PANJANG MAKSILA DAN MANDIBULA PADA ANAK USIA 10-16 TAHUN (KAJIAN SEFALOMETRI LATERAL) Marianti Enikawati, Hendrarlin Soenawan, Margaretha Suharsini Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia ABSTRAK Latar Belakang : Maloklusi merupakan masalah yang angka prevalensinya cukup besar di Indonesia. Perawatan terhadap maloklusi perlu dilakukan sejak dini. Selama pubertas, laju pertumbuhan kembali meningkat sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan maloklusi. Pengetahuan mengenai pertumbuhan tengkorak dan rahang, terutama maksila dan mandibula, menjadi sangat penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata panjang maksila dan mandibula pada anak laki-laki dan perempuan usia 10-16 tahun. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah analitikdeskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 211 radiograf sefalometri anak usia 10-16 tahun.Hasil : Pertambahan panjang maksila pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 14 tahun ke 15 tahun. Pertambahan panjang maksila dan mandibula pada anak perempuan, serta mandibula pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 13 tahun ke 14 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan usia 10-13 tahun, sedangkan pada usia >13-16 tahun, terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan pada rerata panjang maksila dan mandibula antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, begitu juga pada anak perempuan. Kata kunci : anak usia 10-16 tahun ; maksila; mandibula; sefalometri ABSTRACT Background: Malocclusion prevalence rate is a quite large problem in Indonesia. Treatment of malocclusion should be done. During puberty, the growth rate increased so that it can be used to correct malocclusion. Knowledge of the growth of the skull and jaw, especially the maxilla and mandibular, becomes very important to determine proper treatment plan. Objective: The aim of this study was to determine the average length of maxilla and mandibular in 10-16 years old boys and girls. Methods: The method that is used in this research was descriptive with cross-sectional design. The subjects were 211 cephalometric radiographics of 10-16 years old children. Result: The highest growth rate of the maxilla in boys occurred at the age of 14 years to 15 years. The highest growth rate of maxilla and mandibular in girls, and the highest growth rate of mandibular in boys occurred at the age 13 to 14 years. The average length of the maxilla and mandibular between boys and girls 10-13 years old has nodifference, while there is a difference in >13-16 years old. There is a difference between the maxillary and mandibular length of 10-13 years old boys with >13-16 years old boys, and also for the girls. Key words : children 10-16years old ; Maxilla; mandibular; cephalometric, PENDAHULUAN Disharmoni dentofasial merupakan masalah kesehatan gigi yang cukup besar terjadi di Indonesia. Masalah ini menempati urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. 1 1 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Penelitian mengenai maloklusi pada remaja usia 12–14 tahun di Jakarta menyatakan 83,3% responden mengalami maloklusi.2 Perawatan terhadap maloklusi perlu dilakukan sejak dini guna mencapai hasil perawatan yang maksimal karena sebelum mencapai maturitas, pertumbuhan tulang di bagian kraniofasial lebih signifikan. Pertumbuhan tulang ini akan menyediakan ruang untuk proses perbaikan maloklusi. 3,
4
Pertumbuhan tulang fasial pada
bayi, berlangsung dengan kecepatan yang cukup tinggi, melambat secara progresif selama masa kanak–kanak, dan mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama pubertas dan menjadi lambat selama maturitas.5 Pengetahuan mengenai pertumbuhan tengkorak dan rahang, terutama maksila dan mandibula, sangatlah penting agar bisa dijadikan sebagai panduan dalam menentukan rencana perawatan yang tepat. dengan adanya suatu standar rata–rata panjang maksila dan mandibula, dokter gigi dapat menentukan apakah kelainan yang ada pada anak memerlukan penanganan yang lebih intensif dengan segera atau tidak dengan mempertimbangkan penambahan panjang maksila atau mandibula.6 Masih sedikitnya penelitian mengenai panjang maksila dan mandibula pada anak-anak di Indonesia mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata panjang maksila serta mandibula pada anak laki-laki dan perempuan usia 10-16 tahun, mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak perempuan usia 10-13 tahun dengan anak perempuan usia >13-16 tahun, mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata panjang baik maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dan perempuan pada kelompok usia 10-13 tahun, serta mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata panjang baik maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dan perempuan kelompok usia >13-16 tahun . TINJAUAN TEORITIS Pertumbuhan dan Perkembangan Postnatal Tulang Kraniofasial Proses pertumbuhan tulang tidak sama dengan proses pertumbuhan jaringan yang bersifat langsung dan kumulatif. Pembentukan pada jaringan tulang yang baru akan diikuti dengan proses lainnya berupa resorpsi tulang. Pertambahan tulang di satu sisi tulang kortikal dan resorpsi dari sisi sebaliknya menghasilkan pergerakan pertumbuhan dan pertambahan dimensi tulang secara progresif. Beberapa regio mengalami pertumbuhan yang lebih intensif dibanding yang regio lainnya.
2 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Deposisi dan resorpsi dari jaringan tulang menyebabkan pergerakan tulang kearah permukaan yang mengalami deposisi (disebut drift). Drift terjadi pada semua area tulang yang bertumbuh dan tidak terbatas pada daerah pusat pertumbuhan, terjadi secara simultan dengan displacement, tetapi merupakan proses yang berbeda dengan displacement karena pergerakan pertumbuhannya yang berbeda. Displacement merupakan pergerakan tulang secara utuh yang disebabkan tarikan atau dorongan dari tulang lain dan jaringan lunaknya yang terus membesar. Proses pertambahan ukuran kraniofasial merupakan gabungan dari drift dan displacement, yang dapat terjadi pada arah yang sama maupun arah yang berlawanan. Terdapat beberapa pusat pertumbuhan yang ada di kraniofasial, meliputi kondil mandibula dan posterior border ramus, tuberositas lingual, tuberositas maksila, prossesus alveolaris, sutura, septum nasalis, dan bagian permukaan. 7 Proses pertumbuhan wajah dari anak menjadi dewasa akan mengalami perubahan proporsi. Anak yang masih muda dikarakteristikan dengan wajah yang terlihat lebar, karena basis kranium yang lebar dan tinggi vertikal wajah yang pendek.3 Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Kranium tumbuh dengan cepat sebelum lahir, akan terus tumbuh dengan cepat sampai usia 1 tahun untuk tempat otak. Sesudah itu, laju pertumbuhan akan menurun, dan pada usia 7 tahun kranium sudah mencapai 90% volume akhir. Sejak usia ini, kranium akan mengalami pertumbuhan
dengan
perlahan
sampai maturitas. Pada petumbuhan wajah, puncak
pertumbuhan terjadi sewaktu lahir dan menurun dengan tajam dan mencapai minimal pada prapubertas. Anak perempuan mengalami pertumbuhan 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki–laki. Laju pertumbuhan kemudian meningkat mencapai puncaknya pada masa pubertas, menurun lagi dan melambat sampai pertumbuhan berhenti pada akhir masa remaja 5. Puncak pertumbuhan anak perempuan terjadi pada usia 11 sampai 13 tahun. 8
3 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Kecepatan pertumbuhan pada laki-laki dan perempuan4
Pertumbuhan kompleks nasomaksila dihasilkan oleh mekanisme pergeseran (displacement), pertumbuhan sutura, dan remodelling pertumbuhan. Pergeseran posisi tulang dapat terjadi dalam dua bentuk translasi, yaitu translasi primer dan translasi sekunder. Translasi primer terjadi sebagai akibat dari perbesaran tulang sehingga mengubah posisi maksila. Pergerakan maksila ke arah depan terjadi sesuai dengan pertumbuhan tuberositas maksila dalam arah posterior. Besarnya pergerakan ke anterior sama dengan besar perpanjangan ke posterior. Permukaan periosteal dari tuberositas secara berkelanjutan menerima deposit dari tulang baru sehingga menghasilkan perpanjangan secara horizontal dari lengkung maksila. Translasi sekunder pada komplek nasomaksila terjadi pada periode gigi sulung. Maksila terikat ke basis kranium oleh sejumlah sutura sehingga pertumbuhan basis kranium memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan nasomaksila. Komplek nasomaksila tumbuh ke arah bawah dan ke depan karena pertumbuhan pada basis kranium. Hal ini disebut sebagai pergeseran sekunder, karena pertumbuhan pada bagian ini sebenarnya nasomaksila tidak terlibat secara langsung. Pergeseran pasif dari maksila merupakan mekanisme pertumbuhan yang penting selama masa gigi sulung, namun menjadi kurang penting ketika pertumbuhan basis kranium menjadi lambat. 4, 9 Maksila terhubung ke kranium dan basis kranium oleh sejumlah sutura. Yang berbentuk oblik/miring dan kurang lebih paralel satu sama lain. Hal ini memungkinkan reposisi maksila ke arah bawah dan depan sebagai akibat dari pertumbuhan maksila. Proses remodelling pada maksila yang diakibatkan deposisi dan resorpsi terlihat pada pertambahan ukuran, perubahan bentuk tulang, serta perubahan hubungan fungsional. 4
4 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Mandibula tampak mengalami pertumbuhan ke arah depan dan bawah ketika divisualisasikan dengan tracing sefalometri. Namun, pertumbuhan mandibula yang sebenarnya terjadi dalam variasi arah yang begitu luas.7 Pertumbuhan mandibula terjadi ke arah lateral, anteroposterior, dan vertikal.10 Setiap bagian dari tulang mengalami remodelling mengikuti prinsip perluasan V, dimana bagian dalam mengalami aposisi dan terus tumbuh mengikuti arah pertumbuhan, dan resoprsi pada bagian luarnya. Proses ini terjadi tidak hanya berupa perluasan V tetapi
juga pertumbuhan dibagian ujung V yang menyebabkan
pertambahan panjang dari tulang tersebut. 11 Pertambahan panjang korpus mandibula terjadi karena resorpsi dari anterior border ramus dan deposisi pada batas posterior. Ini menyebabkan pertambahan panjang lengkung gigi untuk mengakomodasi gigi molar permanen. Konsep ini dikemukakan oleh Hunter. Kemudian ditemukan bahwa pertumbuhan mandibula tidak dapat disederhanakan hanya pada resorpsi anterior dan deposisi posterior ramus. Mandibula juga mengalami pola pertumbuhan yang berotasi.
Gambar 2.6 Pertumbuhan mandibula menurut prinsip “V”11 Terdapat beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, antara lain variasi ras, variasi individual, faktor lingkungan dan hormon pertumbuhan, dan nutrisi. Kelompok etnik mempunyai kecenderungan untuk memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang tertentu, walaupun pola semacam itu seringkali dipengaruhi oleh variasi individu. Ras mongolid cenderung mesognatik, sedangkan ras negroid cenderung prognatik. Meskipun demikian, terdapat variasi individual yang cukup besar di antara kelompok etnik yang berasal dari campuran populasi, dan variasi ras hanya bisa dijabarkan dalam lingkup yang sangat luas 5 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Variasi pada bentuk dan ukuran tengkorak serta rahang di antara berbagai indvidu merupakan hal yang sangat umum. Variasi ini sebagian besar ditentukan secara genetik, dan anggapan ini juga telah didukung beberapa studi. Beberapa penulis melaporkan bahwa ada pengaruh genetik yang kuat pada perkembangan bentuk dan hubungan wajah serta rahang. 5 Faktor genetik berperan pada hasil akhir pertumbuhan serta pada kecepatan pertumbuhan. 12 Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak merupakan lingkungan biopsikososial, yang didalamnya tercakup komponen biologi, psikologs, ekonomi, sosial, dan budaya.13 Hampir semua hormon endokrin memiliki pengaruh pada pertumbuhan. Pertumbuhan postnatal dipengaruhi oleh konsentrasi hormon pertumbuhan (somatotropin). Semua jaringan merespon hormon pertumbuhan dan memproduksi pertumbuhan tubuh yang proposional, yang melambat saat pubertas ketika sekresi dari hormon menurun. Kekurangan hormon pertumbuhan menyebabkan kekerdilan, sedangkan sekresi yang terus menerus menghasilkan gigantisme. Nutrisi yang tidak baik pada masa-masa yang penting dalam pertumbuhan dapat secara permanen mengganggu pola perkembangan normal organ dan jaringan. Nutrisi yang tepat sangat esensial bagi pertumbuhan postnatal yang normal. Kalsium, magnesium, fosfor, dan fluoride sangat esensial bagi pertumbuhan tulang dan gigi yang tepat. 9
Radiograf Sefalometri Melalui analisis sefalometri dapat diketahui relasi antara tulang rahang terhadap kranium, gigi-geligi terhadap tengkorak, kondius mandibula terhadap tengkorak, hubungan maksila dan mandibula,14 hubungan skeletal dan dental, profil jaringan lunak serta derajat keparahan kelainan.15 Radiograf sefalometri lateral dapat membantu dalam menganalisis pertumbuhan, menegakkan diagnosis, menyusun rencana perawatan, memonitor jalanya perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan. Sefalometrik menampilkan struktur kranial, fasial, dan anatomi rongga mulut dari arah lateral. Titik – titik referensi yang ada dapat diukur jaraknya baik secara angular maupun linier untuk menentukan pola pertumbuhan.
16
Ada berbagai macam sistem analisis sefalometri, yang menggunakan berbagai titik dan outline pada radiograf. Titik sefalometri yang sering digunakan antara lain porion, orbitale , nasion, sella, pogonion, tiitk A (Subspinanasalis), tiitk B (supramentalis), 5 gnation, menton, Gonion, spina nasalis anterior (ANS) , spina nasalis posterior (PNS), Titik Bolton dll. Sedangkan bidang yang sering digunakan dalam analisis sefalometri antara lain garis frankfort, garis maksilaris, garis mandibula, garis sella-nasion, garis fasial, garis oklusal. 5, 17 6 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Ukuran maksila dapat diketahui dengan melakukan pengukuran panjang maksila. (maxillary length) yaitu jarak antara tepi anterior maksila (anterior nasal spine/ANS) ke tepi posterior (posterior nasal spine/PNS) sedangkan salah satu cara untuk mengetahui panjang mandibula yaitu dengan mengukur jarak antara titik gonion dan menton. 11, 18
Titik-titik pada sefalometri10
Gambar 2.15 Garis-garis pada sefalometri
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian studi deskriptif analitik dengan metode potong lintang (cross sectinal). Sampel penelitian adalah 211 sefalogram lateral yang terdiri dari 65 subjek laki-laki dan 146 subjek perempuan usia 10-16 tahun dari salah satu klinik kesehatan di Jakarta. Penelitian dilakukan dengan menentukan titik-titik pada sefalogram dengan 7 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
menggunakan adobe photoshop CS4, kemudian dilakukan kalibrasi gambar menggunakan Image Tool versi 3.0. Setelah itu dilakukan pengukuran jarak ANS-PNS dan Go-Me pada setiap sefalogram menggunakan Image Tool versi 3.0. Data hasil perhitungan kemudian dianalisis menggunakan T-Test tidak berpasangan dengan p < 0,05 untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel.
HASIL PENELITIAN Penelitian deskriptif mengenai rerata panjang maksila dan mandibula pada anak usia 10-16 tahun telah dilakukan di klinik kesehatan di Jakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil data sekunder. Dari 227 subjek yang diperoleh, terdapat 211 subjek yang memenuhi kriteria inklusif, terdiri dari 65 anak laki-laki, 146 anak perempuan. Tabel 5.1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin anak usia 10 sampai 16 tahun Laki - laki
Perempuan
Total keseluruhan
N
%
n
%
n
%
10 tahun
4
40
10
60
14
6.7%
11 tahun
11
35.4
20
64.6
31
14.7%
12 tahun
12
28.6
29
69.0
41
19.6%
13 tahun
10
29.2
23
70.8
33
15.7%
14 tahun
7
22.5
24
77.5
31
14.7%
15 tahun
14
45.1
17
54.9
31
14.7%
16 tahun
7
23.3
23
76.7
30
13.9%
Jumlah
65
30.8
146
69.2
211
100%
Dari tabel 5.1 di atas, terlihat bahwa jumlah subjek perempuan (69.2%) lebih banyak dibanding subjek laki-laki (30.8%). Total seluruh subjek yaitu 211 subjek,. Usia 12 tahun memiliki subjek terbanyak dengan jumlah subjek 41 subjek, dan usia 10 tahun memiliki subjek paling sedikit dengan jumlah subjek 14 subjek. Setelah dilakukan pengukuran panjang maksila dan mandibula hasil foto selafometri radiograf digital terhadap seluruh subjek, didapatkan hasil rerata dan simpang baku seperti tersaji pada tabel 5.2 berikut ini.
8 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
Tabel 5.2 Rerata panjang maksila dan mandibula pada anak usia 10-16 tahun
Rerata Panjang (mm) Usia
Maksila
± SB
laki-laki
maksila
± SB mandibula ± SB
mandibula
perempuan
laki-laki
perempuan
± SB
10
43.69
3.25
40.94
3.05
56.17
1,17
57.21
2,48
11
43.85
4,18
42.56
3,34
57.75
4,13
58.54
4,08
12
44.20
2,70
43.05
2,68
59.57
3,75
58.56
4,43
13
45.13
3,41
43.25
5,98
60.70
2,73
59.42
4,27
14
45.71
1,62
45.25
2,61
64.81
2,94
62.69
3,86
15
48.52
2,63
45.97
2,78
65.58
2,88
62.95
5,84
16
50.25
5,63
46.71
2,24
69.48
5,12
64.29
5,02
Data pada tabel 5.2 memperlihatkan panjang maksila dan mandibula pada anak lakilaki dan perempuan usia 10-16 tahun. Hasil pengukuran baik pada maksila maupun bidang mandibula anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan hasil pengukuran pada anak perempuan. Rerata panjang maksila dan mandibula pada masing-masing usia juga mengalami pertambahan panjang dari usia 10 tahun ke 16 tahun. Data rerata panjang maksila dan mandibula terkecil, baik pada anak laki-laki maupun perempuan, terdapat pada usia 10 tahun, sedangkan rerata tertinggi ada pada usia 16 tahun.
Tabel 5.3 Hasil uji-t perbedaan rerata panjang maksila dan mandibula anak laki-laki terhadap anak perempuan berdasarkan kelompok usia
Nilai p Kelompok Usia (tahun)
Maksila
Mandibula
10-13 Tahun
0,23
0,861
>13-16 Tahun
0,01
0,03
Pada tiap kelompok umur dilakukan uji-t tidak berpasangan untuk mengetahui apakah rerata panjang maksila dan mandibula anak laki-laki terhadap anak perempuan usia 10-13 tahun dan 9 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
usia >13-16 tahun terdapat perbedaan yang bermakna dengan p<0,05. Dari tabel di atas terlihat bahwa rerata panjang maksila maupun mandibula pada anak laki-laki dan perempuan pada usia 10-13 tahun memiliki perbedaan yang tidak bermakna. Rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dan perempuan pada usia >13-16 tahun terdapat perbedaan yang bermakna.
Tabel 5.4 Hasil uji-t perbedaan rerata panjang maksila dan mandibula pada anak usia 10-13 tahun terhadap anak laki-laki dan perempuan usia >13-16 Tahun
Laki-Laki Usia 10-13 tahun terhadap usia >13-16 tahun
Nilai p
Perempuan Usia 10-13 tahun
Nilai
terhadap usia >13-16 tahun
p
Maksila
0,001
Maksila
0,001
Mandibula
0,001
Mandibula
0,001
Pada rerata panjang maksila dan mandoibula yang diamati dilakukan uji-t tidak berpasangan untuk mengetahui apakah rerata panjang maksila dan mandibula anak laki-laki usia 10-13 tahun terhadap anak laki-laki usia >13-16 tahun, serta anak perempuan usia 10-13 tahun terhadap anak perempuan usia >13-16 tahun, memiliki perbedaan yang bermakna dengan p<0,05. Dari tabel terlihat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata panjang maksila maupun mandibula anak laki-laki usia 10-13 tahun terhadap anak laki-laki usia >1316 tahun, begitu juga pada anak perempuan.
PEMBAHASAN Peneliti memilih subjek usia 10-16 tahun karena ketika memasuki growth spurt, kecepatan pertumbuhan pada anak perempuan dan laki-laki akan mengalami percepatan. Anak perempuan memulai growth spurt pada usia 10 tahun, lebih cepat 2 tahun dibandingkan anak laki-laki. Pada usia 16 tahun, growth spurt anak laki-laki maupun perempuan telah selesai. Masa pertengahan dan akhir pubertas menjadi hal yang menarik untuk diamati karena pada masa ini jumlah hormon yang dapat memicu pertumbuhan tulang diproduksi lebih banyak sehingga tulang bertumbuh dengan pesat. Selain itu, peneliti juga melakukan uji-t untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara rerata panjang maksila dan mandibula anak laki-laki dan perempuan pada usia 10-13 tahun dengan usia >13-16 tahun. Pembagian kelompok umur ini didasarkan pada growth spurt anak laki-laki dan perempuan. Pada kelompok umur yang pertama, anak perempuan 10 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
telah mengalami growth spurtnya sehingga mengalami percepatan pertumbuhan, sedangkan anak laki-laki belum mengalami percepatan pertumbuhan. Pada kelompok umur yang kedua, barulah anak laki-laki mengalami growth spurtnya., sedangkan anak perempuan telah melewati tahap growth spurtnya.5, 19 Peneliti menggunakan radiograf digital dibandingkan dengan mencetak foto radiograf karena penggunaannya yang relatif lebih murah, praktis, pemrosesan data dapat dilakukan dengan lebih cepat, serta memudahkan proses penapakan dan pengukuran bidang. 20-22 Pada penelitian kali ini, peneliti menghindari pengambilan data secara primer guna menghindari efek radiasi pada subjek penelitian karena bahaya dari efek radiasi sinar X bagi tubuh manusia, baik dari tingkat sel sampai tingkat organ.23 Hasil penelitian pada tabel 5.2 memperlihatkan bahwa hasil pengukuran panjang, baik maksila maupun mandibula pada anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini didukung oleh banyak teori yang ada bahwa ukuran panjang tulang pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.8, 24 Sebelumnya juga telah dilakukan banyak penelitian mengenai analisis sefalometri, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Krismiana (2001), Yi Ping Liu (2008), Al-Barakati dan Wu (2007), serta Shung ( 2010) 25-29, yang menyatakan bahwa hasil pengukuran pada anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. Sebelum melihat apakah terdapat perbedaan panjang maksila dan mandibula antara anak laki-laki dan perempuan, peneliti terlebih dahulu melakukan penghitungan untuk melihat apakah sebaran data yang dimiliki normal dengan menggunakan analisis Shapiro-Wilk. Dari hasil penghitungan diketahui bahwa sebaran data yang ada normal sehingga analisis yang digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan.digunakan analisis uji-t tidak berpasangan (Independent T-test). Tabel 5.3 memperlihatkan hasil uji Statistik untuk Perbedaan Rerata Panjang Maksila dan Mandibula Anak Laki-laki terhadap anak Perempuan. Pada kelompok usia 10-13 tahun didapatkan hasil perbedaan rerata panjang baik maksila (p=0,23) maupun mandibula (p=0,861) antara anak laki-laki dan perempuan berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini mungkin disebabkan tulang anak laki-laki lebih panjang dibandingkan anak perempuan. Namun, pada usia ini, anak perempuan mengalami growth spurtnya sehingga terjadi pertambahan panjang tulang maksila dan mandibula dengan pesat yang menyebabkan perbedaan rerata panjang menjadi tidak bermakna. Pada kelompok usia >13-16 tahun, terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata panjang maksila (p=0,01) maupun mandibula (p=0,03) anak laki-laki dan perempuan. Hal ini mungkin terjadi karena pada usia ini, anak 11 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
laki-laki mengalami masa percepatan pertumbuhan sampai percepatanya menjadi stabil kembali sehingga terjadi peningkatan panjang maksila dan mandibula, sedangkan anak perempuan sudah tidak mengalami percepatan pertumbuhan pada usia ini. 5, 8, 24 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams (1982), dimana terdapat perbedaan yang bermakna pada anak laki-laki dan perempuan usia 15-16 tahun, serta penelitian yang dilakukan oleh Olga (2007) dan Rusjanti (2010) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan pada kelompok usia yang pertama. 30, 31 Tabel 5.4 memperlihatkan hasil uji-t perbedaan rerata panjang maksila dan mandibula anak laki-laki maupun perempuan antara kelompok usia 10-13 tahun kelompok usia >13-16 Tahun. Terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata panjang maksila (p=0,001) antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, maupun pada rerata panjang mandibula (p=0,001). Hal serupa juga ditemukan pada anak perempuan. Hal ini mungkin disebabkan pada kelompok umur yang pertama, anak laki-laki belum mengalami percepatan pertumbuhan (growth spurt), sedangkan pada kelompok umur yang kedua, anak laki-laki telah menyelesaikan growth spurtnya. Ketika berada pada masa growth spurtnya, tulang bertumbuh lebih cepat sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan yang bermakna antara dua kelompok umur tersebut. Begitu juga dengan anak perempuan dimana pada kelompok umur yang pertama terjadi percepatan pertumbuhan dan pada kelompok umur yang kedua tidak terjadi percepatan pertumbuhan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Rusjanti (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rerata yang sangat bermakna antarkelompok umur.5, 8, 30, 32
KESIMPULAN Tidak terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dan perempuan pada kelompok usia 10-13 tahun Terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dan perempuan kelompok usia >13-16 tahun Terdapat perbedaan rerata panjang maksila antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, maupun pada rerata panjang mandibula Terdapat perbedaan rerata panjang maksila antara anak perempuan usia 10-13 tahun dengan anak perempuan usia >13-16 tahun, maupun pada rerata panjang mandibula
12 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan rentang usia subjek yang lebih besar dan dengan jumlah subjek yang lebih banyak. Subjek diambil dari beberapa klinik kesehatan guna mendapatkan data yang lebih objektif. Sebaiknya perbandingan jumlah subjek laki-laki dan perempuan lebih seimbang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
KEPUSTAKAAN 1.
Agusni T. Peran Ortodonsi dalam Menunjang Kedokteran Gigi Komunitas. Majalah Kedokteran Gigi; Dental Journal 1992.
2.
Satariah F. Skripsi Efek Xylitol Terhadap Risiko Karies Fitinjau dari pH Plak dan pH Saliva pada Pasien yang Menggunakan Alat Ortodonti Cekat [Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.
3.
Enlow DH, Hans MG. Essentials of Facial Growth. United States of America: W. B. Saunders Company; 1996.
4.
Rao A. Principle and Practice of Pedodontics. 2 ed. New Delhi: Japee Brothers Medical Publisher; 2008.
5.
Foster TD. Buku Ajar Ortodonsi. 3 ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1997.
6.
Nanda R. Biomechanics and Esthetic Strategies in Clinical Ortodontics. St.Louis: Elsevier Saunders; 2005.
7.
Moyers RE. Handbook of Orthodontics. 4th ed. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc.; 1988.
8.
Neinstein LS Puberty - Normal Growth and Development. diunduh dari http://www.usc.edu/student-affairs/Health_Center/adolhealth/content/a1.html: University of Southern California 2004. Accessed 21-12-2012.
9.
Phulari BS. Orthodontics Principles and Practice. 1 ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd; 2011.
10.
Hayati R. Pola Deformitas Dentoskeletal pada Anak Talasemia dan Faktor Determinanya [Jakarta: Universitas Indonesia.
11.
Premkumar S. Textbook of Craniofacial Growth. 1 ed. New Delhi: JayPee Medical Ltd; 2011.
12.
Sinclair D. Human Growth After Birth. 4th ed: Oxford University Press; 1985.
13.
Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit FKUI; 1991. 13 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
14.
Sicher H. Growth of Mandible. 1 ed: American J Orthodontic; 1947. p. 108-21.
15.
Profitt WR, Fields HW. Contemporary Orthodontics. St. Louis: Mosby Co; 2000.
16.
Jarabak J, Fizzel J. Technique and Treatment with Light-wire Edgewise Appliances. 2nd ed: St. Louis; 1972.
17.
Cobourne MT, Fleming PS, T A, Ahmad S. Clinical Cases in Orthodontics. 1st edition ed. Oxford: Jhon Wiley & Sons; 2012.
18.
Jacobson A. Radiographic Cephalometry from Basic to Videoimaging: Chicago Quintenssence Publishing Co Inc; 1995.
19.
Votroubek W, L J. Pediatric Home Care. 2nd edition ed. United States of America: An Aspen Publication; 1997.
20.
Kalra A, Goel S, Tadani M, et al. Comparison of Cephalometric Measurements Obtained with Conventional and Digital Methods and Their Reproducibility. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology 2010.
21.
Paixão MB, Sobral MC, Vogel CJ, Araujo TMd. Comparative study between manual and digital cephalometric tracing using Dolphin Imaging software with lateral radiographs. Dental Press Journal Orthodontic 2010.
22.
Chen Y-J, Chen S-K, Huang2 H-W, Yao C-C, Chang H-F. Reliability of landmark identification in cephalometric radiography acquired by a storage phosphor imaging system. The British Institute of Radiology Journals 2004;33:301–06.
23.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 5th edition ed. St.Louis: Mosby; 2004.
24.
Subramaniam P, Naidu P. Mandibular dimensional changes and skeletal maturity. Contemporary Clinical Dentistry 2010.
25.
Lee BS-g. Timing of Peak Mandibular Growth in Different Facial Growth Patterns and Resultant Mandibular Projection [University of Toronto; 2010.
26.
Wu J, Hagg U, Rabbie ABM. Chinesse Norms of McNamara's Cephalometric Analysis. 2007;77.
27.
Al-Barakatti SF, Talik NF. Cephalometrics Norms for Saudi Sample using McNamara Analysis. Saudi Dental Journals 2007;19.
28.
Lasyia K. Analisis Sefalometri Komponen Antero-Posterior Maksila dan Mandibula pada Anak Usia 12-14 Tahun [Universitas Indonesia; 2002.
29.
Liu YP. An Infant And Early Childhood Mandibular Growth Maturity Gradient [St.Louis: Saint Louis University; 2009.
30.
Rusjanti J. Gambaran Sefalometri Komponen Mandibula pada Anak Umur 6-14 Tahun [Jakarta: Universitas Indonesia; 2010. 14 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
31.
Hayati R. Dimorfisme Seksuall pada Regio Kraniofasial pada Masa Pubertas. Majalah LPUI. Jakarta; 1995.
32.
Ghom AG. Textbook of Oral Radiology. India: Elsevier 2008.
15 Panjang Maksila..., Marianti Enikawati, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia