PANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEM SUNGAI METRO, KOTA MALANG
DISUSUN OLEH : *TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum Ekologi Perairan ini dapat disusun. Memahami
akan
kekurangan
dan
keterbatasan
referensi
dalam
pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan, maka kami menyajikan suatu pedoman pelaksanaan praktikum yang pada dasarnya dirangkum dari berbagai referensi untuk menuntun praktikan. Metode-metode praktis diutamakan untuk memudahkan dalam pengukuran (pengambilan data di lapang). Buku Panduan Praktikum ini terbatas pada pengukuran parameter-parameter utama yang penting dan dilakukan di lapang. Buku ini merupakan revisi dan pembakuan dari penuntun-penuntun praktikum Ekologi Perairan terdahulu (non-publicated). Besar harapan bahwa Buku Penuntun Praktikum ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan berbagai pihak. Karni menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharapkan saran atau kritik konstruktif bagi penyempurnaan buku ini di lain waktu.
Malang, 21 Oktober 2012
Tim Penyusun
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara organisme-organisme dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai arti luas, mencakup semua hal di luar organisme yang bersangkutan. Tidak saja termasuk cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban dan topografi, tetapi juga parasit, predator dan kompetitor. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia, Biologi, Planktonologi dan sebagainya. Pada dasarnya kehidupan tergantung pada radiasi sinar matahari. Kecuali organisme kimia sintetis yang relatif yidak banyak, semua bentuk kehidupan mendapatkan hara organik berenergi tinggi baik langsung maupun tidak langsung dari fotosintesis. Dan melalui alur rantai makanan pada akhirnya siklus energi juga akan dimanfaatkan oleh produsen, begitu pula yang terjadi pada lingkungan perairan. Salah satu cara untuk memahami interaksi organisme-organisme dengan lingkungan perairan adalah dengan mempelajari proses yang terjadi pada rantai makanan. Tingkatan berlapis ekologi meliputi ekosistem individu/organisme dengan ciri biasanya memiliki struktur khusus yang disebut dengan adaptasi, ekosistem populasi yaitu kumpulan individu sejenis pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, ekosistem komunitas yang terdiri dari beberapa populasi yang berbeda dan berinteraksi antar spesies, ekologi ekosistem yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen biotik dan abiotik terdapat siklus kehidupan. Ekologi sungai merupakan gabungan dari dua macam ekosistem yaitu darat dan air. Keragaman organisme di ekosistem sungai sangat dipengaruhi kondisi habitat sungai tersebut. Sedangkan kondisi suatu bagian sungai tergantung pada kondisi bagian atas dan hulunya.
1.2
Tujuan Praktikum Ekologi Perairan
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam: a.
b.
c.
1.3
Keterampilan Kognitif:
Komparansi antara teori dan kondisi di lapangan
Pengintegrasian pemahaman berbagai teori
Penerapan teori pada keadaan nyata di lapangan
Keterampilan Afektif:
Perencanaan kegiatan secara mandiri
Kemampuan bekerja sama
Pengkomunikasian hasil belajar
Keterampilan Psikomotorik:
Penguasaan pemasangan peralatan
Penggunaan peralatan dan instrument tertentu.
Kegunaan Praktikum Ekologi Perairan Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah: 1.
Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
2.
Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika, kimia dan biologi.
3.
Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan ekosistem sungai dan ekosistem kolam
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk keperluan minum berbeda untuk keperluan industri. Kegunaan air dirinci menjadi 4 golongan, yaitu sebagai berikut : 1. Golongan A, yaitu air minum yang dapat digunakan langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. 3. Golongan C, yaitu air minum untuk keperluan perikanan, peternakan, dan keperluan lainnya. 4. Golongan D, yaitu air untuk keperluan pertanian, usaha industri listrik tenaga air, lalu lintas air, dan sebagainya. Salah satu variabel penentu yang menentukan kualitas air shingga kita dapat menggolongkannya ke dalam empat golongan di atas adalah berdasarkan kandungan bahan organiknya yang dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD. Untuk golongan A, nilai ambang BOD adalah 20 dan COD adalah 40.Untuk golongan B, nilai ambang BOD adalah 50 dan COD adalah 100.Untuk golongan C, nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah 300.Sedangkan untuk golongan D, nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah 600 (Perdana, 1992). Di dalam lingkungan bahan organik banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang membentuk organisme hidup dan senyawasenyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia.Secara normal, bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O, dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P, dan Fe (Achmad, 2004). Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O. Proses inilah yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan menurun dan hal ini menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik. Untuk menyatakan kandungan bahan organik dalam perairan dilakukan dengan mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan tersebut
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
sehingga menjadi senyawa yang stabil yang dibagi menjadi dua, yaitu (Achmad, 2004) : 1. Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC. 2. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen yaitu oksidasi secara kimiawi dengan menggunakan kalium bikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat. COD umumnya lebih besar dari BOD karena jumlah senyawa kimia yang bisa dioksidasi secara kimiawi lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologis.
2.2 Sungai Sungai merupakan daerah dimana terdapat air yang mengalir dari hulu (pegunungan) menuju hilir (laut). Selain mengalirkan air dari hulu, sungai juga membawa material-material organic maupun anorganik dan mengantarkannya keseluruh bagian sungai sampai hilir. Oleh karena itu, sungai dapat digolongkan sebagai perairan yang mengalir. Odum (1998) menyatakan bahwa ada 2 zona utama pada aliran sungai yaitu: Zona Air Deras yaitu daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni bentos yang beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai didaerah pegunungan. Zona Air Tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasr sehingga dasrnya lunak. Zona ini umumnya terdapat pada bagian hilir. Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasr yang keras yang terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk organism (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar air tenang dan lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi organism bentik yang lebih kecil TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
sampai bentuk penggali, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat, lebih sesuai untuk plankton dan neuston.
2.3
Definisi Perifiton Perifiton adalah nama yang diberikan pada kelompok berbagai organisme
yang tumbuh atau hidup menempel pada substrat dalam air seperti tanaman, kayu, batu dan sebagainya. Meskipun perifiton umumnya diperlakukan sebagai bentos, ini bukanlah ciri khas komunitas tersebut dalam hal tertentu. Ia hadir sangat banyak pada substrat apapun, misalnya ujung kayu yang berada dalam air beberapa centimeter dari dasar. Juga diketahui bahwa beberapa organisme yang membentuk perifiton jika dicuci atau dibersihkan, penunjangnya dapat menjadi bagian dari plankton. Neuston adalah istilah kolektif untuk organisme yang mengapung di atas air (epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston). Neustons terdiri dari beberapa jenis ikan, kumbang, protozoa, bakteri dan laba-laba atau strider air. Nekton adalah binatang air yg dpt berenang dan bergerak bebas didalam air, serta mampu melawan gerakan air
2.4 Definisi Benthos Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda,
ostracoda,
cumaceans,
nematoda,
turbellaria,
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
dan
foraminifera.Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and Moreau, 1987).
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Alat
Bahan
pH box
Indikator PP
Timba
Na2SO3
Baju kicking
Air Sample
Jaring kicking
Alkohol 96%
Hand Counter
Kertas Label
Kamera Digital
Tissue
Pinset
pH paper
Nampan
Lugol
Karet Gelang
NaOH + KI
Botol Film
MnSO4
Penggaris
H2SO4
Botol 600ml
Amylum
Thermometer Hg Tali raffia Pipet Mikroskop Spektrofotometer Beaker Glass Erlenmeyer Cawan porselin
3.2
Prosedur kerja
A. Perifiton
Pengambilan Sampel Perifiton
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
Perifiton didapatkan dengan cara mengambil salah satu substrat di dalam lingkungan transek kemudian substrat tersebut dikerik bagian permukaanya seluas 2x2 cm2. Kemudian masukkan hasil kerikan ke dalam botol film dan di beri air dan diawetkan dengan lugol.
Pengamatan Perifiton di Laboratorium Untuk pengamatan perifiton, sampel awetan diambil menggunakan pipet tetes untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400100 kali perbesaran, kemudian diamati gambar dan ciri-ciri dari spesies yang didapat untuk kemudian dicocokkan dengan buku Presscot untuk mengetahui jenis filum dari spesies tersebut.
B. Benthos
Pengambilan Sampel Benthos Prosedur pengambilan sampel benthos sebagai berikut : 1. Memegang tiang jala dengan arah melawan arus 2. Mengaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersama-sama untuk melepas organisme dari dasar perairan sehingga organisme akan masuk ke dalam jala. 3. Memeriksa di dalam jala, kalau ada batu dan ranting maka mencuci batu dan ranting di dalam jala. 4. Mencuci organisme dengan air dan mengumpulkannya pada salah satu sudut jala dengan terus menyiram air untuk memudahkan pengambilan sampel dari dalam jalah 5. Membalik jala kea rah luar untuk memindahkan sampel ke dalam wadah sampel. 6. melakukan pengawetan dengan al-kohol 96%
Pengamatan Benthos di Laboratorium Pengatan benthos di laboratorium, untuk benthos yang berukuran kecil dapat diamati secara langsung dengan bantuan Mikroskop okuler, dan bentuk serta jenis benthos yang diamati dapat dicocokkan dengan buku Identifikasi benthos untuk menjari jenis filum atau Spesies benthos yang diamati.
C. Parameter Fisika dan Kimia Air Suhu
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
Cara Pengukuran : Mencelupkan thermometer langsung ke dalam air dengan membelakangi sinar matahari sampai batas skala baca dan membiarkan 2 – 5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukan angka yang stabil, pembacaan skala thermometer harus dilakukan tanpa mengangkat terlebih dahulu thermometer dari air. Kecepatan Arus Cara Pengukuran : Pengukuran kecepatan arus permukaan sungai dapat diukur menggunakan alat berupa botol bekas air mineral yang diikat pada tali raffia. Cara menggunakannya sangat sederhana.Botol bekas diisi dengan air secukupnya sebagai pemberat dan dihanyutkan di bagian sungai tempat pengambilan sampel benthos dalam jarak tertentu dan diukur waktu tempuhnya.Dari data jarak dan waktu dapat diukur kecepatan arus sungai. pH Pengukuran pH menggunakan pH paper dilakukan dengan cara : - Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 1 menit - Mengkibas-kibaskan pH paper sampai setengah kering - Mencocokkan perubahan warna pH paper dengan kotak standar pH DO Cara pengukuran : - Diukur dan dicatat volume botol DO yang akan digunakan - Masukan botol DO ke dalam perairan dengan posisi 45 drajat - Menutup botol DO selagi masih berada di dalam perairan dan jangan sampai terjadi gelembung udara. Apa bila masih ada gelembung udara maka diulangi. - Tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI - Bolak-balik sampai larutan homogeny kemudian diendapkan - Buang air bening diatas endapan - Tambahkan 2 ml H2SO4 kemudian kocok sampai endapan larut - Tambahkan 4 tetes amylum kemudian titrasi dengan Na2S2O3 0,0025N sampai terjadi perubahan tidak berwarna (bening) pertama kali
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
- Catat ml titran kemudian hitung dengan menggunakan rumus : Oksigen Terlarut = Volume (titran) x N (titran)x 8 x 1000 Volume (sampel) – 4 CO2 Cara untuk mengukur CO2 sebagai berikut : - Memasukkan 25 ml air sampel kedalam erlenmeyer - Menambahkan 1 - 2 tetes indikator PP - Bila air berwarna merah berarti air tersebut tidak mengandung CO2 bebas - Bila air sampel tetap tidak berwarna, dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna menjadi merah (pink) pertama kali - Menghitung kadar CO2 dengan rumus : CO2 bebas (mg/L) = Ml (titran) x N (titran) x 22 x 1000 mL air sampel TOM Adapun cara untuk mengukur TOM sebagai berikut: - Mengambil25 ml air sampel - Memasukkan kedalam erlenmeyer - Menambahkan 4,8 ml KMnO4 dari buret - Menambahkan 5 ml H2SO4 (1 : 4) - Memanaskan dalam pemanas air (water bath) sampai suhu mencapai 75˚C kemudian diangkat - Bila suhu telah turun menjadi 65˚C langsung menambahkan Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna - Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah jambu - Mencatat sebagai ml titran (x ml) - Mengambil 50 ml aquadest - Melakukan prosedur (1-6) dengan bahan aquadest dan dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml) - Menghitung kadar TOM dengan rumus: TOM (mg/L) = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000 mL air sampel Amonia
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
cara untuk mengukur kadar amonia perairan sebagai berikut : - Mengambil 50 ml air sampel - Memasukkan kedalam erlenmeyer berukuran 250 ml - Menambahkan 1 ml larutan nessler ke dalam erlenmeyer yang telah berisi sampel - Mendiamkan ± 10 menit - Memasukkan kedalam cuvet - Menghitung kadar amonia menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 425 µm. Nitrat Adapun cara untuk mengukur nitrat sebagai berikut : - Menyaring 25 ml air sampel - Menuangkan kedalam cawan porselen - Menguapkan di atas pemanas sampai kering hati - hati jangan sampai pecah dan didinginkan - Menambahkan 1 ml asam fenol disulfonik, aduk dengan pengaduk gelas dan encerkan dengan 10 ml aquadest - Menambahkan (dengan meneteskan) NH4OH (1:1) sampai terbentuk warna dan encerkan dengan aquades sampai 25 ml. - Memasukan dalam cuvet - Menghitung kadar nitrat menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 µm. Ortofosfat Pengukuran ortofosfat dapat dilakukan dengan cara : - Mengambil 25 ml air sampel - Memasukkan kedalam erlenmeyer berukuran 50 ml - Menambahkan 1 ml amonium molybdat dan dihomogenkan - Menambahkan 2 tetes SnCl2 dan dihomogenkan - Memasukkan kedalam cuvet - Menghitung kadar ortofosfat menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 µm.
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
FORMAT LAPORAN
ABSTRAK BAB 1PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
1.3
WAKTU DAN TEMPAT
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN EKOLOGI PERAIRAN 2.2 SUNGAI 2.3 SIKLUS HIDROLOGI (GAMBAR) 2.4 RANTAI MAKANAN (GAMBAR) 2.5 JARING MAKANAN (GAMBAR) 2.6 PARAMETER KUALITAS AIR 2.6.1 PARAMETER FISIKA 2.6.1.1 KECEPATAN ARUS 2.6.1.2 SUHU 2.6.2PARAMETER KIMIA 2.6.2.1 pH 2.6.2.2 DO 2.6.2.3 CO2 2.6.2.4
TOM
2.6.2.5
AMONIA
2.6.2.6 NITRAT 2.6.2.7
ORTOFOSFAT
2.6.3 PARAMETER BIOLOGI 2.6.3.1 ZOOBENTHOS 2.6.3.2 PERIFITON BAB 3 METODOLOGI 3.1 FUNGSI ALAT 3.1.1 PARAMETER FISIKA 3.1.1.1 KECEPATAN ARUS 3.1.1.2 SUHU TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
3.1.2 PARAMETER KIMIA 3.1.2.1 pH 3.1.2.2 DO 3.1.2.3 CO2 3.1.2.4
TOM
3.1.2.5
AMONIA
3.1.2.6 NITRAT 3.1.2.7
ORTOFOSFAT
3.1.3 PARAMETER BIOLOGI 3.1.3.1 ZOOBENTHOS 3.1.3.2 PERIFITON 3.2 FUNGSI BAHAN 3.2.1 PARAMETER FISIKA 3.2.1.1 KECEPATAN ARUS 3.2.1.2 SUHU 3.2.2 PARAMETER KIMIA 3.2.2.1 pH 3.2.2.2 DO 3.2.2.3 CO2 3.2.2.4
TOM
3.2.2.5
AMONIA
3.2.2.6 NITRAT 3.2.2.7ORTOFOSFAT 3.2.3 PARAMETER BIOLOGI 3.2.3.1 ZOOBENTHOS 3.2.3.2 PERIFITON 3.3 SKEMA KERJA 3.3.1 PARAMETER FISIKA 3.3.1.1 KECEPATAN ARUS 3.3.1.2 SUHU 3.3.2 PARAMETER KIMIA 3.3.2.1 pH 3.3.2.2 DO TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
3.3.2.3 CO2 3.3.2.4
TOM
3.3.2.5
AMONIA
3.3.2.6 NITRAT 3.3.2.7
ORTOFOSFAT
3.3.3 PARAMETER BIOLOGI 3.3.3.1 ZOOBENTHOS 3.3.3.2 PERIFITON BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA PROSEDUR 4.1.1 PARAMETER FISIKA 4.1.1.1 KECEPATAN ARUS 4.1.1.2 SUHU 4.1.2 PARAMETER KIMIA 4.1.2.1 pH 4.1.2.2 DO 4.1.2.3 CO2 4.1.2.4TOM 4.1.2.5
AMONIA
4.1.2.6 NITRAT 4.1.2.7
ORTOFOSFAT
4.1.3 PARAMETER BIOLOGI 4.1.3.1 ZOOBENTHOS 4.1.3.2 PERIFITON 4.2 ANALISA HASIL 4.2.1 PARAMETER FISIKA 4.2.1.1 KECEPATAN ARUS 4.2.1.2 SUHU 4.2.2 PARAMETER KIMIA 4.2.2.1 pH 4.2.2.2 DO 4.2.2.3 CO2 4.2.2.4
TOM TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
4.2.2.5
AMONIA
4.2.2.6 NITRAT 4.2.2.7
ORTOFOSFAT
4.2.3 PARAMETER BIOLOGI 4.2.3.1 ZOOBENTHOS (GAMBAR HASIL PENGAMATAN) 4.2.3.2 PERIFITON(GAMBAR HASIL PENGAMATAN) BAB 5PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 5.2 SARAN DAFTAR PUSAKA
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
DAFTAR NAMA ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN 2012
No.
Nama
No. Telp
1.
Miral Akbar*)
085790828685
2.
M. Ashary
085755707194
3.
M. Rosidy Hidayat
085334424257
4.
Rachmadin
087859442302
5.
M. Iqbal Mubaroki
08179624115
6.
Saiful Ari W.
085749858974
7.
Wahyu Isroni
085755502240
8.
M.Solikhuddin
085755443055
9.
Joko Margono
085755299268
10.
Suprianto W.
087754544246
11.
Agus Siswanto
081555931014
12.
Sinung Adi
085727481625
13.
Heni Tri Utari
085730515150
14.
Evi Nur Aini
085648585220
15.
Tedy Agvita Q.A
089680892272
16.
Izanatus Soliha
085736094370
17.
Ade Erma H.
085790808018
18.
Arvita Aprilina
085736460979
19.
Tri Nanda C.
087859340164
*) Koordinator Asisten
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN