PANGGIL AKU JAHANAM Panggil aku jahanam Kalau itu yang kau mau Telah kucabik harap terlahir Yang kausirami benih dusta Sebut aku laknat Bila kau suka itu Takkan pernah kutebus dosa Dengan permainan manipulatifmu Maki aku sepuasmu Seperti kau pun telah puas Mengoyak tabir kepercayaan Berenda di kelim kelabu luka Teriaki aku jahat Untuk buatmu lega Sekalian dengan menghilangnya kabut Yang kauhembusi dengan tingkahmu Jahanam, laknat, jahat Begitu aku; begitu engkau Berkacalah; terawang dirimu lewatku Karna hakekatnya kita berdua sama (Bandung, 20 September 2005) ———————————————
5
SANG JURUSELAMAT Tiga puluh tahun kumengabdi Sebagai hamba yang berkelit tanpa arah Berusaha ‘tuk jadi serigala Meski taring tersangkut rayu dosa Berharap angin menyeruak rambut suraiku Kekuatan itu nan jauh tak juga tiba Apa lagi dayaku, wahai insan? Kau tak lagi kebaskan ekormu padaku Menatap langitpun tiada kusanggup Tengok, di utara sana ada sosok emas Fatamorgana apa lagi ini? Tidak, itu benar-benar, nyata, riil......... Kaburkah pandanganku? Singa? Itukah harapan Sang Serigala? Dia datang!! Dari Utara? Ya, juga dari Barat! Barat? Rumah-Nya ‘kan di Timur? Ya, tapi di Barat orang menyalib-Nya! Singa itu? Untuk apa? Dia tak melawan? Memang Dia sedia mati, untuk semua......... Dia Singa tapi juga Anak Domba Artinya? Berkorban sebagai tumbal bak domba lemah Tapi menang bak singa terkuat 6
(Bait baru)
Api dikobarkan, taufan tegak, badai siaga Aku tak gentar Serigala ini sekarang di dalam Singa Penguasa Tergarang, Bapa segala kebenaran Juruselamat – manusia TUHAN – Allah (Bandung, 20 September 2005) ———————————————
7
AKHIR ZAMAN Peradaban sudah mati, tak ada sisa Alam terurai atas asasinya Kembalikan laut ke atas impian pengantin baru Dan gunung pulang ke angan seniman Kekacauan tak bisa lagi mengacau Penyakit tiada lagi menyakiti Kenangan penderitaan dihembus pagi Terusir pedih dari liangnya Kapan semua itu ada, yakni ketiadaan? Bila terjadi wahyu Ilahi-Mu, Yang Mulia? Merecap kerinduan sungguh senang Akan Rumah nan tak tergusur Kejahatan, ketidakadilan, dusta Ke manakah mereka terlalai? Tidak lagi akan dikenang pemenang Hanya ada mata, tanpa airnya Kelenjar dosa terinjak kekudusan Pahala diberi, hidup tanpa mati……… (Bandung, 20 September 2005) ———————————————
8
MENGALAHKAN KEBOSANAN Lepaskan aku dari penat ini Kau tak tahu luka Yang menyeruak dalam-dalam Pada hijaunya letih merana Arti tiada mencuri hampa Di sini, di atas hancurnya masa……… Bebaskan diri dari pening ini Kembangkan dada ke kelam tak bertepi Mata berputar, tubuh lunglai Ditopang roda malas waktu terdiam Sepi bukan masalahku, kasih Hanya ketiadaan nan kosong memberi bukti Bila semua senyi berdenyut lara Saat makna tak lagi bernyanyi Lapangkan niatku dari belenggu bosan ini Serba salah menjadi cirinya Dilingkupi pesimis pada ujung cakrawala Yang tak ingin lagi kutelusuri jejaknya Begitu mampu menggapai hasrat terburai Mengkristal, terjaring, ikat oleh tekad Untuk bisa lagi usir penat, pening, bosan Tak penting bila, siapa, bagaimana, apa, di mana 9
(Bait yang sama)
Selama semua itu lalu, tinggalkanku Kuhargai sekemilau emas permata mulia (Bandung, 22 September 2005) ———————————————
10
MERINDUKAN SUAMI Detak jam dindingku tersayang......... Sudikah kausampaikan berita asmara Di atas meja penuh terliput sukaria Oleh santapan, kertas berharga, kopi, rokok Dari dia yang demikian memenuhi semerbak pagi Kucecap di sore berkabut rindu? Oh, cecakku manis di pojok kamar tersendiri......... Mungkinkah kau terbang melawan hukum Taruh memo di saku jas biru si tampan Kuncupkan ajakan penuh hiasan cinta abadi Tergila-gila satu sama lain memasrah Malam ini waktu bulan sembunyi lari? Menanti ku tak lagi bertepi sunyi Hanya dia di sana, menyeruak asap hitam Tanpa batas berarti menjadi Saksikan dua insan berlumur berahi Sampai dua itu jadi tunggal, satu waktu pasti (Bandung, 22 September 2005) ———————————————
11
MERINDUKAN ISTERI Tercebur dalam marak macet jalanan sore Di tabung kurungan modern bernama mobil Khayalku meronta hendak bebas Realita tak jua beri kesempatan padanya Sinergi asing tercipta di sana berikutnya Upaya satu kawin dengan cengkram kaku yang lain Hasilnya: absurditas dan kepastian Kembar siam beda hakiki absolut Jadikan semuanya membayang mengabut Pelukan kacau di kepala penuh tanya Melagu beriring belai lembut sosok bayang pasti Perjalanan ini memuakkan namun kurindukan Bukan semerbak kekalutan ini yang didamba Rumah itulah tujuan istirahat tenang Kekasihku yang kucari setelah sehari terabai nisbi Si kembar terus meronta melalap rasa dan akal Klakson memaki satu sama lain Dihantam suara lembutnya dalam batinku Kala Sayangku menyapa melodi tanpa partitur Harmonisasi nada lahir tanpa rencana mencipta Asap knalpot saling tarik dorong di depanku Tertendang lekuk tubuh Cintaku merayu 12
(Bait yang sama)
Yang tetap dan tegap bangkitkan gairahku Dindaku sayang......... Nantikan aku sedasa masa berganti Sekilometer lagi kita bertemu nanti Jangan biarkan rutinitas mengandung bosan Kita ‘kan padu cinta saat bulan bertugas jaga Di peraduan abadi buaian cinta sejati Anugerah-Nya yang kita jaga suci setia benar (Bandung, 22 September 2005) ———————————————
13
TEKAD Terlintas sekalipun jangan sampai menjadi ‘Tuk khianati keyakinan terpapar iman Jangankan satu, sejuta kuhadapi garang Pelihara apa jadi masukan dalam nadi Tak perlu rayumu sia-sia mempesona Di keheningan kauserukan bujuk sapa Manis bagi telinga, busuk untuk hidup Percuma saja tuduhan kauhamparkan Masa lalu memang hitam pekat Tapi apa guna yang t’lah lalu selain berlalu? Demikian pun tiada sia-sia aku menebar harap Pada tanah keabadian dikukuhkan pengorbanan Membuat semua jadi indah berkepanjangan Bangunlah, jiwa, bangunlah......... Kuatkan langkah membatu berakar abadi (Bandung, 22 September 2005) ———————————————
14