PATHISARI Panaliten punika ngandharaken amanat lakon kethoprak Pedhut Jatisrana anggitanipun Bondan Nusantara. Kethoprak punika minangka salah satunggaling wujud drama ing Indonesia ingkang dipun golongaken salebeting teater tradisional. Analisis struktural lakon kethoprak Pedhut Jatisrana mligi badhe ngandharaken paraga, watak saha lelampahing cariyos kangge nemtokaken amanat. Kawiwitan kanthi analisis struktural tumrap paraga, saha analisis watak paraga. Saklajengipun analisis lelampahing cariyos kangge mangertosi tumindakipun para paraga utawi tokoh. Paraga satunggal ingkang anggadhahi watak tartamtu saged ngasilaken tindakan. Tindakan-tindakan paraga ngasilaken kadadosan. Kadadeankadadean ngasilaken prastawa. Saking prastawa kasebat lajeng pinanggih ingkang kasebat lelampahing cariyos utawi alur. Amanat ingkang wonten ing lakon kethoprak Pedhut Jatisrana inggih punika ngandaraken pangurmatan bab lelampahan ing wekdal kepengker saha saged nampi ing takdir. Wonten ing alur eksposisi, penganggit ngandharaken amanat inggih punika jejer saben kaluarga. Wonten ing alur komplikasi, penganggit ngandharaken amanat supados saged nyuwun saha maringi pangapunten kanthi tulus. Wonten ing alur klimaks, panganggit ngandharaken supados emut dhumateng Gusti ingkang nyipta langit saha bumi. Wonten ing alur resolusi, penganggit ngandharaken supados saged nampi ing liyan. Lakon kethoprak Pedhut Jatisrana anggitaning Bondan Nusantara punika saged ndadosaken amanat utawi pepeling babagan gesang sosial saha kukum ing masyarakat. Wosing tembung : Kethoprak, Analisis Struktural, Amanat, Paraga, Watak, saha Alur.
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kethoprak adalah salah satu bentuk perkembangan Drama di Indonesia yang tergolong pada teater tradisional. Kethoprak adalah sebuah bentuk teater tradisional yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang dan dagelan. Pertunjukannya diiringi dengan gamelan. Gerak pemain cenderung realis, walaupun dalam perkembangannya ada sedikit unsur tari. Cerita yang dibawakan biasanya berupa babad, legenda, sejarah, dan cerita-cerita asing yang berasal dari Arab dan Cina. Dialog antar pemain dibawakan dalam bahasa Jawa baru (Wibisana, 2010). Sehubungan dengan bentuk seni pertunjukan teater tradisional, maka kethoprak tergolong dalam genre Drama. Drama merupakan bagian dari karya sastra. Karya sastra terbagi dalam beberapa genre yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis, kata “Drama” berasal dari Yunani Draomai yang berarti “berbuat”, “berlaku”, “bertindak”, atau “beraksi” (Waluyo, 2001: 2). Drama adalah tiruan kehidupan manusia yang ditampilkan di atas pentas. Ketika berbicara tentang drama, sesungguhnya terdapat dua wilayah pembicaraan, yakni drama naskah atau drama pentas. Drama naskah merupakan salah satu jenis karya sastra yang berbentuk dialog dan memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Drama pentas merupakan lukisan kehidupan manusia yang digambarkan dengan peniruan tingkah laku. Sebelum dipentaskan, drama terlebih dahulu dituliskan dalam bentuk naskah sehingga pembicaraan mengenai drama sesungguhnya tidak
1
terlepas dari wilayah sastra (Waluyo, 2001: 2). Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat obyektif menunjukkan makna berdasarkan karya itu sendiri. Ekpresif menunjukkan keberadaan penulis dalam karya sastra. Mimesis menunjukkan hubungan karya sastra dengan kenyataan. Pragmatik menunjukkan pemaknaan sebuah karya sastra oleh pembaca (Teeuw, 1984: 50). Pembaca merupakan faktor yang hakiki dan menentukan dalam sastra. Pembacalah yang menilai, menikmati, menafsirkan, dan memahami karya sastra, serta menentukan nasibnya dan peranannya dari segi sejarah dan estetik. Penilaian terhadap suatu karya sastra dapat berubah berdasarkan faktor ruang dan waktu tertentu. Perubahan tersebut dikarenakan pandangan masyarakat yang berubah dari masa ke masa atau secara ringkas dapat dikatakan bahwa penilaian karya sastra bersifat relatif. Interpretasi tergantung pada kondisi yang mempengaruhi pembaca, seperti budaya (Teeuw, 1984: 193). Naskah kethoprak diperoleh dari koleksi Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta. Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta memperoleh naskah kethoprak koleksinya dari setiap komunitas teater yang memiliki kegiatan di Taman Budaya Yogyakarta. Naskah kethoprak Pedhut Jatisrana, dalam kamus Baoesastro Djawa, pedhut artinya adalah uap seperti mega atau kabut, kelam. Kemudian Jatisrara adalah nama salah satu daerah di Wonogiri. Naskah ini menarik untuk diteliti karena salah satu pementasan dengan naskah ini pernah menjadi Juara pertama Lomba Kethoprak Se Jawa-Bali pada tahun 2006. Diketahui melalui tulisan yang tertera pada sampul naskah.
2
Dasar cerita dari teks drama adalah kegiatan-kegiatan antarmanusia yang digali dari kegiatan pada kehidupan sehari-hari. Penuangan tiruan kehidupan itu diberi warna oleh pengarangnya. Dunia yang digambarkan bukan dunia primer, tetapi dunia sekunder. Aktualisasi terhadap peristiwa imajiner itu adalah hak pengarang. Naskah kethoprak Pedhut Jatisrana membahas tentang kehidupan sehari-hari dengan ciri kedaerahan. Naskah berisi tentang kehidupan sosial, ekonomi, hukum dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Fakta sosial merupakan suatu struktur mengenai fakta-fakta kemanusiaan. Semua unsur yang mendukung aktivitas fakta kemanusiaan mengarah pada tercapainya tujuan. Fakta sosial di dalamnya biasanya meliputi permasalahan sosial, status sosial, hukum dalam masyarakat dan sebagainya. Karya sastra memiliki fungsi sosial atau manfaat yang tidak bersifat pribadi. Karya sastra menyajikan sebuah kehidupan. Kehidupan itu sendiri sebagian besar dari kehidupan nyata atau kenyataan sosial. Dari tanggapan pengarang terhadap dunia sekelilingnya (realitas sosial) yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra, maka kiranya dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan pembayangan atau pencerminan realitas sosial (Sangidu, 2004 : 43). Tokoh-tokoh pada cerita Pedhut Jatisrana merupakan gambaran dari orang-orang desa. Orang-orang desa itu terdiri atas warga, pejabat dan penjahat. Cerita Pedhut Jatisrana mengutamakan tentang persoalan keluarga. Masalahmasalah yang diangkat oleh naskah kethoprak Pedhut Jatisrana dekat dengan kehidupan rakyat, mengangkat masalah secara kompleks. Sebagai karya sastra jawa, naskah kethoprak Pedhut Jatisrana memiliki struktur menarik untuk
3
diungkap melalui analisis struktural. Selain itu, amanat tentang kehidupan seharihari yang ingin disampaikan pengarang juga menarik untuk dibahas, karena secara sadar atau tidak, pengarang menyampaikan amanat dalam karyanya tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Naskah kethoprak Pedhut Jatisrana merupakan karya sastra bersifat realis. Drama realis memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat. Objek penelitian ini menarik untuk dilakukan penelitian karena mengangkat masalah tentang kehidupan keluarga yang menjadi persoalan utama pada cerita. Dari pembacaan naskah ini muncul pertanyaan bagaimana tokoh, penokohan dan alur cerita pada naskah kethoprak Pedhut Jatisrana sehingga mampu menunjukkan amanat dari pengarang? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian analisis struktural pada naskah kethoprak Pedhut Jatisrana bertujuan untuk mengungkap amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya tersebut. Untuk mengetahui amanat, harus ditemukan analisis tokoh, penokohan dan alur. Penelitian bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin tokoh, penokohan, alur, sehingga ditemukannya amanat dari setiap peristiwa pada tahapan alur. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat pada penelitian ini adalah membantu pembaca atau penonton untuk memahami tokoh, karakter para tokoh, dan alur cerita sehingga dapat memahami secara keseluruhan cerita Pedhut Jatisrana. Kemudian pembaca atau penonton mengetahui amanat yang ingin disampaikan pengarang. Sebagai proses
4
metodologi strukturalisme, penelitian ini memperkaya hasil penelitian sastra pada karya sastra jawa dengan objek naskah kethoprak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perkembangan kasustraan Jawa, khususnya kethoprak. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada karya sastra tertulis, pembahasan analisis struktural pada naskah kethoprak Pedhut Jatisrana. Penelitian difokuskan pada analisis tokoh, analisis penokohan atau karakter tokoh, alur cerita dan amanat yang terkandung pada cerita. 1.6 Tinjauan Pustaka Dalam skripsinya Susanto pada tahun 2005, yang berjudul “Analisis Struktural Lѐ vi-Strauss Naskah Drama Rol Karya Bambang Widoyo Sp”. Susanto menemukan akar permasalahan dalam perlindungan kesenian tradisional di Jawa atau mengungkapkan sistem pemberian bantuan kepada kelompokkelompok pekerja seni yang selama ini tidak mampu berjalan dengan baik. Sehingga dapat ditemukan upaya penyelesaian permasalahan tersebut. Susanto menggunakan teori Lѐ vi-Strauss untuk menemukan struktur dalam dan struktur luar cerita pada Naskah Drama Rol. Penelitian berbeda teori dan judul objek dengan penelitian sekarang. Selain itu, analisis struktural Lѐ vi-Strauss juga pernah digunakan oleh Tatang Abdulah pada tesisnya pada tahun 2005 yang berjudul “Analisis Struktural Lѐ vi-Strauss terhadap Tiga Lakon Karya Arthur S Nalan (Kajian Transformasi Tokoh dalam Lakon Rajah Air, Kawin Bedil, dan Sobrat)”. Tesis Tatang Abdulah
5
mengamati terjadinya transformasi tokoh cerita dalam judul naskah lakon yang berbeda. Penelitian berbeda teori dan objek dengan penelitian sekarang. Analisis struktur dan amanat pernah digunakan untuk skripsinya Febriana Wahyuningsih pada tahun 2005. Febriana Wahyuningsih menganalisis cerbung Lѐ bu ing mangsa kѐ tiga. Febriana Wahyuningsih menemukan amanat yang terkandung pada cerbung tersebut. Amanat yang terkandung adalah, pengendalian diri, ikhtiar, bertindak hati-hati, dan tanggung jawab. Penelitian berbeda objek dengan penelitian sekarang. Analisis struktur dan amanat juga pernah digunakan untuk skripsinya Ardi Radiyanto pada tahun 2001. Ardi Radiyanto menganalisis cerbung karya Mg. Widhy Pratiwi yang berjudul Warisan. Penelitian menemukan amanat yang terkandung pada cerbung Warisan. Amanatnya adalah tentang kematian, kasih Tuhan, menghargai waktu, kebebasan hak, persatuan, dan kesatuan. Penelitian yang dilakukan Ardi Radiyanto ini berbeda objek penelitian dengan penelitian yang sekarang. Dalam skripsi Ari Prabowo yang berjudul “Peran dan Fungsi Tokoh Damarwulan
dalam Serat
Damarwulan
dan
Naskah
Lakon
Kethoprak
Damarwulan ngenger” pada tahun 2010, menemukan perbandingan antara serat Damarwulan dan naskah lakon kethoprak Damarwulan. Penelitian ini berbeda teori dan judul objek penelitian. Beberapa tinjauan pustaka di atas menunjukkan keaslian penelitian berjudul “Analisis Struktural Naskah Kethoprak Pedhut Jatisrana Karya Bondan Nusantara” dan penelitian dengan judul tersebut belum pernah dilakukan.
6
1.7 Landasan Teori Setiap penelitian ilmiah memerlukan kerangka teori, meskipun kerangka teori tersebut tidak selalu dieksplisitkan dan diuraikan secara panjang lebar (Teeuw, 1984:7). Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Teori struktural adalah teori yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur. Pengertian struktur itu mengimplisitkan adanya unsur-unsur pembentuk struktur. Unsur-unsur ini saling berkaitan dengan erat. Setiap unsur hanya bermakna dalam kaitannya dengan unsur-unsur lain dan keseluruhan (Pradopo, 1997:208). Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan indah. Di pihak lain, struktur karya sastra juga membahas pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan utuh (Nurgiyantoro, 1995:36). Analisis
struktural
karya
sastra
fiksi,
dapat
dilakukan
dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995:37). Setelah menganalisis tokoh, penokohan dan alur, dilakukan analisis hubungan antara ketiganya, sehingga secara bersama membentuk suatu tujuan dari pengarang.
7
Untuk memahami apa yang ingin disampaikan pengarang, maka struktur drama yang akan dijelaskan di sini. Unsur-unsur seperti, tokoh, penokohan dan alur itu saling menjalin membentuk kesatuan dan saling terikat satu dengan yang lain. Ada yang menyebut alur sebagai unsur utama, tetapi ada juga yang menyebut penokohan sebagai unsur pembangun struktur utama. Memang kedua unsur tersebut
saling membutuhkan.
Kekuatan
alur
terletak
dalam
kekuatan
penggambaran watak, sebaliknya kekuatan watak pelaku hidup dalam alur yang meyakinkan (Waluyo, 2001:8). Tokoh erat hubungannya dengan penokohan. Susunan tokoh adalah tokohtokoh yang berperan dalam drama. Dalam susunan tokoh, pengarang menggambarkan perwatakannya melalui beberapa cara, yaitu: melukiskan bentuk lahir, melukiskan melalui jalan pikiran, reaksi tokoh terhadap kejadian, menganalisis pada dialog langsung, melukiskan melalui keadaan sekitar, dan pandangan tokoh lain (Tarigan, 1984:133). Seperti bentuk karya sastra fiksi lainnya, suatu drama juga bergerak maju dari suatu perkenalan, perkenalan masalah, masalah bermunculan, puncak masalah dan menuju akhir suatu cerita, yaitu resolusi (Tarigan, 1984:75). Konflik atau masalah manusia biasanya terbangun oleh pertentangan antara tokohtokohnya. Dengan pertikaian itu terjadi pergerakan alur. Daya pikat suatu naskah drama ditentukan oleh kuatnya konflik (Waluyo, 2001:7). Bahasa adalah media sastra. Untuk dapat mengerti naskah drama, pembaca harus mempelajari kata-kata yang merupakan pembangun naskah tersebut. Pengarang memulai suatu karangannya dengan sebuah tujuan atau keinginan
8
untuk disampaikan yang akhirnya menjadi dampak untuk pembaca. Setiap karakter pada setiap tokoh tersebut sudah tersusun rapi dalam daftar keinginan yang ingin disampaikan pengarang pada karangannya. Tujuan yang memberi fondasi pada kata-kata adalah sesuatu yang dapat dimengerti jika dianalisis secara struktural. Oleh karena tujuannya, pengarang mempunyai arah untuk memilih mengkombinasikan kata-kata sedemikian rupa, untuk menciptakan karakterkarakter dalam situasi-situasi mereka, dan memberi struktur gaya tertentu (Sitorus, 2003:131). Amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya harus dicari pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama, secara sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Pembaca akan cukup teliti akan dapat menangkap apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Amanat berhubungan dengan makna dari karya sastra. Amanat bersifat kias atau perbandingan, subyektif, dan umum (Waluyo, 2001:28). 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini membahas salah satu naskah kethoprak karya Bondan Nusantara yang berjudul Pedhut Jatisrana. Sumber data utama yang digunakan adalah naskah berbahasa Jawa. Metode yang digunakan adalah metode analisis struktural. Pertama dilakukan pembacaan keseluruhan. Setelah pembacaan keseluruhan akan diperoleh pemahaman cerita pada naskah. Dari pemahaman cerita, diperoleh pengetahuan dan kesan tentang isi cerita. Kedua mengetahui unsur-unsur cerita yang meliputi tokoh-tokoh dalam cerita, mengetahui karakterkarakter tokoh dalam cerita, mengetahui alur cerita. Kemudian setelah itu, peneliti
9
menganalisis hubungan antara tokoh, penokohan dan alur. Setelah ditemukannya hubungan tokoh, penokohan dan alur, kemudian ketiga menguraikan amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui peristiwa-peristiwa pada setiap alur. Pada akhirnya ditemukannya manfaat untuk pembaca dan terakhir peneliti menyusun hasil analisis sebagai sebuah hasil penelitian. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil penelitian disusun dalam lima bab pembahasan. Sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dijelaskan latar belakang yang berisi hal-hal menarik pada objek penelitian. Kemudian ditemukannya rumusan masalah yang berisi masalah pada objek penelitian. Dikarenakan adanya masalah, ditemukan tujuan penelitian berisi jawaban atas pertanyaan dari rumusan masalah. Setelah mendapatkan tujuan dari penelitian, maka penelitian memiliki manfaat yang dapat diperoleh ketika membaca karya ilmiah ini. Penelitian memiliki batasan-batasan penelitian yang akan dibahas pada rumusan masalah. Batasan-batasan ditentukan oleh peneliti. Penelitian menggunakan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan teori atau objek penelitian ini untuk menjadi tinjauan pustaka. Objek penelitian yaitu, naskah drama atau naskah kethoprak dan teori struktural. Tinjauan pustaka menunjukkan keaslian penelitian ini karena belum pernah dilakukan penelitian serupa dengan penelitian ini. Untuk melakukan penelitian, peneliti membutuhkan landasan teori yang berisi teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran, yaitu teori struktural. Kemudian setelah menetapkan teori yang digunakan, metode
10
penelitian berisi tahap-tahap yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Terakhir adalah sistematika penyajian yang berisi urutan penyajian hasil penelitian dari pembahasan bab pertama sampai dengan daftar pustaka. BAB II Rangkuman Cerita Pada bab kedua berisi rangkuman cerita naskah kethoprak Pedhut Jatisrana dalam bahasa Indonesia. BAB III Tokoh, Penokohan dan Alur Pada bab ketiga berisi analisis tokoh, penokohan dan alur. Tokoh dibedakan menjadi tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh serba-bisa, dan tokoh statis. Kemudian setelah menganalisis tokoh-tokoh dan karakter masingmasing tokoh, dapat dipaparkan alur cerita yang berawal dari eksposisi, menuju komplikasi, sampai pada konflik dan akhirnya pada resolusi cerita. Setelah itu, menghubungkan antara tokoh dan karakternya dengan alur cerita. BAB IV Amanat Pada bab keempat berisi tentang amanat yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dianalisis melalui peristiwa-peristiwa pada setiap alur. BAB V Kesimpulan Pada bab kelima berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan menceritakan tentang apa yang telah dianalisis dari naskah kethoprak Pedhut Jatisrana. Kesimpulan berisi hasil dari analisis, yaitu tujuan untuk menemukan amanat yang ingin disampaikan pengarang. Daftar Pustaka Berisi pustaka-pustaka yang digunakan pada penelitian ini.
11