TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada Februari - Mei 2010 bertempat di perkebunan kelapa sawit PT. Tintin Boyok Sawit Makmur di desa Tingting Boyok, kecamatan Sekadau Hulu, kabupaten Sekadau, propinsi Kalimantan Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah : Menentukan besarnya losses brondolan kelapa sawit di areal datar dan berbukit, Mengidentifikasi faktor penyebab losses brondolan kelapa sawit, dan Membuat strategi penanganan losses brondolan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode stratified sampling untuk menentukan lokasi sampel. Sedangkan pengambilan data menggunakan metode SKBS atau Sensus Kerapatan Buah Semester langsung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa Losses brondolan terbanyak terjadi pada daerah piringan kelapa sawit, terutama pada areal yang berbukit yaitu sebesar 6.652 buah (brondolan) dari total losses brondolan sebesar 9.997 pada 99 pokok kelapa sawit yang dipanen pada 239 sampel pokok. Untuk areal datar losses yang terjadi di piringan sebesar 3.568 buah (brondolan) dari total losses brondolan sebesar 5.295 buah (brondolan) pada 91 pokok kelapa sawit yang dipanen pada 234 sampel pokok. Kata kunci : Losses Kelapa Sawit, Brondolan, Pemanenan stabilisasi
PENDAHULUAN
sosial
ekonomi
dan
keamanan
perkebunan. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Salah satu perusahaan swasta yang
merupakan tanaman komoditas perkebunan yang
melakukan berbagai upaya perbaikan tersebut
cukup penting di Indonesia dan memiliki prospek
adalah PT. Tintin Boyok Sawit Makmur. PT.
pengembangan yang semakin meningkat baik
Tintin Boyok Sawit Makmur merupakan salah
dari hulu maupun hilir. Hal ini didukung oleh
satu perusahaan kelapa sawit di kabupaten
masih
melakukan
Sekadau, Kalimanatan Barat. Saat ini, memiliki
investasi di bidang perkebunan kelapa sawit dan
luas areal yang sudah menghasilkan adalah
semakin
dunia
311,31 ha, tanaman belum menghasilkan seluas
terhadap produk hasil budidaya kelapa sawit baik
2.418,54 dan land clearing seluas 351,67 ha. Saat
dalam bentuk bahan mentah (CPO dan PKO),
ini,
maupun produk turunan (margarin, mentega,
menghasilkan
sabun, gliserol dan lain-lain). Permintaan yang
menghasilkan membutuhkan perbaikan pada
besar terhadap kebutuhan tersebut membuat
berbagai aspek. Diantaranya perbaikan sistem
banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta
pemanenan pada tanaman menghasilkan.
luasnya
potensi
meningkatnya
daerah
permintaan
kondisi
areal
kelapa
maupun
sawit
tanaman
tanaman
belum
berupaya untuk meningkatkan kualitas dan
Permasalahan yang dijumpai saat ini
kuantitas produksi kelapa sawit di berbagai
adalah terjadinya losses brondolan kelapa sawit
aspek, misalnya dengan cara penggunaan bibit
di
unggul,
daya
hilangnya produksi akibat tidak dikutipnya
memperbaiki
brondolan kelapa sawit pada saat kegiatan
manusia,
meningkatkan teknis
skill
budidaya,
sumber
1
areal
panen.
Losses
brondolan
adalah
pemanenan. Umumnya, losses brondolan lebih
membagikan wilayah dalam beberapa klasifikasi,
banyak ditemukan pada tempat tertentu di
yaitu membagi wilayah menjadi areal datar dan
perkebunan kelapa sawit seperti di ketiak
areal berbukit (miring). Setelah menentukan
pelepah, piringan, gawangan, bak truk, pinggir
klasifikasi wilayah, selanjutnya menentukan blok
jalan dan tempat penimbangan hasil.
yang dijadikan sampel. Metode sampling yang
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
digunakan adalah metode purposive sampling
penelitian untuk menangani permasalahan diatas,
yaitu pengambilan sampel dengan kesengajaan
sehingga dampak negatif dari masalah tersebut
karena wilayah blok pada saat itu dilakukan
tidak berkepanjangan dan akhirnya menimbulkan
pemanenan kelapa sawit. Blok yang dijadikan
kerugian bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian
sampel adalah blok A3 untuk areal berbukit
ini adalah :
(miring) dan blok A4 untuk areal datar.
1. Menentukan besarnya losses brondolan kelapa
Selanjutnya
sawit di areal datar dan berbukit. 2. Mengidentifikasi
faktor
penyebab
persentase
sampel yang digunakan. Persentase sampel pada losses
kajian ini sebesar 10 % dari populasi tanaman
brondolan kelapa sawit 3. Membuat
menentukan
pada blok yang dijadikan sampel. Selanjutnya
strategi
penanganan
losses
melakukan kegiatan pengambilan pokok sampel.
brondolan kelapa sawit.
Dalam penentuan pokok sampel pada kajian ini menggunakan
METODE PENELITIAN
metode
SKBS
atau
Sensus
Kerapatan Buah Semester yang dilaksanakan di PT. Tintin Boyok Sawit Makmur. Sensus ini
Waktu dan Tempat
dilakukan di setiap 10 gawangan tanaman kelapa
Penelitian ini dilaksanakan pada Februari
sawit,
- Mei 2010 bertempat di perkebunan kelapa sawit
selanjutnya
semua
tanaman
pada
gawangan itu dijadikan sampel. Pengambilan
PT. Tintin Boyok Sawit Makmur di desa
sampel losses brondolan dengan mengikuti
Tingting Boyok, kecamatan Sekadau Hulu,
sistem SKBS adalah tidak diketahuinya pokok
kabupaten Sekadau, propinsi Kalimantan Barat.
kelapa sawit yang dilakukan pemanenan kelapa Alat dan Data Pendukung Peralatan
yang
sawit pada saat itu. Ini diakibatkan karena digunakan
dalam
kegiatan
penelitian ini meliputi : Gancu, cangkul, karung,
pemanenan
tidak
terlebih
dahulu
dilakukan sensus AKP (angka kerapatan panen).
kamera dan alat tulis menulis. Sedangkan data Tahap 2 : Pengambilan Data
pendukung yang digunakan terdiri dari laporan
Teknik
produksi buah kelapa sawit.
pengambilan
data
penelitian
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Metode Penelitian Penelitian
a. Masuk ke gawangan pada setiap sepuluh ini
dilaksanakan
dengan
gawangan (10, 20, 30,..dst).
beberapa tahapan, yaitu :
b. Seluruh tanaman kelapa sawit pada setiap
Tahap 1 : Penentuan Lokasi Sampel
gawangan tersebut dijadikan sampel.
Penentuan wilayah pengambilan sampel
c. Dalam perhitungan jumlah brondolan kelapa
menggunakan metode stratified sampling atau
sawit pada titik sebaran dibuat pada blanko 2
kertas yang berdasarkan titik sebarannya
sawit di lapangan kemudian menentukan strategi
(piringan, pasar pikul dan ketiak pelepah).
untuk menangani permasalahan losses brondolan
d. Setelah mengambil data pada seluruh sampel,
di lapangan dengan mempertimbangkan segala
maka
selanjutnya
mengambil
sampel
aspek baik dari segi biaya dan operasional.
brondolan untuk ditimbang rata-rata per tiap brondolan kelapa sawit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
e. Dalam pengecekan losses brondolan pada setiap
penelitian
ini
juga
Setiap
dilakukan
kegiatan
pemanenan
bisa
dipastikan terjadi losses di dalamnya. Hal ini
pemotretan kondisi hasil pemanenan kelapa
menyebabkan penurunan hasil produksi yang
sawit hasil kegiatan pemanenan kelapa sawit.
berujung pada dampak yang tidak baik bagi perusahaan
perkebunan
kelapa
sawit.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Blok A3 dan Blok A4 divisi 1 PT. Tintin Boyok Sawit Makmur
Sekadau,
terlihat
adanya
losses
brondolan kelapa sawit yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1,2 dan 3.
Tabel 1. Losses brondolan kelapa sawit berdasarkan titik sebaran Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel
Tahap 3 : Analisis Data Data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan kemudian
dan
data
diolah
pendukung
dengan
lainnya
menggunakan
perhitungan matematik sederhana dan dianalisis secara
deskriptif.
brondolan
Setelah
berdasarkan
diketahui
losses
perhitungan
losses
brondolan kelapa sawit di berbagai titik sebaran klasifikasi wilayah di PT. Tintin Boyok Sawit Makmur, selanjutnya mengidentifikasi faktorGambar 2. Sebaran Terjadinya Losses
faktor yang menyebabkan terjadinya losses brondolan
di
lapangan
dengan
metode
wawancara, apakah losses brondolan dipengaruhi
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2
oleh kondisi lahan, alat, sumber daya manusia
diatas, terlihat bahwa losses terbesar terjadi pada
dan manusai. Dari hasil pengidentifikasian
titik sebar di piringan kelapa sawit. Perhitungan
faktor-faktor terjadinya losses brondolan kelapa
ini didapat dari perhitungan keseluruhan dari
3
losses brondolan kelapa sawit pada titik sebaran tersebut.
Kondisi
ini
menunjukkan
i) Total berat losses brondolan per ha = 28,96
bahwa
kg/ha.
kegiatan pemanenan buah TBS tidak diiringi
j) Blok yang datar = 2 blok.
dengan kegiatan pengutipan brondolan kelapa
k) Total =105,9 kg.
sawit atau pengutipan yang tidak maksimal
b. Areal miring (berbukit)
dilakukan oleh pemanen. Untuk lebih jelasnya
Berdasarkan hasil pengamatan untuk
mengenai losses brondolan pada masing-masing
wilayah miring (berbukit) di blok A3 divisi 1
areal datar dan miring dapat dilihat pada hasil
Sekadau sebesar 10 % dari total populasi
pengamatan berikut :
tanaman dalam blok adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Losses pada Areal Datar
x = tidak ada pohon kelapa sawit - = pohon sampel tidak ada panen
a. Areal datar
a) Populasi tanaman dalam Blok A3 = 2.393
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai
pokok.
losses brondolan yang ditimbulkan dari kegiatan
b) Persentase sampel = 10 %.
pemanenan kelapa sawit untuk wilayah datar di
c) Total sampel = 239 pokok sampel.
blok A4 divisi 1 Sekadau sebesar 10 % dari total
d) Total pokok yang dipanen pada sampel = 99
populasi tanaman dalam blok adalah sebagai
pokok.
berikut:
e) Total brondolan = 9.997 brondolan.
a) Populasi tanaman dalam Blok A4 = 2.341
f) Rata-rata brondolan pada satu pokok = 100,9
pokok.
brondolan per pokok.
b) Persentase sampel = 10 %.
g) Berat butir brondolan = 10 gram.
c) Total sampel = 234 pokok sampel.
h) Total berat losses brondolan = 99.970 gram
d) Total pokok yang dipanen dalam sampel = 91
atau 99,97 kg.
pokok.
i) Total berat losses brondolan per ha = 54,38
e) Total brondolan = 5.295 brondolan.
kg.
f) Rata-rata brondolan pada satu pokok = 58
j) Blok yang berbukit = 4 blok.
brondolan per pokok.
k) Total = 399,88 kg.
g) Berat butir brondolan = 10 gram. h) Total berat = 52.950 gram atau 52,95 kg. 4
Tabel 3. Hasil Pengamatan Losses pada Areal Miring
x = tidak ada pohon kelapa sawit - = pohon sampel tidak ada panen
Sedangkan menurut Mangoensoekarjo
Losses dalam pemanenan kelapa sawit Losses merupakan kehilangan produksi
dan Semangun (2000), kehilangan buah matang
yang terjadi di lapangan. Produksi yang optimal
(TBS) sering terjadi pada pasar pikul dan
dapat
produksi
piringan pokok kelapa sawit yang tidak diangkut
minimal. Dengan demikian, arti produksi yang
oleh pemanen ke tempat pengumpul hasil, buah
optimal adalah memperkecil kehilangan : (a)
matang yang tidak dipanen maupun kecurangan
buah masak tidak panen (buah tinggal), (b) buah
yang dilakukan oleh pemanen dengan membuang
mentah terpanen, (c) buah restan, dan (d)
ke gawangan mati atau disembunyikan ke semak
brondolan tidak dikutip (piringan, ketiak pelepah
belukar.
dan pasar pikul dan TPH).
b. Losses brondolan
dicapai
apabila
kehilangan
Selain losses tandan buah segar kelapa
a. Losses buah matang sawit,
Kehilangan buah atau tandan buah segar
resiko
panen
juga
mengakibatkan
(TBS) disebabkan dari resiko panen pada
terjadinya losses brondolan kelapa sawit. Hal ini,
kegiatan pemanenan kelapa sawit. Kualitas
brondolan hasil pemanenan kelapa sawit tidak
pekerjaan potong buah sangat erat kaitannya
dilakukan
dengan tugas pekerja potong buah. Losses buah
brondolan sering terjadi pada piringan, pasar
akan mempengaruhi terhadap produksi hasil
pikul, ketiak pelepah, TPH (tempat pengumpul
panen. Berdasarkan pengamatan Marwas (2010),
hasil), rumpukan dan bak truck (Fauzi dkk,
kehilangan buah atau tandan buah segar sering
2002).
terjadi pada pokok yang berada di pinggir parit,
kehilangan brondolan sering terjadi pada ketiak
pokok yang ada pada areal jurangan serta pokok
pelepah, pasar pikul, jalan, parit, bak truck,
yang
Sehingga
tempat pengumpul hasil dan rumpukan. Ini pun
brondolan yang lepas dari tandan tidak terlihat
dipertegas berdasarkan pengamatan Anas (2009),
akibat tersangkut pada pelepah.
losses brondolan sering terjadi pada pasar pikul,
disonggo
banyak
pelepah.
5
pengutipan
Sedangkan
brondolan.
menurut
Lubis
Losses
(1992),
piringan dan ketiak pelepah yang mengakibatkan
Faktor-faktor
penyebab
terjadinya
losses
losses brondolan sebesar 10 brondolan per pokok
brondolan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
kelapa sawit.
1. Faktor kondisi lahan Kondisi topografi dapat mempengaruhi
Faktor-Faktor
yang
kegiatan pemanenan kelapa sawit. Areal yang
Mempengaruhi
terjal atau berbukit akan mempersulit dalam
Terjadinya Losses Brondolan Panen merupakan salah satu kegiatan
pengangkutan buah kelapa sawit. Sehingga
yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa
dengan keadaan ini, pemanen mengambil buah
sawit menghasilkan. Sebaliknya kegagalan panen
kelapa sawit hanya pada tempat-tempat yang
akan
mudah dipanen serta tidak memanen kelapa sawit
menghambat
pencapaian
produktivitas
tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang
di areal yang sulit dilalui.
baik dan potensi produksi di pohon tinggi, tidak
Faktor lain dari kondisi lahan adalah
ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara
kondisi piringan, pasar pikul, dan ketiak pelepah
optimal.
harus
yang kotor dengan ditumbuhi gulma efifit.
memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Sebab
Sehingga membuat kesulitan pekerja dalam
tujuan
untuk
pengutipan brondolan hasil pemanenan kelapa
mendapatkan rendemen minyak yang tinggi
sawit. Terutama di daerah piringan seperti yang
dengan kualitas minyak yang baik. Keberhasilan
terlihat pada Tabel 1 serta diagram losses
panen didukung oleh pengetahuan pemanen
brondolan pada Gambar 2. Losses brondolan
tentang persiapan panen, kriteria matang panen,
yang terjadi di daerah piringan lebih besar dari
rotasi panen, sistem panen, sarana panen.
pada daerah lain, yaitu sebesar 6.652 butir
Keseleruhan faktor ini merupakan kombinasi
brondolan di areal bukit dan 3.568 butir
yang tidak terpisahkan.
brondolan di datar dari sampel yang diambil
Pelaksanaan
panen
kelapa
Menurut
pemanenan
sawit
Sukamto
adalah
(2008),
waktu
(datar adalah 91 pokok yang dipanen, sedangkan
kegiatan panen yang menjadi perhatian dalam
bukit sebanyak 99 pokok). Selain dari pemanenan
melihat kandungan minyak kelapa sawit yaitu
buah yang mentah juga meninggalkan buah
pada saat tiba waktu pemanenan, karena pada
matang. Baik di pokok kelapa sawit maupun
saat inilah rendemen minyak telah cukup tinggi
yang sudah dipanen serta brondolan kelapa sawit
atau mempunyai kandungan minyak optimal,
yang tidak dikutip seperti yang terlihat pada
sekitar 21-22%. Bila pemanenan dilaksanakan
Gambar 3.
terlalu dini, jumlah minyak yang terkandung dalam kelapa sawit masih sedikit. Tetapi, pemanenan kelapa sawit yang dilakukan melebihi waktu pemanenan akan menimbulkan terjadinya losses
brondolan
kelapa
sawit.
Tetapi,
kadangkala masih banyak faktor-faktor yang menyebabkan
resiko
panen.
Gambar 3. Brondolan yang tidak dikutip pada pokok kelapa sawit
Sehingga
menimbulkan losses, terutama losses brondolan.
6
Menurut Marwas (2010), faktor kondisi
Ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 bahwa akibat
lahan yang menyebabkan terjadinya losses
tanaman yang under pruning losses brondolan
brondolan adalah kebersihan piringan dan jalur
kelapa sawit mencapai 1.032 buah untuk wilayah
pikul. Piringan yang banyak ditumbuhi gulma
datar, padahal jumlah pokok kelapa sawit yang
dan anak sawit menyulitkan pemanen untuk
dipanen hanya 10 pokok kelapa sawit. Sedangkan
memungut brondolan. Jalur pikul yang tidak
untuk wilayah miring losses brondolan kelapa
bersih
sulit
sawit yang ditimbulkan mencapai 1.089 buah dari
tidak
9 pokok kelapa sawit.
menyebabkan
mengeluarkan
hasil
pemanen
panen.
Semakin
terawatnya piringan, semakin banyak brondolan yang tertinggal.
3. Alat pemanenan kelapa sawit
Sedangkan lahan rendahan yang menjadi
Alat adalah faktor penunjang dalam
sumber kehilangan hasil adalah disaat musim
semua kegiatan, baik dari pertanian, industri
penghujan, karena lahan akan tergenang akibat
ataupun perkantoran. Alat yang digunakan dalam
derasnya hujan. Sehingga air dari air sungai yang
pemanenan adalah dodos, gancu, egrek, angkong
meluap dan menyulitkan dalam pemanenan.
atau gerobak, keranjang, kampak dan lain-
Begitu juga lahan yang miring, membuat
lainnya. Alat ini pun harus disesuaikan dengan
kesulitan pemanen dalam pengangkutan hasil dari
keadaan tanaman kelapa sawit tersebut. Dodos
dalam blok ke TPH. Jika jalan pikul terjal,
digunakan untuk tanaman kelapa sawit berumur
sehingga
mengambil
dibawah 8 tahun, sedangkan egrek untuk 8 tahun
brondolan dalam piringan dan membiarkan
keatas. Ukuran dodos pun harus disesuaikan
brondolan di piringan.
dengan kondisi tanaman kelapa sawit.
kesulitan
pemanen
Alat-alat ini harus sudah dipersiapkan
2. Kondisi Tanaman Selain kondisi lahan, kondisi tanaman
sebelum melakukan pemanenan atau sore harinya
juga menjadi faktor penyebab terjadinya losses
sebelum panen. Alat yang tidak lengkap pun
brondolan kelapa sawit. Faktor kondisi tanaman
menjadi masalah dalam kegiatan pemanenan,
yang menyebabkan losses brondolan adalah
misalnya saja tidak ada dodos dalam memanen
tanaman
tersebut. Maka, tidak dapat memanen kelapa
under
pruning,
sehingga
jumlah
pelepahnya berlebih. Tanaman under pruning
sawit.
menyebabkan pemanen mengalami kesulitan
pengangkutan buah, bisa menyebabkan kesulitan
untuk memanen buah matang.
dalam pengangkutan. Waktu yang telambat akan
Pemanen terkadang tidak memanen buah matang
pada
pokok
jika
tidak
ada
alat
mempengaruhi kualitas tandan buah segar, dengan menurunnya kualitas tandan buah akan
membutuhkan waktu dan energi lebih untuk
menyebabkan losses produksi. Inilah yang jadi
menurunkan pelepah yang ada. Selain itu,
permasalahan
tanaman under pruning juga menyebabkan
kegiatan panen. Hal-hal tersebut menimbulkan
brondolan
losses produksi, khususnya losses brondolan
di
ini,
juga
karena
tersangkut
seperti
Begitu
pelepah,
sehingga
pemanen tidak mengetahui adanya buah siap
pemanen
dalam
yang menjadi topik permasalahan ini.
panen karena tidak adanya brondolan di piringan.
7
melakukan
Sehingga pengawasan panen yang dilakukan di
4. Sumber Daya Manusia Baik
pekerja
maupun
pengawas
divisi 1 Sekadau PT. Tintin Boyok Sawit
merupakan faktor penting terjadinya losses
Makmur
brondolan kelapa sawit. Jika pangawasan yang
pemanenan.
tidak tepat dan tidak tegas dapat mengakibatkan pekerja
melakukan
Hal
Kemampuan
mewakili
mandor
pada
kegiatan
yang
terbatas
ini
menyulitkan mandor untuk mengawasi seluruh
berhubungan dengan aspek kedisiplinan dan
kegiatan pemanenan. Sehingga inspeksi mandor
kelalaian tenaga panen. Sering ditemukan adanya
hanya
pemanen yang tidak disiplin dengan memanen
pemanenan kelapa sawit. Selain itu, luas areal
buah mentah, tidak mengutip bersih brondolan di
panen yang sempit akan lebih meningkatkan
piringan, dan tidak memanen buah matang.
keakuratan pengawasan karena dengan begitu
Menurut
kelalaian.
kurang
pada
beberapa
tempat
dan
kapasitas pengawasan mandor per orang akan
Semangun (2000), akibat cara pemanenan yang
lebih besar. Pengawasan ini harus dilakukan
salah dilakukan pemanen berpengaruh terhadap
seorang pengawas di perkebunan kelapa sawit.
penurunan produksi hingga mencapai 15 %.
Jika dalam pengawasan tidak optimal, akan
Tenaga kerja pemanen yang tidak mempunyai
membuat pekerja tidak melakukan pekerjaan
keterampilan dan pengetahuan tentang kegiatan
sesuai standar kebun yang telah ditetapkan.
pemanen akan mempengaruhi terjadinya losses
Permasalahan dari pekerja adalah melakukan
brondolan
pekerja
kegiatan pekerjaan yang mementingkan kuantitas
pemanen harus mengetahui tentang kriteria
daripada kualitas, sehingga dalam kegiatan itu
kematangan buah dan pusingan panen. Jika
harus dilakukan pengawasan yang optimal.
kelapa
Mangoensoekarjo
dilakukan
sawit.
Seorang
dalam pemanen kelapa sawit tidak tepat dalam kriteria
kematangan
buah
serta
pusingan
Dampak Negatif Losses Panen
pemanenan akan menyebabkan memanen kelapa
Dampak negatif losses dari kegiatan
sawit yang mentah atau juga terlalu matang,
panen kelapa sawit mengakibatkan kurang baik
sehingga menyebabkan hasil kualitas panen yang
bagi perkebunan kelapa sawit. Losses yang
tidak baik. Baik itu hasil pemanen buah yang
ditimbulkan mengakibatkan hasil produksi yang
mentah tinggi dan juga brondol yang hilang
tidak optimal serta menambah biaya untuk
akibat memanen buah yang terlalu matang dan
perawatan dalam pengendalian gulma anak sawit.
tidak dikutip oleh pemanen.
Selain itu, buah yang matang tidak dipanen atau
Sedangkan bagian pengawasan kegiatan
tandan buah segar kelapa sawit yang dipanen tapi
pemanenan perlu ditekankan karena merupakan
tidak diangkut ke tempat pengumpul hasil.
salah satu faktor yang paling utama. Pengawasan
Sehingga mengakibatkan tempat sarang hama
panen dilakukan oleh mandor panen setiap hari.
dan
Mandor panen yang terdapat di divisi 1 Sekadau
diungkapkan oleh Pahan (2006) bahwa dengan
berjumlah 1 orang untuk mengawasi 6 pemanen.
adanya gulma dapat mengakibatkan menurunnya
Itupun pengawas pemanen juga mengawasi
produksi akibat bersaing dalam pengambilan
kegiatan
unsur hara, air, sinar matahari dan ruang hidup
perawatan
tanaman
kelapa
sawit.
8
penyakit
kelapa
sawit.
Seperti
yang
dan menjadi inang bagi hama, terutama hama
gulma di piringan dan pasar pikul maupun di
tikus (Rattus tiomanicus) dan ulat api (Thosea
pokok kelapa sawit, sehingga memudahkan
asigna).
dalam pengutipan brondolan yang terjatuh. Sedangkan menurut Marwas (2010),
Perbaikan tapak timbun untuk areal
dampak negatif dari losses adalah membuat
rawa, sehingga pada saat hujan tidak kesulitan
kondisi piringan dan pasar pikul menjadi kotor
dalam pengutipan brondolan yang jatuh di
karena tumbuhnya gulma anak sawit. Sehingga
piringan
menambah
persiapan sarana panen, memudahkan tenaga
biaya
perawatan
dan
dapat
menurunkan output produksi kelapa sawit. Sedangkan
berdasarkan
kelapa
sawit.
Perawatan
terhadap
kerja pemanen untuk pengambilan maupun
pengamatan
pengangkutan TBS maupun brondolan kelapa
Anas (2009) bahwa losses brondolan dapat
sawit dari dalam blok ke TPH. Menurut Marwas
membuat hasil produksi tidak optimal, karena
(2010),
terjadinya losses brondolan, seperti yang terjadi
dilakukan dengan cara pemeliharaan lahan,
di setiap pokok kelapa sawit sebesar 10 butir per
berupa penyemprotan dan rawat manual harus
pokok (454 butir dari 45 pokok kelapa sawit yang
rutin dilaksanakan, agar memudahkan kegiatan
diamati).
panen. Sedangkan untuk kondisi lahan rendahan,
untuk
mengatasi
terjadinya
losses
maka perlu dibuat parit dalam blok untuk mengalirkan air dari lahan dan begitu juga untuk
Strategi Penanganan Losses Brondolan Dilihat
dari
yang
areal miring perlu perawatan teras, sehingga tidak
ditimbulkan losses brondolan kelapa sawit, maka
kesulitan dalam pengangkutan atau lebih jelasnya
pihak
sarana produksi dalam blok harus tersedia dengan
perusahaan
permasalahan
harus
mempertimbangkan
penanganan yang harus dilakukan terhadap
optimal.
permasalahan dari losses brondolan. Sehingga
2. Perlakuan yang Benar Terhadap Tanaman
mengurangi terjadinya losses brondolan kelapa sawit
di
perkebunan
kelapa
sawit
Untuk faktor tanaman, penanganan losses
yang
brondolan kelapa sawit dapat dilakukan dengan
mengakibatkan dampak negatif bagi perkebunan
memperhatikan kondisi pelepah. Jika under
kelapa sawit.
pruning,
maka
1. Perbaikan Kondisi lahan
pelepah
sebelum
Dari segi kondisi lahan, perlu adanya penanganan
khusus
untuk
pemanenan
dalam
melakukan
perlu
dilakukan
melakukan
penunasan pemanenan.
Sehingga pada waktu pemanenan kelapa sawit
mempermudah
tidak
dilakukan
penunasan.
Namun
dalam
kegiatan
penunasan harus memperhatikan songgo pelepah
pemanenan kelapa sawit serta pengangkutannya.
yang dipertahankan. Seperti pada tanaman kelapa
Untuk lahan miring atau bergelombang, perlu
sawit PT. Tintin Boyok Sawit Makmur masih
dilakukan perawatan tapak kuda atau terasan.
berusia
Baik dari perataan, diadakan pembuatan tangga
dipertahankan masih songgo 3 atau jumlah
panen di daerah terjal atau berbukit, sehingga
pelepah yang dipertahan adalah 48-56 pelepah.
mempermudah
Under
pengangkutan
TBS
maupun
brondolan di pasar pikul. Serta pengendalian
5
tahun,
pruning
sehingga
membuat
songgo
kesulitan
yang
dalam
pemanenan kelapa sawit. over pruning juga
9
berdampak negatif bagi tanaman kelapa sawit.
menghasilkan kegiatan pemanenan kelapa sawit
Jika over pruning akan mempengaruhi pada hasil
yang optimal.
produksi selanjutnya. Menurut Mangoensoekarjo dan
Semangun
berlebihan
(2000)
bahwa
mempengaruhi
Jika sistem tenaga kerja adalah borongan
penunasan
penurunan
dan pemanen dan pengutip brondolan dalam satu
hasil
paket, maka perlu pemisahan pekerja antara
produksi sebesar 25 % .
pemanen dan pengutip brondolan. Sehingga
3. Penggunaan Alat Panen yang Sesuai
pekerja pemanen terkonsentrasi dalam memanen
Alat yang tidak lengkap serta tidak sesuai
buah matang, sedangkan pengutip brondolan
membuat kesulitan pekerja dalam melakukan
mengutip brondolan kelapa sawit. Dimana sistem
kegiatan pemanenan kelapa sawit. Baik kesulitan
pembayaran pengutip brondolan dengan sistem
dalam memanen kelapa sawit di pohon juga
bayar rupiah per karung seperti yang dilakukan di
kesulitan dalam pengangkutan tandan ke TPH.
PT. MPE yang diungkapkan pekerja saat bekerja
Maka dari pihak perusahaan perkebunan kelapa
di PT. Multi Permai Entakai yaitu sebesar
sawit harus mempersiapkan alat-alat dalam
Rp.2.000 per karung 50 kg. Pekerja pemanen
pemanenan kelapa sawit yang lengkap dan sesuai
harus memahami tentang kriteria kematangan
dengan kondisi tanaman kelapa sawit pada saat
buah dan pusingan pemanen kelapa sawit. Selain
itu. Sehingga pekerja dapat melakukan dengan
itu, sebelum dilakukan kegiatan pemanen kelapa
mudah melakukan pemanenan kelapa sawit.
sawit terlebih dahulu melakukan sensus AKP
Walaupun
hanya
(angka kerapatan panen). Sehingga mengetahui
menyiapkan alat-alat pemanenan kelapa sawit
pokok kelapa sawit yang dipanen serta jumlah
saja dan pekerja membeli dengan membayar dari
tenaga dan alat pengangkutan yang digunakan.
dari
pihak
perkebunan
gaji mereka dengan sistem kredit.
Sedangkan untuk pengawasan, pihak perkebunan kelapa sawit PT. Tintin Boyok Sawit
4. Penataan dan Peningkatan Kualitas SDM Dari segi sumber daya manusia harus
Makmur harus menerapkan sistem inspeksi panen
memperhatikan pemanen dan pengawas. Pekerja
dan sanksi. Sehingga pekerja tidak melakukan
yang tidak memahami dengan pemanenan serta
kesalahan yang mengakibatkan losses brondolan.
pekerja yang tidak disiplin dan teliti akan
Untuk
mengakibatkan kesalahan terhadap pemanenan
diakibatkan oleh pemanenan, maka diperlukan
kelapa sawit. Untuk itu, sebelum melakukan
fungsi kontrol dan pengawasan yang intensif dari
kegiatan pemanenan kelapa sawit dari pihak
mandor panen.
pengawas melakukan lingkaran pagi kepada
mengurangi
Pemberian
kehilangan
sanksi
yang
hasil
tegas
yang
bagi
pemanen. Di lingkaran pagi tersebut, pengawas
pemanen yang melakukan kesalahan harus
memberitahukan informasi tentang faktor-faktor
dilakukan oleh mandor. Mandor dan asisiten pun
penting
perlu melakukan pembinaan berkala kepada
dalam
melakukan
pemanenan
bimbingan
kelapa
tentang
sawit,
bagaimana
pemanen
untuk
meningkatkan
pemahaman
memanen kelapa sawit yang baik dan persiapan
pentingnya menjaga kualitas buah. Penalti yang
panen dan memeriksa peralatan dan perlengkapan
diberikan untuk pelanggaran pemanenan kelapa
panen
sawit sebagai berikut :
pekerja.
Sehingga
diharapkan
10
1. Memanen buah mentah = Rp. 2.000/jjg.
melakukan kesalahan sesuai dengan kesalahan
2. Tandan matang dipanen dan tidak diangkut ke
yang dilakukan oleh pekerja dan menerapkan
TPH = Rp. 2.500/jjg.
pemberian premi atau reward kepada pekerja
3. Brondolan tidak dikutip = Rp. 20/brondolan.
yang berprestasi.
4. Brondolan tercampur kotoran = tidak dibayar. DAFTAR PUSTAKA
5. Pelepah sengkleh dan tidak disusun rapi di gawangan = Rp. 500/pelepah.
Anas, A. 2009. Identifikasi Faktor Penyebab dan Upaya Minimalisasi Losses Brondolan pada Perkebunan Kelapa Sawit PT. Manakara Unggul Lestari Propinsi. Laporan Tugas Akhir Politeknik Kelapa Sawit CWE. Bekasi
6. Tangkai panjang = Rp. 2.000/jjg. Sedangkan
sistem
pengawasan
dan
sanksi yang diberikan kepada pekerja pemanen maupun
pengawas
kesepakatan
dan
dilakukan
berdasarkan
ketetapan
perusahaan
Buana, L.,D. Siahaan dan S. Adiputra. 2000. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
perkebunan kelapa sawit PT. Tintin Boyok Sawit
Darmosaskoro, W., M.L.Fadli dan P.Purba. 2006. Kamus Istilah Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
Makmur. PENUTUP
Fauzi, Y dkk. 2002. Seri Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu :
LPP. 2000. Buku Pintar Mandor Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. LPP Press,Edisi Kedua. Yogyakarta.
1. Losses brondolan terbanyak terjadi pada daerah piringan kelapa sawit, terutama pada areal yang berbukit yaitu sebesar 6.652 buah (brondolan)
dari
total
losses
Lubis, A. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan. Bandar Kuala.
brondolan
sebesar 9.997 pada 99 pokok kelapa sawit
Mangoensoekarjo,S.H dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
yang dipanen pada 239 sampel pokok. 2. Untuk areal datar losses yang terjadi di piringan sebesar 3.568 buah (brondolan) dari
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Menejemen Agrobisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
total losses brondolan sebesar 5.295 buah (brondolan) pada 91 pokok kelapa sawit yang dipanen pada 234 sampel pokok. 3. Untuk
meminimalisir
terjadinya
Rankine, I dan T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit Volume 2. Tanaman Belum Menghasilkan. PPKS. Medan.
losses
brondolan, adalah pengendalian gulma yang optimal
di
piringan
dan
pasar
pikul,
Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
pembuatan tangga-tangga panen pada pasar pikul areal berbukit, koordinasi yang jelas dan sistem rotasi yang tepat, penyediaan alat
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
pemanenan yang lengkap dan tepat kepada pekerja,
diberlakukan
inspeksi
panen,
pemberian punishment kepada pekerja dalam
11