12
BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR
A. Kematangan Karir Menurut teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 155), masa remaja memiliki kesiapan dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang tepat. Kesiapan individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir tersebut dikenal sebagai ”kematangan karir”. Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career maturity). Super (Salwa, 2008: 20) konsep kematangan karir menunjukkan tingkat perkembangan karir, tahap yang dicapai pada kontinum perkembangan karir dari tahap eksplorasi sampai tahap kemunduran. Kematangan karir dapat dipandang sebagai umur karir, yang secara konseptual sama dengan umur mental. Selain itu, kematangan karir juga merupakan konsep utama dari teori Super (Life Span Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan karir sebagai bagian dari perkembangan karir adalah proses yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karir dapat dilihat sebagai proses dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu, apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya. Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
13
Dillard (1985: 32) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap individu dalam membuat keputusan karir yang ditampakkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu. Supriatna (2009: 45) mengemukakan bahwa kematangan mempunyai arti kesiapan siswa untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat yang subtansinya mencakup dimensi kognitif dan non-kognitif. Dimensi kognitif terdiri dari aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (world-of-work information), (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang membuat keputusan (decision making). Dimensi non-kognitif terdiri atas (1) perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career exploration), dan (3) realisme keputusan karir (realism). Dimensi-dimensi tersebut oleh Super dinamakan Career Development Inventory (CDI). Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994: 18) menjelaskan bahwa kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun aktivitas perencanaan. Westbrook, dkk (1967: 5) mengemukakan bahwa konstruk kematangan karir mencakup dimensi-dimensi perilaku baik dimensi afektif maupun kognitif. Dimensi afektif terdiri dari variabel keterlibatan, orientasi, kemandirian dan minat. Sementara dimensi kognitif terdiri dari variabel kemampuan memecahkan masalah, perencanaan, pemilihan informasi pekerjaan, pemahaman diri dan kemampuan menetapkan tujuan.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
14
Crites (1981: 125) mengemukakan Inventori Kematangan Karir (Career Maturity Inventory/CMI) sebagai bagian dari studi longitudinal tentang kematangan karir. Inventori ini terdiri dari dua bagian, yakni dimensi sikap dan kompetensi. Skala sikap ditujukan untuk mengukur proses pilihan karir yang dipandang sebagai kecenderungan tanggapan disposisional bahwa individu terlibat secara utuh dalam suatu pembuatan keputusan. Lebih lanjut Crites menyebutkan bahwa dimensi sikap tersebut meliputi keterlibatan (involvement), kemandirian (independence), pengenalan (orientation), penentuan (desiveness), dan kompromi (compromise). Sedangkan dimensi kompetensi mengukur aspek pilihan karir yang sifatnya lebih kognitif, terdiri dari pengukuran diri (self-apraisal), informasi jabatan jabatan atau pekerjaan (problem-solving information), seleksi tujuan (goal setting), perencanaan (planning), dan pemecahan masalah (problem-solving). Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Crites, dapat disimpulkan kematangan karir mempunyai arti tingkat kesesuaian individu dengan pemilihan karir dalam mencapai tingkat tertentu sehingga individu mampu mengambil suatu keputusan
tentang
pemilihan
karir
yang
mencakup
dimensi-dimensi
pendukungnya. Dimensi itu terdiri dari dimensi sikap dan kompetensi. Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam lima komponen, yaitu: 1) Orientation to vocational choice, which deals with concern about career choice and using occupational nformation. 2) Information and planning about a prefererred occupation-that is, the spesific information that the individual has about the occupation he or she intend to enter.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
15
3) Consistency of vocational preference, concerned not only with stability of an occupational choice over time, but also with its consistency within occupational fields and levels. 4) Crystallization of traits, including seven indexes of attitudes toward work. 5) The wisdom of vocatonal preference, which refers to the relationship between choice and abilities, activities, and interest. Super (Sharf, 1992: 153) mendeskripsikan kematangan karir ke dalam lima komponen, yaitu: 1) orientasi pilihan karir, berhubungan dengan tingkat kepedulian yang ditampilkan oleh individu dalam masalah karir dan keefektifannya dalam mengolah sumber informasi yang valid dalam kaitannya dengan tugas pembuatan keputusan karir, 2) informasi dan perencanaan karir, berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu dengan pilihan karir, serta rencana pilihan karir yang lebih khusus, 3) konsistensi tentang pilihan karir, tidak hanya dikhususkan pada konsisten pilihan karir terakhir saja tetapi juga konsisten terhadap karir pada setiap tahapan, 4) kristalisasi sifat, mempunyai indikator minat karir dan kepeduliaan terhadap kompensasi karir, independensi karir, dan penerimaan tanggung jawab perencanaan karir dan 5) kebijaksanaan pilihan karir, menyangkut hubungan antara kemampuan dengan pilihan karir, minat dengan pilihan karir dan aktivitas dengan pilihan karir. Super (Winkel, 1997: 579) mengembangkan konsep kematangan karir yang menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Dengan kata lain, individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa kehidupan selanjutnya. Crites (Alvarez, 2008: 753) compares a person's maturity with others who Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
differ in age, but are in the same stage of maturity, for example, students in the exploratory stage (15-21 years). Definisi ini diartikan sebagai perbandingan kedewasaan seseorang dengan orang lain yang memiliki perbedaan usia, tetapi berada pada tahap kematangan yang sama, seperti siswa yang berada pada tahap eksplorasi. Alvarez et al (Alvarez, 2008: 753) mengungkapkan kematangan karir “as behaviors that a person manifest in the intent to carry out different career developmental task, appropriate to each stage of maturity”. Definisi ini menekankan bahwa kematangan karir sebagai perwujudan perilaku seseorang untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan kematangannya. Tabel 2.1 Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites Alvarez et al (Alvarez, 2008: 754) Super (1951, 1974)
1. Career planfulness: - Distant future - Intermediate future - Present
2. Career exploration: - Consultation - Resources - Participation 3. Information: - Education and instruction - Income requirements - Duties - Supply and demand - Conditions - Career advancement 4. Decision making:
Crites (1965, 1971) Degree of career development: 1. Consistency: - Field - Time - Level - Family - Independence 2. Realism: - Interest - Skills - Personality - Social class 3. Competencies: - Problem solving - Planning - Goal selection - Self-appraisal - Occupational information 4. Attitudes:
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
- Principles - Practice
-
Orientation Preferences Commitment Involvement
5. Reality orientation: - Self-knowledge - Realism - Consistency - Crystallization - Work experience
Setelah mencermati pemaparan dari beberapa ahli mengenai kematangan karir di atas, yang dimaksud dengan kematangan karir yaitu kesuksesan individu dalam menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan tertentu dan kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat. Beberapa
ahli
berpendapat
berbeda
mengenai
dimensi-dimensi
kematangan karir. Ada yang berpendapat bahwa dimensi kematangan karir meliputi dimensi kognitif dan non-kognitif seperti yang diungkapkan oleh Westbrook, dkk, serta dimensi sikap dan dan kompetensi (Crites). Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada dimensi sikap saja. Kematangan karir dalam aspek sikap dapat digambarkan dengan merespon pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dari indikator kematangan karir yaitu 1) komitmen siswa dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 2) keterlibatan siswa dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, 3) kemandirian dalam mengambil keputusan dan 4) penentuan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan yang diminati.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
B. Konsep Karir dan Perkembangan Karir 1.
Pengertian Karir Ketika berbicara mengenai karir, akan dikenal beberapa istilah seperti job,
employment dan occupation. Istilah karir tidak sama dengan ketiga istilah yang telah disebutkan tetapi karir mempunyai makna yang lebih luas. Kata employment dan job lebih terfokus pada seseorang yang sibuk mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan imbalan yang dapat dihitung secara ekonomis atas kompensasi dari usaha dan waktu serta pengorbanannya, tanpa merasa terlibat secara psikologis dalam pekerjaannya tersebut. Sedangkan occupation lebih terfokus pada individu yang merasa terlibat dan memperoleh kepuasan dalam pekerjaannya, karena adanya persiapan untuk memegang pekerjaan namun keterlibatannya masih terbatas pada jam-jam bekerja. Sedangkan karir lebih menekankan aspek bahwa seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (life style). Oleh karena itu, pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang daripada sekedar mendapat pekerjaan yang difatnya sementara waktu (Winkel, 1997: 571). Dillard (1985: 1) menyatakan bahwa job dapat diartikan sebagai pekerjaan yang tidak berkelanjutan. Job hanya menuntut kemampuan yang sangat minim dan tidak terlalu mensyaratkan untuk menempuh jenjang pendidikan tertentu. Berbeda dengan istilah karir yang yang memerlukan pelatihan, pendidikan, tertentu dan komitmen pada budaya pekerjaan. Karir merupakan kesuksesan pada apa yang telah dipilih oleh individu untuk melakukan pekerjaan dengan harapan
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
untuk mendapatkan keuntungan secara finansial dan juga memperoleh kebermaknaan dalam hidup. Super (Sharf, 1992: 122) karir dalam konteks life span merupakan perjalanan hidup yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud dapat diperoleh oleh individu melalui integrasi peran, adegan kehidupan dan peristiwa yang melibatkan pengambilan keputusan, gaya hidup, komitmen dan dedikasi serta persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa karir dalam perspektif life span lebih dari sekedar mengerjakan sesuatu atau untuk bekerja pada suatu tempat, namun karir merupakan hasil manifestasi dari kehidupan individu itu sendiri. Gysbers (Rahmi, 2009: 22) menyatakan bahwa istilah karir dewasa ini cenderung memperoleh pengertian yang lebih luas dan mendalam. Istilah karir tidak hanya menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi : (1) peranan hidup (life-role) misalnya selaku dalam siswa, anak dan warga masyarakat; (2) lingkup kehidupan (life-setting) seperti dalam keluarga, sekolah atau bermasyarakat; (3) peristiwa kehidupan (life-events) seperti keluar sekolah, masuk peguruan tinggi atau belajar bekerja, dan sebagainya. Murray (Supriatna, 2009: 8) mengartikan karir sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan, dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, cita-cita sebagai suatu rentang hidupnya sendiri (the span of one’s life).
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
Sementara itu, menurut Supriatna (2009: 10) karir didefinisikan sebagai perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya inner person. Perwujudan diri akan bermakna manakala ada kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karir dalam penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memilih, mengidentifikasi, mempertimbangkan dan melanjutkan studi serta pekerjaannya. kegiatan-kegiatan itu meliputi memahami diri, memilih program studi di sekolah (IPA, IPS atau Bahasa), merencanakan dan memilih kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus SMA. 2.
Perkembangan Karir Berikut ini akan dijelaskan teori mengenai perkembangan karir menurut
Ginzberg, Anne Roe dan Super. a. Teori Perkembangan Karir dari Ginzberg Ginzberg (Munandir, 1996: 90) membagi tahap perkembangan karir ke dalam tiga tahapan, yaitu (1) masa fantasi (mencakup usia sampai kira-kira sepuluh atau dua belas tahun), ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau khayalan; (2) masa rentatif (usia 11-18 tahun). Awalnya mempertimbangkan karir hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, kemudian minatnya berubah-ubah, anak mulai menanyakan kepda diri sendiri tentang kapasitas (kemampuan) melakukan suatu pekerjaan dan apakah kemampuan itu sesuai dengan minatnya. Tahap selanjutnya anak mulai menyadari bahwa pekerjaan ada
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
yang terkandung nilai-nilai baik, nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian anak memasuki masa transisi dimana anak mulai memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasitas, nilai); (3) masa realistik (usia 18 tahun), masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah, atau mulai bekerja. Anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atau pengalaman kerjanya, memasuki lagi dunia kerja atau melanjutkan pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap pekerjaannya mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas dan ia dapat mencapai keberhasilannya atau menemui kegagalan. Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi antara faktor minat, kemampuan dan nilai) (Munandir (1996: 92). b. Teori Pilihan Karir Anne Roe Anne Roe (Winkel, 1997: 576) menekankan unsur perkembangan dalam pilihan karir, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak kecil. Teori Roe memiliki tiga komponen penting, yaitu: pertama, pengalamanpengalaman pada masa anak-anak awal mungkin berhubungan dengan vokasional; kedua, pilihan vokasional dihubungkan dengan kebutuhan dasar individu sesuai teori Maslow; serta ketiga, adalah mengenai pengaruh genetik terhadap keputusan vokasional dan juga dalam perkembangan hirarki kebutuhan (Manrihu, 1992: 82).
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
c. Teori Super tentang Perkembangan Karier Super (Sharf, 1992: 121) mengemukakan Teori Life-Span tentang perkembangan karir pada masa remaja menggunakan dua konsep utama, yaitu life-role dan life-stage. Konsep peran-peran hidup (life roles) menggambarkan enam peran utama individu yaitu peran dalam keluarga (homemaker), pekerja (worker), warga negara (citizen), aktivitas di waktu luang (leisurite), siswa (student), dan anak (child). Teori Super didasari oleh pandangan konsep diri (self-concept) sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept). Ia berpendapat bahwa konsep diri dalam karir terbentuk setelah melalui beberapa tahap. Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 19) menyimpulkan tahap-tahap perkembangan karir terdiri atas lima tahap, yaitu: 1) Tahap pertumbuhan (growth), yaitu antara usia 0-14 tahun. Pada tahap ini anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri. Konsep diri dibangun melalui proses identifikasi terhadap figur kunci baik di keluarga maupun di sekolah. Sub-sub tahap pada tahap pertumbuhan, yaitu: Sub tahap fantasi : usia 4-10 tahun Sub tahap minat: usia 11-12 tahun Sub tahap kapasitas : usia 13-14 tahun 2) Tahap eksplorasi (exploration), yaitu antara usia 15-24 tahun. Pada tahap ini individu mulai menilai diri, mencoba peran, dan
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
mengekplorasi pekerjaan yang mungkin dimasuki setelah lulus sekolah, melakukan aktivitas di waktu luang, dan bahkan bekerja paruh waktu (part-time work). Sub-sub tahap pada tahap ekplorasi ialah: Sub tahap tentatif: usia 15-17 tahun. Pada masa ini kebutuhan, minat, kapasitas, nilai, dan kesempatan dipertimbangkan. Pilihan tentatif dicoba melalui diskusi, kursus, bekerja dan lain sebagainya. Sub tahap transisi:
usia 18-21 tahun. Pertimbangan nyata mulai
dilakukan dengan memasuki pekerjaan atau mengikuti pelatihan profesional. Sub tahap percobaan-sedikit komitmen: usia 22-24 tahun. Mulai memegang satu peran pekerjaan. 3)
Tahap pembinaan (maintenance), yaitu antara usia 45 sampai 64 tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai dewasa untuk menyesuaikan diri dan menghayati terhadap jabatannya.
4)
Tahap kemunduran (decline), yaitu usia 65 tahun ke atas. Pada tahap ini individu mulai memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan masa jabatannya.
Apabila dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan, maka remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap ini faktor-faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilainilai dan kesempatan.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut: 1) Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. 2) Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja. 3) Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan. 4) Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya (Supriatna, 2009: 22). Selanjutnya, Jordaan (Yusuf, 2006: 26) mengemukakan tugas-tugas perkembangan karir remaja tahap eksplorasi sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tugas Perkembangan Karir Remaja Tahap Eksplorasi Aspek Pengetahuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Profil Perilaku Mengetahui program / tujuan sekolah Mengetahui persyaratan/ tuntutan pekerjaan yang diminati Mengetahui gaji dari pekerjaan yang diminati Mengetahui tingkat kepuasan para pekerja dalam bidang pekerjaan yang diminati Mengetahui proses kenaikan pangkat dalam pekerjaan yang diminati Mengetahui tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan Mengetahui keterampilan atau keahlian yang dituntut / diperlukan
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
Mencari informasi
Sikap
Perencanaan keputusan
dan
Keterampilan karir
pengambilan
8. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam program studinya 9. Mengetahui karakteristik pribadinya secara akurat 10. Mengetahui tentang cara-cara memperoleh pekerjaan yang diminati 1. Membaca buku bahan-bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan informasi pekerjaan 2. Mendiskusikan pilihan-pilihan karir, baik dengan orang tua, guru maupun guru pembimbing 3. Berdiskusi dengan orang-orang yang berpengalaman dalam pekerjaan yang diminati 4. Mengikuti kursus yang mendukung pekerjaan yang diminati 1. Meyakini bahwa ia harus mengambil keputusan sendiri meskipun masih memerlukan nasihat orang lain 2. Mempercayai akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam merencanakan dan memecahkan masalah 3. Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi 4. Meyakini bahwa memecahkan masalah sekolah dan perkerjaan merupakan tanggungjawab sendiri 1. Mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang beragam 2. Mampu mempertimbangkan berapa lama menyelesaikan sekolah 3. Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah 4. Dapat memilih program studi yang sesuai dengan minat/kemampuannya 5. Dapat mengambil keputusan di tempat mana akan bekerja 1. Dapat menggunakan sumber-sumber informasi tentang karir 2. Dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan 3. Dapat meningkatkan perolehan keterampilan akademik/non-akademik 4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk meningkatkan keterampilan 5. Dapat mengelola waktu secara efektif 6. Dapat mengomentari ke-sahih-an data tentang dirinya
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
7. Dapat melakukan kebiasaan bekerja yang efektif, seperti bekerja sama dengan orang lain
Super (Santrock, 1996: 484) mengemukakan bahwa perkembangan karir terdiri dari lima fase berbeda, yaitu (1) fase kristalisasi berkembang sekitar usia 14-18 tahun, individu membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada, (2) fase spesifikasi berkembang sekitar usia 18-22 tahun, individu sudah mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku diri agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu, (3) fase implementasi berkembang sekitar usia 21-24 tahun, individu sudah menyelesaikan masa sekolah atau pelatihannya dan menapaki dunia kerja, (4) fase stabilisasi berkembang sekitar usia 25-35, pada tahap ini pengambilan keputusan karir tertentu dilakukan, dan (5) fase konsolidasi berkembang setelah usia 35 tahun, individu akan memajukan karir dan akan mencapai posisi yang lebih tinggi. Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super, usia remaja (siswa SMA) berada pada fase kristialisasi, yaitu masa penggalian karir yang ditandai dengan tahapan crystallizing; penentuan pilihan karir dan spesifikasi karir. Pada masa ini terjadi transisi dalam perkembangan karir. Setelah mencermati penjelasan dari beberapa ahli mengenai perkembangan karir, maka perkembangan karir dalam penelitian ini mengacu pada konsep perkembangan karir menurut Super dan Jordaan. Dilihat dari perkembangan karir menurut Super dan Jordaan (Dillard, 1985: 20) remaja dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah masuk tahap eksplorasi pada tingkat
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
tentatif. Pada tahap ini masa remaja sudah mampu memfokuskan minat, nilai-nilai dan kapasitas dirinya dalam mengambil keputusan secara tepat, jelas dan terarah. 5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir Menurut Winkel (1997: 592), terdapat interaksi faktor-faktor internal dan eksternal pada individu, yang berpengaruh terhadap perkembangan karier. a. Faktor Internal Faktor-faktor internal terdiri atas: 1. nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar oleh seseorang di mana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan
gaya
hidup
seseorang.
Namun,
belum
dapat
ditunjukkan kaitan langsung antara nilai-nilai kehidupan yang dianut seseorang dan aneka bidang pekerjaan; 2. taraf inteligensi, yaitu kemampuan berpikir untuk mencapai prestasi-prestasi; 3. bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian; 4. minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu;
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
5. sifat-sifat,
yaitu
ciri-ciri
kepribadian
yang
bersama-sama
memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh; 6. pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat; dan 7. keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin. b. Faktor Eksternal Faktor–faktor eksternal, terdiri atas: 1.
masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan;
2.
keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain;
3.
status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa;
4.
pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti (genogram);
5.
pendidikan
sekolah,
yaitu
pandangan
dan
sikap
yang
dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan; 6.
pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari; dan
7.
tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.
C. Konsep Bimbingan Karir 1.
Definisi Bimbingan Karir Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Bimbingan dan konseling dilaksanakan sebagai upaya bantuan kepada siswa agar berkembang secara optimal, dapat menyesuaikan diri, dan dapat mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannya. Layanan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan belajar, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan keluarga. Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Kartadinata dkk, 2007: 13). Solehuddin (2008: 13) sesuai dengan hakikat dan bidang garapannya, tujuan bimbingan di SMA dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) siswa memahami dan menghargai dirinya, khususnya berkenaan dengan potensi dan nilai-nilai yang dimilikinya, serta memahami dan menghargai orang lain; 2) siswa memahamai keadaan lingkungannya, terutama tuntutan-tuntutan dan kesempatan-kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang relevan dengan bidang karir yang dicitacitakannya; 3) siswa memahami dan dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan yang dialaminya (atau mungkin dialaminya), terutama berkenaan program pendidikan yang ditempuh dan rencana karir yang dicita-citakannya; 4) siswa menguasai cara-cara belajar yang baik, cara bergaul yang sehat, serta cara memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang efektif; 5) siswa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi diri dan lingkungannya, khususnya dengan tuntutan program sekolah dalam batas-batas potensi diri yang dimilikinya; 6) siswa dapat merencanakan masa depannya secara tepat dan bertanggung jawab serta memahami hubungan antara upaya-upaya yang ditempuhnya saat ini dengan kemungkinan pencapaian cita-cita karir yang direncanakannya. Bimbingan karir merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan konseling dapat digambarkan pada Bagan 2.1
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
Bimbingan belajar
Bimbingan pribadi sosial Bimbingan dan Konseling
Perkembangan peserta didik Bimbingan karir
Bimbingan keluarga
Bagan 2.1 Ragam Layanan Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan gambar di atas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan bagian dari bimbingan dan konseling di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian bimbingan karir menurut para ahli. Yusuf dan Nurihsan (2006: 11) menyebutkan bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugastugas kerja, lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Gani (1986:11) mengemukakan bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk
menentukan plihannya, dan mengambil
suatu keputusan bahwa
keputusannya tersebut adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang dipilihnya. Supriatna (2009: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Selanjutnya Winkel (1997: 139) menyatakan bahwa bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Menurut Surya (Supriatna, 2009: 11) tujuan bimbingan karir yaitu agar siswa dapat mencapai kompetensi dalam hal pemahaman informasi pendidikan, pengenalan dunia kerja, orientasi dan informasi jabatan serta usaha, dan pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan jabatan serta arah pengembangan karir. Bimbingan karir tidak diarahkan semata-mata untuk memilih dan menentukan jenis pekerjaan, namun mencakup berbagai peran individu dalam kehidupan pada setiap tahap perkembangannya. Muslihudin, dkk (Sudrajat, 2008: 2) mengemukakan bahwa bidang bimbingan karir diarahkan untuk:
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan. 2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang hendak dikembangkan khususnya. 3. Orientasi dan informasi karir terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA. 5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan. 6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum SMK yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah proses bantuan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing kepada siswa agar siswa mampu memahami diri, mengenal dunia kerja, merencanakan
masa
depan
dan
menentukan
keputusan
dengan
mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya. 2.
Tujuan Bimbingan Karir Tujuan bimbingan karir di sekolah menurut para ahli sebagai berikut.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
Kartadinata, dkk (2007: 13) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan pada umumnya ialah agar siswa dapat : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Gani (1986: 12) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir agar para siswa: 1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat, sikap dan kecakapan. 2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu pekerjaan. 3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dan minatnya. 4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya siswa dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap pekerjaan. 5. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada masyarakat. 6. Menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan lingkungannya, dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Sementara itu, Yusuf (2006: 43) mengemukakan tujuan bimbingan karir sebagai berikut:
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. 2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama. 3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan masyarakat. 4. Memiliki kemampuan dan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-ekgiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. 6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan bimbingan karir tersirat bahwa bimbingan karir dilaksanakan kepada seluruh siswa agar mampu memahami diri, Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan menentukan keputusan dengan mempertimbangkan keadaan diri dan lingkungannya. 3.
Kegiatan Bimbingan Karir Supriatna (2009: 55) dan Winkel (1997: 636) mengemukakan bahwa ada
banyak kegiatan bimbingan karir di sekolah, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa mampu memahami diri, menentukan keputusan dalam memilih jurusan/prodi yang sesuai dengan kemampuan dan memilih bidang pekerjaan sesuai dengan kemampuan; dan pengenalan dunia kerja. Kegiatan itu diantaranya: 1.
Menyelenggarakan bursa kerja Kegiatan bursa kerja merupakan pemberian informasi mengenai peluangpeluang karir yang dapat dipilih oleh siswa. Peluang karir ini contohnya informasi mengenai jenis pekerjaan, cara melamar pekerjaan, persyaratan dalam memasuki pekerjaan.
2.
Mengadakan hari karir (career days) Melalui kegiatan career days ini siswa diharapkan dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap dan dapat memahami tentang hal-hal yang menyangkut pekerjaan dan penghayatan suatu jabatan/pekerjaan. Pada kegiatan career days ini juga didatangkan narasumber atau ahli dari berbagai pilihan karir tertentu. Para siswa dapat berkonsultasi mengenai peluang karir yang bisa dipilihnya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.
Kunjungan karir Kunjungan karir merupakan salah satu kegiatan untuk membuka peluang dan mengeksplorasi bidang karir tertentu secara mendalam. Fasilitator
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
dalam kegiatan ini bisa guru atau pemandu kunjungan karir yang menentukan lembaga atau instansi yang akan dikunjungi. Kemudian, guru atau pemandu kunjungan karir menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai dengan syarat-syarat dan peluang karir di masa yang akan datang. Selanjutnya diadakan diskusi antara siswa dan lembaga yang dikunjungi tadi. 4.
Program Bimbingan Karir Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah bergantung kepada
bagaimana layanan tersebut dipersiapkan dan dilaksanakan secara sistematis, terarah dan terpadu. Bimbingan karir merupakan bagian integral dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Agar layanan bimbingan karir berjalan efektif maka perlu adanya suatu program. Menurut Suherman (2007:59) mengemukakan bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Program bimbingan dan konseling sekolah yang komperhensif di dalamnya akan tergambar visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan, strategi, personel, fasilitas dan rencana evaluasinya. Dengan demikian program bimbingan dan konseling yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program, sistem manajemen dan sistem pertanggungjawabannya.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
Selain itu, program bimbingan dan konseling di sekolah dirancang untuk menjamin semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat program itu. Sehingga kenyataan yang sering muncul, yaitu aktivitas konselor sekolah yang menghabiskan banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan sebagian kecil siswa (secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi rendah dan bermasalah) tidak terjadi lagi. Dengan demikian, secara mendasar program dan bimbingan di sekolah di rekomendasikan sebagai upaya pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program tersebut. Winkel (1997: 143) mengemukakan program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Kartadinata, dkk (2007: 36) menyebutkan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan aspek ini meliputi (1) asesmen lingkungan yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor dan kebijakan pimpinan sekolah ; (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspekaspek kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, oleh raga, seni dan keagamaan), masalah-masalah yang
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
39
dialami, dan kepribadian, dan tugas-tugas perkembangan, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Sejalan dengan pendapat dari berbagai ahli, Munandir (1996: 249) menyebutkan bahwa ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan program bimbingan karir, pertama program harus bertolak dari kebutuhan dan kedua program merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir terutama menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan dan pemecahan masalah karir. Analisis kebutuhan siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen dari jenis laporan diri. Informasi yang didapat dari analisis kebutuhan siswa yaitu : 1) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki: a. bahan informasi pekerjaan dan bantuan yang berkenaan dengan informasi itu b. bantuan untuk memilih, menyiapkan diri, dan mendapatkan pekerjaan untuk hidup kelak. c. bantuan untuk mengatasi masalah atau kerisauan umum pekerjaan d. bantuan untuk mengenali sifat ciri pribadi e. bantuan untuk melihat hubungan sifat, ciri dan kemampuan diri dengan pekerjaan pada umumnya, khususnya pekerjaan yang dipilih atau yang sedang dipertimbangkannya
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
f. bantuan
untuk
menguasai
keterampilan
memecahkan
masalah,
menyusun rencana, dan mengambil keputusan g. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus lain 2) Menyangkut pekerjaan, seperti apakah siswa menghendaki: a. bahan informasi atau bantuan untuk memilih jurusan atau program studi b. bahan informasi dan bantuan untuk menentukan apakah akan meneruskan pendidikan c. bahan informasi dan bantuan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler atau program muatan lokal d. bantuan untuk mempelajari pelajaran yang sulit e. bantuan untuk melihat hubungan pelajaran dengan pekerjaan pada umumnya, khususnya yang dipilih atau dipertimbangkan f. bantuan untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan khusus pelajaran g. bahan informasi atau bantuan untuk mengembangkan minat khusus, hobi, rekreasi, dan pengisi waktu luang (Munandir, 1996: 250). Adapun struktur program yang dikembangkan terdiri dari rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan tema/topik, media dan alat pendukung serta tahapan atau langkah implementasi program sebagai upaya mengembangkan kematangan karir siswa.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. M. Yunan Rauf (2006) Dalam penelitian Rauf (2006) yang berjudul Program Bimbingan untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA program IPA dan IPS di Pekanbaru menunjukkan bahwa gambaran umum tentang kematangan karir siswa di beberapa SMA Negeri di Pekanbaru yaitu kategori matang (28,57%), kurang matang (39,52%) dan tidak matang (11,90%), sedangkan pada program IPA : matang (25,83%), kurang matang (48,33%) dan tidak matang (25,83%), program IPS : matang 18,10%), kurang matang (54,31%) dan tidak matang (27,59%). Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan aspek dan indikator yang serupa dengan yang diungkapkan Crites dalam CMI (Career Maturity Inventory) yaitu aspek sikap dan kompetensi. Aspek sikap diikuti dengan lima indikator; a) keterlibatan siswa; b) kemandirian siswa; c) orientasi siawa; d) komromi siswa dan; e) keputusan karir siswa, sedangkan pada aspek kompetensi adalah a) pengukuran diri; b) informasi jabatan dan pekerjaan; c) seleksi tujuan perencanaan; d) perencanaan pekerjaan; dan e) pemecahan masalah. 2. Trya Achdisty Oktaviana (2008)
Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian besar sampel yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang) yaitu sebesar 84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang sangat tinggi (sangat matang), dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang (cukup matang). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang).
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa kelas XII program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri se-Kota Bandung telah memiliki tingkat kematangan karir yang tinggi (matang). Namun, pencapaian siswa tiap aspek beragam, hal ini menunjukkan siswa tersebut masih memiliki tingkat konsistensi pilihan karir yang cenderung berubah-ubah. Aspek dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut : a.
Keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas perencanaan karir, yaitu dengan 1) mengetahui wawasan dan persiapan karir; 2) memahami pertimbangan alternatif pilihan karir; dan 3) memiliki perencanaan karir di masa depan.
b.
Adanya keinginan untuk menggali dan mendapatkan informasi karir, yaitu keinginan individu untuk mengumpulkan seluruh informasi karir dan memanfaatkan sumber-sumber tersebut untuk dapat menggali informasi tentang karir.
c.
Memiliki pengetahuan tentang membuat keputusan yang memadai yaitu dengan menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan karir yang tepat.
d.
Memiliki pengetahuan tentang beberapa informasi pekerjaan dan dunia kerja yang ditandai oleh 1) pengetahuan tentang cara dan persyaratan memasuki dunia kerja; 2) berkaitan dengan pengetahuan tentang informasi pengahasilan dan situasi yang sering terfadi dalam dunia kerja; 3) pengetahuan mengenai cara meraih sukses dalam berkarir.
3. Iis Lathifah Nuryanto (2010) Hasil penelitian Nuryanto (2010) menujukkan sebagian besar sampel yang
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
mencapai tingkat kematangan karir dalam kategori sedang yaitu sebesar 91,32%, kategori tinggi 5,26% dan rendah sebesar 3,42%. Persentase ini menunjukan bahwa kematangan karir siswa SMK Negeri 1 Cimahi secara keseluruhan cenderung homogen, artinya secara umum dapat dikatakan mayoritas siswa SMK Negeri 1 Cimahi memiliki kematangan karir sedang. Indikator yang diungkap dalam dalam penelitian ini yaitu keterlibatan siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kemandirian siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, orientasi siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, kompromi siswa dalam pemilihan dan menentukan pekerjaan yang diminati, dan penentuan keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa. Terdapat perbedaan capaian pada setiap indikator dan sub indikator dari keterlibatan pembicaraan pekerjaan, kemandirian menentukan pilihan pekerjaan, orientasi diri terhadap pekerjaan, kompromi siswa memilih pekerjaan dan penentuan keputusan pekerjaan yang berpengaruh pada keputusan karirnya di masa yang akan datang. 4. Marina Purnamasari (2012)
Hasil penelitian Marina Purnamasari (2012) menunjukkan bahwa Secara umum Santri Pondok Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012 memiliki tingkat kematangan karir pada kategori sedang yaitu 73,9%. Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan dimensi sikap dan kompetensi. Berdasarkan kedua dimensi tersebut, rata-rata persentase masing-
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
masing dimensi sikap mencapai 61.6%, sedangkan dimensi kompetensi mencapai tingkat pencapaian dengan persentase 56.6%. Dimensi dan indikator yang diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Dimensi sikap meliputi (1) keterlibatan dalam proses pemilihan karir; (2) orientasi terhadap pekerjaan; (3) kemandirian dalam pengambilan keputusan; (4) faktor pemilihan karir; dan (5) konsep pemilihan karir. b. Dimensi kompetensi meliputi (1) penilaian diri; (2) informasi pekerjaan; (3) seleksi tujuan; (4) perencanaan karir; dan (5) pemecahan masalah karir.
Erni Nur Syamsiah, 2012 Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu