ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA ( 1968 – 1988 ) SKRIPSI SARJANA O L E H
ALEX BOBY IRVANDA HUTASOIT 030706034 PEMBIMBING
Drs. Indera, M. Hum NIP. 131 785 644
DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA ( 1968-1988 )
Yang diajukan oleh : Nama : Alex Boby Irvanda H NIM : 030706034 Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing,
Drs. Indera, M. Hum
tanggal………………
NIP. 131 785 644
Ketua Departemen Sejarah,
Dra. Fitriaty Harahap, SU
tanggal………………
NIP. 131 284 309
DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA ( 1968-1988 )
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ALEX BOBY IRVANDA H NIM : 030706034 Pembimbing,
Drs. Indera, M. Hum NIP. 131 785 644 Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Lembar Persetujuan Ketua
DISETUJUI OLEH :
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua,
Dra. Fitriaty Harahap, SU NIP. 131 284 309
Medan, November 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian
PENGESAHAN :
Diterima Oleh : Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan
Pada
:
Tanggal
:
Hari
:
Fakultas Sastra USU Dekan,
Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. NIP. 132 098 531
Panitia Ujian :
NO.
Nama
Tanda Tangan
1 …………………………..
( …………………….….. )
2 …………………………..
( ………………………... )
3 …………………………..
( ………………………... )
4 …………………………..
( ………………………... )
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Ucapan Terima Kasih
Rasa syukur yang teramat besar dipersembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan tak lupa shalawat beriring salam dipersembahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan junjungan besar kita. Tak lupa juga diucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ayahanda, B. Hutasoit dan Ibunda Chairiyah Siregar yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama dalam masa pendidikan maupun pada masa penulisan skripsi ini baik itu berupa dukungan moril serta materiil, sehingga tidaklah cukup untuk membalas segala apa yang telah Ayahanda dan Ibunda perbuat. 2. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan. 3. Ketua Departemen Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, SU yang juga telah memberikan kesempatan untuk dapat menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan tanpa ada hambatan yang berarti. 4. Dosen Pembimbingku, Bapak Drs. Indera, M. Hum atas segala sesuatu masukan dan bimbingan dari yang telah diberikan, tanpa kontribusi dari Bapak, sulit kiranya untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Dosen Waliku, Ibu Dra. Fatimah, SU yang telah bersedia membimbingku selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu sejarah.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
6. Para staf pengajar di Departemen Ilmu Sejarah, yang telah memberi ilmu dan pengetahuannya, semoga apa yang sudah didapat berguna dalam kehidupan. 7. Bang Ampera yang betul-betul banyak memberikan bantuan dan masukan-masukan yang sangat berguna, sehingga bantuan dan jasa yang diberikan tidak akan pernah terlupakan. 8. Seluruh keluargaku mulai dari Abangku Berry dan Rico, Nek Toom yang dapat dikatakan sebagai Ibu juga bagiku, Tonggek, Heru, Kak Onya, Kak Inur, dua keponakanku Roshan dan Raihan yang telah menjadi kawan bermainku, dan yang terakhir Bou Intan yang selalu bersedia membantu dalam keadaan apapun. 9. Seseorang yang selalu mendampingiku dalam keadaan susah dan senang, Fitria Parinduri, sehingga tanpamu mungkin aku takkan bisa seperti ini. 10. Miaz, yang telah banyak memberikan bantuan baik ide, masukanmasukan, informasi dan sumber-sumber yang dibutuhkan selama penulisan skripsi ini. 11. Kepada seluruh sahabatku di Departemen Ilmu Sejarah, terutama Lucki, Dedi Irawan dan Rahman sebagai sahabat yang paling mengerti diriku, seluruh teman stambuk 03, dan terakhir buat sahabat-sahabatku di luar kampus, Ayie, Iwan, Amoy, Muneh, Ook, Surep, Tommy, Heru, dan yang tak dapat disebut satu persatu, namun nama kalian akan selalu diingat.
Medan, Desember 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi untuk meraih gelar kesarjanaan. Tak lupa shalawat beriring salam penulis limpahkan kepada Muhammad SAW sebagai junjungan umat manusia yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Adapun skripsi yang ditulis mengenai Organisasi Amatir Radio Indonesia di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 ). Skripsi ini ditujukan untuk menyelesaikan pendidikannya sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan. Sangat disadari bahwa di dalam skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu diharapkan agar munculnya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat mencapai kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.
Medan, November 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
DAFTAR ISI Kata Pengantar
……….…………………………………………………i
Daftar Isi
………………………………………………………………….ii
Abstrak
…………..……………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah
………………..……………………..…1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Tinjauan Pustaka
…………………………………6
…………………………………………………6
1.5 Metode Penelitian ………………………………………....………8 BAB II PENGERTIAN RADIO SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI
…11
2.1 Arti Penting Radio Sebagai Komunikasi
…………………………11
2.2 Radio Sebagai Alat Komunikasi Massa
…………………………14
2.3 Radio Sebagai Media Elektronika …………………………………17 2.4 Pengaruh Radio Amatir Dalam Penyebaran Informasi
…………19
BAB III LATAR BELAKANG ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA
…………………………………………….…...23
3.1 Sejarah Berdirinya ORARI …………………………………………23 3.2 Tugas, Tujuan dan Fungsi ORARI …………………………………27 3.3 Keanggotaan ORARI
…………………………………………35
3.4 Struktur Organisasi ORARI
…………………………………40
3.5 Hak dan Kewajiban Anggota ORARI
…………………………43
3.6 Kode Etik ORARI …………………………………………………46
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB IV EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA
…………………………………………53
4.1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara
…………………53
4.2 Peran Serta ORARI Sebagai Media Komunikasi Dalam Pembangunan Nasional
…………………………………60
4.3 Dampak dan Respon masyarakat terhadap ORARI
…………67
4.4 ORARI Mengahadapi Persaingan Teknologi Media Elektronik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
…73
…………………………………76
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………76 5.2 Saran
…………………………………………………………79
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Abstrak
Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) di Sumatera Utara sebagai wadah atau tempat untuk bernaungnya para amatir radio terutama yang ada di Sumatera Utara. Dapat dikatakan bahwa segala sesuatunya yang bersangkutan dengan kegiatan radio amatir dikendalikan dan diatur oleh ORARI. Semenjak munculnya ORARI terutama di Sumatera Utara, segala sesuatunya yang berkaitan dengan komunikasi radio dapat berjalan lancar dengan adanya kontribusi dari ORARI melalui para anggota dan pengurusnya. Sampai sekarang ini masih dapat dirasakan hasil dan andil dari ORARI tersebut terhadap kemajuan di bidang komunikasi radio, yakni dengan banyaknya peralatan komunikasi anggota ORARI yang sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air seperti Handy Talkie/Walkie Talkie dan radio-radio pemancar. Selain itu, ORARI dianggap sebagai tempat pendidikan non formal, dimana para anggotanya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih mengenai komunikasi radio, karena anggotanya harus terus belajar berbagai pengetahuan ilmu komunikasi, hingga tercipta seorang anggota ORARI yang dapat dijadikan sebagai sumber daya manusia yang dapat dambil manfaatnya. Dalam bidang kemanusiaan sumbangsih ORARI sudah terlihat nyata, seperti bantuan komunikasi pada bencana-bencana alam, SAR hingga pada bantuan komunikasi pada acara-acara penting, misalnya pada Pemilu-Pemilu yang dilakukan Pemerintah ORARI turut ambil peranan melalui para anggotanya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang masa lalu, di mana peristiwa-peristiwa yang terjadi itu tanpa disadari telah membawa banyak perubahan bagi seseorang bahkan masyarakat. Setiap peristiwa penting yang terjadi menjadi peristiwa sejarah, termasuk sejarah komunikasi. Seperti yang diketahui, bahwa manusia sejak zaman dahulu memerlukan dan melakukan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi proses kelangsungan hidup tentu akan sangat terhambat terutama terhadap apa yang disebut dengan kemajuan. Di zaman dahulu, komunikasi sudah tentu tidak semaju dengan saat ini, namun tetap saja manusia dan makhluk hidup lainnya memerlukan dan melakukan komunikasi. Ketika bahasa belum ada dipergunakan, manusia melakukan komunikasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan gerakan tubuh, sampai pada akhirnya semakin lama komunikasi itu semakin berkembang terutama sampai ditemukannya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi utama. Komunikasi berasal dari kata latin cum berarti dengan, bersama dengan, dan unus berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata communio yang dalam bahasa inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan 1) . Komunikasi itu berkembang seiring dengan berkembangnya sejarah. Sejarah mengenai proses komunikasi manusia sejalan dengan rentang waktu yang 1)
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius, 2003, hlm. 10
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
berjalan dan menjadikan bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi pada manusia menjadikan segala sesuatunya lebih mudah dicerna, termasuk pada penulisan-penulisan mengenai kehidupan manusia pada zaman dahulu masih bisa dipelajari melalui tulisan-tulisan yang ada pernah ditulis oleh sejarawan. Tulisan inilah yang menjadikan kehidupan manusia lebih berkembang dan semakin lama semakin maju. Rekonstruksi peristiwa masa lalu yang dituangkan melalui media tulisan disebut Historiografi. Melalui buku-buku sejarah yang banyak ditulis oleh sejarawan maka dapat diketahui peristiwa-peristiwa masa lalu yang pernah terjadi bahkan jauh sebelum lahir kedunia ini. Tulisan-tulisan sejarah ini berguna bagi manusia untuk memahami dan merefleksikan kejadian-kejadian itu kedalam kehidupannya. Dalam perkembangan sejarah di Indonesia, peranan komunikasi dan teknologi sangat berpengaruh bagi terwujudnya kemajuan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bagaimana peranan media elektronik dan media cetak dalam penyebaran berita diawal kebangkitan nasional di Indonesia, terutama radio, televisi, surat kabar, telepon, dan sebagainya. Perkembangan telekomunikasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan mulai menyebar ke daerah-daerah termasuk kota Medan 2) . Radio dalam hal ini bukan sekedar media sebagai hiburan masyarakat atau yang biasa disebut dengan radio siaran seperti Radio Republik Indonesia ( RRI ), namun pengertian radio yakni komunikasi yang dilakukan oleh individu yang satu 2)
Arie Adriadi, PT Radio Pasopati Perkasa di Kota Medan – Sumatera Utara 1971 – 1975, Skripsi Fakultas Sastra Jurusan Ilmu sejarah, 2003, hlm. 2
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dengan individu yang lain untuk bertukar informasi atau disebut juga radio amatir. Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Jadi radio amatir tidak mengadakan programa dalam bentuk kesenian, sandiwara, warta berita, hiburan berupa musik dan lain sebagainya, melainkan hanya percakapan saja
3)
. Namun
oleh masyarakat umum semua siaran radio di luar RRI adalah radio amatir 4) . Kegiatan ini juga semata-mata dilakukan sebatas hobi oleh mereka yang mempunyai bakat radio amatir atau disebut juga dengan Amatir Radio. Amatir radio adalah setiap orang yang diberi izin karena berminat teknik radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan atau komersial. Tetapi pada kenyataannya kegiatan komunikasi ini pada masa kemerdekaan merupakan kegiatan yang terlarang, dikarenakan pada sekitar masa kemerdekaan pihak Jepang sangat berkuasa, tepatnya setelah pihak Belanda dengan seluruh angkatan perangnya menyerah kalah kepada Jepang. Sejak itu bekas kawasan Hindia Belanda berlaku pemerintahan Jepang. Sebagai konsekwensinya segala sesuatu berlaku menurut kehendak tentara pendudukan Jepang 5) . Demikian halnya mengenai radio, yang mana hanya untuk kepentingan Jepang saja radio itu dapat digunakan, misalnya mengenai informasi-informasi mengenai pihak sekutu. Pada saat itu Jepang menggunakan radio untuk kepentingan militer Jepang. Politik siaran radio Jepang adalah menanam ke dalam jiwa bangsa Indonesia “Nippon Seisin”, mempropagandakan agar rakyat
3)
Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1990, hlm. 66 4) Arie Adriadi, loc. cit., 5) H. Muhammad T.W.H, Peranan Radio di Masa Perang Kemerdekaan di Sumatera Utara, Medan : Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan R.I, 2000, hlm. 17
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Indonesia menyumbangkan segala tenaga, pikiran dan sebagainya untuk kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik ( Perang Asia Timur Raya ) 6) . Namun semangat perjuangan rakyat pada saat itu begitu meluap-luap. Segala sesuatu usaha yang merintangi kemerdekaan ditantang dan dilawan oleh para pejuang, termasuk pejuang dan pekerja radio. Mereka tidak setuju terhadap pihak Jepang yang telah menyerah kepada pihak sekutu sekitar tahun 1945 untuk menyerahkan peralatan-peralatan penting di bidang radio. Dalam situasi tegang dan panas ditambah protes oleh gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohd. Hasan, para pekerja radio atau pejuang dibidang radio bekerja tanpa kenal lelah dan tidak menghiraukan resiko, mereka bekerja terus untuk memasang pemancar 7) . Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 segala kegiatan komunikasi radio belum terorganisir. Sampai akhirnya pada tahun 1966 yakni setelah pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru terjadi banyak perubahan dalam masyarakat akibat perubahan politik. Situasi peralihan itu merupakan kesempatan yang baik bagi mereka yang mempunyai minat radio amatir untuk mulai menunjukkan kemampuan dan pengetahuannya. Rasa keingintahuan beberapa anggota masyarakat itu lebih besar daripada ketakutan akan larangan pemerintah terhadap kegiatan komunikasi radio. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan bagi pemerintah untuk mempertimbangkan agar dapat membina dan memajukan minat elektronika dan komunikasi radio agar tidak liar dan dapat dimanfaatkan, sehingga perlu mengeluarkan suatu Peraturan Pemerintah No : 21 Tahun 1967 tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah inilah terbentuk sebuah organisasi yang bergerak 6) 7)
ibid., hlm. 22-23 ibid., hlm. 37
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
khusus menangani segala sesuatunya yang menyangkut kegiatan radio amatir yaitu Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ). Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) berdiri secara nasional pada tanggal 9 Juli 1968 di Jakarta. Dikatakan berdiri secara nasional karena ORARI berdiri resmi serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera Utara. ORARI ini merupakan wadah komunikasi radio resmi pertama di Indonesia. ORARI merupakan suatu bentuk organisasi yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengawasan dan penggunaan gelombang radio, khususnya yang dialokasikan bagi kegiatan radio amatir dan juga memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio 8) .
1. 2 Rumusan Masalah ORARI mempunyai peran yang penting dalam menyampaikan informasi yang benar pada masyarakat, karena ORARI merupakan organisasi yang resmi ada di Indonesia dan disetujui oleh pemerintah Indonesia. ORARI adalah Induk organisasi dari amatir radio yang ada di Indonesia. Jadi seluruh amatir radio berada dibawah naungan dan pengawasan ORARI Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai Orari dan perkembangannya di Sumatera Utara. Sesuai dengan judulnya yaitu “Organisasi Amatir Radio Indonesia di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 )”, maka dibuatlah suatu batasan masalah. Hal ini dilakukan agar tulisan ini tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas. Adapun masalah yang akan dibahas dan dikaji adalah sebagai berikut :
8)
…..Callbook Nasional 2005, Jakarta : Team Orari, 2005
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
1. Mengapa ORARI berdiri di Sumatera Utara ? 2. Bagaimana perkembangan ORARI di Sumatera Utara ? Batasan masalah antara tahun 1968-1988 karena secara nasional ORARI diresmikan pada tanggal 9 Juli 1968, diakhiri tahun 1988 karena mengikuti masa bakti kepemimpinan dari ORARI dan Musyawarah Nasional ( Munas ) dilakukan setiap 5 tahun sekali
9)
, dan ORARI mengalami masa jayanya disekitar tahun
tersebut.
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan yang akan dipaparkan oleh penulis, yakni untuk mengetahui, antara lain : 1. Latar belakang berdirinya ORARI di Sumatera Utara. 2. Perkembangan ORARI di Sumatera Utara. Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk lebih memperkenalkan sejarah ORARI sebagai media komunikasi dan informasi. 2. Untuk lebih memperluas pengetahuan tentang eksistensi ORARI sebagai alat komunikasi di Sumatera Utara.
1.
4 Tinjauan Pustaka Menurut H. Muhammad T.W.H, dalam buku yang berjudul “ Peranan
Radio Di Masa Perang Kemerdekaan “. Buku ini menjelaskan salah satu bukti sejarah tentang peranan radio sebagai salah satu unsur komunikasi massa dalam
9)
ibid.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
melaksanakan misinya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Di dalam buku ini sangat jelas diungkapkan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia di dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan dengan senjata saja, tetapi juga dilaksanakan melalui senjata-senjata media massa seperti salah satunya yaitu melalui pemancarpemancar yang dilahirkan oleh para pejuang radio di Sumatera Utara. Selain itu juga menceritakan sedikit mengenai sejarah lahirnya radio sebagai salah satu unsur komunikasi massa. Menurut Onong Uchjana Effendi yang berjudul “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek “, menjelaskan tentang apa itu radio mulai dari sejarahnya, perkembangannya dari masa ke masa, sampai kegunaannya sebagai media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat pada zaman sekarang ini. Dengan adanya komunikasi maka akan terjadi perubahan dan peralihan dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang lebih maju, khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan. Oleh karena itu tidak hanya diperlukan mahasiswa Ilmu Komunikasi, tetapi juga dapat berguna bagi para mahasiswa lainnya ataupun siapa saja yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi. “ Buku Panduan MUNAS VII & HAMFEST 2001 " yang ditulis oleh team ORARI, dimana buku ini bersifat panduan khusus terhadap anggota-anggota ORARI dalam mengikuti dan melaksanakan Musyawarah Nasional. Buku ini juga mencantumkan tugas-tugas ORARI sebagai media komunikasi radio amatir, struktur organisasi dan hukum ORARI, hak dan kewajiban keanggotan ORARI,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
keanggotaan ORARI, fungsi ORARI, etika berkomunikasi terutama ala amatir radio, kode etik dalam amatir radio,dan kegiatan-kegiatan anggota ORARI. Putra Azhari dalam skripsinya yang berjudul “ Peranan Radio Rimba Raya Dalam Mempertahankan kemerdekaan di Aceh ( 1945 – 1949 ) “, menceritakan bahwa Radio Rimba Raya sebagai salah satu contoh radio di masa kemerdekaan yang berhasil membuktikan bahwa radio secara tidak langsung berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, hanya saja Radio Rimba Raya merupakan radio siaran. Jadi buku ini dijadikan sebagai bahan perbandingan antara radio amatir dengan radio siaran yang mana pada awal kemerdekaan hampir mempunyai kemiripan, misalnya dari segi kegunaan bahwa Radio Rimba Raya tidak digunakan sebagai media hiburan tetapi sebagai alat penyampaian informasi penting mengenai penjajah dan penyampaian informasi kemerdekaan ke kota-kota lain agar dapat didengar oleh masyarakat luas. Sama halnya dengan radio amatir yang digunakan sebagai alat informasi dan komunikasi antar individu.
1. 5 Metode Penelitian Di dalam melakukan penelitian, maka diperlukan adanya sebuah metode penelitian yang memudahkan penelitian untuk menghasilkan sebuah tulisan sejarah yang baik. Pengertian dari metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran sejarah. Sedangkan untuk mendapatkan kebenaran sejarah diperlukan adanya ketentuan-ketentuan ( metode ) yang baku.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Di dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Heuristik, yaitu merupakan langkah dimana penulis mengumpulkan datadata yang mendukung dalam menyelesaikanpenelitian. Adapun data-data yang didapat yaitu buku, arsip, dokumen, koran, artikel, dan hasil wawancara yang berhubungan dengan judul. Dalam mengumpulkan datadata itu penulis membagi lagi kedalam beberapa langkah lagi,
yaitu
sebagai berikut : a)
Metode penelitian lapangan ( field research ) yaitu mengadakan wawancara
terhadap
tokoh-tokoh
yang
dianggap
mampu
memberikan masukan-masukan yang berarti sebagai sumber penelitian seperti wawancara tokoh ORARI Sumatera Utara misalnya wawancara dengan Dr. Sugito Husodowijoyo selaku ketua ORARI Sumatera Utara tahun 1972. b)
Metode penelitian kepustakaan ( library research ) yaitu berusaha mengumpulkan buku, arsip, dokumen, majalah dan artikel yang dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan.
2. Kritik, yaitu melakukan kritik terhadap semua sumber yang telah dikumpulkan dan diverifikasi dengan tujuan agar dapat diperoleh sumber yang betul-betul terpercaya, validitas dan akurat, dimana kritik ini terbagi dua : a)
kritik ekstern yaitu memeriksa dengan teliti sumber tersebut dari bagian luar sumber tersebut, dimulai dari bentuk tulisan, penerbit
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dan lain-lain sehingga dapat dilihat apakah sumber yang digunakan betul-betul orisinil atau tidak. b)
Kritik intern yaitu dengan cara melihat isinya apakah dapat diterima sebagai kenyataan dan menyoroti penulis sumber apakah ia dapat memberikan kesaksian yang benar sehingga dapat diketahui kredibilitas sumber tersebut.
3. Interpretasi, yaitu setelah sumber-sumber tersebut dapat dibuktikan otensitasnya kemudian sumber-sumber tersebut diolah dan dikembangkan serta ditafsirkan sehingga menjadi fakta sejarah yang benar. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dari penulisan, atau dapat juga dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penelitian yang diperoleh dari faktafakta, dilakukan secara sistematis dan kronologis.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB II PENGERTIAN RADIO SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI
2. 1 Arti Penting Radio Sebagai Komunikasi Perkembangan komunikasi sangat ditentukan oleh dinamika kehidupan manusia. Semakin maju tingkat peradaban manusia, akan semakin maju pula alat komunikasi yang diperlukan. Pada waktu manusia belum mengenal alat komunikasi modern, mereka mempergunakan masa media sebagai alat komunikasi dengan bermacam-macam cara, seperti mengadakan pesta-pesta, mengadakan musyawarah-musyawarah dan sebagainya. Adakalanya mereka juga mempergunakan alat bunyi-bunyian, menyalakan api, berteriak-teriak diantara lembah-lembah, membuat tanda-tanda dengan asap, menyalakan obor, menaikkan bendera, melambaikan tangan dan berbagai lambang komunikasi lainnya 10) . Semuanya itu semakin berkembang ketika alat komunikasi berupa radio ditemukan dan dikembangkan oleh beberapa tokoh-tokoh terkenal. Sejarah lahirnya radio dimulai pada tahun 1902 oleh Dane yang berhasil menciptakan penerimaan pesan ( message ) dalam jarak pendek dengan menggunakan kawat beraliran listrik. Kemudian penemuan lain lagi bagi perkembangan radio yakni oleh seorang ahli teori ilmu alam yang berkebangsaan Inggris bernama James Maxwell, dimana ia berhasil menemukan rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetik sebagai gelombang yang digunakan radio dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetik tersebut juga dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan jalur eksperimen. Selain membuktikan bahwa rumus 10)
Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi Di Daerah : Radio Rimba Raya Di Aceh, Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1999, hlm. 8
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Maxwell adalah benar, Hertz juga dapat membuktikan bahwa dengan suatu permukaan
dari
logam
yang
cocok
gelombang
elektromagnetik
dapat
direfleksikan kepada suatu cahaya. Setelah Hertz, muncul Guglielmo Marconi seorang kebangsaan Italia yang berhasil menemukan perangkat komunikasi tanpa kabel atau disebut juga dengan radio 11) . Perkembangan komunikasi semakin besar dimana sejak ditemukannya radio, maka berkomunikasi jarak jauh sudah dapat dilakukan melalui gelombang radio. Radio adalah sistem pengiriman dan penerimaan informasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Dengan sistem ini kita bisa menerima dan mengirimkan informasi jarak jauh dalam waktu yang sangat singkat. Secara umum radio dapat diartikan sebagai suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan dan menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa radio adalah semua peralatan yang dapat dipergunakan manusia atau pemerintah untuk menyalurkan pendapat, pesan dan buah pikiran sehingga terjadi hubungan antara individu dengan individu, antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya, serta hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Radio sebagai salah satu alat komunikasi memegang peranan penting dalam menyebarkan informasi, sehingga mendapat julukan sebagai kekuatan kelima / the fifth sense setelah lembaga edukatif ( pemerintah ), legislatif ( parlemen ), yudikatif ( lembaga peradilan ) dan pers atau surat kabar. Sebenarnya
11)
ibid., hlm. 17
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio hanya dapat didengar, tetapi televisi selain dapat didengar ( auditif ) juga dapat dilihat ( visual ). Walaupun demikian belum pernah televisi diberi julukan kekuatan keenam. Oleh karena itulah kalau dalam suatu negara terjadi revolusi atau peperangan, kudeta, pemberontakan dan sebagainya, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menguasai radio 12) . Radio merupakan media komunikasi yang tidak kurang penting dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Radio merupakan media komunikasi yang relatif baru kalau dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti film, bahasa non linguistik, bahasa tulisan dan media surat kabar. Namun demikian peranan dan pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Melalui radio dapat disiarkan segala bentuk dan segala siaran. Jangkauan radio dapat mencapai sasarannya dalam jarak jauh tanpa mengenal adanya batasan ruang dan letak geografis dari suatu tempat. Peranan radio sebagai alat komunikasi dapat dipergunakan oleh manusia dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan aman maupun dalam situasi perang. Fleksibilitas dari fungsi radio dapat dilihat pada kapal-kapal yang mempergunakan radar untuk menentukan posisinya baik dalam cuaca cerah maupun saat cuaca kabut. Berita-berita cuaca, peringatan-peringatan dalam pelayaran, tanda-tanda tertentu dan semua informasi lain dikirim lewat radio. Dalam situasi kabut pesawat-pesawat terbang yang melakukan penerbangan juga ditentukan melalui radio. Mobil polisi, ambulans dan berbagai kendaraan lainnya ditentukan pula oleh informasi yang diterima melalui alat komunikasi radio.
12)
ibid., hlm. 11
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Oleh karena itu radio sangat berperan dalam menyebarluaskan informasi terutama pada masa revolusi fisik. Peranan radio bahkan lebih penting daripada media cetak lainnya seperti surat kabar. Radio merupakan alat komunikasi yang sederhana dan praktis serta dapat mencapai sasarannya tanpa harus ada alat pengantar yang lain, sedangkan surat kabar disamping harus melalui proses penerbitan juga harus ada alat pengangkut untuk mencapai sasarannya. Oleh karena itu dalam situasi peperangan atau pada saat negara sedang terancam media radio lebih praktis fungsinya daripada surat kabar. Begitu pentingnya alat komunikasi radio dalam kehidupan manusia terutama dalam situasi genting atau peperangan. Bahkan dalam era pembangunan ini peranan radio masih dirasakan kegunaannya, selain dapat menyampaikan informasi berupa berita radio juga berperan sebagai media hiburan, reklame dan berbagai aneka kebutuhan informasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. 2 Radio Sebagai Alat Komunikasi Massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah bentuk penyampaian komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah besar orang atau khalayak. Contoh media massa adalah radio, televisi, surat kabar, dan film. Keempat media ini berkembang dan mengalami kemajuan yang pesat. Media massa tersebut dapat menjangkau ribuan bahkan jutaan khalayak di berbagai tempat. Mass media sebagai alat komunikasi selalu dibutuhkan oleh umat manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam suatu negara alat komunikasi mampu mempersatukan masyarakat dalam suatu wadah negara kesatuan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu : 1. Sebagai alat memberikan informasi ( fungsi Komunikatif ), artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui, memahami sesuatu. 2.
Sebagai alat yang mendidik ( fungsi edukatif ), artinya isinya dapat meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan moral
seseorang. 3.
Sebagai alat menghibur ( fungsi entertaintment ), yakni melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya, mengisi waktu luangnya 13) . Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. Tak ada
sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal elektromagnetik yang dipancarkan oleh pemancar radio. Radio sebagai salah satu jenis media massa ( mass media ), adalah sarana atau saluran komunikasi massa seperti halnya surat kabar, majalah dan televisi. Ciri khas utama radio sebagai komunikasi massa adalah Auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu 14) . Komunikasi yang dilakukan di radio seperti halnya di media massa lain yaitu komunikasi massa yakni komunikasi kepada orang banyak ( massa ) dengan menggunakan media. Radio sebagai alat komunikasi massa merupakan yang paling efektif dibandingkan yang lainnya, karena informasinya dapat disampaikan
13)
Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm. 11 14) Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism, Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia, 2004, hlm. 19
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dan diterima dalam waktu yang singkat, ditambah lagi bahwa radio dapat menjadi faktor penting dalam penyebaran informasi di dalam sebuah kesatuan atau negara, contohnya yaitu bagaimana ketika proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 dapat disiarkan ke seluruh penjuru tanah air bahkan ke seluruh penjuru dunia. Karena termasuk media massa, radio juga memiliki karakteristik media massa sebagai berikut : 1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak atau orang banyak. Siapa saja boleh mendengarkan dan menggunakan radio, tidak ada batasan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh. 2. Universalitas, dimana pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak. 3. Periodesitas, maksudnya yaitu tetap atau berskala, misalnya harian atau mingguan. 4. Kontinuitas, dimana berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode mengudara. 5. Aktualitas, dimana berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik 15) . Peranan radio sebagai media massa dalam pembangunan nasional tidak diragukan lagi keberadaannya. Fungsinya sebagai agen pembaharu ( agent of change ) menempatkannya menduduki posisi penting. Letak peranannya adalah
15)
ibid., hlm. 21
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dalam hal membantu proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang lebih maju, khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembaharuan. Radio adalah medium yang berperan dalam pembangunan.
Kebijaksaan
dan
program
pembangunan
pemerintah
disebarluaskan melalui medium ini.
2. 3 Radio Sebagai Media Elektronika Radio adalah salah satu diantara media elektronika disamping televisi dan film. Media ini sama penting perannya seperti media cetak surat kabar, majalah dan lain-lain dalam menyampaikan pesannya kepada masyarakat. Perbedaan masing-masing media dapat ditinjau dari berbagai aspek, misalnnya dari sifat lambang komunikasi yang digunakan untuk mengkonkritkan pesan-pesan yang disampaikannya. Hal ini akan jelas terlihat antara media cetak seperti surat kabar dan majalah dengan media elektronika seperti radio, televisi, dan film. Malahan sesama media elektronika juga berbeda, misalnya antara televisi dengan radio 16) . Media cetak seperti surat kabar atau majalah, menyampaikan informasi dengan lambang-lambang tercetak, sehingga menerpa indera penglihatan. Karena lambang yang digunakan dominan bahasa tulisan, maka dituntut kemampuan membaca
dari
khalayaknya.
Akibatnya,
seseorang
harus
benar-benar
memperhatikan untuk dapat mencerna isinya. Apalagi, media ini berusaha memberikan informasi yang lebih luas dan komprehensif mengenai objek dan isu yang diberitakan. Apabila kurang dimengerti seseorang dapat berulang-ulang
16)
Moeryanto Ginting Munthe, loc. Cit.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
melihat dan membacanya, dapat diangsur memahaminya, tergantung keinginan. Mau dimulai dari bagian awal, bagian tengah atau bagian akhirnya, tergantung pembaca. Ini bisa terjadi karena sifat lambang yang digunakannya mampu menguasai waktu, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Televisi dan film lambangnya bersifat audio visual, sehingga dapat menerpa indera dan mata telinga seseorang. Untuk itu memang tidak mutlak membutuhkan
syarat
kemampuan
membaca
dari
khalayaknya.
Namun
sinkronisasi antara lambang suara dan gambar terkadang tulisan mengharuskan seseorang memusatkan perhatian untuk mendengar dan melihat sehingga dapat memahaminya
secara
utuh.
Karena
visualisasi
gambar
hidup
yang
disampaikannya maka kelebihan media ini adalah bahwa lambang-lambangnya dapat menggambarkan sesuatu objek lebih mendekati kebenaran. Sebagai salah satu media elektronika, radio mempunyai sifat-sifat khas yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Lambang komunikasi radio bersifat auditif, terbatas kepada rangkaian suara atau bunyi yang hanya menerpa indera telinga. Karenanya radio tidak menuntut khalayaknya untuk memiliki kemampuan membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar. Begitu sederhananya persyaratan yang dituntut radio. Dengan keterbatasan itu radio memiliki keunggulan. Sejalan dengan kemajuan teknologi, generasi pesawat radio transistor berukuran kecil dengan kemampuan daya tangkap yang tinggi, serta harganya relatif murah. Orang dapat menggunakannya dimana saja. Jadi siapa saja, kapan saja, dimana saja, mengenai apa saja, orang bisa menggunakan dan mendengarkan
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
radio. Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari kalangan paling bawah sampai kalangan tingkat atas. Komunikasi dan informasi melalui radio lebih aktual, dan lebih cepat penyampaiannya, karena secara teknis lebih memungkinkan dibanding dengan media lain seperti surat kabar atau televisi.
2. 4 Pengaruh Radio Amatir Dalam Penyebaran Informasi dan Komunikasi Seperti yang telah diutarakan di atas sebelumnya bahwa radio terbagi kedalam dua bagian yaitu radio siaran ( broadcast ) dengan radio amatir. Tetapi yang dibahas di sini adalah radio amatir. Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya dengan tujuan untuk saling berkomunikasi. Kegiatan radio amatir di Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, meskipun tidak diketahui secara pasti tahun berapa kegiatan ini dimulai. Kegiatan ini dilakukan oleh para amatir radio yang merupakan sebutan untuk mereka yang mempunyai hobi di bidang elektronika radio untuk menyalurkan hasrat amatirisme. Amatir radio adalah setiap orang yang diberi izin karena berminat teknik radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan atau komersial. Kesibukan mereka hanya demi pengetahuan atau pendidikan, penyelidikan dan percobaan dalam bidang komunikasi radio. Para amatir radio ini umumnya berkenalan lewat udara, bertukar pikiran, serta menyampaikan penemuan-penemuan mereka dari hasil percobaaan yang telah mereka lakukan. Mereka berkomunikasi dengan cara dan gaya yang khas. Tidak ada pembatasan umur, jenis kelamin, jabatan, keahlian, bangsa, bahasa, dan
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
agama. Tukar menukar informasi dapat saja dilakukan mulai dari kepala pemerintahan di suatu negara dengan rakyat biasa. Dari seorang pengusaha besar di Jepang dengan seorang pelajar di Amerika atau dari seorang pelaut yang sedang berlayar di lautan pasifik dengan seorang ibu rumah tangga di Indonesia. Bantuan-bantuan yang positif di bidang komunikasi dan informasi sudah banyak yang disumbangkan oleh amatir radio. Salah satu contoh nyatanya yaitu ketika pecah perang kemerdekaan tahun 1945-1949, dimana mereka ikut berjuang melalui kegiatan komunikasi radio dan menjadi corong perjuangan dengan memberitakan perkembangan keadaan republik yang masih muda. Informasi-informasi yang mereka kirimkan kebanyakan merupakan berita mengenai keadaan cuaca, berita kecelakaan, berita SAR, kebakaran, panggilanpanggilan darurat, keamanan dan ketertiban di masyarakat, dan lain-lain. Ditambah lagi bahwa kegiatan radio amatir digunakan sebagai alat komunikasi darurat atau cadangan, guna membantu pemerintah ataupun masyarakat. Semuanya itu merupakan ciri khas dari amatir radio yang mengutamakan nilainilai pelayanan amatirisme radio kepada masyarakat banyak sebagai bantuan komunikasi yang bersifat sukarela dan non komersil. Keahlian dan keterampilan yang dimiliki para amatir radio, merupakan sumber daya masyarakat yang sewaktu-waktu apabila sarana komunikasi pemerintah
terganggu,
jasanya
dapat
diperlukan
pemerintah
untuk
menyelenggarakan jaringan komunikasi dalam keadaan daurat. Di lingkungan kediamannya, amatir radio tidak hanya menunggu kapan tenaganya diperlukan. Mereka selalu siap membantu dalam keadaan darurat yang sewaktu-waktu bisa
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
terjadi disekitarnya, seperti kebakaran, banjir, kecelakaan yang menyangkut jiwa manusia dan sebagainya. Secara organisatoris, amatir radio selalu bekerja sama dengan Badan Nasional yang menyangkut jiwa manusia ( SAR ). Amatir radio melakukan semua itu tanpa pamrih. Peraturan pemerintah melarang kegiatan radio amatir menerima upah atas jasa-jasa yang telah mereka berikan. Seperti halnya Pramuka, amatir radio bila diperlukan selalu siap untuk mendarmabaktikan tenaga dan keahliannya bagi masyarakat. Bencana alam, selalu timbul tanpa peringatan dan telah membuat repot instansi pemerintah yang menanganinya. Pada saat itulah amatir radio radio selalu tampil untuk menyumbangkan tenaganya bagi kepentingan masyarakat. Dengan jalan menciptakan jaringan komunikasi darurat, para amatir radio membantu para petugas dalam melaksanakan tugas mereka dengan sebaikbaiknya. Bila kita ingat kembali bencana-bencana alam yang selama ini terjadi di dalam negeri sendiri, diantaranya : 9
Tahun 1983 dan 1984, gunung api Soputan di Sulawesi Utara meletus dan menimbulkan banyak korban jiwa
9
Kecelakaan pesawat PANAM di Bali
9
Kecelakaan kapal TAMPOMAS di Laut Jawa
9
Tahun 1985, meletusnya gunung Galunggung di Jawa Barat setelah ‘tidur’ sekian lama, hingga menimbulkan bencana yang luar biasa.
9
Banjir, baik dalam skala kecil maupun besar, dan sebagainya. Dalam kejadian-kejadian seperti tersebut di atas, peranan amatir radio
selalu menonjol baik di dalam penyelenggaraan komunikasi dan informasi darurat
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
melalui radio maupun dalam memberikan jasa-jasa pencaharian dan penyelamatan jiwa manusia 17) . Amatir radio melakukan komunikasi radionya hanya dengan sesama amatir radio lainnya. Ia hanya beroperasi pada frekuensi radio yang telah dialokasikan khusus untuk radio amatir. Namun pemerintah perlu untuk mengeluarkan sebuah keputusan mengenai kegiatan ini, karena penggunaan frekuensi dan gelombangnya memang belum teratur. Dengan alasan ini maka Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) dibentuk. Organisasi inilah yang kemudian menjadi satu-satunya wadah resmi dan disahkan oleh negara Indonesia guna menghimpun para amatir radio di Indonesia.
17)
AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Tahun I Nomor 4-5 April-Mei 1998, hlm. 12-13
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB III LATAR BELAKANG ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA
3. 1 Sejarah Berdirinya ORARI ORARI berdiri berdasarkan Peraturan pemerintah nomor : 21 Tahun 1967 juncto Peraturan Pemerintah nomor : 20 tahun 1980, dan berinduk kepada International Amateur Radio Union ( IARU ) yang menjadi anggota International Telecomunication Union ( ITU ), di mana Pemerintah Indonesia menjadi salah satu anggotanya. Aturan main ORARI harus tunduk juga kepada IARU
dan
disesuaikan
dengan
ketentuan
ITU
dengan
International
Telecomunication Convention ( ITC ) nya, dimana wakil Pemerintah Indonesia ikut menandatangani serta telah diratifikasi dengan Undang-Undang nomor : 11 Tahun 1985 18) . ORARI sendiri lahir melalui perjalanan panjang. Pada tahun 1930 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda ( Nederland Indies ) amatir radio di Indonesia telah membentuk organisasi yang menamakan dirinya NIVERA ( Nederland Indische Vereniging Radio Amateur ) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia. Berdirinya organisasi ini disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada periode antara tahun-tahun 1933 hingga 1943, PK2MN seorang anggota bumiputra NIVERA mendirikan Solosche Radio Vereniging yang disusul oleh anggota bumiputra NIVERA lainnya dengan mendirikan organisasi sejenis seperti MARVO, CIRVO, VORO, VORL dan lainnya. Di tahun 1937 lahirlah Persatuan Perikatan Radio Ketimuran ( PPRK ).
18)
…..Callbook Nasional 2005, Jakarta : Team Orari, 2005
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Cikal bakal ORARI kemudian diteruskan dengan lahirnya sebuah organisasi yang menamakan dirinya PRAI ( Persatuan Radio Amatir Indonesia ) pada akhir 1945. di akhir bulan Deember 1949, saat penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, semua kegiatan-kegiatan dihentikan dan dibubarkan. Pada tahun 1950 hingga 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI ( Persatuan Amatir Radio Indonesia ). Namun di tahun 1952, karena memandang situasi di tanah air tidak memungkinkan, maka Pemerintah Indonseia mengeluarkan ketentuan bahwa selain pemancar radio milik pemerintah dilarang mengudara dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 19521965. pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No. 5 tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seizin pihak yang berwenang. Tetapi dengan adanya larangan itu bukan berarti kegiatan radio amatir berhenti begitu saja, para amatir radio masih saja terus melakukan kegiatannya dengan cara sembunyi-sembunyi. Sampai pada akhirnya di sekitar tahun 1966 antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi 19)
. Di tahun 1966, tepatnya tanggal 14-26 Februari 1966, mengudara radio
Ampera ( Amanat Penderitaan Rakyat ) yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan Orde Baru. Muncul pula berbagai stasiun radio laskar Ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan komunikasi dan broadcast. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya 19)
Muhamad Mufid, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Jakarta : PRENADA MEDIA, 2005, hlm. 34
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
sebagai radio amatir. Mereka mengudara pada frekuensi yang dipilih sendiri dan alat-alatnya menggunakan komponen radio bekas yang bisa dibeli di pasar loak. Dari rongsokan pemancar bekas kapal selam, tank, atau panser sampai ke rongsokan pesawat televisi dan radio, disiarkan pesan-pesan perjuangan yang bercampur baur dengan komunikasi antar remaja. Satu tahun kemudian diberbagai daerah telah terbentuk organisasiorganisasi amatir radio, seperti PARD ( Persatuan Amatir Radio Djakarta ), PARB ( Persatuan Amatir Radio Bandung ), PARJ ( Persatuan Amatir Radio Jogjakarta ). Khusus mengenai perkembangan organisasi amatir radio di DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta ) dapat dicatat di sini bahwa di tahun 1966 dibentuk PRAJOGJA ( Persatuan Radio Amatir Jogjakarta ) yang anggotanya cenderung mengadakan layanan penyiaran 20) . Protes dan teguran berdatangan dari kalangan telekomunikasi radio internasional, karena siaran-siaran ‘liar’ itu sangat mengganggu siaran radio resmi. Bahkan komunikasi radio penerbangan pun tidak terlepas dari gangguan pemancar-pemancar seperti itu. Setelah munculnya beberapa organisasi tersebut, setahun kemudian ketua DETELRI ( Dewan Telekomunikasi RI ) Dr. Rubiono Kertopati memanggil tokoh-tokoh amatir radio untuk mendapatkan masukan guna merumuskan ketentuan pemerintah tentang kegiatan amatir radio di Indoesia dan hasilnya adalah pada tanggal 30 Desember 1967 keluarlah Peraturan pemerintah Nomor 21 tahun 1967 tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Peraturan inilah yang menyediakan wadah khusus untuk mereka yang bergerak di bidang radio amatir
20)
ibid., hlm. 35
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dengan memberikan alokasi frekuensi dan kelas-kelas tertentu bagi para operatornya. Tanggal 9 Juli 1968, berdirilah ORARI ( Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia ) yang pelaksanaan teknis dan administratifnya dijalankan dengan Surat Keputusan DETELRI ( Dewan Telekomunikasi RI ) No. 004/1968, melalui kongres pertama ORARI di Jakarta, dimana dalam kongres itu segala sesuatunya termasuk AD/ART ORARI disahkan dan diakui sebagai satu-satunya wadah resmi amatir radio di Indonesia, sehingga tanggal tersebut dinyatakan sebagai Hari Lahirnya ORARI dan Hari Amatir Radio Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, nama organisasi itu mengalami sedikit perubahan menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia, dengan akronim tetap sama yaitu ORARI. Atas dasar pandangan pemerintah bahwa dengan adanya kegiatan amatirisme radio inilah maka ORARI diberi wewenang dan izin untuk berdiri, dimana dalam hal ini pemerintah mengharapkan adanya sumbangsih dari kebiasaan dan eksistensi para radio amatir bagi kemajuan bangsa dan negara terutama dalam bidang komunikasi radio. Perkembangan yang sangat pesat di bidang elektronika dan mudahnya barang-barang elektronika masuk ke Indonesia memacu ORARI untuk berbenah diri secara profesional. Jumlah anggotanya dalam waktu singkat membengkak, kegiatannya mulai dikenal di dunia internasional, dan kemampuan para operatornya diakui oleh masyarakat amatir radio. Secara perorangan, banyak anggota ORARI yang menjadi anggota organisasi-organisasi amatir radio negaranegara lain.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
3. 2 Tugas, Tujuan dan Fungsi ORARI ORARI merupakan satu-satunya wadah yang diakui dan disahkan oleh negara atau pemerintah untuk menghimpun para amatir radio di Indonesia. Maksud pemerintah merestui berdirinya ORARI adalah untuk membangun sebuah wadah berbentuk organisasi bagi para amatir radio yang belum terorganisir. Hal ini dikarenakan di Indonesia banyak para amatir radio yang merupakan orangorang yang mempunyai hobi elektronika dan bakat berkomunikasi radio melalui pemancar dan stasiun radio amatir. Dengan adanya organisasi ini maka kegiatan radio amatir tidak akan mengganggu frekuensi dan pemakaian gelombang bagi stasiun-stasiun radio pemerintah ataupun swasta yang bergerak di bidang broadcast ( siaran ) yang memang sudah mendapat izin dari pemerintah. ORARI sebagai organisasi yang bergerak di bidang komunikasi radio harus mempunyai tugas, tujuan dan fungsi yang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a. Tugas ORARI Tugas utama dari organisasi ini adalah melakukan pembinaan kepada seluruh anggotanya di segala bidang yang berkaitan dengan kegiatan amatir radio itu sendiri, baik yang menyangkut pembinaan administratif maupun pembinaan teknis. Seringkali terjadi, amatir memungkinkan fasilitas komunikasi di tempattempat yang tidak mempunyai fasilitas komunikasi atau dimana fasilitas komunikasi masih sangat kurang. Dari mulai gangguan frekuensi yang terjadi pada frekeunsi ORARI itu sendiri, baik berupa gangguan maupun cara-cara berkomunikasi yang tidak menurut ketentuan yang berlaku. Untuk itu ORARI
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
menegaskan beberapa point terutama tugas-tugas yang harus dijalani baik itu secara personal ataupun kelompok. Adapun tugas ORARI sesuai dengan AD/ARTnya adalah sebagai berikut : 1. Membina dan memajukan radio amatir di Indonesia, serta memperjuangkan kepentingan amatir radio agar tercipta amatir radio yang berdisiplin, maju dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan masuknya para amatir radio yang baru menjadi anggota ORARI diharapkan lebih mudah dihimpun dan dibina, daripada mereka menjadi breaker liar yang mengganggu. Salah satu faktor paling penting dalam tiap organisasi adalah faktor disiplin. Tanpa adanya disiplin pada diri kita sendiri, sukarlah untuk mengatur dan membimbing anggota-anggotanya. Untuk itu dalam hal ini pemerintah melalui ORARI mencoba untuk menjadikan anggota-anggotanya sebagai amatir radio yang berdisiplin agar dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam bidang komunikasi melalui radio amatir dengan terlebih dahulu dilatih dan ditanamkan jiwa berdisiplin kepada anggota dengan mentaati peraturanperaturan yang sudah ditetapkan, baik peraturan-peraturan Nasional maupun Internasional. 2. Menanamkan kesadaran dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Dalam hal ini seorang radio amatir dituntut untuk dapat berjiwa profesional, dengan alasan bahwa seorang radio amatir merupakan sebuah potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh banyak orang apabila sang amatir radio mau dan mampu menggunakan potensinya di jalan yang benar, dan mentaati segala peraturan bagi mereka yang sudah menjadi anggota ORARI dan bagi mereka para amatir radio yang tidak terdaftar
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
sebagai anggota ORARI agar dapat memahami dunia amatirisme, yakni untuk tidak melakukan kegiatan amatir radio yang dapat merugikan bangsa dan negara, karena segala sesuatunya yang bersangkutan mengenai radio amatir diatur dan diawasi oleh pemerintah melalui ORARI. 3. Membantu pemerintah dalam pengawasan dan pengamanan penggunaan gelombang radio, khususnya yang dialokasikan bagi kegiatan amatir radio. Seperti yang kita ketahui bahwa radio terbagi atas radio broadcast ( siaran ) dan radio amatir, oleh karena itu pemakaian gelombang radio tentu tidak terkendali tanpa adanya pengalokasian masing-masing gelombang. Dalam hal ini melalui ORARI maka gelombang-gelombang radio itu lebih teratur, dimana pemakaian gelombang dan frekuensi radio oleh para amatir radio tidak akan mengganggu frekuensi dan gelombang radio broadcast yang sedang siaran. Di luar itu semua masih ada masalah dan kekacauan yang terjadi, misalnya komunikasi yang kurang tertib dapat menjurus pada kejahatan, penyelundupan dan lain-lain. Dengan demikian dampak yang timbul akibat gangguan tersebut dapat menyebabkan gangguan dan tidak berfungsinya komunikasi untuk menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian ORARI melalui anggotanya dituntut agar dapat memperhatikan ini semua, walaupun terkadang dalam ORARI itu sendiri para anggotanya masih ada yang belum mentaati aturan-aturan yang sudah ditetapkan. 4. Memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio. Untuk hal yang demikian para anggota ORARI sudah menampakkan beberapa bukti nyata kerja mereka, dimulai dari bantuan
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
komunikasi berupa laporan pandangan mata yang berharga bila melihat sesuatu kejadian yang menyangkut masalah masyarakat segera dilaporkan melalui Handy Talky / Walkie Talkie kepada sesama anggota dan diteruskan untuk dilaporkan kepada orang yang tepat untuk dapat menangani masalah. Kebanyakan kejadian-kejadiannya berupa kebakaran, kebanjiran, kecelakaan dan kemacetan lalu lintas, perkelahian, perampokan, tanah longsor dan lainlain. Dengan demikian, merupakan kesalakan fatal apabila ada oknum, badan atau instansi yang menyaingi pemerintah dengan mendirikan wadah lain di luar ORARI dengan dalih membina stasiun dan operator liar / gelap agar mereka tidak liar dan dapat dimanfaatkan. Lebih-lebih kalau oknum tersebut adalah oknum ORARI dan instansi tersebut adalah instansi yang lebih mengerti. Izin mendirikan pemancar dan izin operatornya sah apabila dikeluarkan oleh pemerintah. Namun apabila dilihat lebih lanjut, melalui jalur-jalur pembinaan organisasi saja tidak akan dapat tercapai hasil yang efektif. Hubungan antara pembinaan dan yang dibina, antar pengurus dan anggota harus erat.
b. Tujuan ORARI Sesuai dengan uraian di atas, adapun tujuan ORARI menurut Anggaran Dasarnya adalah Membantu usaha pemerintah dalam membina dan memajukan amatir radio di Indonesia dan memanfaatkannya guna menunjang pembangunan nasional demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Pada dasarnya ORARI merupakan organisasi yang dibentuk pemerintah untuk memberikan kesempatan yang luas kepada mereka yang mempunyai hobi radio elektronika agar bakat dapat dibina dan dimanfaatkan guna memajukan dunia amatirisme terutama di Indonesia. Salah satu syarat untuk menjadi anggota ORARI adalah seorang yang Pancasilais, hal ini dikarenakan ideologi negara Indonesia adalah Pancasila. Dalam ujian untuk menjadi anggota ORARI selain kecakapan dalam teknik radio, juga diuji kemampuan P-4 ( Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila ) dari peserta. Dengan demikian para amatir-amatir radio yang baru harus berjiwa tangguh dengan menjunjung tinggi pedoman-pedoman yang ada dan mentaati aturan-aturan
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah
untuk
terus
menerus
menyebarluaskan dan mengamalkannya. Jadi jelasnya bahwa persyaratan P-4 bagi amatir radio adalah dimaksudkan untuk membentuk amatir radio yang beradab, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, berjiwa demokrasi dan berjiwa sosial serta takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka inilah yang dimanfaatkan guna menunjang upaya pembangunan nasional bangsa Indonesia. Pertama, kegiatan amatir radio selain merupakan cara penyaluran minat dan bakat dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan di bidang elektronika bagi individuindividu,
juga
merupakan
suatu
sumber
daya
yang
dapat
membantu
pengembangan di bidang telekomunikasi. Dengan kegiatan amatir radio yang tertib dan berkembang maju, bibit tenaga telekomunikasi yang baik dapat dibina
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dan dipergunakan untuk mengatasi kekurangan tenaga ahli di bidang telekomunikasi. Jaringan radio amatir dapat pula dipergunakan dalam keadaan darurat untuk kepentingan kemanusiaan dan keamanan. Selanjutnya, pengalaman, penelitian dan percobaan yang dilaksanakan amatir radio dapat pula menjadi sumbangan yang berarti dibidang elektronika. Keseluruhan itu dapat ditemukan pada anggota-anggota ORARI. Hal ini dikarenakan satu-satunya wadah kegiatan amatir radio yang resmi dan diakui Pemerintah di Indonesia adalah ORARI. Kedua, dengan demikian peranan ORARI adalah turut memberikan sumbangannya kepada usaha-usaha Pemerintah Republik Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta turut dalam memelihara kesatuan dan persatuan bangsa serta persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia melalui kegiatan-kegiatannya.
c. Fungsi ORARI Untuk mencapai tujuannya, ORARI mempunyai 3 ( tiga ) fungsi, yaitu Fungsi Administratif, Fungsi Operasional, dan Fungsi Khusus. Fungsi Administratif ORARI adalah wadah pembinaan amatir radio di Indonesia. Dalam fungsi ini, kegiatan organisasi adalah memperjuangkan hak dan legalitas, serta mengadakan penataran dan bimbingan untuk anggotanya. Fungsi Operasional ORARI adalah sebagai sarana Bantuan Komunikasi radio dalam rangka komunikasi cadangan nasional dan kemanusiaan. Untuk merealisasikan fungsi ini, organisasi menyelenggarakan Public Service melalui beberapa kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Fungsi Khusus ORARI adalah sarana bantuan pemerintah dalam mengawasi pemakaian gelombang radio dan penggunaan alat-alat pemancar. Setiap amatir radio mempunyai kewajiban memberikan informasi kepada yang berwajib tentang pemakaian gelombang radio dan alat-alat pemancar secara gelap yang diketahuinya 21) . Sesuai dengan uraian di atas, jika dilihat dari segi masing-masing fungsinya, dapat dikatakan bahwa keseluruhan merupakan hal-hal positif yang ditunjukkan oleh ORARI. Dari fungsi administratif, dapat dihasilkan para amatir radio yang berbakat dan dimanfaatkan demi kemajuan bangsa, dimana kegiatankegiatan yang mereka lakukan secara resmi tidak dilarang oleh pemerintah. Melalui beberapa penataran dan bimbingan kepada anggotanya, ditanamkan kepada masing-masing anggota bahwa kegiatan yang mereka lakukan sematamata hanya untuk membantu kemajuan bangsa, bukan untuk kepentingan pribadi masing-masing individu dan kelompok. Dalam rangka fungsi operasionalnya, para anggotanya melakukan berbagai macam kegiatan. Diantaranya, kegiatan amatir radio yang berupa Rag Chewing yang merupakan kegiatan berkomunikasi antar amatir radio yang paling tua dan populer di udara serta menyangkut suatu subyek atau topik. Subyek atau topik yang diprioritaskan adalah hal yang menyangkut teknik radio dan perangkatnya. Kesempatan ini banyak disalahgunakan dengan berbicara tanpa subyek, dan menjurus kepada hal-hal yang negatif
22)
.
DXing yang sebenarnya hanya merupakan Rag Chewing Internasional dengan ikatan ketentuan timbal balik antar negara. Berkomunikasi dengan seorang 21)
op. cit., Wawancara dengan Yazwan Batubara di kediamannya Jl. Bulutangkis No. 31 Medan, pada tanggal 19 Oktober 2007. 22)
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
amatir radio dari suatu negara yang tidak mempunyai hubungan baik dengan Indonesia merupakan larangan, lebih-lebih dengan seorang amatir radio dari negara yang memusuhi Indonesia. Namun jika dilakukan dengan amatir radio dari negara-negara yang mempunyai hubungan baik dengan Indonesia dapat diambil keuntungan, terutama dari segi Pariwisata, dimana melalui kegiatan ini dapat diperkenalkan beberapa tempat di Indonesia yang mempunyai potensi wisata yang baik. Contest adalah suatu kompetisi yang diselenggarakan secara teratur guna menguji kemahiran dan keterampilan para amatir radio sebagai hasil latih diri. Salah satu bentuk Contest adalah memburu QSL Card dengan Awardnya, yakni memburu kartu yang berfungsi sebagai koleksi dan dapat dijadikan syarat untuk mendapatkan Award ( penghargaan ) dan kenaikan pangkat. Untuk fungsi khusus, sudah diuraikan sebelumnya bahwa melalui ORARI dan angotanya dapat diawasi pemakaian gelombang radio baik itu gelombang radio siaran ataupun gelombang radio gelap yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun oknum-oknum tersebut ada juga anggota dari ORARI, dimana mereka melakukan komunikasi dengan tujuan kepentingan pribadi baik itu berupa sekedar pembicaraan biasa sampai pembicaraan yang menyangkut bisnis 23) . Tugas, tujuan dan fungsi ORARI merupakan suatu akibat dari maksud pemerintah merestui berdirinya ORARI. Dengan demikian, tugas, tujuan dan fungsi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi harus konsisten dengan maksud
23)
ibid.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
pemerintah. Hal ini dapat terjamin karena Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ORARI harus dikukuhkan oleh pemerintah.
3. 3 Keanggotaan ORARI Bagi siapa saja yang berminat menjadi amatir radio harus mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh badan telekomunikasi pemerintah setempat dan dibantu sepenuhnya oleh ORARI. Di Indonesia hal itu dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Ujian ini meliputi keterampilan menerima dan mengirim Kode Morse
24)
, peraturan radio nasional dan internasional mengenai
kegiatan amatir radio dan siaran radio umumnya, tata cara berkomunikasi radio internasional, teknik radio sebagai pengetahuan dasar serta bahasa Inggris. Ujiannya dilakukan secara tertulis di tempat-tempat yang telah ditentukan, misalnya pada tahun 1981 ujian dilaksanakan di Gelanggang Mahasiswa USU. Adapun guna ujian ini yaitu untuk mendapatkan Surat Keterangan Kecakapan Amatir Radio ( SKKAR ) yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi sebagai bukti bahwa seseorang telah lulus ujian. Setelah lulus ujian dan mendapatkan SKKAR mereka diharuskan untuk mendaftar kepada ORARI untuk mendapatkan Surat Izin Amatir Radio sesuai dengan tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki. Ada empat tingkat kemahiran yang dimiliki oleh amatir radio di Indonesia, yakni :
24)
Kode Morse adalah Bahasa Internasional dengan singkatan-singkatannya, yang merupakan tabir bahasa sehingga komunikasi internasional lebih mudah dilakukan. Jika dibandingkan dengan komunikasi menggunakan suara, secara teknis kode morse dapat mencapai jangkauan yang sama jauhnya walau dengan kekuatan pancar yang lebih kecil. Bila kondisi operasi radio sangat buruk dan komunikasi vokal tidak dapat dilakukan, kode morse seringkali dapat menembusnya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
•
Pemula / Hotel, diberikan apabila telah lulus ujian tingkat pemula yang mencakup
pengetahuan
pancasila,
radio
elektronika
dasar
dan
perundangan / peraturan tentang radio. Merupakan tingkatan yang paling baru dibuat dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk menampung hobinya dalam radio amatirisme, dengan masa izin berlaku 1 ( satu ) tahun. Untuk tingkatan ini dibebaskan ujian morse, yang bagi sementara orang merupakan syarat yang sangat berat dan sulit untuk dipelajari, tetapi bekerja pada frekuensi diatas 30 MHz. •
Siaga / Delta, dimana syarat untuk memperoleh ijin amatir radio tingkat siaga adalah sama dengan kelas pemula, kecuali harus mengikuti dan lulus ujian kode morse dengan kecepatan 5 perkataan permenit ( 5 WPM ) dengan masa izin berlaku 3 ( tiga ) tahun, dan hanya boleh dipergunakan untuk hubungan radio amatir di dalam negeri atau lokal dengan para amatir radio yang mempunyai izin amatir radio. Kekuatan pemancar yang dipergunakan sebatas maksimum 10 watt.
•
Penggalang / Charlie, harus menempuh dan lulus tingkat lanjutan dari ujian yang diberikan pada tingkat siaga, ditambah dengan bahasa inggris untuk komunikasi radio, harus mampu dan lulus ujian kode morse dengan kecepatan 8 perkataan permenit ( 8 WPM ), dengan masa izin berlaku 5 ( lima ) tahun, dan hanya boleh dipergunakan untuk hubungan radio amatir di dalam negeri atau nasional dengan para amatir radio yang mempunyai izin amatir radio. Kekuatan pemancar yang dipergunakan sebatas maksimum 75 watt
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
•
Penegak / Bravo, dengan syarat ujian tingkat lanjut dari tingkat penggalang ditambah dengan ujian teknik radio terapan, harus lulus ujian kode morse dengan kecepatan 12 perkataan permenit ( 12 WPM ), dengan masa izin berlaku 5 ( lima ) tahun, dan dapat dipergunakan untuk hubungan radio amatir dengan luar negeri atau internasional dengan para amatir
radio
internasional
yang sah.
Kekuatan
pemancar
yang
dipergunakan sebatas maksimum 500 watt 25) . Pembagian ini disebabkan karena pada dasarnya kemampuan elektronika seseorang tentu berbeda-beda, terutama dalam menggunakan radio amatir. Tidak semua anggota ORARI memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sama. Walaupun mereka sudah lulus ujian dan sudah terdaftar sebagai anggota ORARI yang sah, mereka akan diberikan nama panggilan ( Call Sign ) sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan mereka masing-masing. Jika kemampuan mereka hanya sekedar dasar-dasar elektronika saja mereka akan diberi Call Sign Hotel. Setelah itu jika mereka ingin naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi mereka harus mengikuti ujian tingkat kemahiran selanjutnya, dan apabila lulus maka diberikan Call Sign Delta. Begitu seterusnya jika mereka ingin masuk ke tingkat yang lebih tinggi lagi mereka harus mengikuti ujian tingkat kemahiran selanjutnya dengan materi ujian berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya. Hak memiliki dan menggunakan perlengkapan stasiun radio amatir serta ban frekuensi radio juga juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat izin yang dimiliki. Tingkat Penegak memiliki semua hak yang ada bagi amatir radio baik
25)
loc. cit.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dalam kekuatan pemancar dan ban frekuensi yang boleh dipakai maupun daya pancaran yang diizinkan, misalnya kode morse, suara, kode digital, dan pancaran televisi. Tingkat Pemula tidak dikenakan ujian keterampilan mengirim dan menerima kode morse. Siaga, Penggalang dan Penegak, sebaliknya harus dapat mengirim dan menerima kode morse, masing-masing dengan kecepatan 5,8 dan 12 kata permenit. Dengan demikian untuk tingkat Charlie dan Bravo sudah boleh melakukan komunikasi keluar negeri ( Dxing )
26)
dengan ketentuan komunikasi
internasional. Setiap orang yang sudah menempuh ujian amatir radio yang diselenggarakan pemerintah hanya dapat melakukan kegiatan radio amatir jika sudah menjadi anggota ORARI. Dalam praktek, nama panggilan ( call sign ) yang secara teoretis diberikan pemerintah kepada yang berhak, dan dialokasikan oleh pengurus ORARI setempat bagi anggotanya yang baru. Bagi pemilik Ijazah Negara Operator Telegrap dan Telepon Radio ( OTTR ) tertentu yang berminat menjadi amatir radio dibebaskan dari kewajiban mengikuti ujian dan dapat diberikan izin amatir radio berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Adapun pembagian keanggotaan dalam ORARI dibebankan menurut macam-macam sebagai berikut : 1.
Anggota Biasa •
Adalah setiap warga negara Indonesia yang telah memenuhi segenap persyaratan Pemerintah dan Organisasi untuk melakukan kegiatan amatir radio
26 )
Untuk lebih jelas lihat hlm. 33
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
•
Bersedia mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi
•
Mengajukan permohonan dan disetujui
2. Anggota Luar Biasa •
Adalah setiap warga negara asing yang telah memperoleh izin dari Pemerintah Republik Indonesia dan telah memenuhi persyaratan organisasi untuk melakukan kegiatan amatir radio di dalam wilayah Indonesia.
•
Bersedia mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi
•
Mengajukan permohonan dan disetujui
3. Anggota kehormatan •
Adalah setiap orang yang karena jasa-jasanya terhadap ORARI sebagai organisasi atau karena jabatannya dapat diangkat sebagai anggota kehormatan.
•
Bersedia menjadi anggota kehormatan
•
Mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Pemerintah dan Organisasi Dari ketiga keanggotaan berupa Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan
Anggota Kehormatan ini, ketiga-tiganya diangkat dengan surat keputusan ketua umum ORARI atas usul ketua ORARI daerah. Keanggotaan yang telah diperoleh dapat gugur dengan alasan-alasan antara lain : •
Atas permintaan sendiri
•
Bukan warga negara Indonesia
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
•
Anggota Luar Biasa yang sudah tidak tinggal lagi di Indonesia
•
Izin amatir radio telah kadaluarsa
•
Tidak membayar iuran
•
Meninggal dunia
•
Terkena sanksi pidana-pidana kejahatan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
•
Dipecat
•
Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota
3. 4 Struktur Organisasi ORARI Secara organisasi ORARI berada di bawah International Amateur Radio Union ( IARU ) region III yang merupakan organisasi amatir radio dunia, sedangkan secara hukum ORARI berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan Departemen Perhubungan. ORARI tersusun atas tingkat-tingkat organisasi sebagai berikut : 1.
ORARI Pusat yang merupakan induk organisasi berkedudukan di ibukota negara dan dipimpin oleh ketua umum ORARI.
2.
ORARI Daerah berkedudukan di ibukota provinsi dan dipimpin oleh ketua ORARI Daerah.
3.
ORARI Lokal berkedudukan di kotamadya atau kabupaten daerah tingkat II ORARI Daerah Sumatera Utara mempunyai wewenang untuk membuat
peraturan-peraturan yang berlaku terhadap segenap anggota di daerahnya dan mengeluarkan instruksi-instruksi serta meminta laporan atas pelaksanaannya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Dalam menciptakan hubungan yang erat antara pengurus pusat dan pengurus daerah ORARI menciptakan suatu media yaitu semacam Pusat Publikasi atau Pusat Informasi yang mempunyai peranan sebagai wadah dan sarana menyampaikan informasi baik yang bersifat pembinaan ataupun informasi lainnya di bidang radio komunikasi dari pengurus kepada anggota ataupun sebaliknya di luar jalur surat menyurat resmi. Pusat Publikasi juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan latihan, tugasnya menerbitkan buku-buku panduan dan program pendidikan ataupun latihan bagi kemajuan amatir radio. Pusat Publikasi ini juga mengelola suatu penerbitan berupa majalah atau buletin yang ditangani secara profesional agar eksistensi benar-benar dapat dijamin secara baik. Dengan diterbitkannya majalah atau buletin tersebut akan dapat dicapai suatu pembinaan yang lebih efektif, tercipta suatu komunikasi langsung dari atas ke bawah atau sebaliknya, sekaligus dapat memberikan wadah yang menarik bagi bakat-bakat anggota untuk mengetengahkan ide ataupun gagasan baru demi kemajuan amatir radio. Dalam hubungan ini Pengurus Pusat tidak lagi melaksanakan kegiatan operasional secara fisik, karena pada hakekatnya Pusat lebih banyak membuat kebijaksanaan. Yang melaksanakan kegiatan operasional adalah Daerah dengan lokal-lokalnya, karena mereka yang lebih menguasai daerahnya masing-masing dan lebih mengetahui / mengenal sifat masyarakat atau kondisi dan aspirasi masyarakat di daerahnya, kecuali itu kegiatan-kegiatan yang bersifat nasional sesuai kebutuhan dapat dikoordinasikan oleh Pengurus ORARI Pusat dan terutama kegiatan-kegiatan Internasional masih ditanganinya langsung.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Pusat membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan umum dan diteruskan kepada Daerah, begitu juga Daerah meneruskan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut sampai ke lokal-lokal melalui surat resmi maupun melalui badan publikasi yang telah dipunyai, agar semua kebijaksanaan dapat langsung sampai kepada anggota. ORARI Daerah Sumatera Utara memiliki : a.
Ketua
yang
berkewajiban
memimpin
Organisasi
Daerah,
melaksanakan rencana kerja Daerah yang berdasarkan rencana induk ORARI Pusat serta peraturan yang berlaku. Dalam rangka melaksanakan kewajibannya
ketua
dapat
mengeluarkan
instruksi-instruksi,
serta
ketentuan-ketentuan bagi Daerahnya, dan membuat laporan berkala kepada ORARI Pusat. Ketua disini bertanggung jawab kepada Ketua Umum
ORARI
Pusat
atas
pelaksanaan
instruksi-instruksi
yang
dikeluarkan oleh ORARI Pusat, dimana selain itu ketua juga bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah. b.
Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban membantu Ketua dalam rangka penyelenggaraan pimpinan sehari-hari dibidangnya masing-masing. Keduanya dapat mewakili Ketua Daerah dalam kegiatan-kegiatan dan hubungan ke dalam atau ke luar negeri sesuai bidangnya. Sebagai wakil juga berkewajiban menyusun rencana kerja dibidangnya, menentukan kegiatan-kegiatan pelaksanaan rencana kerja dalam bidangnya, sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan atau keputusan rapat kerja Pengurus Daerah. Selain itu, juga
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
berkewajiban mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatankegiatan organisasi dalam bidangnya. c.
Sekretaris dan Wakil Sekretaris yang bertanggung jawab kepada ketua dan berkewajiban melaksanakan tata usaha kepengurusan daerah, menyelenggarakan arsip, mengurus ijin, mengurus urusan tanda anggota, dan menyusun laporan berkala.
d.
Bendahara dan Wakil Bendahara yang bertanggung jawab kepada ketua dan berkewajiban menyusun anggaran serta mengatur pembiayaan organisasi, menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan kebijaksanaan Ketua Daerah dan ketentuan-ketentuan organisasi. Selain itu juga berkewajiban mengurus iuran organisasi, serta membuat laporan keuangan secara berkala.
e.
Ketua-Ketua Bagian menurut keperluan yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban untuk melaksnakan rencana kerja dalam bagian masing-masing, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi dalam bagiannya masing-masing.
f.
Pembantu-Pembantu Umum menurut keperluan yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ketua Daerah. ORARI dalam beraktivitas sebagai organisasi juga mempunyai agenda
Musyawarah Daerah untuk tingkat daerah yang merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam ORARI Daerah dan bersidang sedikitnya satu kali dalam tiga tahun. Melalui musyawarah ini dubentuk dan dipilh pengurus-pengurus yang akan menjabat serta dewan pelindung dan penasehat ORARI. Selain itu melalui
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
musyawarah juga ditetapkan kebijaksanaan umum dan rencana kerja untuk masa jabatan pengurus.
3. 5 Hak dan Kewajiban Anggota ORARI Hak dan kewajiban bagi tiap-tiap anggota ORARI diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ORARI. Adapun hak-hak bagi tiap-tiap anggota ORARI yaitu sebagai berikut : A. Anggota Biasa berhak : 1. Berbicara dalam rapat, yakni hak untuk memberikan masukan-masukan dalam musyawarah ataupun memberikan tanggapan-tanggapan terhadap masalah yang dibicarakan dalam rapat. 2. Memberikan suara dalam rapat, yakni apabila dilakukan pemilihan dan pergantian susunan kepengurusan secara mendadak, sebagai anggota berhak untuk ikut memberikan suara dalam menentukan pemilihan kepengurusan yang akan dibentuk. 3. Memilih dan dipilih sebagai Anggota Pengurus, maksudnya yaitu sebagai anggota berhak untuk mencalonkan ataupun dicalonkan dalam susunan kepengurusan yang akan dibentuk, baik itu sebagai kandidat yang akan dipilih ataupun hanya sebagai pemilih dalam menentukan kepengurusan yang terlebih dahulu ditetapkan 4. Membela diri atas hukuman karena melakukan pelanggaran baik itu berupa penyalahgunaan frekuensi, misalnya melakukan komunikasi dengan stasiun radio yang tidak mempunyai izin dan identitas yang sah. Biasanya hukuman itu berupa sanksi administratif berupa peringatan-
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
peringatan sampai pada penyegelan sementara dan sanksi pidana berupa hukuman atau denda disertai dengan penyitaan perangkat radio. 5. Mendapatkan perlindungan, dimana oleh Pengurus diberikan kesempatan bagi anggota yang melanggar. Maksudnya yakni apabila seorang anggota melakukan pelanggaran maka Pengurus melalui Daerahnya akan memperjuangkan dan memberikan bahan pertimbangan agar anggota tersebut diberikan hukuman berupa teguran ataupun peringatan saja. B. Anggota Luar Biasa berhak : 1. Hadir dan berbicara dalam rapat 2. Membela diri 3. Mendapatkan perlindungan C. Anggota Kehormatan berhak : 1. Mendapat undangan untuk mengahadiri upacara-upacara dan rapat-rapat tertentu. Dalam hal ini anggota kehormatan merupakan golongan teratas dalam keanggotaan ORARI. Biasanya mereka ini tergolong kepada tingkat kemahiran yang paling tinggi yaitu tingakt Penegak / Bravo. Dengan demikian golongan keanggotaan ini yang akan dipilih sebagai perwakilan dari daerahnya masing-masing untuk mengikuti undangan rapat dari instansi-instansi pemerintah dan swasta, serta musyawarah-musyawarah yang membicarakan bidang radio amatir baik itu dalam skala nasional maupun internasional. 2. Mempunyai hak berbicara Sedangkan kewajiban bagi tiap-tiap anggota ORARI adalah sebagai berikut :
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
A. Anggota Biasa berkewajiban : 1. Membayar iuran 2. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturanperaturan organisasi 3. Menghadiri rapat 4. Melaksanakan segala keputusan-keputusan yang telah diambil dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Rapat Umum Anggota 5. Memelihara, memajukan, dan mengembangkan kegiatan amatir radio di Indonesia B. Anggota Luar Biasa berkewajiban : 1. Membayar iuran 2. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturanperaturan organisasi 3. Melaksanakan segala keputusan-keputusan yang telah diambil dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Rapat Umum Anggota 4. Memelihara dan menjaga nama baik organisasi 5. Memelihara, memajukan, dan mengembangkan kegiatan amatir radio di Indonesia C. Anggota Kehormatan berkewajiban : Membantu pembinaan dan perkembangan amatir radio di Indonesia, dikarenakan Anggota kehormatan merupakan golongan tertinggi yang ada dalam keanggotaan ORARI, baik itu dari penggolongan jabatan ataupun tingkat kemahiran.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
3. 6 Kode Etik ORARI Seorang amatir radio harus menjunjung tinggi kode etiknya, yaitu sebagai berikut : - Pertama
: Berjiwa Perwira. Secara sadar ia tidak akan menggunakan udara
untuk kesenangan pribadi sedemikian rupa sehingga mengurangi kesenangan orang lain. Kalimat di atas dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa amatir radio adalah disiplin. Masalah ini timbul karena kemampuan setiap stasiun mengganggu komunikasi lain, baik dengan menumpangkan siaran lain. Perbuatan ini menonjolkan kepribadian yang lemah, tidak demikian dengan amatir radio. Amatir radio berjiwa perwira maksudnya yaitu ia disiplin dimana tercakup sifat-sifat tahan diri, tahan emosi, tidak gegabah, tidak ceroboh. Dengan begitu ia makin meningkatkan sifat mental tenggang rasa, keakraban, kesabaran, kejujuran, tegas dan cermat. Sebaliknya, apabila sang amatir diganggu, di situ pula sang amatir bisa menahan diri. Ia tidak akan tersinggung, dan betapa sakit rasanya ia diganggu, ia tetap tidak mengumandangkan kegusaran, kejengkelan, amarah dan sebagainya meskipun ia bisa mengetahui apa atau siapa yang mengganggu itu. Pada kesempatan lain lokasi pengganggu diusahakan ditemukannya dan melaporkannya kepada Pengurusnya, dengan keyakinan bahwa bahwa pada suatu saat di kemudian hari gangguan itu tidak akan ada lagi.
- Kedua
: Setia. Ia mendapat izin amatir dari pemerintah karena organisasinya
dan akan setia dan patuh kepada negara dan organisasinya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Amatir adalah hobi dan kepadanya diberi kemungkinan dan kesempatan untuk mengudarakan hasil jerih payahnya. Tidak hanya itu saja, di udara ia bertemu dengan rekan-rekan sehobi sehingga dapat saling bertukar pikiran tentang banyak masalah dan persoalan, bahkan berakhir dengan bertemu. Dikarenakan kesempatan ini amatir radio berterima kasih kepada Pemerintah dan organisasinya dengan cara setia dan patuh kepada kewajibannya. Selain itu ia juga dituntut untuk menjunjung tinggi nama organisasinya, mulai dari masyarakat sekitarnya berupa mengusahakan agar peralatannya tidak menggangu pancaran radio dan televisi masyarakat sekitarnya, sampai pada kegiatan komunikasi internasional, dimana ia harus berusaha berpegang teguh pada peraturan yang berlaku.
- Ketiga
: Progresif. Amatir radio selalu menyesuaikan stasiun radionya
setingkat dengan ilmu pengetahuan. Ia membuatnya dengan baik dan efisien, ia mempergunakan dan melayaninya dengan cara yang bersih dan teratur. Kesimpulan dari butir Kode Etik ini adalah bahwa amatir radio memiliki dan mengoperasikan stasiun radio yang tidak menyebabkan gangguan, kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Apabila mengudara maka amatir radio harus mengusahakan sinyalnya baik dan bersih, begitu juga dengan cara ia melayani, harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan dengan dasar sebagai hobi, maka sang amatir akan selalu memperbaiki, meningkatkan peralatan
dan
kemampuannya
agar
selalu
setingkat
dengan
kemajuan
pengetahuan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
- Keempat : Ramah Tamah. Jika diminta, ia akan mengirim beritanya dengan perlahan dan sabar, kepada yang belum berpengalaman ia memberi nasehat, pertimbangan dan bantuan secara ramah tamah. Inilah ciri-ciri khas amatir radio. Kalau butir Kode Etik benar-benar dihayati dan dipahami sehubungan dengan amatirisme radio, maka tidak bisa ditemukan bahwa amatir radio itu memberi pelajaran atau mengajar amatir radio lainnya. Nasehat, pertimbangan dan bantuan itulah yang memang selalu menjadi pedoman amatir radio. Nasihat dan pertimbangan itu selalu adalah opsi bagi amatir lainnya, artinya ia dapat menggunakan atau tidak menggunakannya. Keseluruhannya bisa dihubungkan dengan non komersil, yang sesuai dengan tujuan dasar ORARI.
- Kelima
: Amatir Radio Berjiwa Seimbang. Radio merupakan hobinya, ia
tidak akan memperkenankan hobinya mempengaruhi kewajibannya terhadap rumah tangga, pekerjaan, sekolah atau masyarakat sekitarnya. Butir dari Kode Etik ini mengatakan bahwa hobi memang bisa mempengaruhi kewajibannya. Uang, waktu dan gangguan-gangguan lainnya dapat terjadi apabila amatir radio tidak memahami dan menjalani dengan benar butirbutir dari Kode Etik yang ada. Bagi para pelajar dan mahasiswa perlu diingatkan bahwa sekolah adalah utama, sedangkan kegiatan amatir radio merupakan kegiatan kedua setelahnya. Gangguan-gangguan dapat terjadi juga pada lingkungan sekitar amatir radio, misalnya gangguan gelombang pada televisi dikarenakan gelombang radio para amatir radio. Disinilah kepribadian dari amatir dinilai.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
- Keenam : Amatir Radio adalah Seorang Patriot. Ia selalu siap sedia dengan pengetahuan dan stasiun radionya untuk mengabdi kepada negara dan masyarakat. Tidak pernah dunia manusia ini tidak dilanda kejadian-kejadian ukuran bencana, disamping perang, dunia dan negara cukup sering dilanda bencana seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, angin topan, kebakaran alam, dan lain sebagainya. Tidak perlu dijelaskan bahwa dalam keadaan-keadaan tersebut komunikasi menjadi sangat penting dan diperlukan. Sistem komunikasi biasanya pada tempat-tempat bencana seperti hutan, lautan tidak ada, dan kalaupun itu kota, komunikasi akan terhenti apabila kota itu dilanda banjir, dilanda angin topan, dan sebagainya. Disinilah sang amatir dengan segala keterampilannya diperlukan. Dalam kondisi sulit bagaimanapun dapat menyelenggarakan komunikasi menolong sesama manusia dalam keadaan darurat. Keseluruhan butir-butir kode Etik tersebut oleh ORARI kepada anggotaanggotanya harus betul-betul dijalankan dan diamalkan. Hal ini karena pada dasarnya ORARI merupakan sebuah organisasi, dan Kode Etik merupakan aturan dan peraturan yang bersifat organisasi. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, apabila ada anggotanya yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. Selain itu sebagai amatir radio harus mempunyai etika-etika sebelum ataupun sedang berkomunikasi. Adapun etika-etika dalam berkomunikasi itu sebagai berikut : -
Bahasa terbuka, yakni menggunakan bahasa yang dimengerti umum, dilarang menggunakan bahasa sandi, bahasa daerah, dan bahasa-bahasa yang tidak sopan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
-
Bahasa santun, yakni amatir radio harus bisa menyadari bahwasanya pembicaraan di frekuensi dapat didengar banyak orang maka amatir radio harus berbicara dengan jelas dan sopan, jangan berbicara sambil makan, mendengarkan musik ataupun siaran televisi, membaca koran, marah bernyanyi dam sebagainya.
-
Pembicaraan yang wajar, yakni tidak boleh melakukan pembicaraan untuk keperluan dagang, politik, menyebarkan gosip, menyebarkan berita yang menyesatkan, berita yang meresahkan masyarakat dan sebagainya. Namun dari keseluruhan uraian di atas, bukan berarti Kode Etik dan Etika-
Etika berkomunikasi tersebut dijalani betul-betul oleh para anggota ORARI. Masih ada beberapa anggota ORARI yang tidak menjalani dan mengamalkannya, misalnya masih ada kekacauan dan gangguan yang terjadi dalam frekuensi ORARI sehingga terjadi dengan apa yang dinamakan polusi frekuensi, ditambah lagi cara-cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, misalnya banyak anggota ORARI dalam melakukan komunikasi radio memanggil rekanrekannya dengan tidak memakai prefix dan banyak yang melakukan pemanggilan seenaknya sendiri, bahkan sampai ada yang menggunakan bahasa yang tidak sopan. Cara ini sangattidak dibenarkan oleh ORARI. Hal ini terjadi biasanya pada malam hari, yang mana oleh para anggotanya melakukan komunikasi radio untuk mengisi waktu senggang dengan pembicaraan yang tidak penting atau sekedar saling mengobrol santai sampai menjurus kepada hal-hal yang berada diluar kepentingan organisasi sampai ada yang lupa waktu. Mereka tidak sadar bahwa selain itu mereka masih mempunyai banyak kegiatan dan keperluannya masing-masing selain hanya berkomunikasi di radio.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Dan pada akhirnya dari beberapa contoh nyata yang diuraikan diatas mengenai masih banyaknya oknum-oknum ORARI yang melakukan beberapa pelanggaran-pelanggaran, dapat dilihat dan dikaitkan bahwasanya masih banyak oknum-oknum ORARI yang tidak betul-betul memahami dan mengamalkan keselurahan Kode Etik amatir radio yang ada, terutama terletak pada Kode Etik ORARI butir kelima yang mengatakan bahwa amatir radio berjiwa seimbang.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB IV EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA
4. 1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara ORARI Sumatera Utara telah mengalami perubahan yang signifikan dalam dekade kedua semenjak berdirinya. Jika dilihat pada awal berdirinya ORARI masih hanya sebuah organisasi yang kecil dengan jumlah anggota yang sedikit. Keadaan yang demikian berlangsung cukup lama, sampai pada akhirnya di sekitar tahun 1980-an ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa ORARI berdiri serentak secara nasional di seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 1968, termasuk ORARI Sumatera Utara. Ketua Umum ORARI Daerah Sumatera Utara yang pertama kali adalah Bapak Kustoyo ( 1968 - 1969 ), kemudian diteruskan oleh Bapak Marno BCTT ( 1969 - 1971 ) dan dilanjutkan oleh Bapak Dr. Soegito Hoesodowijoyom ( 1971 – 1973 ). Dikarenakan ORARI Daerah Sumatera Utara masih dalam tahap pembentukan maka kepengurusannya masih bisa dikatakan belum terstrukstur secara pasti. Posisi Ketua masih berganti dalam jangka waktu satu sampai dua tahun. Selain itu sampai tahun 1973 dengan Ketua Dr. Soegito Hoesodowijoyo tercatat bahwa jumlah anggota yang aktif hanyalah sekitar 30 orang 27) . Sebagai organisasi yang masih muda, dapat dimaklumi bahwa untuk mencapai tujuan dan fungsi utama dari organisasi ORARI itu sendiri secara 27
) Wawancara dengan Prof. Dr. Soegito Hoesodowijoyo di Kediamannya Jl. Prof. T. Zulkarnaen No. 11 Medan, pada tanggal 23 Februari 2007.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
sempurna adalah tidak mudah. Selama dekade pertama pertumbuhan ORARI sangatlah lambat. ORARI dengan Ketua beserta anggota-anggotanya belum dapat berbuat banyak. Mereka hanya melakukan kegiatan-kegiatan sebatas saling berkomunikasi antara sesama anggota saja. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mereka hanya sekedar kumpul-kumpul di sekretariat yang berupa kediaman dari salah satu anggotanya yakni di rumah kediaman Kol. Wahid Lubis di Jl. Imam Bonjol No. 46 Medan sambil melakukan hobi-hobian saling berkomunikasi tanpa ada tujuan yang berarti. Bukan berarti ORARI tersebut tidak berusaha untuk memperluas jaringan oganisasinya, hanya saja banyak orang yang belum mengetahui apa itu ORARI
28)
. Mungkin timbul pertanyaan “ Kenapa
demikian ? “. Banyak alasan kenapa masyarakat tidak mau perduli apa itu ORARI dan bergabung dengan ORARI. Adapun alasan kuat masyarakat umum tidak mau bergabung terhadap ORARI yaitu masih banyak masyarakat yang belum mengerti bidang elektronika komunikasi khususnya radio amatir, ditambah lagi prosesnya yang memang dapat dikatakan sulit, dimana mereka harus memenuhi syarat terlebih dahulu untuk dapat bisa mengikuti ujian seleksi penerimaan anggota ORARI. Setiap ujian yang dilakukan ORARI masih minim peminatnya, dikarenakan lagi ujiannya sangat sulit untuk dilewati terutama pada tahap ujian keterampilan menggunakan Morse. Dimana pada saat itu masih sedikit masyarakat yang paham dan mengerti menggunakan Morse 29) . Salain masyarakat awam, para amatir radio juga masih terkesan enggan untuk bergabung dengan ORARI, hal ini dikarenakan sekitar tahun-tahun sebelum 28) 29 )
ibid., ibid.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
1980, dimana teknologi semi konduktor masih merupakan teknologi mahal, amatir radio masih menggunakan tabung-tabung elektronik untuk membuat perangkat radio amatir mereka, dan ini memerlukan usaha yang tekun, sukar, dan lama, sehingga hasrat untuk menekuni hobi elektronika komunikasi waktu itu sangat sedikit, terbatas kepada mereka yang betul-betul memiliki keahlian elektronika. Perangkat mereka untuk melaksanakan kegiatan biasanya berasal dari hasil rakitan sendiri dan memakai komponen-komponen bekas yang banyak didapatkan di pasar loak. Pada waktu itu usaha ORARI ingin menarik anggota sebanyak-banyaknya terasa sangat sulit, karena masyarakat tidak tertarik dengan rangkaian-rangkaian elektronik yang berasal dari barang-barang rongsokan yang rumit dan sulit, padahal waktu itu kewenangan untuk menguji coba anggota dilimpahkan oleh DETELRI kepada ORARI. Singkatnya, ORARI ingin memasyarakatkan namun masyarakat sama sekali tidak tertarik kepada ORARI 30) . Mulai tahun 1980-an dapat dikatakan bahwa tahun inilah ORARI mulai dikenal. Hal ini disebabkan karena setelah tahun 1980 semi konduktor memasuki zaman keemasan dengan sudah dipakainya barang tersebut untuk produksi massal, sehingga menghasilkan suatu peralatan komunikasi yang terbilang canggih waktu itu yakni Handy Transceiver ( Handy Talky )
31)
. Handy Talky telah menjadi
benar-benar handy dan untuk menghasilkan power output 100 watt kita tidak perlu lagi transformator besar dengan tegangan tinggi, bahkan tidak perlu PLN harus masuk rumah, karena dengan accu ( baterai ) pun sudah dapat dipergunakan. 30)
ibid., Handy Talkie atau Walkie Talkie adalah sistem radio diantara dua atau lebih orang dengan alat yang dapat mereka bawa kemana-mana. Biasanya pembicaraan pada Handy Talkie / Walkie Talkie berlangsung secara setengah dupleks, artinya pembicaraan dilakukan secara bergiliran dengan jalan menekan tombol bicara yang terdapat pada alat itu. 31)
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Di dalam mobil pribadi, bus umum, sambil tiduran dan bahkan di kamar mandi sekalipun orang bisa menggunakan alat-alat komunikasi tersebut tanpa takut tersengat aliran listrik. Pasaran elektronika pun tumbuh seperti jamur dimana-mana tanpa memperdulikan aturan maupun peraturan jual beli transceiver, pokoknya untung. Dengan kata lain bahwa HT diperjualbelikan dengan bebas. Pendek kata masyarakat membutuhkan komunikasi, dimana kelihatannya semua kegiatan lancar kalau ada komunikasinya. Temu penganten, pak lurah yang di gunung pun merasakan manfaat komunikasi, koordinasi antara ibu di rumah dan bapak di kantor menjadi lancar, ibu-ibu pun senang karena sewaktu-waktu bisa tahu bapaknya ada dimana, Satpam yang tadinya ronda sekarang cukup pakai HT saja untuk mengecek kesiapan pos-posnya, pacaran berjalan mulus karena tidak perlu izin khusus untuk keluar pada malam-malam selain malam minggu dan lain-lain 32) . Demikianlah, tanpa mengetahui aturan dan peraturannya, masyarakat menjadi pengguna komunikasi. Mereka tidak sadar telah memulai polusi pemakaian frekuensi dan mulai mengganggu dinas-dinas lainnya yang berhak dan berlisensi. Semuanya mulai terganggu karena kapling frekuensinya mulai kemasukan orang ngebrik ( berkomunikasi dengan HT ). Mulai tahun 1980-an, yakni semenjak ramainya HT digunakan, mulailah yang berwajib melakukan penertiban-penertiban atau sweeping penggunaanpenggunaan perangkat komunikasi tanpa izin tersebut. Para pengguna-pengguna perangkat komunikasi mulai tahu bahwa dengan menjadi anggota ORARI maka akan mendapatkan izin dan tidak akan terkena sweeping. Hal inilah faktor utama
32)
Bulletin ORARI Daerah SUMUT, Edisi Khusus Triwulan-I / 1987, hlm 25
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
yang menyebabkan pada tahun 1980-an ORARI berkembang dengan pesat, ditambah lagi dengan dipermudahnya ujian masuk menjadi anggota ORARI dengan dihapuskannya tahap ujian keterampilan menggunakan Morse
33)
, dimana
didalam tahap inilah banyak peserta yang gagal melewatinya. Secara mendadak, semenjak dihapuskannya ujian Morse, jumlah anggota ORARI membengkak dalam waktu yang relatif singkat. Masyarakat menjadi sadar bahwa mereka butuh dan memerlukan ORARI. Orang berlomba masuk ORARI dengan melalui persyaratan ujian dan sebagainya, hanya untuk mencari legalitas atas kebutuhan komunikasinya, sehingga menimbulkan keadaan yang agak unik di dalam tubuh ORARI itu sendiri 34) . Orang yang tadinya tidak bisa membedakan negatif atau positifnya aliran listrik, tiba-tiba perlu tahu hal tersebut. Orang yang tidak pernah kenal sekolahan, dan biasanya hanya pandai menghitung untung rugi, tiba-tiba belajar P-4 ( Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila ) untuk bisa lulus ujian amatir radio. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tahun 1980-an juga merupakan zaman keemasan dari ORARI Daerah Sumatera Utara. Dengan banyaknya jumlah anggotanya maka ORARI Daerah Sumatera Utara mulai berbenah diri. Mulai dari keanggotaan sampai ke tubuh organisasi ORARI mulai mengembangkan diri ke masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan berupa bantuan-bantuan dalam bidang komunikasi sesuai dengan
33)
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1985 telah mensyahkan hasil konferensi ITU di Nairobi 1982, yang berarti akan memberlakukan peraturan radio internasional atau radio regulation bagi Indonesia, dalam pasal 32 dinyatakan bahwa dibuka kesempatan untuk menjadi amatir radio tanpa ujian Morse. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mempermudah proses seleksi masuk anggota baru ORARI 34) op. cit., hlm 27
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
tujuan awal pembentukan ORARI yakni mengabdi kepada negara dan masyarakat. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan ORARI maka secara pasti keberadaan ORARI mulai diperhitungkan, baik itu oleh pemerintahan ataupun oleh masyarakat luas. Setelah sekian lama menunggu akhirnya pada tahun 1985 ORARI Daerah Sumatera Utara memiliki gedung sekretariat sendiri. Adapun lokasi gedung sekretariat yang baru ini yakni terletak di Jl. Kapten Muslim No. 189 Medan
35)
.
Lokasi yang akan didirikannya gedung sekretariat ORARI Daerah Sumatera Utara ini tanahnya merupakan sumbangan dari Pangdam-II / BB. Bangunan gedung yang berarsitektur nasional itu akan membentuk bangunan rumah adat Karo, sebagai ciri khas daerah Sumatera Utara, dibangun atas swadaya anggota dan bantuan dari para dermawan atas dasar karena ORARI Daerah Sumatera Utara mendapat penilaian dan penghargaan sebagai daerah yang paling tertib di seluruh Indonesia dalam pemakaian udara telekomunikasi dari Menteri Pariwisata dan telekomunikasi, yaitu tepatnya pada tahun 1984 36) . Semenjak minat masyarakat untuk memasuki ORARI sangat besar, terbukti bahwa secara organisasi ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis, dimana selain memiliki gedung sekretariat sendiri, tercatat bahwa telah dibentuk beberapa ORARI Lokal di Daerah Sumatera Utara 37) , yakni : 1. Lokal MEDAN, meliputi kecamatan Medan dan kecamatan Medan Denai 2. Lokal MEDAN BARU, meliputi Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Tuntungan 35)
Wawancara dengan Yazwan Batubara di kediamannya Jl. Bulutangkis No. 31 Medan, pada tanggal 19 Oktober 2007 36) Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara, No. 9+10 Tahun ke IX Oktober 1985 37) loc. cit.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
3. Lokal MEDAN TIMUR, meliputi Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Belawan 4. Lokal MEDAN BARAT, meliputi Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Sunggal 5. Lokal SIMANGULUN ( sekarang Lokal SIANTAR / SIMALUNGUN ) 6. Lokal LANGKAT 7. Lokal DELI SERDANG 8. Lokal TANAH KARO 9. Lokal SIBOLGA 10. Lokal TAPANULI UTARA 11. Lokal NIAS 12. Lokal TAPANULI SELATAN 13. Lokal LABUHAN BATU 14. Lokal ASAHAN ( sekarang Lokal ASAHAN / TANJUNG BALAI ) 15. Lokal TEBING TINGGI 16. Lokal BINJAI Keseluruhan Lokal ini merupakan bukti nyata bahwa di sekitar tahun 1980-an keatas ORARI khususnya Sumatera Utara mengalami kemajuan signifikan di bidang organisasi. Kemajuan tersebut terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya dengan terus melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan komunikasi informasi dalam mewujudkan pengabdian kepada negara dan masyarakat, seperti bantuan-bantuan komunikasi pada acara-acara penting, misalnya Pemilu 1987.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
4. 2 Peran Serta ORARI Sebagai Media Komunikasi dalam Pembangunan Nasional Sudah bukan menjadi rahasia umum kiranya bahwa masalah komunikasi memegang peranan yang amat penting dalam setiap nafas kehidupan masyarakat luas. Teknologi mutakhir selalu berusaha untuk dapat memberikan kemudahankemudahan yang dituntut oleh penggunaannya. Walaupun pada saat ini dengan mudah kita dapati berbagai bentuk dan macam peralatan komunikasi yang dipasarkan di tanah air kita ini, namun tidak semuanya selalu dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Oleh karenanya, kehadiran ORARI yang pada dasarnya bersandarkan pada para penggemar dan pecinta komunikasi, merupakan sebuah organisasi yang sangat banyak membantu pemerintah terutama dalam bidang komunikasi dengan cara memanfaatkan kegunaannya bagi tugas-tugas kemanusiaan dalam berbagai bentuk dan manifestasinya. Secara tidak langsung ORARI banyak memberikan manfaat, sebab ORARI adalah tempat pendidikan non formal. Atas kemauan sendiri anggotanya harus terus belajar berbagai pengetahuan ilmu komunikasi, merakit radio, elektro, antena, dan sebagainya. Berkomunikasi dengan negara luar harus bisa berbahasa inggris. Ujian untuk kenaikan tingkat diperlukan berbagai persyaratan, salah satu diantaranya yaitu harus bisa mengirim dan menerima morse, serta bisa berbahasa inggris. Dari segi income ( pemasukan ) untuk pemerintah dapat dilihat dari sudut iuran anggota dapat dihitung, dan lainnya setiap bulannya ada ratusan QSL Card
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
38)
yang beredar di dalam maupun ke luar negeri yang semuanya tentu
berperangko. Untuk meningkatkan pariwisata, QSL Card yang dikirimkan ke luar negeri umumnya punya latar belakang pengetahuan tentang pariwisata alam Indonesia. Usaha yang telah dilaksanakan ORARI dalam mengabdikan diri kepada masyarakat dan negara memang kelihatannya sudah banyak. Partisipasi ORARI telah muncul dalam setiap kegiatan Daerah maupun Nasional. Hal ini dapat dilihat dalam peran sertanya mengisi setiap kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti SAR, Bencana Alam, dan lain-lainnya. ORARI Sumatera Utara telah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi tugasnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, Salah satu tujuan ORARI adalah mengabdi kepada negara dan masyarakat, bukan memisahkan diri. Akibat logis dari kenyataan ini, maka ORARI diharuskan dapat membantu Pemerintah dalam pengabdiannya kepada masyarakat dengan memanfaatkan kemampuannya, yaitu antara lain komunikasi radio. Ketentuan tidak membenarkan ORARI dengan fasilitasnya dijadikan sistem komunikasi dinas instansi Pemerintah atau badan bukan Pemerintah. Di samping itu tidak semua orang dapat menghubungi instansi Pemerintah atau badan lainnya secara gampang dan cepat, karena mereka tidak mempunyai sarana atau tidak mampu mencapai dan menggunakan sarana yang ada, sedangkan mereka perlu menghubungi instansi / badan tersebut dalam rangka penyelamatan jiwa manusia serta harta benda. Di sini ORARI dapat mengambil peranan dengan 38 )
QSL Card adalah konfirmasi dari komunikasi dan report, berfungsi sebagai koleksi, rekaman kenangan, bukti prestasi, syarat untuk mendapatkan penghargaan dan kenaikan tingkat.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
kegiatan Public Service-nya. Untuk itu, ORARI membagi Public Service menjadi 2 ( dua ) sub kegiatan yaitu : Penyelenggaraan Jaringan komunikasi atas prakarsa sendiri yang dinamakan Traffic Net dengan traffic Handling-nya, dan Penyelenggaraan Emergency Communication Service dengan menyediakan Jaringan Komunikasi Darurat atas permintaan. Traffic Handling merupakan suatu kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan / berita yang dilakukan melalui Traffic Net atau Non Net Traffic Activities. Suatu penyampaian dan penerimaan pesan / berita ( traffic ) melalui Rag Chewing ( kegiatan berkomunikasi antar Amatir Radio yang paling tua dan populer di udara serta menyangkut suatu subyek atau topik ) atau bukan Traffic Net untuk disampaikan ke alamatnya, dinamakan Non Net Traffic Activities. Pengirim pesan / berita adalah seorang Amatir Radio biasa atau mereka yang memang ditugaskan sebagai operator pada suatu stasiun yang berada pada lokasi rawan. Penerima pesan / berita adalah seorang Amatir Radio atau stasiun Zulu yang diadakan dalam rangka Traffic Net, antara lain seperti Stasiun Zulu yang berada di Pemda, Kodim, Polres, dan Rumah Sakit. Perlu dijelaskan sekali lagi bahwa stasiun Zulu yang berada di instansi Pemerintah, ABRI, dan Rumah Sakit itu bukan sarana komunikasi dinas instansi tersebut, tetapi adalah sarana komunikasi antar Stasiun Radio Amatir dalam rangka Traffic Handling ini. Pesan / berita yang dapat dikirim dan diterima adalah informasi yang perlu disampaikan secara cepat dan menyangkut penyelamatan jiwa manusia serta harta benda. Pengecualian untuk ini, hanya atas permintaan Pemerintah yang berwenang. Kebenaran pesan / berita harus dipertanggungjawabkan oleh kebenaran identitas Operator Pengirim dan Stasiun Radio Amatirnya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Emergency Communication Service adalah setiap peyelenggaraan Bantuan Komunikasi Radio atas permintaan, dengan kata lain dapat juga dinamakan Bantuan Komunikasi Darurat atau BANKOMDAR, dan sesuai namanya, komunikasi itu bersifat darurat. Ada 2 ( dua ) macam bantuan yang diselenggarakan oleh ORARI yaitu : 1)
Bantuan
Komunikasi
Cadangan
Nasional
atau
BANKOMCADNAS. Sistem bantuan ini dilaksanakan apabila pesan / berita dengan Traffic Handling menyangkut tidak berfungsinya Sistem Komunikasi Normal ( dalam kondisi Darurat Komunikasi, dan memerlukan Bantuan Komunikasi Darurat sebagai pengganti sementara ). Tim ini tidak diperintahkan kepada instansi yang dibantu, tetapi hanya berstatus bantuan langsung. 2)
Bantuan Komunikasi Kemanusiaan atau BANKOMMAN. Apabila pesan / berita melalui Traffic Handling menyangkut keperluan Bantuan Komunikasi Darurat, karena akan dikerahkannya suatu badan seperti tim SAR yang dalam rangka tugasnya memerlukan sistem komunikasi, maka ORARI
harus
mengerahkan
tim
BANKOMMAN-nya
untuk
dibawahperintahkan kepada badan yang dibantu. Tim ini harus mempunyai keterampilan bergerak mengikuti gerakan badan yang dibantu. Komunikasi kedua sistem bantuan ini tetap dinamakan Komunikasi Darurat.
BANKOMCADNAS
diselenggarakan
dalam
rangka
Darurat
Komunikasi, sedangkan BANKOMMAN dalam rangka Kemanusiaan dan dalam kondisi biasa ( sehari-hari ). Penyelenggaraan bantuan-bantuan seperti ini juga
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dilaksanakan tidak hanya dalam kategori Darurat saja, seperti halnya BANKOM untuk Pemilu dan PON ataupun beberapa kegiatan penting lainnya yang ada di Indonesia khususnya Sumatera Utara, serta musibah-musibah yang terjadi melalui Team Emergency Service. Team Emergency Service ( TES ) adalah suatu misi ORARI khususnya ORARI Sumatera Utara untuk membantu masyarakat yang membutuhkan komunikasi dalam kegiatannya. Team Emergency Service ini bukan suatu wadah untuk gagah-gagahan, dan bukan terbatas kepada anggota-anggota tertentu. TES adalah salah satu bidang di bawah operasional yang memberikan bantuan kemanusiaan baik diminta ataupun tidak pada setiap musibah yang menimpa masyarakat. Banyak event dan peristiwa-peristiwa yang telah diikuti dan dibantu oleh TES, diantaranya yang dapat disebutkan sebagai contoh yaitu : a.
Musibah-musibah seperti tanah longsor di Tarutung, air bah di Sembahe, kebakaran di Pasar Ikan Lama, kecelakaan-kecelakaan pesawat yang terjadi di wilayah Sumatera Utara seperti kecelakaan pesawat Hercules AURI di Gunung Sibayak tahun 1985,
b.
Bantuan-bantuan Kamtibmas, misalnya kerjasama dengan Polri, kerjasama dengan KODAU I Medan, Hari ABRI, kerjasama dengan KODAM II dalam pengamanan PEMILU tahun 1982 – 2004.
c.
Kerjasama ORARI dengan PRAMUKA dalam kegiatan Jambore On The Air ( JOTA ), dimana ORARI berperan di bidang komunikasi dalam mensukseskan kegiatan-kegiatan JOTA
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
d.
Bantuan-bantuan komunikasi, misalnya komunikasi ujian masuk Proyek Perintis I USU tahun 1983, bantuan komunikasi untuk Wapres yang datang ke Sumatera Utara dalam rangka meresmikan Proyek Tangga II – PLTA Asahan tahun 1983, dan lain-lain 39) . Selain beberapa kegiatan di atas, ORARI juga mempunyai sebuah
kegiatan yang dinamakan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat ( PPGD ). Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan kemanusiaan dari ORARI Sumatera Utara. Umumnya kegiatan ini diarahkan kepada rumah sakit-rumah sakit yang ada di Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Adapun bentuk bantuan yang dapat diberikan oleh PPGD ini adalah : a. Pelayanan informasi pertolongan bagi penderita gawat darurat melalui komunikasi radio, misalnya ada seorang yang membutuhkan pertolongan maka dengan menghubungi PPGD dan melaporkan situasi dan bantuan yang dibutuhkan maka dia akan segera diberikan pertolongan oleh dokterdokter yang juga sebagai anggota ORARI. b. Supervisi medis bagi penderita gawat darurat melalui komunikasi radio, misalnya tanpa harus ke rumah sakit seseorang akan diberikan petunjuk dan arahan mengenai pertolongan yang akan diberikan kepada si penderita yang terlebih dahulu dilaporkan situasi dan kondisinya. c. Komunikasi antar rumah sakit untuk penanggulangan penderita gawat darurat, misalnya antara rumah sakit yang satu dengan yang lainnya dapat saling bertukar informasi mengenai keadaan dan kondisi masing-masing rumah sakit, baik itu para pasien dan dokter yang menangani sehingga
39)
Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara – Aceh, Tahun Ke 5 Agustus 1981, hlm. 15-17
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
apabila ada pasien yang membutuhkan pertolongan maka dengan bantuan ini akan lebih mudah untuk dirujuk ke rumah sakit yang mana yang sedang ada dokter yang siap sedia untuk memberikan pertolongan. d. Permintaan persiapan penerimaan penderita gawat darurat beserta penanggulangannya, misalnya ada seorang korban kecelakaan dan ia butuh pertolongan, maka dengan bantuan PPGD ini dapat menghubungi rumah sakit terdekat untuk dapat segera memberikan bantuan atau juga mempersiapkan apa saja yang dapat dibuat apabila si pasien datang, ehingga tidak ada lagi yang namnya menunggu. e. Hal-hal lain yang menyangkut pelayanan penderita gawat darurat 40) . Adapun klasifikasi dari penderita gawat darurat tersebut seperti : a. Kecelakaan lalu lintas dengan cedera berat yang mengancam jiwa penderita. b. Kecelakaan dalam suatu pekerjaan dengan cedera berat yang mengancam jiwa penderita. c. Penyakit yang dapat segera menyebabkan kematian seperti serangan jantung, kegagalan pernapasan, pendarahan yang hebat, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba oleh sebab apapun, dan lain lain. Kemampuan ORARI untuk mengcover semua daerah merupakan satu potensi yang sangat besar yang dapat disumbangkan bagi masyarakat. Jumlah anggota ORARI yang berkeliaran setiap saat di setiap tempat akan dapat memberikan laporan pandangan mata yang berharga bila melihat satu kejadian yang menyangkut masalah masyarakat dan dapat melaporkan sedini mungkin 40)
Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara, No.3+4 Tahun ke IX April 1985
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
kepada orang yang tepat untuk dapat menangani masalah yang terjadi. Kebanyakan hal-hal yang dilaporkan adalah bencana alam, kebakaran, kecelakaan lalulintas, perampokan / pengrusakan, kemacetan lalu lintas, demonstrasi, dan lain sebagainya. Banyak surat-surat dan piagam penghargaan telah diterima dari pejabatpejabat tinggi di daerah Sumatera Utara baik untuk ORARI maupun untuk anggota Team Emergency. Ini membuktikan bahwa TES berhasil dalam misinya membantu dan memberikan peran kepada negara dan masyarakat dalam menjalankan fungsi demi kemajuan Pembangunan Nasional
41)
.
4. 3 Dampak dan Respon masyarakat terhadap ORARI Mustahil kalau ada yang mengatakan ORARI Sumatera utara tidak maju dan tidak berkembang dalam dua dekade sejak berdirinya. Masyarakat pun mulai merespon terhadap ORARI dan peranannya untuk kepentingan masyarakat. Dari perkembangan yang terjadi itu, disamping dampak positifnya, tentu juga ada dampak negatif dari ORARI terhadap masyarakat. Keberadaan ORARI Sumatera Utara di tengah-tengah masyarakat serta partisipasinya dalam pembangunan belum dirasakan penting, tetapi masyarakat telah mengetahui adanya ORARI dan kemanfaatannya dalam kehidupan seharihari. Partisipasi ORARI sebagai sebuah organisasi yang besar sangatlah banyak yang dapat dilihat dan dirasakan. Disamping kemajuan di bidang komunikasi, ORARI juga banyak berperan di berbagai bidang, seperti pengetahuan, kegiatankegiatan sosial, kemanusiaan dan lain-lain. 41)
Wawancara dengan Yazwan Batubara di kediamannya Jl. Bulutangkis No. 31 Medan, pada tanggal 19 Oktober 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Dalam hal yang demikian, ORARI dianggap oleh masyarakat sebagai sebuah organisasi yang banyak memberikan sumbangsih dalam mencerdaskan kehidupan rakyat, dimana kemajuan di bidang elektronika komunikasi yang terjadi semenjak berdirinya ORARI memberikan masyarakat kemudahan dan kenyamanan yang tidak didapatkannya pada waktu-waktu sebelumnya. Setiap orang yang mempunyai kesenangan perorangan atau hobi di bidang elektronika komunikasi diberi kesempatan untuk mengembangkan hobinya tersebut melalui organisasi ORARI. Melalui strategi ini banyak bakat yang tersaring dan dapat dimanfaatkan dengan tujuan memajukan teknologi komunikasi di Indonesia. Dengan adanya kemajuan ini, maka dengan sendirinya masyarakat luas sebagai pengguna komunikasi sangatlah terbantu. Hal ini dikarenakan masyarakat sebagai manusia sangatlah membutuhkan komunikasi. Selain dalam bidang pengetahuan komunikasi, ORARI juga banyak memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat yang membutuhkan. Sebagai organisasi yang besar ORARI mampu melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan sosial dan kemanusiaan, diantaranya adalah kunjungan ke panti-panti asuhan yang dilakukan ORARI dalam rangka menyambut hari-hari besar agama seperti idul fitri, natal dan tahun baru. Walaupun bidang sosial bukan bidang utama dari ORARI, namun untuk membuktikan bahwa ORARI adalah abdi negara dan masyarakat maka kegiatan-kegiatan kemanusiaan tidak luput dari pantauan ORARI. Dengan demikian ORARI tidak hanya dikenal oleh orang-orang elektronika saja, tetapi di kalangan orang awam ORARI dikenal dengan kegiatankegiatan sosialnya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Masyarakat yang bukan anggota ORARI juga memberikan respon yang baik terhadap acara-acara yang dilakukan ORARI, misalnya bazar-bazar yang dilakukan ORARI tidak hanya diikuti oleh anggota ORARI saja, tetapi banyak masyarakat umum yang ikut berpartisipasi mengisi acara-acara tersebut. Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa adanya respon masyarakat terhadap ORARI yang dianggap sebagai organisasi yang banyak memberi dampak positif terhadap negara dan masyarakat. Terakhir, kegiatan membantu masyarakat ( Publik Service ) yang dilakukan oleh ORARI Sumatera Utara merupakan kegiatan yang paling menonjol di dalam memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Kegiatan ini merupakan ciri khas dari ORARI, dimana dianjurkan oleh ORARI kepada tiaptiap anggotanya untuk dapat memberikan bantuan kepada masyarakat
di
sekitarnya tanpa mengaharapkam imbalan, sehingga ORARI akan lebih bermasyarakat dan juga sebaliknya. Semuanya dilakukan ORARI melalui ke-Radio amatirannya, yang merupakan kegiatan kemasyarakatan yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat di banyak negara di dunia, juga telah dan akan terus berkembang di Indonesia. Dengan demikian secara otomatis organisasi ORARI juga tampil semakin mantap dalam kehidupan bangsa. Tidak saja dilihat dari perangkatperangkat pengaturannya, melainkan juga dalam pelaksanaan pembinaan maupun pelaksanaan operasionalnya oleh anggota-anggota ORARI. Dari kegiatan-kegiatan di atas, ORARI sebagai abdi negara dan masyarakat akan terus dikenal dan memungkinkan langgengnya keberadaan ORARI di tengah-tengah masyarakat.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Dari perkembangan yang terjadi itu, tentu juga ada dampak negatif yang terjadi baik itu terhadap masyarakat ataupun terhadap ORARI itu sendiri. Untuk ORARI itu sendiri dampak negatif yang terjadi yakni adanya perbedaan sosial dari anggota-anggota ORARI, baik itu dari sifat dan sikap anggotanya yang memang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat yang berbeda-beda. Sudah tentu semua bukan golongan tingkat atas saja, melainkan terdiri dari beberapa kualifikasi yang tumbuh tanpa disadari yang terdiri dari 3 ( tiga ) bagian, antara lain : •
Anggota aktif penuh, dimana ia sebagai anggota aktif dalam kegiatan QSO ( komunikasi ) di semua band frekuensi ORARI sesuai dengan tingkatannya, serta berperan aktif dalam kegiatan ORARI itu sendiri.
•
Anggota aktif tidak penuh, dimana ia sebagai anggota hanya melakukan kegiatan di band yang dimilikinya, seperti 80 m band home brew atau hanya sekali-sekali muncul di band tertentu. Lantas silent kembali.
•
Anggota pasif, dimana ia sebagai anggota hanya mencatatkan diri sebagai anggota tetapi tidak pernah on air ( mengudara ) dengan kemungkinankemungkinan kriteria ia tidak memiliki rig, 80 m band, dan sebagainya. Dari ketiga bagian tersebut terlihatlah bahwa kualifikasi itu terjadi karena
kurangnya komunikatif sesama anggota maupun tidak adanya inisiatif dari pihak yang berada diatas untuk saling bekerjasama menghidupkan ORARI dengan anggota yang aktif on air dan ber QSO. Akhirnya terlihat apa yang dinamakan dengan status sosial, gap antara anggota dengan anggota, semakin terjal berada dihadapan tubuh dari ORARI itu sendiri. Motivasi jelas akan selalu ada di benak seseorang baik ia yang positif
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
maupun negatif. Hal ini menandakan bahwa yang menjadi anggota ORARI itu sendiri yang melahirkan gap itu secara langsung. Dengan demikian terlihatlah bahwa pada sementara anggota baik personil intinya maupun anggota biasa, telah tumbuh gap yang tidak menguntungkan kestabilan dan keselarasan, apalagi di mata masyarakat nantinya. Keheterogenan inilah yang menjadi masalah penting dalam ORARI, karena keheterogenan yang seperti ini akan membawa pengaruh yang lebih luas lagi, apalagi ORARI memiliki Kode Etik yang selalu diterapkan dan lebih ditekankan lagi tentang keamatirismenya. Jelas bahwa tingkat sosial akan selalu menjadi masalah utama dalam kehidupan manusia. Selain itu, masih ada beberapa masalah dalam tubuh ORARI sehingga menimbulkan kesan yang negatif terutama oleh masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kekurang pahaman akan azas dan pengertian radio amatir, ataupun pola dari unsur-unsur yang kurang bertanggung jawab sehingga menyebabkan banyaknya muncul stasiun-stasiun radio gelap. Selain itu banyak terjadi penyimpangan atas penggunaan radio amatir antara lain dengan mengkomersilkannya atau terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ketentuanketentuan yang berlaku, maupun Kode Etik ORARI sendiri. Terjadinya peredaran dan pemakaian alat-alat pemancar yang tidak melalui prosedur yang sah dianggap merupakan gejala-gejala yang hendak menyalahgunakan kegiatan amatirisme radio bagi keuntungan sendiri. Ditambah lagi dengan menjamurnya pemakaian gelombang radio gelap maka frekuensi radio juga mudah dicemari dan disalahgunakan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Bersamaan dengan tumbuhnya minat orang untuk menjadi amatir radio, ada juga masalah lain yang menyebabkan dampak negatif terhadap kegiatan amatir radio. Salah satu masalahnya adalah membanjirnya perangkat radio dan perizinan yang diberikan oleh pemerintah terhadap perangkat-perangkat radio amatir. Di lain pihak, sarana telekomunikasi umum masih sangat kurang, bahkan belum ada sama sekali, merupakan penyebab melonjaknya jumlah peminat untuk mendapatkan izin amatir radio. Keadaan ini juga menimbulkan meningkatnya pemasukan perangkat radio itu ke dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan atau minat tersebut. Hal ini mendorong pula usaha-usaha pemasukannya secara tidak sah sehingga harga penjualannya dapat menjadi sangat murah, dan pada akhirnya terjadi yang namanya perdagangan bebas perangkat radio amatir. Selain dampak-dampak negatif tersebut, ORARI juga dapat menimbulkan dampak negatif lainnya bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat pengguna perangkat radio amatir. Hal ini dapat dikatakan demikian karena bagi yang mempunyai hobi berkomunikasi melalui pesawat radio, untuk mewujudkannya mereka harus memiliki alat-alat ataupun stasiun radio amatir, dimana untuk mendapatkannya bagi yang tidak bisa merakit sendiri harus membeli dengan harga yang relatif memberatkan, terutama kepada mereka yang masih berstatus mahasiswa. Selain itu para anggota ORARI yang terdiri dari berbagai kalangan selalu lupa waktu apabila sedang mengudara, terutama kepada para anggota ORARI yang memang sudah memiliki alat pemancar dan stasiun radio amatir sendiri. Dimana pada awalnya mereka saling berkomunikasi dengan pembicaraan yang penting, namun lama kelamaan mereka lebih mengarah kepada komunikasi yang
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
bersifat santai, saling tanya-menanya di luar kepentingan organisasi. Mereka saling bercanda dan bersenda gurau mulai dari sore hingga malam hari tanpa memperhatikan waktu dan sekelilingnya, dimana para tetangga yang menyetel televisi dan radio akan merasa terganggu siarannya disebabkan adanya pemakaian frekuensi radio oleh anggota ORARI. Kesemuanya itu merupakan segelintir hal-hal negatif yang terjadi dalam ORARI dan berdampak negatif juga terhadap anggota-anggota ORARI maupun terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
4. 4 ORARI Mengahadapi Persaingan Teknologi Media Elektronik Organisasi yang bergerak di bidang komunikasi pada umumnya merupakan organisasi yang menggunakan teknologi yang lahir pada permulaan abad ini dan berkembang sampai sekarang ini, mulai dari peralatan-peralatan yang menggunakan
tabung
hampa
sampai
dengan
semi
konduktor.
Dalam
perkembangan hingga dewasa ini penggunaan teknologi elektronika khususnya di bidang radio amatir akan memiliki nilai berdaya guna apabila mengikuti dan melekat pada kebijaksanaan pembangunan nasional. Teknologi merupakan produk dari pembangunan yang dapat dinikmati, sehingga kebijaksanaan penggunaan teknologi radio khususnya radio amatir dalam pembangunan merupakan konsekuensi wajar dari usaha membangun teknologi secara sadar untuk menyongsong masyarakat maju dan modern. Bagi ORARI Sumatera Utara perkembangan dan kemajuan dibidang media elektronika dewasa ini merupakan suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi dengan suatu kewaspadaan. Dengan lain arti bahwa ORARI Sumatera
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Utara harus mengantisipasi perkembangan yang ada dan mengikutinya sejalan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki. Kesemuanya itu merupakan konsekuensi dari pertumbuhan media elektronik yang tidak mungkin dihalangi karena tuntutan dan kebutuhan dari masyarakat yang semakin meningkat. Disekitar awal pembentukannya ORARI hampir tidak memiliki saingan yang berarti dalam bidang radio amatir, hanya saja untuk saingan dalam bidang elektronika radio ORARI mempunyai saingan seperti RRI dan stasiun-stasiun radio siaran lainnya. Namun seperti yang telah dibahas dalam sub bab sebelumnya bahwa radio terbagi kedalam dua jenis yaitu radio siaran dan radio amatir. Dikarenakan ORARI merupakan satu-satunya organisasi radio amatir di Indonesia, maka segala sesuatunya yang bersangkutan dengan kegiatan radio amatir harus berada di bawah naungan ORARI. Semenjak ditemukannya Handy Talky, jika dibanding-bandingkan dengan alat komunikasi lainnya, radio amatir melalui ORARI dengan alatnya Handy Talky ( HT ) memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan alat komunikasi lainnya seperti radio siaran, televisi, telepon, pager, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan HT kita tidak akan mengeluarkan biaya dalam menggunakannya. Selain itu, menggunakan HT juga tidak memerlukan aliran listrik, melainkan dengan baterai juga bisa. Dimana-mana kita bisa saling berkomunikasi dengan sesama pengguna HT tanpa harus memperhatikan tempat, waktu dan posisi penggunanya. Mungkin tantangan dan persaingan secara tersendiri muncul dari dalam organisasi ORARI itu sendiri, dimana semakin banyak dan meningkatnya
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
pengguna amatir radio yang menyebabkan terganggunya pemakaian frekuensi gelombang radio oleh stasiun-stasiun dan pengguna amatir radio gela, sehingga menekankan kepada ORARI itu sendiri untuk dapat lebih berkonsentrasi dalam mengantisipasi semakin parahnya kondisi yang sedemikian rupa, dengan jalan lebih mentertibkan mulai dari anggota-anggotanya sendiri agar lebih dibina dalam menggali manfaat amatir radio. Dengan kata lain persaingan yang tampak adalah persaingan ORARI dengan stasiun-stasiun radio gelap yang ada, dengan lebih memprioritaskan pencarian dan penertiban pengguna stasiun-stasiun radio gelap tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ORARI dalam bidang amatir radio memilik kekuatan tersendiri dalam dunia komunikasi, hanya saja penggunaan radio amatir masih relatif baru jika dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, jadi penggunaan radio amatir radio sebagai alat komunikasi merupakan alat komunikasi terakhir yang digunakan setelah televisi, radio, dan telepon.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis menguraikan permasalahan yang dikaji di dalam skripsi yang berjudul “ Organisasi Amatir Radio Indonesia di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 ) “ ini, maka sampailah penulis kepada bab kesimpulan dan saran.
5. 1 Kesimpulan Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya dengan tujuan untuk saling berkomunikasi. Kegiatan radio amatir di Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, meskipun tidak diketahui secara pasti tahun berapa kegiatan ini dimulai. Kegiatan ini dilakukan oleh para amatir radio yang merupakan sebutan untuk mereka yang mempunyai hobi di bidang elektronika radio untuk menyalurkan hasrat amatirisme. Amatirisme radio itu merupakan suatu lapangan penyaluran bakat, keinginan, dan kegiatan yang sehat serta penuh manfaat dan oleh sebab itu perlu mendapatkan tempat serta perhatian yang layak di dalam kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka, agar dengan demikian dapat turut serta memberikan sumbangannya kepada usaha mewujudkan cita-cita nasional seperti yang terkandung dalam Ideologi Pancasila dan UUD 1945. Atas dasar inilah Pemerintah Indonesia mengizinkan eksistensi kegiatan amatir radio di Indonesia dengan mendirikan Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) secara nasional di seluruh Indonesia dengan tujuan membina dan memajukan hobi elektronika dan komunikasi radio agar tidak liar dan dapat
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
dimanfaatkan. ORARI merupakan suatu bentuk organisasi yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengawasan dan penggunaan gelombang radio, khususnya yang dialokasikan bagi kegiatan radio amatir dan juga memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio. Untuk membuktikan kebenaran dari fungsi dan tujuannya, ORARI di dalam menjalankan kehidupannya bergantung kepada masing-masing anggotanya, dimana dituntut dan diharapkan kepada tiap-tiap anggota ORARI agar dapat menjalankan tugasnya sebagai amatir radio sesuai dengan tujuan utama dan Kode Etik dari ORARI. Jika dilihat dari keberadaannya, amatir radio melalui ORARI memiliki banyak kelebihan dan kegunaan dilihat dari segala sudut, yakni : a.
Dilihat dari sudut Teknologis, radio amatirisme memberikan kita suatu media untuk melatih diri kita dalam / atau perbaikan dari keterampilan komunikasi dan elektronik. Merupakan pula media untuk penukaran pikiran secara cepat dan kemana saja, dalam bidang komunikasi serta elektronik.
b.
Dilihat dari sudut Ekonomis, radio amatirisme membawa suatu sumber atau potensi untuk mendapatkan manpower yang terlatih dan mendorongnya mendirikan usaha pembuatan alat-alat komunikasi dan elektronik serta memegang peranan penting untuk meningkatkan nilai umum pengetahuan teknologis.
c.
Dilihat dari sudut Sosiologis, radio amatir dapat memberikan komunikasi darurat untuk membantu organisasi pertolongan seperti kebakaran, polisi,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
kecelakaan, banjir dan sebagainya. Radio amatir dapat menyebarluaskan berita, jika sistem komunikasi lain untuk sementara tidak dapat bekerja. Radio amatirisme juga dapat membantu komuniti khusus dan tugas-tugas lain, seperti : kebakaran hutan, jambore-jambore Pramuka dan lagi pula radio amatir merupakan media untuk menyebarluaskan info-info teknis dan lain-lain info dalam hal mengupgrade pengetahuan-pengetahuan teknis maupun administratif dalam bidang telekomunikasi. Pemerintah pada tiap saat dapat mempergunakan manpower radio amatirisme melalui ORARI yang teknis maupun operasionil selalu tersedia dan untuk memberikan bantuan dalam hal keadaan darurat. Penyebaran daripada amatir radio operator ke seluruh pelosok-pelosok daerah sebuah negara dan kemampuan khas, sebagai kelompok untuk mengimprovisir dalam keadaan yang tidak menguntungkan, telah membuktikan betapa berharga bantuan hubungan / komunikasi amatir radio dapat memberikan kepada sistem-sistem yang komunikasi radio yang sudah ada dari pihak pemerintah. Tidak lupa perlu dicatat tentang operator ORARI yang menangkap dan mendengar sinyal marabahaya SOS yang dipancarkan oleh kapal-kapal yang sedang dalam keadaan gawat dan segera memerlukan pertolongan, dengan meneruskan berita yang mereka dengar kepada yang berwajib setempat. Adanya kenyataan ORARI Sumatera Utara dengan segala kekurangannya masih tetap memiliki peranan yang besar sebagai sumber utama informasi bagi masyarakat. ORARI dengan kegiatan radio amatirnya masih memegang peranan yang sangat vital dalam penyebaran informasi terutama dalam keadaan darurat.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
5. 2 Saran ORARI sebagai sebuah organisasi amatir tentunya masih memiliki banyak kekurangan baik itu dilihat dari segi teknis dan non teknisnya. Adapun fakta yang dapat diambil dari segala kekurangan ORARI yakni : a. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi ORARI dalam pembangunan di bidang teknik komunikasi radio disertai dengan bentroknya berbagai peraturan dan ketentuan pemerintah yang kurang menunjang kegiatan amatir
radio,
sehingga
merupakan
faktor
penghambat
terhadap
pertumbuhan mekanisme organisasi. b. Fakta lain adalah masuknya peralatan komunikasi ke negara kita secara gelap dengan cara yang relatif sangat mudah sebagai salah satu ekses pesatnya
kemajuan
teknologi
elektronik,
sehingga
menyebabkan
timbulnya komersialisasi amatirisme radio. c. Banyak anggota ORARI belum memenuhi persyaratan yang berlaku, baik dari segi keterampilan maupun pengetahuan lainnya, yang seharusnya telah dikuasai amatir radio. d. Penyalahgunaan fasilitas komunikasi untuk keperluan dan yang sangat bersifat pribadi dan bahkan komersil. Untuk itu perlu dilakukan beberapa langkah dalam tubuh ORARI demi mengurangi bahkan kalau bisa menghilangkan semua kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam tubuh ORARI tersebut. Adapun sekiranya saran yang dapat diberikan penulis kepada seluruh anggota dan pengurus ORARI beserta pemerintah yakni :
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
a) Memperketat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam rangka penerimaan untuk menjadi anggota ORARI demi menanamkan Kode Etik ORARI kepada setiap anggota dan pengurus secara intensif. b) Menegakkan hukum yang menyangkut amatirisme radio. c) Menentukan saran tindak tentang penggunaan peralatan-peralatan tertentu. d) Menyarankan perubahan dan penyempurnaan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan Pemerintah dalam bidang amatirisme radio.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Ardianto, Elvinato, dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2004 Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1995 M. Hardjana, Agus, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius, 2003 Munthe, Moeryanto Ginting, Media Komunikasi Radio, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996 Mufid, Muhammad, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Jakarta : PRENADA MEDIA, 2005 Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Karya, 1989 Sufi, Rusdi, Perkembangan Media Komunikasi Di Daerah : Radio Rimba Raya Di Aceh, Jakarta : CV. Ilham Bangun Karya, 1999 Susanto, Astrid, Komunikasi Massa I, Bandung : Bina Cipta, 1982 T.W.H, H. Muhammad, Peranan Radio di Masa Perang Kemerdekaan di Sumatera Utara, Medan : Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan R.I, 2000 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1991
SKRIPSI Adriadi, Arie, PT Radio Pasopati Perkasa di Kota Medan – Sumatera Utara 1971 – 1975, Skripsi Fakultas Sastra Departemen Ilmu Sejarah USU : tidak diterbitkan , 2003 Azhari, Putra, Peranan Radio Rimba Raya Dalam Mempertahankan kemerdekaan di Aceh ( 1945 – 1949 ) , Skripsi Fakultas Sastra Departemen Ilmu Sejarah USU: tidak diterbitkan , 2003
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
BULLETIN / MAJALAH _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Juli 1987 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 1 Januari 1988 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 2 Februari 1988 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 3 Maret 1988 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 4-5 April-Mei 1988 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 5 JuniJuli 1988 _________, AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta : Yayasan Amatir Radio Indonesia, Tahun I No. 6 Agustus-September 1988 _________, Buku Panduan Munas ORARI VII & HAMFEST 2001, Serpong : PUSPIPTEK, 12-15 Oktober 2001 _________, Bulletin OMETA Orari Lokal Medan Kota, Medan : ORARI Lokal, Edisi Khusus _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke V No. 4 Juli 1981 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke V No. 5 Agustus 1981 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke VII No. 3+4 Mei 1983
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
_________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke VII No. 5 Mei 1983 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke VII No. 6 Juni 1983 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, 1+2 Februari 1984 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, 3+4 April 1984
Daerah Sumatera Tahun ke VIII No. Daerah Sumatera Tahun ke VIII No.
_________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke VIII No. 11+12 Desember 1984 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke IX No. 3+4 April 1985 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke IX No. 9+10 Oktober 1985 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke IX No. 11+12 Desember 1985 _________, Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara-Aceh, Medan : ORARI Daerah Sumatera Utara, Tahun ke X No. 1+2 Februari 1986 _________, Bulletin ORARI Daerah SUMUT, Medan : Sekretariat ORARI Daerah, Edisi Khusus Triwulan- I, 1987 _________, CALLBOOK Nasional 2005, Jakarta : ORARI Pusat, Februari 2005 _________, CQ NUSANTARA Media Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta Selatan : ORARI Pusat Bidang III, No. 05 Tahun II Agustus 1984 _________, CQ NUSANTARA Media Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta Selatan : ORARI Pusat Bidang III, No. 06 Tahun II September-Oktober 1984
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
_________, CQ NUSANTARA Media Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta Selatan : ORARI Pusat Bidang III, No. 08 Tahun II Januari-Februari 1985 _________, CQ NUSANTARA Media Organisasi Amatir Radio Indonesia, Jakarta Selatan : ORARI Pusat Bidang III, No. 09 Tahun II Maret-April 1985 _________, PEDOMAN ORARI Daerah Sumatera Utara-Aceh, Jakarta Pusat : Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 1981
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
DAFTAR INFORMAN
1. Nama Usia Alamat Tanggal wawancara
: Prof. Dr. Soegito Hoesodowijoyo : 68 Tahun : Jl. Prof. T. Zulkarnaen No. 11 Medan : 23 Februari 2007 dan 23 Agustus 2007
2. Nama Usia Alamat Tanggal wawancara
: Wahid Lubis : 70 Tahun : Jl. Imam Bonjol No. 46 Medan : 13 Agustus 2007
3. Nama Usia Alamat Tanggal wawancara
: Yazwan Batubara : 50 Tahun : Jl. Bulutangkis No. 31 Medan : 19 Oktober 2007
4. Nama Usia Alamat Tanggal wawancara
: B. Hutasoit : 58 Tahun : Jl. Amaliun Gg. Sopan No. 1 Medan : September 2007
5. Nama Usia Alamat Tanggal wawancara
: Drs. Bebas Surbakti : 50 Tahun : Jl. Komp. Johor Indah Permai Blok III No. 22 : July 2007
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
BENTUK LAMBANG / LOGO ORARI
Sumber : CALLBOOK NASIONAL 2005
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Keterangan Lambang / Logo ORARI
Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke VII No 3+4 Mei 1983
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
SEKRETARIAT RESMI ORARI
KETERANGAN : Bangunan ini berbentuk suatu kombinasi dan perpaduan rumah adat yang terdapat di Sumatera Utara, yaitu rumah adat Karo, Melayu, Tapanuli Utara dan Mandailing. Bangunan ini dibangun pada tanggal 24 Januari 1985 di atas tanah berukuran 1250 M2 atas uluran tangan Pangdam II/BB Brigjen TNI Harsudiono Hartas yang terletak di jalan Kapt. Muslim Medan.
Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 9+10 Oktober 1985
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 11+12 Desember 1985
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 11+12 Desember 1985
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 9+10 Oktober 1985
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : Bulletin Edisi Khusus triwulan – I / 1987 ORARI DAERAH SUMUT
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : CALLBOOK NASIONAL 1993
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009
Sumber : CALLBOOK NASIONAL 1993
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara (1968-1988), 2007 USU e-Repository © 2009