PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI TENTANG MATERI PERILAKU TERPUJI KELAS III SD NEGERI I NGADIMULYO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ESTI NURJANAH NIM : 11408278 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI TENTANG MATERI PERILAKU TERPUJI KELAS III SD NEGERI I NGADIMULYO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ESTI NURJANAH NIM : 11408278 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi @stainsalatiga.ac.id
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lampiran Hal
: 3 Eksemplar : Naskah Skripsi Saudara ESTI NURJANAH Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama NIM Jurusan/Progdi Judul
: Esti Nurjanah : 11408278 : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam :
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI TENTANG MATERI PERILAKU TERPUJI KELAS III SD NEGERI I NGADIMULYO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadikan perhatian. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, 4 Agustus 2010 Pembimbing
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002
ii
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi @stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul
:
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI TENTANG MATERI PERILAKU TERPUJI KELAS III SD NEGERI I NGADIMULYO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
Nama
: Esti Nurjanah
NIM
: 11408278
Jurusan/Program Studi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Salatiga,
Agustus 2010
Dewan Penguji, Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Mukti Ali, M.Hum. NIP. 19750905 200112 1 001
Drs. H.A. Sulthoni, M.Pd. NIP. 19681104 199803 1 003 Pembimbing
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002
iii
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi @stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar
referensi
yang
peneliti
cantumkan,
maka
peneliti
sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi
Salatiga,
Juli 2010
Peneliti
Esti Nurjanah NIM. 11408278
iv
MOTTO
“Sebaik-baik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlaqnya.” (HR. Bukhari – Muslim)
v
PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan kepada : 1.
Kepada segenap keluarga, Bapak dan Ibu yang telah tulus memberikan do’a dan restu.
2.
Suamiku tercinta, engkau selalu mendampingi di saat aku mulai jenuh dan putus asa dan yang selalu memberikan dorongan moril yang luar biasa.
3.
Putraku Kholilulloh Abinnaji, maafin Ibu nak……karena selama ini Ibu selalu meninggalkan kamu sampai sore.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Pemurah, hanya dengan segala nikmat yang telah diberikan dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Penerapan Metode Contextual Teaching dan Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran
PAI Tentang Materi
Perilaku Terpuji Kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010.” Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, dengan ikrar “Allahuma Shali’alaa Muhammad” Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, serta batuan dari berbagai pihak maka terselesaikanlah skripsi ini. Oleh karena itu, atas bantuan petunjuk, maupun motivasi yang penulis peroleh. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan bersedia membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Bapak Drs. Djoko Sutopo Selaku Ketua Program Studi Ekstensi. 4. Bapak Ruaedi, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri I Ngadimulyo yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengadakan penelitian. 5. Kepada segenap keluarga Bapak dan Ibu yang telah tulus memberikan do’a dan restu, terlebih kepada suami tercinta yang telah memberikan dorongan moril yang luar biasa serta anakku tersayang Kholilulloh Abinnaji. 6. Teman-teman satu bimbingan yang senantiasa saling menolong demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman kelas 08-B.
vii
Dari kesemuanya itu penulis hanya dapat berdoa semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Akhirnya, penulis hanya bisa berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Salatiga, Juli 2010
Penulis
viii
ABSTRAK Nurjanah, Esti (NIM. 11408278). 2010. Penerapan Metode Contextual Teaching dan Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran PAI Tentang Materi Perilaku Terpuji Kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Kata Kunci : Metode Contextual Teaching dan Learning (CTL), Pemahaman Siswa, Pembelajaran PAI tentang Perilaku Terpuji. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui : 1) Apakah penerapan metode contextual teaching and learning dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010. 2) Apakah penerapan metode contextual teching and learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni satu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI materi perilaku terpuji. Obyek penelitian adalah siswa kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30 siswa. Dari beberapa karakteristik mata pelajaran PAI materi perilaku terpuji dan bagaimana cara memilih metode pembelajaran yang baik, maka diterapkanlah metode contextual teaching and learning (CTL). Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian siklus I, siklus II dan siklus III, menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan ketuntasan belajar yaitu pada siklus I baru mencapai 56,67%, kemudian meningkat secara signifikan menjadi 70,00% pada siklus II dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III menjadi 90,00%. Maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .............................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
D. Hipotesis Tindakan ................................................................
4
E. Manfaat Penelitian .................................................................
5
F. Definisi Operasional ..............................................................
5
G. Metode Penelitian ..................................................................
8
H. Sistematika Penulisan ...........................................................
14
KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran dan Pemahaman Siswa ......................
15
1.
Pengertian Belajar ..........................................................
15
2.
Pengertian Pembelajaran ................................................
17
3.
Pemahaman Siswa ..........................................................
18
B. Metode Contextual Teaching and Learning ..........................
19
1.
Pengertian Metode .........................................................
19
2.
Pengertian Metode Pembelajaran CTL ..........................
21
x
3.
Hakekat Pembelajaran CTL ...........................................
22
4.
Landasan Teoritis ...........................................................
23
5.
Konsep Dasar CTL .........................................................
24
6.
Pembelajaran CTL di kelas ............................................
25
7.
Strategi Pembelajaran Permodelan (Modeling) Dalam CTL ....................................................................
8.
BAB III
BAB IV
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional ..............................................
33
C. Materi PAI tentang Perilaku Terpuji .....................................
34
1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam .......................
34
2. Materi tentang Perilaku Terpuji ......................................
36
D. Hubungan antara Perilaku Terpuji dengan Metode CTL ..
38
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .............................................
39
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ............................................
43
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...........................................
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Persiklus ................................................................
BAB V
32
52
1.
Siklus I ...........................................................................
52
2.
Siklus II ..........................................................................
56
3.
Siklus III .........................................................................
59
B. Pembahasan ...........................................................................
63
1.
Siklus I ...........................................................................
63
2.
Siklus II ..........................................................................
63
3.
Siklus III .........................................................................
64
4.
Analisis Hipotesis ..........................................................
64
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
66
B. Saran-saran ............................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional ................................................................................
33
Tabel 2.2. Struktur Kurikulum SD ...............................................................
35
Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Paska Penelitian Siklus I.......................................
54
Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Paska Penelitian Siklus II .....................................
57
Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Paska Penelitian Siklus III ...................................
61
Tabel 4.4. Peningkatan Persentase Ketuntasan .............................................
64
xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 1.1 Bagan Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ..................
9
Grafik 4.1. Peningkatan Persentase Ketuntasan ..............................................
65
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada umumnya adalah mutu pendidikan. Usaha peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten. Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatanpendekatan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa antara lain kemandirian dan kedewasaan yang lambat, ini dilihat dari perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan tidak merespon materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah, ini dapat
1
2 dilihat keinginan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah sehingga guru harus memotivasi terus menerus saat kegiatan belajar mengajar. Menurut Muhibbin Syah (1995:208), pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta pembelajarannya. Kegiatan belajar mengajar sebaikya guru tidak hanya menyampaikan konsep dan teori saja tetapi juga menekankan pada bagaimana caranya agar siswa dapat memperoleh konsep dan teori tersebut. Guru harus dapat menggunakan pendekatan yang tepat agar siswa mendapatkan prestasi yang memuaskan, salah satunya menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Muslich, 2008:41). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pada konteks kelas, tugas guru adalah siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru
3 bagi kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari “apa kata guru”. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut, baik metode maupun pendekatan yang digunakan. Menurut pengamatan penulis selama ini, proses pembelajaran di sekolah dasar belum sepenuhnya optimal. Hal ini tampak pada proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru, banyak siswa yang ramai pada saat pembelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak fokus, keberadaan guru kurang mendapat perhatian siswa, metode maupun pendekatan yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga siswa kurang diarahkan dan berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dunia nyata siswa, maka perlu dicari langkah pembelajaran yang aktif dan efektif. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Contextual Teaching dan Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran PAI tentang Materi Perilaku Terpuji pada Kelas III SD Negeri I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Apakah penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi
4 perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010. 2.
Apakah penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui apakah penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010.
2.
Untuk mengetahui apakah penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1993:62). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SD Negeri I Ngadimulyo.
5 E. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilaksanakan dapat diambil beberapa manfaat antara lain : 1.
Bagi Guru a.
Mendapatkan
pengalaman
langsung
dalam
menerapkan
pembelajaran dengan metode kontekstual b.
Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan pembelajaran yang lebih menarik minat siswa
2.
Bagi Siswa a. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi perilaku terpuji.
3.
Bagi Sekolah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan mengatasi permasalahan pembelajaran yang sering dialami oleh siswa dalam KBM.
4.
Bagi Peneliti Sebagai saran untuk mempraktikan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan kenyataan sehari-hari.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari atau mempersempit kesalahan pengertian oleh pembaca tentang judul penelitian ini, maka penulis memberi definisi operasional sebagai berikut :
6 1.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut Arikunto, dkk. (2007:58), ada tiga pengertian yang dapat diterangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu : a.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.
Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c.
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari seorang guru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran. 2.
Metode Contextual Teaching dan Learning ( CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Masnur, 2008:41).
7 3.
Pembelajaran PAI tentang Materi Akhlak Terpuji Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sehingga pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang lain atau makhluk hidup belajar (KBBI, 2001:17). Sedangkan pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran pokok yang harus diberikan kepada peserta didik di tingkat sekolah dasar, termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:4). Lebih khusus dalam hal ini tentu melakukan suatu proses kegiatan belajar dan mengajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang merupakan upaya yang dilakukan oleh guru terhadap para siswa untuk menstransfer suatu materi, khususnya tentang akhlak terpuji kepada siswa agar siswa dapat menerima dengan baik apa yang menjadi obyek transformasi tersebut.
4.
Pemahaman Siswa Pemahaman siswa artinya siswa dapat tahu benar, mengerti benar, pokok bahasan pembelajaran yang ada pada kurikulum tersebut, dalam hal ini adalah pembelajaran pendidikan agama Islam. Pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran bisa dikatakan sebagai prestasi belajar
8 yaitu hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas belajar (KBBI, 2001: 895) Dengan demikian sudah jelas bahwa peningkatan pemahaman siswa dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah diterapkannya metode contextual teaching dan learning pada pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010.
G. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian Secara terperinci tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : a) Perencanaan b) Rancangan Tindakan c) Tahap pelaksanaan d) Tahap pemantauan e) Refleksi f)
2.
Siklus
Subyek penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30 orang.
9 3.
Langkah-Langkah Penelitian/Siklus Penelitian Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini sebagai mana digambarkan seperti pada model penelitian tindakan yang ditawarkan oleh Suharsimi Arikunto (2007:16) sebagai berikut : Gambar 1.1 Bagan Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
? 4.
Tempat dan waktu
Tempat penelitian adalah di kelas III SD Negeri I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010.
10 5.
Rumusan Tindakan a.
Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : 1) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran. 2) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di
kelas ketika latihan
atau strategi
pembelajaran tersebut diaplikasikan. 3) Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan (Tim Pengembangan Guru Dirjen PT, 1992:92). b.
Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
c.
Observasi dan interprestasi Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d.
Analisis refleksi Hasil yang didapatkan dalam lembar observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil observasi peneliti dapat merefleksi diri melihat data observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil
11 analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. 6.
Teknik Pengumpulan Data a.
Tes (evaluasi) Digunakan lembar tes yang dikerjakan oleh siswa, baik berupa evalusai pra penelitian ini berfungsi untuk mengukur pengetahuan awal siswa sebelum penelitian dilaksanakan dan evaluasi pasca penelitian ini berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan penelitian.
b.
Pengamatan Dipandu dengan lembar observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti, untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
7.
Teknik Analisis Data Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah jika penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010, tentu dengan menganalisa data dengan menggunakan : a.
Tes hasil belajar dengan pertanyaan, atau lembar evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Hasil evaluasi dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :
12 1)
Rata-rata kelas Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yaitu tes tertulis, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga memperoleh rata-rata, dapat dirumuskan :
ܺത
ܺത =
∑ܺ ∑ܰ
= Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa 2)
Ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individual dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk teknik penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar secara individual bila telah mencapai skor batas terendah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari mata pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SD yaitu 70% atau nilai 70. Selanjutnya kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan KKM (Tim penyusun KTSP, 2008: 8).
13 Untuk
menghitung
prosentase
ketuntasan
belajar
digunakan rumus sebagai berikut :
ܲ=
∑ ݎ݆݈ܾܽܽ݁ݏܽݐ݊ݑݐ ݃݊ܽݕ ܽݓݏ݅ݏ ݔ100% ∑ ݑݎݑ݈݁ݏℎ ܽݓݏ݅ݏ
Ketuntasan belajar secara klasikal akan digunakan untuk menentukan banyaknya siklus penelitian, khususnya dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 85%. b.
Menggunakan lembar pengamatan, untuk mengukur keaktifan dan perhatian siswa dalam mempelajari materi. Selanjutnya untuk menjaga keabsahan data penelitian dilakukan
pengamatan dan pencarian data dengan tekun dan teliti, yaitu dengan jalan mencermati kejanggalan-kejanggalan dan keterangan yang kurang jelas kemudian meminta untuk memperjelas kekurangan-kekurangan yang masih janggal. Kekurangan-kekurangan tersebut akan dicatat dalam lembar observasi yang kemudian dipelajari cara penyelesaiannya yang dituangkan dalam reflesi kemudian diterapkan atau dilaksanakan pada kegiatan penelitian siklus berikutnya.
14 H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai penelitian ini, maka penulis sajikan sistematika sebagai berikut : Bab pertama, pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua, kajian pustaka yang berisikan penelitian tindakan kelas (PTK), metode contextual teaching dan learning (CTL), dan pembelajaran PAI tentang materi akhlak terpuji. Bab
ketiga,
pelaksanaan
penelitian
yang
memuat
diskripsi
pelaksanaan per siklus pembelajaran yang terdiri dari rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Bab keempat, hasil penelitian dan pembahasan berisi diskripsi hasil per siklus pembelajaran dan pembahasan. Bab kelima, penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Serta pada bagian akhir dilengkapai daftar pustaka, dan lampiran-lampiran
BAB II KONSEP PEMBELAJARAN, METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Konsep Pembelajaran dan Pemahaman Siswa 1. Pengertian Belajar Pengertian
belajar
sudah
banyak
dikemukakan
dalam
kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perubahan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkahlaku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berharihari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses situ terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses terjadi secara internal di dalam diri indvidu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
15
16 Agar belajar dapat diperoleh hasil yang baik, siswa harus mau belajar sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa, Sehingga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si pendidik, oleh sebab itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam menggunakan alat pelajaran yang ada. Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan. Ada dua komponen yang saling berinteraksi untuk bersamasama menuju satu tujuan. Yakni bagi siswa dapat menerima (memahami, mengerti, menguasai serta dapat melaksanakan) apa yang diberikan atau
17 disampaikan oleh guru. Dan bagi guru dapat memberikan dengan baik matateri pembelajaran tanpa terjadi salah pengertian diantara guru dan siswa. Sehingga keduanya dengan selaras dapat saling memberi dan menerima. Menurut Gagne belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang bertahap dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang kompleks. Sedangkan mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berpikir dan bagaimana menyelidiki. Berititik tolak pada pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan proses yang lebih banyak terjadi (dialami) siswa, sedang mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh guru. Meski antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar merupakan kegiatan yang berbeda, namun keduanya saling berkaitan dengan tujuan akhir yang sama, yakni bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa (Pedoman Penyusunan Proposal Penelitian: 2008:8). 2. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001:17) adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang lain atau makhluk hidup belajar. Dimyati
dan
Mudjiono
(2006:157)
menjelaskan
bahwa
pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
18 membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Sedangkan
Ahmad
Zayadi
dan
Abdul
Majid
(2005:8)
menjelaskan bahwa istilah pembelajaran, bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Definisi lain dikatakan oleh Dave Meier pakar Accelerated Learning, bahwa “pembelajaran adalah perubahan, apabila tak ada waktu untuk berubah, berarti tidak ada pembelajaran sejati”. Istilah pembelajaran juga sering dipakai untuk menunjukkan proses yang menekankan pada pola interaksi guru dan murid interaksi antara kegiatan belajar dan mengajar (Pedoman Penyusunan Proposal Penelitian: 2008:8). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif dengan memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki agar memperoleh sesuatu yang bermakna dan produktif. 3. Pemahaman Siswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895), pemahaman artinya tahu benar, mengerti benar. Sedangkan siswa merupakan peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi pemahaman siswa
19 adalah siswa dapat tahu benar, mengerti benar, materi atau pokok bahasan yang ada dalam suatu kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Tingkat pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran bisa diukur salah satunya dari prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan suatu aktivitas belajar.
B. Metode Contextual Teaching and Learning 1.
Pengertian Metode Metode
berasal
dari
bahasa
Yunani “Greek”,
yakni
“Metha”, berarti melalui , dan “ Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya “jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu” (Arifin, 1987:97). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta (1986:649), bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”. Sedangkan dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode
adalah “cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya” (Salim, 1991:1126). Menurut Muhibbin Syah (1995:201) dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, bahwa “Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistemati”
20 Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara “seni” dalam mengajar (Ramayulis, 2001:107). Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut Mulyanto Sumardi (1997:12),
bahwa
“metode
adalah
rencana
menyeluruh
yang
berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach” Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa ìmetode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan
terpenting
sebelum
seorang
guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal di bawah ini: a. sifat dari pelajaran, b. alat-alat yang tersedia, c. besar atau kecilnya kelas,
21 d. tempat dan lingkungan, e. kesanggupan guru, f. banyak atau sedikitnya materi , g. tujuan mata pelajaran (Roestiyah N., 1989:68). 2.
Pengertian Metode Pembelajaran CTL Metode pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Masnur, 2007:41). Hal yang sama juga dikatakan Bandono, bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka seharihari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan
yang
dinamis
dan
fleksibel
untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya (Bandono, 2007). Jadi pendekatan kontektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
22 3.
Hakekat Pembelajaran CTL Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar tidak sekedar menghafal tetapi juga pengalaman pribadi, karena pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa (Bandono, 2007). Elemen pembelajaran kontekstual menurut John A. Zahorik (dalam Masnur, 2008:52) ada lima, sebagai berikut : a.
Activating Knowledge Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
b.
Acquiring Knowledge Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperlihatkan detailnya
c.
Understanding Knowledge Pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun: 1) Konsep sementara / hipotesis 2) Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan/ validasi 3) Konsep tersebut direvisi & dikembangkan
d.
Applying Knowledge Mempraktekkan pengetahuan & pengalaman
23 e.
Reflecting Knowledge Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
4.
Landasan Teoritis Contextual Teaching and Learning memiliki landasan yang kuat dan merupakan hasil penelitian didalam psikologi pendidikan dan psikologi sosial, antara lain : a.
Sains Kognitif : 1) Semua proses belajar terjadi dari pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. 2) Pengetahuan dikonstruksi dalam berbagai ragam konteks untuk diterapkan pada konteks yang baru.
b.
Konstruktivisme 1) Struktur pengetahuan setiap orang berbeda dengan struktur pengetahuan orang lain, setiap pengetahuan masing-masing individu dibentuk secara unik oleh pengalaman hidup dan pilihan-pilihan individu. 2) Seseorang mengkonstruksi pengetahuannya di dalam struktur dan melalui interaksi sosial. 3) Pengetahuan yang dimiliki oleh individu atau masyarakat tidak statis.
c.
Teori motivasi Belajar amat efektif bila dimotivasi oleh keberhasilan dalam melaksanakan tugas.
24 d.
Teori Kecerdasan Ganda 1) Setiap orang belajar dan mencapai sesuatu secara berbeda. Perbedaan ini antara lain kecepatan belajar atau banyaknya belajar yang dapat dikuantifikasi dalam skala linier. 2) Seseorang memiliki dan mengembangkan ketrampilan dan bakat yang berbeda serta bernilai sama. 3) Pengetahuan yang dimiliki oleh individu atau masyarakat tidak statis.
5.
Konsep Dasar CTL Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran dengan kegiatan mengajar dari guru yang menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan kegiatan belajar yang memotivasi siswa agar menghubungkan dan menerapkan pengetahuannya
pada kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Langkah-langkah penerapan CTL secara garis besar adalah sebagai berikut (Masnur, 2007:42) : a.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
c.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
25
6.
f.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pembelajaran CTL di Kelas CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu (Masnur, 2007 : 44-47) : a.
Konstruktivisme (Constructivism) Constructivism
merupakan
landasan
berfikir
(filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu mengkonstruksikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah menfasilitasi
26 proses tersebut dengan : 1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. 2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b.
Menemukan (Inquiri) Pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
diperoleh
siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inkuiri sebagai berikut :
c.
Observasi (Observation)
Bertanya (Questioning)
Mengajukan Dugaan (Hipotesis)
Mengumpulkan Data (Data Gathering)
Penyimpulan (Conclussion)
Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir
siswa.
Bagi
siswa,
kegiatan
bertanya
27 merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2) mengecek pemahamn siswa 3) membangkitkan respon kepada siswa 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.
28 d.
Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “Seorang guru yang mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan tehnik “learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
29
Pembentukan kelompok kecil.
Pembentukan kelompok besar.
Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, dan sebagainya).
e.
Bekerja dengan kelas sederajat.
Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
Bekerja dengan masyarakat.
Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan dengan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Kunci dari semua itu adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana menerapkan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :
pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu,
catatan atau jurnal di buku siswa,
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
diskusi, hasil karya.
30 f.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment) Penilaian authentic adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Kemacetan belajar siswa harus diketahui sejak awal dengan cara mengidentifikasi data. Hal ini dilakukan supaya siswa terbebas dari kemacetan belajar. 1) Karakteristik authentic assessment :
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung,
digunakan untuk formatif muapun sumatif,
berkesinambungan,
terintegrasi,
dapat digunakan sebagai feed back.
2) Hal-hal yang dapat digunakan untuk penilaian :
Proyek kegiatan dan laporannya,
pekerjaan rumah,
kuis,
karya siswa,
presentasi atau penampilan siswa,
demonstrasi,
31
laporan,
jurnal,
hasil tes tulis,
karya tulis.
3) Karakteristik pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut:
kerja sama,
saling menunjang,
menyenangkan, tidak membosankan,
belajar dengan bergairah,
pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber,
siswa aktif,
sharing dengan teman,
siswa kritis, guru kreatif,
Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.
32 7.
Strategi Pembelajaran Permodelan (modeling) dalam CTL Strategi dapat diartikan sebagai kesatuan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masingmasing jenisnya bercorak khas, dan kesemuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Permodelan
(modeling)
merupakan
salah
satu
strategi
pembelajaran CTL yang mengarahkan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa (Masnur, 2007:46). Strategi ini tepat diterapkan dalam pendekatan kontekstual karena sesuai dengan prinsip dasarnya yaitu pembelajaran yang menarik dan mengedepankan siswa lebih aktif. Model yang dimaksud bisa berupa contoh tentang sesuatu, cara mengoperasikan sesuatu, hasil karya, atau gambaran tentang sesuatu keadaan tertentu berupa gambar atau artikel. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih menarik dan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Jadi strategi permodelan bisa menggunakan suatu gambar atau artikel untuk dijadikan model tentang suatu hal yang menjadi pokok pembahasan dalam suatu pembelajaran. Gambar atau artikel yang dimaksud selanjutnya didiskusikan, diinterpretasikan, dianalisis dan dibahas secara mendalam sehingga siswa bisa memahaminya.
33 8.
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional
NO
PENDEKATAN CTL
PENDEKATAN KONVENSIONAL
1
Siswa aktif terlibat
Siswa penerima informasi
2 3 4
Belajar dengan kerja sama Berkait dengan kehidupan nyata Perilaku dibangun atas kesadaran diri Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Memperoleh kepuasan diri Kesadaran tidak melakukan yang jelek tumbuh dari dalam
Belajar individual Abstrak dan teoritis Perilaku dibangun atas kebisaan Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Memperoleh pujian atau nilai saja Tidak melakukan yang jelek karena takut hukuman
Bahasa diajarkan dengan Mendekatan komunikatif, digunakan dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, kemudian dilatihkan
Pemahaman rumus dikembangkan berdasarkan skemata yang telah ada dalam diri siswa Pemahaman rumus relative berbeda Siswa aktif, kritis, bergelut dengan ide Pengetahuan dibangun dari kebermaknaan Pengetahuan selalu berkembang sejalan dengan fenomena baru
Rumus berada di luar diri siswa yang harus diterangkan, diterima, dihafal dan dilatihkan Rumus adalah kebenaran absolute Siswa pasif hanya menerima tanpa kontribusi ide Pengetahuan dibangun dari fakta, konsep atau hukum Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Siswa bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran Pengahargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Hasil belajar diukur dengan prinsip Alternative Assessment Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik Berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman Hasil belajar hanya diukur dengan tes Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasakan motivasi ekstrinsik Berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu, dan karena mendapat hadiah
34 C. Materi Pendidikan Agama Islam tentang Perilaku Terpuji 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran pokok yang harus diberikan kepada peserta didik di tingkat sekolah dasar, termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:4). Mata pelajaran ini wajib diberikan kepada para siswa yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah dasar sebagaimana dalam Permendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Adapun struktur kurikulum seperti dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.2. Struktur Kurikulum SD
Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu IV, V I II III dan VI
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
3
3
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
5
4. Matematika
4
5
5. Ilmu Pengetahuan Alam
4
4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
3
3
35 7. Seni Budaya dan Keterampilan
2
4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
4
4
2
2
2*)
2*)
28
32
B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah
26
27
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran Sedangkan standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah sebagai berikut : a.
Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak .
b.
Menunjukkan sikap jujur dan adil.
c.
Mengenal keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.
d.
Berkomunikasi secara santun yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
e.
Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya .
f.
Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap sesama manusia dan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Permendiknas No.23).
Melihat begitu pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa maka harus digunakan pendekatan atau metode yang tepat agar siswa dapat mudah untuk menguasainya.
36 2. Materi tentang Perilaku Terpuji Perilaku berarti tabiat, budi pekerti, watak. Kata perilaku bisa disamakan dengan kata akhlak dalam Islam, dengan pengertian bahwa akhlak adalah suatu sikap moral atau budi pekerti yang baik dan terpuji (Nasir, 1990:14). Secara lebih luas, akhlak atau perilaku adalah kebiasaan kehendak untuk membiasakan sesuatu dalam kehidupan (Amin, 1975:62). Jadi perilaku terpuji adalah suatu sikap moral yang menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu berbuat baik dan terpuji. Menurut silabus mata pelajaran pendidikan agama Islam, materi perilaku terpuji merupakan salah satu aspek pendidikan agama Islam yang harus diberikan kepada peserta didik, aspek-aspek tersebut meliputi; Al Qur’an, aqidah, akhlak (perilaku), fiqh dan sejarah Islam (tarikh). Hal ini juga berdasarkan standar kompetensi lulusan dalam Permendiknas No. 23 yang juga mencantumkan kompetensi perilaku terpuji yang harus dikuasai oleh siswa, sebagai berikut: a.
Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al ‘Alaq.
b.
Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar.
37 c.
Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela .
d.
Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji.
e.
Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi (Permendiknas No. 23). Pokok bahasan materi perilaku terpuji untuk kelas III sekolah
dasar pada semester II meliputi; perilaku setia kawan, perilaku kerja keras, perilaku penyayang terhadap hewan dan perilaku penyayang terhadap lingkungan (Silabus, 2008 : 9-11). Materi ini yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Adapun standar kompetensi yang harus dicapai untuk kelas III dalam aspek akhlak adalah membiasakan perilaku terpuji. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah sebagai berikut : a.
Menampilkan perilaku setia kawan.
b.
Menampilkan perilaku kerja keras.
c.
Menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan.
d.
Menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan.
38 D. Hubungan antara Perilaku Terpuji dengan Metode CTL Perilaku terpuji adalah suatu sikap moral yang menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu berbuat baik dan terpuji. Jadi materi tentang perilaku terpuji ini merupakan salah satu materi yang sangat penting karena merupakan hal yang harus diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh anak adalah perilaku setia kawan, perilaku kerja keras, perilaku penyayang terhadap hewan dan perilaku penyayang terhadap lingkungan. Melihat pentingnya materi ini, diperlukan p embelajaran yang matang dengan menentukan suatu metode yang tepat sehingga siswa bisa mengerti, memahami, menguasai, serta dapat melaksanakan menjadi suatu sikap dan kebiasaan untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari. Sedangkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melihat karakter dari materi perilaku terpuji yang menuntut pembiasaan dan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan nyata untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka metode CTL ini sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran akhlak terpuji karena metode ini mengaitkan materi dengan kehidupan yang terjadi disekitar siswa, sehingga dapat memudahkan siswa untuk memahami dan menerapkannya.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus I ini adalah sebagai berikut : a. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode contextual teaching and learning : 1)
Mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disajikan sebagai materi penelitian.
2)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan silabus.
3)
Menyiapkan sebuah gambar atau artikel tentang pokok bahasan.
b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika penelitian atau metode contextual teaching and learning tersebut diaplikasikan. c. Mendesain alat evaluasi. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi paska pelaksanaan penelitian yaitu evaluasi yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan penelitian yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini berupa soal tes tertulis. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran
seperti
skenario
pembelajaran
39
yang
telah
direncanakan.
40 Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2010 di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 30 orang. Dalam pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru yang mengajarkan materi perilaku terpuji tentang setia kawan. Adapun proses belajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Berikut ini adalah diskripsi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Pada awal pembelajaran, peneliti melakukan apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan dengan melemparkan beberapa pertanyaan seputar perilaku terpuji secara umum. Hal Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang telah mengetahui materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang materi perilaku terpuji. Setelah itu, peneliti menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dapat dikuasai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran, serta menjelaskan gambaran kegiatan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, peneliti mengkodisikan siswa untuk tenang dan meminta siswa untuk memperhatikan apa yang sedang dilaksanakan oleh peneliti. Setelah peneliti menilai bahwa siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran, peneliti mengeluarkan sebuah gambar tentang seorang anak yang sedang menolong temannya yang jatuh dari sepeda dan sebuah gambar tentang dua orang anak yang sedang bahu membahu menata meja bersama, kemudian meminta kepada semua siswa untuk melihat dan memperhatikan gambar tersebut. Setelah beberapa saat siswa memperhatikan gambar yang ada, peneliti menjelaskan isi gambar dan maksud yang ada didalamnya,
41 kemudian peneliti mengaitkan gambar tersebut dengan materi tentang perilaku terpuji yang menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti memperluaskan bahasan dengan menjelaskan pengertian perilaku setia kawan, mengulas contoh-contoh setia kawan, menyebutkan manfaat setia kawan dan mengarahkan siswa untuk bersikap dan berperilaku setia kawan, serta meminta kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. Di akhir pembelajaran, peneliti menawarkan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas, tetapi bila tidak ada pertanyaan maka siswa dianggap telah memahami dan tidak ada masalah. Peneliti kemudian membagi lembar evaluasi paska pelaksanaan penelitian dan mengadakan analisa terhadap jalannya kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. 3. Observasi dan Interprestasi Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Hasil dari tindakan penelitian pada siklus pertama masih ditemukan beberapa hal yang menjadi hambatan terlaksananya penerapan metode contextual teaching and learning yakni : Pertama, ketika peneliti mengeluarkan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, kondisi kelas terkesan gaduh karena para siswa mengeluarkan komentar-komentar yang sangat beragam seperti ada siswa yang mengomentari gambar yang kurang bagus, mengatakan seseorang yang
42 ada di dalam gambar tersebut adalah salah satu temannya yang kemudian membuat teman yang lain tertawa-tawa. Kedua, ketika siswa diminta untuk mengamati gambar yang ada, ada siswa yang daya tangkapnya agak lama, sehingga sulit untuk menerima penjelasan dari peneliti, dan ini tentu akan menghambat waktu karena harus menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. Ketiga, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa siswa yang sudah menguasai materi terlebih dahulu, ini terjadi karena siswa tersebut telah mendapatkan materi yang hampir sama dalam mata pelajaran yang lain atau dari pengalaman sehari-hari. Keempat, waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian tidak bisa sama persis dengan skenario yang telah dibuat, karena kondisi kelas yang kadang diluar dugaan, sehingga memakan waktu. Dengan tiga jam pelajaran atau tiga kali tiga puluh lima menit tidak mencukupi, sebab masih banyak waktu yang tidak efektif untuk penjelasan teknik pelaksanaan kegiatan penelitian dan mengkondisikan kelas. 4. Analisis Refleksi Hasil yang didapatkan dalam lembar oebservasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil observasi peneliti dapat merefleksi diri melihat data observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan telah dapat memberikan pemahaman kepada siswa atau belum. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
43 a.
Sebelum
peneliti
mengeluarkan
gambar
kepada
siswa,
peneliti
memberitahukan terlebih dahulu bahwa peneliti akan mengeluarkan sebuah gambar yang bagus dan merupakan potret dari kehidupan di sekitar siswa, kemudian memberi kesempatan untuk mengira-ira dan mengomentari isi gambar di depan kelas secara tertib. b. Setelah peneliti mengeluarkan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, peneliti menunjuk beberapa siswa maju kedepan untuk mencoba menjelaskan isi gambar secara bergantian sehingga kelas tidak terkesan gaduh. c. Siswa yang daya tangkap terhadap materi rendah cukup sulit untuk menerima penjelasan, sehingga perlu adanya motifasi peneliti agar siswa yang mampu memahamai penjelasan dan merasa senang dengan gambar tersebut. Motivasi tersebut dapat berupa kompetisi bahwa siswa yang bisa menjelaskan kembali akan mendapat imbalan hadiah berupa tambahan nilai.
d. Terdapat beberapa siswa yang sudah menguasai materi sebelum penelitian diterapkan. Ini bukanlah satu hambatan justru hal inilah yang dapat menjadikan motivasi bagi teman yang lain. B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus II ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti membuat skenario pembelajaran dengan mengacu pada refleksi yang telah ada siklus I
44 1) Mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disajikan. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan silabus. 3) Mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan
simulatif
yang
dapat
mendorong siswa untuk berfikir. 4) Menyiapkan sebuah gambar yang berkaitan dengan pokok bahasan. b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika penelitian pada siklus II diaplikasikan. c. Mendesain alat evaluasi. Evaluasi ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan penelitian yang telah dilaksanakan berupa soal tes tetulis. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010 di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 30. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dengan mengajarkan materi perilaku terpuji tentang kerja keras. Adapun proses belajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah direvisi setelah membaca diskripsi pelaksanaan penelitian pada siklus I. Dan berikut adalah diskripsi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II.
45 Pada awal pembelajaran, peneliti melakukan apresepsi terhadap materi yang berkaitan dengan kerja keras. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa yang menguasai materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang materi perilaku terpuji pada pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran. Peneliti
menjelaskan
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
yaitu
akan
mengeluarkan sebuah gambar yang sangat menarik dan merupakan potret dari kehidupan disekitar siswa, dan nanti akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomentari dan menjelaskan isi gambar di depan kelas secara tertib. Selanjutnya peneliti mengeluarkan sebuah gambar tentang seorang anak yang sedang tekun belajar dan seorang anak yang sedang membantu orang tuanya menangkap ikan di laut yang berkaitan dengan materi yang dibahas dan meminta kepada semua siswa untuk melihat dan memperhatikan gambar tersebut. Setelah beberapa saat siswa memperhatikan gambar yang ada, peneliti menunjuk satu persatu siswa untuk menjelaskan gambar yang dimaksud di depan kelas dengan bahasa mereka sendiri dan tidak harus menggunakan bahasa Indonesia yang kaku. Setelah selesai beberapa siswa menjelaskan gambar menurut pemahaman mereka, sekarang berganti peneliti yang memberikan pertanyaan stimulatif kepada semua siswa yang berkaitan dengan gambar dan mengaitkan dengan perilaku-perilaku terpuji yang ada di dalamnya. Kemudian mengarahkan siswa untuk membayangkan apa yang terjadi dalam gambar merupakan sedang terjadi pada anak, dan menunjuk
46 secara acak beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan. Selajutnya peneliti terus mengejar jawaban siswa dan berusaha menarik siswa yang berlum berani menjawab sehingga semua siswa terkondisikan untuk memikirkan pertanyaan peneliti dengan rasa senang dan tanpa ada rasa tertekan. Di akhir pembelajaran, setelah peneliti mendapatkan beberapa jawaban yang dianggap benar dan terkait dengan pertanyaan yang diberikan, peneliti menyimpulkan jawaban yang benar tanpa harus menyalahkan siswa dan hanya mengkonstruksi pengetahuan siswa perilaku terpuji. Peneliti kemudian membagi lembar evaluasi paska pelaksanaan penelitian dan mengadakan analisa terhadap jalannya kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan.
3. Observasi dan interpretasi Masih seperti pada siklus I observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebagai pengembangan pada siklus I. Hasil dari tindakan penelitian pada siklus II masih ditemukan beberapa hal yang menjadi hambatan terlaksananya penerapan metode contextual teaching and learning yakni : Pertama, saat salah satu siswa mencoba menjelaskan isi gambar di depan kelas, siswa yang lain masih ada yang ramai sendiri karena berusaha mendiskusikan dengan temannya sehingga siswa sedang menjelaskan kurang bisa berkonsentrasi dan agak terganggu karena terpancang siswa yang lainnya.
47 Kedua, ketika siswa menyampaikan materi di depan kelas atau ketika diskusi, sebagian siswa masih belum tepat dalam menggunakan bahasa Indonesia sehingga siswa sering terlihat kaku dan dianggap lucu dan siswa yang lain tertawa dan membuat kelas terkesan gaduh lagi. Ketiga,
setelah
peneliti
melemparkan
pertanyaan-pertanyaan
stimulatif, masih ada beberapa siswa yang kurang mempunyai keberanian untuk mencoba menjawab sehingga baru beberapa siswa yang bisa aktif. Serta karena terpancang pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik maka siswa tidak dapat dengan bebas mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi pada saat menjawab pertanyaan . Keempat, dengan tiga jam pelajaran atau tiga kali tiga puluh lima menit pada siklus II ini masih terdapat kekurangan waktu, peneliti belum dapat mengumumkan hasil dari proses pembelajaran terhadap siswa. Waktu yang tidak efektif lebih banyak terdapat pada saat menentukan siswa yang berani menjelaskan gambar dan menjawab pertanyaan. 4. Analisis refleksi Hasil yang didapatkan dalam lembar observasi dianalisa. Dari hasil observasi peneliti dapat merefleksi diri melihat data observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas dan persentase secara klasikal. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. a.
Sebelum peneliti menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan isi gambar di depan kelas, peneliti membagi kelas menjadi lima kelompok,
48 kemudian memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan isi gambar dalam kelompoknya masing-masing serta menentukan salah satu wakil kelompok untuk menjelaskan di depan kelas secara bergantian sampai semua kelompok selesai. b.
Peneliti tidak perlu mangharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam menjelaskan gambar kepada teman-temannya karena ini justru sering membuat siswa tidak dapat menjelaskan secara leluasa karena harus mengingat-ingat kata yang disampaikan. Serta menkondisikan siswa untuk tidak terlalu gaduh tetapi juga tidak terlalu kaku.
c.
Peneliti melemparkan pertanyaan-pertanyaan stimulatif kepada masingmasing kelompok dan mengarahkan untuk mendiskusikan jawabannya dalam kelompoknya masing-masing sehingga semua siswa bisa aktif berdiskusi membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
d.
Pengefektifan waktu dalam proses pembelajaran dengan membatasi siswa yang menjelaskan gambar dan menjawab pertanyaan beberapa wakil kelompok hasil diskusi.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus III ini adalah sebagai berikut : a. Membuat skenario pembelajaran dengan mengacu pada refleksi yang telah ada siklus II
49 1) Mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disajikan. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan silabus. 3) Mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan
stimulatif
yang
dapat
mendorong siswa untuk berfikir dan mendiskusikan dalam kelompok. 4) Menyiapkan sebuah gambar yang berkaitan dengan pokok bahasan. b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika penelitian pada siklus III diaplikasikan. c. Mendesain alat evaluasi. Evaluasi ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan penelitian yang telah dilaksanakan berupa soal tes tetulis di akhir pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus III ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2010, di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 30. Dalam hal ini peneliti tetap bertindak sebagai guru dengan mengajarkan materi perilaku terpuji tentang sayang terhadap hewan dan lingkungan. Adapun proses belajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah direvisi setelah membaca diskripsi pelaksanaan penelitian pada siklus II. Berikut ini adalah diskripsi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus III. Pada awal pembelajaran, peneliti kembali melakukan apresepsi yaitu materi yang berkaitan dengan perilaku sayang terhadap hewan dan
50 lingkungan. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
siswa yang
menguasai materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang materi perilaku terpuji pada pertemuan sebelumnya dan materi yang akan dibahas pada pembelajaran siklus III. Selanjutnya peneliti membagi kelas menjadi lima kelompok secara cepat sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelum pembelajaran, dan menunjuk
salah
satu
siswa
sebagai
ketua
kelompok
dengan
mempertimbangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebelumnya. Setelah kelas terbagi dalam lima kelompok, peneliti mengeluarkan sebuah gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan meminta siswa untuk mencermati gambar yang ada. Kemudian mengajak siswa untuk mengidentifikasi dan menemukan apa saja isi dan maksud dari gambar serta mendiskusikannya dalam kelompoknya masing-masing dengan arahan peneliti. Dalam diskusi tersebut siswa diupayakan bisa membayangkan kejadian dalam gambar terjadi dalam kehidupan di masyarakat sehingga siswa mempunyai gambaran yang nyata. Kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan dan mengambil suatu kesimpulan, peneliti menunjuk wakil masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil temuan tersebut secara bergantian sampai semua kelompok selesai. Selanjutnya dari hasil temuan-temuan siswa, peneliti memandu diskusi kelas dengan bahasa yang santai tetapi mengena dan mengupayakan semua siswa bisa aktif serta saling mengkroscek hasil temuan masing-masing
51 kelompok. Di dalam diskusi tersebut, peneliti berupaya menghidupkan diskusi dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan stimulatif berkaitan dengan temuan-temuan siswa dan apabila ada pemikiran atau pengetahuan siswa yang kurang benar, peneliti berupaya menkonstruksi dan mengarahkannya, serta peneliti menjelaskan materi-materi yang terkait dengan pembahasan.Setelah semua siswa menyatakan telah memahami materi yang dibahas, peneliti mengembalikan kondisi kelas dalam situasi awal. Pada akhir pertemuan, peneliti menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan membagi lembar evaluasi paska pelaksanaan penelitian serta mengadakan analisa terhadap jalannya kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. 3. Observasi dan interprestasi Masih seperti pada siklus II observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebagai pengembangan pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus III ini peneliti tidak menemukan suatu kejanggalan yang signifikan. 4. Analisis refleksi Bila hasil tes paska penelitian pada siklus III prosentase ketuntasan siswa mencapai 85% atau lebih, penelitian ini dihentikan sampai dengan siklus III.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan kejelasan dari hasil penelitian penulis akan menganalisa terhadap kegiatan pelaksanaan penelitian yang telah terhimpun dari lembar observasi dan juga hasil evaluasi pada setiap siklus penelitian. Analisa yang dimaksud adalah analisa diskriptif, dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang materi perilaku terpuji melalui penerapan metode contextual teaching and learning di di kelas III SD Negeri I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010. A. Deskripsi Persiklus Metode pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah metode contextual teaching and learning yang masih jarang digunakan pada siswa jenjang sekolah dasar. Sehingga penerapan metode ini akan dilakukan dengan pengamatan serta observasi yang lebih teliti. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang valid dan dapat dibuktikan di kalangan pendidikan dasar. Sehingga terjadi banyak perbaikan ketika metode ini diterapkan. Hal tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan penelitian yang telah dilaksanakan. 1. Siklus I a. Hasil Observasi Karena observasi dilakukan pada saat penelitian maka hasil dari observasi langsung dapat diketahui diantaranya yaitu; kondisi kelas terkesan gaduh karena para siswa mengeluarkan komentar-komentar yang
52
53 sangat beragam seperti mengomentari gambar yang kurang bagus, mengatakan seseorang yang ada di dalam gambar adalah salah satu temannya yang kemudian membuat teman yang lain tertawa-tawa. Daya tangkap siswa bervariasi sehingga siswa yang daya tangkap terhadap materi rendah cukup sulit untuk menerima penjelasan dari peneliti, dan ini tentu menghambat waktu karena harus menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. Terdapat beberapa siswa yang sudah menguasai materi sebelum penelitian diterapkan. Ini terjadi karena siswa tersebut telah mendapatkan materi yang hampir sama dalam mata pelajaran yang lain atau dari pengalaman sehari-hari. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Dengan dua jam pelajaran atau dua kali tiga puluh lima menit tidak mencukupi, sebab masih banyak waktu yang tidak efektif untuk penjelasan teknik pelaksanaan kegiatan pelaksanaan penelitian. b. Hasil refleksi Pada siklus I belum dapat menunjukkan hasil penelitian yang telah direfleksi, sebab hasil refleksi siklus I baru akan dilaksanakan pada pelaksanaan penelitian siklus II.
54 c. Hasil Evaluasi Untuk dapat memperlihatkan tingkat keberhasilan maka perlu disajikan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Data-data ini merupakan hasil evaluasi paska penelitian siklus I dengan batas ketuntasan minimal adalah 70. Adapun hasilnya tersaji dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Paska Penelitian Siklus I No
Nama
Nilai
Keterangan
1
Ahmad Sobirun
60
Tidak Tuntas
2
Danang Kusuma Yudha
63
Tidak Tuntas
3
Angin Hendro Prasetyo
80
Tuntas
4
Alimatul Amalia
75
Tuntas
5
Aziz Maulana
70
Tuntas
6
Abdul Aziz
70
Tuntas
7
Istiqomah
70
Tuntas
8
Rohmad Safrudin
72
Tuntas
9
Sholehah
78
Tuntas
10
Tatang Agung Sholeh
65
Tidak Tuntas
11
Muhmmad Prayoga
67
Tidak Tuntas
12
Novika
68
Tidak Tuntas
13
Meri Rustanti
70
Tuntas
14
Wahyanto
67
Tidak Tuntas
15
Bagas Aji Pangestu
71
Tuntas
16
Tri Budi Hastomo
77
Tuntas
17
Agestin
86
Tuntas
18
Anik Oktaviana
63
Tidak Tuntas
19
Ariska Dwi Setiana
60
Tidak Tuntas
20
Apriyanto Purwo S.
70
Tuntas
55 No
Nama
Nilai
Keterangan
21
Bagas Dwi Armanda
79
Tuntas
22
Bella Novilasari
77
Tuntas
23
Deni Arirana K.
66
Tidak Tuntas
24
Fitriyana
65
Tidak Tuntas
25
Hada Asafiq
60
Tidak Tuntas
26
Herman Prasetyo
71
Tuntas
27
Jazimatul Rohmah
73
Tuntas
28
Muhammad Sigit P.
64
Tidak Tuntas
29
Ratnasari
68
Tidak Tuntas
30
Singgih Lesmana Aji
74
Tuntas
Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
2099 86 60 69,97
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 30 siswa kelas III, yang mencapai batas ketuntasan minimal atau memperoleh nilai 70 atau lebih berjumlah 17 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal berjumlah 13 siswa. Ketidaktuntasan ini disebabkan karena belum bisa memahami materi yang dibahas dalam pembelajaran dan peneliti kurang melakukan pendekatan terhadap siswa yang belum paham dengan remedial dan pengayaan, sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal evaluasi dengan baik.
Maka persentase ketuntasan
pelaksanaan proses pembelajaran dapat dihitung : ܲ= P=
∑ ݎ݆݈ܾܽܽ݁ݏܽݐ݊ݑݐ ݃݊ܽݕ ܽݓݏ݅ݏ ݔ100% ∑ ݑݎݑ݈݁ݏℎ ܽݓݏ݅ݏ
17 X 100 % 30
= 56,67 %
56 Melihat ketuntasan belajar yang baru mencapai 56,67 % maka perlu perbaikan pembelajaran siklus II dengan memperhatikan hasil refleksi dari observasi siklus I. 2. Siklus II Siklus II adalah merupakan perbaikan dari siklus I serta menerapkan hasil refleksi dari observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I. Diharapkan setelah diterapkannya hasil refleksi pada siklus I proses pembelajaran pada siklus II akan lebih baik. a. Hasil Observasi Saat salah satu siswa mencoba menjelaskan isi gambar di depan kelas, siswa yang lain masih ada yang ramai sendiri karena berusaha mendiskusikan dengan temannya sehingga siswa sedang menjelaskan kurang bisa berkonsentrasi dan agak terganggu karena terpancang siswa yang lainnya. Siswa juga masih belum tepat dalam menggunakan bahasa Indonesia sehingga siswa sering terlihat kaku dan dianggap lucu maka siswa yang lain tertawa dan membuat kelas terkesan gaduh lagi. Setelah peneliti melemparkan pertanyan-pertanyaan stimulatif, masih ada beberapa siswa yang kurang mempunyai keberanian untuk mencoba menjawab sehingga baru beberapa siswa yang bisa aktif. Serta karena terpancang pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik maka siswa
tidak
dapat
dengan
bebas
mengajukan
berkomunikasi pada saat menjawab pertanyaan.
pertanyaan
dan
57 Dengan dua jam pelajaran atau dua kali tiga puluh lima menit pada siklus II ini masih terdapat kekurangan waktu, peneliti belum dapat mengumumkan hasil dari proses pembelajaran terhadap siswa. Waktu yang tidak efektif lebih banyak terdapat pada saat menentukan siswa yang berani menjelaskan gambar dan menjawab pertanyaan. b. Hasil refleksi Hasil refleksi pada siklus I yaitu peneliti memberitahukan terlebih dahulu bahwa akan mengeluarkan sebuah gambar, kemudian memberi kesempatan untuk mengira-ira dan mengomentari isi gambar terlebih dahulu baru menunjuk siswa menyampaikannya di depan kelas secara bergantian dan tertib sehingga kelas tidak terkesan gaduh. Selanjutnya motivasi peneliti dengan kompetisi bahwa siswa yang bisa menjelaskan kembali akan mendapat imbalan hadiah berupa tambahan nilai mampu mendorong siswa yang daya tangkapnya rendah untuk memahami penjelasan dan merasa senang mengikuti pembelajaran. c. Hasil Evaluasi Untuk dapat memperlihatkan tingkat keberhasilan maka perlu disajikan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Dari evaluasi yang telah dilaksanakan dapat diketahui hasilnya dalam sajian tabel berikut :
58 Tabel 4.2. hasil evaluasi paska penelitian siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Ahmad Sobirun Danang Kusuma Yudha Angin Hendro Prasetyo Alimatul Amalia Aziz Maulana Abdul Aziz Istiqomah Rohmad Safrudin Sholehah Tatang Agung Sholeh Muhmmad Prayoga Novika Meri Rustanti Wahyanto Bagas Aji Pangestu Tri Budi Hastomo Agestin Anik Oktaviana Ariska Dwi Setiana Apriyanto Purwo S. Bagas Dwi Armanda Bella Novilasari Deni Arirana K. Fitriyana Hada Asafiq Herman Prasetyo Jazimatul Rohmah Muhammad Sigit P. Ratnasari Singgih Lesmana Aji Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
Nilai
Keterangan
72 72 78 79 60 69 70 69 65 64 66 77 66 67 71 72 85 77 72 77 79 81 77 74 71 79 73 77 72 79 2190 85 60 73,00
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
59 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian siklus II dengan memperhatikan refleksi siklus I diperoleh nilai rata - rata hasil pembelajaran siswa adalah 73 nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Sedangkan siswa yang belum tuntas masih ada 9 siswa dari jumlah seluruhnya 30 siswa. Ketidaktuntasan siswa pada siklus II ini juga disebabkan kurangnya remidial dan pengayaan lanjutan terhadap siswa yang belum tuntas pada siklus I, sehingga siswa merasa berat untuk memahami materi yang menumpuk dari siklus I dan siklus II. Maka persentase ketuntasan belajar dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut : ܲ= =
∑ ݎ݆݈ܾܽܽ݁ݏܽݐ݊ݑݐ ݃݊ܽݕ ܽݓݏ݅ݏ ݔ100% ∑ ݑݎݑ݈݁ݏℎ ܽݓݏ݅ݏ
21 ݔ100% 30
= 70 %.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus I,
secara klasikal belum tuntas belajar, karena persentase ketuntasan masih di bawah batas ketuntasan minimal yaitu 85%. Oleh karena itu, perlu perbaikan pembelajaran siklus II dengan memperhatikan hasil refleksi dari observasi siklus II. 3. Siklus III a. Hasil Observasi Hasil pengamatan pada siklus III ini peneliti tidak menemukan suatu kejanggalan yang signifikan. Hampir semua refleksi pada siklus II dapat
60 dilaksanakan dengan baik pada siklus III. Namun karena metode contextual teaching and learning membutuhkan keaktifan semua siswa yang ada di kelas, maka masih juga terdapat siswa yang cenderung pasif. b. Hasil refleksi Hasil refleksi pada siklus III setelah dilaksanakan dapat terlihat sebagai berikut : 1) Peneliti
membagi
memberikan
kelas
menjadi
kesempatan
kepada
lima
kelompok,
setiap
kemudian
kelompok
untuk
mendiskusikan isi gambar dalam kelompoknya masing-masing serta menentukan salah satu wakil kelompok untuk menjelaskan di depan kelas secara bergantian sampai semua kelompok selesai sehingga semua siswa bisa terlibat aktif . 2) Siswa mengidentifikasi dan menemukan apa saja isi dan maksud dari gambar serta mendiskusikannya dalam kelompoknya masing-masing dengan arahan peneliti. Dalam diskusi tersebut siswa diupayakan bisa membayangkan kejadian dalam gambar terjadi dalam kehidupan di masyarakat sehingga siswa mempunyai gambaran yang nyata. 3) Selanjutnya dari hasil temuan-temuan siswa, peneliti memandu diskusi kelas dengan bahasa yang santai tetapi mengena dan mengupayakan semua siswa bisa aktif serta saling menkroscek hasil temuan masingmasing kelompok. Di dalam diskusi tersebut, peneliti berupaya menghidupkan diskusi dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan stimulatif berkaitan dengan temuan-temuan siswa dan apabila ada
61 pemikiran atau pengetahuan siswa yang kurang benar, peneliti berupaya
mengkonstruksi
dan
mengarahkannya,
serta
peneliti
menjelaskan materi-materi yang terkait dengan pembahasan. 4) Peneliti tidak perlu mangharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam menjelaskan gambar kepada teman-temannya sehingga siswa dapat menjelaskan secara leluasa karena harus mengingat-ingat kata yang disampaikan. Serta menkondisikan siswa untuk tidak terlalu gaduh tetapi juga tidak terlalu kaku. 5) Pengefektifan waktu dalam proses pembelajaran dengan membatasi siswa yang menjelaskan gambar dan menjawab pertanyaan beberapa wakil kelompok hasil diskusi c. Hasil Evaluasi Untuk dapat memperlihatkan tingkat keberhasilan pada siklus III maka perlu disajikan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Dari evaluasi dapat diketahui hasilnya dalam sajian tabel berikut : Tabel 4.3. hasil evaluasi paska penelitian siklus III No
Nama
Nilai
Keterangan
1
Ahmad Sobirun
82
Tuntas
2
Danang Kusuma Yudha
76
Tuntas
3
Angin Hendro Prasetyo
85
Tuntas
4
Alimatul Amalia
81
Tuntas
5
Aziz Maulana
82
Tuntas
6
Abdul Aziz
86
Tuntas
7
Istiqomah
82
Tuntas
62 No
Nama
Nilai
Keterangan
8
Rohmad Safrudin
83
Tuntas
9
Sholehah
78
Tuntas
10
Tatang Agung Sholeh
68
Tidak Tuntas
11
Muhmmad Prayoga
68
Tidak Tuntas
12
Novika
85
Tuntas
13
Meri Rustanti
78
Tuntas
14
Wahyanto
69
Tidak Tuntas
15
Bagas Aji Pangestu
78
Tuntas
16
Tri Budi Hastomo
82
Tuntas
17
Agestin
91
Tuntas
18
Anik Oktaviana
82
Tuntas
19
Ariska Dwi Setiana
80
Tuntas
20
Apriyanto Purwo S.
75
Tuntas
21
Bagas Dwi Armanda
85
Tuntas
22
Bella Novilasari
76
Tuntas
23
Deni Arirana K.
78
Tuntas
24
Fitriyana
82
Tuntas
25
Hada Asafiq
78
Tuntas
26
Herman Prasetyo
76
Tuntas
27
Jazimatul Rohmah
74
Tuntas
28
Muhammad Sigit P.
76
Tuntas
29
Ratnasari
78
Tuntas
30
Singgih Lesmana Aji
85
Tuntas
Jumlah
2379
Nilai Tertinggi
91
Nilai Terendah
68
Rata-rata
79,30
63 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil evaluasi untuk pembelajaran siklus III dengan menerapkan metode demonstrasi dihasilkan nilai rata-rata kelas 79,30, dengan nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 68. Sedangkan dari 30 siswa kelas III SD Negeri Ngadimulyo Kedu, yang berhasil tuntas belajar sebanyak 27 siswa dan yang belum tuntas belajar masih ada 3 siswa. Ketiga siswa yang tidak tuntas tersebut hampir sama kasusnya dengan siklus II yaitu siswa sulit memahami materi yang dibahas karena cenderung pasif dalam pembelajaran dan kesalahan peneliti tidak melakukan “jemput bola” untuk segera mengatasinya dengan pendekatan khusus, sehingga sampai selesai pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III masih ada tiga siswa yang belum tuntas dalam materi perilaku terpuji karena terbatasnya waktu yang ada untuk melakukan kegiatan remidiasi dan pengayaan. Adapun persentase ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung sebagai berikut : ܲ= =
∑ ݎ݆݈ܾܽܽ݁ݏܽݐ݊ݑݐ ݃݊ܽݕ ܽݓݏ݅ݏ ݔ100% ∑ ݑݎݑ݈݁ݏℎ ܽݓݏ݅ݏ
27 ݔ100% 30
= 90 %.
Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal telah tuntas karena
persentase telah melebihi batas ketuntasan minimal yaitu 85%. Maka pembelajaran ini dihentikan sampai siklus III saja karena telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa dan mencapai batas ketuntasan.
64 B. Pembahasan 1. Siklus I Pada siklus I peneliti menemukan banyak hal yang tidak sesuai dengan rencana dan skenario awal perencanaan pembelajaran. Sehingga masih banyak kendala-kendala, dan secara kondisional harus teratasi saat itu. Namun kendala yang cukup signifikan adalah tidak cukupnya waktu yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Cukup signifikan karena ini akan berpengaruh pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2. Siklus II Hasil refleksi pada siklus I kemudian dianalisis dan menumbuhkan suatu konsep perbaikan yang akan dilaksanakan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II. Pelaksanaan hasil refleksi dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang dilaksanakan pada awal pelaksanaan siklus II. Namun tidak semua perencanaan dapat berhasil sesuai dengan yang direncanakan. Hasil refleksi silkus I yang tidak dapat berhasil dengan baik adalah mengkondisikan semua siswa aktif. Ini terjadi karena kemampuan dari masing-masing siswa tidak sama. 3. Siklus III Siklus ini merupakan siklus akhir pelaksanaan penelitian. Dari beberapa refleksi pada siklus II, siklus III merupakan hasil akhir dari proses penelian. Hasil observasi siklus I mengungkap beberapa kendala yang
65 direfleksi pada siklus II, namun demikian kendala itu masih mencul pada siklus III, sehingga derefleksi kembali untuk ditemukan solusi yang terbaik. Dan pada siklus III semua kendala dapat dicarikan solusinya walaupun tidak dapat mengatasi kendala tersebut secara sempurna. 4. Analisis Hipotesis Berdasarkan data di atas, perolehan nilai siswa dari penelitian siklus I, siklus II dan siklus II diperoleh persentase peningkatan pemahaman sebagai berikut : Tabel 4.4. Peningkatan Persentase Ketuntasan No
Penelitian
Belum Tuntas
Tuntas
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
Siklus I
13
43,33
17
56,67
2
Siklus II
9
30,00
21
70,00
3
Siklus III
3
10,00
27
90,00
Selanjutnya dari tabel di atas dapat diperoleh gambaran peningkatan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Persentase peningkatan
Grafik 4.1. Peningkatan
Persentase Ketuntasan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Ketuntasan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
66 Berdasarkan perolehan data hasil evaluasi, baik penelitian siklus I, penelitian siklus II maupun penelitian siklus III dapat diketahui bahwa ada peningkatan pemahaman materi yang signifikan. Hal ini berarti dapat menjawab hipotesis penelitian yang berbunyi; “metode contextual teaching and learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SD Negeri I Ngadimulyo.”
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Contextual Teaching dan Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran PAI tentang Materi Perilaku Terpuji pada Kelas III SD Negeri I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun 2010”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dari siklus I, siklus II dan siklus III yang menunjukkan bahwa antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin tinggi, sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan efektif.
2.
Penerapan metode contextual teaching dan learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PAI tentang materi perilaku terpuji di kelas III SDN I Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat terjawab dari meningkatnya kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal evaluasi yang diberikan pada setiap akhir penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa pada penelitian siklus I ketuntasan belajar baru mencapai 56,67%, kemudian meningkat secara signifikan menjadi 70,00% pada siklus II dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III menjadi 90,00%.
67
68 B. Saran Dari hasil kesimpulan tersebut, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1.
Penelitian ini merupakan bagian kecil dari penelitian yang bisa dilaksanakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di dalam kelas atau meningkatkan hasil belajar siswa, maka hendaklah guru mau belajar dan mencoba melakukan peneletianpenelitian walaupun sederhana.
2.
Guru hendaklah memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran
karena
suatu
metode
belum
tentu
cocok
untuk
menyampaikan suatu materi tertentu sehingga pembelajaran tidak bisa berjalan efektif. 3.
Guru juga hendaklah mencari strategi pembelajaran yang bervariasi agar siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dan siswa tidak merasa bosan sehingga ada perhatian siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung dan akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.
4.
Siswa dibiasakan untuk menemukan sendiri pengalaman belajar yang istimewa sehingga tidak mudah dilupakan dan diberikan stimulanstimulan yang bisa merangsang siswa untuk bisa lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yama Widya. Amin, Ahmad, 1975, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta. An Nasir, M. Sahilah, 1990, Tinjauan Akhlak, Surabaya: Al Ikhlas. Arifin, Muzayyin, 1987, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Buna Aksara. ______________, 1987, Kapita Selekta Umum dan Agama, Semarang: PT. CV. Toha Putera. Arikunto, Suharsimi, dkk., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi II, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bandono, 2008, Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), (online) bandono.web.id/2008/03/07, diakses 2 Mei 2010. Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Cet. III, Jakarta. Mulich, Masnur, 2008, KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Poerwadarminta, W.J.S., 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Ramayulis, 2001, Metodologi Mulya.
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam
Roestiyah N.K., 1989, Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara. Salim, Peter et-al., 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English. Sumardi, Mulyanto, 1997, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang. Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Pelatih Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, 1999, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researh), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. _________, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka.
69
70 Tim Penyusun, 2008, Pedoman Penyusunan Proposal Penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga : STAIN Salatiga Press. Tim Penyusun KTSP, 2008, Silabus KTSP SD Negeri I Ngadimulyo, Temanggung. Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid, 2005, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta.