BOTANI UMUM Oleh : DR. Drs. R.Soelistijono, MP Dra. Dwi Susilo Utami, MP Ir. Setie Harieni MP
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA 2014 Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 1
KATA PENGANTAR
Atas rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Tim penulis dapat
menyusun sebuah buku ajar yang berjudul Botani Umum. Dalam buku ajar Botani Umum ini menguraikan soal morfologi luar atau morfologi dalam arti sempit. Selain memuat pengetahuan tentang istilah-istilah (terminologi), susunan organ dalam (anatomi), sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana cara mencandra tumbuhan (taksonomi). Karena yang ditengahkan terutama bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan mengingat tubuhnya yang belum terdiferensiasi maka pada bab 1 hanya diuraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang berupa thalus, jadi menyangkut dua golongan yaitu Bryophyta dan Pteridophyta. Mengenai golongan yang lain yang sudah dapat dibedakan menjadi batang, daun, dan akar pembicaraannya lebih tepat dalam Bab 2 yaitu tentang Tumbuhan Berbiji yang dapat dibagi menjadi Gymnospermae dan Angiospermae. Bab selanjutnya akan membahas batang (Bab 3), daun (Bab 4), bunga (Bab 5), dan akar (Bab 6). Klasifikasi tumbuhan akan dibicarakan dalam terakhir (Bab 7) yaitu tentang Sistimatika Tumbuhan. Kami menyadari banyak sekali kekurangannya , namun kami berharap buku ini dapat sebagai pegangan bagi mahasiswa.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 2
DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………..
2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………….
3
BAB I
4
TUMBUHAN THALLUS …………………………………………………………..
TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA) ………………………………………. 4 TUMBUHAN PAKU (PTERYDOPHYTA) ……………………………………. 8 BAB II
TUMBUHAN BERBIJI ……………………………………………………………..
12
TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA (GYMNOSPERMAE) ……………….
12
TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP (ANGIOSPERMAE) ……………….
18
BAB III
BATANG (CAULIS) …………………………………………………………………. 25
BAB IV
DAUN (FOLIUM) ……………………………………………………………………
33
BAB V
BUNGA (FLOS) ………………………………………………………………………
58
BAB VI
AKAR (RADIX) ……………………………………………………………………….
92
BAB VII
KLASIFIKASI …………………………………………………………………………..
97
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 3
BAB I. TUMBUHAN THALLUS.
Tujuan Umum Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum tentang ciri-ciri utama tumbuhan berthalus
Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pengelompokan tumbuhan berthalus 2. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta) 3.
Mahasiswa
dapat
menjelaskan
ciri-ciri
kelompok
tumbuhan
paku
(Pterydophyta)
Definisi dari tumbuhan berthalus adalah kelompok tumbuhan yang belum dapat dibedakan bagian organnya menjadi batang, daun, dan akar. Kelompok tumbuhan berthalus dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta) dan tumbuhan paku (Pterydophyta).
Sub Bab1. LUMUT (BRYOPHYTA) Tumbuhan lumut adalah kelompok tumbuhan yang pertama beradaptasi di darat, Engler pada tahun 1892 menyatakan bahwa tumbuhan lumut tergolong kelompok Cryptogamae. Tumbuhan lumut, algae, dan tumbuhan paku digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah karena merupakan kelompok tumbuhan berspora. Tumbuhan lumut menunjukkan tingkat perkembangan yang lebih maju bila dibandingkan dengan algae karena : 1.
Sebagian besar tumbuhan lumut hidup di darat yang lembab.
2.
Tumbuhan lumut memiliki habitus seperti tumbuhan tingkat tinggi, dalam batangnya terdapat sekelompok sel-sel memanjang sebagai buluh pengangkut.
3.
Sudah ada rhizoid sebagai alat pelekat dan penyerap.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 4
4.
Gametofit hidup bebas, tetapi sporofit tergantung pd gametofit dalam penyediaan unsur hara.
5.
Gametangium dan sporangium multiseluler dan mempunyai dinding yang terdiri atas sel steril.
6.
Setelah terjadi pembuahan, zigot berkembang menjadi embrio, sehingga lumut termasuk golongan Embryophyta. Tumbuhan lumut tumbuh dalam habitat peralihan dari habitat air ke
darat maka tumbuhan lumut disebut pula sebagai tumbuhan amfibi. Meskipun merupakan tumbuhan darat tetapi untuk terselenggaranya pembuahan masih tetap memerlukan air. Susunan tubuh sudah ada penyesuaian terhadap lingkungan hidup di darat, yaitu : 1.
Mempunyai rizoid.
2.
Terdapat sel-sel epidermis serta penebalan dinding sel sbg perlindungan terhadap kekeringan.
3.
Terdapat porus pada permukaan talus sehingga mempermudah pengambilan CO2 untuk melaksanakan fotosintetis.
4.
Spora berdinding tebal dan disebarkan oleh angin.
5.
Terdapat ichen pengangkutan makanan yang masih sangat sederhana Meskipun tumbuhan lumut ada yang telah memperlihatkan deferensiasi
yang agak jauh tetapi karena akar yang sesungguhnya belum terdapat kecuali hanya rizoid maka lumut masih digolongkan dalam tumbuhan talus, belum kormus, atau merupakan peralihan antara talus ke kormus seperti pada golongan lumut daun. Sifat umum Tubuhnya masih berupa talus, warna hijau, mempunyai klorofil a dan b tetapi tidak ada variasi dalam bentuk plastidanya. Lumut yang masih ichense tubuhnya berupa lembaran yang merayap, tatapi untuk yang lebih maju, talusnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Daun-daun (filoid) terdiri atas satu lapis sel dan mempunyai rusuk tengah. Di bagian tengah terutama dekat rusuk Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 5
tengah daun selalu terdiri atas lebih dari satu lapis sel, tetapi belum ada daging daun (mesofil). Terdapat pembagian pekerjaan dalam talusnya, ada seperti jaringan asimilasi dan jaringan penyimpan cadangan makanan. Mempunyai liang udara yang berfungsi seperti stoma. Dinding sel terdiri atas selulosa. Perkembangbiakan terdiri atas anteridium (jantan) dan arkegonium (betina). Arkegonium berbentuk seperti botol, bagian yang lebar disebut perut dan yang sempit disebut leher, mempunyai dinding sel yang terdiri dari selapis sel. Anteridium berbentuk bulat atau seperti gada, mempunyai dinding sel yang terdiri dari selapis sel steril, di dalamnya terdapat spermatozoid. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio lalu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan menghasilkan spora yaitu sporogonium yang tetap menempel pada induknya. Slikus hidup Terdapat 2 fase, yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi gametofit) dan fase diploid (generasi aseksual atau sporofit). Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yang sederhana, merupakan tumbuhan yang hidup bebas. Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yang menghasilkan spora, merupakan suatu badan yang dibedakan atas kaki, seta dan kapsul. Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai generasi yang heteromorfik karena sporofit berbeda dengan gametofit. Sporofit menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama, disebut homospor atau isospor. Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit). Di dalam sporogonium terjadi reduksi akhirnya terbentuk spora.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 6
Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka dapat terjadi penyimpangan dari siklus hidup yang normal, yaitu terjadi peristiwa : Apogami : terbentuknya sporofit tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur yang tidak dibuahi tumbuh membentuk sporofit. Apospori : terbentunya gametofit tanpa melalui pembentukan spora, misalnya beberapa sel dari sporofit (mungkin bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh dan berkembang menjadi gametofit.
Klasifikasi Jussieu pada tahun 1836 semula menggunakan nama Mosses untuk kelompok tumbuhan lumut. Braun pada tahun 1864 memperkenalkan naman Bryophyta, tetapi yang dimaksudkan bukan hanya lumut saja, termasuk di dalamnya algae, fungi, ichens dan mosses. Yang pertama menempatkan kelompok tumbuhan lumut dalam Divisi Bryophyta adalah Schimper pada tahun 1879, kemudian Eichler pada tahun 1883 membagi Bryophyta menjadi 2 kelas yaitu Hepaticae dan Musci, selanjutnya oleh Engler pada tahun 1892 masingmasing kelas dibagi menjadi 3 bangsa yaitu Hepaticae dibagi menjadi Marchantiales, Jungermanniales, dan Anthocerotales sedangkan Musci dibagi menjadi Sphagnales, Andreaeales dan Bryales. Howe pada tahun 1899) membagi Bryophyta menjadi 3 kelas, yaitu Hepaticae, Anthocerotae dan Musci. Perubahan berikutnya mengenai nama kelas oleh Rothmale pada tahun 1951, sesuai dengan peraturan dalam tatanama tumbuhan, yaitu Anthocerotae menjadi Anthoceropsida, tetapi yang terakhir oleh Proskauer pada tahun 1957 diganti lagi menjadi Anthocerotopsida. Selanjutnya nama-nama kelas tersebut masih tetap digunakan oleh para ahli botani modern, yaitu kelas Hepaticopsida (Hepaticae), Anthocerotopsida (Anthocerotae), dan Bryopsida (Musci).
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 7
Klasifikasi Lumut didasarkan oleh adanya perbedaan bentuk susunan tubuh dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya (perbedaan pada struktur gametofit dan sporofit).
SUB BAB 2. PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi – divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang – biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yng diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi disebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta,Bryophyta, dan Pteridophyta. Nama Cryptogamae diberikan atas dasar cara perkawinan (Alat–alat perkawinannya) yang tersembunyi (Cryptos – tersembunyi, gamos – kawin ), berbeda dengan Phanerogamae ( Tumbuhan biji ) yang cara perkawinannya tampak jelas. Dari segi cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan – hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon – pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa – sisanya sekarang sebagai batu bara. Jenis – jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil (lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhan yang dimasa jayanya pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta pun terdapat daur kehidupan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Gametofitnya Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 8
mempunyai beberapa perbedaan dengan gametofit lumut, walaupun sama – sama terdiri atas sel – sel yang haploid. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium, dan protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja. Besarnya paling banyak hanya beberapa cm saja, bentuknya menyerupai thallus hepaticae. Umumnya protalium itu berbentuk jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya dengan rhizoid – rhizoid. Terdapat anteridium (biasanya pada bagian yang sempit) dan arkegonium (dekat dengan lekukan bagian yang melebar). Pembuahan hanya dapat berlangsung jika ada air. Baik anteridium maupun arkegonium terdapat pada sisi bawah protalium di antara rhizoid – rhizoidnya. Sehabis pembuahan, dari zigot tumbuh keturunan yang diploid, yaitu sporofitnya. Pada tumbuhan paku sporofit ini sama sekali berbeda dengan sporofit lumut. Pada tumbuhan paku biasanya protalium lalu binasa, akan tetapi jika tidak terjadi pembuahan, protalium itu dapat bertahan sampai lama. Sporofit itulah yang pada Pteridophyta menjadi tumbuhan paku yang tubuhnya telah dapat dibedakan dalam akar, batang dan daun. Adanya akar merupakan sifat yang karakteristik bagi Pteridophyta dan Spermatophyta, oleh sebab itu dunia tumbuhan sering juga dibedakan dalam dua golongan yaitu : - Rhizophyta ( tumbuhan akar ) yang terdiri atas Pteridophyta dan Spermatophyta, dan - Arhizophyta ( tumbuhan tak berakar ) yang terdiri atas Scizophyta, Thallophyta dan Bryophyta. Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuhan paku telah dapat dibedakan dua kutub, atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang membentuk tunas ( Batang beserta daun – daunnya ). Kutub bawah, yang letaknya berlawanan dengan ujung tunas dapat juga kita namakan kutub akar. Tetapi hanya pada Spermatophyta saja yang akarnya merupakan perkembangan lanjutan kutub akarnya. Pada Pteridophyta kutub akar tidak terus berkembang Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 9
membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Jadi embrio Pteridophyta tidak bipolar seperti pada Spermatophyta, tetapi unipolar, karena hanya satu kutub saja yang berkembang. Akar yang keluar pertama – tama itu tidak dominan, melainkan segera disusul oleh akar – akar lain yang semuanya muncul dari batang. Peristiwa pembentukan akar – akar dari batang yang semua tumbuh ke samping itu dinamakan homorizi, sedang pembentukan akar – akar yang benar – benar dari kutub akar seperti terdapat pada Spermatophyta itu dinamakan alorizi. Ketiga bagian utama tubuh Pteridophyta itu mempunyai titik tumbuh yang hanya terdiri atas satu sel inisial yang terletak di ujung. Dalam taksonomi, Pteridophyta termasuk juga yang telah punah, dibedakan dalam beberapa kelas yaitu: 1. Kelas : Psilophytinae (Paku purba) 2. Kelas : Lycopodiinae (Paku rambat atau paku kawat) 3. Kelas : Equisetinae (Paku ekor kuda) 4. Kelas : Filicinae (Paku sejati)
Soal-soal: 1. Mengapa tumbuhan lumut (Bryophyta) digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah? 2. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari tumbuhan air (Algae) ke tumbuhan darat (Pterydophyta). Mengapa demikian? 3. Jelaskan siklus hidup dari tumbuhan lumut (Metagenesis) secara lengkap (bila perlu dapat digambar). 4. Mengapa tumbuhan paku (Pterydophyta) disebut sebagai tumbuhan kormus (Jelaskan dengan gambar). 5. Apa yang membedakan siklus hidup (Metagenesis) Bryophyta dengan Pterydophyta. 6. Apa arti dari : Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 10
-
Tropofil
- Annulus
-
Sporofil
- Gametofit
-
Protonema
- Arkegonium
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 11
BAB 2. TUMBUHAN BERBIJI Tujuan Umum Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara umum tentang ciri-ciri utama tumbuhan berbiji
Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pengelompokan tumbuhan berbiji 2. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnopspermae) 3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) Secara umum tumbuhan berbiji memiliki perbedaan utama dengan tumbuhan berthallus pada kemampuan reproduksinya. Pada tumbuhan berbiji selain sudah bisa dibedakan bagian akar, batang, dan daunnya maka juga memiliki kemampuan reproduksi seksual yang lebih maju yaitu adanya biji yang merupakan hasil pembuahan putik oleh benang sari. Berdasarkan ada tidaknya pelindung biji (carpella), maka tumbuhan berbiji dibedakan menjadi tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Sub Bab 1. TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA (GYMNOSPERMAE) Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani (Greek): gymnos (telanjang) dan spermae (biji) sehingga disebut tumbuhan berbiji terbuka karena merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae, atau Magnoliophyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji terlihat langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun (strobilus) atau runjung. Pada tanaman melinjo misalnya, "pêntil"nya (yaitu bijinya) sejak dari "kroto" hingga melinjo masak dapat dilihat, sementara pada tusam biji terletak pada runjungnya. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 12
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara: Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggotaanggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu kelompok gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).
Pengelompokan Dalam klasifikasi tumbuhan modern, Gymnospermae tidak memiliki status taksonomi karena tumbuhan berbunga (Angiospermae, tumbuhan berbiji tertutup) adalah keturunan dari salah satu tumbuhan berbiji terbuka. Pemisahan antara tumbuhan berbiji terbuka dengan berbiji tertutup akan menyebabkan pemisahan yang parafiletik. Gymnospermae mencakup tiga divisi yang telah punah dan empat divisi yang masih bertahan, meliputi: 1.
Bennetophyta, punah
2.
Cordaitophyta, punah
3.
Pteridospermophyta, sudah punah namun dianggap sebagai moyang Angiospermae.
4.
Cycadophyta
5.
Ginkgophyta
6.
Gnetophyta
7.
Coniferophyta
Jenis-jenis Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae) Tumbuhan berbiji terbuka tersebar luas di hutan-hutan dan pegunungan, berupa pohon berkayu yang tingginya dapat mencapai lebih dari 30 meter, salah satunya adalah pohon pinus. Pohon yang selalu hijau sepanjang masa, kini banyak ditanam di halaman rumah. Disebut tumbuhan berbiji terbuka karena Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 13
bijinya tidak dilindungi daun buah. Bunga sesungguhnya tidak ada, alat perkembangbiakan berupa badan yang disebut strobilus (runjung). Strobilus jantan merupakan kumpulan kantung-kantung sari yang berisi serbuk sari yang mengandung sel sperma. Strobilus betina mengandung bakal biji yang berisi sel telur. Bakal biji terbuka, langsung didatangi oleh serbuk sari yang terbawa angin. Batang utama lurus ke atas, berkayu, berkas pembuluh tersusun dalam satu lingkaran dan memiliki kambium. Umumnya batang memiliki saluran resin. Bentuk daun bermacam-macam, kaku, dan mengandung berkas pengangkut. Sistem akar tunggang, cabang-cabangnya menyebar di dalam tanah. Ada empat divisi gymnospermae yang dapat kita jumpai sampai saat ini, tiga di antaranya adalah divisi yang relatif kecil: Cycadophyta, Ginkgophyta, dan Gnetophyta. Divisi yang paling besar adalah Coniferophyta. a. Ciri-ciri Cycadophyta Cycadophyta terdiri dari sekitar 185 spesies. Batangnya Cycadophyta tidak bercabang, daun-daun majemuk tersusun sebagai tajuk di pucuk batang yang memanjang. Habitus (perawakan) Cycadophyta menyerupai pohon palem. Beberapa jenis Cycadophyta memiliki pohon amat pendek, jenis yang lain dapat mencapai tinggi 9 meter, tetapi kebanyakan tingginya sekitar 2 meter. Semua anggota Cycadophyta berumah dua. Strobilus yang dihasilkan berukuran besar namun rata-rata reproduksinya rendah. Penyerbukan sering dibantu oleh serangga yang tertarik dengan aroma yang dihasilkan strobilus jantan dan betina.
Gambar 1. Pakis haji
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 14
Tumbuhan Cycadophyta ini merupakan tumbuhan biji yang primitif, hidup di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia kita kenal pakis haji (Cycas rumphii) merupakan tanaman hias, akarnya bersimbiosis dengan ganggang biru (Anabaena) yang dapat mengikat nitrogen (Anabaena cycadae). Daunnya tersusun dalam roset batang, menyirip atau berbagi menyirip. Strobilus jantan dan betina terdapat di ujung batang pada pohon yang berbeda (berumah dua). b. Ciri-ciri Ginkgophyta Hanya satu jenis ginkgo yang masih hidup sampai saat ini, yaitu Ginkgo biloba yang berasal dari Cina. Pohonnya tinggi, daunnya bertangkai panjang dan berbentuk kipas dengan tulang daun yang bercabang-cabang, dan meranggas dalam musim gugur. Bijinya mempunyai kulit luar yang berdaging dan kulit dalam yang keras. Daunnya dapat dijadikan obat asma dan mengatur tekanan darah. Buahnya dapat dijadikan bahan ramuan untuk makanan tambahan (suplemen) yang berfungsi menjernihkan daya ingat. Tumbuhan asli daratan Cina ini merupakan tumbuhan purba yang berhasil bertahan hidup hingga saat ini. Tumbuhan ini dibudidayakan sebagai peneduh atau tanaman hias dan sebagai bahan obat-obatan. Orang Cina memanfaatkan tanaman Ginkgo sebagai obat bronchitis dan asma sejak ribuan tahun yang lalu. Ginkgo biloba berukuran besar, dapat mencapai tinggi 30 meter. Daunnya melebar seperti kipas dengan belahan yang seolah-olah membagi daun menjadi dua bagian. Ginkgo berumah dua, yaitu serbuk sari dan bakal biji dihasilkan oleh dua tumbuhan. Biji yang dihasilkan sebesar kelereng, keras, berwarna kekuningan, dan berbau tidak enak.
Gambar 2. Ginkgo (Ginkgo biloba) Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 15
c. Ciri-ciri Gnetophyta Di Indonesia dikenal tumbuhan melinjo (Gnetum gnemon) yang merupakan anggota dari kelompok ini (Gambar 3). Daunnya tunggal, duduknya berhadapan. Batangnya berkayu tanpa saluran resin. Bunga majemuk berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun. Buah dan daun muda melinjo dapat disayur, bijinya dibuat emping; dan serabut kulitnya untuk pembuatan jala. Ciri khas Gnetaceae adalah tumbuhan berumah dua, strobilus jantan dan betina tersusun berlingkar dalam bentuk bulir. Benang sari tersusun dalam spiral, jumlahnya banyak, dan terdapat di bawah lingkaran bakal biji yang mandul. Strobilus betina mempunyai bakal biji tersusun dalam lingkaran, bakal biji yang fertil dibungkus oleh dua lapis integumen. Kelompok tumbuhan Gnetophyta mempunyai strobilus jantan yang tersusun majemuk, daun-daun berhadapan atau berlingkar, dan tidak mempunyai saluran resin. Gnetophyta terdiri dari dua kelas yaitu Ephedraceae dan Gnetaceae. Ephedraceae merupakan semak dengan tinggi sekitar 2 meter yang tumbuh tegak, menjalar, atau merambat dengan percabangan yang banyak. Contoh dari Ephedra sp. dan Welwitschia sp. kebanyakan hidup di daerah tropis dan subtropis di belahan bumi utara, umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Gnetaceae mempunyai anggota satu genus saja yaitu Gnetum yang jenis-jenisnya banyak ditemukan di Indonesia.
Gambar 3. Melinjo (Gnetum gnemon) d. Ciri-ciri Coniferophyta Divisi ini memiliki jumlah sekitar 550 spesies. Divisi ini memiliki ciri, yaitu pada daunnya memiliki bentuk khas seperti jarum. Selain itu, divisi ini menghasilkan strobilus (cone). Anggota yang dominan pada divisio ini adalah pinus (Gambar 4). Proses reproduksi pada Coniferophyta dibantu oleh angin, Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 16
artinya pada saat sel kelamin jantan telah matang, sel kelamin tersebut akan tertiup oleh angin menuju sel kelamin betina untuk membuahi. Tumbuhan ini memiliki ciri khas, yaitu selalu hijau sepanjang tahun atau disebut juga tumbuhan evergreen. Tumbuhan yang tergolong divisi ini dapat berupa semak, perdu atau pohon dengan tajuk berbentuk kerucut (conus), maka disebut Coniferophyta. Divisi ini merupakan kelompok terbesar, yang beranggotakan pohon tertua dan tertinggi di muka bumi. Penyebarannya luas terutama di daerah beriklim sedang dan dingin. Coniferophyta menjadi sangat penting karena merupakan sumber bahan kertas, kayu lunak, bahan bangunan, bahan plastik, pernis, terpentin, damar, dan tinta cetak.
Gambar 4. Daur hidup Coniferophyta Strobilus jantan menghasilkan serbuk sari yang mengandung sel sperma. Dengan bantuan angin, serbuk sari sampai ke bakal biji yang menempel pada sisik strobilus betina. Selanjutnya terbentuk buluh serbuk yang membawa sel sperma untuk bertemu dengan sel telur yang ada di dalam bakal biji. Setelah terjadi fertilisasi, terbentuklah biji yang bersayap tipis. Biji diterbangkan angin ke mana-mana, jika jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi kecambah, dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Pinus banyak ditanam di Indonesia, misalnya Pinus merkusii di Sumatra (terutama di Aceh) banyak ditanam di Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 17
daerah-daerah pegunungan oleh dinas kehutanan untuk menghasilkan terpentin. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu, strobilus jantan terletak di ujung ranting dan strobilus betina lebih ke pangkal cabang. Strobilus betina terdiri atas banyak sisik yang tersusun dalam spiral. Bakal biji terletak di antara sisiksisik tersebut, setelah fertilisasi tumbuh menjadi biji bersayap tipis. Ranting pendek mirip pasak berdaun dua, berbentuk jarum. Selain pinus, damar (Agathis alba) banyak dijumpai di hutan Sumatra dan Kalimantan, getahnya dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai bahan campuran cat. Tumbuhan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias, penghasil resin, sumber bahan bangunan, bahan baku kertas, batang korek api, dan lain-lain. Contoh: Pinus mercusii (pinus), Cupressus, Auraucaria, Agathis alba (damar), Abies balsama (balsam), Sequoia, Juniperus, dan Taxus.
Sub Bab 2. TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP (ANGIOSPERMAE) Tumbuhan biji termasuk ke dalam divisi Spermatophyta. Alat reproduksi generatif berupa biji. Di dalam biji terdapat embrio. Tumbuhan biji sudah memiliki akar, batang dan daun sejati, disebut kormus (Gambar 5), sehingga tumbuhan biji disebut Cormophyta. Tumbuhan biji juga sudah memiliki berkas pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem sehingga disebut tumbuhan Tracheophyta. Selain Cormophyta dan Tracheophyta, tumbuhan biji juga disebut tumbuhan berbunga (Antophyta). Bahkan disebut juga dengan Phanerogamae, yaitu tumbuhan dengan alat perkembangbiakan yang jelas terlihat dan disebut pula Embriophyta siphonogama, yaitu tumbuhan yang pembentukan embrionya melalui suatu pembuluh.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 18
Gambar 5. Tumbuhan kormus Ciri-ciri dan contoh tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) Semua tumbuhan berbiji tertutup termasuk dalam divisi Magnoliophyta. Bakal biji tumbuhan Angiospermae terletak di dalam daun buah, sehingga tidak kelihatan dari luar. Tumbuhan yang sering anda temui saat ini sebagian besar termasuk dalam Angiospermae yang meliputi sekitar 235.000 spesies tumbuhan berbunga. Sebagian besar makanan yang anda konsumsi juga berasal dari tumbuhan ini yang dapat berupa akar misalnya wortel, kangkung, bit, buahbuahan seperti apel, mangga, pisang, pepaya, serta biji-bijian dari kelompok tumbuhan Leguminosae dan Graminae. Divisi Magnoliophyta dibagi menjadi dua kelas berdasarkan jumlah kotiledonnya, yaitu Liliopsida (monokotil) dan Magnoliopsida (dikotil). Liliopsida meliputi sekitar 65.000 spesies, termasuk di dalamnya tumbuhan padi-padian, anggrek, palem, bambu dan lain-lain. Daun, batang, bunga dan akarnya bersifat spesifik. Sebagian besar Liliopsida memiliki pertulangan daun sejajar, batang dengan berkas pembuluh tersebar, bagian bunga bunga berjumlah 3 atau kelipatannya, dan memiliki akar serabut. Ciri-ciri tumbuhan Magnoliopsida (dikotil) adalah memiliki 2 kotiledon pada biji, tulang daun menjari, berkas pembuluh pada batang tersusun melingkar, daun mahkota bunga 4, 5 atau kelipatannya, dan memiliki sistem perakaran tunggang. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 19
a. Magnoliopsida Tumbuhan Magnoliopsida berakar tunggang dan tulang daunnya menyirip atau menjari. Batang bercabang-cabang, berkambium, tidak beruasruas, bagian bunga berjumlah 2, 4, 5, atau kelipatannya. Magnoliopsida merupakan tumbuhan dikotil yang memiliki biji berkeping dua. Beberapa familia dari Magnoliopsida adalah sebagai berikut. 1) Magnoliaceae Magnoliaceae beranggotakan jenis-jenis yang relatif primitif, yang mampu bertahan hidup dari zaman dahulu. Beranggotakan sekitar 100 spesies dalam 10 genus. Beberapa jenis Magnoliaceae dipelihara sebagai tanaman hias, contoh Magnolia grandiflora (cempaka putih), Michelia champaca (cempaka kuning-jingga), Michelia figo, dan Liridendron. 2) Cruciferae Tumbuhan familia Cruciferae beranggotakan sekitar 300 jenis yang tersebar luas di seluruh dunia, merupakan herba semusim, dua musim, atau tahunan. Cruciferae banyak ditanam sebagai tanaman hias, sayuran, dan obat. Contoh: Brassica oleracea (kubis), Brasica rugosa (sawi), Raphanus sativus (lobak), Iberis umbellate (tanaman hias), Nasturtium indicum (tempuyung untuk bahan obat), dan Nasturtium officinalis (selada air). 3) Compositae Compositae merupakan familia terbesar dari tumbuhan bunga, yaitu memiliki sekitar 20.000 jenis yang kebanyakan berupa herba semusim atau tahunan. Cruciferae bunganya kecil dan sangat rapat, berkelompok membentuk kepala yang padat. Mungkin anda akan mengira sebagai bunga tunggal. Contoh Ageratum conyzoides (babandotan), Lactuca sativa (selada), Sonchus arvensis, Chrysanthemum (krisan), berbagai tanaman hias bunga seperti dahlia, aster, gerbera, dan Zinnia sp. (kembang kertas). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 20
4) Leguminosae Familia Leguminosae merupakan salah satu familia yang terbesar, mencakup 500 genus dan lebih dari 12.000 jenis. Tumbuhan Leguminosae dapat berupa herba, semak, liana, dan pohon yang hidup di berbagi lingkungan. Ciri khas Leguminosae adalah mempunyai bunga yang berbentuk kupu-kupu dan buahnya berbentuk polong sehingga sering disebut tumbuhan polong-polongan. Umumnya Leguminosae ditanam sebagai sumber pangan, tanaman hias, sumber kayu, dan ada yang dimanfaatkan kandungan biji atau resinnya. Beberapa jenis hidup sebagai gulma. Contoh: Caesalpinia pulcherrima (kembang merak), Bauhinia purpurea, Calliandra brevipes (kaliandra), Casia alata, Leucanea glauca (kemlandingan), Parkia spesiosa (petai), Tamarindus indica (asam), Phaseolus radiatus (kacang hijau), Arachis hypogaea (kacang tanah), dan Glycine max (kedelai). 5) Solanaceae Familia Solanaceae beranggotakan sekitar 2.000 jenis, ada yang berupa pohon, perdu, dan herba. Bunganya berbentuk terompet, banyak di antaranya merupakan tanaman budidaya yang penting. Contoh: Solanum tuberosum (kentang), Lycopersicon esculentum (tomat), Capsicum frutescens (cabe), Nicotiana tabacum (tembakau), Datura fastuosa (kecubung), dan Atropa belladonna (akar dan daunnya bahan obat atropin. 6) Rosaceae Rosaceae Terdiri dari sekitar 300 jenis. Struktur bunganya sangat beragam, memiliki kelopak dan mahkota berjumlah lima dengan banyak sekali benang sari. Semua bagian bunga menempel pada tepi tabung bunga. Banyak ditanam untuk menghasilkan buah dan sebagai tanaman hias. Contoh Rosa hybrida (mawar), Malus sylvestris (apel), Fragraria chilensis (arbei), Prunus armeniaca (apricot), Prunus persica (peach), Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 21
Prunus amyangdalus (almond), Pyrus communis (pir), dan berbagai jenis Rubus. b. Liliopsida Kelompok tumbuhan Liliopsida mempunyai akar serabut dan tulang daunnya sejajar atau melengkung. Batangnya tidak berkambium, tidak bercabang-cabang, tetapi beruas-ruas. Bagian bunga berjumlah tiga atau kelipatannya. Semua Liliopsida merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki biji berkeping satu, mencakup sekitar 50.000 jenis yang dikelompokkan menjadi 40 famili. Beberapa jenis mempunyai habitus pohon, namun kebanyakan berupa herba semusim atau tahunan. Batangnya bercabang sedikit atau tidak sama sekali. Daunnya memiliki pelepah pada pangkalnya, kebanyakan berupa daun tunggal dengan tulang daun yang sejajar atau melengkung. Jaringan pembuluh tersusun dalam berkas yang tersebar dalam jaringan empulur. Batangnya tidak mempunyai kambium sehingga hanya terjadi pertumbuhan oleh jaringan primer. Bunga Liliopsida mempunyai bagian bunga dengan jumlah kelipatan 3. 1) Liliaceae Liliaceae Terdiri dari sekitar 3.000 jenis. Bunga Liliaceae terdiri dari enam bagian hiasan bunga. Contohnya adalah Lilium longiflorum (bunga leli), Asparagus officinalis (asparagus), Gloriosa superba (kembang sungsang), Tulipa sylvestris (bunga tulip), Allium cepa (bawang merah), Allium sativum
(bawang
putih),
dan
Agave
sisalana
(tanaman
sisal,
menghasilkan serat). 2) Palmae Terdapat ribuan jenis Palmae yang menjadi tanaman penting bagi umat manusia. Kebanyakan hidup Palmae berupa pohon di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan palma merupakan sumber makanan (contoh kelapa atau Cocos nucifera, kurma atau Phoenix), sumber kayu, serat untuk pakaian, daun untuk atap rumah, penghasil minyak, malam, tepung sagu, sebagai tanaman hias, dan lainnya. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 22
3) Gramineae Gramineae Tercatat sekitar 7.000 jenis yang tersebar di seluruh bagian Bumi dan tumbuh di berbagai macam iklim dari daerah tropis hingga kutub. Banyak dari Gramineae yang berkayu (misalnya bambu), namun sebagian besar merupakan herba semusim atau tahunan. Daunnya sempit memanjang, pangkal daun membungkus batang, dan sering kali batangnya berongga dan beruas-ruas. Bunga Gramineae sangat kecil dan bergerombol dalam bulir. 4) Orchidaceae Familia Orchidaceae sangat besar, meliputi sekitar 17.500 jenis yang sangat beragam, namun semuanya merupakan herba tahunan yang tersebar di daerah tropis dan subtropis. Ada yang tumbuh sebagai epifit dan ada yang hidup di tanah, beberapa jenis merupakan parasit karena tidak mempunyai klorofil. Banyak jenis tumbuhan Orchidaceae yang dibudidayakan sebagai pewangi (misalnya vanili), namun kebanyakan ditanam sebagai tanaman hias. Beberapa perbedaan ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil Dikotil
Monokotil
Biji berkeping dua Biji berkeping satu Bagian bunga berjumlah 2, 4, 5 Bagian bunga berjumlah 3 atau atau kelipatannya kelipatannya Tulang daun menyirip atau Tulang daun sejajar atau menjari melengkung Batang berkambium, letak Batang tidak berkambium, berkas pembuluh teratur letak berkas pembuluh tersebar
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 23
Soal-soal: 1. Sebutkan 4 divisi yang termasuk Gymnospermae, dan masing-masing beri contohnya. 2. Jelaskan dengan singkat siklus hidup Gymnospermae yang anda ketahui. 3. Sebutkan 6 kelompok tanaman yang termasuk Angiospermae, dan masingmasing beri contohnya. 4. Jelaskan dengan singkat siklus hidup Angiospermae, dan apa yang dimaksud dengan pembuahan ganda? 5. Bedakan secara singkat antara struktur tanaman dikotil dan monokotil. 6. Apa yang dimaksud dengan : -
Strobilus
-
Kormofita
-
Kambium
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 24
BAB III. BATANG (CAULIS)
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa memahami bentuk luar batang secara keseluruhan Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui bentuk luar batang 2. Menjelaskan macam-macam batang 3. Menjelaskan macam-macam percabangan batang
Batang pada tumbuh-tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut : a. batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair, misal pada bayam (Amaranthus spinosus L.), krokot (Portulaca oleracea L.) b. batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu. Terdapat pada pohon-pohon(arbores), misalnya mangga (Mangifera indica L.). dan semak (Frutices), misal sidaguri (Sida rhombifolia L.) c. Batang rumput (Calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misal pada padi (Oryza sativa L.) dan rumput (Gramineae) pada umumnya. d. batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruasruas yang lebih panjang, misal mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grossus L.) dan tumbuhan sebangsa rumput teki (Cyperaceae) lainnya.
Macam-macam bentuk batang : a. bulat (teres), misal pada padi (Oryza sativa L.), bambu (Bambusa sp.), pinang (Areca catechu L.) b. bersegi (Angularis), dalam hal ini kemungkinan dapat : - segitiga (triangularis), misal pada teki (Cyperus rotundus L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 25
- segiempat
(quadrangularis),
misal
batang
markisah
(Passiflora
quadrangularis L.) - Pipih dan biasanya melebar menyerupai daun, batang yang bersifat demikian dinamakan : Filokladia, jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misal pada jakang (Muehlenbeckia platyclada Meissn.). Kladodia, jika masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misal pada sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill).
Gambar 6. Alat-alat pembelit pada tumbuhan memanjat a. Cabang pembelit b. Daun pembelit c. Tangkai daun pembelit
Gambar 7. a. Tumbuhan membelit (Dioscorea oleata) b. Batang membelit ke kiri c. Batang membelit ke kanan
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 26
Permukaan Batang Kita dapat membedakan permukaan batang yang a. Licin (laevis), misal batang jagung (Zea mays L.) b. Berusuk (costatus), jika permukaan terdapat rigi-rigi yang membujur, misal iler (Coleus scutellarioides Benth.) c. Beralur (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas, misal pada Cereus peruvianus (L). Haw. d. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi sudut-sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misal pada ubi (Dioscorea alata L.) dan markisah (Passiflora quadrangularis L.) e. Berambut (pilosus), misal pada tembakau (Nicotiana tabacum L). f. Berduri (spinosus), misal pada mawar (Rosa sp.) g. Memperlihatkan bekas-bekas daun, misal pada pepaya (Carica papaya L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.) h. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misal nangka (Artocarpus integra Merr.), keluwih (Artocarpus communis Forst.). i. Memperlihatkan banyak lentisel, misal pada sengon (Albizzia stipulata Boiv.) j. Keadaaan-keadaan lain, misal lepasnya kerak (bagian kulit yang mati) seperti terlihat pada jambu biji (Psidium guajava L.) dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendron L.)
Arah tumbuh batang : a. Tegak lurus(erectus), jika arahnya lurus keatas, misal papaya (Carica papaya L.) b. Menggantung (dependens, pendulus), misal Zebrina pendula Schnitzl., Linaria cymbalaria, jenis anggrek (Orchidaceae). c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok keatas, misalnya pada semangka (Citrullus vulgaris Schrad.) Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 27
d. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring tetapi dari buku-buku keluar akar-akar, misal batang ubi jalar (Ipomoea batatas Poir.), suket balungan (Panicum repens. L)
a
b
Gambar 8. Tumbuhan memanjat a. Dengan kait b. Dengan ujung tangkai daun c. Dengan daun
c e. Serong keatas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring tetapi bagian lainnya lalu membelok keatas, misal pada kacang tanah (Arachis hypogaea L) f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misal pada bunga matahari (Helianthus annuus L.) g. Memanjat (scandens), jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang, misal dengan : - Akar pelekat, contoh sirih (Piper betle L.) - Akar pembelit, contoh panili (Vanilla planifolia Andr.). - Cabang pembelit (sulur dahan), contoh anggur (Vitis vinifera L.) - Daun pembelit atau sulur daun, contoh kembang sungsang (Gloriosa superba L.) Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 28
- Tangkai pembelit, contoh pada kapri (Pisum sativum L.) - Duri, contoh mawar (Rosa sp), bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.) - Duri daun, contoh rotan (Calamus caesius Bl.) - Kait, contoh gambir (Uncaria gambir Roxb.) h. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan melilit penunjangnya. Menurut arah melilitnya dibedakan lagi batang yang : - Membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis), misal pada kembang telang (Clitoria ternatea L.) - Membelit ke kanan (dextrorsum volubilis), misal gadung (Dioscorea hispida Dennst).
Cara percabangan pada batang dapat dibedakan menjadi 3 macam : a. Monopodial, jika batang pokok selalu nampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya (ramus), misal pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.). b. Simpodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibanding dengan cabangnya, misal pada pohon sawo manila (Achras zapota L.) c. Menggarpu atau dikotom, jika batang setiap kali menjadi 2 cabang yang sama besarnya, misal paku adam (Gleichenia linearis Clarke)
Pembagian cabang-cabang (ramus) pada tanaman dapat dibedakan seperti berikut : a. Geragih (flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar-akar. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam:
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 29
Monopodial
Stolo di atas tanah
Simpodial
Stolo di bawah tanah
Gambar 9. Percabangan pada tanaman. - Merayap di atas tanah, misal pada daun kaki kuda (Centela asiatica Urb.) dan arbe (Fragaria vesca L.) - Merayap di dalam tanah, misal pada teki (Cyperus rotundus L.), kentang (Solanum tuberosum L.) b. Wiwilan atau tunas air (Virgia singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang dan sering kali berasal dari cungkup yang tidur atau kuncup yang liar/ seringkali terdapat pada kopi (Coffe sp.) dan coklat (Theobroma cacao L.) c. Sirung panjang (virgia), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun dan mempunyai ruas-ruas yang panjang. Pada cabangcabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, dari itu sering disebut pula cabang yang mandul (steril), misal pada pinus (Pinus merkusii Jungh. & De Vr.). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 30
d. Sirung pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tanaman ini disebut pula cabang yang subur (fertil). Misal pada pinus (Pinus Merkussii Jungh. & De Vr.)
Arah tumbuh cabang dapat dibedakan sebagai berikut : a. Tegak (fastigiatus), jika sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, misal wiwilan pada kopi (Coffea sp.) b. Condong ke atas (patens), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut ± 45O, misal pada pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.) c. Mendatar (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut ± 90O, misal pohon randu (Ceiba pentandra Gaertn.). d. Terkulai (declinatus), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung ke bawah, misal kopi robusta (Coffe robusta Lind) e. Bergantung (pendulus), cabang-cabang yang tumbuh ke bawah misal cabangcabang tertentu dari Salix sp.
Berdasarkan pada panjang pendeknya umur, maka tumbuh-tumbuhan dapat dibedakkan dalam : a. Tanaman anual (annus), yaitu tumbuh-tumbuhan yang umurnya pendek, umumnya kurang dari satu tahun atau paling panjang dapat mencapai setahun, misal jagung (Zea mays L.), padi (Oryza sativa L.), kedelai (Soja max Piper), kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 31
b. Tanaman dua tahun (biennes), yaitu tanaman-tanaman yang untuk hidupnya, mulai dari tumbuh sampai menghasilkan biji dan kemudian mati memerlukan waktu dua tahun, misal biet (Beta vulgaris L.), digitalis (Digitalis purpurea L.) c. Tanaman tahunan atau tanaman keras (perennis), yaitu yang dapat mencapai umur sampai bertahun-tahun belum juga mati bahkan ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan tahun. Misal mangga (Mangifera indica L.), nangka (Artocarpus integra Merr.), alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv
Soal 1. Jelaskan fungsi batang 2. Jelaskan macama-macam permukaan pada batang 3. Sebut dan jelaskan arah tumbuh cabang
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 32
BAB IV. DAUN (FOLIUM)
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa memahami bentuk luar secara keseluruhan
Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mengetahui macam-macam daun secara terperinci 2. Menjelaskan tata letak daun pada batang 3. Membuat bagan dan diagram tata letak daun
Daun pada tumbuhan yang lengkap mempunyai bagian berikut : 1. Upik daun pelepah daun (vagina) 2. Tangkai daun (petiolus) 3. Helaian daun (lamina) Contohnya : - pohon pisang (Mimosa paradiciaca L.) - pohon pinang (Areca catechu L.) - pohon bambu (Bambusa sp.) Daun yang tidak lengkap, terdapat beberapa kemungkinan : 1. Daun bertangkai, hanya terdiri atas tangkai dan helaian misalnya : daun mangga (Mangifera indica L.) 2. Daun berupih atau daun berpelepah : terdiri atas upih daun dan helaian, misalnya : daun jagung (Zea mays L.), daun padi (Oryza sativa L.) 3. Daun duduk : hanya terdiri helaian saja yang langsung melekat pada batang, misalnya : daun berduri (Calotropis gigantea R. Br). 4. Daun hanya terdiri dari tangkai saja, merupakan suatu helaian daun semu misalnya : pada berbagai jenis pohon acasia.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 33
Daun pada tumbuhan sering mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap, antara lain berupa : Daun penumpu (stipula), berupa dua daun yang kecil yang terdapat dekat pangkal tangkai daun.
Menurut letaknya, daun penumpu dapat dibedakan : a. Daun penumpu yang terdapat dikanan kiri pangkal tangkai daun disebut : daun penumpu bebas (stipula liberae), misal : kacang tanah (Arachis hypogaea L.) b. Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun (stipula adnatae), misal : Rosa sp. c. Daun penumpu yang berlekatan jadi satu didalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula intra petiolaris).
Gambar 10. Daun lengkap
Gambar 11. Daun Tidak Lengkap d. Daun penumpu yang berlekatan jadi satu dan berhadapan dengan tangkai daun, biasanya agak lebar melingkar batang. e. Daun penumpu yang berlekatan diantara dua daun. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 34
2. Selaput bumbung (Ocrea atau ochrea), berupa selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang, Misal : Polygonum sp. 3. Lidah-lidah (ligula) berupa selaput kecil yang terdapat pada batas antara upik dan helaian. Misal : rumput (Gramineae.)
Upih daun atau pelepah daun (Vagina) Terdapat pada golongan tumbuhan Monocotyledoneae saja misal Gramineae, Zingiberaceae, Palmae
Tangkai daun (Petiolus). Macam-macam bentuk penampang melintang tangkai daun : 1. Bulat dan berongga, misal tangkai daun pepaya (Carica papaya L.) 2. Pipih dan tepinya melebar 3. Bersegi 4. Setengah lingkaran
Helaian Daun (lamina) Helaian daun (lamina)tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang helaiannya berbeda-beda pula baik mengenai, bentuk ukuran maupun warnanya. Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian ialah : 1. Bangunnya (Circumscriptio) 2. Ujungnya (apex) 3. Pangkalnya (basis) 4. Susunan tulangnya (nervatio atau venatio) 5. Tepinya (margo) 6. Daging daun (intervenium) 7. Sifat-sifat lain Oleh karena itu akan dijabarkan satu-persatu: Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 35
1. Bangun daun (circumscriptio) Untuk memperoleh iktisar yang ringkas mengenai bangun daun dan mengingat macam-macam bangun daun, maka diadakan penggolongan dari daun-daun berdasarkan letak dari bagiannya yang terlebar. Berdasarkan hal itu dapat dibedakan menjadi 4 golongan : a. Bagian yang terlebar terdapat ditengah-tengah helaian daun b. Bagian yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun c. Bagian yang terlebar terdapat diatas tengah-tengah helaian daun. d. Tidak ada bagian yang terlebar, artinya helaian daun dari pangkal ke ujung dikatakan sama lebarnya. * Bagian yang terlebar ditengah-tengah helaian daun Jika demikian keadaannya, maka akan kita jumpai kemungkinan bangun seperti berikut ini : a. Bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar = 1 : 1. Bangun seperti ini dapat dijumpai pada terate besar (Nelumbium nelumbo Druce) b. Jorong atau oval (ovalis) atau elips (Ellipticus), yaitu jika panjang : lebar = 1,5 : 1, misal pada daun nangka (Arthocarpus integra Merr) dan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) c. Bulat memanjang (oblongus), jika panjang : lebar = 2,5 : 1 misal daun karet (Ficus elastica Raxb.), srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsat (Anona muricata L.) d. Bangun Lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3,5 : 1 misal daun kamboja (Plumeria acuminata Ait), oleander (Nerium oleander L.) Bagian yang terlebar dibawah tengah-tengah helaian daun ini masih dibedakan lagi dalam dua golongan, yaitu : a. Pangkal daun tidak bertoreh, didapati bentuk sebagai berikut : 1. Bangun bulat telur (ovatus), misal daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.), daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 36
2. Bangun segitiga (triangularis), yaitu bangun seperti segitiga sama kaki, misal daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.) 3. Bunga Delta (deltoideus), bangun segitiga yang ketiga sisinya sama, misal daun air mata pengantin (Antigonon leptosus Hook. Et Arn) 4. Bangun belah ketupat (rhomboideus), bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang, misal anak daun ketiga dari daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.).
Bangun jantung
Bangun ginjal
Bangun tombak
Bangun anak panah
bertelinga
Gambar 12. Berbagai bangun daun.
b. Pangkal daun bertoreh atau bertekuk, termasuk bentuk-bentuk sebagai berikut : 1. Bangun jantung (cordatus), bangun seperti bulat telur tetapi pada pangkal daunnya terdapat suatu lekukan, misal daun waru (Hibiscus tiliaceus L.). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 37
2. Bangung ginjal (reniformis), daun pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal, misal daun pegangan atau daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) 3. Bangun anak panah (sagittatus), ujung tajam dan pangkal dengan ukuran yang tajam pula, misal daun eceng (Sagittaria sagittifolia L.) 4. Bangun tombak (hastatus), seperti bangun anak panah, tetapi bagian pangkal daun mendatar, misal daun wewehan (Monochoria hastata Solms) 5. Bertelinga (auriculatus), seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun dikanan kiri tangkai membulat, misal daun delgihu (Sonchus asper Will.) * Bagian yang terlebar diatas tengah-tengah helaian daun kemungkinan bangun daun yang dapat kita jumpai adalah : a. Bangun bulat telur terbalik (obovatus), seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun, misal daun sawo kecik (Manilkara kauki Dub.) b. Bangun sepatel atau bangun sudip atau solet (spathulatus) seperti bangun bulat telur terbalik tetapi bagian bawahnya memanjang, misal daun tapak liman (Elephantopus scaber L). c. Bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus) misal anak daun semanggi (Marcilea crenata Presl.) d. Bangun jantung terbalik (obcordatus), misal daun sidarguri (Sida retusa L.), daun semanggi gunung (Oxalis corniculata L)
* Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama besar, dibedakan dalam : a. Bangun garis (linearis), penampang melintang pipih dan daun amat panjang, misal daun dari bermacam-macam rumput (Gramineae)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 38
b. Bangun pita (ligulatus), serupa dengan bangun garis tetapi lebih panjang lagi, misal daun tebu (Saccharum officinarum L.), daun jagung (Zea mays L.) c. Bangun pedang (ensiformis), seperti bangun garis tetapi daun tebal dibagian tengah dan tipis kedua tepinya, misal daun nanas seberang (Agave sisalana Perr., Agave cantala Roxb.).
Bulat telur terbalik
Jantung terbalik
segitiga terbalik
sudip/solet
Gambar 13. Bentuk-bentuk daun dengan bagian yang terlebar di atas tengahtengah
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 39
Bangun garis
Bangun pedang
bangun pita
bangun paku/dabus
Bangun jarum Gambar 14. Bentuk daun yang dari pangkal ke ujung sama lebarnya
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 40
d. Bangun paku atau dabus (subulatus), bentuk daun hampir seperti silinder, ujung runcing, seluruh helaian runcing, misal daun (Araucaria cuninghamii Ait.) e. Bangun jarum (acerosus) serupa bangun paku, lebih kecil dan meruncing panjang, misal daun pinus (Pinus merkusii Jungh & De Vr.)
2 Ujung Daun (apex folii) : Bentuk-bentuk ujung daun yang sering kita jumpai adalah : a. Runcing (acutus), misal ujung daun oleander (Nerium oleander L) b. Tumpul (obtusus), misal ujung daun sawo kecik (Manilkara kauki Dub) c. Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan dari kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing, misal ujung daun sirsat (Annona muricata L.) d. Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak berbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam busur, misal terdapat pada ujung daun kaki kuda (Centtlella asiatica Urb.), ujung daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce). e. Rompang (truncatus), ujung daun nampak sebagai garis yang rata, misal ujung daun anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl), daun jambu monyet (Anacardium occidentale L.) f. Terbelah (retusus), ujung daun memperlihatkan sesuatu lekukan, kadangkadang amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.), kadangkadang kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti, misal ujung daun bayam (Amarathus hybridus L.) g. Berduri (mucronatus), jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras merupakan suatu duri, misal ujung daun nanas seberang (Agave sp)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 41
3. Pangkal daun (basis folii) :
Gambar 15. Pangkal daun Pangkal daun dapat dibedakan dalam : a. Yang tepi daunnya dibagian itu tidak bertemu, tetap terpisah oleh pangkal ibu tulang/ujung tangkai daun, maka pangkal daun dapat : 1. Runcing (acutus), misal terdapat pada daun bangun bulat memanjang, lanset, belah ketupat dll. 2. Meruncing (acuminatus), terdapat pada daun bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip. 3. Tumpul (obtusus), pada daun-daun bangun bulat telur dan jorong 4. Membulat (retundatus), pada daun bangun bulat, jorong dan bulat telur 5. Rompang atau rata (truncatus), pada daun bangun segitiga, delta dan tombak 6. Berlekuk (emarginatus), pada daun bangun jantung, ginjal dan anak panah. b. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain : 1. pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama dari batang sesuai dengan letak daun pada batang tadi, misal terdapat pada daun bangun perisai.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 42
2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi batang yang berlawanan atau berhadapan dengan letak daunnya, sehingga pangkal daun nampak seperti tertembus oleh batangnya (perfoliatus)
4. Susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venatio) Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam : a. Ibu tulang (costa) yaitu tulang yang terbesar, merupakan terusan dari tangkai daun dan terdapat ditengah-tengah membujur daun. b. Tulang-tulang cabang (nervus lateralis) yaitu tulang-tulang yang lebih dari ubu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabangnya dari tulang-tulang ini. c. Urat-urat daun (vena) yang sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula, tetapi yang kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulangtulang yang lebih besar membentuk susunan yang seperti jala, kisi, atau lainnya. * Berdasarkan susunan tulangnya kita membedakan daun menjadi 4 golongan : a. Daun yang bertulang menyirip (penninervis), daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung daun dan merupakan terusan dari tangkai daun. Dari ibu tangkai ini kesamping keluar tulangtulang cabang, sehingga mempunyai susunan seperti sirip-sirip pada ikan dan karena itu dinamakan daun yang bertulang menyirip. Umum terdapat pada Dicotyledoneae, misal daun mangga (Mangifera indica L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 43
Menyirip
Menjari
Melengkung
Sejajar
Gambar 16. Pembagian tulang daun. b. Daun yang bertulang menjari (palminervis), yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari tangan. Terdapat pada Dicotyledoneae, misal pada papaya (Carica papaya L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas (Gossypium sp.) dan lain-lain. c. Daun yang bertulang melengkung (cervinervis), daun ini mempunyai beberapa tulang yang besar, satu yang paling besar terdapat ditengah, sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun, jadi semula memencar kemudian kembali menuju kesatu arah yaitu keujung daun, hingga selain tulang yang ditengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung.
Terdapat
pada
Monocotyledoneae,
misal
genjer
(Limnocharis flava Buch.), gadung (Dioscorea hispida Dennst). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 44
d. Daun yang bertulang sejajar (rectinervis), biasanya terdapat pada daundaun bangun garis atau bangun pita, dimana ada satu tulang ditengah yang besar membujur daun sedang tulang-tulang lainnya lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi, dan karena itu disebut daun bertulang sejajar. Terdapat pada Monocotyledoneae, misal semua macam rumput (Gramineae), teki (Cyperaceae) dll.
5. Tepi daun (margo folii) Tepi daun dibedakan dalam : a. Rata (integer), misal daun mangga (Mangifera indica L.) b. Bertoreh (divisus), dibedakan lagi dalam : 1. Toreh tidak mempengaruhi bangun asli dari daun yang bersangkutan. Toreh-toreh ini biasanya tidak seberapa dalam, letaknya toreh tidak bergantung dari jalannya tulang-tulang daun, karena itu sering disebut pula toreh yang merdeka. Dalam hubungannya dengan jenis toreh ini digunakan istilah ‘sinus’ untuk torehannya sendiri dan ‘angulus’ untuk bagian tepi daun yang menonjol keluar. 2. Toreh daun dapat mempengaruhi bangun asli dari daun yang bersangkutan, yaitu toreh-toreh biasanya dalam dan letaknya bergantung dari jalannya tulang, biasanya letak toreh tadi diantara dua tulang daun cabang. Tepi daun dengan toreh yang merdeka. Yang sering kita jumpai adalah tepi daun yang dinamakan : a. Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus atau angulus sama tajamnya, misal daun lantana (Lantana camara L.) b. Bergerigi ganda atau rangkap (biserratus), yaitu tepi daun seperti pada bergerigi, tetapi angulusnya cukup besar dan tepinya bergerigi lagi. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 45
c. Bergerigi (dentatus), jika sinus tumpul, sedang angulusnya tajam, misal daun beluntas (Pluchea indica Less) d. Ber-ringgit (crenatus), kebalikan bergigi, jadi sinusnya tajam dan angulusnya yang tumpul, misal daun cocor bebek, (Kalanchoe pinnata Pers.) e. Berombak (repandus), jika sinue dan angulusnya sama tumpulnya, misal daun air mata pengantin (Antigonon leptosus Hook. Et Arn) Tepi Daun
Gambar 17. Tepi daun dengan toreh-toreh yang mempengaruhi bentuknya. Berdasarkan dalamnya toreh-toreh, tepi daun dapat dibedakan : a. Berlekuk (lobatus), jika dalamnya toreh kurang dari setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat dikanan kirinya. b. Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengahtengah panjang tulang-tulang daun di kanan kirinya. c. Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang-tulang daun dikanan kirinya. Didalam menyebut tepi daun yang bertoreh dalam dan besar, maka selalu dikombinasikan dengan susunan tulang daun yang bersangkutan, sehingga dapat dibedakan daun-daun dengan tepi sebagai berikut : a. Berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk, susunan tulang menjari, misal daun jarak pagar (Jatropha curcas L), kapas (Gossypium sp.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 46
b. Bercangap menjari (palmatipartitus), jika ternyata bercangap sedang susunan tulangnya menjari, misal daun jarak (Ricinus communis L.) c. Berbagi menjari (palmatipartitus), jika tepi berbagi, sedang daunnya mempunyai susunan tulang yang menjari, misal daun ketela pohon (Manihot utilissima Phol) d. Berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengikuti susunan tulang yang menyirip, misal daun terong (Solanum melongena L.) e. Bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedang daunnya mempunyai susunan tulang yang menyirip, misal daun keluwih (Artocarpus communis Forst)
Gambar 18. a. Berlekuk menyirip b. Bercangap menyirip c. Berbagai menyirip d. Berlekuk menjari e. Bercangap menjari Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 47
f. Berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berbagi dengan susuna tulang yang menyirip, misal daun kenikir (Cosmos caudatus M.B.K.)
Permukaan Daun Dibedakan dalam permukaan daun yang : a. Licin (laevis), dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan : 1. Mengkilat (nitidus), sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.) 2. Suram (opacus), misal daun ketela rambat (Ipomoea batatas Poir.) 3. Berselaput lilin (pruinosus), misal sisi bawah daun pisang (Musa paradisiaca L.), daun tasbih (Canna hybrida Hort.) b. Gundul (glaber), misal daun jambu air (Eugenia aquea Burm.) c. Kasap (skaber), misal daun jati (Tectona grandis L.) d. Berkerut (rugosus), misal daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.), jambu biji (Psidium guajava L.) e. Berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutannya lebih besar, misal daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.) f. Berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misal daun tembakau (Nicotiana tabacum G. Don.) g. Berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa sehingga jika diraba terasa seperti laken atau bludru. h. Berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa kasar, misal daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.) i. Bersisik (lepidus), misal sisi bawah daun durian (Durio zibethinus Murr.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 48
6. Daging Daun (lntervenium) Tebal tipisnya helaian daun pada hakekatnya juga bergantung dari tebal tipisnya daging daun. Bertalian dengan sifat ini maka dibedakan daun yang : a. Tipis seperti selaput (membranaceus), misal daun paku selaput (Hymenophylum australe Willd). b. Seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis tapi cukup kuat, misal daun pisang (Musa paradisiaca L.) c. Tipis lunak (herbaceus), misal daun slada air (Nasturtium officinale R. Br.) d. Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup keras, misal daun kelapa (Cocos nucifera L.) e. Seperti kulit atau belulang (coriaceus), yaitu jika daun tebal dan kaku, misal daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) f. Berdaging (carnosus), yaitu jika daun tebal dan berair, misal daun lidah buaya (Aloe sp.)
Warna Daun Sifat-sifat lain pada daun yang perlu pula untuk diperhatikan adalah warna daun. Pada umumnya daun berwarna hijau, tetapi tidak jarang daun mempunyai warna yang lain, misal : - Merah, daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana M.Arg) - Hijau bercampur atau tertutup warna merah, bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatum Bl.) - Hijau dengan bintik-bintik atau noda-noda kuning, juga pada puring (Codiaeum variegatum Bl.) - Hijau tua, daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) - Hijau kekuningan, daun tanaman yute (Corchorus capsularis L)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 49
Daun Majemuk (Folium Compositum) Bagian-bagian daun majemuk : a. Ibu tangkai daun (petiolus communis), yaitu bagian dari daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang disini masingmasing dinamakan anak daun (foliolum). b. Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang dari ibu tangkai yang mendukung anak daun. c. Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya ialah taju-taju atau pancung dari helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisahpisah. Menurut susunan dari anak daun pada ibu tangkai daun majemuk dapat dibedakan dalam : a. Daun majemuk menyirip (pinnatus), yaitu daun majemuk yang anak-anak daunnya terdapat dikanan kiri dari ibu tulang daun, jadi tersusun seperti sirip ikan. b. Daun majemuk menjari (palmatus) atau (digitatus), yaitu daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memancar pada ujung dari ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan. c. Daun majemuk bangun kaki (pedatus), daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari tetapi dua anak daunnya yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada anak tangkai daun yang disampingnya, misal terdapat pada Arisaena filiforme (Arecaceae). d. Daun majemuk campuran (digitatopinatus), yaitu suatu daun majemuk rangkap, dimana cabang-cabang ibu tulang memancar seperti jari dan terdapat pada ujung dari ibu tulang daun, sedang pada cabang-cabang ibu tulang ini terdapat anak-anak daunnya yang tersusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misal daun si kejut (Mimosa pudica L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 50
Daun majemuk menyirip
Daun Majemuk Menjari
Daun Majemuk Bangun Kaki
Daun Majemuk Campuran
Gambar 19. Susunan anak daun pada tangkai daun majemuk
Daun Majemuk Menyirip (pinnatus) Daun majemuk menyirip (pinnatus), dibedakan dalam beberapa macam : a. daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliatus). Tanpa pemeriksaan yang teliti daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal, tetapi disini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Dan sesungguhnya juga pada daun ini terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-lainnya telah lenyap dan tinggal satu anak daun saja. Daun yang demikian ini bisa kita dapati pada bermacam-macam pohon jeruk, misal jeruk besar (Citrus maxima Merr.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia Sw.).
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 51
b. Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya disini terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan dikanan kiri ibu tulang, dari itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Akan tetapi daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Misal daun asam (Tamarindus indica L.) jumlah anak daunnya genap dan daun leci (Litchi chinensis Sonn.), jumlah anak daunnya gasal. c. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), juga disini yang menjadi pedoman adalah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung jari ibu tangkainya. Sebagai kebalikan dari daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai jumlah anak daun yang gasal, maka daun majemuk menyirip gasal dapat pula mempunyai jumlah anak daun yang genap disamping jumlah anak daun yang gasal. Sebagai contoh daun pacar cina (Aglaia odorata Lour.), daun majemuk menyirip gasal dengan jumlah anak daun yang gasal atau dapat pula dengan jumlah anak daun yang genap.
a
b
Gambar 20. : a. Daun majemuk menyirip gasal b. Daun majemuk menyirip ganda
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 52
Selain dari itu dapat pula suatu daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai sehingga kita dapati pula : a. Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai, berhadap-hadapan. b. Menyirip berseling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling. c. Menyirip berganti-ganti (interrupte pinnatus), yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berganti-ganti pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit misal pada daun tomat (Solanum lycopersicum L.) Daun menyirip rangkap dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa dari ibu tangkainya. Dengan demikian daun majemuk menyirip rangkap dapat dibedakan dalam : a. Majemuk menyirip rangkap dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai. b. Majemuk menyirip rangkap tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai. c. Majemuk menyirip rangkap empat, dan sebagainya.
Daun majemuk menjari (digitatus atau palmatus) Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan sebagai berikut : a. beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, misal daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.) b. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun misal pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell.) c. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun, misal daun maman (Gynandropsis penthaphylla D.C.). d. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus), jika ada tujuh anak daun pada ujung dari ibu tangkainya, misal daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 53
Gambar 21. Daun majemuk menjari a. Beranak daun 1 b. Beranak daun 2 c. Beranak daun 3 d. Beranak daun 3 berganda 2 e. Beranak daun 5 f. Beranak daun banyak TATA LETAK DAUN PADA BATANG (PHYLLOTAXIS ATAU DISPOSITIO FOLIORUM) Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut bukubuku batang (nodus), sedang bagian batang antara dua buku dinamakan ruas (internodium). Aturan mengenai letaknya daun inilah yang disebut tata letak daun, untuk tumbuhan yang sejenis (semua tanaman singkong dimana saja tumbuhnya), akan kita dapati tata letak daun yang sama. Oleh sebab itu tata letak daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 54
Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang tata letak daun dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat daun Jika demikian keadaannya, maka tata letak daun dinamakan tersebar (folia sparsa) walau dinamakan tersebar, tetapi jika dideteksi justru dijumpai hal yang menarik dan ada hal yang bersifat beraturan. Ada deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik, disebut dengan DERET FIBONACCI. Deret tersebut adalah 1/2, 1
/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dst.
Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadangkadang terlihat daun yang duduknya rapat berjarak-jarak, yaitu jika ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, daun yang demikian disebut ROSET (Rusuk) yang dibedakan menjadi Roset Akar dan Roset Batang. 2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun Tata letak daun yang demikian dinamakan berhadapan bersilang (folia opposita atau folia decussata). Misalnya : mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (lxora paludosa Kurz) 3. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun Tata letak daun yang demikian ini dinamakan berkarang (folia verticillata) Misalnya : alamanda (Allamanda cathartica L), oleander (Nerium oleander L)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 55
Daun berkarang
Daun Bersilang
Gambar 22. Jumlah daun pada buku-buku batang
Bagan (skema) dan Diagram Tata Letak Daun Untuk memberikan penjelasan mengenai tata letak daun pada batang tanaman ditempuh dua jalan : a. membuat bagan atau skema letaknya daun b. membuat diagramnya
Gambar 23. Bagan duduknya daun menurut rumus 2/5
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 56
Gambar 24. Diagram daun menurut rumus 2/5
SOAL 1. Sebutkan apa yang disebut kormus 2. Sebutkan fungsi daun bagi tumbuhan 3. Sebut dan jelaskan bagian-bagian daun 4. Sebut dan jelaskan macam-macam daun majemuk berdasarkan susunan anak daun pada ibu tangkainya 5. Sebutkan deret Fibonacci
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 57
BAB V. BUNGA (FLOS)
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa memahami bentuk bunga secara keseluruhan
Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui bentuk luar bunga 2. Menjelaskan macam-macam bunga 3. Menjelaskan macam-macam duduk dan letaknya pada tanaman
Menurut letak dan susunan bagian-bagiannya bunga dibedakan : a. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam spiral (acyclis), misal bunga cempaka (Michelia champaca L.) b. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran lingkaran (cyclis), misal bunga terong (Solanum melongena L.), bakung (Hymenocallis littoralis Salisb.) c. Bunga yang sebagian dari bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran dan sebagian lain terpencar atau duduk dalam spiral (hemicyclis), misal bunga sirsat (Annona muricata L)
Jumlah bunga dan duduknya pada suatu tanaman a. Berdasarkan jumlahnya bunga pada suatu tanaman, dibedakan : 1. Tanaman berbunga tunggal (planta uniflora), yaitu tanaman yang hanya menghasilkan satu bunga saja, misal pada coklat (Zephyranthus rosea Lindl.) 2. Tanaman berbunga banyak (planta multiflora) yaitu jika pada suatu tanaman dapat menghasilkan banyak bunga. b. Menurut tempatnya pada tanaman, dapat dibedakan :
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 58
1. Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misal bunga coklat, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz). 2. Bunga ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misal pada kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L). c. Menurut duduknya pada suatu tanaman dapat dibedakan : 1. Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misal pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) 2. Berkumpul membentuk suatu rangkaian (anthotaxis, infloressentia, bunga majemuk) dengan susunan yang bermacam-macam, misal pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.)
Bunga Majemuk (anthotaxis, infloressentia) Bagian-bagian dari bunga majemuk : a. Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang : 1. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhachis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai dapat bercabang-cabang atau tidak. 2. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang dari ibu tangkai yang mendukung bunganya. 3. Dasar bunga (reseptaculum), yaitu ujung dari tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya. b. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun : 1. Daun pelindung (bractea), yaitu bagian serupa daun dari ketiaknya muncul cabang ibu tangkai atau tangkai bunga. 2. Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga. 3. Seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar yang sering kali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum berkembang, Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 59
misal pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.), iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.) 4. Daun-daun pembalut (bractea involucralis, inulucrum), yaitu sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, misal pada bunga matahari (Helianthus annuus L.) 5. Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian serupa daun yang berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat dibawah kelopak, misal pada bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kapas (Gossypium sp.) 6.
Daun kelopak (sepala)
7.
Daun mahkota atau tajuk (petala)
8.
Daun tenda bunga (tepala), jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya.
9.
Benangsari (stamen)
10. Daun buah (carpella)
Berdasarkan pada sifat-sifatnya bunga majemuk dibedakan dalam 3 golongan : a. Bunga majemuk tak terbatas (infloressentia rasemosa, botyioides atau sentripetala), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak dan mempunyai susunan akropetal serta bunga-bunganya mekar berturut-turut dari bawah ke atas. Jika ujung ibu tangkai tidak mendukung suatu bunga nampaknya seakanakan bunga majemuk ini tidak terbatas, lagi pula jika dilihat dari atas nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang menutup ibu tangkainya. Karena yang mekar dari pinggir menuju ke pusat maka bunga majemuk demikian ini dinamakan infloressentia sentripetala. Terdapat misal pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz), mangga (Mangifera indica L.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 60
b. Bunga Majemuk terbatas (infloressentia cymosa,inflorescentia centrituga, definita), yaitu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya, selalu ditutup dengan satu bunga. Ibu tangkai dapat pula bercabang-cabang dan cabangcabang tadi selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya. Bunga yang mekar lebih dulu ialah bunga yang terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi jari tengah ke pinggir, oleh karena itu dinamakan infloressensia sentrifuga. c. Bunga majemuk campuran (infloressentia mixta), yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan sifat-sifat bunga majemuk berbatas maupun sifat bunga majemuk tak terbatas.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 61
Untai
Tongkol
Bongkol
Bulir
Payung
Tandan
Cawan Gambar 25. Bunga majemuk tak terbatas
Bunga majemuk seperti tersebut masing-masing dapat dibedakan lagi dalam beberapa macam : a. Bunga
majemuk
tak
terbatas
(infloressentia
racemosa,
botrioides,
sentripetala), dibedakan seperti berikut : I. Ibu tangkai tidak bercabang-cabang, sehingga bunga (bertangkai atau tidak) langsung dapat pula ibu tangkainya. 1. Tandan (racemus atau botrys), jika bunga bertangkai nyata, duduk pada ibu tangkainya. Dapat pula dikatakan ibu tangkai bercabang dan cabang-
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 62
cabangnya masing-masing mendukung satu bunga pada ujungnya, misal pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.) 2. Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai, misal bunga jarong (Stachytarpheta jumaicansis Vahl.) 3. Untai atau bunga lada (amentum), seperti bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga yang berkelamin tunggal dan runtuh seluruhnya (bunga majemuk yang mendukung bunga jantan, yang betina menjadi buah), misal pada sirih (Piper betle L) 4. Tongkol (spadika), seperti bulir, tetapi ibu tangkai besar, tebal dan seringkali berdaging, misal pada iles-iles (Amorphophallus varaibillis Bl.), jagung (Zea mays L.) tetapi hanya bunga betina. 5. Bunga payung (umbella), yaitu suatu bunga majemuk tak terbatas yang ibu tangkainya mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya dari ujungnya. Masing-masing cabang mempunyai suatu daun pelindung pada pangkalnya dan karena pangkal daun sama tinggi letaknya, maka nampak seakan-akan pada pangkal cabang-cabang tadi seperti terdapat daun-daun pembelit. Terdapat pada familia Umbelliferae, misal daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), adas (Foeniculum vulgare Mill.) Pada suatu bunga payung cabang-cabang dari ibu tangkai masingmasing dapat mengulangi cara percabangan dari ibu tangkainya hingga terjadi bunga payung yang bertingkat yang disebut bunga payung majemuk, misal pada wortel (Daucus carota L.) 6. Bunga cawan (corymbus atau anthodium), yaitu suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya lalu melebar dan merata sehingga mencapai bentuk seperti cawan (ada pula kalanya tidak begitu lebar dan rata sehingga bentuk cawan tidak begitu nyata) dan pada bagian itulah tersusun bunga-bunganya. Pada pangkal dari bunga majemuk yang demikian biasanya terdapat daun-daun pembalut (involucrum). Pada bunga cawan dapat dijumpai dua macam bunga, yaitu : Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 63
- Bunga pita, bunga yang mandul yang terdapat sepanjang tempat cawan, dari itu dinamakan pula bunga pinggir (flos marginalis) dan seringkali mempunyai mahkota yang berbentuk pita, dari itu dinamakan pula bunga pita (flos ligulatus). - Bunga tabung, yaitu bunga-bunga yang terdapat diatas cawannya sendiri (flos disci), seringkali kecil dan bentuk tabung, dari itu dinamakan bunga tabung. Bunga ini yang mempunyai kedua macam alat kelamin (benang dan putik) dan dapat menghasilkan buah. Terdapat pada bunga matahari (Helianthus annus L.) 7. Bunga bongkol (capitucum), menyerupai bunga cawan tapi tanpa daundaun pembalut dan ujung ibu tangkai biasanya membengkak sehingga bunga majemuk seluruhnya berbentuk seperti bola. Terdapat pada familia Mimosaceae misal lamtoro (Leucaena glauca Benth.), petani (Parkis speciosa Hassk.), sikejut (Mimosa pudica L.).
