40
KtIU
PEI\TURUNAN
IUIUO (Theobrona cocot L.) Oteh
KADARAIR BEIYIH REKALSNMAN PADA BERBAGAI KONDISI PENYIMPANAN
: Rrchmawui
Hastdl)
ABSTRACT The desiccation sensitivity in recatcitrant sc,eds incrcrscr wi& 6o sfiottd pcriod. Tho Fotlcibant seeds are killod if thoir moistur! cont€nts are r€duc€d bclow somp relltivcly hlgh ctitical vlhre nnging from 12 to3l Vo, depending on the spocies. The cffect of storagc conditim to moictur€ cont€nts and
of recalcitrant seed cacao (Theobroma cacao L.) wero invostigEtcd in tro LaborUory. Thc experiment was conducted by exposing cacao seeds d room tomp€ratur€ 2G2TC; RHE0-90/q 250C;RH55-7 5o/o (Air Condition room), in the desiccators full of sanmtod solution MgCl, (RII 459/0) damage
storecl at room temperaure 26-2fC; RH80-90o/o, in the desiccators full of sahuated solution MgCl2 GH 47o/o\ stored ar room temperature 250C;RH55-75o/o (Air Condition room). Storpd duration was five days, moisture contents measuring was done every six hours and 24 hours. The results showed that storage condition caused decrease of scecls nroisture contents every six and 24 hours. Decreasing of seeds moisture contents intlucntial to viability and performance of seeds, and cause damage of cell membrane.
Kcy words: cacao, secd rtoragc, sccd moisture, recalcitrant.
buahan seperti kakao, mangga, nangka dan durian (King dan Roberts, 1980).
PENDAHULUAN Berdasarkan masa lridup, benih dapat dibedakan atas benih orthodoks dan rckalsitran. tlcnih orthodoks mcnrpunyai masa hidup yang panjang. dapat dikeringkan hingga kadar air 5o/o lanpa rnengalami kerusakan dan juga toleran pada suhu rendah. Sedangkan benih rekalsitran tidak dapat dikeringkan hingga di bawah kadar air 30%o tanpa mengalami kerusakan dan tidak toleran pada suhu rendah. Benih rekalsitran mempunyai masa hidup yang singkat dan sukar untuk disimpan sebab kadar airnya tinggi sehingga mudah terkontaminasi mikrobia dan lebih cepat mengalami kemunduran. Apabila disimpan pada suhu di bawah nol akan menyebabkan terbentuknya kristal es yang dapat merusak membran sel dan terjadinya pembekuan Roberts dalom Copeland dan McDonald, 1995).
Benih rekalsitran dan orthodoks sangat berbeda dalam hal ekologi dan morfologi benih (Chin et al., 1989). Banyak spesies tanaman yang memiliki benih tergolong rekalsitran yang mernpunyai nilai ekonomi penting. Daridaerah beriklim sedang species
yang banyak dikenal adalah Cu,stanea, Quercus, Aesculus, dan beberapa spesies Acer (Bonner, 1996), d:rri daerah trofis seperti Hopea, Shorea, dan Dipterocarpus (Tang dan Tamari; Yap; Thompsett dalam Bonner, 1996), dan sejumlah tanaman buah-
t) Staf Pengaiar
Pada Jumsan Agrotebtotogi
Ellis, Hong dan Robert dalam Lin
(1996) mendefinisikan benih
rekalsitran sebagai benih yang tidak dapat diturunkan
kadar airnya tunpa mengalami kerusakan. Kadar air harus tetap tinggi sampai batas
tertantu ager viabilitas benih
dapat
dipertatrankan. Lama hidup benih umumnya
singkat, kadang-kadang hanya beberapa bulan. Ciri-ciri benih rekalsitran yang dikemukakan oleh Chin et al. (1989) sebagai berikut. Kebanyakan benihnya berukuran
besar dan berat, peka terhadap penurunan kadar air (desikasi), daya simpannya rendah, dan kadar airnya tinggi (30-70 %). Umumnya benih rekalsitan pada saat matang berada dalam buahnya yang ditutup dengan daging buah atau lapisan yang mengandung banyak air dan testa yang impermeabel (Chin et ol, 1989). Pada keadaan masak fisiologi umumnya benihnya berkadar air tinggi (50-70%) dibandingkan dengan benih orthodoks (30-50%). Umumnya ukuran benih rekalsiban lebih besar daripada orthodoks tetapi ukuran poros embrionya lebih kecil dari ukuran poros embrio suatu benih orthodoks. Umumnya benih rekalsitran tidak mempunyai masa
dormansi,
pros€s metabolisme perkecambahan berjalan terus (Berjak et al. dalam Copeland dan McDonald, 1995).
FaMtos Penqtian
Untvoruitan
flalwteo, Kerdsri
4t
40
IUIAO
II\JU PEI\TURUNAIY KADAR AIR BEIYUI REKALSNMAN (Theobrona cocao L.) PADA BERBAGAI KONDISI PENYIMPANAI{ Oteh
: Rrchmawui
Hostdl)
ABSTRACT The desiccation sensitivity in recalcirant sccds incrcrscr with 6o s[d!d pcriod. Tho Fodcihant seeds are killod if thoir moistut! cont€nt$ arc rpduc€d bclow somp rclativcly htgh critical vahre nnging fiom 12 to3l Vo, depending on the spocies. The effect of storagc conditimto moictur cont€nts and
seed cacao (Theobroma cacao L.) waro invostigEtcd in tho Laborrlory. Thc was by exposing cacao seeds d room tomp€ratnr€ 2G2TC; RHE0-90/q conducted experiment 250C;RH55-7 5o/o (Air Condition room), in the desiccators full of sanrafiod solution MgCl, EII 459/0) storecl at room temperature 26-2lC; RH80-90o/o, in the desiccators full of sahrated solution MgCl2 GH 47o/o\ stored ar room temperature 250C;RH55-75o/o (Air Condition room). Storpd duration was five days, moisture contents measuring was done every six hours and 24 hours. The results showed that storage condition caused decrease of seecls nroisture contents every six and 24 hours. Decreasing of seeds moisture contents inlluential to viability and performance of seeds, and cause damage of cell membrane. damage
of recalcitrant
Kcy words: cacao, secd storage, sccd moisture, recalcitrant.
PENDAHULUAN Berdasarkan masa lridup, benih dapat dibedakan atas benih orthodoks dan rekalsitran. tlcnih oflhodoks mcnrpunyai masa hidup yang panjang. dapat dikeringkan
hingga kadar air 50 tanpa rnengalami kerusakan dan juga toleran pada suhu
rendah. Sedangkan benih rekalsitran tidak dapat dikeringkan hingga di bawah kadar air 30%o tanpa mengalami kerusakan dan tidak toleran pada suhu rendah. Benih rekalsitran mempunyai masa hidup yang singkat dan sukar untuk disimpan sebab kadar airnya tinggi sehingga mudah terkontaminasi mikrobia dan lebih cepat mengalami kemunduran. Apabila disimpan pada suhu di bawah nol akan menyebabkan terbentuknya kristal es yang dapat merusak membran sel dan terjadinya pembekuan Roberts dalam Copeland dan McDonald, 1995).
Benih rekalsitran dan orthodoks sangat berbeda dalam hal ekologi dan morfologi benih (Chin et al., 1989). Banyak spesies tanaman yang memiliki benih tergolong rekalsitran yang mernpunyai nilai ekonomi penting. Daridaerah beriklim sedang species
yang banyak dikenal adalah Cu,stanea, Quercus, Aesculus, dan beberapa spesies Acer (Bonner, 1996), d:rri daerah trofis seperti Hopea, Shorea, dan Dipterocarpus (Tang dan Tamari; Yap; Thompsett dalam Bonner, 1996), dan sejumlah tanaman buah-
t) Staf Pengaiar
buahan seperti kakao, mangga, nangka dan durian (King dan Roberts, 1980).
Ellis, Hong dan Robert dalam Lin
(1996) mendefinisikan benih
rekalsitran sebagai benih yang tidak dapat diturunkan
kadar airnya t&npa mengalami kerusakan. Kadar air harus tetap tinggi sampai batas
tertantu ager viabilitas benih
dapat
dipertahankan. Lama hidup benih umumnya
singkat, kadang-kadang hanya beberapa bulan. Ciri-ciri benih rekalsitran yang dikemukakan oleh Chin et al. (1989) sebagai berikut. Kebanyakan benihnya berukuran
besar dan berat, peka terhadap penurunan kadar air (desikasi), daya simpannya rendah, dan kadar airnya tinggi (30-70 %). Umumnya benih rekalsitan pada saat matang berada dalam buahnya yang ditutup dengan daging buah atau lapisan yang mengandung banyak air dan testa yang impermeabel (Chin et ol, 1989). Pada keadaan mssak fisiologi umumnya benihnya berkadar air tinggi (50-70%) dibandingkan dengan benih ordrodoks (30-50%). Umumnya ukuran benih rckalsiban lebih besar daripada orthodoks tetapi ukuran poros embrionya lebih kecil dari ukuran poros embrio suatu benih orthodoks. Umumnya benih rckalsitran tidak mempunyai masa pros€s metabolisme dormansi, perkecambahan berjalan terus (Berjak et al. dalam Copeland dan McDonald, 1995).
PadaJumsan Agrorelowtogi FaMlos PenqnianUnlvoruitu flaluoleo, Kerrdori
4t
4l
Bonner (1996) mcngpmukakan bahwa benih rekalsitan selain tidak toleran terhadap suhu dan kelembaban rendah juga p€ka terhadap pqrurunan kadar air.
Kecepatan penunrnan kadar air dapat mempengaruhi perubahan fisiologi dan biokimiawi bcnih rskalsitran. Fanurt et al (1988) menggolongkan benih rckalsitran
dalam tiga golongan yaitu highly, moderately dan minlmally berdasarkan
tingka kepekaan benrh terhadap penurunan kadar air, kepekaan terhadap suhu rendah, dan jangkauan urnur simpan pada kondisi terhidrasi atau terimbibisi. .Apabila benih
memiliki sifat sangat peka terhadap penurunan kadar air, benih tersebut digolongkan sebagai highly rekalsitran. Benih kakao dapat digolongkan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kakao tidak mempunyai rnasa dormansi dan kadar aimya cukup tinggi yaitu sekitar 40%. t.lal ini menunjukkan bahwa benih kakao adalah benih rekalsitran,
viabilitas benih rekalsitran hanya
dapat
dipertahankan beberapa minggu atau bulan saja, meskipun disimpan pada kondisi
optimum (Bewley dan Black,
1994).
Penyimpanan lrenih rekalsitran kakao tanpa kemasan pada ruang bersuhu kamar (26270C; Rl 18 0-90%l menyebabkan terjadinya
penurunan kadar air benih. l-lasil pengukuran kadar air benih setiap 6 (erram) jarn menunjukkan terjadinya penunrnan
padn sctiap intcrval waktu
terscbut
moderalely rekalsitran, karcna peka terhadap
(Gambarl). Banyaknya kadar air yang berk u ran g berk sar antar a 0,7 8 -3 .8 60/o s,etiap
penurunan kadar air dan suhu rendah. Mengingat benih kakao merupakan
6 (enam)jam,2,96-4,75% setiap l2 jam, dan 6,48-7 .A&Vo setiap 24 .iam.
salah satu jenis yang tergolong benih rekalsitran dan besarnya penganrh katlar air
i
pada benih rekalsitran maka porlu dikclahui
laju penurunan kadar air benih rekalsitran kukto. Laju penurunan kadnr nir bcnih aknn merupakan petunjuk dalam mengelola benih rekalsitran kakao. Dengan mengctahui laju penurunan kadar air maka penanganan pada benih rekalsitan kokao akan lebih mudah.
NOoi"
j
:'oogll,^1o,,
: : :i :-,iiijtl
at' c :]5 .o?t
ET
t[$*. ;:Ni
:?g €io a< YJ
o|-.*",....
-
12'rE 24 g' * 12 4 54 60 68 72 Ttr8/ t..rtUt'r Xr.ltr F.tinnl.! l(ldt Alt (Jtrll
0 0
METOI}D PEI\TEIJTIAN Gambar
Pmelitiaa ini dilrkukan dengan cara benih diclcstilk kcnndhn dfuinilpan dalam keadaan tupo keinsan pada ffi88i kondisi pcnyimprnan. Kondisi pcnyimpanan yang dipilih -adalsh dalam ruatrg bersuhu kamar (2G2fC; RH8&90plo), nrang ber-AC (250C; RH55-759/o), desikator berisi larut8n jenuh MBCIz GH 45%) Yang dileakkan dalam ruang ber-suhu kamar, dan desikator berisi lanrtan jenuh MBCIr (RH 47?'o) yang
diletakkan dalam ruang ber-AC. Penyimpanan selama lima hrri, dengan
interval waktu pengsmatan setiap enam jam dan setiap 2a jam. Penentuan kadar air benih diukur dengan menggunakan metode oven suhu rcndah (+l05oc sclama + 17 jam). Penentuan lamanya waktu benih dioven berdasarkan hasil percobaan pendalruluan.
AGRIPLUS' Volumc 19 Nomor
l.
Laju penurunan kadar air benih
rekalsifan Kakao dengan intcrval waktu enam jam, kadar air awal 46.28
o/o.
Penurunan kadar air benih dengan kadar rir awal yang berbcda menunjukkan adanya perbedaan jumlah kadar air yang berkurang meskipun pada interval waktu (setiap 24 jam) dan kondisi lingkungan yang sama (26-270C; RHE0 -90o/o) (dibandingkan perurunan kadar air pada Gambar l, 2 dan 3 pada Ml). Banyaknya kadar air yang berkurang berkisar antara 6,48-7,08 dengan kadar air awal 46,280/o, 3,89-9,900/o dengan kadar air awal 50,3804, dan 1,87-6.560/o
dengan kadar air awal
35,10Vo.
Penyimpanan benih pada lingkungan yang
berbeda menyebabkan perbedaan tingkat p€nurunan kadar air benih yang berbeda pula meskipun kadar air awal dan interval waktu sama. Banyaknya jumlah air yang 0I lanuad
2009, ISSN 0854'0128
42
berkur:ang berkisar antara 1,87-6,56Yo pada kondisi penyimpanan dalam ruang bersuhu
0o
et
1,03-E,74Yo pada kondisi penyimpanan dalam ruang ber-AC, 0,634,l0yo pada kondisi penyimpanan dalam desikator berisi larutan jenuh MgCl2 yang
kamar,
diletakkan dalam ruang ber-suhu kamar, dan l,l5-2,33o/o pada kondisi penyimpanan dalam desikator berisi larutan jenuh MgClt yang diletakkan dalam ruang ber-AC.
en
!r
!p
Lo
0
Gambar
2.
Lqiu penurunan lcdar air bonih
rekalsifan l{akao
dengan
interval waktu 24 jam, kadar air awal50.38 %. 4r,
ri H 20
-*Ml M2
1
.M3
15
10
M4 1
5
gi
0
24
48
72
Lrmenya Wrktu Ponurun&n
96
l,amanya Waktu Itcnurunan Kadar Air
Metode
MI
(Jam) 0 24 48 72
Gambar
3.
1?O
l(.drr Alr (J.m)
M2
M3
M4
35.r0
35.
l0
35.t0
35.r0
29.42 27.s5 24.84
34.47
18.28
26.36 25.33 20.95 r 9.30
r3.99
17.45
33.95 32.40 30.83 29.0s 26.72
32"09
30.69 28.93 24.83
Laju penurunan kadar air benih rekalsitran Kakao pada berbagai kondisi lingkungan dengan interval waktu 24 jam, kadar air awal 35.107o. Penurunan kadar air dalain ruing bersuhu kamar (27-2EoC; *RH80-90%) (Mt), ruang ber-Ac (250C;RH55-75W (Vrzi desikator berisi larutan jenuh MgCl2 GH 45%) yang diletakkan dalam ruang Uersutru kamar ((M3); desikator berisi larutan jenuh MgCl2 ruang ber-AC (M4).
Kadar air benih rekalsitran kakao umumnya m€nurun setelah disimpan tanpa kemasan selama satu hari sampai dengan lima hari. Penurunan ini bervariasi berdasarkan kadar air awal benih, dan kondisi lingkungan penylmpanan.
Terjadinya penurunan kadar
air
benih
rekalsinan kakao disebabkan oleh sifat benih yang higroskopis yaitu pada setiap keadaan
kadar air benih akan selalu mengadakan keseimbangan dengan udara
di
sekitarnya,
benih rekalsitran melniliki kandungan air yang tinggi sehingga pada keadaan t€rtentu
(RlI
41Yo) yang diletakkan dalam
senantiasa melepaskan air ke udara untuk mengadakan keseimbangan dengan udara sekelilingnya. Banyaknya air yang hilang setiap satuan waktu tertentu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kadar air awal benih, ukuran benih dan faktor eksternal yaitu suhu dan kelembaban. Benih rekalsitran membutuhkan kelembaban nisbi
udara yang cukup tinggi selama
masa
konservasi. Akan tetapi kelembaban nisbi udara yang tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sehingga diperlukan pengaturan kelembaban nisbi udara yang
AGRIPLAS, Volume 19 Nomot Lgeauui ZXl9, ISSN RgWIZg
43
optimal. Toruan (19E6) nrelaporkan
bahwa
penyimpanan bcnih kakao klon DR2 dalam
ruangan dengrn kelembaban nisbi udara357o, 75Yo dm lW/o menysbabkan kandungan lemak benih menurun, sedangkan kandungan asam lemak dan kandungan gula mcningkat. Bsnih yang disimpan dengan kandungtn nisbi udara 35o/o memperlihatlan tingkat kebocoran membran dan kandungan alkohol tertinggi, daya berkecambah menurun menjadi 20% setelah 50 hari psnyimpanan. Ketiga kelembaban nisbi udafra dicapai dengan menggunakan stoples berisi lanrtan jcnuh MgCl (RH 35yo), NaCl (RH 75o/o), dan air (RH r00%). Kadar air merupakan salah satu penyebab hrrunnya daya berkecambah benih
penyimpnan. Untuk mempertahankan dayr simpan benih rekalsitrrn diusahskar r$r lodrr air benih selarna
tetap tinggi diatas bcrs
hdff
Robere dalam Bsrjtk dan
air ktisinya. Pammenter
(1994) mcnyatakan brhwa benih rckalsiren tidak dapat disimpan @a kondisi udara kering atau duturunkan lodar airnya hingga mcncapai kesetimbangu dengan RH ambient. Disamping itu bcnih rekalsitran tidak dapat disimpan pada kondisi RH ambient. Tingkat kepekaan bcnih rekalsitran terhadap p€nunrnan kadar air berbeda-beda tergantung pada spesies, jenis *au varietas. Hasil penclitian ini mcnunjukknn bahwa penunrnsn kadar air benih dapat menyebabkan terjadinya kerusakan benih
secara
fisilq fisiologi, biokimiawi,
dan selluler. Perubahan fisik berupa perubahan Perubahan warna dan ukuran penurunan daya berupa
fisiologi
benih.
berkecambah, kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh, dan berat kering kecambah normal. Perubahan biokimiawi berupa meningkatnya konsenfiasi ABA. Dan rusaknya sel benih berupa meningkatnya kebocoran membrarl diindiknsikon dengan meningkafirya Daya Hantar Lisfik (DHL) air rendaman benih. Meningkatrya DHL sebagai akibat tingginya tingkat kelarutan metabolit dari benih karena integritas membran sel menunrn sehingga konsentrasi metabolit tidak dapat dipertahankan dalam sitoplasma. Roberts dalam Copeland dan McDonald (1995) mengemukakan bahwa benih rekalsitran tidak dapat diturunkan kadar airnya hingga di bawah kadar air 30%
tanpa mengalami kerusakan dan
ti
toleran pada suhu rcndah. King dan Roborts
(1980) mengemukakan bahwa kerusakan mcmbran yang terjadi selama pengeringan mengakibatkan pelepasan enzim-enzim hidrolitik selama absortrsi air. Oleh sehab itu
pengeringan
yang berlebihan dapat
mempcrcepal frcnurunan viabilitas bcnih. Bewley dan Black (1994) mengemukakan hahwa penurunan kadar air benih yang cukup tinggi akarr nrenyebabkan tcrjadirrya pengeringan di bagian embrio sehingga
menekan aktivita.s ribosom
mensintesis protein. Kadar
dalam
air yang terlalu
rendah akan nrcngakibatkan kerusalian komponen sub seluler, yaitu perubalran struktur enzim, struktur protein, dan penunrnan integritas membran sel. Hsiao; l,evitt dalam Pammenter et al. (1994) menyatakan bahwa konsekwensi metabolik terhadap stres air yang cukup lama yaitu terjadinya kemunduran benih. Secara umum, terjadi penurunan sintesis protein,
peningkatan proteolysis
dan
perubahan
aktivitas ltatabolik berbagai enzim. Kadar air pada benih rekalsitran
seringkali menjadi masalah. Tidak hanya kadar air yang rcndah, kodar air yang tinggi
pada benih rekalsitran dapat pula menimbulkan kerusakan pada benih. Kandungan air yang tinggi pada benih rekalsitran menyebabkan benih tersebut peka terhadap desikasi dan chilling tnjury. Kandungan air yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kerusakan apabila disimpan pada suhu di bawah nol. Suhu tersebut menyebabkan terjadiny a freezing inj ury dan pembentukan kristal es dalam sitoplasma sel (Chin el a1.,1989). Dua faktor penting yang berpengaruh terhadap masa hidup benih yaitu kelembaban relatif dan suhu (Copeland dan McDonald, 1995). Efek merusak dari suhu < l6-180C @hilting injury) telah diteliti pada benih rekalsitran, namun sukar
untuk dijelaSkan apabila dihubungkan dengan kerusakan akibat pembekuan. Species yang rent&n pada suhu rendah diantaranya adalah T. cacao (Hor dalam Chin er al., 1989), selanjutnya dianjurkan penurunan kadar air benih rekalsitran pada
suhu yang rendah untuk kemunduran.
KESIMPULAN
AGRIPLUS, Volumc 19 Nomor Ollanuari 2009, ISSN 0854'0U8
meminimkan
44
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kadar air benih
rekalsitran kakao
g.
cacao\
mengalami
penurunan apabila disimpan tanpa kemasan. Tingkat penurunan kadar-air berbeda-beda' dipengaruhi oleh kondisi benih dan keadaan lingkungan. Penurunan kadar air benih menyebabkan kerusakan benih secara fisik, fisiologi, dan biokirnia, serta kerusakan sel benih.
DAT'TAR PUSTAKA
Berjatc
P. and N.W.
Pammenter. 1994. an all-or-nothing not Recalcibance is Eltustion, Sccd Sci. Rac. 4;263'264.
M. Blaclq
1994. Seeds: and DeveloPment Physiologi Germination. 3il Edition Plenum Prcss.
Bewley, J.D. and
of
New York and London 367 P.
, L.O. and M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and Technology. Chapman and Hall Press-
Copcland
New York.409
P.
Fartant, J.M., N.M. Pammenter, and P' Bedak.
1988. Recalcitrance
assesment. Seed Sci. I
&
a
current
Technol.
16:
55-166.
King M.W. and E.H. RoberL 1980.
Ther characteristic of recalciuant seeds. P. l5. /n H.F'. Chir and E.H: Roberts (Eds).
Recalcitrnt crop seeds. Trop.
Press
SDN BHD Kuala LunPur.
LnL T.P. 1996. Soad storag€ behavtour devtding from tho ortbodox and rpcalcitrant typeSd Sci, & Tcchnol. Uz 523'532. Panmenter, N.W., P. Bcddr, J.M. Farrant, M.T. Smith and G. Ross. 1994. lt/hy do
sffild hiddod rccalcirrnt
sccd dio?.
S€ed Sci' Rcs.4: 18%191.
Bonner, F.T. 1996. Response to drying of rwalcitrant sced of Quercus nigra L. Ann. Bot.78:l8l-187.
Toruan, N. 1986, P€ngpruh kondisi pcnyinpanan tcrttadrp kandunP maabolit dsn
Chin, H.F., B. Chrisnapillay and P.C. Stanwood. 1989. Recalcitrant Vs Orthodox Seeds'
tingkat kelembaban nisbi udara. Menara
P.
In
Seod Moisture. CSSA Special Publication Number 14. Crop Scicnce tiocicty ol' Atttcrica. Motlistln, 15-22.
viabilitas' bcaih cokelat (Tlieotnoma cacao L). Penyinpanan dalan be6aggi Pcrkcbunan. 53 (6):68-75.
Wisconsin, tJSA.
AGRIPLUS, Volume 19 Nomor Oltanuaril09, ISSN08#0128