilaian acuan norma (PAN) atau biasa disebut juga penilaian acuan kriteria yang lebih dikenal
103
dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Metode penilaian ini sejalan dengan pernyataan Sugihartono, dkk (2007: 131) yang menyebutkan bahwa norma yang digunakan dalam rangka usaha penilaian proses belajar yang dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan. Kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMP N 8 Yogyakarta adalah 80. NS mengungkapkan bahwa dirinya masih sering menemui siswa yang nilai matematikanya tidak mencapai standar KKM. Menurut NS bila siswa belum mampu mencapai standar KKM maka dapat diindikasikan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007: 14) yang menyebutkan bahwa salah satu ciri-ciri siswa berkesulitan belajar ditandai dengan adanya nilai yang diperoleh di bawah standar yang telah ditetapkan. Selain siswa yang mendapat nilai di bawah KKM NS juga seringkali menemukan siswa yang tidak memperhatikan saat pelajaran berlangsung, mengobrol dengan temannya saat pelajaran berlangsung, sibuk melakukan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran matematika, tidak mencatat, serta lambat dalam mengerjakan tugas. Siswa yang melakukan perbuatan menyimpang tersebut tidak lain adalah siswa yang akhirnya mengalami kesulitan belajar. Sugihartono, dkk (2007: 14) menyebutkan siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas, menunjukan sikap yang tidak peduli dalam mengikuti pelajaran, ditandai dengan mengobrol dengan teman saat proses pembelajaran berlangsung merupakan ciri lain dari siswa berkesulitan belajar. NS juga
104
mendapati siswa yang tidak menyimak saat pelajaran berlangsung dan juga tidak mencatat materi pelajaran namun siswa tersebut tidak mengalami kesulitan belajar. NS menyebut bahwa setiap siswa memiliki cara belajarnya sendiri, siswa yang demikian oleh NS disebut memiliki cara belajar nyambi atau siswa dapat memangkap materi pelajaran meski tidak menyimak pelajaran bahkan sambil melakukan hal lain yang tidak terkait dengan pelajaran yang tengah diikuti. Hal ini menunjukan bahwa NS juga mengidentifikasi kemampuan dan gaya belajar siswa . Selain permasalahan tersebut, NS juga menemukan siswa yang berperilaku introvert. Siswa tersebut suka menyendiri dan sangat sulit untuk bergaul dengan siswa lainnya, saat jam istirahat siswa tersebut tetap menyendiri di dalam kelas. Siswa tersebut memang tidak mendapatkan nilai matematika di bawah KKM, hanya saja yang bersangkutan mengalami hambatan
dalam
pelaksanaan
tugas
kelompok.
Maka
NS
juga
mengkategorikan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar, khususnya belajar kelompok. Pendapat NS sesuai dengan yang disebutkan oleh Warkitri (1990: 86) salah satu ciri-ciri yang ditunjukan oleh individu yang megalami kesulitan belajar adalah menunjukan gejala emosional yang kurang wajar misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif dst. Hasil penenelitian di atas menunjukan bahwa NS melakukan pengamatan terhadap cara belajar siswa yang merupakan bagain dari perencanaan pengajaran perbaikan. Setelah mengidentifikasikan siswa yang mengalami kesulitan belajar, NS kemudian melakukan diagnosa kesulitan
105
belajar yang dialami siswa. Diagnosa kesulitan belajar siswa yang dilakukan oleh NS bertujuan agar NS dapat mengetahui kesulitan belajar siswa serta faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut sehingga dapat diberi bantuan yang tepat untuk mengatasinya. Hal ini serupa dengan pernyataan Sugihartono, dkk (2007: 148-149) menjelaskan bahwa kegiatan mengenali kesulitan belajar peserta didik, mencari faktor penyebab kesulitan belajar tersebut sehingga diharapkan dapat ditentukan teknik untuk membantu mengatasi kesulitan belajar tersebut dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Namun diagnosis kesulitan belajar yang dilakukan NS tidak selalu melakukannya secara individu pada setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan secara personal untuk melakukan diagosa kesulitan belajar pada siswa yang menunjukkan sikap dan atau gejala emosional yang kurang wajar. Seperti yang dialami oleh siswa berkesulitan belajar yang telah disebutkan sebelumnya. Dari hasil diagnosa terhadap siswa tersebut di atas, NS dapat mementukan pilihan tindakan dengan meminta terlebih dahulu melakukan kerja sama dengan guru BK memberikan layanan bimbingan dan koseling atau psikoterapi atau dapat langsung memberikan pengajaran perbaikan matematika. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan pengajaran perbaikan di sekolah yang diungkapkan oleh Abin Syamsuddin Makmun (2004:344), setelah penelaahan kembali kasus permasalahan belajar siswa dapat diperoleh dua kesimpulan pokok yaitu langsung melaksanakan
106
pengajaran perbaikan atau menempuh layanan bimbingan belajar dengan bantuan guru BK. Melalui diagnosa kesulitan belajar NS juga mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar siswanya. Jenis kesulitan belajar yang ditemukan NS pada siswanya adalah: kesulitan mengamati gambar, menerima kesan, mengingat materi yang kurang jelas, serta mudah lupa. Jenis-jenis kesulitan belajar tersebut sesuai dengan klasifikasi kesulitan belajar yang dijabarkan oleh Samuel Soeitoe (Kusno Efendi,1987: 54), yaitu: 1) kesulitan belajar pemahaman, 2) kesulitan mendapatkan pengetahuan dan fakta, 3) kesulitan menghafal, dan 4) kesulitan dalam pembentukan automatisme. Masih dari hasil diagnosa, NS menyimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa. NS membedakannya menjadi faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar siswa. Kesimpulan ini sesuai dengan pembagian faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa yang disebutkan oleh Koestor Partowisastro (1984: 11) yaitu 1) faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, 2) faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor internal penyebab kesulitan belajar siswa yang ditemukan oleh NS adalah: aktifitas belajar kurang, motivasi dan minat belajar matematika yang rendah, faktor emosi yang kurang stabil. Sedangkan faktor eksternal penyebab kesulitan belajar siswa NS yaitu: keluarga dan cara penyajian materi oleh NS sendiri serta kesalahan keiasaan elajar siswa yang berupa belajar semalam suntuk menjelang ujian atau biasa disebut dengan ’wayangan’.
107
Langkah selanjutnya yang dilakukan NS dalam perencanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta adalah dengan menentukan strategi yang akan diterapkan dalam pengajaran perbaikan. NS tidak melakukan penyusunan program atau menentukan strategi yang akan diterapkannya dalam pengajaran perbaikan secara rinci atau berdasarkan teori tertentu. NS hanya berpegang pada tujuan pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika sendiri yaitu membantu siswa yang belum mencapai nilai KKM untuk mengatasi kesulitan belajarnya melalui penanganan yang tepat sehingga, menyadarkan siswa atas kesalahan belajar sehingga di kemudian hari siswa tidak kembali mengalami kesulitan belajar. Hal ini hampir serupa dengan strategi dan pendekatan dalam pengajaran perbaikan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin (2003: 357) yaitu: 1) strategi dan pendekatan yang bersifat kuratif dengan sasaran pokok membantu siswa yang hasil belajarnya jauh sekali di bawah batas KKM, 2) strategi dan pendekatan yang bersifat kuratif, dengan sasaran pokok agar siswa dapat meminimalisir hambatan yang mungkin akan dialami sehingga siswa mampu mencapai nilai KKM, dan 3) strategi dan pendekatan yang bersifat pengembangan dengan tujuanmembantu siswa agar dapat mengatsai hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Setelah
melakukan
perencanaan
pengajaran
perbaikan
tersebut,langkah selanjutnya yang ditempuh NS adalah dengan melaksanakan pengajaran perbaikan. Pada panelitian ini, untuk membahas pelaksanaan
108
pengajaran perbaikan dilakukan juga wawancara dan observasi kepada 5 siswa yang mendapatkan pengajaran perbaikan. Lima siswa tersebut dipilih dengan tambahan kriteria siswa dengan nilai matematika terendah. Kelima siswa tersebut adalah: NA, SU, BS,MH dan DT. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta dilakukan di ruang kelas yang sama dengan yang digunakan dalam proses pembelajaran reguler karena tidak ada ruangan yang khusus
disediakan
untuk
melakukan
pengajaran
perbaikan.
Waktu
pelaksanaan penagjaran perbaikan matematika ideal menurut NS adalah saat jam pulang sekolah atau di luar jam pelajaran matematika, namun karena keterbatasan waktu seringkali akhirnya pengajaran perbaikan matematika dilaksanakan pada dengan menganbim 1 jam pertama dari 2 jam pelajaran matematika. Penemuan ini juga dikuatkan dengan pernyataan serupa dari subyek siswa. Melanjutkan
langkah-langakah
yang
dilakukan
pada
tahap
perencanaan pengajaran perbaikan, pada tahap pelaksanaan pengajaran perbaikan langkah pertama yang dilakukan adalah penelaahan kembali kasus. Menurut NS strategi dan tindakan bantuan yang akan diberikan pada siswa harus dipastikan sesuai dengan karakteristik permasalah atau kesulitan belajar yang dialami siswa agar permasalahan atau kesulitan belajar tersebut dapat diatasi sehingga siswa mampu mencapi hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu selain berdasar pada hasil diagnosa yang dilakukan pemilihan tindakan atau alternatif tindakan yang dilakukan NS juga berdasarkan
109
masukan dari guru BK. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Abin Syamsudin Makmun (2004:345) penelaahan kembali kasus dilakukan dengan tujuan agar memperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai kasus tersebut. Sasaran difokuskan kepada suatu analisa rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan guru mata pelajaran atau atas rekomendasi dari pihak lain (wali kelas atau guru). Langakah selanjutnya yang dilakukan NS dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI adalah dengan melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas ini dilakukan saat pengajaran perbaikan hendak dimulai. Pengelolaan kelas yang dilakukan NS berupa penciptaan suasana kelas yang santai dengan cara tidak melakukan pengaturan posisi duduk, siswa dibebaskan untuk menentukan posisi duduk mereka NS juga sesekali melempar guyonan agar suasana belajar tidak tegang. Hal senada ditemukan juga dalam wawancara dengan kelima subyek siswa. NA, SU, BS,MH dan DT mengaku tidak ada pengaturan posisi duduk, semua menyatakan dibebaskan untuk menentukan posisi duduk mereka. NA dan SU senang dengan kebijakan ini keduanya biasa berganti-ganti teman sebangku. Sedangkan BS, MH dan DT merasa biasa saja dan posisi duduk mereka saat pengajaran perbaikan sama dengan saat pelajaran reguler. NA merasa pada kelas pengajaran perbaikan lebih satai juga karena NS sesekali melemparkan lelucon. NS menggunakan cara mengajar yang sedikit berbeda dengan cara mengajar yang biasa dia terapkan pada
110
pelajaran reguler. Perbedaan ini
terdapat pada metode yang diterapkan NS dalam pengajaran perbaikan. Dalam satu kali pertemuan pengajaran perbaikan, metode yang diterapkan NS beragam, mulai dari ceramah, demonstrasi dengan menggunakan alat bantu peraga, diskusi, tanya jawab, tutor teman sebaya dan pemberian tugas. Temuan ini sejalan dengan dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007 : 179 – 182) yang juga menyebutkan metode pemberian tugas, metode diskusi, metode tanya jawab dan metode tutor sebaya adalah beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran perbaikan. Sedangkan metode ceramah dan demonstrasi juga disebutkan oleh Sri Rumini (2003: 75) sebagai bentuk dari beberapa metode pengajaran perbaikan. Beragamnya metode mengajar yang diterapkan NS dalam pengajaran perbaikan disukai oleh subyek siswa, mereka mengaku menyukai metode yang diterapkan NS karena membuat mereka lebih mudah untuk menangkap materi yang diberikan NS. Selain penggunaan metode mengajar yang beragam NS juga menambah sumber materi yang akan diberikan dalam pengajaran perbaikan agar dapat diperoleh variasi dalam pengajaran perbaikan. Namun NS tidak melakukan pertimbangan tertentu dalam menerapkan metode dalam pengajran perbaikan ini, metode yang digunakan selalu sama pada setiap pengajran perbaikan yang dilakukan subyek. Metode diskusi dan tutor teman sebaya sering kali timbul begitu saja dalam proses pengajaran. Dalam penelitian diketahui bahwa NS menggunakan buku lain selain buku paket sekolah serta mencari tambahan materi berupa variasi soal yang diperoleh dari internet.
111
Dalam penelitian ditemui bahwa saat pelaksanaan pengajaran perbaikan NS melakukan penggalian potensi belajar siswa salah satunya dengan meminta siswa yang dianggap telah mampu dan memahami materi yang diberikan untuk membantu temannya yang masih mengalami kesulitan dan juga dilakukannya diskusi antar siswa. Hal ini didukung pernyataan MH yang melakukan mendiskusikan satu bahasan dengan temannya sampai ditemukan satu titik jawaban atau kesimpulan dari bahasan dalam diskusi mereka tersebut. C. Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian mengenai pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta peneliti masih memiliki keterbatasan antara lain: 1. Adanya keterbatasan waktu sehingga menyebabkan peneliti membatasi informan dan hanya dapat melakukan 2 kali pertemuan dengan suyek. 2. Keterbatasan
kemampuan
dan
waktu
yang
dimiliki
peneneliti
menyebabkan peneliti tidak dapat mengungkap pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta lebih mendalam dan menyeluruh.
112
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI SMP N 8 Yogyakarta 75% sesuai dengan teori yang ada. Beberapa hal yang belum sesuai dengan teori yang ada antara lain; 1) pada proses diagnosa kesulitan belajar identifikasi faktor penyebab kesulitan hanya dilakukan pada siswa yang menunjukkan penyimpangan perilaku, 2) pemilihan pendekatan dan metode yang diterapkan tanpa pertimbangan khusus namun selalu sama untuk setiap pengajaran perbaikan, 3) tidak ada alokasi waktu khusus untuk melaksanakan pengajaran perbaikan sehingga berdampak kurang efektif baik untuk pengajaran perbaikan atau pun pada pelajaran reguler. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah a. Diberikan alokasi waktu yang terjadwal untuk pelaksanaan pengajaran perbaikan sehingga pengajaran perbaikan dapat berjalan lancar.
113
b. Diberikan rewards atau pengahargaan pada guru yang telah melaksanakan pengajaran perbaikan dengan baik sehingga guru lain akan termotivasi untuk melakukan hal serupa. 2. Bagi Guru Bidang Studi Matematika a. Guru bidang studi matematika dapat melakukan diagnosa kesulitan belajar lebih mendetil dan dilakukan pada semua siswa. b. Guru bidang studi matematika mempersiapkan lebih cermat metode yang akan digunakan dalam pengajaran perbaikan matematika. 3. Bagi Guru BK a. Harus lebih aktif dalam memberikan layanan bimbingan belajar kepada siswa dalam bentuk seperti papan bimbingan, leaflet maupun bimbingan klasikal dan individual. b. Kerjasama dengan pihak lain (guru bidang studi) lebih ditingkatkan lagi misalnya dalam pemberian motivasi belajar. Kerjasama dengan orang tua dalam hal pengawasan belajar siswa di rumah juga lebih diintensifkan. 4. Bagi Siswa a. Siswa diharapkan lebih aktif di dalam kelas perbaikan, memanfaatkan waktu untuk belajar didalam kelas perbaikan dengan seoptimal mungkin. b. Siswa sedapat mungkin memelihara cara belajar yang baik.
114
5. Bagi Peneliti Lain a. Adanya kekurangan, keterbatasan metode dan ketajaman analisa data dalam penelitian ini, sehingga dibutuhkan penelitian lain yang dapat membahas lebih dalam untuk menambah dan memperkaya hasil penelitian. b. Guna memberikan kontribusi nyata demi kemajuan dan perbaikan dalam pengajaran perbaikan serta pentingnya peran Bimbingan dan Konseling dalam bimbingan belajar siswa.
115
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia. Altbatch, Philip. et al. (1999). Perspectives on Early Childhood Education. Albany: Sunny Press. Andi Hakim Nasution. (1981). Beberapa Tujuan Mempelajari Matematika. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Cece Wijaya. (1996). Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu SDM. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Darmiyati Zuchdi. (1994). Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Daymon, Christine, dan Holloway Immy. (2008). Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public Relation dan Marketing Communication. Yogyakarta: Bentang Depdikbud,(1994), Kurikulum Pendidikan Dasar 1994: Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), mata Pelajaran Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti. Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Kerangka Dasar. Jakarta: Depdiknas. Elea Tinggih. (1972). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. E. Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Erman Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Press Fadjar Shadiq. (2009). Faktor–faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. Diambil dari http://leedzabout.blogspot.com. Akses 28 Maret 2010. Gagne, R.M, Briggs dan Wager (1992). Principle of Instructional Design. Second Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston. Hurlock, Elizabeth. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
116
Herman Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum Matematika. Malang: UM Press.
dan
Pembelajaran
Ishak S.W dan Warji R. (1987). Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty. Izhar Hasis (2001). Remedial Teaching. Malang: FIP UNM. Joyce Bruce, dkk. (1992). Models of Teaching, Model-model Pengajaran, Edisi ke delapan, Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koestor Partowisastro. (1984). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta: Erlangga. Lexy J. Moloeng. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. M. Dalyono. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Miles dan Hubberman. (1992). Analisis Data Kuatitatif. Jakarta : Oi Press. Monks, dkk. (2001). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagainnya. Yogyakarta: UGM Press. Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustaqim. (2008). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution. (2008). Teknologi Pendidikan cet-4. Jakarta: Bumi Aksara Oemar Hamalik. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabe –variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. R.M. Gagne, L.J Briggs dan W.W. Wager. (1992). Principles of Instructional Design (4th Edition). Orlando: Holt, Rineheart and Winstone, Inc. R. Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi. Siti Mardiyati, dkk. (1994). Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: UNS Press. Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
117
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sri Rumini. (2003). Diagnostik Kesulitan Belajar. Yogyakarta : FIP-UNY. Sudjana. (1990). Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru. Sugihartono dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Jilid Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suyatinah. (2000). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Syahri. (1991). Layanan Bimbingan Belajar. Bandung: UPI Press. Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta The Liang Gie, Adrian The. (1997). Enslikopedia Ilmu-ilmu. Yogyakarta: Andi Offset. Uzer Usman. (2003). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Warkitri dkk. (1990). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika UT. William Crain. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. __________ (2011). Bahan Perpelajaran Evaluasi Pendidikan. Diambil dari: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1968 07291998021-SURYADI/PENDEKATAN_DALAM_PENILAIAN.pdf , pada tanggal 21 Maret 2013.
118
! !
L A M P I R A N
119 !
""#!
Lampiran 1: Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara untuk Guru a.
Berkenaan dengan Perencanaan Pengajaran Perbaikan 1. Apakah dalam proses pembelajaran Bapak/Ibu menjumpai anak yang sering ribut sendiri di dalam kelas? Bagaimanakah tindakan Bapak/Ibu atas perilaku anak tersebut? 2. Apakah dalam proses belajar mengajar Bapak/Ibu menjumpai anak yang sering tidak mencatat materi pelajaran? Bagaimanakah tindakan Bapak/Ibu terhadap perilaku anak tersebut? 3. Apakah dalam proses belajar mengajar Bapak/Ibu sering menemukan anak yang membolos saat pelajaran berlangsung? Bagaimanakah tindakan Bapak/Ibu terhadap anak tersebut? 4. Apakah dalam kegiatan belajar dikelas Bapak/Ibu menemukan anak yang mencontek temannya dalam mengerjakan tugas? Bagaimanakah tindakan Bapak/Ibu terhadap anak tersebut? 5. Apakah Bapak/Ibu dapat mengidentifikasi kesalahan belajar pada anak? Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengidentifikasi kesalahan belajar anak tersebut? 6. Apakah Bapak/Ibu mengamati gaya belajar anak yang bervariasi ? Variasi belajar seperti apa yang sering muncul pada anak? 7. Apakah Bapak/Ibu menjumpai anak yang lambat dalam mengerjakan tugas? Bagaimana tindakan Bapak/Ibu apabila menjumpai hal tersebut? 8. Apakah Bapak/Ibu selalu memeriksa kehadiran dan ketekunan anak dalam mengikuti pelajaran? Bagaimana tindakan Bapak/Ibu apabila menemukan anak yang acuh terhadap guru ? 9. Apakah Bapak/Ibu menemukan anak yang cenderung introvert/tertutup apabila sedang mengerjakan tugas kelompok? Bagaimana tindakan Bapak/Ibu terhadap anak tersebut? 10. Apakah dalam proses mengajar Bapak/Ibu mengidentifikasi anak yang kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya kurang baik di dalam kelas? Bagaiamana cara Bapak/Ibu mengidentifikasi hal tersebut? 11. Apakah Bapak/Ibu menemukan anak yang skor hasil belajarnya dibawah rata-rata kelas?
120
Apakah skor hasil belajar Bapak/Ibu gunakan sebagai patokan untuk menilai kesulitan belajar yang anak alami? 12. Apakah Bapak/Ibu melokalisasi atau mengelompok – ngelompokkan kesulitan belajar yang dialami oleh anak? Bagaimanakah dan atas dasar apakah lokalisasi dan pengelompokkan kesulitan belajar anak yang Bapak/ Ibu lakukan( bardasar nilai, penyesuaian sosial, kehadiran dll)? 13. Apakah Bapak/Ibu meneliti faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak? Faktor internal dan eksternal apakah yang sering muncul pada anak yang mengalami kesulitan belajar? Dari dua faktor tersebut faktor manakah yang lebih sering dialami oleh anak? 14. Langkah apakah yang Bapak/Ibu lakukan setelah mengetahui factor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak? 15. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang pengajaran perbaikan atau remedial teaching? 16. Menurut Bapak/Ibu seberapa pentingkah pengajaran perbaikan (remedial teaching) dalam kegiatan belajar mengajar (berikan alasannya)? 17. Apakah dalam pemberian pengajaran perbaikan Bapak/Ibu merumuskan terlebih dahulu tujuannya sebelum diberikan kepada anak? Tujuan seperti apakah yang Bapak/Ibu rumuskan? 18. Apakah Bapak/Ibu merinci kegiatan pengajaran perbaikan sebelum diberikan kepada siswa? Bagaimana Bapak/Ibu merinci kegiatan pengajaran perbaikan tersebut? 19. Apakah Bapak/Ibu guru melakukan pemilihan strategi pengajaran sebelum diberikan kepada anak? Hal apakah yang mendasari Bapak/Ibu memilih strategi dan pendekatan tersebut? 20. Strategi dan pendekatan seperti apakah yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pengajaran perbaikan? b.
Berkenaan dengan Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan 21. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemeriksaan kembali kasus kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebelum memberikan bantuan? Mengapa Bapak/Ibu melakukan hal tersebut?
