Panduan Dalam Teknik Pengumpulan Data Mengacu pada salah satu karakteristik penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat (instrument). Pada rencana penelitian ini, penelitilah yang menjadi alat pengumpul data. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Seperti yang sudah direncakan pada penelitian ini, teknik pengumpulan data ada 3 cara : Pengamatan berperan serta (participant-observation), wawancara dan foto. Ada pun maksud dari panduan ini, supaya dalam proses kegiatan pengumpulan data tetap fokus dan terarah sesuai dengan tujuan penelitian. 1. Pengamatan berperan serta (participant-observation) Pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamaatan. Sering terjadi peneliti lebih menghendaki suatu informasi lebih dari sekedar mengamati, maka peneliti perlu berperan serta dan melakukan interaksi sosial dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Sebagai pengamat, peneliti berperan serta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkan untuk dapat dipahaminya. Jadi jelas tidak pada seluruh peristiwa, peneliti perlu berperan serta. Dengan kata lain, ada seperangkat acuan atau tertentu yang membimbingnya untuk berperan serta. Ada pun acuan tersebut dalam penelitian ini, yang pertama adalah kegiatan pengamatan berperan serta dilakukan sesuai ijin dari orang yang bersangkutan atau subjek penelitian, dan yang kedua adalah kegiatan pengamatan berperan serta harus sesuai dan berhubungan dengan tujuan penelitian, yaitu : 1). Mendeskripsikan dan menjelaskan status dan peran pedagang perantara dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran hasil pertanian. 2). Menjelaskan sistem pembelian yang dilakukan. 3). Menjelaskan cara penetapan harga. 4). Cara-cara atau CRM yang dilakukan pedagang perantara dalam menjaga hubungan dengan
pelanggan, agar pelanggan tidak berpindah ke perantara lain. Bila peneliti telah berada pada latar itu, ia berbicara dengan subjeknya, berkelakar dengan mereka, menunjukan perasaan simpati kepada mereka, dan merasakan bersama apa yang dirasakan oleh subjeknya. Cara berkomunikasi dan berinteraksi yang cukup lama dengan subjeknya dalam situasi tertentu memberikan peluang bagi peneliti untuk dapat memandang kebiasaan, konflik, dan perubahan yang terjadi dalam diri subjek dan keterkaitanya dengan lingkungannya. Menjadi sebagai anggota kelompok subjek yang ditelitinya, membuat peneliti tidak lagi dipandang sebagai peneliti asing, tetapi sudah menjadi teman yang dipercaya dan membaur dengan kehidupan subjeknya itu. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan kegiatan berperan serta. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tahapan dalam melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara wawancara pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Tahap pertama memilih salah satu jenis wawancara, tahap kedua menetukan penata-urutan pertanyaan, dan tahap yang ketiga pelaksanaan wawancara. a) Memilih salah satu jenis wawancara Pada penelitian ini, jenis wawancara yang dipilih adalah wawancara terstruktur yang bersifat terbuka, artinya wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan bersifat terbuka, karena para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancari dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. b) Menentukan penata-urutan pertanyaan Ada banyak cara penata-urutan pertayaan, dan pada penelitian ini yang dipilih adalah penata-urutan bentuk cerobong. Pada tata-urutan bentuk cerobong, pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang semakin menyempit dan makin mengkhusus. Setelah memilih salah
satu cara penata-urutan pertanyaan, langkah berikutnya adalah membuat bentuk pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek penelitian, yang terdiri dari : pedagang perantara, pemasok, pelanggan, key informan dan masyarakat di lingkungan sekitar subjek penelitian. Ada pun bentuk pertanyaan yang akan diajukan harus ada acuan terlebih dahulu, yaitu pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan tujuan penelitian, hal ini dimaksudkan agar data yang didapat melalui wawancara tidak bias/kabur, tetap terarah dan fokus. Sesuai dengan penata-urutan bentuk cerobong, maka bentuk pertanyaan di urutkan dari umum menuju yang khusus. Ada pun acuan pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut : •
Pertanyaan untuk pedagang perantara 1. “Aktifitas yang seperti apa? yang Bapak/Ibu lakukan, dan peran yang seperti apa yang Bapak/Ibu jalankan sebagai pedagang perantara di bidang perdagangan pertanian?” 2. “Menurut Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu sudah menjalankan peran sesuai dengan status sebagai pedagang perantara di bidang perdagangan/pemasaran pertanian?” 3. “Hasil pertanian yang seperti apa? yang sering Bapak/Ibu tangani di bidang perdagangan/pemasaran pertanian?” 4. “Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menentukan sistem pembelian dan penetapan
harga
sebagai
pedagang
perantara
di
bidang
perdagangan/pemasaran pertanian?” 5. “Menurut Bapak/Ibu, apakah keuntungan yang didapat dari kegiatan sebagai pedagang perantara di bidang perdagangan/pemasaran hasil pertanian ini, sudah sesuai dengan harapan Bapak/Ibu?” 6. “Hubungan yang seperti apa? Yang terjalin antara Bapak/Ibu dengan pemasok dan pelanggan di bidang perdagangan/pemasaran hasil pertanian?” 7. “Cara yang seperti apa? Yang Bapak/Ibu terapkan dan jalankan dalam menjaga hubungan dengan para pemasok dan pelanggan, agar mereka tidak berpindah pada pedagang perantara yang lainnya?”
•
Pertanyaan untuk petani (pemasok) 1. “Alasan apa yang mendasari Bapak/Ibu, menjadi pemasok hasil pertanian untuk pedagang perantara? Dan mengapa Bapak/Ibu tidak menjualnya langsung?” 2. “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara pedagang perantara dalam menentukan sistem pembelian dan penetapan harga?” 3. “Apakah keuntungan, dari kegiatan jual beli dengan pedagang perantara, sudah sesuai dengan harapan Bapak/Ibu?” 4. “Menurut Bapak/Ibu, apakah peran yang dijalankan oleh mereka sudah sesuai dengan statusnya sebagai pedagang perantara di bidang perdagangan/pemasaran hasil pertanian? dan apakah status dan peran mereka sudah bisa dikatakan membantu kehidupan Bapak/Ibu?” 5. “Sampai sejauh ini, menurut Bapak/Ibu, apakah kedudukan dan keberadaan mereka membawa dampak perubahaan perekonomian keluarga
berhubungan
dengan
perdagangan/pemasaran
hasil
pertanian?” 6. “Apakah yang membuat Bapak/Ibu tetap setia menjadi pemasok untuk pedagang perantara? 7. “Cara yang seperti apa? Yang pedagang perantara terapkan dan jalankan dalam menjaga hubungan dengan para pemasok, agar tidak berpindah pada pedagang perantara yang lainnya?” •
Pertanyaan untuk pelanggan (pedagang) 1. “Alasan apa yang mendasari Bapak/Ibu menjadi pelanggan dari pedagang
perantara
di
bidang
perdagangan/pemasaran
hasil
pertanian?” 2. “Menurut Bapak/Ibu, apakah peran yang dijalankan oleh mereka sudah sesuai dengan statusnya sebagai pedagang perantara di bidang perdagangan/pemasaran hasil pertanian? 3. “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara pedagang perantara dalam menentukan sistem pembelian dan penetapan harga?”
4. “Apakah yang membuat Bapak/Ibu tetap setia menjadi pelanggan dari pedagang perantara? 5. Cara yang seperti apa? Yang pedagang perantara terapkan dan jalankan dalam menjaga hubungan dengan pelanggan, agar tidak berpindah pada pedagang perantara yang lainnya?” •
Pertanyaan tambahan untuk key informan (orang yang dianngap mengetahui permasalahan yang sedang diteliti) dan masyarakat di sekitar lingkungan subjek penelitian (tetangga/kerabat, petani dan orang sekitar) 1. “Menurut Bapak/Ibu, Status dan peran yang seperti apa, yang dijalankan oleh pedagang perantara dalam kegiatan pemasaran pertanian?” 2. “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kedudukan atau status mereka di mata masyarakat umum dan khususnya para petani? Dan seperti apa peran yang dijalankan sesuai dengan statusnya?” 3. “Menurut Bapak/Ibu, apakah keberadaan mereka selama ini, sudah bisa dikatakan membantu petani di bidang perdagangan dan pemasaran pertanian?” 4. “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara pedagang perantara dalam menentukan sistem pembelian dan penetapan harga?” 5. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara yang dilakukan pedagang perantara dalam menjaga hubungan dengan pemasok dan pelanggan, agar mereka tidak berpindah ke tempat yang lainnya?
c) Pelaksanaan wawancara Pelaksanaan wawancara menyangkut pewawancara dengan terwawancar. Keduanya berhubungan dalam mengadakan percakapan, dan perwawancaralah yang berkepentingan sedangkan terwawancara bersifat membantu. Oleh karena itu, menurut lexy moleong (2006), pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan yang dianut oleh terwawancara. Pertama-tama, pewawancara hendaknya berpakaian sepantasnya. Ukuran sepantasnya tentunya disesuaikan dengan keadaan. Jika wawancara dilakukan dengan orang desa di daerah
pertanian, pakaian hendaknya disesuaikan dengan daerah tersebut. Yang jelas, hendaknya enak dipandang dan tidak menyolok. Selain itu, penampilan hendaknya diperhatikan, pewawancara hendaknya serius, mempunyai tujuan pasti, profesional, dan tidak dianggap enteng. Penampilan fisik dan psikis seperti itu merupakan modal pertama dalam permulaan wawancara. Kesan pertama akan membantu pekerjaan wawancara selanjutnya. Tahap selanjutnya, pewawancara senantiasa menepati janji, terutama janji waktu. Jika karena keadaan tertentu pewawancara terpaksa terlambat atau tidak bisa, sebaiknya ia memberi tahu dulu. Tahap yang ketiga, setelah bertemu dengan terwawancara hendaknya ia memperkenalkan terlebih dahulu, sesudah itu mejelaskan maksud dan tujuan kegiatan penelitiannya. Penjelasan itu hendaknya disampaikan sesingkat mungkin dan sejelas mungkin. Tahap yang ke empat, pengaturan tempat wawancara akan berbeda di satu tempat dengan tempat yang lainnya karena hal itu tergantung pada tempat tempat yang tersedia atau yang disediakan. Hal yang perlu diperhatikan oleh pewawancara adalah agar lingkungan sekitar tempat pelaksanaan wawancara hendaknya nyawan dan menyenagkan. Tahap yang terakhir, pewawancara hendaknya bersikap netral, artinya tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa, dan
yang semacam itu. Setelah selesai wawancara, hendaknya
pewawancara mengucapkan “Terima kasih” kepada terwawancara, karena hal itu akan berdampak positif pada kegiatan wawancara selanjutnya, menggingat wawancara tidak memerlukan kesimpulan tetapi kelanjutan. 3. Foto Peneliti harus menyadari, bahwa dalam mengambil gambar atau foto jangan sampai menggangu hubungan peneliti dengan subjek, alangkah baiknya pengambilan foto sudah diketahui oleh subjeknya, dan subjek tidak keberataan serta merelakan dirinya di foto.