ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI REMAJA ATLET SEPAKBOLA Isna Asyri Syahrina, Wulan Merdeka Sari Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang e-mail:
[email protected]
Abstrack: Future orientation field of work with achievement motivation adolescent football athletes. . This study aimed to examine the relationship between future-oriented field of work with achievement motivation in adolescent football athletes Football Association Tabing Area. The population in this study amounted to 88 people. These samples included 48 people. The sampling technique used was purposive sampling. Measuring tool used in the form of scale of future orientation and achievement motivation scale. Data analysis method used to test the hypothesis in this study is the Product Moment correlation (Pearson). The result showed rxy = 0.783 with p = 0.000 (<0,01). Keywords: Future orientation, achievement motivation, adolescent athletes football.
Abstrak: Orientasi masa depan bidang pekerjaan dengan motivasi berprestasi remaja atlet sepakbola. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara orientasi masa depan bidang pekerjaan dengan motivasi berprestasi pada remaja atlet sepak bola Persatuan Sepak Bola Tabing dan Sekitarnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 88 orang. Sampel penelitian berjumlah 48 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala orientasi masa depan dan skala motivasi berprestasi. Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan korelasi product moment (Pearson). Hasil penelitian didapatkan rxy = 0,783 dengan nilai p = 0.000 (<0.01). Kata kunci: Orientasi masa depan, motivasi berprestasi, remaja atlet sepakbola.
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan fase yang
seringkali ingin melepaskan diri dari orang
sangat potensial bagi tumbuh kembang
tua dan mengarahkan perhatian kepada
aspek
Remaja
lingkungan di luar lingkungan keluarganya
menganggap dirinya bukan anak kecil lagi,
dan cenderung lebih senang bergabung
tetapi orang-orang di sekitarnya masih
dengan
menganggap mereka belum dewasa. Remaja
Hurlock,
fisik
maupun
psikis.
157
teman 2004)
sebaya.
Piaget
(dalam
mengemukakan
secara
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 158
psikologis, masa remaja adalah usia dimana
pemain sepak bola yang berprestasi, tetapi
individu berintegrasi dengan masyarakat
juga
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
menjadi bisnis bagi orang-orang yang
di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
terlibat di dalamnya, seperti agen-agen
melainkan berada dalam tingkatan yang
pemain sepak bola, sponsor, manager,
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
pelatih dan atlet-atlet sepak bola itu sendiri.
hak.
Masa
remaja
merupakan
lahan
untuk
mendapatkan
uang,
masa
Di kota Padang terdapat beberapa
pencarian identitas dan jati diri. Erikson
sekolah sepak bola, diantaranya Persatuan
(dalam Hurlock, 2004) mengatakan identitas
Sepak bola Tabing dan Sekitarnya (PSTS).
yang dicari remaja berupa usaha untuk
Sekolah sepak bola tersebut tidak hanya
menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya
melatih
dalam masyarakat, apakah ia seorang anak
berbagai kategori usia, mulai dari usia anak-
atau seorang dewasa? Secara keseluruhan
anak, remaja bahkan dewasa. Pemain sepak
apakah ia akan berhasil atau akan gagal.
bola yang berasal dari PSTS tidak diragukan
Bagi seorang remaja pada masa ini mereka
lagi kualitas bermainnya, karena pemain-
dituntut untuk mulai mempersiapkan diri
pemain tersebut dilatih oleh pelatih yang
agar dapat menjelaskan fungsinya kelak dan
mempunyai kualitas dan materi latihan yang
mendapatkan apa yang ia inginkan. Untuk
tinggi.
anak-anak
usia
remaja,
tetapi
itu remaja diharapkan mulai mengarahkan
Dari hasil wawancara dan observasi
pemikiran dan rencananya pada kehidupan
ditemukan atlet sepak bola di PSTS masih
di masa mendatang, karena ada tuntutan
ada yang malas mengikuti latihan rutin,
tugas-tugas
tidak mau mengikuti arahan pelatih dan
perkembangan
yang
harus
mereka jalankan. Setiap
pembinaan
malas berkompetisi dalam seleksi pemain hidup
remaja
sepak bola tingkat Nasional seperti Piala
diarahkan pada upaya persiapan generasi
Suratin, Piala Hornas, dan liga-liga remaja
muda untuk mencapai masa depan yang
lainnya. Mc Clelland (dalam Robbins, 2008)
berhasil, dan menjauhkan diri dari perilaku-
menyatakan motivasi berprestasi adalah
perilaku kenakalan remaja atau perilaku-
suatu daya dalam mental manusia untuk
perilaku negatif. Salah satu bentuk upaya
melakukan suatu kegiatan yang lebih baik,
yang dilakukan untuk mengurangi perilaku
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien
negatif dengan dibukanya sekolah sepak
dari pada kegiatan
bola. Sekolah sepak bola tersebut
sebelumnya.
tidak
yang dilaksanakan
Selanjutnya
McClelland
hanya untuk menyalurkan hobi, bakat, minat
(dalam Pitriani, 2007) mengatakan motivasi
di bidang olah raga sepak bola, menciptakan
berprestasi terbentuk karena adanya suasana
159 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 157-168
afeksi yaitu seberapa kuat orang merasakan
mengandung indikator sebagai berikut: (1)
atau memandang dirinya sehingga dapat
Adanya
menggugah perasaannya untuk mencapai
mencapai
prestasi.
mengatasi rintangan dan kesukaran yang
keinginan
dan
tujuan,
(2)
harapan
untuk
Berusaha
untuk
McClelland (dalam Pitriani, 2007)
dihadapinya, (3) Antisipasi tujuan baik yang
mendasarkan teori kebutuhan dari Maslow,
menunjukkan keberhasilan maupun kegagal-
mencoba mengkristalisasi menjadi 3 kebu-
an, (4) Dorongan dari orang lain dapat
tuhan yaitu: (a) Need for achievement, (b)
mendorongnya
Need for affiliation dan (c) Need for power.
Suasana perasaan meliputi perasaan positif
Menurut McClelland (dalam Pitriani, 2007)
dan
ketiga kebutuhan di atas munculnya sangat
menunjukkan gambaran keseluruhan dari
dipengaruhi
yang dilakukan oleh individu.
oleh
situasi
yang
sangat
untuk
negatif,
(5)
mencapai
Tema
tujuan.
berprestasi
spesifik. Apakah individu tersebut tingkah
Menurut McClelland (dalam Tirta,
lakunya didorong oleh tiga kebutuhan di
2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
atas, maka pada tingkah lakunya akan
motivasi berprestasi adalah: (1) Taraf energi
tampak ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tingkah
yang dipengaruhi oleh faktor metabolisme,
laku individu yang didorong oleh kebutuhan
kelenjar, endokrin atau faktor fisik lainnya,
berprestasi
Berusaha
(2) Pengaruh budaya terutama nilai keluarga
melakukan sesuatu dengan cara-cara baru
yang berkaitan dengan pendidikan dan ke-
dan kreatif, (b) Mencari feedback (umpan
berhasilan, (3) Pembinaan anak dalam usaha
balik) tentang perbuatannya, (c) Memilih
membina kemandirian, percaya diri dan
resiko yang moderat (sedang) di dalam
keinginan untuk memperoleh keunggulan.
yang
tinggi:
(a)
perbuatannya sehingga ada peluang untuk
Ciri utama dari pemikiran dan
berprestasi lebih tinggi, (d) Mengambil
tindakan manusia adalah berorientasi pada
tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.
kejadian-kejadian
2) Tingkah laku individu yang didorong
terjadi di masa yang akan datang. Bandura
oleh kebutuhan untuk bersahabat yang tinggi
(dalam Santrock, 2001) mengatakan suatu
akan nampak sebagai berikut: (a) Berusaha
hal yang terkait dengan prestasi remaja,
menolong orang lain walaupun pertolongan
prestasi seorang remaja meningkat apabila
itu tidak diminta, (b) Sangat aktif dalam
mereka membuat suatu tujuan yang spesifik,
menentukan arah kegiatan dari organisasi
baik tujuan jangka pendek maupun jangka
dimana ia berada.
panjang.
Menurut Robbins,
2008)
McClelland motivasi
Nurmi
dan
(1991)
hasil-hasil
yang
mendefinisikan
(dalam
orientasi masa depan merupakan gambaran
berprestasi
bagaimana individu memandang dirinya
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 160
dalam konteks masa depan. Gambaran ini
Trommsdorf (2003) mengemukakan
membantu individu dalam mengarahkan
empat hal utama yang berkaitan dengan
dirinya
perubahan-
perkembangan orientasi masa depan, yaitu:
perubahan sistematis agar dapat mencapai
(1) Pengaruh tuntutan Situasi. Struktur
apa yang diinginkannya.
orientasi masa depan individu tergantung
untuk
mencapai
Trommsdorf (2003) menyebutkan
pada
representatif
kognitif
individu
bahwa orientasi masa depan merupakan
mengenai situasi yang dihadapi saat ini dan
fenomena
situasi yang akan dihadapi di masa depan.
kognitif
motivasional
yang
kompleks yaitu antisipasi dan evaluasi
Jika
dengan masa depan diri dalam interaksinya
mencapai tujuan lebih sedikit, maka struktur
dengan lingkungannya. Dalam kaitannya
orientasi masa depan individu tersebut lebih
dengan
kebutuhan-kebutuhan
sederhana, atau jika individu memandang
diantaranya
bahwa tujuan di masa yang lebih jauh ke
pemuasan
subjektif,
termasuk
adalah
aktivitas
dilakukan
depan
(approach)
cenderung akan menyusun orientasi masa
menjauhkan
diri
yang
dicapai,
lebih
maka
untuk
kecenderungan untuk mendekatkan diri atau
sulit
yang
dekat
individu
(avoidance) yang dapat dinyatakan dengan
depan
di
mana
sikap lebih pesimis atau sikap lebih optimis
kemungkinan keberhasilannya lebih besar.
dan aspek motivasional serta afektifnya.
Dengan demikian, orientasi masa depan
Oppenheimer (dalam Nurmi, 1991)
individu dibentuk sebagai pendekatan untuk
mengartikan orientasi masa depan sebagai
mempersiapkan diri menghadapi masalah
cara pandang seseorang terhadap masa
yang mungkin timbul di masa depan sesuai
depannya.
masa depan
dengan situasi yang diantisipasinya, (2)
berkembang dengan baik, maka penting
Kematangan kognitif, mempengaruhi per-
adanya pengetahuan bagi individu mengenai
kembangan orientasi masa depan dalam
konteks
berbagai cara, yaitu pada saat mencapai taraf
Agar
masa
orientasi
depan
tersebut,
sebab
pengetahuan memberikan informasi yang
perkembangan
diperlukan bagi penentuan tujuan objektif,
Pengaruh perkembangan kognitif orientasi
sehingga
masa depan terhadap remaja. Pada tahap
Dengan
realisasinya
dapat
bertambahnya
dikontrol. pengetahuan
formal
formal
operational,
operational.
individu
mampu
individu, dapat menentukan minat dan
memformulasikan hipotesis-hipotesis dan
tujuan mereka menjadi lebih spesifik sesuai
kemungkinan
dengan kenyataan yang ada, serta dapat
Kemampuan ini dapat membantu remaja
membuat perencanaan yang lebih terarah
menentukan tujuan masa depannya serta
untuk mencapai tujuan.
menyusun alternatif rencana dalam pikiran
mengeksplorasi
tindakan.
161 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 157-168
mereka. Pada tahap formal operational
Proses dalam orientasi masa depan
individu mampu mengkonsep pemikiran
menurut Nurmi (1991) dapat dijelaskan
mereka yang tampak dari peningkatan
melalui tiga tahap proses yang berinteraksi
metacognition. Kemampuan metaccynition
dengan skemata yang dimiliki individu.
ini penting, terutama dalam situasi di mana
Skemata memberikan gambaran mengenai
individu menemui masalah dalam mencapai
diri
tujuan sehingga ia harus mengubah strategi.
diantisipasi di masa depan. Tahapan dari
Dengan kemampuan formal operational,
proses tersebut adalah sebagai berikut: (1)
remaja juga mampunyai konsep pemikiran
Motivasi, mengacu pada apa yang menjadi
yang lebih baik. Dengan demikian, remaja
minat individu di masa depan, sebagian
dapat memahami dan merasakan pengaruh
besar motif, minat dan tujuan individu
lingkungan sosial terhadap usaha untuk
memiliki keterkaitan dengan orientasi masa
mencapai masa depannya. (3) Pengaruh
depan. Ketika keadaan di masa depan dan
social learning, terdapat faktor di luar diri
faktor pendukungnya menjadi suatu harapan
individu
pengetahuan
yang
berpengaruh
terhadap
dan
lingkungan
yang
individu
menunjang
yang
harapan
orientasi masa depan. Pengalaman belajar
tersebut menjadi dasar yang penting bagi
dalam lingkungan keluarga, lingkungan
perkembangan motivasi guna orientasi masa
sekolah maupun lingkungan kerja akan
depan. Ketika individu telah menetapkan
berpengaruh pada aspek-aspek kognitif,
tujuan, motif umum dan penilaian, maka
motivasional, dan efektif dari orientasi masa
ketiga hal tersebut dibandingkan dengan
depan. Pengalaman belajar dari lingkungan
tingkat pengetahuan yang dimiliki tentang
sosial akan memberikan peran sosial tertentu
masa
yang menyebabkan pembentukan orientasi
pengetahuan yang dimiliki dikaitkan dengan
masa depan yang berbeda antara individu
motif umum dan penilaian, individu menjadi
yang satu dengan individu yang lain. (4)
lebih mampu menetapkan minat
Interaction processes, terdapat hubungan
spesifik. (2) Perencanaan, mengacu pada
yang cukup kuat antara harapan yang
bagaimana individu merealisasikan minat
diberikan
yang
dengan tujuan mereka, walaupun mereka
dalam
telah memiliki cara untuk mewujudkannya,
kehidupannya di masa depan, memiliki
namun perencanaan dan pemecahan masalah
orientasi masa depan yang lebih optimis dan
sangat
lebih memiliki keyakinan akan kontrol
perencanaan tujuan dan kejadian di masa
internal di masa depan.
depan
diharapkan
lingkungan dapat
terhadap berhasil
depan.
Dengan
dibutuhkan.
dibagi
dalam
mengeksplorasi
(3)
tiga
yang
Aktivitas
fase:
(a)
Menetapkan tujuan membentuk penggam-
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 162
baran tentang konteks masa depan di mana
dengan tugas perkembangan pada masa
tujuan tersebut diharapkan dapat terwujud.
remaja akhir dan dewasa awal. Orientasi
Hal ini didasari oleh pengetahuan yang
masa depan remaja pada umumnya berkisar
dimiliki individu tentang konteks masa
pada
depan, yang kemudian menjadi pelengkap
dihadapi pada masa remaja akhir dan
pada dua fase berikutnya, (b) Membuat
dewasa awal. Orientasi masa depan meliputi
rencana,
untuk
tiga area dalam kehidupan remaja yang
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
berkaitan dengan tugas perkembangan, yaitu
dalam membuat rencana, individu harus
area pendidikan, pekerjaan dan perkawinan.
langkah
membuat
dan
strategi
langkah-langkah
membimbingnya
mencapai
yang
akan
tujuan
dan
kemudian memutuskan langkah yang paling efisien, (c) Aktivitas perencanaan, yaitu melaksanakan rencana dan strategi yang telah
disusun,
(c)
Evaluasi,
berisikan
penilaian terhadap sejumlah minat yang diharapkan dapat direalisasikan. Individu harus mengevaluasi perwujudan tujuan yang mereka buat, dan yang telah mereka susun. Proses ini merupakan proses berpikir yang melibatkan pengamatan terhadap tingkah laku, melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan dan memberikan penguat bagi diri sendiri. Walaupun tujuan orientasi masa depan dan perencanaan belum diwujudkan, namun proses ketiga ini telah
dilakukan
untuk
mengevaluasi
kemungkinan terwujudnya hal tersebut. Berdasarkan
berbagai
penelitian,
orientasi masa depan tampak lebih nyata pada saat individu memasuki masa remaja. Hal ini erat kaitannya dengan perkembangan kognitif remaja yang telah mencapai tahap formal operational dan juga erat kaitannya
tugas-tugas
perkembangan
yang
METODE Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional
dengan
variabel
penelitian
orientasi masa depan sebagai variabel bebas dan motivasi berprestasi sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola usia remaja yang latihan di PSTS Tabing Padang berjumlah 88 orang dan sampel diambil berdasarkan kriteria usia remaja berkisar 14 sampai 18 tahun yaitu berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan
sampling
yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampling,
(Azwar, 2007)
purposive
yaitu
teknik
pengambilan sampel yang bertujuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala orientasi masa depan dan skala motivasi berprestasi. Menurut Azwar (2012), skala adalah daftar pernyataan
yang
akan
mengungkap
performansi yang menjadi tipikal pada subjek yang diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk respon-respon terhadap situasi yang dihadapi. Skala dalam penelitian ini
163 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 157-168
memiliki format respon dengan empat
dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
alternatif
Reliabilitas
dengan
jawaban,
kemudian
menggunakan
dianalisis
derajat
ketepatan,
korelasi
ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan
Product Moment Pearson, yang merupakan
oleh instrumen pengukuran. Sejauh mana
salah satu teknik untuk mencari derajat
suatu
keeratan atau keterkaitan pengaruh antara
diandalkan (Azwar, 2012). Apabila suatu
variabel
alat ukur dapat dipakai dua kali untuk
independen
teknik
adalah
dengan
variabel
alat
ukur
dapat
pengukuran
ini melewati berbagai tahap analisis yaitu uji
pengukuran itu relatif konsisten, maka alat
normalitas digunakan untuk mengetahui
ukur tersebut dikatakan reliabel. Reliabilitas
apakah populasi data berdistribusi normal
harus menunjukkan konsistensi atau suatu
atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian
alat ukur dalam mengukur alat ukur yang
ini menggunakan uji kolmogorov-Smirnov.
sama (Azwar, 2012). Koefisien validitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui
dilambangkan
apakah dua variabel mempunyai hubungan
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx)
yang
yang angkanya berkisar antara 0 sampai
atau
tidak.
Dua
variabel
dikatakan mempunyai hubungan yang linier
sama,
dengan
dan
dan
dependen (Azwar, 2012). Skala penelitian
linier
yang
dipercaya
rix.
hasil
Reliabilitas
dengan 1,00.
bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05. Selain validitas,
itu
sejauh
juga
dilakukan
uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
mana
instrumen
itu
Hasil
mengukur apa yang seharusnya diukur
Uji Normalitas skala orientasi masa
(Azwar, 2012). Sebuah instrumen dikatakan
depan dengan motivasi berprestasi dapat
valid apabila mampu mengukur apa yang
dilihat pada tabel 1 berikut ini:
diinginkan atau dapat mengungkapkan data
Tabel 1. Uji Normalitas Skala Orientasi Masa Depan dengan Motivasi Berprestasi Variabel
N
KSZ
P
Sebaran
Orientasi Masa Depan
48
0,868
0,439
Normal
Motivasi Berprestasi
48
0,760
0,610
Normal
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka
dengan
KSZ=0,868,
hasil
tersebut
diperoleh nilai signifikansi pada skala
menunjukkan bahwa nilai p>0,05, artinya
orientasi masa depan sebesar p=0,439
sebaran
terdistribusi
secara
normal,
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 164
sedangkan untuk skala Motivasi Berprestasi
koefisien korelasi product moment pearson
diperoleh nilai signifikansi sebesar p=0,610
antara variabel orientasi masa depan dengan
dengan
motivasi berprestasi sebesar
KSZ=0,760,
hasil
tersebut
rxy= 0.783
menunjukkan bahwa nilai p>0,05, artinya
dengan taraf signifikansi p=0,000, maka
sebaran terdistribusi secara normal.
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
Hasil uji linieritas skala orientasi
kuat dan sangat signifikan antara orientasi
masa depan dengan motivasi berprestasi
masa depan dengan motivasi berprestasi
diperoleh
dengan
pada atlet sepak bola usia remaja di PSTS
signifikansi sebesar p= 0,000 (p<0,05),
dan sekitarnya dengan arah hubungan positif
sehingga menunjukkan ada hubungan yang
yang artinya semakin tinggi orientasi masa
linier antara orientasi masa depan dengan
depan semakin tinggi motivasi berprestasi.
motivasi berprestasi. Pada skala orientasi
Hal
masa depan koefisien validitas bergerak
signifikansi, didapatkan pada kolom sig (2-
antara antara 0,303 sampai dengan 0,800
tailed) 0,000 < 0,01 level of significant (),
sedangkan pada skala motivasi berprestasi
yang berarti hipotesis diterima, artinya
bergerak antara 0,359 sampai dengan 0,688.
terdapat hubungan yang kuat dan signifikan
Koefisien reliabiltas skala orientasi masa
antara orientasi masa depan dengan motivasi
depan sebesar 0,921, sedangkan koefisien
berprestasi pada atlet sepak bola usia remaja
reliabilitas pada skala motivasi berprestasi
di Persatuan Sepak bola Tabing.
nilai
F=
66,085
ini
sebesar 0,877.
diperkuat
dengan
hasil
uji
Berikut tabel deskriptif statistik dari
Dari hasil Uji statistik korelasi
variabel
Product Moment dari Pearson diketahui
motivasi
bahwa korelasi antara motivasi berprestasi
hipotetik:
orientasi
masa depan dengan
berprestasi
berdasarkan
mean
dengan orientasi masa depan diperoleh
Tabel 2. Descriptive statistic orientasi masa depan dengan motivasi berprestasi Variabel
Mean
Minimum
Maksimum
SD
Orientasi Masa Depan
148
122
168
14
Motivasi Berprestasi
94
75
111
10
Berdasarkan nilai mean hipotetik,
dengan tujuan menempatkan individu ke
maka dapat dilakukan pengelompokan yang
dalam kelompok-kelompok yang terpisah
mengacu pada kriteria pengkategorisasian
secara berjenjang menurut suatu kontinum
165 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 157-168
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar,
2012) dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3. Norma Kategorisasi Norma
Kategorisasi
X < (µ - 1,0 σ)
Rendah
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ)
Sedang
(µ + 1,0 σ) ≤ X
Tinggi
Keterangan:
µ = mean atau rata-rata σ = standar deviasi X = raw score (skor mentah sampel)
Berdasarkan norma pada tabel 3 di atas, maka diperoleh kategorisasi subjek
depan dan motivasi berprestasi pada tabel 4 berikut:
penelitian pada variabel orientasi masa Tabel 4. Pengelompokan Kategorisasi Subjek pada Masing-masing Variabel
11 orang
Persentase (%) 23%
Rendah
134-148
13 orang
27%
sedang
X≤148
24 orang
50%
Tinggi
X>107
37 orang
77%
Rendah
107-122
0 orang
0%
Sedang
X>122
11 orang
23%
Tinggi
Variabel
Orientasi Masa Depan
Motivasi Berprestasi
Skor
Jumlah
X<134
Kategori
Tabel 4 di atas, dapat diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar atlet berada
gambaran bahwa orientasi masa depan atlet
pada kategori rendah sebanyak 37 orang
sepak bola sebagian besar berada pada
yaitu sebesar 77%, atlet yang memiliki
kategori
23%
motivasi berprestasi dengan kategori sedang
sebanyak 11 orang, atlet dengan kategori
0 atau nol %, kategori tinggi sebesar 23%
orientasi masa depan sedang sebesar 27%
yaitu sebanyak 11 orang.
rendah,
yaitu
sebesar
sebanyak 13 orang dan atlet dengan kategori
Besar sumbangan variabel orientasi
orientasi masa depan tinggi sebesar 50%
masa depan dengan motivasi berprestasi,
sebanyak
dapat
ditentukan
rumus
koefisien
variabel
24
orang,
motivasi
sedangkan
berprestasi
untuk
diperoleh
dengan
menggunakan
determinan.
Koefisien
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 166
determinan adalah kuadrat dari koefisien
berinteraksi dengan skemata yang dimiliki
korelasi
100%
oleh individu yaitu motivasi, perencanaan,
koefisien
dan evaluasi. Motivasi mengacu pada apa
determinan dicari dengan menggunakan
yang menjadi minat individu di masa depan,
rumus sebagai berikut:
sebagian besar motif, minat dan tujuan
yang
(Nugroho,
dikali
2005).
dengan
Derajat
KP = r² x 100 % Keterangan
individu
:
memiliki
keterkaitan
dengan
orientasi masa depan. Ketika keadaan di
KP
: Nilai Koefisien Diterminan
masa depan dan faktor pendukungnya
r
: Nilai Koefisien korelasi
menjadi suatu harapan pengetahuan yang
KP = r² x 100 %
menunjang harapan tersebut menjadi dasar
= 0.783² x 100%
yang penting bagi perkembangan motivasi
= 61,3%
guna orientasi masa depan. Ketika individu
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat
ditentukan
bahwa
besarnya
telah menetapkan tujuan, motif umum dan penilaian,
maka
ketiga
hal
tersebut
sumbangan orientasi masa depan terhadap
dibandingkan dengan tingkat pengetahuan
motivasi berprestasi adalah 61,3% dan
yang dimiliki tentang masa depan. Dengan
38,7% lainnya ditentukan oleh faktor-faktor
mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki
lainnya.
dikaitkan dengan motif umum dan penilaian, individu menjadi lebih mampu menetapkan
Pembahasan penelitian
minat yang spesifik.
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
Perencanaan,
Berdasarkan
hasil
mengacu
pada
signifikan antara orientasi masa depan
bagaimana individu merealisasikan minat
bidang
motivasi
dengan tujuan mereka, walaupun mereka
berprestasi pada atlet sepak bola usia remaja
telah memiliki cara untuk mewujudkannya,
di PSTS Tabing. Menurut Bandura (dalam
namun perencanaan dan pemecahan masalah
Santrock, 2001) suatu hal yang terkait
sangat
dengan prestasi remaja, prestasi seorang
perencanaan tujuan dan kejadian di masa
remaja meningkat apabila mereka membuat
depan
suatu tujuan yang spesifik, baik tujuan
Menetapkan tujuan membentuk penggam-
pekerjaan
dengan
jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut
Nurmi
(1991)
proses
dibutuhkan,
dibagi
dalam
serta
tiga
aktivitas
fase:
(a)
baran tentang konteks masa depan di mana
dalam
tujuan tersebut diharapkan dapat terwujud,
mencapai
orientasi
masa
depan
dapat
(b) Membuat rencana, langkah dan strategi
dijelaskan
melalui
tiga
proses
yang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam membuat rencana, individu harus
167 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 157-168
membuat
langkah-langkah
yang
akan
variabel orientasi masa depan terhadap
tujuan
dan
motivasi berprestasi sebesar 61,3% dan
kemudian memutuskan langkah yang paling
38,7% lagi dipengaruhi oleh faktor lain
efisien, (c) Aktivitas perencanaan, yaitu
seperti lingkungan keluarga, lingkungan
melaksanakan rencana dan strategi yang
sekolah dan lingkungan sosial.
membimbingnya
mencapai
telah disusun.
Saran
Evaluasi, berisikan penilaian terhadap sejumlah minat yang diharapkan dapat
direalisasikan.
mengevaluasi
Individu
perwujudan
Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan hasil penelitian,
harus
yaitu:
yang
(1) Bagi para atlet remaja yang ada di PSTS
tujuan
mereka buat dan yang telah mereka susun.
Tabing,
Proses ini merupakan proses berpikir yang
mengetahui sedini mungkin apa yang
melibatkan pengamatan terhadap tingkah
menjadi orientasinya di masa depan dan
laku, melakukan penilaian terhadap tingkah
dapat memotivasi dirinya sendiri untuk
laku yang ditampilkan dan memberikan
mendapatkan
penguat bagi diri sendiri. Walaupun tujuan
orientasinya tersebut. Banyak hal yang
orientasi masa depan dan perencanaan
dapat dilakukan untuk mewujudkan
belum diwujudkan, namun proses ketiga ini
orientasi
telah
sebanyak
dilakukan
untuk
mengevaluasi
kemungkinan terwujudnya hal tersebut.
2008) hal-hal yang dapat mempengaruhi berprestasi
seseorang
apa
tersebut
untuk
skill
meningkatkan tehnik
dapat
yang
yaitu
mungkin
meningkatkan
Menurut McClelland (dalam, Tirta,
motivasi
diharapkan
menjadi
berprestasi
dari
sekarang,
dalam
bermain,
dalam bermain
dan rajin berlatih.
yaitu
(2) Bagi pelatih PSTS Tabing, diharapkan
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
untuk membantu para atlet mewujudkan
dan lingkungan sosial.
orientasi masa depan di bidang olah raga sepak bola. Pelatih diharapkan mampu
SIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan
Simpulan
atletnya, teknik bermain dan kualitas
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara orientasi masa depan dengan motivasi berprestasi pada atlet sepak bola usia remaja di PSTS. Adapun sumbangan efektif dari
skill
bermain
atlet-
bermain sehingga atlet semakin matang dan mampu berprestasi di ranah sepak bola Indonesia dan Internasional. (3) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
dengan
tema
yang
sama,
Syahrina, Orientasi Masa Depan Bidang… | 168
diharapkan dapat mengkaitkan dengan variabel-variabel
lain,
yang
mempengaruhi motivasi berprestasi.
dapat
DAFTAR RUJUKAN Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _____. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Terjemahan oleh Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
SMA Pertiwi I Padang. Skripsi (tidak diterbitkan). Padang: Fakultas Psikologi UPI “YPTK” Robbins, S. P. (2008). Organizational Behaviour. Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat Santrock, J. W. (2001). Adolescence.8th Boston:McGrow-Hill
Nurmi, J. E. (1991). “How do Adolescent See Their Future?” A review of the development of future Orientation and Planning, Helsinski Academic Press, Inc
Tirta, R. (2008). Hubungan antara motivasi berprestasi, intensitas pemanfaatan perpustakaan sekolah dengan prestasi belajar pada siswa smk 6 sukarta. Skipsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Jaya Baya
Pitriani. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa-Siswi Bermasalah Kelas II
Trommsdorf, G. (2003). Future Orientation And Socialization. International Journal Of Psychology