ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO
Oleh Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji
ABSTRAK
Musik bambu desa Londoun dilatar belakangi oleh fenomena masyarakat yang menghadirkan musik bambu pada kegiatan-kegiatan tradisi bagi masyarakat yang beragama Kristen Protestan di desa Londoun kecamatan Popayato Timur kabupaten Pohuwato. Permasalahan yang dikaji yaitu organologi musik bambu yang ada di Gereja Protestan desa Londoun, dengan tujuan untuk mengetahui organologi, serta persamaan dan perbedaan musik bambu yang ada di gereja Protestan desa Londoun. Terdapat dua bentuk instrumen yang berbeda yaitu instrumen musik bambu lama yang bentuknya menyerupai senjata meriam atau rudal seperti instrumen bass, bambu tengah, saxophone dan instrumen re-mi-fa. Sedangkan untuk instrumen bambu baru bentuknya menyerupai terompet seperti instrumen bass, instrumen re-mi-fa tinggi, instrumen re-mi-fa rendah, instrumen bambu tengah, instrumen saxophone, instrumen si-do, instrumen klarinet, instrumen solla tinggi, instrumen sol-la rendah, instrumen suling kecil dan instrumen suling besar. Bentuk musik bambu merupakan instrumen yang terdiri dari ansambel musik tiup yang dipertunjukan pada saat ibadah di Gereja Protestan setiap minggu. Selain dipertunjukan di Gereja, musik bambu juga dilakukan pada saat acara pernikahan dan ulang tahun desa yang diadakan setahun sekali bagi masyarakat desa Londoun kecamatan Popayato Timur kabupaten Pohuwato.
Kata kunci : Organologi, Musik Bambu.
0
I
Desa Londoun adalah satu-satunya desa yang memiliki instrumen musik bambu di kecamatan Popayato Timur, kabupaten Pohuwato. Instrumen musik bambu ini didirikan sejak tahun 1990 oleh masyarakat desa Londoun yang dijadikan sebagai ansambel tiup untuk mengiringi lagu-lagu sebagai puji-pujian yang dinyanyikan dalam bentuk paduan suara dengan menggunakan syair lagu rohani, sebagai permohonan do’a pada saat melaksanakan ibadah di gereja Bethel, bagi masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan. Sekitar tahun 2008, bentuk instrumen musik bambu di desa Londoun telah berubah, hal ini dikarenakan adanya instrumen musik bambu baru yang berasal dari Sangihe masuk di desa Londoun. Kedua instrumen ini masing-masing memiliki persamaan dan juga perbedaan, persamaannya terdapat pada bahan yang digunakan terbuat dari bambu, bambu yang digunakan pada instrumen musik bambu Londoun menggunakan bambu air dan instrumen musik bambu Sangihe menggunakan bambu Cina yang memiliki corak berwarna coklat. Sedangkan perbedaanya terdapat pada bentuk instrumen itu sendiri. Bentuk instrumen musik bambu yang ada di desa Londoun menyerupai senjata meriam/rudal, sedangkan instrumen berasal dari Sangihe menyerupai terompet yang pada bagian ujung instrumen terbuka seperti sebuah corong dan nada yang dihasilkan instrumen ini mendekati nada instrumen Barat pada umumnya. Hal inilah yang menarik untuk mengkaji kedua instrumen musik bambu dengan judul: Organologi Musik Bambu Di Desa Londoun Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuwato.
