TM
PDF Editor
TANAMAN NILAM
1.
Prospek Pasar Minyak Asiri Sejak sebelum Perang Dunia II, minyak asiri sudah merupakan komoditas
ekspor antarnegara di dunia. Di seluruh dunia terdapat sekitar 150-200 spesies tanaman yang dapat menghasilkan minyak asiri, sedangkan minyak asiri yang beredar di pasaran dunia tercatat sekitar 70 macam. Banyak negara telah mengantisipasi era globalisasi perdagangan minyak asiri di pasar dunia dengan menjadi produsen dan pengekspor berbagai jenis minyak asiri. Prospek pasar minyak asiri sangat cerah, terutama dengan meningkatnya negara pengimpor. Menurut data ITC, negara pengimpor minyak asiri terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jepang, dan Jerman Barat. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara pengimpor minyak asiri semakin bertambah, antara lain Islandia, Irlandia, Hongkong, Norwegia, Portugal, Finlandia, Australia, Austria, Kanada, Denmark, Italia, Singapura, dan lain-lain. Saat ini, lebih dari 80 negara telah menjadi produsen dan pengekspor minyak asiri. Lebih dari setengah ekspor minyak asiri dunia berasal dari negara maju. Negara-negara pengekspor minyak asiri dunia berasal dari negara maju. Negara-negara pengekspor minyak asiri terbesar di dunia berturut-turut adalah Amerika Serikat, Prancis, Cina, Brazil, India, dan Indonesia. Jenis-jenis minyak asiri Indonesia antara lain minyak kenanga, sereh, kayu putih, akar wangi, pala, cendana, jahe, kemukus, kruing, nilam, dan lain-lain. Di antara jenis-jenis minyak asiri tersebut, jenis yang memiliki nilai ekspor cukup besar adalah minyak kenanga, akar wangi, minyak sereh, minyak kayu putih, minyak cendana, dan minyak nilam; sedangkan yang telah memiliki pasar ekspor mantap terdiri atas: TM
minyak kenanga, serai wangi, kayu putih, akar wangi, daun cengkeh, cendana, ladam dan nilam.
PDF Editor
Indonesia memiliki sekitar 40 spesies tanaman yang dapat menghasilkan
minyak asiri, namun yang telah dikembangkan hingga saat ini baru sekitar 12 2
macam. Beberapa jenis minyak asiri yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Jenis Minyak Asiri Yang Potensial Dikembangkan Di
Indonesia Nama Latin
Cara Pembuatan
Anis oil
Pimpinelle anisum L.
destilasi uap
anetol, anis, aldehide
Kapulogo
Cardamon oil
Elettaria cardemomum Maton
destilasi uap
cineol, terpentil asetat
Kemangi
Basil Oil
Ocimum bassilicum L..
destilasi uap
linalool, metal khaficol eugenol,
Beluntas
Bay oil
Pimenta racemosa
destilasi uap
cineol
Cinnamon nark oil
Cinnamomum zeylanicum Bl.
destilasi uap
eugenol, cinamic aldehide
Bawang putih
Garlic
Allium sativum L.
peras
Bawang Merah
Onion
Allium cepa L.
peras
Karnium
Geranium
Pelargonium graolens L.H.
destilasi uap
geraniol
Ketumbar
Coriander
Coriandrum sativum L.
destilasi uap
linalol comphon
Jahe
Ginger oil
Zingiber officinale Rocc
destilasi uap
gingerol, cleoresin, camphene-pinene
Kemukus
Cubeb oil
Piper curbeba L.
destilasi uap
sabinene, terpinol
Palmarosa
Palmarosa oil
Cymbopogon martini Roxb
destilasi uap
geraniol citronellol
Permin alami
Pepermint oil
Mentha piperita,
destilasi uap
mantol-menton
Kenanga
Ylang-Ylang
M.arvensis
destilasi uap
linalil asetat lanalol
destilasi uap
pinen, sebinen
Nama Anis
Kayu manis
Nama Dagang
Canangium odoratum Baill. Piper nigrum L. Rosa gallica
Lada
Piper oil
Mawar
Rose oil
Melati
Yasmin oil
Jasminum officinale L.
destilasi uap
Jeruk
Lime oil
Citrus aurantifolia L.
destilasi uap
destilasi uap
Komponen
finel etil alcohol, citronellol, nerol geraniol benzyl asetat, linalool, linalil asetat TM limonene, pinen, camphene
PDF Editor
Perkembangan permintaan minyak asiri di pasar internasional cenderung
terus meningkat sehingga merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk 3
meningkatkan pasokan. Namun, besarnya peluang pasar minyak asiri tersebut sengat tergantung pada kesiapan dan kesigapan kita untuk bersaing di pasar dunia. 2.
Potensi Tanaman Nilam Pengembangan tanaman nilam secara intensif berpola agrobisnis dan
agroindustri mempunyai peran strategis dalam perekonomian kerakyatan di Indonesia. Di satu sisi, penanaman tanaman nilam merupakan wahana agrobisnis bagi petani dan pengusaha dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan (taraf hidup) masyarakat tani, sekaligus penyedia bahan baku secara kontinu bagi industri minyak nilam. Di sisi lain, minyak nilam yang disebut patchouly oil merupakan komoditas ekspor Indonesia yang dapat menghasilkan devisa negara. Minyak nilam antara lain digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, antiseptik, sabun, obat, dan insektisida. Indonesia merupakan negara pemasok terbesar kebutuhan minyak nilam dunia, yakni sekitar 90% dari seluruh kebutuhan dunia. Minyak nilam menyumbang lebih dari 50% total ekspor minyak asiri Indonesia sehingga diharapkan dapat menjadi komoditas minyak asiri unggulan di pasar ekspor. Negara produsen minyak nilam yang akan bersaing di pasar dunia adalah RRC, Brasil, India, dan Malaysia. Ekspor minyak nilam Indonesia sudah berlangsung cukup lama. Negaranegara sasaran ekspor minyak nilam Indonesia antara lain adalah Jepang, Belanda, Singapura, Argentina, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Brasil, Italia, Spanyol, Swedia, India, Pakistan, Hongkong, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Filipina, Australia, Belgia, Luxemburg, Polandia, Korea, dan Swiss. Kebutuhan minyak
nilam dunia diproyeksikan sekitar 1.000 ton/tahun TM dengan laju peningkatan 5% tahun. Pada waktu yang akan datang, diperkirakan luas penanaman dan luas panen nilam di berbagai daerah di Indonesia akan terus
PDF Editor
meningkat, untuk memanfaatkan peluang permintaan pasar dunia. Saat ini, sentrum produksi nilam masih terkonsentrasi di beberapa daerah, terutama di 4
Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan, pada waktu 1996 luas areal panen nilam di Indonesia yang tersebar di DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mencapai 6.765 ha, dengan produksi 2.055 ton. Luas areal tanam dan luas panen nilam di sentrum produksi terbesar saat ini terdapat di Aceh Selatan. Produksi nilam Indonesia masih rendah. Rendahnya produksi ini antara lain disebabkan oleh penerapan pola budi daya tanaman nilam secara tradisional, yang ditandai dengan pola perladangan berpindah-pindah. Pola budi daya tersebut kurang menjamin mutu produksi tanaman dan mutu minyak nilam yang dihasilkan. Usaha peningkatan produksi nilam dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi budi daya tanaman nilam varietas atau klon unggul yang ditanam secara menetap.
PENGENALAN TANAMAN NILAM 1.
Daerah Asal dan Penyebaran Sampai saat ini, sentrum atau pusat keragaman genetik asal-usul tanaman
nilam belum dapat dipastikan. Namun, para ahli botani dan pertanian memperkirakan bahwa sentrum asal tanaman nilam adalah Asia Tenggara dan India. Beberapa literatur menyatakan bahwa tanaman nilam berasal dari filipina, Indonesia, dan Malaysia. Literatur lain menyatakan bahwa tanaman nilam jenis Pogostemon cablin Blanco Benth. Atau P. Patchouli berasal dari Filipina; kemudian menyebar dan banyak ditanam di Singapura. Namun, perkembangan yang pesat justri terjadi di pulau Sumatera, kepulauan Seychelles, Madagaskar, dan Brasil. Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan TM jawa sentrum asal tanaman nilam adalah ditemukannya tiga tipe nilam, yaitu nilam
(Pogostemon hortensis Backer), nilam kembang (Pogostemon heyneanus Benth.),
PDF Editor
dan nilam aceh (Pogostemon cablin Benth.). Dalam perkembangan selanjutnya, di
Filipina
ditemukan
spesies
nilam
yang
disebut
P.patchouli
Pell
atau
P.menthacablin. Spesies nilam ini juga ditemukan tumbuh di hutan-hutan di 5
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, dan Brasil. Para ahli botani memastikan spesies nilam yang ditemukan di Filipina sama dengan spesies nimal aceh (Pogostemon cablin Benth.). Di Malaysia ditemukan juga spesies nilam hutan (banyak terdapat di hutan-hutan). Dari daerah asalnya, tanaman nilam tersebar secara luas ke berbagai negara di dunia, misalnya RRC, India, dan Brasil.
2.
Varietas (Klon) Pada mulanya, kultivar (varietas) nilam relatif sedikit, antara lain kultivar
Tapaktuan dan Sidikalang. Dalam perkembangan berikutnya dikenal varietas atau kultivar lokal nilam yang telah beradaptasi secara lokalita di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan perbedaan sifat tanah, iklim, dan cara penanamannya, dikenal tiga jenis nilam, yaitu nilam aceh, nilam jawa, dan nilam kembang. Karakteristik morfologi ketiga jenis nilam tersebut ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Morfologi Nilam Aceh, Nilam Jawa, dan Nilam Kembang Karakter Habitus Daun Bulu Tepi daun Warna helai daun Tangkai daun dan batang Bunga
Nilam Aceh Tegak Lebih lebar dan lebih berdaging Lebih lebat Bergerigi Hijau tidak mengkilat Merah kekuningkuningan Hampir tidak ada Halus
Nilam Jawa Tegak Lebih sempit dan lebih tipis Hampir tidak berbulu Lebih bergerigi Hijau violet berkilat Merah kekuningkuningan Hampir tidak ada Keras
Nilam Kembang Tegak Sedang Berbulu sedang Bergerigi Hijau Merah muda sedikit kekuning-kuningan Berbunga Khas
Aroma daun diremas Perbanyakan Sumber: Balittro.
Setek
Setek Setek dan bijiTM
PDF Editor
Koleksi tanaman nilam yang dimiliki oleh Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro) antara lain adalah varietas Nilam Aceh, Nilam Jawa, 6
dan Nilam Kembang. Ketiga varietas tersebut terdapat di kebun Percobaan Manoko (Lembang) dan Kebun Percobaan Cimanggu (Bogor). Sejalan dengan penyebaran
tanaman
nilam
ke
berbagai
daerah,
terjadi
kecenderungan
pertambahan jumlah klon nilam akibat adaptasi yyang ang baik terhadap agroekologi lokalita. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) meemukan empat klon hitam yang mampu berproduksi tinggi di dataran tinggi, yaitu Cisaroni, Lhokseumawe, Cirateun, dan Tapaktuan. Penelitian juga menemukan tujuh klon nilam yang mampu tumbuh dan berproduksi tinggi di dataran rendah, yaitu Aceh Sidikalang, Cirateun, Lhokseumawe, Meulaboh 1, Meulaboh 2, Aceh Hijau, dan Aceh Merah. Adapun daya hasil klon klon-klon klon nilam yang mampu berproduksi tinggi di dataran tinggi dan dataran ataran rendah secara terperinci ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3.
Rata-rata rata Produksi dan Kadar Minyak Nilam Aceh di Kebun Percobaan Manoko (Dataran Tinggi) dan Kebun Percobaan Citayam (Dataran Rendah)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tipe (Klon) Aceh Sidikalang Cirateun Lhokseumawe Meulaboh 1 Meulaboh 2 Tapak Tuan 2 Aceh Hijau Kultur Jaringan (Aceh (Aceh) Pasaman Aceh 10 Rata-rata
Sumber: Balittro.
Produksi Terna (Ton/Ha) Manoko Citayam 8.333 13.625 9.433 14.975 15.767 13.700 14.000 20.475 10.567 10.300 12.767 14.525 .6.667 11.675 12.233 16.350 11.193 14.038
Kadar Minyak (%) Manoko 1,3 1,5 1,4 1,3 1,3 1,4 1,2 1,5 1,407
Citayam 1,8 1,7 1,8 1,6 1,8 1,5 1,6 1,7 1,8 1,4 1,685 TM
PDF Editor 3.
Kegunaan
Tanaman nilam mempunyai nilai ekonomi penting sebagai tanaman hias
dan penghasil minyak asiri atau bahan baku pewangi. Pada jaman dahulu, di India 7
daun nilam dijual di pasar dengan namapucha pat. Penduduk menggunakan daun nilam sebagai pengharum, ditempatkan di antara pakaian, di dalam bantal, ataupun di dalam kasur. Daun nilam juga berfungsi untuk menghindari serangga, antara lain ngengat. Sebagai minyak asiri, minyak nilam dikenal dengan nama patchouli oil. Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam, yaitu folia patchouly naturalis yang berfungsi sebagai insektisida untuk memberantas ngengat dan depurata yang disuling daunnya sebagai minyak asiri. Minyak nilam terdapat dalam seluruh bagian tanaman nilam. Namun, kandungan tertinggi terdapat dalam daun. Kadar minyak nilam berkisar antara 2,5%-5,0% dari total bahan kering. Bahan yang dikandung dalam minyak nilam adalah patchouli alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic, dan cadinene. Minyak nilam merupakan salah satu minyak asiri yang penting dalam industri parfum, sabunn, dan obat. Dalam industri parfum, minyak nilam digunakan sebagai bahan pewangi kosmetika, sebagai fiksatif terbaik untuk parfum berat (heavy perfumes), dan fiksatif terhdap bahan-bahan pewangi lain, misalnya sabun mandi. Minyak nilam sering dicampurkan dalam berbagai macam wangiwangian. Jika ditambah dengan pelarut, minyak nilam dapat digunakan sebagai lotion atau parfum yang wanginya bertahan lama. Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Daun nilam segar digunakan sebagai obat pencuci rambut, sedangkan daun nilam kering dapat di gunakan untuk menghilangkan bau badan dan sebagai corrigens dalam beberapa jamu (suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki aroma, rasa, dan, penampilan jamu tersebut). Khasiat nilam sebagai obat antara lain adalah untuk obat penghilang bau keringat. Carnya, 100 g daun segar dicuci, kemudian direbus dengan 10 liter air selama 10 menit. Air rebusan tersebut digunakan TMuntuk mandi. Di Filipina, daun dan pucuk nilam digunakan sebagai insektisida untuk
PDF Editor
membasmi keco, ngengat, dan semut. Perasan daun nilam juga dapat digunakan
8
sebagai zat penolak lintah. Di Kashmir, minyak nilam digunakan sebagai pewangi yang khas untuk syal dan karpet. Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan menyuling daunnya; yang mengandung 0,5% - 2% minyak. Komponen utama minyak nilam adalah pachoully alcohol (45 % - 50 % ) .
SYARAT TUMBUH TANAMAN NILAM 1.
Agroekologi Secara umum, agroekologi di Indonesia dibedakan menjadi daerah dataran
rendah (ketinggian antara 0 m – 400 m dpl) dan dataran tinggi (ketinggian lebih dari 700 m dpl); dengan tipe iklim sangat basah (curah hujan antara 2.500 – 7.000 mm/tahun), basah (curah hujan antara 2.000 – 2.500 mm/tahun), dan kering (curah hujan kurang dari 2.00 mm/tahun) Di Filipina, tanaman nilam ditemukan tumbuh subur secara liar di daerahdaerah yang mempunyai ketinggian antara 1.000 – 2.000m
dpl. Di Indonesia,
terutama di Sumatera Utara, tanaman nilam diusahakan didaerah dataran rendah samapi dataran tinggi pada ketinggian 1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah, tanaman nilam tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 10 – 400 m dpl. Tanaman nilam yang ditanam di daerah dataran rendah akan memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi daripada tanaman nilam yang ditanam di daerah dataran tinggi. Dari kedua indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah pegunungan). Dalam rangka pengembangan budi daya tanaman nilam maka penentuan zona agroekologi sangat diperlukan sebagai data dasar keadaan agroklimat lokalita secara akurat, baik data keadaan iklim maupun tanah.
TM
PDF Editor 2.
Keadaan Iklim
Unsur Iklim yang harus di perhatikan dalam budi daya tanaman nilam
adalah curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan sinar matahari. Tanaman 9
nilam cocok ditanam di daerah-daerah yang mempunyai tipe iklim sangat basah, dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun yang tersebar merata sepanjang tahun. Tanaman nilam masih mungkin ditanam di daerah-daerah yang memiliki curah hujan antara 1.750 – 2.500 mm/tahun, tetapi memerlukan perlakuan naungan dan mulsa. Suhu udara yang optimal bagi bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 24o – 28o C, dengan kelembapan udara (lengas) nisbi yang tinggi (RH lebih dari 75%). Untuk berproduksi tinggi, tanaman nilam membutukan intensitas penyinaran yang cukup sehingga harus dipilih lahan yang terbuka. Meskipun demikian, tanaman nilam toleran terhadap naungan sehinnga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan atau ditumpangsarikan dengan tanaman semusim. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) menunjukkan bahwa tanaman nilam akan tumbuh lebih subur jika diberi pohon pelindung; daun tanaman akan tumbuh lebar, tipis, dan hijau, meskipun dengan kadar minyak agak rendah. Tanpa naungan atau pelindung, tanaman nilam tumbuh sedikit kerdil, daun agak kecil dan agak tebl serta berwarna sedikit merah kekuning-kuningan, tetapi memiliki kadar minyak yang lebih tinggi.
3.
Keadaan Tanah Tanaman nilam dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi indikator di
sentrum-sentrum produksi nilam menunjukkan bahwa pada umumnya tanaman nilam memiliki pertumbuhan paling baik pada jenis latosol, aluvial, dan andosol. Tanah latosol memiliki karakteristik solum tebal, warna merah atau cokelat sampai kekuning-kuningan, reaksi tanah (pH) antara 4,5 – 6,5, dan produktivitas rendah sampai sedang. Tanah aluvial mempunyai karakteristik warna kelabu sampai kecokelat-cokelatan, tekstur liat sampai liat berpasir, struktur pejal, TM dan produktivitas antara rendah sampai tinggi. Sementara, tanah andosol pada umumnya mempunyai solum cukup tebal (antara 110 cm – 225 cm), berwarna
PDF Editor
hitam atau kelabu sampai cokelat tua, bertesktur remah, memiliki pH antara 5,0 – 7, 0 dan produktivitas sedang samapi tinggi.
10
Keadaan tanah yang sesuai bagi penanaman nilam adalah tanah yang memiliki solum dalam, gembur dan kaya humus, subur, struktur remah, lapisan olah gembur, pH antara 5,5 – 6,5 dan drainase baik. Penanaman pada tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus), misalnya tanah bukaan hutan, akan memberikan hasil yang memuaskan. Tanah yang mudah becek (menggenang) atau memiliki permukaan air tanah yag terlalu dangkal tidak cocok bagi tanaman nilam karena tanaman akan mudah terserang penyakit akar yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora sp.
TEKNIK BUDI DAYA TANAMAN NILAM 1.
Penyiapan Bahan Tanaman (Bibit) Pada umumnya, perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan cara
vegetatif, yakni dengan setek batang dan setek cabang. Penanaman pada lahan yang luas memerlukan tempat pesemaian agar tersedia bibit yang cukup dengan persentase kepastian tumbuh yang tinggi. Pesemaiandapat disiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan ataupun dalam kantong plastik (polibag). Tata laksana penyiapan pesemaian adalah sebagai berikut. a. Pesemaian Berupa Bedengan Tata cara penyiapan bibit nilam melalui bedengan pesemaian meliputi langkahlangkah kerja sebagai berikut. 1. Pembuatan Bedengan Pesemaian Pembuatan bedengan pesemaian dilakaukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut. 1) Dipilih lokasi pesemaian di tempat yang strtegis, dekat dengan sumber air dan arus lalu lintas. 2) Di tentukan luas pesemaian yang diperlukan, yaitu sekitar 15 –TM 25 dari luas areal yang akan ditanami
PDF Editor
3) Tanah untuk pesemaian diolah sedalam ± 30 cm hingga gembur, kemudian dikering angin kan selama ± 2 minggu.
11
4) Dibuat bedengan-bedengan pesemaian dengan ukuran lebar 100cm – 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 30 cm – 40 cm, dan panjang di sesuaikan dengan keadaan lahan. 5) Bedengan ditebari pupuk kandang matang sebanyak 2 kg/ m2 luas bedengan, dicampurkan secara merata dengan lapisan tanah olah. luas 6) Dibuat kerangka tiang pelindung pesemaian ; tiang bagian timur setinggi 150 cm pada setiap jarak 3 cm dengan arah menurut panjang bedengan, sedangkan tiang bagian barat setinggi 100 cm. 7) Dipasang palang-palang dari bilah bambu yang menghubungkan antartiang dan antarpalang sebagai kerangka untuk memasang atap pesemaian. 8) Dipasang atap pesemaian dari lembaran plastik bening dan diikat erat-erat.
2. Penyiapan Setek Penyiapan setek dilakukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut. 1) Dipilh pohon induk nilam dari varietas atau klon unggul yang subur, sehat, dan normal. 2) Batang tanaman nilam dipangkas dengan gunting setek yang tajam. 3) Batang yang akan dijadikan bibit dipotong-potong sepanjang minimal 15 cm atau antara 20 cm - 30 cm (dengan 3-5 mata). 4) Cabang yang akan dijadikan bibit dipotong-potong sepanjang 15 cm (dengan 3 mata serta 3 helai daun).
3. Penyemaian Setek Penyemaian setek dilakukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut. 1) Dibuat lubang tanam pada bedengan pesemaian dengan menggunakan tugal; jarak antarlubang 3,5 cm x 4,0 cm atau 10 cm x 10 cm dan kedalaman TM 5 cm-10 cm. 2) Setek batang atau setek cabang ditanam secara tegak atau miring 45o, satu
PDF Editor
per satu sesuai dengan jumlah lubang yang tersedia; kemudian tanah di dekat pangkal batang setek dipadatkan pelan-pelan.
12
3) Tanah pesemaian disiram dengan air bersih hingga cukup basah atau lembab. 4) Setek dipelihara hingga tumbuh menjadi tanaman muda dengan jumlah perakaran banyak (sampai umur 3-4 minggu). b. Pesemaian Berupa Polibag Tata laksana penyemaian setek nilam dalam polibag meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut. 1) Disiapkan bahan-bahan dan peralatan yang terdiri atas polibag berukuran 10 cm – 15 cm, medium semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang (1:1), sekop, setek batang atau setek cabang nilam, dan sarana penunjang lainnya. 2) Polibag diisi medium semai hingga cukup penuh atau sekitar 1 cm di bawah bibir atas polibag. 3) Setek batang atau setek cabang nilam disemaikan dalam polibag secara tegak sedalam 5 cm-10 cm; dan medium semai dipadatkan pelan-pelan 4) Polibag yang berisi semaian setek disimpan di tempat yang rata dan diberi ruangan. 5) Setek nilam dipelihara hingga tumbuh menjadi bibit atau tanaman muda dengan banyak tunas dan akar (sampai umur 3 – 4 minggu). Kebutuhan bibit nilam per satuan luas lahan sangat dipengaruhi oleh jarak tanam
yang
dipilih.
Pedoman
penentuan
kebutuhan
bibit
nilam
dapat
menggunakan rumus sebagai berikut. Kebutuhan Bibit =
ℎ
ℎ
/
Misalnya, jika luas lahan yang akan ditanami satu hektar, jarak tanam 100 cm x 30 cm, dan setiap lubang tanam ditanami satu bibit maka jumlah bibit yang TM
diperlukan adalah sebagai berikut. 10.000 $ 100 % 30 %
PDF Editor Kebutuhan Bibit =
1
/
= 33.333 bibit
13
2.
Penyiapan Lahan Waktu penyiapan lahan sebaiknya disesuaikan dengan waktu tanam, yaitu
pada awal musim hujan. Tata cara penyiapan lahan untuk penanaman tanaman nilam adalah sebagai berikut. a. Tanah di bersihkan dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak berguna, dan kerikil. b. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 30 cm hingga gembur, kemudian dikering anginkan selama lebih kurang dua minggu. c. Dibuat bedengan-bedengan atau petakan dengan ukuran lebar 3 m, tinggi 30 cm, jarak antarbedengan 30 cm-40 cm, dan panjang bedengan disesuikan dengan keadaan lahan. d. Bedengan ditebari pupuk kandang sebanyak 10-20 ton/hektar, dicampur secara merata dengan lapisan tanah olah. Pengolahan
tanah
bertujuan
untuk
memperbaiki
struktur
tanah,
memperbesar persediaan air tanah, mengurangi penguapan air dari dalam tanah, mempercepat pelapukan, memperbaiki kehidupan mikroba tanah, memberantas gulma, dan sebagainya sehingga tanah menjadi medium tumbuh yang baik bagi tanaman nilam. Pembuatan bedengan bertujuan untuk memperbaiki drainase tanah, memperoleh lapisan olah tanah yang tebal, memudahkan pemeliharaan tanaman, dan menghindari serangan penyakit akar.
3.
Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Tata cara
menanam bibit nilam adalah sebagai berikut. a. Dibuat lubang tanam pada bedengan
yang telah disiapkan sebelumnya,
dengan menggunakan alat bantu tugal. Jarak tanam bervariasi, disesuaikan TM dengan kesuburan tanah. Petani nilam di Aceh Selatan menggunakan jarak tanam 50 cm x 50 cm, 60 cm x 60 cm, 60 cm x 100 cm, 80 x 80 cm, atau 100
PDF Editor cm x 100 cm.
14
b. Disiapkan bibit nilam yang akan dipindahkan ke kebun, melalui penanganan sebagai berikut. 1) Jika menggunakan bibit cabutan, sebaiknya sebagian akar tanaman dipotong pendek agar tidak terlipat saat ditanam. 2) Jika menggunakan bibit dalam polibag, medium tanam dalam polibag disiram hingga cukup basah, polibag di sobek, dan bibit nilam dikeluarkan bersama akar dan medium tanamnya secara utuh. c. Bibit nilam ditanam secara tegak dalam lubang sedalam 5 cm – 10 cm; kemudian tanah di dekat pangkal batang bibit dipadatkan pelan-pelan agar akar tanaman nilam dapat kotak langsung dengan air tanah. d. Bedengan yang baru ditanami disiram hingga cukup basah (lembab), terutama bila tidak turun hujan.
4. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman nilam meliputi aktivitas-aktivitas pokok sebagai berikut. a. Penyulaman Di antara tanaman nilam yang ditanam kadang-kadang terdapat tanaman yang mati atau tumbuh abnormal sehingga harus segera disulam. Penyulaman bertujuan untuk mencukupkan jumlah (populasi) tanaman per satuan luas lahan secara optimal. Penyulaman paling baik dilakukan pada awal musim hujan atau segera setelah tanam. Mula-mula, tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dicabut, kemudian diganti dengan bibit nilam yang baru. Bibit sulaman diusahakan memiliki ukuran dan umur yang sama dengan tanaman nilam di kebun. TM
b. Pengairan Untuk memperoleh pertumbuhan yang normal dan produksi daun yang
PDF Editor
tinggi, tanaman nilam membutuhkan cukup air. Pengairan atau penyiraman bertujuan untuk menjaga agar tanaman nilam tidak layu, mengatur 15
temperatur tanah, menjaga agar tanah tetap lembab, serta menambah dan melarutkan unsur hara (zat makanan) yang dibutuhkan oleh tanaman nilam. Pada
fase
awal
pertumbuhan,
tanaman
nilam
membutuhkan
pengairan secara kontinu 1-2 kali sehari, terutama bila tidak turun hujan. Waktu penyiraman yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Interval pengairan (penyiraman) dapat dikurangi
secara bertahap. Jika
tanaman nilam sudah dewasa dan memiliki perakaran yang cukup dalam, penyiraman dapat dilakukan seminggu dua sampai tiga kali. Pengairan dilakukan dengan cara megalirkan air dari sumber pengairan ke lokasi kebun, kemudian tanah di-leb hingga cukup basah (lembab). Pengairan juga dapat dilakukan dengan menyiramkan air pada bidang tanah di sekeliling tanaman nilam, dengan menggunakan gembo atau cerek penyiram.
c. Pemulsaan Pemulsaan bertujuan untuk menjaga kelembapan tanah, menekan pertumbuhan gulma, menyuburkan tanah, dan mengurangi penguapan air tanah. Mulsa juga mampu mempertahankan tanaman pada musim kering. Tanaman nilam tanggap (responsif) terhadap pemulsaan. Hasil penelitian Balitrro menunjukkan bahwa penggunaan mulsa dapat meningkatkan produksi daun dan minyak secara nyata. Pemulsaan dapat dilakukan dengan menggunakan alang-alang kering, belukar, atau jerami padi kering. Pemakaian mulsa alang-alang kering mampu meningkatkan produksi daun dan minyak masing-masing 159,6% dan 181,7% dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemulsaan). Sementara, pemakaian mulsa belukar dapat meningkatkan produksi TM daun dan minyak sebesar 286,5%. Pemulsaan
sangat
dianjurkan
di daerah-daerah
yang
mudah
PDF Editor mendapatkan
jerami
padi
dan
di
daerah-daerah
dataran
rendah.
Pemasangan mulsa dilakukan seawal (sedini) mungkin, yaitu segera 16
setelah tanam, dengan menghamparkan jerami padi kering setebal 3 cm – 5 cm secara merata pada permukaan tanah. d. Pemupukan Tanaman nilam sangat tanggap terhadap pemupukan. Hasil penelitian Balitrri menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi daun dan minyak nilam. Produksi daun basah dan minyak nilam setelah perlakuan pemupukan dan pemulsaan ditunjukkan dalam Tabel 4.
Tabel 4.
Produksi Daun Basah dan Minyak Nilam dalam Tiga Panen Menurut Perlakuan Mulsa dan Pemupukan M0
Mulsa Pupuk P0 P1 P2
M1
Kali
M2
Daun Minyak Daun Minyak Daun Minyak (Ton/Ha) (Kg/Ha) (Ton/Ha (Kg/Ha) (Ton/Ha (Kg/Ha) 12,86 21,04 25,52
59,60 105,50 105,54
33,38 43,99 46,33
167,91 228,48 224,09
Keterangan: Po = Tanpa pupuk P1 = 280 kg Urea + 70 kg TSP + 140 kg KCL per hektar P2 = 560 kg Urea+ 140 kg TSP + 250 kg KCL per hektar
49,70 50,31 51,62
264,09 232,47 258,34
Mo = Tanpa mulsa M1 = Mulsa alang-alang M2 = Mulsa belukar
Sumber; I Made Tasma dan Auzay Hamid, 1990.
Dari tabel 4 terlihat bhw pemupukan dengan 280 kg Urea + 70 kg TSP + 140 kg KCL per
hektar dapat
meningkatkan pro duksi daun
nilam
sebesar 64 % dan produksi minyak 77% dibandingkan dengan kontrol ( tanpa dipupuk). Demikian pula, pemupukan dengan 560 kg Urea + 140 kg TSP + 250 kg KCL perhektar dapat meningkatkan produksi daun nilam sebesar 98,4 % dan meningkatkan produksi minyak sebesar 77,1 %. Hasil penelitian Balai Penelitin Tanaman Rempah dan Obat TM ( Balitro) juga menunjukkan unsur hara yang terakut dalam tanaman nilam per hektar
PDF Editor
pertahun ( tiga kali panen). Unsur-unsur hara tersebut meliputi: 179,8 kg N, 151, 9 kg P2O5, 706, 8 kg K2O, 164,3 kg CaO, 105,4 kg MgO, dan 6,2 kg N2O.
17
Berdasarkan hasil peneltian di Sumatera Utara, pemupukan pada tanah podsolik merah kecoklatan dengan unsur hara berkadar rendah dan pemupukan pada tanah yang memiliki pH 6,0 dengan 120 kg N + 80 kg P2O5 + 100 kg K2O tiap hektar lahan dapat mencapai produksi 4,06 ton daun nilam kering/ha (satu kali panen) atau meningkat sebesar276% dibandingkan tanpa pemupukan. Hasil penelitian lain mempertegas hal tersebut; pemberian pupuk 120 kg N dan 60 kg P2O5 untuk tiap hektar lahan pada tanah podsolik kuning yang miskin unsur hara dan dengan jarak tanam 100 cm x 50 cm memberikan produksi tertinggi, yakni sebesar 1,95 ton daun nilam kering/ha (satu kali panen) pada umur enam bulan. Dari hasil-hasil penelitian tersebut maka jenis dan dosis pupuk yang tepat untuk tanaman nilam sebaiknya didasarkan pada hasil analisis tanah dan
tanaman
sehingga
dijadikan
rekomendasi
pemupukan
daerah
setempat, Hasil penelitian Wahid, dkk (1986) menunjukkan bahwa analisis beberapa unsur hara yang terdapat dalam cabang dan daun nilam sangat bervariasi. Hasil analisis tersebut ditunjukkan dalam Tabel 5.
Unsur Hara N P2O5 K2O CaO MgO Na2O
Hasil Analisis Unsur Hara Cabang + Daun Cabang (%) Daun (%) (%) 2,7 2,4 12,3 2,3 1,2 0,1
4,1 2,5 10,5 3,0 2,2 0,1
5,6 4,9 22,8 5,3 3,4 0,2
Sumber: Wahid, dkk (1986) dalam Puslitbangtri (1990).
Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pemupukan
sangat perlu TM
dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang terangkut oleh tanaman nilam. Secara umum, dosis pemupukan untuk tanaman nilam seluas 1,0 ha
PDF Editor
terdiri atas 10-20 ton pupuk kandang + 250 kg Urea + 75 kg TSp + 75 kg KCL.
18
Pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah atau saat tanam. Pupuk buatan diberikan secara bertahap. Pupuk TSP (seluruh dosis) diberikan
pada saat tanam; sedangkan pupuk Urea dan KCL selain
diberikan pada saat tanam juga diberikan pada saat umur tanaman dua bulan (bersamaan dengan kegiatan penyiangan) dan pada saat tanaman berumur tiga bulan (bersamaan dengan kegiatan pemangkasan), masingmasing 1/3 dosis. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan dangkal diantara barisan tanaman nilam, kemudian pupuk disebarkan secara merata dan ditimbun dengan tanah setebal 10 cm – 15 cm. Setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan pengairan (penyiraman) hingga tanah cukup basah.
e. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan rumput liar (gulma). Penyiangan pertama biasanya dilakukan bersamaan dengan pemupukan, yaitu pada saat tanaman nilam berumur dua bulan atau mencapai ketinggian antara 20 cm – 30 cm, dengan radius percabangan 20 cm. Rumpu-rumput dicabut atau dibersihkan, kemudian ditimbun dalam lubang agar membusuk dan menjadi kompos. Saluran antar bedengan juga dibersihkan dari gulma, sambil diperdalam. Bersamaan dengan penyiangan, dilakukan juga pembumbunan. Tanah bedengan digemburkan secara hati-hati, kemudian ditimbunkan pada bidang
pangkal
membentuk
batang
rumput
tanaman.
tanaman
nilam
Pembumbunan yang
padat
bertujuan (kompak)
untuk dengan
anakannya. Kegiatan ini sangat dianjurkan untuk dilakukan setiap selesai panen.
TM
f. Penjarangan Tanaman
PDF Editor
Tanaman nilam yang ditanam dengan jarak rapat (30 cm x 100 cm),
pada saat mencapai umur tiga bulan biasanya sudah saling bertahut 19
sehingga dapat dilakukan panen kecil dengan cara menjarangkan atau mencabut tanaman yang berjarak 30 cm, setelah diperjarang, jarak tanam menjadi agak lebar, yaitu 60 cm x 100 cm. Tanaman yang dicabut dapat ditanam di lahan lain setelah daun-daunnya dipungut. Panen perdana pada tanaman muda ini hanya memberikan hasil yang sedikit, dengan kandungan minyak nilam masih rendah, yakni kurang dari 2%.
g. Pemangkasan dan Pengaturan Tanaman Bersamaan dengan penjarangan tanaman dilakukan pemagkasan untuk
merangsang
pertumbuhan
tunas-tunas
baru
yang
produktif.
Pemangkasan pertama hanya dilakukan pada cabang-cabang atas, sedangkan cabang pertama sampai ketiga dari permukaan tanah dibenamkan ke arah kanan atau kiri lajur kebun, kemudian di bumbun dengan tanah sampai tertutup semua. Sebulan kemudian, tanaman nilam dipupuk lagi, seperti pada pemupukan pertama, yakni dengan 1/3 dosis dari 250 kg Urea + 75 kg KCL per hektar. Dua bulan berikutnya, cabang-cabang yang dibenamkan (A) telah tumbuh (misalnya disebut tunas A1). Pada saat itu, tanaman dapat dipangkas (dipanen) dengan menyisakan batang sekitar 20 cm dari permukaan tanah, kecuali tanaman induk yang dipotong sampai rata dengan permukaan tanah dan dibiarkan mati. Pengaturan tanaman dilakukan dengan cara membenamkan cabang secara kontinu; sehingga setiap tiga bulan dilakukan pemanenan, pemupukan, dan pergeseran tanaman ke satu arah. Panen kedua dilakukan pada bulan ke-9, dari tunas cabang A1. Panen ketiga dilakukan pada bulan ke-12, dari tunas cabang A2. Panen keempat TM dilakukan pada bulan ke-15, dari tunas cabang A3; sementara cabang dibenamkan ke arah yang berlawanan dengan arah semula agar tumbuh
PDF Editor
menjadi tunas A4. Akhirnya, pada bulan ke-24 pergeseran tanaman nilam 20
telah mencapai lajur awal. Pengaturan tanaman nilam sejak panen perdana hingga umur dua tahun ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini.
0 bulan Jarak 30 cm
3 bulan Jarak 60 cm
6 bulan Jarak 60 cm
12 bulan Jarak 60 cm
15 bulan Jarak 60 cm
X X X X X
X
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
A
A
AA1
AA1A2
A4A3
Cabang Tunas cabang Tunas cabang Tunas A2 dibumbun A A1 Keterangan: Lajur tanam pada 0 bulan sampai 15 bulan A4 adalah tunas cabang A3 yang menggantikan A yang sudah punah Gambar. Pengaturan pertumbuhan tanaman nilam.
h. Pengendalian hama dan penyakit Tanaman nilam tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Beberapa komponen pengendalian hama dan penyakit secara terpadu adalah sebagai berikut: a.
Penggunaan bibit yang sehat;
b.
Perbaikan drainase tanah;
c.
Sanitasi tanaman;
d.
Pemangkasan bagian tanaman yang terserang;
e.
Pergiliran atau rotasi tanaman yang bukan sefamili;
TM
PDF Editor f.
Pemusnahan organisme pengganggu tanaman;
g.
Pembongkaran atau eradikasi tanaman yang terserang berat; dan
21
i.
Penyemprotan dengan pestisida. Untuk
menekan
(mengurangi)
dampak
negatif
pencemaran
lingkungan dan residu pestisida sintetis dapat digunakan pestisida alami (botani) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Aneka jenis tumbuhan yang bersifat pestisida adalah nimba, srikaya, sirsak, serai wangi, lengkuas, dan lain-lain.
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN NILAM
1. Hama Hama-hama penting yang sering ditemukan menyerang tanaman nilam adalah sebagai berikut. a. Ulat penggulung daun (Pachyzaneba stutalis) yang menyerang tanaman nilam dengan cara merusak atau memakan daging daun. Serangan berat dapat menyebabkan daun berlubang-lubang atau hanya tinggal tulang-tulang daun. b. Belalang (Orthoptera) yang pada umumnya menyerang atau memakan daun hingga gundul. Serangan yang berat dapat mematikan tanaman. c. Ulat pemakan daun (Gryllidae) yang menyerang atau memakan daun muda. Serangan berat dapat menyebabkan daun berlubang-lubang sehingga menurunkan produksi. d. Kutu dompolan putih (Pseudococcus sp.) yang menyerang bagian bawah daun dan pucuk. Serangan berat menyebabkan daun tumbuh abnormal (mengecil) dan berwarna hijau kekuning-kuningan. Pengendalian hama-hama tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan TM
teknik bercocok tanam yang tepat, mencari dan mengumpulkan hama untuk dimusnahkan, dan melakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan
PDF Editor
Supracide 40 EC (Metidation), Petrovin 85 WP (Karbaril), ataupun insektisida lain yang dianjurkan.
22
2. Penyakit Kehadiran penyakit merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi nilam sehingga harus dikendalikan. Penyakit penting yang sering menyerang tanaman nilam adalah sebagai berikut.
a. Layu Bakteri Penyakit
layu
bakteri
disebabkan
oleh
bakteri
Pseudomonas
solanacearum. Di Aceh, penyakit layu bakteri dikenal dengan nama penyakit mati bujang; dan sudah lebih dari 25 tahun mengganggu tanaman nilam di daerah ini. Serangan bakteri layu dimulai dari pucuk tanaman, kemudian menyebar ke seluruh tanaman. Gejala layu baru akan terlihat setelah sebagian jaringan batang dan akar membusuk, kulit akar sekunder mengelupas, dan akar serabut banyak yang busuk. Jika batang yang terinfeksi dipotong melintang, akan terlihat torehantorehan memanjang berwarna cokelat sampai hitam sepanjang jaringan kayu dan kambium. Kadang-kadang kulit luar batang menghitam. Bila sayatan batang yang terinfeksi direndam dalam air jernih yang steril maka massa bakteri akan keluar seperti lendir. Serangan bakteri layu menunjukkan gejala yang khas, tanaman nilam tampak layu mendadak dalam waktu singkat, hanya 2-5 hari sesudah tanaman terinfeksi. Serangan lebih lanjut akan menyebabkan tanaman mati. Pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan secara terpadu, yaitu penggunaan bibit yang sehat, pencabutan tanaman yang terinfeksi, perbaikan drainase tanah, pergiliran (rotasi) tanaman, dan penyemprotan dengan antibiotika atau bakterisida Agrept dan Agrymicin. Apabila serangan yang terjadi cukup berat, usaha pengendalian dilakukan dengan eradikasi tanaman yang layu bersama akar-akarnya, kemudian dibakar di luar kebun. TM
b. Budok (Hoprosep) Penyakit budok disebabkan oleh virus atau Mycoplasm Like Organism
PDF Editor
(MLO) yang disebarkan oleh serangga vektor (aphis, lalat putih, dan serangga pengisap daun). Gejala serangan penyakit budok ditandai dengan: beberapa daun 23
muda berubah untuk menjadi seperti kerupuk (keriting); berwarna abu-abu; terbentuk benjolan-benjolan pada batang sampai akar; daun mudah rontok, berbau tidak enak, dan ketebalan daun melebihi daun normal; warna permukaan daun bagan bawah merah kuning atau violet; bulu-bulu menjadi kasar; serta tulang daun menebal dan keriput. Kelainan ini akan menyebar ke pucuk dan daun-daun lain dalam satu pohon sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, tidak dapat bertambah besar, serta kanopi tanaman megecil. Bila dipangkas, gejala akan kembali mucul pada tunas-tunas baru. Infeksi pada batang akan menimbulkan gejala yangkhas. Batang menjadi kasar dan permukaan batang tampak tebal karena adanya partikel-partikel hijau yang melapisinya. Lapisan ini juga membuat tanaman tampak kotor. Bila batang dikerok dengan kuku maka pelapis akan terkelupas bersama kulit luar tanaman. Serangan lebih lanjut menyebabkan ruas-ruas batang memendek, semakin ke pucuk semakin parah sehingga batang menggumpal. Daun-daun pada batang dan cabang menjadi kerdil, membusuk, dan mati. Pada ketiak cabang tumbuh tunastunas yang tidak normal. Bila dilihat secara visual, penampilan gejala serangan penyakit budok mirip dengan gejala penyakit sapu setan pada tanaman kacang tanah. Serangan penyakit budok biasanya terjadi pada musim kemarau. Penyakit ini dapat menular melalui cangkul, pisau, pemangkas, manusia, dan hewan. Pengendalian penyakit budok dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian tanaman yang sakit, menghindari pemakaian alat yang terkontaminasi penyakit, menggunakan bibit yang sehat, sanitasi, eradikasi, melakukan penyemprotan insektisida untuk memberantas vektor, serta mewaspadai tanaman inang, misalnya cabai, kacang tanah, terung, dan beberapa jenis rumput-rumputan. TM
c. Akar Putih Penyebab penyakit akar putih adalah nematoda (Rigidoporus sp. Gejala
PDF Editor
serangan ini mirip dengan serangan bakteri layu hanya proses kematian terjadi lebih lambat sehingga tanaman terlihat stress atau mengalami defisiensi unsur 24
hara, Daun-daun yang terinfeksi biasanya berubah warna, yaitu menguning disertai dengan warna ungu yang menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Selain itu, terdapat benang-benang putih, jaringan tanaman menjadi cokelat, dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit akar putih dapat dilakukan dengan cara melakukan pergiliran (rotasi) tanaman, menjaga sanitasi kebun, dan membongkar (eradikasi) tanaman yang terserang berat, serta melakukan pemberian nemastida.
d. Bercak daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporoides dan Fusarium sp. Penyerahan dan penularan penyakit terjadi melalui udara dan percikan air yang mengandung spora. Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak-bercak hitam besar atau kecil di pinggir daun, kadang-kadang bercak berukuran agak besar, antara 2 cm – 3 cm. Pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi
kebun,
melakukan
pergiliran
(rotasi)
tanaman,
dan
melakukan
penyemprotan fungisida.
PANEN DAN PASCA PANEN NILAM
1. Panen Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari, agar kandungan minyak nilam tetap tinggi, pada siang hari, sel-sel daun sedang aktif melakukan fotosintesis. Pemetikan pada saat tersebut akan menyebabkan laju pembentukan minyak berkurang sehingga daun kurang elastis dan mudah sobek. TM
Selain itu, pada siang hari biasanya proses transpirasi daun berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang.
PDF Editor
Jika penanaman dilakukan dengan pola budi daya secara menetap dan
intensif, panen pertama dapat dilakukan pada saat tanaman nilam berumur tiga 25
bulan. Pemanenan diulang dengan interval waktu tiga bulan. Namun, jika penanaman dilakukan dengan pola budi daya biasa, panen pertama dilakukan pada saat tanaman nilam berumur antara 6-8 bulan sehingga dalam setahun dipanen dua kali. Penentuan panen pertama dan interval panen berikutnya sangat dipengaruhi oleh keadaan pertumbuhan tanaman nilam dan pola budi daya. Panen daun nilam dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang berupa gunting atau parang yang tajam sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada akar akibat guncangan. Petani di Aceh Selatan memanen daun nilam dengan cara memotong atau memangkas tanaman dengan menyisakan sekitar 25 cm -30 cm, dengan interval pemanenan antara 6-8 bulan. Tanaman nilam rata-rata dipanen dua kali setahun. Namun, hasil penelitian Balitro menunjukkan bahwa panen nilam yang ideal dilakukan tiga bulan sekali atau sebanyak empat kali setahun. Sebaiknya pada setiap panen disisakan satu cabang tumbuh, untuk mempercepat pertumbuhan tunas baru. Banyaknya daun yang dihasilkan (diperoleh) sangat tergantung dari kultivar atau klon nilamm, keadaan tanah, dan keadaan iklim setempat. Tanaman nilam yang baik dapat menghasilkan 4-6 ton daun basah/ha atau 1,5-2,5 ton daun kering/ha; yang kelak akan menghasilkan 60 kg – 200 kg minyak nilam (rendemen antara 2,5%-5,0%). Hampir semua bagian tanaman nilam mengandung minyak, namun rendemen minyak yang paling tinggi terdapat dalam daun. Daun yang akan disuling sebaiknya daun yang berasal dari tiga pasangan daun termuda. Dalam proses penyulingan daun nilam dapat ditambahkan ranting-ranting agar dalam ketel penyuling tidak terjadi pemadatan bahan baku yang disuling.
2.
Penanganan Pascapanen
TM
Kegiatan utama penanganan pascapanen hingga menghasilkan minyak meliputi pengeringan, isolasi atau penyulingan, dan pengemasan.
PDF Editor
26
a. Pengeringan Tata laksana pengeringan daun nilam sebelum disuling meliputi aktivitasaktivitas sebagai berikut. 1) Cara I Pengeringan daun nilam hasil panen dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Daun dan tangkai (ranting) nilam dipotong-potong sepanjang sekitar 3 cm – 5 cm. b) Potongan daun dan ranting segera dijemur di bawah sinar matahari di atas alas tikar atau lantai semen yang bersih. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari penuh selama empat jam. c) Daun dan ranting yang sudah kering segera disebar secara merata atau diangin-anginkan di tempat yang teduh dengan sirkulasi udata yang baik. Tebal lapisan sekitar 50 cm dan harus dibalik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari, sampai diperoleh bahan dengan kadar air 15% dan siap disuling.
2) Cara II Cara lain untuk melakukan pengeringan daun nilam hasil panen meliputi langkah-langkah sebagai berikut. a) Daun dan tangkai (ranting) nilam dipotong-potong sepanjang sekitar 3 cm 5 cm. b) Potongan daun dan ranting segera dijemur di bawah sinar matahari di atas alas tikar atau lantai semen yang bersih selama dua hari. c) Daun dan ranting yang sudah kering langsung dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. Dalam penjemuran atau pengeringan, harus dihindari pengeringan TM yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan daun rapuh dan sulit disuling. Sebaliknya, pengeringan yang terlalu lambat,
PDF Editor
misalnya pada musim hujan, akan menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah diserang jamur sehingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan menurun. 27
b.
Isolasi (Penyulingan) Isolasi minyak nilam dilakukan dengan cara penyulingan. Prosedur
penyulingan yang biasa dilakukan adalah dengan pengukusan dan penggunaan uap langsung, baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan. Pada prinsipnya, penyulingan dengan cara dikukus sama dengan penyulingan langsung dengan menggunakan uap tanpa tekanan. Perbedaan kedua cara penyulingan tersebut terletak pada pengaturan air dan bahan yang akan disuling. Pada pengukusan, air dan bahan berada dalam satu ketel. Pada penyulingan secara langsung menggunakan uap tanpa tekanan, air dan bahan berada dalam ketel yang terpisah. Penyulingan dengan cara dikukus mempunyai nilai lebih karena dapat menghemat volume air dan dapat dilakukan secara kohobasi sehingga mengurangi kebutuhan bahan bakar. Di Aceh, proses penyulingan nilam berlangsung selama 6-7 jam dan menghabiskan kayu bakar sebanyak 0,25 m3. Secara garis besar, proses penyulingan nilam meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut. 1) Disiapkan alat-alat utama berupa dua buah ketel besar. Ketel pertama diisi air sebanyak 480 liter dan ketel kedua diisi bahan (daun nilam) kering sebanyak 100 kg. Perbandingan antara garis tengah dan tinggi ketel penyulingan maksimal 1:1,5. Kedua ketel tersebut ditutup rapat dan dihubungkan dengan pipa. 2) Api tungku dinyalakan, kemudian air dalam ketel didihkan. 3) Uap air yang dihasilkan dari ketel dialirkan ke dalam alat pendingin melalui pipa, sehingga terjadi pengembunan campuran minyak nilam dengan air. 4) Di dalam alat pemisah, minyak nilam akan mengapung di atas air sehingga mudah dialirkan ke alat pengumpul. Air yang tersisa dapat dibuang aatau disuling lagi untuk diambil minyaknya.
TM
Penyulingan berlangsung selama sekitar 4-5 jam. Rendemen minyak yang diperoleh sebanyak 2,0%-2,5%. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam minyak
PDF Editor
nilam adalah: alpha, beta pinen, patchouli alcohol, limonene, kampen, alpha dan beta patchhoulen, gualen, allo-aromadendren, dan gurjunen. Mutu minyak nilam 28
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar perdagangan. Adapu syarat mutu minyak nilam ditunjukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6.
Syarat Mutu Minyak Nilam
Karakteristik Warna
Syarat Kuning muda sampai cokelat tua
Bobot 25o C/25o
0,943 – 0,983
Indeks bias (nD25)
1,504 – 1,514
Kelarutan dalam etanol 90% pada suhu 25o C - 30o C
Larutan jernih atau opalensensi ringan dalam perbandingan volume 1 s.d. 10 bagian
Bilangan asam maks.
5,0
Bilangan ester maks.
10,0
Zat asing: - Lemak - Minyak - Alkohol tambahan - Minyak mineral Dibutuhkan rekomendasi: Bau Putaran optik
Cara Pengujian Visual SP.SMP-17-1975 (ISO IR 279 – 1962 E) SP.SMP.16 – 1975 (ISO R. 280 – 1962 E) SP. SMP-19 – 1975 (BS 2073 – 1962) SP. SMP – 26 – 1975 (ISO R 1242 – 1973 E) SP>SMP – 26 - 1975
Negatif Tidak nyata Negatif Negatif
SP. SMP – 24 – 1975 Gas Chromatography SP. SMP – 3 – 1975 SP. SMP – 41- 1982 SI No.25/SI/73
Segar, khas minyak nilam (- 47o) – (- 66oC)
Organoleptik ISO R 592 – 1957 (E)
Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain mutu
daun, cara penyulingan, dan penyimpanan minyak. Demikian pula, mutu daun nilam tergantung pada kesuburan tanah, umur pangkasan, cara pengeringan, daerah asal, dan lama penyimpanan daun. Misalnya, karakteristik minyak nilam dengan bibit yang berasal dari Tapaktuan (Aceh), Sidikalang (Sumatera Utara), TM
dan Jawa Barat ternayata berbeda-beda. Karakteristik ketiga jenis minyak nilam tersebut ditunjukkan dalam Tabel 7.
PDF Editor
29
Tabel 7.
Karakteristik Minyak Nilam Jenis P.cablin Benth. Dan P. Heyneanus Benth.
Karakteristik
Tapaktuan
Bobot jenis 25o/25o C Indeks bias nD25 Bilangan asam Bilangan ester
Sidikalang
0,9436 1,5061 0,18 3,62
0,9553 1,5082 0,72 5,9
Jawa 0,9331 1,5016 0,89 7,85
Sumber: Balittro.
Untuk memperoleh minyak nilam yang bermutu baik, selama penyulingan diperlukan
pengawasan
tekanan
uap
secara
teliti.
Dianjurkan
untuk
memperpanjang waktu penyulingan karena senyawa yang sangat berharga dari minyak nilam terdapat dalam fraksi-fraksi dengan titik didih tinggi. Bau minyak nilam yang sudah lama disimpan lebih aromatik daripada minyak yang baru selesai disuling, serta dihargai lebih tinggi oleh para ahli minyak wangi.
c.
Pengemasan Pengemasan
minyak
nilam
hasil
penyulingan
dilakukan
dengan
menggunakan drum yang berkapasitas 200 liter. Drum harus berada dalam keadaan baik, bersih, dan kering. Drum minyak nilam harus terbuat dari timah putih, aluminium, atau plat putih berlapis timah putih, galvanis, atau enamel, ataupun plat besi yang didalamnya diberi lapisan yang tahan minyak nilam. Pada bagian luar drum yang akan dikirim diberi keterangan dengan menggunakan cat yang tidak mudah luntur. Keterangan tersebut meliputi: produksi Indonesia, nomor drum, nomor lot, berat bersih, berat kotor, negara tujuan, dan keterangan lain yang diperlukan. Bobot bersih maksimum minyak yang dikemas adalah 200 kg, dengan TM yang ruagan kosong (head space) sebesar 5% - 10 %dari isi drum. Minyak nilam
diperdagangkan harus dievaluasi atau diuji mutunya; dan hasil pengujian
PDF Editor
dicantumkan dalam suatu sertifikat sebagai rekomendasi. Selain syarat mutu, cara pengujian juga dicantumkan. Cara pengujian minyak nilam yang dianggap terbaik saat ini adalah Gas Liquid Chromatography (GLC) dan pengujian dengan 30
Spectrophotometer Infra Merah. Di pasaran, alat pengujian minyak nilam ini masih merupakan produk impor. Pengambilan contoh untuk pengujian mutu minyak nilam harus memenuhi tiga persyaratan sebagai berikut. 1) Pengambilan contoh yang mewakili setiap drum. Pengambilan contoh harus dilakukan dengan menggunakan pipa logam sepanjang sekitar 125 cm dan diameter 2 cm. Ujung pipa harus dapat ditutup dan dibuka dengan suatu sumbat bertangkai panjang. Contoh minyak nilam harus terambil dari lapisan bawah. Misalnya, contoh minyak nilam harus terambil dari lapisan bawah. Misalnya, contoh diambil empat kali dari empat sudut yang menyilang berhadapan; kemudian dicampur dan dikocok. Dari campuran ini diambil 80 ml untuk dianalisis dan 80 ml sebagai arsip contoh. Contoh pengujian disimpan di dalam botol yang bersih, kering, dan tidak mempengaruhi sampel. Botol harus ditutup, disegel, dan ditempelilabel yang mencamtumkan nomor drum (lot), tanggal pengambilan contoh, identitas pengambil contoh, dan nama produsen atau eksportir. Setelah pengambilan contoh, tutup drum harus disegel. 2) Pengambilan contoh mewakili lot (12 drum). Pengambilan contoh minyak nilam yang mewakili lot (12 drum) harus disaksikan oleh petugas pengambil contoh pengisian drum dari tangkai pencampur. Contoh diambil dari setiap drum yang berasal dari satu tangkai pencampur, maksimal 12 drum per lot. Contoh-contoh ini dicampur menjadi satu dan dikocok secara merata, selanjutnya diambil 100 ml untuk dianalisis dan 100 ml untuk arsip contoh. Hasil analisis dicantumkan dalam sertifikat mutu (laporan) hasil analisis mewakili lot tersebut. 3) Petugas pengambil contoh minyak nilam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: telah berpengalaman atau dilatih lebih dulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
TM
PDF Editor
31
d. Pemasaran Minyak nilam merupakan komoditas ekspor yang potensial. Pemasaran minyak nilam di dalam negeri dilakukan melalui mata rantai pemasaran sebagai berikut.
Produsen (Petani, Penyuling)
Tengkulak Pedagang setempat
Pos-pos / Agen
Pedagang Eksportir
BIAYA PRODUKSI
Analisis biaya produksi bertjuan untuk menetahui jumlah biaya usaha tani per satuan luas lahan. Rincian biaya produksi usaha tani tanaman nilam seluas 1,0 hektar ditunjukkan dalam Tabel 8. TM
PDF Editor
32
Tabel 8.
Analisis Biaya Usaha Tani Tanaman Nilam Seluas 1,0 Hektar Selama Tiga Tahun
No
Uraian biaya
1. Sarana Produksi a. Bibit 35.000 btg @ Rp 50,00 Pupuk: b. Pupuk kandang 10 ton @ Rp 100.000,00 Urea 250 kg @ Rp 1.200,00 TSP 75 kg @ Rp 1.600,00 KCL 75 kg @ Rp 1.650,00 Pestisida 6 liter @ Rp 45.000,00
2. a. b. c. d. e. f. g. h.
Tenaga Kerja Bedengan pesemaian 5 HKP Pembibitan 20 HKP Penyiapan lahan 100 HKP Pemasangan pupuk 20 HKW Penanaman 30 HKW Pemeliharaan tanaman 25 HKP + 40 HKW Panen 20 HKP + 30 HKW Penanganan pascapanen 20 HKP + 60 HKW
3. 4.
Nilai sewa lahan 1 ha/tahun Alat-alat
Tahun I (Rp)
Tahun II–III (Rp)
1.750.000,00
-
1.000.000.00 300.000,00 120.000,00 123.750,00 270.000,00
2.000.000,00 600.000,00 240.000,00 247.500,00 540.000,00
50.000 200.000 1.000.000 100.000 150.000 450.000 350.000 500.000
200.000 300.000 900.000 700.000 1.000.000
1.500.000 150.000
3.000.000 300.000
7.713.750
10.027.500
Jumlah
Keterangan: HKP = Hari kerja Pria Rp Rp 10.000,00/hari HKW = Hari Kerja Wanita Rp 5.000/hari
1.
Pendapatan dan Keuntungan Potensi produksi daun nilam kering berkisar antara 1,5 – 2,5 ton daun
kering/ha. Berdasarkan data trsebut,dalam analisis ini diasumsikan perkiraan TM produksi daun nilam kering rata-rata 2 ton/ha, senilai Rp 5.000,00/kg. Pendapatan dan keuntungan usaha tani tanaman nilam seluas1,0 hektar dapat dihitung
PDF Editor sebagai berikut.
33
1. Tahun ke-1 a. Hasil penjualan 2.000 kg x 5.000,00
Rp 10.000.000,00
b. Biaya produksi
Rp 7.713.750,00
c. Keuntungan
Rp 2.286.250,00
d. O/I Ratio
Rp
1,3
2. Tahun ke-2 s.d ke-3
2.
a. Hasil penjualan 4.000 kg x Rp 5.000,00
Rp 20.000.000,00
b. Biaya produksi
Rp 10.027.500,00
c. Keuntungan
Rp 9.972.500,00
d. Keuntungan per tahun
Rp 4.986.250,00
e. O/I Ratio
Rp
2,00
Keuntungan Usaha Penyulingan Nilam Harga minyak nilam yang tinggi akan meningkatkan nilai tambah dan
pendapatan usaha penyulingan untuk menghasilkan minyak nilam. Pada tahun 1988, di Aceh Selatan harga minyak nilam mengalami kenaikan hingga Rp 950.000,00 – Rp 975.000,00/kg. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, harga pasaran tersebut turun kembali hingga Rp 470.000,00 – Rp 480.000,00/kg. Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan analisis perkiraan usaha penyulingan nilam dari produksi daun kering/hektar/tahun sebagai berikut. 1. Tambahan biaya a. Bahan baku 2.000 kg @ Rp 5.000,00
Rp 10.000.000,00
b. Bahan bakar
Rp
500.000,00
c. Tenaga kerja
Rp
400.000,00
d. Biaya tak terduga
Rp 1.090.000,00
Jumlah
Rp 11.990.000,00
TM
2. Keuntungan Dari 2.000 kg daun nilam kering dapat dihasilkan minyak nilam sebanyak 60
PDF Editor
kg – 200 kg. Pada tahun 1998, harga minyak nilam berkisar antara Rp 470.000,00 – Rp 480.000,00/kg. Jika diasumsikan produksi minyak nilam rata-rata 130 kg 34
dengan harga jual rata-rata Rp 475.000,00 maka dapat dihitung perkiraan hasil penjualan dan keuntungan dari usaha penyulingan minyak nilam sebagai berikut. a. Hasil penjualan 130 kg x Rp 475.000,00
Rp 61.750.000,00
b. Biaya tambahan
Rp 11.990.000,00
c. Keuntungan
Rp 49.760.000,00
d. O/I Ratio
Rp
5,15
Catatan: a. Harga sewaktu-waktu dapat berubah b. Biaya investasi unit penyulingan belum dihitung. Pengadaan unit penyulingan dapat dilakukan secara berkelompok.
(Editan dari Buku Prospek dan Budidaya Nilam 2010).
TM
PDF Editor
35