PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA BIG BROTHER INDONESIA DI TRANS TV Ifriani Syahwinda1 dan Zakiah Agus Kusasi2 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat Abstract This study aims to describe the implementation and violations contained in the Big Brother show on Trans TV Indonesia. This research is qualitative. The method used in research is descriptive method. Sources of data in the form of 30 episodes of the Month September 2011 recorded conversation on the show Big Brother Indonesia. listening and recording techniques used in data collection. Data analysis was done by way of classifying data, description of data, data analysis and inference. The results showed that speech Big Brother Indonesia Program Events include a form of implementation and violations of the sixth maxims Geoffrey Leech, the form of implementation and violations of decency language in the Big Brother show include the following: 1) maxims of wisdom in the form of speech act commissive, 2) the maxim of generosity in the form of speech act imposif, 3) the tangible rewards maxims expressive speech acts, 4) maxims of simplicity in the form of speech act expressive, 5) in the form of maxims agreed assertive speech act, 6) the sympathy in the form of maxims expressive speech acts. Meanwhile, the application of the principles of civility found in the form of positive politeness strategy and negative politeness was able to grow a harmonious relationship between housmates so that a sense of solidarity can be well maintained. Keywords: implementation and violations, principles of civility, Big Brother Indonesia.
PENDAHULUAN Bahasa memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa merupakan sarana komunikasi dan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya. Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial dengan bahasa manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpersonal dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan, bukan semata-mata untuk saling bertukar informasi, melainkan juga dapat menunjukkan keberadaan manusia lain terhadap lingkungannya, sehingga kegiatan ini menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia.
1
Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, tahun 2012 2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
Kehadiran bahasa merupakan alat penunjuk pribadi seseorang, baik dari segi karakter, watak atau pribadi seseorang dapat dilihat dari pemilihan bahasa yang ia gunakan. Dalam berkomunikasi, tentu seseorang memiliki karakter penggunaan bahasanya masing-masing. Penggunaan bahasa yang baik dan santun tentu dapat langsung tercermin dari kepribadian seseorang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang lemah, lembut, santun, dan memiliki aturan dalam berbahasanya, sehingga seseorang tersebut memiliki penilaian yang baik oleh masyarakat. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tata cara berbahasa (Leech, dalam Nadar, 2009: 7). Tata cara berbahasa harus sesuai dengan budaya yang ada dalam masyarakat dan dipergunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila tata cara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma dan budaya, maka akan mendapatkan nilai negatif dan penilaian buruk di masyarakat, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya. Dengan mempertimbangkan karakter bahasa masing-masing individu itu, diharapkan komunikasi antara penutur dengan petutur akan menjadi lancar. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu diperhatikan kesantunan berbahasa. Penggunaan kesantunan berbahasa memungkinkan transaksi sosial berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan petutur (Ismari, 1995:35). Dalam kehidupan, tentu banyak orang menggunakan prinsip kesantunan dalam berbahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi, banyak juga kalangan yang tidak menerapkan prinsip kesantunan tersebut, dalam praktik berbahasa mereka dinilai tidak mampu menunjukkan kesantunan tersebut, akhirnya terjadi sebuah pelanggaran dalam berbahasa yang menunjukkan menipisnya nilai budaya masing-masing individu di masyarakat. Hal ini terlihat dalam acara televisi, yakni Big Brother Indonesia di Trans TV. Big Brother Indonesia menyatukan berbagai karakter dalam satu kelompok tentunya tidak mudah. Yang bisa dilakukan adalah meredam egoisme diri demi kenyamanan bersama. Dalam hal ini, setiap minggunya housemate atau peserta harus mampu melaksanakan tugas yang diberikan oleh Big Brother, tentunya tidak hanya kemudahan yang dapat dirasakan dalam rumah Big Brother, akan tetapi tugas yang berat tiap minggunya telah menanti para peserta Big Brother Indonesia. Beragam ekspresi dan emosi diri para housemate atau peserta dituangkannya ketika mengerjakan tugas harian maupun mingguan oleh Big Brother. Ekspresi dan emosi pun tidak
hanya lewat perilaku para housemate atau peserta, akan tetapi yang lebih disorot ialah tuturan dalam berbahasanya. Program Big Brother ini memperlihatkan seluruh aktivitas para housemate atau peserta, baik dalam ekspresi perilaku maupun tuturan berbahasanya ke seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hal di atas, Program Acara Big Brother memunculkan banyak fenomena linguistik yang layak untuk dikaji. Fenomena tersebut akan dilihat dari sudut pandang pragmatik dalam kajiannya mengenai pelaksanaan dan pelanggaran kesantunan berbahasa. Ditinjau dari perspektif pragmatik, proses bertutur merupakan tindakan sosial dan kultural, yang di dalamnya terkandung aspek-aspek kesantunan. Oleh karena itu, para ahli pragmatik, memasukkan kesantunan sebagai salah satu parameter pragmatik. Teori kesantunan Leech (1993) (dalam Jumadi, 2010: 75) dikembangkan berdasarkan parameter skala untung rugi. Semakin menguntungkan T, tuturan yang dibuat semakin santun, demikian juga sebaliknya. Salah satu indikator kesantunan adalah dengan menyusun ketidaklangsungan tuturan. Semakin langsung, tuturan itu semakin tidak santun. Leech (dalam Jumadi, 2010: 76) mengembangkan teori kesantunannya dengan menyajikan sejumlah maksim kesantunan berikut ini: 1. Maksim kearifan a. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin b. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. 2. Maksim kedermawanan a. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. b. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. 3. Maksim pujian a. Kecamlah orang lain sedikit mungkin. b. Pujilah orang lain sebanyak mungkin. 4. Maksim kerendahan hati
a. Pujilah diri sendiri sedikit mungkin. b. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin 5. Maksim kesepakatan a. Usahakan agar ketidaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain. b. Usahakan agar kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain sebanyak mungkin. 6. Maksim simpati a. Kurangilah rasa antipati diri sendiri dengan orang lain sekecil mungkin. b. Tingkatkan rasa simpati diri sendiri dengan orang lain sebanyak mungkin. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. “Bagaimana wujud pelaksanaan prinsip kesantunan dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV?”, “Bagaimana wujud pelanggaran prinsip kesantunan dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV?”, dan “Bagaimana strategi kesantunan dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV?”. Tujuannya Mendeskripsikan bagaimana wujud pelaksanaan dan pelanggaran dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV serta strategi apa yang banyak digunakan peserta dalam Acara Big Brother Indonesia di Trans TV.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor, dalam Moleong (2000:3) mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah prosedur penelitian dengan hasil sajian data deskriptif berupa pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara Big Brother Indonesia di Trans TV.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2000:121). Hal ini dikarenakan peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Jadi, dalam hal ini peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sumber penelitian ini adalah sebuah program acara televisi yang ditayangkan oleh Trans TV setiap hari Senin sampai Jumat malam pukul 22.00 WIB, yaitu acara “Big Brother Indonesia Daily Show”, dan malam deportasi setiap Sabtu malam pukul 21.00 WIB, yaitu acara “Big Brother Indonesia Malam Deportasi”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman hasil kegiatan percakapan para peserta atau housemates dalam acara Big Brother Indonesia di Trans TV. Rekaman hasil kegiatan percakapan para peserta atau housemates acara Big Brother Indonesia di Trans TV merupakan salah satu data utama dalam penelitian ini. Adapun rekaman tuturan pada acara Big Brother Indonesia di Trans TV yang menjadi sumber data dalam penelitian terdiri dari tiga puluh episode. Rekaman diambil dari bulan September 2011. Kemudian semua rekaman tersebut dibuat dalam bentuk transkrip rekaman. Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan cara menonton dan merekam acara Big Brother Indonesia di Trans TV secara berulang-ulang dari hari ke hari sehingga melalui hasil rekaman pelaksanaan dan pelanggaran, serta strategi prinsip kesantunan yang digunakan dalam acara Big Brother di Trans TV Indonesia dapat diketahui secara jelas dan akurat. Untuk mendapatkan data, hasil rekaman diputar kembali menggunakan telepon genggam kemudian dilakukan penyimakan, teknik selanjutnya adalah teknik catat dengan menggunakan catatan observasi penelitian. Teknik catat dilakukan untuk mencatat tuturan para peserta Big Brother Indonesia. Selanjutnya, tuturan yang sudah dicatat dianalisis berdasarkan pelaksanaan, pelanggaran, dan strategi prinsip kesantunan yang digunakan dalam acara Big Brother Indonesia. Proses analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil sadapan
dan catatan; 2) mengidentifikasi pelaksanaan, pelanggaran, serta strategi prinsip kesantunan dalam acara Big Brother Indonesia;
3) mengategorikan atau menggolongkan data, menyusun hasil catatan sesuai dengan klasifikasi prinsip kesantunan pada teori pragmatik; 4) mendeskripsikan data dengan menganalisis temuan pelaksanaan, pelanggaran, dan strategi prinsip kesantunan; 5) menyimpulkan tentang pelaksanaan, pelanggaran, dan strategi prinsip kesantunan dalam acara Big Brother Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Acara Big Brother analisis dan pembahasannya mengenai a) pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kesantunan (maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim kesimpatian), b) strategi kesantunan (kesantunan positif dan kesantunan negatif). A. Wujud Pelaksanaan Prinsip Kesantunan 1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan (Rahardi, 2005: 60) bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Pelaksanaan maksim kebijaksanaan dalam acara Big Brother Indonesia dapat dilihat dalam cuplikan tuturan berikut: Big Brother : Silahkan pilih satu nama housemates yang masuk dalam nominasi deportasi minggu ini. (Silahkan kamu memilih satu nama housemates yang masuk dalam nominasi deportasi minggu ini!) Jane
: Aku nggak milih. (Aku tidak mau memilih!)
Konteks tuturan: (Dituturkan oleh Jane yang merasa bahwa dia saja yang akan masuk nominasi deportasi minggu ini, walaupun dia telah memenangkan lomba imunitas nominasi yang berarti terbebas dari nominasi minggu ini. Jane tidak mau temannya yang
masuk nominasi, akhirnya Jane memutuskan untuk dirinya saja yang lebih baik tetap bertahan dinominasi deportasi). Dari tuturan di atas (1), tampak jelas bahwa tuturan yang disampaikan Jane, yakni “Aku nggak mau milih!”, sungguh memaksimalkan keuntungan housmates lainnya. Dari tuturan yang disampaikan Jane, ia jelas berusaha memaksimalkan keuntungan peserta Big Brother lainnya dan meminimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri. 2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Maurice
: Aku aja, nggak papa. Kamu istirahat aja. (Aku saja, tidak apa-apa. Kamu istirahat saja!)
Konteks tuturan: (Dituturkan oleh Maurice yang saat itu berbicara kepada Kapten (Tengku), bahwa ia yang akan menjaga piket pada malam itu, Maurice memberikan waktu kepada kapten untuk beristirahat karena ia tau bahwa tugas kapten sangat berat, sehingga ia dan Lutfhi yang akan menjaga piket malam itu). Dari tuturan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa Maurice memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. 3. Maksim Penghargaan (Aprobation Maxim) Maksim penghargaan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain (Wijana dan Rohmadi, 2009: 54). Tengku
: Selamat ya, tiga besar. Kamu bisa, Rene. (Selamat ya, tiga besar. Kamu bisa, Rene!)
Konteks Tuturan: (Dituturkan oleh Indra Herlambang sebagai pembawa Acara Big Brother yang memberikan ucapan selamat kepada Rene yang masuk tiga besar grand final, serta Derek yang memuji bahwa Rene memang layak masuk tiga besar di rumah ini, dan Tengku yang terpaksa dideportasi juga memberikan selamat dan semangatnya
kepada Rene). Dari percakapan tuturan di atas merupakan wujud dari pelaksanaan maksim penghargaan berupa tindak tutur ekspresif, yakni pujian setinggi-tingginya kepada mitra tuturnya oleh Tengku terhadap Rene. 4. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim) Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Alan
: Ah, aku kan hanya membantu permasalahan kita, Bang. (Ah, aku hanya ingin membantu permasalahan kita saja, Bang)
Konteks tuturan: (Dituturkan oleh Derek yang menganggap bahwa Alan yang selama ini sebagai penengah permasalahannya dengan Lutfhi, dan Alan pun hanya merendahkan hatinya dan menganggap bahwa ia selama ini hanya membantu mereka saja). Salah satu wujud nyata dari pernyataan kesederhanaan Alan adalah ”Aku kan hanya membantu permasalahan kita, Bang”, terbukti bahwa kesederhanaan, merupakan bukti seseorang yang bersikap santun yang dapat menjadikan parameter penilaian seseorang. 5. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim) Maksim permufakatan disebut dengan maksim kecocokan (Wijana, dalam Rahardi, 2005: 65). Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Rene : Ya, inilah aku. Aku setuju dengan emosional, tidak ada motivasi, jujur ya aku berusaha jujur karena aku nggak terbiasa basa-basi. (Ya, inilah aku. Aku setuju dengan emosional, tidak ada motivasi, jujur aku memang berusaha bersifat jujur, karena aku tidak terbiasa berbohong) Konteks Tuturan: (Dituturkan oleh Alan yang mengungkapkan mengenai sifat serta kepribadian jujur Rene yang telah diperlihatkannya di rumah selama ini. Rene menyetujui hasil pandangan yang diberikan oleh Alan, yang mengungkapkan kejujuran Rene) Pelaksanaan maksim pemufakatan di atas, yakni percakapan yang dituturkan Alan, berupa tindak tutur asertif mengenai ketegasan maksud antara si penutur (Alan) terhadap lawan
tuturnya (Rene). Ketegasan yang dimaksudkan di atas, tentang keberanian Rene yang mengungkapkan dengan jujur apa pun yang ada dipikirannya, seperti ekspresi Alan dalam percakapan. 6. Maksim Kesimpatian (Sympath Maxim) Di dalam maksim kesimpatisan, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan yang lainnya. Maurice
: Sebenarnya berat buat saya untuk tidak memilih Patra, untuk bisa menikmati dan saya memilih Derek karena menurut saya dia juga sempet bilang kalo dia pengen makan, pengen berada di rumah, tidur. Patra sendiri tadi bilang, nggak papa Derek aja. (Sebenarnya memang berat bagi saya untuk tidak memilih Patra agar dapat menikmati dan lebih memilih Derek. Menurut saya, dia juga berkata kalau dia ingin makan, ingin berada di rumah, tidur. Patra sendiri tadi berkata apa-apa, katanya Derek saja yang berhak mendapatkan hadiahnya)
Konteks Tuturan: (Dituturkan oleh Maurice yang merasa kasihan ketika harus lebih memilih Derek sebagai orang yang berhak mendapatkan hadiah atas lomba cerdas cermat, di mana Big brother hanya memberikan kesempatan dua orang saja untuk menikmatinya, sedangkan Patra terpaksa tidak ikut menikmatinya). Dari tuturan di atas memperlihatkan realisasi dari maksim kesimpatian. Pelaksanaan maksim tersebut, dengan wujud tuturan ekspresif berupa rasa sedih, karena Patra tidak dapat menikmati hadiah yang diberikan oleh Big Brother. B. Wujud Pelanggaran Prinsip Kesantunan 1. Maksim Kebijaksanaan atau Kearifan (Taxt Maxim) Pelanggaran maksim kebijaksanaan terjadi jika peserta tutur tidak mentaati maksim kebijaksanaan, yaitu selalu menambah keuntungan diri sendiri dan mengurangi keuntungan pihak lain (Wijana, dalam Rahardi, 2005: 60). Lutfhi : Mungkin ini permintaan aku kemarin sama Tengku, tetapi mungkin aku akan menyelamatkan diri aku, dan aku memasukkan Bang Derek.
(Mungkin ini permintaan aku kemarin dengan Tengku. Aku akan menyelamatkan diriku dan akan memasukkan Bang Derek) Konteks Tuturan: (Dituturkan ketika Lutfhi merupakan nominasi deportasi minggu ini dan mendapatkan kesempatan untuk menyelamatkan diri karena kemenangannya mendapatkan hadiah, sehingga dia lebih memilih untuk menyelamatkan dirinya daripada memikirkan temannya). Pernyataan Lutfhi di atas merupakan realisasi dari pelanggaran maksim kebijaksanaan. Di dalam tuturan, tampak jelas bahwa Lutfhi tidak menguntungkan pihak lain, yakni dengan mengatakan ”Aku akan menyelamatkan diri aku, dan aku memasukkan Bang Derek”. 2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Pelanggaran maksim kedermawanan terjadi apabila peserta tutur melanggar prinsip dari maksim kedermawanan, yaitu menambah keuntungan diri sendiri dan mengurangi pengorbanan terhadap diri sendiri. Lutfhi
: Kalau kalian punya strategi, gua juga punya strategi. Gua punya strategi pura-pura baik. Aku tau orangnya, aku tau Patra yang akan dimasukka. Gua pura-pura baik sama mereka, gua tau aslinya, gua diadu domba sama si Alan, gua diadu domba sama yang lain. Biar dia rasakan bagaimana dimasukkan orang! (Kalau kalian memiliki strategi, aku juga memilikinya. Aku memilih memiliki strategi berpura-pura baik. Aku tahu siapa orangnya! Aku tahu Patra akan dimasukkan. Aku memang berpura-pura baik dengan mereka. Aku sudah tahu aslinya, diadu domba dengan Alan, hingga diadu domba dengan yang lainnya. Nanti dia akan rasakan bagaimana kalau dimasukkan orang!)
Konteks Tuturan:
(Dituturkan oleh Lutfhi yang sangat membenci Derek dan akhirnya
ia membalas kembali dengan adanya kesempatan pada diri Lutfhi untuk memasukkan Derek sebagai salah satu nominasi minggu ini). Dari tuturan Lutfhi jelas telah melanggar maksim kedermawanan. Lutfhi lebih memilih meminimalkan keuntungan lawan tuturnya. jelas terlihat dalam pernyataannya, bahwa Lutfhi memilih membalas dendam kepada Derek.
3. Maksim Penghargaan (Aprobation Maxim) Pelanggaran maksim penghargaan terjadi jika peserta tutur tidak mematuhi prinsip dari maksim penghargaan, yaitu dengan menambah cacian pada orang lain dan mengurangi pujian pada orang lain. Lutfhi : Mau gua hancurin sekarang? Munafik kalian semua. (Mau aku hancurkan, sekarang? Munafik kalian semua!) Konteks Tuturan: (Dituturkan Lutfhi yang sangat membenci terhadap kelompok Derek, sehingga ia berani mengeluarkan kata-kata yang kurang baik untuk temannya) Tuturan di atas merupakan realisasi pelanggaran maksim penghargaan oleh Lutfhi dalam bentuk tindak ekspresif sebagai pernyataan tidak senang terhadap lawan tuturnya. Lutfhi sangat tidak sopan terhadap temannya, ia telah berani mengeluarkan berbagai macam cacian 4. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim) Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri (Wijana, dan Rohmadi, 2009: 55). Lutfhi : Lu, mau tanding fisik, diluar. Gua kasih lawannya. Bukannya ngga bisa ya, gua mah tukang megang pisau, gua tencep bisa aja! (Kamu mau tanding fisik? Ayo diluar! Aku beri lawannya. Bukannya tidak bisa ya, aku juga tukang pegang pisau. Aku tusuk bisa saja!) Konteks tuturan: (Dituturkan oleh Lutfhi yang merasa kemampuannya dapat melawan Derek dengan cara melawan memakai pisau). Dari tuturan Lutfhi tersebut jelas bahwa Lutfhi telah melanggar maksim kesederhanaan. Lutfhi lebih membanggakan dirinya sendiri dibanding dengan kemampuan orang lain, Lutfhi terlihat menyepelekan kemampuan orang lain, karena dia merasa paling pintar di antara semua temannya di Big Brother yang mengaku berprofesi sebagai dokter.
5. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim) Pelanggaran terhadap maksim permufakatan itu sebagai akibat salah seorang partisipan tutur tidak mematuhi prinsip-prinsip yang dianjurkan dalam maksim permufakatan, yaitu meminimalkan
kecocokan
antara
penutur
dengan
lawan
tutur
dan
memaksimalkan
ketidakcocokan antara penutur dengan lawan tutur (Wijana dan Rohmadi, 2009: 56). Lutfhi
: Aku nggak tau ini mimpi apa sama aku, aku nggak tau kenapa kalian bisa hadir di sini, kenapa bukan keluarga yang membesarkan aku yang ada di sini, aku nggak tau keberadaan, dan bapak kenapa ada di sini. (Aku tak tahu ini mimpi apa? Aku tidak tahu mengapa kalian bisa hadir di sini? Mengapa bukan keluarga yang membesarkanku? Aku tidak tahu keberadaannya sekarang dan mengapa Bapak sampai ada di sini?)
Konteks tuturan: (Dituturkan ketika Ayah Lutfhi datang untuk menemuinya tetapi Lutfhi tidak mau kembali dan tidak mengakui keluarga kandungnya sendiri, melainkan ia lebih memilih kepada keluarga angkatnya sekarang). Tuturan di atas merupakan pelanggaran maksim pemufakatan oleh Lutfhi. Lutfhi dengan jelas mengatakan tidak senang atas keberadaan ayah kandungnya sekarang, ia memilih dengan keluarga barunya yang lebih kaya dan telah menjamin hidupnya selama ini. 6. Maksim Kesimpatian (Sympath Maxim) Pelanggaran pelaksanaan maksim kesimpatian terjadi jika peserta tutur melanggar prinsip yang terdapat pada maksim kesimpatian, yakni dengan menambah antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan mengurangi kesimpatian antara diri sendiri dengan orang lain. Lutfhi : Jadi aku ngga bisa nahan apa yang aku rasakan, sebenarnya aku ngga mau bertengkar Big Brother, tapi supaya dia tau juga bagaimana rasanya dimasukkan, ketika dia mau ngomongin kita, ngomporin kita ke housemates yang lain, Alan sama ke Aku, Patra juga ngomong, Dereknya juga ngomporin Patra sama aku, dan juga aku dikomporin dengan mereka. (Jadi, aku sudah tidak bisa menahan apa yang telah aku rasakan, sebenarnya aku tidak mau bertengkar Big Brother, tetapi supaya dia juga tau bagaimana rasanya dimasukkan, ketika dia membicarakan kita, membicarakan ke housmates lainnya, Alan juga bicara denganku, Patra juga, Dereknya juga sebaliknya membicarakan Patra dengan aku dan akhirnya aku yang dibicarakannya dengan mereka)
Konteks Tuturan: (Dituturkan Lutfhi yang sangat marah terhadap Derek. Lutfhi mengatakan bahwa Dereklah penyebab ia dibenci oleh temannya, dia mengatakan bahwa Derek suka mengadu domba ia dengan teman lainnya). Dari tuturan di atas terbukti bahwa dari pernyataan Lutfhi tersebut sangat tidak memperlihatkan rasa kesimpatian terhadap temannya. Sebaliknya, ia ingin membalas dendam, dengan menambahkan rasa antipatinya antara diri sendiri dengan orang lain. C. Strategi Kesantunan Brown dan Levinson mengatakan muka itu ada dua segi, yaitu muka negatif dan muka positif. Karena ada dua sisi muka yang terancam, yaitu muka negatif dan muka positif maka kesantunan pun dibagi menjadi dua, yaitu kesantunan negatif untuk menjaga muka negatif, dan kesantunan positif untuk menjaga muka positif. Sopan santun dalam pertuturan direktif termasuk ke dalam kesantunan negatif yang dapat diartikan sebagai usaha untuk menghindarkan konflik penutur dan lawan tutur (Chaer, 2010: 49-52). 1. Strategi Kesantunan Positif Muka positif, yakni mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional, yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilainilai yang ia yakini, sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu, diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. Strategi kesantunan positif yang terjadi adalah adanya solidaritas antara Derek dan Lutfhi: Lutfhi : Sebenarnya aku ngga nangis, tapi aku dipertemukan dengan orang yang aku benci. (Sebenarnya aku tidak mau menangis, tetapi mengapa aku dipertemukan dengan orang yang aku benci?) Derek
: Udah, gini kamu oke, maaf ya Abang, ya kalo emang kamu dipertemukan sama orang yang kamu benci, itu ya sudah, nggak ketemu langsung kan, Fi? Ya sudah gitu lo. Kita kan juga saudara, cerita aja, Fi!
