perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN SERTA IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TALK SHOW “APA KABAR INDONESIA MALAM” DI TV ONE: Suatu Tinjauan Pragmatik
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh MARINA CATUR NOPITA WATI C0207004
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : MARINA CATUR NOPITA WATI NIM : C0207004 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Halhal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Januari 2012
Yang membuat pernyataan,
Marina Catur Nopita Wati
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta (Khalil Gibran)
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. (Khalil Gibran)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayah dan Ibu tercinta Kakak-kakak dan keponakanku tersayang Semua yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt., sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M. Hum., selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran. 4. Miftah Nugroho, S.S., M. Hum., selaku penelaah proposal skripsi yang dengan sabar memberi masukan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi. 5. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberi pengarahan dan bimbingan dalam proses belajar 6. Seluruh dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapakku Supardi, B.A. dan Ibuku Suwarni yang telah merawat dan membesarkan, serta mendidik commit penulis to dengan user penuh kasih sayang.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Kakak-kakak penulis: Alm. Hari Purwanto, Titik Harjanti S. Kep., Agung Budi Santoso, dan kakak ipar penulis Suharni, serta keponakan penulis Ghinaa Kaamalia Amandha dan Rofiqi Fadhil Hafidsyah yang telah memberikan semangat, kasih sayang dan keceriaan kepada penulis. 9. Sahabat Nthungs: Marilda Ali Damru, Arvita Kusumardani, Panca Ratna Sari, Eri Dwi Astuti, Vitalia Rakhman. Terima kasih atas perhatian dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007. Aril, Arvita, Panca, Eri, Vitalia, Yenny, Diana Dwi S, Unun, Alfiatun, Ukhti, Tri H, Fitria, Safitri, Puspita, Imas, Ummi N, Wilda, Betty, Esti, Putri, Arif, Ikhsan, Hari S., Wibi, Anggara, Rahmat, Fajar, Hari, Arif S., dll. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret. 11. Sahabat-sahabatku: Wulan Sari, Ika Susanti, Indah Purwaningsih, Prih Ariningrum, Lisa Yayi Sari. Terima kasih atas kepedulian dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 12. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2012
commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………...…
i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………...
iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................…
iv
LEMBAR MOTTO ……………………………………………………...
v
LEMBAR PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................…
ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
xii
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………
xiii
DAFTAR AKRONIM…………………………………………….............
xiv
ABSTRAK ..................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………… ...…
1
B. Pembatasan Masalah ………………………………………
7
C. Rumusan Masalah …………………………………………
8
D. Tujuan Penelitian ………………………………………. …
8
E.
Manfaat Penelitian ………………………………………...
9
F.
Sistematika Penulisan ……………………………………..
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Studi Terdahulu…………………………………
11
B. Landasan Teori…………………………………………….. commit to user
14
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Definisi Pragmatik……………………………………
14
2.
Situasi Tutur………………………………………….
16
3.
Tindak Tutu..…………………………………………
18
4.
Tindak Tutur Langsung dan Tidak Tutur Tidak Langsung
23
5.
Tindak Tutur Literal dan Tidak Tutur Tidak Literal….
25
6.
Prinsip Kesantunan……………………………………
26
7.
Skala Kesantunan………………………………….....
32
8.
Implikatur……………………………………………..
37
9.
Talk Show…………………………………………….
41
C. Kerangka Pikir..............................................................……
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………
44
B. Sumber Data dan Data ……………………………………
45
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………...
45
D. Teknik Klasifikasi Data …………......................................
47
E.
Teknik Analisis Data………………………………………
49
F.
Teknik Penyajian Analisis Data 50
BAB IV ANALISIS A. Pematuhan Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM 1. Pematuhan Maksim Kearifan …………………….……
52
2. Pematuhan Maksim Kedermawanan……………….…..
55
3. Pematuhan Maksim Pujian ……………………………
57
4. Pematuhan Maksim Kerendahan Hati…………………
60
5. Pematuhan Maksim Kesepakatan …………………….. commit to user
62
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pematuhan Maksim Simpati …………………………..
64
B. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM 1. Pelanggaran Maksim Kearifan …………………………
68
2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan …………………
71
3. Pelanggaran Maksim Pujian…………………………….
75
4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati…………………
77
5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan………………………
80
6. Pelanggaran Maksim Simpati……………………………
83
C. Implikatur Percakapan dalam Talk Show AKIM 1. Implikatur ‘meminta’…………………………………….
86
2. Implikatur ‘menghina’…………………………………..
87
3. Implikatur ‘sindiran’…………………………………….
89
4. Implikatur ‘ketidakpercayaan’………………………….
91
5. Implikatur ‘menyuruh’………………………………….
93
6. Implikatur ‘tidak setuju’………………………………..
94
7. Implikatur ‘kecewa’………………………………….....
95
8. Implikatur ‘keraguan’…………………………………..
98
BAB V PENUTUP A. Simpulan........................................................................ ….
101
B. Saran .............................................................................. ….
103
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................…
104
LAMPIRAN DATA ................................................................................
106
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1
Pematuhan prinsip kesantunan dalam talk show AKIM
67
Tabel 2
Pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show AKIM
85
Tabel 3
Implikatur percakapan dalam talk show AKIM
99
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN AKIM
: Apa Kabar Indonesia Malam
ANTV
: Andalas Televisi
BBM
: Black Berry Masangger
DPR
: Dewan Perwakilan Rakyat
GBK
: Gelora Bung Karno
HAM
: Hak Asasi Manusia
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
KPK
: Komisi Pemberantasan Korupsi
MU
: Manchester Unieted
MUI
: Majelis Ulama Indonesia
Nas.
: Nasional
OVJ
: Opera Van Java
PAN
: Partai Amanat Nasional
PDI-P
: Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
PSSI
: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
SBY
: Susilo Bambang Yudhoyono
Swt.
: subhanahu wa taala
U-23
: Under-23
U-I9
: Under-19
YME
: Yang Maha Esa
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR AKRONIM
Bapepam
: Badan Pengawas Pasar Modal
Inpres
: Instruksi Presiden
Kamtibmas
: Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Kapolri
: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Keppres
: Keputusan Presiden
Mabes
: Markas Besar
Menkopolhukam
: Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Orba
: Orde Baru
Orla
: Orde Lama
Panja
: Panitia Kerja
Pansus
: Panitia Khusus
Polri
: Kepolisian Negara Republik Indonesia
Raker
: Rapat Kerja
Satgas
: Satuan Tugas
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK MARINA CATUR NOPITA WATI. C0207004. 2012. Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One? (2) Bagaimana wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One?, (3) Bagaimana wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, (2) Mendeskripsikan wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, (3) Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah stasiun televisi TV One yang menayangkan tayangan talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikatur percakapan beserta konteks yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One pada bulan Januari dan Februari 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis heuristik dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan penyajian informal dan formal yaitu berupa kata-kata dan berupa lambang, tanda yang menjelaskan hasil dari analisis data dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pematuhan tersebut meliputi keenam maksimnya yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pelangaran prinsip kesantunan meliputi keenam maksimnya, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Terdapat pula implikatur percakapan yang meliputi implikatur meminta, menghina, sindiran, ketidakpercayaan, menyuruh, tidak setuju, kecewa, dan keraguan.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88) dinyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan percakapan atau perkataan yang baik dan sopan santun. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Semakin pentingnya komunikasi mendorong manusia untuk menciptakan media-media baru. Media-media baru yang diciptakan oleh manusia dalam bentuk media cetak dan media elektronik. Media komunikasi yang termasuk media cetak misalnya surat kabar, majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik misalnya radio, televisi, dan internet. Media cetak dan media elektronik merupakan sarana komunikasi yang tidak langsung antara penutur dan mitra tutur. Media komunikasi tersebut diciptakan untuk mempermudah proses komunikasi. Televisi merupakan salah satu bagian dari media elektronik yang ditujukan kepada masyarakat umum dan pesan-pesan yang disebarkan mengenai kepentingan umum (Onong Uchjana Efendy, 2006:23). Hal ini karena televisi merupakan salah satu media elektronik yang paling efisien untuk menyebar luaskan berita. Dengan media televisi masyarakat mampu melihat dan mendengar apa yang sedang diperbincangkan, karena televisi merupakan salah satu media audio-visual yaitu menampilkan bentuk gambar yang hidup dan suara yang jelas.
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stasiun TV One merupakan salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Stasiun TV One (sebelumnya bernama Lativi) didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul 14.00) Lativi merupakan salah satu televisi yang hadir untuk menghibur masyarakat dengan program hiburan maupun informasi yang faktual dan aktual. Susunan acara Lativi sebanyak 60% hiburan, 20% berita, dan 20% info komersial (http://indonesianjournalist.multiply.com/journal/item diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul 20.00). Pada tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi TV One. Komposisi acara yang dihadirkan oleh TV One yaitu 70% berita dan sisanya
gabungan
untuk
program
olahraga
dan
hiburan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul 14.00). Stasiun TV One yang mempunyai slogan “Terdepan Mengabarkan” menjadi simbol bahwa TV One merupakan salah satu televisi swasta yang lebih mengedepankan acara berita. Acara berita tersebut dapat bermanfaat, serta menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas karena selalu memberikan informasi yang cepat, tajam dan akurat. Selain slogan TV One “Terdepan Mengabarkan”, logo TV One yang berbentuk lingkaran dengan angka 1 di dalamnya, dengan latar belakang bola dunia serta berwarna merah dan putih juga mempunyai arti. Warna merah dan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
putih melambangkan Indonesia. Lingkaran dengan angka 1 di dalamnya merupakan simbol persatuan. Penggunaan kalimat berbahasa Inggris One menunjukkan kesiapan TV One dalam kancah pertelevisian global, sehingga mudah dipahami oleh mitra kerja TV One yang berada di luar negeri serta mencerminkan optimisme kebangsaan, sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju (http://id.pbk.wikia.com/wiki/TvOne diakses tanggal 28 April 2011 pukul 16.45). Apa Kabar Indonesia Malam (disingkat menjadi AKIM) merupakan salah satu acara talk show di TV One. AKIM adalah salah satu program talk show yang menyajikan kabar-kabar terbaru yang sedang menjadi perbincangan terhangat di kalangan masyarakat umum mulai dari ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan olahraga. Acara ini menjadi lebih menarik karena selalu menghadirkan narasumber. Narasumber yang dihadirkan akan disesuaikan dengan topik yang sedang diperbincangkan dan publik akan mengetahui pernyataan atau opini dari narasumber. Dengan berbagai opini, baik positif maupun negatif diharapkan dapat membangun pemikiran yang positif bagi masyarakat luas yang menyaksikan acara talk show ini. Dalam
AKIM
terdapat
tuturan-tuturan
yang
merupakan
bentuk
komunikasi antara pembawa acara dengan narasumber. Tayangan yang merupakan tuturan opini ini menggunakan skenario yang dikembangkan dengan tuturan-tuturan yang spontan dan terkadang menghasilkan suatu kelucuan. Hal ini ada sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah talk show yang bermutu dapat menggiring opini publik pada suatu hal yang baik, sedangkan jika acara talk show banyak menghadirkan hal-hal yang tidak baik, pasti membuat sifat bangsa ini menjadi tidak cerdas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Talk Show AKIM dibagi menjadi 2 segmen. Segmen pertama pembacaan berita dan segmen kedua yaitu dialog atau perbincangan antara pembawa acara dengan narasumber. Oleh karena itu, penulis membatasi objek penelitian pada dialog atau perbincangan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber yang dihadirkan. Alasan penulis tertarik menjadikan talk show AKIM sebagai objek penelitian karena acara ini memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikan acara ini berbeda dengan acara yang lain. Dalam talk show AKIM penggunaan bahasa atau tuturan yang disampaikan oleh pembawa acara lebih bermutu, hal ini dapat dilihat dari strategi-strategi bertanya yang disampaikan oleh pembawa acara. Strategi-strategi bertanya tersebut menjadikan narasumber memberi informasi yang lebih kepada pemirsa yang menyaksikan acara tersebut. Acara ini juga dikemas secara ringan walaupun topik yang disajikan tidak selalu ringan. Hal ini bertujuan agar pemirsa tidak cepat bosan, menambah ilmu pengetahuan, serta membuka cakrawala pemikiran yang lebih luas terhadap suatu masalah yang sedang terjadi. Adapun dari aspek kebahasaan, tuturan atau percakapan yang dilakukan oleh pembawa acara dengan narasumber mempunyai kekhasan tersendiri. Hal yang menarik dalam perbincangan atau dialog ini yaitu, karena tuturan yang disampaikan antar narasumber sering terjadi perbedaan pendapat sehingga menimbulkan perdebatan. Hal ini biasa terjadi jika narasumber sama-sama berasal dari kalangan atas, ada yang pro dan ada yang kontra. Walaupun antar narasumber terjadi perdebatan, namun masih terlihat suasana yang santai dan tetap berkenan di hati pemirsa. Sebagai contoh, narasumber sama-sama berasal dari anggota DPR commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
komisi III atau XI, dan biasanya antarfraksi politik selalu terjadi perbedaan pendapat. Masing-masing narasumber mempunyai power (kekuasaan) dalam berbicara. Kekuasaan yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap cara bicaranya. Walaupun dengan nada suara yang tinggi, para narasumber tetap menggunakan pilihan bahasa yang santun sehingga tidak menyinggung perasaan lawan tutur. Pilihan bahasa yang digunakan akan menimbulkan efek tersendiri, dari setiap tuturan yang diucapkan dapat terlihat apakah tuturan tersebut mematuhi atau melanggar prinsip kesantunan. Artinya, kesantunan seseorang dalam berbicara akan membawa pengaruh tersendiri pada diri sendiri dan juga lawan tutur. Selain dari aspek kesantunan, setiap tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu efek terhadap mitra tutur. Tuturan-tuturan yang disampaikan mempunyai makna atau maksud tertentu baik secara tersirat ataupun tersurat, secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian, dari tuturan-tuturan tersebut akan muncul implikatur. Prinsip kesantunan dan implikatur merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, F.X. 2009:2). Tuturan-tuturan spontan yang terdapat dalam talk show AKIM di TV One merupakan ungkapan perasaan penutur. Tuturan-tuturan yang disampaikan antara narasumber dengan pembawa acara lebih tepat diteliti dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran dan fungsi ujaran, bukan hanya kalimat saja dan bukan hanya memandang bahasa sebagai sistem sosial dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
sistem komunikasi. Selain itu, tidak semua tuturan mempunyai makna sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, terkadang ada maksud yang tersembunyi di belakangnya. Apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur didalam suatu percakapan disebut implikatur yang merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik. Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena yang ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural yang mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja memicu lahirnya cabang ilmu linguistik yang disebut pragmatik. Pragmatik berisi hal-hal tentang penggunaan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang linguistik struktural (Jumanto, 2009:83). Dengan demikian, pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini. Pragmatik yang mengkaji maksud ujaran sangat berhubungan dengan konteks. Konteks ini sangat penting yang kemudian didefinisikan oleh Leech (dalam Nadar, F.X. 2009:6) sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance (“Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu”) (s berarti speaker “penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Antara penutur dengan mitra tutur tentu sudah saling mengetahui apa yang diperbincangkan sehingga tidak akan terjadi salah paham atau salah pengertian antara penutur dan mitra tutur karena mereka sama-sama mengetahui konteks tuturannya. Dengan demikian, konteks sangat diperlukan dalam pragmatik karena konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap talk show yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa sebagai media interaksi para penutur dalam talk show AKIM di TV One yang tertuang dalam perbincangan atau dialog. Penelitian ini membahas permasalahan dengan menggunakan teori pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal, artinya, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996:1). Hal ini menjadikan ilmu pragmatik tepat apabila digunakan untuk menjawab permasalahan yang dipertanyakan dalam penelitian ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi prinsip kesantunan dan implikatur. Berdasarkan hal tersebut, penulis memberi judul penelitian ini Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah bertujuan untuk mempermudah penulis dalam menentukan data, sehingga penelitian akan lebih terarah. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada pemakaian bahasa yang digunakan dalam dialog atau perbincangan talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Aspek-aspek pragmatik yang dibahas dalam penelitian ini terbatas pada wujud prinsip kesantunan, wujud commitpematuhan to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelanggaran prinsip kesantunan dan wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam tuturan talk show AKIM di TV One.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One? 2. Bagaimana wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One? 3. Bagaimana wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One?
D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan wujud pematuhan prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. 2. Mendeskripsikan wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. 3. Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan atau linguistik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khasanah pengetahuan mengenai studi tentang prinsip kesantunan dan implikatur. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap percakapan atau dialog talk show, terutama dalam memahami prinsip kesantunan dan implikatur yang ditimbulkan oleh tindak tutur dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian agar runtut dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bab kedua berisi kajian pustaka. Bab ini terdiri atas tinjauan studi terdahulu, landasan teori dan kerangka pikir yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai acuan dalam sebuah penelitian. Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima merupakan penutup. Penutup berisi simpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian mengenai prinsip kerjasama, kesantunan dan implikatur percakapan sudah banyak dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis temukan, yang sejenis dan masih relevan dengan penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut : Skripsi Waluyo (2009) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM”, mendeskripsikan hasil kajiannya sebagai berikut: 1) pelanggaran prinsip kerja sama dalam percakapan Lum Kelar berupa pelanggaran maksim kuantitas, pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim relevansi, pelanggaran maksim pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kerja sama paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas; 2) pelanggaran terhadap prinsip kesopanan terjadi terhadap lima maksim berupa pelanggaran maksim kebijaksanaan, pelanggaran maksim penerimaan, pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran maksim kerendahan hati dan pelanggaran maksim kecocokan; 3) terdapat beberapa implikatur percakapan berupa menegaskan, mengeluh, menciptakan humor, menyindir,
memastikan,
menolak,
menyombongkan
diri,
mengejek
dan
menyatakan rasa kasar. Skripsi Tanjung TyasNing Putri (2010) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena: Sebuah
commit to user Tinjauan Pragmatik”, mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang 11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena dan mendeskripsikan implikatur dari pelanggaran prinsip kesantunan dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena. Simpulan dari penelitian ini mencakup dua hal. Pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena. Pelanggaran prinsip kesantunan hanya terjadi terhadap lima maksim dari tujuh maksim yang tercakup dalam prinsip ini, yaitu pelanggaran maksim kearifan, pelanggaran maksim kedermawanan, pelanggaran maksim pujian, pelanggaran maksim kesepakatan dan pelanggaran maksim simpati. Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati dan maksim pertimbangan tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kedua, tuturan dalam film Warkop DKI yang berjudul Maju Kena Mundur Kena mengandung beberapa implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut digunakan antara lain untuk mempermainkan
seseorang,
mencari
perhatian,
mengambil
keuntungan,
menyatakan pilihan, mengejek, menyatakan ketidaksukaan, menyindir, memaksa, mengeluh dan menolak permintaan. Skripsi Dwi Ariyani (2010) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Tinjauan Pragmatik”, mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ, prinsip ironi dan bentuk implikatur dalam OVJ. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan, kerendahan hati, dan terakhir maksim kedermawanan. Kedua, terhadap prinsip ironi dalam acara OVJ. Hanya terdapat sedikit data yang commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengandung penerapan prinsip ironi. Hal tersebut karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa lebih puas jika menghina atau mengecam orang lain. Hal itu dapat di lihat dari raut muka mereka yang tersenyum. Ketiga, ditemukan beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari sembilan macam implikatur yang berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut adalah implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, merayu. Dalam OVJ implikatur yang terjadi di dominasi oleh implikatur yang menghina. Dari uraian di atas, ketiga penelitian tersebut membahas mengenai masalah prinsip kesantunan, prinsip ironi, dan implikatur yang dilakukan dalam objek kajian penelitiannya. Ketiga penelitian di atas digunakan sebagai tinjauan studi terdahulu, karena dalam penelitian ini penulis membahas mengenai prinsip kesantunan dan implikatur percakapan. Oleh karena itu, penulis mencoba memfokuskan penelitian mengenai pematuhan prinsip kesantunan, pelanggaran prinsip kesantunan dan implikatur percakapan dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam yang ditayangkan di TV One. Selain itu, penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur dengan sumber data talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One belum ada yang meneliti.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Landasan Teori 1. Definisi Pragmatik Pengertian pragmatik yang paling tua dikemukan oleh Moris. Menurut Moris (dalam Nadar, F.X. 2009:2), pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Pada tahun 1983, pragmatik terus dikembangkan oleh ahli filsuf seperti Austin, Searle dan Grice. Austin dan Searle mengemukakan teori tentang tindak tutur (speech act) dan Grice mengemukakan teori tentang prinsip kerja sama (cooperative principles) dan implikatur percakapan (conversational implicature) (Rustono, 1999:1). Sejak tahun 1971 pragmatik masuk ke dalam peta linguistik. Tercakupnya pragmatik merupakan tahap akhir dalam linguistik, dari sebuah disiplin sempit yang mengurusi data fisik bahasa, menjadi suatu disiplin yang luas yang meliputi bentuk, makna dan konteks (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:2). Menurut Mey (1993:42) “pragmatics is the study of condition of human language uses as these are determined by the context of society” pragmatik adalah kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks masyarakat. Levinson (1983:9) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut, “pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or enconded in the structure of a language” pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
George Yule (1996:4) menyebutkan bahwa “pragmatics is the study of the relationship between linguistic forms and the users of those forms. The advantage of studying language via pragmatics is that one can talk abaut people’s intended meaning, their assumptions, their purposes or goals, and the kinds of actions (for example, request) that they are performing when they speak” studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh : permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:83-84), pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Rustono (1999:17) menjelaskan ilmu pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatis berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, mitra tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas, dan tuturan sebagai tindakan verbal.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I Dewa Putu Wijana (1996:1) menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan untuk komunikasi.
2.
Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan
dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono, 1999:25). Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:19-21) menjelaskan mengenai aspek-aspek situasi ujar untuk mengetahui apakah suatu percakapan tersebut merupakan fenomena pragmatis atau semantis. Aspek situasi ujar tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa akan diberi simbol n ‘penutur’ dan orang yang disapa dengan simbol t ‘petutur’. Jadi penggunaan penutur dan petutur tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. Istilah-istilah ‘penerima’ (orang yang menerima dan menafsirkan pesan) dan ‘yang disapa’ (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan) juga perlu dibedakan. Si penerima bisa saja seorang yang kebetulan lewat dan pendengar pesan, dan bukan orang yang disapa.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Konteks sebuah tuturan Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebagai tuturan. Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan membantu petutur menafsirkan makna tuturan.
3.
Tujuan sebuah tuturan Tujuan sebuah tuturan adalah tujuan atau fungsi daripada makna yang dimaksud atau maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan dianggap lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakaiannya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.
4.
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa.
5.
Tuturan sebagai produk tindakan verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal itu sendiri, dalam pragmatik kata ‘tuturan’ dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu, sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri). Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentenceinstance) atau tanda kalimat (sentence-token), tetapi bukanlah sebuah kalimat. Dalam artian yang kedua ini tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan.
3.
Tindak Tutur Nadar, F.X. (2009:11) menjelaskan teori tentang tindak tutur ‘speech act’
berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan tahun 1962 dengan judul “How to do things with words”. Austin (1962:99) “performance of an act in saying something as opposed to performance of an act of saying something” dalam mengatakan sesuatu, tindakan yang dilakukan sama seperti mengatakan sesuatu tersebut. Austin (1962:9) “the actions may be performed in ways other than by a performative utterance, and in any case the circumstances, including other actions, must be appropriate” suatu tindakan dapat dilakukan dengan cara lain tidak hanya dengan tuturan performatif, dan dalam situasi apapun, termasuk tindakan lainnya juga harus tepat. Austin (dalam Nadar, F.X. 2009:11), menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada waktu seseorang menggunakan kata-kata kerja (berjanji, minta maaf, menamakan, menyatakan), maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan menamakan. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Menurut Austin (1962:14-15) “some at least of the things which are necessary for the smooth or ‘happy’ functioning of a performative” setidaknya ada beberapa hal yang diperlukan untuk fungsi dari performatif. 1.
“There must exist an accepted conventional procedure having a certain conventional effect, that procedure to include the uttering of certain words by certain persons in certain circumstances” harus ada prosedur konvensional yang diterima, memiliki efek konvensional tertentu, prosedur yang mengucapkan kata-kata tertentu oleh orang-orang tertentu dalam keadaan tertentu.
2.
“The particular persons and circumstances in a given case must be appropriate for the invocation of the particular procedure invoked” orangorang tertentu dan dalam keadaan tertentu harus sesuai dengan prosedur.
3.
“The procedure must be executed by all participants both correctly and completely” prosedur ini harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh semua pelaku.
4.
“Where, as often, the procedure is designed for use by persons having certain thoughts or feelings, or for inauguration of certain consequential conduct on the part of any participant, then a person participanting in and so invoking the procedure must in fact have those thoughts or feelings, and the participant must intend so to conduct themselves, and further. Must actually so conduct themselves subsequently” dimana, prosedur ini dirancang untuk digunakan oleh orang yang memiliki pikiran atau perasaan tertentu, atau untuk peresmian perilaku konsekuensial tertentu pada setiap peserta, maka pelaku dalam menggunakan prosedur yang sebenarnya harus memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
pikiran-pikiran atau perasaan, dan pelaku harus berniat untuk melakukan sendiri sehingga harus benar-benar melakukan sendiri. Searle (1974:16) mengembangkan hipotesis dari Austin “The form that this hypothesis will take is that speaking a language is performing speech atcs, acts such as making statements, giving commands, asking questions, making promise, and so on; and more abstractly” bentuk hipotesis ini akan berbicara mengenai bahasa sebagai tindak tutur, tindakan seperti membuat pernyataan, memberi perintah, mengajukan pertanyaan, membuat janji, dan sebagainya. Searle (1974:23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). 1.
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something (I Dewa Putu Wijana, 1996:17). Nababan (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:18) mengatakan bila diamati secara seksama konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Lebih jauh tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996:18).
2.
Tindak Ilokusi Tindak ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Tindak tutur ilokusi dipergunakan untuk melakukan sesuatu, misalnya menginformasikan, minta maaf,dll (I Dewa Putu Wijana, 1996:18). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
21 digilib.uns.ac.id
Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak ini disebut the act of affecting someone (I Dewa Putu Wijana, 1996:19-20). Menurut George Yule (1996:47) “speech act is actions performed via
utterances” tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan lewat tuturan. Lebih lanjut George Yule (1996:53-54) membagi menjadi lima jenis tindak tutur yaitu : 1.
Declarations (Deklarasi) “Declarations are those kinds of speech acts that change the world via their utterance. Evey convensational illustrate, the speaker has to have a special institutional role, in a specific context, in order to perform a declarations appropriately. In using declaration, the speaker changes the world via words. Example : You’re out!” Tindak tutur deklaratif ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Setiap percakapan menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks yang khusus, untuk menampilkan deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Contoh : Anda ke luar!
2.
Representatives (Representatif) “Representative are those kinds ofspeech acts that state what the speaker believes to be the case or not. Statements of fact, assertions, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
conclusions, and descriptions. In using a representative, the speaker makes words fit the world (of belief). Example : The earth is flat.” Tindak tutur representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Contoh : Bumi itu datar. 3.
Expressives (Ekspresif) “Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker feels. They express psychological states and can be statements of pleasure, pain, likes, dislike, joy, or sorrow. In using an expressive, the speaker makes words fit the worls (of feeling). Example : I’m really sorry!” Tindak tutur ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebenciaan, kesenangan atau kesengsaraan. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). Contoh : Sungguh, saya minta maaf!
4.
Directives (Direktif) “Directives are those kinds of speech acts that speakers use to get someone else to do something. They express what the speaker wants. They are commands, orders, requests, suggestions. In using a directive, the speaker attempts to make the world fit the words (via the hearer). Example : Don’t touch that.” Tindak tutur direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah,
pemesanan,
permohonan,
pemberian
saran.
Pada
waktu
menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Contoh : Jangan menyentuh itu. 5.
Commissives (Komisif) “Commisives are those kinds of speech acts that speakers use to commit themselves to some future action. They axpress what the speaker intends. They are promises, threats, refusals, pledges. In using a commissive, the speaker undertakes to make the world fit the words (via the speaker). Example : We will not do that.” Tindak tutur komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakantindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur). Contoh : Kami tidak akan melakukan ini.
Selain tindak tutur yang diuraiakan di atas, tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal (I Dewa Putu Wijana, 1996:29-36). 4.
Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(imperatif). Tindak tutur langsung (direct speech act) menggunakan kalimat berita yang difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dsb, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act). Contoh : Rambutmu sudah panjang. Tuturan di atas dapat mengandung arti yang sebenarnya, dan berfungsi untuk menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat berita (deklaratif). Di samping itu, untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Contoh : Ada makanan di almari. Contoh kalimat di atas, bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil
makanan
yang
ada
di
almari,
bukan
sekadar
untuk
menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Dari uraian mengenai tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, skema penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur dapat digambarkan sebagai berikut :
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Modus
Tindak Tutur Langsung
5.
Tidak Langsung
Berita
Memberitakan
Menyuruh
Tanya
Bertanya
Menyuruh
Perintah
Memerintah
-
Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Selanjutnya apabila tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung
disinggungkan (diinteraksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur berikut ini : a.
Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
26 digilib.uns.ac.id
Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penggutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah disampaikan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.
c.
Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita.
d.
Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan.
6.
Prinsip Kesantunan Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:7) menyebutkan ada beberapa
pakar yang membahas kesantunan berbahasa yaitu Lakoff, Fraser, Brown
dan
Levinson serta Leech. Teori yang disampaikan itu pada dasarnya beranjak dari pengamatan yang sama, yaitu bahwa di dalam komunikasi yang sebenarnya penutur tidak selalu mematuhi prinsip kerja sama Grice. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara lengkap Leech (terjemahan M. D. D. Oka) mengungkapkan enam maksim yang termasuk dalam prinsip kesantunan ini. Keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut : 1. Maksim Kearifan (tact maxim) Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:166) menjelaskan maksim kearifan mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Isi proposional ilokusi-ilokusi ini mengacu pada tindakan yang akan dilaksanakan oleh penutur (komisif) atau petutur (direktif). Maksim ini menggariskan setiap peserta tutur untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206). Kunjana Rahardi menyebutkan istilah lain dari maksim kearifan, yaitu maksim kebijaksanaan. Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik. Sebagai pemerjelas atas pelaksanaan maksim kebijaksanaan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh berikut ini. (1) Tuan Rumah
: “Silakan makan saja dulu, nak! “Tadi kami semua sudah mendahului.” Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.” (sumber : Kunjana Rahardi, 2005:61) Informasi Indeksal : Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus berada di rumah Ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan tidak segera reda.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di dalam tuturan di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan si Tuan Rumah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi sang Tamu. Lazimnya, tuturan semacam ini dapat ditemukan dalam keluargakeluarga pada masyarakat tutur desa. Orang-orang desa biasanya sangat menghargai tamu, baik tamu yang datangnya secara kebetulan maupun tamu yang sudah direncanakan terlebih dahulu kedatangannya (Kunjana Rahardi, 2005:62). 2. Maksim Kedermawanan (generosity maxim) Maksim kedermawanan ini, dijelaskan buatlah keuntungan dari diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206). Contoh : (1) You can lend me your car. (tidak sopan) (Kamu dapat meminjamkan mobilmu pada saya). (2) I can lend you my car. (Aku dapat meminjamkan mobilku padamu). (3) You must come and have dinner with us. (Kamu harus datang makan malam di rumah kami). (4) We must come and have dinner with you. (tidak sopan) (Kami harus datang dan makan malam di tempatmu). Ada dua alasan mengapa tawaran (2) dan undangan (3) dianggap sopan : pertama, karena dua kalimat itu menyiratkan keuntungan untuk orang lain, dan kedua, karena kedua kalimat tersebut menyiratkan kerugian untuk diri sendiri namun alasan yang kedua tidak begitu krusial. Tetapi pada (1) dan (4) hubungan diri sendiri dengan orang lain pada skala untung-rugi menjadi terbalik (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:208-210).
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Maksim Pujian (approbation maxim) Di dalam maksim pujian dijelaskan bahwa kecamlah orang lain sedikit mungkin, pujilah orang lain sebanyak mungkin. Dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:207). Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:212-213) menjelaskan pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu “jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama mengenai orang lain yang yang biasa disebut dengan mitra tutur”. Karena itu, menurut maksim pujian, sebuah pujian seperti What a marvellous meal you cooked! (Masakanmu enak sekali) sangat dihargai, sedangkan ucapan seperti What an owful meal you cooked! (Masakanmu sama sekali tidak enak!) tidak akan dihargai. Untuk memperjelas hal itu, lihat contoh berikut ini : Dosen A : ”Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business English.” Dosen B : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali dari sini.” Informasi indeksial : Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang dosen dalam ruang kerja dosen pada sebuah perguruan tinggi. (Sumber : Kunjana Rahardi, 2005:63) Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B pada contoh di atas, ditanggapi dengan baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh dosen A. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pertuturan itu dosen B berperilaku santun terhadap dosen A (Kunjana Rahardi, 2005:63). 4. Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim) Di dalam maksim kerendahan hati dijelaskan bahwa pujilah diri sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Maksim kerendahan hati dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:207). Sebagaimana maksim-maksim sopan santun lainnya Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:214-215) menjelaskan maksim kerendahan hati juga tampak dalam bentuk-bentuk asimetris : (8)
(9)
(10)
A B (A) (B) A B (A) (B) A (A)
: They were so kind to us. : Yes, they were, weren’t they. : Mereka baik sekali terhadap kita) : Ya, betul) : You were so kind to us. : Yes, I was, Wasn’t. : Anda baik sekali terhadap saya) : Ya, betul). : How stupid of me! : Bodoh sekali saya!)
Kalimat (8) menunjukkan bahwa memang sopan kalau sependapat dengan pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditujukan kepada diri sendiri. Begitu pula kalimat (10) menunjukkan bahwa mengencam diri dianggap baik, juga kalau untuk tujuan melucu kecaman itu dilebih-lebihkan. Pada kalimat (9) melanggar submaksim pertama maksim kerendahan hati berarti membual, dan ini merupakan suatu pelanggaran sosial.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Maksim Kesepakatan (agreement maxim) Di
dalam
maksim
kesepakatan
dijelaskan
usahakan
agar
ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Maksim kesepakatan dalam ilokusi asertif (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:207). Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka dapat dikatakan bersikap santun (Kunjana Rahardi, 2005:64). Contoh : (11) A : English is a difficult language to learn. B : True, but the grammar is quite aesy. (A : Bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari.) (B : Betul, tetapi tata bahasanya cukup mudah). (12) A : The book is tremendousty well written. B : Yes, well written as a whole, but there are some rather boring patches, don’t you think? (A : Buku ini ditulis dengan sangat baik). (B : Ya, secara keseluruhan memang baik, tetapi saya rasa ada beberapa bagian yang membosankan.) (11) dan (12) memperlihatkan bahwa ketaksepakatan sebagian lebih sering disukai daripada ketaksepakatan sepenuhnya (Leech edisi terjemahan M. D.D. Oka, 1993:218). 6. Maksim Simpati (sympathy maxim) Di dalam maksim simpati dijelaskan bahwa kurangilah rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, tingkatkan rasa simpati commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
sebanyak-banyaknya antara diri dengan lain. Maksim simpati dalam ilokusi asertif (Leech edisi M. D. D. Oka, 1993:207). Kunjana Rahardi (2005:65-66), menjelaskan di dalam maksim kesimpatian, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Contoh berikut ini akan memperjelas pernyataan ini. Ani Tuti
: “Tut, nenekku meninggal.” : “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.
Informasi indeksial. Dituturkan oleh seorang karyawan kepada karyawan lain yang sudah berhubungan erat pada saat mereka berada di ruang kerja mereka.
7.
Skala Kesantunan Pematuhan dan pelanggaran kesantunan akhirnya akan menyangkut derajat atau tingkat kesantunan sebuah tuturan. Leech ( dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993: 194-200) memberikan lima skala kesantunan yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat kesantunan suatu tuturan.
1.
Skala Untung Rugi (cost-benefit) Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:194) menjelaskan pada skala ini diperkirakan keuntungan atau kerugian tindakan petutur bagi penutur atau bagi petutur. Skala untung-rugi terdiri dari dua skala yang berbeda, yaitu untung-
commit to user rugi bagi penutur dan untung-rugi bagi petutur. Pada umumnya keberagaman
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dua skala ini saling bergantung, tetapi mungkin juga keberagaman skala yang satu terjadi terlepas dari keberagaman skala yang lain (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:195). Kedua skala ini terdapat hubungan yang erat, karena baik impositif (untung-rugi bagi petutur) maupun komisif (untung-rugi bagi penutur) merupakan ilokusi yang khas yang mengusulkan suatu tindakan yang melibatkan antara penutur dan petutur; yaitu, penutur melakukan sesuatu untuk petutur atau sebaliknya (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:196). Contoh : (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Peel the potatoes. (Kupas kentang ini). Hand me the newspaper. (Berikan saya surat kabar itu). Sit down. (Duduk). Look at that. (Lihatlah itu). Enjoy your holiday. (Nikmatilah liburanmu). Have another sandwich. (Makanlah sepotong lagi).
merugikan petutur
kurang sopan
Menguntungkan petutur
lebih sopan
(Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:167). Skala keuntungan dan kerugian, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu (Kunjana Rahardi, 2005:66-67). commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Skala Kemanasukaan (optionality scale) Skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur kepada petutur (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:195). Istilah lain untuk skala kemanasukaan yaitu skala pilihan (Optionality scale). Skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun (Kunjana Rahardi, 2005:67).
3.
Skala Ketaklangsungan (indirectness scale) Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:195) menjelaskan skala ketaklangsungan dari sudut pandang penutur skala ini mengurut ilokusiilokusi menurut panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara tujuan. Skala ketaklangsungan juga dapat dirumuskan dari sudut pandang petutur, yaitu sesuai panjangnya jalan inferensial yang dibutuhkan oleh makna untuk sampai ke daya. Oleh karena itu, ada dua skala ketaklangsungan : satu untuk penutur dan satu untuk petutur. Kedua skala ini mempunyai banyak kesepadanannya, karena strategi petutur untuk menginterpretasikan (inferential strategy) merupakan rekontruksi
langkah demi langkah
pemahaman petutur mengenai strategi ilokusi penutur. Dalam membahas commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketaklangsungan, biasanya sudut pandang penutur tidak perlu dibedakan dengan sudut pandang petutur (Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:195). Contoh : (7)
ketaklangsungan
Answer the phone. (Angkat telepon) (8) I want you to answer the phone. (Saya ingin kamu mengangkat telepon) (9) Will you answer the phone? (Maukah anda mengangkat telepon?) (10) Can you answer the phone? (Dapatkah anda mengangkat telepon?) (11) Would you mind answering the phone? (Apakah anda keberatan mengangkat telepon?) (12) Could you possibly answer the phone? (Apa mungkin anda mengangkat telepon?) (Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:168.)
kurang sopan
lebih sopan
Skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santun, demikian sebaliknya semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut (Kunjana Rahardi, 2005:67). 4.
Skala Otoritas (authority scale) Skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak sosial (rank rating) antara penutur dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur (Leech dalam Kunjana Rahardi, 2005:67). commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut adalah gambar hubungan antara skala keotoritasan dan skala
Jarak vertikal
jarak sosial.
Jarak horizontal
(Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:198). Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:199) menjelaskan skala otoritas digambarkan dengan sumbu vertikal yang mengukur jarak sosial menurut ‘kekuasaan’ atau otoritas yang dimiliki seorang pemeran serta atas pemeran serta yang lain. Ukuran ini adalah ukuran yang asimetris, artinya, seorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan sapaan yang hormat.
5.
Skala jarak sosial (social distance) Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:199) menjelaskan skala jarak sosial (social distance) digambarkan dengan garis horisontal yang mengukur jarak sosial. Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status atau kedudukan, usia, derajat
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keakraban, dan sebagainya, tetapi sedikit banyak juga tergantung pada peranan sementara seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Dengan kata lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur (Leech dalam Kunjana Rahardi, 2005:68).
8.
Implikatur Implikatur merupakan salah satu kajian di bidang pragmatik. Grice (dalam
I Dewa Putu Wijana, 1996:37-38) dalam artikelnya Logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan, proposisi yang di implikasikan itu disebut implikatur (implicature). Grice (dalam Rustono, 1999:77) menyebutkan bahwa implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Sejalan dengan batasan tentang implikasi pragmatis, implikatur percakapan itu adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur didalam suatu percakapan. George Yule (1996:40) “in implicature speakers who communicate meaning via implicature and the listeners who recognize those communicated meanings via inference” dalam implikatur penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu. George Yule membedakan implikatur percakapan menjadi
tiga,
yaitu
generalized conversational
implicatures
(implikatur
percakapan umum), parlicularized conversational implicatures (implikatur percakapan khusus), conventional implicatures (implikatur konvensional). George Yule (1996:40-41) “in generalized conversational implicature no special knowlwdge is required in the context to calculate the additional conveyed meaning” dalam implikatur percakapan umum, pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan. Example: I was sitting in a garden one day. A child look over the force. (Pada suatu hari saya duduk di sebuah kebun. Seorang anak kecil melongok lewat pagar) “The implicatures, that the garden and the child mentioned are not the speaker’s, are calculated on the principle that if the speaker was capable of being more specific, (be more informative, following the quantity maxim)” Implikatur di atas, bahwa kebun dan anak yang disebutkan tersebut bukan milik penutur, diperhitungkan pada prinsip bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik (yaitu menjadi lebih informatif karena mengikuti maksim kuantitas). commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain implikatur percakapan umum, George menjelaskan
mengenai
implikatur
percakapan
Yule (1996:42-43)
khusus.
“Particularized
conversational implicatures take place in very specific contexts in which locally recognized inferences are assumed. Such inferences are required to work out the conveyed meaning which result from particularized conversational implicatures.“ Implikatur percakapan khusus terjadi ketika dalam konteks yang sangat khusus di mana seseorang mengasumsikan informasi yang diketahui secara lokal. Inferensiinferensi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusus. Example : Rick : Hey, coming to the wild party tonight? (Hei. Apakah kau akan menghadiri pesta yang gaduh itu nanti malam?) Tom : My parents are visiting. (orang tuaku akan mengunjungiku) “In order to make Tom’s response relevant, Rick has to draw on some assumed knowledge that one collage student in this setting expects another to have” Untuk membuat jawaban Tom menjadi relevan, Rick harus memiliki persediaan sedikit pengetahuan yang diasumsikan bahwa salah satu mahasiswa dalam adegan ini mengharapkan sesuatu yang lain yang akan dikerjakan. George Yule (1996:78) “Convestional implicatures don’t have to accur in conversation, and they don’t depend on special contexts for their interpretation. Conventaional implicatures are associated with specific words and result in additional conveyed meaning when those words are used” implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak bergantung pada konteks
khusus
untuk
menginterpretasikannya. commit to user
Implikatur
konvensional
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. Jenny Thomas (1995:57)“Conventional implicature and conversational implicature in common the property that they both convey an additional level of meaning, beyond the semantic meaning of the words uttered. They differ in that in the case of convensational implicature the same implicature is always conveyed, regardless of context, whereas in the case of conventaional implicature, what is implied varies according to the context of utterance” Dalam implikatur konvensional dan implikatur percakapan pada umumnya memiliki sifat bahwa keduanya menyampaikan makna tambahan, di luar makna semantik dari kata yang diucapkan. Kedua implikatur tersebut memiliki perbedaan. Di dalam implikatur konvensional, implikatur tidak selalu disampaikan dengan memperhatikan konteks,
sedangkan
dalam
implikatur
percakapan
disampaikan
dengan
memperhatikan konteks. Menurut Levinson (dalam Jenny Thomas, 1995:57) terdapat beberapa contoh perbandingan implikatur konvensional, ia menyebutkan empat yaitu tapi, pun, jadi, dan namun. Jenny Thomas (1995:58) ”conversational implicature arises only in a particular context of utterance” implikatur percakapan adalah implikatur yang diucapkan berubah menurut konteks percakapan. Perhatikan contoh berikut ini : ‘Great, that’s really great! That’s made my Christmas!’ (Hebat, ini benar-benar hebat! Ini adalah natalku yang hebat Konteks yang terjadi dari kalimat di atas adalah ketika hari Natal tahun 1993, sebuah ambulans dikirim untuk menjemput seorang pria yang pingsan. Pria tersebut mabuk dan muntah-muntah di sekujur tubuh perawat yang menolongnya. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat di atas membuat implikatur bahwa penutur sangat marah karena seseorang baru saya muntah di dadanya (Jenny Thomas, 1995:58).
9.
Talk Show Istilah talk show adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Di Inggris
sendiri, istilah talk show ini biasa disebut chat show. Pengertian talk show adalah sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tetapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, talk show menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman. Acara talk show ini biasanya diikuti dengan menerima telepon dari para pendengar/penonton yang berada di rumah, mobil, ataupun di tempat lain (http://www.hendra.ws/pengertian-talkshow/ diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul 14.00). Talk show adalah ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata: show dan talk. Show artinya tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk artinya omong-omong, ngobrol-ngobrol. Dengan begitu talk show berarti pertunjukan orang-orang yang sedang ngobrol. Talk show berupa seminarseminar, sarasehan, diskusi atau debat yang mengambil tema tertentu (http://sarlito.hyperphp.com/my-stories/my-stories-.../talk-show.html tanggal 28 Maret pukul 13.00l).
commit to user
diakses
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir melibatkan faktorfaktor yang ada dalam penelitian ini . Kerangka pikir yang terkait dalam penelitian ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini.
Tuturan antara pembawa acara dengan narasumber talk showAKIM
Cara pembawa acara bertanya
Cara narasumber menjawab
Tindak Tutur
Kekuasaan dan pendidikan
Pematuhan prinsip kesantunan
(Apabila terjadi tuturan tidak langsung)
commit to user
Pelanggaran prinsip kesantunan
Implikatur
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan bagan : Sumber data pada penelitian ini adalah talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Data dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang mengandung pematuhan prinsip kesantunan, pelanggaran prinsip kesantunan dan implikatur percakapan. Tuturan tersebut merupakan wujud dari pertanyaan yang diucapkan pembawa acara dan jawaban yang diberikan oleh narasumber dalam talk show ini. Tuturan atau jawaban dari narasumber bisa dipengaruhi oleh faktor power (kekuasaan) dan pendidikan. Semua dialog atau tuturan yang dilakukan oleh para pendukung talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, baik pembawa acara maupun narasumber disebut dengan peristiwa tutur. Tuturan yang dilakukan oleh para pendukung talk show tersebut dapat tersampaikan melalui tindak tutur yang mereka lakukan, sehingga dengan tindak tutur akan diketahui apakah tuturan itu merupakan tututan yang mematuhi prinsip kesantunan atau tuturan yang melanggar prinsip kesantunan. Berbagai tuturan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber pada sebuah percakapan memungkinkan timbulnya pematuhan prinsip kesantunan dan pelanggaran prinsip kesantunan. Adanya pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan oleh penutur akan menghasilkan tuturan yang berbentuk implisit yang biasa disebut dengan implikatur, sehingga dari pelanggaran tersebut akan muncul implikatur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Edi Subroto berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan metode statistik (1992:5). Menurut Sudaryanto (1988:62), penelitian deskriptif itu dilakukan sematamata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang apa adanya. Dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Dengan demikian, hasil analisis akan berbentuk deskripsi fenomena prinsip kesantunan dan implikatur yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Edi Subroto, 2007:65). Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan dan menginterpretasikan maksud dari tuturan yang dituturkan. Prinsip kesantunan dan implikatur yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV
commit to user One dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya. 44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Sumber Data dan Data Sumber data adalah asal data dari suatu penelitian diperoleh. Sumber data merupakan bahan mentah data, yang dalam bentuk konkret tampak sebagai segenap tuturan (Sudaryanto, 1990:33). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah stasiun televise TV One yang menayangkan talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data terdapat pada segala sesuatu apa pun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian. Data dapat terdapat pada wujud pemakaian bahasa, pada diri orang perorang atau masyarakat, pada perilaku atau perbuatan perorangan atau masyarakat, pada semua kegiatan masyarakat, pada alam apa pun dengan segala fenomenanya (Edi Subroto, 2007:38). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikatur beserta konteks yang terdapat dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One dari bulan Januari dan Februari 2011.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkualitas. Sudaryanto (1993:133), menyebutkan lima macam teknik pengumpulan data, yaitu teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik simak bebas libat cakap adalah peneliti tidak dilibatkan secara langsung untuk ikut menentukan pembentukkan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati saja, pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya. Penutur sumber data secara objektif diandaikan tidak menyadari bahwa tuturannya disadap
oleh
linguis
sang
peneliti
dan
dijadikan
data
penelitian
(Sudaryanto,1993:134-135). Ketika teknik simak bebas libat cakap digunakan, sekaligus dapat dilakukan pula perekaman dengan menggunakan alat perekam. Pelaksanaan merekam itu sudah barang tentu harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi; sehingga dalam praktiknya, kegiatan merekam itu atau setidak-tidaknya tujuan merekam itu cenderung selalu dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara (Sudaryanto, 1993:135). Teknik rekam adalah alat utama penulis untuk memudahkan analisis data. Perekaman dapat dilakukan dengan menggunakan tape recorder sebagai alatnya. Perekaman harus dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu perekaman kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi, sehingga dalam praktiknya, kegiatan merekam itu cenderung selalu dilakukan tanpa sepengetahuan sumber data atau pembicara (Sudaryanto, 1993:135). Alat bantu yang digunakan untuk merekam dalam penelitian ini adalah handphone. Setelah data dikumpulkan melalui teknik rekam, penulis kemudian melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Teknik catat dapat dilakukan langsung ketika teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam selesai commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 1993:135). Pencatatan dilakukan dengan melakukan transkripsi data hasil rekaman dari handphone ke dalam sebuah transkrip data dari talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One agar mudah dilakukan analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam bentuk teks percakapan sekaligus menjelaskan konteks situasi percakapan.
D. Teknik Klasifikasi Data Edi Subroto (2007:51) menyatakan bahwa perlu ditekankan kepada peneliti untuk membatasi dan merumuskan masalah secara jelas perihal “apa” atau “segi” tertentu tentang bahasa mana “yang diteliti”, menguraikan secara secukupnya ruang lingkup atau cakupan yang diteliti, yaitu bagaimana sifat penelitian itu dan semacamnya. Kesemuanya itu memberi arahan yang jelas yang bersifat menuntun tahapan demi tahapan di dalam pelaksanaan penelitian linguistik. Pemberian arahan atau tuntunan itu juga sekaligus memberikan isyaratisyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan berikutnya itu dilakukan atau dikerjakan. Teknik klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara memilih tuturan-tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikatur. Hal tersebut dikarenakan tidak semua tuturan mengandung prinsip kesantunan dan implikatur. Adanya pengurutan data tersebut bermanfaat untuk mencocokkan datadata dengan analisisnya, yaitu memberikan syarat tambahan apa yang akan dikerjakan
berikutnya
dan
bagaimana
tahapan
mengurutkannya sesuai dengan tujuan penelitian. commit to user
ini
dilakukan
dengan
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh penomoran data : Konteks : Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Divi. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Pada saat acara berlangsung Tina mempersilakan duduk salah satu pemain sepak bola tim nasional. Tujuan Tina ingin pemain tersebut mau melakukan permintaan Tina untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Divi : “Ini nanti kita akan memanggil salah satu pemain tim nas, ya Tina.” Tina : “Oke. Kita panggil saja salah satu dari mereka, ayo salah satu dari pemain disuruh atasannya maju ke depan nih! Hahahaha” Divi : (Sambil berjalan ke bawah) “Biar saya saja yang turun ke bawah mengajak naik ke sini, Tina.” Tina : “Halo, apa kabar? Oke! Langsung saja silakan duduk! Nanti biarlah saya dan Divi berdiri boleh, nggak apa-apa.” (16/ AKIM / TV One/ 17 Jan 2011 Keterangan : 16
: Nomor urut data
AKIM
: Apa Kabar Indonesia Malam
TV One
: Stasiun televisi
17 Jan 2011
: tanggal, bulan, tahun data diperoleh.
Di dalam tuturan di atas tampak dengan jelas bahwa apa yang dituturkan oleh Tina sebagai pembawa acara sungguh memaksimalkan keuntungan bagi lawan tuturnya, yaitu salah satu pemain tim nasional yang ditunjuk untuk maju ke depan mewakili teman-temanya. Penutur (Tina) mempersilakan mitra tuturnya (salah satu pemain tim nasional) untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Tindakan mempersilakan Tina itu dituturkan melalui tuturan “langsung saja silakan duduk!”. Tuturan silakan merupakan penanda lingual tindak tutur direktif ‘mempersilakan’ yang merupakan pematuhan prinsip kesantunan maksim kearifan. Prinsip kesantunan dengan pematuhan maksim kearifan sudah dilakukan commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh Tina dengan meminimalkan kerugian lawan tutur dan memaksimalkan keuntungan lawan tutur, yaitu dengan mempersilakan duduk narasumbernya. Tina sebagai pembawa acara memang lebih santun berdiri daripada narasumber yang berdiri. Hal ini dikarenakan kursi yang disediakan sudah tidak cukup lagi, terlalu banyak narasumber yang disuruh maju ke depan.
E. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data (Lexy J. Moleong, 2007:280). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Pragmatik sebagai pemecahan masalah dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan petutur. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip kesantunan dan implikatur percakapan. Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 61-62), menjelaskan teknik heuristik berusaha mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Proses ini terus berulang sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan (berupa hipotesis yang teruji kebenarannya, yaitu hipotesis yang tidak bertentangan dengan evidensi yang ada). Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dari petutur karena masalah yang ada di sini ialah masalah interpretasi tuturan, berdasarkan makna tuturan, informasi mengenai latar commit belakang dan asumsi-asumsi dasar, dan to konteks user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petutur membuat hipotesis-hipotesis mengenai tujuan-tujuan tertentu terhadap masalah interpretasi tuturan tersebut. Metode heuristik ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk tuturan yang mengandung prinsip kesantunan dan implikatur. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas kontekskonteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Adapun yang dimaksud dengan konteks adalah lingkungan sosial tuturan. Konteks di dalam pragmatik, pada hakikatnya adalah segala latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur (I Dewa Putu Wijana, 2005:27).
F. Teknik Penyajian Analisis Data Tahap akhir dalam penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang dimaksud di antaranya : tanda tambah (+), tanda kurang (−), tanda bintang (*), tanda panah (→), tanda kurung biasa ( ( ) ), tanda kurung kurawal ({ }), tanda kurung siku ([ ]). Adapun lambang yang dimaksud di antaranya : lambang haruf sebagai singkatan nama (S, P, O, V, K), lambang sigma (Ʃ) untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto, 1993:145).
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari sekian banyak penyajian formal yang dikemukakan oleh Sudaryanto, maka dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan beberapa lambang dan tanda-tanda. Lambang dan tanda-tanda tersebut adalah tanda kurung ( ( ) ), tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kutip (“…”), tanda petik tunggal (‘…’). Selain penyajian analisis formal, penulis juga menggunakan penyajian hasil analisis data informal yaitu mendeskripsikan hasil analisis dengan kata-kata biasa untuk menjelaskan atau menafsirkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan rumusan masalah. Pada pembahasan penelitian Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan serta Implikatur Percakapan dalam Talk Show “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One: Suatu Tinjauan Pragmatik ini, penulis khususkan pada percakapan antara pembawa acara dengan narasumber. Deskripsi dalam analisis ini meliputi tiga bagian, yaitu wujud pematuhan prinsip kesantunan dalam talk show AKIM, wujud pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show AKIM, dan wujud implikatur percakapan dalam talk show AKIM.
A. Pematuhan Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM 1.
Pematuhan Maksim Kearifan (tact maxim) Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Maksim kearifan dalam ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Data yang merupakan pematuhan maksim kearifan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (1) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Pak Aga. Tuturan disampaikan dengan intonasi yang sedang dan dalam suasana yang santai. Pak Aga bermaksud untuk memberi tahu kepada para pemain U-23 bahwa pelatih menyuruh para pemain untuk pulang terlebih dahulu sebelum berangkat ke Turkmenistan. Tujuannya supaya para pemain bersedia pulang dan berpamitan dengan keluarganya. commit to user
52
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tina : “Pak Aga mungkin tambahan untuk mulai pelatihan bagi tim nas U-23, akan dimulai kapan? Untuk pelatihan akan dimulai kapan Pak Aga atau tim nas U-23 ini.” Aga : “Tanggal 24 dimulainya.” Tina : “24. Jadi sekarang masih boleh pada pulang kampung dulu?” Aga : “Dari coach cuma kayaknya diizinkan pulang terlebih dahulu masing-masing bertemu keluarganya. Yang mau pulang, pulang saja!” (18/AKIM/TV One/17 Jan 2011) Pada percakapan (1) terdapat pematuhan terhadap maksim kearifan, khususnya submaksim kedua karena memberikan keuntungan kepada orang lain sebesar mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Bapak Aga “Yang mau pulang, pulang saja!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Bapak Aga kepada para pemain U-23 yang akan belajar sepak bola ke Turkmenistan. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Tuturan pulang saja adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’. Tuturan “Yang mau pulang, pulang saja!” mematuhi maksim kearifan karena memberikan keuntungan kepada orang lain yaitu para pemain sepak bola U-23. Bapak Aga yang mewakili coach U-23, memberi tahu bahwa para pemain boleh pulang terlebih dahulu. Oleh karena itu, Bapak Aga menyuruh para pemain untuk pulang karena tidak akan bertemu dengan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Tuturan tersebut jelas memberi keuntungan bagi para pemain, karena diberi kesempatan untuk pulang dan berpamitan dengan keluarga terlebih dahulu. Jika dilihat dari skala untung rugi, tuturan tersebut memberi keuntungan kepada orang lain (petutur) sehingga tuturan tersebut termasuk tindak tutur yang santun. Dilihat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
skala jarak sosial, hubungan sosial Bapak Aga dengan para pemain sepak bola U-23 tidak terlalu dekat, maka tuturan yang disampaikan lebih santun. Contoh data lain yang menunjukkan pematuhan maksim kearifan dapat dilihat pada percakapan berikut. (2) Konteks tuturan : Tuturan disampaikan oleh Tina kepada Bang Effendy. Tuturan tersebut dituturkan dalam suasana yang santai. Tina merasa senang bertemu dengan Bang Effendy, dan mempersilakan Bang Effendy untuk duduk di sofa merah. Tujuannya supaya Bang Effendy bersedia duduk di sofa. Tina : “Ini dia, yang satu jurnalis yang kemudian menjadi anggota parlemen, apa kabar Bang Effendy Ghazali?” Effendy : “Selamat malam. Baik Tina.” Tina : “Silakan duduk, Bang Effendy!” (82/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (2) terdapat pematuhan terhadap maksim kearifan, khususnya submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sekecil mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Tina, “Silakan duduk, Bang Effendy!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina kepada Bang Effendy. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan mempersilakan. Tuturan silakan adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘mempersilakan’. Tuturan “Silakan duduk, Bang Effendy!”, mematuhi maksim kearifan karena memberikan keuntungan kepada Bang Effendy dan bukan memberi kerugian. Keuntungan tersebut adalah memberikan kenyamanan terhadap Bang Effendy untuk duduk di sofa yang telah disediakan. Jika dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut menguntungkan bagi Bang Effendy. Sudah selayaknya Tina sebagai pembawa acara memberikan kenyamanan bagi narasumber yang hadir. Tuturan yang memberikan commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuntungan kepada orang lain tersebut, berdasarkan skala untung-rugi termasuk tindak tutur yang santun. Pematuhan terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam prinsip kesantunan maksim kearifan tersebut, dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi keuntungan terhadap orang lain.
2.
Pematuhan Maksim Kedermawanan (generosity maxim) Maksim kedermawanan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan dalam ilokusi impositif dan komisif. Data yang merupakan pematuhan maksim kedermawanan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (3)
Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dengan Egie. Tuturan tersebut disampaikan dalam suasana yang santai. Tina menyampaikan pertanyaan kepada Egie, mau mudik atau tidak. Sebelum Egie berangkat ke Turkmenistan untuk latihan sepak bola, Egie memilih untuk memperkuat club walaupun Egie akan terbang ke Turkmenistan dan lama tidak bertemu dengan keluarganya. Tina : “Kalau Egie dari mana asalnya?” Egie : “Jakarta” Tina : “Dari Jakarta. Jadi nggak mungkin ya nggak mudik?” Egie : “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub.” Tina : “Nggak pulang? Kagum saya nggak pulang heeeemmm.” (19/AKIM /TV One/17 Jan 2011) Pada
percakapan
(3)
terdapat
pematuhan
terhadap
maksim
kedermawanan, terutama terhadap submaksim pertama yaitu membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Egie, “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub.”. Tuturan tersebut
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termasuk dalam tindak tutur komisif karena menyanggupi. Tuturan nggak mbak adalah penanda lingual dari tindak tutur komisif ‘menyanggupi’. Tuturan Egie tersebut dituturkan kepada Tina, untuk memberi tahu kepada Tina bahwa Egie menyatakan kesanggupan untuk tidak pulang dan tetap di klub. Tuturan Egie, “Nggak mbak! Untuk memperkuat klub”, merupakan pematuhan maksim kedermawanan karena Egie memberikan keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan memberikan keuntungan yang banyak terhadap klub sepak bola. Jika dikaitkan dengan skala untung-rugi, tuturan Egie tersebut jelas merugikan Egie. Kerugian yang dialami oleh Egie yaitu Egie tidak pulang dan tidak akan bertemu dengan keluarganya. Sementara keuntungan yang didapatkan oleh klub yaitu, klub tersebut tidak kehilangan salah satu pemain sehingga menguntungkan klub tersebut. Contoh percakapan lain yang merupakan pematuhan maksim kedermawanan ialah sebagai berikut. (4)
Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dengan Bapak Maruarar. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina bermaksud menyuruh Pak Maruarar untuk menggunakan mikrofon Tina terlebih dahulu karena belum memakai mikrofon. Tujuannya suapaya Bapak Maruarar mau menggunakan mik tersebut sehingga suara Bapak Maruarar terdengar jelas oleh para pemirsa. Tina : “Selamat malam bang.” Maruarar : “Apa kabar Tina?” Tina : “Baik. Sebelum pakai miknya, nggak pa-pa. Pakai mik saya dulu saja bang! Ini kita sudah singgung sedikit yang sudah berlangsung di komisi III. (101/AKIM/TV One/24 Jan 2011) Pada
percakapan
(4)
terdapat
pematuhan
terhadap
maksim
kedermawanan, khususnya submaksim yang kedua karena membuat kerugian
commit to user terhadap diri sendiri sebesar mungkin. Pematuhan terlihat pada tuturan Tina,
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Pakai mik saya dulu saja bang!” Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina kepada Bapak Maruarar. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Tuturan pakai mik saya adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’. Tuturan
“Pakai
mik
saya
dulu
saja!”,
mematuhi
maksim
kedermawanan karena memberikan keuntungan kepada Bapak Maruarar dan bukan memberi kerugian. Keuntungan Bapak Maruarar tersebut adalah Tina memberikan mikrofonnya untuk Bapak Maruarar karena mikrofon yang dipakai Bapak Maruarar tidak berfungsi dengan baik. Jika dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut menguntungkan bagi Bapak Maruarar dan merugikan Tina. Bapak Maruarar sangat diuntungkan karena mendapat mikrofon dari Tina, sedangkan Tina dirugikan karena mikrofonnya harus diberikan kepada Bapak Maruarar. Tuturan yang memberikan keuntungan kepada orang lain tersebut, berdasarkan skala untung-rugi termasuk tindak tutur yang santun. Pematuhan terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam prinsip kesantunan maksim kedermawanan tersebut, dapat dikatakan memiliki karaktersitik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi kerugian terhadap diri sendiri sebesar mungkin.
3.
Pematuhan Maksim Pujian (approbation maxim) Maksim pujian mempunyai dua submaksim, yaitu (a) kecamlah orang lain sedikit mungkin, dan (b) pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
pujian dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan pematuhan maksim pujian dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (5) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Adjie Masaid dan Wolf Gang Pikal. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang santai. Mereka sedang membicarakan para pemain yang akan dikirim ke Turkmenistan. Walf Gang Pikal terdengar memuji salah satu pemain. Tujuannya yaitu Walf Gang bermaksud memberikan pujian terhadap salah satu pemain sepak bola yaitu Okto. Tina : “Katanya di Turkmenistan suhunya 5o jadi para pemain harus beradaptasi dengan cuaca dan pemain bagus gitu ya, karena tidak terbiasa kita dari negara tropis. Mas Adjie, kalau tinggi mereka rata-rata 180, kita berapa yang U-23 ini?” Adjie : “Eeeeee, yang 180 ada beberapa ya Wolf?” Wolf Gang Pikal : “Karena sebetulnya di dalam U-23 ada 25 orang yang saya rasa mungkin ada 10 pemain di atas 180, tapi ada juga 5 pemain di bawah 160. Soalnya kita banyak pemain lincah seperti Okto kecil tapi juga luar biasa.” (5/AKIM/TV One/17 Jan 2011) Pada percakapan (5) terdapat pematuhan maksim pujian, terutama pematuhan terhadap submaksim kedua yaitu penutur memuji orang lain. Pematuhan dilakukan oleh Wolf Gang Pikal dan pujian tersebut ditujukan kepada Okto (salah satu pemain tim nas). Pematuhan dapat dilihat pada tuturan “Soalnya kita banyak pemain lincah seperti Okto kecil tapi juga luar biasa”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, yaitu penutur memuji orang lain. Tuturan luar biasa adalah penanda lingual tindak tutur ekspresif ‘memuji’. Penutur (Wolf Gang Pikal) memberikan pujian terhadap Okto. Penutur (Wolf Gang Pikal) menuturkan “Soalnya kita banyak pemain lincah seperti Okto kecil tapi juga luar biasa”, yang memuji Okto. Wolf Gang Pikal kagum dengan Okto, walaupun Okto mempunyai struktur tubuh yang
commit to user kecil namum mempunyai kualitas permainan sepak bola yang luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Contoh percakapan lain yang merupakan pematuhan maksim pujian ialah sebagai berikut. (6) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang disampaikan oleh Tina kepada Bang Ruhut. Tina menyindir Bang Ruhut. Tuturan disampaikan dengan intonasi yang sedang dan dalam suasana yang santai namun sedikit menggunakan nada sindiran. Namun, Bang Ruhut memberikan pujian kepada Bapak SBY, bahwa Bang Ruhur merasa bangga dengan sikap kepemimpinan Presiden SBY terkait masalah pernyataan presiden yang tidak pernah naik gaji. Tina : “Bang Ruhut, jangan-jangan gajinya gedean Bang Ruhut dibanding presiden?” Ruhut : “Terus terang kita sebenarnya bangga dan ada rasa haru. Seorang kepala negara yang demikian bekerja keras, ya! Kebetulan saya anak buahnya saya tahu karier beliau dalam bekerja 1x24 jam itu kurang.” (62/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (6) terdapat pematuhan terhadap maksim pujian, terutama submaksim kedua yaitu penutur memuji orang lain sebanyak mungkin. Pematuhan dilakukan oleh Bang Ruhut dan pujian tersebut ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pematuhan dapat dilihat pada tuturan “Terus terang kita sebenarnya bangga dan ada rasa haru. Seorang kepala negara yang demikian bekerja keras, ya! Kebetulan saya anak buahnya saya tahu karier beliau dalam bekerja 1x24 jam itu kurang”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, yaitu penutur memberikan pujian terhadap orang lain, namun pujian tersebut diucapkan secara tidak langsung. Tuturan terus terang kita sebenarnya bangga dan ada rasa haru, adalah penanda lingual tindak tutur ekspresif ‘memuji’. Penutur Bang Ruhut memberikan pujian terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penutur (Bang Ruhut) menuturkan “Terus terang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
kita sebenarnya bangga dan ada rasa haru. Seorang kepala negara yang demikian bekerja keras, ya! Kebetulan saya anak buahnya saya tahu karier beliau dalam bekerja 1x24 jam itu kurang”. Tuturan tersebut merupakan pematuhan maksim pujian. Tuturan dari Bang Ruhut tersebut mempunyai maksud memuji kinerja dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
4.
Pematuhan Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim) Maksim kerendahan hati mempunyai dua submaksim, yaitu (a) pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Maksim kerendahan hati dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan pematuhan maksim kerendahan hati dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (7) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bang Frans. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang santai. Tina sangat kagum dengan penampilan Bang Frans yang bermain musik dengan sisir sebagai alat musik. Tujuan Tina yaitu memberikan pujian kepada Bang Frans. Tina : “Achhhhhh, keren banget. Hahahahaha. Yang keren bukan saya, beliau maksudnya. Bang Frans, coba saya mau tanya semua pasti terpana pasti takjub. Saya mau lihat! Ini kru semua mukanya juga pada terperanah semua. Ini hanya sisir sama plastik?” Frans : “Ya” (75/AKIM /TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (7) terdapat pematuhan terhadap maksim kerendahan hati, khususnya submaksim kedua yaitu mengecam diri sendiri sebanyak mungkin. Pematuhan terjadi karena Tina meminimalkan pujian terhadap dirinya sendiri. Pematuhan dilakukan oleh Tina, yaitu pada tuturan “yang
commit to user keren bukan saya, beliau maksudnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
tutur ekspresif, karena memuji orang lain. Tuturan yang keren merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif ‘memuji’. Penutur (Tina) memberikan pujian terhadap Bang Frans dan merendahkan diri sendiri. Penutur (Tina) menuturkan “yang keren bukan saya, beliau maksudnya”, dan tuturan tersebut merupakan pematuhan maksim kerendahan hati. Tuturan dari Tina tersebut mempunyai maksud memuji kemampuan Bang Frans dalam bermain musik dengan menggunakan sisir. Tina akan merasa lebih santun dengan memberikan pujian kepada Bang Frans sebanyak mungkin untuk merendahkan diri. Berikut contah data lain yang merupakan pematuhan maksim kerendahan hati. (8) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bang Frans. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina bermaksud memberikan pujian kepada Bang Frans, namun terkihat dari tuturan Bang Frans bahwa Bang Frans cenderung lebih merendahkan diri. Tujuannya supaya Bang Frans tidak menjadi sombong.. Tina : “Jadi bukan karena sisir ajaib gitu ya? Frans : “Nggak!” Tina : “Plastiknya apa aja?” Frans : “Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan.” (78/AKIM /TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (8) terdapat pematuhan terhadap maksim kerendahan hati, khususnya submaksim pertama yaitu pujilah diri sendiri sedikit mungkin. Pematuhan maksim kerendahan hati terjadi karena Bang Frans meminimalkan pujian terhadap dirinya sendiri dihadapan Tina dan penonton yang melihat penampilan Bang Frans. Pematuhan maksim kerendahan hati dilakukan oleh Bang Frans, yaitu pada tuturan “Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan.” Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, menunjukkan bahwa commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ajaib itu Tuhan bukan Bang Frans. Tuturan Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan, merupakan penanda lingual tindak tutur asertif ‘menunjukkan’. Penutur (Bang Frans) berusaha untuk merendahkan dirinya sendiri agar
tidak
menjadi
sombong.
Penutur
(Bang
Frans)
menuturkan
“Sebenarnya yang ajaib itu Tuhan”, dan tuturan tersebut merupakan pematuhan maksim kerendahan hati. Tuturan dari Bang Frans tersebut mempunyai maksud memuji kebesaran Tuhan YME yang memiliki semua alam semesta ini. Bang Frans tidak memuji dirinya sendiri, karena merasa bahwa kemampuan yang dimiliki merupakan anugerah dari Tuhan. Bang Frans sungguh memaksimalkan pematuhan dihadapan Tina dan penonton yang menyaksikan acara tersebut.
5.
Pematuhan Maksim Kesepakatan (agreement maxim) Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan (b) usahakan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Maksim kesepakatan diatur dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pematuhan maksim kesepakatan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (9) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Bapak Ramandhan dan Bang Effendy Ghazali. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Mereka membahas mengenai kasus ‘pembohongan publik’ yang dilontarkan tokoh-tokoh agama yang ditujukan kepada presiden. Bang Effedy menyetujui pernyataan yang dilontarkan oleh Tina dan Bang Ramadhan. Tina : “Tapi kan tokoh agama nggak bisa nggak bohong juga.” Ramadhan : “Setuju!” Effendy : “Kalau itu setuju. Dan dalam hal pembohongan publik commit to user itu definisinya sederhana, lie to the public on the matter of
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
the interest. Jadi artinya, ada kebohongan di depan publik, kepada publik, tentang hal-hal yang terkait dengan kepentingan publik. Itu tadi ya.” (93/AKIM /TV One/21 Jan 2011) Pada
percakapan
(9)
terdapat
pematuhan
terhadap
maksim
kesepakatan, khususnya submaksim pertama yaitu usahakan ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin. Pematuhan maksim kesepakatan terjadi antara Tina, Bapak Ramadhan dari farksi partai Demokrat dan Bang Effendy Ghazali. Pematuhan maksim kesepakatan dituturkan oleh Bang Effendy, yaitu pada tuturan “Kalau itu setuju”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, yaitu menyetujui terhadap suatu hal. Tuturan setuju adalah penanda lingual tindak tutur asertif ‘menyetujui’. Dari tuturan Bang Effendy “Kalau itu setuju”, petutur menyetujui pernyataan yang diucapkan oleh Tina dan Bapak Ramadhan sehingga menunjukkan kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Bang Ramadhan dan Effendy Ghazali sama-sama menyetujui, karena apa yang dikatakan Tina adalah suatu kebenaran. Kesepakatan antara penutur dan mitra tutur dapat terlihat dengan jelas, sehingga dari tuturan tersebut menunjukkan pematuhan maksim kesepakatan. Penutur setuju dengan pendapat Tina yang mengatakan bahwa tokoh agama tidak bisa tidak berbohong. Contoh lain yang menyatakan pematuhan maksim kesepakatan terdapat pada percakapan berikut. (10) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Bapak Yoris dan Bapak Anas. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Mereka membahas mengenai kompetisi politik yang commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedang politik. Tina Yoris Anas
Pada
terjadi dan Bapak Anas mengakui kalau terjadi kompetisi : “Kompetisi politik begitu?” : “Artinya, tidak keluar daripada subtansi bukan?” : “Iya, saya mengakui itu” (100/AKIM /TV One/24 Jan 2011) percakapan
(10)
terdapat
pematuhan
terhadap
maksim
kesepakatan, khususnya submaksim kedua, yaitu usahakan kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain sebanyak mungkin. Pematuhan maksim kesepakatan terjadi antara Tina, Bapak Yoris dari partai Golkar dan Bapak Anas Urbaningrum dari partai Demokrat. Pematuhan maksim kesepakatan dituturkan oleh Bapak Anas Urbaningrum, yaitu pada tuturan “Iya, saya mengakui itu”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, yaitu mengakui akan kebenaran suatu hal. Tuturan Iya, saya mengakui itu adalah penanda lingual tindak tutur asertif ‘mengakui’. Dari tuturan Bapak Anas “Iya, saya mengakui itu” penutur mengemukakan pengakuan suatu hal, sehingga menunjukkan kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Kesepakatan antara Tina, Bapak Yoris dan Bapak Anas adalah akan terjadi kompetisi politik. Bapak Anas mengakui akan adanya kompetisi politik kalau masalah Gayus dengan Satgas diperpanjang.
Dengan
demikian,
terlihat
jelas
pematuhan
maksim
kesepakatan dilakukan oleh Bapak Anas Urbaningrum.
6.
Pematuhan Maksim Simpati (sympathy maxim) Maksim simpati terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin dan (b) tingkatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Maksim simpati diatur dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pematuhan maksim simpati dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (11) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dengan Bapak Arif. Tuturan tersebut dituturkan dalam suasana yang sedikit memprihatinkan. Bapak Arif menceritakan keadaan anaknya yang sedang sakit tumor, namun sudah sedikit membaik. Tina merasa kasihan melihat keadaan anak Bapak Arif, namun sedkit senang mendengar pernyataan Pak Arif bahwa keadaan anaknya yang sudah sedikit membaik. Tujuan Tina yaitu menunjukkan rasa simpatinya. Tina : “Boleh saya tahu bagaimana perkembangan Sauzan?” Arif : “Dari serangkaian tes yang dua hari lalu dilakukan itu tidak ada menunjukkan adanya penyebaran ke sumsum tulang dan eeee cairan otak. Dan menurut tim medis dokter yang menangani penyebarannya ke luar bukan ke dalam.” Tina : “Alhamdulillah kita senang mendegarnya. Artinya nggak ada yang ke dalam begitu ya pak?” (87/AKIM /TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (11) terdapat pematuhan terhadap maksim simpati, khususnya submaksim pertama karena mengurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin. Pematuhan terhadap maksim simpati dilakukan oleh Tina terhadap Bapak Arif. Pematuhan dapat dilihat pada tuturan “Alhamdulillah kita senang mendegarnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif karena Tina menunjukkan rasa senang. Tuturan Alhamdulilah kita senang mendengarnya adalah penanda lingual tindak tutur asertif ‘menunjukkan rasa senang’. Berdasarkan tuturan yang dituturkan oleh penutur “Alhamdulillah kita senang mendegarnya”, menunjukkan pematuhan maksim simpati. Penutur (Tina) memberikan rasa simpati kepada mitra tuturnya (Bapak Arif). Melalui tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur (Tina) mempunyai rasa
commit to user simpati kepada petutur (Bapak Arif), yaitu mengungkapkan rasa senang
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
sebagai wujud simpati kepada Bapak Arif. Bapak Arif adalah orang tua dari Sauzan, dan Sauzan adalah balita berusia 4 tahun yang menderita penyakit tumor dibagian wajah hingga menutupi 2/3 wajahnya sehingga harus di operasi. Contoh data lain yang menunjukkan pematuhan maksim simpati dapat dilihat pada percakapan berikut. (12) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Divi dengan Ibu Linda. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikit memprihatinkan. Divi bermaksud menujukkan keprihatinannya kepada Ibu Linda karena masalah yang dihadapi Ibu Linda sungguh berat. Tujuan Divi adalah menujukkan rasa simpatinya kepada Ibu Linda. Divi : “Baiklah Ibu. Saya turut prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan seadil-adilnya. Nanti kita akan lihat proses hukum ibu.” Linda : “Terima kasih” (115/AKIM /TV One/11 Feb 2011) Pada percakapan (12) terdapat pematuhan terhadap maksim simpati, khususnya submaksim kedua yaitu meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin. Pematuhan terhadap maksim simpati dilakukan oleh Divi kepada Ibu Linda. Pematuhan maksim simpati dapat dilihat pada tuturan “Saya turut prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan seadil-adilnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif karena Divi mengungkapkan keprihatinannya kepada Ibu Linda. Tuturan Saya turut prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan seadiladilnya adalah penanda lingual tindak tutur asertif ‘menunjukkan keprihatinan’. Berdasarkan tuturan yang dituturkan oleh penutur (Divi) “Saya turut prihatin, semoga kasus atau masalah ibu ini bisa diselesaikan dengan
commit to user seadil-adilnya”, menunjukkan pematuhan maksim simpati. Penutur (Divi)
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan rasa simpati kepada mitra tuturnya (Ibu Linda). Melalui tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur (Divi) mempunyai rasa simpati kepada petutur (Ibu Linda), yaitu mengungkapkan rasa keprihatinannya sebagai bentuk rasa simpati kepada Ibu Linda. Divi prihatin dengan nasib Ibu Linda yang tersangkut dengan masalah hukum. Ibu Linda adalah salah satu tersangka kasus Bank Century.
Adapun pematuhan prinsip kesantunan dalam tuturan talk show AKIM di TV One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Pematuhan prinsip kesantunan dalam talk show AKIM No 1.
Pematuhan Prinsip Kesantunan Maksim Kearifan a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
2.
3.
4.
5.
Nomor Data 3, 9, 13, 15, 10, 16, 23, 33, 42, 51, 68, 79, 82, 108. 18, 33, 64, 107, 113, 114.
Maksim Kedermawanan a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
19, 27, 98. 11, 16, 44, 101.
Maksim Pujian a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
2, 8, 14, 19, 38, 63, 76, 80, 110, 112. 5, 6, 62, 69.
Maksim Kerendahan Hati a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
78. 75, 118.
Maksim Kesepakatan a. Submaksim pertama 54, 74, 93, 106, 1107. b. Submaksim kedua 55, 95, 97, 100. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Maksim Simpati a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
B. 1.
34, 60, 61, 70, 81, 87, 88, 90, 111, 119. 115, 118.
Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Talk Show AKIM
Pelanggaran Maksim Kearifan (tact maxim) Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Maksim kearifan dalam ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Data yang merupakan pelanggaran maksim kearifan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (13) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Adjie Masaid. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina menyuruh para pemain yang duduk di bawah untuk berdiri. Tujuan Tina yaitu agar para pemain mau melakukan perintahnya. Adji : “Ini yang akan bermain U-23 yang sudah terpilih gitu ya.” Tina : “Ini diaaaaaaa. Kita akan menggantungkan harapan, berdiri semuanya, berdiri yang umur 23! Kok malu-malu berdirinya.” Adji : “Iya, makasih.” (4/AKIM/TV One/17 Jan 2011) Pada percakapan (13) terdapat pelanggaran maksim kearifan, khususnya submaksim pertama yaitu penutur memberikan kerugian orang lain sebesar mungkin. Pelanggaran dilakukan oleh Tina dengan tuturan “Kita akan menggantungkan harapan, berdiri semuanya, berdiri yang umur 23!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Tina kepada para pemain U-23. Tuturan tersebut termasuk dalam committindak to usertutur direktif, karena merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
tuturan menyuruh. Tuturan berdiri adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’. Tuturan yang disampaikan Tina “Kita akan menggantungkan harapan, berdiri semuanya, berdiri yang umur 23!’, merupakan pelanggaran maksim kearifan karena memberikan kerugian kepada para pemain U-23 yang hadir di acara tersebut bukan keuntungan. Para pemain U23 sedang duduk di bawah panggung bersama teman-teman dan pemirsa yang lain. Kerugian para pemain U-23 adalah mereka harus berdiri dan mematuhi perintah dari Tina. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut merugikan pemain U-23, karena mereka harus berdiri untuk melaksanakan perintah dari Tina. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tuturan langsung. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur tidak memberikan pilihan kepada pemain U-23. Pemain U-23 tidak bisa memilih untuk berdiri atau tidak. Tuturan Tina tersebut merupakan tindak tutur imperatif yaitu tuturan yang mempunyai maksud memerintah. Dengan demikian tuturan yang disampaikan oleh Tina merupakan pelanggaran maksim kearifan. Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim kearifan dapat dilihat pada percakapan berikut. (14) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Said, Divi, Ogi, dan Nirina. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Said, Divi, Ogi berdebat tentang pemain naturalisasi, kemudian Nirina menyela dan menyuruh para penonton untuk bertepuk tangan. Tujuan Nirina yaitu para penonton mau melakukan perintahnya untuk bertepuk tangan. Dalam tuturan ini penonton melakukan perintah dari Nirina. Said : “Oke, paling nggak sebenarnya akhirnya kita dan temanteman kita yang baru jadi entertainment akhirnya mengikuti commit to user juga tim nas, karena di sana kita juga ada pemain naturalisasi.”
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Divi Ogi
: “Nah.” : “Sebenarnya bukan naturalisasi, tapi desentralisasi yang bener.” Divi : “Puas Ogi?” Ogi : “Ya, ada apa?” Nirina : “Sebentar, ini sekarang yang artisnya bukan kita, yang artisnya adalah mereka yang ada di depan ini dong. Tepuk tangan buat mereka!” ( Semua hadirin bertepuk tangan) (12/AKIM/TV One/17 Jan 2011) Pada percakapan (14) terdapat pelanggaran maksim kearifan, khususnya submaksim kedua yaitu penutur memberikan keuntungan orang lain sekecil mungkin. Pelanggaran dilakukan oleh Nirina dengan tuturan “Tepuk tangan buat mereka!”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Nirina kepada seluruh pemirsa. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Tuturan tepuk tangan adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’. Tuturan yang disampaikan Nirina “Tepuk tangan buat mereka!’, merupakan pelanggaran maksim kearifan karena memberikan kerugian kepada para pemirsa yang hadir dalam acara tersebut bukan keuntungan. Para pemirsa sedang menikmati acara tersebut, kemudian Nirina menyuruh mereka untuk bertepuk tangan. Kerugian para pemirsa adalah mereka harus bertepuk tangan dan mematuhi perintah Nirina. Dilihat dari skala untungrugi, tuturan tersebut merugikan pemirsa, karena mereka harus bertepuk tangan
untuk
melaksanakan
perintah
Nirina.
Dilihat
dari
skala
ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tuturan langsung. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur tidak memberikan pilihan kepada para pemirsa. Pemirsa tidak bisa memilih untuk bertepuk tangan atau tidak.
commit to user Tuturan Nirina tersebut merupakan tindak tutur imperatif yaitu tuturan yang
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai
maksud
memerintah.
Dengan
demikian
tuturan
yang
disampaikan oleh Tina merupakan pelanggaran maksim kearifan.
2.
Pelanggaran Maksim Kedermawanan (generosity maxim) Maksim kedermawanan berisi dua submaksim, yaitu (a) buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan dalam ilokusi impositif dan
ilokusi
komisif.
Data
yang
merupakan
pelanggaran
maksim
kedermawanan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (15) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Divi dan Ardi. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Ardi memberitahu kepada kepada Divi kalau ingin menjadi presenter. Pada saat segmen pembacaan berita, Divi menyuruh Ardi untuk membaca berita. Ardi membaca berita bersama dengan Divi. Tujuan Divi supaya Ardi membacakan berita dan belajar menjadi presenter. Divi : “Ya, tadi saat saya membacakan berita ini adik saya Ardiansyah tim nas usia 19 yang tertarik jadi presenter juga ya? Ini yang Anda harus bacakan!” Ardi : “Saya yang baca? Mana?” Divi : “Ini, dari atas.” (22/AKIM/TV One/17 Jan 2011) Pada percakapan (15) terdapat pelanggaran terhadap maksim kedermawanan, terutama submaksim yang pertama yaitu memberikan kerugian orang lain sebesar mungkin. Pelanggaran terlihat pada tuturan Divi “Ini yang Anda harus bacakan!”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena menyuruh petutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan bacakan adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyuruh’. Tuturan Divi tersebut ditujukan kepada Ardi. Divi menyuruh Ardi untuk membaca berita yang seharusnya dibaca oleh Divi. Tuturan Divi commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut adalah “Ini yang Anda harus bacakan!”. Penutur (Divi) ingin Ardi yang membacakan berita tersebut, sedangkan Divi menyaksikan Ardi membacakan berita tersebut. Sebenarnya yang harus membacakan berita tersebut Divi bukan Ardi, karena Divi yang menjadi pembawa acara dalam talk show tersebut. Keuntungan yang didapatkan oleh penutur ialah penutur tidak perlu membacakan berita sedangkan kerugian yang dialami petutur ialah petutur harus membacakan berita. Dalam hal ini jelas sekali bahwa penutur merugikan petutur. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Divi tersebut jelas tidak santun karena merugikan Ardi. Kerugian yang dialami petutur (Ardi) ialah harus membacakan berita, dan berita tersebut seharusnya bukan petutur (Ardi) yang membacakan. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur (Divi) tidak memberikan pilihan kepada mitra tutur. Penutur menyuruh mitra tuturnya untuk membacakan berita dan petutur tidak diberi pilihan untuk menerima atau menolak perintah tersebut. Divi tidak menanyakan terlebih dahulu kesanggupan dari Ardi. Tuturan tersebut cenderung langsung memerintah
Ardi
untuk
membacakan
berita.
Dilihat
dari
skala
ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tindak tutur langsung. Tuturan penutur (Divi) tersebut termasuk tuturan imperatif yaitu tuturan yang mempunyai maksud memerintah untuk membacakan berita. Ardi di sini merupakan tamu atau undangan yang kewajibannya menikmati acara yang sedang berlangsung bukan disuruh membacakan berita walaupun sebenarnya Ardi ingin belajar menjadi presenter. Dengan demikian tuturan yang disampaikan Divi merupakan pelanggaran maksim kedermawanan. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh
data
lain
yang
menunjukkan
pelanggaran
maksim
kedermawanan dapat dilihat pada percakapan berikut. (16) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Pak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang agak tinggi dan dalam suasana yang sidikit menegangkan karena terjadi perdebatan. Mereka membicarakan masalah korupsi yang dilakukan Gayus. Pak Didi memberikan pernyataan mengenai persoalan Gayus dan Satgas, bahwa Gayus tidak bisa dipercaya sehingga Pak Didi memberi saran kepada Bang Hotma untuk melaporkan ke polisi saja. Tujuannya supaya Bang Hotma mau melaporkan ke polisi. Tina : “Oke, sekarang saya ke Pak Didi ada komentarnya. Pak Didi mulai ini dianggap serius oleh Gayus Tambunan, soal tuduhan kepada yang jadi effect the low dan agar tidak dianggap membela Satgas!” Didi : “Karena saya, banyak yang nggak percaya sama Satgas, saya ya ini ya terserah! Saya pikir banyak yang tidak percaya dengan Gayus karena seperti yang saya bilang tadi keterangannya berbelit-belit, bertele-tele, tidak jelas. Ini buat apa saya pusingin. Jadi, saya kalau memang keberatan Gayus, kan ada ranah hukum. Jadi nggak perlu rame-rame di apalagi dikomisi III dibawa, buang-buang waktulah. Jadi, bawa ke ranah hukum aja! Neh saran buat Bang Hotma ya, bawa ke ranah hukum! Jadi nggak usah dibawa ke media massa ini untuk panjang lebar, energi kita akan capek untuk melihat atau menonton Satgas dan Gayus ini. Jadi, sekali lagi Gayus tidak bisa dipercaya dan banyak orang yang nggak yakin dengan ini, apa namanya keterangan dia. Jadi, bawa ke ranah hukum aja selesai!” (46/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (16) terdapat pelanggaran terhadap maksim kedermawanan, terutama submaksim yang kedua yaitu memberikan keuntungan diri sendiri sebesar mungkin. Pelanggaran terlihat pada tuturan Divi “Jadi, bawa ke ranah hukum aja! Neh saran buat Bang Hotma ya, bawa ke ranah hukum!”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena menyarankan petutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan Neh saran buat Bang Hotma ya adalah penanda lingual dari tindak tutur direktif ‘menyarankan’.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tuturan Bapak Didi tersebur ditujukan kepada Bang Hotma. Pada saat perbincangan berlangsung, Bapak Didi menyarankan kepada Bang Hotma untuk melaporkan kasus Gayus dengan Satgas ke pihak kepolisian. Sementara itu, Pak Didi pun juga bisa melaporkan kasus Gayus dan Satgas ini, tanpa harus menyarankan Bang Hotma untuk melaporkan terlebih dahulu. Tuturan Bapak Didi tersebut adalah “Jadi, bawa ke ranah hukum aja! Neh saran buat Bang Hotma ya, bawa ke ranah hukum!”. Penutur (Bapak Didi) menyarankan kepada Bang Hotma untuk melaporkan ke kepolisian, daripada saling mengeluarkan penyataan yang belum pasti kebenarannya, sehingga diharapkan dalam kasus ini diketahui mana yang benar dan mana yang salah. Keuntungan yang didapatkan oleh penutur (Pak Didi) ialah penutur tidak perlu melaporkan ke kepolisian. Pak Didi merasa bahwa Satgas itu benar, dan yang salah adalah Gayus. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Pak Didi tersebut jelas tidak santun karena menguntungkan diri sendiri dan merugikan mitra tutur (Bang Hotma). Kerugian yang dialami petutur (Bang Hotma) adalah Bang Hotma diharapkan untuk melaporkan kasus Gayus dengan Satgas ke kepolisian. Dilihat dari skala kemanasukaan atau pilihan, penutur (Pak Didi) tidak memberikan
pilihan
kepada
mitra
tutur
(Bang
Hotma).
Penutur
memyarankan kepada mitra tutur untuk melaporkan kasus Gayus dengan Satgas ke kepolisian dan tidak memberi pilihan yang lain. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan tersebut merupakan tindak tutur langsung. Tuturan Pak Didi tersebut termasuk tuturan imperatif yaitu tuturan yang mempunyai maksud memerintah, yaitu memerintah Bang Hotma untuk melaporkan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Dilihat dari skala otoritas, Pak Didi dan Bang Hotma sama-sama orang yang berlatar belakang hukum. Keduanya mempunyai jarak sosial yang dekat. Dengan demikian tuturan dari Bang Hotma tersebut merupakan pelanggaran maksim kedermawanan. Pelanggaran terhadap submaksim pertama maupun kedua dalam prinsip kesantunan maksim kedermawanan tersebut, dapat dikatakan memiliki karaktersitik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha memberi keuntungan terhadap diri sendiri sebesar mungkin.
3.
Pelanggaran Maksim Pujian (approbation maxim) Maksim pujian mempunyai dua submaksim, yaitu (a) kecamlah orang lain sedikit mungkin, dan (b) pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim pujian diatur dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan pelanggaran maksim pujian dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (17) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Bang Hotma dengan Pak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Pak Didi dengan Bang Hotma saling melontarkan argumen untuk membela dirinya masing-masing karena sama-sama orang hukum. Tujuan mereka saling ingin menhina satu dengan yang lain. Didi : “Kalau Bang Hotma yakin, bawa ke ranah hukum saja!” Hotma : “Sudah.” Didi : “Bagus, bagus. Tapi, nggak usah merasa inilah komentar tadi ditarik aja lah!” Hotma :” Nggak, nggak.” Didi : “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga.” Hotma : “Saya nggak luar biasa tapi saya nggak nyalah-nyalahin orang. Anda neh siapa? Anda neh belajar hukum nggak?” Didi : “Hahahahaha. Anda neh yang saya ragu neh justru Anda.” Hotma : “Nggak pa-pa. Yang penting masyarakat tahu.” (48/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada percakapan (17) terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian, terutama submaksim pertama yaitu penutur mengecam petutur. Pelanggaran dilakukan oleh Pak Didi kepada Bang Hotma. Pelanggaran terlihat pada tuturan “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif. Tuturan nggak luar biasa adalah penanda lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menghina’. Tuturan Bapak Didi “Saya pikir Anda nggak luar biasa juga”, merupakan pelanggaran maksim pujian karena menghina orang lain, yaitu menghina Bang Hotma. Pak Didi merasa tidak senang dengan sikap Bang Hotma yang menyalahkan Pak Didi, sehingga Pak Didi menuturkan tuturan tersebut. Tuturan Bapak Didik tersebut mengandung sebuah hinaan terhadap Bang Hotma. Terlihat Pak Didi tidak begitu suka dengan ucapan-ucapan Bang Hotma yang lain, sehingga muncul penghinaan yang dilakukan oleh Pak Didi terhadap Bang Hotma. Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim pujian dapat dilihat pada percakapan berikut. (18) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Bang Hotma dengan Pak Didi. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Bang Hotma bilang kepada Pak Didi untuk berhati-hati kalau memberikan komentar atau memberikan pernyataan, namun Pak Didi tidak senang dengan sikap Bang Hotma dan tidak perlu menghormati Bang Hotma. Tujuan Pak Didi ingin menghina Bang Hotma. Tina : “Saya mau ke Pak Catur……..” (di sela oleh Hotma dan Tina langsung terdiam) Hotma : “Itu hati-hati kalau bicara. Kalau bicara hati-hati supaya tidak dikomentari. Yang junior hormati yang senior, yang senior lebih hormati yang junior.” Didi : “Kalau yang senior begini, buat apa dihormati?” (52/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Pada percakapan (18) terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian, terutama submaksim pertama yaitu penutur mengecam petutur. Pelanggaran dilakukan oleh Pak Didi kepada Bang Hotma. Pelanggaran terlihat pada tuturan “Kalau yang senior begini, buat apa dihormati?”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif ‘merendahkan’. Tuturan buat apa dihormati adalah penanda lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menghina’ orang lain. Tuturan Bapak Didi “Kalau yang senior begini, buat apa dihormati!”, merupakan pelanggaran maksim pujian karena menghina orang lain, yaitu menghina Bang Hotma. Tuturan Bapak Didi tersebut mengandung sebuah hinaan terhadap Bang Hotma. Terlihat Pak Didi tidak begitu suka dengan Bang Hotma sehingga Pak Didi tidak perlu menghormati Bang Hotma yang sikapnya dianggap tidak baik oleh Pak Didi, sehingga muncul penghinaan yang dilakukan oleh Pak Didi terhadap Bang Hotma.
4.
Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati (modesty maxim) Maksim kerendahan hati mempunyai dua submaksim, yaitu (a) pujilah diri sendiri sedikit mungkin, dan (b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Maksim kerendahan hati dalam ilokusi ekspresif dan asertif. Data yang merupakan pelanggaran maksim kerendahan hati dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (19) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Ian. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina dan Ian sedang membicarakan pemain sepak bola yang terkenal di zaman orde lama dan orde baru. Ian terlihat menyombongkan diri sendiri. Tujuannya supaya Ia terlihat seperti orang yang besar dan terkenal di commit to user masa orde lama sampai sekarang.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tina Ian Tina Ian Tina
: “Saya mau tanya, waktu orde lama kagum sama siapa?” : “Andi Lala, Orba.” : “Orba.” : “Saya ngetop itu zaman Orba, waktu Orba top saya top, waktu Golkar top saya top.” : “Lho!! Hahahahahahaha” (7/AKIM/TV One/17 Jan 2011)
Pada percakapan (19) terdapat pelanggaran maksim kerendahan hati, khususnya submaksim yang pertama karena memaksimalkan pujian kepada diri sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati dilakukan oleh Ian, yaitu pada tuturan “Saya ngetop itu zaman Orba, waktu Orba top saya top, waktu Golkar top saya top”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif yaitu menyombongkan diri sendiri. Tuturan Saya ngetop itu zaman Orba, waktu Orba top saya top, waktu Golkar top saya top adalah penanda lingual dari tindak tutur ekspresif ‘menyombongkan’. Penutur mengujarkan tuturan tersebut untuk memberitahukan kepada pemirsa bahwa Ian juga terkenal pada masa orde baru. Pada masa itu Partai Golkar sangat terkenal. Ian mengakui bahwa dirinya terkenal di masa orde baru, sehingga seperti menyombongkan diri sendiri. Pada masa orde baru Ian sangat terkenal sebagai anggota band Koes Ploes. Tuturan tersebut bertentangan dengan maksim kerendahan hati. Seharusnya Ian lebih merendahkan diri sendiri dengan meminimalkan pujian terhadap diri sendiri. Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran maksim kerendahan hati dapat dilihat pada percakapan berikut. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Pak Didi dengan Bang Hotma saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
melontarkan argumen untuk membela dirinya masing-masing karena samasama orang hukum. (20) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dengan Bang Hotma. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang agak tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Tina dan Bang Hotma membahas mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh Gayus. Sebagai kuasa hukum Gayus yaitu Bang Hotma memberi penjelasan mengenai kasus Gayus dengan Satgas. Tujuan Bang Hotma ingin menhina orang lain. Tina : “Gini Bang Hotma, kan Satgas berkomentar karena Gayus duluan yang berbicara setelah keputusan dari Majelis Hakim vonis kemarin. Jadi kalau merasa barang kali Satgas tidak benar wajar barang kali dikomentari. Begitu nggak menurut Anda Bang Hotma? Yang disampaikan Gayus dianggap tidak benar.” Hotma : “Boleh aja, boleh aja. Tapi kan kita jadi kacau. Sekarang lihat neh! Ngapain neh kita ngomong-ngomongin. Ini kita semua kenapa? Mau jujur? Karena tindakan-tindakan Satgas? Kalau Satgas tidak menjanjikan ini, tidak suruh ngomongin Ical begitu orang melawan nggak boleh! Tadi yang nyletuk bicara sama saya keluar nggak dari TV?” Tina : “Itu tadi Pak Didi Irawadi yang eeee mengomentari Anda.” Hotma : “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?” (50/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (20) terdapat pelanggaran maksim kerendahan hati, khususnya submaksim yang pertama karena memaksimalkan pujian kepada diri sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati dilakukan oleh Bang Hotma, yaitu pada tuturan “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?” . Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif yaitu membanggakan diri sendiri. Tuturan Jadi ini bicara sama saya nggak malu adalah penanda lingual dari tinda tutur ekspreif ‘membanggakan’. Bang Hotma merasa dirinya lebih baik dan benar daripada Pak Didi. Tuturan Bang Hotma “Jadi ini bicara sama saya nggak malu?”, ditujukan
commit to user kepada Pak Didi. Bang Hotma menyombongkan dan membanggakan diri
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
sendiri, karena sebagai junior Pak Didi dianggap tidak pantas berbicara dengan Bang Hotma. Dari tuturan Bang Hotma tersebut, Bang Hotma membanggakan diri sendiri, dan merendahkan Pak Didi sebagai mitra tutur. Tuturan tersebut bertentangan dengan submaksim pertama untuk memuji diri sendiri sedikit mungkin. Tuturan Bang Hotma tersebut justru memaksimalkan pujian terhadap diri sendiri.
5.
Pelanggaran Maksim Kesepakatan (agreement maxim) Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin, dan (b) usahakan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Maksim kesepakatan dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pelanggaran maksim kesepakatan dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (21) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Pak Catur dan Pak Nudirman. Tuturan tersebut disampaikan dengan intonasi yang agak tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Mereka membahas masalah pembentukan Panja atau Pansus. Terlihat Pak Nudirman tidak sepakat dengan dibentuknya Panja. Tujuan Pak Nudirman tidak setuju Panja dan ingin dibentuk Pansus. Tina : “Jadi Panja apa Pansus Mas Catur?” Catur : “Sampai sekarang masih Panja.” Tina : “Kalau fraksi akan berubah kah? Kalau Golkar udah sepakat Pansus, eeee Bang Trimed PDI Perjuangan kelihatannya juga akan kearah Pansus. Dari PAN?” Catur : “Kita lihat dulu neh, Panja kita efektifkan dulu.” Tina : “Tapi banyak yang berfikir, tadi kan masih beda dong. Saya pikir sudah semua sepakat untuk eeeee Pansus. Menurut Pak Nudirman kenapa seh nggak cukup Panja aja gitu lho?” Nurdiman : “Karena masalah ini tidak selesai hanya dengan penyidik, kita juga butuh katakanlah untuk commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemeriksaan terhadap 151 perusahaan yang disebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif.” (28/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (21) terdapat pelanggaran terhadap maksim kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur mempunyai ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tersebut dapat dilihat pada tuturan Bapak Nudirman “Karena masalah ini tidak selesai hanya dengan penyidik, kita juga butuh katakanlah untuk pemeriksaan terhadap 151 perusahaan yang disebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif, yaitu menyatakan pendapat tentang suatu hal. Tuturan karena masalah ini tidak selesai hanya dengan penyidik, kita juga butuh katakanlah untuk pemeriksaan terhadap 151 perusahaan yang disebutkan, jadi Pansus menurut saya lebih efektif merupakan penanda lingual dari tindak tutur asertif ‘menyatakan pendapat’. Dari tuturan Bapak Nudirman tersebut, terlihat bahwa Bapak Nudirman menunjukkan ketaksepakatan dengan petutur. Penutur tidak setuju kalau hanya dengan Panja, penutur merasa lebih efektif jika diganti Pansus. Penutur (Bapak Nudirman) tidak setuju kalau dengan Panja, sementara Bapak Catur tetap Panja, sehingga ketaksepakatan terjadi antara Bapak Nudirman dengan Bapak Catur. Oleh karena itu, Bapak Nudirman menunjukkan ketaksepakatannya. Contoh data lain yang menunjukkan pelanggaran terhadap maksim kesepakatan terdapat pada percakapan berikut. (22) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Bapak Ramadhan dan Bang Effendt. Tuturan tersebut terjadi dalam commit to user suasana yang santai. Mereka membahas tentang pernyatan tokoh
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lintas agama yang mengatakan bahwa presiden melakukan pembohongan publik. Bapak Ramadhan memberikan pembelaan tentang peryataan kalau presiden melakukan pembohongan publik. Bang Effendy menanggapi dengan ketidak setujuan. Tujuan Bang Effendy yaitu tidak sepakat dengan pernyataan Bapak Ramadhan. Ramadhan : “Ketika tokoh agama mengatakan pemerintah berbohong ada ribuan tokoh lintas agama yang mengatakan presiden jujur begitu. Dan jadi sah-sah saja semua itu. Ada yang puas dan tidak. Tetapi ketika energi kita habiskan untuk membahas berbohong atau tidak berbohong. Sayang sekali negeri ini. Solusi harus kita cari dan kita benarkan pemerintahan.” Effendy : “Yang ujungnya saya setuju tapi yang pangkalnya tidak!” Pangkalnya itu persis dengan lagunya tadi Tina, ‘setia’.” Tina : “Haaaaaa, Oke!” (85/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (22) terdapat pelanggaran terhadap maksim kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur memiliki ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh Bang Effendy, terlihat pada tuturan “Yang ujungnya saya setuju tapi yang pangkalnya tidak!” Pangkalnya itu persis dengan lagunya tadi Tina, ‘setia’.” Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif karena menyatakan
ketidaksetujuan
atau
ketaksepakatan.
Tuturan
“yang
pangkalnya tidak”, merupakan penanda lingual dari tindak tutur asertif ‘menunjukkan ketaksepakatan’. Dari tuturan Bang Effendy tersebut, terlihat bahwa Bang Effendy menunjukkan ketaksepakatan dengan petutur. Penutur (Bang Effendy) tidak setuju atau tidak sepakat dengan pernyataan yang diucapkan oleh Bapak Ramadhan bahwa ada ribuan tokoh lintas agama lain, yang mengatakan presiden jujur. Sementara Bang Effendy merasa bahwa itu tidak benar. Bang
commit to user Effendy tidak setuju dengan pernyataan Bapak Ramadhan, dan Bang
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Effendy merasa bahwa Bapak Ramadhan membela Presiden SBY. Hal ini dikarenakan Bapak Ramadhan salah satu anggota partai Demokrat dan Bapak SBY adalah ketua umum dari partai Demokrat. Bang Effendy menunjukkan ketaksepakatannya dan merupakan pelanggaran maksim kesepakatan.
6.
Pelanggaran Maksim Simpati (sympathy maxim) Maksim simpati terdiri dari dua submaksim, yaitu (a) kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin, dan (b) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Maksim simpati dalam ilokusi asertif. Data yang merupakan pelanggaran maksim simpati dapat dilihat pada contoh percakapan berikut. (23) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Bapak Nudirman. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikit memprihatinkan. Di depan pintu masuk DPR ada wadah yang berisi koin dan akan diberikan untuk Presiden SBY. Hal ini terkait dengan pernyataan presiden yang tidak naik gaji. Bapak Nudirman menyarankan kepada presiden untuk menerima koin untuk presiden tersebut. Tujuan Bapak Nudirman ingin merendahkan presiden dengan menerima koin tersebut. Nudirman : “Sebenarnya kan Bapak Presiden itu curhat kan. Nah, seharusnya Bapak Presiden dalam hal ini harus berbesar hatilah demi rakyat kita. Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden yang salah. Harusnya beliau bisa ini menasihati, memberikan gambarangambaran bahwa eeeee tidak perlu disampaikan kepada masyarakat. Karena akan menimbulkan efek-efek berantai. Nah, kalau saya cuma menaggapi lebih bagus Bapak Presiden uang ini diterima saja, dan diteruskan kepada pahlawan-pahlawan kita. Pejuang-pejuang kita yang telah bekerja keras, yang jumlahnya nggak banyak. Kalau saya sampaikan kepada Bapak Presiden seperti itu.” (109/AKIM/TV One/26 Jan 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
Pada percakapan (23) terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati, khususnya submaksim pertama karena memaksimalkan rasa antipati kepada orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Bapak Nudirman “Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden yang salah”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menujukkan siapa yang salah. Tuturan Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden yang salah, adalah penanda lingual dari tinda tutur asertif ‘menujukkan’. Berdasarkan tuturan tersebut, terlihat penutur sama sekali tidak mengurangi rasa antipati kepada petutur. Petutur (Bapak SBY) sedang mendapatkan masalah yaitu menyangkut pernyataannya yang tidak naik gaji, kemudian ada beberapa oknum melakukan pengumpulan koin untuk presiden. Koin untuk presiden yang ditujukan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, oleh sebagian orang dianggap suatu penghinaan. Bapak Nudirman dari fraksi PDI-P justru mendukung aksi tersebut, sementara oleh sebagian orang dianggap suatu penghinaan. Bapak Nudirman tidak memberikan rasa simpati sama sekali terhadap Bapak Presiden. Bapak Nudirman justru memberikan rasa antipati terhadap Bapak Presiden. Tuturan “Jadi, kalau mencari yang salah, mungkin presiden yang salah” menunjukkan bahwa penutur (Bapak Nudirman) menyalahkan tindakan yang dilakukan Presiden SBY. Melihat animo masyarakat yang begitu besar, Bapak Nudirman sebagai anggota DPR terlihat tidak mempunyai rasa simpati. Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim pertama maksim simpati, yang seharusnya mengurangi rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun pelanggaran prinsip kesantunan dalam tuturan talk show AKIM di TV One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show AKIM No 1.
Pelanggaran Prinsip Kesantunan
Nomor Data
Maksim Kearifan a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
4, 8, 12, 21, 24, 30, 49, 56, 81, 91. 20, 41, 72, 96.
2.
Maksim Kedermawanan a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
22, 27, 45, 77, 110, 104, 116. 46.
3.
Maksim Pujian a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
47, 48, 52, 59, 92, 99. 1
4.
Maksim Kerendahan Hati a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
6, 7, 50, 66. 10
Maksim Kesepakatan a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
28, 69, 84, 85, 94. -
Maksim Simpati a. Submaksim pertama b. Submaksim kedua
109. -
5.
6.
C. Implikatur percakapan dalam talk show AKIM Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam, menunjukkan adanya implikatur yang tersimpan dalam
commit to user percakapan tersebut. Implikatur ialah apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksudkan oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur di dalam suatu percakapan. Dalam talk show AKIM, terdapat 11 macam implikatur yang berbeda. Implikatur tersebut adalah ‘meminta’, ‘menghina’, ‘sindiran’, ‘ketidakpercayaan’, ‘menyuruh’,
‘tidak setuju’, ‘kecewa’, dan
‘keraguan’. 1.
Implikatur ‘meminta’ Meminta adalah minta (KBBI, 2005:746).
Implikatur ‘meminta’
adalah apa yang diartikan, disiratkan, diungkapan secara tidak langsung penutur ingin meminta sesuatu terhadap mitra tutur. Data yang menunjukkan implikatur ‘meminta’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (24) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bapak Arif. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang sedikit memprihatinkan. Anak Pak Arif yang bernama Sauzan dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit tumor. Pak Arif menyatakan kebutuhan dana yang ia perlukan untuk biaya operasi dan perawatan Sauzan. Tujuan Pak Arif adalah berharap kepada pihak TV One dan pemirsa untuk membantu meringankan beban yang dialaminya. Tina : “Ini bagaimana keadaan Sauzan pak?” Arif : “Alhamdulilah, sedikit membaik ya.” Tina : “Sebetulnya pak, kalau dikatakan kebutuhan bapak 100 juta itu untuk apa saja?” Arif : “Kalau yang pastinya karena juga dari pihak rumah sakit belum bisa memberikan eeee perkiraan juga, jadi belum tahu ya mbak. Itu perkiraan saya sangat kasarlah. Bisa jadi nanti lebih dari 100 juta.” Tina : “Baik pak, semoga pemirsa banyak yang terketuk hatinya untuk membantu Sauzan!” Arif :”Terima kasih.” (89/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (24) terdapat tuturan yang mengandung implikatur ‘meminta’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Arif “Kalau yang
user sakit belum bisa memberikan pastinya karena juga daricommit pihak to rumah
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
eeee perkiraan juga, jadi belum tahu ya mbak. Itu perkiraan saya sangat kasarlah. Bisa jadi nanti lebih dari 100 juta”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Bapak Arif yang sedang memerlukan bantuan secara moril maupun materi. Anak dari Bapak Arif tersebut sedang menderita sakit dan membutuhkan uang untuk biaya operasi. Pada tuturan tersebut, bapak Arif mengungkapkan kebutuhan biaya operasi anaknya. Tuturan Pak Arif “Kalau yang pastinya karena juga dari pihak rumah sakit belum bisa memberikan eeee perkiraan juga, jadi belum tahu ya mbak. Itu perkiraan saya sangat kasarlah. Bisa jadi nanti lebih dari 100 juta”, secara tersirat Pak Arif meminta kepada para pemirsa untuk memberikan bantuan berupa materi untuk biaya operasi anaknya. Pak Arif hanya seorang wiraswasta yang penghasilannya tidak begitu banyak, sehingga Pak Arif berharap ada yang bersedia membantu untuk meringankan beban yang ditanggung.
2.
Implikatur ‘menghina’ Menghina adalah merendahkan; memandang rendah; menyinggung perasaan orang lain (KBBI, 2005:402). Implikatur ‘menghina’ adalah apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur mempunyai maksud merendahkan orang lain. Data yang menunjukkan implikatur ‘menghina’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (25) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Pak Didi dan Bang Hotma. Tuturan tersebut dengan menggunakan intonasi yang tinggi dan dalam suasana yang sedikit menegangkan. Mereka beradu commit to user argumen mengenai kasus Gayus dengan Satgas. Pak Didi menyatakan
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kalau Bang Hotma tidak perlu mengurui junior, karena belum tentu yang senior itu selalu benar. Tujuan yang diinginkan Pak Didi yaitu ingin menghina dan menjatuhkan Bang Hotma. Didi : “Saudara Hotma, tidak usah mengurui junior-junior saudara!” Hotma : “Itu Didi bisa diam tidak?” Didi : “Bang Hotma bekerja yang baik saja secara professional. Kalau memang saudara mengganggap Satgas keliru kan ada institusi hukum. Jadi nggak usah menggurui junior dan kita semua ya? Di sini Anda juga belum tentu benar.” (51/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (25) terdapat tuturan yang mengandung implikatur menghina orang lain. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Didi “Saudara Hotma, tidak usah mengurui junior-junior saudara!”. Tuturan tersebut dituturkan oleh Pak Didi dan ditujukan kepada mitra tuturnya yaitu Bang Hoyma. Pada tuturan tersebut, Pak Didi terlihat tidak suka dengan Bang Hotma. Pak Didi menyuruh Bang Hotma untuk tidak mengurui juniorjuniorna. Pak Didi merasa bahwa Bang Hotma belum tentu benar, dan sebagai senior seharusnya sikap yang diperlihatkan tidak seperti itu. Tuturan Pak Didi tersebut merupakan kalimat perintah, yang sebenarnya Pak Didi tidak suka dengan Bang Hotma. Secara tersirat, dari tuturan tersebut Pak Didi menghina atau merendahkan Bang Hotma, karena Pak Didi sebagai junir seharusnya menghormati Bang Hotma. Hinaan tersebut dilakukan oleh Pak Didi, karena Pak Didi tidak senang dengan sikap Bang Hotma yang merasa benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
89 digilib.uns.ac.id
Implikatur ‘sindiran’ Sindiran adalah perkataan (gambaran dsb) yang bermaksud menyindir orang; celaan (ejekan dsb) yang tidak langsung (KBBI, 2005:1069). Implkatur ‘sindiran’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat mempunyai maksud untuk menyindir mitra tutur. Contoh data yang menunjukkan implikatur yang mengungkapkan ‘sindiran’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (26) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina, Bapak Didi Irawadi dan Nudirman. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Mereka sedang memperbincangkan warna baju yang dipakai, kemudian di samakan dengan warna partai politik. Tujuan Tina ingin menyindir narasumber yang hadir. Tina : “Hahahahahaha, ini semua Anda hitam-hitam kecuali Pak Didi ini nuansanya merah atau pink?” Didi : “Merah. Masih ada semangat mudah-mudahan bisa diungkap secara ini ya, secara apa namanya bisa tuntas gitu.” Tina : “Bukan karena PDI-P hitam merah?” Didi : “Bukan.” Catur : “Bukan. Pokoknya simpatisan PDI-P mau dijadikan menteri!” Tina : “Hahahahaha. Oke, ini kesannya Bang Trimed mengapit antara Golkar dan Demokrat.” (25/AKIM/TV One/18 Jan 2011)
Pada percakapan (26) terdapat implikatur yang mengungkapkan sindiran. Sindiran tersebut ditujukan kepada Pak Didi. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Tina “Bukan karena PDI-P hitam merah?”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat itu sedang membahas kasus korupsi Gayus Tambunan. Pada saat itu seluruh narasumber memakai pakaian dengan warna hitam. Pak Didi adalah salah satu anggota DPR dari fraksi partai Demokrat. Lambang partai Demokrat di dominasi dengan warna biru, sementara lambang partai PDI-P di dominasi warna hitam dan ada sedikit warna merah. commit to user Pada saat itu, Pak Didi memakai baju warna hitam dan dasi berwarna merah.
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
Sebenarnya Tina bertanya kepada Pak Didi, namun di dalam kalimat tanya tersebut mengandung impilkatur menyindir. Tuturan Tina “Bukan karena PDI-P hitam merah?”, secara tersirat Tina menyindir Pak Didi, karena Pak Didi adalah anggota Demokrat tetapi memakai pakaian dengan warna hitam-merah yang merupakan warna lambang partai PDI-P. Dalam hal ini, di satu sisi partai Demokrat dengan partai PDI-P merupakan partai oposisi, sehingga Tina menyindir Pak Didi. Partai oposisi adalah partai yang sering menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik partai yang lebih berkuasa. Contoh data lain yang menunjukkan implikatur sindiran dapat dilihat pada percakapan berikut. (27) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bang Trimedia. Tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang santai. Saat acara berlangsung semua narasumber memakai baju berwarna hitam. Tina bertanya kepada Pak Nudirman apa mau warna biru? Tujuan Tina ingin menyindir Pak Nudirman, namun dijawab oleh Bang Trimedia. Tina : “Kita lanjutkan lagi Apa Kabar Indonesia Malam. Sekarang giliran Pak Didi untuk menjelaskan, tapi sebentar dulu sebelum kita hadirkan, ini jarang lho jarang terjadi narasumber 4 orang bajunya satu warna hitam semua hehehehehehe. Berkabung karena Gayus kayaknya? Hahahahaha. Bapak kan ada sedikit, Mas Catur ada sedikit warna biru. Mungkin Pak Nudirman mau warna biru? Hehehehe” Trimedia : “Itu bukan biru Demokrat, itu biru PAN itu.” Tina : “Oooooo, hahahahahaha.” (32/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (27) terdapat implikatur yang mengungkapkan sindiran. Sindiran tersebut ditujukan kepada Pak Nudirman. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Tina “Mungkin Pak Nudirman mau warna biru? Hehehehe”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat itu sedang membahas commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kasus korupsi Gayus Tambunan. Pada saat itu seluruh narasumber memakai pakaian dengan warna hitam. Pak Nudirman merupakan salah satu anggota DPR dari fraksi Golongan Karya (Golkar). Tuturan Tina “Mungkin Pak Nudirman mau warna biru? Hehehehe”, secara tersirat Tina memberikan sindiran kepada Pak Nudirman. Kalimat yang dilontarkan Tina merupakan pertanyaan yang ditujukan kepada Bapak Nudirman, dan secara tersirat Tina menyindir Pak Nudirman, akankah pindah ke partai Demokrat. Tina menyindir Pak Nudirman, karena Tina mengganggap saat ini partai Demokrat adalah partai terbesar di Indonesia. Jika Pak Nudirman berpindah dari partai Golkar ke Demokrat, di Parlemen Pak Nudirman akan mendapat kekuasaan yang lebih banyak dibandingkan dengan partai oposisi.
4.
Implikatur ‘ketidakpercayaan’ Tidak adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dsb (KBBI, 2005:1189). Percaya adalah mengakui atau yakin bahwa
sesuatu
benar
atau
nyata
(KBBI,
2005:856).
Impilkatur
‘ketidakpercayaan’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat tidak mengakui atau menyakini bahwa suatu hal itu benar. Contoh data yang menunjukkan implikatur yang mengungkapkan ketidakpercayaan dapat dilihat pada percakapan berikut. (28) Konteks tututan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Pak Didi. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina bertanya masalah Satgas kepada Pak Didi. Pak Didi yang dianggap sebagai pembela Satgas memberikan komentar terkait masalah Satgas dengan Gayus. Tujuan Pak Didi ingin membela Satgas karena Pak Didi commit to user tidak percaya dengan Gayus.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tina : “Saya berarti tanya ke Pak Didi dulu untuk belain Satgas.” Didi : “Oh, kita tidak membela Satgas ya. Kami tidak melihat hal-hal yang melanggar, apa yang melanggar dari Satgas. Tidak ada! Ini kan dalam rangka mendorong ya. Presiden membentuk Satgas ini kita jangan lupa filosofinya. Ketika penegak hukum itu tidak berjalan dengan baik, tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya makalah dibentuk Satgas.” (29/AKIM/TV One/20 Jan 2011)
Pada percakapan (28) terdapat implikatur yang mengungkapkan ‘ketidakpercayaan’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Pak Didi “ketika penegak hukum itu tidak berjalan dengan baik, tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya makalah dibentuk Satgas”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat itu sedang membahas kasus korupsi Gayus Tambunan yang berseteru dengan Satgas. Pada tuturan Pak Didi “ketika penegakkan hukum itu tidak berjalan dengan baik, tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya makalah
dibentuk
Satgas”,
secara
tersirat
mengungkapkan
ketidakpercayaan terhadap kinerja para penegak hukum maka dibentuklah Satgas. Ketidakpercayaan tersebut dikarenakan para penegak hukum tidak optimal dalam menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalahnya tidak cepat selesai tetapi semakin berkepanjangan. Satgas tersebut dibentuk untuk membantu para penyidik dalam menyelesaikan kasus korupsi Gayus Tambunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
93 digilib.uns.ac.id
Implikatur ‘menyuruh’ Menyuruh adalah memerintah (supaya melakukan sesuatu) (KBBI, 2005:1109). Implikatur ‘menyuruh’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat menyuruh atau memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu. Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘menyuruh’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (29) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Divi dan Ibu Linda. Tutruran tersebut terjadi dalam suasana yang sedikit memprihatinkan. Ibu Linda adalah salah satu tersangka kasus Bank Century. Ibu Linda memberikan pernyataan bahwa bukan hanya Ibu Linda yang tersangkut masalah tapi masih banyak. Tujuan Ibu Linda, dengan informasi yang diberikan kepada polisi, polisi dapat mengungkap permasalahan ini dan menangkap tersangka yang lain. Divi : “Apa ibu merasa tidak adil dengan semua ini? Linda : “Ya, jelas! Karena di samping saya dan Arga itu masih ada pak. Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri tahu itu kepada polisi!. Kami tertekan. Kalau biasanya kita melakukan aktifitas sehari-hari itu tersenyum, tapi hati kami selalu menangis.” Divi : “Oh, baiklah.” (117/AKIM/TV One/11 Feb 2011) Pada percakapan (29) terdapat implikatur menyuruh. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Ibu Linda “Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri tahu itu kepada polisi.!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat membicarakan kasus Bank Century, dan Ibu Linda salah satu tersangka kasus Bank Century. Pada tuturan Ibu Linda “Ekor buntutnya itu masih ada, kami beri tahu itu kepada polisi.!”, secara tersirat mempunyai maksud menyuruh. Ibu Linda memberitahu kapada polisi bahwa “Ekor buntutnya itu masih ada”, dengan maksud bahwa selain dirinya masih banyak orang lain yang
commit to user menjadi tersangka dalam kasus Bank Century. Tututan Ibu Linda yang
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan
kalimat
tak
langsung
berupa
pemberitahuan
tersebut,
menyiratkan bahwa Ibu Linda menyuruh kepada polisi untuk mengungkap kasus ini dan menangkap tersangka lain.
6.
Implikatur ‘tidak setuju’ Tidak adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dsb (KBBI, 2005:1189). Setuju adalah sepakat; sependapat; cocok; sesuai (KBBI, 2005:1217). Implikatur ‘tidak setuju’ apa yang mungkin diartikan, secara tersirat mengungkapkan ketidaksetujuan atau ketidaksepakatan terhadap suatu hal. Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘tidak setuju’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (30) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dengan Bapak Trimedia. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Pak Trimedia menyatakan kekhawatirannya kalau kasus Satgas dengan Gayus jadi berlarut-larut akan menimbulkan efek politik yang tidak baik. Tujuan dari Bapak Trimedia ingin menunjukkan ketidak setujuannya bila Deny ikut campur selalu ikut dalam kasus Gayus dan Satgas ini. Trimedia : “Dan mungkin soal eksistensi Deny Indrayana ini daripada misalnya komisi III apa lagi ikut. Kalau ini terjadi saya khawatir ini memakan waktu 1 bulan lagi, 2 bulan lagi. Terjadi kemudian tsunami politik lagi.” Tina : “Tsunami politik awal tahun gitu, hehehehehe.” (43/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (30) terdapat implikatur yang mengungkapkan ‘tidak setuju’. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bapak Trimedia “kalau ini terjadi saya khawatir ini memakan waktu 1 bulan lagi, 2 bulan lagi. Terjadi kemudian tsunami politik lagi”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
membahas eksistensi Deny Indrayana sebagai anggota Satgas yang menangani kasus korupsi Gayus Tambunan. Pada tuturan Bapak Trimedia “kalau ini terjadi saya khawatir ini memakan waktu 1 bulan lagi, 2 bulan lagi. Terjadi kemudian tsunami politik lagi”, secara tersirat mengungkapkan ketidaksetujuan dengan kinerja Deny Indrayana dan tidak setuju terhadap komisi III yang mau ikut masuk dalam masalah antara Satgas dengan Gayus ini. Artinya, Bapak Trimedia tidak setuju karena akan memakan waktu yang lama, dan ditakutkan terjadi ketegangan politik. Bapak Trimedia menyatakan ketidaksetujuan terhadap kinerja Deny, karena jika kinerja Deny tidak sesuai dengan aturan yang ada artinya Deny terlalu ikut campur dengan tugas penegak hukum. Deny mendapat tugas untuk mencari fakta, bukan menghakimi tersangka. Oleh karena itu, secara tersirat Bapak Trimedia tidak setuju dengan sikap Deny karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang tidak baik antara Satgas, Gayus dan para penegak hukum (Polri dan Kejaksaan).
7.
Implikatur ‘kecewa’ Kecewa adalah kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dsb); tidak senang (KBBI, 2005:522). Implikatur ‘kecewa’ adalah apa yang diartikan, secara tersirat mengungkapkan perasaan tidak puas terhadap suatu hal. Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘kecewa’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (31) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan commit to user Bapak Catur. Tuturan tersebut terjadi dengan suasana yang santai. Tina
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Pak Catur sedang membahas masalah Gayus, yang tidak akan selesai kalau selalu berbalas keterangan di media. Tujuan Pak Catur yaitu menunjukkan rasa kecewa dengan sikap Satgas dan Gayus. Tina : “Ini bertanda ini saling berbalas keterangan di media itu.” Catur : “Iya.” Tina : “Menurut bapak, ini bagaimana?” Catur : “Iya. Ini saya sampaikan aaaa tidak akan ada penyelesaian. Ini membuat lebih hiruk pikuk!” (39/AKIM/TV One/20 Jan 2011) Pada percakapan (31) terdapat implikatur yang mengungkapkan kekecewaan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bapak Catur “Iya. Ini saya sampaikan aaaa tidak akan ada penyelesaian. Ini membuat lebih hiruk pikuk!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas masalah Gayus dengan Satgas yang saling melontarkan pernyataan di beberapa media massa. Pada tuturan Bapak Catur “Iya. Ini saya sampaikan aaaa tidak akan ada penyelesaian. Ini membuat lebih hiruk pikuk!”, secara tersirat mengungkapkan kekecewaan. Pada saat itu pihak Gayus maupun Satgas saling berbalas keterangan di media massa. Seharusnya kedua belah pihak tersebut dipertemukan secara langsung agar setiap masalah dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, Bapak Catur tersebut secara tersirat merasa kecewa terhadap sikap Satgas maupun Gayus yang saling memberikan pernyataan di tempat yang bukan semestinya. Bapak Catur merasa kecewa karena mereka tidak dipertemukan secara langsung, tetapi malah memberikan pernyataan-pernyataan di media massa yang menjadi konsumsi publik. Bapak Catur merasa kecewa karena hal tersebut tidak akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
menyelesaikan masalah yang ada justru akan menjadi lebih hiruk pikuk karena tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Contoh data lain yang menunjukkan implikatur ‘kecewa’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (32) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bang Ruhut. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana yang santai. Tina dan Bang Ruhut membicarakan masalah kinerja pengacara Gayus. Bang Ruhut merasa tidak senang dengan kinerja teman-temannya sesama lowyer yang mendampingi Gayus. Tujuan Bang Ruhut yaitu menunjukkan rasa kecewa dengan sikap temannya tersebut. Tina : “ ni menyangkut pernyataan Gayus setelah persidangan Bang Ruhut? Ruhut : “Itu teman-teman saya itu bagaimana kerjanya?” Tina : “Itu kan temen-temen Abang semua! Bang Buyung, Bang Fuad, sama-sama lowyer.” Ruhut : “Iya. Saya dengar di sini, kok kita nggak tahu apa yang dia mau baca. Jadi aku pusing. Saya, semua langkah klien saya, saya mesti tahu. Kalau nggak, nggak bisa! Kalau nggak, malu kita!” (71/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (32) terdapat implikatur yang mengungkapkan kekecewaan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bang Ruhut “Saya, semua langkah klien saya, saya mesti tahu. Kalau nggak, nggak bisa! Kalau nggak, malu kita!”. Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas masalah Gayus yang membacakan beberapa pernyataan setelah persidangan dirinya selesai dilaksanakan oleh Kejaksaan. Gayus adalah tersangka kasus korupsi di Direktorat Jenderal Pajak. Pada saat membacakan peryataan, Gayus didampingi pengacaranya yaitu Bapak Adnan Buyung Nasution. Pada tuturan Bang Ruhut “Saya, semua langkah klien saya, saya mesti tahu! Kalau nggak, nggak bisa! Kalau nggak, malu kita!”, secara tersirat mengungkapkan kekecewaan. Bang Ruhut merasa kecewa terhadap commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja pengacara Gayus, yang tidak mengetahui kalau klien yang didampingi akan memberikan pernyataan usai persidangan. Bang Ruhut merasa kecewa, karena sama-sama pengacara merasa malu dengan kejadian tersebut. Seharusnya sebagai pengacara yang profesional harus mengetahui langkah-langkah klien yang didampingi.
8.
Implikatur ‘keraguan’ Keraguan
adalah
perihal
ragu;
keadaan
ragu;
kesangsian;
kebingungan; kebimbangan (KBBI, 2005:921). Implikatur ‘keraguan’ adalah apa yang diatikan, secara tersirat mengungkapkan kebingungan atau kebimbangan terhadap suatu hal. Contoh data yang menunjukkan implikatur ‘keraguan’ dapat dilihat pada percakapan berikut. (33) Konteks tuturan : Terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh Tina dan Bang Noersy. Tuturan yang disampaikan oleh Bang Noersy menggunakan intonasi yang tinggi. Tina dan Bang Noersy membicarakan masalah perpajakan, Bang Noersy memberikan pernyataan mengenai kepemimpinan pajak. Tujuan Bang Noersy adalah menunjukkan keraguannya bila pajak dipimpin oleh orang yang mempunyai kepemimpinan yang lemah, karena mafia pajak hanya bisa diselesaikan dengan kepemimpinan yang kuat. Tina : “Jadi nggak usah bayar pajak karena memang itu ternyata tidak bayar!” Noersy : “Karena itu tersangkut beberapa persoalan mafia pajak. Mafia pajak hanya bisa diselesaikan jika kepemimpinan itu kuat. Naahhhhhhhh…” (65/AKIM/TV One/21 Jan 2011) Pada percakapan (33) terdapat implikatur yang mengungkapkan keraguan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan Bang Noersy “Mafia pajak hanya bisa diselesaikan jika kepemimpinan itu kuat. Naahhhhhhhh…”. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tuturan tersebut dituturkan pada saat membahas masalah pergantian pemimpin di Direktorat Jenderal Pajak. Pemimpin yang sekarang yaitu Bapak Fuad Rahmani dianggap seseorang yang mempunyai kepemimpinan yang soft artinya pemimpin yang mempunyai model kepemimpinan lunak, tidak keras. Pada tuturan tersebut, secara tersirat Bang Noersy mengungkapkan keraguan terhadap model kepemimpinan Bapak Fuad Rahmani yang tidak keras. Bang Noersy beranggapan bahwa dalam Departemen yang besar, juga membutuhkan
pemimpin
yang
besar
artinya
mempunyai
model
kepemimpinan yang keras dan tegas. Oleh karena itu, Bang Noersy ragu dengan Bapak Fuad, apakah mampu memimpin Direktorat Jenderal Pajak yang sedang dalam masa perbaikan di segala aspek yang menyangkut Direktorat Jenderal Pajak. Aspek tersebut dapat berupa orang yang bekerja, kebijakan yang akan dibuat, citra yang akan ditimbulkan setelah itu dll.
Adapun implikatur percakapan dalam tuturan talk show AKIM di TV One, secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Implikatur percakapan dalam talk show AKIM No
Implikatur percakapan
Nomor Data
1.
Meminta
89, 103, 110.
2.
Menghina
49, 50, 51, 109.
3.
Sindiran
17, 25, 26, 32, 45, 57, 68, 83, 86, 85, 92, 102. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Ketidakpercayaan
28, 29, 35, 105.
5.
Menyuruh
67, 117.
6.
Tidak Setuju
43, 72.
7.
Kecewa
11, 39, 53, 63, 71, 113.
8.
Keraguan
65, 73.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut. 1.
Dalam analisis yang dilakukan pada talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, terdapat pematuhan prinsip kesantunan. Pematuhan tersebut meliputi seluruh maksimnya yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Dari keenam maksim tersebut, data yang paling banyak adalah maksim kearifan yaitu 20 data, diikuti maksim pujian yaitu 14 data, maksim simpati 12 data, maksim kesepakatan 9 data, maksim kedermawanan 7 data, dan maksim kerendahan hati sebanyak 3 data.
2.
Dalam analisis talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, terdapat pula pelanggaran prinsip kesantunan. Pelanggaran tersebut meliputi keenam maksim, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pelanggaran paling banyak ialah pada maksim kearifan yaitu 14 data, diikuti maksim kedermawanan 8 data, maksim kerendahan hati kesepakatan 5 data, maksim kesepakatan 5 data, maksim pujian 7 data, dan yang terakhir maksim simpati 1 data.
commit to user
101
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Dalam analisis talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One, terdapat 11 implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut adalah, implikatur ‘meminta’,
implikatur
‘menghina’,
implikatur
‘sindiran’,
implikatur
‘ketidakpercayaan’, implikatur ‘menyuruh’, implikatur ‘tidak setuju’, implikatur ‘kecewa’, dan implikatur ‘keraguan’. Kedelapan implikatur tersebut, implikatur yang sering muncul adalah implikatur ‘sindiran’ sebanyak 12 data, diikuti implikatur ‘kecewa’ 6 data, implikatur ‘ketidakpercayaan’ 4 data, implikatur ‘menghina’ 4 data, implikatur ‘meminta’ 3 data, implikatur ‘menyuruh’ 2 data, implikatur ‘tidak setuju’ 2 data dan implikatur ‘keraguan’ 2 data. Dalam penelitian ini, implikatur yang paling banyak adalah implikatur sindiran, hal ini dikarenakan antara penutur dan mitra tutur mempunyai maksud dan kepentingan yang berbeda, sehingga antara penutur dan mitra tutur ada kecenderungan perberbedaan pendapat. Penutur dan mitra tutur terkadang berasal dari satu institusi yang sama, sehingga dalam mengungkapkan pendapat dibuat lebih halus agar terdengar sopan dan tidak menyinggung mitra tutur walaupun maksud yang terkandung di dalamnya memberikan sindiran. Hal ini membuat penutur cenderung mengungkapkan sesuatu secara implisit agar mitra tuturnya tidak tersinggung.
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai prinsip kesantunan dan implikatur percakapan dalam talk show Apa Kabar Indonesia Malam di TV One. Prinsip kesantunan yang dibahas meliputi pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan tersebut. Dalam pembahasan penelitian ini, masih terbatas pada ketujuh maksim kesantunan Leech baik yang mematuhi maksim kesantunan maupun yang melanggar maksim kesantunan serta implikatur percakapan yang timbul dalam percakapan tersebut. Penelitian ini belum lengkap dan belum sempurna, karena masih banyak teori kesantunan lain yang dapat digunakan untuk menganalisis lebih dalam lagi. Penulis menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian tahap awal, sehingga masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap, dalam penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih baik daripada penelitianpenelitian sebelumnya, karena pembelajaran akan terus berjalan dan ilmu akan terus berkembang tidak akan berhenti sampai di sini.
commit to user