Panduan Lapangan Amfibi & Reptil di Areal Mawas Propinsi Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus)
Editor: Profesor Dr Djoko T. Iskandar, Firman Syah Kredit foto: Firman Syah, Giyanto, Gondanisam, Riza Marlon, dan penulis
YAYASAN PENYELAMATAN ORANGUTAN BORNEO THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION Email :
[email protected] Website : www.orangutan.or.id Mawas Kalteng: Jl. Raya Galaxi No. 211 Palangkaraya Kalimantan Tengah, 73122
Amfibi & Reptil BOSF-1
PENGANTAR Indonesia merupakan kawasan tropis yang dipengaruhi oleh dua benua yaitu; Asia dan Australia. Hal ini antara lain juga menjadikan kawasan ini kaya akan keanekaragaman flora fauna. Walaupun demikian informasi mengenai kekayaan flora dan fauna belum banyak dipublikasikan di Indonesia, khususnya mengenai amfibi & reptil. The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) berdiri pada tahun 1991. BOSF merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dibidang konser vasi dan penyelamatan oragutan Borneo (Pongo pygmaeus). BOSF juga mendukung upaya pemulihan habitat, peningkatan kesehatan dan ekonomi masyarakat disekitar lokasi kerja, melalui program yang telah dan sedang berlangsung seperti penanaman jelutung (Diera sp), karet dan rotan. Beberapa lokasi yang dikelola BOSF di Kalimantan yaitu; Hutan Lindung Sungai Wain pada saat ini telah diserahkan kembali kepada Departemen Kehutanan, Hutan Lindung Gunung Beratus, dan dalam upaya penyelamatan orangutan sebagai dari gangguan habitat maka di Kalimantan Tengah maka BOSF mendirikan Pusat Rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng dan sebagian telah dilepasliarkan di bekas areal lahan gambut sejuta hektar di Blok AB atau lebih dikenal areal mawas gambar 1. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia mengenal amfibi dan reptil dengan baik, meskipun satwa tersebut secara nyata telah dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, obat-obatan, bahan baku kerajinan kulit, maupun binatang kesayangan. Sebagian besar masyarakat takut bertemu binatang tersebut, terutama ular yang dianggap sebagai binatang yang sangat menakutkan. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan secara populer untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap peran besar kedua kelas satwa tersebut di alam, yaitu sebagai pengendali serangga sekaligus penyetimbang populasi hama pertanian. Buku ini dirancang untuk memberikan kemudahan bagi para teknisi lapangan BOSF, kehutanan, pecinta alam, para guru dan siswa, untuk mengidentifikasi jenis-jenis amfibi dan reptil yang dijumpai di lapangan atau lingkungan 2-Amfibi & Reptil BOSF
sekitarnya. Apabila dikemudian hari ada jenis yang tidak dijumpai dalam buku ini, berarti jenis tersebut merupakan informasi tambahan dari daftar jenis yang telah ada, dan dapat mencatatnya di dalam halaman catatan. Perubahan nama jenis terus terjadi dan berlangsung secara cukup pesat, sehingga sering membingungkan para peneliti pemula karena tidak sesuai dengan buku panduan yang sering di jumpai. Untuk itu Penulis masih menggunakan nama lama, dan tetap mencantumkan nama baru yang sudah berubah, sehingga mudah-mudahan cara ini membantu pengamat dilapangan. Buku ini memuat gambar setiap jenisnya, ukuran, ciri-ciri morfologi, habitat, dan persebaran masing-masing jenis di areal BOSF Kalimantan Tengah, dan di areal reintroduksi orangutan di Hutan Lindung Gunung Beratus Kalimantan Timur. Buku ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang satwa amfibi dan reptil di kawasan hutan tropis Kalimantan, serta merangsang para siswa dan mahasiswa untuk melakukan penelitian khususnya amfibi dan reptil, sehingga menambah khazanah pengetahuan mengenai flora fauna tropis di Indonesia. Medan, Februari 2008 Penyusun, Mistar
Amfibi & Reptil BOSF-3
DAFTAR ISI Pengantar ...............................................................................2 Daftar Isi dan gambar...............................................................4 Bab I. Pendahuluan.................................................................8 Bab II. Mengenal Amfibi dan Reptil .................................14 Bab III. Kapan dan dimana mencari Amfibi dan Reptil.. .................................................................................................17 Bab IV. Bangsa Anura ..........................................................21 IV.1. Famili Megophryidae..................................21 IV.2. Famili Bufonidae ......................................22 IV.3. Famili Dicroglossidae.................................31 IV.4. Famili Microhylidae .................................38 IV.5. Famili Ranidae ..........................................39 IV.6. Famili Rhacophoridae ..............................44 Bab V. Sub-Bangsa Lacertilia (bunglon, cicak, kadal, biawak)..................................................................................50 V.1. Famili Gekkonidae ....................................50 V.2. Famili Agamidae ........................................55 V.3. Famili Lacertidae .......................................60 V.4. Famili Scincidae .........................................61 V.5. Famili Varanidae ........................................63 Bab VI. Sub-Bangsa Ophidia (Ular) ....................................65 VI.1. Famili Pythonidae ...................................65 VI.2. Famili Xenopeltidae ................................67 VI.3. Famili Acrochordidae..............................68 VI.4. Famili Colubridae ....................................69 VI.5. Famili Elapidae ........................................84 VI.6. Famili Crotalidae .....................................85 Bab VII. Bangsa Chelonii (kura-kura, bulus)...................87 VII.1. Famili Geoemydidae...............................87 VII.2. Famili Trionychidae ...............................92 Bab VIII. Bangsa Crocodylia (buaya)................................95 VIII.1. Famili Crocodylidae .............................95 Bab IX. Menghindari dan penanganan gigitan ular ..........97 Ucapan Terima Kasih .......................................................101 Daftar Pustaka .....................................................................102 Kamus singkat ...................................................................104 Indek ..................................................................................106 Lampiran. Daftar jenis-jenis amfibi dan reptil di areal BOSF Kalimantan ..........................................................................114 Perihal Penulis ....................................................................118 Daftar Gambar 1. Peta Lokasi Areal Mawas 4-Amfibi & Reptil BOSF
2. Dampak Kebakaran Hutan 2001 3. Nepenthes ampullaria 4. Kayu ulin yang ditebang kemudian ditinggalkan karena berlubang 5. Jalan papan untuk monitoring flora fauna, dan gambut 6. Kolam atau genangan di hutan merupakan tempat ideal 7. Kolam adalah tempat utama katak pohon meletakkan telur 8. Leptolalax gracilis* 9. Ansonia jenis baru* 10. Ansonia leptopus* 11. Ansonia minuta* 12. Ansonia spinulifer* 13. Bufo asper 14. Bufo divergens 15. Bufo quadriporcatus 16. Bufo juxtasper 17. Pedostibes hosii (betina) 18. Pedostibes hosii (jantan) 19. Pedostibes rugosus* 20. Pseudobufo subasper 21. Fejervarya cancrivora 22. Fejervarya limnocharis 23. Limnonectes ibanorum* 24. Limnonectes kuhlii 25. Limnonectes leporinus* 26. Limnonectes malesianus 27. Limnonectes paramacrodon 28. Occidozyga baluensis 29. Occidozyga laevis 30. Microhyla berdmorei 31. Meristogenys whiteheadi* 32. Rana baramica 33. Rana chalconota 34. Rana hosii 35. Rana nicobariensis 36. Rana picturata 37. Staurois natator 38. Nyctixalus pictus 39. Polypedates colletti 40. Polypedates colletti (pola totol) 41. Polypedates leucomystax 42. Polypedates macrotis 43. Polypedates otilophus 44. Rhacophorus pardalis 45. Cyrtodactylus malayanus Amfibi & Reptil BOSF-5
46. Cyrtodactylus sp 47. Gekko monarchus 48. Gekko smithi 49. Gehyra mutilata 50. Hemydactylus frenatus 51. Aphaniotis ornata 52. Bronchocela cristatella 53. Draco melanopogon 54. Draco quinquefasciatus 55. Draco sumatranus 56. Gonocephalus borneensis 57. Gonocephalus grandis 58. Takydromus sexlineatus 59. Dasia vittata* 60. Eutropis multifasciata 61. Varanus salvator 62. Python curtus 63. Python reticulatus 64. Xenopeltis unicolor 65. Achrochordus javanicus 66. Ahaetulla prasina 67. Boiga dendrophila 68. Dendrelaphis caudolineatus 69. Dendrelaphis formosus 70. Dendrelaphis pictus 71. Gonyosoma oxycephalum 72. Homalopsis buccata 73. Astenodipsas laevis 74. Lepturophis albofuscus 75. Macrophisthodon flaviceps 76. Macrophisthodon rhodomelas 77. Psammodynastes pictus 78. Ptyas fuscus 79. Rhabdophis chrysargos 80. Rhabdophis conspicillata 81. Xenelaphis hexagonotus 82. Xenochrophis trianguligerus 83. Maticora bivirgata 84. Ophiophagus hannah 85. Tropidolaemus wagleri 86. Cuora amboinensis (dorsal) 87. Cuora amboinensis (ventral) 88. Cyclemys oldhamii (dorsal) 89. Cyclemys oldhamii (ventral) 90. Heosemys spinosa 91. Malayemys subtrijuga 6-Amfibi & Reptil BOSF
92. Callagur borneensis 93. Callagur borneensis (ventral) 94. Amyda cartilagenea 95. Dogania subplana 96. Tomistoma schlegelii * endemik Kalimantan (Borneo)
Amfibi & Reptil BOSF-7
BAB I. PENDAHULUAN Pulau Borneo atau dikenal dengan Pulau Kalimantan merupakan salah satu dari lima pulau besar di Asia Tenggara dengan luas 575.000 km2. Pulau ini secara administrasi terbagi atas tiga Negara yaitu; Kerajaan Malaysia, Kesultanan Brunei Darussalam, dan Republik Indonesia. Wilayah Indonesia terdiri dari empat propinsi yaitu; Kalimantan Barat (dengan ibukota Pontianak), Kalimantan Tengah (Palangkaraya), Kalimantan Selatan (Banjarmasin), dan Kalimantan Timur (Samarinda). Propinsi Kalimanan Tengah dengan luas 15.800 km2, jumlah penduduk 1.8 juta (sensus 2000), dengan pertambahan jumlah penduduk rata-rata 2,7% pertahun dari tahun 1990 dan 2000. Kalimantan Tengah di dominasi oleh suku Dayak. Secara geografi terletak antara 0º45’ Lintang Utara 3º30’ Lintang Selatan sampai 111º-116º Bujur Timur. Rawa gambut merupakan kawasan yang berkarakter menarik, karena mengandung air sekitar 90%. Hal ini berarti bahwa gambut mempunyai kemampuan menyerap air sampai sembilan kali dari volumenya sendiri. Oleh karena itu, pada saat tidak ada hujan, kawasan gambut dapat menjadi sumber air bagi kawasan yang lebih rendah dan berperan sebagai penyangga hidrologi. Karena pentingnya peranan gambut dalam menjaga ketersedian dan kesetimbangan air, maka pengelolaannya telah diatur oleh Keppres No. 32 tahun 1990. Dalam Keppres tersebut dinyatakan bahwa lahan gambut dengan ketebalan lebih
Gambar 1. Peta Areal Mawas-Kalimantan Tengah
8-Amfibi & Reptil BOSF
dari tiga meter dan terletak di hulu sungai atau rawa termasuk dalam kriteria dilindungi. Lapisan-lapisan gambut dan hutannya yang meliputi propinsi ini merupakan salah satu dari penyerap karbon terbaik di dunia, dengan tingkat pertumbuhan gambut antara 0,5-1,3 cm/pertahun atau sekitar 290-670 gC/m2/tahun atau, rata-rata kapasitas penyerapan tahunan sekitar 4.105 ton C/km2. Karena kemampuan penyerapan karbon ini, dalam waktu dekat kapasitas ini akan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena masalah yang berkaitan dengan pemanasan global (Herman & Meijaard, 2001).
Gambar 2. Dampak kebakaran hutan tahun 2001
Foto: Mistar_BOSF
Laju kerusakan hutan rawa gambut, sangat cepat terjadi ketika dimulainya proyek PLG (Proyek Lahan Gambut) sejuta hektar yang diawali pada tahun 1990, dan dihentikan pada tahun 1998. Kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 dan 2001, turut membantu percepatan laju kerusakan hutan seperti pada gambar 2.
Hutan rawa gambut Kalimantan tidak saja penting sebagai penyangga hidrologi, penyerap karbon, tetapi juga merupakan tempat tinggal bagi banyak flora dan fauna. Hasil survei keanekaragaman hayati yang telah dilakukan oleh BOSF diperoleh; Mamalia 49 jenis, Burung 201 jenis dari 41 famili, ikan 44 jenis dari 13 famili, amfibi 15 jenis dari 4 famili, dan reptil 43 spesis dari 15 famili (lihat lampiran 1). Hasil studi ini juga menemukan jenis baru dari kelompok amfibi dari famili Bufonidae dari marga Ansonia. Studi vegetasi hanya pada tingkat pohon diperoleh 239 jenis dari 47 famili, banyak jenis-jenis flora memerlukan Amfibi & Reptil BOSF-9
Gambar 3. Nepenthes ampullaria
Foto: Mistar_BOSF
penggalian lebih dalam lagi, salah satunya adalah tumbuhan pemakan serangga atau kantong semar (Nepentes sp), tumbuhan ini adalah salah satu indikator tanah asam gambar 3.
Data-data survei tersebut akan digunakan untuk mendukung BOSF dalam rangka mempersiapkan langkahlangkah persiapan negoisasi dengan pihak public Carbon Offset dan dalam rangka Debt for Nature Swap di Blok E bekas PLG atau dikenal areal Mawas. Yayasan BOSF berdasarkan surat Persetujuan Prinsip Gubernur Kalimantan Tengah No 38/GUB-VII/2002 yang menyebutkan Persetujuan Program Pengembangan Kawasan Hutan di Blok E (Program Mawas) untuk tujuan konservasi hutan. Program Deft for Nature Swap dan Carbon Offset yang akan dilaksanakan oleh BOS Foundation. Kawasan rawa gambut tidak saja penting sebagai tata hidrologi, flora dan fauna, tetapi jauh lebih penting bagi kehidupan manusia, tempat ribuan manusia menggantungkan kehidupannya dan juga sebagai daya dukung transportasi bagi sungai-sungai seperti Sungai Barito, dan Sungai Kapuas. Hutan Lindung Gunung Beratus Lokasi ini sedianya tidak dimasukkan dalam buku ini, tetapi atas pertimbangan manfaat yang dapat diambil bagi petugas lapangan yang berada di bawah pengelolaan BOSF sehingga hasilnya seperti yang Anda baca. Hutan Lindung Gunung Beratus dikelilingi oleh dua Hak Pengusahaan Hutan yaitu; 10-Amfibi & Reptil BOSF
PT. Indonesian Timber Corporation International (ITCI), dan PT. Balikpapan Forestry Industries (BFI). Di dalam kawasan ini terdapat satu desa yaitu; Desa Pemantas. Hutan Lindung Beratus secara administratif termasuk dalam dua Kabupaten yaitu: Kabupaten Pasir dan Kabupaten Kutai Barat. Hasil survei di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus diperoleh 41 jenis terdiri atas amfibi 28 jenis, dari 5 famili, dan reptil 13 jenis, dari 7 famili. Kawasan ini mendapat tekanan yang sangat mengerikan karena merupakan salah satu pusat persebaran kayu ulin (Eusideroxylon zwaageri), bahkan penebang tidak tahu batang dengan kualitas baik atau tidak berlubang, gambar 4 merupakan salah satu kekurangtahuan penebang. Menariknya hutan perbukitan terbuka khususnya hutan sekunder banyak ditumbuhi pohon bandang atau palem lontar (Barasodendron borneensis), palem tersebut merupakan sumber makanan yang sangat
Gambar 4. Kayu Ulin yang ditebang kemudian ditinggalkan karena berlubang
penting bagi orangutan ketika buah menjadi jarang. Berbagai upaya telah, dan sedang dilakukan oleh BOS Foundation untuk upaya penyelamatan orangutan dan habitatnya antara lain:
√
Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset (BOS-Wanariset) didirikan tahun 1991 di Kalimantan Timur merupakan proyek pertama. Di BOS-Wanariset, orangutan bekas peliharaan (hasil sitaan maupun yang diserahkan oleh masyarakat), menjalani proses karantina untuk pemeriksaan kesehatannya, karena orangutan sering Amfibi & Reptil BOSF-11
tertular oleh penyakit manusia antara lain; hepatitis, tubercolesis (TBC), dan terinfeksi parasit. Setelah melalui proses karantina, orangutan perlu belajar sosialisasi sebelum dilepas-liarkan dihabitatnya. Pusat reintroduksi juga didirikan di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. √ Pelepasan dilakukan pada lokasi kawasan yang dilindungi. Pelepas-liaran bersifat permanen, tetapi dukungan manusia masih diperlukan, dan secara bertahap dikurangi atau dihilangkan pada waktu orangutan telah dianggap mandiri. Beberapa lokasi pelepasan orangutan yang lakukan oleh BOSF adalah: ♦Hutan Lindung Sungai Wain, saat ini telah diserahkan ke Departemen Kehutanan. ♦Hutan Lindung Gunung BeratusKalimantan Timur. ♦Blok AB-Bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar-Kalimantan Tengah. √ Penelitian orangutan liar dilakukan di Stasiun Penelitian Tuanan, Kecamatan Tuanan, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian tidak hanya terbatas pada pada orangutan saja, tapi terhadap satwa liar lainnya (mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan), flora atau tumbuhan. Selain itu juga dilakukan monitoring pohonpohon yang terdapat di sekitar jalur-jalur penelitian, dan lahan gambut. Jalur papan adalah salah satu jalan utama penelitian di Stasiun Penelitian Tuanan dan pos penilitian rawa gambut Danau Begantung seperti pada gambar 5.
√
Melakukan penyadaran (awareness) tentang penyelamatan oranGambar 5. Jalan papan untuk gutan dan habitatnya, baik
monitoring flora fauna, dan gambut.
12-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Menyadari bahwa, pekerjaan menyelamatkan orangutan bukanlah pekerjaan mudah dan murah, maka upaya kerjasama dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, dan masyarakat sekitar lokasi telah dan akan terus dilakukan, antara lain:
melalui kunjungan ke sekolah-sekolah, desa-desa baik secara langsung maupun melalui media (leaflet dan poster). √ Melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan, Kepolisian dan Pengadilan dalam upaya penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang berusaha memiliki orangutan. √ Melakukan pelatihan tekhnik budidaya rotan dan perikanan telah dan akan terus dilakukan khususnya di lokasi Kalimantan Tengah, karena hampir tidak mungkin mengembangkan pertanian di hutan yang berair asam. √ Reboisasi hutan yang pernah terbakar dengan tanaman hutan asli termasuk jelutung, dan tanaman hutan lainnya, telah dan terus dilakukan sebagai upaya ekonomi alternatif pada masa depan bagi masyakat sekitar kawasan untuk memanen getahnya.
Amfibi & Reptil BOSF-13
BAB II. MENGENAL AMFIBI DAN REPTIL Amfibi seperti kata harfiahnya yaitu; amphi-ganda, bioshidup artinya adalah hewan yang hidup di dua alam yaitu: air dan darat. Amphibia adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata) yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan atau ectoterm, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar amfibi mempunyai anggota gerak dengan jari-jari. Telurnya tidak bercangkang, dan diletakkan dalam air atau tempat yang lembab untuk menghindari kekeringan. Kalimantan dihuni oleh paling sedikit 155 jenis, termasuk kodok primitif yaitu; Borbourula kalimantanensis. Para ahli memperkirakan terdapat sekitar 6000-10000 jenis amphibia di dunia, dan menurut (Mattison, 2005) terdapat 5.359 terbagi atas 3 bangsa: 1. Gymmophiona (Apoda); lebih dikenal dengan sisilia ± 159 jenis. Bangsa ini terdiri dari dua marga yaitu; Caudacaecilia yang terdiri dari empat jenis, tersebar luas di India, Indo-China, Malaysia, Philipina dan Kawasan Indonesia bagian barat Sumatera dan Kalimantan. Marga Ichthyophis sekitar 30 jenis tersebar di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Bangsa ini mempunyai bentuk tubuh seperti cacing dengan kepala dan mata tampak jelas. Aktif pada malam hari dan membutuhkan perairan yang jernih sebagai habitatnya. Jenis ini sulit dijumpai karena hidup di sungaisungai kecil maupun besar pada stadium larva yaitu ekor masih terdapat bagian tubuh seperti sirip di bagian ekor, dan kemudian akan mereduksi setelah dewasa dan hidup dalam liang-liang tanah. 2. Urodela (Caudata); salamander dan newt ± 400 jenis, anggota jenis tidak terdapat di Indonesia. Daerah terdekat Persebaran salamander adalah Vietnam, Laos dan Thailand Utara. 3. Anura; katak dan kodok ± 4.800 jenis, lebih dari 500 jenis di antara terdapat di Indonesia. Di Indonesia bangsa ini mempunyai sebaran yang luas dari Sumatera hingga Papua. Reptilia, berbeda dengan amphibia yang tidak bersisik, seluruh reptilia merupakan hewan bersisik dan telurnya 14-Amfibi & Reptil BOSF
mempunyai cangkang kapur (calcareous). Selain mempunyai kuning telur, embrio reptilia mempunyai membran ekstra embrional seperti pada burung dan mammalia. Reptilia menurut (Mattison, 2005) terdapat lebih dari 8.000 jenis di dunia, terbagi atas 4 bangsa, dan 3 anak bangsa sebagai berikut: 1. Chelonii (Testudines); kura-kura, penyu ± 238 jenis 2. Rhynchocephalia; tuatara ± 2 jenis 3. Squamata dibagi menjadi 3 anak bangsa; a. Amphisbaenia, kadal cacing (worn lizard) ± 168 jenis b. Sauria (Lacertilia), kadal ± 4.700 jenis c. Serpentes (Ophidia), ular ± 2.900 jenis 4. Crocodylia, Aligator dan buaya ± 22 jenis Bentuk dan ukuran tubuh amfibi dan reptil sangat beragam. Amfibi misalnya berukuran paling kecil kurang dari 1 cm, dan beberapa jenis mempunyai ukuran lebih dari 50 cm, begitupun dengan reptil mulai kurang dari 3 cm, dan beberapa jenis dapat mencapai 10 meter atau lebih. Amfibi dan reptil mempunyai daerah persebaran yang sangat luas di dunia, menempati semua benua kecuali Antartika, dapat dijumpai dari dari laut, sungai, darat, tepi pantai, hutan dataran rendah sampai pegunungan, namun demikian bukan berarti setiap jenis amfibi dan reptil dapat dijumpai di semua tempat. Beberapa jenis amfibi dan reptil memiliki daerah sebaran yang sempit dan terbatas, kadang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik, sehingga jenisjenis yang mempunyai habitat spesifik sangat baik digunakan sebagai jenis indikator terjadinya perubahan lingkungan. Turun atau hilangnya populasi jenis yang habitat spesifik menandakan adanya perubahan kualitas lingkungan pada lokasi tersebut, meskipun perubahan yang terjadi mungkin tidak terlalu tampak. Sering kali kita mengabaikan perubahan kualitas lingkungan dalam skala yang kecil dan baru tersadar ketika perubahan yang terjadi telah menjadi besar. Oleh sebab itu jenis amfibi dan reptil mempunyai habitat spesifik sangat bermanfaat untuk memberikan peringatan dini terjadinya perubahan lingkungan. Secara umum daerah hidup amfibi dibagi tiga yaitu: Pertama, adalah amfibi yang dapat berasosiasi dengan Amfibi & Reptil BOSF-15
manusia seperti: permukiman, sawah, kolam dan berbagai tipe lain yang dibuat manusia. Paling sedikit ada delapan jenis yang diketahui berasosiasi dengan manusia antara lain: Bufo melanostictus, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Kaloula baleata, K. pulchra dan Polypedates leucomystax. Jenis lainnya merupakan amfibi yang tinggal hutan primer maupun hutan sekunder. Kedua, adalah amfibi yang terdapat di daerah peralihan antara hutan dan permukiman seperti; Bufo divergens, Bufo qaudriporcatus, Rana picturata, Leptomantis appendiculatus, Rhacophorus pardalis, Rhacophorus nigropalmatus. Ketiga, secara umum amfibi menempati habitat hutan primer. Reptilia dari sub-bangsa Lacertilia sebagian yang berasosiasi dengan lingkungan manusia sampai di sekitar kebun yang tidak monokultur antara lain: Hemidactylus frenatus, Gehyra mutilata, Gekko monarchus, Bronchocela cristatella, Draco sumatranus, Eutropis multifasciata, selebihnya merupakan penghuni hutan primer maupun sekunder. Bangsa Chelonii (Testudines) atau kura-kura, hampir tidak ada yang dapat berasosiasi dengan manusia, namun sering diadopsi sebagai binatang kesayangan oleh masyarakat perkotaan, umumnya bila dijumpai di sekitar permukiman akan segara di tangkap, untuk dimakan atau untuk dijual, karena biasanya sudah ada yang bersedia menampung hewan tersebut. Bangsa Crocodylia (buaya), tidak ada satupun dari anggota jenis ini yang benar-benar dapat bersahabat dengan manusia. Walaupun dipelihara biasanya pemilik melakukan perlindungan yang ketat, karena dianggap berbahaya. Kulitnya mempunyai nilai jual yang tinggi terutama sebagai bahan baku kerajinan kulit. Usaha penangkaran telah dan terus dilakukan di banyak tempat jenis ini terdapat, khususnya buaya muara (Crocodylus porosus). Buaya sapit (Tomistoma schlegelii) dianggap sebagai teman bagi pencari ikan karena dapat dijadikan indikator keberadaan ikan, lebih dari itu kulitnya kurang diminati oleh pelaku pasar. Sub-bangsa ular paling banyak variasinya, bahkan ada yang sudah maju, dan sebagian masih primitif dalam hal jenis. Semua jenis ular yang terdapat di areal BOSF termasuk ular darat, walaupun banyak yang hidup di air tawar seperti; Acrochordus javanicus, Enhydris doriae, Homalopsis buccata. 16-Amfibi & Reptil BOSF
BAB III. KAPAN DAN DIMANA MENCARI AMFIBI DAN REPTIL Pencarian amfibi dan reptil dapat dilakukan secara bersamaan karena binatang tersebut hidup pada habitat yang hampir sama. Pencarian dapat dilakukan sepanjang siang dan malam hari, namun demikian perlu memilih waktu-waktu tertentu. Amfibi dan reptil mempunyai dua pola aktivitas yaitu; aktif siang hari (diurnal) dan aktif dimalam hari (nocturnal). Oleh karena itu waktu yang dianggap paling tepat untuk pencarian adalah waktu peralihan antara siang dan malam hari yaitu; pagi antara pukul 05.00 sampai 11.00, dan malam hari pukul 18.00 atau satu jam setelah gelap sampai pukul 22.00.
Gambar 6. Kolam atau genangan di hutan merupakan tempat ideal
Amfibi dan reptil digolongkan berdasarkan tempat yang umumnya ditemukan adalah: 1) Akuatik, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya terdapat di perairan. 2) Arboreal, hewan yang hidup di atas pohon. 3) Terrestrial, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di atas permukaan tanah. 4) Fossorial, hewan yang hidup dalam lubang-lubang tanah. Pemahaman dan pengetahuan habiAmfibi & Reptil BOSF-17
Foto: Mistar_KEM
Di mana mencari amfibi dan reptil?. Seperti disebutkan sebelumnya, amfibi dan reptil hidup di air dan darat, namun demikian kita harus memilih tempat-tempat yang diduga sebagai habitatnya. Antara lain, sungai-sungai besar maupun kecil, kolam-kolam kecil (gambar 6), kubangan hewan, kayu lapuk, dan akar banir yang terakumulasi dengan serasah daun.
tat, relung amfibi dan reptil akan memudahkan untuk menemukan hewan-hewan yang akan dicari atau jenis-jenis target. Untuk pemahaman yang baik, seseorang memerlukan waktu orientasi lapangan sekitar 3 hingga 15 hari tergantung pada kondisi lapangan dan pemahaman dasar pengamat.
Berjalan di dataran atau pung gungan bukit, merupakan tempat yang baik untuk mencari jenisjenis amfibi maupun reptil yang mempunyai habitat dan relung yang spesifik. Misalnya katak mulut sempit (Metaphrynella sundana) hanya menempati lubang-lubang pohon yang berisi air. Banirbanir pohon kayu besar, Gambar 7. Kolam adalah tempat utama kayu mati dan lapuk juga katak pohon meletakkan telur merupakan tempat yang sangat baik untuk mencari beberapa jenis kadal, cicak dan ular untuk mencari makan atau meletakan telur, istirahat atau bersembunyi. Ancaman utama terhadap amfibi dan reptil adalah penyusutan dan hilangnya habitat. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh; pembukaan hutan untuk di konversi menjadi areal pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Selain itu, pemanenan yang berlebihan merupakan penyebab utama penurunan populasi, di Kalimantan Tengah khususnya sekitar Sungai Kapuas dan Barito, walaupun tidak ada data pasti seberapa besar suatu populasi mengalami penurunan. 18-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_KEM
Menyusuri sungai-sungai kecil yang masih tertutup tajuk rapat pada malam hari merupakan waktu yang tepat untuk menemukan banyak jenis amfibi, bunglon maupun ular. Kolam-kolam kecil, kubangan babi ditengah hutan, genangan-genangan air menyerupai kolam, sangat ideal sebagai lokasi pengamatan terutama pada musim berbiak tempat sebagian besar katak pohon akan turun ke pinggiran kolam untuk meletakkan telur (gambar 7).
Memang tidak ada satu lembagapun di sekitar areal mawas yang melakukan monitoring perdagangan kura-kura, perkiraan penurunan populasi dapat dianalisis dengan mewawancarai penduduk yang berprofesi pencari ikan dan merangkap pemburu kura-kura, secara umum mereka bilang sepuluh tahun lalu dalam dua atau tiga hari sudah didapatkan satu sampan kura-kura dari berbagai jenis, dan sekarang paling banyak tiga sampai lima ekor sehari. Perburuan untuk diperdagangkan merupakan ancaman yang sangat besar bagi kelestariannya, sampai saat ini kurakura dan bulus merupakan jenis reptil yang paling banyak diburu dan diekspor ke negara-negara Asia Timur seperti Cina dan Taiwan untuk dikonsumsi daging, dan ke negaranegara Eropa dan Amerika untuk dipelihara. Di sekitar areal mawas Kalimantan Tengah beberapa jenis amfibi dan reptil yang diburu untuk komsumsi maupun diperdangkan antara lain; (Cyclemys oldhamii, Heosemys spinosa, Cuora amboinensis, Orlitia borneensis, Dogania subplana, Amyda cartilaginea, Pelochelys cantori, Varanus salvator), ular kadut (Acrochordus javanicus) hanya dikomsusi, dan katak puru rawa (Pseudobufo subasper) berdasarkan informasi masyarakat Mantangai ditangkap untuk dijual berupa kulit maupun hidupan dengan ukuran minimum 5 cm. Untuk memastikan laju penurunan suatu spesies memang memerlukan monitoring jangka panjang terutama pada pedagang pengumpul tingkat pertama, pengumpul tingkat kedua, sehingga penurunan spesies yang diburu dapat termonitor dengan baik. Hal ini penting untuk membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan ekport. Tidak dapat dipungkiri, bahwa hampir semua lahan yang dapat dijangkau dan dapat dibudidayakan, terutama hutan dataran rendah. Pada saat ini, kebanyakan hutan sudah dikonversi atau dijadwalkan untuk dikonversi, yang tersisa tinggal daerah-daerah yang kurang diminati oleh pemerintah daerah atau pelaku industri seperti halnya hutan rawa karena berbiaya mahal, namun demikian bukan berarti tidak ada masalah dengan penebangan. Hutan rawa yang dekat permukiman atau dekat dari sungai besar boleh dikatakan sudah tidak ada kayu besar lagi. Di areal mawas, kondisi ini jelas sangat memprihatinkan dan perlu segera diatasi dan dicari solusi. Rendahnya pemahaman pentingnya keberadaan jenis flora fauna dalam kesatuan vegetasi yang dinamakan hutan sangatlah berperan dalam proses Amfibi & Reptil BOSF-19
penghancuran kekayaan sumber daya alam yang kita miliki. Berangkat dari kepedulian tersebut maka Bornean Orangutan Sur vival Foundation mencoba memberikan kontribusi dengan menerbitkan buku Panduan Pengamatan Amfibi & Reptil di Kalimantan Tengah dan catatan di Hutan Lindung Beratus, dengan harapan akan mengubah pemahaman masyarakat terutama disekitar areal BOSF. Buku mengenai informasi hewan amfibi dan reptil sangat penting untuk digunakan mengevaluasi sumber daya alam dengan prinsip kelanjutan. Secara khusus buku ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman baru terhadap pentingnya keberadaan amfibi dan reptil dalam menjaga keseimbangan alam serta menghapus mitos-mitos yang selama ini berkembang di masyarakat disekitar lokasi kerja mawas. Misalnya mitos kalau digigit bunglon akan berakibat kematian, jika terkena kencing (urine) amfibi berakibat kebutaan, cecak di kalangan orang Dayak tabu untuk disentuh dan yang paling utama minimnya pengetahuan tentang ular berbisa, sehingga sering dijumpai ular yang mati sia-sia.
20-Amfibi & Reptil BOSF
BAB IV. BANGSA ANURA (Katak, Sisilia, Salamander) Kelas amfibi terdiri dari tiga bangsa yaitu: Pertama, Caudata atau salamander merupakan, satu-satunya amfibi yang tidak terdapat di Indonesia. Daerah terdekat yang di huni salamander adalah Vietnam, Laos dan Thailand Utara. Kedua, Gymnophiona atau sesilia, adalah amfibi seperti cacing, kepala dan mata yang tanpak jelas. Ketiga, Anura yang paling umum dijumpai dan dikenal dengan nama katak atau kodok. Di Kalimantan bangsa ini terdiri dari tujuh famili yaitu: Bombinatoridae, Megophryidae, Bufonidae, Microhylidae, Dicroglossidae, Rhacophoridae dan Ranidae. Enam famili yang disebut terakhir terdapat dalam areal kerja BOSF. BAB IV.1. FAMILI MEGOPHRYIDAE Famili Megophryidae merupakan kelompok katak serasah, terdiri dari empat marga yaitu: Leptobrachella, Leptobrachium, Leptolalax, dan Megophrys. Satu marga terdapat dalam areal BOSF di Beratus. Walaupun demikian, diyakini masih terdapat marga dan anggota jenis yang akan dijumpai, jika pencarian dilakukan pada habitat yang lebih baik dan waktu yang tepat. Marga Leptolalax Marga ini dicirikan oleh tubuh yang umumnya langsing, kulit licin, kaki langsing dan panjang, jari kaki hampir tidak berselaput, ujung jari tanpa pelebaran dan lompatannya tidak begitu jauh. Marga ini terdiri dari enam jenis di Kalimantan, yaitu: Leptolalax arayai, L. dringi, L. hamidi, L. maurus, L. pictus, dan L. gracilis. Jenis yang disebut terakhir terdapat dalam areal BOSF Beratus. Sarawak Slender Litter Frog (Gb. 8) Leptolalax gracilis Katak berukuran antara 31-48 mm, jari kaki belakang berselaput pada bagian dasar saja, pada bagian siku kaki depan selalu berwarna cerah, dan sangat kontras dengan bagian lengan atas dan bawah yang berwarna coklat tua. Katak serasah aktif pada malam hari, hidup di lantai hutan, kadang-kadang dijumpai di cabang tumbuhan tingkat herba. Amfibi & Reptil BOSF-21
Foto: Mistar_KEM
Gambar 8. Leptolalax gracilis
Dijumpai dihutan primer dan hutan sekunder pada daerah yang berbukit. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit Bukit 515), Sungai Nakan, Sungai Buan, Sebuku-Sembakung, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Malinau. BAB IV.2. FAMILI BUFONIDAE Famili Bufonidae beranggotakan enam marga di Borneo yaitu; Ansonia, Bufo, Leptophryne, Pedostibes, Pelophryne, dan Pseudobufo. Empat marga di antaranya terdapat areal BOSF yaitu: Ansonia, Bufo, Pedostibes, dan Pseudobufo. Tiga marga terdapat di areal Beratus, dan tiga marga terdapat di Kalimantan Tengah. Semua anggota famili ini dicirikan oleh kulit berbintil-bintil dipermukaan anggota tubuhnya. Marga Ansonia Marga dengan anggota 12 jenis di Borneo yaitu: Ansonia anotis, A. albomaculata, A. guibei, A. hanitschi, A. longidigita, A. torrentis, A. platysoma, A. latidisca, A. fuliginea, A. minuta, A. leptopus, A. spinulifer, dan satu jenis baru dari areal Mawas Kalimantan Tengah. Tiga jenis terdapat di areal Beratus dan dua jenis dijumpai di Kalimantan Tengah. Peat-Swamp Slender Toad (Gb. 9) Ansonia jenis baru Kodok berbentuk selinder, jantan berukuran antara 17-20 mm, dan betina berukuran antara 20-23 mm, merupakan yang terkecil dari seluruh anggota marga Ansonia. Warna, tubuh bagian atas berwarna terang, tertutup oleh strip gelap 22-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 9. Ansonia jenis baru
sampai mendekati hitam seragam, totol kemerahan di panggul, sisi kepala dan leher. Bibir dengan warna terang melintang, dan dibawah mata. Ventral abu-abu terang, tidak ada totol berwarna terang dikerongkongannya atau di bawah kaki depan. Beberapa totol di perut, ventral, dan bagian kaki belakang. Tekstur; bagian dorsal, lateral, kepala dan kaki depan tertutup oleh bintil membulat tanpa keratin, bintil seperti duri hanya terlihat pada bagian tarsus, bagian bawah tertutup oleh bintil-bintil. Persebaran: Camp Lui, Danau Begantung, Madara, Stasiun Penelitian Tuanan.
Foto: Mistar_NUS-ITB
Brown Slender Toad (Gb. 10) Ansonia leptopus Kodok berukuran 30-65 mm, jari-jari seluruhnya berujung bulat, jari kaki belakang berselaput hingga tigaperempat bagian. Jantan mempunyai satu baris duri kecil dibagian
Gambar 10. Ansonia leptopus
Amfibi & Reptil BOSF-23
dagu berwarna oranye atau coklat, bagian sisi biasanya dengan warna lebih gelap. Hidup di hutan primer sampai hutan sekunder pada ketinggian dibawah 600 mdpl. Saat musim berbiak sangat mudah dijumpai di sungai-sungai kecil, jantan bersuara dalam kelompok dari tepi sungai atau bebatuan ditengah sungai. Sangat umum dijumpai pada malam hari, menjelang bulan purnama dan bersuara sepanjang malam. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit 515), Sungai Buan, Sungai Nakan, Sebuku-Sembakung, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Gambar 11. Ansonia minuta
Foto: Mistar_NUS-ITB
Dwarf Slender Toad (Gb. 11) Ansonia minuta
Kodok berukuran 20-28 mm. Jantan mempunyai jari kaki belakang berselaput penuh, betina hanya tigaperempat bagian, ujung jari kaki depan terluar melebar. Tekstur, tubuh bagian atas berbintil-bintil bulat. Jantan dewasa mempunyai dua atau tiga baris duri kecil berwarna kuning. Warna, tubuh berwarna coklat dengan spot berwarna oranye atau kuning pada bagian punggung. Hidup dalam hutan primer dataran rendah, dengan topografi berbukit pada ketinggian dibawah 700 mdpl. Sering dijumpai pada tumbuhan tingkat herba, dan pakis-pakis dengan ketinggian kurang satu meter dari permukaan tanah. Persebaran: Kalimantan Tengah (BOSF; SP-Tuanan, Madara), Kalimantan Barat (Taman Nasional Bukit BakaBukit Raya, Taman Nasional Betung Kerihun), Sungai Buan, Sungai Nakan, Namuk Dump, Kalimantan Timur (Maruwai) 24-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_NUS-ITB
Spiny Slender Toad (Gb. 12) Ansonia spinulifer
Gambar 12. Ansonia spinulifer
Kodok berukuran 30-45 mm, tubuh hampir seluruhnya penuh dengan bintil-bintil berduri yang berujung sedikit kemerahan. Jari-jari seluruhnya berujung bulat, jari kaki belakang tidak berselaput. Bagian atas kepala dan tubuh berwarna hitam dengan noktah berwarna oranye berbentuk oval atau berlian dibagian tengah antar bahu. Sering dijumpai bersuara pada semak dan herba disepanjang sungai kecil berarus kecil yang jernih dan berbatu di hutan primer pada ketinggian dibawah 700 m dpl. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan, Bukit 515), Kalimantan Barat (Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Taman Nasional Betung Kerihun), Kalimantan Timur (Sebuku-Sembakung, Maruwai, Sungai Buan). Marga Bufo Marga Bufo terdiri dari lima jenis di Kalimantan, empat jenis di antaranya terdapat di areal BOSF yaitu: Bufo asper, B. divergens, B. juxtasper dan B. quadriporcatus. Marga ini dicirikan oleh badan penuh bintil kasar, dan kelenjar paratoid jelas. River Toad (Gb. 13) Bufo asper Nama sekarang Phrynoidis aspera Kodok berukuran panjang antara 70-140 mm, kelenjar paratoid berbentuk bulat atau oval, panjang tidak sampai dua kali lebarnya, semua jari kaki belakang berselaput hingga ujung kecuali jari keempat yang merupakan jari terpanjang. Warna tubuh umumnya berwarna coklat tua atau hitam. Hidup dalam hutan primer dan sekunder tua dataran Amfibi & Reptil BOSF-25
Foto: Mistar_CI-NSC
Gambar 13. Bufo asper
rendah, selalu dijumpai di pinggiran sungai besar maupun kecil, jarang dijumpai didarat yang jauh dari air. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Bukit 515), Sungai Buan, Sebuku-Sembakung, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Crested Toad (Gb. 14) Bufo divergens Nama sekarang Ingerophrynus divergens
Gambar 14. Bufo divergens
Kodok berukuran panjang antara 28-55 mm, kelenjar paratoid berbentuk batang di belakang mata dan biasanya diikuti dengan sebaris bintil-bintil kasar dan keras. Panjang kelenjar ini kurang dari 3 kali lebarnya. Jari-jari kaki belakang tidak berselaput. Warna tubuh biasanya coklat kemerahan 26-Amfibi & Reptil BOSF
dengan garis putih memanjang dari ujung mulut hingga bagian atas anal tepat ditengah tubuh bagian atas. Tersebar luas dari pinggiran sungai sampai punggungan bukit, aktif di lantai hutan dataran rendah primer maupun sekunder hingga ketinggian 700 m dpl. Individu dewasa berbiak di sungai kecil yang dangkal atau kolam-kolam air hujan di tengah hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan), Dataran Lingau, Sungai Nakan, Sungai Buan), Kutai. Swamp Toad (Gb. 15) Bufo quadriporcatus Nama sekarang Ingerophrynus quadriporcatus
Gambar 15. Bufo quadriporcatus
Kodok puru berukuran panjang antara 28-52 mm, tubuh gemuk pendek, moncong pendek, menyempit dengan sepasang tonjolan kecil antar mata, kelenjar paratoid panjang sampai sisi tubuh. Tekstur, seluruh permukaan kulit berbintil-bintil. Warna, tubuh berwarna coklat sampai kehitaman tanpa motif. Hidup di lantai hutan, dekat sungai atau sekitar genangan air untuk berbiak, hutan rawa. Musim berbiak sekitar satu minggu sebelum atau sesudah bulan purnama. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, Madara). Giant River Toad (Gb. 16) Bufo juxtasper Nama sekarang Phrynoidis juxtaspera Kodok berukuran panjang antara 90-215 mm, kelenjar paratoid dengan panjang empat kali lebarnya terletak tepat di belakang mata, kepala lebar dan pendek. Seluruh jari kaki belakang kecuali jari keempat berselaput hingga ke ujungnya. Warna tubuh umumnya abu-abu tua, hitam atau Amfibi & Reptil BOSF-27
coklat, kadang-kadang mempunyai totol berwarna gelap dibagian atas tubuhnya. Hidup dalam hutan primer atau sekunder tua dataran rendah sampai pegunungan, dari tepi laut hingga ketinggian 1600 mdpl. Sering dijumpai dipinggiran sungai besar maupun kecil berbatu saat berbiak, individu dewasa kadang dijumpai di atas bukit yang jauh dari air. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Pedostibes Kodok puru pohon beranggotakan empat jenis yaitu; Pedostibes evereti, P. hosii, P. maculatus, dan P. rugosus. Marga ini cirikan oleh kaki depan panjang dan ujung jarinya seperti katak pohon barangkali adaptasi dari marga ini untuk hidup arboreal, dua jenis dijumpai di areal BOSF Beratus. Brown Tree Toad (Gb. 17 & 18) Pedostibes hosii Kodok puru pohon berukuran panjang antara 53-105 mm, bagian belakang mata terdapat lipatan kulit yang keras biasanya bersambungan dengan kelenjar paratoid kecil berbentuk bulat. Jari kaki belakang berselaput penuh kecuali jari keempat, bagian ujung jari sedikit melebar. Jari kaki depan berselaput hanya pada bagian pangkal dan ujung jarinya mempunyai bantalan lunak yang sedikit lebar. Tekstur kulit bagian atas kepala halus. Warna, jantan berwarna coklat kecuali bagian bawah tubuh, betina berwarna coklat gelap atau kehijauan sampai hitam dengan 28-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
Gambar 16. Bufo juxtasper
Foto: Mistar_NUS-ITB
Gambar 17. Pedostibes hosii (betina)
Gambar 18. Pedostibes hosii (jantan)
Foto: Mistar_NUS-ITB
bintik-bintik kuning. Hidup dalam hutan primer dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl. Malam menjelang bulan purnama diketahui musim berbiak, suaranya sangat umum terdengar dari pinggiran sungai, dan selebihnya di habiskan di tengah hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Bukit 515, Camp Beratus), Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-
Bukit Raya. Marbled Forest Toad (Gb.19) Pedostibes rugosus Kodok puru pohon berukuran panjang antara 74-95 mm, mempunyai kelenjar paratoid yang besar berbentuk telur. Ujung jari melebar dan tumpul, jari kaki belakang semuanya berselaput hingga bagian ujung kecuali jari keempat. Warna umumnya hijau terang dengan bintik-bintik berwarna coklat atau coklat kemerahan. Hidup dalam hutan primer yang Amfibi & Reptil BOSF-29
Foto: Mistar_KEM
Gambar 19. Pedostibes rugosus
berbukit pada ketinggian 150-1050 mdpl, aktif pada malam hari dan hidup di pohon di tengah hutan, biasanya pada tumbuhan tingkat herba, pada musim berbiak dapat dijumpai di pinggiran sungai kecil yang jernih dan berbatu. Hidup dalam hutan primer dataran rendah. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit 515), Sungai Buan. Marga Pseudobufo Marga kodok puru yang hidup di rawa-rawa sekitar muara sungai besar, danau dataran rendah, beranggotakan satu jenis yaitu; Pesudobufo subasper. Marga ini dicirikan oleh seluruh kaki belakang berselaput penuh, dan hidung menghadap keatas. Menempati habitat rawa-rawa yang berhubungan dengan sungai besar.
Gambar 20. Pseudobufo subasper
30-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Aquatic Swamp Toad (Gb. 20) Pseudobufo subasper Kodok puru rawa berukuran tubuh antara 77-155 mm,
berbadan tegap, kepala kecil, hidung diatas moncong, kaki panjang dan ramping, ujung jari kaki depan tumpul, berselaput pada bagian dasar, kaki belakang berselaput penuh sampai piringan sendi. Warna, tubuh bagian atas dan bagian sisi coklat, bergaris kekuningan sampai kuning terang bertemu dibagian belakang, perut kekuningan, kerongkongan spesimen jantan berwarna hitam dan betina kekuningan. Spesimen dewasa ditemukan mengapung di antara genangan dibawah tumbuhan pinggiran pantai dan hutan rawa yang berasosiasi dengan sungai besar. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau Begantung, Mantangai, Sungai Keranen Baru). BAB IV.3. FAMILI DICROGLOSSIDAE Famili Dicroglossidae ini merupakan katak dengan anggota jenis berbentuk gemuk, otot kaki belakang besar dan kuat dan kakinya umumnya dengan ujung jari yang membulat, jarang sekali dengan pelebaran ujung jari. Sedikitnya empat marga terdapat di Kalimantan yaitu: Fejervarya, Ingerana, Limnonectes, Occidozyga. Tiga marga di antaranya terdapat dalam areal BOSF.
Foto: Mistar_BOSF
Marga Fejervarya Marga beranggotakan sekitar 15 jenis di Kawasan IndoAustralia, Kalimantan diwakili oleh dua jenis yaitu; Fejervarya canrivora, dan Fejervarya limnocharis. Dicirikan oleh kulit tertutup oleh bintil-bintil memanjang, tidak terdapat sepasang lipatan di daerah dagu pada spesimen jantan, tidak terdapat pertumbuhan geligi. Umumnya dijumpai pada habitat yang telah terganggu. Mangrove Frog (Gb. 21) Fejervarya canrivora Sinonim Rana cancrivora
Gambar 21. Fejervarya canrivora
Amfibi & Reptil BOSF-31
Katak berukuran panjang antara 51-82 mm, jari kaki belakang berselaput hingga setengah bagian, hanya terdapat satu bintil metatarsal bagian dalam. Tekstur, bagian belakang dan tepi mempunyai lipatan-lipatan kulit pendek dan berbintil. Umumnya berwarna coklat dengan tanda berwarna lebih gelap. Umumnya dijumpai di habitat hutan primer maupun sekunder dataran rendah, rawa, sawah, bahkan air payau. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau Begantung, Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Camp Beratus), Sungai Namuk, Sungai Buan.
Gambar 22. Fejervarya limnocharis
Katak berukuran panjang antara 32-58 mm, jenis ini mirip dengan Fejervarya cancrivora satu hal yang membedakan adalah F. limnocharis mempunyai dua bintil metatarsal dan F. cancrivora hanya satu bintil metatarsal bagian dalam, selain ukuran yang lebih kecil dan kepala yang lebih lancip. Jenis ini menempati habitat yang telah terganggu pada daerah dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan), Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Limnonectes Katak berukuran medium sampai raksasa, kulit bervariasi dari halus, berkerut-kerut sampai berbintil-bintil. Kalimantan diwakili 12 jenis yaitu; Limnonectes asperatus, L. finchi, L. ibanorum, L. ingeri, L. kenepaiensis, L. kuhlii, L. laticeps, 32-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
Grass Frog (Gb. 22) Fejervarya limnocharis Sinonim Rana limnocharis
L. leporinus, L. malesianus, L. palavanensis, L. paramacrodon, L. rhacodus, dari 50 jenis yang telah diketahui, lima jenis terdapat di areal BOSF. Marga ini dicirikan oleh adanya lipatan supratimpanik yang jelas, terdapat pertumbuhan geligi pada spesimen jantan. Menempati habitat beragam dari hutan rawa, hutan primer sampai hutan sekunder.
Gambar 23. Limnonectes ibanorum
Foto: Mistar_NUS-ITB
Rough-Backed River Frog (Gb. 23) Limnonectes ibanorum Sinonim Rana ibanorum
Katak berukuran panjang antara 80-101 mm, jari kaki depan bulat melekuk dan tanpa selaput meskipun mempunyai kulit yang dapat membuka dan melipat pada bagian tepi dari jari kedua dan ketiga, jari kaki belakang berselaput hingga ruas terakhir. Tekstur, tubuh bagian belakang mempunyai deretan-deretan lipatan kulit yang tersusun paralel. Umumnya berwarna coklat, tenggorokan dan dada berwarna keputihan dengan noktah berwarna gelap. Umum dijumpai pada sungai-sungai yang jernih, berbatu dan lebar (10-30 m), di jumpai dalam hutan primer maupun hutan sekunder tua. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Bukit 515), Sungai Buan, Sungai Namuk, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Kuh’s Creek Frog (Gb. 24) Limnonectes kuhlii Sinonim Rana kuhlii Katak berukuran panjang antara 44-67 mm, terkesan pendek dan gempal, jari kaki belakang berselaput hingga ujung jari. Tekstur tubuh biasanya diliputi bintil kecil dan bulat seperti bintang, bagian atas tubuh berwarna abu-abu hingga hitam dan memiliki pola garis yang berwarna lebih Amfibi & Reptil BOSF-33
Foto: Mistar_FFI-AP
Gambar 24 Limnonectes kuhlii
gelap. Dagu dan tenggorokan berbintik-bintik rapat. Hidup dalam hutan primer sampai sekunder tua pada daerah berbukit dari tepi pantai hingga pegunungan pada ketinggian hingga 1600 mdpl, sering dijumpai pada sungaisungai beraliran sedikit tenang. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Bukit 515), Sungai Buan, Sungai Nakan, Sungai Namuk, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Foto: Mistar_BOSF
Giant River Frog (Gb. 25) Limnonectes leporinus Sinonim Rana leporina
Gambar 25. Limnonectes leporinus
Katak berukuran antara 90-125 mm, kepala nampak runcing, jari kaki belakang berselaput penuh. Warna, tubuh berwarna coklat kemerahan hingga coklat, selalu terdapat garis berwarna coklat tua atau hitam antara lubang hidung 34-Amfibi & Reptil BOSF
hingga mata. Hidup di hutan primer hingga hutan terganggu, dijumpai dari permukaan laut sampai 750 mdpl. Umum dijumpai pada sungai-sungai besar maupun kecil, dengan dasar sungai pasir atau kerikil, jantan biasanya membuat cekungan-cekungan disungai berpasir pada musim berbiak dimana betina akan meletakkan telur.
Gambar 26. Limnonectes malesianus
Foto: Mistar_LMU
Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Bukit Bukit 515, Camp Beratus), Sungai Namuk, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Peat Swamp Frog (Gb. 26) Limnonectes malesianus Sinonim Rana malesiana Katak berukuran panjang antara 70-150 mm, kaki besar dan mantap, kaki belakang berselaput renang sampai jari ketiga dan keempat, bergelombang pada bagian ujungnya. Tekstur, kulit halus, beberapa bintil-bintil tumpul pada bagian belakang dan sisi. Warna biasanya kemerahan, terdapat garis coklat gelap menutupi separuh dari timpanum, kadang-kadang terdapat bintil-bintil di atas mata, tenggorokan dan kepala berbintik hitam. Menempati habitat beragam dari hutan rawa, hutan dataran rendah primer maupun sekunder. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Keranen Baru). Lesser Swamp Frog (Gb. 27) Limnonectes paramacrodon Sinonim Rana paramacrodon Katak berukuran panjang mencapai 66 mm, jari kaki belakang jelas, ujung jari dengan sedikit pelebaran, kaki belakang berselaput penuh, kecuali jari kaki keempat. Tekstur, bagian atas berbintil-bintil kasar, dengan satu atau Amfibi & Reptil BOSF-35
dua lipatan memanjang, lipatan supratimpanik kasar, bagian bawah tubuh halus. Warna, coklat gelap bagian atas dengan terdapat garis antar mata berwarna kekuningan, garis vertebral sisi kepala berwarna terang, kaki belakang terdapat garis berwarna gelap memotong, kadang terdapat garis berwarna krem dari moncong sampai ventral menyambung dengan kaki belakang, kerongkongan abu-abu, perut keputihan, bagian tengah perut berwarna kekuningan. Di jumpai dalam hutan rawa sampai pegunungan dataran rendah, sering dijumpai daerah hutan sekunder. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Begantung Dalam, Sungai Binjai), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Occidozyga Marga katak beranggotakan sekitar 11 jenis di Kawasan Indo-Australia yaitu; Occidozyga baluensis, O. celebensis, O. diminutivus, O. floresianus, O. laevis, O. lima, O. martensii, O. magnapustulosus, O. semipalmatus, O. sumatranus, O. vittatus. Dua jenis terdapat di Kalimantan yaitu; Occidozyga laevis dan O. baluensis, kedua jenis terdapat di areal BOSF. Aggota jenis ini dicirikan oleh mata kearah dorsal, lipatan dorsalateral dibawah mata, bawah paha, selangkang dan sisi tubuh. Hidup dikolam-kolam kecil ditengah hutan sekunder dan primer, kadang dijumpai disekitar serasah daun yang basah pada anak-anak sungai. Seep Frog (Gb. 28) Occidozyga baluensis Katak berukuran panjang mencapai 15-35 mm, tubuh gemuk, moncong membulat, jari kaki belakang berselaput renang hingga tiga perempat. Tekstur, bagian punggung terdapat lipatan kulit berbentuk huruf U terbalik. Warna, 36-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 27. Limnonectes paramacrodon
Foto: Mistar_KEM
Gambar 28. Occidozyga baluensis
Foto: Mistar_BOSF
coklat tua pada bagian punggung, dan berwarna lempung dibagian atas kepala hingga tengkuk, ventral bertotol gelap. Katak ini dapat dijumpai hampir disemua tempat dimana terdapat air menggenang dihutan primer maupun sekunder, biasanya hanya bagian kepala yang nampak dari permukaan air. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan), Dataran Lingau, Sungai Buan.
Gambar 29. Occidozyga laevis
Yellow-Bellied Puddle Frog (Gb. 29) Occidozyga laevis Katak berukuran panjang mencapai 48 mm, tubuh gemuk pendek, mata terletak pada bagian atas, dan menonjol. Jari kaki berselaput penuh sampai bagian ujung jari kaki, garis lateral masih tampak pada spesimen dewasa. Tekstur kulit tertutup oleh bintil-bintil seperti mutiara menutup seluruh Amfibi & Reptil BOSF-37
permukaan tubuh. Warna kehijauan, bagian bawah dengan sepasang garis gelap berbentuk “ L” di atas bagian bawah paha, dagu terdapat sepasang garis gelap. Selalu ditemukan dalam jumlah banyak disawah-sawah, rawa-rawa berenang dengan mata di atas permukaan air, jantan bersuara siang dan malam. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, SPTuanan, Sungai Keranen Baru, Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan). BAB IV.4. FAMILI MICROHYLIDAE Famili katak bermulut sempit dengan anggota lima marga yaitu: Kaloula, Calluella, Kalophrynus, Metaphrynellla, dan Microhyla. Satu marga terdapat di areal BOSF, diyakini masih akan terjadi penambahan jenis pada masa depan. Marga Microhyla Marga dengan empat anggota jenis di Kalimantan: Microhyla borneensis, M. petrigena, M. perparva, dan M. berdmorei, satu jenis terdapat di areal BOSF, marga ini dicirikan oleh mulut sempit, gendang telinga tidak tampak. Semua anggota marga Microhyla spp, makanan utamanya adalah semut atau rayap, dijumpai dalam hutan primer, hutan sekunder, bahkan sering dijumpai disekitar‘permukiman.
Gambar 30. Microhyla berdmorei
38-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_LMU
Berdmore’s Narrow –Mouthed Frog (Gb. 30) Microhyla berdmorei Katak berukuran antara 24-32 mm, ujung mulut yang tumpul dan kaki belakang yang panjang, ujung jari kaki
belakang agak melebar, berselaput penuh hingga ujung jari kecuali jari keempat. Warna coklat terang atau coklat abuabu dengan tanda berwarna hitam terletak di antara mata dan tengah punggung. Hidup di lantai hutan hutan primer sampai hutan sekunder dataran rendah. Persebaran: Kalimantan (BOSF, Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Bukit 515), Dataran Lingau. BAB IV.5. FAMILI RANIDAE Famili Ranidae ini merupakan katak dengan anggota jenis cukup banyak, sedikitnya empat marga terdapat di Kalimantan yaitu: Huia, Meristogenys, Rana, Staurois. Tiga marga terdapat dalam areal BOSF, meskipun perhitungan sekarang seluruhnya ada tujuh marga. Marga Meristogenys Marga katak hidup di air deras, menempati habitat hutan primer sampai hutan sekunder, terdapat sekitar sembilan jenis di Kalimantan (Borneo) yaitu: Meristogenys amoropalamus, M. jerboa, M. kinabaluensis, M. macropthalmus, M. orphnocnemis, M. phaeomerus, M. Poecillus, dan M. whiteheadi. Satu jenis terdapat di areal BOSF. Marga ini dicirikan habitus slender, tidak ada lipatan di ujung jari kaki, timpanum dalam tapi tidak cekung. Umumnya menghuni sungai yang berarus deras, namun kadang dijumpai di perbukitan.
Foto: Mistar_BOSF
Whitehead’s Torrent Frog (Gb. 31) Meristogenys whiteheadi Katak berukuran panjang antara 50-91 mm, tubuh ramping, kaki belakang sangat panjang, jari kaki belakang berselaput penuh, timpanum tidak begitu dalam. Warna, umumnya coklat gelap bagian atas, biasanya terdapat garis
Gambar 31. Meristogenys whiteheadi
Amfibi & Reptil BOSF-39
hitam dari depan mata sampai hidung, sisi lebih terang, kaki coklat gelap dengan garis memotong yang lebih terang, bagian bawah perut putih dan kerongkongan bertotol coklat. Menempati habitat hutan primer sampai hutan sekunder, dijumpai di sungai-sungai perbukitan di bawah ketinggian 750 mdpl. Persebaran: BOSF (Bukit 515), Sabah, Serawak.
Foto: Mistar_BOSF
Marga Rana Marga Rana mempunyai anggota jenis terbanyak di Kawasan Indo-Australia sekitar 63 jenis, ukuran tubuhnya sangat bervariasi, menempati berbagai tipe habitat dari tepi sungai besar, rawa, sawah dan di lantai hutan. Marga ini dicirikan oleh ujung jari membesar, lipatan dorslateral. Di areal BOSF dijumpai sedikitnya lima jenis dari 10 jenis yang ada di Kalimantan.
Gambar 32. Rana baramica
Brown Marsh Frog (Gb. 32) Rana baramica Nama sekarang Pulchrana baramica Katak berukuran panjang antara 40-65 mm, kulit berkelenjar, kepala lebar, jari kaki depan dan belakang dengan keping pelebaran yang relatif kecil, sepertiga jari kaki belakang berselaput. Tekstur kulit kasar berkelenjar, tertutup dengan bintil-bintil yang relatif besar dan rata, sisi tubuh juga tertutup oleh bintil-bintil. Warna, secara umum berwarna coklat dengan warna kehitaman, kemerahan atau kehijauan dengan bintik-bintik gelap, terutama pada bagian sisi tubuh, bagian bawah coklat kekuningan kotor. Habitat, hutan rawa, hutan dataran rendah, dalam hutan sekunder 40-Amfibi & Reptil BOSF
Gambar 33. Rana chalconota
Begantung, SPT-Tuanan, Sungai Keranen Baru, Madara, Sungai Binjai), Sebuku-Sembakung. White-Lipped Frog (Gb. 33) Rana chalconota Nama sekarang Hydrophylax raniceps Katak berukuran panjang antara 33-59 mm, kepala meruncing, gendang telinga sangat jelas berwarna coklat, jari kaki belakang berselaput penuh kecuali jari keempat. Ujung jari kaki belakang dan depan sedikit melebar berbentuk cakram bulat. Warna tubuh umumnya hijau pada siang hari dan kecoklatan coklat pada malam hari, bibir atas berwarna putih keperakan paling tidak mulai dari bawah mata hingga ujung mulut, sisi bawah kaki belakang berwarna kemerahan. Hidup dalam hutan primer hingga terganggu, dan di sekitar pemukiman. Biasanya bersuara di semak atau pohon kecil, dan sering dijumpai di kolam- kolam tepi sungai atau genangan air. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, Sungai Keranen Baru, Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Bukit Bukit 515), Namuk Dam, Sungai Buan. Poisonous Rock Frog (Gb. 34) Rana hosii Nama sekarang Odorrana hosii Katak berukuran panjang antara 45-100 mm, jari kaki belakang berselaput penuh kecuali jari kaki keempat, ujung jari terdapat bantalan berbentuk cakram. Warna, umumnya berwarna hijau pada bagian punggung dan coklat dibagian sisi tubuh biasanya mempunyai lipatan kulit sepanjang tepi punggung, variasi warna cukup banyak untuk jenis ini. Hidup di hutan primer, hutan sekunder, sampai hutan Amfibi & Reptil BOSF-41
Foto: Mistar_ITB-NUS
maupun primer Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau
Foto: Mistar_CI-NSC
Gambar 34. Rana hosii
terganggu, dijumpai pada ranting semak atau bebatuan dipinggiran sungai beraliran sedikit deras dengan dasar sungai berbatu dan jernih. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Sungai Namuk, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Gambar 35. Rana nicobariensis
42-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
Cricket Frog (Gb. 35) Rana nicobariensis Nama sekarang Sylvirana nicobarienis Katak berukuran panjang antara 37-53 mm, kepala terlihat ramping, tubuh berbentuk oval, jari kaki belakang berselaput separuh bagian. Tekstur, tubuh bagian atas mempunyai lipatan-lipatan kulit yang terputus-putus kearah belakang. Warna tubuh biasanya coklat keabu-abuan hingga coklat dengan noktah-noktah hitam pada bagian punggung. Hidup pada habitat yang telah terganggu bahkan terdapat disekitar pemukiman dimana terdapat air tergenang atau
Gambar 36. Rana picturata
Foto: Mistar_BOSF
mengalir lambat. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan), Sungai Buan. Spotted Stream Frog (Gb. 36) Rana picturata Nama sekarang
Pulchrana picturata Katak berukuran panjang antara 33-68 mm, kepala berbentuk segitiga, ujung jari sedikit lebih lebar dari ruas terakhir, jari kaki belakang berselaput lebih dari separuh bagian. Warna, tubuh coklat tua hingga hitam dengan noktah-noktah berwarna kuning pada bagian punggung, sisi tubuh dan kaki. Hidup di hutan primer sampai hutan sekunder pada ketinggian antara 0 sampai 750 mdpl. Selalu dijumpai di tepian sungai-sungai berukuran kecil dan sedang, pada tumbuhan herba atau akar, kadang-kadang dijumpai agak jauh dari sungai. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan, Bukit Bukit 515, Camp Beratus), Dataran Lingau, Sungai Namuk, Sungai Nakan, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Staurois Marga katak beranggotakan tiga jenis terdapat di Kalimantan yaitu: Staurois latopalmatus, S. tuberilinguis, dan S. natator, satu jenis dijumpai di areal BOSF. Jenis ini dijumpai di sungai-sungai yang tertutup kanopi, berbatu, berarus deras dan berair jernih, dijumpai dalam hutan primer, dan sekunder tua. Black-Spotted Rock Frog (Gb. 37) Staurois natator Nama sekarang Staurois guttatus Amfibi & Reptil BOSF-43
Foto: Mistar_NUS-ITB
Gambar 37. Staurois natator
Katak berukuran panjang antara 29-55 mm, kepala meruncing dan tubuh yang ramping. Jari kaki belakang berselaput penuh hingga ujung jari. Warna, tubuh bagian atas berwarna hijau keunguan dengan noktah-noktah hitam besar, tubuh bagian bawah berwarna hijau kekuningan atau kuning lemon. Tiga jari sebelah dalam kaki belakang dan selaputnya berwarna kebiruan. Hidup di hutan primer sampai sekunder tua, dijumpai disepanjang sungai beraliran deras, jernih dan berbatu, sering ditemukan dalam jumlah banyak mengelilingi air terjun pada tumbuhan tingkat bawah dan sapling. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit 515), Sungai Namuk, Sungai Nakan, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit BakaBukit Raya, Maruwai, Malinau. BAB IV.6. FAMILI RHACOPHORIDAE Kelompok Katak Pohon dengan anggota empat marga yaitu: Nyctixalus, Philautus, Polypedates, Rhacophorus, tiga marga dijumpai di areal BOSF, semua anggota jenis hidup dihutan kecuali Polypedates leucomystax yang telah beradaptasi dengan lingkungan manusia. Marga Nyctixalus Marga dengan anggota tiga jenis di Asia Tenggara, satu jenis terdapat di Kalimantan, semua jenis dicirikan dengan pupil mata warna putih menyambung dengan separuh mata. Cinnamon Frog (Gb. 38) Nyctixalus pictus 44-Amfibi & Reptil BOSF
Gambar 38 Nyctixalus pictus
Katak pohon berukuran panjang antara 30-34 mm, mulut relatif panjang, ujung jari melebar membentuk bantalan yang berukuran lebih kecil dari diameter timpanum, jari kaki belakang berselaput hingga separuh bagian. Kulit di permukaan kepala, punggung, dan kaki kasar dengan bintilbintil seperti duri. Tubuh berwarna coklat kemerahan dengan bintik-bintik berwarna putih, bagian kepala di antara lubang hidung hingga pupil mata terdapat garis putus-putus berwarna putih, pupil mata bagian atas berwarna putih. Hidup dalam hutan primer, sekunder dataran rendah, sampai pegunungan dataran rendah sampai ketinggian 1650 mdpl., dijumpai di semak-semak atau pohon kecil 1-3 m dari atas tanah. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan), Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Polypedates Marga Polypedates beranggotakan empat jenis di Kalimantan yaitu: Polypedates colletti, P. leucomystax, P. macrotis dan P. otilophus, dicirikan tidak adanya lipatan cincin di ujung jari kaki depan, dan tekstur kulit halus, semua anggotanya adalah penghuni hutan primer maupun sekunder dataran rendah kecuali Polypedates leucomystax yang telah berasosiasi dengan lingkungan manusia. Collet’s Tree Frog (Gb. 39 & 40) Polypedates colletti Katak pohon berukuran panjang antara 44-77 mm, kepala segitiga, dan moncong runcing, warna pola seperti jam pasir berwarna coklat tua biasanya terdapat di bagian atas Amfibi & Reptil BOSF-45
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 39. Polypedates colletti
Gambar 40. Polypedates colletti (motif totol di Area Mawas)
Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Four-Lined Tree Frog (Gb. 41) Polypedates leucomystax Katak pohon berukuran panjang antara 37-75 mm, tubuh memipih, terdapat lipatan kulit diatas timpanum, warna tubuh bervariasi dari coklat muda hingga tua biasanya terdapat empat sampai enam garis hitam memanjang dari moncong sampai ventral. Hidup dalam hutan sekunder sampai permukiman, kadang-kadang masuk sekitar rumah karena tertarik akan kehadiran serangga dibawah lampu. 46-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
punggung, namun kadang-kadang terdapat pola lain, sejauh ini baru di areal Mawas dijumpai pola totol seperti terlihat pada gambar 40. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder dataran rendah, rawa gambut, jarang ditemukan mengelompok disuatu tempat. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, SPTTuanan, Madara), Dataran Lingau, Sungai Nakan, Sungai
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 41. Polypedates leucomystax
Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Sungai Kelian. Dark-Eared Tree Frog (Gb. 42) Polypedates macrotis
Foto: Mistar_BOSF
Katak pohon berukuran panjang antara 45-85 mm, kepala segitiga, mata relatif besar. Tubuh berwarna coklat kayu pada bagian punggung dan coklat pada bagian kepala, mempunyai garis coklat tua mulai dari belakang mata menutupi timpanum, dan menipis ke arah belakang terus memanjang tepi punggung. Kadang-kadang mempunyai sepasang garis hitam pada bagian punggung. Hidup dalam hutan primer maupun hutan sekunder. Umum dijumpai pada habitat kolam-kolam kecil dalam jumlah banyak, di hutan sekunder pada vegetasi bagian bawah, berasosiasi dengan Rhacophorus pardalis, Polypedates otilophus.
Gambar 42. Polypedates macrotis
Amfibi & Reptil BOSF-47
Persebaran: Kalimantan (BOSF; SPT-Tuanan, Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Dataran Lingau, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. File-Eared Tree Frog (Gb. 43) Polypedates otilophus Katak pohon berukuran panjang antara 64-97 mm, kepala segitiga, terdapat lipatan kulit keras dan bergerigi pada bagian atas timpanum, jari kaki belakang berselaput hingga separuh bagian, lutut dan siku terdapat tonjolan kulit seperti duri. Warna, seluruh per mukaan tubuh berwarna coklat muda atau kuning dengan garis berwarna hitam Gambar 43. Polypedates otilophus dari kepala hingga punggung, bagian dalam paha terdapat 8-12 garis hitam. Hidup dalam hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah, bahkan disekitar kebun, dijumpai dari permukaan laut sampai pada ketinggian 1000 mdpl. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan), Dataran Lingau, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Rhacophorus Semua anggota katak pohon hidup dalam hutan primer maupun hutan sekunder, terdapat 14 jenis di Kalimantan yaitu: Rhacophorus angulirostris, R. baluensis, R. cyanopunctatus, R. everetti, R. fasciatus, R. harrissoni, R. nigropalmatus, R. reinwardti, R. rufipes, R. appendiculatus, R. dulitensis, R. gauni, R. kajau, R. pardalis, sejauh ini hanya dijumpai satu jenis di areal BOSF. Harlequin Tree Frog (Gb. 44) Rhacophorus pardalis Katak pohon berukuran panjang antara 39-71 mm, moncong yang bulat, jari kaki belakang dan tiga jari terluar 48-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_NUS-ITB
Gambar 44. Rhacophorus pardalis
kaki depan berselaput penuh, bagian lengan terdapat pelebaran kulit memanjang, tumit juga terdapat pelebaran kulit yang bulat. Tubuh, berwarna coklat kemerahan sampai berwarna gelap, dengan bagian pinggir tubuh berbintikbintik hitam kadang-kadang terdapat bintik kuning atau biru pada bagian atas tumit dan punggung. Warna perutnya pada umumnya krem dengan jala berwarna merah. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder dataran rendah, sering dijumpai dipinggiran sungai-sungai yang mengalir lambat sampai agak deras, lebih umum pada kolam-kolam kecil bekas kubangan atau jalan logging. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Dataran Lingau, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Amfibi & Reptil BOSF-49
BAB V. SUB-BANGSA LACERTILIA (Tokek, Cicak, Bunglon, Kadal, Biawak) Sub-bangsa Lacertilia di Kawasan Indo-Australia terdapat sembilan famili yaitu: Agamidae, Anguidae, Dibamidae, Gekkonidae, Lacertidae, Lanthanotidae, Scincidae, Uromastycidae dan Varanidae. Sedikitnya lima famili terdapat di areal BOSF. Lacertilia dicirikan oleh sepasang organ kopulasi, anal melintang terbuka, gigi tidak dalam alveoli, bagian temporal tanpa atau dengan satu sisik temporal (bagian tubuh antara kepala dan anggota tubuh), tidak ada tulang distal, tulang quadrate (tulang mengeras mulai dari ujung posterior) menyambung sampai ke tengkorak. Menempati habitat beragam mulai dari hutan primer, sekunder dataran rendah sampai hutan pegunungan, bahkan dijumpai di permukiman. BAB V.1. FAMILI GEKKONIDAE Famili Gekkonidae berangotakan 11 marga di Indonesia, yaitu; Aeluroscalabotes, Cnemaspis, Cosymbotus, Cyrtodactylus, Gehyra, Gekko, Hemidactylus, Hemiphyllodactylus, Lepidodactylus, Luperosaurus, Ptychozoon, dicirikan oleh tubuh pipih, mata tidak bisa tertutup, lidah dengan ujung membulat tumpul. Sedikitnya empat marga dijumpai di areal BOSF. Marga Cyrtodactylus Marga Cyrtodactylus sedikitnya diwakili delapan jenis di Kalimantan yaitu; Cyrtodactylus baluensis, C. consubrinus, C. coverniculus, C. ingeri, C. malayanus, C. matsui, C. pubisulcus, dan C. yoshii. Marga ini dicirikan dengan jari berbentuk selinder, kuku tumbuh di antara sisik besar pada jari, ujung jari membentuk kurva. Menempati habitat hutan primer sampai hutan sekunder. Tersebar luas dari Asia Selatan sampai Papua. Malayan Gecko (Gb. 45) Cyrtodactylus malayanus Cicak hutan berukuran panjang tubuh 72 mm, ekor 95 mm, batas abu-abu atau coklat dibagian atas, tanda coklat gelap memotong, kepala dengan totol berbentuk simetrik, dipisah oleh abu-abu sampai putih, garis gelap lebar dari mata 50-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_KEM
Gambar 45. Cyrtodactylus malayanus
sampai tengkuk, tidak bertemu dengan lainnya, setiap sisik mempunyai totol berwarna coklat, bagian bawah tubuh kekuningan, ekor biasanya terdapat sepuluh gelang berwarna coklat. Hidup dalam hutan primer maupun hutan sekunder kadang-kadang sampai jauh dari pinggiran sungai. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit 515), Sungai Namuk, Sungai Buan, Sungai Nakan.
Gambar 46. Cyrtodactylus sp
Foto: Mistar_BOSF
Tuanan Gecko (Gb. 46) Cyrtodactylus sp
Cicak hutan berukuran sedang, mirip dengan C. pubisculus, sayangnya sejauh ini sangat sedikit spesimen yang bisa ditangkap, karena memang sedikit sulit untuk menangkap di hutan rawa, karena terlalu cepat bersembunyi di semak yang rapat. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Camp Lui, Danau Begantung, ST-Tuanan). Amfibi & Reptil BOSF-51
Marga Gekko Marga tokek beranggotakan tiga jenis di Kalimantan yaitu; Gekko gecko, G. monarchus, dan G. smithi. Dua jenis diketahui di areal BOSF. Marga ini dicirikan adanya sepasang sisik dibawah dagu (maxillary), sisik bawah ekor besar, lamellae tunggal, semua jari berkuku, kecuali jari pertama, bagian atas tubuh biasanya berbintil kasar. Menempati habitat hutan sampai permukiman. Tersebar luas dari Jepang, Cina, India, Philipina sampai Indonesia.
Gambar 47. Gekko monarchus
Foto: Mistar_PanEco
Spotted House Gecho (Gb. 47) Gekko monarchus
Tokek rumah berukuran panjang mencapai 95 mm, dan ekor 110 mm. Tubuh berbintil-bintil berbentuk kerucut tajam, tenggorokan dengan sisik datar, bagian bawah tubuh bersisik sedang, dan tumpang tindih, jantan dengan femoral pore berpasangan panjang tiga puluh dua sampai empat puluh. Ekor selinder, sedikit gepeng, bulatan cincin (ring) tertutup oleh bintil-bintil, setiap ring tersusun oleh dua belas sampai empat belas baris sisik atas, tungkai berbintil-bintil, lamellae berlekuk. Warna abu-abu, bintil-bintil hitam, dua pasang bintil memanjang tubuh bagian atas, ekor gelap atau dengan garis berwarna terang, bagian bawah keputihan, setiap sisik terdapat titik coklat gelap. Menempati habitat permukiman. Persebaran: Kalimantan (Mantangai) Large Forest Gecko (Gb. 46) Gekko smithi Tokek berukuran panjang moncong sampai ventral mencapai 180 mm. Warna mata dan bagian dorsal biru, kadang-kadang abu-abu, garis putih memotong di 52-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
Gambar 48.Gekko smithi
tengkorak kepala dan sepanjang tubuh. Hidup dalam hutan primer, hutan sekunder, sampai sekitar hunian manusia. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SPT-Tuanan). Marga Gehyra Marga beranggotakan sekitar sembilan jenis dikawasan Indo-Australia. Satu jenis terdapat di Kalimantan yaitu; Gehyra mutilata. Marga cicak rumah dicirikan adanya jari kuat, kuku bisa ditarik kedalam (retractile). Tersebar luas dari India, Australia bahkan sampai di Meksiko.
Gambar 49. Gehyra mutilata
Foto: Mistar_KEM
Four-Clawed House Gecko (Gb. 49) Gehyra mutilata Cicak rumah berukuran dari moncong sampai ventral 98 mm, ekor 96 mm, bibir atas 8-11 sisik, tiga pasang sisik di dagu, terdapat sepasang garis berbentuk kurva. Warna, tubuh bagian atas abu-abu atau merah kecoklatan seragam
Amfibi & Reptil BOSF-53
atau variasi dengan coklat gelap, kadang-kadang dengan totol putih memanjang teratur dibagian belakang, bagian bawah tubuh biasanya putih kotor, habitat terdapat dirumah-rumah, berburu serangga di sekitar lampu. Persebaran: (BOSF; Desa Betampang), tersebar luas di Asia bahkan sampai ke Benua Amerika. Marga Hemidactylus Marga cicak beranggotakan empat jenis di Kawasan Indo Australia yaitu; Hemidactylus brookii, H. frenatus, H. platyurus, H. garnoti, satu jenis terdapat di areal BOSF. Marga Hemidactylus dicirikan dengan jari berselaput atau tidak, semua jari berkuku, sisik bawah kaki terpisah, sisik bagian atas seragam. Tersebar luas di semua benua.
Gambar 50. Hemidactylus frenatus
Cicak berukuran dari moncong sampai ventral tubuh 65 mm, ekor 69 mm, bibir atas 10-12, ekor membulat. Warna, abu-abu atau kemerahan sampai coklat bagian atas, seragam atau dengan bercak berwarna gelap, kepala abu-abu bercampur warna coklat, garis coklat terang diujung atas sisi kepala, sebelah mata, kadang-kadang menyambung sampai sisi tubuh, bagian bawah keputihan, kadang-kadang dengan total coklat. Umum dijumpai disekitar pemukiman, di pohon-pohon, pagar-pagar, rumah atau bangunan disekitar hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Desa Betampang, Camp 54-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
House Gecko (Gb. 50) Hemidactylus frenatus Nama sekarang Cosymbotus frenatus
Beratus, Camp Lui). BAB V.2. FAMILI AGAMIDAE Famili Agamidae atau bunglon terdapat 17 marga di kawasan Indo-Australiayaitu: Acanthosaura, Aphaniotis, Chlamydosaurus, Complicitus, Calotes, Dendragama, Diporophora, Draco, Gonocephalus, Harpesaurus, Hydrosaurus, Hypsicalotes, Lophocalotes, Physignathus, Phoxophr ys, Pseudocalotes, Thaumatorhynchus, Uromastycida. Sedikitnya empat marga terdapat di areal BOSF. Semua anggota famili aktif pada siang hari. Menempati habitat hutan primer, hutan sekunder, dan pinggiran hutan. Marga Aphaniotis
Gambar 51. Aphaniotis ornata
Foto: Mistar_ITB-NUS
Marga beranggotakan tiga jenis yaitu: Aphaniotis acuutirostris, A. fusca, dan A. ornata. Dicirikan adanya tonjolan kecil diujung moncong, dan pangkal ekor membulat. Persebarannya terbatas di Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaysia.
Ornate Lesser Agamid (Gb. 51) Aphaniotis ornata Bunglon berukuran kerdil, ukuran moncong sampai ventral antara 54-57 mm, dan panjang ekor antara 102-115 mm. Sisik menonjol di rostral, sisik dorsal terpisah. Warna umumnya kecoklatan, kepala dan anggota tubuh kadangkadang dengan sedikit kehijauan. Betina dengan dua baris berwarna terang di antara mata, dan warna gelap disekitar mata. Umumnya dijumpai pada tumbuhan tingkat sedlingAmfibi & Reptil BOSF-55
sapling dalam hutan primer maupun hutan sekunder. Persebaran; Kalimantan (BOSF; SPT-Tuanan), Hulu Mahakam, Kutai, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Bronchocela
Foto: Mistar_KEM
Marga beranggotakan lima jenis di Kawasan Sunda Besar yaitu; Bronchocela cristatella, B. celebensis, B. hayeki, B. intermedia dan B. jubata, satu jenis dijumpai di areal BOSF. Dicirikan adanya lipatan disisi leher, sisik dorsal seragam. Umumnya dijumpai disekitar hutan sekunder muda, sampai sekitar kebun. Tersebar luas di Asia Tenggara sampai Papua.
Gambar 52. Bronchocela cristatella
Green Crested Lizard (Gb. 52) Bronchocela cristatella Bunglon bertubuh ramping dan kuat, ukuran tubuh mencapai 130 mm, ekor 440 mm, surai berdiri tegak pendek dibagian tengkuk berjumlah antara 6-10 sisik. Warna, tubuh hijau seragam dengan merah atau coklat bertukar kekuningan, abu-abu coklat atau hitam, timpanum kelihatan jelas berwarna coklat tua, tenggorokan atas berkantong kecil, selama musim berbiak jantan berwarna keemasan, merah atau merah tua di bagian bibir, pipi dan tenggorokan. Habitat, umum di jumpai dihutan sekunder, belukar bahkan di permukiman. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Dataran Lingau, Sungai Kelian, Sungai Nakan, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Draco 56-Amfibi & Reptil BOSF
Gambar 53. Draco melanopogon
Black-Bearded Gliding Dragon (Gb. 53) Draco melanopogon Cicak terbang berukuran badan 80 mm, ekor 145 mm, sisik kepala halus, bibir atas berjumlah antara 11 sampai 14, kantong gular satu setengah atau satu tiga perempat panjang kepala. Warna, tubuh bagian atas berwarna coklat, totol gelap atau garis hitam memotong pada sisi tubuh dan tengkuk, bahu dan kaki belakang, patagium berwarna hitam di bagian atas dengan totol kuning, bagian bawah tidak terdapat totol, bagian bawah tubuh totol coklat, kantong gular hitam pada spesimen jantan, betina abu-abu. Habitat, umum dijumpai dalam hutan primer, hutan sekunder, dan kebun-kebun dipinggiran hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara), Namuk Dump, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Five-Banded Gliding Dragon (Gb. 54)Draco quinquefasciatus Cicak terbang berukuran badan 53-105 mm, ekor 82-160 Amfibi & Reptil BOSF-57
Foto: Mistar_FFI-AP
Marga cicak terbang beranggotakan sekitar 15 jenis di Kalimantan, dari 24 jenis yang dilaporkan terdapat di Kawasan Indo-Australia antara lain: Draco beccarii, D. biaro, D. cornutus, D. cristatellus, D. fimbriatus, D. formasus, D. haematopogon, D. hennigi, D. lineatus, D. maximus, D. melanopogon, D. obscurus, D. quinquefasciatus, D. rhytisma, D. teniopterus, D. walkeri, dan D. sumatranus, sedikitnya tiga jenis terdapat dalam areal BOSF. Marga Draco dicirikan oleh tubuh pipih, patagium (sayap) terbuka pada sisi tubuh ketika terbang, dan terlipat saat istirahat, timpanum jelas, tertutup oleh sisik, terdapat kantong didagu, ekor panjang. Persebaran dari India sampai kepulauan Indo-Australia.
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 54. Draco quinquefasciatus
Gambar 55. Draco sumatranus
Sumatran Gliding Dragon (Gb. 55) Draco sumatranus 58-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
mm, moncong kecil, lebih panjang dari diamater mata, bibir atas 11-15, kantong gular panjang, sekitar dua kali panjang kepala, jantan dengan lipatan kecil di tengkuk. Warna, tubuh bagian atas merah kecoklatan, sayap bagian atas merah dengan warna terang memanjang pada bagian dasar, bagian bawah lima garis hitam beberapa mengecil, kadang menyambung dengan bagian belakang, bagian bawah tubuh kecoklatan, kerongkongan kehijauan dengan totol coklat. Hidup dari hutan rawa gambut sampai hutan dataran rendah. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Camp Lui), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Cicak terbang berukuran panjang dari moncong sampai ventral 85 mm, ekor mencapai 135 mm, moncong sedikit lebih panjang dari lingkar mata, hidung datar, menghadap ke atas, sisik kepala tidak rata, sudut depan sekitar mata kasar, bibir atas 7-10, kantong gular lebih panjang dari kepala, jantan dengan kepala lebih rendah, sisik dorsal kasar dan tidak teratur, dua kali lebih besar dari sisik ventral, sepasang sisik lateral lebar. Warna, tubuh bagian atas coklat terang, totol berombak coklat kemerahan, totol hitam antara kepala dan mata, satu ditengkuk, sayap spesimen jantan oranye dan bagian bawah biru, spesimen betina kuning dan biru kekuningan dengan totol hitam atau potongan garis yang tidak teratur, kerongkongan hitam, kantong gular kuning atau oranye pada spesimen jantan, spesimen betina hijau atau kebiruan, bervariasi dengan hitam. Umum dijumpai dipinggiran hutan atau sekitar permukiman, dimana terdapat pohon-pohon yang tidak monokultur. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan, Madara), zona penyangga Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Gonocephalus
Gambar 56. Gonocephalus borneensis
Foto: Giyanto_BOSF
Marga Gonocephalus beranggotakan enam jenis di Kalimantan yaitu; Gonocephalus borneensis, G. doriae, G. denzeri, G. grandis, G. liogaster, G. megalepis. Dua jenis dijumpai di areal BOSF. Marga ini dicirikan oleh; badan ramping, sisik ventral lebih besar dari sisik dorsal, sisik dorsal biasanya terdapat sisik kasar tersebar dipermukaan tubuh. Menempati habitat dari hutan primer sampai hutan sekunder. Tersebar terbatas di sunda besar dan Philipina.
Amfibi & Reptil BOSF-59
Gambar 57. Gonocephalus grandis
Foto: Mistar_FFI-Ap
Bornean Agamid (Gb. 56) Gonocephalus borneensis Bunglon berukuran panjang dari moncong sampai ventral 130 mm, ekor 275 mm, sisik berwarna putih, kantong gular terdapat lingkaran hitam lebar, ekor terdapat lingkaran cincin selang-seling hitam dan putih, bawah tubuh kekuningan. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder, aktif siang hari di kanopi bawah, malam hari (istirahat) dijumpai tumbuhan tingkat sapling. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan, Sungai Binjai), Dataran Lingau, Waste Dump 1280, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya.
Triangle Head Chamaelion (Gb. 57) Gonocephalus grandis Ukuran panjang dari moncong sampai ventral 55 mm, ekor 405 mm, moncong lebih panjang daripada lingkar mata, bibir atas dan bawah 10 atau 13, surai bagian atasnya terpisah. Warna, coklat atau hijau pudar bagian atas, seragam atau bergais-garis melintang, bagian sisi bergaris coklat atau berbintik-bintik kuning, betina mempunyai garis gelap dari belakang mata sampai timpanum bertemu dengan warna terang, bagian bawah kecoklatan atau kekuningan, tenggorokan kadang-kadang dengan garis gelap. Hidup dihutan primer sampai hutan sekunder. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Bukit Bukit 515), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. BAB V.3. FAMILI LACERTIDAE Kadal berbentuk ramping, beranggotakan satu marga dan satu jenis yaitu; Takydromus sexlineatus. Famili ini dicirikan 60-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Riza Marlon
adanya sisik kepala yang simetris, sisik rata, dan panjang ekor lebih dari 4,5 kali panjang moncong sampai ventral. Menempati habitat semak, dan rerumputan dipinggiran hutan. Marga Takydromus Marga ini dicirikan tubuh ramping, dan ekor sangat panjang, sisik konsisten sepasang pada; frontonasal, praefrontal, frontoparietal, parietal, hidung berbatasan dengan sisik nasal pada sisik pertama, sisik tumpul.
Gambar 58. Takydromus sexlineatus
Asian Grass Lizard (Gb. 58) Takydromus sexlineatus Kadal bertubuh selinder dengan panjang dari moncong sampai ventral 52-60 mm, ekor 4,5 kali panjang tubuhnya, sisik enam sampai delapan baris di leher. Warna, tubuh bagian atas abu-abu atau kehijauan, dengan warna metalik, sisi tubuh dengan totol kehijauan, bawah tubuh kekuningan atau kehijauan. Menempati habitat terbuka di rerumputan yang tinggi, umumnya di areal bekas kebun atau bekas kebakaran. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Camp Lui, Mantangai). BAB V.4. FAMILI SCINCIDAE Famili Scincidae atau kadal-kadalan dengan anggota sembilan marga yaitu: Brachymeles, Dasia, Emoa, Lamprolephis, Lipinia, Eutropis, Riopa, Sphenomorphus, Tropidophorus. Dua marga dijumpai di areal BOSF. Marga Dasia Amfibi & Reptil BOSF-61
Gambar 59. Dasia vittata
Foto: Firmansya_BOSF
Marga Dasia beranggotakan sedikitnya empat jenis yaitu; Dasia grisea, D. olivaceae, D. semicincta, dan D. vittata, dicirikan oleh sisik dorsal kasar, sisik supraocular 4, terdapat sisik supranasal, kaki belakang menjangkau sikut kaki depan apabila ditekan, terdapat garis melintang di bagian tubuh dan sangat jelas pada spesimen anakan. Menempati habitat hutan sekunder, hutan primer, dan kadang dijumpai disekitar permukiman dimana terdapat kayu besar yang berlubang. Tersebar dari India, Srilanka, Vietnam Selatan,
Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Tree Skink (Gb. 59) Dasia vittata Sinonim Apterygodon vittatum Kadal pohon berukuran panjang dari moncong sampai ventral 96 mm, ekor mencapai 108 mm, sisik supraocular lima, bibir atas tujuh sampai delapan, sisik keliling tubuh sekitar 30 baris. Warna, bagian depan moncong dan badan hitam, garis berwarna kekuningan dari moncong sampai panggul kaki depan atau lebih sedikit, ventral kehijauan atau putih kehijauan. Dijumpai diatas pohon berukuran besar yang bercelah atau berlubang di hutan sekunder tua, dan hutan rawa. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Gunung Bendolan, Begantung Dalam, SP-Tuanan), Banjarmasin, Kinabalu. Marga Eutropis Marga Eutropis lebih dikenal dengan Mabuya beranggotakan delapan jenis di Kawasan Indo-Australia yaitu; Eutropis indeprensa, E. longicaudata, E. macularia, E. multicarinata, E. multifasciata, E. novemcarinata, E. rudis, E. rugifera, dan lima 62-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_Birdlife Indonesia
Gambar 60. Eutropis multifasciata
jenis terdapat di Kalimantan. Marga Eutropis dicirikan supraocular empat, sisik kasar, tidak ada pola dibagian dorsal. Sejauh ini Kawasan BOSF diketahui satu jenis. Common Sun Skink (Gb. 60) Eutropis multifasciata Kadal berukuran panjang moncong sampai ventral 130 mm, ekor mencapai 220 mm, sisik keliling badan 30-34, kaki belakang mencapai kaki depan (axilla). Warna, coklat atau hijau zaitun bagian atas atau seragam, bagian sisi kadangkadang membentuk garis hitam memanjang, garis berwarna oranye pada spesimen dewasa, panggul coklat gelap dengan terang, bagian bawah tubuh kebiruan, leher kadang-kadang putih atau kebiruan. Umum dijumpai dalam hutan sekunder, kebun, bahkan mendekati permukiman, berjemur di pagi hari. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau Begantung, SPT-Tuanan, Sungai Keranen Baru, Madara, Gunung Bendolan, Camp Beratus). BAB. V.5. FAMILI VARANIDAE Famili Varanidae atau biawak hanya mempunyai satu marga yaitu Varanus, beranggotakan sekitar 28 jenis di kawasan Indo-Australia. Kalimantan terdapat tiga jenis yaitu; Varanus dumerili, V. rudicollis dan V. salvator. Famili ini dicirikan oleh tidak mempunyai kantong gular, mata bulat, kaki depan dan belakang kokoh, lidah panjang menggarpu, satu jenis terdapat di areal BOSF. Menempati habitat terbuka di sungai-sungai besar atau kanal. Tersebar luas di Asia Tenggara. Amfibi & Reptil BOSF-63
Marga Varanus Marga Varanus dicirikan oleh tubuh gepeng, spesimen dewasa berukuran lebih dari 100 cm, jari kaki depan dan belakang kokoh, kepala panjang tanpa kantong gular dan
Gambar 61. Varanus salvator
surai. Spesimen anakan umumnya arboreal, dan setelah dewasa umumnya teristrial, namun kadang dijumpai diatas pohon untuk mencari mangsa. Water Monitor (Gb. 61) Varanus salvator Biawak berukuran panjang dari moncong sampai ventral lebih dari 100 cm, ekor 130 cm, hidung oval, terdapat sisik memotong dari orbit sampai ujung moncong, sisik ventral berjumlah 85-95, sisik supraocular 4-8. Warna, tubuh bagian dorsal coklat atau hitam, totol kuning memotong tubuh, bagian bawah tubuh kuning. Umum dijumpai dalam hutan primer maupun sekunder bahkan sampai disekitar permukiman yang tidak jauh dari perairan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan, Sungai Keranen Baru, Madara, Sungai Bongan, Gunung Bendolan), Sungai Kelian, Taman Nasional Bukit BakaBukit Raya.
64-Amfibi & Reptil BOSF
BAB VI. SUB-BANGSA OPHIDIA (Ular) Ular merupakan binatang melata yang kakinya telah mereduksi, sangat di takuti oleh sebagian besar orang, sebagian lagi di agungkan bahkan sampai dijadikan dewa, tetapi tidak sedikit yang menjadikannya sebagai binatang kesayangan. Ular dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, bahan baku kerajinan kulit, dan sebagian di konsumsi. Subbangsa ular dicirikan oleh; sepasang alat kopulasi, anal terbuka melintang, sisik di belakang mata melengkung, dua bagian tulang rahang (mandible) disambungkan dengan sendi (ligament) dibagian belakang, tidak berkaki, gigi tidak di lubang tempat gigi (alveoli), mata tidak bisa digerakkan, lidah berbentuk selinder, panjang dan menggarpu serta dapat ditarik ulur (retractile). Di Kalimantan sedikitnya terdapat 133 jenis ular darat yang terdiri atas 10 famili yaitu: Acrochordidae, Anomochilidae, Colubridae, Crotalidae, Cylindrophiidae, Elapidae, Pythonidae, Typhlopidae, Xenophidiidae, dan Xenopeltidae. Enam famili terdapat di areal BOSF. Ular darat berbisa di Kalimantan terdapat 12 jenis; Bungarus fasciatus, B. flaviceps, Calliophis bivirgata, C. intestinalis, Naja sumatrana, dan Ophiophagus hannah dari famili Elapidae, dan enam jenis dari famili Crotalidae. Areal BOSF dijumpai dua jenis ular berbisa yaitu; Calliophis bivirgata, dan Tropidolaimus wagleri. Dari famili Colubridae marga Boiga dan Ahaetulla dilaporkan potensial berbisa walaupun tidak menyebabkan kematian. Dari 133 jenis ular darat yang diketahui terdapat di Kalimantan, sedikitnya ada 24 jenis yang dijumpai di areal BOSF, dimana dua jenis di antaranya termasuk ular yang bisanya mematikan yaitu ular cabe (Calliophis bivirgata), ular sendok (Ophiophagus hannah). BAB VI.1. FAMILI PYTHONIDAE Kelompok ular yang paling populer, beranggotan satu marga Python atau lebih dikenal dengan ular sanca, beranggotakan dua jenis di Kalimantan yaitu; Python curtus, dan P. reticulatus, famili Pythonidae dicirikanoleh sisik bibir atas berlubang. Tersebar luas dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara Amfibi & Reptil BOSF-65
Marga Python Marga Python dicirikan oleh sisik loreal tanpa alur, gigi depan bagian atas tidak jelas, supralabial dengan lubang, ular ini cukup umum disekitar permukiman, kadang-kadang dijumpai memangsa ternak ayam atau itik yang dikandangkan. Merupakan salah satu ular terpanjang di dunia, tersebar luas di Indonesia.
Foto: Mistar_BOSF
Reticulate Python (Gb. 62) Python reticulatus
Gambar 62. Python reticulatus
Merupakan ular terpanjang di dunia, panjangnya mencapai 12 m atau lebih, umum dijumpai antara 5-7 meter, sisik ventral jantan berjumlah 309-323, betina 309-321, bibir atas 12-15, lubang loreal berjumlah 4 pada sisik bibir atas yang berfungsi sebagai sensor panas. Warna, kekuningan atau coklat di bagian atas dengan motif gelap lebar berbentuk jajaran genjang, terdapat garis hitam dari ujung moncong sampai tengkuk dan dari ujung moncong sampai leher, tubuh bagian bawah kekuningan dengan bintik berwarna coklat. Hidup dalam hutan primer, hutan sekunder, belukar, rawa-rawa, perkebunan dan daerah peternakan bahkan sekitar permukiman, aktif siang dan malam hari, hidup teristrial dan semi-arboreal Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan, Sungai Bongan, Bukit Bukit 515), Taman Nasional Bukit BakaBukit Raya. Blood Python (Gb. 63) Python breitensteini (curtus) Ular sanca berukuran kurang dari 300 cm, ukuran rata-rata antara 180-200 cm, rostral kelihatan lebar dan dalam, lubang pada bagian sisinya yang berfungsi sebagai sensor panas, 66-Amfibi & Reptil BOSF
bibir atas 10 atau 11, sisik setengah badan 53-57 baris, ventral 160-170, ekor 26-32. Warna, coklat atau merah bagian atas dengan bintik bulat berwarna pucat, biasanya terdapat garis putih miring dari mata sampai ujung mulut, bagian bawah tubuh keputihan, kadang-kadang bintik-bintik coklat. Hidup di dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah, hutan rawa, air tergenang. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Semboja Lestari), keberadaan jenis ini di dasarkan informasi dari petugas lapangan. BAB VI.2. FAMILI XENOPELTIDAE Famili Xenopeltidae berang gotakan satu jenis di Kalimantan yaitu; Xenopeltis unicolor, dicirikan oleh sisik internasal lebih kecil dari prefrontal, parietal dan posterior dipisahkan oleh sisik ditengah, sisik dorsal sangat halus. Hidup dalam liang-liang, aktif malam hari, umum dijumpai disekitar permukiman. Tersebar di Kawasan Sunda Besar, Sulawesi, dan Asia Tenggara. Marga Xenopeltis Ular ini mudah dibedakan dengan ular lain karena sisiknya berkilauan bila terkena sinar matahari, berukuran kurang dari satu meter, mata kecil, kepala besar sebanding dengan badannya. Marga Xenopeltis tersebar luas dari China sampai Myanmar, Kawasan Indo-Australia. Sunbeam Snake(Gb. 64)Xenopeltis unicolor Ular berukuran panjang antara 50-60 cm, mudah dikenali, dengan sisik parietal terpisah dan menyambung dengan sisik Amfibi & Reptil BOSF-67
Foto: Riza Marlon
Gambar 63. Python breitensteini (curtus)
Foto: Gondanisam
Gambar 64. Xenopeltis unicolor
occipital bagian depan, sisik setengah lingkar tubuh 15, ventral 173-196, subcaudal 24-31, sisik anal terpisah. Warna coklat atau abu-abu bagian atas, sisik mengkilat, berwarnawarni, sisik terluar putih. Habitat, umum ditemukan di dataran rendah, bahkan sering dijumpai di sekitar permukiman. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Stasiun Penelitian Tuanan). BAB VI.3. FAMILI ACROCHORDIDAE Famili Acrochoridae beranggotakan satu marga, dari dua jenis di Kalimantan yaitu; Achrochordus javanicus, dan A. ganulatus. Famili ini dicirikan oleh tubuh yang berbintil kasar diseluruh permukaan tubuhnya, bibir atas 12-32, sisik dorsal setengah lingkar tubuh 85-159, terdapat sisik mental groove. Satu jenis dijumpai diareal BOSF. Hidup dipinggiran pantai dan sungai-sungai besar disekitar muara dan danau yang dihubungkan oleh sungai besar. Tersebar di Sunda Besar, Semanjung Malaysia, Thailand, Vietnam. Marga Acrochordus Marga Acrochordus lebih dikenal dengan ular kadut, karena kulitnya yang kasar, menempati hábitat dari pinggiran pantai yang berlumpur, muara sungai, dan danau yang dihubungkan oleh sungai-sungai besar. Ular ini umum di konsumsi di areal mawas, namun beberapa daerah juga diburu untuk diambil kulitnya. Riverine File Snake (Gb. 65) Acrochordus javanicus Ular berukuran panjang mencapai 300 cm, umumnya 200 68-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 65. Acrochordus javanicus
cm, sisik seperti bintil-bintil, sisik keliling tubuh antara 130150, semua permukaan tubuh ditutupi oleh sisik yang hampir seragam. Warna, bagian dorsal coklat gelap, garis kebawah atau totol di panggul. Habitat, penghuni tetap sungai-sungai besar dipinggiran pantai, rawa-rawa dalam yang dihubungkan oleh sungai besar, sepenuhnya akuatik. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara, Sungai Purun). BAB VI.4. FAMILI COLUBRIDAE Famili ini paling banyak jumlah anggotanya, dan paling komplek, berang gotakan sedikitnya 37 marga di Kalimantan yaitu; Ahaetulla, Amphiesma, Aplopeltura, Asthenodipsas, Boiga, Calamaria, Cerberus, Chrysopelea, Dendrelaphis, Dr yophiops, Elaphe, Elapoidis, Enhydris, Gongilosoma, Gonyosoma, Gonyophis, Homalopsis, Hydrablabes, Lepturophis, Liopletis, Lycodon, Macrophistodon, Oligodon, Opisthotropis, Oreocalamus, Pareas, Psammodynastes, Pseudorabdion, Pseudoxenodon, Ptyas, Rhabdophis, Stegonotus, Stoliczkaia, Sybynophis, Xenelaphis, Xenochrophis, Xenodermus. Famili Colubridae dicirikan oleh; tidak terdapat gigi premaxillary, sisik antar nasal kecil, sisik posterior tidak lebih besar dari parietal, sisik dorsal biasanya tidak halus. Menempati habitat beragam dari dataran rendah sampai hutan pegunungan. Tersebar luas diseluruh benua. Areal BOSF diwakili sedikitnya 14 marga. Marga Ahaetulla Marga Ahaetulla beranggotakan tiga jenis di Kalimantan yaitu; Ahaetulla fasciolata, A. mycterizans dan A. prasina, dicirikan oleh pupil mata horizontal, ventral membulat, sisik vertebral besar, dan moncongnya meruncing. Menempati Amfibi & Reptil BOSF-69
Gambar 66. Ahaetulla prasina
Foto: Mistar_LMU
habitat beragam. Tersebar luas di seluruh Asia Tenggara
sampai Asia Selatan. Green Vine Snake (Gb. 66) Ahaetulla prasina Ular berbentuk selinder, panjang tubuh mencapai 185 cm, panjang rata-rata antara 120-150 cm. Sisik ventral 194-235 (biasanya lebih dari 200), sisik ekor berpasangan dengan jumlah 154-207 pasang, bibir atas 9. Warna, tubuh berwarna hijau kebiruan di bagian dorsal, kadang-kadang coklat kekuningan atau krem keputihan, antar sisik terdapat garis hitam dan putih tidak teratur, terutama pada bagian leher, perut biasanya hijau dengan garis kuning memanjang pada bagian sisi. Hidup dalam hutan primer, hutan sekunder, bahkan di pemukiman. Aktif di atas pohon pada siang hari, dan kadang dimalam hari. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung). Marga Boiga Marga Boiga beranggotakan lima jenis di Kalimantan yaitu; Boiga cynodon, B. dendrophila, B. drapiezii, B. jaspidea, B. nigriceps, satu jenis dijumpai di areal BOSF. Di dicirikan oleh pupil mata besar dan vertical, sisik vertebral besar. Menempati habitat hutan primer dan hutan sekunder dari pinggir laut sampi hutan pegunungan dataran rendah, tersebar di Kawasan Asia Tenggara. Yellow-Ringed Cat Snake (Gb. 67) Boiga dendrophila Ular mencapai panjang 250 cm, panjang rata-rata 200 cm, sisik ventral jantan 224-240, betina 240-247, subcaudal jantan 102-111, betina 106-113, bibir atas 8, sisik ke-tiga dan ke-enam menyentuh mata. Warna, seluruh bagian 70-Amfibi & Reptil BOSF
Marga Dendrelaphis Ang gota marga Dendrelaphis merupakan Gambar 67. Boiga dendrophila ular pohon yang aktif, beranggotakan lima jenis Kalimantan yaitu; Dendrelaphis caudolineatus, D. kopsteini, D. formosus, D. pictus, dan D. striatus, dicirikan oleh sisik vertebral lebih besar dari sisik dorsal, sisik setengah tubuh 13-15, sisik ventral dan subcaudal persegi empat di tepinya. Tiga jenis dijumpai diareal BOSF. Aktif pada siang hari, menempati habitat hutan sekunder,
Gambar 68. Dendrelaphis caudolinetus
sampai pinggiran kota. Striped Bronze-Back (Gb. 68) Dendrelaphis caudolinetus Ular mencapai panjang 180 cm, sisik ventral jantan 173189, betina 174-186, subcaudal jantan 105-116, betina 110112, bibir atas 9, sisik ke-lima dan ke-enam menyentuh mata, sisik setengah lingkar tubuh 15. Warna, tubuh bagian dorsal kecoklatan atau kebiruan, bagian sisi tubuh berwarna hitam memanjang diapit warna kekuningan, bibir dan ventral berwarna kuning. Hidup, sering dijumpai dalam hutan Amfibi & Reptil BOSF-71
Foto: Mistar_FFI-AP
Foto: Mistar
tubuh hitam dengan cincin berwarna kuning. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder terutama daerah mangrove, dan hutan dataran rendah. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan).
Gambar 69. Dendrelaphis formosus
Foto: Mistar_FFI-AP
sekunder dan pinggir kebun dekat permukiman.
Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Binjai; Lawang Kajang). Elegant Bronze-Back (Gb. 69) Dendrelaphis formosus
Gambar 70. Dendrelaphis pictus
72-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_FFI-AP
Ular mencapai panjang 142 cm, panjang rata-rata 100 cm, sisik ventral jantan 150-160, betina 173-191, subcaudal jantan 149-152, betina 140-149, sisik setengah lingkar tubuh 15. Warna, dari kepala sampai setengah badan coklat di bagian dorsal, setiap sisik di sisi tubuh berwarna hijau dengan tepi hitam, terdapat garis berwarna hitam dari moncong sampai mata, bibir dan bagian tubuh hijau terang. Hidup, umumnya dijumpai dalam hutan sekunder, arboreal. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan).
Painted Bronze-Back (Gb. 70) Dendrelaphis pictus Ular mencapai panjang 150 cm, panjang rata-rata 100 cm, sisik ventral kurang dari 170, sisik setengah lingkar tubuh 15 dan mereduksi sampai 11 disekitar ekor. Warna, dari atas kepala sampai setengah badan coklat kehijauan, garis hitam dari sisi moncong sampai mata, dan menyambung panjang disisi tubuh, bagian bawah tibuh hijau muda. Hidup dalam hutan sekunder, sampai pinggiran kota. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung). Marga Enhydris Marga Enhydris beranggotakan 17 jenis di Kawasan Indo Australia, sembilan jenis di Indonesia yaitu; Enhydris albomaculata, E. alternans, E. doriae, E. enhydris, E. plumbea, E. polylepis, E. punctata, dan E. gyii yang di deskripsi dari Sungai Kapuas Kalimantan Barat, merupakan jenis baru. Marga dicirikan oleh sisik yang halus, parietal berkembang dengan baik, sisik hidung menyambung dengan medianline. Jenis ini umumnya menempati habitat dekat air tawar, tetapi E. plumbea sering dijumpai disungai perbukitan. Blotch-Lipped Mud Snake Enhydris doriae Ular berukuran mencapai panjang 80 cm, berbentuk selinder, kepala datar, moncong membulat, bibir atas tujuh atau delapan, sisik keempat dan kelima menyentuh mata, ventral 238-256, subcaudal 115-208. Warna tubuh bagian dorsal coklat gelap sampai hitam, bagian bawah tubuh keputihan atau kekuningan. Habitat, aktif pada senja hari dipinggiran sungai, sering terperangkap dalam bubu maupun tempirai pencari ikan, biasanya memangsa ikan lele (Clarias sp) yang ada dalam bubu, kadang-kadamg memangsa umpan pancing yang berumpan ikan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, SPTuanan). Marga Gonyosoma Ular beranggotakan satu jenis di Kalimantan yaitu; Gonyosoma oxycephalum, dicirikan oleh sisik loreal satu, sisik ventral lebih dari 170, dan subcaudal kurang dari 120. Warna tubuh sangat kontras antara ekor dan tubuh. Hidup dalam hutan primer sampai hutan sekunder dataran rendah. Tersebar luas di Asia Tenggara. Grey-Tailed Racer (Gb. 71) Gonyosoma oxycephalum Amfibi & Reptil BOSF-73
Foto: Mistar
Gambar 71. Gonyosoma oxycephalum
Ular berukuran mencapai 240 cm, sisik ventral 236-262, subcaudal 130-149, sisik ekor terpisah berjumlah 23, 25 dan 27 baris, bibir atas 9 atau 10, sisik kelima dan keenam, atau keenam dan ketujuh menyentuh mata. Warna, seluruh permukaan kepala dan anggota tubuh hijau, ekor coklat kemerahan, dan gelap dibagian ujungnya, ventral kehijauan atau kuning, garis hitam memisahkan dari ujung moncong sampai mata. Habitat, umum di hutan dataran rendah, arboreal, bahkan sering dijumpai dalam lubang-lubang kayu yang tinggi di musim kemarau, kadang-kadang dijumpai disekitar permukiman yang berbatasan dengan hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara). Marga Homalopsis Marga Homalopsis beranggotakan satu jenis yaitu; Homalopsis buccata, jenis ini mirip dengan Enhydris dua hal yang membedakan adalah sisiknya kasar, dan sisik setengah lingkar badan lebih dari 40. Menempati habitat perairan tawar. Tersebar luas di Asia Tenggara. Puff-faced Water Snake (Gb. 73) Homalopsis buccata Ular berukuran mencapai 140 cm, bibir atas 10-13, sisik kelima dan keenam menyentuh mata, dan biasanya dipisahkan sebaris sisik kecil, ventral jantan 154-169, betina 158-173, subcaudal terbelah jantan 64-65, betina-68-77. Warna, berbelang antara hitam dan putih, bergelang tidak beraturan, gelang tersebut tidak ada yang nyambung sampai melingkar dari kepala sampai ekor, bagian atas kepala berwarna hitam, tengkuk berwarna krem, bawah tubuh 74-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 72. Homalopsis buccata
hitam tidak beraturan dibagian terluar dari sisik, bagian ventral dan lateral dipisahkan oleh garis berwarna krem sampai separuh dari anggota tubuh, semakin kebelakang semakin pudar. Aktif malam hari, umumnya digenangan-genangan air atau air yang mengalir lambat, sering terperangkap dalam bubu maupun tempirai. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara). Marga Asthenodipsas
Foto: Mistar
Marga Asthenodipsas terdiri dari dua jenis di Kalimantan, Asthenodipsas laevis, dan A. malaccanus, dicirikan oleh sisik dagu tidak simetris, satu sisik didepan sisik dagu, sisik dagu dua pasang, sisik ekor terpisah. Mereka menempati habitat beragam dari hutan primer sampai hutan sekunder dataran
Gambar 73. Asthenodipsas laevis
Amfibi & Reptil BOSF-75
rendah, aktif malam hari. Tersebar luas di Asia Tenggara. Smooth Slug-Eating Snake (Gb. 73) Asthenodipsas laevis Sinonim Pareas laevis Ular berukuran panjang mencapai 60 cm, sisik ventral 148178, subcaudal 34-69, bibir atas lima atau enam, sisik keempat, atau ketiga sampai kelima menyentuh mata, tidak ada preocular, sisik setengah lingkar tubuh 15, mata menonjol keluar seperti melotot. Warna, coklat gelap dengan garis memotong tidak beraturan, sisi tubuh berwarna oranye, ventral coklat terang atau kuning bertotol coklat gelap. Habitat, hidup dalam hutan primer maupun sekunder dataran rendah, biasanya dijumpai dipinggiran sungai-sungai. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, SP-Tuanan). Marga Lepturophis
Gambar 74. Lepturophis albofuscus
land. Dusky Wolf Snake (Gb. 74) Lepturophis albofuscus Ular berukuran panjang mencapai 160 cm, sisik ventral 238256, subcaudal 115-208, bibir atas tujuh atau delapan, sisik keempat dan kelima menyentuh mata, sisik setengah lingkar 76-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_CI-NSC
Marga Lepturophis beranggotakan satu jenis yaitu; Lepturophis albofuscus, dicirikan oleh ekor sangat panjang, sisik dorsal sangat kasar, tidak ada sisik kecil antara prefrontal, menempati habitat primer sampai hutan sekunder, aktif malam hari. Tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Thai-
tubuh 17, kepala gepeng, moncong membulat, mata seperti melotot. Warna, umumnya coklat gelap atau hitam. Hidup dalam hutan primer sampai hutan sekunder dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah, aktif malam hari dipinggiran sungai, kadang dijumpai di perbukitan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara,) Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Macropisthodon
Foto: Mistar_BOSF
Marga Macropisthodon beranggotakan dua jenis di Kalimantan yaitu; Macropisthodon flaviceps, M. rhodomelas, dicirikan oleh gigi taring besar pada barisan gigi terakhir, M. rhodomelas sering mengembangkan leher seperti kobra jika merasa terganggu. Hidup hutan primer dan hutan
Gambar 75. Macropisthodon flaviceps
sekunder dataran rendah. Tersebar di Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Singapore, Thailand. Oranye-Necked Keelback (Gb. 75) Macropisthodon flaviceps Ular berukuran panjang mencapai 70 cm, sisik ventral 120138, subcaudal 49-60, sisik setengah lingkar tubuh 19, bibir atas delapan, sisik keempat dan kelima menyentuh mata. Warna, hitam dengan abu-abu melintang, kecil bagian belakang dan melebar dibagian sisi, kepala coklat, tengkuk oranye atau merah, ventral hitam. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder dihutan dataran rendah, aktif pada siang hari dan merupakan ular semiakuatik. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau Amfibi & Reptil BOSF-77
Begantung). Blue-Necked Keelback (Gb. 76) Macropisthodon rhodomelas Ular berukuran panjang mencapai 45 cm, sisik ventral 124138, subcaudal 42-58, sisik setengah lingkar tubuh 19, semuanya kasar, bibir atas tujuh, sisik ketiga dan keempat menyentuh mata. Warna, merah atau coklat dengan garis hitam bermotif huruf “V” dibagian tengkuk, bagian luar tengkuk berwarna biru, bagian bawah berwarna merah jambu dengan bintik-bintik bagian atas hitam dekat ujung anus. Hidup dalam hutan primer, hutan sekunder, rawarawa, perkebunan, sawah dan kebun, aktif siang dan malam hari ditanah, semiakuatik. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan). Marga Psammodynastes Marga Psammodynastes beranggotakan dua jenis yaitu; Psammodynaste pictus, dan P. pulverulentus dicirikan dengan gigi taring yang besar, mata lebih kecil dari mata ular marga Boiga, satu hal yang membedakan sisik vertebral kecil. Menempati habitat hutan primer sampai sekunder dataran rendah. Umum di jumpai di Areal Mawas Kalimantan Tengah. Tersebar di Sunda Besar, Semenanjung Malaysia, Singapore. Painted Mock Viper (Gb. 77) Psammodynastes pictus Ular berukuran mencapai panjang 65 cm, sisik ventral 153178, subcaudal 66-80, bibir atas delapan, sisik ketiga sampai kelima menyentuh mata, sisik setengah lingkar tubuh 17, 78-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 76. Macropisthodon rhodomelas
Foto: Mistar_BOSF
dua pasang sisik di dagu. Warna, umumnya coklat atau abu-abu gelap, dengan strip hitam dari moncong melintasi mata dan ang gota tubuh setiap sisinya. Bagian bawah tubuh coklat terang atau abu-abu bertotol hitam dan putih. Habitat, dijumpai pada vegetasi yang dekat Gambar 77. Psammodynastes pictus dengan air, biasanya menggantung diatas ranting diatas air untuk menunggu mangsa katak, kadal juga ikan, aktif malam hari. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Blok AB, Danau Begantung, Camp Lui, SP-Tuanan, Sungai Keranen Baru). Marga Ptyas
Gambar 78. Ptyas fuscus
Foto: Serge A. Wich
Marga Ptyas baranggotakan tiga jenis yaitu; Ptyas carinatus, P. fuscus, dan P. korros, dicirikan oleh sisik loreal dua atau lebih, ventral dan subcaudal membulat pada bagian tepinya, bagian dorsal tertutup oleh oleh sisik seragam. Menempati habitat hutan primer sampai hutan sekunder dari permukaan laut sampai pegunungan dataran rendah. Areal BOSF dijumpai satu jenis. Tersebar di Kalimantan,
Amfibi & Reptil BOSF-79
Bangka, Belitung, Semenanjung Malaysia, Sumatera. White-Bellied Rat Snake (Gb.78) Ptyas fuscus Sinonim Zaocys fuscus Ular tikus dapat mencapai panjang 300 cm, ventral jantan 192-197, betina 188-191, anal terpisah, subcaudal jantan 155-161, betina 161-165, bibir atas sembilan, sisik kelima dan keenam menyentuh mata, setengah lingkar tubuh 16 dan mereduksi sampai 12 sebelum ekor. Warna, spesimen umumnya coklat gelap dan bagian ventral putih, spesimen anakan separuh dari badan coklat gelap dan sisanya berwarna hijau. Menempati habitat hutan primer sampai sekunder. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Rhabdophis
Foto: Mistar_CI_NSC
Marga Rhabdophis beranggotakan tiga jenis di Kalimantan yaitu; Rhabdophis chrysargos, R. murudensis, dan R. conspicillata, di cirikan oleh sisik ventral mereduksi dari 21 baris, 17 di dekat kloaka, sisik ekor terpisah, sepasang gigi taring di bagian belakang rahang, diduga anggota marga Rhabdophis berbisa. Sering dijumpai di hutan-sampai pinggiran hutan
Gambar 79. Rhabdophis chrysargos
dataran rendah. Tersebar luas dari Jepang dan Asia Tenggara. Speckle-Bellied Keelback (Gb. 79) Rhabdophis chrysargos Ular berukuran panjang mencapai 80 cm, sisik ventral 139175, subcaudal 60-96, bibir atas sembilan, sisik keempat 80-Amfibi & Reptil BOSF
Gambar 80. Rhabdophis conspicillata
Foto: Mistar_BOSF
sampai keenam menyentuh mata, sisik anterior temporal dua. Warna coklat atau kehijauan dengan sepasang totol terang dibagian sisi bagian belakang, kepala coklat gelap, bibir kuning dibatasi oleh warna gelap, garis kuning sering menyambung dan bertemu ditengkuk, ventral kekuningan dengan dua pasang warna hitam disisi tubuh. Hidup dalam dalam hutan primer, sekunder, bambu, belukar, kolam, rawa, bahkan sering dijumpai disekitar permukiman.
Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, Madara). Red-Bellied Keelback (Gb. 80)Rhabdophis conspicillata Ular berukuran panjang mencapai 40 cm, sisik ventral 141152, subcaudal 51-60, bibir atas delapan, sisik ketiga sampai sisik kelima menyentuh mata, sisik setengah lingkar tubuh 19. Warna, mirip R. chrysargos yang membedakan bibir berwarna kuning dengan strip hitam dibibir atas. Hidup dalam hutan primer, hutan sekunder, dan pinggiran hutan, kadang dijumpai siang hari disekitar air pada hutan rawa. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Madara, Sungai Bongan), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Xenelaphis Marga Xenelaphis terdapat dua jenis di Kalimantan yaitu; Xenelaphis hexagonotus, dan X. ellipsifer satu jenis dijumpai di areal BOSF, dicirikan oleh sisik loreal satu, sisik ventral lebih dari 170, sisik dorsal 17 baris, subcaudal lebih dari 130. Menempati habitat primer sampai sekunder dataran rendah. Tersebar di Asia Tenggara. Amfibi & Reptil BOSF-81
Gambar 81. Xenelaphis hexagonotus
Foto: Kisar Odom-BOSF
Malaysian Brown Snake (Gb. 81) Xenelaphis hexagonotus
Ular tikus berukuran mencapai 200 cm, sisik ventral 185198, sisik ekor 140-179, anal terpisah, sisik setengah lingkar tubuh 17, bibir atas delapan, sisik keempat menyentuh mata. Warna coklat gelap bagian atas, garis terang kearah belakang, perut kekuningan, dimulai dari belakang mata, dan dari bagian atas terdapat warna hitam berbentuk segitiga dan terus kebelakang. Sering dijumpai di areal hutan dan perkebunan sawit, mangsa utamanya adalah tikus, di hutan rawa gambut Kalimantan Tengah, jenis ini sering masuk tempirai untuk berburu ikan lele (Clarias sp), Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung). Marga Xenochrophis Marga Xenochrophis beranggotakan dua jenis di Kalimantan yaitu; Xenochrophis maculata, dan X. trianguligerus, dicirikan oleh mata besar, pupil membulat, sisik setengah lingkar tubuh 19 dan mereduksi sampai 15 disekitar anal, sisik ekor kasar. Umum dijumpai dalam hutan sekunder, berenang diatas permukaan air. Tersebar luas dari Asia Selatan, China dan Asia Tenggara. Triangle Keelback (Gb. 82) Xenochrophis trianguligerus Ular berukuran panjang mencapai 120 cm, panjang ratarata 80 cm, sisik ventral jantan 134-142, betina 135-145, subcaudal jantan 86-97, betina 86-92, bibir atas biasanya sembilan, sisik keempat dan keenam menyentuh mata, sisik lingkar tubuh 19 dan 17. Warna, tubuh berwarna hitam di bagian atas, sedikit bintik-bintik putih pada bagian sisi, 82-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_NUS-ITB
Gambar 82. Xenochrophis trianguligerus
terdapat deretan segitiga berwarna merah dan hitam berselang-seling dari kepala, dan tampak nyata sampai pertengahan tubuh. Hidup dalam hutan, perkebunan, rawarawa sampai persawahan terutama yang dekat dengan sungai, aktif siang hari. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung, SPTuanan, Gunung Bendolan), Sungai Nakan, Sungai Buan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. BAB VI.5. FAMILI ELAPIDAE Kelompok beranggotakan tiga subfamili yaitu; Elapinae, Laticaudinae, Hydrophiinae. Subfamili Elapinae hidup di darat, dan sisanya adalah ular laut. Subfamili Elapinae beranggotakan empat marga yaitu; Bungarus, Calliophis, Naja, Ophiophagus, dua marga dijumpai di areal BOSF. Famili ini dicirikan oleh gigi taring depan besar, tidak ada sisik loreal. Semua anggota ini sangat berbisa, sering menyebabkan kematian, karena racunnya menyerang syaraf. Menempati habitat beragam dari hutan primer, hutan sekunder, sekitar permukiman. Tersebar luas di Asia Tenggara. Marga Calliophis Marga Calliophis berangotakan sedikitnya dua jenis di Kalimantan yaitu; Calliophis bivirgata, dan C. intestinalis, dicirikan oleh sisik vertebral lebih besar dari sisik dorsal, sisik setengah lingkar tubuh 13 baris. Menempati habitat beragam dari hutan primer sampai hutan sekunder. Blue-Malayan Coral Snake (Gb. 83) Calliophis bivirgata Amfibi & Reptil BOSF-83
Sinonim Maticora bivirgata Ular berukuran mencapai panjang antara 130-140 cm, kepala kecil dan berbadan ramping, punggung berwarna biru-hitam, ada sebuah garis putih yang tipis membujur pada sisi badan, kepala dan ekor berwarna merah, aktif malam hari, kadang dijumpai aktif siang hari terutama didaerah yang tumbuhan bawahnya rapat seperti. Hidup dalam hutan primer sampai hutan sekunder. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Keranen Baru), Sungai Nakan. Marga Ophiophagus Marga ini beranggotakan satu jenis yaitu; Ophiophagus hannah dicirikan oleh dua sisik occipital besar, sisik vertebral lebih kecil dari sisik dorsal, sisik setengah lingkar tubuh lebih dari 13, umumnya dijumpai dalam hutan sekunder. Termasuk ular yang mempunyai reputasi paling buruk di dunia. King cobra (Gb. 84) Ophiophagus hannah Ular berukuran panjang mencapai 600 cm, sisik ventral 240259, anal tunggal, subcaudal 99-117, sisik lingkar tubuh 15, bibir atas tujuh, sisik ketiga dan keempat menyentuh mata, sisik ketiga juga menyentuh postreior nasal. Warna, kepala berwarna coklat terang, sangat kontras dengan tubuh bagian atas yang berwarna coklat gelap, kerongkongan dan leher putih, bagian bawah tubuh kuning terang. Hidup dalam hutan primer sampai hutan sekunder, bahkan disekitar perkebunan sawit, merupakan ular kanibal (memangsa ular), 84-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar
Gambar 83. Calliophis bivirgata
Foto: Riza Marlon
Gambar 84. Ophiophagus hannah
dilaporkan juga memangsa biawak (Varanus sp), merupakan ular yang mempunyai reputasi sangat menakutkan, sangat agresif terutama saat mengerami telur. Persebaran: Kalimantan (BOSF; dekat muara Sungai Mentangai), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. BAB VI.6. FAMILI CROTALIDAE Famili Crotalidae beranggotakan tiga marga di Kalimantan yaitu; Ovophis, Trimeresurus, dan Tropidolaemus. Famili ini dicirikan oleh sisik dorsal sangat berbeda dengan sisik ventral, sisik loreal beralur, gigi taring panjang dan dapat dilipat kebelakang. Kelompok ular ini pada siang hari terlihat pemalas, dan agresif pada malam hari, semua anggota ini berbisa dan potensial berbahaya. Marga Tropidolaemus Marga Tropidolaimus beranggotakan satu jenis yaitu; Tropidolaemus wagleri, dicirikan oleh sisik kerongkongan (gular) dan intersupraocular sangat kasar, hidup dalam hutan primer maupun hutan sekunder. Tersebar luas di Asia Tenggra. Wagler’s Pit Viper (Gb. 85)Tropidolaemus wagleri Ular berukuran panjang mencapai 130 cm, panjang ratarata 80 cm, sisik ventral 127-154, subcaudal 45-56, ekor terbagi, sisik setengah lingkar tubuh 21-25 baris, bibir atas 8-10. Warna, sangat bervariasi, umumnya berwarna hitam dengan bintik hijau menyebar pada bagian atas tubuh, barbatas sisik hitam sebagai batas bagian sisi dengan pola Amfibi & Reptil BOSF-85
memotong berurutan, ekor hitam bintik hijau bagian atas dan bawah. Hidup di berbagai tipe habitat dari hutan dataran rendah, dataran tinggi, rawa, mangrove, rawa pantai, sering terlihat disekitar sungai, kadang-kadang diperbukitan dimana terdapat jalan setapak. Persebaran: Kalimantan (BOSF; SP-Tuanan).
86-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 86. Tropidolaemus wagleri
BAB VII. BANGSA CHELONII (Kura-kura, Bulus) Bangsa Chelonii atau Testudines merupakan reptil yang bercangkang, beranggotakan delapan famili di kawasan Indo-Australia yaitu; Chelidae, Cheloniidae, Carettochelyidae, Dermochelyidae, Geoemydidae, Testudinidae, Trionychidae, dan Emydidae. Famili Emydidae adalah kura-kura yang berasal dari Amerika, umum dijumpai di pedagang untuk tujuan satwa peliharaan. Bangsa Chelonii dicirikan dengan tulang mengeras pada bagian posterior bersatu dengan tengkorak, tidak dapat digerakkan, tidak bergigi, tubuh tertutup oleh tulang membulat atau memanjang, alat kopulasi tunggal, ovipar. BAB VII.1. FAMILI GEOEMYDIDAE Famili ini sebelumnya dikenal dengan famili Bataguridae beranggotakan sekitar 10 marga di Kawasan Indo-Australia; Batagur, Callagur, Cyclemys, Cuora, Heosemys, Leucocephalon, Malayemys, Notochelys, Orlitia dan Siebenrockiela. Kalimantan diwakili oleh delapan marga. Areal BOSF setidaknya diwakili empat marga yaitu; Cuora, Cyclemys, Heosemys, dan Malayemys. Marga Cuora Marga Cuora beranggotakan satu jenis yaitu; Cuora amboinensis, dicirikan tidak terdapat atau berukuran kecil keping axilar dan inguinal, plastron dapat ditutup. Tersebar di wilayah Sunda Besar, dan Indonesia Bagian Tengah.
Foto: Mistar_BOSF
Asian Box Terrapin ( Gb. 86 & 87) Cuora amboinensis
Gambar 86. Cuora amboinensis
Amfibi & Reptil BOSF-87
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 87. Cuora amboinensis
Kura-kura berukuran mencapai 250 mm, mudah dibedakan denga kura-kura lainnya karena perisai perutnya bisa tertutup rapat, perisai punggung relatif tinggi dengan tiga buah lunas pada vertebral. Warna, garis kuning melingkar dikepala mengikuti tepi bagian atas, bagian pipi terdapat garis kuning lainnya, bibir kuning, mata mempunyai iris kuning dan hitam pada bagian tepi kepala, perisai perut krem atau putih kotor dengan bercak-bercak hitam, kaki depan juga terdapat garis kuning memanjang. Habitat, dijumpai dalam hutan rawa gambut, sungai besar maupun kecil berarus sedang, makanan utamanya buah-buahan dan daun-daunan tetapi juga memakan ikan dan udang. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Danau Begantung). Marga Cyclemys Marga Cyclemys beranggotakan dua jenis yaitu; Cyclemys dentata dan C. oldhamii, dicirikan adanya keping axilar dan inguinal, plastron dapat digerakkan, kepala dengan bercakbercak atau garis, keping gular berbentuk segitiga, tidak menonjol dari tepi perisai. Menempati habitat sungai-sungai besar, sungai kecil berarus lambat. Tersebar di Sunda Besar, Semenanjung Malaysia. Black Striped Terrapin (Gb. 88 & 89) Cyclemys oldhamii Kura-kura berkuran panjang tubuh mencapai 250 mm, keping femoral lebih panjang dari keping anal, tepi depan pasangan keping anal cenderung lebih datar, atau berbentuk busur, perisai punggung mempunyai lunas pada spesimen anakan, spesimen dewasa hanya terlihat pada keping vertebral pertama, terakhir dan cenderung datar. Warna, perisai punggung umumnya berwarna kuning coklat dengan tepi 88-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 88. Cyclemys oldhamii
Foto: Mistar_BOSF
keping cenderung lebih gelap, perisai perut dipenuhi dengan garis-garis hitam tersusun radial dan agak tebal, leher berwarna hitam dengan sejumlah garis berwarna merah yang sempit dan hampir tidak terlihat, kaki hitam, kulit lainnya berwarna kuning muda polos. Hidup dalam sungai besar maupun kecil berarus sedang. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Keranen Baru, Sungai Bongan).
Gambar 89. Cyclemys oldhamii
Marga Heosemys Marga Heosemys beranggotakan empat jenis di kawasan Indo-Australia yaitu; Heosemys grandis, H. leytensis, H. spinosa, dan H. yuwonoi. Marga ini dicirikan oleh plastron tanpa atau tidak seperti patah, pola plastron berbentuk radial. Menempati habitat beragam dari hutan rawa, hutan dataran rendah sampai pegunungan. Tersebar di Indonesia, Thailand dan Philipina. Amfibi & Reptil BOSF-89
Foto: Mistar_FFI-AP
Spiny Turtle (Gb. 90) Heosemys spinosa
Gambar 90. Heosemys spinosa
Kura-kura berukuran panjang tubuh mencapai 200 mm, mudah dibedakan dari jenis lainnya karena semua keping marginal berduri satu hingga tiga buah, setiap keping kostalnyapun berduri walaupun pendek, tetapi pada spesimen dewasa tidak terlihat samasekali, keping vertebral relatif datar dan mempunyai lunas ditengah-tengahnya, rahang atas mempunyai dua tonjolan menyerupai paruh burung. Warna, sejumlah sisik kakinya berwarna merah, kepala berwarna coklat dengan sebuah bercak kekuningan dibagian tengkuk, kepalanya juga mempunyai garis merah pada tepinya, meskipun sukar terlihat karena latar belakang yang hitam, perisai perut dengan garis-garis hitam dan kuning yang menyebar. Hidup di hutan rawa, sungai yang dangkal, tetapi sering dijumpai di darat sampai perbukitan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Camp Lui, Danau Begantung, SPT-Tuanan, Sungai Keranen Baru, Madara). Marga Maleymys Marga Malayemys beranggotakan satu jenis yaitu; Malayemys subtrijuga, dicirikan oleh perisai punggung dengan tiga lunas memanjang, sisi kepala dengan garis krem yang bercabang, keping marginal dengan pewarnaan kuning. Malayan Snail-Eating Turtle (Gb. 91) Malayemys subtrijuga Kura-kura berukuran mencapai 210 mm, jenis ini mudah dibedakan dengan kura-kura lainnya yaitu hidungnya yang dilingkari garis putih, keping kostal jauh lebih besar dibandingkan dengan keping vertebral, keping kostal 90-Amfibi & Reptil BOSF
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 91. Malayemys subtrijuga
berjumlah empat. Warna, perisai punggung berwarna merah coklat dan siap vertebral terdapat sebuah bercak berukuran besar, perisai perut berwarna kuning hingga oranye. Habitat, ditemukan diperairan dangkal atau sungai berarus lambat. Makanan adalah siput, kerang, dan menolak makanan lainnya. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Bongan, Bukit 515). Marga Callagur Kura-kura beranggotakan satu jenis yaitu: Callagur borneoensis dicirikan oleh kuku kaki depan lima dan kuku kaki belakang empat, warna kepala spesimen jantan merah di bagian atas dan pipi putih, kadang berwarna hampir seluruhnya hitam
Firman Syah_BOSF
Painted Terrapin (Gb. 92 & 93) Callagur borneoensis
Gambar 92. Callagur borneoensis
Amfibi & Reptil BOSF-91
Kura-kura dapat mencapai panjang 60 cm, mudah dibedakan dengan jenis lainnya karena kaki depan berkuku lima dan kaki belakang hanya mempunyai empat kuku. Warna, ketika musim berbiak spesimen jantan bagian atas kepalanya berwarna merah dan berpipi putih. Menempati habitat rawa air tawar yang sering ditemukan di daerah muara. Persebaran: BOSF (Danau Begantung). BAB VII. 2. FAMILI TRIONYCHIDAE (Labi-labi) Famili Trionychidae atau dikenal dengan labi-labi, beranggotakan sekitar lima marga di Indonesia; Amyda, Chitra, Dogania, Pelochelys, dan Pelodiscus, marga terakhir berasal dari introduksi. Dicirikan oleh cangkang yang lembut, tubuh gepeng, dan menempati habitat perairan sungai-sungai besar. Marga Amyda Marga ini beranggotakan satu jenis yaitu; Amyda cartilaginea dicirikan tidak adanya lunas pada bagian vertebral, lima collacities, hidung di ujung moncong. Menempati habitat perairan tenang, berarus lambat, kadang-kadang dijumpai disungai-sungai besar. Tersebar di Sunda Besar, Lombok. Common Softshell Turtle (Gb. 94) Amyda cartilaginea Labi-labi berukuran panjang tubuh mencapai 100 cm, umumnya berukuran 60 cm, perisai ditutupi oleh kulit, sebagian dibangun dari tulang rawan, mata berukuran relatif kecil, lubang hidung terletak terletak di ujung belalai yang 92-Amfibi & Reptil BOSF
Firman Syah_BOSF
Gambar 93. Callagur borneoensis (ventral)
Foto: Mistar_BOSF
Gambar 94. Amyda cartilaginea
kecil dan pendek, kaki berselaput penuh. Warna, perisai hitam sampai abu-abu, perisai punggung terdapat bintilbintil kecil membentuk garis-garis yang terputus-putus dari depan ke belakang, kepala dan kaki berwarna hitam atau abu-abu, pada hewan muda dijumpai bintik-bintik berwarna kuning, kadang-kadang dijumpai enam sampai sepuluh bercak hitam bertepi putih melengkung pada bagian belakang perisai terutama pada individu muda. Hidup dalam hutan primer maupun sekunder di perairan berarus tenang, sungai, kolam-kolam yang berhubungan dengan sungai atau danau. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Camp Lui), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Dogania Marga Dogania beranggotakan satu jenis yaitu; Dogania subplana, dicirikan oleh karapas dengan lunas dan empat callocities. Menempati habitat dalam sungai-sungai kecil didalam hutan. Tersebar Kawasan Sunda, Birma, dan Thailand. Forest Softshelled Turtle (Gb. 95) Dogania suplana Labi-labi berukuran panjang mencapai 250-400 mm, relatif kecil dibandingkan labi-labi lainnya, jari kaki depan dan kaki belakang berselaput penuh, setiap kaki mempunyai tiga cakar, ekor relatif pendek, hidung berujung seperti belalai yang pendek dan kecil. Warna perisainya abu-abu hingga merah kecoklatan, sebuah garis lebar coklat tua dibagian tengah, memanjang dari depan ke belakang, perisai biasanya Amfibi & Reptil BOSF-93
berpola halus antara abu-abu dengan garis sangat halus, kadang-kadang terdapat empat bercak dengan ukuran bervariasi tersusun berpasangan ditengah perisai, spesimen dewasa perisainya sering mempunyai bintik-bintik kuning seperti Amyda, perut berwarna kekuningan, terdapat garis hitam dari ujung moncong kearah leher. Umumnya dijumpai dalam sungai-sungai kecil dengan naungan, terutama didalam hutan. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Begantung Dalam), Taman Nasioanal Bukit Baka-Bukit Raya. Marga Pelochelys Marga beranggotakan tiga jenis di Kawasan Indo-Australia yaitu; Pelochelys bibroni, P. signifera dan P. cantori, dicirikan oleh mata yang terletak di ujung moncong, leher dengan garis kuning yang lebar, punggung hitam dengan garis putih, kepala lebar, leher dengan kutil pipih dan berlipat. Menempati habitat sungai-sungai besar, keberadaan di Sungai Kapuas berdasarkan laporan penduduk yang berprofesi mencari ikan, sering masuk dalam perangkap ikan yang berukuran besar, kadang-kadang tersangkut oleh pancing. Giant Softshell Turtle Pelochelys cantori Labi-labi berukuran mencapai 130 cm, lebar 75 cm dan berat mencapai 200 kg, mata terletak diujung moncong. Warna, perisai coklat hingga hitam dengan garis-garis putih tersusun menyebar dari tengah, leher dengan garis-garis memanjang. Menempati habitat muara-muara sungai besar. Persebaran; Kalimantan (BOSF; Mentangai) perlu konfirmasi ulang keberadaannya di Sungai Kapuas, berdasarkan informasi penduduk pernah tertangkap labilabi sebesar&perahu penumpang. 94-Amfibi Reptil BOSF
Foto: Mistar_LMU
Gambar 95. Dogania suplana
BAB VIII. BANGSA CROCODYLIA (Buaya) VIII.1. FAMILI CROCODYLIDAE Bangsa buaya didunia terdapat sekitar 27 jenis, terdiri dari enam marga yaitu; Caiman, Crocodylus, Melanosuchus, Osteolaemus, Paleosuchus, Tomistoma, dua marga terdapat di Indonesia yaitu; Crocodylus, dan Tomistoma. Bangsa dibedakan dengan reptil lainnya adalah struktur tengkorak dan moncong, disamping itu terdapat penulangan diabwah sisik. Marga Crocodylus Marga ini beranggotakan tujuh jenis di Kawasan IndoAustralia yaitu; Crocodylus mindorensis, C. novaegueneae, C. palustris, C. porosus, C. raninus, C. siamensis, dan Crocodylus sp (Buaya Sahul). Marga ini dicirikan oleh moncong lebar, dan tubuh lebih kekar. Kalimantan di wakili oleh tiga jenis Crocodylus porosus, C. raninus, C. siamensis. Keberadaan di daerah Mentangai dan lebih kehulu berdasarkan laporan penduduk, sehingga sangatlah mungkin adalah; Crocodylus raninus yang diduga menempati habitat perairan air tawar, dan terbatas di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Bornean Crocodile Crocodylus raninus Tidaklah mudah membedakan jenis ini dengan Buaya muara Crocodylus porosus dan Buaya Kalimantan Crocodylus raninus, satu hal yang mencirikan adalah pada C. porosus sisik belakang kepala dua, sedang C. raninus berjumlah empat, mulut sedikit menggelembung. Satu hal yang fakta yang mendukung adalah Mentangai jauh dari laut dan berair tawar. Penting untuk diketahui jenis buaya yang dimaksud di kemudian hari. Persebaran: Kalimantan (BOSF; dilaporkan pernah menyerang sampan yang ditambat di di antara Desa Mentangai dengan Tuanan), Brunei Darussalam. Marga Tomistoma Marga Tomistoma beranggotakan satu jenis yaitu; Tomistoma schlegelii, dicirikan oleh moncong lancip dan sempit, sisik punggung berbentuk kotak tanpa lunas. Menempati habitat perairan tawar yang dalam. Tersebar di daerah Sunda Besar. Amfibi & Reptil BOSF-95
Gambar 96. Tomistoma schlegelii
Foto: Kisar Odom_BOSF
False Gharial (Gb. 96) Tomistoma schlegelii
Buaya berukuran panjang tubuh mencapai 5,6 meter, umumnya panjang 3,5 meter, mudah dibedakan karena mempunyai mulut seperti sapit, rahang atas mempunyai sekitar 20-22 gigi, rahang bawah 17-19 gigi, gigi kelima biasanya paling besar. Warna, tubuh hijau tua kehitaman, ekor mempunyai belang-belang yang tidak berbentu cincin. Hidup dalam lubuk-lubuk yang dalam, rawa-rawa namun dapat dijumpai jauh kearah pedalaman, makanan utamanya adalah ikan, udang, monyet, babi, ular dilaporkan juga menyerang manusia. Persebaran: Kalimantan (BOSF; Sungai Keranen Baru, Danau Begantung, Danau Madara?).
96-Amfibi & Reptil BOSF
BAB IX. MENGHINDARI GIGITAN ULAR Kasus gigitan ular jarang dilaporkan di Kalimantan, sampai sekarang sedikit sekali dilaporkan kasus gigitan ular di berbagai tempat. Ular sendok mempunyai reputasi sangat buruk di dunia dan jenis ini sering dijumpai disekitar permukiman, namun demikian jenis ular ini tidak akan menyerang selama tidak di ganggu, jika terpaksa menyerang biasanya akan memberikan peringatan terlebih dahulu dengan mengembangkan leher yang berbentuk sendok dan mengeluarkan suara mendesis, mungkin sebagai suara peringatan agar jangan di ganggu atau mendekat, kemudian peringatan sedikit berbahaya yaitu dengan menyemprotkan bisa, bisa tersebut akan berbahaya jika mengenai luka atau mata. Dari Kota Kinabalu dilaporkan bahwa seorang anak lakilaki berusia sembilan tahun yang mata sebelah kirinya disemprot oleh ular sendok, tidak mengalami kerusakan, setelah mata tersebut disiram dengan air sebanyakbanyaknya, beberapa terjadi iritasi dan kemerahan tetapi tidak ada komplikasi lebih lanjut. Dari Sabah pernah seorang penduduk menjumpai ular king kobra (Ophiophagus hannah) sepanjang tiga meter kemudian memukulnya dengan tongkat dan mengira sudah mati, ketika mendekati, ular tersebut menggigit kakinya. Penduduk tersebut segera pulang ke desa dan dua jam kemudian meninggal. Ular king kobra mempunyai reputasi buruk karena lebih agresif, namun penduduk hulu Sungai Katingan Kalimantan Tengah membunuhnya ketika kebetulan bertemu, kemudian dibakar atau dipanggang untuk di jadikan lauk. Sedikitnya tiga jenis dari kelompok ular berbisa Areal BOSF adalah king kobra (Ophiophagus hannah), ular cabe (Calliophis bivirgata), ular mati ekor (Tropidolaemus wagleri), ketiga jenis ini jarang dijumpai disekitar permukiman. Ular cabe jika merasa terganggu malah tidak bergerak, kadang melingkar dengan menaikan ujung ekor yang warna merah menyala, warna yang sama dengan kepala, jenis ini termasuk ular pemalu sehingga akan segera pergi jika bertemu dengan manusia, berbeda dengan king kobra yang paling agresif terutama jika sedang mengerami telur, pengalaman penulis dengan ular ini cukup jadi referensi, pada pertengahan tahun 1995 bersama team survei mamalia besar diserang oleh king kobra ketika mendaki bukit, sehingga dengan Amfibi & Reptil BOSF-97
terpaksa melarikan diri bersama team, dan ketika merasa aman kami mencoba memeriksa kenapa ular tersebut menyerang, setelah diamati ternyata ular tersebut telah membunuh ular cincin emas (Boiga dendrophila) yang panjangnya sekitar 150 cm, ular mati ekor (Tropidolaemus wagleri) adalah ular potensial fatal apabila kena gigitannya, tapi ular tersebut sangat pemalas pada siang hari, dan sedikit agresif pada malam hari. Dari famili Colubridae yang terdapat di BOSF dan berpotensial berbisa tetapi tidak mematikan adalah: Ahaetulla prassina, Boiga dendrophila. Untuk menghindari agar tidak digigit ular, ikutilah saran-saran di bawah ini: (1) Pakailah sepatu tinggi atau bot dan celana panjang sewaktu berjalan dihutan atau diladang serta perhatikanlah apa yang dihadapan anda. (2). Jangan melangkahi kayu-kayu besar yang mati atau batubatu, tetapi naiki batu atau kayu tersebut. Hal ini untuk menjaga agar tidak menginjak ular, yang umumnya sering berdiam di bawah-bawah batu atau kayu. (3) Jangan mencoba mengganggu, menyerang atau membunuh ular yang sedang diam. Berjalanlah ke samping atau menghindar. Ular akan mempertahankan diri apabila hendak terinjak. Oleh karena itu kita harus melihatnya pada jarak 1-2 meter lebih dahulu. Jangan panik, karena ular tidak akan mengejar, walaupun mau menyerang, ular tidak dapat berlari sekencang lari orang. (4) Jangan sentuh ular yang telah mati, hal ini untuk menghindarkan bisanya yang tercecer ke mana-mana. (5) Jangan duduk-duduk dekat lubang-lubang atau dekat kayu-kayu busuk, karena sering kali merupakan sarang ular. (6) Jangan berjalan di malam hari tanpa lampu senter yang kuat, karena ular sering berada dijalan-jalan untuk mencari tempat-tempat yang hangat, sebaiknya peganglah lampu senter di depan Anda, agar sewaktu-waktu ular menyambar sinar tidak terkena tubuh anda. (7) Jika Anda berlari sewaktu berburu, lihatlah jalan setapak yang akan Anda lalui karena ular tanah tidak akan menyingkir walaupun kita membuat gerakan, malahan jika 98-Amfibi & Reptil BOSF
hendak terinjak akan menyerang dengan hebat. (8) Jika Anda berada berada di hutan atau di padang rumput, jangan berusaha mengambil batu-batu secara sembarangan, periksalah batu yang hendak diambil itu dengan tongkat. (9) Jika Anda hendak melakukan aktivitas panjat tebing usahakanlah agar jangan mencari pegangan diatas kepala atau pada lubang-lubang yang tidak terlihat oleh mata. Apa Yang Harus Dilakukan Jika Digigit Ular? Tindakan pertolongan pertama sangat menentukan, semakin cepat pertolongan pertama diberikan berarti kemungkinan si penderita akan tertolong semakin besar, pada kasus gigitan ular menurut (Supriatna, 1995) sebaiknya mengikuti prosedur dibawah ini: (1) Penderita yang digigit ular pada umumnya sangat mengkhawatirkan akibatnya, sehingga banyak mengalami (shock) dahulu sebelum bisa itu menjalar, sebaiknya badan penderita dihangati, tetapi jangan sekali-kali diberi alkhohol. (2) Jangan dibiarkan penderita berjalan atau membuat gerakan-gerakan yang tidak perlu. Jika yang kena gigit pada bagian anggota badan, maka anggota badan yang terluka itu harus dipegang dan jangan ditarik ke atas melebihi daerah jantung. (3) Kemudian bersihkan luka, tapi jangan sekali-kali ditoreh dengan pisau atau dihisap karena mungkin justru akan menimbulkan infeksi dan pendarahan. (4) Pakailah (torniquet) dari saputangan atau tali pada penderita yang digigit ular kobra, ular welang atau ular laut (bisa ular yang menyarang saraf atau neurotoksin), tetapi jangan lakukan terhadap penderita yang digigit ular tanah, ular hijau, dan ular kiper lainnya, karena akan menambah mati jaringan (ganggrene). Pemakaian (torniquet) sebaiknya di antara luka dan jantung, seperti misalnya dipergelangan kaki, pergelangan tangan atau lutut. (5) Ikatkan (torniquet) di tempat yang baik, sebelumnya disisipkan lidi atau tongkat kecil di (torniquet) dan ikat agak kuat, tetapi jangan sampai menghentikan jalannya atau pembuluh darah arteri. Amfibi & Reptil BOSF-99
(6) Ikatan (torniquet) harus dilepas setiap 10 menit selama 90 detik, pemakaian (torniquet) ini lamanya jangan lebih dari 8 jam, (torniquet) dapat dilepaskan 5 menit setelah penderita diberikan antiserum. (7) Tali karet adalah (torniquet) yang paling baik, karena dapat menekan dengan kuat, selain itu, sapu tangan dan sobekan kain dapat dipakai, pemakaian (torniquet) jangan terlambat sebaiknya jangan lebih dari 30 menit sesudah penderita tergigit, lebih awal lebih baik. (8) Bawalah penderita ke klinik atau PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) terdekat. (9) Bunuhlah ular yang menggigit penderita, terutama kepala dan ekor harus diperlihatkan kepada petugas kesehatan agar dapat diidentifikasi jenis ular yang menggigit penderita tersebut, sehingga dapat diberikan pertolongan yang tepat. (10) Untuk menghilangkan rasa sakit dapat juga diberikan tiga tablet aspirin (15 gram). Untuk memberikan tindakan pertolongan pertama terhadap gigitan korban ular sebaiknya ikutilah prosedurnya seperti yang disarankan di bawah ini: (1) Usahakan korban jangan panik, karena dalam keadaan yang demikian peredaran darah korban akan lebih meningkat sehingga racun ular akan cepat pula bekerja jika jenis bisanya hemotoksin. (2) Luka jangan dibakar, karena akan menimbulkan infeksi dan luka tambahan. (3) Jangan diberi minuman yang mengandung alkohol karena akan membuat sel-sel saraf menjadi tegang. (4) Jangan menyuruh penderita berjalan, tapi harus digotong agar tidak banyak bergerak. (5) Jangan memberikan kalium permanganat pada luka, luka cukup dibersihkan dengan kapas atau kain basah.
100-Amfibi & Reptil BOSF
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih saya panjatkan kepada Allah YME yang telah memberi keberanian kepada saya untuk menulis buku Panduan Pengamatan Amfibi & Reptil di sebagian kecil pulau Kalimantan (Borneo), merupakan salah satu kekayaan fauna Indonesia yang sangat beragam, buku ini tidak akan terbit tanpa dukungan moril maupun materiil untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada; Bornean Orangutan Survival Foundation yang telah mendanai semua survei dan proses penerbitan buku ini, antara lain Bapak Pandu, Kisar Odom, Firmansyah, Heskia Kasyim, Elba dan semua teman di Mawas di Kalimantan Tengah. BOSFKalimantan Timur antara lain Bapak Aldrin Priajati, Abrar Ramlan, Agus (beruang), Satrio. Terima kasih yang tulus kepada Prof. Dr. Djoko T. Iskandar (Institut Teknologi Bandung) yang telah menyempatkan waktu untuk mengedit dan memberi masukan buku yang Anda baca. Para Dosen Fakultas Biologi Universitas Medan Area untuk diskusinya, Istriku Dewi Nurmalasari terima kasih telah bisa memahami saya. Terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan di lapangan; Mas Azwar, Gondanisam, pak Ambriansyah, pak Yasin M. Noor-Universitas Palangkaraya, Mahasiswa-UMPAR antara lain; Said Wahyu Nawawi, Paulus Sukirwanto, Risman, Neforeo. Mohammad Abdi (Linyut) dan Dusi KOMODO Kem, Giyanto-Yayasan Akasia Sumatera Utara yang telah mendukung banyak kegiatan survei Amfibi dan Reptil. Bapak Serge A. Wich-Utrech University untuk informasi melalui foto. Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses survei sampai terbitnya buku ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Menyadari kemampuan yang sangat terbatas, besar harapan saya untuk menerima umpan balik, kritik saran yang bersifat membangun, sehingga saya dapat melakukan perbaikan dimasa depan.
Amfibi & Reptil BOSF-101
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Ahmat, Gondanisam, Mistar, Giyanto, M. N. Yasin, H. Kasim, Ambrianyah. 2007. Keanekaragaman Hayati (Mammalia, Burung, Amphibia, Reptilia, Ikan Dan Vegetasi) Pada Hutan Rawa Gambut di Area Mawas, Propinsi Kalimantan Tengah. Berry, P. Y. 1975. The Amphibian Fauna of Paninsular Malaysia.Tropical Press, Kuala Lumpur. Carr, A. 1980. The Reptiles. Edisi Indonesia. Tira Pustaka Jakarta. Das, I. & Lim. B. L. 1999. Turtles of Borneo and Paninsular Malaysia Natural History Publication (Borneo), Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Das, I. 2004. Lizards of Borneo. Natural History Publication, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia De Rooij, N. (1915) The Reptiles of The Indo-Australian Archepelago, Leiden, E. J. Brill, Ltd. Inger, R. F. 1966. The Systematics and Zoogeoraphy The Amphibian of Borneo, Field Museum of Natural History, Chicago, U. S. A. Inger, R. F. & R. B. Stuebing. 1999. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Natural History Publication, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Inger, R. F & R. B. Stuebing. 1997. A Field Guide to the Snakes of Borneo, Natural History Publication, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Iskandar, D. T., & W. R. Erdelen. 2006. Conservation of Amphibian and Reptiles in Indonesia; Issues and Problems. Amphibian and Reptiles Conservation. Iskandar, D. T. 1998. Seri Panduan Lapangan Amfibi Jawa dan Bali, PUSLITBANG BIOLOGI –LIPI, Bogor Indonesia. Iskandar, D. T. 2000. Kura-Kura & Buaya Indonesia & 102-Amfibi & Reptil BOSF
Papua Nugini, dengan catatan mengenai jenis-jenis di Asia Tenggara. Institut Teknologi Bandung. Iskandar, D. T., 2007. Aquatic Biodiversity of Sundaland. Institut Teknologi Bandung. Iskandar, D. T. dan Kamsi. 2007. A new species of toad of the genus Ansonia (Anura, Bufonidae) from Kalimantan Tengah Province, Indonesia. Kimman, P., 2002. Biodiversity Survei of The Propose Kelian Protection Forest. Lim K. K. P. & Lim F. L. K. 1992 A Guide To The Amphibian & Reptil of Singapore, Singapore Science centre. Liswanto, D. 1998. Survei dan Monitoring Herpetofauna, Yayasan Titian Jakarta. Manthey, U., and Grossmann W. 1997. Amphibien & Reptilien Sudostasien. Natur und Tier – Verlag, Munster. Manthey, U., R. Malkmus., P. Hoffmann, dan G. Vogel. 2002. Amphibians and Reptiles of Mount Kinabalu (North Borneo). A.R.G. Gantner Verlag Kommanditgesell Schaft. FL 9491 Ruggen. Mattison, C., 2005. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. The Grange Lingsnorth Industrial Estate Hoo, Near Rochester Kent ME3 9ND. Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi & Reptil di PT. Kelian Equatorial Mining. Pough, F. H,. R.M. Andrew., J.E. Cadle., M.L. Crump., A.H. Savitky., K.D. Wells. 2004. Herptology Third Edition. Pearson Prentice Hall, Pearson Ecudation, Inc. Upper Sadle River, NJ 07458. Van Kampen, P. N. 1923. The Amphibian of The IndoAustralian Archipelago, Leiden, E. J. BRILL, Ltd. Vogel, G. Patrick, D. 1997. The Snake of Sumatra An annotated checklist and key with natural history note. Edition Chimaira Frankfurt. Amfibi & Reptil BOSF-103
KAMUS SINGKAT Alur inter-orbital: suatu alur yang terletak di antara kedua mata. Alur parietal: alur bertulang antara kedua mata, kadangkadang menghubungkan alur supra-orbital dengan kelenjar paratoid Alur supra-orbital: tulang alur yang terdapat disekitar mata. Alur supra-timpanik: alur yang menghubungkan antara kelenjar paratoid dengan alur supra-orbital. Arboreal: hewan yang hidup diatas pohon. Akuatik: hewan yang sepanjang hidupnya terdapat di air. Bintil metatarsal: suatu bintil terletak dibagian dalam dan kadang-kadang disamping luar pada metatarsal kaki. Bintil subartikuler: suatu bintil yang terdapat dibawah sambungan jari-jari kaki. BKSDA: Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Fussorial: hewan penggali lubang. Hemotoksin: bisa ular langsung menyerang darah dan sistem sirkulasinya. Kamufflase: penyamaran hewan untuk menghindari pemangsa, menyaru dengan lingkungannya. Kantung gular: kantung suara dibagian bawah dagu, digunakan sebagai resonator suara yang dikeluarkan oleh satwa. Kelenjar paratoid: kelenjar beracun yang melebar pada sisi dorsalateral kepala, atas timpanum, hanya terdapat pada famili Bufonidae. Lamellae: sisik dibawak jari kaki depan maupun belakang. Lateral: bagian sisi tubuh. Lekuk sirkum marginal: lekuk yang memisahkan lempengan ujung jari yang membesar dan pipih antara bagian atas dan bawah. LIPI: Lembaga Ilimu Pengetahuan Indonesia. Neurotoksin: bisa ular yang menyerang jaringan saraf dan bertentangan dengan transmisi rangsangan (impuls) saraf yang dihubungkan oleh otot saraf (neuromuscular). Koanae: sepasang lubang di bagian depan langit-langit mulut yang menghubungkan antara rongga hidung dengan rongga mulut. Lipatan dorsalateral: lipatan memanjang dari kepala ke selangkang atau pangkal kaki. Lipatan supratimpanik: lipatan kulit biasanya berasal dari belakang mata diatas gendang telinga dan kebawah sampai 104-Amfibi & Reptil BOSF
pangkal lengan. Parietal: sisik kelima dibagian atas kepala ular. Pertumbuhan odontoik: tulang seperti taring terdapat pada bagian depan rahang bawah, bentuk ini terdapat pada beberapa marga katak dan terutama melebar pada katak jantan dewasa, fungsi dipercayai sebagai alat untuk menagkap mangsa, mungkin juga digunakan katak jantan selama musim kawin untuk melindungi wilayah mereka. Prefrontal: sisik ketiga di bagian atas kepala ular. Preocular: sisik terakhir sebelum mata. PUSKESMAS; Pusat Kesehatan Masyarakat. Retractile: kuku yang dapat ditarik dan dikeluarkan seperti pada kucing. Rostral: sisik paling depan pada moncong atas reptilia. Ruas jari penultimate: ruas jari terakhir sebelum ujung jari. Subcaudal: sisik ekor bagian bawah. Sundaland: meliputi pulau besar di Indonesia bagian Barat yaitu; Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan. Terristrial: hewan yang hidup di darat. Tibia: betis bagian tungkai belakang antara paha dengan telapak kaki. Timpanum: gendang telinga. Tulang quadrate: tulang mengeras mulai dari ujung posterior. Ventral: tubuh bagian bawah.
Amfibi & Reptil BOSF-105
INDEKS Halaman A Acrochordus granulatus 68 javanicus 16, 19, 68, 116 Ahaetulla fasciolata 69 mycterizans 69 prasina 69, 70, 98, 116 Amyda cartilaginea 19, 92, 117 Ansonia albomaculata 22 anotis 22 fuliginea 22 guibei 22 hanitschii 22 jenis baru 22, 115 latidisca 22 leptopus 22, 23, 115 longidigita 22 minuta 22, 24 platysoma 22 spinulifer 22, 25, 115 torrentis 22 Aphaniotis acutirostris 55 fusca 55 ornata 55, 116 Apterygodon vittatum 30, 62 Aquatic Swamp Toad 30 Asian Box Terrapin 87 Asian Grass Lizard 61 Asthenodipsas laevis 76, 116 malaccanus 76 B Barasodendron borneensis 11 Berdmore’s Narrow Mouthed Frog 38 Black-Bearded Gliding Dragon 57 Black-Spotted Rock Frog 44 Black Striped Terrapin 88 Blotch-Lipped Mud Snake 73 Blood Python 66 Blue-Necked Keelback 78 Blunt-Headed Tree Snake Blue-Malayan Coral Snake 84 Boiga cynodon 70 dendrophila 70, 98, 116 106-Amfibi & Reptil BOSF
drapiezii 70 jaspidea 70 nigriceps 70 Borbourula kalimantanensis 14 Bornean Agamid 59 Bornean Crocodyle 95 Bornean Horned Frog Bronchocella celebensis 56 cristatella 16, 56, 116 hayeki 56 intermedia 56 jubata 56 Brown Marsh Frog 40 Brown Slender Toad 23 Brown Tree Toad 28 Bufo asper 25 divergens 16, 25, 26 juxtasper 25, 27 melanostictus 15 quadriporcatus 16, 25, 27 Bungarus fasciatus 65 flaviceps 65 C Callagur borneoensis 91, 117 Calliophis bivirgata 65, 84, 97, 117 intestinalis 65, 84 Collet’s Tree Frog 46 Cinnamon Frog 45 Common Softshell Turtle 92 Common Sun Skink 62 Common Sunda Toad Cosymbatus frenatus 54 Crested Toad 26 Cricket Frog 42 Crocodylus mindorensis 95 novaeguenae 95 palustris 95 porosus 16, 95 raninus 95, 117 siamensis 95 Cuora amboinensis 19, 87, 117 Cyclemys dentata 88 oldhamii 19, 88, 117 Cyrtodactylus baluensis 50 consubrinus 50 Amfibi & Reptil BOSF-107
coverniculus 50 ingeri 50 malayanus 50, 116 matsui 50 pubisculus 50, 51 yoshii 50 D Dark-Eared Tree Frog 47 Dasia grisea 61 olivaceae 61 semicincta 61 vittata 61, 62, 116 Dendrelaphis caudolineatus 71, 116 kopsteini 71 formosus 71, 72, 116 pictus 71, 72, 116 striatus 71 Draco beccarii 57 cornutus 57 cristatellus 57 fimbriatus 57 formusus 57 gracilis 57 haematopogon 57 lineatus 57 maximus 57 melanopogon 57, 116 microlepis 57 obscurus 57 punctatus 57 quinquefasciatus 57, 116 sumatranus 16, 57, 58, 116 teniopterus 57 Dogania suplana 19, 93, 117 Dusky Wolf Snake 77 Dwarf Slender Toad 24 E Elegant Bronzeback 72 Enhydris albomaculata 73 alternans 73 doriae 16, 73 enhydris 73 gyii 73 matannensis 73 108-Amfibi & Reptil BOSF
plumbea 73 polylepis 73 punctata 73 Eusideroxylon zwaageri 11 Eutropis indeprensa 62 longicaudata 62 macularia 62 multicarinata 62 multifasciata 16, 62, 116 novemcarinata 62 rudis 62 rugifera 62 F Fejervarya cancrivora 15, 31, 32, 115 limnocharis 15, 31, 32, 115 Five-Banded Gliding Draco 57 Forest Softshelled Turtle 93 Four-Clawed House Gecko 53 Four-Lined Tree Frog 46 G Gehyra mutilata 53, 116 Gekko gecko 52 monarchus 16, 52, 116 smithi 52, 116 Gonocephalus borneensis 59, 116 denzeri 59 doriae 59 grandis 59, 60, 116 liogaster 59 megalepis 59 Giant River Toad 27 Giant River Frog 34 Giant Softshell Turtle 94 Gonyosoma oxycephalum 74, 116 Grass Frog 32 Grey-Tailed Racer 74 Green Crested Lizard 56 Green Vine Snake 70 H Harlequin Tree Frog 49 Hemidactylus brookii 54 frenatus 16, 54, 116 garnotti 54
Amfibi & Reptil BOSF-109
platyurus 54 Heosemys grandis 89 leytensis 89 spinosa 19, 89, 117 yuwonoi 89 Homalopsis buccata 16, 75, 116 House Gecko 54 Hydrophylax raniceps 41 I Ingerophrynus divergens 26, 115 Ingerophrynus quadriporcatus 27, 115 K Kaloula baleata 16 pulchra 16 Kuhl’s Creek Frog 33 L Large Forest Gecko 52, 115 Leptolalax arayai 21 dringi 21 gracilis 21, 115 hamidi 21 maurus 21 pictus 21 Leptomantis appendiculatus 16 Lepturophis albofuscus 76, 77, 116 Lesser Swamp Frog 35 Limnonectes asperatus 33 finchi 33 ibanorum 33, 115 ingeri 33 kenepaiensis 33 kuhlii 33 laticeps 33 leporinus 33, 34, 115 malesianus 33, 35, 115 palavanensis 33 paramacrodon 33, 35, 115 rhacodus 33 M Macropisthodon flaviceps 77, 78, 116 rhodomelas 77, 78, 116 Malaysian Brown Snake 82 110-Amfibi & Reptil BOSF
Malayan Gecko 50 Malayan Snail-Eating Turtle 90 Malayemys subtrijuga 90, 117 Mangrove Frog 32 Marbled Tree Toad 29 Meristogenys amoropalamus 39 jerboa 39 kinabaluensis 39 macropthalmus 39 orphnocnemis 39 phaeomerus 39 poecillus 39 whiteheadi 39 Metaphrynella sundana 18 Microhyla berdmorei 38, 115 borneensis 38 petrigena 38 perparva 38 N Naja sumatrana 65 Nepenthes ampullaria 5, 11 Nyctixalus pictus 45, 115 O Occidozyga baluensis 36, 115 celebensis 36 diminutivus 36 floresianus 36 laevis 36, 37, 115 lima 36 martensii 36 magnapustulosus 36 semipalmatus 36 sumatranus 36 vittatus 36 Odorrana hosii 41 Ophiophagus hannah 65, 84, 85, 97, 117 Oranye-Necked Keelback 78 Orlitia borneensis 19 Ornate Lesser Agamid 55 P Painted Bronze-Back 72 Painted Mock Viper 79 Painted Terrapin 91
Amfibi & Reptil BOSF-111
Pareas laevis 76 Peat-Swamp Frog 35 Peat-Swamp Slender Toad 22 Pedostibes everetti 28 hosii 28, 115 maculatus 28 rugosus 28, 29, 115 Pelochelys bibroni 94 cantori 19, 94 signifera 94 Poisonous Rock Frog 41 Polypedates colletti 45, 46, 115 leucomystax 16, 44, 45, 46, 115 macrotis 45, 115 otilophus 45, 47, 115 Phrynoidis aspera 25, 115 juxtaspera 27, 115 Pongo pygmaeus 2 Psammodynastes pictus 79, 116 pulverulentus 79 Pseudobufo subasper 19, 30, 115 Puff-Face Water Snake 75 Pulchrana baramica 40, 115 picturata 43, 115 Ptyas carinatus 80 fuscus 80, 116 korros 80 Python curtus 65, 66, 116 reticulatus 65, 66, 116 R Rana baramica 40 cancrivora 32 chalconota 41 erythraea 16 hosii 41 ibanorum 33 kuhlii 33 leporina 34 limnocharis 32, 42 malesiana 35 nicobariensis 16 paramacrodon 35 picturata 16, 43 Red-Bellied Keelback 81 Reticulated Python 66 112-Amfibi & Reptil BOSF
Rhabdophis chrysargos 80, 81, 116 conspicillata 80, 81, 116 muruduensis 80 Rhacophorus angulirostris 49 appendiculatus 49 baluensis 49 bimaculatus 49 dulitensis 49 everetti 49 gauni 49 harrissoni 49 kajau 49 nigropalmatus 16, 49 pardalis 16, 47, 49, 116 reinwardti 49 rufipes 49 River Toad 25 Riverine File Snake 68 Rough-Backed Frog 33 S Seep Frog 36 Serawak Slender Litter Frog 21 Smooth Slug-Eating Snake 76 Speckle-Bellied Keelback 81 Spiny Slender Toad 25 Spiny Turtle 89 Spotted Stream Frog 43 Sylvirana nicobarienis 42, 115 Sumatran Gliding Draco 58 Staurois guttatus 43, 44 latopalmatus 43 natator 43, 44, 115 tuberiliguis 43 Striped Bronze-Back 71 Sunbeam Snake 61 Swamp Toad 27 T Takydromus sexlineatus 60, 61 Tomistoma schlegelii 16, 96, 117 Triangle Keelback 83 Trinagle Head Chamaelion 60 Tropidolaimus wagleri 86, 97, 98, 117 Amfibi & Reptil BOSF-113
V Varanus dumerili 63 rudicollis 64 salvator 19, 63, 64, 116 W Wagler’s Pit Viper 86 White-Bellied Rat Snake 80 White-Lipped Frog 41 Water Monitor 64 Whitehead’s Torrent Frog 39 Y Yellow-Bellied Pudle Frog 37 Yellow-Ringed Cat Snake 70 X Xenelaphis ellifsifer 82 hexagonotus 82, 117 Xenochrophis maculata 83 trianguligera 83, 117 Xenopeltis unicolor 67, 117 Z Zaocys fuscus 80
114-Amfibi & Reptil BOSF
Lampiran 1. Daftar Jenis-Jenis Amfibi Dan Reptil di Areal BOSF Kalimantan Spesies G. Beratus AMPHIBIA Bufonidae Ansonia jenis baru Ansonia leptopus X Ansonis minuta X Ansonia spinulifer X Ingerophrynus divergens X Ingerophrynus quadriporcatus
Prynoidis aspera X Prynoidis juxtaspera X Pedostibes hosii X Pedostibes rugosus X Pseudobufo subasper Megophrydae Leptolalax gracilis X Microhylidae Microhyla berdmorei X Kalophrynus sp Dicroglossidae Fejervarya cancrivora Fejervarya limnocharis Limnonectes ibanorum X Limnonectes kuhlii X Limnonectes leporinus X Limnonectes malesianus Limnonectes paramacrodon Occidozyga baluensis X Occidozyga laevis Ranidae Hydrophylax raniceps X Meristogenys whiteheadi X Odorrana hosii X Pulchrana baramica Pulchrana picturata X Sylvirana nicobariensis X Staurois natator X Rhacophoridae Nyctixalus pictus X Polypedates colletti X Polypedates leucomystax X Polypedates macrotis Polypedates otilophus X
A. Mawas X
X
X
X X X
X X X X X
X X X Amfibi & Reptil BOSF-115
Rhacophorus pardalis LACERTILIA-bunglon, kadal, biawak Agamidae Aphaniotis ornata Bronchocella christatella Draco melanopogon Draco quinquefasciatus Draco sumatranus Gonocephalus borneensis Gonocephalus grandis X Gekkonidae Cyrtodactylus malayanus X Cyrtodactylus sp Gehyra mutilata Gekko monarchus Gekko smithi Hemydactylus frenatus X Scincidae Dasia vittata X Eutropis multifasciata X Varanidae Varanus salvator OPHIDIA-Ular Acrochordidae Achrochordus javanicus Pythonidae Python curtus X Python reticulatus X Colubridae Ahaetulla prasina Astenodipsas laevis Boiga dendrophila X Dendrelaphis caudolineatus Dendrelaphis formosus Dendrelaphis pictus X Gonyosoma oxycephalum Homalopsis buccata Lepturophis albofuscus Macropisthodon flaviceps Macrophisthodon rhodomelas X Psammodynastes pictus Ptyas furcus Rhabdophis conspicillata Rhabdophis chrysarga 116-Amfibi & Reptil BOSF
X
X X X X X X
X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X
Xenochrophis trianguligera X Xenelaphis hexagonotus Xenopeltidae Xenopeltis unicolor Elapidae Calliophis bivirgata Ophiophagus hannah Crocotalidae Tropidolaemus wagleri
X X X X X X
TESTUDINATA-Kura-kura, bulus Geoemydidae Callagur borneoensis Cuora amboinensis Cyclemys oldhamii X Heosemys spinosa Malayemys subtrijuga X
X X X X
Trionychidae Amyda cartilaginea Dogania subplana
X X
CROCODYLIA-Buaya Crododylidae Crocodylus raninus? Tomistoma schlegelii
X X
Amfibi & Reptil BOSF-117
PERIHAL PENULIS Mistar lahir 24 Mei 1972, di Jember, Jawa Timur adalah peneliti amfibireptil yang banyak melakukan studi lapangan khususnya di Sumatera dan Kalimantan, menyelesaikan Strata-I tahun 2006, di Universitas Medan Area, Sumatera Utara. Penulis pernah mengikuti kursus di Durrel International Conservation Eendangered (DICE) di Inggris, dan ABCAmphibians Biodiversity Conservation di tempat yang sama tahun 2006. Penulis mulai tertarik dengan hidupan liar sejak tahun 1990, lima tahun kemudian mulai timbul keprihatinan terhadap kelangsungan hidupan liar karena ekploitasi dan fragmentasi habitat khususnya di Sumatera. Penulis pernah bergabung dan membantu aktifitas beberapa lembaga di antaranya: Sumatran Rhino Trust - SRT (1990-1993) Bengkulu Utara, Yayasan Mitra Rhino – YMR (1993-1994) - Bengkulu Utara, World Wide Fund for Nature ID 0094 WWF (1994-1997) –Taman Nasional Kerinci Seblat, Forest Inventory Monitoring Project - FIMP (1997-1998) Sumatera Bagian Selatan (Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung); Leuser Development Program - LDP (19982001) - Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Sering menjadi tenaga konsultan tentang keanekaragaman hayati khususnya amfibi dan reptil antara lain di WWF Sundaland Bioregion-Balikpapan, 2000- Kawasan SebukuSembakung, Kalimantan Timur; Kelian Equatorial Mining (KEM) - Kalimantan Timur, 2001; Kelian Equatorial Mining (KEM) - Kalimantan Timur, 2002, Birdlife International-Indonesia Programme, PT Asialog Propinsi Jambi dan Suaka Margasatwa Dangku, Propinsi Sumatera Selatan 2003. Bornean Orangutan Survival Foundation 2004-2007, Flora Fauna International- Aceh Program 2007. Turut menjadi relawan dalam ekpedisi amfibi-reptil 2005 bersama Universitas California Berkeley-USA di Sulawesi, Study Aquatic Biodiversity of Sundaland di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya bersama National University of Singapore bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung 2007.
118-Amfibi & Reptil BOSF