BAB II KAJIAN TEORITIS A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Anak usia TK yaitu anak yang berada pada rentang usia 4-6 tahun. Montesori dalam (Handoko 2004: 6) menggemukakan bahwa ketika mendidik anak-anak hendaknya ingat bahwa anak-anak adalah individu yang unik dan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Masa ini juga merupakan masa yang paling penting dalam masa perkenbangan anak, baik secara fisik, mental maupun spiritual dan merupakan masa lima tahun pertama yang disebut “the golden ages” masa ini merupakan masa emas perkembangan anak. Menurut Ebbeck (1998) dalam Masitoh et al, (2003: 2) pada masa ini anak merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat sekaligus paling sibuk.Pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan sangat pundamental bagi proses perkembangan selanjutnya. Rasa ingin tahu dan antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia TK. Pada usia ini anak memiliki sikap berpetualang (adventure rousness) yang begitu kuat,
banyak
memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya, memiliki keinginan yang kuat, serta masih tidak dapat berlama-lama duduk dan berdiam diri. Menurut Berg (1998) dalam Solehhudin
14
15
(1997: 40), sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar lima tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Oleh karena itu, yang penting pada masa ini adalah pembiasaan dan pelatihan menggunakan panca indera serta persiapan untuk membaca, menulis dan berhitung dengan latihan berbicara, menggambar, melukis, bernyanyi dan menari.Aspek perkembangan anak mencakup banyak aspek. Berikut paparan masing-masing aspek perkembangan anak TK: 1. Perkembangan Fisik-Motorik Salah satu aspek perkembangan yang cukup signifikan dalam kehidupan anak TK adalah perkembangan fisik. Ditinjau dari aspek perkembangan fisik (Physical development) yang dikemukakan oleh Hurlock dalam (Agustin, 2008: 7) mengemukakan bahwa secara umum perkembangan fisik anak usia TK mencakup empat aspek, meliputi: (1) Sistem syaraf, yang sangat berkaitan erat dengan perkembangan kecerdasan dan emosi, (2) Otototot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, (3) Kelenjar endoktrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, (4) Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proporsi tubuh. Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami kelambatan.
16
Motorik adalah gerak, yang meliputi motorik halus dan kasar. Pada usia TK anak mengalami pertumbuhan fisik yang relatif pesat. Menurut Brewer dalam (Musfiroh, 2005: 44) mencatat bahwa anak usia 5 tahun telah mencapai perkembangan motorik, antara lain: melompat satu kaki, dapat mengendarai sepeda roda dua, meluncur, dapat melempar benda secara tepat, menangkap bola dengan tangan, berputar dan berjungkir balik, berpartisipasi dalam permainan yang menumbuhkan keterampilan fisik, perkembangan otot kecil meningkat begitu juga dengan koordinasi mata dan tangan, meniru bentuk geometri dll. Sejalan dengan pendapat di atas Bronson dalam (Musfiroh, 2005: 45) menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun dapat melakukan aktivitas menjahit sederhana, memotong dan bermain dengan menata balok-balok yang melibatkan kerja motorik.Beranjak dari perkembangan fisik motorik anak yang senatiasa pesat, cerita yang dapat mengoptimalkan aspek perkembangan anak, yaiti cerita untuk pengembangan bahasa terutama kosa kata dan berakhir dengan evaluasi dan bermain peran. 2. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi
aktif
anak
dengan
lingkungan.Pengetahuan
datang
dari
tindakan.Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.Sementara itu
17
bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998). Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah. 1) Sensori motor (usia 0 - 2 tahun) 2) Pra operasional (usia 2 – 7 tahun) 3) Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun) 4) Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa) Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan
18
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme,
dan
intuitif.
Egosentrisme
adalah
suatu
ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Secara ringkas Yusuf (2201 : 167) mengemukakan perekambangan kognitif anak masa prasekolah sebegai berikut, 1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol 2. Berpikir masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus pada dimensi terhadap satu objek dalam waktu yag sama. 3. Berpikir masih kaku. 4. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas dasar satu dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
19
3. Perkembangan Sosio-emosional Perkembangan Sosio-emosional anak-anak terlihat nyata pada masa TK dalam interaksi permainan anak sebaya, perilaku prosesial (sesuai dengan aturan masyarakat), agresi, kedisiplinan ekspresi perasaan. Pada usia 5 tahun, anak-anak menunjukkan perkembangan sosioemosional secara baik. Disamping mampu bekerja sama, membentuk kelompok kecil, bermain drama, bersifat hangat dan empatik, senang bergurau dan menggoda, memiliki kekuatan menolak, cenderung menjadi bos, mugkin memilih berbohong untuk mempertahankan diri. Ada beberapa kebiasaan yang positip seperti meminta izin, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, simpati, menghargai orang lain, mengakui kesalahan, berbagi makanan, memberi maaf, belajar bergiliran dan antri. Kebiasaan tersebut menampilkan efek dari perilaku yang baik dan buruk,secara sosial akan membuat anak-anak berpikir dan belajar mengenai perilaku sosial. 4. Perkembangan Moral Pada
anak-anak
moralitas
mengandung
komponen-komponen
emosional, kognitif dan behavioral. Perasaan dan penalaran bekerja dan akibat-akibat yang dialami memberi pengaruh yang amat kuat pada tindakantindakan manusia termasuk anak-anak.
20
Perkembangan moral anak mencerminkan perkembangan signifikan yang terjadi pada masing-masing bidang tersebut, disamping pengaruh keluarga, teman-teman bermain, sekolah dan masyarakat. Moral memiliki cakupan yang sangat luas, disamping itu moral juga terikat budaya.Meskipun begitu, alat ukur yang dapat berlaku universal adalah “hati nurani”. Pada hakikatnya perkembangan moral anak meliputi: (1) Menyentuh moral anak, (2) Menyentuh aspek pikiran, perasaan dan perilaku (3) Memiliki tempat untuk pemperaktekan, (4) Dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, (5) Memperoleh dukungan dari rumah dan di sekolah, (6) Sejalan dengan motivasi anak, dan (7) Terdukung secara akademis melalui kurikulum. 5. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, urutan kata-kata yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai suatu hal. Antara 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari 6-8 kata, dapat menjelaskan arti kata yang sederhana, mengetahui lawan kata, dapat menggunakan kata penghubung, depan dan sambung. Anak usia TK juga telah mengenal tulisan sebagai label atau nama. Oleh karena itu, tulisan dapat dimanfaatkan sebagai alat peraga atau media bercerita.Lebih dianjurkan, tulisan yang dipergunakan berupa kata utuh dengan bentuk tulisan yang familiar bagi anak.
21
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia Taman Kanak-Kanak Anak usia Taman Kanak-Kanak adalah individu yang sedang mengalami atau menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental. Anak usia Taman Kanak-Kanak menurut piaget dalam Rahayu (1991:215) “berada di fase praoperasional. Praoperasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sitematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta bayangan dalam tahap mental, pada tahap ini anak TK mulai menydari bahwa pemahamannya tentang benda-benda disekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensori motor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolik.” Perkembngan ini merupakan perluasan dari kemampuan mental dan intelektual anak.Perkembangan kognitif meliputi pengenalan, pemrosesan dan pengaturan informasi serta penggunaan informasi dengan tepat. (Flavell, Miller, dan Miller, 2001). Proses kegiatan ini mencakup kegiatan mental seperti mnemukan, menginterpretasi, memilah, mengelompokkan dan mengingat. Perkembangan kognititf adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian di suatu lingkungan (Piaget, 1954). Pada tau 1950-an, berdasarkan observasi terhadap persamaan yang dilakukan berulangkali, psikologi Swedia Jean Piaget memformulasikan empat tahap dalam perkembangan kognitif. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai
oleh
kemajuan
yang
besar
dalam
kemampuan
bayi
untuk
22
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Perkembangan anak usia TK yang terentang usia 4 sampai 6 tahun merupakan
bagian
dari
perkembangan
manusia
secara
keseluruhan.
Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, dan bahasa. Masa ini menurut Ebbeck (1998) merupakan masa pertumbuhan paling hebat dan sekaligus paling sibuk.Pada
23
masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia TK seringkali juga disebut fase fundamental yang akan menetukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, penting sekali untuk memahami pekembangan anak usia prasekolah. 1. Anak Usia Empat Tahun Energi yang melimpah, gagasan yang meluap-luap, obrolan dan aktivitas yang tidak ada lelah-lelahnya, kesemuanya ini adalah ciri-ciri anak usia empat tahun pada umumnya (K EileenAllen dan Rlynn R Marotz, 2010). Adapun ciri-ciri perkembangan kognitif usia 4 tahun menurut K EileenAllen dan Rlynn R Marotz adalah sebagai berikut : 1. Menumpuk paling sedikit lima kubus yang ukurannya bertahap dari yang terbesar sampai yang terkecil ; membangun piramida dengan enam balok. 2. Mengerti konsep “paling tinggi”, “terbesar”, “sama”, dan “lebih”; memilih gambar yang terdapat “paling banyak rumahnya”, atau “anjing yang paling besar”. 3. Hafal di luar kepala hitungan sampai 20atau lebih. 4. Mengenali dan menunjukkan bagian dari puzzle yang hilang ketika melihat gambar. 2. Anak Usia Lima Tahun
24
Berada dalam pengendalian yang baik terhadap dirinya secara fisik dan emosi, sebagain besar anak usia lima tahun berada dalam fase yang cukup tenang dan semakin tinggi rasa percara dirinya dan rasa untuk mengendalikan dirinya. Dunia mereka berkembang di luar rumah, keluarga, sekolah atau tempat penitipan anak.Persahabatan dan kegiatan berkelompok adalah dua hal yang sangat penting (Cannella, 1993; Selman & Selman, 1979). Adapun ciri-ciri perkembangan kognitif usia 5 tahun menurut K EileenAllen dan Rlynn R Marotz adalah sebagai beikut : 1.
Membentuk segiempat dari dua potongan segitiga.
2.
Membangun undakan dari balok-balok kecil.
3.
Mengerti dan menunjukkan konsep berbentuk dan berukuran sama.
4.
Mengelompokkan benda berdasarkan warna dan bentuk.
5.
Mengerti konsep terkecil dan terpendek.
6.
Menyebutkan benda dengan urutan letak tertentu: pertama, kedua, terakhir.
7.
Berhitung sampai angka 20 atau lebih.
8.
Mengetahui kegunaan kalender.
9.
Mengerti konsep setengah
3. Anak Usia Enam Tahun
25
Petualangan yang menarik mulai terbuka pada anak usia enam tahun karena kemampuan koordinasinya semakin baik serta ukuran tubuh dan kekuatannya meningkat. Tantangan baru sering bertemu dengan campuran antusiasme dan frustasi. Anak usiaenam tahun biasanya sulit membuat keputusan dan kadang terbebani oleh situasi asing. Sementara itu, perubahan kemampuan kgnitifnya memampukan mereka untuk melihat peraturan sebagai sesuatu yang berguna untuk memahami kejadian sehari-hari dan perilaku orang lain. (K EileenAllen dan Rlynn R Marotz, 2010) Adapun ciri-ciri perkembangan kognitif usia 6 tahun menurut K EileenAllen dan Rlynn R Marotz adalah sebagai berikut : 1. Menunjukkan rentang konsentrasi yang semakin panjang: bertahan mengerjakan tugas dalam jangka waktu yang lebih lama, walaupun usaha berkonsentrasi tidak selalu konsisten. 2. Mehamai konsep, seperti petunjuk waktu sederhana (hari ini, besok, kemarin) atau konsep gerakan yang tidak rumit (mobil berjalan lebih cepat daripada sepeda) 3. Menyukai
tantangan
puzzle,
kegiatan
menghitung
dan
mengelompokkan, dan permaianan mencocokkan huruf dan kata dengan gambar.
26
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting dalam menunjang perkembangan anak.Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Secara ringkas Yusuf (2001 : 167) mengemukakan perkembangan kognitif anak masa prasekolah sebagai berikut. 1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol. 2. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus pada satu dimensi terhadap satu objek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka masih memusat. 3. Berpikir masih kaku. 4. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran. Standar tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia dini lingkup perkembangan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola menurut
27
Badan Standar Nasional Pendidikan melalui Permen Standar PAUD Formal dan Nonformal tahun 2009 adalah : Lingkup perkembangan Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
Tingkat pencapai perkembangan Usia 5 - < 6 tahun 1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran : lebih kurang, kurang dari, dan paling/ter. 2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran. 3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompk yang sama atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. 4. Mengenal pola ABCD-ABCD 5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.
28
C. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Heinich (1993, dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2008:6) media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil belajar mengajar secara efektif dan efesien serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Manfaat yang diperoleh dengan adanya media pembelajaran. Berikut ini fungsi dari Media Pembelajaran yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam media pengajaran: 1.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.
Materi pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3.
Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata - mata komunikasi verbal melalui penuturan - penuturan kata - kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru kehabisan tenaga.
29
4. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi beraktivitas lain sepeti mengamati melakukan kegiatan, mendemonstrasikan dan lain – lain. 1. Kedudukan Media Dalam Proses Belajar Mengajar Dalam proses belajar mengajar yang menghantarkan peserta didik agar memiliki pengetahuan dan kemampuan yang digariskan oleh kurikulum memerlukan media. Media yang relevan akan menjadikan proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien (Arifin, 2000). Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumber-sumber di samping guru dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Pola pembelajaran dibantu Media (M. Arifin, 2000) 2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi belajar dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pembelajaran.
30
Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1994:15) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut : a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. b. Memperbesar perhatian siswa. c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar. d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan berusaha sendiri di kalangan siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan, terutama melalui gambar hidup. f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. 3. Jenis – jenis Media Pengajaran Media pengajaran sangat beraneka ragam tetapi pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam menurut : 1) Jenisnya media pengajaran dibagi menjadi : a) Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Misalnya radio, cassette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran. b) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang
31
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. c) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua. Media ini dibagi lagi kedalam (a) audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara, dan (b) audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette. 2) Menurut daya liputnya, media dibagi kedalam : a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruangan serta dapat menjangkau jumlah siswa yang banyak dalam waktu yang sama. Contohnya radio dan televisi. b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
32
c) Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui komputer. D. Komputer Sebagai Media Pembelajaran 1. Pengertian Komputer Komputer
berasal
dari
kata
“to
compute”
yang
artinya
menghitung.Jika diterjemahkan secara bebas komputer berarti“alat yang dapat menghitung”.Menurut Robert H. Blismmer dalam Sirait (2009), komputer adalah: Suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapatugas, yaitu menerima input, memproses input sesuai dengan instruksiyang diberikan, menyimpan perintah dan hasil pengolahannya, sertamenyediakan output dalam bentuk informasi.
Sementara itu Donald H. Sanders dalam Sirait (2009) Mengemukakan ‘komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat, dapat menerima input dan memprosesnya sesuai dengan program yang ada (stored program) dan menghasilkan output informasi’. 2. Pemanfaatan Komputer Sebagai Media Pembelajaran Seiring
dengan
tidakhanya digunakan komputerjuga
dapat
perkembangan untuk keperluan digunakan
jaman,
penggunaan
komputer
menghitung saja,
melainkan
untuk
keperluan
di
bidang
pendidikan.Pemanfaatanpembelajaran berbasis komputer mulai berkembang pada
awal
tahun
1970-
33
an.Penggunaankomputerdalampembelajaranmemungkinkanberlangsungnya proses pembelajaran secara individual.Pemakai komputerjuga dimungkinkan untuk dapat melakukan interaksi langsung dengansumber informasi. Penggunaan komputerdalam pembelajaran banyak diilhami olehteori operant-conditioningSkinner (dalam Theresia Kristianty, 2006:31).Skinner melihat bahwa permasalahanutama yang dihadapi oleh sekolah dalam proses pembelajaran adalah kurangnya reinforcementatau penguatan kepada siswa. Dengan adanyareinforcement
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar,
karena dalamhal ini reinforcement akan menjadi stimulus atau rangsangan yangdiberikan kepada siswa agar siswa dapat dikondisikan sesuai dengan yangdiharapkan.Pembelajaran
dengan
menggunakan
komputerakan
memudahkan pemberian reinforcement kepada pemakai programyang dalam hal ini adalah siswa yang belajar dengan menggunakan komputer. Peranan komputer dalam pendidikan menurut Robert Taylor dalam Romiszowski (1987) terbagi dalam 3 bagian, yaitu: a. TOOL :‘The student uses the computer and appropriate application software to perform a task related to the course of study–typical examples are the use of word processing, statistic packages or spreadsheets–these would normally be used in support of other learning/teaching activities, but in some cases they may become integral part of instructional system, as in the case of the ever more common use of word processors as a mean of teaching creative writing’ b. TUTOR : ‘The computer takes on teaching function, presenting series of screens of information, test questions and feedback, much as in programmed instruction, or involves the student in a simulation or Games situation built up to promote specific educational objectives–
34
this role includes most of common modes of CAI, such as dril-andpractise, tutorial, simulation and also dialogue and conversational modes that attempt to and learn from the individual learner, much as human tutor’ c. TUTEE: ‘ The student teach the computer and, in so doing, learns something as well–this mode includes programming and systems analysis, but the best know example of this category is the use of LOGO language, by which means the student in programming the computer is supposed to gain all manner of insights and powerful ideas of high transfer value’. Heinich (1986) dalam Yunus (2009) mengemukakan bahwa aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar memberikan beberapa keuntungan, yaitu: a. Komputer memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditayangkan. b. Penggunaan komputer dalam proses belajar membuat siswa dapat melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya. Sementara itu, Benny A. Pribadi dan Tita Rosita (2002) dalam Yunus (2009) mengemukakan ’Keuntungan dari penggunaan komputer dalam proses belajar adalah dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil’. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi siswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat (fast learner). Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap prestasi belajar peserta didik. Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil
35
belajar pemakainya (record keeping), komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis. E. Pemanfaatan CBI dalam Pembelajaran 1. Konsep Dasar CBI Computer Based Instruction (CBI); yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pembelajaran, memberikan latihan dan mengevaluasi kemajuan belajar siswa sebagai sistem pembelajaran yang individual. CBI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CBI juga bermacam-macam bentuknya
bergantung
kecakapan
pendesain
dan
pengembang
pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan. Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam CBI adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Praktek dan latihan (drill & practice) Tutorial Permainan (games) Simulasi (simulation) Penemuan (discovery) Pemecahan Masalah (Problem Solving) (Heinich,et.al 1996) Pembelajaran berbasis komputer telah muncul pada tahun 60-an,
sejak pertama kali dikembangkan program pembelajaran berbasis komputer. Computer Based Instruction (CBI) merupakan bentuk aplikasi
36
komputer yang diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran berbasis komputer di bidang lain misalnya Computer-Managed Instruction
(CMI),
Computer-Assisted
Testing,
Computer-Assisted
Guidance. Program komputer untuk aplikasi pembelajaran meliputi : Computer-Assisted Instruction (CAI) dan Computer-Assisted Learning (CAL). Penerapan kedua program tersebut sebagai tutor yang memerankan dalam mengajar memiliki makna yang sama. Menurut Steinberg komputer dapat membantu pembelajaran dengan berbagai cara, yaitu dapat menyajikan materi, berinteraksi dengan pembelajar dengan menampilkan seperti tutor, baik secara individual maupun secara kelompok kecil. Adapun menurut Hewby, bahwa Computer-Based Instruction (CBI) merupakan salah satu pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran populer dikenal dengan nama e-learning. E-learning merujuk pada pembelajaran berbasis elektronik. Karena itu, dalam realisasinya pembelajaran e-learning merujuk pada tiga istilah, yaitu: pembelajaran
berbasis
komputerComputer-Based
Instruction(CBI),
pembelajaran berbantuan komputer Computer-Assisted Learning(CAL), atau Computer-Assissted Instruction (CAI). Pembelajaran berbasis komputer merujuk pada pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer. Sedangkan pembelajaran berbantuan
37
komputer merujuk pada penggunaan komputer sebagai alat bantu pembelajaran.Dalam penggunaan komputer untuk pembelajaran, Hefzalah (2004) menyarankan empat strategi pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu: 1. Praktek dan Latihan 2. Tutorial 3. Simulasi dan Demontrasi 4. Permainan (Games) 2. Pengertian Pembelajaran komputer Model Games Model
permainan
ini
dikembangkan
berdasarkan
atas
“pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20). Model Instructional Games merupakan salah satu bentuk model dalam pembelajaran berbasis komputer, yang didesain untuk membangkitkan motivasi pada siswa sehingga dapat meningkatkan kemungkinan tersimpannya lebih lama konsep, pengetahuan ataupun keterampilan yang diharapkan dapat mereka peroleh dari permainan tersebut. Tujuan dari Instructional games adalah untuk menyediakan suasana (lingkungan) yang memberikan fasilitas belajar yang menambah
38
kemampuan siswa. Instructional games tidak perlu menirukan realita namun dapat memiliki karakter yang menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa. Definisi Instructional games dapat terlihat dengan mengenali contoh-contoh permainan yang ada, seperti: Decimal art, How the west was on, Ordeal of hang man, Rocky boots, Archaeology searh, Phizquis, Four Letter words, dan sebagainya. Keseluruhan permainan instruksional ini memiliki komponen dasar sebagai pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk mencapai sesuatu. a. Karakteristik Pembelajaran Komputer Model Games 1. Tujuan Setiap permainan harus memiliki tujuan, baik itu ditetapkan maupun disamarkan.Pada beberapa instructional games tujuan diidentikan dengan pecapapaian skor yng diharapkan. 2. Aturan Pada bagian ini terdapat penetapan setiap tindakan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan oleh pemain.Aturan tersebut
dapat
beurbah
selama
hal
tersebut
menghindari
kelemahan-kelemahan yang terjadi dengan aturan-aturan tesebut atau bahkan untuk membuat permainan itu lebih menarik. 3. Kompetisi
39
Permainan biasanya melibatkan kompetisi apakah melawan lawan, diri sendiri, melwan kesempatan atau melwan waktu seperti permianan sepakbola yang menggabungkan beberapa elemen kompetisi seperti lama dan waktu. 4. Tantangan Satu yang menarik dari sebuah instructional games adalah menyediakan beberapa tantangan. 5. Khayalan Permainan sering bergantung pada pengembangan imajinasi untuk memberikan motivasi kepada permainan. 6. Hiburan Hampir semua permaianan adalah untuk menghibur, permianan dalam pembelajaran itu berperan sebagai penumbuh motivasi. b. Tujuan pembelajaran komputer model games Permaianan semakin popular dalam pembelajaran sebab guru mulai menyadari potensi yang dimilikinya untuk memitivasi anak untuk belajar. Jelasnya selaian tujuan permainan dalam pembelajaran ini digunakan untuk mengajar.Permainan ini juga dapat digunakan untuk memperoleh beragam informasi seperti : 1. Kemampuan dalam memecahkan masalah 2. Pengambilan keputusan
40
3. Memformulasikan dari strategi yang ada 4. Sikap dan etika 5. Beragam kemampuan insidental, seperti kompetisi yang alami, bagaimana anak bekerja sama, sistem sosial yang dinamis, aturan dari kesempatan.
41
E. Pengaruh Komputer Bagi Anak a. Interaksi Sosial Munculnya interaksi sosial tergantung pada karakteristik anak, usia, pengalaman dan perbedaan individual dan juga faktor lingkungan seperti dorongan guru dan program komputer yang digunakan. 1. Karakteristik anak Usia dan pengalaman mempengaruhi interaksi sosial anak. Menariknya pola perkembangan muncul baik pada tingkatan perkembangan dari yang paling muda ke yang paling tua maupun dengan pengalaman pada lingkungan komputer seperti logo. Pola tersebut meliputi fokus egosentris, diikuti oleh orientasi pada teman sebaya dalam membantu dan mengajar dan akhirnya bekerjasama dengan teman sebaya dan mandiri dari bimbingan orang dewasa. Perbedaan individual juga berdampak pada interaksi sosial. Misalnya, anak dengan kemampuan tinggi lebih berperan dominan dalam kerja kelompok dengan komputer dan lebih mungkin untuk menggunakan dalam interaksi kompetitif dengfan software kompettitif. Anak yang berkemampuan rendah kurang kontribusi pada kegiatan komputer kooperatif dan lebih mungkin dicemooh teman sebaya dalam situasi kompetitif.
42
2. Faktor Lingkungan a. Peran Guru Faktor lingkungan yang sangat penting adalah peran yang dimainkan oleh guru. Kehadiran guru mempengaruhi interaksi anak. Guru memfasilitasi pertukaran tempat dan mengajar teman sebaya melalui menyusun lingkungan pendidikan. Bantuan terbesar adalah mendorong anak untuk menggunakan komputer berpasangan, memasangkan anak memungkinkan mereka bekerja berssama dengan baik, mendorong kooperatif. b. Tipe Program Komputer Karakteristik program komputer juga mengubah instruksional lingkungan. Anak-anak berinteraksi tergantung pada program yang digunakan, yaitu program terbuka dan problem solving, drill in counting. Interaksi sosial merupakan komponen penting dalam perkembangan kognitif anak, melalui kerjasama dalam menggunakan komputer bermanfaat bagi perkembangan sosial dan kognitif. Seperti dinyatakan dalam teori sosial kognitif bahwa perkembangan kognitif difasilitasi oleh interaksi teman sebaya yang membutuhkan koordinasi dari tindakan dan pikiran kepada suatu konflik pandangan egosentris. Ketika mereka bekerja bersama, masing-masing dapat saling mengkonstruk pengalaman. Dengan teman sebaya dan dorongan guru, anak-anak secara berangsur-angsur
43
sanggup mengerjakan tugas sendirian melalui internalisasi strategi dan konsep yang muncul dari interaksi. c. Kompetensi Komunikasi Penggunaan komputer juga berpengaruh terhadap komunikasi yang meliputi berbicara, membaca dan menulis. Sikap positif dan meningkatnya interaksi sosial mengarahkan pada peningkatan penggunaan bahasa. Berkenaan dengan membaca, ada dua perspektif yang kita kenal. Perspektif pertama adalah subskill perspektif yang menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses linier dan hirarki yang dimulai dengan huruf atau kata. Penggunaan CBI dapat mengembangkan keterampilan kesiapan membaca seperti visual discrimination, penamaan huruf dan memulai mengenal kata. d. Kemampuan Matematika Pendidikan komputer dalam matematika berdasarkan pada dua teori. Teori skill transmition menyatakan bahwa anak secara pasif menyerap kumpulan kejadian-kejadian yang ditemukan orang lain dan merekam dalam teks atau diketahui dari orang dewasa. Mengajar terdiri dari transmisi kejadian-kejadian, keterampilan dan konsep pada anak. Sedangkan teori konstruktivisme menyatakan bahwa anak mengerjakan pengetahuan yang bermakna dari dalam. Anak-anak secara aktif
44
mengkonstruks pengetahuan dalam kerjasama dengan anak lain dan orang dewasa. Mereka tidak secara pasif menerimanya dari yang berwenaang. Pendekatan berdasarkan teori konstruktivisme lebih mengijinkan perubahan sesungguhnya. Program grafik memberikan sesuatu yang baru untuk pra sekolah. Cara dinamis dalam menggambar dan mengeksplorasi konsep geometri. e. Kemampuan Problem Solving Kegiatan komputer problem solving menciptakan suatu motivasi tingkat tinggi, mendorong anak untuk membuat pilihan, memutuskan, mengubah strategi dan tetap bertahan.