ORASI ILMIAH Oleh Ir. Sujono, MP
Assalamu’alaikum wr wb. Yang terhormat: Bapak Menteri Pertanian atau yang mewakili Bapak Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Bapak Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian Bapak Ketua STPP Magelang Senat Akademika STPP Magelang Para Tamu Undangan Wisudawan-wisudawati beserta keluarga Hadirin yang berbahagia Puji syukur kehadirat Alloh swt atas karuniaNya sehingga kita saat ini dapat berkumpul dalam rangka Wisuda Sarjana Sain Terapan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang. Pada kesempatan ini saya sampaikan selamat kepada wisudawan/wati beserta keluarganya atas prestasi yang telah diraihnya. Namun juga saya sampaikan bahwa pencapaian gelar Sarjana bukanlah akhir dari perjuangan, namun sebagai titik awal untuk bejuang pada kondisi yang lain. Perjuangan sebagai abdi masyarakat akan bermakna bila keberadaan kita dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar kita. Bagi kita yang berada di jajaran Kementerian Pertanian dan lembaga pemerintah lainnya telah jelas bidang kerja yang harus kita laksanakan. Hadirin yang saya hormati, Kementerian Pertanian telah menetapkan strategi revitalisasi pembangunan yang disebut dengan Pancayasa Pembangunan Pertanian. Pancayasa Pembangunan Pertanian merupakan lima landasan yang mutlak harus diperhatikan dalam merumuskan program dan kebijakan pembangunan pertanian. Adapun uraian Pancayasa Pembangunan Pertanian adalah 1. Perbaikan Infrastruktur Pertanian, 2. Penguatan Kelembagaan Petani, 3. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, 4. Fasilitasi Pembiayaan Pertanian dan 5. Pengembangan Pasar dan Pemasaran Hasil Pertanian. Salah satu butir dalam Pancayasa adalah adanya Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, yang ditindaklanjuti Departemen Pertanian antara lain dengan pencanangan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian oleh Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 2005 di Sembawa Sumatera Selatan dan Pencanangan Kebangkitan Penyuluh Pertanian oleh Menteri Pertanian pada bulan April 2006 di Tegal, Jawa Tengah. Sejalan dengan strategi tersebut kementerian Pertanian (2010) telah dicanangkan 4 sukses pembangunan pertanian yaitu 1. Swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2. Percepatan diversifikasi pangan, 3.Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan 4. Meningkatkan kesejahteraan petani. Swasembada meliputi komoditas kedele, gula industri dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan meliputi beras, jagung, gula konsumsi, telur dan daging unggas. Target produksi beras tahun 2010 adalah 66,68 juta ton (0,74 % dibawah target) dan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai adalah SL iklim, SL PHT, bantuan langsung benih, bantuan pupuk langsung, bantuan langsung bahan pengendalian hama tikus, bantuan sprayers, insentif bagi pendamping SLPTT (PPL, Mantri Tani, Ka cabang). Seperti kita ketahui di lapangan terdapat masalah yaitu perubahan iklim yaitu hujan /basah sepanjang tahun, berdampak pada organisme pengganggu tanaman (OPT), bencana, sulitnya melakukan pengeringan yang berdapak pada kualitas, dan lain lain. Target jagung 19 juta ton, realisasi 17 juta ton dan masalah yang ada adalah belum ada benih jagung lahan basah dan stok lahan kering terbatas. Untuk mendukung hal tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian membuat sistem pelatihan pertanian yaitu kegiatan pelatihan untuk mendukung swasembada padi, jagung dan kedele dengan melakukan penyusunan pedoman pelatihan, pemetaan spesialis pelatih dalam menyiapkan fasilitator pelatihan teknis, penyelenggaraan pemandu lapangan I dan II, dan penyelenggaraan pelatihan. Percepatan diversifikasi pangan dengan target ketahanan pangan, adanya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu dan berimbang (skor Pola Pangan Harapan/PPH 93,3 tahun 2014), konsumsi beras diharapkan turun 3% tahun 2014, dan tiap daerah mempunyai pangan lokal, pola dan menu
makan. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan eksport, pada Semester I 2010 ada surplus 9,64 milyar dollar, eksport berjalan baik. Semua kegiatan tersebut selain untuk menjaga stabilitas nasional, juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerja keras dan banyak hambatan yang harus diselesaikan. Pembangunan pertanian Indonesia telah memiliki strategi yang ingin dicapai, program-program dalam menjabarkan 4 sukses pembangunan pertanian, namun disisi lain dunia telah mencanangkan yang disebut liberalisasi ekonomi global (GATT, WTO, European Union, APEC, NAFTA, AFTA dan SAARC) yang berdampak pada bidang pembangunan pertanian di Indonesia khususnya kualitas tenaga kerja. Persaingan tenaga kerja akan semakin ketat, sehigga harus didorong peningkatan kemampuan profesionalisme sumberdaya manusia disektor pertanian. Globalisasi pasar kerja akan diwarnai oleh persaingan kualitas dan profesionalisme tenaga kerja termasuk penyuluh pertanian. Pasar kerja ke depan akan lebih terspesialisasi pada bidang-bidang profesi dan kompetensi tertentu. Di Indonesia bidang pertanian menjadi tumpuan kekuatan perekonomian nasional, menyediakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan dan mengurangi kemiskinan. Pembangunan pertanian dilkukan dengan menumbuhkan usaha-usaha agribisnis (hulu, on farm dan hilir serta penunjang). Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia pertanian, khususnya pemberdayaan masyarakat tani yang berada di willayah pedesaan. Penyuluhan pertanian akan meningkatkan kemampuan dan kemandirian petani agar mampu mengelola usahataninya secara produktif, efektif dan efisien, sehingga mempunyai daya saing tinggi yang dicirikan dengan tingginya produktivitas, mutu dan efisiensi usaha. Implementasi program-program pemerintah akan berujung pada kegiatan penyuluhan pertanian di lapangan karena penyuluh yang akan bertindak sebagai pendamping petani dan pelaku agribisnis lainnya yang menjadi sasaran program tersebut. Penyuluh Pertanian merupakan satu komponen esensial dalam suatu system yang memiliki fungsi dan peran Penyuluh Pertanian dalam system penyuluhan pertanian, yaitu: (1) memfasilitasi proses pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha, (2) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya, (3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan,manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha, (4) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan, (5) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha, (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan, dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan. Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia pertanian, khususnya pemberdayaan masyarakat tani yang berada di willayah pedesaan. Kemampuan dan kemandirian petani akan tumbuh dan berkembang melalui kegiatan penyuluhan sehingga mampu mengelola usahataninya secara produktif, efektif dan efisien. Kondisi tersebut akan mendorong daya saing tinggi yang dicirikan dengan tingginya produktivitas, mutu dan efisiensi usaha. Penyuluh pertanian sebagai pendamping petani dan pelaku agribisnis lainnya mempunyai peranan penting dalam implementasi program-program tersebut. Oleh karena itu pembenahan, pembinaan, dan peningkatan kualitas Penyuluh Pertanian selalu diupayakan (termasuk sertifikasi penyuluh pertanian). Pembinaan pada petani telah berjalan dengan baik, yaitu melalui kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Adanya gapoktan akan tumbuh perasaan saling tergantung, saling membutuhkan, saling mempengaruhi dan saling tertarik. Adanya rasa saling memenuhi akan kebutuhan bagi sesama dalam gapoktan yang diartikan sesuatu yang harus dipenuhi dan sesuatu itu merupakan kehendak, keinginan, harapan atau keadaan. Klasifikasi kebutuhan dapat dijabarkan menjadi yaitu kebutuhan normatif (normative need), kebutuhan terasa (felt need), kebutuhan yang dinyatakan (expressed need), dan kebutuhan bandingan (comparrative need). Burton dan Merrill (1977) menambahkan satu golongan lagi yaitu kebutuhan yang diantisipasi atau kebutuhan masa depan (anticipated need).
Pembinaan petani Kelompok tani merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari 3 subsistem yaitu subsistem teknologi, subsistem struktur dan subsistem norma. Subsistem teknologi merupakan fungsi alat bagi kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai kelompok. Subsistem struktur adalah suatu kelembagaan yang mengatur tata organisasi agar dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan tujuannya. Kelompok tani perlu mengolah masukan-masukan kelompok untuk menjadi bahan keluaran yang dapat digunakan anggota kelompok atau kelompok lain. Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani diuraikan materi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Pedoman tersebut sebagai salah satu langkah pembangunan pertanian dalam mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produksi pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Diperlukan dukungan yang kuat tentang sumberdaya manusia berkualitas melalui penyuluhan dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung system agribisnis berbasis pertanian. Pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada kegiatan agribisnis dengan dukungan semua anggota dan adanya sarana untuk mengembangkan usahataninya. Upaya pencapaian tujuan diatas akan lebih cepat berhasil bila dapat dukungan kelompok tani dalam suatu wilayah sehingga dibentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang berfungsi sebagai unit usahatani, unit pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit pemasaran, unit usaha keuangan mikro, serta unit penunjang lainnya sehingga menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan dengan adanya pertemuan rutin anggota /pengurus yang dilaksanakan gapoktan, rencana kegiatan yang disusun bersama, pelaksanaan rencana kegiatan, evaluasi kegiatan, adanya norma-norma tertulis yang ditaati bersama, adminstrasi gapoktan, fasilitasi kegiatan usaha bersama di hulu dan hilir, sebagai sumber dan pelayanan informasi dan teknologi bagi kelompok/anggota, kerjasama gapoktan dengan pihak lain, serta pemupukan modal dari iuran anggota atau penyisihan dari hasil usaha gapoktan. Pertanyaan sekarang adalah sudahkah ada pedoman penilaian gapoktan seperti halnya pedoman penilaian kelompok tani? Sudahkah gapoktan menjadi kuat dan mandiri ? Sudahkah penyuluh pertanian berperan maximal dalam membantu gapoktan yang kuat dan mandiri? Hadirin yang terhormat; Petani sebagai anggota kelompok mengolah masukan-masukan yang sebelumnya telah diprogram dan tersusun dalam rencana kelompok. Pengolahan program ini yang selanjutnya merupakan kegiatan kelompok dalam rangka mencapai tujuan. Perilaku individu dalam kelompok akan mencerminkan perilaku kelompok, dengan demikian kegiatan individu juga akan mencerminkan kegiatan kelompok (Marzuki, 1999). Eksistensi suatu kelompok ada dalam pikiran atau kepribadian anggota kelompok. Menurut Purwanto (2006), kelompok tani memiliki peraturan-peraturan yang disebut norma sebagai pengikat anggota untuk berperilaku sesuai dengan norma tersebut. Norma memberi gambaran bagaimana anggota bertingkah laku. Anggota yang mempunyai norma kejujuran akan bertingkah laku jujur terhadap satu sama lain. Kelompok akan menekan para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada serta menjadikan pedoman. Anggota yang menyimpang dari norma akan didorong untuk mengubah perilakunya untuk menyesuaikan dengan norma yang ada, namun bila tidak mentaatinya akan mendapatkan sanksi dari kelompok. Menurut Soekanto.S (1990) untuk membedakan kekuatan pengikat norma-norma terdapat 4 pengertian yaitu; a. Cara, menunjuk pada suatu bentuk perbuatan dan lebih mencerminkan hubungan antara individu dengan masyarakat. Penyimpangan terhadap norma ini dianggap ringan dan tidak menimbulkan hukuman yang berat. b. Kebiasaan, mempunya ikatan yang lebih kuat dibandingkan cara dan mempunyai arti suatu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama sebagai tanda banyak orang menyukai perbuatan tersebut. c. Tata kelakuan, dilakukan sebagai alat pengawas secara sadar oleh masyarakat terhadap anggotanya . Terdapat anjuran dan larangan yang lebih jelas d. Adat istiadat, kekal dan kuat integritasnya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Penyimpangan akan mendapat sanksi keras walaupun kadang-kadang tidak langsung.
Menurut Umstot (1988), kelompok mempunyai kekuatan untuk mengontrol perilaku anggota kelompok dengan menggunakan norma yaitu aturan perilaku yang sebaiknya dilaksanakan. Kelompok berharap semua anggota mematuhi aturan kelompok, namun bila ada anggota yang tidak melaksanakan akan mendapat tekanan agar mengikuti aturan yang dimiliki kelompok. Peran seseorang dalam kelompok berkaitan erat dengan norma, karena seseorang yang mempunyai peran dalam kelompok akan menjadi teladan bagi anggota yang lain. Penyimpangan anggota terhadap norma sering ditemukan sehingga memaksa seseorang yang menjadi peran (pemimpin) untuk memberikan peringatan atau hukuman agar ada perbaikan perilaku. Penyipangan yang terus menerus akan mendapat sanksi yang berupa tekanan secara fisik maupun psikologis. Hadirin yang terhormat; Setiap kelompok tani mempunyai kebutuhan diartikan suatu keadaan atau situasi yang didalamnya terdapat sesuatu yang perlu atau ingin dipenuhi. Sesuatu yang ingin dipenuhi itu dianggap perlu, penting atau harus dipenuhi dengan segera. Sedangkan Burton dan Merril (1977) dalam Sudjana (2004) menjelaskan kebutuhan adalah perbedaan (discrepancy) antara sesuatu kenyataan yang seharusnya ada dengan suatu kenyataan yang ada pada saat ini. Kebutuhan seringkali dianggap sama dengan keinginan atau kehendak, sedangkan dibidang ekonomi sering dianggaap sama dengan keperluan. Penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan nonformal perlu dilandasi pentingnya analisa kebutuhan karena; 1. Kebutuhan adalah bagian penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang alur kehidupannya manusia selalu berpikir dan berbuat didorong oleh keinginan memenuhi kebutuhan. 2. Keberhasilan seseorang dalam hidupnya lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan. 3. Manusia melakukan upaya memenuhi kebutuhan secara berlanjut, sehingga bila satu kebutuhan telah terpenuhi maka akan berupaya memenuhi kebutuhan lain. 4. Dalam upaya memenuhi kebutuhan sering terdapat kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Disisi lain kebutuhan pokok manusia adalah pangan yang aman, kesediaan yang cukup, harga stabil, dan terjangkau. Indonesia memiliki lahan yang cukup sehingga dapat memberi pangan dunia, dan yang perlu ditingkatkan adalah infrastruktur khususnya masalah irigasi dan jalan, adanya inovasi teknologi yang utuh serta keterpaduan penelitian dengan penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan nonformal akan mendapat dukungan peserta bila program disusun sesuai kebutuhannya dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peserta. Dengan demikian akan terjadi partisipasi yang baik dari para peserta. Menurut Van den Ban (1999) kebutuhan pendidikan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan strategis untuk membantu seseorang, kelompok, lembaga atau organisasi lainnya sebagai agen pendidikan dalam melaksanakan tugas. Hadirin yang terhormat; Mengakhiri orasi ini saya sampaikan bahwa kita semua harus siap menghadapi tantangan, peningkatan kualitas sumberdaya masusia harus dilakukan untuk mengatasi persaingan tenaga kerja, penguatan gapoktan perlu ditingkatkan dengan mendorong penguatan kelompok tani. Sekali lagi selamat dan sukses untuk kita semua, selamat berjuang dan mengabdi demi kepentingan bersama. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Wassalam’alaikum wr wb.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian, 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 37/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pedoman Pembinaan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian, 2007. Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Lampiran 1 Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Departemen Pertanian, 2007. Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Lampiran 2. Pedoman Penyusunan Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Departemen Pertanian, 2007. Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Lampiran 3. Pedoman Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan. FAO, 1989. Community Forestry, Participatory Assesment. Monitoring and Evaluation, Roma. Howard , T and Baker, H.R. 1989. Contructive Public Involment, A Guide Agriculture Extention. Kasriani, A. 2007. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Makalah Seminar UST Yogyakarta Karsidi, Ravik. 2003. Pemberdayan Masyarakat Petani dan Nelayan Kecil dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan (Slamet, Margono. 2003). IPB Press. Kiswanto, 2001. Adopsi dan Difusi Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan pada Usahatani Lada di Kabupaten Lampung Utara. Tesis Pascasarjana UGM Lionberger, H. And Gwin PH., 1982. Communication Strategis, The Interstate Printera & Publisher, Linc Canville. Margono.1998. Pengaruh Motivasi Komunikasi terhadap Perilaku Berpartisipasi dalam Pembangunan Masyarakat. Jurnal Sosial Ekonomi Vol.4 No.1 Juni 1998. Mosher, AT , 1990. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, CV Yasaguna, Jakarta. Mutiara, Rani. 2005. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Extensia 2005. Ndraha, T. 1982. Pembangunan Desa dan Adminstrasi Pemerintahan Desa. Yayasan Yarya Dharma, Jakarta Porche, DJ. 2004. Public and community health nursing practice. Sage Publications, Inc Ramija Khadijah, 2002. Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Tanaman Ray, G.L..1998. Manajemen dan Komunikasi Penyuluhan. Terjemahan 2001. Rogers, Alan. 1993. Adult Learning for Development. Cassel Educational Limited. Villiers House 41/47 Strand London. Rogers, Alan. 1994. Teaching Adults. Open University Press Celtic Court. Buckingham Rogers, Eveett M.1995. Diffusion of Innovations, Fourth Edition. The Free Press Scott,J.C.1977. The Economy of Peasent Rebellian and Subsistence in Sutheast Asia. Yale University Press. London. Swanson, Barton E. 1984. Agriculture Extension, FAO-UN, Rome Swanson, Barton E. 1997. Report of the Global Consultation on Agriculture Extension. FAO-UN Rome. Tennant Mark, 2006. Psychology and Adult Learning. Routledge London Van den Ban & HS. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. PT Kanisius Yogyakarta