II Klasifikasi Musik Bambu Pengklasifikasian terhadap instrumen musik tentunya sangat penting, karena dengan mengklasifikasikannya sumber penghasil bunyi dari instrumen tersebut dapat diketahui. Dalam instrumen musik bambu, penulis mengacu pada pendapat yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Eric M. Von Horn Bostel, 1
dalam Tulus (2005:62) mengenai pembagian klasifikasi alat musik yang berdasarkan pada sumber bunyi, yang dibagi lagi berdasarkan pada bentuk dan jenisnya. Menurut klasifikasinya alat musik terbagi atas lima kelompok, yaitu Aerophone, Moembranophone, Idiophone, Cordophone, dan Elektrophone. Hal tersebut dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel dalam Plowery (2008:12). Lebih lanjut di jelaskan oleh Marzam (1996:18-19) bahwa: a) Idiophone, alat musik yang badan alat musik sendiri yang merupakan sumber bunyinya. Misalnya, instrumen musik talempong, gong, saron, silofon (xylophone). b) Membranophone, alat musik yang sumber suaranya adalah selaput tipis atau kulit. Misalnya, rebana, gandang, bongo, timpani dan instrumen musik sejenisnya. c) Aerophone, alat musik yang memeiliki prinsip kerja hembusan udara. Misalnya, saluang, seruling, pupuik batang padi,
dan instrumen sejenisnya. d)
Chordophone, senar yang di tegangkan sebagai sumber bunyi. Misalya, kecapi, harpa, cello, biola dan sejenisnya. e) Elektrophone alat musik yang ragam bunyi atau penguat bunyinya di bantu atau disebabkan adanya daya listrik (elektrik). Misalnya, gitar listrik, organ, dan sebagainya. Instrumen musik bambu di desa Londoun termasuk dalam kategori alat musik aerofon yang sumber suaranya berasal dari udara yang digetarkan. Instrumen ini mempunyai corong untuk mengeluarkan suara yang bagian dinding dalamnya dilapisi dengan lem. Bentuk pada bagian ujungnya terbuka dan membentuk lingkaran menyerupai corong.
2
Bagian-Bagian Instrumen Musik Bambu Pengait pada bagian leher
Lubang Nada
Tiang penehan pada leher musik bambu
Penahan
Tabung resonator (tabung udara)
Lubang tiup
Corong
Gambar 1 Instrumen Bass (Foto Sahrul Latapeng, Oktober 2012)
3
Proses Pembuatan Musik Bambu a.
Penebangan Menurut Sang Sumombo, penebangan pohon bambu sebaiknya dilakukan
pada musim panas (kemarau) yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juni, selain jangka waktu yang telah disebutkan batang bambu dapat pula ditebang sampai bulan September. Biasanya pada rentang waktu tersebut, zat gula yang terdapat pada sari bambu tersebut sangat sedikit dan pada saat itu juga batang bambu mengeluarkan zat yang tidak disukai hama (sejenis binatang kecil). Untuk menebang batang bambu, bambu dipotong sekitar 15-30 cm di atas permukaan tanah, yaitu di atas bagian ruas (buku-buku) batang bambu supaya air yang terdapat pada batang bambu tidak berkumpul pada tinggi ruas yang terbuka, karena akan merusak akar pada bambu itu sendiri. Di tempat ruas tidak boleh ada yang pecah dan pada saat penebangan tentunya menggunakan parang. Bambu yang akan digunakan untuk membuat alat musik ini yaitu bambu cina, karena bambu cina termasuk bambu yang kuat dan tahan lama serta pertumbuhannya terdapat di dalam hutan yang tempatnya tidak jauh dari mata air. b.
Pengeringan/Penirisan Pada proses pengeringan/penirisan ini tidak membutuhkan waktu yang
lama, bambu yang baru saja ditebang disandarkan dengan posisi miring di tempat yang teduh atau di bawah pohon. Batang bambu disandarkan dengan posisi terbalik, Pangkal batang diletakkan di atas dan bagian ujung diletakkan di bawah (di tanah). Hal ini bertujuan agar air yang terdapat pada batang bambu lebih mudah lebih cepat mengalir ke bagian bawah karena semakin keujung batang, lubang pori-pori batang semakin lebar. Pada bagian bawah bambu diberi pengalas agar supaya batang bambu tidak langsung bersentuhan dengan tanah untuk menghindari hama (sejenis binatang kecil). c.
Perendaman Setelah kering, batang bambu diambil dari tempat pengeringan dan
langsung diikuti dengan proses perendaman. Batang-batang bambu ini direndam dalam air yang telah disiapkan, semakin lama proses perendaman maka semakin
4
kuat pula daya tahan pada batang bambu. Proses perendaman ini dilakukan selama 15-30 hari. Setelah itu, masuk dalam pengeringan kembali. d.
Pengeringan Kembali Proses pengeringan kembali bagi masyarakat desa Londoun yaitu dengan
cara mengeluarkan bambu dari air kemudian dilap dengan menggunakan kain. Setelah kering batang bambu dipotong sesuai panjang ruasnya, kemudian dikeringkan atau dijemur di tempat yang telah disediakan yaitu pada bagian belakang rumah (dapur), tempat penjemuran ini diletakkan pada bagian atas (langit-langit) rumah tepatnya di bawah seng, sementara pada bagian bawah terdapat tungku tempat untuk memasak. Penjemuran ini bertujuan agar bambu tersebut tidak langsung terkena sinar matahari, tetapi melalui suhu panas yang berasal dari seng pada saat seng terkena sinar matahari. Selain suhu panas yang diberikan oleh seng, pengeringan ini juga menggunakan asap yang berasal dari tungku pada saat memasak. Asap ini berguna untuk menghilangkan hama (sejenis binatang kecil) serta mengangkat zat air yang terdapat pada sari batang pohon bambu setelah proses perendaman sebelumnya. Proses penjemuran ini biasanya dilakukan ± selama 1 – 2 bulan. e.
Pengawetan Setelah selesai pengeringan bambu diambil kembali dari tempat
pengeringan (langit-langit rumah), kemudian dibersihkan atau dilap dengan menggunakan kain untuk mengeluarkan arang yang ada pada badan bambu, setelah bambu sudah bersih masuk pada proses pengawetan. Pengawetan merupakan hal yang sangat diperhatikan Sang Sumombo sebagai seorang pembuat instrumen ini. Pengawetan ini sangatlah penting, sebab sangat mendukung daya tahan dan mutu instrumen musik bambu itu sendiri. f.
Peralatan Berikut ini bahan-bahan maupun alat-alat beserta fungsinya yang
digunakan untuk membuat instrumen musik bambu yaitu sebagai berikut: a) Parang panjang
d) Lem
b) Pisau
e) Minyak tanah
c) Gergaji potong
f) Kanver (kapur barus) 5
Organologi Musik Bambu di Desa Londoun Data-data yang diperoleh mengenai musik bambu baru di sanggar seni Nafiri di desa Londoun, telah memenuhi tujuan di bidang organologi musik. Analisis instrument musik bambu
tersebut dilakukan dengan cara mengatur,
membagi mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikannya berdasarkan nada yang dihasilkan setiap instrumen dan oktaf yang dicapai. Berikut adalah nama-nama instrumen musik bambu serta teknik memainkannya: 1.
Instrumen Bass Instrumen bas berjumlah dua buah, instrumen ini berfungsi untuk
mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Instrumen ini juga berfungsi sebagai pemegang ketukan tempo di setiap lagu yang akan dinyanyikan. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen bas yaitu kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada. Nada mi posisi telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada sol kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka). 2.
Instrumen Re – Mi – Fa Rendah Instrumen Re – Mi – Fa Rendah berjumlah dua buah, yang berfungsi
sebagai pengiring dan pemegang ritme pada lagu. Re-mi-fa rendah tentunya memiliki tiga lubang nada, dan nada yang dihasilkan yaitu nada re–mi–fa–sol. Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (re) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (mi) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (fa) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (sol) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup). 3.
Instrumen Re – Mi – Fa Tinggi Instrumen Re – Mi – Fa Tinggi berjumlah tiga buah. Fungsi instrumen ini
sama halnya pada instrumen yang sudah dijelaskan sebelumnya. Instrumen re-mifa tinggi, memiliki 4 lubang nada yaitu nada re–mi–fa–sol–la, dan juga ukuran dari istrumen ini sedikit lebih kecil dari instrumen re-mi-fa rendah.
6
Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (re) pada saat ditiup, 4 jari menutupi lubang nada yaitu jari kecil, manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (mi) jari kecil diangkat (satu lubang nada terbuka dan tiga lubang nada masih tertutup), nada (fa) jari kecil, dan jari manis diangkat (dua lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), untuk nada (sol) ketiga jari tersebut diangkat yaitu jari kecil, manis, dan jari tengah, sementara jari telunjuk masih menutupi lubang, (ketiga lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), dan untuk nada (la) semua jari diangkat (semua lubang nada terbuka atau tidak ada yang tertutup). 4.
Instrumen Si – Do Instrumen si – do berjumlah tiga buah. Fungsi instrumen si-do sama
halnya dengan fungsi instrumen bas, tetapi instrumen ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari instrumen bas. Si – Do memiliki 2 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu nada la – si – do. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen si-do yaitu nada (la) pada saat ditiup, kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada, untuk nada (si) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada (do) kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka). 5.
Instrumen Bambu Tengah Instrumen bambu tengah berjumlah dua buah, instrumen ini berbeda
dengan instrumen sebelumnya, karena instrumen ini hanya memiliki satu lubang nada yang terdapat pada bagian sebelah kiri. Nada yang dihasilkan instrumen bambu tengah yaitu nada Do dan nada Sol. Bambu tengah berfungsi sebagai pemegang tempo pada setiap lagu yang akan dinyanyikan, agar nada yang terdengar semakin harmonis. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen bambu tengah yaitu, nada (do) pada saat ditiup, telapak tangan kiri menutupi lubang nada, untuk nada (sol) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada tidak ditutup atau terbuka).
7
6.
Instrumen Saxophone Instrumen saxophone berjumlah dua buah, yang berfungsi sebagai
pemegang tempo pada setiap lagu yang akan dinyanyikan. Instrumen saxophone memiliki bentuk yang unik, karena instrumen ini memiliki leher seperti ular kobra. Saxophone memiliki dua lubang nada yang terdapat pada bagian kiri dan kanan yang terdapat pada bagian bawah instrumen itu sendiri, serta nada yang dihasilkan instrumen musik bambu saxophone yaitu Re-Fa-La. Posisi telapak tangan ketika memainkan instrumen saxophone yaitu nada (re) pada saat ditiup, kedua telapak tangan menutupi kedua lubang nada, untuk nada (fa) telapak tangan sebelah kiri terbuka (lubang nada sebelah kiri tidak ditutup), begitupun nada (la) kedua telapak tangan terbuka (kedua lubang nada tidak ditutup atau terbuka). 7.
Instrumen Klarinet Instrumen klarinet berjumlah 1 buah. Instrumen klarinet berfungsi sebagai
melodi pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Dikatakan melodi karena, instrumen ini dimainkan sebelum lagu dinyanyikan, pada saat lagu mulai dinyanyikan, dan sampai dengan berakhirnya lagu itu sendiri. Untuk memainkan instrumen ini tentunya memiliki musikalitas dan pernafasan yang baik, instrumen ini memiliki 6 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu Do-Re-Mi-Fa-Sol-LaSi-Do tinggi. 8.
Instrumen Sol – La Tinggi Instrumen Sol – La Tinggi berjumlah empat buah. Sol – La tinggi,
berfungsi sebagai pengiring pada saat lagu dinyanyikan. Bentuk instrumen lebih kecil dan lebih mudah untuk dimainkan dari instrumen yang telah dijelaskan sebelumnya. Instrumen ini memiliki 3 lubang nada dan nada yang dihasilkan solla rendah yaitu Sol-La-Si-Do tinggi. Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (sol) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (la) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (si) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada
8
terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (do tinggi) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup). 9.
Instrumen Sol – La Rendah Instrumen Sol – La Rendah berjumlah dua buah. Sol-La rendah berfungsi
sebagai pengiring pada saat lagu dinyanyikan. Bentuk instrumen ini tidak melengkung, akan tetapi bentuk instrumen ini lurus dan lebih mudah untuk dimainkan seperti instrumen sebelumnya. Sol-La- rendah memiliki 3 lubang nada dan nada yang dihasilkan yaitu nada sol-la-si-do. Posisi jari pada saat memainkan instrumen ini yaitu, nada (sol) pada saat ditiup, 3 jari menutupi lubang nada yaitu jari manis, tengah, dan telunjuk, untuk nada (la) jari manis diangkat (satu lubang nada terbuka dan dua lubang nada masih tertutup), nada (si) jari manis dan jari tengah diangkat (dua lubang nada terbuka dan satu lubang nada masih tertutup), serta untuk (do) ketiga jari tersebut diangkat (ketiga lubang nada tidak ditutup). 10. Instrumen Suling Kecil Instrumen suling kecil berjumlah satu buah. Fungsi suling kecil, sama halnya dengan instrumen klarinet yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu sebagai melodi pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Suling kecil memiliki 10 lubang nada dan 1 lubang tiup, dan nada yang dihasilkan instrumen ini yaitu Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si-Do tinggi. 11. Instrumen Suling Besar Instrumen suling besar berjumlah satu buah, Suling besar berfungsi, sama halnya dengan instrumen suling kecil yang telah dijelaskan di atas yaitu sebagai melodi, pada saat mengiringi lagu yang akan dinyanyikan. Suling besar memiliki 6 lubang nada dan 1 lubang tiup, dan nada yang dihasilkan instrumen ini yaitu: Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si-Do tinggi.
9
III
Musik adalah suatu ekspresi hati nurani yang dirasakan oleh setiap manusia pada saat merasakan senang, sedih, marah, dan galau yang kemudian diungkapkan melalui bunyi dan suara, karena pada hakikatnya musik berawal dari bunyi. Bentuk, keunikan dan warna musik, tentunya berbeda-beda sesuai dengan ciri khas yang terdapat di daerah itu sendiri. Musik bambu di desa Londoun terbuat dari bambu, cara meniupnya menggunakan mulut dan untuk menghasilkan nada menggunakan jari dan telapak tangan. Perbedaannya yaitu proses pembuatan, tehnik pembuatan, ukuran, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh instrumen musik bambu tersebut. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin kecil rongga udara yang dimiliki oleh setiap instrumen, maka semakin sedikit pula udara yang dihembuskan dan suara yang dihasilkan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, semakin besar rongga udara yang dimilikioleh setiap instrumen, maka semakin banyak udara yang dihembuskan serta suara yang dihasilkan semakin rendah.
Saran lebih difokuskan pada pelaku instrumen musik bambu, agar tetap mempertahankan ansambel musik tiup yang juga dapat dikatakan sebagai tradisi secara turun-temurun yang ada di desa Londoun. Selain pelaku musik bambu tentunya juga didukung oleh masyarakat sekitar, agar tetap menjaga dan melestarikan
musik bambu di desa Londoun kecamatan Popayato Timur
kabupaten Pohuwato dengan regenerasi yang dilakukan secara berkelanjutan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Drs. 1984. Pengantar Sosiologi. Surakarta. Anang, Sumarna. 1987. Bamboo. Bandung: Angkasa. Badudu J.S (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Daeng, J. Hans. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan (Tinjauan Antropologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Damono, Djoko Sapardi dan Sedyawati, Edi. 1988. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta. Gaffar,
Fakry, Mohammad. 2003. Angklung di Perbandingan. Bandung; P4ST-UPI.
Jawa
Barat:
Sebuah
Hood, Mantle. 1982. Javanes Gamelan in The World of Music. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat. Kasmahidayat, Yuliawan. 2010. Agama Dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung. Mazam dan Lumban T, Jagar. 1996. Musik Gandang Sarunai Di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok: Tinjauan Dari Sudut Fungsi, Struktur Organologis dan Garapan Komposisi. Padang: IKIP. Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago. Northwestern University Press. Moleong, J. Lexy, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Rosda. Nakagawa, Shin. 1999. Musik dan Kosmos (Sebuah Pengantar Etnomusikologi). Yogyakarta. Nazir, Mohammad. (1983). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ploweri Firna. 2008. Kesenian Al-Sikdah Di Sungai Penuh Kerinci: Studi Kasus Gendang Gembe Dalam Kajian Organologis Dan Musikologi. Padang: FBSS UNP. Setiawan, Erie. 2008. Short Musik Service: Refleksi Ekstramusikal Dunia Musik Indonesia. Bandung: Prophetik Freedom. 11
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Indonesia. Jakarta. Tulus H, Kadir. 2005. Buku Ajar Organologi. Padang: Jurusan Sendratasik FBSS UNP.
NARA SUMBER Nama Umur Pekerjaan Alamat
: : : :
Sang Sumombo 63 Tahun Tani dan Pembuat Musik Bambu Desa Londoun
Nama Umur Pekerjaan Alamat
: Vesvianus Kapal (sebagai seorang Veteran) : 74 Tahun : Tani : Desa Milangoda’a
Nama Umur Pekerjaan Alamat
: Hans Yakobus (sebagai seorang Veteran) : 72 Tahun : Tukang : Desa Londoun
Nama Umur Pekerjaan Alamat
: Roland Bulanta : 46 Tahun : Tani dan Ketua Sanggar Musik Bambu : Desa Londoun
Nama Umur Pekerjaan Alamat
: Naftali Tahulende : 32 Tahun : Tani dan Penanggung Jawab Instrumen Musik Bambu : Desa Londoun
12
13
ORGANOLOGI MUSIK BAMBU DI DESA LONDOUN KECAMATAN POPAYATO TIMUR KABUPATEN POHUWATO
Oleh Syahrul Latapeng, Trubus Semiaji
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
14