VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF Aunu Rofiq Djaelani FPTK IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] ABSTRAK Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang utama adalah observasi partisipatif dan wawancara mendalam, ditambah kajian dokumen, yang bertujuan tidak hanya untuk menggali data, tetapi juga untuk mengungkap makna yang terkandung dalam latar penelitian. Dalam melakukan observasi partisipatif, peneliti berperan aktif dalam kegiatan di lapang, sehingga peneliti dengan mudah mengamati, karena berbaur dengan yang diteliti. Penggunaan cheklist hanya sebagai pelengkap, utamanya adalah membuat catatan lapangan yang terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat, orang dan kegiatannya, termasuk pembicaraan dan ekspresinya, serta catatan reflektif yang berisi pendapat, gagasan dan kesimpulan sementara peneliti beserta rencana berikutnya. Dalam wawancara mendalam sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan sedalam mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang ada sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri, jika perlu dibantu alat perekam. FGD atau diskusi kelompok terarah dapat digunakan untuk mengungkap data dan pemaknaannya dari sekelompok orang berdasarkan hasil diskusi yang terfokus atau terarah pada suatu permasalahan yang akan diteliti. FGD merupakan bagian dari wawancara kelompok, karena kebenaran data bukan lagi subyektif individual, tetapi menjadi kebenaran kelompok. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, manuskrip, file, foto dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan. Keabsahan data dilakukan pada saat pengumpulan data untuk menjaga agar hasil penelitian tetap valid dan reliabel. Dengan cara meningkatkan derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastian. Analisis data dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data dilakukan. Kata Kunci : Teknik Pengumpulan data, Penelitian Kualitatif, Makna I. Pendahuluan Peneliti pemula sering kesulitan dalam memilih teknik pengumpulan data sewaktu melaksanakan penelitian, sebagian menggunakan semua teknik pengumpulan data yang ada, walaupun sebetulnya dengan hanya beberapa teknik saja sudah cukup memadai. Apalagi pada saat mereka melakukan penelitian kualitatif, peneliti pemula sering tidak tepat dalam memilih teknik pengumpulan data, banyak yang tidak menyadari bahwa pengumpulan data penelitian kualitatif mempunyai ciri yang berbeda dengan penelitian kuantitatif walau teknik pengumpulan data yang digunakan sama tetapi penerapannya berbeda antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, misalnya penggunaan observasi yang dalam penelitian kuantitatif, dimungkinkan digunakan checklist ataupun MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
82
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
rating yang baku, yang jika digunakan dalam penelitian kualitatif dianggap kurang tepat, karena utamanya adalah membuat catatan lapangan. Contoh lain penggunaan wawancara dalam penelitian kuantitatif yang akan mengungkap motivasi belajar siswa misalnya, maka yang akan ditanyakan adalah sekitar motivasi dan indikatornya sesuai kajian teori, dengan harapan semua jawaban dapat dikuantitatifkan dan diklasifikasi. Dalam penelitian kualitatif, sewaktu mengungkap masalah motivasi belajar siswa yang diteliti tidak langsung bertanya pada masalah motivasi belajar siswa, tetapi dimulai dengan mendengarkan pembicaraan orang di tempat di mana mereka biasa berkumpul mengobrol tentang bagaimana mereka belajar baik di rumah di luar, maupun di sekolah. Pertanyaan dapat dimulai dari pertanyaan pembuka atau basa-basi, baru mulai masuk ke persoalan motivasi belajar siswa, misalnya dengan pertanyaan bagaimana mereka termotivasi untuk belajar, siapa dan apa yang memotivasi, bagaimana prosesnya dll. Jawaban yang diharapkan berupa cerita tentang prosesnya mereka memperoleh motivasi belajar, menjaga motivasi belajar, cara belajar dan seterusnya yang menggambarkan motivasi belajar mereka dan makna yang terkandung didalamnya. Dalam Pengumpulan data kualitatif, yang dicari bukan hanya hasil datanya tetapi lebih pada proses dan makna yang terkandung dalam data tersebut. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai setelah pengumpulan data. II. Pembahasan A. Sumber Data dan Instrumen Penelitian Kualitatif Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat dengan mudah menetapkan data penelitian yang berupa variabel yang terukur. Jumlah dan jenis variabel dapat ditetapkan sebelumnya, serta hubungan antar variabel dapat dibuat di dalam suatu model atau paradigma penelitian, namun dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menentukan data dengan tepat dalam rancangan yang disusun sebelum melakukan penelitian, karena dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada bentuk hubungan antar variabel, tetapi pada makna yang terkandung dalam masalah penelitian pada konteks tertentu. Menurut Lofland dalam Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Jika dalam penelitian kuantiatif yang menjadi titik perhatian dalam pengumpulan data adalah sampel yang diperlakukan sebagai subyek penelitian, sedangkan di dalam penelitian kualitatif tidak berbicara tentang sampel sebagaimana penelitian kuantitatif, tetapi tentang informan dan aktor/pelaku, kata-kata dan tindakan informan dan pelaku itulah yang dijadikan sumber data untuk diamati/diobservasi dan diminta informasinya melalui wawancara/diskusi/ dokumentasi. Orang yang dimintai informasinya disebut key MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
83
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
informans atau informan kunci yang dipilih orang-orang yang benar-benar mengetahui beberapa permasalahan yang akan diteliti. Peneliti mengumpulkan data bergerak dari informan satu ke informan lainnya sampai data diangap selesai terkumpul, ini sering disebut snow ball, karena bergerak seperti bola salju yang bergerak menggelinding makin besar. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama penelitian, di mana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan fokus, memilih informan, sebagai pelaksana pengumpulan data, menafsirkan data, menarik kesimpulan sementara di lapang dan menganalisis data di lapangan yang alami tanpa dibuat-buat. Sudarwin (2002) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrument dalam penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti melakukan kerja lapangan secara langsung dan bersama beraktivitas dengan orang-orang yang diteliti untuk mengumpulkan data. Konsekuensi peneliti sebagai instrumen penelitian adalah peneliti harus memahami masalah yang akan diteliti, memahami teknik pengumpulan data penelitian kualitatif yang akan digunakan. Peneliti harus dapat menangkap makna yang tersurat dan tersirat dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, untuk itu dibutuhkan kepandaian dalam memahami masalah. Peneliti harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan diteliti, untuk itu dibutuhkan sikap yang toleran, sabar dan menjadi pendengar yang baik. Moleong (2005) mengemukakan ciri-ciri manusia atau peneliti sebagai instrument mencakup segi responsif, menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses, mencari respon. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat dinamis, di mana peneliti memasuki lapangan yang terbuka apa adanya, otomatis peneliti menghadapi situasi yang sulit diprediksi dengan tepat apa yang sudah,sedang dan akan terjadi. Untuk itu maka peneliti haruslah mengandalkan teknik-teknik pengumpulan data kualitatif, seperti wawancara, observasi, dokumen dan pemaknaan. Peneliti dituntut untuk menunjukkan bukti secara nyata dari lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Faisal (1990) yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah observasi partisipatif dan wawancara mendalam ditambah Dokumentasi. B. Observasi Partisipatif Observasi berasal dari kata observation yang berarti pengamatan. Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan peneliti dapat melihat
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
84
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
kejadian sebagaimana subyek yang diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subyek dan obyek yang diteliti. Menurut Spradley (1980) Tujuan observasi adalah memahami pola, norma dan makna dari perilaku yang diamati, serta peneliti belajar dari informan dan orang-orang yang diamati. Selanjutnya Spradley mengemukakan bahwa yang diamati adalah situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas. Tempat adalah di mana observasi dilakukan, dapat di rumah, lingkungan, sekolah, kelas, bengkel dll. Pelaku adalah orangorang yang berperan dalam masalah yang diteliti, seperti, guru, pengawas, siswa, orang tua siswa, petani, buruh, masyarakat dll. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaku yang sedang diteliti, seperti, kegiatan belajar mengajar, belajar, bekerja dan kegiatan lainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk dapat melakukan observasi dengan baik, peneliti harus memahami bentuk atau jenis observasi, sehingga mendapatkan data yang akurat sesuai apa yang sebenarnya terjadi di lapang. Ada beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan. Bungin (2006) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Menurut Susan dalam Sugiyono (2006) dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Jadi Observasi partisipasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar berada dalam keseharian pelaku yang diteliti atau informan, keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif. Spradley (1980) membagi partisipasi atau keterlibatan peneliti menjadi empat yaitu; (1) partisipasi pasif, di mana peneliti datang mengamati tetapi tidak ikut terlibat kegiatan yang diamati; (2) partisipasi moderat, di mana peneliti kadang ikut aktif terlibat kegiatan kadang tidak aktif; (3) partisipasi aktif, di mana peneliti terlibat aktif dalam kegiatan yang diteliti; (4) partisipasi lengkap, di mana peneliti sudah sepenuhnya terlibat sebagai orang dalam, sehingga tidak kelihatan sedang melakukan penelitian. Untuk mendapatkan data yang akurat sebaiknya menggunakan observasi dengan partisipasi lengkap, karena sebagai orang dalam peneliti leluasa mengamati dan mendapatkan makna sesungguhnya dari apa yang diamati. Sementara observasi tidak berstruktur adalah observasi di mana peneliti belum tahu secara pasti apa yang akan diamati, sehingga pengamatan dilakukan tanpa menggunakan instrument baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan, oleh karena itu peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
85
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
dalam mengamati fenomena atau dinamika pelaku yang diteliti. Sedangkan observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa fenomena atau event sekaligus. Dalam melakukan observasi, peneliti harus dapat memusatkan perhatian dan akhirnya memilih hal-hal yang secara khas menemukan gambaran sesuatu yang bermakna. Pada permulaan observasi peneliti mengamati secara menyeluruh dan dengan ruang lingkup yang luas, kemudian memusatkan diri pada hal-hal yang menjadi fokus penelitianya dan akhirnya memilih hal-hal yang khas dan yang paling relevan untuk diamati dengan lebih cermat. Hal ini seperti yang dikemukakan Spradley (1980) yang mengungkapkan bahwa tahapan observasi ada tiga yaitu; (1) observasi deskriptif, di mana peneliti mengamati semua yang ada secara menyeluruh, mendeskripsikan semua yang diamati, observasi ini disebut juga sebagai grand tour observation; (2) observasi terfokus, di mana pengamatan difokuskan pada
aspek tertentu yang menjadi fokus
penelitian, observasi ini disebut juga sebagai mini tour observation. dan; (3) observasi terseleksi, di mana peneliti menyeleksi fokus yang ditemukan secara lebih rinci lagi, Selanjutnya Spradley
mengatakan, ketika melakukan observasi peneliti dapat
mulai melakukan analisis. Pada observasi deskriptif peneliti dapat mulai menarik kesimpulan sementara, dengan analisis domain, sehingga dapat mendeskripsikan semua yang diobservasi. Pada observasi terfokus, peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus yang sebenarnya. Pada observasi terseleksi, peneliti melakukan analisis komponensial, sehingga dapat menemukan karakteristik, persamaan, perbedaan, hubungan dari yang diteliti sehingga mudah ditarik kesimpulan dan ditemukan makna sebenarnya dari apa yang diteliti setelah kemudian menggunakan analisis tema. Jika analisisnya menggunakan analisis interaktif, maka pada setiap tahapan observasi di atas peneliti, dapat melakukan reduksi data, tabulasi data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Observasi atau pengamatan dapat dilaksanakan dengan bantuan alat pengamatan yang berupa, daftar cek, tabel sosiometri, catatan lapangan, jurnal harian, alat perekam elektronik dan format lainnya. Pemilihan alat bantu menjadi sangat penting untuk mendapatkan data kualitatif yang penuh makna. misalnya perilaku, aktifitas, dan proses kegiatan lainnya. Catatan lapangan menjadi pilihan utama, karena memungkinkan peneliti memahami makna yang terkandung di lapang yang diamati kemudian mencatatnya, sementara format lainnya seperti daftar cek hanya sebagai pelengkap, karena daftar cek sering tidak dapat memuat semua apa yang diamati. Catatan lapangan terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat, orang dan kegiatannya (termasuk pembicaraan dan ekspresinya). Dan catatan reflektif yang berisi pendapat, gagasan dan kesimpulan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
86
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
sementara peneliti serta rencana berikutnya. Seperti yang dikemukakan Moleong (2005) Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualiatatif. C. Wawancara Mendalam Selain melalui observasi partisipatif, peneliti dapat mengumpulkan data melalui wawancara mendalam, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan, di mana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang didapat dari observasi. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2006) yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Ada beberapa jenis wawancara yang dapat digunakan, menurut Sudarwan (2002) berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada dua jenis wawancara yaitu; (1) wawancara relatif tertutup, di mana pertanyaan difokuskan pada topik khusus dan umum dan dibantu oleh panduan wawancara yang dibuat cukup rinci;(2) wawancara terbuka, di mana peneliti memberikan kebebasan diri untuk berbicara secara luas dan mendalam. Kedua jenis wawancara ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. wawancara relatif tertutup digunakan jika peneliti telah memperkirakan tentang informasi yang akan didapatkan. Sedangkan
wawancara terbuka digunakan dalam penelitian
pendahuluan untuk mendapatkan informasi awal tentang permasalahan yang ada. Wawancara terbuka juga digunakan untuk mendapatkan informasi lebih dalam lagi. Pada awalnya yang dibicarakan hanya masalah yang sepele yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian, namun perlahan tapi pasti, mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian sampai tuntas. Menurut Moleong (2005) ada dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan luaran dan pertanyaan pendalaman. Pertanyaan luaran adalah pertanyaan yang bersifat umum dan tidak menggali informasi secara mendalam, sedangkan pertanyaan pendalaman digunakan untuk menggali informasi secara mendalam sampai ke makna yang terkandung dalam kasus yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif Untuk mendapatkan data yang penuh makna, sebaiknya digunakan wawancara terbuka atau wawancara tak terstruktur yang dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan sedalam mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang ada sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
87
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
Disinilah peran peneliti sebagai instrumen utama yang tidak selalu terpancang pada panduan wawancara. Keberhasilan
wawancara
sangat
tergantung
pada
keterampilan
yang
dimilikipeneliti dalam mendapat kepercayaan orang yang diwawancarai. keterampilan itu antara lain, cara mengajukan pertanyaan seperti
sensitifitas pertanyaan dan urutan
pertanyaan, cara mendengarkan dengan serius, cara berekspresi secara verbal seperti intonasi dan kecepatan suara, maupun berekpresi secara nonverbal seperti kontak mata, sabar dan perhatian dalam mengikuti jawaban serta mengkondisikan situasi yang nyaman. Wawancara dapat dimulai dengan pertanyaan yang mudah sebagai pendahuluan atau pemanasan, baru mulai masuk ke pertanyaan informasi dan fakta, hindari pertanyaan bermakna ganda, hindari pertanyaan masalah privacy, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif, perdalam pertanyaan ke topik yang lebih spesifik, kemudian diakhiri dengan pertanyaan penutup. Masalah yang mungkin muncul dalam wawancara; adalah orang yang diwawancarai tidak konsentrasi, tidak kooperatif, menolak berbicara atau tidak suka berbicara dan masalah teknis (alat perekam, catatan). D. Kajian Dokumen Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis / gambar yang tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian, biografi, simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainya yang tersimpan. Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan. Metode ini relatif mudah dilaksanakan dan apabila ada kekeliruan mudah diganti karena sumber datanya tetap. Dengan membuat panduan / pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar data yang akan dicari akan mempermudah kerja di lapangan dalam melacak data dari dokumen satu ke dokumen berikutnya.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
88
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
E. Diskusi Kelompok Terarah Diskusi kelompok terarah/terfokus (DKT) diambil dari bahasa Inggris Focus Group Discussion (FGD) yang termasuk dalam teknik wawancara kelompok. Menurut Smith dalam Moleong (2005) mendifinisikan wawancara kelompok sebagai suatu situasi di mana kelompok yang dibangun cukup kecil untuk melaksanakan diskusi yang pantas. Sementara Burhan (2003) menyatakan bahwa FGD /DKT adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan diskusi kelompok terarah dapat digunakan untuk mengungkap data dan pemaknaannya dari sekelompok orang berdasarkan hasil diskusi yang terfokus atau terarah pada suatu permasalahan yang akan diteliti. Dengan FGD kebenaran data bukan lagi subyektif individual, tetapi menjadi kebenaran kelompok, karena selama diskusi berlangsung, masing-masing orang mengemukakan pendapatnya. FGD menjadi penting untuk menghindari pemaknaan yang salah oleh peneliti terhadap wawancara secara perseorangan terhadap masalah yang sedang diteliti. Melalui FGD peneliti dapat; memfokuskan penelitian; menentukan topik-topik diskusi; melengkapi hasil dari wawancara, observasi dan dokumen, mengembangkan teori dan mendapatkan istilah-istilah khusus dalam kelompok. Diskusi dapat dipimpin oleh moderator / fasilitator yang biasanya peneliti dengan dibantu oleh beberapa asisten, yang bertugas mencatat, mengamati jalannya diskusi dan mengingatkan jalanya diskusi. Moderator diskusi harus dapat membangun suasana dengan pembukaan, kemudian memberi gambaran umum topik hari itu, tujuan dan aturan diskusi, setelah itu baru mengajukan pertanyaan sebagai pembuka diskusi. Diupayakan diskusi berjalan spontan dan bebas dengan fokus tertentu sesuai masalah yang akan diungkap dan setiap peserta diberi kesempatan untuk mengungkap pendapatnya. Jumlah kelompok diskusi sebaiknya kecil antara 8-12 orang yang dipilih berdasarkan kewenanganya, kemampuanya dalam memberikan data, pengalamannya, keterlibatanya dalam masalah yang akan diteliti. Proses FGD dicatat atau direkam oleh asisten dalam catatan yang lengkap dan kronologis sebagai suatu catatan proses yang lebih lengkap dari sekedar notulensi, karena mencatat semua pembicaraan dan argumentasi yang muncul serta seluruh kejadian yang terjadi selama diskusi.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
89
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
F. Keabsahan Data Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, mengingat dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian, ditambah lagi teknik pengumpulan data utama peneliian kualitatif adalah wawancara dan observasi yang dianggap banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol. Untuk mengatasinya dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Moleong (2005) menyatakan bahwa untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan atas empat kriteria yaitu; (1) Credibility / derajat kepercayaan; (2) Transferability / keteralihan; (3) Dependability / kebergantungan dan; (4) Confirmability / kepastian. 1. Credibility atau derajat kepercayaan Ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan yaitu; (a) memperpanjang waktu penelitian; (b), observasi detail yang terus menerus; (c) triangulasi atau pengecekan data dengan berbagai sumber sebagai pembanding terhadap data tersebut; (d) mengekspos hasil sementara atau akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitis dengan rekan sejawat;
(e) kajian
kasus negatif dengan mengumpulkan kasus yang idak sesuai dengan pola yang ada sebagai pembanding; (f) membandingkan dengan hasil penelitian lain dan; (g) pengecekan data, penafsiran dan kesimpulan dengan sesama anggota penelitian. 2. Transferability atau keteralihan Transferability atau keteralihan yaitu dapat tidaknya hasil penelitian ini ditransfer atau dialihkan atau tepatnya diterapkan pada situasi yang lain. 3. Dependability atau kebergantungan Dependability atau kebergantungan yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. 4. Konfirmability Konfirmability atau kepastian yaitu dapat tidaknya hasil penelitian dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
III. Penutup 1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang utama adalah observasi partisipatif dan wawancara mendalam ditambah kajian dokumen, yang bertujuan tiMAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
90
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
dak hanya untuk menggali data, tetapi juga untuk mengungkap makna yang terkandung dalam latar penelitian. 2. Dalam melakukan observasi partisipatif, sebaiknya peneliti aktif berperan serta dalam kegiatan yang ada, sehingga peneliti dengan mudah mengamati, karena tidak berjarak dengan yang diteliti. Peneliti membuat catatan lapangan yang terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat, orang dan kegiatannya (termasuk pembicaraan dan ekspresinya). Dan catatan reflektif yang berisi pendapat, gagasan dan kesimpulan sementara peneliti serta rencana berikutnya. 3. Dalam wawancara mendalam sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan sedalam mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang ada sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri, jika perlu dibantu alat perekam. 4. FGD atau diskusi kelompok terarah dapat digunakan untuk mengungkap data dan pemaknaannya dari sekelompok orang berdasarkan hasil diskusi yang terfokus atau terarah pada suatu permasalahan yang akan diteliti. FGD merupakan bagian dari wawancara kelompok, karena kebenaran data bukan lagi subyektif individual, tetapi menjadi kebenaran kelompok. 5. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen,
catatan,
manuskrip,
file,
foto
dan
hal-hal
lain
yang
sudah
didokumentasikan. 6. Keabsahan data dilakukan pada saat pengumpulan data untuk menjaga agar hasil penelitian tetap valid dan reliabel. Dengan cara meningkatkan derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastian. 7. Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data dilakukan dan sesudah pengumpulan data dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari. (1982). Qualitative Research For Education; An Introduction to Theory and Methods. London: Allyn and Bacon.
Brannen, Julia. (1997). Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Terjemahan, Nuktaf Arfawie Kurde, Imam Safe’I dan Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
91
VOL : XX, NO : 1, MARET 2013
Bungin. Burhan (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications, Inc:
Lincoln, Y S, & Guba EG (1985) Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications, Inc:
Miles Matthew B; A Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode
Baru.
(Penerjemah,
Tjetjep
Rohendi
Rohidi;
Pendamping Mulyarto). Jakarta: Penerbit UI Press. Moleong, L. Y. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi . Bandung: PT Penerbit Remaja Rosdakarya.
Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.
Spradley James.P.(1980). The Ethnographic Interview. New York: Holt Renehart and Winston.
Sudarwin Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif; Ancangan Metodologi, presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan humaniora. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
92