HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Psikologi
Oleh: ENY SETIYOWATI NIM. S 300100006
PRODI MAGISTER PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Psikologi
Oleh :
ENY SETIYOWATI NIM. S 300100006
PROdi MAGISTER PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”. ( Terjemahan QS. Al Insyirah : 5 - 8 )
“Lebih baik pernah mencoba tetapi gagal daripada tidak pernah sama sekali” (Penulis)
“Jika pikiranku sanggup membayangkan apa yang kuinginkan dan hatiku yakin dapat meraihnya, dengan usaha aku akan mampu menggapainya”. (Penulis)
vi
ABSTRAK
Eny Setiyowati. S 300100006. Hubungan Efektivitas Bimbingan Karir Dan Orientasi Masa Depan Dengan Keputusan Karir Remaja. Magister Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Berdasarkan survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum memahami bakat, minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa kelas XI yang masih ragu dengan pillihan karir yang akan diambil, padahal siswa telah memilih jurusan yang seharusnya sudah disesuaikan dengan minat karir mereka, meskipun para siswa berencana untuk melanjutkan kuliah setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian penjelasan atau explanatory research. Penelitian dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten. Jumlah sampel 120 remaja dengan jenis kelamin perempuan 74 dan laki-laki 46, dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel bebas adalah efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan, sedangkan variabel terikatnya keputusan karir remaja. Pengumpulan data menggunakan angket dan data sekunder yang ada di SMA. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji linearitas dan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja yang ditunjukkan oleh nilai determinasi sebesar 0,823. Sumbangan efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja sebesar 82,3% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan sebesar 0,823. Ada hubungan positif yang signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.
Kata Kunci: Efektivitas Bimbingan Karir, Orientasi Masa Depan, Keputusan Karir Remaja.
vii
ABSTRACT
Eny Setiyowati. S 300100006. The Relation Between Carriers Counseling Effectiveness And Future Orientation Toward Adolescents’ Career Decisions. Magister Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Based on the survey, it shows that most of the students do not understand yet their talents, interests and various kinds of information about career. It can be seen that there are many grade IX students who are doubtful about the choices of career they will choose, whereas they already choose majors that ought to be adjusted with their career interest, although students are planning to continue their studies to college after finishing their high school education. This research is to analyze the relation between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions. This research is using explanatory research design. It is conducted in one of Public senior high schools in Klaten Regency. The amount of the sample is 120 adolescents with female 74 and male 46 by using simple random sampling technique. The independent variables are carriers counseling effectiveness and future orientation, while the dependent variable is adolescents’ career decisions. Data collection is using questionnaireand secondary data in senior high school. Data analysis is using normality, linearity tests and multiple linear regression analysis. It shows that there is an extremely significant positive relations between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions which is shown by determination value = 0.823. The effective contributions of carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions is 82.3% which is shown by determinant coefficient = 0.823. There is a positive relation between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions.
Keywords: career counseling effectiveness, future orientation, adolescents’ career decisions.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Efektivitas Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan Dengan Keputusan Karir Remaja”. Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan
pendidikan
S-2
Magister
Sains
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan karya sederhana ini, banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Dr. Sri Lestari S.Psi, M.Si, selaku Ketua Program Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Dr. Taufik, M.Si, selaku pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 5. Dr. Yadi Purwanto, MM yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 6. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bekal kepada penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam hidup dan berkarya dalam masyarakat.
ix
7. Bapak, Ibu, adik-adik, suami serta anak-anakku yang dengan setia memberikan dorongan moral selama penulis belajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dimana nantinya akan dapat penulis pergunakan dan sebagai penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
Mei 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................
i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................
v
MOTTO ...........................................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
ABSTRACT ......................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I .
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
10
E. Keaslian Penelitian ..................................................................
11
LANDASAN TEORI ....................................................................
15
A. Keputusan Karir Remaja .........................................................
15
1. Pengertian Karir dan Keputusan Karir ...............................
15
2. Perkembangan Karir Remaja ............................................
20
3. Aspek-Aspek Keputusan Karir ..........................................
23
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir ......
24
B. Efektivitas Bimbingan Karir ..................................................
28
1. Pengertian Efektivitas .......................................................
28
2. Pengertian Bimbingan .......................................................
29
3. Pengertian Bimbingan Karir ............................................
32
xi
4. Tujuan Bimbingan Karir ..................................................
34
5. Aspek-Aspek Bimbingan Karir ........................................
37
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Bimbingan Karir .................................................................................
41
C. Orientasi Masa Depan ............................................................
47
1. Pengertian Orientasi Masa Depan .....................................
47
2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan ................................
48
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan .......................................................................
51
D. Hubungan Antara Bimbingan Karir dan Orientasi Masa
BAB III
BAB IV
Depan Terhadap Keputusan Karir ...........................................
56
E. Hipotesis .................................................................................
60
METODE PENELITIAN .............................................................
62
A. Jenis Penelitian .........................................................................
62
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................
62
C. Definisi Operasional ................................................................
62
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................
64
1. Populasi ...... .......................................................................
64
2. Sampel Penelitian ...............................................................
65
3. Teknik Sampling ...............................................................
65
E. Metode Pengumpulan Data. .....................................................
66
F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................
69
1. Uji Validitas .......................................................................
69
2. Uji Reliabilitas ...................................................................
69
G. Metode Analisis Data ..............................................................
70
LAPORAN PENELITIAN ...........................................................
71
A. Persiapan Penelitian ..............................................................
71
1. Orientasi kancah penelitian .............................................
71
2. Karakteristik Subjek Try Out ...........................................
71
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
72
4. Penyusunan skala setelah try out .....................................
77
xii
BAB V
C. Pelaksanaan Penelitian ............................................................
79
1. Penentuan subjek penelitian .. ..........................................
79
2. Pengumpulan Data ............................................................
79
3. Pelaksanaan skoring ........................................................
80
D. Analisis Data ..........................................................................
81
1. Uji Asumsi ........................................................................
81
2. Uji Hipotesis .....................................................................
84
3. Uji t ...................................................................................
85
4. Analisis Koefisien Determinasi ........................................
86
5. Deskripsi Data Penelitian .................................................
87
E. Pembahasan ............................................................................
92
PENUTUP .....................................................................................
98
A. Kesimpulan .............................................................................
98
B. Saran ........................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100 LAMPIRAN...................................................................................................... 105
xiii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 1. Cita-Cita Karir Remaja ...................................................................
2
Tabel 2. Populasi ..........................................................................................
64
Tabel 3. Sampel Penelitian ...........................................................................
65
Tabel 4. Skala Keefektivan Bimbingan Karir ...............................................
67
Tabel 5. Skala Orientasi Masa Depan ...........................................................
68
Tabel 6. Skala Pengambilan Keputusan Karir ..............................................
69
Tabel 7. Susunan Skala Aitem Skala Efektivitas Bimbingan Karir .............
73
Tabel 8. Susunan Skala Aitem Skala Orientasi Masa Depan .......................
75
Tabel 9. Susunan Skala Aitem Skala Pengambilan Keputusan Karir ..........
76
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................
77
Tabel 11. Blue Print Skala Efektivitas Bimbingan Karir Setelah Tryout .......
78
Tabel 12. Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Setelah Tryout .................
78
Tabel 13. Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Karir Setelah Tryout ....
79
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas .......................................................................
82
Tabel 15. Hasil Uji Linieritas .........................................................................
83
Tabel 16. Hasil Uji Kolinieritas ......................................................................
84
Tabel 17. Hasil Uji Regresi Linear Berganda .................................................
84
Tabel 18. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ............................................
86
Tabel 19. Kategori Skor Subjek Skala Efektivitas Bimbingan Karir .............
88
Tabel 20. Kategori Skor Subjek Orientasi Masa Depan .................................
90
Tabel 21. Kategori Skor Subjek Skala Keputusan Karir ................................
91
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Bagan 1. Pembentukan Orientasi Masa Depan ..............................................
49
Bagan 2. Hubungan Antar Variabel ................................................................
59
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN (TRYOUT).................................... 106 2. Lampiran 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN ANGKET ........................................................................... 117 3. Lampiran 3 ANGKET PENELITIAN ...................................................... 121 4. Lampiran 4 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ............................. 129 5. Lampiran 5 UJI NORMALITAS .............................................................. 132 6. Lampiran 6 UJI LINIERITAS ................................................................... 135 7. Lampiran 7 UJI KOUNIERITAS............................................................... 137 8. Lampiran 8 ANALISIS LINIER BERGANDA ........................................ 139 9. Lampiran 9 NORMA KATEGORISASI ................................................... 142 10. Lampiran 10 SURAT IJIN PENELITIAN ................................................. 146
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa remaja. Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan karena pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil keputusan karir. Seligman (dalam Marliyah dkk, 2004) mengatakan bahwa sejumlah karir mulai dibangun dan dikembangkan sejak masa sekolah dan karir dapat juga dikatakan sebagai suatu cita-cita yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan suatu bidang pendidikan, pekerjaan maupun suatu profesi tertentu. Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Suatu masa yang mempengaruhi perkembangan dalam aspek sosial, emosi, dan fisik. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa. Pada tahap ini, salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan, serta membuat keputusan karir. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 40 siswa sebuah SMA Negeri di Klaten menunjukkan 80% cita-cita karirnya ingin menjadi dokter,
1
2
polisi dan guru (Penulis, 11 Januari 2012). Hal ini menunjukkan pola pikir mereka tentang jenis-jenis karir masih sempit, padahal begitu banyak pilihan karir yang tersedia. Cita-cita karir remaja dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1 Cita-Cita Karir Remaja No.
Cita-Cita Karir
Persentase
1.
Dokter
29%
2.
Polisi
21%
3.
Guru
30%
4.
Wiraswasta, kerja di perusahaan dll
20%
Jumlah
100%
Pada Harian Sinar Harapan (28 Mei 2010), data Susenas 2010 menunjukkan 61% siswa SMA tidak memahami kemana mereka sebaiknya menempuh pendidikan lanjut. Dalam keadaan terdesak seperti ini, remaja mengambil keputusan untuk memilih jurusan dipengaruhi orang tua dan peer group (teman sebaya), dimana saran tersebut bersifat subyektif. Menurut Conger (Marliyah dkk, 2004) salah satu tugas perkembangan remaja adalah pemilihan dan persiapan karir. Pemilihan karir merupakan saat seorang remaja mengarahkan diri pada suatu tahapan baru dalam kehidupan mereka. Membuat keputusan memilih karir merupakan usaha remaja menemukan dan melakukan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses pemilihan karir. Remaja mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi berkaitan dengan karir yang diminati. Setelah remaja mencapai tahap
3
perkembangan kognitif operasional formal (11 tahun – dewasa) yaitu tahap dimana mereka sudah dapat berpikir secara abstrak. Pada fase ini mereka mengeksplorasi berbagai alternatif ide dan jurusan dalam cara yang sistematis, misalnya jika ingin menjadi dokter maka harus memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Usia remaja dalam teori perkembangan karir Ginzberg termasuk dalam tahap tentatif yaitu dengan usia 11–17 tahun. Tahapan usia ini adalah masa transisi dari tahap fantasi pada anak-anak menjadi pengambilan keputusan realistik pada remaja. Sejalan dengan perkembangan karir tersebut, proses karir telah muncul pada usia sekolah yaitu ketika anak-anak mulai mengembangkan minatnya dan adanya pemahaman keterkaitan antara kemampuan dengan karir dimasa depan. Menurut Supriatna (2009) masalah karir yang dirasakan siswa SMA adalah: siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat, siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, siswa masih bingung untuk memilik pekerjaan, siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu setelah lulus SMA, siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya. Pengambilan keputusan memegang peranan penting pada masa remaja karena akan mempengaruhi kehidupan remaja tersebut seperti pilihan teman,
4
pilihan jurusan serta pemilihan karir kelak. Remaja sering memandang pengambilan keputusan disertai kebingungan, ketidak pastian dan stress. Kebanyakan pengambilan keputusan dibuat oleh para remaja yang mengalami perubahan yang menyulitkan dan tak berguna (Santrock, 2003). Super (Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Dalam sebuah penelitian pada individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku sekolah menengah atas diketahui bahwa setengah dari mereka tidak sistematis dan tidak memiliki arah dalam eksplorasi dan perencanaan karir mereka (Donald, Kowalski, & Gotkin dalam Santrock, 2002). Hasil wawancara yang dilakukan penulis pada 10 orang siswa SMA Negeri di Klaten menunjukkan sebagian besar siswa belum memahami bakat, minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari jawaban mereka, dari 10 siswa, 8 diantaranya masih ragu dengan pillihan karir yang akan diambil, padahal mereka telah memilih jurusan yang seharusnya sudah disesuaikan dengan minat karir mereka. Pengambilan keputusan karir remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain tingkat intelegensi, sikap mental, jenis kelamin, agama, bakat, minat dan orientasi masa depan. Faktor eksternal antara lain tingkat ekonomi keluarga, orang tua, guru, teman dan kondisi sosial masyarakat. Salah satu faktor yang cukup berpengaruh dapat kita lihat melalui
5
orientasi masa depan, yaitu bagaimana remaja memandang dan merencanakan masa depannya dan pengaruh guru. Guru di sekolah yang berwenang adalah guru pembimbing atau konselor sekolah, dalam hal ini dengan program bimbingan karir. Bagaimana individu memandang masa depannya tergambar melalui orientasi masa depannya. Orientasi masa depan merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan remaja yang akan menjalani pendidikan. Orientasi yang baik terhadap masa depan akan memberi motivasi siswa dalam menjalani pendidikan. Menurut Nurmi (2004) merencanakan dan memikirkan masa depan merupakan hal yang penting pada masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada sejumlah tugas normatif yang menuntut mereka berpikir dan mengambil keputusan tentang masa depan. Cara pandang atau orientasi remaja tentang masa depan akan berpengaruh terhadap keputusan karir yang mereka lakukan yang nantinya akan berdampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang. Orientasi masa depan menurut Nurmi (2004) merupakan kemampuan seorang individu untuk merencanakan masa depan yang merupakan salah satu dasar dari pemikiran manusia. Orientasi masa depan menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya di masa yang akan datang, gambaran tersebut membantu individu dalam menempatkan dan mengambil keputusan karirnya. Orientasi tentang pekerjaan apa yang akan digeluti di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang harus dimiliki remaja karena hal ini berhubungan dengan pemilihan bidang pendidikan yang akan dipilih.
6
Remaja dalam membuat Keputusan membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya sehingga dapat merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya. Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan membantu siswa mengembangkan dan merancang masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikiranya dan terbatas. Terbatasnya informasi mengenai karir membuat siswa memilih sesuai apa yang diketahui. Informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri merupakan hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap keputusan karirnya agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan potensi dirinya (Winkel, 2005). Pihak yang cukup berkompeten memberi informasi karir pada siswa adalah guru bimbingan konseling. Melalui program bimbingan karir siswa mencoba memahami bakat dan minat, mendapat informasi mengenai berbagai bidang pekerjaan dan keterampilan apa saja yang diperlukan dalam bidang tertentu, adanya mata pelajaran BK (bimbingan konseling) yang diberikan selama
7
1 jam pelajaran setiap minggunya bagi kelas XII. Menurut Sukadji (2000) layanan bimbingan karir untuk individu yang berada dalam tahap eksplorasi membantu individu memahami faktor-faktor relevan dan memperoleh pengalaman membuat pilihan karir, mengeksplorasi bidang-bidang pekerjaan dalam hubungannya dengan minat dan kemampuan, membuat perencanaan dan mengembangkan strategi pencapaiannya. Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir. Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidupnya secara optimal ke arah pilihannya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Solehuddin dkk (2008) memiliki fungsi dan berperan sebagai kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa, terutama pada jenjang sekolah menengah atas, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimiliki secara maksimal. Kartadinata dkk (2007) mengemukakan bahwa konselor berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan potensinya, salah satu potensi tersebut adalah kemandirian seperti kemampuan mengambil keputusan
8
penting dalam perjalanan hidupnnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan karir. Semiawan (dalam Solehuddin dkk, 2008) memandang bimbingan karir sebagai fokus dari profesi bimbingan di sekolah, diharapkan bimbingan ini dapat memecahkan masalah siswa dalam keputusan karirnya. Hal ini tampaknya belum sesuai dengan kenyataan di lapangan, antara lain dapat dilihat dari hasil penelitian Dedi Supriadi (dalam Solehuddin dkk, 2008) dimana faktor utama yang berpengaruh pada keputusan karir remaja adalah minat, diikuti penasehat akademik, orang tua, guru pembimbing, prestasi dan sikap skor tes. Dalam penelitian tersebut guru pembimbing dengan programnya bimbingan karir menempati posisi ke empat dalam faktor yang berpengaruh pada keputusan karir. Perencanaan pendidikan dan perencanaan pekerjaan merupakan dua hal yang berkaitan erat karena sasaran akhirnya sama, yaitu perencanaan pekerjaan/karir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa program bimbingan karir tujuan akhirnya adalah siswa mampu menyusun rencana karir dan mengambil keputusan karir serta mengambil langkah-langkah relevan untuk mewujudkan keputusan tersebut. Harisanto (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor internal lebih mempengaruhi keputusan memilih karir pada remaja dibanding faktor dari luar. Menurut Brown (2008) empat faktor utama yang mendasari kesulitan pengambilan keputusan karir adalah keraguan, kurangnya informasi, konflik interpersonal dan hambatan serta kurangnya kesiapan. Sedangkan hasil penelitian Manon (2009) menunjukkan keefektifan bimbingan karir dan informasi pekerjaan
9
mempengaruhi keputusan karir remaja. Savickas (1991) mengemukakan gambaran mental individu pada waktu yang lalu, saat ini dan yang akan datang mempengaruhi keputusan karir seorang remaja. SMA Negeri Wonosari terletak di perbatasan kota Klaten dan Surakarta, sedangkan kota Klaten berada diantara kota Surakarta dan Yogyakarta, dimana kedua kota tersebut mempunyai jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak. Hal ini membuat siswa termotivasi untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 14 September 2011 terhadap 10 siswa kelas XI IPA4, semua siswa berencana melanjutkan kuliah, sedangkan keputusan karir mereka rata-rata terbentuk sejak usia 6-10 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Araujo dan Do Ceu Taveira (2007), dalam penelitian menunjukkan bahwa anak-anak telah mengembangkan beberapa pemahaman tentang pekerjaan dan hubungan sekolah untuk bekerja pada saat mereka berusia 6 tahun. Melihat
permasalahan
remaja
dalam
memilih
karir
dan
begitu
kompleksnya hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir remaja, penulis mempunyai minat untuk meneliti tentang ”Hubungan Bimbingan Karir dan Orientasi Masa depan terhadap Pengambilan Keputusan Karir Remaja”.
B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang ingin di ungkapkan dalam penelitian ini adalah:
10
1. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja? 2. Apakah ada hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja? 3. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan pengambilan keputusn karier remaja?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja. 2. Untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja. 3. Untuk mengetahui hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan pengambilan keputusan karier remaja.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini dapat diberikan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan.
11
2. Manfaat Praktis a. Sekolah Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat lebih memperhatikan dan membantu siswa dalam kebingungannya memilih karir. b. Guru dan Orang Tua Melalui penelitian ini diharapkan adanya hubungan yang komunikatif antara guru dan orang tua dalam membantu pemilihan karir siswa sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik. c. Siswa Dengan penelitian ini diharapkan agar siswa dapat merencanakan kesesuaian antara karir yang diinginkan dengan bakat, minat dan kemampuannya agar dapat memilih karir yang sesuai dangan apa yang diminatinya. d. Bagi Peneliti. Peneliti dapat secara langsung menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh tentang psikologi pendidikan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan keputusan karir, orientasi masa depan dan bimbingan karir di sekolah atau hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah karir yang sudah dilakukan peneliti lain sangat berguna sebagai bahan pembanding untuk menentukan keaslian penelitian.
12
Penelitian tentang karir telah banyak sekali dilakukan, antara lain oleh Sri Prihantoro (2007) tentang perencanaan karir siswa kelas X SMAN 2 Majalengka menunjukkan bahwa 27,8% siswa mempunyai perencanaan karir rendah, 47,2% perencanaan karir sedang dan 25% mempunyai perencanaan karir tinggi. Rahmi (2009)
mendapatkan
kemampuan
siswa
SMU
di
kabupaten
Bandung
menunjukkan 90% siswa bingung dalam merencanakan masa depan dan 70% menyatakan perencanaan masa depan tergantung orang tua. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) diketahui bahwa siswa dari keluarga utuh di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 95,23%, sedangkan siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 62,5%. Penelitian yang dilakukan Christina (2009) menunjukkan sebanyak 56 siswa (62,22%) memiliki tingkat career self efficacy rendah. Sementara untuk variabel pengambilan keputusan karier sebanyak 64 siswa (71,11%) memiliki tingkat pengambilan keputusan karier yang rendah. Ada hubungan antara career self efficacy dengan pengambilan keputusan karier diikuti dengan penambahan tingkat pengambilan keputusan karier atau penurunan tingkat career self efficacy akan diikuti dengan penurunan tingkat pengambilan keputusan karier. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) diketahui bahwa siswa dari keluarga utuh di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 95,23%, sedangkan
13
siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 62,5%. Hasil penelitian Dessy dan Nursalim (2009) memberi hasil bahwa pemberian
layanan
informasi
berpengaruh
positif
terhadap
kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut siswa. Sementara itu, beberapa penelitian tentang pentingnya bimbingan karir antara lain riset yang dilakukan Partino (2006) pada 616 individu menggambarkan bahwa kematangan karir dipengaruhi oleh faktor layanan konseling, persepsi pengutamaan studi, riwayat hidup, selfefficacy dan prestasi akademik. Pada riset tersebut, faktor layanan konseling menempati peringkat pertama yang dapat mempengaruhi kematangan karir. Hasil penelitian Rubiyanti (2011) menunjukkan bahwa orientasi masa depan (OMD) remaja di Jatinangor tergolong tinggi, artinya remaja di Jatinangor sudah memiliki OMD yang jelas. Kontribusi yang paling besar dalam OMD remaja ini adalah aspek motivasi. Aspek perencanaan dan evaluasi masih tergolong sedang. Ini menunjukkan bahwa remaja masih membutuhkan arahan untuk mendapatkan strategi dan cara-cara di dalam merencanakan masa depannya. Pelatihan motivasi berprestasi yang dilakukan membantu remaja merencanakan dan menetapkan tujuan dan membuat strategi untuk merealisasikan perencanaan. Setelah pelatihan, remaja mengungkapkan bahwa dirinya lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengetahui strategi untuk meneruskan pendidikan, mendapatkan pengetahuan mengenai jurusan yang diminati, dan pekerjaan yang dapat ditekuni di masa yang akan datang.
14
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel keputusan karir, bimbingan karir dan orientasi masa depan yang dilakukan secara bersama-sama, di mana penelitian yang lain hanya menggunakan salah satu variabel tersebut. Penelitian tentang keputusan karir kebanyakan hanya untuk mengetahui atau menggambarkan bagaimana keputusan karir remaja. Penelitian tentang bimbingan karir dan orientasi masa depan, kebanyakan hanya untuk menngetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan karir dan bagaimana orientasi masa depan remaja, sedangkan penelitian terkait keputusan karir remaja, aspek yang sering diteliti adalah aspek konsep diri atau efikasi diri, pengaruh orang tua dan peer grup. Penelitian yang menggunakan aspek bimbingan karir dan orientasi masa depan yang mempengaruhi keputusan karir belum pernah penulis temukan.
BAB II PENDAHULUAN
A. Keputusan Karir Remaja 1. Pengertian Karir dan Keputusan Karir a. Pengertian Karir Banyak sekali tokoh yang memberikan definisi karir, hal ini terjadi karena sebagian mereka mendefinisikan karir dengan memandang dari segi istilah atau definisinya, sedang yang lain mendefinisikan karir dari segi maknanya. Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) karir adalah pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Gibson dkk (1995) merumuskan karir sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Sedangkan menurut Soetjipto (2002), karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan hidup.
15
16
Menurut Handoko (1996) karir adalah semua pekerjaan yang dipunyai atau dipegang selama kehidupan seseorang. Zunker (dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa karir menunjukkan posisi, jenis pekerjaan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan kerja individu. Anoraga (2001) menyatakan bahwa karir dalam arti sempit adalah profesi serta kedudukan dalam kehidupan dalam upaya mencari nafkah, sedangkan karir dalam arti luas sebagai langkah maju sepanjang hidup yang berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Isaacson dan Brown (dalam Marliyah dkk, 2004) menjelaskan bahwa karir dapat didefinisikan sebagai sejumlah pengalaman hidup termasuk pendidikan,
kerja,
aktivitas-aktivitas
luang
ataupun
pengalaman
kenaggotaan dalam suatu perkumpulan/organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karir adalah profesi, kedudukan dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, peran, jabatan atau posisi maupun aktivitas sosial yang dimiliki seseorang. b. Pengertian Keputusan Karir Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan yang dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu (Handoko, 1996). Syamsi (1995) menjelaskan lebih lanjut tentang pembuatan keputusan, bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran atau pemutusan dari suatu proses pemikiran tentang suatu masalah untuk
17
menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu. Basori (2004) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan pendidikan ke perguruan tinggi yang berorientasi pada pekerjaan/jabatan. Menurut Gati dan Asher (2001) pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan individu untuk mencari alternatifalternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keputusan karir adalah suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada satu pilihan karir dari berbagai macam pilihan karir yang ada. c. Pengertian Keputusan Karir Remaja Keputusan karir remaja adalah pilihan suatu karir yang dilakukan remaja yang menempuh sekolah menengah usia 15 sampai 20 tahun. Remaja melewati beberapa tahapan dalam membuat keputusan. Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super dalam Santrock (2003), usia remaja (remaja SMA) berada pada tahap kristalisasi, dimana terjadi pola “alternatif dan konsekuensi”. Remaja memiliki kesadaran dan kebutuhan untuk membuat pilihan karir, mengambil tanggung jawab seperti orang dewasa dan melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja. Seorang remaja yang akan memasuki sekolah menengah umum akan dihadapkan
18
pada pilihan jurusan, pada saat tersebut ia sudah membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan karir di masa yang akan datang. Shertzer dan Stone (dalam Winkel, 1997) mengatakan bahwa dalam memutuskan suatu karir akan selalu berkaitan dengan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan, inteligensi, bakat, minat, konsep diri, pengetahuan dan keadaan fisik. Inteligensi memegang peranan penting dalam mempersepsikan karir seseorang sesuai dengan pilihan karirnya. Menurut Winkel (1997) tinggi rendahnya taraf inteligensi dapat berpengaruh terhadap pilihan karirnya. Selanjutnya bakat khusus juga dapat dijadikan bekal dasar yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang karir. Misalnya remaja yang memiliki kemampuan verbal cenderung lancar berbicara, kemudian remaja memandang bahwa dunia penyiaran adalah suatu karir yang cocok dengan bakatnya dan sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, remaja cenderung mempersepsikan pilihan karir yang akan dijalani adalah bidang-bidang yang berkenaan dengan penyiaran seperti master of ceremony (MC), penyiar televisi atau radio. Minat pada seorang remaja terutama remaja usia sekitar 15 tahun sampai dengan 20 tahun cenderung masih banyak berubah. Namun sekali terbentuk, minat akan menentukan perencanaan masa depan sehubungan dengan karir yang akan dipilih (Winkel, 1997). Misalnya remaja yang
19
mempunyai minat pada arsitek, maka remaja akan mempersepsikan pilihan karir menjadi seorang arsitektur. Informasi yang akurat mengenai dunia kerja dan diri sendiri merupakan hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap pilihan karirnya, agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan potensi dirinya (Winkel, 1997). Misalnya remaja yang memiliki informasi mengenai karir tertentu, contoh dokter, maka remaja akan lebih mudah mempersepsikan pilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya,
ada
juga
beberapa
remaja
yang
cenderung
mempersipkan pilihan karirnya sesuai dengan keadan fisik. Menurut Winkel (1997) perbedaan jenis kelamin juga dipengaruhi anggapan-anggapan pilihan suatu karir yang sesuai dengan jenis kelamin tertentu serta peranan pria dan wanita dalam masyarakat. Misalnya masyarakat beranggapan bahwa jabatan sekretaris merupakan bidang pekerjaan wanita, maka pria cenderung menghindari jabatan sekretaris. Seorang remaja dapat memutuskan karirnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dijadikan pegangan atau pedoman hidupnya karena nilainilai kehidupan memegang peranan yang penting terhadap harapan dalam kehidupannya termasuk bidang pekerjaan apa yang akan dipilih dan ditekuninya. (Winkel, 1997). Pendidikan di sekolah juga berperan dalam mempengaruhi persepsi remaja dalam pemilihan karirnya. Adanya bimbingan guru dan bimbingan
20
karir disekolah dapat membantu remaja dalam memahami dunia kerja dan menjadi petunjuk tentang cara untuk meraihnya. Keputusan karir remaja dalam penelitian ini adalah keputusan pilihan jurusan atau pekerjaan yang diambil oleh remaja setelah melakukan eksplorasi karir dengan bantuan guru bimbingan konseling melalui program bimbingan karir. 2. Perkembangan Karir Remaja Banyak tokoh yang mengemukakan tentang berkembangnya karir dalam kehidupan seorang individu. Salah satunya, Ginzberg dkk (dalam Winkel, 1997) yang memandang perkembangan karir sebagai suatu proses pemilihan karir yang dapat dibagi menjadi 3, yaitu: a. Tahap fantasi (usia lahir sampai 11 tahun) Pada tahap ini anak hanya bermain-main saja dan permainan dinilai tidak memiliki kaitan ke dalam pemilihan karir karena anak memiliki kesadaran yang masih rendah terhadap hambatan-hambatan perkembangan karir. Anak usia 4-5 tahun biasanya sudah dapat menyebutkan pilihan tertentu bila ditanya mengenai cita-cita, namun masih belum dapat membedakan antara keinginan sendiri atau keinginan orang lain (Winkel, 1997) b. Tahap tentatif (usia 11-17 tahun) Pada tahap ini terdapat 4 periode: 1) Tahap minat (interest) usia 11-12 tahun, dimana anak membuat sikap terhadap hal yang disukai dan yang kurang disukai.
21
2) Tahap kemampuan (capacity) usia 12-13 tahun, dimana anak mulai menyadari
berbagai
kemampuan
serta
kapasitas
dirinya
dalam
menentukan tujuan karir, anak dapat menunjukkan pertanyaanpertanyaan sehubungan dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh berbagai jenis pekerjaan dan mengevaluasi kemampuannya apakah sesuai dengan pilihan yang mereka minati. 3) Tahap nilai-nilai (values), usia 14 tahun, dimana remaja mulai menghayati nilai-nilai kehidupan yang ingin dicapainya. 4) Tahap transisi (transition), usia 15-16 tahun, dimana remaja mulai memadukan minatnya dan sudah dapat merencanakan karirnya yang merupakan integrasi dari nilai-nilai, kapasitas dan minat. Remaja memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk membuat pilihan karir, mengambil tanggung jawab seperti orang dewasa dan melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja. c. Tahap realistik (usia 17-25 tahun) Tahap ini mulai dengan eksplorasi (exploration) dimana remaja masih mempertimbangkan dua atau tiga alternatif jabatan, tetapi belum dapat membuat
keputusan,
kemudian
diikuti
oleh
masa
kristalisasi
(crystallization) dimana remaja mulai merasa lebih mantap kalau memangku jabatan tertentu atau adanya komitmen terhadap tujuan karir dan yang terakhir adalah penentuan (specification) dimana remaja membuat keputusan tentang jabatan tertentu.
22
Sementara itu, Donald E. Super (Santrock, 2003) membagi proses perkembangan karir atas lima tahap, yaitu: a. Tahap pengembangan (growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure). b. Tahap eksplorasi (exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. c. Tahap pemantapan (establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun, bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman selama menjalani karir tertentu. d. Tahap pembinaan (maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun, orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya. e. Tahap kemunduran (decline) dimana orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya. Berdasarkan tahap tersebut dapat digambarkan bahwa ada tiga tahapan dalam perkembangan karir remaja, yaitu: fantasi, tentatif dan realistik. Remaja usia 15-18 tahun berada pada tahap tentatif dan eksplorasi, sehingga remaja sudah dapat mempersepsikan mengenai keputusan memilih karir sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
23
3. Aspek-Aspek Keputusan Karir Dalam memutuskan suatu karir, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi remaja sehingga ia dapat menjatuhkan pilihan pada suatu karir. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu keputusan karir, yaitu: a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki. b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syaratsyarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja. c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia. Patton dan Creed (2003) menyebutkan bahwa aspek yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir meliputi komitmen terhadap karir, nilai kerja, efikasi diri, self esteem, usia, gender dan kematangan karir. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan aspek-aspek keputusan karir remaja yaitu: sikap mental, sikap terhadap perbedaan gender, agama, minat
24
terhadap suatu karir, tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir Menurut Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir adalah: 1) pengalaman sosial; 2) keterlibatan orang lain; 3) potensi-potensi yang dimiliki individu; 4) aspirasi orangtua; 5) minat; 6) pengetahuan tentang dunia kerja; 7) pertimbangan pilihan karir; dan 7) keterampilan dalam pembuatan keputusan karir. Menurut Winkel & Hastuti (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang individu dalam membuat keputusan karir, antara lain: a. Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimana-mana dan kapan saja. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatanya yang direncanakan untuk diraih. b. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu
diperlukan
berbagai
persyaratan
yang
menyangkut ciri-ciri fisik. c. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan
25
dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilianya menanamkan pada anak-anak. d. Keadaan ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial dan ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain. e. Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya, akan meminta pandapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih berandangan lebih luas dibanding anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua. f. Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan yng telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat. g. Orang tua, saudara kandung dan orang lain yang tinggal serumah yang menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Orang muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi
26
situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan. h. Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan menentukan tingkat pendidikan anak. i. Peer group/pengaruh teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan. Menurut Seligman (1994) keputusan karir dipengaruhi oleh keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat karir, harga diri, dan kepribadian. Sementara itu, Corey (2010) menyebutkan faktor-faktor dalam keputusan karir, yaitu: a. Motivation and achievement (motivasi dan prestasi). b. Attitudes about occupation (sikap terhadap pekerjaan). c. Interest (keterkaitan). d. Values (nilai-nilai). e. Self concept (konsep diri). f. Personality and choosing career (kepribadian dan pilihan karir). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan karir menurut Basori (2004), terdiri dari dua faktor yakni faktor pribadi dan faktor lingkungan.
27
a. Faktor pribadi, antara lain: 1) Tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol, 2) Bakat atau kemampuan bidang akademis, 3) Bakat atau kemampuan bidang non akademis, 4) Minat terhadap suatu jabatan/pekerjaan, 5) Nilai kehidupan pribadi, 6) Hobi dan kesenangan. b. Faktor lingkungan, antara lain: 1) Nilai-nilai kehidupan masyarakat, 2) Keadaan ekonomi keluarga/orang tua, 3) Kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait, 4) Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan/pekerjaan. Penelitian Kendhawati dan Jatnika (2008) menemukan bahwa faktor evaluasi diri, perencanaan, optimisme dan pesimisme akan mempengaruhi keputusan karier. Kondisi ini akan lebih optimal jika didukung oleh moderating variable yang terdiri dari kondisi ekonomi, dukungan keluarga dan pencarian informasi. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan karir seseorang adalah: bakat, minat, nilai-nilai dalam masyarakat, lingkungan sosial (orang tua, keluarga dan peer group), pemahaman tentang karir, kemampuan individu mengambil keputusan.
28
B. Efektivitas Bimbingan Karir 1. Pengertian Efektivitas Atmosoeprapto (2002) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sejauh mana kita mencapai sasaran. Teori Emerson (dalam Handayaningrat, 1996) menyatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Sumaryadi (2005) organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Amirullah dan Ribdyah Hanafi (2002) efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Menurut Abdurahmat (2003) efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Menurut Steers (1985), efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengambil kesimpulan efektivitas adalah sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
29
2. Pengertian Bimbingan Menurut Rahman (2003), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Menurut Miller (dalam Willis, 2004), bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Yusuf & Nurihsan (2005), bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian
tujuan.
Bimbingan
merupakan
pemberian
bantuan
yang
menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik itu sendiri. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada remaja dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Bandono, 2007). Prayitno dan Amti (2004) mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa, agar
30
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada individu untuk dapat memahami diri dan lingkungan yang terarah kepada pencapaian tujuan yaitu mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. a. Tujuan Bimbingan Sebagaimana telah dijelaskan dalam definisi bimbingan diatas bahwa bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu, dengan demikian bimbingan menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, menurut Prayitno dan Amti (2004) pelayanan bimbingan diberikan kepada remaja dalam rangka upaya agar remaja dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sementara, bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosialekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka
31
merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan da mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya, keluarga, dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. b. Fungsi Bimbingan Suatu pelayanan diselenggarakan supaya berguna dan memberi manfaat untuk memperlancar dan memberi dampak
positif sebesar-
besarnya terhadap kelangsungan hidup manusia. Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat dan keuntungan yang dapat diberikan. Pelayanan bimbingan mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Hallen (2005), fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup: 1) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 2) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
32
3) Fungsi Pengentasan yaitu pelayanan bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya. 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan. 5) Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara maksimal. 3. Pengertian Bimbingan Karir Bimbingan karir merupakan salah satu jenis layanan bimbingan konseling yang diadakan di sekolah menengah. Dengan adanya bimbingan karir diharapkan dapat membantu remaja dalam memahami dirinya dan dunia kerja sehingga remaja dapat memilih karir sesuai bakat dan minat. Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat. Menurut Winkel & Hastuti (2006), bimbingan karir adalah bimbingan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam rangka mempersiapkan dirinya menghadapi dunia pekerjaan, memilih pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku pekerjaan yang dipilih, dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari pekerjaan yang dipilih.
33
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir – disebut pengembangan karir – merupakan suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir. Menurut Nurihsan (2003), bimbingan karir merupakan pelayanan bimbingan untuk membantu peserta didik mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan macam kehidupan yang diharapkannya sehingga pada akhirnya individu dapat mewujudkan dirinya secara bermakna. Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat. Bimbingan karir adalah suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi serta memilih dan membuat keputuan karir (Diknas, 2007). Menurut Marsudi (2003) bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
34
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab. 4. Tujuan Bimbingan Karir Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bidang bimbingan dalam Bimbingan dan Konseling. Para remaja memperoleh informasi mengenai karir dari Guru Pembimbing melalui layanan Bimbingan Karir. Secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu remaja memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan. Sementara itu, tujuan bimbingan karir menurut BP3K (1984) agar remaja: a. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat, sikap dan kecakapan. b. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu pekerjaan. c. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dan minatnya. d. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja. Artinya, remaja dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap jenis pekerjaan. e. Memperoleh pengarahan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada di lingkungannya.
35
f. Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu. g. Dapat memberikan penilaian pekerjaan secara tepat. h. Sadar dan akan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada masyarakat. i. Dapat
menemukan
hambatan-hambatan
yang
ada
pada
diri
dan
lingkungannya dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. j. Akan sadar tentang kebutuhan masyarakat dan negaranya yang berkembang. k. Dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menentukan karir dan kehidupannya yang serasi. Menurut Walgito (2010) secara rinci tujuan bimbingan karir membantu para remaja agar: a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita-citanya. b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yanng ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat. c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada`dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu serta memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
36
d. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. e. Para remaja dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karier dan kehidupannya yang serasi atau sesuai. Menurut Prayitno dan Amti (2004) tujuan bimbingan karir pada sekolah menengah bertujuan: a. Mempelajari bidang pekerjaan secar lebih luas. b. Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu dengan mata pelajaran yang ada di sekolah. c. Lebih mendalami infomasi tentang pekerjaan tertentu. d. Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan mutakhir dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja. e. Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan pekerjaan/karir. f. Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam keadaan tetap (statis), tetapi terus berubah dan berkembang. Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengemukakan tujuan bimbingan karir sebagai berikut: a. Agar individu memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai aspek kehidupan. b. Agar individu memiliki kemampuan dalam pemahaman, pengelolaan, penghargaan dan pengarahan diri.
37
c. Agar individu memiliki pengetahuan atau informasi tentang bimbingan kehidupan. d. Agar individu mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari. e. Agar individu memahami, menghayati dan mengamalkan kaidah-kaidah ajaran agama yang berkaitan dengan karir. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu remaja memahami diri sendiri, memahami dunia kerja/karir dan dapat mengambil keputusan karir. Dengan demikian, berdasarkan definisi efektivitas dan bimbingan karir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan karir akan efektif apabila tujuan dalam program bimbingan karir dilaksanakan dengan baik. Tercapainya tujuan bimbingan karir merupakan indikator efektivitas bimbingan karir. 5. Aspek-Apek Bimbingan Karir Dinas Pendidikan dalam rangka merealisasikan bimbingan karier mengeluarkan aspek-aspek bimbingan karir, yaitu: a. Pemahaman diri Aspek pemahaman diri dimaksudkan untuk membantu remaja agar dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Para remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat, bakat dan cita-citanya. Aspek ini terdiri dari: 1) Pengantar pemahaman diri 2) Bakat, potensi dan kemampuan
38
3) Cita-cita/gaya hidup 4) Sikap 5) Nilai-nilai Kehidupan Dengan aspek ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, aspek ini mencakup: 1) Nilai kehidupan 2) Saling mengenal dengan nilai orang lain 3) Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri 4) Pertentangan nilai-nilai sendiri dengan orang lain 5) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat 6) Bertindak atas nilai-nilai sendiri b. Pemahaman Lingkungan Dengan aspek ini diharapkan remaja dapat mengetahui dan memahami keadaan lingkungan. Dengan mengetahui dan memahami lingkungan, remaja dapat mengambil langkah dengan tepat. Aspek ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: 1) Informasi pendidikan 2) Kekayaan daerah dan pengembangannya 3) Informasi jabatan c. Hambatan dan mengatasi hambatan Dengan aspek ini, remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami hambatan-hambatan yang ada dalam rangka pencapaian tujuan
39
(karier yang cocok) dan setelah mengetahui hambatannya maka akan mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada. Aspek ini mencakup halhal yang berkaitan dengan: 1) Faktor pribadi 2) Faktor lingkungan 3) Manusia dan hambatan 4) Cara-cara mengatasi hambatan d. Merencanakan masa depan Setelah remaja memahami apa yang ada dalam dirinya, keadaan dirinya, nilai-nilai yang ada (dalam dirinya sendiri maupun masyarakat), lingkungan (informasi mengenai pendidikan atau pekerjaan) dan hambatanhambatan yang ada (dalam diri sendiri atau dari luar) maka remaja diharapkan mampu merencanakan masa depannya. Oleh karena itu, aspek ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: 1) Menyusun informasi diri 2) Mengelola informasi diri 3) Mempertimbangkan alternatif 4) Keputusan dan rencana 5) Merencanakan masa depan Sementara itu, aspek-aspek bimbingan karir menurut Slameto (2010) adalah sebagai berikut: a. Mengenal dirinya sendiri b. Mengenal dunia kerja
40
c. Dapat memutuskan suatu karir d. Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan. Aspek-aspek bimbingan karir menurut Tohirin (2007) adalah: (a) pemahaman terhadap dunia kerja, (b) perencanaan dan pemilihan karir atau jabatan (profesi) tertentu, (c) penyediaan berbagai program studi yang berorientasi karir, (d) nilai-nilai kehidupan yang berkenaan dengan karir, (e) cita-cita masa depan, (f) minat terhadap karir tertentu, (g) kemampuan dalam bidang karir tertentu, (h) bakat khusus terhadap karir tertentu, (i) kepribadian yang berkenaan dengan karir tertentu, (j) harapan keluarga, (k) masa depan karir yang akan diperoleh, (l) penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karir atau jabatan (profesi) tertentu, (m) pasar kerja, (n) kemungkinan pengembangan karir. Hal-hal serupa juga dikemukakan Surya (2001), yaitu: (1) Pemahaman yang lebih baik dan akurat mengenai dirinya; (2) Memanfaatkan lebih banyak lagi sumber-sumber kehidupan; (3) Persiapan diri memasuki dunia kerja dan dunia kehidupan umumnya; (4) Pemilihan sesuai dengan lapangan kehidupan yang sesuai; (5) Menyelesaikan masalah spesifik yang berkaitan dengan kerja dan kehidupan sehari-hari; dan (6) Memuat penilaian yang sehat dan objektif terhadap karir. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam bimbingan karir adalah sudut pandang yang dipertimbangkan dalam program bimbingan karir, yaitu (1) pemahaman diri sendiri, meliputi kelebihan, kekurangan, bakat dan minat. (2) Pemahaman dunia kerja meliputi
41
berbagai macam lapangan pekerjaan dan kompetensi-kompetensi suatu pekerjaan. (3) Memilih dan memutuskan suatu karir. 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Bimbingan Karir Program bimbingan karir akan memperlihatkan atau mendapatkan hasil maksimal tergantung dari kedua belah pihak, yaitu guru bimbingan konseling dan remaja itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program bimbingan karir menurut Slameto (2010): a. Perlakuan terhadap remaja sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri. b. Sikap positif dan wajar. c. Perlakuan
terhadap
remaja
secara
hangat,
ramah,
rendah
hati,
menyenangkan. d. Pemahaman remaja secara empatik. e. Penghargaan terhadap martabat remaja sebagai individu. f.
Penampilan diri secara asli di hadapan remaja.
g. Kekongkritan dalam menyatakan diri. h. Penerimaan remaja secara apa adanya. i. Perlakuan remaja secara permisive. j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan remaja dan membantu remaja menyadari perasaan tersebut.
42
Hasil penelitian Rizqa Ramadhina menunjukkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal yang dilakukan guru BK pada saat melakukan proses bimbingan dengan remaja antara lain, faktor internal meliputi: dari dalam diri guru seperti sabar, memiliki wawasan yang luas dan peka terhadap pesan yang disampaikan oleh remaja baik verbal dan non verbal. Dari dalam diri remaja, yaitu adanya motivasi yang kuat untuk dapat menjadi pribadi yang baik. Selanjutnya, faktor eksternal yaitu di luar pribadi guru BK dan remaja seperti kondisi dari ruang BK yang berpengaruh pada ketenangan remaja dalam melakukan proses bimbingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan karir menurut Yusuf dan Nurihsan (2005) meliputi: pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain. Proses bimbingan karir merupakan suatu komunikasi, dimana konselor berusaha mempengaruhi klien/remaja. Konselor juga perlu memperhatikan kesadaran para klien/remaja bahwa konselor sedang berusaha mempengaruhi mereka. Orang yang sebelumnya telah dihadapkan pada beberapa upaya persuasi akan memberikan tanggapan yang berbeda dengan orang yang belum pernah dipengaruhi sebelumnya. Fiske dan Hartley (1980) menunjukkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi: a. Semakin besar monopoli sumber komunikasi terhadap penerima, semakin besar kemungkinan penerima akan menerima pengaruh atau pesan tersebut. b. Pengaruh komunikasi yang paling besar adalah pada saat pesan yang disampaikan sesuai dengan pendapat, kepercayaan dan watak penerima.
43
c. Komunikasi dapat menyebabkan perubahan yang efektif atas masalah yang tidak dikenal, dianggap ringan, dan bukan inti, yang tidak terletak pada pusat sistem nilai penerima itu. d. Komunikasi akan lebih efektif jika sumber dipercaya memiliki keahlian, status yang tinggi, obyektif, atau disukai, tetapi yang paling utama adalah sumber memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan. e. Konteks sosial, kelompok atau kelompok referensi akan menjadi penengah dalam komunikasi dan mempengaruhi apakah komunikasi akan diterima ataukah ditolak. Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan konseling karier ada dua faktor, yaitu: a. Faktor-faktor yang bersumber dari individu 1) Kemampuan intelegensi Woolfork (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama intelegensi, meliputi 3 pengertian yaitu: a) Kemampuan untuk belajar, b) Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan c) Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan intelegensi itu merupakan salah satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
44
2) Bakat Bakat merupakan suatu kondiri, suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. 3) Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. 4) Sikap Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupan. 5) Kepribadian Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaianpenyesuaian yang unik terhadap lingkungannya. 6) Nilai Merupakan hal-hal yang penting atau berguna bagi manusia. 7) Hobi/Kegemaran Kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu-individu karena kegiatankegiatan tersebut merupakan kegemaran atau kesukaannya. 8) Prestasi Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilihan jabatan di
45
kemudian hari, instrumen pengukuran prestasi belajar remaja biasanya tes buatan guru. 9) Keterampilan Keterampilan yang dapat pula diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu. 10) Penggunaan waktu senggang Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja di luar jam pelajaran sekolah digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk rekreasi. 11) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya. 12) Pengalaman kerja Pengalaman kerja yang pernah dialami remaja pada waktu duduk di sekolah atau di luar sekolah. 13) Pengetahuan tentang dunia kerja Pengetahuan yang sementara ini dimilkiki anak, tentang dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan structural, gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan lain-lain. 14) Kemampuan
dan
keterbatasan
fisik
dan
penampilan
lahiriah
Kemampuan fisik misalnya tentang badan yang kekar, tinggi, dan tampan, badan kurus, pendek dan lain-lain.
46
15) Masalah dan keterbatasan pribadi Masalah atau problem dari aspek diri sendiri ialah selalu ada kecenderungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu sehingga mereka merasa tidak senang, benci, takut dan bingung apa yang harus dikerjakan. b. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap pola arah jabatan Disini ada dua faktor yaitu faktor kelompok primer dan sekunder. 1) Kelompok primer Kelompok
yang
erat
hubungannya
dengan
individu
yang
berpengaruh terhadap arah pilih jabatan diantaranya: a) Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua b) Pendidikan tertinggi orang tua c) Tempat tinggal orang tua d) Status sosial ekonomi orang tua e) Agama dan kepercayaan orang tua f) Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua g) Harapan orang tua terhadap pendidikan anak. h) Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap anaknya i) Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga j) Hubungan dan sikap saudaranya terhadap anak k) Nilai-nilai serta norma yang dimiliki dan dianut orang tua
47
2) Kelompok sekunder Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang
mewarnai
aktivitas
gerak-gerik
kelompok-kelompok
yang
berpengaruh terhadap arah pilih jabatan anak diantaranya: a) Keadaan teman-teman sebayanya b) Sifat dan sikap teman-teman sebayanya c) Tujuan dan nilai-nilai kelompok teman sebaya Sumber: http://id.shvoong.com/social sciences/counseling/2180724-faktorfaktor-yang-mempengaruhi-terhadap/#ixzz2R6kM8y1S Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas bimbingan karir yang pertama berasal dari diri remaja sendiri, yang kedua dari pihak konselor dan yang ketiga dari orang-orang terdekat remaja serta suasana atau kondisi saat konseling berlangsung.
C. Orientasi Masa Depan Orientasi masa depan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap keputusan karir remaja, karena dengan adanya orientasi masa depan pada diri remaja, mereka akan memandang masa depannya dengan motivasi tinggi. 1. Pengertian Orientasi Masa Depan Chaplin (2008) menganggap bahwa orientasi masa depan berkaitan erat dengan skema kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan masa yang akan datang. Sementara itu, menurut Thrommsdorff (1983) orientasi masa depan
48
merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Gjesme (dalam Oner, 2000) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai “the ability to foresee and anticipate to make plans and organize fiture possibilities”, orientasi masa depan merupakan suatu kemampuan untuk meramalkan
dan
mengantisipasi
serta
membuat
perencanaan
dan
mengorganisasikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Menurut Nurmi (2004) orientasi masa depan merupakan suatu cara pandang individu dalam memandang masa depannya yang tergambar melalui pandangan, harapan, minat dan kekhawatiran individu terhadap masa depannya. Seginer (2009) memandang orientasi masa depan sebagai segala kepentingan seseorang mengenai masa depan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks masa depan, yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk mencapai sejumlah perubahan yang sistematis, guna meraih apa yang diinginkannya. 2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan Orientasi masa depan dalam diri seseorang terbentuk melalui 3 aspek (Nurmi, 2004). Pembentukan orientasi masa depan dapat dilihat dalam bagan berikut:
49
Bagan 1 Pembentukan Orientasi Masa Depan Knowledge, beliefes Development Task
and values toward
Motivation
anticipated life span Role Transition
Development
Action
Contextual
Personal goals
Planning
knowledge Opportunities
Skill for planning,
In
beliefes
stitutional
succesfull behavior
tracks
Self concept
Plans
about
Atribution syle
Evaluation Causal attribution affects
Orientasi masa depan digambarkan melalui tiga dimensi yang berinteraksi dengan skemata, yaitu motivasi, planning dan evaluation. a. Motivasi Motivasi merupakan sesuatu yang menjadi minat individu di masa depan. Pengetahuan tentang masa depan memiliki peran penting dalam pembentukan ekspektansi masa depan individu. Dengan pengetahuan masa depan yang cukup, individu dapat membuat tujuan yang realistis. Tujuan individu terbentuk melalui tahap motivasi dan nilai-nilai serta pengetahuan tentang perkembangan rentang hidup yang diantisipasi (anticipated life-span development).
50
Menurut Nurmi (2004) pada tahap motivasi hal yang digali adalah isi dari orientasi masa depan, aspirasi, tujuan yang ingin dicapai dengan melihat harapan dan ketakutan individu terhadap masa depan. b. Perencanaan Aktivitas
perencanaan
merupakan
tahap
bagaimana
individu
merealisasikan minat mereka. Menurut Nurmi terdapat tiga komponen dalam tahap perencanaan, yaitu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki individu sesuai tujuan yang ingin dicapai, perencanaan (plans) yang dilakukan individu dan realisasi (realization) dari tujuan dan rencana. c. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian individu terhadap terealisasinya minat. Tahap evaluasi berpusat pada tiga hal, yaitu kemungkinan rencana dan tujuan masa depan individu (probabilitas), kontrol internal yang dimiliki individu dan emosi spesifik yang mengikuti proses evaluasi. Hasil penelitian mendapatkan aspek-aspek orientasi masa depan yaitu: evaluasi diri, pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, kondisi keluarga, optimisme/pesimisme dan kejelasan karir di masa yang akan datang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek orientasi masa depan remaja yaitu: a. Pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai. b. Pengetahuan kontekstual. c. Kemampuan merencanakan. d. Keyakinan pencapaian kesuksesan.
51
e. Konsep diri. f. Gaya atribusi. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan Orientasi masa depan tiap individu berbeda-beda, walaupun mereka sama-sama berada pada tahap remaja dan duduk di kelas yang sama. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja adalah: a. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan. Mc. Cleland (dalam Strantock,1998) mengunakan istilah need for achievement untuk memotivasi berprestasi, dan mendefinisikannya sebagai suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi yang didasarkan atas suatu standar keunggulan. Menurut Heckhausen (1967) motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai suatu pembanding. Standar keunggulan tersebut mencangkup tiga hal yaitu: 1) Standar keunggulan tugas yaitu keunggulan yang berkaitan dengan pencapain tugas secara sebaik-baiknya.
52
2) Standar keunggulan diri yaitu standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. 3) Standar keunggulan orang lain yaitu standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang setara Heikson lebih jauh menyebutkan 6 ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu: 1) Memiliki gambaran diri yang positif,optimis dan percaya diri. 2) Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya lebih sedang- sedang saja dari pada tingkat kesukaran yang lebih mudah. 3) Berorientasi ke masa depan. 4) Sangat menghargai waktu. 5) Tabah dan tekun dalam mengerjakan tugas. 6) Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra dari pada orang simpati. Atkinson menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan disposisi berprestasi usaha berhasil yang menganggapnya sebagai dorongan dengan
kecendrungan
mendekati
suatu
keberhasilan
daripada
kegagalan,sebaliknya individu yang memiliki motivasi prestasi yang rendah cendrung mengantisipasi kegagalan. Mengacu pada konsep diatas dapat dipahami bahwa kebutuhan peserta didik akan prestasi belajar disekolah sangat ditentukan oleh motivasi berprestasi yang akan bekerja keras dan sangat mudah atau sangat sukar. Dengan memilih tugas yang sangat sukar dia mempunyai alasan mengenai
53
kegagalan yang akan dihadapinya, sedangkan tugas yang sangat mudah memberi peluang untuk terhindar dari kegagalan. b. Iklim Sekolah Iklim sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar pesrta didik disekolah,artinya iklim sekolah yang kondunsif akan membangkitkan motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya iklim sekolah yang kurang sehat akan menghambat motivasi berprestasi mereka yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya,meskipun banyak faktor lain yang mempengaruhi
prestasi
belajar
mereka
seperti
pola
belajar
remaja,guru,sarana dan prasarana,namun iklim sekolah menempati peran yang sangat penting, hal ini karena faktor-faktor iklim sekolah tidak saja bersifat mendukung melainkan dapat mengangu jalannya proses belajar. c. Lingkungan Keluarga Penelitian yang dilakukan oleh Mugiadi dkk (dalam Triyono, 1990) menunjukan bahwa kontribusi 8,8% terhadap prestasi belajar sementara itu Moh. Afiq dalam penelitiannya menyatakan bahwa antara perlakuan orang tua, pendidikan orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa dengan koefisien korelasi 0,29, perlakuan orang tua tersebut antara lain untuk memotivasi anaknya berprestasi, kesempatan belajar yang diciptakan orang tua dirumah dan di luar rumah. Tujuh variabel yang dianggap mewakili latar belakang keluarga: 1) Jumlah anggota keluarga 2) pendidikan orang tua
54
3) status jabatan keluarga 4) penghasilan keluarga 5) pengaturan rumah 6) kepemilikan 7) lingkungan pendidikan rumah d. Resiliensi Resiliensi
adalah
kemampuan
atau
kapasitas
insani
memungkinkanya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau mencegah kondisi untuk diatasi. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam keadaan sulit. (Reivich dan Shatte, 2002) resiliensi dibangun dari beberapa kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Kemampuan resiliensi ini terdiri dari: 1) Regulasi emosi, menurut Reivich dan Shatte (2002) regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam tekanan. 2) Pengendalian implus, Reivich dan shatte (2002) mendefinisikan pengendalian impus adalah kemampuan mengendalikan keinginan dorongan,kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. 3) Optimisme, individu yang resilien adalah individu yang optimis.mereka memilki harapan dimasa yang akan datang dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya.
55
4) Empati, mempresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain 5) Analisis penyebab masalah, Seligman (dalam Reivich dan Shatte, 2002) mengungkapkan sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab masalah yaitu gaya berfikir. 6) Efikasi diri, Reivich dan Shatte (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif . Sementara itu, menurut Gjesme (dalam Oner, 2000), yaitu: a. Involvement, merupakan derajat dimana individu fokus pada suatu peristiwa tertentu. b. Anticipation,
menentukan
seberapa
mantap
kesiapan
individu
menghadapi kejadian di masa depan. c. Occupation, merupakan jumlah waktu yang diluangkan individu untuk memikirkan masa depan. d. Speed,
merupakan
kecepatan
individu
dalam
mempersepsikan
pendekatan yang dilakukan untuk mencapai masa depan. Dua faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan, menurut Erikson, Havighurst, dan Nurmi (dalam Sulinto, S. Laura Holopainen, Spring, 2005) yaitu: a. Faktor internal terdiri dari: kepribadian, keterampilan dan faktor kognitif. b. Faktor eksternal 1) Konteks (waktu, sejarah, budaya dan sosial).
56
2) Fisik (mempengaruhi individu untuk berpikir tentang masa depan). Berdasar pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi orientasi masa depan seorang remaja antara lain: motivasi individu dan lingkungan.
D. Hubungan Antara Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan Terhadap Keputusan Karir Keputusan karir seorang remaja dimulai saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas, dimana ia harus menentukan pilihan jurusan sesuai dengan karir yang akan dipilihnya. Hal ini tidak sesederhana yang kkita bayangkan. Setelah menentukan jurusan, mereka harus mencari informasi karir yang sesuai dengan pilihan karir yang didinginkan dan kompetensi apa yang harus dimiliki untuk memasuki karir tersebut, sesuai dengan bakat dan minat. Keputusan karir yang kurang tepat berakibat meningkatnya tingkat pengangguran masyarakat. Hal ini biasanya terjadi karena dalam memutuskan suatu karir remaja kurang memahami bakat dan minatnya yang disesuaikan dengan jenis lapangan pekerjaan yang ada, sehingga setelah memasuki karir tertentu mereka merasa kurang sesuai bakat dan minat. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keputusan karir seorang remaja, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Super (Savickas, 2001) bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk
57
membuat keputusan karir didukung informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Salah satu upaya sekolah dalam rangka membantu remaja mendapat informasi dan eksplorasi karir melalui layanan bimbingan konseling. Salah satu layanan dalam bimbingan konseling adalah layanan bimbingan karir. Secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah membantu remaja memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan karir di masa depan sesuai bakat, minat dan kesempatan. Peran bimbingan karir tersebut sesuai dengan hasil penelitian Arifah (2005) yang menunjukkan bahwa bimbingan karir yang efektif membuat remaja mandiri dalam pemilihan karir. Penelitian lain yang dilakukan Nur Khayati (2006) juga membuktikan bahwa layanan informasi dalam bimbingan karir efektif terhadap
kesiapan
kerja
secara
psikologis
pada
remaja.
Faktor
yang
mempengaruhi remaja dalam kesiapan kerja secara psikologis yaitu pengetahuan tentang pemahaman diri dalam memasuki pekerjaan dan informasi tentang pekerjaan yang akan dimasuki nantinya, sehingga melalui pemberian layanan informasi bimbingan karir remaja akan lebih mantap dalam menyiapkan diri memasuki dunia kerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, terlihat hubungan antara keputusan karir remaja dengan bimbingan karir, yaitu bimbingan karir yang efektif akan memberi kontribusi yang besar terhadap keputusan karir remaja. Bimbingan karir yang efektif juga membantu remaja dalam proses membentuk individu yang mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang karir unuk
58
akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan, memasukinya dan membina karir dalam bidang tersebut. Apabila informasi karir dan profesi sudah dipahami sejak dini, maka remaja akan memiliki keyakinan dalam memilih program studi dan perguruan tinggi sehingga tidak lagi terjadi kebingungan, salah memilih atau bahkan memilih karena terpaksa. Di samping bimbingan karir, faktor yang mempengaruhi keputusan karir remaja adalah orientasi masa depan. Orientasi masa depan adalah suatu gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Gambaran ini memungkinkan individu menentukan tujuan-tujuannya dan mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut dapat direalisasikan. Orientasi masa depan menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya di masa yang akan datang, gambaran tersebut membantu individu dalam menempatkan dan mengambil keputusan karirnya. Jadi hubungan antara ketiga variabel yaitu remaja memperoleh informasi karir dan pemahaman diri melalui bimbingan karir, dengan pemahaman tersebut remaja akan memandang masa depannya dengan optimis sehingga ia dapat mengambil keputusan karir dengan tepat sesuai bakat dan minatnya. Adapun hubungan antara bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap keputusan karir dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
59
Bimbingan Karir
Keputusan Karir
Orientasi Masa Depan
Keterangan Gambar : : Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat : Hubungan Secara Bersama-sama
Bagan 2 Hubungan Antar Variabel
Dari skema penelitian di atas, maka variabel yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (Bebas) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian adalah bimbingan karir dan orientasi masa depan. 2. Variabel Independen (Terikat) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan karir remaja.
60
E. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan positif antara efektifitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja. 2. Ada hubungan positif antara orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja. 3. Ada hubungan positif antara efektivitas bimbingan karir dengan pengambilan keputusan karir remaja.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Jenis penelitian explanatory research bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
B. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat : Pengambilan Keputusan Karir (Y) 2. Variabel Bebas : a. Efektivitas Bimbingan Karir (X1) b. Orientasi Masa Depan (X2)
C. Definisi Operasional 1. Keputusan karir adalah suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada satu pilihan karir dari berbagai macam pilihan karir yang ada. Keputusan karir diukur menggunakan skala keputusan karir yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan oleh Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), yaitu: pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman dunia kerja dan penalaran yang realistis. Semakin tinggi skor pada Skala Keputusan Karir menunjukkan semakin baik keputusan memilih karir, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan semakin buruk keputusan memilih karir.
62
63
2. Efektivitas Bimbingan Karir di sekolah adalah hasil program bimbingan karir, merupakan bantuan dari guru Bimbingan dan Konseling yang dirasakan anak yang dapat menimbulkan rasa aman, percaya diri dan mandiri dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan maupun penyesuaian diri. Bimbingan karir diukur menggunakan skala keefektifan bimbingan karir yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan oleh Slameto (2010), yaitu: mengenal dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, memahami kompetensi pekerjaan dan dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan. Semakin tinggi skor pada skala menunjukkan program bimbingan karir semakin efektif, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan pelaksanaan program bimbingan karir semakin tidak efektif. 3. Orientasi masa depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks masa depan, yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk mencapai sejumlah peubahan yang sistematis untuk mencapai tujuan. Orientasi masa depan diukur menggunakan skala orientasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan oleh (Nurmi, 2004), yaitu: motivasi, perencanaan dan evaluasi. Semakin tinggi skor menunjukkan remaja semakin optimis terhadap orientasi masa depannya, semakin rendah skor menunjukkan remaja semakin pesimis menghadapi orientasi masa depannya.
64
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Sudjana (1996) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Jadi, populasi adalah obyek yang akan dijadikan sasaran penelitian oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII sebuah SMA Negeri di Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 314 siswa sesuai dengan tabel 2. Tabel 2 Tabel Populasi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelas XII1 XII2 XII3 XII4 XII5 XII6 XII7 XII8 Jumlah
Perempuan Laki-laki 26 14 22 16 22 18 24 16 22 17 22 18 23 16 25 13 186 128
Jumlah 40 38 40 40 39 40 39 38 314
65
2. Sampel Penelitian Sampel menurut Arikunto (2006) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, yang mencerminkan segala karakteristik yang dimiliki oleh keseluruhan populasi. Sampel penelitian berjumlah 120 remaja dengan rincian usia 17 tahun 65%, 18 tahun 25%, 19 tahun 10%. Adapun jumlah sampel dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 3 Tabel Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelas XII1 XII2 XII3 XII4 XII5 XII6 XII7 XII8 Jumlah
Perempuan 10 9 9 8 10 8 10 10 74
Laki-laki 5 6 6 7 5 7 5 5 46
Jumlah 15 15 15 15 15 15 15 15 120
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling sederhana (Simple Random sampling), yaitu suatu tipe sampling probabilitas, dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai sampel. Peneliti mengambil lima belas orang dari tiap kelas dengan cara pengundian, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 120 siswa.
66
E. Metode Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang digunakan untuk penelitian, maka metode yang digunakan adalah: 1. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Adapun data-data yang diperoleh adalah: a) Data siswa kelas XII sebuah SMA di Kabupaten Klaten. b) Data tentang Profil sebuah SMA di Kabupaten Klaten. 2. Angket Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Peneliti memberikan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala likert. Adapun untuk memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu: a) skala keefektifan bimbingan karir, b) skala orientasi masa depan dan c) skala pengambilan keputusan karir remaja. a) Skala Keefektifan Bimbingan Karir Skala keefektifan bimbingan karir yang digunakan berdasarkan aspek-aspek dikembangkan oleh Slameto (2010), yaitu: mengenal dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, memahami kompetensi pekerjaan dan dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan.
67
Skala keefektifan bimbingan karir ini mempunyai pilihan jawaban yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk unfavorable bergerak dari 1 sampai 4. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi keefektifan bimbingan karir tersebut, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah keefektifan bimbingan karir tersebut. Tabel 4 Skala Keefektifan Bimbingan Karir No. 1 2 3 4
Aspek
Nomor Item Favorable Unfavorable Mengenal dirinya sendiri 1,4,27,25 6,23,24,30 Mengenal dunia kerja 2,10,17,20 9,12,16,26 Memahami kompetensi 7,13,11,29 8,14,21,28 pekerjaan Dapat memutuskan 5,15,19 3,18,22 bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan Total 15 15
Total 8 8 8 6
30
b) Skala Orientasi Masa Depan Skala orientasi masa depan yang digunakan berdasarkan aspekaspek: motivasi, perencanaan dan evaluasi. Skala orientasi masa depan mempunyai pilihan jawaban yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk unfavorable bergerak dari 1 sampai 4. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi orientasi masa depan yang
68
dimiliki. Demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah orientasi masa depan yang dimiliki. Tabel 5 Skala Orientasi Masa Depan No. 1 2 3
Aspek Motivasi Perencanaan Evaluasi Total
Nomor Item Favorable Unfavorable 1,7,15,18,25 5,13,19,23,26 3,9,10,21,27 8,11,16,24,28 2,6,14,20,29 4,12,17,22,30 15 15
Total 10 10 10 30
c) Skala Pengambilan Keputusan Karir Remaja Skala pengambilan keputusan karir yang digunakan berdasarkan aspek-aspek: pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman dunia kerja serta penalaran yang realistis. Skala pengambilan keputusan karir mempunyai pilihan jawaban yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk unfavorable bergerak dari 1 sampai 4. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi pengambilan keputusan karir yang dimiliki. Demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah pengambilan keputusan karir yang dimiliki.
69
Tabel 6 Skala Pengambilan Keputusan Karir No. 1 2 3
Aspek
Nomor Item Favorable Unfavorable dan 1,3,15,18,25 4,8,14,22,27
Pengetahuan pemahaman diri sendiri Pengetahuan dan 2,9,13,20,28 5,11,16,23,29 pemahaman dunia kerja Penalaran yang realistis 7,12,17,21,26 6,10,19,24,30 Total 15 15
Total 10 10 10 30
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner/angket. Penelitian ini menggunakan pengujian validitas dengan corrected item-total corelation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Teknik statistik yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi adalah teknik product moment dari Pearson. Besarnya validitas tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS pada kolom Corrected Items Total Correlation. Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0,3. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,3 pertanyaan yang dibuat dikategorikan shahih/valid (Setiaji, 2008). 2. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan jawaban dari suatu kuesioner/angket. Suatu kuesioner/angket dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dengan bantuan program SPSS hasilnya akan diketahui
70
dengan melihat output SPSS. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > dari 0,6 (Setiaji, 2008).
G. Metode Analisis Data Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji Normalitas dan uji Linearitas. Uji Normalitas berguna untuk mengetahui apakah skor setiap variabel memiliki distribusi normal sedangkan uji linearitas berguna untuk mengetahui linearitas hubungan antara skor variabel bebas dengan skor variabel tergantung. Adapun metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiyono (2010), regresi linier berganda adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu harus memahami kancah atau lokasi penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Penulis melakukan observasi pendahuluan sebelum menentukan kancah penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih menghemat waktu dan memperoleh jumlah sampel penelitian yang cukup banyak serta dapat dilakukan penelitian secara klasikal. Lokasi penelitian yang digunakan adalah salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten. 2. Karakteristik Subjek Try Out Subjek yang dijadikan sampel untuk uji coba skala penelitian ini memiliki karakter dan tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas XII. Adapun subjek yang dipakai untuk uji coba (try out) skala penelitian ini adalah siswasiswi pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten kelas XII yang berada di luar sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu kelas XII yang berjumlah 30 remaja. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis mengurus persiapan administrasi, yaitu dengan mengajukan permohonan surat pengantar penelitian dari pihak pengelola program pasca sarjana UMS. Peneliti mendatangi salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten pada tanggal 22
71
72
November 2013 untuk meminta ijin guna melaksanakan penelitian. Setelah bertemu dengan pihak sekolah, peneliti menyampaikan keinginan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan menyertakan surat permohonan
ijin
melaksanakan
penelitian.
Setelah
menceritakan
perkembangan sekolah, akhirnya pihak sekolah memberikan ijin untuk melakukan try out skala penelitian pada keesokan harinya. Pelaksanaan uji coba (try out) skala dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 23 November 2013 pada siswa-siswi kelas XII SMA Negeri di Kabupaten Klaten yang berjumlah 30 remaja. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan 3 skala kepada remaja. Adapun skala yang dibagikan adalah skala efektivitas bimbingan karir (30 aitem), skala orientasi masa depan (30 aitem) dan skala keputusan karir (30 aitem) diberikan secara langsung kepada subjek. Pada waktu pelaksanaan dan pengumpulan data dari responden, peneliti dibantu oleh seorang guru. Selanjutnya, pada saat skala diberikan, penulis menerangkan maksud pemberian skala tersebut serta tata cara pengisiannya. Pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah semua remaja selesai mengerjakannya. Rata-rata waktu yang digunakan subjek untuk mengisi seluruh skala berkisar antara 60 sampai 90 menit. Hasil dari 3 (tiga) skala yang dibagikan kepada 30 remaja semuanya terisi dan terkumpul kembali sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan tabulasi skor dan dianalisis. 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Setelah dilakukan tabulasi skor, kemudian dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Instrumen penelitian tersebut kemudian diuji
73
validitas dan reliabilitasnya guna mengetahui validitas dan reliabilitas pada setiap butir aitem pertanyaan. a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner/angket. Penelitian ini menggunakan pengujian validitas dengan corrected item-total corelation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Teknik statistik yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi adalah teknik product moment dari Pearson. Kriteria uji validitas adalah 0,3. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,3 pertanyaan yang dibuat dikategorikan shahih/valid (Setiaji, 2008). 1) Efektivitas Bimbingan Karir Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diajukan, terdapat 28 aitem yang dinyatakan valid dan 2 aitem lainnya dinyatakan tidak valid (gugur). Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Susunan Aitem Skala Efektivitas Bimbingan Karir No
Aspek
1
Mengenal dirinya sendiri Mengenal dunia kerja Dapat memutuskan suatu karir Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan Jumlah
2 3 4
Aitem Favorable Unfavorable Nomor Valid Invalid Nomor Valid Invalid 1,4,27, 1,4,27 6,23, 6,23, 25 25 24,30 24,30 2,10, 2,10, 9,12, 9,12, 17,20 17, 0 16,26 16,26 7,13, 7,13, 8,14, 8,14, 11,29 11,29 21,28 21,28 5,15, 5,15,19 3,18,22 18,22 3 19
15
14
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
1
15
14
1
Jmlh
8 8 8 6
30
74
Berdasarkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa pada aspek mengenal dirinya sendiri berjumlah 8 aitem, terdiri dari 4 aitem favorable dan 4 aitem unfavorable. Dari 4 aitem favorable yang diujikan terdapat 1 aitem yang tidak valid sehingga aitem yang dinyatakan valid berjumlah 3 aitem. Sementara pada aitem unfavorable, dari 4 aitem yang diujikan semua dinyatakan valid. Selanjutnya pada aspek mengenal dunia kerja, jumlah aitem yang diujikan berjumlah 8 aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 4 aitem unfavorable. Dari hasil pengujian yang dilakukan, semua aitem tersebut dinyatakan valid. Berikutnya pada aspek dapat memutuskan suatu karir terdapat 8 aitem yang diujikan, terdiri dari 4 item favorable dan 4 item unfavorable. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa semua item dinyatakan valid. Adapun pada aspek dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan, jumlah aitem yang diujikan adalah 6 aitem yang terdiri dari 3 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Dari 3 aitem favorable yang diujikan semua aitem dinyatakan valid. Sementara untuk aitem unfavorable, dari 3 aitem terdapat 1 aitem yang dinyatakan tidak valid sehingga aitem yang dinyatakan valid berjumlah 2 aitem. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat digunakan untuk penelitian pada variabel efektivitas bimbingan karir adalah 28 aitem yang terdiri dari 14 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable.
75
2) Orientasi Masa Depan Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diujikan terdapat 29 aitem yang dinyatakan valid dan 1 aitem yang dinyatakan tidak valid (gugur). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Susunan Aitem Skala Orientasi Masa Depan No
Aspek
1
Motivasi
2
Perencanaan
3
Evaluasi Jumlah
Aitem Favorable Unfavorable Nomor Valid Invalid Nomor Valid Invalid 1,7,15, 1,7,15, 5,13,19, 5,13,19, 18,25 18,25 23,26 23,26 3,9,10, 3,9,10, 8,11,16, 8,11,16, 21,27 21,27 24,28 24,28 2,6,14, 2,6,14, 4,12,17, 4,12,17, 2 20,29 20,29 22,30 22,30 14 1 15 15 15 -
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Pada tabel 8 diketahui bahwa aspek motivasi berjumlah 10 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Dari hasil pengujian data menunjukkan bahwa untuk semua item tersebut dinyatakan valid. Sementara itu, pada aspek perencanaan juga berjumlah 10 aitem, terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Berdasarkan hasil uji data yang dilakukan diketahui bahwa untuk semua aitem tersebut dinyatakan valid. Adapun untuk aspek evaluasi, jumlah aitemnya adalah 10 yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Hasil uji data menunjukkan untuk aitem favorable terdapat 1 aitem yang tidak valid sehingga terdapat 4 aitem yang valid sedangkan untuk aitem unfavorable, semua aitem dinyatakan valid. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat digunakan
Jmlh
10 10 10 30
76
untuk penelitian pada variabel orientasi masa depan adalah 29 aitem yang terdiri dari 14 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable. 3) Pengambilan Keputusan Karir Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diujikan terdapat 28 aitem yang dinyatakan valid dan 2 aitem lainnya dinyatakan tidak valid (gugur). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 9. Tabel 9 Susunan Aitem Skala Pengambilan Keputusan Karir No
1
2
3
Aspek
Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja Penalaran yang realistis Jumlah
Aitem Favorable Nomor Valid 1,3,15, 1,3,15, 18,25 18,25
Invalid -
Jmlh
Unfavorable Nomor Valid Invalid 4,8,14, 4,8 ,22, 14 22,27 27
10
2,9,13, 20,28
2,9,13, 20,28
-
5,11,16, 23,29
5,11,16 , 23,29
-
10
7,12,17, 21,26
7,12,17, 21,26
-
6,10,19, 24,30
10,19, 24,30
6
10
15
15
-
15
2
30
13
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 10 aitem pada aspek pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable, terdapat 1 aitem yang tidak valid. Dengan demikian, terdapat 9 aitem yang dinyatakan valid, yaitu 5 aitem favorable dan 4 aitem unfavorable. Selanjutnya pada aspek pengetahuan dan pemahaman dunia kerja dari 10 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable, semua aitem yang diujikan dinyatakan valid. Sementara itu untuk aspek penalaran yang realistis
77
dengan jumlah 10 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable, terdapat 1 aitem yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian, terdapat 9 aitem yang dinyatakan valid yang terdiri dari 5 aitem faovourable dan 4 aitem unfavorable. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat digunakan untuk penelitian pada variabel pengambilan keputusan karir adalah 28 aitem yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable. b. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan jawaban dari suatu kuesioner/angket. Suatu kuesioner/angket dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dengan bantuan program SPSS hasilnya akan diketahui dengan melihat output SPSS. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > dari 0,6 (Setiaji, 2008). Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Nilai Alpha
Efektivitas Bimbingan Karir 0,937 Orientasi Masa Depan 0,961 Pengambilan Keputusan Karir 0,921 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013
Standar Kritis Nilai Alpha 0,60 0,60 0,60
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel
Berdasarkan tabel 10, hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha untuk skala efektivitas bimbingan karir adalah 0,937, orientasi masa depan 0,961
78
dan pengambilan keputusan karir 0,921 lebih besar dari 0,6. Hasil pengujian ini
menunjukkan
bahwa
ketiga
instrumen
tersebut
dinyatakan
handal/reliabel. 4. Penyusunan Alat Ukur Untuk Penelitian Setelah perhitungan validitas dan reliabilitas dan diketahui hasilnya, maka langkah selanjutnya adalah menyusun ulang butir-butir aitem yang valid untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data penelitian yang sebenarnya. Adapun butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan dalam pengambilan data penelitian karena tidak memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Susunan distribusi ulang skala untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 11, 12, 13. Tabel 11 Blue Print Skala Efektivitas Bimbingan Karir Setelah Tryout No Aspek Nomor Item Favorable Unfavorable 1 Mengenal dirinya sendiri 1,3,25 5,22,23,28 2 Mengenal dunia kerja 2,9,16,19 8,11,15,24 3 Dapat memutuskan suatu karir 6,12,10,27 7,13,20,26 4 Dapat memutuskan bagaimana 4,14,18 17,21 bentuk kehidupan yang diharapkan Jumlah 14 14 Tabel 12 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Setelah Tryout No Aspek Nomor Item Favorable Unfavorable 1 Motivasi 1,6,14,17,24 4,12,19,22,25 2 Perencanaan 2,8,9,20,26 7,10,15,23,27 3 Evaluasi 5,13,19,28 3,11,16,23,29 Jumlah 14 15
Jmlh 7 8 8 5 28
Jmlh 10 10 9 29
79
Tabel 13 Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Karir Setelah Tryout No Aspek Nomor Item Jmlh Favorable Unfavorable 1 Pengetahuan dan pemahaman diri 1,3,13,16,23 4,7,20,25 9 sendiri 2 Pengetahuan dan pemahaman 2,8,12,18,26 5,10,14,21,27 10 dunia kerja 3 Penalaran yang realistis 6,11,15,19,24 9,17,22,28 9 Jumlah 15 13 28
C. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII, terdiri dari kelas
XII1 sampai dengan XII8 SMA Negeri di Kabupaten Klaten yang
berjumlah 314 remaja. Subjek penelitian adalah seluruh kelas XII yang pada tiap-tiap kelas diambil sebanyak 15 orang remaja. Dengan demikian, jumlah subjek penelitian berjumlah 120 orang remaja. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan random sampling sederhana (simple random sampling), yaitu suatu tipe sampling probabilitas, dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai sampel. 2. Pengumpulan Data Proses pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 22 November sampai dengan 7 Desember 2015. Proses penyebaran skala penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 Desember 2015. Penyebaran skala dilakukan dengan membagikan skala efektivitas bimbingan karir, skala orientasi masa depan dan skala pengambilan keputusan karir kepada subjek
80
penelitian secara langsung. Sebelum subjek mengisi skala, terlebih dahulu diberikan pengarahan singkat tentang bagaimana cara mengisi skala tersebut dan diinstruksikan untuk mengerjakan pada saat itu juga. Skala disediakan untuk subjek sebanyak 120 remaja. Skala terbagi habis kepada subjek penelitian, karena seluruh subjek hadir untuk melaksanakan kegiatan pengisian angket penelitian. Dengan demikian, jumlah sampel adalah sebanyak 120 remaja sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan skala dilakukan pada saat semua remaja telah selesai mengerjakannya. Rata-rata waktu yang digunakan subjek untuk mengisi seluruh skala berkisar antara 60 sampai 90 menit. Sebanyak 120 eksemplar skala yang dibagikan kepada subjek penelitian, semua kembali dan memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis. 3. Pelaksanaan Skoring Pelaksanaan skoring dilakukan setelah data terkumpul. Setelah data terkumpul selanjutnya adalah melakukan skoring untuk analisis data. Skor aitem untuk masing-masing skala bergerak dari 1 (satu) sampai 4 (empat) dengan memperhatikan sifat item favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Skor tetinggi dari masing-masing aitem adalah empat sedangkan nilai terendah adalah satu, kemudian skor yang diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan. Total skor skala yang diperoleh akan dipakai dalam analisis data.
81
D. Hasil Analisis Data Perhitungan untuk analisis data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows release versi 16.00. Sebelum dilakukan perhitungan analisis data, terlebih dahulu dilakukan perhitugan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan linearitas. 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu data. Adapun pengujian normalitas ini dengan menggunakan uji One Sample Kolomogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang diperoleh untuk setiap variabel adalah sebagai berikut: 1) Variabel efektivitas bimbingan karir memperoleh nilai K-S Z = 1,114 dengan signifikansi = 0,167 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05 (0,167>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki distribusi normal. 2) Variabel orientasi masa depan memperoleh nilai K-S Z = 3,366 dengan signifikansi = 0,080 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05 (0,080>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki distribusi normal.
82
3) Variabel cara mengajar memperoleh nilai K-S Z = 1,284 dengan signifikansi = 0,074 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05 (0,074>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas Mean SD Efektivitas Bimbingan 102,36 5,799 Karir Orientasi Masa depan 106,82 15,934 Pengambilan Keputusan 97,82 10,223 Karir Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
K-SZ 1,114
Sign (p) 0,05
Keterangan Normal
3,366 1,284
0,05 0,05
Normal Normal
Hasil uji normalitas pada tabel 14 menunjukkan sebaran yang normal dari variabel efektivitas bimbingan karir, orientasi masa depan dan pengambilan keputusan karir. Hal itu ditunjukkan dengan nilai K-SZ yang lebih besar dari 0,05. b. Uji Linearitas Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan) dengan variabel tergantung (pengambilan keputusan karir) memiliki korelasi yang searah (linier) atau tidak. Kaidah uji yang digunakan adalah jika linearity berada pada taraf signifikansi atau p<0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan uji linieritas antara pengambilan keputusan karir dan efektivitas bimbingan karir diperoleh nilai F = 571,911; p = 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
83
karir dan efektivitas bimbingan karir memiliki korelasi yang searah (linear). 2) Berdasarkan uji linearitas antara pengambilan keputusan karir dan orientasi masa depan diperoleh nilai F = 367,497; p = 0,000 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karir dan orientasi masa depan memiliki korelasi yang searah (linear). Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15 Hasil Uji Linearitas No 1
Variabel Efektivitas Bimbingan Karir – Pengambilan Keputusan Karir 2 Orientasi Masa Depan – Pengambilan Keputusan Karir Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
F Sig. Keterangan 571,911 0,000 Linier 367,497 0,000
Linier
Hasil uji linieritas di atas menunjukkan korelasi yang linier antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi linearity adalah lebih kecil dari 0,05. c. Uji Kolinieritas Uji kolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Keberadaan kolinieritas dapat dilihat pada nilai VIF yang tinggi ≥ 10 atau Tolerance yang rendah ≤ 0,10 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (independen). Hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF yang rendah (kurang dari 10) terlihat pada tabel 16:
84
Tabel 16 Hasil Uji Kolinieritas Unstandardized Coefficients Model
B
1
(Constant)
Collinearity Statistics
Std. Error
Tolerance
VIF
4.791
3.413
Bimbingan Karir
.606
.076
.260
3.852
Orientasi Masa Depan
.323
.072
.260
3.852
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015 2. Uji Hipotesis Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (efektivitas bimbingan belajar dan orientasi masa depan) terhadap variabel terikat (pengambilan keputusan karir). Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 17. Tebel 17 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
4.791
3.413
Bimbingan Karir
.606
.076
Orientasi Masa Depan
.323
.072
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.404
.163
.602
7.948
.000
.338
4.464
.000
a. Dependent Variable: Keputusan Karir
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan hasil tabel koefisien regresi di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4,791 + 0,606 X1 + 0,323X2 Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta sebesar 4,791. Artinya, jika efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan nilainya adalah 0, maka pengambilan keputusan karir remaja nilainya adalah 4,791. Memberikan arti bahwa tanpa adanya
85
pengaruh bimbingan karir dan orientasi masa depan, estimasi besarnya keputusan karir memiliki nilai konstan sebesar 4,791 satuan. b. Koefisien regresi variabel efektivitas bimbingan karir sebesar 0,606. Artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan efektivtas bimbingan karir mengalami kenaikan 1 poin, maka pengambilan keputusan karir akan mengalami kenaikan sebesar 0,606 poin. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara efektivitas bimbingan karir dan pengambilan keputusan karir, yaitu apabila efektivitas bimbingan karir semakin tinggi maka semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir. c. Koefisien regresi variabel orientasi masa depan sebesar 0,323. Artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan orientasi masa depan mengalami kenaikan 1 poin, maka pengambilan keputusan karir akan mengalami kenaikan sebesar 0,323 poin. Koefisien bernilai positif; artinya terjadi hubungan positif antara orientasi masa depan dan pengambilan keputusan karir, yaitu apabila orientasi masa depan semakin tinggi maka semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir. 3. Uji t Uji t untuk mengetahui pengaruh secara individu variabel bebas (Bimbingan karir, dan orientasi masa depan) terhadap variabel dependen (keputusan karir) diketahui t hitung (Bimbingan karir) sebesar 7,948 (sig. 0,000 < 0,05) atau t hitung 7,948 > t tabel 2,048 pada taraf signifikansi
=0,05.
Sehingga hipotesis nol yang berbunyi tidak ada pengaruh bimbingan karir
86
terhadap keputusan karir ditolak, dengan demikian ada pengaruh bimbingan karir terhadap keputusan karir pada taraf signifikansi 0,05 (tabel 19). Pengaruh orientasi masa depan terhadap keputusan karir diketahui dari t hitung (orientasi masa depan) sebesar 4,464 (sig. 0,000 < 0,05) atau t hitung 4,464 > t tabel 2,048 pada taraf signifikansi 0,05. Sehingga hipotesis nol yang berbunyi tidak ada pengaruh orientasi masa depan terhadap keputusan karir ditolak. Dengan demikian ada pengaruh orientasi masa depan terhadap keputusan karir pada taraf signifikansi 0,05 (tabel 19). 4. Analisis Koefisien Determinasi Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan pengaruh variabel bebas (efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan) terhadap variabel terikat (pengambilan keputusan karir) yang ditunjukkan dengan besarnya Adjusted R Square. Hasil perhitungan analisis determinasi dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18 Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model
R
1
.909a
R Square
Adjusted R Square
.826
.823
Std. Error of the Estimate 4.994
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015 Berdasarkan perhitungan analisis koefisien determinasi, diperoleh angka Adjusted R square sebesar 0,823 atau (82,3%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan) terhadap variabel dependen (pengambilan keputusan karir) sebesar 82,3%. Sedangkan sisanya sebesar
87
17,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini, misalnya: bimbingan orang tua, kepercayaan diri maupun pengaruh teman sebaya. 5. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian disajikan guna mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi data pokok yang disajikan adalah perbandingan antara rerata empiris dengan rerata hipotesis penelitian dan distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu. Rerata empiris diperoleh dari respon subjek, sementara itu rerata hipotesis diperoleh dari rerata yang kemungkinan diperoleh subjek atas jawaban skala yang diberikan. Dalam penelitian ini skala yang diberikan adalah skala efektivitas bimbingan karir, skala orientasi masa depan dan skala pengambilan keputusan karir. Selain tujuan di atas, deskripsi data juga diharapkan dapat menghasilkan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh. Berikut adalah deskripsi data dari masing-masing skala, yaitu: a. Deskripsi Data Skala Efektivitas Bimbingan Karir Skala penelitian efektivitas bimbingan karir terdiri dari 28 aitem masing-masing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4 (empat). Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian ini adalah 28 (28x1) dan skor terbesar 112 (28x4). Rentangan skor skala sebesar 84 (112-28) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar deviasi sebesar 14 (84/6), dengan mean hipotetik sebesar 70 (5/2x28).
88
Skala efektivitas bimbingan karir pada penelitian ini didapatkan dari deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik) yaitu skor minimum sebesar 83 dan skor maksimum sebesar 112 dengan mean/rerata sebesar 102,36 dan standar deviasi sebesar 5,79. Kategori skor subjek pada skala efektivitas bimbingan karir berdasarkan norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 28 ≤ X < 44,8. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 2 (1,7%) dengan rentang skor 44,8 ≤ X < 61,6. Subjek yang berada dalam kategori sedang berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 61,6 ≤ X < 78,4. Subjek yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 45 (37,5%) dengan rentang 78,4 ≤ X < 95,2. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi berjumlah 73 (60,8%) dengan rentang skor 95,2 ≤ X < 112. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19 Kategori Skor Subjek Skala Efektivitas Bimbingan Karir No 1 2 3 4 5
Interval Skor Kategori 28 ≤ X < 44,8 Sangat Rendah 44,8 ≤ X < 61,6 Rendah 61,6 ≤ X < 78,4 Sedang 78,4 ≤ X < 95,2 Tinggi 95,2 ≤ X < 112 Sangat Tinggi Jumlah
Frekuensi 0 2 0 45 73 120
Porsentase 0% 1,7% 0% 37,5% 60,8% 100%
Berdasarkan tabel 19, terlihat bahwa efektivitas bimbingan karir tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
89
program bimbingan karis telah berjalan dengan efektif, sehingga remaja bisa memahami kelebihan dan kekurangannya, bakat, minat dan berbagai jenis pekerjaan serta memahami keterampilan yang dibutuhkan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. b. Deskripsi Data Skala Orientasi Masa Depan Skala penelitian orientasi masa depan terdiri dari 29 aitem masingmasing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4 (empat). Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian ini adalah 29 (29x1) dan skor terbesar 116 (29x4). Rentangan skor skala sebesar 87 (11629) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar deviasi sebesar 14,5 (87/6), dengan mean hipotetik sebesar 72,5 (5/2x29). Skala orientasi masa depan pada penelitian ini didapatkan dari deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik) yaitu skor minimum sebesar 58 dan skor maksimum sebesar 116, dengan mean/rerata sebesar 106,82 dan standar deviasi sebesar 15,93. Kategori skor subjek pada skala orientasi masa depan berdasarkan norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 29 ≤ X < 46,4. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 4 (3,3%) dengan rentang skor 46,4 ≤ X < 63,8, subjek yang berada dalam kategori sedang berjumlah 1 (0,8%) dengan rentang skor 63,8 ≤ X < 81,2. Subjek yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 22 (18,3%) dengan rentang 81,2 ≤ X
90
< 98,6. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi berjumlah 93 (77,5%) dengan rentang skor 98,6 ≤ X < 116. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20 Kategori Skor Subjek Orientasi Masa Depan No 1 2 3 4 5
Interval Skor 29 ≤ X < 46,4 46,4≤ X < 63,8 63,8≤ X < 81,2 81,2≤ X < 98,6 98,6 ≤ X < 116 Jumlah
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi 0 4 1 22 93 120
Porsentase 0% 3,3% 0,8% 18,3% 77,5% 100%
Berdasarkan tabel 20, terlihat bahwa orientasi masa depan tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan orientasi masa depan remaja sangat baik, sehingga mereka memandang masa depan karir dengan optimis. c. Deskripsi Data Skala Pengambilan Keputusan Karir Skala penelitian pengambilan keputusan karir terdiri dari 28 aitem masing-masing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4 (empat). Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian ini adalah 28 (28x1) dan skor terbesar 112 (28x4). Rentangan skor skala sebesar 84 (112-28) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar deviasi sebesar 14 (84/6), dengan mean hipotetik sebesar 70 (5/2x28). Skala pengambilan keputusan karir pada penelitian ini didapatkan dari deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik)
91
yaitu skor minimum sebesar 54 dan skor maksimum sebesar 112, dengan mean/rerata sebesar 97,82 dan standar deviasi sebesar 10,223. Kategori skor subjek pada skala pengambilan keputusan karir berdasarkan norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 28 ≤ X < 44,8. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 1 (0,8%) dengan rentang skor 44,8 ≤ X < 61,6. Subjek yang berada dalam kategori sedang berjumlah 3 (2,5%) dengan rentang skor 61,6 ≤ X < 78,4. Subjek yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 38 (31,7%) dengan rentang 78,4 ≤ X < 95,2. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi berjumlah 78 (65%) dengan rentang skor 95,2 ≤ X < 112. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Kategori Skor Subjek Skala Keputusan Karir No 1 2 3 4 5
Interval Skor Kategori 28 ≤ X < 44,8 Sangat Rendah 44,8 ≤ X < 61,6 Rendah 61,6 ≤ X < 78,4 Sedang 78,4 ≤ X < 95,2 Tinggi 95,2 ≤ X < 112 Sangat Tinggi Jumlah
Frekuensi 0 1 3 38 78 120
Porsentase 0% 0,8% 2,5% 31,7% 65% 100%
Berdasarkan tabel 21, terlihat bahwa pengambilan keputusan karir dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan remaja sudah dapat mengambil keputusan karir dengan tepat, sesuai bakat, minat dan kemampuan.
92
E. Pembahasan Berdasarkan hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua permasalahan dan hipotesis yang diajukan telah dikaji dan diuji secara empiris di lapangan. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa semua hipotesis telah terbukti kebenarannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja. Hasil analisis koefisien korelasi dengan bantuan program komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows release versi 17.00, antara efektivitas bimbingan karir dan keputusan karir diperoleh nilai 0,909. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur pengambilan keputusan karir. Semakin tinggi efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan, maka semakin tinggi pengambilan keputusan karir. Sebaliknya, semakin rendah efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan, maka semakin rendah pengambilan keputusan karir remaja. Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rehfuss (2009) dengan judul “The Future Career Autobiography: A Narrative
Measure
of
Career
Intervention
Effectiveness”
dari
hasil
penyelidikannya menunjukkan bahwa FCA dapat digunakan untuk mengukur perubahan atau berkurangnya perubahan narasi kerja individu dari waktu ke
93
waktu. Hasilnya mungkin memiliki beberapa implikasi untuk teori, penelitian dan praktek. FCA dapat untuk mengukur pengaruh intervensi konseling karir pada narasi kerja. Kontinum gerakan tercerman pada FCA yang tampak konsisten dengan teori tentang perubahan dan proses pilihan karir. Selain itu, temuan ini konsisten dengan teori karir naratif yang mengindikasikan bahwa konseling karir harus membantu orang yang ragu-ragu untuk mendapatkan visi yang lebih jelas dari diri mereka, kemudian merasa lebih nyaman mengkomunikasikan visi tersebut dan mengintegrasikan visi ini menjadi narasi kesempatan mereka di masa depan. FCA merupakan upaya pertama untuk mengukur pengaruh dari narasi yang konsisten dengan teori dan praktek. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Nursalim (2009) yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara sebelum dan sesudah layanan informasi studi lanjut diberikan pada remaja kelas XII IPA 4. Layanan informasi studi lanjut memiliki pengaruh positif terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut pada remaja. Menurut Gunawan (2001) yang menyebutkan bahwa pilihan untuk memasuki perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi/pendidikan ke perguruan tinggi merupakan salah satu persoalan yang sangat penting yang dihadapi oleh orangtua maupun remaja SMA. Pemahaman berbagai informasi, khususnya mengenai studi lanjut, remaja dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan sehingga pada akhirnya akan lebih memiliki kesiapan untuk mengambil keputusan terkait dengan studi lanjut ke perguruan tinggi.
94
Surya (dalam Solehuddin, 2008) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidupnya secara optimal ke arah pilihannya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Solehuddin (2008) memiliki fungsi dan berperan sebagai kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual remaja, terutama pada jenjang sekolah menengah atas, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimiliki secara maksimal. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian yang penulis lakukan adalah hasil penelitian Rubiyanti (2011). Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orientasi masa depan (OMD) remaja di Jatinangor tergolong tinggi, artinya remaja di Jatinangor sudah memiliki OMD yang jelas. Kontribusi yang paling besar dalam OMD remaja ini adalah aspek motivasi. Aspek perencanaan dan evaluasi masih tergolong sedang. Ini menunjukkan bahwa remaja masih membutuhkan arahan untuk mendapatkan strategi dan cara-cara di dalam merencanakan masa depannya. Pelatihan motivasi berprestasi yang dilakukan membantu remaja merencanakan dan menetapkan tujuan dan membuat strategi untuk merealisasikan perencanaan. Setelah pelatihan, remaja mengungkapkan bahwa dirinya lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengetahui strategi untuk meneruskan pendidikan, mendapatkan pengetahuan mengenai jurusan yang diminati, dan pekerjaan yang dapat ditekuni di masa yang akan datang.
95
Menurut Nurmi (2004) merencanakan dan memikirkan masa depan merupakan hal yang penting pada masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada sejumlah tugas normatif yang menuntut mereka berpikir dan mengambil keputusan tentang masa depan. Cara pandang atau orientasi remaja tentang masa depan akan berpengaruh terhadap keputusan karir yang mereka lakukan yang nantinya akan berdampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Christina (2009) menunjukkan sebanyak 56 remaja (62,22%) memiliki tingkat career self efficacy rendah. Sementara untuk variabel pengambilan keputusan karier sebanyak 64 remaja (71,11%) memiliki tingkat pengambilan keputusan karier yang rendah. Ada hubungan antara career self efficacy dengan pengambilan keputusan karier diikuti dengan penambahan tingkat pengambilan keputusan karier atau penurunan tingkat career self efficacy akan diikuti dengan penurunan tingkat pengambilan keputusan karier. Harisanto (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor internal lebih mempengaruhi keputusan memilih karir pada remaja dibanding faktor dari luar. Menurut Brown (2008) empat faktor utama yang mendasari kesulitan pengambilan keputusan karir adalah keraguan, kurangnya informasi, konflik interpersonal dan hambatan serta kurangnya kesiapan. Remaja dalam membuat keputusan membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya sehingga dapat merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya.
96
Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan membantu remaja mengembangkan dan merancang masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% remaja mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan pengalaman pada role model karir membuat minat dan aspirasi remaja yang berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya dan terbatas. Terbatasnya informasi mengenai karir membuat remaja hanya memilih sesuai dengan apa yang diketahui. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan sebesar 82,3% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan sebesar 0,823. Hal ini berarti terdapat 17,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir di luar variabel penelitian, misalnya: bimbingan orang tua, kepercayaan diri, pengaruh teman sebaya dan lain sebagainya. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel pengambilan keputusan karir memiliki rerata empirik sebesar 97,83 dan rerata hipotetik sebesar 70. Artinya bahwa pengambilan keputusan karir remaja sangat tinggi. Sedangkan untuk efektivitas bimbingan karir memiliki rerata empirik sebesar 102,36 dan rerata hipotetik sebesar 70. Hal ini berarti efektivitas
97
bimbingan karir sangat tinggi. Kemudian untuk variabel orientasi masa depan memiliki rerata empirik sebesar 106,82 dan rerata hipotetik sebesar 72,5 yang berarti orientasi masa depan remaja sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam pengambilan keputusan karir, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor yang berasal dari diri remaja seperti: bakat, minat dan motivasi. Adapun faktor dari luar diri remaja, misalnya adalah bimbingan karir dari guru, bimbingan dari orang tua, pengaruh teman sebaya, sumber pengetahuan dan informasi tentang pilihan karir. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja kelas XII SMA Negeri di Kabupaten Klaten. Hal ini berarti bahwa variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dapat dijadikan prediktor untuk mengukur pengambilan keputusan karir. Namun, generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan. Dengan demikian, penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan: 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dengan pengambilan keputusan karir remaja. 2. Ada hubungan positif dan signifikan antara orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja. 3. Ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja. 4. Sumbangan efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja adalah sebesar 82,3%. 5. Efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja pada kategori sangat tinggi.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru Kepada guru bimbingan konseling diharapkan untuk bisa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada remaja baik pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Hal ini penting untuk dilakukan supaya ada
98
99
kontinuitas bagi remaja dalam memperoleh bimbingan karir maupun orientasi masa depannya sehingga dapat secara tepat memutuskan apa yang menjadi pilihan remaja ketika mereka tamat SMA nanti. 2. Remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan karir remaja, maka remaja diharapkan meningkatkan pengetahuannya dalam pengambilan keputusan karir dengan sering berkonsultasi kepada guru BK di luar jam pelajaran sehingga remaja akan menjadi lebih mantap dan terarah sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini masih ada sejumlah kekurangan, misalnya: masih ada subyek yang bertanya kepada teman di samping atau di depannnya sehingga konsentrasi menjadi berkurang pada saat mengisi skala. Selain itu, subyek dalam memberikan jawaban tidak sesuai dengan kondisi subyek yang sebenarnya. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan: a. Supaya lebih cermat lagi dalam memilih subyek, kondisi dan waktu pada saat melakukan penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih optimal. b. Dapat menambahkan variabel lain yang secara teoritis berkaitan dengan masalah
yang
diteliti.
Variabel-variabel
tersebut,
misalnya:
pengaruh/nasehat orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor pengetahuan maupun sumber informasi dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah. 2011. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan Dalam Area Pekerjaan Pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi. UIN Syarif Hidayatullah. Tidak diterbitkan. Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Amirullah, dan Hanafi, R. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Ilmu.
Graha
Araujo, A, & Do CeuTaveira M. 2007. Career Development In Childhood: Assessment Plan and Results. Italy: Padua. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atmosoeprapto. 2002. Menuju SDM Berdaya – Dengan Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efisien . Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Basori, M. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang Badan Pusat Statistik. 2009. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2009. Available FTP : http://www.bps.go.id/brs_file/naker-01des09.pdf, diakses 5 Desember 2010. BP3K. 1984 .Paket Bimbingan Karir. Jakarta : Depdikbud Brown, D. 2002. Career Choice and Development. San Fransisco: Joosey-Bass Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi.(diterjemahkan oleh Kartono, K) Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Christina. 2009. Hubungan Antara Career Self Efficacy dengan Pengambilan Keputusan Karier. Skripsi. Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Conger, J.J. 1991. Adolescence and youth (4 thed). New York: Harper Collins. Corey, G. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E. Koeswara. 2003. Jakarta: Reflika Aditama
100
101
Creed, P.A, Patton, W., and Prideaux, 2006. Predicting change over time in career planning and career exploration for high school students. Journal of Adolescence. David, G. 2010. Counselling Adolescent. Third edition. Sage publication Ltd Desi dan Nursalim. 2009. Pengaruh Layanan Informasi Studi Lanjut Terhadap Kemantapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut. BK UNESA Ghozali, I. 2006. Statistik Multivarian dengan SPSS. Semarang: BPFE UNDIP. Gibson, dkk. 1995. Organizational Behavior, Structure, Process, 8th Edition. Alih Bahasa: Adiardini. Editor Saputra. Jakarta: Binarupa Akasara. Gunarsa, Y.S.D &Gunarsa, S.D. 2001 Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hallen.2005.Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching. Handayaningrat,S. 2002. Pengantar Suatu Ilmu Administrasi Dan Manajemen. Jakarta : Gunung Agung. Handoko T.H. 1996. Manajemen Manusia.Yogyakarta : BPFE
Personalia
dan
Sumber
Daya
Harisanto, R. 2006 . Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Karir pada Remaja di SMA 2 Banjarmasin. Kripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Tidak diterbitkan.. Hayadin. 2008. Pengambilan Keputusan Pelajar Jenjang Menengah (Online). (http://petamasadepanku.blogspot.com/2008/02/artikelpengambilan-keputusan-pelajar.html, diakses 19 Februari 2010). Hurlock. E.B 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. Holland, J. 1985. Making Vocational Choice: A Theory of Vocational Personalities and Work Environments, 2nd edition. Prentice Hall Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka Kartadinata, dkk. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas
102
Kendhawati, L, Jatnika,R. Model Pembinaan Remaja Dalam Rangka MempersiapkanDiri Memasuki Dunia Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Tidak diterbitkan. Marliyah, L, Dewi, FJR, Suyasa. 2004. Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitae, Vol 1. Marsudi, S. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nurihsan, Juntika A. 2005. Strategi Layanan bimbingan Konseling. Bandung: RefikaAditama Nurmi, E. 2004 “Age, Sex, Social Class, and Quality of Family Interaction AS Determinants of Adolescent’s Future Orientation : A Developmental Task Interpretation. Adolescence”. Vol XXII No. 88. Libra Publishers.Inc Papalia, D. E. Olds. S.W & Feldman, Ruth D. 2001. Human Development. Boston: McGraw-Hill Patton, W.,&Creed,P. 2003. Predicting two components of career maturity in School Based Adolescents. Journal of career development Pusat Kurikulum Balitbang Diknas. 2007. Panduan Model Pengembangan Diri. Jakarta: Diknas. Prayitno dan Amti.2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Rubiyanti, Y. 2011. Rancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Rangka Meningkatkan Pemahaman Remaja Tentang Konsep Orientasi Masa Depan Area Pendidikan Bagi Siswa Kelas XII. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Padjadjaran Bandung. Tidak diterbitkan. Ruslan, G. 2012. Bimbingan Karier : Sebuah Panduan Pemillihan Karier Yang Terarah. Bandung: Angkasa Santrock, J.W. 2003. Educational Psychology. Jakarta: Kencana Santrock, J.W. 1998. Life Span Development. (terjemahan). Boston: Mac GrawHill. Savickas, M. L. 2001. Toward a comprehensive theory of career development: Dispositions,concerns, and narratives.Journal of Career Assessment. Supriatna, Mamat. 2009. Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional UPI.
103
Sukadji .2000. Keefektifan Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya Solehuddin, dkk. 2008. Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Bandung: UPI Sulistiyowati .2010 Perbedaan Pengambilan keputusan Siswa dari Keluarga utuh dengan dari Keluarga Broken Home di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi Prodi Psikologi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Tidak Diterbitkan Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Sukardi, Ketut D. 2007. Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia. Slameto. 2010. Materi Kuliah Bimbingan Konseling. Fak Pasca Sarjana. Salatiga: UKSW. Surya, M. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Multi Adiwiyata Seginer, R. 2009. Future Orientation: Developmental Perspectives.University of Haifa. Israel: Springer.
and Ecological
Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Setiaji, Bambang. 2008. Cara Mudah Analisis Kuantitatif Dilengkapi Dengan Tutorial SPSS. Surakarta : Al-Es’af University Press. Steers, R.M. 1980. Efektivitas Organisasi, Terjemahan, Jakarta : Erlangga Sumaryadi, I. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta: Citra Utama Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Thrommsdorff. 1983. Future Orientation and Socialization. International Journal of Psychology. Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: RajaGrafindo Persada Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier. Yogyakarta: Andi Offset Wetik, B. 1981. Pengertian Dasar dan Tujuan Bimbingan Karier. Jakarta: BP3K Jakarta
104
Woolfolk,A.E. 1995. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc Winkel, W.S., &Hastuti, S. 2004. Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan. Jakarta:Media Abadi Winkel,W.S.2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia. Winkle, W.S dan Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institute Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi Yusuf dan Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.
LAMPIRAN
105
106
Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN (TRYOUT)
107
ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth. Siswa/siswi SMAN 1 Wonosari di Klaten Assalamu’alaikum wr.wb. Ditengah kesibukan Saudara pada saat belajar, perkenankanlah saya mohon bantuan Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi skala yang saya sertakan berikut ini. Skala ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya yang sedang menyusun tesis. Skala ini tidak ada hubungannya dengan status Saudara sebagai pelajar, maka saya mengharapkan jawaban yang sejujur-jujurnya yang menggambarkan keadaan Saudara. Semua jawaban Saudara akan terjaga kerahasiaannya sesuai etika akademika penelitian. Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah Saudara berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali skala ini dalam waktu singkat. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Klaten,
November 2013
Hormat saya,
Eny Setiyowati
108
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: _____________________________________________
Kelas
: _____________________________________________
Usia
: _____________________________________________
Jenis Kelamin : _____________________________________________
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Tulislah terlebih dahulu identitas Saudara. 2. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban pernyataan yang ada. 3. Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda (X) pada kolom yang disediakan. Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah: SS
: Sangat Sesuai
S
: Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
STS
: Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila Saudara ingin memperbaiki jawaban Saudara, cukup dengan mencoret jawaban yang Saudara anggap salah dan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Saudara anggap benar. 5. Semua jawaban adalah benar selama Saudara memberikan respon dengan jujur atau sesuai dengan keadaan Saudara 6. Pastikan kembali apakah semua pernyataan sudah terjawab. 7. Selamat Mengerjakan.
109
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR NO
PERNYATAAN
1
Saya sangat tahu dengan apa yang saya inginkan.
2
Saya mulai mengenal tentang gambaran dunia kerja itu seperti apa.
3
Saya belum tahu kehidupan seperti apa yang saya harapkan.
4
Saya orangnya sangat perfeksionis.
5
Setelah lulus sekolah, saya tidak akan kuliah tetapi memilih untuk bekerja.
6
Saya masih bingung dengan apa yang menjadi keinginan saya.
7
Saya ingin menjadi seorang guru.
8
Saya tidak akan melanjutkan kuliah maupun bekerja.
9
Saya sama sekali tidak tahu dunia kerja itu seperti apa.
10
Saya mengenal dunia kerja setelah mendapat bimbingan karir di sekolah.
11
Saya ingin menjadi seorang pegawai bank.
12
Menurut saya tidak penting untuk mengenal dunia kerja saat ini.
13
Saya ingin menjadi seorang wirausaha yang sukses.
14
Menurut saya, tidak penting apakah nanti saya berkarir atau tidak.
15
Saya ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia.
16
Saya tetap tidak paham tentang dunia kerja meskipun sudah mendapat bimbingan karir di sekolah.
17
Saya mulai mengenal dunia kerja dari lingkungan di sekitar saya.
18
Saya belum bisa memutuskan, apakah setelah lulus
SS
S
TS
STS
110
nanti akan melanjutkan kuliah atau tidak. 19
Saya ingin menjadi orang kaya dan sukses.
20
Menurut saya, persaingan dunia kerja itu sangat ketat sekali.
21
Saya belum bisa memutuskan akan berkarir di bidang apa setelah lulus nanti.
22
Saya sama sekali belum memikirkan bagaimana bentuk kehidupan saya ke depan.
23
Saya tidak mudah percaya dengan orang lain.
24
Saya orangnya sangat ceroboh.
25
Saya tidak mudah terpengaruh dengan gaya hidup teman-teman di sekitar saya.
26
Menurut saya, dunia kerja itu seperti apa tidak penting, yang penting adalah lulus sekolah dahulu.
27
Saya sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaan apapun.
28
Sampai saat ini, saya belum berpikir untuk berkarir di bidang apa.
29
Setelah lulus sekolah, saya ingin bekerja sesuai dengan minat saya.
30
Saya orang yang mudah sekali berubah pendirian.
111
ORIENTASI MASA DEPAN NO
PERNYATAAN
1
Saya rajin belajar supaya dapat mewujudkan citacita untuk dapat bekerja sesuai dengan keinginan saya.
2
Saya selalu introspeksi diri jika saya gagal mencapai apa yang saya targetkan.
3
Saya tahu dengan apa yang saya inginkan untuk masa depan saya.
4
Saya tidak punya target apapun untuk masa depan saya.
5
Saya dapat mewujudkan cita-cita saya tanpa harus belajar.
6
Saya selalu belajar dari kegagalan yang pernah saya lakukan.
7
Saya sangat tertarik dengan bidang teknologi informasi sehingga saya ingin lebih menekuni bidang ini.
8
Saya tidak perlu merencanakan apa-apa untuk masa depan saya.
9
Mulai saat ini, saya akan lebih rajin belajar supaya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi favorit saya.
10
Saya mengikuti kursus bahasa Inggris untuk menunjang pelajaran di sekolah dan meningkatkan kemampuan berbahasa.
11
Saya menjalani saja apa yang ada sekarang, yaitu menyelesaikan sekolah terlebih dahulu.
12
Bagi saya kegagalan itu adalah hal yang biasa, jadi tidak perlu ada evaluasi diri.
SS
S
TS
STS
112
13
Saya tidak terlalu memikirkan tentang masa depan saya.
14
Saya berusaha mengendalikan emosi yang muncul jika apa yang ditargetkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
15
Saya memiliki keinginan besar untuk sukses di masa depan sehingga saya selalu belajar dan belajar untuk menambah pengetahuan.
16
Saya tidak membuat rencana apapun untuk masa depan saya.
17
Menurut saya, kita tidak perlu melakukan evaluasi diri atas apapun yang terjadi dengan diri kita.
18
Saya ingin membahagiakan orang tua saya.
19
Saya tidak terlalu memikirkan ke depan saya akan menjadi seperti apa.
20
Saya
sangat
berhati-hati
dengan
apa
yang
kerjakan. 21
Saya sering membuat agenda mengenai hal apa saja yang ingin saya lakukan.
22
Saya mudah sekali marah jika apa yang saya inginkan tidak dapat terwujud.
23
Saya merasa sepertinya semakin ke depan akan semakin sulit untuk dapat berkarir di dunia kerja.
24
Saya tidak terbiasa membuat agenda tentang kegiatan yang akan saya lakukan.
25
Saya ingin menjadi juara kelas supaya nanti bisa lebih mudah untuk mencari pekerjaan.
26
Menjadi juara kelas atau tidak, tidak menjamin saya akan sukses di masa depan.
27
Saya selalu membuat jadwal kegiatan apa yang
113
saya lakukan dalam satu hari. 28
Saya tidak suka membuat jadwal kegiatan, karena itu sangat merepotkan.
29
Saya yakin bahwa saya akan menjadi orang yang berhasil di masa depan.
30
Saya orang yang mudah putus asa ketika tidak dapat mengerjakan sesuatu.
114
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR NO
PERNYATAAN
1
Saya tidak terlalu menonjol dalam hal prestasi di sekolah.
2
Saya tahu jika bekerja nanti dibutuhkan syaratsyarat tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.
3
Saya sadar dengan keterbatasan yang saya miliki jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
4
Saya tidak peduli dengan apapun kondisi saya yang penting saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5
Menurut saya, untuk dapat bekerja tidak harus memiliki keterampilan tertentu.
6
Saya tidak terlalu ingin mengejar karir jika sudah bekerja nanti.
7
Saya tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, karena biayanya mahal.
8
Sampai saat ini saya belum tahu apa yang menjadi minat saya pada bidang tertentu.
9
Saya mengikuti kursus komputer untuk menunjang keterampilan saya.
10
Saya belum memiliki rencana apapun dalam hal jenis pekerjaan yang ingin saya tekuni.
11
Jika saya bekerja nanti, saya tidak akan terlalu memikirkan masalah gaji.
12
Jika saya bekerja nanti, saya akan bekerja sesuai dengan bidang yang saya inginkan.
13
Saya ingin bekerja di bidang perbankan karena memiliki prospek yang bagus.
SS
S
TS
STS
115
14
Saya tidak pandai sehingga saya tidak terlalu memikirkan tentang karir.
15
Saya adalah seorang yang berkeinginan besar untuk maju sehingga apa yang menjadi keinginan saya harus dapat saya raih.
16
Saya tidak akan memperhitungkan untung rugi jenis pekerjaan yang akan saya tekuni nanti.
17
Saya selalu mempertimbangkan kemampuan saya dengan bidang kerja yang akan saya pilih nanti.
18
Saya memiliki prestasi akademik yang bagus di sekolah.
19
Menurut
saya,
tidak
perlu
untuk
mempertimbangkan apapun yang penting nanti saya bekerja. 20
Saya tahu kalau saat ini kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tidak mudah jika tidak memiliki keteramilan khusus.
21
Saya akan memilih jurusan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya.
22
Saya merasa tidak memiliki bakat di bidang apapun.
23
Saya sama sekali belum mengetahui syarat-syarat untuk dapat sukses di dunia kerja.
24
Saya belum memiliki rencana apapun setelah lulus sekolah nanti.
25
Saya mudah bergaul dengan siapa saja di lingkungan sekolah.
26
Saya memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja.
27
Saya tidak memiliki prestasi akademik yang bagus
116
sehingga saya tidak akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 28
Menurut saya bekerja di bidang teknologi informasi memiliki prospek yang bagus.
29
Menurut saya, kesempatan untuk dapat bekerja akan semakin sulit.
30
Saya pesimis apakah nanti bisa melanjutkan studi sesuai dengan jurusan yang saya inginkan atau tidak.
============== TERIMA KASIH ===========
117
Lampiran 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN/ ANGKET
118
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Efektivitas Bimbingan Karir (X1) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.937
.937
N of Items 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Cronbach's Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Total Correlation Deleted
X1_1
97.3333
171.816
.606
.934
X1_2
98.3667
162.378
.774
.932
X1_3
97.3333
180.782
.271
.937
X1_4
97.3000
176.769
.509
.936
X1_5
97.7000
168.907
.596
.935
X1_6
97.6000
169.628
.627
.934
X1_7
97.4333
173.702
.479
.936
X1_8
97.5667
173.082
.595
.935
X1_9
97.4333
171.978
.687
.934
X1_10
97.9333
168.133
.626
.934
X1_11
97.4333
177.357
.351
.937
X1_12
97.7000
176.286
.417
.936
X1_13
97.3667
172.861
.636
.934
X1_14
97.4333
172.323
.618
.934
X1_15
97.4000
174.662
.532
.935
X1_16
97.5000
174.879
.526
.935
X1_17
97.9333
173.030
.591
.935
X1_18
97.3000
173.459
.664
.934
X1_19
97.5000
173.776
.509
.935
X1_20
97.3000
173.459
.664
.934
X1_21
97.6000
169.628
.627
.934
X1_22
97.4333
173.702
.479
.936
X1_23
97.5667
173.082
.595
.935
X1_24
97.3000
173.459
.664
.934
X1_25
97.5000
181.362
.159
.939
X1_26
97.5000
172.879
.555
.935
X1_27
97.3333
171.816
.606
.934
X1_28
98.3667
162.378
.774
.932
X1_29
97.3333
175.057
.474
.936
X1_30
97.3000
176.769
.509
.936
119
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Orientasi Masa Depan (X2) Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .961
N of Items
.962
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2_1
99.7667
231.771
.691
.959
X2_2
100.6333
239.689
.223
.964
X2_3
99.5667
236.944
.587
.960
X2_4
99.6000
235.421
.735
.959
X2_5
99.9333
224.961
.777
.958
X2_6
99.6333
230.792
.728
.959
X2_7
99.6667
229.264
.847
.958
X2_8
99.6333
228.930
.765
.958
X2_9
99.7000
229.941
.765
.958
X2_10
100.0000
225.586
.773
.958
X2_11
99.8000
230.234
.649
.959
X2_12
99.8667
228.947
.623
.960
X2_13
99.6667
225.471
.757
.958
X2_14
99.8333
225.592
.835
.958
X2_15
99.5000
233.983
.699
.959
X2_16
99.5333
236.740
.553
.960
X2_17
99.8000
229.614
.746
.959
X2_18
99.5333
234.671
.656
.959
X2_19
99.6333
230.792
.728
.959
X2_20
99.6667
229.264
.847
.958
X2_21
99.7667
231.771
.691
.959
X2_22
99.8333
225.592
.835
.958
X2_23
99.5000
233.983
.699
.959
X2_24
99.6667
241.402
.384
.961
X2_25
99.7333
240.478
.501
.960
X2_26
99.7667
231.771
.691
.959
X2_27
99.4333
240.116
.591
.960
X2_28
99.6667
241.402
.384
.961
X2_29
99.7333
240.478
.501
.960
X2_30
99.7667
231.771
.691
.959
120
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengambilan Keputusan Karir (Y) Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .921
.929
N of Items 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y_1
105.8333
74.075
.433
.920
Y_2
106.0333
72.102
.417
.920
Y_3
106.1333
71.706
.441
.920
Y_4
106.1667
70.971
.465
.920
Y_5
105.9000
70.507
.741
.916
Y_6
105.9667
74.654
.246
.922
Y_7
106.2333
69.978
.555
.918
Y_8
106.2667
74.616
.318
.922
Y_9
106.2333
69.978
.555
.918
Y_10
105.9000
70.507
.741
.916
Y_11
106.0333
70.240
.680
.916
Y_12
105.9667
72.447
.538
.918
Y_13
106.0333
70.240
.680
.916
Y_14
106.1333
75.982
.061
.924
Y_15
105.9000
72.162
.643
.917
Y_16
106.3000
70.010
.613
.917
Y_17
106.2000
70.855
.520
.919
Y_18
106.0000
72.207
.549
.918
Y_19
105.7667
74.185
.576
.919
Y_20
105.9667
70.033
.655
.916
Y_21
105.7333
75.099
.517
.920
Y_22
105.8333
74.075
.433
.920
Y_23
106.2333
71.426
.519
.918
Y_24
105.9667
70.999
.552
.918
Y_25
105.8333
71.799
.828
.916
Y_26
106.1667
71.799
.480
.919
Y_27
106.2000
70.993
.507
.919
Y_28
105.8667
73.016
.557
.918
Y_29
106.2333
69.978
.555
.918
Y_30
106.2667
71.306
.536
.918
121
Lampiran 3 ANGKET PENELITIAN
122
ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth. Siswa/siswi SMAN 1 Wonosari di Klaten Assalamu’alaikum wr.wb. Ditengah kesibukan Saudara pada saat belajar, perkenankanlah saya mohon bantuan Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi skala yang saya sertakan berikut ini. Skala ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya yang sedang menyusun tesis. Skala ini tidak ada hubungannya dengan status Saudara sebagai pelajar, maka saya mengharapkan jawaban yang sejujur-jujurnya yang menggambarkan keadaan Saudara. Semua jawaban Saudara akan terjaga kerahasiaannya sesuai etika akademika penelitian. Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah Saudara berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali skala ini dalam waktu singkat. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Klaten,
November 2013
Hormat saya,
Eny Setiyowati
123
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: _____________________________________________
Kelas
: _____________________________________________
Usia
: _____________________________________________
Jenis Kelamin : _____________________________________________
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Tulislah terlebih dahulu identitas Saudara. 2. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban pernyataan yang ada. 3. Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda (X) pada kolom yang disediakan. Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah: SS
: Sangat Sesuai
S
: Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
STS
: Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila Saudara ingin memperbaiki jawaban Saudara, cukup dengan mencoret jawaban yang Saudara anggap salah dan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Saudara anggap benar. 5. Semua jawaban adalah benar selama Saudara memberikan respon dengan jujur atau sesuai dengan keadaan Saudara 6. Pastikan kembali apakah semua pernyataan sudah terjawab. 7. Selamat Mengerjakan.
124
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR NO PERNYATAAN 1 Saya sangat tahu dengan apa yang saya inginkan. 2 Saya mulai mengenal tentang gambaran dunia kerja itu seperti apa. 3 Saya belum tahu kehidupan seperti apa yang saya harapkan. 4 Saya orangnya sangat perfeksionis. 5 Setelah lulus sekolah, saya tidak akan kuliah tetapi memilih untuk bekerja. 6 Saya ingin menjadi seorang guru. 7 Saya tidak akan melanjutkan kuliah maupun bekerja. 8 Saya sama sekali tidak tahu dunia kerja itu seperti apa. 9 Saya mengenal dunia kerja setelah mendapat bimbingan karir di sekolah. 10 Saya ingin menjadi seorang pegawai bank. 11 Menurut saya tidak penting untuk mengenal dunia kerja saat ini. 12 Saya ingin menjadi seorang wirausaha yang sukses. 13 Saya ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia. 14 Saya tetap tidak paham tentang dunia kerja meskipun sudah mendapat bimbingan karir di sekolah. 15 Saya mulai mengenal dunia kerja dari lingkungan di sekitar saya. 16 Saya belum bisa memutuskan, apakah setelah lulus nanti akan melanjutkan kuliah atau tidak. 17 Saya ingin menjadi orang kaya dan sukses. 18 Menurut saya, persaingan dunia kerja itu sangat ketat sekali. 19 Saya belum bisa memutuskan akan berkarir di bidang apa setelah lulus nanti. 20 Saya sama sekali belum memikirkan bagaimana bentuk kehidupan saya ke depan. 21 Saya tidak mudah percaya dengan orang lain. 22 Saya orangnya sangat ceroboh. 23 Saya tidak mudah terpengaruh dengan gaya hidup teman-teman di sekitar saya. 24 Menurut saya, dunia kerja itu seperti apa tidak penting, yang penting adalah lulus sekolah dahulu. 25 Saya sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaan apapun. 26 Sampai saat ini, saya belum berpikir untuk berkarir di bidang apa. 27 Setelah lulus sekolah, saya ingin bekerja sesuai dengan minat saya. 28 Saya orang yang mudah sekali berubah pendirian.
SS
S
TS
STS
125
ORIENTASI MASA DEPAN NO PERNYATAAN 1 Saya rajin belajar supaya dapat mewujudkan cita-cita untuk dapat bekerja sesuai dengan keinginan saya. 2 Saya tahu dengan apa yang saya inginkan untuk masa depan saya. 3 Saya tidak punya target apapun untuk masa depan saya. 4 Saya dapat mewujudkan cita-cita saya tanpa harus belajar. 5 Saya selalu belajar dari kegagalan yang pernah saya lakukan. 6 Saya sangat tertarik dengan bidang teknologi informasi sehingga saya ingin lebih menekuni bidang ini. 7 Saya tidak perlu merencanakan apa-apa untuk masa depan saya. 8 Mulai saat ini, saya akan lebih rajin belajar supaya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi favorit saya. 9 Saya mengikuti kursus bahasa Inggris untuk menunjang pelajaran di sekolah dan meningkatkan kemampuan berbahasa. 10 Saya menjalani saja apa yang ada sekarang, yaitu menyelesaikan sekolah terlebih dahulu. 11 Bagi saya kegagalan itu adalah hal yang biasa, jadi tidak perlu ada evaluasi diri. 12 Saya tidak terlalu memikirkan tentang masa depan saya. 13 Saya berusaha mengendalikan emosi yang muncul jika apa yang ditargetkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. 14 Saya memiliki keinginan besar untuk sukses di masa depan sehingga saya selalu belajar dan belajar untuk menambah pengetahuan. 15 Saya tidak membuat rencana apapun untuk masa depan saya. 16 Menurut saya, kita tidak perlu melakukan evaluasi diri atas apapun yang terjadi dengan diri kita. 17 Saya ingin membahagiakan orang tua saya. 18 Saya tidak terlalu memikirkan ke depan saya akan menjadi seperti apa. 19 Saya sangat berhati-hati dengan apa yang kerjakan. 20 Saya sering membuat agenda mengenai hal apa saja yang ingin saya lakukan. 21 Saya mudah sekali marah jika apa yang saya inginkan tidak dapat terwujud.
SS
S
TS
STS
126
22 23 24 25 26 27 28 29
Saya merasa sepertinya semakin ke depan akan semakin sulit untuk dapat berkarir di dunia kerja. Saya tidak terbiasa membuat agenda tentang kegiatan yang akan saya lakukan. Saya ingin menjadi juara kelas supaya nanti bisa lebih mudah untuk mencari pekerjaan. Menjadi juara kelas atau tidak, tidak menjamin saya akan sukses di masa depan. Saya selalu membuat jadwal kegiatan apa yang saya lakukan dalam satu hari. Saya tidak suka membuat jadwal kegiatan, karena itu sangat merepotkan. Saya yakin bahwa saya akan menjadi orang yang berhasil di masa depan. Saya orang yang mudah putus asa ketika tidak dapat mengerjakan sesuatu.
127
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR NO PERNYATAAN 1 Saya tidak terlalu menonjol dalam hal prestasi di sekolah. 2 Saya tahu jika bekerja nanti dibutuhkan syarat-syarat tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya. 3 Saya sadar dengan keterbatasan yang saya miliki jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. 4 Saya tidak peduli dengan apapun kondisi saya yang penting saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 5 Menurut saya, untuk dapat bekerja tidak harus memiliki keterampilan tertentu. 6 Saya tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, karena biayanya mahal. 7 Sampai saat ini saya belum tahu apa yang menjadi minat saya pada bidang tertentu. 8 Saya mengikuti kursus komputer untuk menunjang keterampilan saya. 9 Saya belum memiliki rencana apapun dalam hal jenis pekerjaan yang ingin saya tekuni. 10 Jika saya bekerja nanti, saya tidak akan terlalu memikirkan masalah gaji. 11 Jika saya bekerja nanti, saya akan bekerja sesuai dengan bidang yang saya inginkan. 12 Saya ingin bekerja di bidang perbankan karena memiliki prospek yang bagus. 13 Saya adalah seorang yang berkeinginan besar untuk maju sehingga apa yang menjadi keinginan saya harus dapat saya raih. 14 Saya tidak akan memperhitungkan untung rugi jenis pekerjaan yang akan saya tekuni nanti. 15 Saya selalu mempertimbangkan kemampuan saya dengan bidang kerja yang akan saya pilih nanti. 16 Saya memiliki prestasi akademik yang bagus di sekolah. 17 Menurut saya, tidak perlu untuk mempertimbangkan apapun yang penting nanti saya bekerja. 18 Saya tahu kalau saat ini kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tidak mudah jika tidak memiliki keteramilan khusus. 19 Saya akan memilih jurusan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya. 20 Saya merasa tidak memiliki bakat di bidang apapun. 21 Saya sama sekali belum mengetahui syarat-syarat untuk
SS
S
TS
STS
128
22 23 24 25
26 27 28
dapat sukses di dunia kerja. Saya belum memiliki rencana apapun setelah lulus sekolah nanti. Saya mudah bergaul dengan siapa saja di lingkungan sekolah. Saya memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja. Saya tidak memiliki prestasi akademik yang bagus sehingga saya tidak akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut saya bekerja di bidang teknologi informasi memiliki prospek yang bagus. Menurut saya, kesempatan untuk dapat bekerja akan semakin sulit. Saya pesimis apakah nanti bisa melanjutkan studi sesuai dengan jurusan yang saya inginkan atau tidak.
============== TERIMA KASIH ===========
129
Lampiran 4 TABULASI HASIL PENELITIAN
130
Rekapitulasi Hasil Penelitian No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
X1 102 98 96 96 105 104 103 103 102 100 102 99 92 92 106 99 101 101 99 83 93 95 104 104 111 99 101 101 97 97 83 98 93 93 95 105 102 103
X2 116 87 87 87 116 116 116 116 116 116 116 116 58 58 116 116 116 87 87 58 116 116 116 116 116 116 116 116 87 87 100 87 87 87 87 116 87 116
Y 106 92 88 98 98 100 100 98 96 90 94 92 72 92 100 90 90 94 88 74 94 86 100 82 110 96 104 98 90 90 54 88 80 86 82 100 94 100
131
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
106 99 108 104 106 106 108 100 100 104 106 99 108 104 106 106 108 100 100 104 100 100 103 107 106 106 106 103 108 97 106 100 100 96 94 94 102 106 98 99 99
116 87 116 116 116 116 116 116 116 116 116 87 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 116 87 116 116
100 86 104 100 100 98 106 108 108 104 106 92 112 94 104 102 100 98 98 104 94 92 98 104 102 96 100 94 104 86 100 92 90 100 96 104 96 100 84 96 100
132
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
90 101 108 110 110 109 109 109 109 106 107 103 111 108 108 112 108 108 95 99 101 101 110 99 99 95 108 103 100 105 108 109 97 110 110 99 95 112 112 111 110
58 116 112 102 102 116 116 110 108 114 112 108 116 107 107 116 116 114 102 104 96 106 116 87 87 104 114 114 111 100 108 116 87 114 114 95 77 110 114 110 116
76 98 112 108 112 112 110 110 108 102 108 94 110 104 100 112 108 106 98 106 98 94 108 86 110 92 112 102 96 98 108 112 86 112 84 88 84 112 112 110 112
133
Lampiran 5 UJI NORMALITAS
134
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 N Normal Parameters
a
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Y
120
120
120
102.36
106.82
97.83
5.799
15.934
10.223
Absolute
.102
.307
.117
Positive
.050
.282
.083
Negative
-.102
-.307
-.117
1.114
3.366
1.284
.167
.080
.074
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
X2
135
Lampiran 6 UJI LINIERITAS
136
ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square Y * X1 Between Groups (Combined)
10254.264 22
Linearity
9265.801
Deviation from Linearity Within Groups Total
1
F
Sig.
466.103 20.717
.000
9265.801 411.832
.000
988.464 21
47.070
2182.402 97
22.499
2.092
.008
12436.667 119
ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square Y * X2 Between Groups (Combined)
8922.591 16
.000
7232.809 211.999
.000
7232.809
Deviation from Linearity
1689.782 15
112.652
3514.076 103
34.117
Total
Sig.
557.662 16.345
Linearity Within Groups
1
F
3.302
.010
12436.667 119
ANOVA Table Mean Square
Sum of Squares df Keputusan Karir * Bimbingan Karir
Between (Combined) Groups Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
14856.244
37
401.520
13355.673
1
1500.572
36
41.683
1914.923
82
23.353
F
Sig.
17.194
.000
13355.673 571.911
.000
1.785
.016
16771.167 119
ANOVA Table Sum of Squares Keputusan Karir * Orientasi Masa Depan
Betwee (Combined) n Linearity Groups Deviation from Linearity Within Groups Total
Mean Square
df
14265.688
44
12276.734
1
1988.954
43
46.255
2505.479
75
33.406
16771.167 119
324.220
F
Sig.
9.705
.000
12276.734 367.497
.000
1.385
.108
137
Lampiran 7 Uji Kolinieritas
138
Hasil Uji Kolinieritas Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
4.791
3.413
Bimbingan Karir
.606
.076
.260
3.852
Orientasi Masa Depan
.323
.072
.260
3.852
139
Lampiran 8 ANALISIS LINIER BERGANDA
140
Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered
1
X2, X1
Removed
Method
a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y b
Model Summary
Model 1
R
R Square .909
a
Adjusted R Square
.826
Std. Error of the Estimate
.823
4.994
a. Predictors: (Constant), Orientasi Masa Depan, Bimbingan Karir b. Dependent Variable: Keputusan Karir
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual
Total
df
Mean Square
13852.656
2
6926.328
2918.510
117
24.945
16771.167
119
a. Predictors: (Constant), Orientasi Masa Depan, Bimbingan Karir b. Dependent Variable: Keputusan Karir
F 277.669
Sig. .000
a
141
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
4.791
3.413
Bimbingan Karir
.606
.076
Orientasi Masa Depan
.323
.072
a. Dependent Variable: Keputusan Karir
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.404
.163
.602
7.948
.000
.338
4.464
.000
142
Lampiran 9 NORMA KATEGORISASI
143
Kategori Skala X1 Item Valid Skor skala Rerata Empirik Rerata Hipotetik
: 28 : 1,2,3,4 : 102,36 (ME) : 28 x 2,5 = 70 (MH)
Skor tertinggi Skor terendah Rentang 84 SD = = 14 6 I.
: 4 x 28 = 112 : 1 x 28 = 28 : 112 – 28 = 84
MH – 3 (SD) 70 – (3. 14) 28
II. MH – 1,8 (SD) 70 – (1,8. 14) 44,8 III. MH – 0,6 (SD) 70 – (0,6. 14) 61,6 IV. MH + 0,6 (SD) 70 + (0,6. 14) 78,4 V. MH + 1,8 (SD) 70 + (1,8. 14) 95,2
Sangat rendah -3SD 28
(sangat rendah)
X<
MH – 1,8 (SD) 70 – (1,8. 14) 44,8
(rendah)
X<
MH – 0,6 (SD) 70 – (0,6. 14) 61,6
(sedang)
X<
MH + 0,6 (SD) 70 + (0,6. 14) 78,4
(tinggi)
X<
MH + 1,8 (SD) 70 + (1,8. 14) 95,2
(sangat tinggi)
X<
MH + 3 (SD) 70 + (3. 14) 112
Rendah
-1,8SD 44,8
Sedang
-0,6SD 61,6
+0,6SD 78,4
Tinggi
Sangat Tinggi
+1,8SD +3SD 95,2 112 ME = 102,36
144
Kategori Skala X2 Item Valid Skor skala Rerata Empirik Rerata Hipotetik
: 29 : 1,2,3,4 : 106,82 (ME) : 29 x 2,5 = 72,5 (MH)
Skor tertinggi Skor terendah Rentang 87 SD = = 14,5 6
: 4 x 29 = 116 : 1 x 29 = 29 : 116 – 29 = 87
I.
MH – 3 (SD) 72,5 – (3. 14,5) 29
II. MH – 1,8 (SD) 72,5 – (1,8. 14,5) 46,4 III. MH – 0,6 (SD) 72,5 – (0,6. 14,5) 63,8 IV. MH + 0,6 (SD) 72,5 + (0,6. 14,5) 81,2 V. MH + 1,8 (SD) 72,5 + (1,8. 14,5) 98,6
Sangat rendah -3SD 29
(sangat rendah)
X<
MH – 1,8 (SD) 72,5 – (1,8. 14,5) 46,4
(rendah)
X<
MH – 0,6 (SD) 72,5 – (0,6. 14,5) 63,8
(sedang)
X<
MH + 0,6 (SD) 72,5 + (0,6. 14,5) 81,2
(tinggi)
X<
MH + 1,8 (SD) 72,5 + (1,8. 14,5) 98,6
(sangat tinggi)
X<
MH + 3 (SD) 72,5 + (3. 14,5) 116
Rendah
-1,8SD 46,4
Sedang
-0,6SD 63,8
+0,6SD 81,2
Tinggi
Sangat Tinggi
+1,8SD +3SD 98,6 116 ME = 106,82
145
Kategori Skala Y Item Valid Skor skala Rerata Empirik Rerata Hipotetik
: 28 : 1,2,3,4 : 97,83 (ME) : 28 x 2,5 = 70 (MH)
Skor tertinggi Skor terendah Rentang 84 SD = = 14 6
: 4 x 28 = 112 : 1 x 28 = 28 : 112 – 28 = 84
VI. MH – 3 (SD) 70 – (3. 14) 28 VII. MH – 1,8 (SD) 70 – (1,8. 14) 44,8 VIII. MH – 0,6 (SD) 70 – (0,6. 14) 61,6 IX. MH + 0,6 (SD) 70 + (0,6. 14) 78,4 X. MH + 1,8 (SD) 70 + (1,8. 14) 95,2
Sangat rendah -3SD 28
(sangat rendah)
X<
MH – 1,8 (SD) 70 – (1,8. 14) 44,8
(rendah)
X<
MH – 0,6 (SD) 70 – (0,6. 14) 61,6
(sedang)
X<
MH + 0,6 (SD) 70 + (0,6. 14) 78,4
(tinggi)
X<
MH + 1,8 (SD) 70 + (1,8. 14) 95,2
(sangat tinggi)
X<
MH + 3 (SD) 70 + (3. 14) 112
Rendah
-1,8SD 44,8
Sedang
-0,6SD 61,6
+0,6SD 78,4
Tinggi
Sangat Tinggi
+1,8SD +3SD 95,2 112 ME = 97,83
146
Lampiran 11 SURAT IJIN PENELITIAN
147