PANDANGAN ULAMA TERHADAP PERKEMBANGAN KONTEMPORER ALIRAN KEAGAMAAN DI KOTA MEDAN Ardiansyah1 Abstrak Perkembangan aliran keagamaan di Kota Medan sangat menarik untuk diikuti dan dicermati. Selain sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, kota Medan juga miniatur keragaman etnis dan agama di Indonesia. Hal ini menciptakan perkembangan aliran dan pemahaman keagamaan yang cepat ditengah-tengah masyarakat kota Medan. Secara kelembangaan peran MUI sebagai wadah berkumpulnya ulama dan cendikiawan muslim dari tingkat Pusat hingga ke kecamatan dan kelurahan menjadi sangat penting untuk mengawal deras arus perkembangan aliran-aliran keagamaan dalam tubuh umat Islam. Kata Kunci: Ulama, Kota Medan, Aliran, Keagamaan A. Pendahuluan Kemunculan aliran-aliran baru merupakan wujud dari arus pemikiran manusia pada masa kini. Gerakan pemikiran ini selalu mempengaruhi keadaan manusia baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Munculnya aliran kepercayaan diawali dari sebuah gerakangerakan yang ingin berusaha melakukan rekonstruksi, purifikasi, inovasi, dan lain sebaginya terhadap ajaran-ajaran konvensional dan normatif dalam sebuah agama atau kepercayaan tertentu. Tapi terkadang, usaha-usaha yang dilakukan sering kali menciptakan aliran-aliran yang menyimpang jauh dari agama asalnya, sehingga aliran yang berkembang tersebut akhirnya menciptakan sebuah ajaran-ajaran dan bahkan menimbulkan agama yang baru pula. Hal ini selalu menjadi problem agama karena tidak bisa disangkal munculnya gerakan pemikiran seperti itu merupakan suatu yang tidak diinginkan terjadi, dapat dicontohkan kemunculan aliran-aliran baru dalam sebuah agama yang dianggap “aneh” oleh sebagian orang, dianggap aliran yang menyesatkan dan menggangu kemapanan agama tertentu. Problem agama seperti ini cenderung menimbulkan konflik, dan setiap konflik memiliki potensi untuk memunculkan aksi kekerasan. Ada kecenderungan opini yang berpendapat bahwa lahirnya aliran-aliran baru ini merupakan sebuah ancaman terhadap stabilitas dan keamanan serta berusaha segera untuk melarangnya. Perkembangan aliran sesat yang begitu meresahkan tentu pada dasarnya diakibatkan tidak adanya rasa takut kepada sang Maha Tahu dan sang Maha Melihat, karena orang yang benar-benar memiliki rasa takut kepada Allah hanyalah para Ulama. Demikian Firman Allah dalam surat Fâthir [35]: 28.
إِ ﱠ َ !َ ْ َ ﱠ#َ ِ $َ %َ ُ&ُ * أَ ْ َ'ا ٌ ِ َ+ ْ ُ س َوا ﱠ َوابﱢ َوا ْ َ ْ َ ِم ﷲَ ِ ْ ِ َ ِد ِه ا ْ ُ َ َ ُء ِ ا ﱠ "ُ' ٌر-.َ /ٌ !/ِ َ 1
َ ِ " َو إِ ﱠن ﱠ َﷲ
Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dengan kepangkatan IV/a Lektor Kepala. Selain itu, sebagai Dosen tetap di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN SU pada mata kuliah Hadis Ahkam.
Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Kota Medan, kota yang notabene berpenduduk mayoritas muslim ini pun tidak terlepas dari dampak arus pemikiran masa kini tersebut. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai aliran keagamaan di kota Medan, baik itu organisasi yang masih dianggap positif sampai aliran yang telah divonis sesat oleh Majelis Ulama Indonesia dan masyarakat yang dikhawatirkan akan membawa konflik keagamaan di kalangan umat Islam ke depan. Hal ini tentunya merupakan sebuah pekerjaan rumah bagi para ulama kota Medan untuk menyelamatkan akidah umat dari kesesatan aliran-aliran sempalan yang semakin marak merasuki dan meracuni masyarakat. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk lebih lanjut menuliskannya dalam sebuah laporan penelitian yang berjudul “Pandangan Ulama Terhadap Perkembangan Kontemporer Aliran Keagamaan di kota Medan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah tantang Pandangan Ulama terhadap Perkembangan Kontemporer di Kota Medan. Lebih konkretnya, rumusan masalah ini dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya aliran keagamaan di kota Medan? 2. Hal-hal apa saja yang menjadi penyebab munculnya sikap fanatisme pengikut aliran keagamaan terhadap pemimpinnya? 3. Bagaimana pandangan ulama terhadap perkembangan kontemporer aliran keagamaan di kota Medan? C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan dengan pendekatan sosial antropologi. 2 Setidaknya ada beberapa alasan mengapa metode ini dipilih: 1) penelitian ini dimaksudkan untuk memahami responden para ulama terhadap perkembangan aliran keagamaan di kota Medan. Proses ini akan diinterpretasikan berdasarkan observasi dan pengamatan yang diperoleh dari informan; 2) realitas sosial merupakan suatu kenyataan konfleksitas situasi yang beragam dan multi dimensi. Oleh karena itu, kajian terhadap suatu setting sosial harus juga menganalisis konteks sosial yang mengitarinya dan ini hanya mungkin dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini difokus pada para ulama. Dari persfektif ilmu penelitian ini menggunakan unit analisis pada beberapa ulama di kota Medan. Oleh karena banyaknya jumlah ulama di kota Medan, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada 2
M.B. Miles dan A.M Huberman, Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook (Canada: Sage Publication, 1994), hlm. 21-22.
beberapa ulama teras saja dari organisasi Islam terbesar di kota medan seperti al-Washliyah, Muhammadiyah dan NU. Dengan tehnik purposive sampling dan snowball sampling, peneliti merekrut subjek dengan kategori dan karakteristik sebagai berikut: para akademisi, muballigh atau ustadz yang memiliki jamaah pengajian tetap, serta pengurus ormas Islam dan Majelis Ulama Indonesia. Sedangkan dalam peengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode interview dan dokumentasi. Penggunaan kedua metode ini disebabkan secara langsung didapatkan informasi yang sedang diteliti kepada sumber primernya, yaitu para ulama. Oleh sebab itu, kedua metode sangat representatif dalam upaya mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pandangan para ulama terhadap perkembangan aliran keagamaan di kota Medan. Interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan wawancara secara langsung kepada para responden yang telah ditentukan sebelumnya maupun yang belum. Maka untuk memudahkan melakukan interview ini penulis akan menyusun beberapa pertanyaan yang dianggap penting dalam kaitan penelitian ini, yang kemudian akan dideskripsikan berdasarkan apa yang disampaikan responden yang diteliti. D. Temuan Penelitian Penelitian perkembangan aliran keagamaan di kota Medan sangat cepat. Hal ini didukung oleh kemajuan tekhnologi dan kebebasan mengungkapkan pendapat di depan umum khususnya pada era demokrasi saat ini. Dapat ditemukan beberapa aliran yang tadinya tidak begitu dikenal ditenag-tengah masyarakat mulai menampakkan jaringan perkembangnya. Sebut saja aliran Syi’ah, Wahabi-Salafi, dan Tarekat-tarekat ekskusif yang tidak dikenal selama ini. Beberapa catatan hasil penelitian menarik untuk dicermati antara lain bahwa perkembangan aliran-aliran keagamaan di Kota Medan tidak terlepas dari faktor pendidikan, ekonomi dan kultur sosial masyarakat tersebut. Dari sisi pendidikan, rendahnya pendidikan agama pada sebagian besar penduduk muslim menjadi faktor penting merebaknya aliran keagaaan yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Mereka cenderung kurang mengetahui apalagi mengkaji dan menganalisis secara mendalam disebebkan keterbatasan pengetahuan. Sehingga yang terjadi adalah lebih banyak taqlid buta terhadap doktrin-doktrin yang menyimpang tetapi mampu mereka yakini. Sebagai contoh: ketika di Indonesia terus dilanda bencana di antara mereka meyakini bahwa menanam lemang (sejenis makanan yang terbuat dari pulut) di depan rumah masing-masing dapat menyelamatkan mereka dari bencana. Sementara itu, faktor kondisi ekonomi juga selalu menjadi alasan mengikuti aliran sesat. Biasanya, paham-paham yang menyimpang dari aqidah Islam ini ditopang oleh kekuatan asing yang didanai sepenuhnya oleh kekuatan asing tersebut. Beberapa aliran keagamaan bahkan didukung kekuatan finansial dari luar Indonesia. Donasi ini tidak jarang untuk tujuan merekrut sebanyak-banyaknya pengikut dan untuk mengkampanyekan ideologi aliran keagamaan tertentu. Aliran-aliran menyimpang hari ini selalu menjanjikan kepada pengikutnya hidup yang nyaman dan berkecukupan. Demikian pula dengan kultur sosial kemasyarakatan masih menjadi faktor dominan. Tradisi klenik, tahayyul, khurafat, dan sesajen menjadi sesuatu yang dianggap wajar untuk dipercayai. Sekalipun kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan di tenagh-tengah
masyarakat kota Medan, namun kepercayaan yang berbau syirik masih mudah ditemukan dalam acara pesta perkawinan, syurowan, kematian dan lainnya. Oleh sebab itu, umat Islam harus lebih meningkatkan pengetahuan keagamaannya dan pengamalannya dalam waktu yang bersamaan agar tidak terjebak dalam aliran-aliran yang menyimpang tersebut. Paham-paham yang tidak merujuk kepada sumber ajaran agama juga harus diluruskan dengan pemantapan keyakinan tauhid, mempelajari ajaran Islam dengan methode yang benar, memasuki Islam secara kaaffah dan totalitas dalam mengamalkan ajaran Islam. Selain itu, umat Islam juga mestilah mewaspadai terrhadap skenario pecah belah umat Islam oleh musuh Islam. Propaganda dengan aksi adu domba menjadikan kekuatan umat Islam terpecah. Oleh karena itu, diharapkan MUI SU sebagai tenda besar umat Islam dapat menjadi tumpuan dalam mengawal akidah umat. Selain itu, MUI SU juga diharapkan dapat menjadi pemersatu kekuatan umat dan meningkatkan kualitas ukhuwah umat Islam dengan mengoptimalisasikan peran organisasi Islam dan lembaga keumatan. E. Pembahasan a. Pandangan Para Ulama Terhadap Perkembangan Aliran Keberagamaan di Kota Medan Sebagai sarana social enginering, agama merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah perikelakuan masyarakat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, namun sebaliknya kesalahan terhadap pemahaman dan pengamalan agama dapat menjadi pemicu timbulnya konflik dan permusuhan. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang mendatangkan rahmat untuk sekalian alam seharusnya menjadi sumber dan pembawa kedamaian hidup manusia khusunya penganutnya, namun tidak jarang kita lihat bahwa di dalam Islam pun permusuhan dan konflik itu dapat tumbuh dan berkembang, dan diantara penyebabnya adalah adanya kelainan pemahaman dan pengamalan serta penyimpangan terhadap kaidah-kaidah Islam yang telah ditentukan melalui Al-Qur’an dan Sunnah. Dan inilah yang selanjutnya disebut dengan aliran sempalan atau aliran sesat, yang gerakan dan perkembangannya sangat meresahkan masyarakat. Keberadaan dan kemunculan aliran-aliran dalam Islam merupakan hal yang sudah tidak asing lagi, sejak zaman kekahlifahan Ali bin Abi Thalib hingga kini paham-paham atau aliranaliran itu terus bertambah dan berkembang. Sebagian aliran itu tumbuh dan berkembang dalam batas dan norma yang telah ditetapkan, namun sebagian yang lain banyak yang menyimpang dan sesat, dan Kota Medan yang dikenal sebagai kota yang religius tidak bisa terhindar dari muncul dan berkembangnya aliran sesat itu. Untuk mencegah serta meminimalisir perkembangan aliran sesat itu tentunya MUI sebagai wadah Ulama pembimbing Umat sudah melakukan berbagai cara, diantaranya dengan memberikan panduan tentang kriteria sesat terhadap suatu aliran agar masyarakat dapat ikut serta dalam mengawasi serta memberikan informasi terhadap keberadaan aliran sesat dan menyimpang. Sesuai dengan hasil Rakernas MUI telah membuat kriteria sesat, yaitu : 1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam, 2. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar`i, 3. Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran,
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mengingkari autentisitas dan kebenaran isi Alquran, Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir, Mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, Menghina, melecehkan dan merendahkan para nabi dan rasul, Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir, Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu, 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar`i, seperti mengkafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya. Sebagai indikasi awal yang selayaknya menimbulkan kecurigaan terhadap satu paham atau pengajian bisa melalui tanda-tanda berikut : 1. Pengajian dilaksanakan secara rahasia-rahasia, tertutup kepada selain jamaahnya. 2. Gurunya tidak dikenal sebagai ahli Agama, 3. Adanya bai`at. Bai`at diakui dalam Islam. Tetapi, ada sementara orang yang mengeksploitasinya. 4. Cara ibadah yang diajarkan aneh dan tidak lazim 5. Adanya tebusan semacam kaffarat doa dengan uang 6. Adanya sumbangan yang tidak lazim sebagaimana layaknya sumbangan sebuah pengajian, 7. Pengajiannya tidak mempunyai rujukan yang jelas, hanya penafsiran-penafsiran gurunya saja, 8. Pengajiannya tidak memakai Hadis Nabi saw. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi sesat adalah sebagai berikut: 1. Strees mungkin menjadi salah satu faktor mengapa lahir seorang pemimpin paham sesat. Misalnya, seorang mengalami tekanan jiwa yang berat sehingga mencari jalan keluar dengan pikiran-pikiran menerawang. Ia mencoba salat tahajjud habis-habisan, sedang ilmunya tidak ada tentang Agama. Tiba-tiba datang bisikan jin yang mengaku Jibril dan menyampaikan bermacam-macam pesan yang memberikan harapan. 2. Faktor materi bisa juga menggiurkan. Dengan mencoba menawarkan suatu strategi yang bisa menghimpun orang serta dana. Jika banyak yang tertarik, maka ia pun terus mengembangkan konsep-konsepnya untuk menarik anggota dan dia pun menjadi sesat dan menyesatkan. 3. Adanya intervensi bangsa lain pun tidak mustahil untuk mengaburkan ajaran Agama dan memecah belah umat Islam. 4. Kebodohan terhadap ajaran Islam adalah faktor dominan membuat orang bisa masuk dan mengikuti aliran sesat. 5. Faktor ekonomi telah berhasil membuat orang berpindah agama, apalagi sekedar mengikuti paham yang menyimpang. 6. Puberitas keberagamaan, yakni keadaan baru merasakan nikmatnya beragama. Begitu ketemu dengan satu paham Agama yang ditawarkan langsung ditang-kap dan diikuti.
7. Ketidakpuasan dengan paham dan keadaan Islam yang sedang dalam posisi lemah. Begitu ditawarkan paham yang sepintas lalu idealis tanpa menyelidik kebenarannya langsung diterima begitu saja. Menurut Prof. Dr. Nawir Yuslem, MA, (Ulama dari Ormas Muhammadiyah) aliran sesat adalah aliran atau paham yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits dan tentu orangorang yang menjadi pengikutnya harus segera disuruh bertaubat. Sedangkan paham atau aliran yang masih dalam kaidah-kadiah Islam tentu tidak menjadi masalah dan silakan untuk dikembangkan apalagi dalam rangka untuk memperkuat kesatuan umat. Penetapan kriteria sesat saja belum cukup untuk membendung dan memberantas perkembangan aliran sesat, namun yang paling penting adalah memberantas akar tumbuhnya aliran itu. Menurut beliau faktor utama yang mendorong seseorang dapat terjerumus dalam aliran sesat adalah pertama, tidak punya latar belakang pendidikan agama, mungkin pada waktu kecil, tidak ikut sekolah agama (mengaji) sehingga, tidak dapat membedakan “islam” itu yang seperti apa. Ibarat botol kosong, apapun bisa diisi, ketika diberikan ajaran apapun langsung mereka terima mentah-mentah tanpa mempertimbangkannya lebih dahulu. Kedua Pragmatisme, dimana mereka mengmbil hal yang menguntungkan bagi mereka dalam kehidupan duniawi tidak peduli benar atau salahnya. Sikap fanatisme bisa lahir karena ketidaktahuan, sehingga ia meihat tokoh ajaran itu sebagai segala-galanya dan inilah yang menyebabkan kesetiaan dan kepatuhan mereka kepada pimpinan aliran itu sangat tinggi. Sebagai kota metropolitan dan kosmopolitan, tentu menyebabkan aliran-aliran apa saja bisa masuk dan datang darimana saja, tercatat sudah lebih dari seratusan aliran yang ada di kota medan baik aliran yang menyimpang maupun tidak, dan hal ini menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi ormas-ormas Islam yang ada agar mampu membina anggota dan ummatnya untuk tidak terjebak dalam paham aliran sesat. Oleh sebab itu perlu adanya pencegahan tehadap masuk dan berkembangnya aliran sesat di kota Medan. Pertama, mengidentifikasi apakah aliran yang muncul sesat atau tidak. Yang kedua, melokalisir agar tidak menyebar kemana-mana. Yang ketiga, melihat masing-masing anggota dari aliran tersebut berasal dari ormas-ormas mana. Terkait hal yang sama Prof. Pagar (Ualama NU) mengatakan bahwa penyebab utama lahirnya paham sesat adalah adanya penafsiran yang salah terhadap ajaran agama yang sesungguhnya. Ajaran sesat itu dapat berkembang dan memiliki banyak pengikut karena ia mendapatkan ketentraman, kedamaian dan harapan yang besar untuk kehidupan akhirat nanti dari apa yang di sampaikan dan dijanjikan oleh gurunya. Sebab, tidak sedikit dari kalangan ustadz tersebut yang menjanjikan mereka bisa masuk surga dan mereka yang selama ini merasa banyak dan besar dosanya, merasa yakin dengan apa yang disampaikan oleh sosok ustadz tersebut. Awal munculnya aliran-aliran sesat ini tidak diketahui dengan pasti, namun Majelis Ulama Kota Medan pernah mengidentifikasi hal ini sekitar 10 tahun yang lalu, dan pastinya kemunculan aliran sesat tesebut dapat berkembang kapan dan dimana saja serta mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, dan kehadirannya sangat rentan menimbulkan perpecah-belahan ummat Islam yang berpotensi menciptakan kerusuhan. Karena memang penanganan aliran-aliran sesat ini sampai dikawal oleh polisi, dan jika tidak maka akan timbullah perkelahian antar golongan yang memang tidak menerima hujatan sesat yang
dilontarkan. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang sangat fanatik terhadap seorang tokoh termasuk pimpinan sebuah aliran, diantaranya adanya iming-iming yang diberikan tokoh tersebut kepada penganutnya dan selanjutnya mendapatkan apa yang selama ini ia cari, artinya ketika ia memang mencari atau membutuhkan sesuatu yang ia inginkan lantas tak pernah ia dapatkan dari ajaran lain, maka ia akan memanfaatkan hal ini untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Perkembangan aliran keagamaan di kota Medan pada umumnya masih dapat terkontrol dan cenderung kemunculannya masih dapat diatasi dengan baik. Oleh sebab itu, peran ulama sangat besar dalam menyikapi hal yang demikian sebab, berbicara tentang keagamaan ulamalah ahlinya. Maka ulama harus pro-aktif dalam menyampaikan dakwahnya. Dan pemberantasan tehadap ajaran sesat bukan semata-mata tugas para ulama, tentu bantuan dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengkawal dan mengawasi perkembangan aliran keagamaan di masyarakat khususnya terkait aliran sesat. Demikian halnya pernyataan Prof Hatta, selaku ketua MUI Medan, beliau mengatakan bahwa kemunculan Aliran-aliran keagamaan ataupun aliran keagamaan ekslusif biasanya bermula ketika manusia telah merasa kebutuhan duniawinya telah tercukupi ataupun terpenuhi sehingga ia mencari kepuasan rohani bukan dari dunia namun dari alam yang lain. Sulit untuk diprediksi kapan pertama kali kehadiran aliran-aliran keagamaan ini di Kota Medan, karna sebagian dari aliran-aliran ini muncul secara tertutup hingga akhirnya muncul ditengah-tengah masyarakat, dan adajuga aliran keagamaan yang meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya yang tidak diketahui kapan kemunculannya. Aliran-aliran keagamaan sangat berpotensi muncul di kota-kota besar termasuk kota Medan. Hal ini disebabkan pemahaman penduduk asli orang perkotaan cenderung awam dan hampir-hampir tidak mau tau tentang sekeliling. dan karna hal demikian pula, Aliran-aliran keagamaan ini sangat potensional memecah belah umat, terkadang mereka bisa menjadi kekuatan akan tetapi Aliran-aliran bahkan organisasi keagamaan eksklusif tersebut tak jarang menimbulkan perpecahan walau dalam skup yang terbilang kecil yaitu tentang pemahaman dan pandangan, hal itu disebabkan karna rasa keakuan yang tinggi terhadap aliran keagamaan yang ia ikuti. Sikap fanatisme pengikut aliran-aliran keagamaan ini takterelakan sebab itu adalah bagian dari ajaran-ajaran mereka sehingga tak heran bila kita melihat sikap fanatic pengikut aliran keagamaan ini kepada gurunya atau pemimpin alirannya, dan jarang aliran-aliran tersebut bisa tersebar kepada orang lain kecuali kepada pengikutnya sendiri. dampak dari sikap fanatis itu muncullah sikap eksklusifisme di tengah-tengah masyarakat sehingga menjadi terkotak-kotaklah masyarakat dan kadang-kadang bertentangan dengan paham yang ada ditengah-tengah masyarakat sehingga terjadilah perkelahian, seperti yang terjadi di Belawan, kejadian seperti itu bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Para Ulama sendiri sangat menyayangkan aliran-aliran seperti itu dan para ulama pula ikut bersama-sama dalam menyadarkan pemahaman eksklusif mereka tentang islam, karna pada hakikatnya Islam itu adalah agama yang universal dan Rahmatan lil ‘alamin. Dan apabila para ulama dan masyarakat dikota medan ikut bersama-sama menjelaskan tentang bagaimana Islam yang benar bukan hanya Islam yang dengan perasaan atau Islam yang hanya dengan
otak, tetapi Islam yang disampaikan melalui wahyu yang tidak bertentangan dengan akal manusia Harus kita ketahui pula bahwa sebahagian dari aaliran-aliran keagamaan yang muncul itu bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah sehingga pada akhirnya MUI mengeluarkan fatwa sesat terhadap sebagian aliran keagamaan tersebut. Dan Aliran-aliran keagamaan yang tidak dimulai dengan pemahaman yang benar maka akan sangat potensial menjadi aliranaliran yang sesat serta menyesatkan. bila kita melihat ke beberapa aliran-aliran yang telah diputus oleh peradilan karna dianggap penistaan agama hal itu awalnya muncul ya karna apaapa yang telah kita terangkan diatas tadi. Oleh karena itu kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap aliran-aliran yang bersifat eksklusif dan jangan mudah percaya terhadap apa yang disampaikan. untuk itu bagi kita umat muslim wajib hukumnya untuk belajar tentang agama Islam yang sebenar-benarnya. b. Peranan Para Ulama terhadap Perkembangan Aliran Keagamaan di Kota Medan Perkembangan aliran keagamaan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dibendung, karena masing-masing aliran akan mengklaim dan manyatakan bahwa aliran dan ajaran yang ia amalkan merupakan sebauah kebenaran yang harus dilakukan oleh orang banyak. Hal ini merupakan sebuah terobosan yang luar biasa sebagai gerakan dakwah islamiyah yang dilakukan oleh para pimpinan aliran tersebut, namun di sisi lain para ulama sebagai pewaris nabi harus menjaga dan mewaspadai agar tidak terjadinya penyimpangan dan penyesatan tehadap umat terkait penyebaran aliran keagamaan tersebut. Pengawasan terhadap aliran keagamaan memang bukan secara mutlak sebagai tanggung jawab para ulama, namun bantuan dan pertolongan dari seluruh lapisan masyarakat tentu menjadi bagian yang sangat penting demi menjaga aqidah umat Islam. Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran aliran sesat: 1. Membekali umat Islam dengan ilmu Agama yang cukup sehingga mereka memiliki Islam yang terdefinisi merupakan usaha yang mutlak harus dilakukan. Ketika Islam telah terdefinisi dalam diri mereka, mereka memi-liki tolok-ukur untuk memilahmilah mana yang benar dan yang salah serta meiliki benteng yang kuat untuk menolak segala paham yang tidak dapat ditolerir. 2. Mengamati setiap pengajian, ceramah, tulisan, dan buku yang beredar seharusnya dilakukan semua kalangan sehingga paham sesat tidak sempat hidup dan berkembang melainkan sudah dapat diantisipasi. 3. Setiap ajaran yang dicurigai hendaknya segera dilaporkan kepada MUI, Kejaksaan, dan Kepolisian untuk diselidiki. 4. Kejaksaan dan Kepolisian hendaknya proaktif menindak setiap aliran dan paham yang sudah difatwakan oleh MUI dengan mekanisme kerja (1) ma-syarakat melaporkan ke MUI, (2) MUI mengeluarkan fatwa, (3) Kejaksaan menyidik, (4) Kepolisian menindak, dan (5) Pemerintah membekukan dan melarangnya.. 5. Sosialisasi paham dan aliran sesat seharusnya dilakukan di seluruh sekolah, lembaga pendidikan, dan majlis taklim. 6. Masyarakat hendaknya melakukan boikot terhadap pengikut aliran dan paham sesat sehingga keadaan mereka sesat diketahui semua warga dan mereka tidak bisa bergerak untuk menyebarkan pahamnya.
Sebagai wadah tempat berhimpunnya para Ulama, tentunya MUI juga tidak akan tinggal diam. Adapun upaya dan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh MUI Sumatera Utara dan kota Medan antara lain: 1. Membekali umat Islam dengan ilmu Agama dan pemahaman yang baik melalui muzakarah bulanan, Muzakarah Ramadhan, dan pengajian ibu-ibu dari Komisi Perempuan MUI. 2. Sosialisasi perkembangan bahaya ajaran aliran sesat dan ke kabupaten/kota se Sumatera Utara dan penerbitan buku-buku yang menjadi rujukan dalam memahami ajaran Islam. 3. Memanggil pimpinan-pimpinan dari aliran yang bersangkutan dan mendengar langsung penjelasan mereka seputar ajaran yang mereka sampaikan secara persuasif dalam rangka silaturrahim. 4. Memberikan pembinaan, arahan dan himbauan agar pimpinan dan pengikut dari aliran menyimpang tersebut kembali kepada ajaran Islam yang benar (rujû’ ila al-haq). 5. MUI Sumatera Utara dan Kota Medan melalui komisi Fatwa juga telah menawarkan agar dilibatkan dalam mengisi materi di tempat pengajian mereka dengan ustadz dan guru yang berasal dari MUI atau ustadz-ustadz yang direkomendasikan oleh MUI. c. Analisa Eksistensi umat Islam saat sekarang ini tidak hanya terganggu dengan isu terorisme, isu pemurtadan, isu SARA tapi juga isu kemunculan aliran sesat. Ternyata, perkembangan aliranaliran sesat di tanah air sudah cukup mengkhawatirkan. Di saat umat Islam sedang menyusun sebuah strategi membangun peradabannya kembali agar benar-benar menjadi “khaira ummah=ummat yang terbaik”, bermunculan paham-paham atau aliran-aliran yang menyimpang. Sebut saja, ada al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Musaddeq. Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI), Darul Arqam, Darul Hadits/LDII, Salamullah, Lia Eden (Kerajaan Tuhan), Gus Roy (sholat dua bahasa), Alquran suci dan lain-lain. Bahkan di Sumatera Utara khususnya di kota Medan juga banyak berkembang, sebut saja seperti Soul Training, al-Haq dan lain-lain. Namun, secara umum situasi dan kondisi ketentraman umum dan ketertiban masyarakat Kota Medan saat ini dalam keadaan baik dan kondusif, kehidupan sosial keagamaan dan kemasyarakatan berjalan sangat dinamis dengan kerukunan dan toleransi yang tinggi satu dengan yang lain, baik itu dalam internal satu agama atau hubungan antar agama. Namun disisi yang sama juga kita harus tetap memiliki kemampuan deteksi dini guna mengantisipasi dan mewaspadai setiap potensi gangguan dan provokasi kehidupan umat beragama, karena kehidupan sosial keagamaan merupakan syarat fundamental dan pokok bagi kita untuk bisa mempercepat dan memperluas kekuatan Ummat. Kemunculan dan perkembangan aliran keagamaan di kota Medan, merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan. Sebagai orang beriman, kita sangat bangga dengan perkembangan aliran keagamaan di internal Islam selama aliran itu tidak menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, namun sesuai dengan kedaan kota Medan yang merupakan kota Metropolitan perkembangan aliran sesatpun tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu
pengawasan dan pengkawalan terhadap munculnya aliran sesat merupakan tanggung jawab bersama para umara, ulama dan masyarakat. Ada beberapa hal yang dapat kita soroti berkaitan dengan latar belakang kemunculan paham-paham yang menyimpang di negeri ini, antara lain: Pertama, keimanan. Iman yang lemah mempermudah jalan bagi seseorang untuk menyimpang dari ajaran Islam. Kelemahan iman ini ditandai dengan ketidak patuhan terhadap perintah-Nya dan selalu memperbuat apa yang dilarang-Nya. Kedua, Pendidikan. Rendahnya pendidikan agama menjadi faktor penting merebaknya aliran sesat. Mereka cenderung tidak mengkaji dan menganalisis secara mendalam tetapi lebih banyak taqlid buta terhadap doktrin-doktrin yang menyimpang tetapi mampu mereka yakini. Sebagai contoh: ketika di Indonesia terus dilanda bencana di antara mereka meyakini bahwa menanam lemang (sejenis makanan yang terbuat dari pulut) di depan rumah masing-masing dapat menyelamatkan mereka dari bencana. Umat Islam yang berpendidikan rendah rentan dan mudah terpengaruh untuk mengklaim bahwa apa yang baru diperolehnya itulah satusatunya kebenaran dan menganggap kelompok yang lain salah. Ketiga, Ekonomi. Masalah ekonomi juga selalu menjadi alasan mengikuti aliran sesat.Biasanya, paham-paham yang menyimpang dari aqidah Islam ini ditopang oleh kekuatan asing yang didanai sepenuhnya oleh kekuatan asing tersebut. Jadi, berebut fasilitas, finansial, harta, kemewahan duniawi dan lain-lain. Aliran-aliran menyimpang hari ini selalu menjanjikan kepada pengikutnya hidup yang nyaman dan berkecukupan. Hal ini menjadikan mereka yang tersesat mengklaim diri sebagai pemilik kebenaran sedangkan yang lain berada dalam kesesatan. Keempat, Misionaris. Upaya pemurtadan umat Islam kerapkali dilakukan dengan berbagai cara. Banyak celah kelemahan umat Islam yang selalu dimanfaatkan oleh mereka. Seperti: bantuan kemanusiaan bagi umat Islam yang terkena bencana, kemiskinan umat Islam, rapuhnya persatuan umat Islam. Biasanya para misionaris ini mengatasnamakan LSM yang sangat menjamur di kota Medan. Mereka selalu bersembunyi atas nama lembaga kemanusiaan, mengentaskan kemiskinan, dan lain-lain. Para misionaris ini sangat berperan sekali dalam membantu perjuangan “pecah-belah” umat Islam. Politik “pecah-belah” yang dikembangkan oleh musuh-musuh Islam ini menjadikan tumbuh suburnya aliran-aliran yang menyimpang di Kota ini. Kelima, Egoisme Keilmuan. Merasa mampu untuk berijtihad padahal tidak mampu, akhirnya menafsirkan Alquran sesuka hatinya saja, ini juga faktor kemunculan paham sesat. Maka, tidak jarang tokoh yang sesat lagi menyesatkan justru berasal dari kalangan yang mengaku terpelajar dan juga sekolah di agama. Keenam, Sosial-Budaya. Latar belakang ini juga harus menjadi sorotan kita semua khususnya Majlis Ulama Indonesia (MUI). Banyak aroma klenik yang masih berkembang karena dibalut dengan adat dan tradisi. Seperti: jamu tanah, sesajian, jamu laut dan lain-lain. Dan masih banyak lagi faktor yang lainnya. Oleh sebab itu, umat Islam harus lebih meningkatkan kewaspadaan agar tidak terjebak dan mengikuti aliran sesat dengan memantapkan keyakinan tauhid, mempelajari ajaran Islam dengan methode yang benar, memasuki Islam secara kaaffah dan totalitas dalam mengamalkan ajaran Islam, menyiapkan bekal agama kepada generasi kita, serta
meningkatkan kewaspadaan terhadap skenario pecah belah umat Islam oleh musuh-musuh Islam. Jangan mudah diadu domba dan terbujuk rayu hanya karena ditawarkan kekuasaan atau kekayaan, peningkatan kualitas ukhuwwah Islamiyah, dan optimalisasi peran lembaga keumatan, khususnya MUI dalam menyikapi berbagai persoalan keumatan yang semakin berkembang. F. Penutup Dari pembahasan penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masuk dan berkembangnya aliran keagamaan di kota Medan merupakan sebuah keniscayaan, dengan keadaannya sebagai kota Metropolitan tentu berbagai aliran dapat masuk dari berbagai cara dan jalan, tidak terkecuali aliran sesat. 2. Kefanatikan para pengikut setia sebuah ajaran tergantung pada kelihaian pimpinan dan kadernya untuk mengajak dan mensosialisasikan alirannya dengan berbagai janji dan iming-iming, ditambah lagi dengan kurangnya pendidikan agama dan adanya rasa nyaman terhadap keikutsertaannya dalam sebuah aliran membuat seseorang menjadi pengikut aliran sesat. Terkait perkembangan aliran kegamaan di kota Medan, Ulama sebagai pewaris nabi harus berperan aktif dalam rangka mencegah dan memberantas aliran sesat dan tentu kerja sama dan bantuan masyarakat.
Daftar Pustaka M.B. Miles dan A.M Huberman, Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook (Canada: Sage Publication, 1994)