Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Paparan Langsung pada Pekerja Akibat Penggunaan Herbisida di Perkebunan Kelapa Sawit PT. SAL Kabupaten Banyuasin Direct Exposure to Workers Impact of The Use of Herbicide in Palm Oil Plantations SAL Company Banyuasin Maksuk1 2*) 1 Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan Universitas Sriwijaya 2 Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang *) Penulis untuk korespondensi: Tel./Faks. +6281349735614 *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT Herbicide used to kill weeds . The use of herbicide in palm oil plantations help companies to save manpower. The objective of this study is to evaluate of herbicide direct exposure in palm oil plantation workers. Research design is cross sectional, with sample size 60 participants. The results showed that the direct exposure was impact of the herbicide use (such as : glyphosate and paraquat). Dermal exposure during mixing are hands (40%), body exposure during spraying were eyes (26,7%) and hands (31,7%). Respiratory exposure is spraying does not follow the wind direction around 53,3% and gastrointestinal exposure is eating/drinking during spraying around 88,3%, and 86,7% workers used incomplete personal protective equipment. Conclusion of this study showed that direct exposure to herbicide during spraying and mixing are hands and eyes. This case due to the use of personal protective equipment were incomplete and not standard. As a result of direct exposure to herbicides and the use of personal protective equipment did not standard can cause respiratory disorders such as : cough. Key words: Herbicide, Direct exposure, Workers ABSTRAK Herbisida digunakan untuk membunuh gulma atau rumput liar. Penggunaan hebisida di perkebunan kelapa sawit saat ini sangat membantu perusahaan untuk menghemat tenaga kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi paparan herbisida pada pekerja di perkebunan kelapa sawit. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan besar sampel 60 partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perkebunan kelapa sawit PT. SAL sumber paparan langsung bagi pekerja adalah penggunaan herbisida paraquat dan glifosat dengan tujuan untuk membunuh rumput liar. Paparan langsung yang dialami pekerja adalah kontak kulit selama pencampuran yang paling banyak terkena adalah tangan sebanyak 40%, kontak tubuh yang paling sering selama penyemprotan adalah mata (26,7%) dan tangan (31,7%). Paparan pernapasan yaitu penyemprotan tidak mengikuti arah angin sebanyak 53,3% dan paparan gastro intestinal yaitu makan/minum selama penyemprotan sebanyak 88,3%, serta 86,7% pekerja menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap. Kesimpulan data hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan langsung baik saat penyemprotan dan pencampuran adalah tangan dan mata, hal ini disebabkan karena penggunaan alat pelindung diri yang tidak lengkap dan tidak sesuai standar. Akibat dari paparan langsung terhadap herbisida dan penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai standard dapat menimbulkan gangguan pernapasan sepertik batuk. Kata kunci: Herbisida, Paparan langsung, Pekerja
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 PENDAHULUAN Penggunaan hebisida di perkebunan kelapa sawit saat ini sangat membantu perusahaan untuk menghemat tenaga kerja. Herbisida yang digunakan di PT SAL untuk membunuh gulma salah satunya berbahan aktif paraquat. Paraquat diklasifikasikan sebagai hazard dengan kategori II yaitu toksisitas sedang (WHO, 2009). Paparan terhadap herbisida dengan bahan aktif paraquat dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan juga menyebabkan kematian. Lethalitas racun paraquat sangat tinggi dengan angka kematian sekitar 70 – 80% (Banday et al., 2013). Rata – rata kematian akibat keracunan paraquat sekitar 60 – 80 %, dimana mayoritas kasus sedang sampai berat, kematian secara normal akibat hipoksia, secara sekunder berhubungan dengan fibrosis paru (Dinis – Oliviera et al., 2008). Kasus kematian dan toksisitas akibat paraquat sangat tinggi serta penanganan masih kurang efektif (Gawarammana et al., 2010). Herbisida paraquat dapat masuk kedalam tubuh pekerja melalui ingesti/oral, inhalasi dan kulit, dimana target organ utama akibat keracunan paraquat adalah paru – paru, hati, ginjal, otak dan neuron (Cal EPA, 2010). Paparan paraquat secara terus menerus memberikan kontribusi untuk keracunan berat di daerah tangkapan air di Perancis (Kervégant et al., 2013). Selain itu paraquat juga dapat menyebabkan gangguan faal paru sekitar 28% pada pekerja formulasi pestisida (Hartina dan Malaka, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi paparan langsung pada pekerja akibat penggunaan herbisida di perkebunan kelapa sawit PT. SAL Kabupaten Banyuasin. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 responden. Teknik pengambilan sampel secara purposif (purposive random sampling). Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner penelitian. Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. SAL Banyuasin. Teknik analisis data dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi – square. HASIL Hasil penelitian paparan langsung pada pekerja akibat penggunaan herbisida perkebunan kelapa sawit seringkali menimbulkan gangguan kesehatan. itu sendiri maupun masyarakat yang ikut mengkonsumsi hasil pertanian tersebut. Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan bahwa presentase kontak kulit selama pencampuran yang paling banyak adalah area tangan, sedangkan kontak tubuh selama penyemprotan yang paling banyak juga pada area tangan. Paparan pernapasan yang paling banyak adalah menyemprot tidak mengikuti arah angin dan paparan gastro intestinal yang paling banyak adalah makan/minum saat penyemprotan.Aktivitas pekerjaan yang paling banyak adalah pekerja penyemprot, sedangkan penggunaan alat pelindung diri lebih banyak yang tidak lengkap. Pekerja yang mengalami gangguan pernapasan seperti batuk sebanyak 36,7%.
Tabel 1 Distribusi responden menurut Variabel Independen (n = 60)
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Variabel Kontak kulit selama pencampuran - Kaki - Tangan - Mata - Tidak ada
Frekuensi
Persentase
2 24 1 33
3,3 40 1,7 55
20 6 16 13 5
33 10 26,7 21,7 8,3
32
53,3
28
46,7
7
11,7
53
88,3
Aktivitas Pekerjaan - Mencampur - Mengaduk - Menyemprot - Pengawas lapangan
2 2 36 20
3,3 3,3 60 33,3
Kelengkapan APD - Tidak lengkap - Lengkap
51 9
85 15
Kontak tubuh selama penyemprotan - Tangan - Punggung - Mata - Tangan, Punggung, Mata - Tidak ada Paparan Pernapasan - Menyemprot tidak mengikuti arah angin - Menyemprot mengikuti arah angin Paparan Gastro Intestinal - Menyentuh mulut saat menyemprot - Makan/minum saat menyemprot
Tabel 2 Distribusi responden menurut variabel dependen Gangguan Pernapasan (n = 60) Variabel Gangguan Pernapasan (Batuk) - Ya - Tidak
Frekuensi
Persentase
22 38
36,7 63,3
Hasil analisis bivariat (tabel 3) menunjukkan antara kontak kulit selama pencampuran, kontak tubuh selama penyemprotan, paparan pernapasan, paparan gastro intestinal, aktivitas pekerjaan, kelengkapan alat pelindung diri dengan gangguan pernapasan (batuk) didapatkan hasil p value > 0,05. Secara statistik dari keenam variabel independen tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan gangguan pernapasan (batuk).
Tabel 3 Hubungan antara variabel independen dan dependen (n = 60)
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Batuk Ya
Tidak n %
p value
OR (95% CI)
Variabel Kontak Kulit Selama Pencampuran 1. Tangan, Kaki, Mata 2. Tidak ada
n
%
11 11
40,7 33,3
16 22
59,3 66,7
0,541
1,375 (0,479 3.949)
Kontak tubuh selama penyemprotan 1. Kontak 2. Tidak kontak
19 3
33,9 75
37 1
66,1 25
0,135
0,171 (0,017 – 1,759)
11
39,3
17
60,7
0,694
11
34,4
21
65,6
1,235 (0,431 – 3,358)
3
42,9
4
57,1
0,7
19
35,8
34
64,2
1,342 (0,271 – 6,639)
17
42,5
23
57,5
0,185
5
25
15
75
2,217 (0,674 – 7,293)
20 2
39,2 22,2
31 7
60,8 77,8
0,464
2,258 (0,426 – 11,983)
Paparan Pernapasan 1. Menyemprot tidak mengikuti arah angin 2. Menyemprot mengikuti arah angin
Paparan Gastro Intestinal 1. Menyentuh mulut saat menyemprot 2. Makan/minum saat menyemprot Aktivitas Pekerjaan 1. Mengaduk, mencampur, menyemprot 2. Pengawas Kelengkapan APD 1. Tidak lengkap 2. Lengkap
PEMBAHASAN Area yang sering kontak selama selama pencampuran herbisida adalah kaki sebesar 3,3%, tangan 40%, mata 1,7% . Pekerja yang mengalami batuk akibat kontak pencampuran sebesar 22 responden (40,7%). Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara kontak kulit selama pencampuran herbisida dengan gangguan pernapasan. Penelitian di California dari 231 partisipan yang mencampur herbisida yang mengalami paparan kulit (26%), mata (32%) (Weinbauw et al., 1995). Petani yang menyemprot dengan banyak pestisida mengalami masalah kulit (Qiao, 2012). Kontak tubuh selama penyemprotan ditemukan bahwa paparan herbisida yang mengenai area tangan (33%), punggung (10%), mata (26,7%) dan yang sekaligus mengenai tangan, mata, dan punggung (21,7%). Namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kontak tubuh selama penyemprotan dengan gangguan pernapasan (batuk). Paparan paraquat pada penyemprot yang menggunakan tangki (knapsack spraying) di perkebunan pisang Costa Rica menemukan paparan kulit (jumlah area tubuh tertentu) adalah 0,2–5,7 mg paraquat per jam (sama dengan dosis 3,5 – 113 mg/kg) (De Joode et al., 1996). Sedangkan paparan pestisida pada penyemprot di kebun kapas Mesir menunjukkan bahwa paparan di area kepala (3,6%), tubuh (23,7%) , dan kaki (29,1%) (Elhalwagy et al., 2010). Paparan pernapasan berdasarkan penyemprotan yang tidak memperhatikan arah angin sebesar 39,3%. Meskipun secara statistik tidak bermakna antara paparan pernapasan dengan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 gangguan pernapasan (batuk). Paparan pernapasan lokal (3,5%), dan sistemik (38,5%) (Weinbauw et al., 1995). Penyemprotan tidak memperhatikan arah angin dapat menyebabkan masuknya herbisida kedalam tubuh melalui proses inhalasi, sehingga dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan seperti : batuk bagi pekerja. Paparan gastro intestinal terhadap penggunaan herbisida dilihat dari kategori makan/minum selama penyemprotan sebanyak 35,8% yang mengalami gangguan pernapasan (batuk), namun secara statistik tidak terdapat hubungan antara paparan gastro intestinal dengan gangguan pernapasan (batuk). Makan/minum selama penyemprotan menyebabkan masuknya bahan aktif herbisida kedalam tubuh melalui proses ingesti sehingga dapat terakumulasi dalam tubuh yang akhirnya dapat menimbulkan efek akut seperti mual, muntah, pusing dan lain lain. Aktivitas pekerjaan pekerjaan yang terpapar langsung dengan herbisida seperti mencampur, mengaduk dan menyemprot mengalami gangguan pernapasan seperti batuk sebanyak 42,5%, meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan antara aktiitas pekerjaan dan gangguan pernapasan. Marinajati (2012) melaporkan bahwa aktivitas pekerjaan petani cabe dan bawang merah yang terpapar pestisida yaitu menyiapkan (3,3%), menyemprot (3,3%) dan mencampur (5%), aktivitas pekerjaan dihubungkan dengan profil darah pada wanita usia subur. Penggunaan alat pelindung diri pekerja di perkebunan kelapa sawit yang tidak lengkap sebanyak 85%. Meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan antara kelengkapan alat pelindung diri dengan gangguan pernapasan (batuk). Penggunaan alat pelindung diri ini juga tergantung dengan pengetahuan dan sikap pestisida semprot pada petani di Desa Angkatan Kidul Pati (Khamdani, 2009). Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja penyemprot gulma di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Banyuasin menunjukkan hubungan yang bermakna antara kadar Cholinesterase dengan penggunaan alat pelindung diri (Sastri, 2013). Akibat penggunaan herbisida dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan seperti : batuk. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 36,7% pekerja yang mengalami batuk, hal ini disebabkan karena penggunaan alat pelindung diri yang tidak lengkap dan tidak standard. Saat melakukan aktivitas pekerjaan mereka mengatakan jarang menggunakan masker/pelindung muka. Selain itu Ames et al., 1993 melaporkan paparan paraquat dapat menimbulkan efek kesehatan seperti batuk, gangguan mata, diare, iritasi, sakit kepala, mual, rinitis, infeksi tenggorokan, gangguan pernapasan, wheezing, dan kelelahan.Pekerja yang mengalami batuk ≤ 8,5% akibat penggunaan paraquat (Weinbauw et al., 1995). Paraquat juga dapat menyebabkan gangguan faal paru sekitar 28% pada pekerja formulasi pestisida (Hartina dan Malaka, 2009). KESIMPULAN Paparan langsung akibat penggunaan herbisida di perkebunan kelapa sawit adalah paparan kontak kulit selama pencampuran, kontak tubuh selama penyemprotan, paparan pernapasan, paparan gastro intestinal, aktivitas pekerjaan. Efek kesehatan yang timbul akibat paparan langsung adalah gangguan pernapasan (batuk), gejala batuk disebabkan masuknya bahan aktif herbisida kedalam tubuh pekerja akibat paparan langsung dan penggunaan alat pelindung diri yang tidak standar dan tidak lengkap. Pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap ini disebabkan oleh pekerja malas untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut dengan alas an panas dan tidak nyaman. UCAPAN TERIMA KASIH
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Ucapan terima kasih disampaikan pada pihak yang memberikan dukungan dalam penelitian ini yaitu manajer perusahaan PT. SAL, semua pekerja yang terlibat dalam penelitian ini, serta mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Palembang yang telah membantu proses pengumpulan data penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ames, RG, Howd, RA, Doherty, L. 1993. Community exposure to a paraquat drift. Arch Environ Contam, 48(1):47-52. Banday, T.H., Bashir Sadaf, Bhat Shasikant, K.Ashwin, Praveen, SG. Jagadees. 2013. Manifestation and management of paraquat intoxiction. A deadly poison. IOSDR Journal of Dental and Medical Sciences, 12(6) : 74 – 76. Cal EPA. 2010. Development of health criteria for school site risk assessment pursuant to health and safety code section 901(g): Child- Specific Reference Dose (chRD) for Paraquat. Risk Assessment Branch, Office of Environmental Health Hazard Assessment, California Environmental Protection Agency. De JoodeVan Wendel, De Graaf AM, Wesseling,C, Kromhout, H. 1996. Paraquat Exposure of Knapsack Spray Operators on Banana Plantations in Costa Rica. Int J Occup Environ Health, 2 : 294 – 304. Dinis-Oliveira RJ, Duarte J.A. 2008. Paraquat poisonings: Mechanisms of lung toxicity, clinical features, and treatment, Critical Review Toxicology, 38:13–71. Elhalwagya Manal E.A., Faridb Hoda E.A., A.A Farag. Ghc, Ammard Abd Elmegeed, Kotba Gamila A.M. 2010. Risk assessment induced by knapsack or conventional motor sprayer on pesticides applicators and farm workers in cotton season, Environmental Toxicology and Pharmacology, 30(2):110-115. Gawarammana, B.I., and Buckley, A.N., 2010. Medical management of paraquat ingestion. British Journal of Pharmacology, 72(5) :745 - 757. Hartina, R dan Malaka, T, 2009. Analisis faal paru pada pekerja formulasi pestisida di daerah Cibinong Bogor. Tesis Pascasarjana STIK Bina Husada. Kervegant , M., Merigot, L., Glaizal , M., Schmitt , C., Tichadou, L., Haro, L., 2013. Paraquat Poisonings in France during the European Ban: Experience of the Poison Control Center in Marseille, J. Med. Toxicol ( 9) :144–147. Khamdani, F, 2009. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri Pestisida Semprot pada Petani di Desa Angkatan Kidul Pati Tahun 2009. Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Marinajati,D, W. Nurendah, Suhartono. 2012. Hubungan Riwayat Paparan Pestisida dengan Profil Darah pada Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian Cabai dan Bawang Merah, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(1) : 61 – 67. Qiao Fangbin, 2012. Pesticide use and farmers’ health in China’s rice production, China Agricultural Economic Review, 4(4) :468-484. Sasri, N. 2013. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kadar cholinesterase di Perkebunan Kelapa Sawit PT I M Kabupaten Musi Banyuasin. Tesis Program Pascasarjana Biomedik FK Unsri. Weinbaum, Z, Samuels, SJ, Schenker, MB. 1995. Risk Factors for Occupational Illnesses Associated with the Use of Paraquat (1,V-Dimethyl-4,4'-Bipyridylium Dichloride) in California, Archives of Environmental Health, 50 (5):341-348. WHO, 2009. The WHO Recommended Classification of Pesticides by Hazard and Guidelines to Classification. World Health Organisation, Geneva.