PANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
Disusun Oleh: TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN NAMA
: DIKETIK
NIM
: DIKETIK
KELOMPOK
: DIKETIK
ASISTEN
: DIKETIK
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum Ekologi Perairan ini dapat disusun. Memahami
akan
kekurangan
dan
keterbatasan
referensi
dalam
pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan, maka kami menyajikan suatu pedoman pelaksanaan praktikum yang pada dasarnya dirangkum dari berbagai referensi untuk
menuntun
praktikan.
Metode-metode
praktis
diutamakan
untuk
memudahkan dalam pengukuran (pengambilan data di lapang). Buku Panduan Praktikum ini terbatas pada pengukuran parameter-parameter utama yang penting dan dilakukan di lapang. Buku ini merupakan revisi dan pembakuan dari penuntun-penuntun praktikum Ekologi Perairan terdahulu (non-publicated). Besar harapan bahwa Buku Penuntun Praktikum ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan berbagai pihak. Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka
kami
sangat
mengharapkan
saran
atau
kritik
konstruktif
bagi
penyempurnaan buku ini di lain waktu.
Malang, 1 April 2017
Tim Penyusun
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Suatu organisme memerlukan lingkungan hidup yang sesuai dengan
kehidupannya. Air mempunyai beberapa sifat penting sebagai lingkungan bagi organisme
air
yang
dikaitkan
dengan
bahan-bahan
dan
energi
yang
dikandungnya dengan sifat fisiknya. Air merupakan media hidup untuk organisme perairan baik tumbuhan maupun hewan, sedangkan sifat kimia air mempunyai fungsi sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahanbahan organik oleh produsen primer perairan tersebut. Sinar matahari merupakan penunjang kehidupan makhluk hidup, kecuali organisme kimia sintetis yang relatif tidak banyak. Semua bentuk kehidupan mendapatkan hara organik berenergi tinggi baik langsung maupun tidak langsung dari fotosintesis. Melalui alur rantai makanan pada akhirnya siklus energi juga akan dimanfaatkan oleh produsen, begitu pula yang terjadi pada lingkungan perairan. Salah satu cara untuk memahami interaksi organismeorganisme dengan lingkungan perairan adalah dengan mempelajari proses yang terjadi pada rantai makanan. Tingkatan berlapis ekologi meliputi ekosistem individu/organisme dengan ciri biasanya memiliki struktur khusus yang disebut dengan adaptasi, ekosistem populasi yaitu kumpulan individu sejenis pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, ekosistem komunitas yang terdiri dari beberapa populasi yang berbeda dan berinteraksi antar spesies, ekologi ekosistem yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen biotik dan abiotik terdapat siklus kehidupan. Ekologi umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara organisme-organisme dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai arti luas, mencakup semua hal di luar organisme yang bersangkutan. Tidak saja termasuk cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban dan topografi, tetapi juga parasit, predator dan kompetitor. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia, Biologi, Planktonologi dan sebagainya.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
1.2
Tujuan Praktikum Ekologi Perairan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam: 1. Mengetahui hasil pengukuran parameter fisika yang mempengaruhi perairan Sumberrawan 2. Mengetahui hasil pengukuran parameter kimia yang mempengaruhi perairan Sumberrawan 3. Mengetahui hasil pengukuran parameter biologi yang mempengaruhi perairan Sumberrawan 4. Menentukan kualitas perairan Sumberrawan berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi. 1.3
Kegunaan Praktikum Ekologi Perairan Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap ekosistem sungai dan ekosistem kolam. 2. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika, kimia dan biologi. 3. Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sungai Sungai merupakan daerah dimana terdapat air yang mengalir dari hulu
(pegunungan) menuju hilir (laut). Selain mengalirkan air dari hulu, sungai juga membawa material-material organik maupun anorganik dan mengantarkannya keseluruh bagian sungai sampai hilir. Oleh karena itu, sungai dapat digolongkan sebagai perairan yang mengalir. Odum (1998) menyatakan bahwa ada 2 zona utama pada aliran sungai yaitu: Zona Air Deras yaitu daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos yang beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat berenang.
Zona ini umumnya
terdapat pada hulu sungai didaerah
pegunungan. Zona Air Tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar sehingga dasarnya lunak. Zona ini umumnya terdapat pada bagian hilir. Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk organisme (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar air yang tenang bersifat lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi organisme bentik, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat, lebih sesuai untuk plankton dan neuston. 2.2
Kolam Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah
tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfungsi sebagai
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami. Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya yang biasa dilakukan yaitu: Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok 2.3
Parameter Kualitas Air
2.3.1 Fisika a.
Suhu Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan. Kisaran suhu pada
perairan Indonesia antara 23-32oC. Mahida (1986) menyatakan bahwa tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah. Clark (1974) menjelaskan bahwa keadaan suhu alami memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses metabolisme. Oleh sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan dianggap merugikan (Clark, 1974). Sedangkan menurut Handjojo dan Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. b.
Kecerahan Kecerahan adalah batas penetrasi cahaya yang dapat menembus
perairan. Menurut Effendi (2003), kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kordi dan Tancung (2007) menjelaskan bahwa kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh kekeruhan pada perairan itu sendiri. Kekeruhan di perairan lentik banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus, sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan c.
Kecepatan Arus Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Menurut
Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan lotik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan. Peranan arus adalah membantu difusi oksigen serta membantu distribusi bahan organik dan nutrien. 2.3.2 Kimia a.
potential of Hydrogen (pH) pH (potential of Hydrogen) adalah negatif logaritma dari ion H+. Menurut
Kordi dan Tancung (2007), derajat keasaman (pH) yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH = - log (H+). Manik (2003), menyatakan bahwa peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air).
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
b.
Dissolved Oxygen (DO) DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam perairan
yang dimanfaatkan oleh organnisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat anorganik oleh mikroorganisme. Menurut Simanjuntak (2012), sumber utama oksigen di perairan adalah difusi udara dan dari proses fotosintesis fitoplankton.
Sedangkan
pemanfaatannya
digunakan
untuk
respirasi,
dekomposisi dan oksidasi unsur kimia. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama dalam kehidupan diperairan dan indikator kesuburan perairan. c.
Biological Oxygen Demand (BOD) Menurut Utami (2001) dalam Andriani (2007), Biological Oxygen
Demands (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis, adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buang organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dan reaksi yang berlangsung dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Bahan organik yang terdiri dari karbohidrat (selulosa, pati, gula), protein, minyak hidrokarbon dan bahan organik yang lain masuk ke dalam badan air berasal dari sumber alam maupun dari sumber pencemar. Sumber bahan organik alami di dalam air permukaan berasal dari pembusukan tanaman dan kotoran hewan, sedangkan sumber BOD dari kegiatan manusia berasal dari feses, urin, detergen, minyak dan lemak. Parameter BOD, secara umum banyak digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan (Hach et al.,1997 dalam Agustiningsih, 2012). d.
Carbon Dioxide (CO2) Menurut Susana (1988), karbondioksida adalah senyawa yang terbentuk
dari 1 atom Karbon dan 2 atom Oksigen (CO2), mudah larut dalam air, tidak berbau dan tidak berwarna. Karbondioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam air. Karbondioksida yang terdapat dalam air umumnya berasal dari udara melalui proses difusi dan terbawa oleh air hujan. Selain itu karbondioksida juga berasal dari hasil proses respirasi mikroorganisme dan dari hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
e.
Total Organic Matter (TOM) TOM (Total Organic Matter) adalah kumpulan bahan organik kompleks
yang sedang dan belum mengalami proses dekomposisi yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid di dalam suatu perairan. Menurut Kohangia (2002), bahwa kandungan bahan organik yang terdapat di sedimen perairan terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme perairan atau dari detritus organik yang telah tertransportasi oleh berbagai media alam dan terendapkan didasar perairan dalam waktu yang cukup lama. TOM berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi autochnus (dari perairan itu sendiri) dan allotochnus (dari perairan luar). f.
Amonia Menurut Umroh (2007), amonia merupakan hasil katabolisme protein
yang diekskresikan oleh organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam bentuk tak terionisasi (NH3) atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4) atau ion ammonium. Sumber amonia di perairan adalah dari sisa metabolisme dan pemecahan nitrogen organik. g.
Nitrat Menurut Hendrawati et. al. (2007), nitrat (NO3-) adalah bentuk utama
Nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting termasuk DNA dan RNA. Tatangidatu (2013), menyatakan bahwa tingginya kadar nitrat dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dan pemupukan, kotoran hewan dan manusia. Sumber utamanya adalah dari limbah dan dekomposisi bahan organik. Peran nitrat dalam perairan adalah sebagai nutrien utama bagi alga dan mengklarifikasi kesuburan perairan. h.
Orthofosfat Orthofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tanaman air. Sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Manurut Sembering (2008), orthofosfat merupakan nutrisi
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Selain sebagai nutrisi untuk fitoplankton, orthofosfat juga berfungsi sebagai indikator kesuburan perairan.
2.3.3 Biologi a.
Benthos Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik
yang sesil maupun vagil. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan benthos. Organisme
yang
termasuk
makrozoobenthos
diantaranya
adalah:
Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya polychaete,
pelecypoda,
copepoda,
ostracoda,
cumaceans,
nematoda,
turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata. Barus (2004) menyatakan bahwa berdasarkan tempat hidupnya, benthos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu benthos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan, dan infauna yaitu benthos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar perairan. Sedangkan berdasarkan siklus hidupnya, benthos dapat dibagi menjadi holobenthos, yaitu kelompok benthos yang seluruh hidupnya bersifat benthos dan merobenthos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat benthos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya. Sedangkan Odum (1971), mengklasifikasikan benthos berdasarkan kebiasaan makannya yaitu filter-feeder (menyaring partikel-partikel detritus yang melayang di perairan) dan depositfeeder (memakan partikel-partikel detritus yang mengendap di dasar perairan). Hewan makrobenthos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et al. (1989) menyatakan bahwa dalam ekositem perairan makrobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. b.
Perifiton Perifiton adalah nama yang diberikan pada kelompok berbagai organisme
yang tumbuh atau hidup menempel pada substrat dalam air seperti tanaman, kayu, batu dan sebagainya. Meskipun perifiton umumnya diperlakukan sebagai bentos, ini bukanlah ciri khas komunitas tersebut dalam hal tertentu. Ia hadir sangat banyak pada substrat apapun, misalnya ujung kayu yang berada dalam air beberapa centimeter dari dasar. Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-batu, ranting, tanah atau substrat lainnya. Menurut Wetzel (1982), perifiton berdasarkan substrat menempelnya dibedakan atas epifitik (menempel pada permukaan tumbuhan), epipelik (menempel pada permukaan sedimen), epilitik (menempel pada permukaan batuan), epizooik (menempel pada permukaan hewan), dan epipsammik (hidup dan bergerak di antara butir-butir pasir). Dalam suatu perairan mengalir (lotik), alga perifiton lebih berperan sebagai produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton akan selalu terbawa arus, sedangkan alga perifiton relatif tetap pada tempat hidupnya. Alga perifiton juga penting sebagai makanan beberapa jenis invertebrata dan ikan (Graham dan Wilcox, 2000). Karena perifiton relatif tidak bergerak, maka kelimpahan dan komposisi perifiton di sungai dipengaruhi oleh kualitas air sungai tempat hidupnya. c.
Plankton Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, dan disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890. Definisi tentang plankton telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan pendapat yang hampir sama yakni, seluruh organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Plankton dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan, habitat, asal, ukuran dll. Pengelompokkan plankton yang paling umum didasarkan pada cara makannya. Berdasarkan cara makan plankton dapat
dibedakan
menjadi
saproplankton,
fitoplankton,
dan
zooplankton.
Berdasarkan daur hidupnya dibedakan menjadi plankton yang bersifat planktonik
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
pada sebagian hidupnya disebut meroplankton dan bersifat plankton pada seluruh daur hidupnya disebut holoplankton. Basmi (1995), mengelompokkan plankton berdasarkan lingkungan hidupnya terbagi atas limnoplankton (plankton yang hidup di air tawar), haliplankton (plankton yang hidup di laut), hipalmyroplankton (plankton yang hidup di air payau), heleoplankton (plankton yang hidup di air kolam). Sedangkan berdasarkan asal usulnya, dibedakan menjadi autogenetik (plankton yang berasal dari perairan itu sendiri) dan allogenetik (plankton yang datang dari perairan lainnya). Di perairan, peran plankton tersebut sangat penting. Terutama dalam usaha budidaya ikan/udang, plankton dapat berfungsi sebagai pakan alami yang ramah lingkungan dan produsen primer. Plankton juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan perairan.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1
Pengamatan Ekosistem Sungai Pengamatan ekosistem sungai yang dimaksut adalah pengamatan
terhadap segala unsur biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar stasiun pengamatan. Lingkup pengamatan ini meliputi identifikasi organisme dengan lingkungannya pada lingkungan perairan sungai. Hasil pengamatan dicatat pada lembar hasil pengamatan.
3.2
Pengamatan Ekositem Kolam Pengamatan ekosistem sungai yang dimaksut adalah pengamatan
terhadap segala unsur biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar stasiun pengamatan. Lingkup pengamatan ini meliputi identifikasi organisme dengan lingkungannya pada lingkungan perairan sungai.
3.3
Pengamatan Komponen Abiotik Komponen abiotik yang diukur diantaranya parameter fisika (suhu,
kecerahan, kecepatan arus), parameter kimia (pH, DO, CO₂, nitrat nitrogen, orthofosfat, dan bahan organik total (TOM)). a.
Suhu Pengukuran suhu air dengan mencelupkan thermometer langsung ke
dalam air dengan membelakangi sinar matahari sampai batas skala baca dan membiarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukan angka yang stabil, pembacaan skala thermometer dilakukan dengan cepat setelah mengangkat thermometer dari air. b.
Kecerahan Pengukuran kecerahan perairan kolam dapat dengan menggunakan alat
bantu berupa secchi disk. Secchi disk dimasukkan dalam perairan perlahanlahan sampai tidak tampak untuk pertama kali dan di tandai sebagai d1. Kemudian masukkan secchi disk lebih dalam lagi. Angkat perlahan-lahan sampai tampak untuk pertama kali dan ditandai sebagai d2. Kecerahan dapat dihitung dengan cara menjumlahkan d1 dan d2 dan dirata-rata. Dihitung dengan rumus:
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Keterangan: D
: Kecerahan (cm)
D1
: Kedalaman secchi disk saat tidak terlihat
D2
: Kedalaman sechi disk saat tampak kembali
c.
Kecepatan Arus Pengukuran
kecepatan
arus
permukaan
sungai
dapat
diukur
menggunakan alat bantu berupa botol bekas air mineral yang diikatkan pada tali raffia. Cara menggunakannya sangat sederhana. Botol bekas diisi dengan air secukupnya sebagai pemberat dan dihanyutkan di bagian sungai tempat pengambilan sampel benthos dalam jarak tertentu dan diukur waktu tempuhnya. Dari data jarak dan waktu dapat diukur kecepatan arus sungai. Dihitung dengan rumus
v=s/t
Keterangan: v
: Kecepatan Arus (m/s)
S
: Jarak (m)
t
: Waktu (s)
d.
potensial of Hydrogen (pH) Pengukuran pH menggunakan pH paper dilakukan dengan cara :
- Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 1 menit - Mengkibas-kibaskan pH paper sampai setengah kering - Mencocokkan perubahan warna pH paper dengan kotak standar pH e.
Dissolved Oxygen (DO) Pengukuran DO dapat dilakukan dengan cara:
- Mengukur dan dicatat volume botol DO yang akan digunakan - Memasukan botol DO ke dalam perairan dengan posisi 450
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
- Menutup botol DO saat masih berada di dalam perairan agar tidak terjadi gelembung udara. Apabila masih ada gelembung udara maka mengulanginya. - Menambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI - Membolak-balik sampai larutan homogen kemudian mengendapkan - Membuang air bening diatas endapan - Menambahkan 2 ml H2SO4 (1:1) kemudian menghomogenkan sampai endapan larut - Menambahkan 4 tetes amylum kemudian mentitrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai sampel berubah menjadi tidak berwarna (bening) pertama kali - Mencatat ml titran kemudian menghitung dengan menggunakan rumus : Oksigen Terlarut =
Vtitran x N titran x 8 x 1000 Vbotol DO 4
Keterangan:
f.
Vtitran
: Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
N titran
: 0,025 N
8
: Ar O
1000
: Konversi L ke mL
V botol DO
: Volume botol DO
Biological Oxygen Demand (BOD) Pengukuran BOD dapat dilakukan dengan cara:
- Mengukur dan dicatat volume botol winkler yang akan digunakan - Memasukan botol winkler ke dalam perairan dengan posisi 450 - Menutup botol winkler saat masih berada di dalam perairan agar tidak terjadi gelembung udara. Apabila masih ada gelembung udara maka mengulanginya. - Melakukan aerasi pada air sampel dengan cara memindahkan air sampel dari botol winkler ke dalam beaker glass 1000 mL lalu diaerasi selama 15 menit - Masukkan air sampel yang telah diaerasi kedalam botol winkler dan ditutup rapat - Membungkus botol winkler dengan alumunium foil kemudian disimpan selama 5 hari - Mengukur BOD5 dengan metode titrasi seperti penentuan kadar DO - Menghitung nilai BOD menggunakan rumus: BOD = DO0 – DO5
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Keterangan: BOD
: Biological Oxygen Demand (ppm)
DO0
: Nilai DO sebelum diinkubasi (ppm)
DO5
: Nilai DO setelah diinkubasi selama 5 hari (ppm)
g.
Carbon Dioxide (CO₂) Pengukuran CO2 dapat dilakukan dengan cara:
- Memasukkan 25 ml air sampel kedalam erlenmeyer - Menambahkan 3 tetes indikator PP - Bila air berwarna merah jambu berarti air tersebut tidak mengandung CO2 bebas - Bila air sampel tetap tidak berwarna, maka melakukan titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna menjadi merah jambu (pink) pertama kali - Menghitung kadar CO2 dengan rumus : CO2 bebas (mg/L) =
ml (titran ) x N titran x 22 x 1000 ml (airsampel)
Keterangan:
h.
CO2
: Carbon Dioxide (ppm)
ml titran
: Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
N titran
: 0,0454 N
22
: Mr CO2
1000
: Konversi L ke ml
ml air sampel
: Air sampel yang digunakan
Total Organic Matter (TOM) Pengukuran TOM dapat dilakukan dengan cara:
- Mengambil 12,5 ml air sampel - Memasukkan ke dalam erlenmeyer - Menambahkan 42,4 ml KMnO4 0,01 N dari pipet volume - Menambahkan 2,5 ml H2SO4 (1 : 4) - Memanaskan dalam pemanas air (water bath) sampai suhu mencapai 75˚C kemudian mengangkatnya - Bila suhu telah turun menjadi 65˚C langsung menambahkan Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
- Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah jambu - Mencatat sebagai ml titran (x ml) - Mengambil 12,5 ml aquades - Melakukan prosedur (1-6) dengan bahan aquades dan dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml) - Menghitung kadar TOM dengan rumus: TOM (mg/L) =
Keterangan: TOM
: Total Organic Matter (ppm)
x
: Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir (sampel) : Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
y
(aquades)
i.
31,6
: Mr KmnO4
0,01
: N dari Na-Oxalate
1000
: Konversi L ke mL
Ml air sampel
: Jumlah air sampel yang digunakan
Amonia Pengukuran amonia dapat dilakukan dengan cara:
- Mengambil 25 ml air sampel - Memasukkan ke dalam beaker glass - Menambahkan 0,5 ml larutan nessler ke dalam beaker glass yang telah berisi air sampel - Mendiamkan ± 10 menit - Memasukkan ke dalam tabung reaksi kecil (air yang bening) - Menghitung kadar amonia menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 425 nm dan nomor program 380 g.
Nitrat Pengukuran nitrat dapat dilakukan dengan cara:
- Menyaring 12,5 ml air sampel - Menuangkan kedalam cawan porselen - Menguapkan di atas pemanas sampai kering, hati-hati jangan sampai pecah
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
kemudian mendinginkannya - Menambahkan 0,25 ml asam fenol disulfonik, mengaduk dengan pengaduk gelas dan mengencerkan dengan 3 ml aquades - Menambahkan tetes demi tetes NH4OH (1:1) sampai terbentuk warna (maksimal 7 ml) dan mengencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml. - Memasukan ke dalam tabung reaksi kecil - Menghitung kadar nitrat menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm dan nomor program 353 h.
Orthofosfat Pengukuran orthofosfat dapat dilakukan dengan cara :
- Mengambil 12,5 ml air sampel - Memasukkan kedalam erlenmeyer - Menambahkan 0,5 ml amonium molybdat dan menghomogenkannya - Menambahkan 3 tetes SnCl2 dan menghomogenkannya - Memasukkan ke dalam tabung reaksi kecil - Menghitung
kadar
orthofosfat
menggunakan
spektrofotometer
dengan
panjang gelombang 690 nm dan nomor program 490
i.
Spektrofotometer Penggunaan spektofotometer dapat dilakukan dengan cara :
- Memasang kabel alat ke sumber listrik - Tekan “Power”, ditunggu hingga selftest menjadi 0 (nol) - Diatur panjang gelombang sesuai dengan parameter yang diukur - Tekan “Method”, atur nomor program sesuai dengan parameter yang diukur - Tekan “Enter” sebanyak dua kali - Muncul tulisan “Zero sample”, dimasukkan larutan blanko - Tekan “Zero” hingga muncul angka 0,00 mg/l - Masukkan larutan sampel, tunggu hingga muncul hasil pada layar - Tekan “Power” untuk mematikan spektofotemeter
3.4
Pengamatan Komponen Biotik
a.
Benthos
Pengambilan Sampel Benthos
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Prosedur pengambilan sampel benthos sebagai berikut : 1. Memegang tiang jala dengan arah melawan arus 2. Mengaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersama-sama untuk melepas organisme dari dasar perairan sehingga organisme akan masuk ke dalam jala 3. Memeriksa di dalam jala, kalau ada batu dan ranting maka mencuci batu dan ranting di dalam jala 4. Mencuci organisme dengan air dan mengumpulkannya pada salah satu sudut jala dengan terus menyiram air untuk memudahkan pengambilan sampel dari dalam jala 5. Membalik jala ke arah luar untuk memindahkan sampel ke dalam wadah sampel 6. Melakukan pengawetan dengan alkohol 96%
Pengamatan Benthos di Laboratorium Pengamatan benthos di laboratorium, untuk benthos yang berukuran kecil
dapat diamati secara langsung dengan bantuan Mikroskop okuler, dan bentuk serta jenis benthos yang diamati dapat dicocokkan dengan buku Identifikasi benthos untuk mencari klasifikasi spesies benthos yang diamati.
Perhitungan Kelimpahan Benthos Kelimpahan atau kepadatan bentos dihitung dengan rumus:
Keterangan: N
: Kepadatan bentos (ind/m2)
n
: Jumlah individu bentos
A
: Luas area tertentu (m2)
b.
Perifiton
Pengambilan sempel Perifiton Perifiton didapatkan dengan cara mengambil beberapa substrat dalam
lingkungan
transek
semudian
substrat
tersebut
disikat/dikerik
bagian
permukaannya seluas 3×3 cm sebanyak 3 buah substrat. Kemudian masukkan hasil kerikan ke dalam botol film dan beri aquades dan diawetkan dengan lugol.
Pengamatan Perifiton di Laboratorium Untuk pengamatan perifiton, sampel awetan diambil menggunakan pipet
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
tetes untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali perbesaran, kemudian diamati gambar dan ciri-ciri dari spesies yang didapat untuk kemudian dicocokkan dengan buku Presscot untuk mengetahui klasifikasi dari spesies tersebut.
Perhitungan Kelimpahan Perifiton Kelimpahan perifiton berdasarkan Inverted Microscope Method Counts
(APHA, 1985) dengan rumus:
Keterangan: N
: Kelimpahan perifiton (ind/cm2)
n
: Jumlah perifiton yang diamati (ind)
At : Luasan cover glass (mm2) Vt : Volume konsentrat pada botol contoh (ml) Ac : Luas amatan (mm2) Vs : Volume konsentrat dalam objek glass (ml) As : Luas substrat yang dikerik (cm2)
c.
Plankton
Pengambilan Pempel Plankton Prosedur pengambilan plankton dengan menggunakan plankton net
adalah sebagai berikut : 1. Mengkalibrasi plankton net dengan air lokal dengan cara mencelupkannya ke dalam perairan sampai seluruh permukaan terkena air kolam 2. Memasangkan botol film pada ujung plankton net dan mengikatnya 3. Mengambil
air
dengan
menggunankan
timba
dan
menyaringnya
menggunakan plankton net secara komposit (mengambil sampel secara acak). Dalam praktikum ini jumlah air yang disaring sebanyak 25 liter. 4. Menambahkan bahan preservasi (pengawet) sebanyak 1-2 tetes pada konsentrat plankton yang tertampung dalam botol film 5. Memberi label pada sempel plankton diberi label dan memasukkannya ke dalam cool box
Pengamatan Plankton di Laboratorium Untuk pengamatan plankton, sampel awetan diambil menggunakan pipet
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
tetes untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali perbesaran, kemudian diamati gambar dan ciri-ciri dari spesies yang didapat untuk kemudian dicocokkan dengan buku Presscot untuk mengetahui klasifikasi dari spesies tersebut
Perhitungan Kelimpahan Plankton Kelimpahan plankton dihitung dengan persamaan modifikasi Lackey Drop
sebagai berikut:
N=
TxV
xn
LxvxPxW
Keterangan: N
: Kelimpahan plankton (ind/l)
n
: Jumlah plankton yang diamati (ind)
T
: Luasan cover glass (mm2)
V
: Volume konsentrat pada botol contoh (ml)
L
: Luas amatan (mm2)
v
: Volume konsentrat dalam objek glass (ml)
P
: Jumlah lapang pandang
W : Volume air sampel yang disaring (l)
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
4. LEMBAR HASIL PENGAMATAN
a. Benthos Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun
:
Deskripsi Lingkungan Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Data Parameter Fisika dan Kimia Air No.
b.
Parameter
1.
Suhu
2.
Kecepatan arus
3.
pH
4.
DO
5.
BOD
6.
CO₂
7.
TOM
8.
Amonia
9.
Nitrat
10.
Orthofosfat
11.
Kecerahan
Hasil Pengukuran
Perifiton Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun
:
Deskripsi Lingkungan Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Data Parameter Fisika dan Kimia Air No.
Parameter
1.
Suhu
2.
Kecepatan arus
3.
pH
4.
DO
5.
BOD
6.
CO₂
7.
TOM
8.
Amonia
9.
Nitrat
10.
Orthofosfat
11.
Kecerahan
Hasil Pengukuran
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
c.
Plankton Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun
:
Deskripsi Lingkungan Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Data Parameter Fisika dan Kimia Air No.
Parameter
1.
Suhu
2.
Kecepatan arus
3.
pH
4.
DO
5.
BOD
6.
CO₂
7.
TOM
8.
Amonia
9.
Nitrat
10.
Orthofosfat
11.
Kecerahan
Hasil Pengukuran
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
FORMAT PENULISAN LAPORAN TULIS DAN KETIK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN Cover Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Praktikum 1.3. Kegunaan Praktikum 1.4. Waktudan Tempat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ekologi Perairan 2.2. Ciri-Ciri Ekologi Sungai 2.3. Ciri-Ciri Ekologi Kolam 2.4. Siklus Hidrologi + Gambar 2.5. Rantai Makanan + Gambar 2.6. Hubungan Interaksi Antar Organisme dalam Ekologi Perairan 2.7. Faktor-Faktor Ekosistem Sungai 2.7.1. Fisika 2.7.2. Kimia 2.7.3. Biologi 2.8. Faktor-Faktor Ekosistem Kolam 2.8.1. Fisika 2.8.2. Kimia 2.8.3. Biologi 2.9. Benthos 2.9.1. Definisi Benthos 2.9.2. Ciri-Ciri Benthos 2.9.3. Peran Benthos di Perairan 2.9.4. Jenis Benthos di Perairan + Gambar 2.9.5. Kelimpahan Benthos + Rumus 2.10. Perifiton 2.10.1. Definisi Perifiton 2.10.2. Ciri-Ciri Perifiton 2.10.3. Peran Perifiton di Perairan 2.10.4. Jenis Perifiton di Perairan + Gambar 2.10.5. Kelimpahan Perifiton + Rumus 2.11. Plankton 2.11.1. Definisi Plankton 2.11.2. Ciri-Ciri Plankton 2.11.3. Peran Plankton di Perairan 2.11.4. Jenis Plankton di Perairan + Gambar 2.11.5. Kelimpahan Plankton + Rumus
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
3. METODE 3.1. Fungsi Alat dan Bahan 3.1.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus 3.1.2. Parameter Kimia a. potential of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 3.1.3. Parameter Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton 3.2. Analisis Prosedur 3.2.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus 3.2.2. Parameter Kimia a. potential of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 3.2.3. Parameter Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lingkungan Pengamatan (Foto Dokumentasi + Deskripsi Lingkungan Tanpa Literatur) 4.1.1. Stasiun Benthos 4.1.2. Stasiun Perifiton 4.1.3. Stasiun Plankton 4.2. Analisis Hasil Pengamatan Tiap Parameter 4.2.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
c. Kecepatan Arus 4.2.2. Parameter Kimia a. potensial of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 4.2.3. Paramer Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton 4.3 Rantai Makanan yang Terjadi di Perairan 4.4 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi (Benthos) 4.5 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi (Perifiton) 4.6 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi (Plankton) 4.7 Kualitas Perairan di Sumberrawan 4.8 Faktor Koreksi 4.9 Manfaat di Bidang Perikanan 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Skema Kerja - Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus - Parameter Kimia a. potensial of Hydrogen(pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat i. Spektrofotometer - Parameter Biologi a. Benthos
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
b. Perifiton c. Plankton Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Organisme Perairan - Stasiun Benthos dan Perhitungan - Stasiun Perifiton dan Perhitungan - Stasiun Plankton dan Perhitungan Lampiran 3. Data Hasil Kualitas Air - Stasiun Benthos dan Perhitungan - Stasiun Perifiton dan Perhitungan - Stasiun Plankton dan Perhitungan Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan (Tiap Perlakuan) Ketentuan: Latar belakang 3 literatur + 1 paragraf parafrase minimal 5 kalimat Tinjauan pustaka 2 literatur + 1 paragraf parafrase minimal 5 kalimat Literatur dilarang menggunakan BLOG, Buku SMA/SMK, SMP dan SD Jurnal mulai tahun 2012 ke atas Skripsi, Tesis, Disertasi mulai tahun 2012 ke atas Gambar berasal dari buku atau jurnal (non google image) Warna Cover (Satu program studi harus sama) BP : Hijau Tosca MSP : Merah Muda IK : Biru Laut AP : Abu-abu THP : Merah PSP : Kuning Pengumpulan tiket masuk pada Senin, 1 Mei 2017 jam 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Bioteknologi dan Lingkungan Perairan Batas FIX Tiket Masuk tanggal 24 April 2017 Lampiran memuat dokumentasi pengambilan data praktikum tiap perlakuan Format laporan Arial 11, Margin 4,3,3,3 Spasi 2 CP : Bunga (087865963056/idline: bungasadiyah) BP : Siwi (085730157056) dan Ismail (085862963876) MSP : Rifqi (085232507117) dan Rahmalia (085785397881) IK : Rona (082165484625) dan Azzam (085346670800) AP : Inas (08116201211) dan Silvia (087776761876) THP : Nifta (082257085266) dan Ihsaan (082257687365) PSP : Cilia (081252002066) dan Dhehan (08819530545)
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017
No
Nama
NIM
No Telpon
1
Handian Febyadi Eka Putra
145080501111057
089689970680
2
Dea Shofura Wijayanti
145080500111045
082311721955
3
Rangga Idris Affandi
145080500111018
089680306968
4
Nur Laily Mila Atus Sholikhah
145080500111006
085258724349
5
Cilia Hengtya Ghowina
145080500111025
081252002066
6
Mohammad Rizal Ilhami
145080500111015
085223261993
7
Muhammad Rifqi Adilah
145080500111014
085232507117
8
Nifta Idza Nur Alfi
145080100111033
082257085266
9
Bunga Sa’diyah Al’azizah
145080500111033
087865963056
10
Inas Vebrina
145080101111040
08116201211
11
Hilcham Nurrohman Septiawan
145080500111041
085748022332
12
Dwi Putri Febianti
145080501111053
081360597637
13
Hajar Alviyyah Rohmaningsih
145080100111010
082330056120
14
Nety Pitriani
145080100111001
085655510675
15
Novita Prima Eka Cahyani
145080500111047
082257940197
16
Ronauli Sinaga
145080101111079
082165484625
17
Siwi Oktafia Sabtaningsih
145080100111009
085730157056
18
Dima Yusrotul Hidayah
155080501111003
085816619822
19
Silvia Anggaita
155080501111008
087776761876
20
Ismail Noer Muhamad
165080200111047
085862963876
21
Kiki Nur Azzam K.
155080507111028
085346670800
22
Aprilia Ekawati
155080501111055
085775245782
23
Rahmalia Eka Kenitasari
155080501111051
085785397881
24
Dhehan Febrianto
155080500111002
08819530545
25
Bagus Ihsaan I.
155080500111065
082257687365
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB