7
BAB II KEPUTUSAN KARIR DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR
A. Konsep Keputusan Karir 1. Pengertian Karir Persepsi mengenai istilah karir sering disamakan dengan task, position, job, occupation, vocation, dan vocational. Namun, karir mempunyai makna yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut.
Karir dapat dicapai melalui pekerjaan yang
direncanakan dan dikembangkan secara cermat.
Akan tetapi,
pekerjaan tidak
selamanya dapat menunjang pencapaian karir, terutama apabila pekerjaan tersebit tidak serasi, seimbang dan selaras dengan kehidupan. Menurut Super dalam Hayadin (2007) karir memiliki makna sebagai: ...jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan; sekuensi okupasi-okupasi dan peran-peran kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam pola perkembangan dirinya; serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau tidak diberi upah yan diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun dan hanya memiliki satu okupasi; mencakup peranan-peranan yang berkaitan dengan pekerjaan seperti pelajar, karyawan, dan pensiunan bersama-sama dengan peranan pelengkap seperti kesenangan, yang berkaitan dengan keluarga dan kewarganegaraan.
Sementara itu Murray dalam Hayadin (2007) menyatakan, bahwa: karir merupakan suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan antara individu untuk memajukan kehidupannya yang melibatkan berbagai perilaku, kekuatan motivatif, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi dan cita-cita sebagai suatu rentang kehidupannya sendiri Dari pernyataan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa karir adalah suatu keseluruhan dan kebermaknaan kehidupan seseorang dalam perwujudan diri dan akulturasi diri untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan. Untuk mencapai
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
tujuan tersebut,
individu harus memiliki kekuatan (inner power)
yang dimiliki
seperti penguasaan kemampuan dan kompetensi (fisik, sosial, intelektual, dan spiritual) yang menunjang kesuksesan karirnya. 2. Perkembangan dan Tahapan Karir Super mengemukakan pandangan tentang perkembangan karir yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan karir tersebut merupakan suatu proses yang dipengaruhi banyak faktor. Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang berada di dalam diri individu (internal) dan yang bersifat di luar diri (eksternal). Faktor yang berada di dalam diri individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus yang akan mempengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang bersifat di luar diri yaitu aspek-aspek lingkungan sosialekonomi seperti lingkungan bermasyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya dan keadaan ekonomi, kesejahteraan dan ketenagakerjaan, serta seluruh kondisi yan mengharuskan individu untuk berinteraksi. Gabungan dari keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir akan berpengaruh juga terhadap nilai-nilai,
sikap,
pandangan terhadap
pekerjaan dan harapan individu terhadap masa depannya. Selain itu, faktor-faktor tersebut akan bergabung menjadi pengembangan diri (the self)
yang akan
mengarahkan individu untuk mengalami tahapan perkembangan yang akan membentuk konsep diri (self concept). Dari asumsi tersebut, tercipta konsep Donald Super yang berkaitan dengan peran-peran hidup (life roles)
dan tahapan
perkembangan (developmental stages). Karir seseorang dalam hidupnya mengalami perkembangan mulai tahap pencarian, penemuan, pemantapan, pemeliharaan, dan sampai tahap penurunan. Tahap pencarian karir dimulai usia anak-anak sampai remaja. Tahap penemuan karir dimulai usia dewasa muda sampai dewasa. Tahap pemantapan karir dimulai pada usia dewasa hinga tengah baya. Tahap pemeliharaan karir dimulai pada usi tua. Tahap penurunan karir dimulai pada usia lanjut. Super dalam Sharf (1992:127) membagi perkembangan karir manusia ke dalam beberapa tahapan. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ringkasan
9
tahapan perkembangan yang dikembangkan Super beserta deskripsi umum karakteristik perkembangan karir pada setiap tahapnya disajikan pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Karir Donald Super dan Karakteristik Perkembangan Usia 0-14
Tahapan Perkembangan Karir Pertumbuhan (Growth)
15-24
Eksplorasi (Exploratory)
Usia
Tahapan Perkembangan Karir Pemantapan (Estabilishment)
25-44
45-64
65
Pemeliharaan (Maintenence)
Penurunan (Decline)
Karakteristik Perkembangan Mengembangkan/membentuk konsep diri, mengembangkan kapasitas, sikapsikap, minat-minat, dan kebutuhan, serta membentuk pemahaman general dalam memehami dunia kerja. Berhubungan dengan lingkungan bekerja, sekolah, dan pengalaman rekreasional yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan (keterampilan) kerja dan mengkonsolidasi minat-minat. Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Karakteristik Perkembangan Pengalaman kerja secara formal atau mengikuti pelatihan yang spesifik yang meninkatkan dan membangun keterampilan untuk meraih suatu tujuan (jabatan) dalam suatu pekerjaan. Melakukan proses penyesuaian untuk meningkatkan posisi dalam suatu pekerjaan. Mempertimbangkan pra pensiun untuk mengurangi aktivitas kerja dan memasuki usia pensiun.
Apabila dilihat dari tahap perkembangan karir dari Super,
masa remaja
termasuk ke dalam tahap ”eksplorasi” pada tingkat tentatif dan transisi (15-21 tahun). Pada tahap tentatif (15-17 tahun) faktor yang diperhitungkan adalah kebutuhan,
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan. Pilihan tentatif ini hendaknya dibuat atau diujicobakan dalam fantasi, diskusi, kursus-kursus, bekerja. Sedangkan pada tahap transisi (15-21 tahun), remaja telah memiliki pertimbangan objektif, bila masuk ke pasaran kerja atau latihan
profesional dan mencoba untuk
mengimplementasikan konsep dirinya (Syamsu Yusuf, 2005 : 84). Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut. 1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. 2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja. 3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan. 4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memesuki pekerjaan atau jabatan una memenuhi minat dan kemampuannya.
Super dalam Santrock (2003:484) menyatahkan bahwa perkembangan karir terdiri dari lima fase yang berbeda sebagai berikut. 1) Fase kristalisasi berkembang sekitar usia 14-18 tahun, individu membangun tingkat tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada. 2) Fase spesifikasi berkembang sekitar usia 18-22 tahun, individu mulai mempersempit pilihan karir dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu. 3) Fase implementasi berkembang sekitar usia 21-24 tahun, individu menyelesaikan sekolah atau pelatihannya dan menapaki dunia kerja. 4) Fase stabilisasi berkembang sekitar usia 25-35 tahun, pada tahap ini penambilan keputusan karir tertentu dilakukan. 5) Fase konsolidasi berkembang setelah usia 35 tahun, individu akan memajukan karir dan akan mencapai posisi yang lebih tinggi.
Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super, usia remaja (siswa SMA) berada pada fase kristalisasi, yaitu masa penggalian karir yang ditandai dengan tahapan crystallizing;
penentuan pilihan karir dan specifying;
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
penentuan jenis dan spesifikasi karir.
Pada masa ini terjadi transisi dalam
perkembangan karir. 3. Keputusan Karir a. Definisi Keputusan Karir Konsep pembuatan keputusan banyak diungkapkan oleh para ahli diantaranya Way K. Hay dan Cecil G. Miskel (1982), Dillard (1985), Tiedeman dan O‟Hara (1992), Fred Luthans dan Keith David (1996), Gati dan Ashor (2001). Way K. Hay dan Cecil G. Miskel dalam Hayadin (2007) menyatakan bahwa ‟pembuatan keputusan merupakan siklus kegiatan yang melibatkan pemikiran rasional baik secara individu maupun kelompok dalam semua tingkat dalam bentuk organisasi‟. (http://www.masadepanku.net). Menurut Dillard (1985:42) faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan karir adalah sebagai berikut, ”(1)self knowledge, yaitu pengetahuan yang ditandai dengan pengetahuan tentang bakat atau potensi,
minat dan ciri kepribadian,
(2)information about surrounding, yaitu pengetahuan tentang lingkungan karir yang dipilih, (3)taking responsibility, yaitu tanggung jawab terhadap keputusan tersebut”. Tiedeman dan O‟Hara dalam Sharf (1992:303) menjelaskan bahwa ‟pembuatan keputusan adalah upaya untuk membantu individu menyadari semua faktor yang melekat pada setiap mengambil keputusan, sehingga mampu membuat pilihan yang tepat didasari oleh pengetahuan tentang diri dan informasi eksternal yang sesuai‟. Menurut,
Fred Luthans dan Keith David dalam Hayadin (2007)
mengemukakan bahwa ’decision making is almost universally defined as choosing between alternatives’,
artinya pembuatan keputusan adalah memilih diantara
berbagai aternatif. (http://www.masadepanku.net). Sementara itu,
Gati dan Asher (2001: 31)
pembuatan keputusan karir
merupakan ”proses yang dilakukan oleh individu untuk mencari alternatif-alternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan”.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, esensi dari pembuatan keputusan adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam mencari pilihan alternatif karir , yang didasari oleh pengetahuan bakat dan minat, serta kemampuan berpikir rasional dalam menentukan pilihan karir. Makna pembuatan keputusan diungkapkan oleh beberapa ahli diantaranya Dillard (1985), Sharf (1992), Mamat Supriatna (2009). Dillard (1985 : 53) mengatakan bahwa kemampuan pembuatan keputusan merupakan ”usaha yang melibatkan perasaan,
nilai,
kecerdasan,
komitmen,
persepsi, dan informasi yang cocok. Pembuatan keputusan merupakan inti dari perencanaan karir.
Pembuatan keputusan yang baik akan menentukan seberapa
efektif dalam meraih tujuan karir”. Sharf (1992:157-158) mengungkapkan bahwa kemampuan individu dalam pembuatan keputusan karir didasari oleh pengetahuan, sikap terhadap karir serta keterampilan.
(a) pengetahuan yang mendasari kemampuan dalam pembuatan keputusan karir adalah pengetahuan tentang langkah-langkah membuat keputusan karir, kesesuaian suatu karir dengan kemampuan bakat, minat, serta pengetahuan tentang pentingnya pembuatan keputusan secara mandiri, (b) sikap individu terhadap karirnya dapat dianalisa dari dua aktivitas, yang selanjutnya di sebut subdimensi sikap terhadap karir, yaitu perencanaan karir dan eksplorasi karir. Indikator sikap tersebut meliputi mempelajari informasi karir, membicarakan perencanaan karir dengan orang dewasa, mengikuti kursus sesuai dengan karir yang diharapkan, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan karir yang diharapkan, mengikuti pendidikan atau pelatihan yang mengarah kepada karir masa depan, (c) keterampilan pembuatan keputusan karir mengacu pada penggunaan pengetahuan, pengunaan pemikiran dalam membuat keputusan karir. Sementara itu, Mamat Supriatna (2009:55) mengungkapkan kemampuan seseorang dalam membuat keputusan didasari oleh tiga hal yaitu pengetahuan, kesiapan, dan keterampilan. 1) Pengetahuan yang mendasari kemampuan seseorang dalam membuat keputusan karir adalah pengetahuan mengenai tujuan hidup, diri sendiri, Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja dan pengetahuan tentang keputusan karir. 2) Kesiapan membuat keputusan karir adalah kesanggupan untuk menentukan pilihan karir. Kesiapan siswa membuat keputusan karir didasari oleh keyakinan dan keingian. 3) Keterampilan membuat keputusan karir, jika pengetahuan keputusan karir sebagai alam kognisi yang membentuk pemahaman siswa tentang keputusan karir dan kesiapan sebagai alam afeksi membentuk dorongandorongan positif ke arah keputusan karir, keterampilan membuat keputusan karir merupakan tindak nyata atau in action dalam membuat keputusan karir. Seseorang memiliki keterampilan dalam membuat keputusan karir jika menunjukan perilaku, yaitu : mandiri, luwes, kreatif, dan bertangung jawab dalam mengambil keputusan karir.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembuatan keputusan merupakan proses yang dilakukan individu dalam mencari dan menentukan pilihan karir, yang didasari oleh aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemampuan menurut Mamat Supriatna (2009:55) didasari oleh tiga hal yaitu ”pengetahuan, sikap dan kerampilan”. Beberapa ahli, Neiseer (1976), Bany dan Johnson (1975),
dan Sharf
(1992)
menguraikan mengenai maksud aspek
pengetahuan, Sikap dan keterampilan sebagai berikut. Neiseer dalam M. Sutarno (2009) meliputi
setiap
perilaku
mental
yang
mengungkapkan bahwa ‟pengetahuan berhubungan
dengan
pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, berpikir dan keyakinan‟. (http://www.physicsmaster.orgfree.com). Bany dan Johnson dalam Rochman Natawidjaja (228:1985) mengemukakan ciri-ciri mengenai batasan objek sikap antara lain sebagai berikut. „(a) sikap itu merupakan kesiapan atau kecenderungan bertindak dalam kaitannya dengan suatu objek, (b) sikap itu bersifat afektif yang tampak pada piliahn seseorang yang dapat bertindak positif,
negatif
atau pilihan diantaranya,
(c)
sikap itu merupakan
penilaian seseorang terhadap sesuatu‟. Penilaian itu dapat berupa perasaan senang, tetapi dapat pula berupa penilaian tentang kemungkinan mencapai peristiwa lanjutan atau akibat sesuatu kejadian. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Sharf (1992:157-158)
mengungkapkan bahwa “keterampilan merupakan
tindakan nyata seseorang dalam menggunakan pengetahuan,
pemikiran untuk
melakukan suatu hal”. Pembuatan keputusan karir adalah penentuan pilihan karir.
Pilihan karir
adalah pilihan-pilihan kegiatan yang mendukung atau relevan dengan karir masa depan siswa. Dengan demikian, membuat keputusan karir berarti proses penentuan pilihan-pilihan kegiatan yang mendukung atau relevan dengan karir masa depan siswa. b. Strategi Pembuatan Keputusan Karir Pembuatan keputusan adalah proses penentuan pilihan (Sharf,1992:303). ”Siswa akan dihadapkan pada berbagai macam pilihan dan siswa juga dilatih dalam mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan”. Tetapi pada kenyataannya ada siswa yang dapat mengambil keputusan dengan baik dan ada juga siswa yang belum bisa mengambil keputusan bagi masa depannya. Oleh karena itu dikemukakan strategi pembuatan keputusan, yang didalamnya dibahas tentang tipe strategi pembuatan keputusan, mengantisipasi sebuah pilihan, dan tahapan pengambilan keputusan. 1) Tipe Strategi Pembuatan Keputusan Karir Menurut Dinklage dalam Sharf (1992:305)
ada delapan tipe strategi
pengambilan keputusan. Empat strategi merupakan cara yang tidak menghasilkan suatu keputusan-keputusan,
yakni tipe delaying,
fatalistic,
compliant,
dan
paralytic. Empat tipe lainnya dipandang sebagai cara yang efektif dalam mengambil keputusan, yakni tipe intuitive, impulsive, agonizing, dan planful. 1. Delaying Individu memutuskan bahwa ia akan mengambil keputusan pada waktu yang lama. 2. Fatalistic Tipe ini merupakan salah satu tipe yang tidak menentukan pilihan. Individu dengan tipe ini tidak melakukan aksi apapun terhadap pilihanpilihan yang ada.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
3. Compliant Tipe strategi ini terjadi jika seseorang mengalah pada rencana pihak lain yang telah membuat keputusan untuknya. Ia sangat pasif atau terbebani oleh otoritas figur. 4. Paralytic Tipe strategi ini terjadi jika seseorang sangat takut atau sangat cemas untuk mengambil keputusan. Ia mungkin merasa tertekan atau didesak oleh dirinya sendiri atau orang lain untuk membuat keputusan, tetapi takut oleh konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. 5. Intuitive Strategi intuitive merupakan strategi dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada perasaan dari pada pemikiran. Keputusan ini mungkin tepat, tetapi tidak disertai atas hasil analisis keunggulan diri seperti bakat, kemampuan, minat. 6. Impulsive Strategi impulsive adalah proses pengambilan keputusan yang tidak mempertimbangkan alternatif lain. 7. Agonizing Strategi agonizing berarti strategi pengambilan keputusan yang hasilnya sangat mungkin menyakitkan atau membuat orang kepayahan atau cape dikarenakan kurang memiliki informasi yang lengkap tentang keputusan yang diambilnya. 8. Planful Pada strategi ini, individu dapat membuat perencanaan karena mengambil keputusan.
2) Mengantisipasi Suatu Pilihan Keputusan Karir Tiedeman dan O‟Hara dalam Sharf (1992:307) membagi antisipasi dalam membuat keputusan menjadi empat proses, yakni eksplorasi, kristalisasi, pemilihan, klarifikasi. Keempat proses ini tidak selalu bersifar sekuensial. Miller dan Tiedeman (1989) menegaskan bahwa tahapan tersebut sebagai panduan dalam mengantisipasi suatu keputusan. 1. Eksplorasi Eksplorasi yang dimaksud adalah penjelajahan terhadap kemungkinan alternatif keputusan yang akan diambil. Dalam eksplorasi sejumlah alternatif yang berbeda atau kemungkinan tujuan-tujuan dipertimbangkan. Berbagai kemungkinan yang akan dicapai digabungkan dan dipertimbangkan untuk menetapkan atau memutuskan suatu pilihan.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
2. Kristalisasi Tiedeman dan O‟Hara (Sharf, 1992: 308) berpendapat bahwa kristalisasi merupakan sebuah stabilitasi dari representasi berpikir. Dengan stabilnya pikiran yaitu dengan terjadinya pengukuran diri dari berbagai kemungkian, maka terjadilah suatu pola dalam bentuk alternatif dan segala konsekuensinya. 3. Pemilihan Sebagaimana perkembangan kristalisasi, pemilihan pun terjadi. Individu percaya atas pilihannya. 4. Klarifikasi Ketika seseorang membuat keputusan lalu ia melakukannya. Dalam perjalanannya mungkin ada yang lancar mungkin ada yang mempertanyakan kembali karena kebingungan.
3) Tahapan mengambil keputusan Berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika,
Sharf (1992:315)
menjelaskan sekuensi pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan pengambilan keputusan karir. 1. Mendefinisikan dan menstrukturkan keputusan Tahap awal yang harus jelas dalam tahapan pengambilan keputusan, terutama keputusan karir, adalah definisi keputusannya. Artinya, harus jelas benar apa yang akan diputuskan. 2. Identifikasi aspek –aspek yang relevan Jika definisi masalah yang akan diputuskan sudah jelas, proses pengambilan keputusan dapat dilanjutkan dengan proses identifikasi aspekaspek yang relevan dengan masalah atau definisi keputusan. Misalnya, yang akan diputuskan adalah melanjutkan studi. Maka, aspek yang perlu diidentifikasi antara lain sekolah yang diminati mana saja, keungulan, dan kelemahan diri apa saja. 3. Memeringkatkan aspek-aspek penting Jika aspek –aspek telah teridentifikasi, dilanjutkan dengan memeringkatkan aspek tersebut. Jika yang menjadi ukuran adalah minat, memeringkatkan dilakukan dari mulai yang diminati sampai dengan kepada yang kurang diminati. Jika ukurannya gaji, memeringkatkan dimulai dari pekerjaan yang gajinya paling besar sampai yang palin rendah. Jadi, untuk memeringkatkan bergantung pada ukuran peningkatnya. 4. Identifikasi aspek paling penting yang dapat diterima Sesungguhnya, untuk mengidentifikasi aspek paling penting yang dapat diterima sudah tampak pada proses pemeringkatkan. Hanya, pada tahap ini
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
perlu ditegaskan peringkat teratasnya saja. Misalnya, yang dapat diterima hanya peringkat tiga besar. 5. Membuang pekerjaan yang karakteristiknya tidak sesuai dengan aspekaspek yang diterima.Setelah teridentifikasi aspek-aspek yang adpat diterima, yang tidak diterima dibuang dan yang sesuai dengan kaarkteristik yang dapat diharapkan diambil sebagai alternatif yang akan diputuskan. 6. Alternatif untuk dieksplorasi lebih jauh Ditentukan yang diambil sebagai hasil keputusan yang akan dieksplorasi lebih jauh.
4. Karakteristik Perkembangan Karir Remaja Berbicara mengenai siswa SMA, berarti membicarakan individu yang sedang berada pada tahap perkembangan remaja, karena peserta didik SMA sedang berada pada fase atau tahap perkembangan yang dikenal dengan istilah remaja. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Super dalam Osipow (1983:57)
mencanagkan suatu pandangan tentang
perkembangan karir yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan karir itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor.
Faktor tersebut
bersifat intern dan ekstern yang saling mempengaruhi dalam membentuk proses perkembangan karir. Untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal, remaja dengan berbagai karakteristiknya akan membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk memfasilitasi dengan cara yang tepat, sehingga remaja tidak mengalami penyimpangan dalam melakukan proses perkembangan dan pertumbuhannya. Dilihat dari prespektif psikososial, remaja menurut Erikson dalam Syamsu Yusuf (2004:188) merupakan ‟masa pencarian identitas dimana remaja berada dalam kontinum antara identity and identity confusion’. Problematika yang dihadapi oleh individu pada masa remaja adalah sebuah kemutlakan dalam menjalani proses pertumbuh kembangan dalam mencapai dan memenuhi tugas perkembangan pada fase ini.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
Karakteristik permasalahan yang dihadapi oleh remaja pada jenjang SMA pada dasarnya tidak akan terlepas dari aspek-aspek perkembangan remaja, Havigurst dalam Syamsu Yusuf (2004:74-93) terdapat sepuluh tugas perkembangan remaja yaitu : 1. mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis; 2. mencapai peran sosial pria dan wanita; 3. menerima keadaan fisiknya dan mengunakannya secara efektif; 4. mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; 5. mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; 6. mempersiapkan kemandirian ekonomi; 7. memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan; 8. persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga; 9. mengembangkan konsep-konsep intelektual untuk hidup bermasyarakat; dan 10. mempeoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi. Pencapaian tugas perkembangan bagi para remaja adalah sebuah keharusan karena akan mempengaruhi pada tahapan berikutnya.
Penguasaan tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja di arahkan untuk mempersiapkan remaja memasuki tahap perkembanagn berikutnya yaitu masa dewasa. Mamat
Supriatna
(2009:23)
mengungkapkan
bahwa
tugas-tugas
perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut. 1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. 2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja. 3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan. 4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan yan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Super dalam Santrock (2003:484)
mengungkapkan bahwa individu
dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karir sebagai berikut. a) Perencanaan garis masa depan (crystalization), berkembang sekitar usia 1418 tahun, individu membangun tingkat tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
b) Penentuan (spesification) berkembang sekitar usia 18-20 tahun, individu mulai mempersempit pilihan karir dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu. c) Fase implementasi berkembang sekitar usia 21-24 tahun, individu menyelesaikan sekolah atau pelatihannya dan menapaki dunia kerja. d) Pemantapan (establishment) sekitar usia 25-35 tahun, individu membuktikan diri mampu memangku jabatan yang dipilihnya. e) Pengakaran (consolidation) berkembang setelah usi 35 tahun, individu mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas. Siswa SMA berada pada rentang usia 16-18 tahun, pada usia tersebut tugas perkembangan karirnya berada pada fase penentuan (spesification), pada fase ini siswa SMA harus mulai memikirkan alternatif-alternatif pilihan karirnya serta mulai mengarahkan tingkah laku untuk mencapai pilihan karir yang diinginkannya.
B. Konsep Bimbingan Karir Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan,
yang
membantu
siswa
perkembangannya secara optimal,
agar
dapat
menyelesaikan
tugas
berikut menemukan berbagai alternatif
penyelesaian masalah yang dirasakan siswa. 1.Definisi Bimbingan Karir Definisi bimbingan karir banyak diungkapkan oleh para ahli, antara lain Winkel (1991),
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2005),
Conny Semiawan
(2009). Winkel (1991) berpendapat bahwa bimbingan karir adalah ”bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan tertentu, dengan
tuntutan-tuntutan
dari
lapangan
kerja
yang
dan menyesuaikan diri telah
dimasukinya”.
(http://www.konselingindonesia.com). Lebih lanjut, Winkel mengungkapkan bahwa bimbingan karir merupakan suatu proses membentuk seseorang supaya mampu memahami dan menerima
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
gambaran diri dan dunia kerja, sehingga pada akhirnya individu dapat memilih bidan pekerjaan, memasukinya dan membina karir tersebut. Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2005:12) menjelaskan bahwa bimbingan karir
merupakan ”bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan,
dan pemecahan masalah-masalah karir.
Bimbingan karir juga
merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan”. Lebih luas,
Conny Semiawan dalam Mamat Supriatna (2009:11)
mendefinisikan bimbingan karir, sebagai berikut. ...bimbingan karir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan individu yang ahrus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif dan afektif, maupun keterampilan seseorang dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pembuatan keputusan maupun perolehan pengetahuan dan keterampilan yang membantu dirinya memasuki kehidupan, tata hidup dari kejadian dalam kehidupan yang terus-menerus berubah, tidak semata-mata terbatas pada bimbingan jabatan atau bimbingan tugas.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa
bimbingan karir adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu memahami diri,
memiliki pengetahuan,
melakukan perencanaan karir,
supaya
individu mampu mengambil keputusan karirnya secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan karir yan diambilnya, serta membantu individu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan karir yang dihadapinya.
2.Prinsip-Prinsip Bimbingan Karir Munandir (1996:248) mengungkapkan prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan karir adalah sebagai berikut. a. Program dirancang untuk melayani kebutuhan semua siswa. b. Program bimbingan karir merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
c. Tujuan program harus dirumuskan secara jelas dan eksplisit (operasional) dan menunjang pencapaian keseluruhan program bimbingan. d. Pelaksanaan program perlu melibatkan seluruh staf sekolah. e. Adanya penjabaran mengenai tugas-tugas serta tangung jawab dari masing-masing personel bimbingan. f. Dari keperluan-keperluan untuk penyelenggaraan bimbingan karir, ada dua hal yang esensian yaitu : (1) data pribadi siswa untuk pemahaman diri, dan (2) bahan informasi untuk perencanaan pendidikan dan pembuatan keputudsan karir. g. Adanya dukungan serta pelibatan orang tua siswa demi kelancaran penyelenggaraan program. Sejalan
dengan
pemaparan
di
atas,
Mamat
Supriatna
(2009:13)
mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan karir adalah sebagai berikut. a. Bimbingan karir ditujukan bagi semua individu. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan karir diberikan kepada semua individu atau siswa, baik yang tidak bermasalah ataupun yang tidak bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. b. Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan pada individu (siswa) yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian, ciri-ciri dan tugas-tugas perkembangan pada tahap tertentu hendaknya dijadikan dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karir. c. Bimbingan karir bersifat individual. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama yang lainnya), dan melalui bimbingan karir individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. d. Bimbingan karir menekankan hal yang positif. Dalam hal ini bimbingan karir merupakan proses bantuan yang menekankan pengembangan kekuatan dalam diri dan kesuksesan, karena bimbingan karir merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluan yan berkembang. e. Bimbingan karir merupakan usaha bersama. Bimbingan karir bukan hanya tugas dan tanggung jawab konselor, tetapi jua tugas guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai tim kerja terlibat dalam proses bimbingan karir. f. Pembuatan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan karir. Bimbingan karir diarahkan untuk mambantu individu agar dapat melakukan piliahn dan mengambil keputusan karirnya. Bimbingan karir berperan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu. g. Bimbingan karir berlangsung dalam berbagai latar kehidupan. Pemberian layanan bimbingan karir tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, bahwa bimbingan karir merupakan bagian integral dari keseluruhan program bimbingan di sekolah,
yang dirancang untuk
melayani semua siswa, untuk memfasilitasi siswa agar mampu mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan merumuskan tujuan karir melalui pembuatan keputusan karir yan tepat serta mampu bertanggung jawab atas keputusan karir yang diambilnya.
3.Tujuan Bimbingan Karir Yusuf Syamsu &
Juntika Nurihsan (2005:15)
menungkapkan tujuan
bimbingan karir sebagai berikut. a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. b. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama. c. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. d. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi sosial ekonomi. e. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan kegiatan-kegiatan karir tersebut. f. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu akrir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu setiap oran mampu memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan, apakah dia mampu, dan apakah dia berminat dengan pekerjaan tersebut. Senada dengan pendapat di atas, Dewa Ketut Sukardi (1987:31-32) mengungkapkan bahwa tujuan umum bimbingan karir di sekolah ialah ”membantu siswa dalam pemahaman diri dan lingkungannya dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pengarahan kegiatan yang tertuju kepada karir dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi dan seimbang dengan diri dan Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
lingkungannya”. Sedangkan tujuan khusus bimbingan karir di sekolah adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Meningkatkan pemahaman siswa tentang dirinya sendiri. Meningkatkan pemahaman siswa tentang dunia kerja. Mengembangkan sikap dan nilai diri dalam memilih serta memasuki dunia kerja. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga mampu membuat keputusan pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Membantu siswa agar mampu menguasai keterampilan dasar yang pentin dalam pekerjaan terutama keterampilan komunikasi, bekerja sama, dan berprakarsa.
Sesuai dengan rincian tujuan di atas, terdapat kesamaan bahwa pada dasarnya tujuan bimbingan karir di SMA adalah membantu siswa untuk memiliki pemahaman diri serta mengembangkan keterampilan-keterampilan yang mendukung pencapaian karir yang diinginkannya, supaya siswa dapat menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja atau melanjutkan pekerjaannya.
C. Program Bimbingan Karir 1. Pengertian Program Bimbingan Menurut Uman Suherman dan Dadang Sudrajat (1998:1) ”program merupakan
terencana
kegiatan
yang
disusun
secara
operasional
dengan
mempertimbangkan faktor- faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Faktorfaktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek tujuan, jenis kegiatan, personil, waktu, teknik atau strategi, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya”. Mamat Supriatna (2009:21) ”program bimbingan merupakan aktivitas konselor dalam menyusun rencana kegiatan yang didasarkan atas pedoman kebijakan pemerintah (kurikulum BK) dan pimpinan sekolah, kondisi objektif ketenagaan BK, dan relitas karakteristik kebutuhan siswa”. Rumusan program bimbingan disertai pertimbangan penyelenggaraan program bimbingan dan konseling sebelumnya, sehingga terwujud : (a) tujuan operasional program BK, (b) rencana program operasional atau aktivitas pelayanan berikut waktu penyelenggaraannya,
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(c)
24
rancangan perangkat administratif dan format-format penilaian aktivitas layanan BK, dan (d) rencana keikutsertaan dalam forum-forum yang menyelenggarakan program yang bersifat pengembangan ketenagaan BK. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa program bimbingan adalah serangkaian kegiatan yang terencana, terkoordinasi dan terorganisasi selama periode dengan lancar, efektif dan efisien serta dapat dilakukan evaluasi yang tepat dan baik terhadap program,
proses,
dan hasil.
Rencana kerja disusun secara
sistematis dan terpadu oleh petugas bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu guru pembimbing dibantu oleh kepala sekolah, guru kelas dan guru mata pelajaran lainnya yan didasarkan atas pedoman kebijakan pemerintah dan pimpinan sekolah, kondisi objektif ketenagaan bimbingan dan konseling dan realitas karakteristik serta kebutuhan siswa.
2. Pengembangan Program Bimbingan Dalam membuat program bimbingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ; (1) karakteristik siswa serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling,
(2)
dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan,
(3)
kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan, (4) lingkup sasaran dan prioritas kegiatan, (5) jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan, (6) ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. Suatu program bimbingan perkembangan menitikberatkan pada pengalihan penyelenggaraan bimbingan secara individual menuju penyelenggaraan bimbingan yang menyertakan seluruh siswa melalui aktivitas bimbingan kelas dan pengalaman tersruktur dalam kelompok. Titik tekan lainnya juga ditujukan pada pergeseran dari landasan-krisis menuju orientasi-terencana serta dari pendekatan yang tidak terencana dan tidak tersruktur menuju pendekatan sistematik dalam pengemasan suatu bahasan kurikulum bimbingan dan perencanaan individual bagi seluruh siswa.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Gysbers
dan
Henderson
dalam
Muro
and
Kottman
(1995:55-61)
mengemukakan empat fase dalam pengembangan program, yaitu ; perencanaan (planning), penyusunan (designing), pelaksanaan (implementing), dan evaluasi (evaluating). Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan program adalah sebagai berikut. 1)
2)
3)
4)
Perencanaan (planning) Pada tahap ini ditetapkan sasaran layanan program, tujuan program dan ruang lingkup program. Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan siswa sebagai bahan penyusunan program. Penyusunan (designing) Berdasarkan analisis kebutuhan siswa dirumuskan fokus dan tujuan yang akan diprioritaskan dalam program dan hubungan antara tujuan pelaksanaan program dengan tujuan pendidikan. Sasaran program disesuaikan dengan data hasil analisis kebutuhan. Pada tahap ini dipertimbangkan strategi paling tepat dalam pelaksanaan program. Pelaksanaan (implementing) Tahap pelaksanaan program dipersiapkan agar sesuai dengan rancangan. Program dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, kondisi fisik, dan kondisi psikologis siswa. Evaluasi (evaluating) Evaluasi menjadi umpan balik yang berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evaluasi bertujuan untuk mengolah data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikkan atau pengembangan program di masa yang akan datang. Evaluasi juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan dan pencapaian tujuan yang akan ditetapkan.
3. Unsur – unsur Program Bimbingan Ruang lingkup program bimbingan pada intinya mengacu pada empat komponen utama yang di gagas oleh Gysbers dan Henderson dalam Muro dan Kottman (1995:5)
yaitu :
pelayanan dasar,
palayanan responsif,
perncanaan individual, dukungan sistem.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelayanan
26
a. Pelayanan Dasar Gysbers dan Henderson dalam Muro dan Kottman (1995:5) mengungkapkan „guidence curriculum is the core of the developmental approach’.
Kurikulum
bimbingan menggambarkan tujuan untuk setiap kegiatan bimbingan dan merancang kompetensi siswa pada setiap tingkatannya. Gysbers dalam CSCA (2000:29)
mengemukakan „…
the curriculum
component typically consist of student competencies and structured activities presented systematically through classroom of group activities. The curriculum is organized around three major content areas :
academic,
career and
personal/social‟. Uman Suherman (2007:28) mengemukakan bahwa “layanan dasar bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa secara sistematis melalui kegiatan kegiatan klasikal atau kelompok”. Fokus perilaku yang dikembangkan melalui pelayanan dasar menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Layanan dasar ini diperuntukan bagi semua siswa, dengan tujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
memajukan pertumbuhan pribadi
yang positif dan mendampingi siswa untuk memperoleh dan memanfaatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk peran hidup di masa yang akan datang.
b. Pelayanan Responsif Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:28) mengungkapkan pelayanan responsif merupakan “layanan bantuan bagi para siswa yan memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera. Pelayanan ini bersifat kuratif.
Strategi yang digunakan adalah konselin individual,
kelompok, dan konsultasi”.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
konseling
27
c. Pelayanan Perencanaan Individual Uman Suherman (2007:31)
mengemukakan pelayanan perencanaan
individual diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”.
d. Dukungan Sistem Thomas Ellis dalam Juntika Nurihsan (2006:34) mengemukakan pelayanan dukungan sistem adalah „kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara,
dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan profesional ; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan‟. Uman Suherman (2007:32) ketiga komponen struktur layanan yang telah dikemukakan merupakan pemberian pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan yang tidak langsung,
yang kegiatannya meliputi (1)
pemberian layanan,
dan
(2) kegiatan manajemen. 4. Langkah – langkah Penyusunan Program Bimbingan Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah, menurut Gysbers dan Henderson dalam Muro dan Kottman (1995:55-61) ada empat fase,
yaitu:
”perencanaan (planning),
perancangan (designing),
penerapan
(implementing), dan evaluasi (evaluating)”. Proses perencanaan program Bimbingan dan Konseling seharusnya dilakukan secara terbuka, dalam arti bukan hanya melibatkan personil bimbingan dan konseling saja, akan tetapi juga melibatkan orang-orang yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan. Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Gysbers dan Henderson dalam Muro dan Kottman (1995:56) mengemukakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh konselor dalam perencanaan program BK adalah membentuk komite yang representatif. Komite ini selanjutnya disebut dengan komite bimbingan dan konseling.
Tugas dari komite ini adalah merancang
(planning),
mengimplementasikan (implementing),
mendesain (designing),
dan
mengevaluasi (evaluation) program BK yang akan dilaksanakan. Komite ini terdiri dari orang tua, guru, pakar bimbingan, dan tentunya konselor sebagai pengatur dan konsultan komite. Tugas selanjutnya dari komite ini adalah menetapkan dasar penetapan proram. Mendefinisikan program secara operasional yan terdiri dari : (1) mengidentifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), (2) isi pokok program (tujuan dan ruang lingkup proram), (3) organisasi program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan). Juntika Nurihsan (2006:40) memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan dalam proses perencanaan, diantaranya : (1) analisis kebutuhan dan permasalahan siswa ; (2) penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicaapi ; (3) analisis situasi dan kondisi sekolah ; (4) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan ; (5) penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan ; (6) penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan ; (7) persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan ; (8) perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasinya.
D. Penelitian terdahulu yang Relevan tentang Keputusan Karir 1. Friedman (1991) Frideman pada athun 1991 melakukan studi terhadap 1843 remaja di Israel, mengenai jenis keputusan yang dihadapi remaja (kelas IX sampai kelas XI). Pengambilan keputusan tersebut berkaitan dengan memilih sekolah menengah lanjutan (kelas IX), memilih jurusan (kelas X), dan menentukan pilihan pekerjaan
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
dalam dunia militer (kelas XI). Hasil penelitiannya antara lain menyimpulkan bahwa masalah yan paling mendapat perhatian adalah masalah kependidikan (43% seputar pendidikan dan karir). Masalah yang paling serius dihadapi oleh siswa dari 43% masalah pendidikan dan karir adalah permasalahan dalam memilih jurusan (46%) dan memilih sekolah menengah (26%). Kesulitan yang dihadapi remaja dalam pembuatan keputusan,
membuat
mereka melimpahkan tanggung jawab pembuatan keputusan tersebut pada orang lain atau menunda dan bahkan menghindarinya,
yang pada akhirnya berujung pada
keputusan yang tidak optimal. Pembuatan keputusan yang dilakukan siswa dapat berpengaruh terhadap cara mereka menghadapi keputusan karir di masa depan. Artinya, stres atau tekanan selama proses pembuatan keputusan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari remaja. Bagi para remaja, kemampuan pembuatan keputusan sangatlah penting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
2. Itamar Gati dan Osipow (1996) Penelitian yang dilakukan oleh Gati mengenai kesulitan pembuatan keputusan terhadap 403 mahasiswa di Perguruan Tinggi Amerika,
menghasilkan beberapa
temuan penelitian, diantaranya dihasilkan taksonomi kesulitan pembuatan keputusan karir. Dalam proses pembuatan keputusan, adakalanya siswa menemukan hambatan atau kesulitan dalam menentukan pilihan. Taksonomi kesulitan daalm pembuatan keputusan karir yang dikembangkan oleh Gati et al pada tahun 1996, didasarkan pada teori keputusan karir yang sangatlah penting dalam memahami proses-proses pembuatan keputusan karir. Taksonomi Gati memiliki tiga kategori kesulitan besar yang dihadapi siswa dalam pembuatan keputusan karirnya, yang kemudian dibagi kedalam 10 kategori yang spesifik. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut. a. Kategori kurangnya kesiapan (Lack of Readiness). Kategori ini memiliki tia kategori kesulitan yang muncul sebelum proses pembuatan keputusan, yaitu : Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
(1) kurangnya motivasi untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan karir, (2) kebimbangan umum mengenai semua jenis keputusan, dan (3) kepercayaan yang salah, termasuk ekspektasi yang tidak logis terhadap proses pembuatan keputusan karir (misalnya, “saya yakin hanya ada satu jenis karir yang ideal untuk saya”). b. Kategori kurangnya informasi (Lack of Information),
termasuk kategori
kesulitan yang muncul dalam proses pembuatan keputusan yang sebenarnya. Kurangnya informasi meliputi empat kategori kesulitan,
yaitu :
(1)
kurangnya pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam prose pembuatan keputusan karir, (2) kurangnya informasi mengenai pemahaman diri, (3) kurangnya informasi tenatng berbagai alternative pekerjaan,
dan (4)
kurangnya informasi mengenai cara mendapatkan informasi tambahan. c. Kategori informasi yan tidak konsisten (Inconsistent Information), kategori ini mencakup tiga kategori kesulitan, sebagai berikut : (1) informasi yang tidak dapat dipercaya (unrealible information), yaitu kesulitan yang terkait denagn informasi yang bertentangan atau tidak dapat dipercaya (misalnya : siswa yang mempunyai rangking baik di kelas, tetapi memiliki nilai yang rendah), (2) konflik internal (internal conflicts), yaitu konflik dalam diri tiap individu, seperti pilihan yang bertentangan atau terlau banyak pilihan, dan (3) konflik eksternal (external conflicts),
yaitu konflik yang melibatkan
pengaruh faktor dari luar diri individu. Untuk menguji taksonomi teoritis yang diajukan,
Gati et al. (1996)
menyusun Kuesioner Kesulitan Pembuatan Keputusan Karir (CDDQ), dimana setiap kesulitan dalam 10 kategori diwakilkan sebuah pernyataan (misalnya : “biasanya saya menghindari komitmen”). Osipow dan Gati (1998) memeriksa konsep validitas CDDQ. Mereka menganalisa respon 403 mahasiswa di Perguruan Tinggi Amerika dan menguji hubungan empiris CDDQ denagn dua ukuran kesulitan pembuatan keputusan karir.
Dua ukuran tersebut adalah Skala Keputusan Karir (Career
Decision Scale, CDS ; Osipow, Carney, & Barak, 1976 ; Osipow & Winer, Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
1996), yang merupakan kuesioner tentang kebimbangan yang umum digunakan, Skala Keefektifan Diri dalam Pembuatan Keputusan Karir (Career Decision Making Self Efficacy Scale, CDMSE ; Taylor & Beltz, 1983), yang mencakup lima skala yang berbeda secara teori, dan sesuai dengan lima kompetensi pilihan karir yang disarankan Crites (1978). Seperti hipotesanya, Osipow dan Gati menemukan bahwa CDDQ memiliki korelasi positif dengan CDS dan memiliki korelasi negatif dengan CDMSE. Lebih lagi, nilai CDDQ menunujukan fakta bahwa siswa yang sudah memiliki keputusan menghadapi sedikit kesulitan dibandingkan dengan siswa yang belum menetapkan keputusan. Penelitian Lancaster, Rudolph, Perkins, dan Patten‟s (1999) mendukung validitas konsep CDDQ serta menunjukan adanya perbedaan total nilai CDDQ yang besar antara kelompok siswa yang sudah mengambil keputusan dan siswa yang belum mengambil keputusan.
Ananda Karina Prameswari,2013
Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu