IBU WANGSA REPORTER ALUMNI (LENGKAP) Pada tulisan dengan judul “IBU WANGSA REPORTER ANDA” ada tertulis sbb: “Ciri khasnya ialah ada kode (RA) diakhir tulisannya. Semula saya mengira singkatan dari REPORTER ANDA tetapi kemudian yang benar adalah RIANY ANANDA yang berasal dari nama putrinya yaitu FANNY RIANY, istri dari Tikky Suwantikno (Direktur Ora et Labora).” Pada rubrik ALUMNI dari website BPK PENABUR yang lama yang sudah tidak bisa diakses sejak tahun 2008, saya menemukan 28 profil alumni yaitu: 01. ALEX KRISTIANTO 02. ALEXANDER M.T., M.B.A. 03. ANDRE TIRTAMIHARDJA MATONDANG, Dipl. Ing. 04. ANUGERAH PEKERTI Ph.D. 05. ANUGGRAHWATI, Dra. H. 06. CHESTER ATMA, dr. 07. DANIEL GUNAWAN 08. DANIEL TUMIWA 09. DANNY A. HERMAWAN, dr. 10. EGAWATI HARDJONO, SH. 11. HALIM ATMAJA 12. HENDRA F. SANTOSO 13. INDRA IRAWAN, Drs. 14. J.A. SETIJADI, Ir. 15. JOHANNA SAVITRI PARAMITA RUMAWAS, Prof. Dr. 16. JUSAK WIDJAJA, Drs. 17. MEITHA SARTIKA, M.Th., M.Th. 18. MICHAEL HELMY 19. REGGIE HARJADI, Drs. 20. RICHARD H. WIRAWAN 21. SANTOSO GONDOWIDJOJO, Ir. Gd. Mus. 22. STEPHEN SATYAHADI, Drs. 23. SUDARMA HENDRADI, Ir. 24. SUNARKO, J.H. Pdt. 25. SYONANTO WIDJAJA, Drs.
26. THEODORUS IMANUEL SETIAWAN, Dr. dr. 27. TONY ARWADI, Pdt. 28. VINCENT SURJA SUWARNAMUTIA, S.Th., S.H., S.S., B.Sc, Drs. Rencananya seluruh file alumni di atas akan diganbung jadi satu dan diupload ke www.issuu.com Karena begitu banyak dan mungkin masih ada lagi yang lain yang belum diketemukan maka lebih cocok kalau disebut IBU WANGSA REPORTER ALUMNI. Bambang Gunawan, 20 Desember 2012
01. ALEX KRISTIANTO
Dikutip dari Majalah Berita KPS Jakarta tahun 1991 Alex Kristianto merupakan pengurus di BPK Penabur KPS Jakarta yang berjabatan sebagai Ketua II (Kompartemen Personalia). Rupanya hasrat untuk melayani di BPK Penabur KPS Jakarta begitu menggelora dalam dirinya. Keinginan tersebut lahir tidak berlandaskan pamrih tertentu melainkan panggilan untuk melayani di dalam pekerjaan Tuhan, tandas Alex suatu sore kepada reporter Anda. Sedangkan kehadirannya sebagai pengurus di BPK Penabur KPS Jakarta mewakili "fraksi" dari utusan Gereja GKI Samanhudi. Menyimak latar belakang kehidupan pendidikan Alex Kristianto, cukup unik. Ia menamatkan sekolah lanjutan pertamanya di SMEP Kristen yang berlokasi di Jalan Samanhudi 28 Jakarta (di sana ia menempa ilmu, di sana pula ia mengenalkan darma baktinya), dilanjutkan ke AKADEMI PERNIAGAAN INDONESIA. Ketika masih berstatus pelajar sekolah menengah ekonomi pertama ia pun sudah aktif berorganisasi di kepemudaan gerejani baik di Samanhudi maupun di GKI Perniagaan. Dari dasar ini bertumbuh semangat melayani dan bekerja dalam lingkungan yang masih ada keterkaitan langsung dengan gereja. Hasratnya untuk bekerja di ladang Tuhan itu dibuktikan dengan sepuluh tahun melayani di GKI Samanhudi sebagai tua-tua di sebanyak delapan kali masa pelayanan.Sekarang tahun 1996 ia masih tua-tua di GKI Jabar Samanhudi. Sedangkan dalam berolah vokal pun Alex aktif dalam paduan suara Hosiana selama 13 tahun. Sungguh saya merasa, melayani di ladang Tuhan begitu indah dan berkesan, cerita Alex yang dikaruniai Tuhan dua orang putra yang seorang lulusan UNTAR dan satunya masih di perguruan tinggi. Sebagai kesaksian dalam hidup saya, saya melayani Tuhan ialah ketika Tuhan memakai saya bersamasama beberapa anggota jemaat dari GKI Gunsa untuk berinisiatif mendirikan rumah Tuhan di wilayan Kelapa Gading Permai, yang kini sudah menjadi GKI Kelapa Gading di Jln. Gading Indah.
Yah, ini adalah GKI JABAR yang dibangun bukan dari inisiatif majelis jemaat, tetapi dari beberapa anggota jemaat yang dibentuk menjadi pengurus dari ke-4 jemaat yaitu: GKI Samanhudi, GKI Gunsa, GKI Kayu Putih dan GKI Layur dengan Pengasuh dari Gunsa. Dalam setiap pekerjaan itu ada susah dan senangnya. Apalagi bekerja sebagai pengikut atau laskar Kristus kita harus mau berkurban. Menurut Alex selama ini ia bertahan kerja di lingkungan gereja karena ia senang melayani pekerjaan di ladang Tuhan. Kesibukan kerja selama ini di kantor dan gereja membuat ia tidak sempat mengembangkan hobi olahraganya. Namun pengakuan Alex, ia benar-benar sukacita menerima tanggung jawab tersebut. Konsep Alex tentang keluarga bahagia adalah kalau bahtera rumah tangga itu mempunyai satu "nahkoda" saja dalam arti iman kepercayaan keluarga tersebut hanya tunggal dalam memuliakan Tuhan. Alangkah bahagia kalau anggota keluarga pun mau berperan aktif dalam pelayanan bukan hanya di sekolah melainkan di gereja dan masyarakat juga. "Sementara ini pesan dan kesan belum dapat saya berikan. Kehadiran saya sebagai Pengurus BPK Penabur KPS Jakarta merupakan hal yang baru sekali, pencalonan atas diri saya pun tidak saya ketahui sebelumnya, memang untuk melayani Tuhan tidak pernah saya menolak, walau saya belum tahu apa tugas dan pekerjaannya, dalam hal ini di BPK Penabur KPS Jakarta misalnya yang belum pernah saya berkecimpung. Namun dengan penuh keyakinan saya percaya Tuhan yang memanggil saya Tuhan juga yang akan melengkapi kekurangan saya", ujarnya mantap. "Dahulu ketika Ichsan Gunawan menjadi ketua BPK Penabur, saya pernah diminta menjadi pengurus di BPK Penabur KPS Jakarta namun saya tak menyanggupi karena ketika itu saya baru diangkat menjadi tua-tua", lanjut Alex kepada R A. "Saya hanya ingin menghimbau kepada para guru dan karyawan BPK Penabur KPS Jakarta hendaknya kita tidak mengajar dan mendidik anak saja tetapi kalau mungkin ikut dalam pelayanan di gereja pula,
sehingga sebagai pendidik kita dapat melayani dengan kasih terhadap sesama kita", ucap Alex mengakhiri pembicaraannya. RA
02. ALEXANDER M.T., M.B.A.
Kepuasan batin tidak dapat dinilai dengan materi Ia adalah guru SMFK penerima plakat penghargaan dari BPK Penabur KPS Jakarta karena masa baktinya sebagai guru di SMFK lebih dari sepuluh tahun. Ia alumnus SMFK tahun 1976. Ia melanjutkan pendidikan di UKRIDA jurusan ekonomi. Menjadi sarjana ekonomi pada tahun 1989 setelah ia lulus ujian negara di universitas di Indonesia. Selanjutnya ia meraih gelar M.B.A.. Dari suatu Universitas di Indonesia yang bekerja sama dengan Universitas di Filipina. Membiayai kuliah setinggi itu ia tak pernah merepotkan orang tuanya. Ia bekerja waktu pagi sebelum kuliah dan bekerja malam seusai kuliah. Hasil kerjanya itulah yang dipergunakan untuk membiayai kuliahnya hingga selesai. Kariernya tidak langsung dalam kedudukan atas. Ia merangkak dari jenjang terbawah sebagai asisten Apoteker. Selanjutnya dengan rekomendasi dari SMFK ia mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan farmasi di Indonesia yang memproduksi Soft Capsule. Pada saat ini ia bekerja di salah satu pabrik farmasi. Sebagai pengisi hari libur yaitu hari sabtu dimanfaatkannya untuk meM.B.A.gikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada para siswa SMFK. Setiap hari Sabtu ia mengajarkan teori praktikum. Tidak banyak orang yang sudah mantap kedudukannya dalam dunia usaha masih mau mengabdikan dirinya mengajar siswa di sekolah almamaternya. Alex salah seorang di antara mereka. Ia mengajar dengan penuh pengabdian di SMFK BPK Penabur KPS Jakarta. Ia tertarik untuk bekerja sambilan menjadi guru karena rasa terima kasihnya kepada SMFK BPK Penabur KPS Jakarta. Ia merasa bangga dapat mengabdikan ilmu pengetahuan kepada murid-murid. Selain itu Drs. Kawira yaitu kepala SMFK menjadi motivator, menjadi sosok seorang bapak yang baik bahkan menjadi tokoh idola bagi Alex. Sebagai kepala sekolah yang arif Drs. Kawira. Ia sangat pandai menciptakan iklim kerja yang membuat kerasan kerja di bawah pimpinannya. Pertimbangan lain ialah Alex melihat kenyataan bahwa
guru SMFK jumlahnya sangat sedikit dan yang ada jarang yang bertahan lama. Guru SMFK sering berganti-ganti. Sebenarnya tidak sedikit tawaran pekerjaan sambilan di samping pekerjaan utamanya di pabrik farmasi, namun tetap ia memilih mengajar di SMFK. Ia tidak terlampau mengharapkan iM.B.A.lan materi meskipun hari-harinya terisi habis. Apabila kesibukannya tak teratasi, sekali-kali ia terpaksa absen mengajar. Namun ia tetap berusaha mengejar ketinggalan menyajikan pelajaran ekstra pada minggu berikutnya. Apa pun yang terjadi ia bertekad untuk berkiparah memajukan SMFK agar keberhasilan sekolah ini tetap berperingkat teratas di Jakarta ini. Anak didik lulusan SLTP yang masuk SMFK tidak begitu tinggi dibandingkan dengan masuk SMF negeri. Lagi pula SMFK kurang peminatnya. Hal ini disebabkan masyarakat banyak yang belum tahu adanya SMFK, karena itulah perlu dipromosikan. “Pelajaran yang disajikan di SMFK BPK Penabur KPS Jakarta amat banyak. Liburan kurang sekali. Ujian yang harus ditempuh pun tiga kali yaitu ujian pokok, ujian pelengkap dan ujian praktek. Bila gagal salah satu ujian itu berarti harus mengulang tahun berikutnya, memang berat belajar di SMFK itu. Namun lulusannya mudah mendapat pekerjaan. Lulusannya benar-benar siap kerja tetapi melanjutkan ke perguruan tinggi sulit. Cara belajar di SMFK yang menuntut ketekunan, materinya banyak, pelatihan terus-menerus, jarang ada hari santai, semua itu menjadi penempa fisik dan mental para lulusan SMFK sehingga mereka boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan lulusan SLTA atau SLTA kejuruan lainnya”, ujarnya. Alex memegang dua jabatan tetapi ia tidak pernah merasa jenuh. Hariharinya penuh kesibukan. Di perusahaan Bayer ia memegang jabatan di kelompok manajer. Ia mendapat tugas merencanakan produksi, merencanakan proyek gedung baru. Di bidang pendidikan ia menjadi guru SMFK BPK Penabur KPS Jakarta di bagian teori dan resep. Ia merasa puas dapat mengjar di sana meskipun bertugas hanya setiap hari Sabtu. Padahal hari Sabtu adalah hari liburnya di perusahaan.
Dalam hal mengajar Alex berprinsip bahwa menyajikan pelajaran haruslah melatih siswa agar memiliki keterampilan memperoleh materi bukan menyuapi mereka dengan materi yang bertumpuktumpuk. Olahraga penting bagi siapa pun. Karena itu bagi Alex olahraga menjadi hobi yang tidak boleh dikesampingkan. Pernah ia menjadi atlit sepak bola dan timnya pernah menjadi juara. Hobi yang sampai kini masih ditekuninya hanyalah kesegaran. Itupun dilakukannya di rumah karena waktunya yang sudah sempit. Alex berasal dari kota Medan, karena itu tidak heran kalau ia menyukai masakan pedas. Orang punya “streotip” bahwa orang yang gemar makanan pedas biasanya galak. Hal itu tentu saja tidak benar. Alex seorang yang lembut, penuh humor, optimis, penuh pendirian dan rendah hati. Guru SMFK BPK Penabur KPS Jakarta yang berfalsafah hidup ingin senantiasa mengembangkan diri agar dapat mempersembahkan yang terbaik untuk masyarakat sekelilingnya itu berpesan kepada para pengurus Yayasan agar sistem penggajian guru sekolah kejuruan diselaraskan dengan sistim penggajian guru SMUK. Hal ini disebabkan guru sekolah kejuruan pun tak lepas dari kebutuhan akan materi. Fasilitas pendidikan di SMFK BPK Penabur KPS Jakarta seperti tempat belajar dan laboratoriumnya pada saat ini memang sudah baik. tolong ditinjau fasilitas pendapatan guru-gurunya. RA
03. Dipl. Ing. ANDRE TIRTAMIHARDJA MATONDANG
“Bekerjalah selagi hari masih pagi, jika malam tiba kita tidak dapat lagi bekerja” Andre nama panggilannya sehari-hari. Dia alumnus TKK I, SDK I, SMPK II dan SMAK III yang melanjutkan pendidikan di Jerman, tepatnya di kota Darmstadt. Gelar Insinyur diraihnya di perguruan tinggi di sana yaitu perguruan tinggi di negara tempat Menteri Habibie menuntut ilmu. Tepatlah bila dikatakan Andre adalah satu pengikut jejak Menteri Habibie. Ia seorang wiraswastawan muda dan aktif berorganisasi. Banyak bidang yang dipegangnya pada saat ini antara lain sebagai sekretaris di Yayasan Pendidikan Teologia STT Cipanas, sebagai sekretaris Jenderal mantan warga Persekutuan Kristen Indonesia di Eropa (PERKI), sebagai pemimpin majalah Media keluarga mantan PERKI seEropa, sebagai anggota Badan Pengurus Pusat Ikatan Alumni BPK Penabur, sebagai tua-tua bidang kesenian di Gereja Kristus Kebayoran Baru, sebagai sekretaris Komisi Buku Nyanyian dan Musik Gereja Sinode Gereja Kristus. Meskipun ia seorang yang berkedudukan tinggi, namun ia tetap rendah hati. Ia tidak mau disapa oleh R.A. dengan sapaan “bapak”. “Ibu, jangan panggil saya pak”, panggil saja Andre. Saya mantan murid, jadi guru saya adalah tetap guru meskipun sekarang saya bukan sebagai muridnya. Saya tokh pernah dibimbing oleh Pak Wangsasaputra”, ujarnya. Jika ditinjau dari sudut keahlian yang dimiliki dan latar belakang pendiddikan yang ditempuhnya, dibandingkan dengan langkah karier selanjutnya sangatlah bertolak belakang. Ia lebih cenderung
memenuhi pelayanan untuk Tuhan. Ketika ia diminta oleh Pendeta Dr. Robby Chandra sebagai pengurus di STT Cipanas, ia menjawab, Selama ia masih hidup ia ingin melaksanakannya. “Bekerjalah selagi hari masih pagi, jika malam tiba kita tidak dapat lagi bekerja”. Itulah moto pegangannya. Yang diharapkan melalui pelayanan ini ialah agar mahasiswa STT dapat menjadi mahasiswa yang benar dan baik, dan menjadi pendeta yang penuh dengan pengabdian. Juga diharapkannya agar di gereja-gereja dibentuk kader-kader penerus yang berkesinambungan dalam pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan. Ia juga aktif melayani mahasiswa dan masyarakat Kristen Indonesia di Eropa seperti Belanda, Jerman, Inggris, Belgia, Rusia, Cheko, Swiss dan lain-lainnya melalui PERKI yaitu Persekutuan Kristen Indonesia di Eropa yang bekerja sama dengan PGI (Persatuan Gereja Indonesia). “Ini dipandang sangat perlu sebab dari PERKI inilah salah satunya akan muncul kaum intelektual Kristen Indonesia. Bilamana para mahasiswa di Eropa tidak mendapat bimbingan dan pelayanan yang khusus mereka akan terhilang dan agama hanya sekedar hiasan di KTP saja. Sangatlah berbahaya bila ada orang yang pandai tetapi tidak mengenal Tuhan, ia dapat membuat sesuatu dengan kepandaiannya. Tetapi bila kepandaian itu diimbangi dengan penyerahan diri kepada Tuhan maka akan lain jadinya: ilmunya akan dijalankan untuk sesuatu yang baik. Walaupun banyak angan yang tak tercapai, tetapi tetap cita-cita harus setinggi-tingginya. Ibarat kapal terbang yang melayang tinggi, menembus awan, melawan topan, menuju langit yang jernih biru”, katanya. Sebagai manusia biasa dalam kerja yang begitu padat, tentu Andre pun mengalami saat-saat yang terasa jenuh. Bila demikian keadaannya segera ia tinggalkan semua dan berstirahat sejenak. Berpikir positif menganggap kejenuhan sebagai angin lalu, kemudian kembali berkarya. Bekerja untuk Tuhan dan untuk menyenangkan sesama selama masih hidup dan masih mempunyai kesempatan adalah tujuan hidup Andre. To make every body happy.
Meskipun cita-citanya semula menjadi pekerja di belakang meja sebagai arsitek tidak terlaksana, ia bersyukur karena dapat melayani Tuhan dan cukup puas menjadi wiraswastawan (menjadi Boss, bukan punya Boss, lho!). “Semua ayat dalam Alkitab berkesan dalam hati saya. Saya yakin setiap hari Tuhan memberikan yang paling sesuai untuk saya. Setiap ayat memberikan kebaikan bagi kita yang beriman”, demikian Andre menjelaskan tentang fungsi ayat terhadap konsep dirinya. Diskusi dan membaca buku-buku mengenai komputer adalah hobinya. Main? Jangan ditanya lagi, itu kesenangannya juga. Musik klasik ringan gubahan Mozart, Chopin, Brahm, Tosseli sangat akrab dengan jemarinya yang menari-nari di atas tuts piano. Keterampilannya dalam bidang musik boleh dikatakan bakat keturunan. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya? Ia dilahirkan dalam keluarga piano, ibunya seorang guru yang ahli bermain biola; kakaknya dan ia sendiri menuruni bakat ayahnya yakni gemar bermain piano. Pernah satu kali ia les piano tetapi mendapatkan guru yang galak sekali yang tidak ragu-ragu memukul jemari kalau melakukan kesalahan dalam sikap menekan tuts piano, dan hal ini menyebabkan ia menjadi trauma. “ Seorang guru janganlah bertindak kasar, lakukanlah pendekatan manusiawi. Murid yang hormat dan murid yang takut jelas efek dan eksesnya akan berbeda. Hormat dapat menimbulkan kesan sedangkan takut membuat seseorang menjadi nekad”, demikianlah pendapatnya mengenai citra guru. Andre sangat bangga melihat betapa kemajuan BPK Penabur, sekolahsekolahnya kian banyak. Namun mutu dan pemeliharaan sekolahsekolah itu harus diperhatikan dan dipertahankan. Guru-gurunya diharapkan kian berbobot. Waktu berlalu segalanya harus dipertimbangkan dengan matang. Apa yang berlaku di luar negeri belum tentu dapat diterapkan semuanya di sini karena iklim dan situasinya yang berbeda-beda. Terutama dalam hal perpanjangan waktu belajar di SD misalnya. Kita memang harus bersyukur akan nikmat Tuhan yang telah dilimpahkan kepada kita, namun kita juga harus senantiasa berusaha supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Sebagai salah satu alumni BPK Penabur ia mengingatkan kepada seluruh alumni agar kemana pun kita pergi bawalah logo BPK Penabur yaitu Iman, Ilmu dan Pelayanan. Ia pun merasa bangga tatkala dirinya menjadi utusan yang dikirim ke Eropa, memperkenalkan diri sebagai alumnus BPK Penabur di hadapan peserta suatu konperensi Kristen se-Eropa. “Janganlah pamrih dalam pelayanan di almamater” serunya. Kita tentu ingat betapa besar jasanya ketika BPK Penabur KPS Jakarta menyelenggarakan Pelangi Kasih juga Simfoni Emas dan betapa arti kehadirannya ketika PSB. Semua dilakukannya dengan penuh sukacita. Berbincang-bincang dengannya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada para guru SMAK III, yang pernah memberikan bimbingan khusus kepada: “Bapak Ateng (alm.), Bapak J.L. Tobing, Bapak Subardjo dan Sudarsono adalah nama-nama yang senantiasa lekat di hati saya. Terlebih-lebih Bapak Sudarsono yang telah mengubah diri saya dari seorang murid yang iseng tukang coret-coret tembok menjadi seorang yang sportif. Bapak Sudarsonolah yang mengarahkan saya menjadi atlit berprestasi, masuk di PASI Jaya sehingga saya berhasil meraih medali emas untuk lari 800 meter dan medali perunggu untuk lari 400 meter di tahun 1971. Dan Bapak Subardjo membimbing saya dalam bidang menggambar, membuat design sehingga ketika saya kelas II SMA dalam tahun 1970 pada hari ulang tahun PBB ke - 25, saya berhasil mendapat piala dalam bidang menggambar yang diberikan oleh Ibu negara Tien Suharto”, demikianlah tutur nostalgia Andre ketika mengakhiri wawancara kami. RA
04. ANUGERAH PEKERTI Ph.D.
(Foto dari Harian Kompas 28 Desember 1997: LEBIH JAUH DENGAN DR ANUGERAH PEKERTI) Baca juga: UU Anti Diskriminasi & Indonesian Chinese "Wawancara tahun 1988 Berita KPS Jakarta" Semasih di SMUK Jln. Pintu Air senantiasa berprestasi tinggi. Rupanya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Pernah menjadi ketua OSIS tiga kali pada zamannya. Dialah Anugerah Pekerti alumnus SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta tahun 1958 yang sekarang sudah menyandang gelar Ph. D. dengan segudang keahlian dan pengalaman. Orang-orang yang pernah berhubungan dengan IPPM pasti mengenalnya, karena Anugerah Pekerti menjabat Direktur Program MBA di lembaga tersebut. Lulus sebagai Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi UI tahun 1967, gelar Ph. D. diperolehnya dari Universitas Southern California setelah mengikuti program pendidikan di sana dari tahun 1978 sampai tahun 1985. Anugerah Pekerti seorang tokoh berpandangan luas ditempa oleh pendidikan dan tugas-tugasnya di Manca Negara, antara lain di Amerika, Jerman dan Filipina. Tahun 1963-1964 ia memimpin kursus latihan Federasi Pemuda Kristen sedunia di Amerika dan Jerman. Tahun 1969 menjadi konsultan kelompok dinamik di Manila. Tahun 1970 mengikuti kursus industri Unindo. Tahun 1971 menjadi konsultan
kursus manajemen di Urwick dan Ford Foundation. Tahun 1973 sampai 1978 menjadi konsultan IPPM. Belajar adalah berjuang Anugerah Pekerti boleh dikatakan teguh memegang prinsip dalam belajar terutama dalam menuntut ilmu, belajar berpikir kritis dan terbuka dengan cakrawala lebih luas. Menurut pendapatnya, belajar tidaklah mengenal batas usia karena itu manusia harus belajar sepanjang hidupnya dan jangan takut belajar dari orang yang lebih muda. Belajar adalah suatu perjuangan yang berat yang harus ditempuh dengan kerja keras - berusaha sendiri tidak hanya sehari, sebulan, setahun, tetapi bertahun-tahun harus dilakukan dengan kerja keras di samping bantuan dari lingkungan rekan, saudara seiman dan keluarga yang turut berkorban sehingga kita memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Kurikulum Agama Kristen Tidak Berarti Apa-Apa Tampak gejala bahwa generasi muda sekarang umumnya lebih mementingkan ilmu dari agama, demikian juga para pendidiknya umumnya lebih mengutamakan pengetahuan dari agama. Titik berat pendidikan agama adalah keluarga. Hasil pendidikan agama di sekolah tidak banyak. Oleh karena itulah barang siapa yang terlibat dalam pendidikan agama harus sungguh-sungguh mencerminkan kehidupan keagamaannya. Di sekolah perilaku gurunya, perilaku pengurus yayasannya akan menjadi cermin perilaku siswanya. Jadi dalam hal ini pelajaran agama di sekolah adalah bagaimana penerapan imannya. Jika penerapan iman di sekolah itu tidak berhasil maka pendidikan agama tidak akan berarti. Demikian pendapat Anugerah Pekerti mengenai pendidikan agama. Tidak menyiapkan lulusan menjadi wiraswasta Sistem pendidikan SMU dengan penjurusan A1, A2, A3 yang dulu jurusan A, B, C dan pernah pula bernama jurusan Paspal, Sastra, Sosial, Budaya dan lain-lain, sebenarnya tidak menyeleksi arah minat tetapi berdasarkan angka-angka yang diperoleh. Jika angkanya baik (matematika dan IPA) masuklah ke A1 dan A2. Minat dan bakat
diabaikan, mereka diperiksa masuk atau memilih jurusan berdasarkan peringkat intelegensi umum. Akibatnya siswa yang tak berhasil masuk A1, A2 merasa rendah diri. mereka masuk A3. Sistem pendidikan kita memang berat sebelah, terlalu mementingkan pendidikan eksakta. Sistem demikian sangat tidak tepat karena penjurusan bukan atas dasar minat melainkan atas dasar prestasi umum yang sifatnya memaksa anak masuk kotak tertentu untuk selanjutnya seumur hidupnya tidak bergerak ke tempat lain yang tentu tak dapat dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Kewirausahaan erat hubungannya dengan kemandirian. Sistem pendidikan di sekolah umumnya tidak menunjang tumbuhnya kemandirian. Anak yang dianggap baik ialah anak yang penurut, tak banyak komentar, tak pernah menentang. Sedangkan yang banyak bicara, sering tak sependapat dengan guru, dianggap nakal. Padahal jika kita berusaha senantiasa mengarahkan bahkan melatih para siswa untuk berani berpikir mandiri dan berani bertanya, berani membantah dengan dasar yang logis, maka akan sangat mendukung timbulnya kewirausahaan. Kewirausahaan memerlukan dasar-dasar keterampilan dan keberanian mandiri di samping pengetahuan. (Tujuan mengajar dengan sistem CBSA, Red.). Tampak gejala bahwa generasi muda sekarang umumnya lebih mementingkan ilmu dari agama, demikian juga para pendidiknya umumnya lebih mengutamakan pengetahuan dari agama ALUMNI SMAK I Sebagai seorang alumnus SMUK I, Anugerah Pekerti berpendapat bahwa sudah seyogyanya para alumnus mempunyai ikatan seperti halnya UNIMAPAN. Tetapi sampai saat ini ia menolak untuk memegang jabatan tertentu dalam ikatan tersebut karena ia merasa sangat sibuk dalam bidang yang tidak berkaitan langsung dengan SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta. Selain itu dia berpendirian bahwa jika dia terikat oleh jabatan harus dengan komitmen dan dilakukan sebaik-baiknya.
Untuk keterlibatan dalam usaha sekali-kali dia tidak menolak, karena dia merasa komitmennya ada di tempat lain yang juga dalam bidang pendidikan. Ia mengusulkan sistem kepengurusan ikatan alumni sebagai berikut, "Saya yakin kita harus melibatkan sebanyak mungkin anggota, jangan hanya terpaku kepada beberapa orang menonjol saja, sebab kehidupan tidak hanya ditentukan oleh mereka saja, banyak orang lain yang masih dapat ikut serta, yang muda-muda, yang masih bersemangat harus diberi kesempatan"" Sekolah-sekolah Kristen Dalam usaha pendidikan nasional, sekolah-sekolah Kristen sejak dulu memegang peranan penting. Tokoh-tokoh pemimpin banyak yang tamatan sekolah-sekolah Kristen. Anugerah Pekerti sendiri mengakui pernah mengecap pendidikan di sekolah Kristen. Belajar adalah suatu perjuangan yang berat yang harus ditempuh dengan kerja keras Ketika ditanya tentang guru Kristen yang baik itu yang bagaimana, ia menjelaskan: Harus dibedakan pengertian profesi guru dengan iman Kristen. Profesi guru dapat dilakukan dengan baik oleh siapa saja baik Kristen ataupun bukan Kristen bahkan tidak beragama sekali pun dapat melakukan profesi guru. Guru Kristen tentu saja diharapkan dalam profesinya terpancar iman Kristen. Guru Kristen yang baik memperlakukan anak didik sesuai dengan nilai-nilai iman, memperlakukan mereka sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan. Hal ini berlaku bukan hanya guru Kristen yang harus memancarkan iman Kristen melainkan semua orang Kristen. Tentang profesi guru yang dianggap baik adalah guru yang berusaha terus maju, tak pernah berhenti belajar. Dalam hal ini Anugerah mengemukakan contoh kongkrit guru yang baik, yaitu Prof. Dr. Nathanael Iskandar.
Dr. Nathanael Iskandar adalah model dalam belajar menempuh hidup. Ia seorang guru yang berusaha terus maju tak pernah berhenti belajar. Saya kenal dia sejak menjadi guru di SMPK kemudian menjadi guru di SMUK, menjadi dosen di Fakultas Ekonomi, terakhir bertemu ketika dilantik menjadi Profesor Doktor di UI. Dialah pola anutan saya, model yang baik, guru yang memberikan kesempatan belajar dan ia sendiri tidak berhenti belajar. Mandiri dan jujur Proyek-proyek yang bersih boleh dikatakan barang langka karena korupsi tampaknya menjadi gejala yang membudaya. Salah satu dari yang langka itu adalah IPPM (Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen). Institut tersebut sudah berusia 20 tahun dan tetap hidup mandiri sepenuhnya tidak pernah membayar komisi untuk mendapatkan proyek pelatihan atau konsultan tidak pernah pula menerima subsidi. Kunci utama yang dipegang IPPM sehingga hidup lama dan sepenuhnya mandiri adalah usaha yang didasarkan pada prinsip kejujuran. Biarpun dapat untung sedikit tetapi diperoleh dengan jujur. Tidak benarlah apabila banyak orang mengatakan bahwa kita tidak dapat hidup jujur di lingkungan yang tidak jujur. Hal ini bergantung kepada pilihannya masing-masing. Ada guru atau pegawai yang gajinya kecil tetapi hidupnya dapat bercukupan dengan kejujuran, misalnya buka warung di rumah atau dia sendiri bekerja lagi di tempat lain sesuai waktu kerjanya di luar tugas wajibnya. Banyak juga guru yang memperoleh penghasilan cukup dengan mengejar di dua, tiga sekolah. Yesus tidak pernah menjanjikan jika kita ikut Kristus akan hidup enak, mewah, mudah. Oleh karena itu tak perlu iri hati bila ada orang Kristen yang diberkati hidup mewah dan mudah. Kita bebas memilih: hidup berkelimpahan karena korupsi atau hidup cukup karena jujur. Gaya kepemimpinan
Menjawab pertanyaan RA, Anugeah Pekerti menjelaskan aneka gaya manajemen, aneka gaya kepemimpinan, khususnya SMUK I dan SMUK III BPK Penabur KPS Jakarta yang sedikit banyak diketahuinya karena dia pernah berkecimpung di dalamnya. Antara lain gaya kepemimpinan Drs. Iskandar dan Drs. Oey Kiem Liong di SMUK I, serta kepala sekolah Ateng di SMUK III. Drs. Iskandar seorang yang tertib, bekerja sangat teratur, menanamkan disiplin terhadap siswa cukup keras jika terjadi pelanggaran disiplin diberi tindakan tanpa ampun. Sekolah berjalan sangat tertib, lingkungannya bersih, murid-murid belajar tenang, yang berprestasi tinggi terkenal dari sekolah ini. Pengganti Drs. Iskandar ialah Drs. Oey Kiem Liong. Ini kebalikan dari Bapak Iskandar; orangnya tidak teratur, masuk kantor tidak teratur, cara berpakaian tidak teratur. Tampak dari luar sekolah yang dipimpin kacau karena disiplin kurang ketat diterapkan. Tetapi justru di bawah pimpinannya ini lahir bintang-bintang pelajar Jakarta (dan piala bergilir sekolah berprestasi se-DKI dimiliki SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta pada zamannya. Red). Lain lagi gaya kepemimpinan Ateng di SMUK III Gunsa. Dia bukan administrator yang baik. Sikapnya kurang tegas. Penanaman disiplin kurang. Tidak pernah ia menghukum orang dengan tidak memberikan kesempatan untuk diampuni. Sekolah berjalan lancar. Para murid dapat belajar dengan baik. Ateng memimpin sekolah dengan penuh kasih dan kelembutan hati, karena itu murid-murid memberikan respons yang baik. Memang jika pengurus atau wali sekolah datang ke sekolah itu, kadang-kadang mendapat suasana yang tampaknya tidak teratur, ribut, akan menduga negatif karena mereka tidak pernah mengikuti proses pendidikannya dengan teliti. Biarpun suasana sekolah itu tampak dari luar tidak teratur, tetapi proses pendidikan efektif karena didasari kasih dan kelembutan hati. Pihak siswa pun memberikan respons yang baik.
"Jadi jika ditanyakan kepada saya tentang mana yang lebih berhasil dapat saya katakan semuanya berhasil, hanya masing-masing mempunyai gaya sendiri-sendiri", tuturnya sambil tersenyum. Sebagai penutup, perjumpaan Pekerti dengan R A, ada pesan dan kesan untuk BPK Penabur KPS Jakarta. Ia berujar, "Saya menyampaikan penghargaan saya kepada guru-guru dan anggota badan pengurus yang telah berhasil mengembangkan usaha pendidikan dan menjadi besar, melayani masyarakat umum dengan segala kebaikan dan kekurangannya". RA
05. Dra. H. ANUGGRAHWATI
Dikutip dari Majalah Berita KPS Jakarta tahun 1993 Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Nama lengkapnya Hikmawati Anuggrahwati. Biasa dipanggil seharihari dengan nama Wati. Ia adalah seorang alumnus SMFK tahun 1972. Ia meraih gelar sarjananya dari Universitas 17 Agustus. Sekarang ia memegang jabatan top di PT Schering Ploeg Indonesia yaitu sebagai Health Register Manager. "Dari SMFK, saya banyak belajar. Lulusannya begitu terjun ke dalam masyarkat langsung dapat pekerjaan. Hal ini tak diragukan lagi" tuturnya memberikan kesaksian. Banyak sekali kesan dan kenangan tatkala menjadi siswa SMFK. Kesan itu telah melekat di sanubari dan tak akan hilang sampai akhir hayat. Teringat ia akan Pak Kawira, kepala SMFK yang bijaksana, penuh kasih dalam membimbing siswasiswi untuk maju dan mandiri. Wati mengakui bahwa yang menyebabkan dia meluncur maju sehingga menduduki jabatan top manajemen disebabkan oleh kemauan keras. "Keinginan untuk maju dan bila ada kemauan pasti kesuksesan dapat dicapai" tuturnya. Wati tidak akan lupa pada almamaternya yaitu SMFK tercinta. Bahkan dalam hatinya terbersit keinginan menjadi guru di sekolah itu. Ia ingin melakukan sesuatu untuk membantu SMFK. Mudah-mudahan suatu saat keinginan itu dapat terwujud menjadi kenyataan. Menurut Wati, studi di SMFK sangat menyenangkan. Hubungan antara guru dengan siswa sangat akrab. Memang benar dalam hal belajar tak dapat disangkal bahwa di SMFK harus lebih serius dibandingkan dengan belajar di SMU.Jumlah bidang studi pun lebih banyak. Namun bagi Wati hal itu merupakan tantangan yang harus dapat diatasi dengan baik. Ia berusaha dengan menggarap pelajaran yang demikian banyak dengan mengesampingkan kesempatan untuk bersantai ria.
Sekolah Menengah Farmasi mempunyai cara sendiri yang cukup unik dalam hal membina kebersamaan, rekreasi dan santai dengan sistem kekeluargaan. Biasanya diadakan acara berkumpul di rumah salah seorang teman. Disana bergotong-royong membuat penganan untuk dinikmati bersama-sama. Dengan demikian biarpun siswa-siswi SMFK disibuki oleh tugas yang bertumpuk tak pernah merasa jenuh. Pada dasarnya siswa-siswi SMFK dari awal sudah terlatih untuk memiliki rasa tanggung jawab serta kebersamaan dalam suatu keluarga besar. Wati tidaklah sendiri. Ia mempunyai pendamping hidup yang profesinya sama di bidang farmasi. Suaminya itu bekerja di sebuah perusahaan kimia. Mereka dipertemukan oleh Tuhan tatkala mereka sama-sama menjadi mahasiswa di Universitas Tujuh Belas Agustus. Pasangan keluarga yang bahagia itu kini telah dikaruniai Tuhan tiga anak. Yang sulung sudah duduk di kelas 5 SDK II sedangkan yang dua lagi anak kembar. Wati merasa yakin bahwa pendidikan di bawah naungan BPK Penabur KPS Jakarta dapat diandalkan. Oleh sebab itu jauh dari rumah ke sekolah KPS tidak menjadi halangan baginya untuk memilih sekolah KPS sebagai arena pendidikan anak-anaknya. Meskipun jarak itu seperti dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, ia rela dari tempat tinggalnya di Cengkareng melewati Jalan Daan Mogot dan Grogol yang arus lalu lintasnya senantiasa padat menuju TKK II dan SDK II di Jln. Pembangunan. Bahkan ia pun sering terjebak kemacetan arus lalu lintas. Semua itu dijalaninya dengan sabar demi pendidikan anak-anaknya agar mendapatkan sekolah yagn bonafide sehingga mereka dapat meraih prestasi yang dapat diandalkan. Sebagai seorang wanita karier yang berumah tangga, ia menyadari bahwa posisinya di dua dunia pekerjaan kantor yang sibuk dan dunia rumah tangga yang juga memerlukan perhatian. Maka itu ia berusaha untuk menyisihkan waktu untuk keluarga sekalipun tugas kantor menyita sebagian besar waktunya. Ia berusaha memberikan perhatian yang selaras, serasi, seimbang untuk tugas kantor dan kewajiban sebagai ibu rumah tangga.
Anak-anaknya dilatih mandiri dan bertanggung jawab. Iman mereka pun dipupuk. Mereka dibiasakan berdoa sebelum melakukan tindakan. Mereka diantarkan pergi ke sekolah Minggu. Dengan demikian pendidikan kerohanian yang memperkokoh kepribadian dipersiapkan sejak dini melalui pendidikan di rumah. Hobi anak-anaknya ialah berenang dan main musik. Hobi itu disalurkan melalui acara keluarga dan anak-anaknya dikursuskan seni musik. Demikianlah sekelumit kisah salah seorang alumnus SMFK yang sukses dalam karier dan ibu rumah tangga teladan. Ayat favoritnya yang dipetik dari Alkitab ialah ayat yang berbunyi. "Kita harus mencintai sesama manusia dan menghormati orang tua kita". Ia menyampaikan harapan agar almamaternya yaitu SMFK bertambah maju dan berbobot. Guru-gurunya berkualitas. Siswa-siswinya bercitacita lhur serta taat akan peraturan yang berlaku di SMFK. Siswa-siswi harus belajar giat. Hal itu semua akan mewujudkan SMFK semakin jaya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para guru SMFK yang telah membimbingnya terutama kepada Ibu Lisa dan pak Kawira. Atas bimbingan merekalah ia berhasil dalam studi yang membawanya sukses di masyarakat. RA
06. dr. CHESTER ATMA
“Musibah yang saya alami ternyata membawa berkat bagi saya dan orang lain” Suatu peristiwa yang menimpa seseorang sering membuat orang tersebut menemukan jalan hidupnya. Begitu halnya dengan dokter Chester, yang dulunya adalah murid SMUK I, tahun 1959-1962, ketika Oey Kiem Liong dan Ang Liem Tjiang menjabat kepala sekolah. Suatu saat Chester muda tertimpa musibah tragis. Tangannya patah karena jatuh. Sewaktu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, ia begitu terkesan dengan dokter yang mengobati tangannya itu. Tiba-tiba dalam hatinya terbesit suatu cita-cita bila lulus SMUK I, Chester remaja akan melanjutkan ke fakultas kedokteran. “Saya masih ingat betul kata-kata dokter yang mengobati tangan saya agar saya rajin berlatih memainkan jari-jari biar lekas sembuh. Maka sejak itu saya pun mulai berlatih piano”, tutur dokter Chester. Pengalaman masa lalu itu yang kini membuat dokter Chester selain tenaga dosen di fakultas kedokteran (1976). Ia pun sejak tahun 1987 menjabat sebagai pembantu dekan II di UKRIDA. Dalam kesibukan kerjanya sebagai tenaga edukatif di UKRIDA dokter Chester masih meluangkan waktunya untuk mengiringi lagu pada kebaktiankebaktian hari Minggu di GKI Samanhudi dan Sunrise. Ia pernah menjadi pemimpin suara Nafiri, bahkan semangat pelayaan kepada Tuhan ia ekspresikan di dalam mengajar remaja-remaja bermain piano. “Pandangan hidup saya sangat sederhana saja. Tuhan telah memberikan kita kehidupan dengan segala ‘atributnya’, maka saya kembalikan lagi melalui pelayanan saya di gereja Samanhudi maupun GKI Sunrise”, demikian dokter Chester lebih lanjut. Dokter Chester menyadari benar bahwa dalam kerjanya pasti ada hambatan. Hal itu karena persepsi setiap manusia berbeda. Untuk mempersempit jarak persepsi tersebut harus ada sikap keterbukaan dari diri kita masing-masing. “Bahkan kalau mungkin kita harus mempunyai kerelaan untuk mau berkompromi terhadap persoalanpersoalan yang memang dapat ditolerir. Kalau memang bersalah harus
mau atau bersedia minta maaf. Ini semata-mata agar ketegasan dan disiplin diri ditegakkan sehingga tugas dan pekerjaan dapat berjalan lancar”, demikian dokter Chester. Sebagai manusia yang begitu sibuk dengan aneka kegiatan membuat dokter Chester sering tenggelam bersama semua persoalan kerjanya. Waktu yang tersisa untuk keluarga hanya hari Minggu saja. Saat itulah dr. Chester bersama istri (yang juga guru organ/piano) dan Edina, putri semata wayangnya berkumpul dan membagi cerita dan kebahagiaan. Menurut dr. Chester soal kejenuhan adalah wajar. Apalagi kalau bidang tugasnya hanya satu saja atau bersifat rutinisme. Sedangkan saya punya banyak tugas. Kalu jenuh memimpin paduan suara, maka saya akan mengajarkan piano atau melayani klinik di Jln. Kelinci 34 (sejak tahun 1976) karena selalu ada saja yang perlu dilakukan , tuturnya lebih lanjut sebagai pengurus klinik. Berbicara soal tokoh idola, maka dokter Chester hanya mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya tokoh idolanya. Alasannya kalau memilih sesama manusia seringkali lantas kecewa karena perjalanan manusia tidak selamanya lurus. Sebagai seorang beriman tentu ia sering membaca Alkitab. Semua ayat menurut dokter Chester sangat menarik bila kita membacanya bertepatan dengan suasana hati saat itu. Yang jelas bahwa ayat yang menjadi dasar baginya adalah yang berbunyi, “Jangan kamu takut akan masa depanmu....”. Dalam benak dokter Chester masih tergambar jelas mantan gurugurunya ialah Oey Kiem Liong, Oey Kiem An, Christin Liem dan lainlain. Mereka merupakan guru-guru senior yang berkualitas. Ada suatu kebanggaan bila kini dokter Chester melihat gedung SMUK I yang begitu mentereng. “Memang zaman kami berbeda. Dulu sewaktu masih di SMUK I gedungnya masih dibuat dari bilik. Secara fisik memang beda tetapi semangat belajar dan mengajar sangat tinggi. Harapan saya dengan kemajuan SMUK I dalam hal fisik semoga semangat guru dan muridnya pun bertumbuh dan mekar”, kata dokter Chester mengakhiri pembicaraan. RA
07.DANIEL GUNAWAN
Dikutip dari Majalah Berita KPS Jakarta tahun 1992 Anugerah Tuhan dan pandangan hidupnya membawa dirinya pada sukses Kedudukan yang tinggi, kesuksesan yang diraihnya, keadaan materi yang melimpah, tidak membuat ia lupa kepada almamaternya. Daniel Gunawan saat ini telah memiliki tidak kurang dari 36 perusahaan, dengan jabatan sebagai Presiden Direktur ia membawahi karyawan yang jumlahnya mencapai lebih dari 2000 orang. Ke-36 perusahaannya tersebut diantaranya bergerak dalam bidang otomotif yaitu Showroom, service station, pabrik karoseri yang memproduk Kijang Rover, Daihatsu Taft Ranger, dalam bidang keuangan yaitu Astrido Pasific Finance serta perusahaan joint venturenya yaitu Bank Akita, Bunas Astrindo Finance, Adhimitra Mas Jaya dan Adhi Varia Baru. Dengan tulus ia bersedia membantu BPK Penabur KPS Jakarta bilamana diperlukan. ia merasa lekat dengan BPK Penabur karena ia pernah menjadi siswa SMPK dan SMUK di bawah naungan yayasan tersebut. Daniel Gunawan lulus SMPK II pada tahun 60/61, ketika itu Sayuti Gunawan yang menjadi kepala sekolahnya. Dengan penuh kebanggaan ia lulus SMUK I yang kepala sekolahnya waktu itu Ang Liem Tjiang yaitu sekitar tahun 1963/1964. Ia melanjutkan pendidikannya di UKI mengambil jurusan Ekonomi.
Daniel menjelaskan bahwa sukses yang diraihnya adalah berkat ketekunan dan keuletan dalam meniti serta mengembangkan karier. Ada kata mutiara yang mengatakan, "Menanjaklah engkau terus tetapi jangan sampai berhenti di puncak. Jika berhenti di puncak pasti engkau akan menghadapi turunan, bukan tanjakan lagi". Kata mutiara ini mungkin tepat, sesuai dengan prinsip Daniel. Ia boleh dikatakan telah berhasil dalam karier. Cita-citanya sudah tercapai tetapi ia masih mempunyai banyak angan-angan. Ia yakin bahwa sukses yang sudah diraihnya bukan semata-mata karena ketekunan dan keuletan dalam memecahkan setiap masalah. Ia ingin mengembangkan sayap perusahaannya di daerah-daerah yang berpotensi untuk maju. Cita-citanya ini sungguh mulia karena berarti ia ingin berperan serta memajukan bangsa. Bukankah membangun daerah berarti membangun negeri? Kita patut angkat topi buat Daniel dalam hal ini. Tiga puluh enam perusahaan yang dikelolanya itu meliputi produsen kendaraan bermotor, produsen karosen dan bank. Sebagai Presiden Direktur tentu ia amat sibuk. Ingin bertemu dengannya pasti sulit karena ia tidak selalu ada di satu tempat. Itulah sebabnya RA memerlukan waktu cukup lama untuk membuat perjanjian agar dapat berbincang-bincang santai dengan Daniel. Begitu banyaknya perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tidakkah ia menghadapi benturan? Benturan sering terjadi. Dalam hal ini Daniel berprinsip "Jangan elakkan tetapi atasilah". Prinsip ini pun salah satu jurus meraih sukses rupanya. Tentu kita semua ingin tahu apa jurus-jurus Daniel sampai menjadi seorang yang super sukses. Kita ingin memetik teladan darinya. Bagaimana cara perusahaan?
Daniel
membagi
waktu
dalam
memimpin
36
"Tentu saya tidak bekerja sendiri. Saya mempunyai banyak pakar pada bidangnya banyak tangan kanan yang membantu saya", tuturnya. Meski pun waktu hari-harinya tersita oleh urusan bisnis dan karier, ia
dapat membina rumah tangga harmonis bahagia sejahtera. Istrinya juga wanita karier. Ia menjabat direktur keuangan. Dari pernikahannya mereka dikaruniai Tuhan dua anak. yang sulung Astrid sudah lulus SMUK I sedangkan yang bungsu Fernando kelas I di SMUK. Di balik kesibukan bisnis, Daniel dan istrinya tidak pernah lupa memberikan perhatian kepada kedua anaknya, sehingga nama PT-nya adalah nama kedua anaknya yaitu P.T. Astrindo. Hari-hari libur, hari Sabtu dan Minggu adalah hari santai untuk keluarga dan gereja. Meski pun sekedar untuk santai olahraga tennis adalah hobinya.Tokoh idolanya banyak. "Menjadi orang besar dalam perusahaan adalah berkat Tuhan yang sangat berlimpah kepada saya", katanya mengakhiri bincang-bincang kami yang sejenak. Kepada para guru dan pengurus BPK Penabur KPS Jakarta Daniel mengucapkan terima kasih karena telah mendidiknya sampai ia jadi berhasil seperti saat ini. Ia pun mengharapkan agar semua siswa lainnya didik dengan baik sehingga mereka pun dapat sukses seperti dirinya.
08. DANIEL TUMIWA
Wawancara tahun 1991 Berita KPS Jakarta Daniel Tumiwa (kiri) bersama ayahnya Frans Tumiwa (kanan)
Hasil karya kita hendaknya membuahkan berkat bagi sesama Daniel Tumiwa adalah alumnus SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta. Semasa masih mengenakan seragam putih abu-abu, ia merupakan salah satu aktivis di Organisasi Intra Sekolah atau lebih populer dengan sebuatan OSIS. Sebagai remaja yang penuh kreativitas, Daniel belum merasa ‘sreg’ kalau hanya bergiat di OSIS. Dunia modeling pun diliriknya. kebetulah wajahnya mendukung untuk merealisasi hasratnya itu. Gebrakan pertamanya adalah menjadi cover boy di majalan Mode. Begitu beredar majalah Mode, beberapa majalah pun lantas meminta Daniel untuk diimban, entah sebagai kover atau pun penghias halaman-halaman bergambar. Beberapa majalah yang menjadi langganan ‘mejeng’ buat Daniel dapat disebut seperti HAI, Kartini, Gadis, dan lain-lain. Bahkan ia beberapa kali mengikuti perlombaan ‘adu ketampanan dan penampilan’ se Jakarta dan berhasil sampai ke babak final. Anda dapat melihatnya di majalah HAI edisi Agustus 1990. Daniel T. berbusana berbagai jaket jeans Bandung yang menarik. Apakah Daniel bercita-cita menjadi seorang model top? Jawabnya, "Tidak". Semuanya itu hanyalah kegiatan di dalam mengisi waktu luang. "Bagi saya yang penting dan terutama adalah sekolah, sebab dengan pengetahuan yang kita miliki itu akan dibawa hingga akhir hayat. Kalau dunia model hanyalah bersifat semusim ".
Menurutnya lagi, kegiatan dunia model tersebut antara lain untuk penambahan kenalan, apalagi karena sering juga dihadiri oleh orangorang beken lain, dan juga sebagai pengalaman di bidang proses pemotretannya sendiri, atau pun mengamati orang-orang yang terlibat dalam dunia model, yang terkenal aneh-aneh. Seperti ayahnya, Frans Tumiwa, Daniel juga bercita-cita bekerja di badan-badan internasional, seperti di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Untuk cita-citanya itu, kini Daniel terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Parahiangan Bandung. Etos bekerja dan belajar yang mengalir dalam diri Daniel, diwarisi dari kakeknya, yakni Pendeta Oey Eng Hoat. Sang kakek selain pendeta juga adalah mantan guru di lingkungan KPS Jakarta. Pernah mengajar di SMPK II dan SMPK III. Soewawi (ibunya) juga seseorang yang pernah aktif berkecimpung sebagai pengurus di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta. Ia ibu dari Daniel Tumiwa. Sang ayah, bahkan terkenal sebagai seorang yang aktif dalam pelayanan. Aktif di Sinode, di gereja, di UKRIDA, bahkan di luar negeri. Kakaknya yang telah lulus sarjana ekonomi, di Amerika Serikat, yaitu Samuel menyelesaikan pelajaran dengan prestasi mengagumkan dan kini ia bekerja sebagai asisten dosen di sana. Mengapa Daniel tidak mengikuti jejak kakaknya meneruskan sekolah di luar negeri? Jawabnya, "Saya tidak tertarik, karena sekolah di sini banyak yang bagus, dan untuk meletakkan dasar pergaulan/teman untuk masa depan. Dulu pun saya sudah pernah sekolah di luar negeri". Namun sekali-kali keinginan ke luar negeri ada, ia bertekad bila ke luar negeri ia sudah mengumpulkan uang secukupnya dan sudah selesai kuliah. Untuk itu, di samping sebagai mahasiswa yang giat belajar, ia pun sudah bekerja sebagai penyiar di radio OZ, Bandung dengan honor memadai. Berbicara soal guru-guru di SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta, menurut Daniel merupakan nostalgia yang tak lekang oleh waktu dan tak luntur oleh cuaca. Guru Bambang, Drs. Sofyan, Drs. Syahril
merupakan profil-profil guru yang berkualitas dalam hal mengajar maupun selaku pimpinan sekolah seperti Bambang S. Hal ini dapat ditelusuri dari kemampuan siswa yang telah lulus dari SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta di dalam mengikuti kuliah di berbagai perguruan tinggi. "Pokoknya tidak ada kesulitan sewaktu kita mulai kuliah di tingkat satu hingga jenjang yang lebih tinggi", tandas Daniel pasti. Cita-cita Daniel sehabis kuliah, akan bekerja mengikuti jejak orang tuanya. Yang pasti ada satu tekad dalam alam pikiran Daniel, ialah pekerjaannya kelak harus yang dapat mendatangkan manfaat dan daya guna bagi masyarakat banyak atau bahasa agamanya adalah pelayanan yang mendatangkan buah-buah berkat bagi sesama. Akhir kata pada kesempatan ini, Daniel menyampaikan berlimpah terima kasih kepada kepala sekolah dan seluruh aparat guru yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada murid-murid SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta. "Secara pribadi saya menghargai pengorbanan bapak dan ibu guru di SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta. Keberadaan kita sekarang ini dengan segala keberhasilan maupun yang masih dalam proses menuju tangga kesuksesan merupakan campur tangan bapak dan ibu guru", ujar Daniel dengan penuh rasa syukur. Pesan Daniel kepada adik-adik kelas yang kini sedang belajar di SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta agar membuang jauh-jauh perasaan rendah diri. Sambil belajar yang giat, bergaullah dengan semua orang, bukan hanya di antara sesama SMUK I, supaya punya wawasan yang luas, dan nama SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta semakin harum..... RA
09. dr. DANNY A. HERMAWAN
"Wawancara tahun 1989 Berita KPS Jakarta" Kali ini kami turunkan profil seorang dokter alumnus BPK Penabur KPS Jakarta yang sejak masih mahasiswa selalu berperan serta menunjang kegiatan BPK Penabur KPS Jakarta baik dalam bentuk vaksinasi di tahun 70-an, ceramah mengenai kurikulum pendidikan dokter, Tim kesehatan pada gerak jalan sekolah-sekolah BPK Penabur KPS dan lain-lain. Kegiatan apapun yang bersangkutan selalu ia bersedia membantunya. dr. Danny lulus dari SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta yang pada waktu itu Kepala Sekolahnya dijabat Ang Liem Tjiang. Kesan yang diperoleh selama menerima pendidikan di sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta ialah adanya guru-guru yang baik dan berdedikasi tinggi, halmana dapat dibuktikan dengan melihat banyaknya mantan murid yang berhasil dengan bekal pendidikan yang telah diterimanya di bangku sekolah. Sekalipun waktu itu gedung sekolahnya lapuk dan fasilitas terbatas. Malah angkatan 60-an telah menghasilkan beberapa bintang pelajar yang mengangkat pamor sekolah kita. Di antara teman sekelasnya Drs. Andy Surya yang sekarang menjabat Bendahara di PH BPK Penabur. Melihat riwayat pendidikan yang dilewati dr. Danny seluruhnya di BPK Penabur KPS Jakarta yaitu mulai dari sekolah dasar di SDK II sesudah tamat melanjutkan ke SMPK II dan usai dari sana ke SMUK I, maka
pendidikann yang dinikmatinya di sekolah-sekolah Kristen ikut mempengaruhi langkah-langkah perjalanan hidupnya. Tadinya ia bukanlah dari lingkungan keluarga Kristen, sewaktu di SMP Danny kecil mulai tertarik pada kisah-kisah tentang TUHAN YESUS ditambah anjuran kepala sekolah, Tan Yoe Tie supaya mereka yang belum menerima KRISTUS untuk mengunjungi gereja. Mulailah ia setiap hari minggu pagi mengikuti kebaktian pemuda di GKI Kelinci. Akhirnya terang Kristus mulai bersinar di kalbunya, menguatkan keinginannya untuk menjadi pengikut Yesus dan menerima baptisan dari Pendeta Lie Beng Tjoan. Kemudian seluruh keluarganya juga masuk Kristen dan menjadi anggota Gereja Kristus Ketapang. Pada suatu kesempatan ketika ia mengikuti kebaktian kebangunan rohani ia tergugah atas seruan pendeta, "Orang Kristen hendaklah selalu memeprsembahkan yang terbaik pada TUHAN, memberi buahbuah yang segar jangan yang sudah lembek atau busuk. Bila ingin melayani TUHAN, sekarang ! Di kala masih muda dan kuat, jangan bila sudah renta dan loyo. "Seperti ada yang menuntun kala itu ia ikut maju ke depan berjanji dan bersedia melayani TUHAN". Sambil kuliah di Universitas Kristen Indonesia dan sebagai anggota GMKI ia mulai aktif dalam kegiatan pemuda di gereja dekat rumahnya sebagai Ketua Seksi Olahraga. Wakil Ketua Gerakan Pemuda GPIB BETLEHEM, bahkan terpilih pula menjadi Majelis Jemaat. Jabatan yang paling berkesan untuknya ialah ketika diutus mewakili Gereja BETLEHEM duduk dalam Panitia Persidangan SINODE GPIB ke-12, terpilih sebagai bendahara. Mengkoordiner pengumpulan dana sampai penyelenggaraannya. Mengurus utusan 132 gereja dari seluruh INDONESIA Wilayah Barat. Sebagai dosen di Fakultas Kedokteran UKRIDA ia memberi mata pelajaran ilmu penyakit kulit/ kelamin dan etika kedokteran, pernah menjadi kepala Lab. sekretaris UKRIDA, kepala biro administrasi keuangan dan ketua lembaga pengabdian pada UKRIDA. Dalam organisasi profesinya sebagai anggota pengurus IOI Wilayah Jakarta Barat koordinator Komisariat UKRIDA dan juga anggota Ikatan kedokteran laser Indonesia.
Di samping berprofesi sebagai dokter sehari-hari, ia pun pernah aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti di LIONS CLUB, pengurus Yayasan Dharma Kasih dan juga pernah menjabat bendahara/wakil ketua RT di Alaydrus kemudian Sekretaris RW yang meliputi wilayah Kemakmuran - Pengadilan Negeri - Pembangunan II/III untuk masa bakti cukup lama. Pernah pula duduk sebagai anggota Panitia Pembangunan BPK Penabur KPS Jakarta, khusus sewaktu pembangunan gedung UKRIDA. Sekarang masih aktif di pengurusan ikatan Alumni BPK Penabur KPS Jakarta sejak tahun 1979 mulai dari jabatan sekretaris, ketua dan sekarang wakil ketua. Ikatan Alumni BPK Penabur merupakan organisasi yang bertujuan mempererat rasa persaudaraan antarmantan siswa mereka saling tolong menolong antara sesama alumnus dan mantan guru-guru, dengan tujuan akhir dapat menghimpun kelompok alumni yang siap mendukung kegiatan BPK Penabur. Karena itu ia ikut bergabung dengan Perkumpulan UNIMAPAN (yang disponsori alumni angkatan 1958) dalam usaha kantin di UKRIDA yang hasil usahanya akan dimanfaatkan bagi kegiatan sosial tersebut. "Semoga akan lebih banyak alumnus yang bergabung dalam rangka perpuluhan". serunya. Sewaktu bertemu dengan RA ia tetap menampilkan diri serendahrendahnya dan merasa apa yang telah diperbuat belum berarti apaapa. Dalam prinsip, dokter Danny berpendapat bahwa bila kita melayani sesuatu tanpa pamrih sama halnya kita melakukan untuk TUHAN YESUS sendiri yang telah mau berkorban mati menebus dosa kita semua. "Biasanya sebagai manusia kita kadang-kadang sulit menerima kalau kebaikan dibalas dengan hal-hal yang buruk", ujar dr. Danny tanpa memperinci lebih lanjut. Ia berpendapat dalam kehidupan organisasi kekristenan rasa egoisme masih kuat dan cara berpikir terkotakkotak. Gereja atau badan yang kuat/kaya hanya berpikir lebih banyak untuk dirinya sendiri padahal harta di dunia ini hanya titipan yang TUHAN minta dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pelebaran kerajaan-Nya seperti perumpamaan modal talenta bagi hambaNya.
Kini dokter Danny telah dikaruniai TUHAN sebuah keluarga kecil nan bahagia walaupun kawin campur dengan istri yang beragama Katholik. Marcella Miranda putri sulung sedangkan Stephanus Stephen studi di Australia. dr. Danny sewaktu masih pemuda senang berolahraga yang merupakan kegemarannya. Ia menguasai hampir seluruh cabang olahraga. Tetapi sekarang sulit mengatur waktunya dan satu-satunya yang dijalankan seminggu 2-3 kali lari pagi (jogging) dengan tempat bervariasi ke rumah kawan-kawan. Misalnya minggu pagi naik mobil ke Pondok Indah parkir depan rumah kawan ambil waktu berlari-lari baru kemudian bertamu ngobrol-ngobrol urusan pribadi organisasi dan kadang-kadang bisnis kecil-kecilan. Harapannya, semoga dalam membangun dan mengembangkan bidang pendidikan, diperhatikan pula akan kesejahteraan para guru karena mereka merupakan pahlawan-pahlawan yang tak dikenal namun perlu selalu kita ingat dan hargai. Pesan dr. Danny yang pernah menjabat bendahara di berbagai organisasi, bahwa dalam melayani di ladang Tuhan janganlah kita melihat pada keuntungan materi melainkan pandanglah kepada buah kasih yang diajarkan Tuhan Yesus kepada umatNya dan ingatlah selalu kalau kita dipakai Tuhan sebagai alat-Nya harus dilakukan dengan baik karena apapun kita harus bertanggung jawab kepada-Nya. RA
10. EGAWATI HARDJONO, S. H.
Dikutip dari Majalah Berita KPS Jakarta tahun 1988 Wanita merupakan makhluk sempurna. Hal ini dapat disimak dari pepatah usang "Surga di bawah telapak kaki ibu". Walau usang, namun mengandung arti yang berguna bagi kita semua. Sebagaimana Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna di muka bumi, seperti itu pula wanita memiliki kodrat yang berbeda dari pria. Dari wanita kecil ia berkembang menjadi dewasa dan berumah tangga, melahirkan anak dan merawat anak bersama suami. Perkembangan zaman mengizinkan wanita berprestasi, sejauh ia mempunyai kemampuan menggapai pengetahuan. Jalur pendidikan merupakan alat bantu mencapai cita-cita mereka. Salah satu keberhasilan lembaga pendidikan mencetak orang pintar dapat dilihat pada diri Egawati yang Sarjana Hukum. Ia merupakan wanita karier, pelayan, ibu rumah tangga, penjunjung orang tuanya, pengabdi alamamaternya dan masih banyak lagi kesibukan kerja yang menyita waktunya. Jenjang kariernya diawali pada tahun 1975 sebagai anggota pengurus BPK Penabur KPS Jakarta tahun 1977 menjabat sekretaris II. Dua tahun kemudian, sebagai ketua II. Di samping aktif di yayasan pendidikan, ia menyempatkan diri berkecimpung dalam kepengurusan gerejani. Ia mendapat kepercayaan sebagai tua-tua GKI Samanhudi bidang oikmas, bagian
dana siswa. Tahun 1985 ditunjuk sebagai ketua kompartemen pendidikan di PH BPK Penabur. Sekarang tahun 1996, sebagai ketua bidang Oikmas. BPK Penabur yang hadir di tengah-tengah kita, mempunyai nilainilai historis tersendiri dan karena itu dirasa perlu untuk menginventarisasi anggotanya. Kemudian lahirlah ikatan alumni BPK Penabur KPS Jakarta dan lagi-lagi Egawati diberi kepercayaan menduduki kepengurusan alumni BPK Penabur. Di UKRIDA pun Ega terlibat, yaitu sebagai Pembantu Rektor. Dengan aneka kegiatan ini tampaknya ia harus paling tidak berurusan dengan prioritas kegiatan yang harus dipilih, misalnya karena mengutamakan pekerjaan di luar rumah, anak-anak dan suami ditelantarkan. Nyatanya tidak. Ega menyadari semua pekerjaan tidak mungkin dirangkul sekaligus, tetapi ia berusaha mengatur waktu secara teliti dan menjalankannya secara bertanggung jawab. Untuk memulai pekerjaan pada hari baru, Ega sudah bangun saat fajar baru saja menampakkan sinar kemerahan di ufuk timur dan seisi rumah masih lelap tidur. Ia bersama suami berdoa memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, barulah ia mempersiapkan diri dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Ega selalu menyempatkan diri untuk bersama-sama suaminya mendampingi putra-putrinya. Tak lupa ia menciptakan komunikasi dengan remaja putrinya, walau sudah larut malam. Ega selalu berusaha agar santap malam sebisanya dihadiri semua anggota keluarga, karena pada saat itulah semua persoalan yang dihadapi masing-masing dapat diutarakan dan secara bersama mencari penyelesaian. Sekarang ia sudah mempunyai cucu. Sebagai manusia biasa kita tentu memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini yang sering melahirkan perasaan jenuh dalam setiap orang. Ega pun tidak luput dari perasaan bosan, hanya saja ia selalu ingat akan nasehat pendeta saat Ega diteguhkan sebagai pengurus KPS Jakarta. "Jika kita bekerja untuk pelayanan Tuhan, hendaklah kita bekerja seolah-olah untuk Tuhan, jangan melihat ke
kiri atau ke kanan dan membandingkan hasil kerja sesama rekan. Masing-masing oleh Tuhan diberikan talenta sesuai kesanggupan dirinya. Di hadapan manusia mungkin hasil kerja kita dinilai kurang atau tak berarti sama sekali, tetapi di hadapan Tuhan, segala jerih payah kerja kita yang dipersembahkan secara sungguh-sungguh dimuliakan Tuhan", tutur Ega dengan wajah ceria. Walau sibuk dalam pelayanan Ega masih meluangkan waktu untuk kedua orang tuanya. Setiap hari (kalau tidak bertugas ke luar daerah) ia menyisihkan waktu untuk menengoknya sekalipun jarak Kepa Duri - Kota tidak dekat. Ia datang untuk memasak dan menanyakan keadaan ayah bundanya. "Mengenai hobi?" tanya RA padanya. "Hobi saya membaca. Tapi saya bukan tipe pembaca yang fanatik pada penulis tertentu", ujarnya. Tegasnya, bila isi bukunya bagus dan bisa bermanfaat bagi pengembangan cakrawala berpikir, maka ia tak segan-segan ‘melalap habis’ buku tersebut. Pada kesempatan bincang-bincang kali ini, Ega menitipkan pesannya kepada semua pembaca setia Berita KPS Jakarta – agar kita sebagai warga BPK Penabur KPS Jakarta merasa ikut memiliki sekolah BPK Penabur dalam arti ikut membangun dan memajukan sekolah-sekolah demi lajunya pendidikan di lingkup masyarakat anggota GKI dan masyarakat secara nasional. Janganlah kita memanfaatkan jabatan struktural yang kita miliki untuk kepentingan ide-ide pribadi. Di sini dibutuhkan kesadaran tinggi dari kita semua.
10. Halim Atmaja
Seorang pengusaha sukses yang berwawasan kelestarian lingkungan Barangsiapa gemar makan permen, biskuit, coklat dan makanan kecil lainnya. Pasti kenal “Mayora Indah” karena Mayora adalah salah satu perusahaan besar yang memproduksi permen dan aneka macam kudapan yang lezat-lezat. Halim Atmaja adalah presiden direktur perusahaan itu. Ia alumnus SMPK I dan alumni SMAK I. Ketika ia di SMPK I, C. Liem yang menjadi kepala sekolahnya, sedangkan ketika ia duduk di SMAK I, Ang Liem Tjiang yang menjadi kepala sekolahnya. Ia lulusan SMAK I tahun 1967. Di SMAK I inilah ia bertemu gadis cantik idaman hatinya, Nina namanya yang juga adalah alumnus BPK Penabur KPS Jakarta. Rupanya mereka berjodoh, direstui Tuhan. Sampai kini Nina menjadi pasangan hidupnya, istrinya yang setia dan telah membuahkan dua putri dan satu putra dalam rumah tangga bahagia mereka. Halim dan istrinya pernah duduk di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. Namun tidak berlanjut karena perusahaan ayahnya lebih memerlukan kehadirannya sebagai pengganti orang tua, menjadi pengelola perusahaan dalam top manajemen. Di bawah pimpinan Halim, PT Mayora Indah benar-benar merupakan perusahaan yang turut membangun negeri dan mempunyai andil besar terhadap pembangunan nasiona. Perusahaan itu menyerap tenaga kerja banyak sekali. Saat ini karyawannya mencapai jumlah lebih dari 2000 orang. Bahkan bahan baku seperti tepung, minyak, gula, susu, coklat, kopi, pembungkus, semuanya berasal dari bumi Indonesia. Hasil olahannya dijamin 100% halal, higienis, tanpa bahan pengawet, disukai tua muda, disajikan dalam berbagai merk yang sudah amat terkenal yaitu: Biskuit Roma dalam berbagai jenis, kembang gula Kopiko, Swisse, Kis, Roma coklat wafer, Beng-Beng, Astor, Coklat Choki-Choki, Hits, oka, long jelly, biskuit Danisa berbagai jenis, dan lain-lain. Kita boleh angkat topi untuk Halim Atmadja karena produk perusahaan yang dikelolanya itu telah menguasai pasar makanan olahan di dalam
dan di luar negeri. Ia telah melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan pertumbuhan penjualannya dengan cara melaksankan kebijaksanaan harga secara hati-hati, mempertahankan mutu produk, menciptakan produk baru dan memperluas jaringan pemasaran baik lokal maupun ekspor. Di pasar luar negeri makanan olahan produksinya telah dapat dinikmati oleh para penggemar biskuit, permen dan coklat di Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Australia, Libanon, Korea, Jepang, Spanyol, Kanada, Amerika Serikat, Eropa dan Afrika Selatan. Itulah Halim Atmaja, Presiden Direktur PT Mayora Indah. Bernostalgia tatkala di SMAK I seolah memutar film rekaman masa lalu. Kenang-kenangan pahit, manis yang dialaminya di kompleks Pintu Air terbayang satu persatu silih berganti. Wajah Christine Liem dan Ang Lim Tjiang, dua kepala sekolah andalan seakan muncul di hadapannya. Guru Gouw Siauw Peng dengan kegiatan rekreasi SMAK I yang dikoordinasi dan dipimpinnya mewarnai kisah pribadi Halim di SMAK I. Gara-gara rekreasi sekolah itu para siswa dapat menjalin keakraban antara mereka. Bahkan Halim salah satu yang berhasil mempererat keakraban dengan Nina sampai ke jenjang pelaminan. Jahya Wangsasaputra kesannya lain lagi. Bila kapur diletakkan di atas bangkunya berarti ia mendapat giliran untuk maju ke papan tulis, membuat soal. “ Betapa Pak Wangsa bisa membuat sebatang kapur menggetarkan jantung yang menunggu dimana atau di bangku siapa itu akan bertengger”, kenangnya. Kesibukan sebagai Presdir perusahaan dan istrinya sebagai tua-tua di GKI Samanhudi, tentulah sangat banyak. Namun kesibukan itu tidak menjadi penghalang dalam membina keharmonisan rumah tangga. Hari Sabtu dan Minggu ditetapkan sebagai hari keluarga untuk rekreasi dan olahraga. Ayat yang diambil dari I Petrus 5:7 menjadi tonggak penopang kekuatan hidup halim “ Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya. Sebab Ia yang memelihara kamu”. Pengalamannya bersekolah di sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta menyebabkan ia cenderung memilih sekolah-sekolah itu sebagai tempat pendidikan putra-putrinya.
Putri sulungnya lulus belum lama, yang kedua duduk di SMUK I dan yang bungsu masih duduk di SMPK II. Ia yakin sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta sampai sekarang adalah sekolah-sekolah bermutu, seiman, berdisiplin tinggi dan sarat ilmu, “Ulangan yang bertubi-tubi, sajian pelajaran yang mendalam membuat anak-anak saya bertambah tekun dan bertekad menggempur segala masalah”, tutur Halim. Halim berharap usai SMUK I putrinya dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di luar negeri dan lebih tekun belajar, agar kelak terjun ke masyarakat dapat lebih sukses dari orang tuanya. Halim mengucapkan terima kasih kepada Badan Pengurus BPK Penabur KPS Jakarta, dan kepada para guru yang telah memberikan andil membentuk siswa sampai menjadi orang-orang sukses. Ia yakin bahwa kesuksesan yang dinikmatinya kini pun karena jasa badan pendidikan beserta guru-gurunya. Semoga BPK Penabur semakin besar dan Jaya. RA
12. Drs. Hendra F. Santoso Membicarakan UKRIDA menjadi kurang lengkap jika tidak menampilkan Hendra F. Santoso. Ia salah seorang pengajar di perguruan tinggi tersebut sejak tahun 1979, tahun 1983 menjabat Kepala Lab. Akuntansi, tahun 1984 sampai tahun 1992 Kepala Jurusan Akuntansi dan sekarang kembali menjabat Kepala Lab Akuntansi UKRIDA. Hendra F. Santoso yang kelahiran Jakarta, 9 Juli 1953 itu adalah salah satu alumni BPK Penabur KPS Jakarta dari tingkat Taman KanakKanak sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Tamatan TKK Gunung Sahari 90A pada tahun 1959. Lulus SDK Gunung Sahari pada tahun 1965. Lulus SMPK III Diponegoro pada tahun 1968. Lulus SMAK III Gunung Sahari tahun 1971. Pendidikan Sarjananya dari FEUI Jurusan Akuntansi. Keterlibatannya dalam dunia pendidikan memang sudah merupakan panggilan nurani. Ia seorang akuntan yang merangkap dosen. Kegemaran mengajar sudah mendarah daging. Pada waktu masih kuliah ia mengajar les privat. “Menjadi guru itu mulia. Guru adalah pembaharu generasi muda. Oleh karena itu menjadi guru adalah suatu anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri”, tuturnya. Pria sederhana yang penuh dinamika ini bertempat tinggal di daerah Kelapa Gading. Ia anggota GKI Gunung Sahari. Adakah motivasi khusus sehingga Anda memilih profesi sebagai dosen di UKRIDA? “Saya senang mengajar. Sejak kuliah saya memberikan les. Sebagai alumni BPK Penabur KPS Jakarta saya ingin menyumbangkan tenaga kepada almamater yang se-yayasan”. Di UKRIDA ini apakah Anda mengajar penuh waktu? Rencananya setelah lulus dari FEUI saya ingin mengajar penuh waktu tetapi saat itu UKRIDA belum menerima dasar mengajar penuh waktu
untuk Fakultas Ekonomi, karena itulah saya terlanjur bekerja sebagai akuntan, dan mengajar sebagai dosen. Hendra tergolong senior dalam hal mengajar karena sudah berpengalaman lebih dari 13 tahun mengajar. Seorang pengajar identik dengan seorang pemimpin. Apakah yang di lakukan untuk mengisi kepribadian Anda dengan jiwa dan semangat kepemimpinan yang baik? “Saya membaca buku-buku rohani dan autobiografi seperti buku mengenai Martin Luther dan mengambil manfaat darinya. Dari kegiatan membaca saya mendalami kepemimpinan dan barangkali yang sesuai dengan keberadaan saya dalam mengajar adalah membujuk dan mengarahkan mahasiswa ke tujuan. Tidak jarang terjadi aksi protes mahasiswa yang tidak lulus. Biasanya protes itu dilakukan oleh mahasiswa yang ogah belajar tapi mau lulus mulus”. Apa yang Bapak lakukan bila menghadapi mahasiswa semacam itu?” “Menurut pendapat saya aksi protes ketidaklulusan biasanya terjadi karena tidak adanya komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Bila mahasiswa tahu target apa yang harus mereka capai untuk memenuhi kriteria kelulusan dan dosen pun memberikan nilai yang wajar sesuai dengan kemampuan mahasiswa maka lulus atau tidak lulus menjadi hal yang biasa. Jadi yang harus dilakukan untuk mengatasinya adalah keterbukaan dan komunikasi yang baik”. Lembaga Pendidikan Swasta di akreditasi. Bagaimana halnya Fakultas Ekonomi UKRIDA jurusan Manajemen dan Akuntansi statusnya sudah disamakan Benarkah sebagian besar mahasiswa UKRIDA adalah karyawan? Benar. karena itu Fakultas Ekonomi sangat sibuk pada sore dan malam hari. Kuliah sore mulai pukul 16.30. Namun masih banyak yang datang terlambat. Apakah UKRIDA hanya menerima mahasiswa yang beragama Kristen? Tentu tidak. Banyak yang tidak seiman. Saya pribadi sebagai dosen
terpanggil untuk menyampaikan berita kesukaan kepada para mahasiswa baik yang seiman maupun yang tidak seiman. Kepada yang tidak seiman saya menyampaikan berita keselamatan, kepada yang seiman saya berbagi rasa mengenai pergumulan yang kami hadapi. Pernah datang kepada saya seorang mahasiswa Akuntansi yang sungguh-sungguh ingin hidup sesuai dengan Sabda Allah. Mulanya dengan gembira ia menceritakan bahwa dia berhasil dipromosikan di kantornya. Namun selang beberapa waktu dia datang kembali dengan sedih karena dimutasikan ke tempat lain karena menolak segala macam kompromi. Saya katakan bahwa memang kalau kita menurut Firman Allah, Allah berjanji akan memberikan keberhasilan dan kemakmuran tetapi Sabda Allah juga mengatakan bahwa kita harus ikut menanggung Salib dan menderita bagi Dia. Oleh karena itu kita harus melihat seimbang hal ini dan kita jangan undur untuk hidup sesuai dengan Sabda Allah. Apa sebabnya murid dibiarkan berpikir sendiri dan mengambil keputusan sendiri? Hidup ini adalah tanggung jawab pribadi, kita harus menghargai hak asasi tiap pribadi itu. Tugas guru adalah memberikan gambaran yang benar dan jelas. Biarkanlah mereka mengambil keputusan sendiri. Kalau kita simak Johanes 3:16 yang isinya menyatakan bahwa barang siapa percaya akan Yesus tidak akan binasa melainkan beroleh hidup kekal, karena itu biarkan setiap orang mengambil keputusan sendiri untuk mengikut Yesus. Untuk mengakhiri bincang-bincang kita, adakah pesan Anda untuk rekan-rekan seprofesi? Oh, ya, ada, pesan saya adalah kita patut bersyukur menjadi guru karena guru itu mulia, guru adalah pembaharu generasi muda. Menjadi guru adalah anugerah Tuhan. RA
13. Drs. Indra Irawan Jika Anda pernah menyaksikan Kuis 3A di televisi, tentu Anda pernah melihat Ir. Indra Irawan menyerahkan hadiah yang “aduhai” kepada para pemenang. Ketika itu Kuis 3A tersebut disponsori oleh PT Indomilk. Indra Irawan adalah Deputy Chief Executive Officer perusahaan itu. Ia pencinta BPK Penabur KPS Jakarta. Pendidikan SD, SLP dan SLA ditempuhnya di sekolah-sekolah BPK Penabur. Ketika ia di SDK I, kepala sekolahnya Kartika (Tjiong). Ketika ia di SMPK I, kepala sekolahnya Kiting sedangkan ketika di SMUK I, kepala sekolahnya Bambang S. . Tamat SMUK I ia melanjutkan ke falkutas Ekonomi Universitas Tarumanegara dan UI extension jurusan Management Akuntansi. Istrinya (Anggriawati Gazali) juga alumni SMUK I. Istrinya itu sekarang menjadi dokter gigi. Kualitas sekolah-sekolah BPK Penabur sangat menyakinkan karena itu putra-putrinya juga dimasukkan ke TKK II dan SDK II BPK Penabur. Kacang tidak lupa akan kulitnya itu adalah peribahasa yang cocok untuk Indra Irawan. Sebagai alumni SMUK I ia tak pernah melupakan almamaternya. Lulus dari SMUK I ia menjadi asisten Bambang Gunawan di AVA untuk mengajar murid-murid yang mengikuti latihan keterampilan di Lab. Fotografi. Mengingat bahwa kelulusan sarjana akuntansi di perguruan swasta itu sangat sulit maka ia mengikuti kuliah di extension UI mulai tingkat sarjana muda. Dengan demikian ia memiliki dua ijazah yaitu dari UNTAR dan dari UI. Tititan kariernya sudah hampir puncak dan kedudukannya sebagai Deputy Chief executive sudah jabatan top. Namun semangat untuk meningkatkan kemampuan senantiasa menjadi tekadnya, karena itu sekarang ia bercita-cita menempuh pendidikan S2. Pelayanan di GKI Samanhudi sebagai tua-tua dianggapnya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, karena itu ia tak pernah merasa jenuh. Tuhan Yesus dijadikan tokoh idolanya. Ia yakin bahwa Tuhan Yesus
yang dikenalnya adalah Tuhan yang tak pernah berubah dan Kasih-Nya untuk selama-lamanya. Alm. Sayuti Gunawan (Tan Yoe Tie) sosok tokoh gurunya tatkala di SMUK I, sangat lekat di hatinya sampai kini. Ia merasa bahwa Sayuti telah memberinya jalan untuk mengungkap makna hidupnya. Sayuti adalah pendidik yang tidak hanya membekali muridnya dengan pelajaran tetapi juga membekali anak didik dengan nasehat menghadapi badai kehidupan. Meskipun ia hanya seorang guru, Sayuti seolah menjadi orang tua sendiri bagi Indra khususnya dan bagi anak didik lain pada umumnya. Hobi olahraga tenis tetap dilakukan Indra di sela-sela kesibukannya. Ia yakin bahwa dengan berolahraga ia dapat memelihara kebugaran sehingga tubuh senantiasa sehat dan siap berkarier serta melayani. Pada akhir pembicaraan Indra Irawan berpesan, agar kita tidak melupakan guru. Mereka adalah pahlawan yang tidak pernah menerima tanda jasa. Mereka penuh pengabdian. Kepada para guru juga ia berpesan agar tidak hanya mengajar murid tetapi juga memberikan bimbingan. Dengan kata lain, guru tidak hanya mengasah ketajaman intelektual anak didik tetapi juga mengadakan pendekatan kepada anak didik agar moral spiritualnya juga berkembang dengan baik. RA
Dari Berita KPS Jakarta, tahun 1998 No. 5.
14. Ir. J.A. Setijadi
Ir. J.A. Setijadi bersama istri
Di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta, pria kelahiran Yogyakrata 60 tahun yang silam (lahir bulan Januari 1938) memegang jabatan Wakil Ketua Kompartemen Sarpras. Masa seko lah dari SD sampai SMA de Brito, dijalankan di Yogyakarta dan baru ketika memasuki Fakultas Teknik Elektro ITB dia pindah ke Bandung. Ia mengakui bahwa pada mulanya ia merasa sangat ragu-ragu untuk menerima tugas sebagai Wakil Ketua Kompartemen Sarpras BPK Penabur KPS Jakarta. Namun ia pun segera menyadari bahwa tugas itu juga merupakan salah satu pelayanan, sehingga ia pun dapat melakukannya dengan penuh sukacita. Bidang Sarpras bukanlah bidang baru bagi Setijadi karena tahun 1988 - 1992 ia juga aktif di GKI Kepa Duri sebagai penatua di bidang Sarpras.
Ia juga berkeyakinan bahwa Tuhan mempunyai rencana tertentu untuk setiap anak-anaknya. Dengan demikian segala yang kita kerjakan yang terbaik adalah bila di dalamnya senantiasa melibatkan Tuhan. Setijadi juga bertekad untuk melaku kan yang terbaik sesuai dengan keimanannya dan ia berusaha untuk tidak mempermalukan dirinya di hadapan Tuhan. Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kelemahan dan kekurangan, kadang-kadang ia juga dilanda perasaan jenuh terhadap apa yang dikerjakannya, lebih-lebih bila yang dikerjakannya itu tidak sesuai seperti apa yang diharapkannya. Tetapi jika direnungkan dan dihayati lebih dalam, maka kejenuhan itu pun sirnalah, bahkan kita dapat menemukan hikmah positif di baliknya serta kita pun dapat mensyukuri nikmat dan berkat yang telah dilimpahkan oleh Tuhan. Pria ITB jurusan Tektik Elektro ini mempunyai pengalaman kerja di PN Metrika tahun 1964 -1965 . Pernah menjadi dosen di Uni versitas Negeri Lampung hingga tahun 1972 dan kemudian berwira swasta sehingga sekarang. Tokoh dunia, tokoh Indonesia, dan tokoh gereja yang dikaguminya antara lain adalah Mother Theresia, Bung Hatta dan Pendeta Sam Gosana. Mother Theresia adalah tokoh dunia yang rela mengorbankan dirinya un tuk memberikan secercah kebahagiaan kepada orang-orang yang paling malang dan menderita. Bung Hatta seorang tokoh negarawan Indonesia yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada negara tanpa pamrih, tanpa menonjolkan diri. Sedangkan Pendeta Sam Gosana adalah tokoh gereja yang dikenalnya sejak ia menjadi mahasiswa di GKI Cibunut Bandung dan sekarang sebagai gembala di Jemaat GKI Kwitang. Kotbhah-kotbhahnya selalu menarik, jelas dan lugas meskipun kotbhahnya itu singkat. Ayat yang paling disukai oleh Setijadi adalah Mazmur 23 ia sangat merasakan bahwa kita sebagai domba-dombanya yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan sangat bersyukur mempunyai Gembala Agung yang mau memimpin dan memelihara kita dengan kasih kuasaNya.
Hobinya adalah berkebun, karena dengan memperhatikan tumbuhtumbuhan di sekitar rumah kita melihat kebesaran Tuhan, pemeliharaan Tuhan yang ajaib, akan segenap makhluk ciptaan-Nya. Hobinya yang lain adalah memelihara anjing dan mendengarkan musik. Musik yang paling disukainya adalah musik ringan. Sayuran dan buahbuahan harus selalu tersedia di meja makannya setiap hari, karena itulah yang menjadi makanan favoritnya. Jenis masakan yang disukai adalah masakan yang tidak terlalu asin. Keluarga sejahtera menurut pendapat Setijadi adalah keluarga yang satu iman, yang merupakan kemanunggalan antara suami istri serta anak-anaknya sehingga di dalam keluarga itu ada saling mengisi,saling menolong, saling menghargai, take and give dengan tidak saling menyalahkan. Keluarga sejahtera telah diwujudkan bersama istrinya yaitu Mirawati, (wanita kelahiran Bandung, lulusan Fippa Unpad). Kasih Setijadi dan Mirawati bersemi di GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) Bandung. Aktivitas pelayanan mereka tak pernah berhenti hingga sekarang. Nyatanya istrinya, Mirawati pun pernah aktif di PWK Hana, Yayasan Bina Mitra Keluarga, Komisi Wanita setempat dan sekarang menjabat penatua di GKI Kepa Duri. Mahligai rumah tangga Setijadi - Mirawati dilengkapi karunia Tuhan dengan kehadiran dua anak laik-laki yaitu Ario dan Ardian yang keduanya lulusan SMAK I BPK Penabur KPS Jakarta. Ario lahir di Bandung 26 tahun yang lalu, lulusan Teknik Elektro Universitas Trisakti dan sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Adiknya Ardian yang lahir 20 tahun yang lalu sekarang masih kuliah juga di Universitas Trisakti, mengikuti langkah kakak dan jejak ayahnya mengambil jurusan Teknik Elektro. Saat ini sudah di semester IV. Sudah tentu mereka ikut dalam gerakan reformasi bela negara. Harapan Setijadi sebagai pengurus BPK Penabur KPS Jakarta adalah agar yayasan ini tidak saja hanya dapat menghasilkan murid-murid yang berguna bagi bangsa dan negara tetapi juga berpengabdian tinggi bagi Tuhan. Oleh karenanya pelajaran agama di sekolah-sekolah perlu mendapat perhatian yang serius.
Demikian pula diharapkan agar para guru serta karyawan di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat bekerja dengan tenang dan sejahtera sehingga dapat membina anak-anak didiknya dengan sebaik-baiknya. RA.
15. Prof. Dr. Johanna Savitri Paramita Rumawas
Badan Pendidikan Kristen Penabur yang dulu dikenal dengan BPK Jabar adalah tempat Prof. Dr. Johanna menempa diri. Pendidikan tingkat SD, SLTP dan SLTA ditempuhnya di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan yayasan ini. Tidak heran bila kesannya terhadap yayasan ini sangat mendalam. Yayasan ini memberikan andil membina Johanna yang masih belia, masih remaja putri, dan baru beranjak dewasa. Nama-nama V. Der Meer, Tan Goan Tiang, Oey Kim Liong, Ang Lim Tjiang terpatri dalam sanubari dan abadi hingga kini. Chritelijke Lagere School Met den Bijbel (SDK zaman itu). SMPK Pintu Air dan SMAK I Pintu Air adalah almamater yang memberinya fundamen yang kokoh sehingga ia berhasil melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Ia kini menjadi guru besar di Universitas Indonesia. Ia lulus SMAK I Pintu Air pada tahun 1954. Lulus FKUI pada tahun 1961. Berhasil meraih brevet dokter ahli dalam bidang Ilmu Gizi kedokteran (PPDA-IDI) pada tahun 1968. Berbagai penataran dan pendidikan lanjut di dalam dan luar negeri ditempuhnya dengan prestasi baik. Ibarat sebuah bangunan, jika pondasinya kokoh pasti bangunan itu bisa menjulang tinggi mencakar langit. Demikian halnya BPK Penabur KPS Jakarta patut berbangga telah memberikan pondasi yang kuat sehingga Prof. Johanna menjadi sosok tokoh yang banyak sekali berkiprah, peran sertanya dalam pembangunaan bangsa Indonesia khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pergumulannya di dunia pendidikan perguruan tinggi. Wanita yang lahir di Jakarta, 18 Maret 1934 ini tak pernah pudar semangatnya dalam menggali pengetahuan. Pada tanggal 22 Mei 1993
dikukuhkan sebagai guru besar tetap dalam Ilmu gizi di Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia dengan pidato Pengukuhannya yang berjudul: “Peran gizi dalam Peningkatan Kualitas Hidup Warga Usia Lanjut di Indonesia”. Pada kesempatan pidato pengukuhan itu ia mengundang mantan gurugurunya yang ketika ia di SDK, SMPK dan SMAK I. Tentu saja mantan guru-gurunya itu sudah termasuk golongan Lansia. Sayang sekali banyak diantaranya yang sudah meninggal dunia. Oleh karena itu ia hanya berhasil menjumpai Christien Liem dan Pdt. Messah. Namun ternyata yang hadir memenuhi undangannya hanyalah Pendeta Messah. Ia sangat bahagia Pendeta Messah menyaksikan pengukuhan itu. Pendeta Messah adalah mantan guru agamanya di SMAK I yang telah membaptis Johanna remaja, memberkati pernikahan Johanna muda, yang telah melayani peringatan nikah perak Johanna setengah baya, kini hadir pula dalam acara pengukuhan Johanna, profesor. Suaminya yaitu Prof. Dr. R.T. Rumawas juga guru besar di FKUI. Keluarga Rumawas ini dikaruniai Tuhan empat orang anak yaitu yang sulung Erwin Rumawas. Ia menjadi Ven Bhiksu Dharmapala atau kepala Vihara. Yang kedua dua anak kembar yaitu Marina Astrid Rumawas dan Ashwin Marcel Rumawas, dan yang bungsu Marcella E. Rumawas. ketiganya kuliah di Falkutas Kedokteran UNTAR sedangkan Ashwin Marcel di Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia. Iseng-iseng RA bertanya kepada Prof. Johanna, “Banyak orang yang mengatakan bahwa guru pada umumnya awet muda karena sehariharinya makan kapur. Bagaimana menurut Ibu sebagai ahli gizi?” Prof. Johanna menjawab sambil terbahak-bahak, “Tidak benar kalau sehariharinya makan kapur sebab guru sekarang makan spidol”. Sebenarnya gizi baik atau gizi kurang tidak ditentukan oleh keadaan keuangan. Makanan mahal belum tentu bergizi baik, makanan murah belum tentu kurang nilai gizinya. Gizi yang baik ialah yang seimbang,
selaras dengan kebutuhan tubuh seseorang. Jika seseorang harus diet atau vegetarian atau tidak menyukai makanan jenis tertentu, dapat memilih penggantinya, alternatifnya banyak. Ada gizi nabati, ada gizi hewani. Protein tidak harus dari daging. Tidak hanya jeruk yang mengandung vitamin C. Kecantikan yang abadi terpancar dari kepribadian, inteligensi dan tubuh yang sehat. Kecantikan bukan dari wajah sebab kecantikan wajah dapat dipoles dengan “bumbu-bumbu” kosmetik atau operasi plastik. Menurut pendapatnya istilah awet muda itu sebenarnya tidak tepat sebab tambah tahun, makin tua usia seseorang tak dapat dipungkiri. Yang benar adalah seseorang tidak cepat menua, keadaan fisik dan kebugarannya tidak sesuai dengan usianya. Faktor-faktor penyebab keadaan fisik tidak sesuai dengan usia ini antara lain penampilan, gaya berbicara, gaya berpakaian, tubuh yang sehat, pandai mengatasi stres dan hidup sesuai norma kesehatan. Menu yang baik tidaklah berarti makanan yang mahal. Makanan bergizi dapat disesuaikan dengan isi kantong masing-masing. Apabila seseorang berpantang makan daging karena tuntutan agama yang dianutnya, dapat memilih penggantinya yang fungsinya sama dengan daging. Hal seperti ini harus diperhatikan sebab tubuh kita memerlukan nutrien-nutrien yang seimbang. Betapapun kayanya seseorang dan mampu menyediakan makanan jenis apapun yang mahal dan mewah tidak ada artinya jika tidak dapat menyusun menu dengan gizi seimbang yang berpedoman pada empat sehat lima sempurna. Betapapun sederhananya pangan yang tersedia namun bila gizinya cukup dan seimbang sangatlah berarti. Gemuk karena kelebihan gizi bisa mengancam kesehatan. Demikianlah bincang-bincang RA dengan Prof. Johanna dan sebagai “Tips” RA menyajikan intisari pidato pengukuhannya sebagai guru besar. Mudah-mudahan pembaca khususnya yang sudah tergolong Lansia dapat mengatur gizi sesuai dengan kebutuhannya agar para Lansia bisa menikmati masa tua dengan sehat dan sejahtera.RA
16. Drs. JUSAK WIDJAJA
Jusak adalah alumnus SMUK III Gunung Sahari angkatan 1975. Saat ini ia dipercayakan memangku jabatan General Manager yang membawahi + 150 karyawan pada PT Putra Surya Prima, salah satu anak perusahaan Dharmala Group. Selama masih di SMUK III ia ikut aktif dalam kepengurusan OSIS dan mengelola majalah sekolah “FSMA”. Di luar sekolah ia ikut serta dalam pelayanan seni pentas pada setiap perayaan gerejawi, juga sebagai guru Sekolah Minggu. Ini ditekuninya sejak tahun 1972 sampai sekarang di Komisi Anak GKI Gunung Sahari. Saat ini ia menangani bagian penelitian dan pengembangan Sekolah Minggu merangkap ketua umum panitia Natal Gereja tahun 1987. Di tempat kerjanya pun ia menghidupkan persekutuan doa. Yang pertama di PT Kalbe Farma, Wisma Antara dan Dharmala Group, ketika ia menjadi karyawan pada perusahaan tersebut. Sampai saat ini persekutuan itu masih terus berjalan. Bapak Jusak telah berkeluarga. Istrinya ternyata juga alumnus SMUK III bahkan teman sekelasnya. Keduanya menempuh masa perkenalan sebelas tahun lamanya sebelum naik ke jenjang pelaminan. Hobinya antara lain, menggambar, menyusun naskah drama, berdeklamasi serta menggubah puisi. Betapa mengharukan sajak karangannya sendiri yang dikumandangkan pada pelepasan jenazah Bapak Ateng dari RS St. Carolus (sajak tersebut telah dimuat dalam Berita KPS, edisi September ’87).
Ketika RA bertanya tentang kesuksesannya dalam memimpin baik di peerusahaan ataupun pelayanan di Ladang Tuhan. Ia menjawab, “Kedua hal itu erat sekali dengan kesuksesan saya yang mustahil dapat saya raih sendiri tanpa bantuan orang lain. Di atas semua itu penyertaan Tuhan sangat menentukan”. Dalam I Korintus 15:58 di tulis: “Berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak akan sia-sia”. “Ini nyatanya benar. Kemampuan-kemampuan berorganisasi, berbicara di muka umum, pendekatan, penguasaan diri, dan lain-lain saya peroleh ketika melayani di ladang Tuhan. Tanpa disadari semuanya itu telah menjadi berkat yang banyak membantu saya dalam bekerja. GURU-GURU TERCINTA Semua gurunya yang telah ikut berjasa membentuknya menjadi seperti sekarang ini, tak pernah lepas dari sanubarinya. Terutama Bapak Ateng almarhum, tanpa mengecilkan peranan guru-guru yang lain. Nama itu melekat erat dalam kenangannya sebagai guru yang dicintai murid-muridnya. “Beliau seorang guru yang berkepribadian mengesankan. Tak pernah mendendam, kalau marah kepada muridnya lekas sirna marahnya apabila murid yang bersangkutan sudah sadar akan kesalahannya”, ujarnya lagi. Meskipun sudah lama tak jumpa dengan Pak Ateng, hubungan batin dengan eks muridnya tak pernah luntur. Apabila suatu saat bertemu dengannya atau menerima kehadirannya seolah-olah terasa ada sentuhan manusiawi yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dalam segala situasi, seperti pesta pernikahan, acara berkabung, dan lain-lain, Pak Ateng pasti memerlukan hadir sehingga eks murid merasa sangat bahagia dan merasa kehadiran Pak Ateng sangat menghibur dan menggembirakan.
Masih terbayang peristiwa-peristiwa ketika masih jadi muridnya. Tergambar nyata betapa hubungan yang erat antara guru dengan sang murid. Suatu hari Pak Ateng tercinta akan digeser kedudukannya, tanpa ada yang mengkoordinasi, tanpa ada komando, para murid spontan mengadakan aksi protes. Juga ketika beliau menikahkan anaknya, banyak sekali murid-murid dan eks murid-muridnya datang. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa sentuhan hangat cinta sang guru masih tetap terasa oleh setiap eks muridnya? Terbayang saat perpisahan dengan Pak Ateng bersamaan dengan acara ulang tahun Gunsa yang ke 25 sekaligus reuni massal. KESAN DAN PESAN Untuk para guru BPK Penabur KPS Jakarta, Bapak Jusak menitip kesan dan pesannya, “Saya tidak bermaksud meremehkan peranan guru, tetapi saya melihat tugas sebagai guru cenderung karena profesi, bukan lagi sebagai panggilan”, tuturnya. Menurutnya, semua orang memang butuh uang, demikian juga guru. Namun tugas guru sungguh tugas yang mulia. Alangkah baiknya jika semua guru khususnya guru Kristen melakukan tugasnya sebagai suatu pelayanan, karena merasa sudah diselamatkan Kristus. Dengan demikian apa yang dilakukannya akan menjadi persembahan yang harum dan rasa syukur kepada Tuhan. Pada saatnya kelak para guru akan merasa haru, puas dan bahagia melibatkan jerih payahnya tidak sia-sia dan telah menghasilkan buah. Ini semua tidak dapat dinilai dengan uang semata-mata. Selain itu, menurutnya, citra pelayanan tampak lebih positif karena didasari motivasi yang murni. Hal ini akan membentuk semangat untuk melayani dalam diri murid-murid tersebut meneruskan tugas pelayanan itu, karena mereka sadar sudah dilayani oleh guru-guru mereka.
“Proses inilah yang terjadi dalam diri saya yang pernah dibesarkan dalam lingkungan yang kurang baik”, ujarnya penuh keyakinan. Rupanya, daerah pemukiman Bapak Jusak termasuk daerah hitam, boleh dikatakan tempat maksiat dan sarang penjahat, yaitu Planet Senen. Namun syukur kepada Tuhan, pendidikan sekolah Kristen dan Sekolah Minggu telah berjasa membentuk dirinya dalam pengenalan akan Yesus, sehingga ia tidak terseret ke dalam lingkungan kotor dan terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak baik. Tentunya pernan guru-guru itulah yang nyata-nyata berhasil. “Kini saya berkewajiban meneruskan tugas pelayanan yang diwariskan guru-guru saya. Terima kasih kepada bapak dan ibu guru, Tuhan pasti memberkati”. Jusak juga pernah melayani sebagai badan pengurus BPK Penabur KPS Jakarta tahun 1990-1994. RA
Dari Berita KPS Jakarta, tahun 1998 No. 3.
17. Pendeta Meitha Sartika, M.Th., M.Th.
Foto bersama dengan dosen/profesor penguji setelah mempertahankan tesis Master of Theology di Calvin Theological Seminary, Grand Rapids, Michigan, USA.
Tampaknya diri Meitha sudah lekat benar dengan BPK Penabur KPS Jakarta karena pendidikan formal dari jenjang TK sampai jenjang SMU ditempuhnya di sekolah-sekolah yang bernaung di yayasan ini. Tahun 1969-1975, ia menyelesaikan pendidikan di TKK I dan SDK I Pintu Besi. Tahun 1976-1979 menamatkan pendidikan di SMPK II (sekarang SLTPK II) Jalan Pembangunan. Tahun 1982 ia lulus dari SMAK I Pintu Air (sekarang SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta). Menjadi berkat bagi orang lain adalah tujuan hidupnya yang sudah terpatri dalam dirinya sejak berusia remaja, tepatnya ketika ia duduk di bangku kelas III SMPK II BPK Penabur KPS Jakarta. Di sekolah itulah ia mulai berperan serta secara aktif dalam pelayanan Tuhan melalui Kelompok Vokal. Suatu hari kelompok vokalnya menyanyikan lagu NKB 206 Mercu Kasih Bapa, "Let The Lower Lights Be Burning". Dalam lagu tersebut ada lirik-lirik berikut:
Rahmat Bapa trus bercahya dari menara tetap Kita di pantai menjaga suluh bagi laut kelam Agar yang dalam bencana, tidak jadi tenggelam Lirik terakhir dari lagu itu begitu menggugah hati Meitha. Bulatlah tekadnya untuk menjadi berkat bagi mereka yang berada dalam kesulitan, mereka yang berada dalam pergumulan, agar mereka tertolong. Maka setelah lepas dari SMAK I jurusan IPA, Meitha memilih Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta sebagai
tempat memperdalam ilmu dan mewujudkan tekadnya. Tahun 1987 ia menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar Sarjana Teologi (S.Th). Untuk menopang pelayanannya, ia terus melanjutkan pendidikannya. Tahun 1991, atas beasiswa yang diperolehnya, ia pun berangkat ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan pascasarjana di International Theological Seminary, Los Angeles, dalam bidang Perjanjian Baru (New Testament). Gelar M.Th (Master of Theology) diraihnya dari seminari itu pada tahun 1992 dengan mempertahankan tesis yang berjudul "Reexamining the Amillenial Interpretation of the Millenium in Revelation 20: 1 - 10". Kemudian ia mengambil lagi Master of Theology dalam bidang studi Teologi Sistematik (Systematic Theology) di Calvin Theological Seminary, Grand Rapids, Michigan, USA. Gelar M.Th (Master of Theology) pun bertambah lagi dari seminari itu setelah mempertahankan tesis berjudul "Stabley J. Samantha's Christology: A Christology in a Multireligious Society". Sudah empat setengah tahun Meitha menjadi dosen di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana. Mata kuliah yang diajarkannya adalah Inggris Teologia, Dogmatika Dasar (Prolegomena), Dogmatika Lanjutan (Eklesiologi), Pengantar Iman Kristen (PIK), Bahasa Yunani Dasar, Homiletika, Bimbingan Bacaan Skripsi dan Bimbingan Skripsi. Sebelum studi lanjut dan menjadi dosen, Meitha memegang jabatan Penatua Khusus di GKI Jawa Barat yang melayani di GKI Bungur Jakarta. Pada mulanya ia merasa berat hati untuk "pindah profesi" dari gembala jemaat menjadi dosen. Namun atas dorongan beberapa seniornya yang mengatakan bahwa ia sangat cocok untuk menjadi dosen, karena tugas sebagai dosen merupakan kesempatan menerapkan ilmu yang dimiliki sehingga ilmu itu sendiri dapat berkembang, maka akhirnya ia menyambut baik tawaran menjadi dosen di Fakultas Teologi UKDW. Lama-kelamaan menjadi dosen itu terasa menyenangkan juga bagi Meitha, walaupun ia tetap merindukan menjadi pendeta jemaat. Citacita menjadi pendeta itu telah diidamkan sejak ia masih remaja. Mungkin karena pengaruh model pendeta yang sangat dikaguminya
yaitu Pendeta Liely S.S., (pengerja GKI Samanhudi) seorang pendeta yang rendah hati dan berdedikasi tinggi. Pendeta Lielylah yang mengajari katekisasi. Pendeta Liely pula yang mengarahkan Meitha ketika ia memutuskan untuk masuk STT (Sekolah Tinggi Teologi) Jakarta. Masa jabatan sebagai pendeta utusan yang melayani di Universitas Kristen Duta Wacana berakhir per 1 Juli 1998. Tetapi hal ini masih menunggu kepastian dari hasil pembicaraan antara BPM GKI Jabar dengan Yayasan Duta Wacana. Dalam hatinya ia ingin kembali menjadi gembala jemaat semata-mata karena kerinduan untuk lebih dekat dengan jemaat-jemaat di GKI Jawa Barat. Sampai tanggal 30 Juni 1998 Meitha tentu saja masih berdomisili di kota pelajar Yogyakarta. Meitha lahir di Jakarta, bulan Oktober 1963, memiliki sikap yang selalu optimis dalam menghadapi segala persoalan yang sulit. Hal ini disebabkan ayat Alkitab yang selalu diingatnya dan menjadi ayat yang paling disukainya yaitu, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan padaku" Fil. 4: 13. Berenang adalah olahraga yang menjadi hobinya. Bihun goreng yang sedap adalah makanan kesukaannya. Meitha merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya kini. Ia mengucap syukur kepada Tuhan yang telah mempercayakan kepadanya hidup sekarang ini. Namun ia merasa selalu tertantang untuk meningkatkan kehidupan di masa-masa mendatang sesuai dengan apa saja yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Jika masih ada kesempatan ia ingin menjadi psikolog juga. Pernah ia menempuh pendidikan S-1 psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selama tiga semester. Waktu itu terputus karena ia harus menunggui ibunya yang sakit di Jakarta. Meitha mengakui bahwa ia belum menemukan pria pendamping hidupnya. Salah satu kriteria pria pendampingnya adalah yang pendidikannya kira-kira seimbang. Ia pun berprinsip jika memasuki pernikahan harus lebih mampu menjadi berkat. Waktu sendiri sudah
belajar menjadi berkat, tentu kalau sudah berdua seharusnya lebih menjadi berkat. Ibu Santi Tirtahadi berkesan di hatinya. Ia seorang guru yang sangat memperhatikan murid-muridnya. Meskipun Ibu Santi hanya dikenalnya melalui Sekolah Minggu, ia merasa sangat dekat dengannya. Demikian pula halnya dengan Ibu Tiu yaitu gurunya ketika Meitha duduk di kelas V SDK I. Ibu Tiu sangat disiplin dan keras. Di bawah bimbingan Ibu Tiu, Meitha pun menjadi juara kedua. Di SMPK II BPK Penabur KPS Jakarta, Ibu Bhe adalah sosok kepala sekolah yang sikapnya tegas dan disiplin. Ibu Bhe pun sangat dikagumi oleh Meitha karena ia sangat berwibawa, penuh perhatian terhadap murid-muridnya. Ibu Ina Yosia adalah guru agama yang bagi Meitha juga memberikan kesan tersendiri karena kemampuannya memberikan pelajaran agama dengan cara yang menarik. Guru-guru lainnya yang lekat pula di hati Meitha adalah Ibu Tan, Ibu Murni, Ibu Hana, Ibu Yuli, dan Pak Samedi. Bagaimana jejak nostalgianya di SMAK I? Guru yang paling mengesankan adalah Pak Tumilisar, pengajar Fisika. Guru-guru lainnya yang juga sangat lekat di hatinya adalah Bapak Wangsasaputra, guru Aljabar Analit yang ramah, sabar, dan lembut hati. Wali kelasnya yang paling mengesankan adalah Bapak Sofyan Wibisono (sekarang guru bahasa Inggris SMUK II BPK Penabur KPS Jakarta). Pelajaran yang bertumpuk dan sulit yang diperolehnya di SMAK I telah melatih mental Meitha agar senantiasa bekerja keras dan berjuang. Berdasarkan pengalaman pribadi Meitha, pendidikan yang diperolehnya di sekolah-sekolah Badan Pendidikan Penabur dirasakan benar-benar prima (the best). Kebijaksanaan pengurus BPK Penabur waktu itu yang memberi keringanan biaya pendidikan bagi Meitha tidaklah sia-sia. Oleh karena itu, ia mengimbau pengurus sekarang agar sungguh-sungguh bersikap bijaksana dalam menentukan jumlah uang yang harus dibayar oleh orang tua murid yang kurang mampu. Pendidikan yang baik memang mahal harganya. Namun diharapkan seseorang yang berpotensi tidak ditolak oleh Penabur karena alasan kurang mampu dalam finansial. Hendaknya sekolah-sekolah BPK Penabur tidak hanya menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak yang orang tuanya kaya saja, bagi anak-anak yang berpotensi, namun dari
keluarga kurang mampu jangan disisihkan. (BPK Penabur KPS Jakarta memang sudah bertindak bijaksana - Red). Demikianlah sekelumit kisah seorang alumnus SMAK I BPK Penabur KPS Jakarta yang terjun menjadi hamba Tuhan dan bertekad bulat agar senantiasa menjadi berkat. (RA).
18. Michael Helmy
Bakat alam, pendidikan dalam keluarga, bekal ilmu dari SMPK, SMEAK BPK PENABUR KPS Jakarta menjadi fondasi bangunan jembatan ke puncak sukses Tiga tahun di SMPK II dan tiga tahun di SMEAK BPK Penabur sungguh nostalgia yang manis bagi Michael Helmy. Ia lulus SMEAK pada tahun 1976. Namun ia tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Ia langsung terjun menekuni karier yang sesuai dengan bakat alam yang dimilikinya yaitu membuat penampilan seseorang menjadi tampan atau cantik. Sejak kecil ia gemar melukis, gemar kerapian, gemar membuat prakarya dalam aneka komposisi warna. Waktu duduk di bangku SMPK lukisan hasil goresan tangannya ada yang dipajang di kantor kepala sekolah. Hal ini tentu saja membuatnya bangga. Darah seniman yang mengalir di tubuhnya inilah rupanya yang sangat menunjang kesuksesan Michael dalam profesi di bidang tata rias rambut dan wajah. Di Jakarta ini ia memiliki tiga Salon Kecantikan. Pusatnya di Mangga Besar. Cabangnya di Jln. Tanjung Duren dan di Jln. Wahid Hasyim (perempatan Menteng). Pelanggan salonnya banyak. Ia merasa yakin akan kemampuan diri dan stafnya. Model dibuat oleh Michael dan stafnya membantu mengeriting dan blow. Ia berkecimpung dalam bidang ini sejak tahun 1979. Ia menimba ilmu tata rias rambut dan wajah dari Rudi Suwarno, Fauzan Ramon dan Benjamin . Ia memperdalamnya di luar negeri tahun 1981-1985 yaitu di Singapura, Bangkok, Hongkong, Los Angeles, Canada, Paris, London, Jerman dan Belanda. Pada awal September 1991 tepatnya tanggal 9 dan 10 September ada kongres International Congres Desainer (ICD) di Paris. Michael akan menghadiri kongres tersebut mewakili Indonesia. ICD adalah organisasi persatuan penata rambut sedunia. Pusatnya di Paris. Presiden direktur ICD di Indonesia adalah Rudy Hadisuwarno. Michael Helmy banyak pengalamannya sebagai juri berbagai kontes di Singapura, Hongkong dan Korea. Sedangkan di Jakarta belum pernah
jadi juri kontes. Kegiatan yang dilakukannya di samping mengelola ketiga salonnya itu, ia menjadi anggota staf pengajar Sekolah Pengembangan Pribadi dan Modeling di Jakarta Tower , dan profesi membuat sket guntingan, sanggul, design wajah untuk mengisi majalah. Oleh karena itulah ia mengatur jadwal kerjanya sedemikian rupa sehingga waktu dalam seminggu dapat menempatkan dirinya di empat tempat dengan teratur dan lancar. Michael seorang wiraswastawan yang menyerap tenaga kerja 65-70 orang di tiga salon yang dimilikinya itu. Kesuksesan yang diraihnya dalam bidang bisnis diakuinya dengan tulus bahwa ia memperoleh dasar kuat dari pelajaran-pelajaran yang ditekuni di SMEAK antara lain ilmu menjual, ekonomi, manajemen, tata buku dan bahasa Inggris. Kenangan indah di SMEAK menghiasi lembaran hidupnya. Ia menjadi murid teladan, tak pernah dihukum guru, akrab dengan guru dan kawan. Keluarga Michael mendidik disiplin dan lingkungan sekolah memperkuat disiplin pribadinya. Ia bukan anggota Ikatan Alumnus BPK Penabur KPS Jakarta dan belum pernah hadir dalam reuni. Oleh karena itu tak heran suatu ketika ia mendapat langganan yang pernah satu sekolah dengannya bahkan pernah satu kelas tetapi Michael tidak kenal padanya. Bukannya sombong, melainkan karena ia jarang bertemu temantemannya yang dulu. Setelah tahu bahwa klien itu ternyata teman lama maka serulah dialog nostalgia mengungkap masa-masa lalu. Sebagai guru modeling Michael merasa bangga bila ada muridnya yang lulus. Itulah sebabnya ia sendiri bertekad agar dapat membuat guruguru yang pernah mengajarnya di TK, SD, SMP, SLA bangga akan Michael yang sukses dalam kariernya. Michael sering memberikan ceramah. Di antaranya di Sempati Airlines, PT Gudang Garam, dan Astra. Ia juga membuka Beauty Class. Pesertanya cukup banyak berkisar antara 30-70 orang. Michael beragama Katholik. Ia tidak pernah melupakan berkat dan talenta Tuhan yang diberikan kepadanya meskipun ia jarang ke gereja.
Dia turut berdoa semoga BPK Penabur KPS Jakarta, almamater yang dicintainya, tetap jaya mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana untuk mencetak siswa yang berhasil dalam karier profesinya. Siapa saja yang berminat untuk mempercantik diri, menata rambut/wajah dan sekaligus membuktikan kebolehan Michael, silakan datang ke Salonnya yang terdekat. Bukan promosi, lho! Untuk para siswa ada Student discount from service fee. Untuk guru dan karyawan? Wah bawalah uang yang cukup. Sekali-kali boleh coba. RA
19. Drs. Reggie Harjadi
Gunakan talenta dalam bentuk karya nyata...... Drs. Reggie Harjadi bukanlah orang yang memandang dirinya sendiri begitu besar sehingga terjebak ke perasaan bahwa dirinya begitu mutlak diperlukan. Ia begitu menyadari bahwa dirinya hanyalah salah satu dari jutaan orang. Bila dibandingkan dengan kekuatan alam, kebesaran ruang, keluasan laut, kekuatan angin, ia sadar bahwa manusia hanya sebuah titik, sehelai jerami, sehelai daun yang sebentar akan layu dan kering. Tetapi karena manusia diciptakan oleh Tuhan secitra dengan gambar-Nya, maka manusia diberi wewenang untuk mengatur alam serta isinya. Dengan menyadari realitas hidup ini, Drs. Reggie menerima tawaran untuk duduk dalam salah satu jabatan kepengurusan BPK Penabur KPS Jakarta. “Sebagai manusia yang telah diberi talenta adalah wajar kalau kita membaginya dalam bentuk karya nyata bagi sesama”, ujar Drs. Reggie kepada Reporter Anda. Menurut Drs. Reggie bahwa setiap orang bila mempunyai waktu dan kesempatan untuk mengabdikan dirinya, janganlah segan-segan untuk memulainya. Hal tersebut dibuktikan dari kenyataan dirinya sendiri. Ia menjabat sebagai ketua RT. Begitu pula di lingkungan gerejani, Drs. Reggie sekarang duduk sebagai tua-tua bidang Oikmas GKI Surya Utama, Sunrise Garden, sebelumnya sebagai Bendahara I selama 3 (tiga) tahun. “Dari pengalaman ini saya tidak ragu-ragu untuk mengabdikan diri di kepengurusan BPK Penabur KPS Jakarta”, ujar Drs. Reggie yang menamatkan SMAK I nya tahun 1964 ketika itu salah satu gurunya Christine Liem. Filsafah hidup Bapak Reggie begitu sederhana. Senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas berkat yang diberikan dan mengabdikan diri demi kepentingan sesama. Keluarganya pun di didik dalam nilai-nilai luhur kristiani. “Terutama ketika mereka masih kanak-kanak harus berdoa sebelum makan dan tidur”, kata Drs. Reggie bapak dari dua putri yang masih di SDK dan TKK. Waktu santai biasanya digunakan untuk berenang bersama keluarga. Hobi lainnya adalah khusus memelihara
ikan koki di akuarium. “Bila sedang penat, memandang ikan yang sedang berenang tenang, kita pun akan terang pikiran”, katanya sambil tersenyum. Tokoh idola Drs. Reggie adalah Presiden USA John F. Kennedy. Salah satu filosofi dari Kennedy yang begitu disenangi oleh Drs. Reggie adalah “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepada Anda, melainkan pertanyakan sendiri apa yang Anda berikan kepada negara”. Dalam perjalanan kariernya benar-benar ia rintis dari bawah. Ibarat dunia militer Drs. Reggie masuk dengan pangkat tentara. Sekarang menduduki jabatan direktur di PT Inter Pacific Financial Corp. “Saya berterima kasih kepada Tuhan atas segala hasil yang saya capai sekarang”, ujar Drs. Reggie terharu. Reggie berharap dalam jabatan baru ini, sebagai bendahara I BPK Penabur KPS Jakarta kiranya dapat saling mengerti dan bekerja sama dengan baik dengan rekan. Kepada para guru, Drs. Reggie benar-benar respek kepada pengabdian mereka. “Saya berterima kasih kepada para guru. Ayah dan adik saya pun berjabatan guru”, ujar Bapak Reggie. Semoga dengan kehadiran Drs. Reggie di kepengurusan yang baru di BPK Penabur KPS Jakarta membawa angin segar kepada guru dan seluruh jajaran karyawan BPK Penabur KPS Jakarta. Semoga. RA
20. Richard H. Wirawan Wakil Ketua Bidang Personalia BPK Penabur KPS Jakarta
Dikutip dari Majalah Penabur tahun 1997 Kali ini kami mengetengahkan sosok Wakil Kepala Bidang Personalia BPK Penabur KPS Jakarta, yaitu Richard H. Wirawan. Ia seorang yang setia kepada almamaternya, karena ia alumnus BPK Penabur. Ternyata istrinya (Grace) juga. Bagaimana dengan kedua putranya? Mereka juga alumnus BPK Penabur KPS Jakarta, mengikuti jejak ayahbundanya, semua dari SMUK II BPK Penabur KPS Jakarta. Pelayanan yang telah dilakukannya dan masih berlanjut sampai saat ini antara lain sebagai tua-tua bidang Oikmas bagian Poli-klinik dan Biro Hukum GKI (W) Jabar Saman-hudi sejak tahun 1975. Ketika itu GKI Samanhudi masih di Jalan Kelinci. Ia sering ter-pilih ulang sebagai tua-tua. Pelayanan sebagai majelis tetap disandangnya sampai sekarang. Ia aktif di BPK Penabur KPS Jakarta tahun sejak 1978-19821984-1994-sampai sekarang. Men-jadi anggota Perkumpulan RS Husada sejak tahun 1978. Semua pelayanan itu telah dijalaninya sekitar 21 tahun lamanya. Banyak sukaduka, banyak pengalaman unik yang menarik selama pelayan. Yang paling ber-kesan baginya adalah bila mendapat tugas, ia dapat melaksanakannya dengan baik. Richard H. Wirawan tertarik terjun ke dunia pelayanan disebabkan oleh dorongan rasa syukurnya kepada Tuhan yang senantiasa memberikan berkat. Ia merasa dalam usaha/pekerjaan dapat melakukannya dengan baik. Dalam keluarga dapat berkomunikasi dengan baik antara dirinya, istrinya dan kedua anaknya. Putranya yang pertama yaitu Eric Wirawan kini kuliah di Trisakti jurusan Desain Grafis, anaknya yang kedua Ivan Wirawan kini kuliah di Untar jurusan Ekonomi. Hal ini tiada lain adalah berkat Tuhan, penyertaan Tuhan. Melalui pelayanan inilah ia mewujudkan pengucapan syukurnya kepada Tuhan.
Pelayanan yang dilakukannya didasarkan kepada Tuhan. Oleh karena itu apabila ada ketidaksesuaian paham dengan rekan atau pimpinan ia tidak akan marah, ia menganggap hal itu wajar dan tujuan pelayanannya semata-mata untuk melayani Tuhan. Pelayanannya pun akan terus dilanjutkannya dengan penuh tekad, gembira, tanpa beban. Tujuan hidupnya atau falsafah hidup yang dipegang teguh adalah membantu sesama yang mengalami kesulitan dan kekurangan agar mereka dapat mengatasinya. Tujuan hidupnya ini memang terbukti. Ketika ia menjabat tua-tua di GKI Samanhudi bagian personalia, ia sangat disukai karyawan karena perangainya yang amah, dan arif bijaksana. Sekarang ia menjabat Wa-kil Kepala Bagian Personalia di BPK Pena-bur KPS Jakarta, jabatan tersebut merupakan tugas yang sesuai dengan tujuan hidupnya menolong sesa-ma memperoleh kesejah-teraan. Semua yang namanya pendeta sangat dikagumi-nya karena pendeta itu dituntut melayani tanpa mengenal waktu. Namun sebagai manusia biasa, pendeta pun tidak pernah luput dari kekurangan dan kelebihan. Tak ada gading yang tak retak. Salah satu ayat Alki-tab yang paling meresap dalam sanubarinya adalah Filipi 4: 6, “Janganlah hendaknya kamu kha-watir, tentang apapun, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Soal hobi, tenislah olahraga yang paling disukainya. Lebih-lebih lawan latih tandingnya (sparing partner) istrinya yang dicintai. Pernah mengikuti kejuaraan, namun terbatas hanya kejuaraan antargereja. Hewan yang disukainya adalah anjing. Mungkin karena kesetiaan hewan jenis itu yang membuatnya suka. Tentang makanan favorit. Wah boleh dikata ia termasuk pencicip aneka makanan. Ia menga-takan Tuhan memberikan berkat kepadanya se-hingga mengetahui cara menikmati semua jenis makanan. Selain itu ia mendapat pendamping hidup yang pandai sekali memasak. Siplah jadi-nya.
Dari dahulu sam-pai sekarang, ia merasa puas dengan segala reze-ki yang dianugerahkan Tuhan. Setiap hari ia berdoa, mengucapkan puji syukur atas segala hikmat yang diberikan Tuhan itu. Berbahagialah seorang Kristiani yang mempunyai pegangan hidup karena Tuhan merangkul mereka yang percaya dan berserah diri kepada-Nya. Itulah ucap-an Richard H. Wirawan dalan mengakhiri wawancara sebagai kesan dan pesan yang disam-paikan untuk pem-baca berita PENABUR. RA o
21. Ir. SANTOSO GONDOWIDJOJO, Gd. Mus.
Dikutip dari Majalah Berita KPS Jakarta tahun 1990 Hampir 200 lagu diciptakan olehnya Mungkin jarang ada orang yang punya keahlian lebih dari satu. Apalagi kalau dua ilmu itu berbeda dalam jark yang longgar. Justru ini yang dimiliki oleh Ir. Santoso gondowidjojo. Ia seorang arsitek, yang masuk dlaam rumpul ilmu eksakta, tetapi ia pun seorang penggubah lagu-lagu rohani. Sungguh ironis dalam dirinya ada "dua jiwa" yang satu bersifat keras dan kokoh sedang lainnya bersifat halus dan lembut. Lagu rohani yang diciptakannya sudah hampir dua ratus lagu. Ia mulai menggubah lagu rohani sejak masihduduk di bangku SMPK II kelas satu. Napas kristiani mulai menjalar dalam kehidupan Ir. Santoso ketika ia masih teramat belia yaitu di Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Lanjutan Atas. Santoso kecil menghabiskan semua pendidikan dasarnya (mulai TK - SLA) di lingkup sekolah Kristen BPK Penabur KPS Jakarta. Ia tamat dari SMUK III. Sedangkan gelar sarjana tekniknya ia raih di Universitas Tarumanegara. ia mendalami pendidikan ke luar negeri dan mengambil Master dalam bidang musik. Menurut pengakuan Ir. Santoso bahwa bakat mencipta itu baru terungkap jelas ketika menjadi anggota remaja di GKI Samanhudi. Ia
sering memimpin teman-teman menyanyi dalam kebaktian atau pun sebagai pemain organ atau piano pada kebaktian hari Minggu. "Dalam menciptakan lagu rohani saya sering mendapat inspirasi dan pengalaman nyata atau pun dari ayat-ayat Alkitab yang begitu manis dan lembut. Setelah saya mendapatkan syairnya lalu saya hubungkan dengan not sehingga ada keserasian lalu mencoba menyanyikannya. Sesudah itu saya pendam lagu baru itu selama dua atau tiga hari. Dinyanyikan lagi, bila terasa serasi di telinga baru saya mencoba membawakan lagu itu di gereja atau pun kebaktian", cerita Ir. Santoso kepada Reporter Anda. Lagu-lagu yang diciptakannya sudah cukup terkenal, seperti Yesuslah Musikku, Musikmu dan Musik kita yang digunakan pada saat penyegaran Komisi Musik GKI Samanhudi sebagai teman. Menurut Ir. Santoso kesanggupan itu adalah suatu ANUGERAH karena dalam waktu satu jam ia mampu menciptakan lagu teman tersebut. Lagu YESUSLAH Musikku, Musikmu dan Musik kita akhirnya dirangkaikan dan digunakan dalam operete besar dalam rangka hut YASDI yang bertemakan, "Puji Tuhan Hai Semua Bangsa". Juga banyak lagu yang digubahnya dinyanyikan pada waktu penyegaran iman. Untuk lagu rohani ia tak pernah menolak memberi bantuan bila ada yang meminta menggubahkan untuk suatu kegiatan. Seperti waktu Kamp. Mahasiswa Nasional yang beragama Kristen, ia diminta menyiapkan satu lagu. Dengan senang hati permintaan mereka dipenuhi. Kita tentu masih ingat ketika BPK Penabur KPS Jakarta beberapa tahun yang lalu menyelenggarakan pagelaran "Pelangi kasih" dan "Simfoni Emas". Ir. Santoso menjadi penata tari dan aransemen musiknya. Menurutnya penyajian dapat melalui khotbah, ceramah juga melalui musik. Banyak yang menemukan Tuhan melalui musik, serta bertobat dan menyerahkan diri lalu mengikut Tuhan. Ayat favorit dari Ir. Santoso Gondowidjojo ialah matius 6:33 yang berbunyi, Carilah dahulu kerajaan Allah maka semua akan diberikan kepadamu. "Ayat ini saya senangi karena menunjukkan kuasa dan kemurahan Tuhan kepada orang yang percaya", cerita Ir. Santoso yang
selalu terkenang akan mantan gurunya ketika masih di SMPK II yaitu Ester Susanto (Bhe Liem Nio). Menurut Ir. Santoso, Bhe Liem Nio itu orangnya penuh kasih dan tegas. Baginya dia adalah sebagai ibunya sendiri di sekolah. Oleh karena itu sesudah tamat SMP pun sekali waktu ia jenguk guru kesayangannya di rumahnya. Ir. Santoso G. menikah dengan Astuti, M. Com. (alumnus SMUK I) pada tanggal 9 Desember 1989 dan sudah mempunyai dua orang anak. Pada tahun 1990 Ir. Santoso Gondowidjojo meraih gelar graduate in Musik di Australia. Semoga apa yang dicita-citakan Ir. Santoso dapat tercapai. RA
22. Drs. Stephen Satyahadi
Bernostalgia ke masa-masa remaja menilik titian karier di awal mandiri menuju sukses “Benar! Jangan tutup tabungan Anda, bila bank Anda memberikan layanan telebanking 24 jam, layanan ATM di 24 lokasi strategis, dan layanan on line untuk menyetor dan menarik dana di semua cabangnya, plus bunga yang menarik. BILA TIDAK, cobalah FLEXI SAVE, tabungan yang memberikans emua layanan yang Anda butuhkan”. Demikianlah ucapan Drs. Stephen Satyahadi setiap kali muncul ditayangkan iklan Bank Universal di RCTI, karena itu masyarakat luas, khususnya pemirsa RCTI, tidak asing akan wajah Presiden Direktur Bank Universal ini. Ia memegang jabatan Presdir sejak tahun 1988. Sebelumnya menjabat direktur di bank yang sama sewaktu bernama Bank Perkembangan Asia. Perjalanan karier dan kesuksesan yang dicapainya di bidang perbankan sangat ditunjang oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya. BPK Penabur KPS Jakarta wajar jika turut berbangga karena mempunyai andil juga dalam menempa jiwa dan kepribadiannya tatkala ia masih belia, masih remaja tanggung. BPK Penabur adalah tempat Stephen menuntut ilmu. Pada tingkat SLTA. Ia lulusan SMAK III, Gunung Sahari pada tahun 1962. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Akuntansi. Lulusan Sarjana Ekonomi tahun 1969. Kariernya di dunia perbankan berawal di Bank of Tokyo di bagian Transfer dan Current Account Department. Kemudian pindah ke Citibank. Dalam kurun waktu sepuluh tahun kariernya semakin menanjak. Dari Clerical, Executive Trainee, Assistant Manager naik menjadi Manager dan naik lagi menjadi Assistant Vice President. Tahun 1980 sampai dengan tahun 1985 ia menjabat General Manager Finance & Corporate Treasurer di PT ASTRA INTERNATIONAL. Astra Group waktu itu dipimpin oleh William Soeryadjaya. Bank Perkembangan Asia yang dalam keadaan collapse, dibeli oleh keluarga William Soeryadjaya pada tahun 1986. Stephen diserahi tugas menjadi Direktur di bank itu. Ia berhasil menjadi tabib bank yang
menyembuhkan Bank Perkembangan Asia terlepas dari himpitan sekarat dan dapat hidup kembali. Pada tahun 1988 Stephen Satyahadi dipercayakan menjadi Presiden Direktur. Pada tahun 1990 Bank Perkembangan Asia merger dengan Bank Kredit Universal (Ex Bank Marannu) melahirkan nama baru yaitu Bank Universal. Menjadi Presiden Direktur Bank Universal yang cabang-cabangnya di jakarta sja sudah lebih dari dua belas dan seluruh Indonesia 32 cabang, tentulah bukan tugas yang ringan. Ia harus memadukan berbagai watak para pegawai yang berada di bawah pimpinannya yang berjumlah sekitar 1400 karyawan, agar mereka dapat diarahkan dan dapat bekerja sama dalam suasana harmonis sehingga perusahaan menjadi semakin maju dan berkembang. Suka dan duka sudah barang tentu dialaminya. Banyak masalah yang harus dihadapi. Biasanya masalh itu paling jitu membuat stres. Masalah itu tidak hanya yang berasal dari hal-hal berkaitan dengan bank tetapi juga banyak masalah yang berkaitan dengan perpajakan, pengadilan dan sebagainya. Bahkan goncangan-goncangan hebat dari luar seperti terjadi tatkala Astra mengalami masalah, maka iapun mengalami keprihatinan. Seperti diketahui Bank Universal adalah bank yang pemiliknya adalah PT Astra International. Dalam megatasi masalah yang membuatnya stres itu, ia selalu memisahkan urusan kantor dengan urusan rumah tangga. Ia memanggil rapat untuk memecahkan segala masalah dan membuat perencanaan. yang paling penting ialah berdoa memberitahu setiap masalah kepada Tuhan dan meminta bimbingan-Nya agar ia mendapat petunjuk-Nya sehingga dapat bertindak bijaksana dan senantiasa bersyukur pula kepada-Nya. Fasilitas apa sajakah yang dapat dinikmati oleh badan pengurus, guru dan karyawan BPK Penabur KPS Jakarta bila menjadi nasabah Bank Universal? Bank Universal memberikan layanan telebanking 24 jam. Nasabah bisa melakukan transaksi perbankan sambil menikamati “Candlelight Dinner” cukup dengan menekan tombol telepon. Layanan perbankan modern Universal telebanking ini menggunakan sistem komputer terpadu dan canggih. Ini merupakan sarana yang lengkap untuk nasabah misalnya untuk memantau saldo rekening, mengetahui 3 debit dan 3 kredit terakhir, mendapatkan informasi fasilitas kredit, mentransfer dana untuk penerbitan Deposito Universal, mentransfer
dana untuk pembayaran Astra Card, mentransfer dana untuk menerbitkan Flexi Deposito, mentransfer dana antara rekening yang dimiliki oleh nasabah sendiri, meminta salinan statement, meminta buku cek dan bilyet giro. Tujuh hari seminggu dalam 24 jam para nasabah Bank Universal dapat memperoleh informasi penting tentang tingkat suku bunga, produk atau layanan baru dengan hanya menekan tombol telepon 5220540. Para nasabah yang memiliki Universal Card dapat menarik dana dengan mudah melalui ATM 24 jam, melakukan pemantauan rekening flexi save bahkan melakukan transaksi aman dengan sistem on line real time. Bank Universal juga memberikan layanan rekening koran dalam mata uang dollar Amerika yaitu Flexidollar, nasabah diberi bunga menarik yang diperhitungkan dari saldo rata-rata harian, makin tinggi saldonya, makin besar pula bunganya. Para nasabah yang membuka Flexi Deposit Bank Universal bebas memilih sendiri jangka waktu yang dikehendaki mulai dari 32 hari sampai dengan waktu yang tidak terbatas pada jangka waktu yang umumnya berlaku. Juga tersedia fasilitas Automatic Roll Over bila deposito akan diperpanjang secara otomatis. Pria yang lahir di Jakarta tanggal 13 Juni 1943 ini menikah dengan Irene Riawati Adisubrata. Tuhan telah menganugrahkan tiga putra (The Three Musketiers). Yang sulung bernama Martin Purbaya Satyahadi umur sudah 18 tahun. martin lulusan Judson School di Arizona, Amerika. Saat ini ia sudah duduk di bangku Universitas Seattle. Putranya yang kedua bernama Ramin Syailendra Satyahadi (16 tahun) dan yang bungsu bernama Reyhan Yudistira Satyahadi (15 tahun) kedua-duanya bersekolah di Singapore. Di samping pendidikan sekolah, putra-putranya dibekali keterampilan lain. mereka diarahkan untuk menguasai seni musik, belajar piano dan gitar dan pernah dikursuskan menyanyi di Bina Vokalia pimpinan Pranadjaya. pada mulanya mereka menolak dan marah-marah. Namun sekarang mereka merasakan manfaatnya. Mereka juga diarahkan untuk menguasai berbagai cabang olahraga: tennis, berenang dan Tae Kwondo. Berkat keterampilan tambahan tersebut Martin dikenal luas di lingkungan sekolahnya di Amerika dan Ramin di Singapura. Pada
waktu ada acara-acara khusus mereka sempat memperlihatkan kebolehannya. Hal ini sangat membanggakan orang tuanya. Stephen Satyahadi menyekolahkan putra-putranya di luar negeri bukan karena beranggapan studinya akan lebih terjamin mutunya melainkan atas permintaan mereka sendiri. Keluarganya senantiasa memanfaatkan waktu libur untuk bertamasya bersama di dalam negeri dan kadang-kadang ke luar negeri. Pada tahun 1984 Stephen pernah menjabat bendahar PH BPK Penabur KPS Jakarta dan sering bertugas keliling: ke Tasik Malaya, Cibadak, Cirebon, Rengas Dengklok, Metro Lampung dan lain-lain. Ia bercerita tentang masa remajanya di SMAK III. Ia mengalami kepemimpinan dua kepala sekolah yaitu: Ang Liem Tjiang. Kepala Sekolah ini terkenal galak sehingga murid-murid menjulukinya “Kenpetai”. Kemudian digantikan oleh Ateng. guru yang paling berkesan di hatinya ialah Christine Liem karena ia kalau berdoa atau ngomel “nyerocos” dalam bahasa Inggris. Sungguh berkesan dan tak terlupakan. Tan Yoe Tie juga guru yang jadi idolanya. Ia mengajarkan Tata buku. Ia terheran-heran murid-muridnya yang masih kelas II ternyata pintar dalam pelajaran tata buku sehingga lulus dengan nilai tinggi tetapi acuh tak acuh saja sikapnya. Tan Yoe Tie tidak mengetahui rahasianya yaitu pada umumnya murid sudah les Bond A dan B di luar sekolah. Yang tidak kalah kesannya ialah guru Sejarah. Seperti umumnya guru tempo dulu kalau mengajar di muka kelas menyajikan pelajaran sambil mendongeng. Buku harus dibaca di rumah. Guru menerangkan menggunakan alat-alat peraga yang menarik, menerangkan gambar dan peta. Cara mengajar seperti inilah yang disukainya karena semua informasi yang disajikan guru langsung masuk di kepala. Ia pun teringat akan cerita anaknya tentang guru sejarahnya di Amerika. Kalau anaknya berlibur ke Indonesia banyak ceritanya tentang belajar di sana. Gurunya sering mendongeng di depan kelas. Waktu testing boleh buka buku. Kadang-kadang murid dibawa ke sidang DPR untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana
jalannya sidang. Alat-alat digunakan sangat efektif.
peraga
dan
media
pendidikan
yang
Anaknya yang bersekolah di Singapura juga banyak ceritanya tentang sistem pendidikan dan pengajaran di sana yang merupakan masukan yang baik bagi kita. Guru di Singapura tugas dan kewajibannya mirip dengan karyawan kantor biasa. Honornya juga baik. Mereka tak segansegan mengeluarkan uang untuk meningkatkan kemampuan diri. Guru mengajar murid benar-benar menumpahkan ilmu pengetahuannya. Guru menjadi sumber ilmu yang memancar terus, tak pernah kering. Itulah salah satu daya tarik guru untuk menggairahkan semangat murid belajar. Sebagai alumnus BPK Penabur KPS Jakarta, Stephen tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada para pengurus Yayasan, para Kepala Sekolah, para Guru dan Karyawan yang pernah mendidik, memberikan bimbingan dan ajaran kepadanya. Ia juga berpesan agar dalam menempuh karier harus banyak latihan dan usaha peningkatan kemampuan supaya wawasan kita semakin luas. RA
Dari Berita KPS Jakarta, tahun 1998 No. 4. 23. Ir. Sudarma Hendradi Kali ini kami tampilkan Ir. Sudarma Hendradi, satu di antara sekian banyak alumni. Ia tidak pernah melupakan almamater-nya meskipun sekarang berkedudukan sebagai direktur di dua perusahaanya itu PT METAKOM PRANATA DAN PT EPCON PRIMA GUNA. Masa sekolah adalah masa yang paling indah. Pendidikan ditempuhnya di SDK Kudus, SMPK Kudus, SMPK II Pembangunan, SMAK I Pintu Air, Universitas Trisakti jurusan Teknik Elektro. Jejak-jejak nostalgia pun terukir di sana. Yang paling berkesan tentu ketika di SMAK I. Pergi ke sekolah naik sepeda tidak merasa rendah diri. Pergaulan cukup luas terutama di kalangan siswa penggemar voli dan sepakbola. Sungguh ia merasa bangga dan bahagia sebagai siswa SMAK I. Sejumlah guru bersingkatan nama lekat akrab dalam kenangannya diantaranya Bapak Gouw, Bapak Anton, Bapak Darmaji, Ba-pak OT, Ibu LWS. Mereka adalah guru-guru yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepadanya. Tahun 1971 ia lulus dari SMAK I dan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk menggapai cita-cita yang kini sudah teraih. Pria kelahiran Semarang bulan September 1951 itu mengelola dua perusahaan. Sebelumnya, tepatnya sejak tahun 1976 ia bekerja di perusahaan kontraktor milik USAKTI, kemudian tahun 1981 pindah ke perusahan konsultan Mechanical Electrical sampai tahun 1995. Menurut pengakuannya pada mula-nya sama sekali ia tidak berniat untuk terjun menjadi wiraswastawan (entrepreneur). Ia lebih suka menjadi profesional. Rupanya Tuhan menentukan lain. Kedua perusahaan yang dikelolanya itu yang satu yaitu PT Metakom Pranata adalah sebuah biro konsultasi mekanikal dan elektrikal dan yang lainnya yaitu PT Epcon Prima Guna bergerak di bidang rekayasa (engineering) dan konstruksi (construction) mekanikal dan elektrikal. Saat ini karyawannya di dua perusahaan tersebut ada sekitar tujuh puluh orang. Jumlah tersebut memang relatif kecil bila diban-dingkan dengan
perusahaan lain, tetapi ia merasa cukup dengan kemampuan yang ada membentuk satu kelompok kerja yang kuat. Terbukti dalam keadaan krisis mo-neter seperti sekarang ini, perusahaan manapun terguncang dan tidak terkecuali perusahaan yang dikelolanya. Oleh karena itu ia bersama kelompok kerja di kantornya berupaya untuk bertahan selama mungkin agar dapat bangkit lagi bila keadaan sudah kembali normal. Sampai saat ini belum ada karyawannya yang terkena PHK. Dalam menyelesaikan proyek ia sangat bahagia bila hasil pekerjaannya dapat memuaskan pelanggannya. Kelelahan, kekesalan, dan ketegangan yang dirasakan selama bekerja, akan sirna seketika terbayar oleh kepuasan pelanggan yang sulit bila dinilai dengan materi. Ia merasa memperoleh keuntungan ganda dari hasil kerjanya. Selain keuntungan berbentuk materi yang akan dipakai untuk menghi-dupi perusahaan, juga keuntungan non materi yaitu kemitraan dari para pelanggan yang terpuaskan. Hal itu menjadi suatu daya tarik perusahaan yang dikelo-lanya. Sebagai pimpinan ia merasa bahagia bila mendapat dukungan sepenuh hati dari seluruh staf karyawannya dalam upaya menyelesaikan dengan sebaik-baiknya proyek-proyek yang dikerjakan. Tentu saja hasilnya dipergunakan untuk kebersamaan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga besar perusahaannya tanpa kecuali. Ia merasa bahagia tiada tara bila para anggota stafnya bahagia menikmati hasil kerja kerasnya. Itulah gambaran pengalaman yang menarik bagi dirinya. Dari hasil karya kedua perusahaan di Jakarta tersebut antara lain: Fashion Cafe, Cristal Jade Restaurant, Four Season Apartment, Office Building JAMSOSTEK. Sulit diucapkan dengan kata-kata tentang perasaan bahagia sebagai seorang pemimpin yang keberadaannya sangat berarti dan dibutuhkan bawahannya. Ia mengalami hal itu bila berkesempatan mengadakan rekreasi bersama para karyawannya dengan keluarganya yang secara keseluruhan berjumlah 150 sampai 250 orang. Ia dapat membayangkan betapa perasaan seorang pemimpin lain yang karyawannya mencapai ribuan orang. Di situlah perasaan dibutuhkan itu akan menjadi pemacu semangat untuk terus, terus, dan terus berkarya. Bagi dirinya lebih baik berkualitas daripada
berkuantitas. Meskipun "kecil" perusahaannya tetapi terjamin kesejahteraan karyawannya. Small But Beauty adalah semboyannya. Sudarma Hendradi memiliki tujuan hidup dan falsafah hidup ingin menjadi orang yang kelak selalu dikenang oleh anak-istri serta kawan-kawannya sebagai orang yang menyenangkan bagi orang lain, ia ingin membagikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitarnya dapat merasakan dan menikmati hidup ini. Jalan ke arah itu memang sulit tetapi ia merasa yakin membahagiakan orang lain merupakan sesuatu yang sangat indah. Dalam bidang kegemaran olahraga, dulu ia bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis. Ia menekuni hobi bulutangkis sejak ia tinggal di Kudus. Pemain bulu tangkis idolanya antara lain Erland Kops, Fin Kobero, Tan Yoe Hok, Rudy Hartono. Oleh karena di sekolah tidak ada kesempatan yang banyak untuk menekuni hobi olahraga bulu tangkis maka ia beralih main bola voli. Lama kelamaan ia menyadari bahwa sarana dan bakat yang dimilikinya untuk menjadi pemain yang tangguh terasa kurang. Dalam pertandingan ia hanya masuk sebagai pemain cadangan. Oleh karena itu sejak ia studi di universitas semua kegiatan olahraga itu hanya sebagai pengisi saat senggang. Bapak Emil Salim merupakan sosok tokoh yang dikaguminya. Menurut pendapatnya wajah Bapak Emil senantiasa mencerminkan kedamaian, orangnya berpenampilan tenang. Meskipun ia tidak begitu kenal secara dekat dengan Emil Salim tetapi orang seperti Emil itulah yang disukainya. Dulu ia suka memelihara anjing. Sekarang memelihara anjing hanya sekedarnya saja supaya kalau anjing peliharaannya itu hilang atau mati ia tidak terlalu sedih seperti dulu. Musik yang sangat disukainya adalah musik jazz yang ringan, musik dengan lagu-lagu tempo dulu. Oleh karena ia tidak mempunyai waktu khusus untuk mendengarkan musik, ia mendegarkan musik kalau sedang mengendarai mobil saja. Fanny W. Hendradi, istri yang sangat dicintanya, boleh bangga mempunyai suami yang bertekad selalu membantu mereka yang dalam kesusahan. Bersama dengan istrinya ia berkeinginan
untuk tidak pernah pensiun, mereka bertekad untuk terus berkarya. Bagi Sudarma, anak istri adalah karunia Tuhan juga yang dilimpahkan pada nya, Fanny adalah seorang istri pendamping hidupnya dalam suka maupun duka. Kasih bersemi di kampus Trisakti. Fanny dan Sudarma dipertemukan oleh Tuhan selagi mereka sama-sama kuliah di jurusan yang sama. Bahkan saat ini pun istrinya bekerja di bidang yang sama di salah satu perusahaan terkemuka dengan jumlah karyawan sekitar enam ratus orang. Mereka dikaruniai dua anak. Anak yang pertama Alvina Hendradi pria berusia dua puluh tahun, kuliah di Iowa State University USA jurusan Electrical Engineering. Rupanya ia mengikuti jejak ayah bundanya. Tidak mengherankan bila semua bakat ayah bundanya diwarisinya, mengalir dalam darah di tubuhnya. Kuliahnya itu diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 1999. Anak yang kedua Aldwin masih duduk di kelas 1 SMA Sekolah Pelita Harapan. Usianya baru 17 tahun. Pada kesempatan ini Sudarma me-nyampaikan kesan dan pesan untuk keluarga besar BPK Penabur KPS Jakarta. Segala yang telah dimiliki hendaknya dikembangkan terus. Ambillah hikmah dari pengalaman para pendahulu kita untuk dijadikan acuan. Khusus untuk SMUK I jangan merasa puas dengan yang sudah dicapai sekarang. SMUK I BPK Penabur cukup terkenal dan berhasil baik selama ini. Namun ada beberapa kalangan yang mengatakan pendidikan di sekolah tersebut terkesan berat yang mungkin masih mengacu cara pendidikan dengan komunikasi satu arah, kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan ide. Semoga pendapat ini salah, katanya, karena ia merasa masih mereflek-sikan pikirannya ke masa SMAK I tempo dulu ketika ia masih menjadi siswa di sekolah itu. (Lain dulu lain sekarang - Red) Ia berpendapat agar cara pendidikan diubah ke komunikasi segala arah, memberikan kebebasan untuk mengemukakan ide, mengembangkan cara berpikir dan mengembangkan kreativitas seperti halnya cara pendidikan model Amerika bukan model Belanda. Banyak lulusan SMUK I BPK Penabur KPS Jakarta yang kini menjadi tokoh-tokoh masyarakat tetapi tidak dikenal oleh adikadik kelasnya yang kini menjadi siswa di sekolah itu. Jika
mereka mengenal kakak-kakak kelasnya itu pasti akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka dan akan menjadi motivator serta keteladanan sehingga mereka pun bercita-cita mengikuti langkah kakak-kakak kelasnya. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat bila alumni itu sekali-sekali meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman dengan mereka di tengahtengah kesibukan sebagai tokoh masyarakat. Pe-ngalaman para alumnus yang sukses akan sangat berharga bagi adik-adik kelas dalam mempersiapkan mereka saat dibentuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Para pengurus, para guru dan karyawan BPK Penabur mengemban tugas yang mulia. Sudarma Hendradi teringat akan perkataan ibunya kepadanya ketika ia kecil, "Saya sebagai orang tua hanya dapat memberikan makan dan pakaian selama masih hidup, tetapi guru-gurumu akan memberikan kepadamu alat untuk kamu pakai selama kamu hidup". Ia sa-ngat menyadari bahwa kata-kata ibunya itu benar. Oleh karena itu ia sangat berterima kasih kepada guru karena gurulah ia dapat menjadi seperti sekarang ini. RA.
24. Pendeta J.H. Sunarko
Mantan Siswa SMUK III, Pencipta lagu Mars BPK Penabur Sejak BPK JABAR berganti nama menjadi BPK PENABUR, tercetuslah gagasan untuk mempunyai lagu resmi, yaitu Mars BPK PENABUR. Untuk itu dibentuklah sebuah panitia dan sayembara pun digelarkan oleh panitia yang diketuai oleh K.P. Nugroho, dengan para anggotanya: Dra. Naniek Setiawan, Dra. Widya S. Pekerti, Pdt. Ferdinand Suleeman dan Herry Prionggo Gunawan. Penilaian panitia meliputi aspek syair/lirik maupun melodi, serta keserasian antara kedua unsur tersebut. Dari ketiga lagu yang masuk final ternyata lirik yang tertuang dalam Mars BPK Penabur ciptaan Pendeta J.H. Sunarko mengandung falsafah pendidikan dan pendasaran teologis maupun pesan/ajakan yang cukup jelas dan kuat. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau panitia memilih lagu ciptaan Pdt. Sunarko sebagai pemenangnya. Untuk itu ia berhak mendapatkan hadiah uang sejumlah Rp500.000,00. Sedangkan kedua finalis yang lain: Ir. Santoso Gondowidjojo dan Tarsius W.D. mendapatkan hadiah penghargaan masing-masing sebanyak Rp125.000,00. Sunarko akrab dengan musik berdasarkan bakat alamiah. Organ dan gitar sudah dikenalnya sejak muda dengan kemampuan ala kadarnya, karena belajar sendiri. Namun dalam hal menciptakan lagu, bakat ini baru disadari akhir-akhir ini setelah mempunyai organ sendiri. “Ketika jari-jari saya memainkan tuts-tuts organ tanpa disengaja sering terbentuk sebuah lagu yang harus segera dicatat, agar tidak lupa”, tuturnya. Berbicara soal lagu ciptaan yang berhasil memenangkan sayembara lagu mars BPK PENABUR, lagu itu termasuk lagu pertama yang diberi syair untuk diikutsertakan dalam sayembara. Ada keinginan untuk menyumbang sesuatu kepada BPK Penabur melalui lagu itu dengan sikap untung-untungan, siapa tahu menang,
karena sadar diri masih pemula atau amatir dalam bidang penciptaan lagu. Dalam hal ini pengalaman Pendeta Sunarko ketika bertugas menerjemahkan dan membuat lirik lagu-lagu Suplemen sebagai anggota Panitia Nyanyian Suplemen GKI bersama K.P. Nugroho, pengalaman ini terasa sangat bermanfaat dalam menyusun lirik lagu mars itu, sebab di kepanitiaan itu ia telah mendapatkan banyak pelajaran dan bimbingan musik dari K.P. Nugroho sebagai pakar musik. Sedangkan dari segi falsafah maupun isi teologis dalam membuat lirik lagu mars itu, bidang ini memang sudah dipahaminya. Namun terlepas dari semua faktor itu, diakui bahwa semua semata-mata karena karunia Tuhan saja. Sunarko diteguhkan sebagai Tua-Tua Khusus tanggal 1 Januari 1972 dan ditahbiskan sebagai Pendeta tanggal 31 Oktober 1974 di GKI Terate. Pengalaman gerejawi di samping pendeta jemaat adalah:
Bekerja di Departemen Studi dan Penelitian PGI tahun 1969-1971 Melayani di GKI Terate tahun 1969-1979 Sekretaris BPM Klasis Jakarta Barat 1972-1974 Ketua Redaksi Majalah Derap 1971-1974 Guru Agama di SMUK III 1972-1975 Ketua Pengurus YPK Tabitha 1974-1984 Wakil Sekum BPMS 1975-1979 Sekretaris Umum BPMS 1979-1985 Wakil Sekum BPMS 1985-1990 Sekretaris Panitia Buku Nyanyian Suplemen GKI 1980-1990
Ia pernah mengajar di SMUK III selama empat tahun (1972-1975) dan juga adalah alumni SMUK III angkatan tahun 1959. Selama mengajar agama ia selalu mengajak murid-murid menyanyikan beberapa lagu sekedar supaya murid-murid tidak jenuh dalam
mendengarkan pelajaran agama, dan karena ini sampai ada rekan yang menjulukinya sebagai “The Singing Teacher”. Mula-mula lagu-lagu yang diajarkan itu harus ditulis di papan tulis tetapi karena hal ini dirasakan terlalu menyita waktu pelajaran, maka diterbitkanlah buku kumpulan 230 lagu khusus untuk keperluan ini, yang karena ternyata disukai, kemudian dicetak ulang dengan judul “Kicauan Remaja dan Pelajar” terdiri atas 300 lagu-lagu campuran. Sejumlah 5000 buku ini habis terjual melalui toko buku BPK Gunung Mulia. Kini dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan di Sinode, Pdt. Sunarko melihat bagaimana tantangan yang dihadapi oleh Gereja masih terlalu banyak dan berat. Gereja melalui lembaga pendidikannya harus menjadi mitra pemerintah di dalam membina moralitas generasi muda. Gereja harus membina seluruh warga jemaatnya, bagaimana menjadi orang Kristen yang baik yang sekaligus mempunyai relevansi dengan bagaimana menjadi warga negara yang baik. Gereja melalui pimpinan dan warganya harus menjadi saksi-saksi dari Kristus, Sang Roh Kebenaran Allah yang sudah datang dan tersalib karena ketidak benaran dosa manusia. Caranya adalah dengan berkata tentang hal yang benar, berbuat benar dan bersikap menentang hal-hal yang tidak benar dan tidak adil, karena perjuangan iman sebenarnya merupakan perjuangan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan kegelapan dan kita semua terlibat di dalam perjuangan itu, tergantung di sisi mana kita berdiri dan nilai-nilai apa yang sedang kita perjuangkan. Hanya saja Gereja seringkali terlalu sibuk dengan masalah dan urusanurusan internnya, sehingga kerap melupakan dan mengabaikan beberapa aspek yang penting dari tugas panggilannya. Berbicara soal pemberian nilai terhadap pelajaran agama, Pdt. Sunarko melihat pelajaran agama itu ibarat sekeping mata uang yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Pelajaran agama kalau diberi nilai atas hasil ulangan murid, maka yang tercermin adalah makna intelektualitasnya. Ada materi pelajaran, murid mempelajari dan memahaminya sebagai pengetahuan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan ulangan. Hasilnya dinilai dengan
angka, jadi yang diukur di sini adalah kemampuan belajar murid. Padahal materi pelajaran agama bukanlah semata-mata merupakan konsumsi untuk pengetahuan intelektual saja, karena melalui pelajaran agama itu diharapkan kesadaran iman murid akan mulai tumbuh dan berkembang. Ini yang tidak dapat dinilai dan diukur. Untuk ini bukan hanya guru agama saja yang harus berperan, melainkan semua jajaran guru serta kehidupan di sekolah-sekolah Kristen juga harus mampu menunjukkan kesaksian dan keteladanan di mata muridmurid. Misalnya dari pengalaman mengajar empat tahun itu, Pdt. Sunarko melihat bahwa pada umumnya para murid sangat peka terhadap hal-hal atau perlakuan yang dianggap tidak adil dari para guru. Kalau hal-hal seperti itu ternyata ada dan dipraktekkan, maka pelajaran agama itu akan dianggap dan berfungsi tidak lebih hanya sebagai suatu mata pelajaran formal saja. Mengenai undang-undang pendidikan nasional yang menyangkut pelajaran agama, hal ini tentunya baik diterapkan khususnya pada sekolah-sekolah negeri. Sedangkan pada sekolah-sekolah konvensional dari suatu agama tertentu, hal ini dapat diatur sesuai dengan pijakan dasarnya masing-masing. “Begitu pula dengan kita di BPK Penabur, sudah pasti bidang agama Kristen merupakan porsi yang utama”, demikian Pendeta Sunarko mengakhiri pembicaraannya. Atas kejuaraan yang diraih, kami ucapkan “SELAMAT”. Di pagi hari, Senin tanggal 23 Oktober 1993 diberitakan bahwa pencipta Mars BPK Penabur telah tiada...... . Bukan hanya keluarga saja tetapi YPK Tabitha, BPK Sinode GKI Jabar juga BPK Penabur kehilangan dia, Pdt. Jeremia Haryanto Sunarko. Ia alumni SMUK III dan mantan guru SMUK III. RA
25. Drs. Syonanto Widjaja
Bendahara BPK Penabur KPS Jakarta, Tahun Pelayanan 1990-1994 Siapa mengira Syonanto yang berpenampilan belia ini adalah Bendahara II KPS Jakarta? Orangnya ramah, mempesona, santai dan wajar. Jabatan lain yang dipegangnya ialah Ketua bidang Sarpras, di GKI Pakuwon jabatannya Bendahara I dan sebagai Badan Pekerja Majelis klasis Jakarta Barat II. Di luar pelayanan gerejawi, dia adalah salah seorang dosen di Akademi Akuntansi Jakarta. MENYENANGI DUNIA PENDIDIKAN Syonanto paling muda di antara semua pengurus BPK Jabar KPS Jakarta tahun pelayanan 1990-1994. Dasar utama duduk di BPK Penabur KPS Jakarta adalah anggapan bahwa pelayanan yang dilakukannya semata-mata sebagai tanda syukur kepada Tuhan, karena Tuhan telah menolong mengangkat dirinya dari lumpur kesulitan. Dia ingin berbuat sesuatu selagi muda dan kuat. Firman Tuhan dalam Kejadian 39 menjadi cerminnya. Firman itu menyatakan bahwa Yusuf sejak muda sudah melayani Tuhan. KELUARGA KECIL KELUARGA BAHAGIA Syonanto dengan pendamping hidupnya sama-sama alumnus SMUKI kemudian cinta mereka bersemi di kampus Trisakti. Keduanya lulusan Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Pernikahan mereka dikaruniai Tuhan dua orang putri. Putrinya yang sulung duduk di TKK XI, yang bungsu baru berusia 20 bulan. Syonanto gemar olahraga terutama badminton dan joging. Pernah ia menjadi juara II badminton ganda putra se-DKI pada tahun 1972. Dia menyukai joging karena olahraga itu sifatnya tidak mengikat, sehingga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, praktis, ekonomis, tak terikat oleh waktu. CITRA GURU
Sebagai seorang yang pernah bersekolah dari TK sampai perguruan tinggi, tentu sedikit banyak pernah berhadapan dengan bermacam gaya dan corak pribadi guru. Lebih-lebih lagi dirinya pun seorang dosen. Syonanto bernostalgia ketika ia menjadi murid kelas satu di SMUKI, rapornya kebakaran. Nilai kurangnya sampai tujuh belas. Menyadari hal itu dia segera bertobat dan memperbaiki diri. Ia berusaha mencari firman Tuhan karena ia yakin bahwa semakin berpegang pada janji Tuhan dan mendengarkan firman-Nya, semakin banyak beroleh berkat Tuhan.
Guru yang tidak mau memperluas pengetahuannya akan tertinggal jauh Ia dapat memperbaiki hasil belajarnya. Selain berkat Tuhan yang mendorong kemajuannya itu, jasa gurunya pun tidak dilupakannya.
Ilmu yang diberikan guru harus lebih besar dari pengetahuan murid. Dan ilmu pengetahuan itu tidak terbatas KWIK HOK HOO alm., gurunya ketika di SMUK I sangat berkesan dalam sanubarinya. Gurunya itu diingatnya bukan karena pelajaran materi yang diberikan, tetapi karena kata-katanya, nasihatnya, yang sampai kini pun masih terngiang di telinganya, “Ilmu yang diberikan oleh guru harus lebih besar dari pada pengetahuan murid. Tetapi ilmu pengetahuan itu tidak terbatas. Guru yang tidak mau memperluas pengetahuannya akan tertinggal jauh. Kalau kalian sebagai murid lebih banyak belajar dari saya sebagai guru maka saya akan belajar dari kalian”. Kata-kata gurunya itu benar-benar terbukti. Setelah ia menjadi dosen, banyak orang yang tadinya menjadi guru baginya kini harus belajar kepadanya. Menurutnya, seorang guru itu harus mempunyai visi yang benar-benar disadari. Profesi guru ialah mendidik, oleh karena itu ia harus menjadi teladan. Mendidik murid dengan sebaik-baiknya memang memerlukan pengorbanan.
Dewasa berpikir tidak ditentukan oleh umur seseorang
Mendidik murid jangan hanya di sekolah saja, sang guru harus banyak berkomunikasi dengan orang tua. Seberapa jauh guru harus akrab dengan orang tua tentu tak dapat diukur. Jika kita memberikan pendidikan hanya di sekolah saja tanpa komunikasi dengan orang tua, kita akan terkejut menghadapi kenyataan anak yang pintar tiba-tiba menjadi morfinis, padahal di sekolah ia anak baik. Guru tidak dapat memberikan pendidikan yang optimal tanpa bantuan orang tua murid. BEKERJA UNTUK PELAYANAN “Badan Pendidikan kita sudah jelas visinya. Dalam hal ini kita bekerja untuk pelayanan. Perlu saling pengertian sesama rekan. Perbedaan pendapat tentu ada dan hal ini wajar, karena itu harus diselesaikan dengan baik. Terjun ke dunia pendidikan atau bidang sosial butuh pengorbanan. Pengurus umumnya mempunyai persoalan di luar BPK Penabur yang tidak dapat dilepaskan begitu saja, misalnya masalah di kantor yang mengecewakan dan menimbulkan emosi, akibatnya menimbulkan suasana yang kurang komunikatif dalam pelaksanaan kepengurusan”, ujarnya. Maka jika ada seseorang pengurus yang melakukan kekeliruan, harap dimaklumi, dan diberi pengertian dengan cara yang sesuai dengan iman Kristen. LEBIH MUDA TIDAK BERARTI LEBIH BODOH Dewasa berpikir tidak ditentukan umur seseorang. Banyak orang yang berusia tua tetapi masih belum dewasa dalam berpikir. Dalam Alkitab dijelaskan, bahwa Paulus yang masih belia mengingatkan Timotius, “Jangan seorang pun menganggap dirimu rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya”. (II Timotius 4:12). Tidak berarti orang yang muda itu lebih bodoh, pikirannya lebih sempit. Nyatanya dalam diri Syonanto yang belia ini, cara berpikirnya luas dan dalam.
MAKIN BANYAK UNTUK ORANG LAIN MAKIN KAYA
Banyak rahasia yang tersingkap dari pemahaman A l k i t a b Banyak rahasia yang tersingkap dalam pemahaman Alkitab. Tuhan memberikan jalan, kita harus berinisiatif mencarinya. Syonanto bersaksi, “Saya mempunyai pengalaman yang benar-benar mengubah jalan hidup saya. Ketika itu saya baru masuk di sebuah perusahaan yang mempunyai persekutuan doa. Di tempat itulah saya belajar pertama kali pemahaman Alkitab. Yang dibahas tentang Perkawinan di Kana. Tuhan mengubah air menjadi anggur. Ada tiga kunci rahasia yang terungkap dari balik cerita itu yaitu: Pertama, orang yang bersangkutan datang kepada orang yang benar; Kedua, orang ini mendengar dan percaya; Ketiga, orang itu menuruti apa yang Tuhan katakan”. Ketiga hal yang tersirat dalam Perkawinan di Kana inilah yang kemudian membuat Syonanto gemar membawakan firman Tuhan dalam persekutuan doa. Ia belajar banyak tentang pemahaman Alkitab baik dari pendeta atau bukan.
Guru-guru agama Kristen jangan hanya bertugas mengajar, hendaklah dapat juga mencerminkan kasih Kristus TUGAS DAN KEWAJIBAN GURU KRISTEN Guru-guru yang beragama Kristen , jangan hanya bertugas mengajar, hendaklah dapat mencerminkan kasih Kristus. Janganlah berlaku kasar, memukul serta kurang pandai menahan emosi. Syonanto merasa prihatin terhadap pelajaran agama di sekolahsekolah pada umumnya, karena murid beranggapan pelajaran agama kurang menarik, tetapi wajib diikuti. Maka hanya dihafalkan tanpa dihayati. Hendaknya dipikirkan secara saksama apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh murid-murid dalam pelajaran agama Kristen. JUARA I PELAJAR DARI BPK JABAR KPS JAKARTA BELUM KRISTEN?
BPK Jabar KPS Jakarta telah dapat membuktikan lahirnya juara-juara, tetapi masih ada kekurangannya yaitu iman Kristen tidak menonjol. Banggakah kita bila melihat kenyataan lulusan nomor satu BPK Jabar dari SD, SMP, dan SMTA dan lulus sebagai juara I ternyata belum mengenal Kristus? Oleh karena itulah BPK Penabur di samping mengutamakan pendidikan harus memperhatikan juga ajaran-ajaran Kristen. Tentu hal ini tak dapat dilimpahkan kepada guru-guru agama Kristen saja, tetapi guruguru lainnya yang belum beragama Kristen pun punya peran yang sangat besar. Akhirnya sebagai salam seorang pengurus yang masih baru, ia sangat mengharapkan bimbingan rekan-rekan pengurus lainnya yang lebih berpengalaman, sehingga kehadirannya sebagai pengurus BPK Jabar KPS Jakarta tidak menjadi sia-sia. RA
26. Dr. dr. Theodorus Imanuel Setiawan
“Harta materi dapat dicuri orang tetapi harta pengetahuan akan dibawa mati” Lahir di Jakarta tahun 1947, DR. Dr. Theodorus Immanuel Setiawan dulu siswa SMPK III dan SMAK I. Pertama kali RA menjumpainya di tangga UKRIDA (Universitas Kristen Djaya) sewaktu RA sedang mencarinya untuk menetapkan jadwal wawancara. Pada waktu itu justru dialah yang lebih dulu menyapa RA dengan pertanyaan, “Ada yang dapat saya tolong, Bu?” Setelah mengetahui maksud RA, dengan ramah ia mempersilakan RA untuk berbicara di ruang kerjanya. Jadi rencana untuk menetapkan jadwal wawancara berubah langsung menjadi wawancara, jadi tanpa janji sebelumnya. Pendidikan formal Dr., dr. Theo di mulai di sekolah dasar negeri yang diselesaikannya pada bulan Juli 1959 disusul dengan sekolah lanjutan pertama di SMPK III yang diselesaikan pada bulan Juli 1962, dan sekolah lanjutan atas bagian ilmu pasti SMUK I yang diselesaikan pada bulan Juli 1965. Setelah itu ia melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara yang baru saja dibuka tahun itu. Oleh karena adanya peristiwa G-30-S PKI, kuliah teratur baru dimulai 1 tahun kemudian. Kehilangan waktu ini ditambah lagi dengan banyaknya waktu yang terbuang (1 k. 2 tahun) karena menunggu disiapkannya bagian-bagian baru di klinik, sehingga tingkat dokter lokal baru diselesaikannya pada bulan Maret 1974. Lulus ujian negara untuk dokter pada bulan Juli 1976 di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Setelah itu mengajar di Fakultas Kedokteran UKRIDA di samping menjalankan praktek dokter. Pada bulan September 1983 ia melanjutkan studi ke program Master Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Pada bulan Agustus 1984, jenjang pendidikan ini dilanjutkan ke program doktor. Karena adanya semester pendek (tetap kuliah sewaktu liburan) dan karena dimanfaatkannya Sistem Kredit Semester (SKS) secara efektif dan efisien, maka ia dapat mempercepat penyelesaian kuliah dan ujianujiannya, sehingga pada bulan Juli 1985, semua kuliah dan ujian wajib untuk program doktor (kecuali ujian disertasi) dapat diselesaikannya.
Untuk menyusun disertasi dan penelitian, ia belajar ke Amerika Serikat selama sisa tahun 1985 dan 1986. Tempat yang dikunjunginya pertama-tama adalah Graduate School, State University of New York at Albany. Di sini ia mempelajari filsafat kedokteran, etik kedokteran, filsafat pendidikan, pengembangan dan evaluasi program, serta penyusunan kurikulum. di samping itu ia juga melakukan studi dan pengkajian pendidikan etik kedokteran dengan beberapa pakar dari Albany Medical College dan The Center for Ethics and Humanities in the Life Sciences, Michigan State University. Semuanya itu menghasilkan eksperimen dan disertasi yang memberikannya gelar doktor dan menurut Prof., Dr., dr. Mahar Mardjono (Ketua Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan). “Sangat bagus dan sangat berguna, baik bagi fakultas kedokteran maupun bagi IDI (Ikatan Dokter Indonesia), karena mengemukakan cara pendidikan etik kedokteran yang lebih baik dan lebih intensif, yang bukan saja meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa, tetapi juga kemampuan afektif mereka dalam merawat penderita”. (Tempo, 1 April 1989). Di samping pendidikan melalui jalur formal seperti di atas, Dr., dr. Theo juga mengikuti berbagai pendidikan melalui jalur non-formal, baik dalam bidang kedokteran maupun non-kedokteran. Dalam bidang kedokteran, dapat disebut antara lain World Convention dan Workshop on Microsurgery di Singapura pada tahun 1979 dan Medical Acupuncture Post Graduate Program pada tahun 1981, di samping puluhan seminar, simposium, lokakarya dan berbagai pertemuan ilmiah lainnya. Kesemuanya itu merupakan bekal dan penambah pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi menjalankan profesinya sebagai dokter yang bertanggung jawab. Dalam bidang non-kedokteran, sebagai pengisi waktu luang, sejak masih di SMA ditempuhnya berbagai pelajaran bahasa asing di berbagai lembaga kebudayaan negara-negara bersangkutan sampai tingkat yang tertinggi. Bahasa asing yang dipelajarinya adalah Bahasa Italia (1978-1980), yang ternyata banyak menolongnya sewaktu melakukan perjalanan bersama keluarga di negara itu. Sekarang ini, ia
menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Belanda dan Spanyol di samping Italia. Di samping bahasa-bahasa asing, yang baginya lebih merupakan hobi daripada pelajaran, ia juga sempat mempelajari berbagai aspek dan liku-liku masalah manajemen, pemasaran, keuangan dan personalia di Edinburg, Scotland (1975), Bombay, dan Madras (1978), sewaktu bekerja sebagai Marketing Manager di suatu perusahaan asing. Jabatan itu tidak diperolehnya sekaligus, tetapi merupakan tingkat lanjut dari pekerjaannya di bidang pemasaran obat-obat dan alat-alat kedokteran, yang sudah dimulainya sewaktu masih kuliah. Pendidikan non-formal bidang kependidikan di jalankannya dengan berperan serta sebagai peserta ktif dalam berbagai lokakarya, antara lain dalam Lokakarya Organisasi Pengajaran Fakultas Kedokteran Swasta, yang diselenggarakan oleh konsorsium Ilmu Kedokteran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta (Desember 1979); International Seminar on Leadership and Human Behavior, yang diselenggarakan oleh universitas Trisakti (Januari 1987), serta berbagai seminar dan simposium selama berada di Amerika Serikat. Belajar terus dan belajar lagi, merupakan moto hidupnya. Moto ini tampaknya bukan monopoli pribadi Dr., dr. Theo, tetapi merupakan moto keluarganya, baik keluarganya sekarang (istri dan anak-anak), maupun keluarganya dahulu (orang tua dan saudara-saudara). Sewaktu masih anak-anak, orang tuanya selalu mendorong anak-anak dengan ucapan, “Harta materi dapat hilang dicuri orang, tetapi harta pengetahuan akan dibawa mati”. Pengaruh ucapan ini tampak antara lain pada pola kegiatan yang lebih kurang sama, baik yang dijalani Dr., dr., Theo dan saudara-saudaranya, maupun anak-anaknya. Pola kegiatan belajar yang mereka anut itu membawa mereka menempuh ilmu pada beberapa disiplin, baik melalui jalur formal, maupun non-formal. Dengan demikian mereka memiliki bekal dan kompetensi yang lebih menyeluruh untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan mereka.
Kakak Dr., dr., Theo, Menoch Setiawan, alumnus SMPK III dan SMUK III, adalah seorang sarjana Theologia, yang juga memiliki ijazah B.A. Bahasa Jerman dari sebuah akademi. Di samping itu, ia juga seorang Master Psikologi. Bekal ilmu-ilmu itu banyak membantunya dalam menjalankan pekerjaannya sebagai pengajar dan konselor, baik dalam bidang theologia maupun psikologi. Adik mereka, Tony Setiawan, alumnus SMPK I dan SMUK I, adalah seorang sarjana ekonomi dan sarjana hukum. Bekal kemampuan ini sangat bermanfaat baginya dalam menjalankan pekerjaannya sebagai pejabat salah satu bank pemerintah. Istri Dr., dr. Theo, Dra. Widia Pekerti, alumnus SDK I dan SMPK III, banyak merasakan manfaat dari kemampuannya berbahasa Inggris dan prancis dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pengajar di IKIP Jakarta jurusan Musik, yang seringkali harus menterjemahkan ceramah dan kuliah yang diberikan oleh dosen-dosen tamu asing. Di samping itu, kemampuan itu juga banyak membantunya menggali ilmu lebih lanjut sewaktu berada di Amerika Serikat pada akhir 1985 dan awal 1986. Sekarang, selain mengajar di IKIP ia juga mengajar di Institut Agama Kristen Jakarta, di samping memangku jabatan sebagai direktur sebuah sekolah musik. Anak-anak mereka, Cipta Amadeus Setiawan, alumnus SMPK III, dan Alvin Nugraha Setiawan, siswa SMPK III sering menemani orang tua mereka dalam pertemuan dengan teman-teman dari mancanegara, karena telah mampu berkomunikasi aktif dalam bahasa Inggris, yang mereka pelajari sejak sebelum masuk sekolah dasar. Dengan kemauan sendiri Cipta pada saat ini sedang mendalami bahasa Prancis di Centre Culturel Francais (tahun ke-4) dan bahasa Jerman di Goethe Institut (tahun ke-2). Kegiatan ditambah lagi dengan kepercayaan yang diberikan temanteman sekolah dan guru-gurunya di SMA Regina Pacis Jakarta untuk memangku jabatan ketua OSIS, di samping aktif dalam kegiatankegiatan remaja dan pemuda di GKI Layur Rawamangun.
Alvin tahun ini baru mulai mempelajari bahasa Prancis di tempat yang sama. Kegiatan bahasa anak-anak Dr., dr. Theo ini tampaknya disebabkan karena mereka menyenangi bahasa asing di samping sudah menyadari manfaat bahasa sebagai modal dasar untuk berkomunikasi yang efektif dan mendapat pengetahuan. Di samping menekankan manfaat dan pentingnya memiliki wawasan yang luas dalam menempuh ilmu, dengan tidak hanya menggeluti bidang kajian dari satu disiplin saja, Dr., dr. Theo juga mengemukakan pentingnya pengembangan cara penalaran filosofis untuk memperoleh kemampuan penalaran yang logis, rasional, kritis, analitis, mendalam, dan menyeluruh dalam menghadapi setiap masalah, baik masalah dalam pekerjaan dan pelajaran, maupun masalah dalam hidup seharihari yang sering dipandang remeh. Ia berharap, dengan mempelajari filsafat ilmu melalui materi dan metode yang tepat guna, pandangan dan wawasan berpikir mahasiswa akan terbuka, sehingga memampukan mereka untuk menilai dan menangkal suatu masalah melalui sudut pandang yang benar dan jitu. Sebenarnya, potensi berpikir filosofis itu sudah dimiliki oleh setiap manusia normal sejak lahir dan erat kaitannya dengan potensi berpikir kreatif. Sayangnya, sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih dibelenggu oleh tata cara dan sikap guru/dosen yang sering menghalangi munculnya potensi berpikir kreatif itu, dan membuat takut anak yang kreatif untuk mengemukakan gagasannya. Dengan demikian banyak “bibit unggul” sudah berguguran sebelum sempat menampakkan diri. Hanya siswa/mahasiswa dengan watak tertentu saja yang dapat tetap mempertahankan semangat kreativitasnya di tengah-tengah suasana yang mencekik tersebut, sehingga kita masih memiliki penemu-penemu unggul yang orisinal, baik dalam bidang ilmu, teknologi, maupun seni. Dr., dr. Theo berharap, semoga guru dan dosen yang mengajar di sekolah-sekolah yang termasuk dalam BPK Penabur (termasuk UKRIDA) lebih memberikan peluang untuk teraktualisasinya potensipotensi kreatif itu dari antara anak didik mereka dengan mengurangi sikap “guru/dosen tidak bisa slaah” dan “siswa/mahasiswa belum tahu apa-apa”.
Sebagai anggota aktif GKI JABAR (jemaat jalan Bekasi Timur IX, Jatinegara), dan sebagai alumni BPK JABAR, Dr., dr. Theo merasa terpanggil untuk tetap melayani UKRIDA, baik sebagai pengajar maupun sebagai tenaga struktural. Tugasnya sekarang di UKRIDA adalah sebagai Ketua Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat, Ketua Badan Koordinasi Mata Kuliah Dasar Umum, dan pengajar Filsafat Ilmu. Kegiatannya sebagai pengajar Filsafat Ilmu dimulainya pada tahun 1984 sewaktu ia diminta oleh Prof. Dr. conny Setiawan (rektor IKIP Jakarta) untuk membantu mengajar Filsafat Ilmu di Program Doktor IKIP Jakarta, yang terus dijalaninya sampai sekarang. Selain itu ia juga pernah membantu mengajar Difusi dan Adopsi Dalam Pendidikan di Program Master IKIP Jakarta (semester ganjil 1984/1985). Selain oleh IKIP, di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri kemampuan Dr., dr. Theo juga dimanfaatkan oleh Universitas Terbuka (UT). Ia diberi kepercayaan untuk turut membina kemampuan dosen-dosen perguruan tinggi swasta dalam menyusun Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan Teknologi Pembuatan Soal. Di samping itu ia juga termasuk dalam tim yang dibentuk oleh UT untuk mengembangkan instrumen pengukuran perilaku afektif untuk mengukur keberhasilan belajar. Menyebarluaskan ilmu dan kemampuan tampaknya merupakan salah satu panggilan hidup Dr., dr. Theo. Karier mengajar dimulainya pada tahun 1969 dengan memberikan kursus membaca buku teks kedokteran bahasa Inggris kepada teman-teman sekelas dan adik-adik kelas di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumegara (sampai 1971), mengajar bahasa Inggris di SMA Yayasan Tunasa Harapan, Bogor (1970 & 1971), dan mengajar anatomi dan antropologi ragawi di Fakultas Kedokteran UKRIDA (1977-1985). Sewaktu berada di Amerika Serikat, ia menjadi dosen tamu untuk mengajar Bioethics di Russel Sage College, Troy, New York (1985). Selain itu ia juga banyak menyajikan makalah berkenaan dengan kependidikan, filsafat dan etik kedokteran di berbagai seminar di Amerika Serikat dan di tanah air.
Pekerjaan pelayanan Dr., dr. Theo dan keluarga tidak hanya terbatas pada kegiatan pendidikan melalui jalur formal saja, tetapi juga berlangsung melalui jalur non-formal. Di lingkungan GKI Jabar, selain menjadi anggota majelis jemaat, ia juga banyak berperan serta pada kegiatan pelayanan kesehatan, baik untuk lingkungan sendiri, maupun untuk masyarakat non-Kristen. Salah satu kegiatan pelayanan lainnya di lingkungan Klasis Jakarta Barat dan Jakarta Timur, yang sudah menjadi kegiatan rutinnya, ialah memberikan ceramah pendidikan seks, baik kepada para calon suami istri sebagai persiapan memasuki jenjang pernikahan, maupun kepada pasangan-pasangan yang sudah menjadi suami istri, untuk meningkatkan saling pengertian, kegairahan dan suasana harmonis dalam hidup berkeluarga. Akhir-akhir ini, kegiatan itu ditambah lagi dengan ceramah dan bimbingan kepada orang tua dalam menanggulangi masalah seks yang dihadapi anak. Istrinya, selain menjadi anggota majelis jemaat, juga banyak membantu pengembangan dan kaderisasi musik gerejawi antara lain melalui penataran dan ceramah-ceramah untuk meningkatkan paduan suara, baik para anggotanya maupun pemimpinnya. Kegiatan pelayanan Dr., dr. Theo, tidak terbatas di lingkungan gereja saja, tetapi juga meluas ke organisasi-organisasi Kristen non-gerejawi, baik sebagai penceramah untuk topik kajian Ilmu dan Teknologi, Kependidikan, Etik Kedokteran dan Filsafat. Juga sebagai anggota pengurus organisasi-organisasi itu. Pada saat ini, ia duduk sebagai Sekretaris Bidang Etika dan Hukum Kesehatan di PELKESI (Persatuan Pelayanan kristen Untuk Kesehatan di Indonesia), sebagai anggota Dewan Pimpinan Pusat PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) yang membawahi Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan sebagai anggota Dewan Pengurus BP-PIKI (Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia). Dalam pekerjaan, selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, Dr., dr. Theo juga pernah bekerja sebagai penterjemah pada Kedutaan Besar Perancis untuk bahasa-bahasa Indonesia, Prancis dan Inggris (1974); penerjemah buku ilmiah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia (misalnya kamus Sains Bergambar Gramedia, 1987), penerjemah publikasi hasil uji klinik kedokteran dari bahasa Spanyol ke bahasa
Indonesia, dan interpreter untuk bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia dalam berbagai pertemuan. Di samping terjemahan, karya ilmiah lainnya yang disusunnya ialah diktat pelajaran antomi alat gerak (1979), diktat pelajaran antropologi ragawi (1981), diktat pelajaran antomi susunan syaraf pusat serta penuntun praktikumnya (1982) dan diktat pelajaran filsafat ilmu untuk jenjang S1 (1988). Di samping itu terdapat juga karya ilmiah lainnya yang disusunnya ialah diktat pelajaran anatomi alat gerak (1979), diktatpelajaran antropologi ragawi (1981), diktat pelajaran anatomi susunan syaraf pusat serta penuntun praktikumnya (1982) dan diktat pelajaran filsafat ilmu untuk jenjang S1 (1989). Di samping penelitian untuk disertasi, Dr., dr. Theo juga sudah menghasilkan beberapa penelitian lain. Dua diantaranya adalah penelitian mengenai pengaruh modul instruksional mandiri terhadap prestasi belajar anatomi mahasiswa kedokteran Universitas Kristen Djaya dan Tarumanagara, yang diselenggarkan dari bulan Maret sampai dengan Juli 1985, dan satu lagi, penelitian mengenai preferensi masyarakat peminat pendidikan tinggi terhadap program pendidikan gelar (sarjana) dan program pendidikan non-gelar (diploma), yang diselenggarakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 1988. Dalam segala kesibukannya, bagaimana anggota-anggota keluarga itu dapat bertemu dan berkomunikasi satu dengan yang lain? Ternyata banyak cara dapat ditempuh, kalau memang ada niat, sebab 24 jam dalam satu hari itu tidak sedikit. Komunikasi mereka berlangsung sewaktu makan, sewaktu menonton, sewaktu di mobil dalam perjalanan menuju ke sekolah atau ke pasar swalayan, pokoknya pada setiap kesempatan di mana mereka berada bersama-sama dan tidak sedang tidur. Akhirnya Dr., dr. Theo juga tidak ketinggalan untuk berperan serta dalam wadah profesional dokter. Organisasi profesi di mana ia menjadi anggota ialah Ikatan Dokter Keluarga (KSDK) dan Persatuan Dokter Akupunktur Indonesia (PDAI).
Demikianlah selintas kilas profil salah seorang alumnus Badan Pendidikan Kristen Jabar. Semua yang telah berhasil dicapainya tidak dilepaskan dari iman kepercayaannya kepada bimbingan Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya, serta dari pengaruh suri teladan yang diperolehnya dari lingkungan keluarga, maupun lingkungan sekolah selama pendidikan menengah di SMPK II dan SMAK I. Semoga tekad, semangat belajar dan daya juangnya dapat memberikan inspirasi bagi kita sekalian dalam membentuk cita-cita dan dalam berjuang untuk mencapai cita-cita itu. RA
27. Pendeta TONY ARWADI TONY ARWADI masuk SMUK Pintu Air tahun 1955, pada zaman Oey Kiem Liong menjadi kepala sekolah. Selama di SMUK I ia mengambil jurusan B. Tony Arwdi yang belia mengalami pergantian kepala sekolah dua kali. Tan Goan Tiang dan Oey Kiem Liong. Seusai dari SMUK Pintu Air Tony (yang kini telah menjadi pendeta), ketika itu masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi bersama rekanrekannya yaitu Mary dan Petrus. Tetapi tak lama setelah itu keluar lagi. Sahabatnya yang disebutkan terakhir kini dosen di Trisakti dan UI. “Ketika ibu saya sakit parah, datang berkunjung Pdt. Rasmindarya, Pdt. Clement Suleeman, dan Pdt. Oey Eng Hoat, mengajak saya mengikuti jejak mereka melayani di ladang Tuhan”, cerita Pdt. Tony bernostalgia kepada Reporter Anda. Ajakan itulah merupakan cikal bakal tumbuhnya semangat pelayanan dalam diri Pdt. Tony. Ia pun sempat selama setahun mengikuti kuliah B1 Bahasa Inggris, setelah itu baru melamar ke Sekolah Tinggi Theologia dan menjadi mahasiswa STT. Sebelum itu, rektor STT sempat meragukan niat Tony, karena ijazah SMA yang dimilikinya adalah jurusan pasti alam (B). Rupanya Tuhan telah menggariskan bahwa Tony Arwadi hidup hanya untuk melayani di ladang Tuhan. Setelah lulus STT ia aktif dalam persekutuan pemuda GKI Kelinci, guru sekolah minggu, dan ketua Komisi Anak. Pada tahun 1966-1984 ia menjabat pendeta GKI Tasikmalaya serta ketua KGS. Tahun 1967 sebagai wakil ketua BPMK Cirebon dan pendeta konsulen GKI Ciamis dan Banjar. Kini di samping menjabat pengerja GKI Delima ia juga anggota BPMK Jabar I (1984-1988).Tidak terasa ia telah berpisah dengan rekan-rekan semasa di SMUK I, seperti Singgih, Gunarso Gerard, Yunus, Sutanto, Kwee Hok Goan, Hanan S. dan masih banyak teman-temannya yang bertebaran di berbagai fakultas saat itu. “Rupanya perpisahan itu
bukan akhir dari suatu perjumpaan, karena ternyata kini setelah melalui proses waktu dan perjuangan panjang, kami semua telah berhasil dan kembali bersatu untuk melayani sesuai pengetahuan yang telah dipunyai masing-masing”, tandas Pdt. Tony dengan rasa penuh haru. Tony memberi contoh, misalnya rekan sealumnusnya, Hanan Setiadi yang kini sudah sarjana hukum, dan duduk di kepengurusan BPK PENABUR KPS Jakarta. Begitu pula Singgih Gunarso yang menjadi guru besar di UI, tetapi masih meluangkan waktu untuk menyumbangkan saran maupun ide untuk kemajuan BPK PENABUR KPS Jakarta. Dua puluh empat tahun sudah Pdt. Tony melayani jemaat. Mula pertama mengenakan jubah pendeta di GKI Tasikmalaya dan kini melayani di GKI Delima dengan jumlah jemaat sekitar 400-an. Sebagai manusia yang lemah, sering di dalam melayani firman Tuhan timbul perasaan jenuh. Untuk itu menurut Pdt. Tony,dibutuhkan saat teduh untuk merefleksi kembali apa hakekat dari pekerjaan untuk melayani Tuhan dengan mewartakan kabar sukacita kepada orang-orang yang memerlukannya. Dengan merenung diri, akan terbit perasaan rela berkorban karena Allah pun telah berkorban dengan mengutus AnakNya yang tunggal ke bumi untuk memikul bebas dosa umat manusia. “Di samping itu berkumpul dan berbincang-bincang dengan keluarga merupakan obat mujarab untuk menghilangkan perasaan jenuh. Berkumpul dan bersenda gurau dengan istri dan anak, akan timbul dalam pikiran saya, bahwa Tuhan begitu bermurah hati memberikan saya dan istri beserta berkat yang tak berkeputusan. Mengapa saya tidak memberikan waktu saya untuk melayani Tuhan?”, tutur Pdt. Tony yang berputra tunggal bernama Jefrey kini siswa SMUK I. Pendeta Tony senang mendengar musik klasik, terutama gubahan komponis seperti W.A. Mozart, L. Beethoven. Aransemen “Ode to Joy” oleh Beethoven sangat indah, karena paduan bunyi alat-alat musik dengan Paduan Suara terdengarnya begitu nikmat. Ia pun terkesan terhadap kemajuan yang dicapai oleh SMUK I. Gedungnya yang begitu anggun, tentunya akan menambah semangat
belajar murid-muridnya. Ia pun selalu terharu bila membaca Berita KPS yang memuat profil-profil dari mantan murid SMUK I yang telah berhasil menyumbangkan gagasan dan tenaga konkrit di lingkungan masyarakat, a.l. teman “sebangku dulu” Dr. Kwee Hok Goan. Dalam doa-doanya, ia mengetengahkan agar SMUK I dan sekolahsekolah yang bernaung di bawah BPK PENABUR akan selalu maju seirama dengan derap langkah pembangunan nasional. Kini Pdt. Tony juga menjadi pembina di PERMATA (Persekutuan Remaja Tanjung Duren). Suatu persekutuan remaja yang setiap minggu pagi dilaksanakan di aula SMUK I dan anggotanya adalah siswa-siswa STMK-SMEAK dan SMUK I. Ia senantiasa berharap agar kelak para anggotanya menjadi permata yang berkilap dan berkenan kepada Tuhan. Tokoh yang selalu melekat dalam ingatan Pdt. Tony adalah Pdt. Clement, Pdt. Tjan Tong Ho, Pdt. Caleb Abednego, yang terkenal akan semangat pelayanan mereka. “Pengabdian mereka dalam pelayanan akan tetap menjadi pola anutan kami”, katanya. Demikianlah temu wicara dengan Pdt. Tony A. yang bersedia menyisihkan waktunya yang berharga, sehingga kita dapat mengenal dia lebih dekat, sebagai gembala GKI Delima, dan pendamping PERMATA (Persekutuan Remaja Tanjung Duren). RA
28. Drs. VINCENT SURJA SUWARNAMUTIA, S.Th., S.H., S.S., B.Sc.
Sosok Dosen Yang Berperasaan Pastur Bila menjadi guru di perguruan tinggi istilah menterengnya adalah dosen. Yang dihadapi adalah mahasiswa yang dianggap dewasa dalam arti sudah mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk mengatur dan menyusun strategi belajar secara mandiri. Pada kesempatan ini kia hadirkan sosok seorang dosen, yang kelahiran Jakarta empat puluh sembilan tahun silam. Ia mengasuh mata kuliah agama Kristen Protestan di berbagai perguruan tinggi di Jakarta mulai dari Universitas Kristen Krida Wacana, di Universitas Tarumanagara, Universitas Trisakti, selain itu ia juga tenaga dosen pada bidang mata kuliah dasar Pancasila. “Sebagai dosen agama Kristen dan Pancasila, tujuan yang akan saya capai ialah agar anak didik saya dibekali dengan iman Kristen yang benar, dan dengan keahlian yang diperoleh di Perguruan Tinggi menjadi pelayan dan memberitakan sukacita kepada sesama manusia dan mampu menghayati dan mengamalkan Pancasila untuk hidup bermasyarakat dan bernegara serta beragama secara aktif dan kreatif“. Ia mengharapkan agar diusahakan : 1. Sekolah Perguruan Tinggi diarahkan dan diprioritaskan pada sekolah-sekolah kejuruan dan fakultas-fakultas dengan disiplin ilmu sesuai dengan permintaan pasar. 2. Waktu untuk menyelesaikan pendidikan kejuruan dan program diploma agar menjadi singkat, tidak memakan biaya yang besar tetapi cukup efektif. 3. Penelitian sudah mulai digiatkan sejak SMP agar dihasilkan penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan guna mengantisipasi situasi dan kondisi masyarakat dan negara Indonesia. Vincent Surja Suwarnamutia merupakan orang yang sangat gemar belajar. Semua buku filsafat ilmu senang dibacanya. Dari empat perguruan tinggi ia meraih berbagai gelar di kota metropolitan ini.
Sekarang ia menjabat tua-tua bagian kolportage dan perpustakaan di GKI Samanhudi. Sarjana teologia yang merupakan gelar kedua yang berhasil diraihnya tahun 1973 dan tahun sebelumnya, Vincent juga berhasil meraih doktorandus dalam bidang politik ekonomi di Untag jakarta (Universitas 17 Agustus 1945, pada fakultas Ilmu Politik dan Kemasyarakatan). “Saya benar-benar sibuk waktu itu - harus pandai mengatur jadwal kuliah yang begitu ketat di dua perguruan tinggi yang berbeda disiplin ilmunya. Syukur pada Tuhan karena saya dapat melewatinya dengan baik”, tutur Vincent mengenang sukadukanya. Rupanya dengan bergelar Sarjana Teologia yang diraihnya dari STT Jakarta dan gelar Drs. UNTAG Jakarta belum mampu memuaskan obsesinya dalam belajar. Di UNTAG meskipun sudah diwisuda, ia masih saja kelihatan mondar-mandir dari rumah ke kampus. Menurut Vincent, pada waktu itu beberapa mahasiswa yang merasa heran ia masih saja rindu kampus bahkan ada yang nyeletuk, “Lihat si mahasiswa itu…rupanya cinta ilmu. Sudah lulus sarjana ilmu politik masih saja berada di kampus”, ujar Vincent meniru ucapan mahasiswa itu dahulu. Rupanya kehadirannya di kampus UNTAG berkaitan erat dengan kuliahnya di Fakultas Hukum. Tahun 1981 ia diyudisium sebagai sarjana hukum, lulus di bidang Hukum Perdata dan bidang Hukum Waris Islam yang membutuhkan juga kemahiran berbahasa Arab. Rupanya bukan hanya beberapa gelar yang telah berhasil digenggamnya melainkan berbagai penataran tingkat regional maupun nasional pun ia ikuti dan selalu berhasil lulus dengan hasil baik. Misalnya mengikuti penataran metodologi penelitian sosial, turut serta dalam penataran keluarga yang bertanggung jawab dan keluarga berencana yang diadakan oleh BKBN (Badan Keluarga Berencana Nasional), berhasil pula ia meraih B.Sc. dalam bidang konstruksi dan design mebel dan masih sederet penataran lainnya yang kalau ditulis maka halaman ini tidak akan muat. Yang penting dan berkaitan dengan fungsi tugasnya sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi ia pun sudah mengikuti penataran keterampilan tenaga pengajar yang
berkaitan erat dengan sistem kredit semester yang mulai diberlakukan di perguruan tinggi-perguruan tinggi setanah air. Sukaduka semasa bermahasiswa dahulu dengan serba keterbatasan sarana bila dibandingkan dengan sekarang yang seakan-akan mahasiswa begitu mudah ditunjang oleh fasilitas belajar yang serba canggih, bagaimana menurut Vincent? “Menurut saya bahwa keadaan sekarang begitu mudah. Yang penting ada uang mau kuliah ke mana saja dapat. Kalau dulu, meskipun punya otak - punya uang, tetapi kesempatan untuk kuliah itu masih agak sukar. Jadi sebenarnya saat inilah mahasiswa harus benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada. Hanya saja masih ada beberapa mahasiswa yang kurang menyadari hal tersebut. Masih ada yang terlambat kalau kuliah, keinginan baca pun masih sangat rendah, sehingga mengharapkan mahasiswa membeli literatur (buku-buku wajib) itu sangat sulit. Begitu pula mahasiswa sering mungkir kuliah karena mungkin di tempat kerjanya sangat sibuk. Padahal kalau ditelusuri mereka itu bekerja tidak pada bidang yang sekarang mereka pelajari di perguruan tinggi. Yah, begitulah keadaan di Jakarta membuat mereka pun harus memikirkan biaya hidup”. Mengasuh mata kuliah agama Kristen protestan dan pancasila di beberapa universitas membuat Drs. Vincent S.S., S.Th., S.H., B.Sc. harus mengatur segala kesibukan berdasarkan skala prioritas. “Mana yang membutuhkan penyelesaian segera harus didahulukan dan dikerjakan lebih dulu”, ujar Vincent kepada RA. Yang jelas, menurut Vincent yang merupakan alumni SMUK I tahun 1961, mengajar itu merupakan suatu pelayanan yang telah diserahkan Tuhan ke atas pundaknya. Jadi ia akan selalu berusaha hadir di kelas memberi kuliah. Meskipun sangat sibuk, apalagi ketika dipercayakan kepada Vincent menjabat anggota Dewan Penasehat Hukum oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Penasehat Hukum Indonesia sejak Maret 1989 hingga sekarang, ia tetap ingat akan akarnya.
“Bagaimana pun, sekarang ini saya ibarat pohon yang sudah rindang bahkan sudah menghasilkan buah, jadi sebagai alumnus STT Jakarta saya tetap melayani dalam pemberitaan firman. Bila ada gereja yang meminta untuk berkhotbah ataupun ada acara-acara kebaktian di kampus UKRIDA atau di kampus lain saya selalu bersedia. Menurut pandangan hidup saya, pekerjaan dan pelayanan lebih menyangkut kepentingan orang banyak dan tanggung jawab moral, etik, teologis. Pekerjaan lebih menyangkut kepentingan pribadi, maka pelayanan akan lebih saya utamakan dari pekerjaan, karena bagi saya, lahir itu untuk hidup, hidup itu untuk berjuang, berjuang itu untuk mati, mati bagi saya adalah untuk Tuhan. Oleh karena itu saya senang hidup yang sederhana,yang berkecukupan, seimbang, serasi dan selaras”, kata Drs. Vincent, S.S., S.Th., S.H., B.Sc. Tokoh nasional yang saya kagumi adalah Bung Karno dan Bung Hatta, keduanya sebagai bapak-bapak pendiri Republik Indonesia. Bung Karno seorang profil cendekiawan yang semangatnya tidak pernah padam menghadapi ganasnya sang penjajah, ia adalah penggali Pancasila dan bertindak tegas di saat persatuan Indonesia menghadapi perpecahan, berani untuk menyatakan dekrit 5 Juli yaitu kembali ke-UUD 1945. Bung Hatta, Bapak Koperasi profil seorang cendekiawan yang disiplin akan waktu, sabar dan berpikiran luas serta berpegang teguh pada prinsip. Tokoh internasional yang saya kagumi ialah Martin Luther, tokoh pembaru gereja. Ia berani dan bertanggung jawab untuk mempertahankan kebenaran Firman Allah, meskipun menghadapi rintangan yang maha dahsyat. Tokoh lain yaitu Rembrandt, pelukis Belanda yang karya lukisannya begitu teliti, indah, menawan dan monumental. Apakah tujuan hidup Vincent sudah tercapai? “Hm… rasanya sudah. Segala apa yang Allah berikan kepada saya, saya terima dengan rasa puas. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Tetapi secara keseluruhan selama manusia itu masih
diberi berkat oleh Tuhan, maka begitu tujuan satu tercapai, masih ada lagi tujuan yang harus dikerjakan lagi. Tentunya tujuan-tujuan itu semua bukan dikerjakan untuk semata-mata kepuasan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan sesama. Misalnya mengajar atau pun membagi firman pada kebaktian-kebaktian, yang untuk saya merupakan berkat. Jadi ini sebenarnya pelayanan”, seru TT., Drs. Vincent S.S. yang senang bernyanyi dan melukis, sebagai sumber inspirasi dan ilham untuk menjalankan profesinya sebagai pelukis tanpa mengenal kejenuhan dan lelah. Sebagai tenaga dosen yang berstatus lektor, ia pun sangat menaruh perhatian kepada penelitian ilmiah, menurutnya, bila sejak SMP muridmurid sudah biasa melakukan riset yang sederhana-sederhana, niscaya kepekaan mereka akan terasah untuk melihat fenomenafenomena dari suatu proses pembangunan baik keuntungannya maupun dampak yang merugikan. “Jadi di sini murid akan mempunyai daya nalar yang tajam, sehingga mereka benar-benar siap menyongsong tahun 2000 nanti”, kata Vincent, S.S. selanjutnya. Di lain pihak ia pun sebenarnya senang dengan pendidikan kejuruan maupun tingkat perguruan tinggi yang berorientasi pada spesialisasi tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan pasar. Untuk itu Vincent, S.S. merasa jalur diploma yang dapat menjawab tantangan dunia kerja itu. “Ya, saya alumnus SMUK I Pintu Air 11, alumnus tahun 1961, dan kepala sekolah ketika itu adalah Bapak Oei Kiem Liong”, ujarnya. Akhirnya Vincent S.S. yang termasuk dalam orang-orang yang mempunyai etos kerja berprestasi dalam studi, mempunyai sederetan gelar dari berbagai disiplin ilmu, menyadari bahwa semua itu adalah anugerah dari Tuhan. Sebagai manusia, ia wajib menjalankan tanggung jawab itu sebaik-baiknya. Mungkin karena terlalu sibuk belajar-mengajar, membuat ia lupa pada urusan yang sangat pribadi yaitu berkeluarga…karena ia masih hidup sendiri dengan segala keberadaannya. Watak manusia berbeda. Ada yang khawatir dalam kesunyian, tetapi ada pula yang benar-benar “enjoy” dalam keheningan
jiwa. Mungkin TT Vincent sudah bersepakat dengan perasaannya untuk menghabiskan hidupnya hanya untuk melayani, belajar, melukis, dan mengajar. “Tugas profesi saya selebihnya digunakan untuk melukis, dalam waktu dekat ini akan mengadakan pameran lukisan tunggal ke-3 di Balai Budaya atau di TIM”. Ketika kepadanya ditanya aliran yang dianut dalam melukis sebagai profesi sehari-hari. Jawabnya, “Dalam melukis biasanya aliran itu tidak begitu penting, bahkan hal nomor dua yang terpenting adalah melukis untuk mengungkapkan ekspresi dan melahirkan lukisan. Berbicara mengenai aliran yang dianutnya dewasa ini maka pelukis Vincent S.s. mengemukakan dari segi isi lukisan ia menganut aliran SUPRA NATURALIS dan dari bentuk/corak lukisan ia menganut aliran EKSPRESIONIS. Dengan aliran supra naturalis dimaksud adalah melukis obyek lukisan dan kenyataan di sekitar kita di dalam kanvas lukisan dari sudut pandang terang Firman Allah, kehendak ciptaan-Nya manusia, dunia dan alam semesta yang telah dirusak oleh dosa. Dengan aliran ekspresionis dimaksud adalah menuangkan secara total, frontal segala ekspresi, perasaan, beban moral persepsi pelukis yang pada saat melukis obyek lukisan secara tepat, secara spontan, bertubi-tubi dan jujur, apa adanya. Dari beberapa lukisan yang dilihat RA, tampak pelukis Vincent melukis dengan goresan garis yang kuat, tektur yang kasar cat yang tebal, warna kuat dan mencekam, memukau, peka, ekspresif. Mungkin karena ia telah menekuni profesi melukis sejak duduk di bangku SMP, 36 tahun yang silam. Biarlah sosoknya hadir sebagai dosen, namun perasaannya adalah ‘pastur’. SELAMAT BEKERJA DAN MELAYANI, Vincent! RA