(Sudah, kalau begini baiklah, maaf ya Abang, ya kalau memang kamu dipertemukan dengan orang yang kamu benci, itu ya sudah, tidak bertemu langsungkan, Fi? Ya, sudah. Kita-kan juga saudara, cerita saja, Fi?) Konteks Tuturan: (Dituturkan oleh Derek yang berusaha menghibur Lutfhi agar tidak terlalu terpuruk atas kesalahan Lutfhi sendiri yang tidak mengakui ayahnya lagi). Percakapan di atas merupakan realisasi dari penggunaan strategi kesantunan positif. Strategi ini diawali dengan tuturan Lutfhi yang berisikan tindak ekspresif. Tindak yang menggambarkan rasa ketidaksukaannya terhadap ayah kandungnya yang tiba-tiba datang menemuinya. Kemudian, Derek menggunakan strategi positif pada tuturannya dalam bentuk tindak direktif yang berisikan perintah agar Lutfhi mau menceritakan tentang masalahnya. Bentuk yang digunakan dalam strategi ini adalah tuturan langsung yang digunakan melalui penekanan ekspresi solidaritas yang ditandai dengan kata “kita”. Membangun ekspresi solidaritas dengan strategi kesantunan positif sangat penting. Seseorang akan merasa aman dan tidak terintimidasi dalam tekanan jika strategi ini dibangun dengan baik. Ekspresi solidaritas yang dibangun dalam strategi kesantunan positif akan menumbuhkan semangat housmates dalam aktivitasnya. 2. Strategi Kesantunan Negatif Muka negatif itu mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkan bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Bila tindak tuturnya bersifat direktif yang terancam adalah muka negatif. Hal ini karena dengan memerintah atau meminta seseorang melakukan sesuatu, kita sebenarnya telah menghalangi kebebasannya untuk melakukan (bahkan untuk menikmati tindakannya). Di bawah ini tampak kutipan yang berisikan contoh penggunaan strategi kesantunan negatif untuk memperhalus permintaan. Big Brother : Silahkan pilih satu nama housemates yang masuk deportasi minggu ini.
dalam nominasi
(Silahkan kamu memilih salah satu nama housemates yang masuk dalam nominasi deportasi minggu ini!)
Jane
: Aku nggak milih. (Aku tidak mau memilih!)
Konteks Tuturan: (Dituturkan ketika Jane harus terpaksa memilih temannya untuk dideportasikan minggu ini dan menggantikan posisi dirinya sebagai nominasi, karena Jane mendapatkan kalung imunitas yang berhak untuk memlih temannya. Sebenarnya Jane tidak mau, tetapi karena terpaksa, akhirnya Jane memilih Patra). Tuturan di atas merupakan contoh penggunaan strategi kesantunan negatif. Terlihat dalam kutipan, “Silahkan pilih satu nama housemates yang masuk dalam nominasi deportasi minggu ini!”. Tindakan tersebut berisi tindak direktif berbentuk perintah. Hal ini terlihat saat Big Brother memerintahkan Jane untuk segera memilih temannya untuk masuk nominasi deportasi sebagai pengganti dirinya, terlihat penggunaan penanda “silakan”. Tuturan dengan penanda “silakan” digunakan Big Brother untuk memperhalus permintaan dalam memerintah kepada Jane. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Big Brother masih memperhatikan muka negatif lawan tuturnya. Tuturan dengan penanda ini bukan untuk memperhalus permintaan, namun juga dapat digunakan sebagai pendorong motivasi seseorang (Jane) agar berani mengemukakan pendapatnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tuturan Program Acara Big Brother Indonesia meliputi wujud pelaksanaan dan pelanggaran Geoffrey Leech dengan keenam maksimnya, yakni wujud pelaksanaan dan pelanggaran kesantunan berbahasa dalam acara Big Brother meliputi: 1) maksim kebijaksanaan yang berwujud tindak tutur komisif, 2) maksim kedermawanan yang berwujud tindak tutur imposif, 3) maksim penghargaan yang berwujud tindak tutur ekpresif, 4) maksim kesederhanaan yang berwujud tindak tutur eskpresif, 5) maksim pemufakatan yang berwujud tindak tutur asertif, 6) maksim simpati yang berwujud tindak tutur ekspresif. Sementara itu, penerapan yang ditemukan dalam prinsip kesantunan berupa strategi kesantunan positif dan kesantunan negatif mampu
menumbuhkan hubungan yang harmonis antara housmates sehingga rasa solidaritas dapat terjalin dengan baik. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pembelajaran pragmatik, yakni kesantunan berbahasa dalam proses belajar mengajar sehingga mahasiswa lebih paham mengenai prinsip kesantunan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain di masa akan datang untuk menambah referensi dan sebagai bahan perbandingan.
DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Ismari. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press. Jumadi. 2010. Wacana, Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Prisma. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2009. Analisis Wacana Pragmatik, Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.