PANDUAN KEBAKTIAN DOA
SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS
KATA PENGANTAR Alkitab dipenuhi dengan orang-orang yang rajin dan tekun berdoa. Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yosua, Samuel, Daud, Elia, Elisa, Daniel dan para nabi lainnya di dalam Perjanjian Lama adalah tokohtokoh doa. Begitu pula Petrus, Yakobus, Yohanes, Stefanus, Paulus dan para rasul lainnya di dalam Perjanjian Baru adalah orang-orang beriman yang setia dan tekun berdoa. Bahkan sebelum Yesus lahir ke dalam dunia, Allah telah memakai seorang wanita yang siang malam berdoa untuk kedatangan-Nya. Akhirnya sebelum meninggal—saat itu berusia 84 tahun—Hana, wanita itu sempat menyaksikan kelahiran bayi Yesus (Lukas 2:36-38). Melampaui semuanya itu Tuhan Yesus adalah teladan doa yang terbesar, karena kehidupan Tuhan Yesus adalah sebuah kehidupan doa. Dari sini kita menyaksikan bahwa orang-orang Kristen sejati tidak bisa dipisahkan dari kehidupan doa yang setia dan tekun. Maka tidak salah ungkapan yang mengatakan bahwa ‘doa adalah nafas hidup orang percaya’. Bahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul setelah Yesus naik ke surga, para murid tekun bersehati dalam doa bersama-sama (Kisah Rasul 1:14). Kebiasaan berkumpul untuk kebaktian doa ini menjadi cara hidup jemaat mula-mula (Kisah Rasul 2:42, 4:31, dan seterusnya). Oleh sebab itu semakin hari semakin banyak orang percaya yang menyadari pentingnya kebaktian doa dalam kehidupan ibadah mereka. Berangkat dari pemikiran seperti inilah kami melihat perlunya sebuah buku panduan praktis bagi pelayanan kebaktian doa. Buku ini disusun untuk memenuhi sebagian kerinduan para pelayan yang setia ini yang rindu pelayanan mereka menjadi berkat dalam kebaktian doa di gereja mereka. Kami berdoa kiranya buku dan praktis ini dapat menjadi berkat bagi rekan-rekan seiman yang rindu pelayanannya dalam kebaktian doa menggerakkan semakin banyak orang dalam gereja mereka untuk tekun berdoa bersama di rumah Tuhan. Akhir kata, biarlah segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Soli Deo Gloria!
Jakarta, Juni 2012 Pdt Joni Sugicahyono Ketua Sub Bidang Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus
DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................... 3 Bab 1: Tentang Kebaktian Doa . ................................................. 7 Bab 2: Pedoman dan Ketentuan Pelayan Kebaktian Doa ................................................................ 10 Bab 3: Simulasi Rangkaian Acara Kebaktian Doa ..................... 16
Bab 1 TENTANG KEBAKTIAN DOA I. PENGERTIAN IBADAH KRISTEN A. DEFINISI IBADAH
Istilah kata “ibadah” dalam pengertian katanya memiliki dua kelompok istilah dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Istilah yang pertama dalam bahasa Ibrani abodah dan dalam Yunani latreia yang secara harafiah memiliki arti ”tugas” atau “melayani.” Dalam konteks ibadah, istilah ini mengacu kepada berbakti kepada Tuhan yang dijalankan oleh imam di altar dalam zaman Perjanjian Lama. Yang kedua, kata ibadah dalam bahasa Ibrani digunakan kata shachah dan bahasa Yunani proskuneo yang secara harafiah berarti “menyembah” atau “bertekuk lutut”. Dalam pemahaman arti kata yang kedua ini, ibadah berarti menyembah kepada sesuatu/seseorang yang lebih tinggi dengan cara merendahkan diri atau bertekuk lutut. Dalam bahasa Inggris, istilah kata “ibadah” menggunakan kata worship yang berasal dari kata Inggris kuno weorthscipe, terdiri dari kata weorth (worthy) dan –scipe (-ship) yang berarti memberi penghargaan atau penghormatan kepada seseorang, yang masih digunakan untuk mengacu ke berbagai bangsawan di Inggris. Berdasarkan pemahaman akan istilah kata “ibadah” ini, dapat disimpulkan dua hal, yaitu: pertama, ibadah berbentuk “aktif,” di mana kita berpartisipasi di dalamnya. Partisipasi yang kita lakukan adalah respons kita kepada Allah dengan kesadaran bahwa Ia layak menerima ibadah kita, baik pujian, ucapan syukur, persembahan, dan hormat kita. Kedua, ibadah berarti menghormati Tuhan dengan cara
menyembah dan memuliakan-Nya melalui sikap dan tindakan kita. Jadi dalam ibadah, tujuan utamanya adalah untuk menyenangkan Dia, dan segala keuntungan yang kita peroleh melaluinya adalah hal kedua.
B. PENTINGNYA IBADAH
Ibadah sangatlah berbeda dengan entertainment. Dalam ibadah kita mengekspresikan cinta kasih, sukacita, kesedihan. Kita mengakui kesalahan-kesalahan kita, membuat permohonan, bersyukur, mendengarkan perintah dan janji Tuhan, nasihat-nasihat, memberikan persembahan, menerima baptisan dan makan minum dalam Perjamuan Kudus. Di dalam ibadah, kita melakukan semuanya ini dengan menyadari bahwa ini semata-mata hanyalah untuk Tuhan Pencipta dan Penguasa surga dan bumi, dan kita melakukannya dalam Yesus, Juruselamat kita dari dosa. Di dalam ibadah, hal-hal umum ini menjadi unik, misterius, dan mengubah hidup kita, karena Dia yang kepadaNya kita beribadah. Berdasarkan pertanyaan pertama dari Katekismus Singkat Westminster, tujuan akhir hidup manusia adalah untuk memuliakan Tuhan, dan menikmati Dia selamanya. Manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan, baik selama hidup di dunia ataupun di surga. Efesus 1:3-14 menyatakan predestinasi Tuhan terhadap kita dari sebelum dunia dijadikan (1:4), untuk diadopsi menjadi anak-anak Allah (1:5), ditebus dengan darah Kristus (1:7), sampai akhirnya adalah untuk memuji kemuliaan-Nya (1:14). Penebusan Kristus adalah perantara manusia dengan Allah, ibadah kepada Allah adalah tujuan akhir melalui puji-pujian kepada Tuhan dalam kekekalan. Ibadah bukanlah sebagian dari kehidupan Kristen, melainkan seluruh kehidupan Kristen, dilihat sebagai persembahan keimaman kepada Allah. Rasul Paulus berkata kepada Timotius bahwa ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Timotius 4:8).
C. LITURGI
Selain istilah “ibadah,” ada istilah lain yang terkait dengan ibadah Kristen, yaitu istilah “liturgi” yang berasal dari bahasa Yunani leitorgia. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu kata leitos/laos (rakyat/umat) dan ergon (pekerjaan, perbuatan, tugas). Oleh karena itu, istilah kata “liturgi” mula-mula memiliki arti secara sosial-politik sebagai pembayaran pajak tambahan oleh rakyat sebagai bentuk pelayanan sosial bagi masyarakat miskin yang tidak dapat membayar biaya yang ditanggungkan pada mereka bagi pesta-pesta rakyat. Dalam perkembangannya, istilah “liturgi” ini memiliki tambahan dimensi arti secara rohani, yaitu sebagai pelayanan manusia kepada dewa-dewa untuk kesejahteraan rakyat. Karena Kaisar pada waktu itu dianggap sebagai putra dewa, maka lambat laun arti “liturgi” bergeser menjadi penyembahan kepada Kaisar. Oleh gereja mula-mula, istilah “liturgi” ini dipinjam dan diberi makna yang baru, yaitu memberikan pelayanan sebagai bentuk penyembahan kepada Allah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa liturgi dalam gereja memiliki arti sebagai bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota jemaat untuk memuliakan Tuhan.
II. PENGERTIAN KEBAKTIAN DOA A. HAKEKAT KEBAKTIAN DOA
Pada hakekatnya, kebaktian doa merupakan bentuk ibadah yang diselenggarakan oleh gereja lokal di tengah minggu. Oleh karena itu, kebaktian doa juga masih merupakan bagian integral dari pelayanan pastoral dengan tujuan penyelenggaraannya sebagai sarana jemaat bertumbuh dalam kehidupan rohani mereka, khususnya dalam menggairahkan semangat berdoa bagi jemaat.
B. TATA IBADAH KEBAKTIAN DOA
Meskipun berbentuk ibadah, namun kebaktian doa memiliki kekhususan dalam penyelenggaraannya dibandingkan dengan kebaktian umum hari Minggu. Kebaktian doa memiliki tata ibadah yang lebih sederhana dengan penekanan pada tiga hal, yaitu puji-pujian, firman Tuhan, dan doa.
Secara sederhana, tata ibadah kebaktian doa dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Saat teduh 2. Pujian pembuka 3. Doa pembukaan 4. Puji-pujian 5. Persembahan pujian/kesaksian 6. Pemberitaan firman Tuhan 7. Doa syafaat 8. Doa pergumulan jemaat 9. Penutup dan berkat
•••••
10
Bab 2 PEDOMAN DAN KETENTUAN PELAYAN KEBAKTIAN DOA I. KUALIFIKASI PELAYAN KEBAKTIAN DOA A. KUALIFIKASI UMUM
Firman Tuhan dalam 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:6-9 menetapkan beberapa kualifikasi seorang pelayan Tuhan yang baik, yaitu: 1 Timotius 3:1-7 (LAI-Terjemahan Baru) 1 Benarlah perkataan ini: ”Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” 2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Titus 1:6-9 (LAI-Terjemahan Baru) 6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 7 Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 8 melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang 11
baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri 9 dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. Secara umum, maka firman Tuhan memberikan persyaratan dalam tiga kategori kualifikasi, yaitu: 1. Kualifikasi sosial, yaitu: seseorang yang memiliki nama baik, tidak tamak harta, mau bekerja sama dan menjadi teladan yang baik dalam keluarganya maupun dalam lingkungan masyarakat di mana ia tinggal. Kegagalan seseorang dalam kualifikasi sosial ini bukan hanya nama pribadi, atau organisasi akan rusak, namun nama Tuhan juga akan dicemarkan. 2. Kualifikasi kedewasaan karakter, yaitu seseorang yang menghargai integritas hidup, memiliki kepribadian yang sehat, mampu mengendalikan emosinya, dan mampu menjaga kesehatan fisiknya secara seimbang. 3. Kualifikasi kerohanian, yaitu seseorang yang sudah lahir baru, namun bukan seorang petobat baru, memiliki kecakapan dalam memimpin dan mengajar orang lain. Secara kerohanian, maka kualifikasinya adalah seseorang yang memiliki tingkat pertumbuhan iman yang sudah dewasa.
B. KUALIFIKASI KHUSUS
Kualifikasi khusus ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelayan kebaktian doa sesuai dengan kecakapan yang diperlukan untuk masing-masing bagian dalam pelayanan kebaktian doa ini. Ada tiga bagian yang secara khusus terlibat langsung dalam pelayanan kebaktian doa ini, yaitu: penyambut jemaat, pemimpin pujian, dan pemimpin doa syafaat.
1. PENYAMBUT JEMAAT
Kualifikasinya adalah sebagai berikut: a. Terlibat aktif dalam kebaktian doa. b. Memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dalam pelayanan. c. Memiliki kepribadian yang hangat, ramah dan sopan. d. Suka menyambut orang lain. 12
e. Aktif dan bergairah dalam pelayanan. f. Dikenal maupun mengenal sebagian besar jemaat. g. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik. h. Disetujui oleh hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.
2. PEMIMPIN PUJIAN
Kualifikasinya adalah sebagai berikut: a. Terlibat aktif dalam kebaktian doa. b. Memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dalam pelayanan. c. Memiliki kemampuan berkomunikasi verbal yang baik. d. Memiliki kemampuan menyanyi yang baik. e. Menguasai perbendaharaan lagu-lagu pujian secara baik. f. Mampu menguasai audience dalam jumlah banyak. g. Aktif dan bergairah dalam pelayanan. h. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik. i. Disetujui oleh hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.
3. PEMIMPIN DOA SYAFAAT
Kualifikasinya adalah sebagai berikut: a. Hamba Tuhan, Penatua, atau jemaat yang ditunjuk secara khusus oleh hamba Tuhan yang membawahi bidang kebaktian doa. b. Suka berdoa dan memiliki kerinduan untuk senantiasa berdoa. c. Memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik, serta mampu mengkomunikasikan pokok-pokok doa syafaat dengan lancar dan jelas. d. Mampu menguasai audience dalam jumlah banyak. e. Aktif dan bergairah dalam pelayanan. f. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik. g. Jika pelayan doa syafaat bukan seorang hamba Tuhan, maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.
II. URAIAN KERJA PELAYAN KEBAKTIAN DOA A. PENYAMBUT JEMAAT
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelayan penyambut je13
maat dalam melayani adalah sebagai berikut: 1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Bila berhalangan hadir harus mencari pengganti dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada koordinator kebaktian doa. 3. Ada baiknya sebelum memulai penyambutan jemaat pastikan pakaian dan penampilan kita telah rapi. 4. Berdoalah bersama tim penyambutan yang lain sebelum memulai pelayanan penyambutan jemaat. 5. Sambutlah jemaat dengan cara menjabat tangan kepada setiap jemaat yang datang dengan hangat. 6. Ketika menjabat tangan jemaat yang datang, jangan sekali-kali sambil mengobrol dengan sesama rekan penyambut atau menatap ke arah yang lain. 7. Berikan senyuman dan sapaan ketika menyambut jemaat sebagai tanda keramahan. 8. Tidak mengobrol sendiri dengan rekan selama bertugas. 9. Seragam yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja polos lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi atau mengenakan setelan pakaian batik (sesuai kesepakatan bersama). Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok sebatas lutut warna gelap atau mengenakan setelan pakaian batik (sesuai kesepakatan bersama) atau seragam lain yang ditentukan.
B. PEMIMPIN PUJIAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelayan pemimpin pujian dalam melayani adalah sebagai berikut: 1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Ada baiknya sebelum memulai pelayanan sebagai pemimpin pujian pastikan pakaian dan penampilan kita telah rapi. 3. Berdoalah terlebih dahulu bersama hamba Tuhan, pemimpin doa syafaat, koordinator kebaktian doa, pemusik dan singers (jika ada) sebelum kebaktian doa berlangsung. 4. Pastikan terlebih dahulu lagu-lagu pujian yang akan dinyanyikan telah ditulis dengan benar dalam tayangan proyektor. 5. Berlatihlah puji-pujian dengan pemusik dan singers jauh-jauh hari sebelum kebaktian doa, jangan berlatih menjelang jam dimulainya kebaktian doa. 14
6. Memimpin pujian dengan bersemangat dan optimis dengan keyakinan penuh kepada Allah yang memberi kemampuan memimpin. 7. Jikalau diperlukan, pemimpin pujian dapat menulis catatan lagu dan komentar lagu pada secarik kertas sehingga membantu pemimpin pujian untuk mengingat lagu dan komentar lagu apa yang diperlukan. 8. Jangan memberikan komentar lagu secara bertele-tele sehingga terkesan seperti berkhotbah. 9. Pakaian yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja polos lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi. Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok sebatas lutut warna gelap.
C. PEMIMPIN DOA SYAFAAT
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelayan pemimpin doa syafaat dalam melayani adalah sebagai berikut: 1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Ada baiknya sebelum memulai pelayanan sebagai pemimpin doa syafaat pastikan pakaian dan penampilan kita telah rapi. 3. Berdoalah terlebih dahulu dengan hamba Tuhan, pemimpin doa syafaat, koordinator kebaktian doa, pemusik dan singers (jika ada) sebelum kebaktian doa berlangsung. 4. Pastikan catatan pokok-pokok doa telah dipersiapkan terlebih dahulu. 5. Tulislah pokok-pokok doa syafaat dengan ringkas, padat dan jelas sehingga pada saat disampaikan mudah dimengerti dan tidak bertele-tele. 6. Pimpinlah doa dengan penuh keyakinan dan iman bahwa Allah akan mendengarkan setiap doa umat-Nya. 7. Ajaklah seluruh jemaat berpartisipasi dalam doa dengan mengundang jemaat bersama-sama menaikkan doa syafaat. 8. Pakaian yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja polos lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi. Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok sebatas lutut warna gelap.
••••• 15
Bab 3 SIMULASI RANGKAIAN ACARA KEBAKTIAN DOA Seluruh rangkaian kebaktian doa dapat dijabarkan melalui bentuk simulasi sebagai berikut. Sebagai contoh diambil kebaktian doa yang dimulai pada pukul 18.30–20.30. Untuk kebaktian doa dengan jam kebaktian yang lain dapat menyesuaikan. 18.30–19.00, waktu kontemplatif a. Pemimpin pujian mempersilakan jemaat untuk bersaat teduh pribadi dengan mengingatkan terlebih dahulu untuk masing-masing berdoa pribadi dan tidak mengobrol atau membuat keributan dalam ruangan. b. Atur ruangan dengan menutup pintu masuk ruangan ibadah, meremangkan lampu dalam ruangan. c. Mainkan alunan lagu instrumentalia lembut (bisa langsung dimainkan oleh pemusik atau melalui audio yang telah disiapkan terlebih dahulu) untuk membantu jemaat bersaat teduh. 19.00–19.05, pujian pembuka a. Pemimpin pujian maju ke depan dan memberikan salam pembuka sekaligus mengantar jemaat untuk menyanyikan satu lagu pujian pembuka dengan tempo lambat. b. Hidupkan beberapa lampu yang diperlukan, namun usahakan dalam kondisi masih sedikit remang (lampu yang dihidupkan bisa lampu yang berada di sekitar mimbar. Usahakan lampu yang langsung menyorot jemaat tetap mati agar perubahan pencahayaan tidak drastis terang). 16
19.05–19.10, doa pembuka a. Pemimpin pujian akan memimpin doa pembuka. b. Setelah doa pembuka selesai, maka kondisi lampu dinyalakan sehingga suasana ruangan menjadi terang. 19.10–19.30, puji-pujian a. Pemimpin pujian akan mengajak jemaat untuk bernyanyi 2-3 lagu pujian. b. Pujian dapat divariasikan, yaitu dimulai dengan pujian yang bertempo cepat dan diakhiri dengan pujian bertempo lambat untuk mempersiapkan jemaat mendengarkan penyampaian firman Tuhan. c. Di tengah-tengah pujian dapat diselipkan kesaksian dari satu orang jemaat yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (usahakan pemimpin pujian sudah menghubungi jemaat yang bersangkutan minimal sehari sebelumnya, dan sampaikan bahwa durasi kesaksian maksimal 5 menit saja). 19.30–20.00, penyampaian khotbah oleh hamba Tuhan dengan terlebih dahulu dibuka dengan doa dan ditutup dengan doa oleh hamba Tuhan yang bersangkutan. 20.00–20.20, menaikkan doa syafaat a. Pemimpin doa syafaat akan maju ke depan dan memimpin satu pujian pengantar doa. b. Pemimpin doa syafaat akan memandu jemaat untuk menaikkan doa-doanya. c. Untuk tetap menjaga supaya jemaat fokus pada doa, pemimpin doa dapat menyelinginya dengan pujian bertema doa di sela-sela antar pokok-pokok doa syafaat. d. Kondisi lampu dapat kembali diredupkan selama doa dinaikkan. e. Akhiri dengan pujian sebagai pengantar untuk masuk ke dalam doa pergumulan jemaat. 20.20–20.30, doa pergumulan jemaat a. Doa dipimpin oleh Gembala Sidang gereja setempat atau jika Gembala Sidang berhalangan dapat dipimpin oleh pemimpin doa syafaat. 17
b. Jemaat diminta untuk berlutut di kursi masing-masing ketika menaikkan doa pergumulannya. c. Berikan waktu sebentar untuk jemaat berdoa secara pribadi. d. Usahakan lampu dalam kondisi sangat remang, sehingga membantu jemaat dalam berdoa secara pribadi. e. Selama waktu doa pergumulan dapat diiringi oleh lagu instrumentalia lembut. f. Gembala Sidang atau pemimpin doa dapat menutupnya dengan doa sekaligus menaikkan beberapa doa pergumulan jemaat yang ada dalam daftar doa yang akan didoakan bersama. Catatan: Gembala Sidang mengakhiri dengan doa berkat dan pujian “Bapa Terima Kasih.”
•••••
18