121
22. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengaturan posisi tempat duduk bagi anak yang mengalami kesulitan belajar di dalam kelas? 23. Apakah Bapak/Ibu guru mempunyai cara atau trik khusus dalam mengajar dikelas perbaikan? Cara mengajar seperti apa yang sering Bapak/Ibu gunakan? Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa? 24. Apakah Bapak/Ibu berusaha menciptakan suasana belajar dikelas perbaikan? Suasana belajar seperti apakah yang Bapak/Ibu coba ciptakan dalam kelas perbaikan tersebut? 25. Apakah Bapak/Ibu menggunakan alat bantu peraga dalam pengajaran perbaikan? (alasan) 26. Apakah Bapak/Ibu menggunakan buku diluar buku paket untuk menunjang pengajaran perbaikan (alasan)? 27. Apakah ada perbedaan penyampaian materi yang Bapak/Ibu lakukan pada kelas perbaikan dengan kelas regular? Bagaimanakah Bapak/Ibu menjelaskan materi atau pelajaran pada kelas perbaikan tersebut? 28. Apakah Bapak/Ibu melakukan perbaikan terhadap cara-cara belajar anak yang salah? Cara belajar seperti apa yang Bapak/Ibu terapkan kepada anak? 29. Apakah Bapak/Ibu memberikan jam tambahan khusus pada siswa yang memperoleh pengajaran perbaikan? Kapan jam tambahan khusus tersebut diberikan? 30. Kapankah pelaksanaan pengajaran perbaikan Bapak/Ibu lakukan? Bagaimanakah cara Bapak/Ibu memberikan remedial kepada siswa? (apakah secara langsung atau tidak langsung) 31. Dimanakah Bapak/Ibu memberikan pengajaran perbaikan kepada siswa? Apakah Bapak/Ibu menyediakan tempat khusus? 32. Metode apakah yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pengajaran perbaikan? Bagaimana reaksi anak tehadap metode yang Bapak/Ibu gunakan? Apakah metode tersebut cukup efektif bagi anak?
122
c.
Berkenaan dengan Evaluasi Pengajaran Perbaikan 33. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan evaluasi setelah memberikan pengajaran perbaikan kepada anak? Dalam bentuk seperti apa evaluasi yang Bapak/Ibu berikan? 34. Apakah Bapak/Ibu selalu memeriksa hasil evaluasi atau ulangan dari anak? Bagaimanakah hasil ulangan yang diperoleh anak setelah memperoleh remedial? 35. Strategi penilaian seperti apakah yang Bapak/Ibu terapkan dalam pengajaran perbaikan( dilihat dari perubahan nilai siswa atau dari kemampuan siswa dalam penyesuaian diri)? 36. Apakah Bapak/Ibu memasang target waktu di dalam memberikan pengajaran perbaikan? Berapa waktu yang biasanya Bapak/Ibu targetkan untuk menyelesaikan pengajaran perbaikan? Apakah target waktu tersebut dapat tercapai dengan baik? Apakah yang akan Bapak/ibu lakukan apabla target tersebut tidak tercapai? 37. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengecekan kesesuaian metode yang diterapkan dalam pengajaran perbaikan? Hal apakah yang menjadi patokan bahwa metode tersebut telah sesuai? 38. Apakah terjadi perubahan pada anak setelah memperoleh pengajaran perbaikan? Perubahan seperti apa yang ditunjukkan oleh anak setelah memperoleh pengajaran perbaikan? 39. Apakah Bapak/Ibu melakukan penilaian terhadap diri sendiri apakah sudah maksimal dalam memberikan pengajaran perbaikan? Hal apakah yang menjadi patokan Bapak/Ibu dalam melakukan penilaian tersebut? 40. Tindak lanjut apakah yang akan Bapak/Ibu lakukan apabila anak tidak berubah meskipun telah memperoleh pengajaran perbaikan? 41. Apakah Bapak/Ibu akan melakukan kerjasama dengan pihak lain apabila permasalahan yang dialami anak lebih bervariasi? Pihak lain siapakah yang akan Bapak/Ibu guru ajak bekerjasama dalam hal ini? 42. Hal apakah yang akan Bapak/Ibu lakukan apabila hasil yang diperoleh dari pengajaran perbaikan yang dilaksanakan belum maksimal?
123
43. Apakah ada hambatan yang Bapak/Ibu alami dalam pelaksaan pengajaran perbaikan? Jika ada, hambatan apa yang sering Bapak/Ibu alami? 44. Apakah Bapak/Ibu berusaha untuk mengatasi hambatan tersebut? Jika ya, hal apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasinya?
124
Pedowan wawancara untuk siswa 1. Apakah anda sering tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan didalam kelas? ........................................................................................ 2. Apakah anda sering ribut disaat Bapak/Ibu guru sedang menjelaskan materi di dalam kelas? ............................................................................ (jika ya, kenapa anda sering ribut sendiri) ……………………………… …………………………………………………………………………….. 3. Apakah anda pernah tidak mencatat materi pelajaran yang diberikan Bapak/Ibu guru? …………………………………………………………. (jika ya, anda tidak mencatat pada mata pelajaran apa dan berikan alasannya) ……………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. 4. Apakah anda sering membolos tidak mengikuti pelajaran? …………… ( jika ya, mata pelajaran apa yang sering tidak anda ikuti. Berikan alasannya) ……………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………. 5. Apakah anda sering mencontek dalam mengerjakan tugas? …………… (jika ya, alasan apa yang membuat anda mencontek) ……………….... …………………………………………………………………………….. Pada pelajaran apa anda sering mencontek? ……………………………. 6. Apakah anda sering lambat dalam mengerjakan tugas? ………………… (jika ya, tugas dalam mata pelajaran apa yang sering anda kerjakan dengan lambat dan apa alasannya) ………………………………………… …………………………………………………………………………….. 7. Apakah anda pernah memperoleh nilai yang jelek (jauh di bawah standar)? ................................................................................................. (jika pernah, pada mata pelajaran apa anda memperoleh nilai yang rendah) ……………………………………………………………………………… 8. Apakah yang anda ketahui tentang pengajaran perbaikan (remedial)? ... ……………………………………………………………………………… 9. Pernahkah anda memperoleh remedi? ……………………………………
125
10. Mata pelajaran apa yang paling sering mendapat remidi? ……………… ……………………………………………………………………………… Pertanyaan Inti 1. Apakah Bapak/Ibu guru mengatur tempat duduk anda didalam kelas? … ……………………………………………………………………………… 2. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengajar di kelas? ……………………… …………………………………………………………………………….. 3. Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu menggunakan bahasa yang mudah anda pahami? …………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. 4. Apakah Bapak/Ibu sering menggunakan variasi dalam mengajar di dalam kelas? ……………………………………………………………………… (jika ya, variasi seperti apa yang Bapak/Ibu gunakan) …………………… 5. Apakah Bapak/Ibu guru sering menggunakan alat bantu peraga dalam mengajar? ………………………………………………………………… 6. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu guru menyampaikan materi dalam kelas perbaikan? Apakah sama atau ada perbedaan? ………………………… …………………………………………………………………………….. 7. Materi seperti apakah yang Bapak/Ibu jelaskan di kelas perbaikan (menjelaskan semua materi atau hanya materi kesulitan belajar yang anda alami)? ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. 8. Apakah Bapak/Ibu guru memperbaiki cara belajar anda yang salah? …. …………………………………………………………………………….. 9. Bagaimanakah cara belajar yang Bapak/Ibu guru terapkan kepada anda? .. …………………………………………………………………………….. 10. Apakah Bapak/Ibu memberi anda kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum anda pahami sampai anda benar-benar paham tentang materi tersebut? …………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. 11. Kapankah Bapak/Ibu guru memberikan perbaikan (remidi ) kepada anda?..
126
……………………………………………………………………………… 12. Apakah Bapak/Ibu guru menyiapkan jam tambahan khusus untuk anda yang mengalami kesulitan belajar? ………………………………………. (jika ya, kapan jam tambahan tersebut diberikan)……………………… 13. Bagaimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi kepada anda? (apakah secara kelompok atau perorangan) ……………………………………… ……………………………………………………………………………… 14. Dimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi? ……………………… Apakah disediakan suatu ruangan khusus? ……………………………… 15. Metode/dalam bentuk apakah remidi diberikan oleh Bapak/Ibu guru (pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dll)? ……………………………. …………………………………………………………………………….. 16. Apakah anda menyukai metode yang dipakai oleh Bapak/Ibu guru? …. …………………………………………………………………………….. 17. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mendapatkan remidi? ……. …………………………………………………………………………….. 18. Apakah cara belajar anda berubah setelah anda mendapatkan remidi? …. ………………………………………………………………………………
127
Lampiran 2: Pedoman Observasi Pedoman Observasi 1. PERENCANAAN a. Penyusunan Program Pengajaran b. Pemilihan Strategi Pengajaran 2. PELAKSANAAN a. Materi Pelajaran b. Pelaksanaan Pengajaran ( tempat, waktu pelaksanaan dan metode) 3. EVALUASI a. Hambatan Hasil Observasi terhadap pelaksanaan pengajaran perbaikan : No 1
2
Aspek yang diobservasi
NS
Perencanaan a.
Penyusunan program pengajaran
−
b.
Pemilihan strategi pengajaran
√
Pelaksanaan a.
Materi secara singkat
√
b.
Tempat kelas
√
c.
Waktu pulang sekolah/ sekolah
√
Metode
3
Ceramah
√
Tanya jawab
√
Penugasan
√
Evaluasi Hambatan
√
128
Lampiran 3: Catatan Lapangan CATATAN LAPANGAN Observasi 1 Hari : Senin Tanggal : 16 April 2013 Peneliti datang ke sekolah pukul 09.00 WIB. Pagi itu peneliti meminta ijin kepada Ka. Subag TU (Ibu EM) untuk bertemu dengan kepala sekolah dengan tujuan menyerahkan semua berkas surat-surat penelitian. Karena sedang ada tamu maka peneliti menunggu sebentar di ruang tamu tersebut. Antara ruang TU dan ruang kepala sekolah pintu berhadapan dengan jeda ruang tamu atau pintu masuk utama. Setelah selesai menerima tamu selanjutnya peneliti dipersilahkan masuk ke ruang kepala sekolah untuk menemui langsung kepala sekolah (Ibu UK). Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dan Ibu UK menerima dengan hangat dan bersedia membantu peneliti dalam memberikan informasinya. Setelah itu peneliti berkenalan dengan guru dan staf karyawan yang sedang berada disitu. Pada hari pertama peneliti berkesempatan untuk melihat-lihat kondisi sekolah serta sarana dan prasarana yang ada di SMP N 8 Yogyakarta.
129
CATATAN LAPANGAN
Observasi 2 Hari : Rabu Tanggal : 18 April 2013 Setelah pengamatan hari pertama dan berkenalan dengan semua guru yang berada disekolah, pengamatan yang kedua peneliti mengamati langsung aktivitas yang terjadi di ruang Kelas. Peneliti datang ke sekolah pukul 08.00 WIB. Pada hari ini peneliti memiliki janji untuk melakukan wawancara dengan NS karena sedang mengajar peneliti berkesempatan melihat proses belajar mengajar pada pelajaran Matematika. Setelah jam pelajaran usai (pukul 09.00) peneliti melakukan proses wawancara dengan Ibu NS diruang staff. Proses wawancara berjalan dengan lancar dan berlangsung selama kurang lebih 45 menit. Setelah proses wawancara selesai peneliti di ajak untuk melihat-lihat alat peraga yang tersedia di SMP N 8 Yogyakarta seperti bangun ruang dll.
130
CATATAN LAPANGAN Observasi 3 Hari : Kamis Tanggal : 19 April 2013 Setelah pengamatan hari pertama dan berkenalan dengan semua staf di sekolah, pengamatan yang kedua peneliti mengamati langsung aktivitas yang terjadi di ruang kelas. Pada hari ini peneliti melakukan wawancara denga Ibu SH. Setelah wawacara selesai peneliti diajak Ibu SH untuk melihat fasilitas perpustakaan yang ada di SMP N 8 Yogyakarta,fasilitas perpustakaaan dapat dikataka cukup memadai dengan banyaknya buku pelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar siswa. CATATAN LAPANGAN Observasi 4 Hari : Jumat Tanggal : 20 April 2013 Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang siswa. Wawancara berlangsung diruang depan kelas VIII-5. Wawancara berlangsung dengan lancar, proses wawancara berlangsung sekitar 90 menit. Meskipun wawancara berjalan dengan lancar namun suasana kurang kondusif karena wawancara berlangsung pada saat jam istirahat.
131
CATATAN LAPANGAN Observasi 5 Hari : Sabtu Tanggal : 21 April 2013 Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang siswa yang memperoleh pengajaran perbaikan/remedial. Wawancara berlangsung agak kurang kondusif karena merupakan hari terakhir masuk sekolah sebelum libur lebaran sehingga banyak siswa lain yang berlalu lalang.
132
Lampiran 4: Transkip Wawancara TRANSKIP WAWANCARA Nama Jenis Kelamin Usia Waktu Pukul Tempat P S No. P/S
: NS : Laki-laki : 37 Tahun : 17 April 2013 : 08.40 - 09.30 : Ruang Staff : Peneliti : Subyek Transkip Wawancara
Apakah dalam proses pembelajaran di dalam kelas Bapak sering 1.
2.
3.
P
menjumpai siswa yang kurang/tidak memperhatiakan Bapak saat memberikan materi?
S
Kadang ada.
P
Tindakan apa yang Bapak lakukan saat menjumpai siswa demikian?
S
Saya tegur.
P S P
4. S P
Apakah siswa tersebut pada akhirnya mengalami kesulitan belajar matematika? Iya, nilainya rendah, di bawah KKM. Apakah Bapak juga menjumpai anank yang tidak mencacat materi yang Bapak berikan? Jarang, tapi memang ada ya sebagaian kecil saja sekitar 5%-10% saja. Lalu tindakan Bapak apa? Saya tegur, tapi saya ingatkan kembali pentingnya mencatat materi.
5.
Tapi terkadang memang pembawaan anak yang begitu, meski dia S
tidak mencatat tapi dia paham. Ada beberapa anak yang begitu dan saya tidak permasalahkan pada intinya mencatat atau tidak yang saya tekankan adalah siswa memahami materi yang saya berikan.
P 6.
S
Pernahkan Bapak menemukan siswa yang membolos ? Membolos dalam arti masuk tanpa keterangan tidak, ada yang absen karena sakit dan ada juga yang tidak bisa mengikuti pelajaran
133
karena ada tugas sekolah seperti mengikuti lomba mewakili sekolah. Dan bila ada siswa yang sakit biasanya wali murid sms saya memberitahu anaknya tidak bisa berangkat sekolah karena sakit. P
Apakah Bapak menemui siswa yang suka mencontek baik dalam mengerjakan tugas atau ujian? Kalau kerja sama iya, tapi bila mencontek menyalin jawaban teman atau membuka buku saat ujian tidak. Mereka cenderung bekerja sama, mengerjakan tugas secara diskusi, misalnya dengan teman
7. S
sebangku. Bila mengerjakan tugas mereka lakukan secara diskusi tidak saya permasalahkan, kecuali untuk ujian itu kan sifatnya untuk mengukur kemampuan personal siswa jadi ya harus mengerjakan sendiri-sendiri. Namun sejauh ini saya tidak menemui siswa yang curang seperti itu.
8.
9.
P
Apakah Bapak melakukan identifikasi kesalahan belajar siswa?
S
Ya sebagian saja, tidak keseluruhan siswa.
P
Siswa yang seperti apa yang dimaksud Bapak?
S P
Beberapa siswa yang saya perhatikan kurang perhatian dalam proses belajar juga mereka yang nilainya paling rendah. Bagaimana cara Bapak melakukan identifikasi? Biasanya saya memperhatikan anak yang dari dulu tidak menyukai matematika, ciri-cirinya cenderung tidak perhatian saat pelajaran berlangsung kemudian lambat mengerjakan tugas dan nilainya
10.
S
rendah, atau saat pelajaran matematika berlangsung ada siswa yang malah mengerjakan tugas lain seperti TIK atau mencari materi tentang pelajaran lain melalui internet yang setelah saya lakukan pendekatan personal anak tersebut mengungkapkan kalau lebih tertarik pada itu.
11.
P
Apakah Bapak mengamati gaya belajar anak?
S
Ya, tetapi tidak secara mendalam. Secara tidak langsung dalam
134
kelas, seperti saat saya menyampaikan materi dengan ceramah kadang ada yang kurang tertarik, namun ada anak yang antusias saya saya melakukan peragaan, melalui gambar. Ya kecenderungan masing-masing
anak
memang
berbeda.
Kadang
dalam
menyampaikan materi saya tidak menerangkan saya hanya memberi rambu-rambu saja serta memberikan pengarahan untuk siswa berperan lebih aktif, sisanya saya mengawasi proses tersebut, membantu bila siswa mengalami kesulitan. 12.
P S P
Apakah Bapak sering menemui siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas? Lambat yang seperti apa? Misal terlambat mengumpulkan tugas, atau mengerjakan soal melewati batas waktu yang ditentukan. Kalau saat ujian sebagain besar selesai mengerjakan pas saat waktu hampir habis tapi ada juga sebagian kecil yang menyelesaikan soalnya sebelum waktu habis. Untuk terlambat mengerjakan tugas
13. S
ya ada beberapa siswa yang kalau tidak saya kejar-kejar dalam arti harus saya tegur ingatkan pentingnya mengumpulkan tugas tidak juga mengumpulkan tugas. Tapi biasanya setelah saya tegur dengan mengingatkan pentingnya mengumpulkan tugas tersebut anak langsung mengumpulkan
P 14.
Apakah bapak selalu mengabsen siswa? Kalau mengabsen satu per satu tidak, saya hanya menanyakan hari
S
ini siapa yang tidak masuk. Kalau ada tugas saya tanyakan siapa yang tidak mengumpulkan.
P 15.
Apakah bila ada siswa yang tidak hadir apakah Bapak mencari tahu alasan ketidak hadiran siswa tersebut? Tidak, kan biasanya ada petugas tersendiri yang menuliskan di
S
papan absensi di kelas. Atau ya seperti tadi saya dapat sms [emberitahuan dari wali murid.
135
P 16.
S
Apakah Bapak memberikan tugas kelompok? Ya, setiap sebulan sekali ada kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. Apakah dalam kerja kelompok tersebut Bapak menemukan anak
P
yang introvert atau tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya? Ada 1 siswa di kelas VIII.8, prestasinya tidak terlalu menonjol, tapi
17.
anaknya memang begitu suka menyendiri. Bila temannya S
menyampaikan pendapat atau mengerjakan dia mencatat, tapi dia tidak banyak berperan aktif. Tapi memang pembawaannya demikian, bahkan sehari-hari pun tidak berkumpul dengan temantemannya, saat jam istirahat dia memilih di dalam kelas saja.
P
Apakah Bapak mencari tahu penyebab siswa tersebut bersikap demikian? Ya, pada awalnya dari teman-teman sekelasnya terus bekerja sama dengan guru BK karena anak tersebut dulu juga pernah akan pindah sekolah. Akhirnya kami panggil wali murid ya menanyakan
18.
masalah apa yang sebenarnya terjadi, dan orangtuanya pun S
menyatakan kalau anak tersebut memang tertutup tidak banyak bergaul. Pulang sekolah hanya di kamar main game. Akhirnya setelah dibujuk ana tersebut mengurunkan niatnya untuk pindah. Tapi ya masih begitu, belum banyak bersosialisasi dengan temantemannya.
P 19.
Standar penilaian di sini menggunakan KKM atau rata-rata kelas? KKM, tapi pakai rata-rata juga. Setiap habis ulangan baik harian,
S
mid atau semesteran selalu saya rata-rata. Anak yang nilainya kurang ada.
20.
P S
Apakah Bapak mencari tahu penyebab siswa mendapat nilai kurang atau dibawah KKM? Ya, sebagian kecil, karena tidak semua saya kuasai. Ada beberapa
136
anak yang saya dekati, saya tanyakan kenapa nilaimu rendah, termasuk anak yang ramai saya ajak bicara, pendekatan secara personal. Sebenarnya secara materi kemampuan akademik siswa mampu untuk bisa mencapai KKM, tapi mungkin ada permasalahan pribadi atau kadang mereka merasa masih belum perlu untuk terlalu serius untuk belajar karena masih kelas VIII. P 21.
Apa tindakan Bapak saat siswa menjawab masih santai karena masih kelas VIII? Saya jelaskan bahwa nilai raport kan juga dipakai untuk
S
menentukan kelulusan, jadi bukan saat kelas IX saja. Boleh satai tapi harus punya target, nilai harus di atas KKM.
P 22. S P
Bapak pernah menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena masalah keluarga? Lalu tindakan Bapak apa? Ya, pernah yang seperti itu. Saya koordinasikan dengan wali kelas dan juga meminta bantuan guru BK. Apakah Bapak melokalisasi kesulitan belajar siswa? Tidak, secara global saja. Pada bagaian mana saja siswa mengalami kesulitan, misal pada materi A banyak siswa yang mendapat nilai
23.
S
rendah ya saya bahas lagi saya beri soal. Ttetapi tidak satu per satu siswa. Kalau ada siswa yang belum paham materi B dan menanyakan pada saya ya saya bahas lagi di kelas, untuk mengulang saja sekedar sampai siswa tersebut paham.
P 24.
Apa yang Bapak ketahui tentang pengajaran perbaikan? Remidi tiu saat anak mengalami kesulitan hingga ni;lainya tidak
S
mencapai KKM kita harus melakukan remidi ajar ulang materi terbsebut.
P 25. S
Ajar ulang, dalam arti sekedar mengulang materi kembali atau seperti apa? Ya saya menjelaskan materi kembali. Juga pemberian soal, misal soal tentang A banyak siswa yang kesulitan maka saya akan
137
memberikan soal sejenis dengan sedikit perubahan lalu saya pantau. Misalnya tentang materi menggambar, anak kok masih kesulitan menggambar, saya menjelaskan lagi langkah – langkah dalam menggambar, nanti kalau sudah sesuai yang dimaksud anak saya beri soal. P 26.
Apakah terdapat perbedaan saat mengajar pengajaran perbaikan dengan mengajar reguler? Sama saja, hanya saja saya menambahkan juga sumber-sumber dari
S
buku lain tentang materi yang akan dibahas. Juga menggunakan alat peraga, simulasi.
P 27. S P
Apakah ada waktu khusus untuk melaksanakan pengajaran perbaikan? Biasanya setelah ulangan harian, ualangan harian kok materi A masih banyak yang tidak bisa y=maka saya ulangi lagi materi A. Berarti tidak ada alokasi waktu khusus untuk pelaksaan pengajaran perbaikan? Harusnya ada, di akhir semester kalau masih ada siswa waktu, tapi jika tidak ada ya kapan saja saat hendak memberi materi baru tapi
28. S
ada beberapa hal yang belum dimengerti siswasaya lakukan remidi. Pernah juga dilakukan setelah jam sekolah, itu dilakukan bila tidak ada siswa waktu dan mendekati ujian akhir. Tapi seringnya ya saat jam pelajaran matematika.
P 29.
Apakah
sebelum
melakukan
pengajaran
perbaikan
Bapak
merumuskan tujuannya terlebih dahulu? Sebenarnya spontan, tapi ya tentu bertujuan yaitu agar anak bisa
S
memahami materi yang sebelumnya dia kesulitan. Memang sebaiknya direncanakan, tapi ya itu terbentur waktu.
P 30.
S
Apakah Bapak merinci kegiatan yang akan dilakukan saat remidi? Sebenarnya tidak dirinci yang detil, yang pasti saya menyampaikan materi dengan lebih detil dengan tambahan bahan materi dar buku
138
lain selain buku yang digunakan sekolah, menggunakn alat peraga, kemudian diskusi dengan siswa apakah masih ada kesulitan kalau sudah tidak ada kesulitan saya beri soal. Ya pokoknya menjelaskan sedetil mungkin, bagaimana caranya suaya siswa dapat menangkap isi materi itu. P 31.
Apakah Bapak menentukan terlebih dulu strategi yang akan diterapkan dalam remidi? Ya memperjelas. Mengingat apada saat pelajaran reguler apakah
S
siswa tidak paham bila hanya melaui ceramah, jadi saat remidi saya gunakan alat bantu peraga lainnya.
32.
33.
P
Apakah Bapak mengatur posisi duduk siswa?
S
Tidak, seperti biasanya saja.
P
Adakah trik khusus yang bapak lakukan saat memberikan remidi? Ya biasanya saat remidi, agar lebih menggigit, artinya bila saat
S
pelajaran reguler saya hanya menyampaikan garis besarnya saja saat remidi sacarjelaskan lebih detil, rinci dan runtut.
P 34.
Apakah Bapak berusaha membangun suasana saat pelaksanaan remidi? Iya, saya mengkondisikan kelas agar tidak kaku, anak saya
S
bebaskan memilih temapat duduk. Lebih santai sesekali diselingi joke agar siswa merasa lebih enjoy
P 35.
Apakag setelah melakukan remidi Bapak melakukan evaluasi? Iya, saya selalu memperhatikan apakah masih ada kesulitan setelah
S
diberi remidi, kemudian apakah nilai anak lebih tinggi ya seperti itu saja.
36.
37.
P
Lalau bagaimana nilai siswa setelah mengikuti remidi?
S
Lebih bagus.
P
Adakah target waktu dalam pelaksanaan remidi?
S
Maksimal 2x pertemuan untuk 1 bab, kalau masih ada kesulitan dilihat nanti apakah akhir semester masih ada waktu, klo masih saya
139
berikan remidi bab itu lagi. P 38.
S P
39.
Apakah hasilnya sesuai target? Kadang sesuai kadang tiadak. Kendalanya waktu, seperti semster 2 seperti ini anak kelas VIII sering libur untuk latihan ujian kelas IX. apakah terjadi perubahan pada anak setelah memperoleh remidi? Ya tentu, karena sudah memahami materi sebelumnya jadi untuk
S
menuju materi baru lebih mudah. Selain tentunya nilai mereka lebih bagus.
P
Apakah Bapak melakukan penilaian terhadap diri sendiri setelah melakukan remidi? Ya, saya mencari feedback dari anak, saya bertanya dengan cara
40. S
saya menyampaikan materi seperti ini apakah bisa diterima atau masih belum paham. Kalau sebagaian besar anak masih mengalami kesulitan ya saya coba metode lain.
P 41.
S P
Hambatan dalam remidi selain mengenai waktu apa ada yang lain? Ya paling kondisi siswa, semangat belajarnya, minat juga ketertarikannya. Kalau semangat siswa belajar kurang apa yang Bapak lakukan? Person to person, cari tahu kenapa demikian, keinginan apa saja
42.
yang lebih kuat dari pada belajar matematika. Biasanya saya ajak S
ngobrol di luar kelas, saya beri masukan biasanya berubah. Kalau malesnya muncul lagi saya kembali ingatkan, biasanya anak kembali fokus.
140
TRANSKIP WAWANCARA Nama Jenis Kelamin Usia Kelas Waktu Tempat P S No. P/S P
: DT : Laki-laki : 15 Tahun : VIII.10 : 20 April 2013 : Ruang Kelas VIII.5 : Peneliti : Subyek
Apa
Transkip Wawancara kamu
sering
tidak
memperhatikan
saat
Pak
Guru
menyampaikan a. materi di dalam kelas?
S
Jarang, kadang memperhatikan, kadang ngga.
P
Kenapa ngga memperhatikan? Kadang ngga mood mbak, apa yang saya lakukan sangat
1.
S
dipengaruhi oleh mood. Kalau hati lagi senang ya saya semangat belajar, fokus mengikuti pelajaran di kelas, tapi kalau moodnya jelek mau ngapa-ngapain juga males mbak, apa lagi buat belajar.
P 2.
S P
3.
S P
4.
Lalu apa yang kamu lakukan saat tidak memperhatikan pelajaran? Paling ya ngobrol sama teman, atau nggambar aja biar ga jenuh kadang malah ngga sengaja jadi melamun. Apa reaksi Pak Guru kalau tahu kamu seperti itu? Kadang ditegur, kadang yo dibiarin. Tapi kemarin ini waktu ketahuan melamun aku jadi dipanggil untuk menghadap Pak NS. Nymenghadap untuk apa? Waktu dipanggil itu Pak NS tanya kenapa akhir-akhir ini saya
S
sering kedapatan melamun ditambah nilai matematika saya juga menurun.
P 5.
Memangnya kenapa jadi begitu? Dulu sih nilaiku ga jelek-jelek banget sampai harus ikut remidi.
S
Cuma mungkin karena kepikiran di rumah mama sama papa sering bertengkar jadi ngga mikir belajar malah mikirin tentang itu.
6.
P
Kamu ceritakan itu pada Pak NS?
141
Iya mba, sama Pak NS saya dinasehati biar jangan terlalu S
memikirkan masalah itu karena sudah mengganggu pelajaran saya, saya juga disuruh menemui guru BK biar dapat bantuan agar pikiran saya ngga terlalu terbebani begitu.
7.
8.
P
Pernah bolos pas pelajaran matematika?
S
Ngga pernah.
P
Pernah nyontek pas ngerjain tugas atau ujian?
S P
9. S 10.
nyalin
jawababn
teman
atau
minta
diajarkan
cara
mengerjakannya? Awale sih tanya jawabannya mbak, tapi aku juga tanya kok iso jawabane ngene. Terus diajari sama temenku itu mba.
S
Ngga pernah telat mba, in time!
S
14.
Jadi,
Kalau dikasih tugas sama Pak Guru ngumulinnya suka telat ngga?
11.
13.
teman, tapi sambil minta diajari ngerjainnya juga
P
P
12.
Pernah, pas ngerjain tugas. Soale agak susah jad nyontek sama
Waktu ngerjain ulangan kamu selesai mengerjakan soal saat waktu belum habis, pas waktu habis atau setelah waktu habis? Kadang sebelum waktu habis, tapi seringe sih sebelum waktu habis. Tergantung soalnya juga mba.
P
Bberapa kali ikut remidi?
S
Mmm....kayake 2 kali ini mba.
P
Menurut kamu apa sih remidi itu?
S
Remidi itu kalau kata Pak Nanang kita mengulang lagi soal yang tidak bisa dikerjakan.
P
Pas remidi apakah Pak Guru mengatur posisi duduk kalian?
S
Ngga, ya biasa aja kayak pelajaran biasa itu mba.
P 15. S
Ada ngga perbedaan cara mengajara Pak guru saat remidi dengan saat pelajaran reguler? Ada sedikit.... ngga kaya biasanya, cara neranginnya bikin dong pakai alat bantu juga, misale tempat pensil, kayak kubus itu dan
142
lain-lain. Metode mengajar yang dilakukan saat remidi seperti apa? Apakah P
ceramah, diskusi, kerja kelompok, kerja kelompok, pemberian tugas atau seperti apa?
16.
Ceramah iya mba, diskusi iya, tanya jawab juga, diaksih soal, kalau S
kerja kelompok sih ngga disuruh cuma kadang kita ngerjainnya bareng-bareng.
P 17.
Ngerjain bareng-bareng itu diskusi,tukar pikiran gitu? Memang ngga dilarang sama Pak Guru? Ya kadang diskusi kadang teman yang udah dong ngajarain yang
S
belum dong, Pak Nanang tahu tapi ngga dilarang malah kadang ditanya apa ada kesulitan. Ya gitu-gitu lah mba.
18.
P S
19.
20.
21.
22. 23.
24.
P
Pak Guru ngasih kesempatan ngga buat kalian bertanya kalau masih ada yang belum kalian pahami? Ngasih, tapi aku jarang tanya soale udah dong. Reaksi Pak Guru kalau ada teman yang bertanya karena belum mengerti materi yang dibahas seperti apa?
S
Pak Nanang ngasih penjelasan lagi yang lebih detil sampe paham.
P
Kapan remidi dilakukan?
S
Biasane pas habis ujian mid atau semsteran.
P
Pelaksanaannya ada waktu jam pelajaran matematika atau setelah jam sekolah?
S
Kemarin sih habis pulang sekolah mba.
P
Berapa lama sekali remidi itu?
S
1 jam mba.
P
1 jam pelajaran atau 1 jam 60 menit?
S
1 jam 60 menit.
P
Remidi dilakukan perorangan, perkelompok atau per kelas?
S
Per kelas, ya yang nilainya masih kurang per kelas diremidi barengbareng mba.
143
25. 26.
27.
P
Pelaksanaannya di mana?
S
Di kelas.
P
Ngga ada ruangan khusus buat remidi?
S
Ngga.
P
Apa kamu menyukai metode yang digunakan Pak Guru saat remidi? Kadang ada sukanya, adang ngga. Ngga suka karena kadang ada
S
yang masih ngga mudheng. Tapi kebanyakan Pak Nanang mudheng kok njelasinnya.
P 28.
29.
S
Kenapa masih ngga mudheng? Kadang lagi ngga mood mba, jadi ngga tertarik untuk memperhatikan pelajaran.
P
Terus apa manfaat remidi buat kamu?
S
Kalau buat aku sih lebih ngedongin lagi.
P
Setelah mendapat remidi apa ada perubahan cara belajarmu? Karena udah dong jadi ke sananya lebih enak, jadi ada peningkatan
30.
nilai lha mba sekitar 10%. Saya juga jadi lebih semangat belajar S
matematika, saya mencoba lebih fokus saat pelajaran dan mencoba mengurangi pikiran-pikiran yang bisa merusak mood saya seperti yang
P 31.
32.
S
Apa Pak Guru memberi masukan tentang cara belajar? Ya paling pesen suruh mempelajari sama memahami, sama latihan juga. Tapi kebanyakan disuruh latihan sama Pak Nanang itu.
P
Latihannya seperti apa?
S
Ngerjain soal, dikasih tugas.
144
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: NAL
Jenis Kelamin : Peremuan Usia
: 14 Tahun
Kelas
: VIII.10
Waktu
: 20 April 2013
Tempat
: Ruang Kelas VIII.10
P S No.
: Peneliti : Subyek
1.
P/S P S
2.
P S
3.
P S P
4. S P 5.
S
P 6.
7.
S
P
Transkip Wawancara Apakah dalam proses pembelajaran di dalam kelas Bapak sering menjumpai siswa yang kurang/tidak memperhatiakan Bapak saat memberikan materi? Kadang ada. Tindakan apa yang Bapak lakukan saat menjumpai siswa demikian? Saya tegur. Apakah siswa tersebut pada akhirnya mengalami kesulitan belajar matematika? Iya, nilainya rendah, di bawah KKM. Apakah Bapak juga menjumpai anank yang tidak mencacat materi yang Bapak berikan? Jarang, tapi memang ada ya sebagaian kecil saja sekitar 5%-10% saja. Lalu tindakan Bapak apa? Saya tegur, tapi saya ingatkan kembali pentingnya mencatat materi. Tapi terkadang memang pembawaan anak yang begitu, meski dia tidak mencatat tapi dia paham. Ada beberapa anak yang begitu dan saya tidak permasalahkan pada intinya mencatat atau tidak yang saya tekankan adalah siswa memahami materi yang saya berikan. Pernahkan Bapak menemukan siswa yang membolos ? Membolos dalam arti masuk tanpa keterangan tidak, ada yang absen karena sakit dan ada juga yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena ada tugas sekolah seperti mengikuti lomba mewakili sekolah. Dan bila ada siswa yang sakit biasanya wali murid sms saya memberitahu anaknya tidak bisa berangkat sekolah karena sakit. Apakah Bapak menemui siswa yang suka mencontek baik dalam
145
S
8. 9.
P S P S P
10.
S
P
11.
12.
S
P S P
13. S
mengerjakan tugas atau ujian? Kalau kerja sama iya, tapi bila mencontek menyalin jawaban teman atau membuka buku saat ujian tidak. Mereka cenderung bekerja sama, mengerjakan tugas secara diskusi, misalnya dengan teman sebangku. Bila mengerjakan tugas mereka lakukan secara diskusi tidak saya permasalahkan, kecuali untuk ujian itu kan sifatnya untuk mengukur kemampuan personal siswa jadi ya harus mengerjakan sendiri-sendiri. Namun sejauh ini saya tidak menemui siswa yang curang seperti itu. Apakah Bapak melakukan identifikasi kesalahan belajar siswa? Ya sebagian saja, tidak keseluruhan siswa. Siswa yang seperti apa yang dimaksud Bapak? Beberapa siswa yang saya perhatikan kurang perhatian dalam proses belajar juga mereka yang nilainya paling rendah. Bagaimana cara Bapak melakukan identifikasi? Biasanya saya memperhatikan anak yang dari dulu tidak menyukai matematika, ciri-cirinya cenderung tidak perhatian saat pelajaran berlangsung kemudian lambat mengerjakan tugas dan nilainya rendah, atau saat pelajaran matematika berlangsung ada siswa yang malah mengerjakan tugas lain seperti TIK atau mencari materi tentang pelajaran lain melalui internet yang setelah saya lakukan pendekatan personal anak tersebut mengungkapkan kalau lebih tertarik pada itu. Apakah Bapak mengamati gaya belajar anak? Ya, tetapi tidak secara mendalam. Secara tidak langsung dalam kelas, seperti saat saya menyampaikan materi dengan ceramah kadang ada yang kurang tertarik, namun ada anak yang antusias saya saya melakukan peragaan, melalui gambar. Ya kecenderungan masing-masing anak memang berbeda. Kadang dalam menyampaikan materi saya tidak menerangkan saya hanya memberi rambu-rambu saja serta memberikan pengarahan untuk siswa berperan lebih aktif, sisanya saya mengawasi proses tersebut, membantu bila siswa mengalami kesulitan. Apakah Bapak sering menemui siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas? Lambat yang seperti apa? Misal terlambat mengumpulkan tugas, atau mengerjakan soal melewati batas waktu yang ditentukan. Kalau saat ujian sebagain besar selesai mengerjakan pas saat waktu hampir habis tapi ada juga sebagian kecil yang menyelesaikan soalnya sebelum waktu habis. Untuk terlambat mengerjakan tugas ya ada beberapa siswa yang kalau tidak saya kejar-kejar dalam arti harus saya tegur ingatkan pentingnya mengumpulkan tugas tidak juga mengumpulkan tugas. Tapi biasanya setelah saya tegur dengan mengingatkan pentingnya mengumpulkan tugas tersebut anak langsung mengumpulkan
146
P 14.
S P
15. S P 16.
S P
17. S
P
18. S
P 19. S P 20. S
Apakah bapak selalu mengabsen siswa? Kalau mengabsen satu per satu tidak, saya hanya menanyakan hari ini siapa yang tidak masuk. Kalau ada tugas saya tanyakan siapa yang tidak mengumpulkan. Apakah bila ada siswa yang tidak hadir apakah Bapak mencari tahu alasan ketidak hadiran siswa tersebut? Tidak, kan biasanya ada petugas tersendiri yang menuliskan di papan absensi di kelas. Atau ya seperti tadi saya dapat sms [emberitahuan dari wali murid. Apakah Bapak memberikan tugas kelompok? Ya, setiap sebulan sekali ada kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. Apakah dalam kerja kelompok tersebut Bapak menemukan anak yang introvert atau tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya? Ada 1 siswa di kelas VIII.8, prestasinya tidak terlalu menonjol, tapi anaknya memang begitu suka menyendiri. Bila temannya menyampaikan pendapat atau mengerjakan dia mencatat, tapi dia tidak banyak berperan aktif. Tapi memang pembawaannya demikian, bahkan sehari-hari pun tidak berkumpul dengan teman-temannya, saat jam istirahat dia memilih di dalam kelas saja. Apakah Bapak mencari tahu penyebab siswa tersebut bersikap demikian? Ya, pada awalnya dari teman-teman sekelasnya terus bekerja sama dengan guru BK karena anak tersebut dulu juga pernah akan pindah sekolah. Akhirnya kami panggil wali murid ya menanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi, dan orangtuanya pun menyatakan kalau anak tersebut memang tertutup tidak banyak bergaul. Pulang sekolah hanya di kamar main game. Akhirnya setelah dibujuk ana tersebut mengurunkan niatnya untuk pindah. Tapi ya masih begitu, belum banyak bersosialisasi dengan teman-temannya. Standar penilaian di sini menggunakan KKM atau rata-rata kelas? KKM, tapi pakai rata-rata juga. Setiap habis ulangan baik harian, mid atau semesteran selalu saya rata-rata. Anak yang nilainya kurang ada. Apakah Bapak mencari tahu penyebab siswa mendapat nilai kurang atau dibawah KKM? Ya, sebagian kecil, karena tidak semua saya kuasai. Ada beberapa anak yang saya dekati, saya tanyakan kenapa nilaimu rendah, termasuk anak yang ramai saya ajak bicara, pendekatan secara personal. Sebenarnya secara materi kemampuan akademik siswa mampu untuk bisa mencapai KKM, tapi mungkin ada permasalahan pribadi atau kadang mereka merasa masih belum
147
P 21. S P 22. S P 23.
S
P 24.
S P
25. S
P 26. S P 27. S P 28. S
perlu untuk terlalu serius untuk belajar karena masih kelas VIII. Apa tindakan Bapak saat siswa menjawab masih santai karena masih kelas VIII? Saya jelaskan bahwa nilai raport kan juga dipakai untuk menentukan kelulusan, jadi bukan saat kelas IX saja. Boleh satai tapi harus punya target, nilai harus di atas KKM. Bapak pernah menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena masalah keluarga? Lalu tindakan Bapak apa? Ya, pernah yang seperti itu. Saya koordinasikan dengan wali kelas dan juga meminta bantuan guru BK. Apakah Bapak melokalisasi kesulitan belajar siswa? Tidak, secara global saja. Pada bagaian mana saja siswa mengalami kesulitan, misal pada materi A banyak siswa yang mendapat nilai rendah ya saya bahas lagi saya beri soal. Ttetapi tidak satu per satu siswa. Kalau ada siswa yang belum paham materi B dan menanyakan pada saya ya saya bahas lagi di kelas, untuk mengulang saja sekedar sampai siswa tersebut paham. Apa yang Bapak ketahui tentang pengajaran perbaikan? Remidi tiu saat anak mengalami kesulitan hingga ni;lainya tidak mencapai KKM kita harus melakukan remidi ajar ulang materi terbsebut. Ajar ulang, dalam arti sekedar mengulang materi kembali atau seperti apa? Ya saya menjelaskan materi kembali. Juga pemberian soal, misal soal tentang A banyak siswa yang kesulitan maka saya akan memberikan soal sejenis dengan sedikit perubahan lalu saya pantau. Misalnya tentang materi menggambar, anak kok masih kesulitan menggambar, saya menjelaskan lagi langkah – langkah dalam menggambar, nanti kalau sudah sesuai yang dimaksud anak saya beri soal. Apakah terdapat perbedaan saat mengajar pengajaran perbaikan dengan mengajar reguler? Sama saja, hanya saja saya menambahkan juga sumber-sumber dari buku lain tentang materi yang akan dibahas. Juga menggunakan alat peraga, simulasi. Apakah ada waktu khusus untuk melaksanakan pengajaran perbaikan? Biasanya setelah ulangan harian, ualangan harian kok materi A masih banyak yang tidak bisa y=maka saya ulangi lagi materi A. Berarti tidak ada alokasi waktu khusus untuk pelaksaan pengajaran perbaikan? Harusnya ada, di akhir semester kalau masih ada siswa waktu, tapi jika tidak ada ya kapan saja saat hendak memberi materi baru tapi ada beberapa hal yang belum dimengerti siswasaya lakukan remidi. Pernah juga dilakukan setelah jam sekolah, itu
148
P 29. S P 30. S P 31. S 32.
P S P
33. S P 34. S P 35. 36. 37.
S P S P S P
38. 39.
S P
dilakukan bila tidak ada siswa waktu dan mendekati ujian akhir. Tapi seringnya ya saat jam pelajaran matematika. Apakah sebelum melakukan pengajaran perbaikan Bapak merumuskan tujuannya terlebih dahulu? Sebenarnya spontasn, tapi ya tentu bertujuan yaitu agar anak bisa memahami materi yang sebelumnya dia kesulitan. Memang sebaiknya direncanakan, tapi ya itu terbentur waktu. Apakah Bapak merinci kegiatan yang akan dilakukan saat remidi? Sebenarnya tidak dirinci yang deti, yang pasti saya menyampaikan materi, kemudian diskusi dengan siswa apakah masih ada kesulitan kalau sudah tidak ada kesulitan saya beri soal. Apakah Bapak menentukan terlebih dulu strategi ayng akan diterapkan dalam remidi? Ya memperjelas. Mengingat apada saat pelajaran reguler apakah siswa tidak paham bila hanya melaui ceramah, jadi saat remidi saya gunakan alat bantu peraga lainnya. Apakah Bapak mengatur posisi duduk siswa? Tidak, seperti biasanya saja. Adakah trik khusus yang bapak lakukan saat memberikan remidi? Ya biasanya saat remidi, agar lebih menggigit, artinya bila saat pelajaran reguler saya hanya menyampaikan garis besarnya saja saat remidi sacarjelaskan lebih detil, rinci dan runtut. Apakah Bapak berusaha membangun suasana saat pelaksanaan remidi? Iya, saya mengkondisikan kelas agar tidak kaku, anak saya bebaskan memilih temapat duduk. Lebih santai sesekali diselingi joke agar siswa merasa lebih enjoy Apakag setelah melakukan remidi Bapak melakukan evaluasi? Iya, saya selalu memperhatikan apakah masih ada kesulitan setelah diberi remidi, kemudian apakah nilai anak lebih tinggi ya seperti itu saja. Lalau bagaimana nilai siswa setelah mengikuti remidi? Lebih bagus. Adakah target waktu dalam pelaksanaan remidi? Maksimal 2x pertemuan untuk 1 bab, kalau masih ada kesulitan dilihat nanti apakah akhir semester masih ada waktu, klo masih saya berikan remidi bab itu lagi. Apakah hasilnya sesuai target? Kadang sesuai kadang tiadak. Kendalanya waktu, seperti semster 2 seperti ini anak kelas VIII sering libur untuk latihan ujian kelas IX. apakah terjadi perubahan pada anak setelah memperoleh remidi?
149
S P 40. S P 41. S P 42.
S
Ya tentu, karena sudah memahami materi sebelumnya jadi untuk menuju materi baru lebih mudah. Selain tentunya nilai mereka lebih bagus. Apakah Bapak melakukan penilaian terhadap diri sendiri setelah melakukan remidi? Ya, saya mencari feedback dari anak, saya bertanya dengan cara saya menyampaikan materi seperti ini apakah bisa diterima atau masih belum paham. Kalau sebagaian besar anak masih mengalami kesulitan ya saya coba metode lain. Hambatan dalam remidi selain mengenai waktu apa ada yang lain? Ya paling kondisi siswa, semangat belajarnya, minat juga ketertarikannya. Kalau semangat siswa belajar kurang apa yang Bapak lakukan? Person to person, cari tahu kenapa demikian, keinginan apa saja yang lebih kuat dari pada belajar matematika. Biasanya saya ajak ngobrol di luar kelas, saya beri masukan biasanya berubah. Kalau malesnya muncul lagi saya kembali ingatkan, biasanya anak kembali fokus.
150
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: SU
Jenis Kelamin : Perempuan Usia
: 14 Tahun
Kelas
: VIII.10
Waktu
: 20 April 2013
P
: Peneliti
S
: Subyek
No.
P/S P
Transkip Wawancara Apakah anda sering tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan didalam kelas? Tidak juga sih sebenarnya, kadang-kadang saja. Kadang memperhatikan kadang juga tidak. Kalau tidak memperhatikan itu ya paling saya asyik main sendiri atau mengerjakan soal atau
1. S
ngobrol atau juga menggambar. Saya dari dulu tidak menyukai pelajaran berhitung mbak¸salah satunya ya matematika. Saya lebih menyukai pelajaran seperti bahasa dan IPS. Tapi yang paling sukai adalah pelajaran Bahasa Inggris.
P
Apakah anda sering ribut disaat Bapak/Ibu guru sedang menjelaskan materi di dalam kelas? Ribut tidak tapi mengobrol dengan teman. Karena tidak suka jadi saya sering merasa jenuh memperhatikan Pak guru menyampaikan
2.
materi. Dari pada jenuh saya lebih memilih untuk menggambar S
atau yang lainnya. Saya pernah ditegur Pak guru karena mengobrol saat Beliau sedang menyampaikan materi pelajaran. Bahkan saya pernah dipanggil untuk mengahadap Beliau pada waktu jam istirahat.
3.
P
Apakah anda pernah tidak mencatat materi pelajaran yang diberikan Bapak/Ibu guru?
151
4.
S
Saya selalu mencatat, tidak pernah tidak mencatat.
P
Apakah anda sering membolos tidak mengikuti pelajaran? Tidak pernah, kalau absen saat pelajaran matematika pernah.
S
Karena waktu itu saya mewakili sekolah untuk mengikuti lomba Bahasa Inggris.
5.
6.
P
Apakah anda sering mencontek dalam mengerjakan tugas?
S
Tidak pernah.
P
Apakah anda sering lambat dalam mengerjakan tugas? Kalau mengerjakan atau mengumpulkan tugas saya selalu tepat
S
waktu tapi kalau ulangan waktunya suka mepet-mepet saat waktu hampir habis.
7.
P S P
8.
Apakah anda pernah memperoleh nilai yang jelek (jauh di bawah standar)? Iya, pernah. Apakah yang anda ketahui tentang pengajaran perbaikan (remedial)? Mengulang bahan yang kemarin jadi bahan ulangan agar bisa lebih
S
mengerti dan paham sehingga bisa menjawab soal dengan benar mendapat nilai yang lebih baik sesuai KKM.
P 9.
Pernahkah anda memperoleh remidi? Iya, pada semster ini saya telah mengikuti remidi matematika dua
S
kali mbak, memang nilai matematika saya akhir-akhir ini sering jelek.
10.
P S P
11. S
Apakah Bapak/Ibu guru mengatur tempat duduk anda didalam kelas? Tidak, sama aja seperti pelajaran biasanya. Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu menggunakan bahasa yang mudah anda pahami? Ya lebih sederhana dan lebih jelas, lebih mudah dipahami. Suasana belajarnya juga lebih santai karena kadang sambil
152
bercanda. 12.
P S P
Apakah Bapak/Ibu guru sering menggunakan alat bantu peraga dalam mengajar? Iya pakai alat bantu peraga. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu guru menyampaikan materi dalam kelas perbaikan? Apakah sama atau ada perbedaan? Ada sdikit perbedaan, pada saat remidi Pak guru menyampaikan materi dengan ceramah, menggunakan alat bantu peraga juga
13. S
diskusi dengan teman. Dengan seperti itu jadi pelajaran tidak terlalu membosankan sehingga saya lebih tertarik untuk memperhatikan dan mudah paham. Materi seperti apakah yang Bapak/Ibu jelaskan di kelas perbaikan
P
(menjelaskan semua materi atau hanya materi kesulitan belajar yang anda alami)?
14.
Hanya materi yang saya sulit mengerjakan soalnya saja tapi ada S
juga yang saya tidak kesulitan menjawab tapi mungkin sulit buat teman yang lain.
P
Apakah Bapak/Ibu guru memperbaiki cara belajar anda yang salah? Paling saya dinasehati bahwa memahami pelajaran matematika juga sama pentingnya dan meminta saya untuk lebih giat belajar matematika supaya saya tidak mendapat nilai jelek lagi. Saya pernah sekali dipanggil Pak guru pada jam istirahat. Menurut
15. S
pak guru saya dipanggil karena Pak guru sering mendapati saya tidak memperhatikan pelajaran ditambah dengan nilai saya yang beberapa klai mendapat nilai jelek, saya ditanya kenapa berbuat demikian, dan saya menjawab apa adanya bahwa saya tidak menyukai pelajaran berhitung dan lebih menyukai pelajaran bahasa atau IPS.
153
Kemudian Pak guru menasehati saya bahwa memahami pelajaran matematika juga sama pentingnya dengan mempelajari pelajaran lainnya. 16.
P S
Bagaimanakah cara belajar yang Bapak/Ibu guru terapkan kepada anda? Dikasih banyak soal latihan. Apakah Bapak/Ibu memberi
P
anda kesempatan untuk bertanya
tentang materi yang belum anda pahami sampai anda benar-benar paham tentang materi tersebut?
17.
Kadang kalau masih ada yang belum dipahami Pak guru S
mempersilahkan kami untuk bertanya, kadang juga siswa yang sudah paham diminta untuk menjawab pertanyaan siswa lain yang masih belum mengerti.
18.
P S P
19. S P 20. S
21.
P S
22.
P S
Kapankah Bapak/Ibu guru memberikan perbaikan (remidi ) kepada anda? Setelah ulangan harian dan setelah ujian tengah semster. Apakah Bapak/Ibu guru menyiapkan jam tambahan khusus untuk anda yang mengalami kesulitan belajar? Dulu pernah saat jam pelajaran matematika, kemarin tapi sesudah pulang sekolah. Bagaimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi kepada anda? (apakah secara kelompok atau perorangan) Secara kelompok, bersama-sama dengan teman satu kelas yang nilainya masih kurang. Dimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi? Apakah disediakan suatu ruangan khusus? Tidak ada ruang khusus, di kelas saja seperti pelajaran sehari-hari. Metode/dalam bentuk apakah remidi diberikan oleh Bapak/Ibu guru (pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dll)? Pada pengajaran perbaikan Pak guru menyampaikan materi
154
dengan ceramah, meggunakan alat bantu, juga diskusi dengan teman. 23.
P
Apakah anda menyukai metode yang dipakai oleh Bapak/Ibu guru?
S
Biasa saja sih¸tapi memang saya jadi lebih paham.
P
Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mendapatkan remidi? Dengan mengikuti remidi saya jadi paham oh jadi begini yang
24.
S
dimaksud Pak guru, ya saya menjadi lebih dong. Jadi saya bisa menjawab soal yang yang diberikan hingga nilai saya pun bisa mencapai KKM.
P
Apakah cara belajar anda berubah setelah anda mendapatkan remidi? Dulu sih tidak ada perubahan yang berarti selain nilai yang
25.
meningkat, namun setelah dua kali mendapat remidi dan saya S
diingatkan Pak guru saya berusaha untuk mengikuti pelajaran matematika dengan baik, agar saya tidak perlu mendapatkan remidi untuk ketiga kalinya.
155
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: MH
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia
: 15 Tahun
Kelas
: VIII.10
Waktu
: 20 April 2013
P
: Peneliti
S
: Subyek
No.
P/S P
Transkip Wawancara Apakah anda sering tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan didalam kelas? Kadang-kadang, kadang suka jenuh aja. Apa lagi kalau materi
1. S
tentang menggambar, saya suka binugng kalau penjelesannya kurang detil. Kalau sudah begitu biasanya saya memilih untuk mengobrol dengan teman.
2.
P S
3.
4.
5.
P
menjelaskan materi di dalam kelas? Ribut tidak pernah. Apakah anda pernah tidak mencatat materi pelajaran yang diberikan Bapak/Ibu guru?
S
Selalu mencatat.
P
Apakah anda sering membolos tidak mengikuti pelajaran?
S
Tidak pernah.
P
Apakah anda sering mencontek dalam mengerjakan tugas?
S P
6.
Apakah anda sering ribut disaat Bapak/Ibu guru sedang
Pernah sekali, karena soalnya susah saya jadi bingung menjawabnya. Apakah anda sering lambat dalam mengerjakan tugas? Kalau mengerjakan ulangan atau ujian menyelsaikan saat waktu
S
hampir habis, karena soalnya susah juga suka tiba-tba lupa rumus saat mengerjakan.
156
7.
P S
8.
9.
P
Apakah anda pernah memperoleh nilai yang jelek (jauh di bawah standar)? Pernah, dua kali. Apakah yang anda ketahui tentang pengajaran perbaikan (remedial)?
S
Mengulang materi terus mengerjakan soal.
P
Pernahkah anda memperoleh remidi?
S
Pernah, dua kali mbak.
P 10. S P
Apakah Bapak/Ibu guru mengatur tempat duduk anda didalam kelas? Tidak ada aturan, seperti pelajaran biasanya tetapi ada juga teman yang posisi duduknya pindah, diperbolehkan kok. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengajar di kelas? Cara penyampaian materi yang diterapkan Pak guru dalam
11.
S
pengajaran perbaikan lebih menyenangkan. Karena Beliau memberi penjelasan yang detil dan lebih rinci sehingga lebih mudah bagi saya untuk memahami materi yang disampaiakan.
12.
P S P
13. S P
Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu menggunakan bahasa yang mudah anda pahami? Iya, lebih jelas. Apakah Bapak/Ibu guru sering menggunakan alat bantu peraga dalam mengajar? Iya, kadang mengguankan alat bantu seperti bangun ruang, penggaris ya kita jadi lebih mudah memahami. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu guru menyampaikan materi dalam kelas perbaikan? Apakah sama atau ada perbedaan? Ada perbedaan, di kelas remidi Pak guru saat menyampaikan
14. S
materi menjelaskannya lebih detil, selain itu juga kita diminta untuk mendiskusikan materi dengan teman sampai kita bisa memahami materi yang ada. Dengan diskusi ini kan jadi ada
157
interaksi dengan teman, ada kerja sama. Selain itu kita juga diberi kesempatan untuk bertanya kalau masih ada yang belum kita pahami. Materi seperti apakah yang Bapak/Ibu jelaskan di kelas 15.
P
perbaikan (menjelaskan semua materi atau hanya materi kesulitan belajar yang anda alami)?
S P
Materi di mana kita mendapat kesulitan saja. Apakah Bapak/Ibu guru memperbaiki cara belajar anda yang salah? Ya, sebelum remidi itu kan saya dipanggil Pak guru kenapa saya sampai ikut remidi lagi, saya bilang kalau saya sulit memahami materi bila penjelasan verbalnya tidak mendetil jadi
16. S
dari pada kesulitan dan tidak paham saya jadi mengobrol dengan teman. Lalu pak guru menasehati saya untuk lebih banyak mencari sumber materi seperti dari buku lain atau internet. Saya juga diminta untuk lebih memperbanyak mengerjakan latihan soal biar lebih paham.
P 17. S
Bagaimanakah cara belajar yang Bapak/Ibu guru terapkan kepada anda? Saya diminta untuk lebih mempelajari tentang gambar, menambah materi dan menambah latihan soal. Apakah Bapak/Ibu memberi anda kesempatan untuk bertanya
18.
P
benar paham tentang materi tersebut? S P
19. S 20.
tentang materi yang belum anda pahami sampai anda benar-
P
Iya. Kapankah Bapak/Ibu guru memberikan perbaikan (remidi ) kepada anda? Saat jam pertama pelajaran matematika atau setelah pulang sekolah. Apakah Bapak/Ibu guru menyiapkan jam tambahan khusus
158
untuk anda yang mengalami kesulitan belajar? S
21.
P S
22.
P S P
23. S P 24. S P 25. S P 26.
Kemarin itu iya, remidi setelah pulang sekolah, tapi dulu remidi dilakukan saat jam pelajaran matematika. Bagaimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi kepada anda? (apakah secara kelompok atau perorangan) Bersama dengan teman satu kelas. Dimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi? Apakah disediakan suatu ruangan khusus? Di ruang kelas kami sama seperti saat pelajaran biasanya. Metode/dalam bentuk apakah remidi diberikan oleh Bapak/Ibu guru (pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dll)? Ceramah mendetil, diskusi, tanya jawab lalu mengerjakan tugas. Apakah anda menyukai metode yang dipakai oleh Bapak/Ibu guru? Iya, karena membuat saya lebih mudah memahami materi yang disampikan. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mendapatkan remidi? Saya jadi lebih memahami mataeri jadi saat menegrjakan soal jadi lebih mudah, akhirnya saya mendapat nilai yang bagus. Apakah cara belajar anda berubah setelah anda mendapatkan remidi? Kadang waktu menjelang ulangan atau ujian saya mencarai
S
sumber tambahan tapi tidak selalu karena kadang rasanya malas.
159
REDUKSI HASIL WAWANCARA Nama
: BS
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia
: 14 Tahun
Kelas
: VIII.10
Waktu
: 20 April 2013
P
: Peneliti
S
: Subyek
No.
P/S P
Transkip Wawancara Apakah anda sering tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan didalam kelas? Iya mbak, saya kadang tidak memperhatikan sewaktu Pak guru
1.
menyampaikan materi karena jenuh khususnya saat materi yang S
diberikan tentang rumus untuk melakukan penghitungan. Saya tidak menyukai matematika mbak, saya pusingn kalau harus melakukan banyak penghitungan.
P
Apakah anda sering ribut disaat Bapak/Ibu guru sedang menjelaskan materi di dalam kelas? Tidak ribut tapi paling mengobrol dengan teman. Dari pada
2.
jenuh menyimak penjelasan Pak guru saya lebih memilih S
mengobrol dengan teman. Waktu itu saya juga berpikir saya kan baru kelas VIII masih bisa bersantai-santai dalam belajar, belajar serius nanti kalau sudah kelas IX.
P 3.
Apakah anda pernah tidak mencatat materi pelajaran yang diberikan Bapak/Ibu guru? Tidak pernah, saya selalu mencatat. Kadang memang cuma
S
menyalin catatan teman, soalnya kan penting untuk belajar lagi kalau mau ulangan.
4.
P
Apakah anda sering membolos tidak mengikuti pelajaran?
160
5.
S
Tidak pernah.
P
Apakah anda sering mencontek dalam mengerjakan tugas?
S P
6.
Tidak pernah, paling bertanya pada teman rumus atau cara mengerjakan bagaiman. Apakah anda sering lambat dalam mengerjakan tugas? Pernahh terlambat mengumpulkan tugas, sampai ditagih sama
S
Pak guru, kalau untuk ulangan biasanya pas waktu habis pas saya selesai mengerjakan.
7.
P S P
8.
Apakah anda pernah memperoleh nilai yang jelek (jauh di bawah standar)? Pernah, dua kali. Apakah yang anda ketahui tentang pengajaran perbaikan (remedial)? Pengajaran perbaikan yan mengulang kembali materi sampai
S
kita paham sehingga pada saat diberi soal kita bisa mengerjakan dengan baik dan memperoleh nilai di atas KKM.
P
Pernahkah anda memperoleh remidi? Kemarin adalah kali kedua saya mendapatkan remidi mbak,
9.
S
memang nilai matematika saya terus mengalami penurunan namun
baru
belakangan
ini
saja
saya
sampai
harus
mendapatkan remidi. 10.
P S
11.
P S
12.
P S
Apakah Bapak/Ibu guru mengatur tempat duduk anda didalam kelas? Tidak, sama saja seperti biasanya. Apakah dalam mengajar Bapak/Ibu menggunakan bahasa yang mudah anda pahami? Iya. Apakah Bapak/Ibu guru sering menggunakan alat bantu peraga dalam mengajar? Iya, Pak guru kadang menggunakan alat bantu saat remidi.
161
P
Bagaimanakah cara Bapak/Ibu guru menyampaikan materi dalam kelas perbaikan? Apakah sama atau ada perbedaan? Waktu remidi pemberian materi yang dilakukan Pak guru lebih menyenangkan, ada sedikit perbedaan dibandingkan pada pelajaran biasanya. Di kelas remidi Pak guru membuat suasana menjadi
13. S
lebih
santai
karena
kadang
sambil
bercanda,
penggunaan alat bantu peraga lebih sering. Juga da diskusi, tanya jawab sehingga kelas menjadi lebih hidup. Diskusi dalam remidi itu lebih hidup, karena diskusi berjalan santai, membhasa bagian yang belum dipahami pun menjadi lebih mudah. Bila masih ada yang belum dipahami tidak segan untuk bertanya kepada teman sampai benar-benar paham. Materi seperti apakah yang Bapak/Ibu jelaskan di kelas
P
perbaikan (menjelaskan semua materi atau hanya materi kesulitan belajar yang anda alami)?
14.
Materi yang diberikan Pak guru dalam remidi mengulang S
materi mengenai soal-soal yang k ami jawab salah, ya yang belum kami pahami.
P
Apakah Bapak/Ibu guru memperbaiki cara belajar anda yang salah? Kemarin sebelum dilakukan remidi Pak guru memanggil saya dan menyakan kenapa saya sering tidak serius dalam mengikuti pelajaran padahal nilai yang saya dapat di bawah KKM. Kemudian saya dinasehati bahwa saya harus memperhatikan
15. S
pelajaran supaya saya paham sehingga nilai saya di raport menjadi baik. Karena meski masih kelas VIII saya juga harus serius belajar karena kalau tidak nanti saya juga akan mengalami kesulitan saat saya sudah kelas IX. Selain itu saat remidi selesai Pak guru selalu mengingatkan agar kami lebih tekun belajar matematika, dan tidak
162
mengulangi kesalahan yang sama. 16.
P S
Bagaimanakah cara belajar yang Bapak/Ibu guru terapkan kepada anda? Disuruh untuk sering mengerjakan latihan soal. Apakah Bapak/Ibu memberi anda kesempatan untuk bertanya
P
tentang materi yang belum anda pahami sampai anda benarbenar paham tentang materi tersebut?
17. S P 18. S P 19.
Ya, kalau ada yang masih bingung Pak guru mempersilahkan kami untuk bertanya. Kapankah Bapak/Ibu guru memberikan perbaikan (remidi ) kepada anda? Setelah ulangan harian, setelah pulang sekolah atau saat pelajaran matematika. Apakah Bapak/Ibu guru menyiapkan jam tambahan khusus untuk anda yang mengalami kesulitan belajar? Kadang, pernah ada jam khusus setelah pulang sekolah tapi
S
pernah juga dilakukan mengambil jam pertama jam pelajaran matematika.
20.
P S
21.
P S P
22. S 23.
P
Bagaimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi kepada anda? (apakah secara kelompok atau perorangan) Kelompok, satu kelas. Dimanakah Bapak/Ibu guru memberikan remidi? Apakah disediakan suatu ruangan khusus? Di ruang kelas kami, tidak ada ruangan khusus. Metode/dalam bentuk apakah remidi diberikan oleh Bapak/Ibu guru (pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dll)? Di kelas remidi Pak guru kadang menggunakan alat bantu, ada diskusi dan tanya jawab. Apakah anda menyukai metode yang dipakai oleh Bapak/Ibu guru?
163
S P
Iya, karena lebih santai jadi saya lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan Pak guru. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mendapatkan remidi? Manfaat remidi bagi saya adalah nilai matematika saya
24.
meningkat bahkan melebihi standar KKM, itu karena saya S
menjadi lebih paham materi pelajaran yang disampaikan Pak guru. Jadi saat mengerjakan soal saya tidak banyak menemui kesulitan.
P
Apakah cara belajar anda berubah setelah anda mendapatkan remidi? Perubahan yang saya alami, saya termotivasi untuk lebih serius
25. S
mengikuti pelajaran, berusaha menambha waktu belajar saya di rumah. Tidak lagi belajar hanya saat menjelang ujian atau saat mengerjakan tugas saja.
164
Lampiran 5: Display Data Aspek yang ditinjau 1.
Definisi pengajaran perbaikan 2. Alasan pemberian pengajaran perbaikan 3. Tujuan pengajaran perbaikan
DISPLAY DATA NS Pengajaran yang diberikan kepada siswa yang hasil evaluasi belajarnya kurang dari kriteria keberhasilan minimal Penting, untuk mengatasi hambatan/kesulitan belajar siswa
Agar siswa memahami materi yan diberikan sehingga dapat mengatasi hambatan/kesulitan belajar sehingga mampu mencapai standar KKM
4.
Diagnosi a. Melihat perilaku menyimpang pada siswa dikelas s kesulitan b. Menggunakan nilai dan penyesuaian sosial siswa belajar siswa dalam mengelompokan kesulitan belajar c. Meneliti faktor penyebab kesulitan belajar 5. Perenca a. Merumuskan tujuan pengajaran perbaikan naan b. Menggunakan strategi dan pendekatan yang pengajaran mengarah pada hasil belajar yang lebih baik pada siswa perbaikan 6. Pelaksa a. Melakukan pemeriksaan kembali kasus kesulitan naan belajar pengajaran b. Materi diberikan dengan penugasan perbaikan c. Pelaksaan remidi dilakukan setelah mengadakan uji blok pada sub pokok bahasan tertentu d. Pengajaran perbaikan diberikan secara langsung e. Pengajaran perbaikan dilaksanakan diruang kelas, setelah pulang sekolah/saat pelajaran matematika f. Menggunakan metode campuran ceramah, demonstrasi menggunakan alat peraga, diskusi, tanya jawab dan penugasan
165
7.
Evaluasi a. Melakukan evaluasi dalam bentuk tanya jawab pengajaran atau mengerjakan soal perbaikan b. Terjadi peningkatan nilai tapi tidak semua mengalami perubahan tingkah laku/kebiasaan belajar c. Hasil belajar siswa dijadikan sebagai patokan keberhasilan pengajaran perbaikan d. Melakukan evaluasi ketepatan metode dengan masalah belajar siswa
166