PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE DI KOTA MADIUN (Studi Kasus pada TK Al Irsyad Kota Madiun tahun 2013)
Hermawati Dwi Susari, S.Psi, M.Pd Prima Suci Rohmadheny, S.Pd. Abstrak Layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut perlu. Anak usia dini merupakan individu yang unik/ berbeda satu dengan yang lain (individual differences). Untuk menyiapkan anak usia dini menjadi individu yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing perlu adanya pembelajaran yang ramah dan menghargasi setiap potensi kecerdasan yang dimiliki oleh mereka. Howard Gardner dengan teori multiple intelligence (MI)-nya menjadi jawaban bagi salah satu lembaga PAUD Formal di Kota Madiun yang telah menjadikan teori ini sebagai basis dalam pelaksanaan pembelajaran di lembaga mereka, yakni di TK Islam Al Irsyad Madiun. Bagaimana TK Islam Al Irsyad Madiun menerapkan pembelajaran berbasis MI ini perlu kiranya dilakukan penelitian lebih mendalam, dan jika memang baik maka jangka panjang perlu dilakukan pelitian lanjutan untuk mengetahui apa yang menjadi kendala bagi lembaga lain sehingga belum menerapkan pembelajaran berbasis MI ini sangat perlu digali lebih dalam melalui penelitian. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus melalui beberapa tahap pengumpulan data antara lain: pengamatan, wawancara, dan diskusi kelompok terfokus. Analisis dilakukan sejak pengumpulan data hingga data selesai dan telah jenuh dengan tahapan: analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema. Sedangkan data diperiksa keabsahannya melalui kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kata Kunci: Pembelajaran, Multiple Intelligence
PENDAHULUAN Setiap anak memiliki potensi dan setiap anak itu cerdas. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan dan penelitian dalam dunia pendidikan terus dilakukan sebagai upaya menemukan metode, strategi, ataupun model pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi bawaan yang dimiliki anak. Hal ini sangat penting untuk terus dilakukan terutama pada pendidikan anak usia dini (PAUD). Menurut NAEYC anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Berkaitan dengan pendidikan untuk anak usia dini, pemerintah telah mengatur
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
56
dalam Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian, anak usia dini adalah anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan yang amat pesat pada rentang usia 0 – 8 tahun. Menurut tokoh besar pendidikan di Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara (2011: 6), pendidikan anak usia dini dilakukan sejak usia dini. Yang penting pendidikan perlu menanamkan nilai budi pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan, dan agama. Semua nilai di atas perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan tersebut sesuai dengan nalar, perkembangan kondisi dan kebudayaan setempat. Dan menurut Yus (20111: 9) dalam pemberian rangsangan pendidikan untuk anak usia dini, Ki Hajar Dewantoro memiliki filosofi ampuh dengan istilah sistem among. Dengan maksud memberi kemerdekaan, kesukarelaan, demokrasi, toleransi, ketertiban, kedamaian, kesesuaian, dengan keadaan, dan hindari perintah dan paksaan. Sistem ini mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, pikirannya, dan tenaganya, serta dapat mencari pengetahuan sendiri. Filosofi (pandangan) Ki Hajar Dewantoro yang dianut adalah asah, asih, dan asuh. Dengan demikian dapat disintesiskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak pada rentang usia sejak lahir hingga 8 tahun. Salah satu hal penting dalam pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah kecerdasan. Berbicara mengenai kecerdasan atau inteligensi seorang profesor pendidikan di Harvard University yaitu Howard Gardner telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia selama bertahun-tahun. Gardner telah menemukan teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar: bahwa manusia itu bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Gardner mengembangkan kriteria untuk mengukur apakah bakat itu benar-benar suatu kecerdasan. Setiap kecerdasan semestinya memiliki ciri perkembangan, yang dapat diamati dalam populasi tertentu. Ketika kebanyakan
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
57
orang memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, setiap individu menujukkan perbedaan ciri-ciri kognitif.( Campbell, et.al., 2007: 1) Penelitian Gardner seperti yang dikutip oleh Campbell, et.al.. telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut: kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang
terjadi
dalam
kehidupan
manusia,
kemampuan
untuk
menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Penelitian Gardner mengenai multiple intelligences atau kecerdasan jamak ini masih terus dilakukan. Bermula dari tujuh kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Garnder, kemudian berkembang menjadi delapan dan kini menjadi sembilan kecerdasan jamak. Sembilan kecerdasan jamak yang dimaksud
antara
lain:
kecerdasan
bahasa,
kecerdasan
visual-spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik, dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan jamak dimiliki oleh setiap individu demikian pula pada anak usia dini. Pemahaman adanya berbagai kecerdasan yang sangat mungkin dimiliki oleh setiap anak usia dini, akan orang dewasa baik guru maupun orang tua untuk menghargai setiap potensi dan minat yang dimiliki anak tanpa harus dipaksakan agar seperti konsep kecerdasan klasik yang dimiliki oleh orang tua. Dalam penerapan pembelajaran, teori ini telah dijadikan sebagai metode dalam pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini seperti yang terjadi pada PAUD formal di Kota Madiun. Permasalahan yang masih banyak terjadi di berbagai lembaga pendidikan anak usia dini dari hasil pengataman selama ini adalah model pembelajaran yang belum memperhatikan aspek kecerdasan yang berbeda dari masing-masing anak. Anak sebagai individu yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Seperti yang terjadi di Kota Maidun. Dari sejumlah 42 lembaga PAUD formal yang berbentuk TK/RA di Kota Madiun, terdapat sebuah lembaga PAUD formal yang menggunakan metode pembelajaran berbasis pada multiple intelligence (MI). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan salah seorang
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
58
pendidik TK Al Irsyad pada saat studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dengan metode ini masing-masing potensi kecerdasan anak benar-benar dihargai. Sentra yang dibuka adalah sentra yang sesuai dengan jumlah kecerdasan yang ada. Dan hal yang menarik adalah segala perencaan, proses, serta evaluasi yang berbasis MI ini berbeda dengan yang sudah pernah ada sebelumnya. Selain itu, belum banyak lembaga yang menerapkan hal ini. Dengan penelitian ini, diharapkan akan memberikan informasi baru dan lengkap tentang penerapan pembelajaran yang berbasis MI. Hal-hal yang positif dapat diambil oleh pendidik dari lembaga lain di Indonesia dapat terinspirasi untuk memberikan pembelajaran yang menghargai setiap potensi kecerdasan yang dimiliki anak. Fokus dan Sub Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran berbasis multiple intelligence (MI) di TK Islam Al Irsyad Madiun. Sedangkan subfokus pada penelitian ini antara lain: 1. Perencanaan pembelajaran berbasis MI di TK Islam Al Irsyad Madiun. 2. Pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Al Irsyad Madiun. 3. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di TK Islam Al Irsyad Madiun. PEMBELAJARAN PAUD 1. Pembelajaran Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Standar Pendidikan Nasional, pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir
mengkonstruksi
siswa,
pengetahuan
serta baru
dapat
meningkatkan kemampuan
sebagai
upaya
meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Kemudian, Dimyati & Mudjiono (2010) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belaja secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangakan Knirk & Gustafson mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
59
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu sehingga merangsang dan mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengonstruksi pengetahuan baru.
Multiple Intelligence (MI) Teori terkenal yang dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Amstrong (2009: 6-7) berkaitan dengan perkembangan anak adalah teori tentang kecerdasan jamak. Kecerdasan jamak tersebut meliputi kecerdasan berikut ini: a.
Kecerdasan Linguistik / Word Smart Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan katakata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara, penulis, dsb.
b.
Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan Logis-Matematis melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: akuntan pajak, programmer, ahli matematika, ilmuwan, dsb.
c.
Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya
dalam
bentuk
dua
atau
tiga
dimensi.
Kita
membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu, designer, dsb. d.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
60
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb. Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain pantomim, aktor, penjahit, ahli bedah, dsb. e.
Kecerdasan Musikal Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Dalam keseharian, kita mendapat manfaat dari kecerdasan ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio, dsb. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
f.
Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan
antarpribadi
melibatkan
kemampuan
untuk
memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan - dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan berempati, kemampuan
memanipulasi,
kemampuan
"membaca
orang",
kemampuan berteman, dsb. Segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public figure, pemimpin, guru, konselor, dll. g.
Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya” untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang menuntut kecerdasan Intrapribadi antara lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
h.
Kecerdasan Naturalis Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentukbentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
61
kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan Naturalis antara lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.
i.
Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkwajiban menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
METODE PENELITIAN Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di TK Al Irsyad Madiun. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada semester genap 2013/2014 selama 3 bulan terakhir dalam semester genap yaitu April – Juni 2014. Data dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti baik melalui pengamatan/observasi maupun melalui wawancara. Dalam hal ini pengamatan dilakukan pada pembelajaran yang diterapkan di TK Islam Al-Irsyad Madiun. Wawancara diakukan kepada beberapa informan yakni pengelola dan kepala TK Islam Al-Irsyad Madiun, walimurid yang anaknya bersekolah di lembaga tersebut, dan beberapa pendidik yang mengajar di TK Islam Al-Irsyad Madiun. Sedangkan data sekunder merupakan data yang mendukung data primer dan tidak dikumpulkan langsung oleh peneliti, seperti: dokumentasi/data tertulis yang ada di lembaga. Dokumentasi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini berupa data perencanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang digunakan di TK Al Irsyad Madiun. Sesuai dengan pendapat Lofland dalam Moleong (2011: 112), sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan dokumen, dan lain-lain. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang mengikuti alur penelitian maju bertahap Spradley. Dalam mengumpulkan data yang sesuai fakta, peneliti menggunakan teknik dan prosedur sebagai berikut:
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
62
1. Pengamatan atau observasi yang dilakukan untuk mengamati semua aktivitas pembelajaran di lapangan terkait dengan masalah penelitian. Proses pengamatan diawali dengan peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan fakta empiris di lapangan. Metode pengamatan juga dapat meminimalisasi potensi-potensi yang terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh pengamat sendiri. 2. Wawancara
Kualitatif
dilakukan
untuk
mengungkapkan
dan
mengklarifikasi beberapa pertanyaan yang diajukan pada informan terpilih yang berkaitan dengan hasil temuan selama proses pengamatan berlangsung. Melalui wawancara kualitatif ini dapat diperoleh data yang tepat apabila informan yang terpilih memiliki data dan mampu memberikan penjelasan yang benar sesuai fakta di lapangan. Waktu wawancara dilakukan di TK Islam Al-Irsyad Madiun selama kurang lebih satu jam dan fleksibel menyesuaikan jadwal luang dari informan sehingga tidak mengganggu kegiatan mereka. Alat bantu yang digunakan peneliti dalam melakukan wawancara antara lain daftar pertanyaan, alat perekam, dan catatan lapangan. Pada setiap akhir kegiatan wawancara, peneliti memastikan kesediaan informan untuk menerima peneliti pada pertemuan lanjutan untuk memperoleh informasi tambahan. 3. Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terfokus dilakukan sebagai upaya untuk mengklarifikasi kecurigaan peneliti terhadap data yang berbeda-beda dari informan dalam menanggapi satu pertanyaan yang ada di lapangan. Diskusi kelompok terfokus ini dilakukan di TK Islam Al-Irsyad Madiun pada waktu yang telah disepakati antara peneliti dan orang tua serta pendidik TK Islam Al-Irsyad Madiun. Beberapa pertanyaan sesuai kebutuhan diajukan sekurang-kurangnya 3 – 5 pertanyaan dengan dimoderatori oleh salah satu tim peneliti dan diawali dengan menjelaskan alasa, tujuan, serta manfaat dari diskusi ini. Prosedur Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu pada saat atau selama berlangsungnya pengumpulan data dan
setelah
pengumpulan
data.
Miles
mengungkapkan bahwa analisis data selama
dan
Huberman
pengumpulan
(1994:73-74) data
dapat
memberikan kesempatan kepada peneliti lapangan untuk memikirkan tentang
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
63
data yang ada dan menyusun strategi untuk mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model interaktif Miles & Huberman. Menurut Miles & Huberman (1994: 16-19) analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui 3 alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi.
Reduksi
data
diartikan
sebagai
proses
pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, tetapi merupakan bagian dari kegiatan
analisis. Kegiatan
ini
merupakan
suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan
data
dengan
cara
sedemikian
rupa
sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan.
Penyajian data dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tabel dan teks-teks naratif. Kegiatan analisis selanjutnya adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan berdasarkan hasil reduksi data dan penyajian data. Menurut Miles dan Huberman (1994:19), penarikan kesimpulan hanya merupakan sebagian kecil dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Ketiga komponen analisis data di atas berjalan secara bersamaan pada waktu kegiatan pengumpulan data. Setelah peneliti menyusun catatan lapangan dengan lengkap, segera dilakukan kegiatan reduksi data, dan diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data yang bersifat sementara. Berdasarkan sajian data tersebut selanjutnya peneliti menyusun kesimpulan/melakukan verifikasi. Kesimpulan ini masih bersifat sementara karena proses pengumpulan data masih tetap berlangsung. Begitu peneliti mendapatkan
data-data
baru
dengan
pemahaman
baru,
kesimpulan
sementara tersebut akan diubah secara lebih tepat dan mantap. Ketiga kegiatan analisis data tersebut, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/ penarikan kesimpulan, prosesnya tidaklah sekali jadi, tetapi berinteraksi secara bolak balik, perkembangannya bersifat sekuensial dan interaktif. Proses interaksi tersebut dapat berlangsung
antar komponennya maupun dengan
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
64
proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus, bukan linear. Proses analisis data ini disebut dengan model analisis interaktif. Pemeriksaan Keabsahan Data Data yang diperoleh dan dianalisis harus sah. Oleh karena itu, peneliti dapat memastikan bahwa data yang diperoleh dan dianalisis selalu diperiksa keabsahan datanya melalui: 1. Kredibilitas (validitas internal) Uji keabsahan data bertujuan untuk memeriksa kepercayaan atas data-data yang diperoleh di lapangan. Menurut Sugiono uji keabsahan data pada penelitian kualitatif memiliki aspek yang sama dengan penelitian kuantitatif hanya saja istilahnya yang berbeda. Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan / keajegan pengamatan, triangulasi, dan member check. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan melakukan tahapan pengumpulan data dengan runtut dan setiap tahapan merupakan upaya untuk mengklarifikasi data yang diperoleh pada tahapan sebelumnya. 2. Trasferabilitas (validitas eksternal) Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Oleh karena penelitian ini studi kasus, maka tidak ada generalisasi pada hasil penelitian, sehingga hasil penelitian ini tepat terjadi di lokasi penelitian ini saja. 3. Dependabilitas (Reliability) Dalam
penelitian
kuantitatif,
dependability
disebut
reliabilitas.
Dependabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan membercheck, yaitu dengan melakukan FDG (Focus Group Disscussion) 4. Konfirmabilitas (Objektivitas) Pengujian Confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut uji obyektivitas penelitian. Penelitian tindakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Dalam penelitian ini, uji comfirmability dilakukan secara bersamaan dengan dependability yaitu melalui FDG.
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
65
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan pembelajaran berbasis MI di TK Islam Al Irsyad Madiun Perencanaan pembelajaran berbasis MI yang digunakan di TK Islam Al Irsyad Madiun sesuai dengan struktur kurikulum yang telah disusun dan secara garis besar terdiri dari Matrik Jam Mengajar Tatap Muka Hari Efektif, Silabus, Tema, Karakter, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH). Berikut ini tabel matrik jam tatap muka hari efektif yang digunakan di TK Islam Al Irsyad Madiun: Matrik Jam Tatap Muka Hari Efektif TK Islam Al Irsyad Madiun
NO 1. 2.
JENIS KEGIATAN/ AKTIVITAS Kelompok A Kelompok A besar dan B kecil Pembiasaan Pembiasaan
3.
Warmer/Kegiatan awal Pengenalan Agama Islam /IQRO
4.
Istirahat
5.
Kegiatan inti/Materi KD (TPP) Kegiatan Akhir
6.
Warmer/Kegiatan awal Pengenalan Agama Islam /IQRO Kegiatan inti/Materi KD (TPP) Istirahat Kegiatan Akhir
INTERVAL PUKUL 07.30 08.00 08.00 08.30 08.30 09.00
–
Kelompok A dan B 30 menit
–
30 menit
30 menit
–
30 menit
30 menit
09.00 09.30 09.30 10.00
–
30 menit
30 menit
–
30 menit
30 menit
10.00 10.30
–
30 menit
JUMLAH MENIT JUMLAH JAM TATAP MUKA
180 menit 6 jam
Kelompok A kecil 30 menit
150 menit 5 jam
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa secara umum jumlah jam mengajar hari efektif pada hari Senin sampai dengan Kamis adalah 6 jam tatap muka, sedangkan hari hari Jum’at dan Sabtu adalah 5 jam per hari. Total jam mengajar tiap minggu adalah 34 jam tatap muka. Interval tiap jam tatap muka adalah 30 menit, sehingga interval jam mengajar per hari adalah selama 3,5 jam (180 menit) untuk hari Senin sampai dengan Kamis, sedangkan hari Jum’at dan Sabtu interval jam mengajar adalah 2,5 jam (150 menit). Berikutnya silabus tersusun dari berberapa poin. Poin-poin silabus tersebut tersusun
dari
Bidang
Pengembangan
(BP),
Tingkatan
Pencapaian
Perkembangan (TPP), Capaian Perkembangan atau Hasil Belajar (HB), Indikator
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
66
Hasil Perkembangan (IHB). Untuk penentuan tema harus memperhatikan prinsipprinsip : kedekatan, kesederhanaan, kemenarikan, keinsidentalan. Lebih aplikatifnya, rencana yang akan dilaksanakan dalam 1 minggu kegiatan pembelajaran disusun dengan bentuk Spider Web. Rencana kegiatan harian di TK Islam Al Irsyad dinamakan Lesson Plan. Lesson plan adalah perencanaan kegiatan mengajar dalam satu hari yang disusun setiap hari. Penyusunan lesson plan dibuat minimal sehari sebelumnya dan dikonsultasikan kepada konsultan yang ditunjuk dan mengetahui kepala sekolah. Lesson plan di TK Islam Al Irsyad ini dilengkapi dengan bahan materi dan sumber materinya sehingga guru memiliki gambaran yang cukup untuk disampaikan pada anak-anak dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak-anak pun mendapatkan materi yang tepat dari sumber yang jelas. Pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Al Irsyad Madiun TK Islam Al Irsyad Madiun melaksanakan pembelajaran dengan strategi dan model yang mengacu pada Multiple Intelligences (MI). Strategi guru yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah strategi Multiple Intelligences (MI). Ada lebih dari 20 strategi sesuai MI yang digunakan dan strategi ini akan terus berkembang dan bertambah seiring dengan kemajuan dan kreatifitas guru. Metode mengajar yang digunakan guru adalah dengan menyesuaikan gaya belajar siswa. Model yang digunakan dalam pembelajaran adalah area. Pembelajaran area yang ada di TK Islam Al Irsyad terdiri dari area Sidiq, area tabligh, area amanah, area fathonah. Area Sidiq mewakili area keagamaan dan
sosial
emosional, area tabliq mewakili area bahasa dan pengenalan simbol-simbol, area Amanah mewakili area motorik dan ketrampilan, sedangkan area Fathonah mewakili area sains, logika, matemtika, balok dan life skill. Pembagian kelas berdasarkan gaya belajar anak. Gaya belajar anak bisa diketahui melalui observasi Multiple Intellegences Research (MIR). Gaya belajar adalah bagaimana cara informasi mudah masuk dan diterima oleh anak. Gaya belajar merupakan cara anak belajar sehingga materi yang akan diajarkan mudah diterima anak. Upaya untuk pindah kelompok bagi peserta didik yang memenuhi syarat usia dan atau perkembangan kemampuan dapat dinyatakan pindah kelompok ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan peserta didik yang pindah sekolah/mutasi nantinya sekolah dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi siswa sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah,
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
67
antara lain mencakup hal-hal : menyesuaikan bentuk Laporan Perkembangan Anak Didik (LPPAD) dari sekolah asal sesuai dengan bentuk rapor yang digunakan TK Islam Al Irsyad Madiun. Kemudian untuk pengaturan kelas di TK Islam Al Irsyad Madiun disesuaikan dengan rencana belajar/lesson plan yang akan diberikan ke anak didik. Sehingga waktu-waktu penataan kelas berubah disesuaikan kebutuhan. Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi-strategi yang diterapkan guru, menggugah daya tarik dan kreativitas anak. Anak menjadi lebih senang dan lebih mudah dalam memahami suatu konsep tertentu. Anak-anak terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Evaluasi pembelajaran di TK Islam Al Irsyad Madiun Semua guru di TK Islam Al Irsyad Madiun menggunakan penilaian pembelajaran yang meliputi tiga ranah, antara lain: kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif ddalah penilaian aktifitas pembelajaran yang didasarkan pada kemampuan daya pikir dan kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Psikomotor adalah penilaian aktifitas pembelajaran dimana yang dinilai adalah berdasarkan ketrampilan anak dalam melaksanakan aktivitas. Biasanya yang didasarkan ketrampilan motorik kasar dan motorik halus anak pada saat melakukan
aktifitas
pembelajaran.
Umumnya
yang
menjadi
penilaian
psikomotorik adalah kerapian, keindahan, kreatifitas dan sebagainya. Afektif adalah penilaian keaktifan, sikap, minat, antusias, dan kooperatif anak pada saat proses aktifitas sedang berlangsung. Prinsip penilaian yang digunakan sama halnya prinsip penilaian pada anak usia dini secara umum, antara lain: Sistematis, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif, mendidik, dan kebermaknaan. Sistem penilaian di TK ini sudah cukup membantu untuk pengumpulan informasi tentang perkembagan peserta didik sesuai dengan ranah masing-masing. SIMPULAN DAN SARAN Lembaga TK Islam Al Irsyad menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligence dengan standar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang telah disesuaikan dengan visi-misi lembaga. Sebagai lembaga layanan pendidikan untuk anak usia dini, memang seyogyanya lembaga-lembaga PAUD yang lain juga memiliki acuan yang jelas dalam penerapan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Guru juga dituntut kreatif dan inovatif. Strategi yang
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
68
digunakan dalam penerapan pembelajaran berbasis MI dapat digunakan sebagai rujukan bagi lembaga lain yang ingin mengembangkan lembaganya. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences. USA: Alexandria Anonymous. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kemdiknas Faisal Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3, Linda Campbell, Bruce Campbell, & Dee Dickinson, Metode Praktis pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Jakarta: Intuisis Press, 2007), h.1 Moleong J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Miles B. Mattiew and Hubberman A.Michael. 1994. Qualitative Data Analysis: Second Edition. California: Sage Publication. Santoso Soegeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan Indonesia _______________. 2011. Inovasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Era Globalisasi. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya. makalah III. Spradley P. James. 1990. Participant Observasion. New York: Holt, Rinchart and Winston Miles B. Mattiew and Hubberman A.Michael. 1994. Qualitative Data Analysis: Second Edition. California: Sage Publication. Sujiono Yuliani Nurani. 2010. Konsep Dasar PAUD. Jakarta: Indeks Undang-undang Standar Pendidikan Nasional. 2004. Departemen Pendidikan Nasional Yus Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana http://www.naeyc.org/files/academy/file/OverviewStandarts.pdf (diakses 5 Oktober 2013)
Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN
69