Malai Rata
Bulir Majemuk
Payung Majemuk
Bongkol Majemuk
Gambar 26. Tipe-tipe bunga majemuk Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 64
8. Bunga periuk (hypanthodium), dibedakan dalam 2 bentuk - Ujung ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti bantalan, sedang bunga-bunganya terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga tercapai bentuk bulat atau silinder. Misal pada keluwih (Arthocarphus communis Forst.), nangka (Arthocarphus integra Merr.). - Ujung
ibu
tangkai
menebal
berdaging,
membentuk
badan
mempunyai periuk, sehingga bunga-bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat didalam periuk tadi dan sama sekali tidak tampak dari luar, misal pada lo (Ficus glomerata Roxb), awar-awar (Ficus septica Burm) dan sebangsa lo (Ficus sp.) umumnya
II. Ibu tangkai bercabang-cabang dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi, sehingga bunga-bunga tidak terdapat pada ibu tangkainya. Dalam golongan ini dapat disebut : 1. Malai
(panicula),
ibu
tangkai
mengadakan
percabangan
yang
monopodial, demikian pula cabang-cabangnya sehingga suatu malai dapat disamakan dengan suatu tandan majemuk. Sebagai keseluruhan seringkali memperlihatkan bentuk sebagai kerucut atau limas, misal pada bunga mangga (Mangifera indica L.). 2. Malai rata (corymbus ramosus), ibu tangkai mengadakan percabangan, demikian pula seterusnya cabangnya, tetapi cabang-cabangnya tadi mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga seakan-akan semua bunga pada bunga majemuk ini terdapat pada suatu bidang datar atau agak melekung, misal bunga soka (Ixora grandiflotra Zoll. et Mor.), kirinyu(Sambucus javanica Bl.). 3. Bunga payung majemuk (umbella composita), yaitu suatu bunga payung yang bersusun, dapat pula dikatakan sebagai bunga payung yang bagian-bagiannya berupa suatu payung kecil (umbellula). Pada pangkal Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 65
percabangan yang pertama terdapat daun-daun pembalut (involucrum), demikian pula pada pangkal bercabangan berikutnya, hanya daun-daun lebih kecil (involucellum). Terdapat pada adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan wortel (Daucus carota L.). Bunga tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol yang ibu tangkainya bercabang-cabang dan masing-masing cabang merupakan bagian dengan susuna seperti tongkol pula, misal pada kelapa (Cocos nucifera L.), palma (Palmae), umumnya. Suatu tongkol majemuk sebelum mekar dan biasanya diselubungi oleh seludang yang besar, tebal dan kuat. Bulir majemuk, jika ibu tangkai bunga bercabang-cabang dan masing-masing cabang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir, misalnya bunga jagung (Zea mays L) yang jantan dan bunga dari berbagai macam rumput (Gramineae). b. Bunga majemuk berbatas (inlorescentia cymosa, sentrifuga) 1. Anak payung menggarpu (dichasium), pada ujung ibu tangkai terdapat satu bunga, dibawahnya terdapat dua cabang yang sama panjangnya, masingmasing mendukung satu bunga pada ujungnya. Bunga yang mekar dahulu ialah bunga yang terdapat pada ujung ibu tangkainya, misal bunga melati (Jasminum sambac Ait.). 2. Bunga tangga atau bunga bercabang seling (cincinnus), suatu bunga majemuk yang ibu tangkainya bercabang dan cabang-cabangnya bercabang lagi, tetapi setiap kali bercabang hanya berbentuk suatu cabang saja, yang arahnya berganti-ganti kekiri dan kekanan. Terdapat pada bunga buntut tikus (Heliotropium indicum L.) Pada beberapa macam tumbuhan yang tergolong familia Euphorbiaceae, misal kayu merah (Euphorbia pulcherrima Willd.), patikan (Euphorbia hirta L.), terdapat bunga majemuk dengan susuna istimewa yaitu suatu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga bercabang seling, masing-masing terdiri dari empat bunga jantan. Bunga yang demikian disebut sianthium. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 66
3. Bunga sekerup (bostryx), ibu tangkai bercabang-cabang tetapi setiap kali bercabang juga hanya terbentuk satu cabang, yang semuanya terbentuk kekiri atau kekanan dan cabang yang satu berturut-turut membentuk sudut sebesar 90, sehingga jika kita mengikuti arah percabangan kita akan mengadakan gerakan seperti sekerup atau spiral, misal bunga kenari (Canarium commune L.) 4. Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekerup tetapi semua percabangan rletak pada satu bidang, hingga bunga seluruhnya menampakan bentuk seperti sabit, misal pada tumbuhan dari familia Juncaceae. 5. Bunga Kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling semua percabangan terletak pada satu bidang dan cabang tidak sama panjang, sehingga semua bunga pada bunga majemuk itu terdapat pada tempat yang sama tingginya, misal pada familia Iridaceae. 4. Bunga Majemuk campuran (Inflorescentia mixta), yaitu suatu bunga majemuk yang merupakan campuran antara sifat-sifat bunga majemuk berbatas dengan tidak berbatas. Bunga johar (Cassia siamea Lamk.) misalnya, ibu tangkai mengadakan percabangan seperti pada suatu malai, tetapi cabang-cabangnya bersifat seperti malai rata. Bunga soka (Ixora paludosa Kurz.), seluruhnya merupakan suatu malai rata, tetapi bagian-bagiannya berupa anak payung menggarpu. Bunga kenari (Canarium commune L.) mempunyai susunan seperti malai, tetapi ujungnya berupa sekerup. Gambar 27. a. Anak payung menggarpu b. c. d. e. f. g.
Anak payung menggarpu majemuk Anak payung menggarpu majemuk Bunga bercabang seling Bunga bercabang seling Cyathium Cyathium pada penampang membujur
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 67
Lain-lain bunga majemuk. 1. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster), pada bunga ini namanya seperti ibu tangkainya berbuku-buku dan pada buku-bukunya terdapat sejumlah bunga yang tersusun berkarang (melingkari buku-buku tadi), tetapi sesungguhnya ada beberapa cabang pada tempat di ibu tangkai yang sama tinggi dan cabang-cabang itu masing-masing merupakan suatu anak payung, misal pada remujung (Orthosiphon stamineus Benth.) dan pada familia Labitaae umumnya. 2. Lembing (anthela), jika cabang-cabang dari ibu tangkai yang sebelah bawah jauh lebih panjang daripada ibu tangkai dan cabang-cabang yang diatasnya, misal pada Juncus dan Luzula. 3. Tukal (glomerulus), suatu bunga majemuk yang biasanya bersifat simeus, terdiri dari kelompokan bunga-bunga kecil tidak bertangkai yang tersusun rapat pada cabang-cabang dari bunga majemuknya, misal pada rami (Boehmeria nivea Gaud) 4. Berkas (fasciculus), suatu bunga majemuk yang bersifat simeus dengan ibu tangkai yang pendek, bunga lebih besar dari bunga pada tukal, mempunyai tangkai yang tidak sama panjang, seringkali dengan warna yang menarik, misal pada jadam (Rhoeo discolor Hance)
Bagian-bagian bunga : Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : a. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian dari bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau. b. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung dari tangkai bunga yang seringkali melebar. c. Perhiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan dari daun yang masih nampak berbentuk lembaran dengan Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 68
tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya perhiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian : 1. Kelopak bunga (calyx), yaitu bagian dari perhiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan selubungnya. Calyx terdiri dari daun-daun kelopak (sepala). 2. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian perhiasan bunga yang merupakan lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi dan warna dari bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri dari daun mahkota (petala) d. Alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga metamorfose dari daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri dari sejumlah benang sari (stamen). e. Alat kelamin betina (gynaecium), pada bunga biasanya merupakan bagian yang disebut putik (pistilum). Putik terdiri dari metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella).
Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tanpa tangkai dan dasar bunga), maka bunga dapat dibedakan dalam : a. Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus), yang dapat terdiri dari : 1 lingkaran daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari dan 1 lingkaran daun-daun buah. Bunga yang mempunyai 4 lingkaran dikatakan bersifat tetrasiklis dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam 5 lingkaran dikatakan bersifat pentasiklis. b. Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos incompletus) jika salah satu dari bagian perhiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai perhiasan bunga, maka bunga disebut telanjang (nudus), jika hanya mempunyai salah satu alat kelamin saja, dinamakan berkelamin tunggal (unisexalis).
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 69
Bunga mempunyai tenda bunga (perigonium), yaitu jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk dan rupanya, seringkali dianggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula.
Kelamin bunga Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga dibedakan : a. Bunga banci atau berkelamin dua (Hermaphroditus) atau bunga sempurna atau bunga lengkap, yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Ditunjukkan dengan tanda ♀. b. Bunga berkelamin tunggal (Unisexalis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam : 1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari saja, misal bunga jagung yang terdapat dibagian atas tanaman. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan tanda ♂. 2. Bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang hanya mempunyai putik saja, misal bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dengan tanda ♀. c. Bunga mandul atau bunga tidak berkelamin, jika pada bunga, tidak terdapat benang sari maupun putik, misal bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus annuus L)
Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tanaman dibedakan tanaman yang : a. Berumah satu (monoecus), yaitu tanaman yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tanaman), misal bunga jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Ricinus communis L.) Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 70
b. Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada tanaman yang hanya mendukung bunga betina saja dan ada tanaman yang hanya mendukung bunga jantan saja, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.). c. Poligam (Polygamus), jika pada suatu tanaman terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama, misal pepaya (Carica papaya L.). ada kemungkinan kombinasi letak lainnya yang tergolong dalam poligami ini misal: - Gynodioecus, jika pada suatu tanaman hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada tanaman lain bunga banci, misal pada berbagai macam tanaman yang berbunga bibir (Labiatae) - Androdioecus, pada tanaman yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedang pada tanaman lain terdapat bunga banci, misal: Dryas octopetala. - Monoeco-polygamus, jika pada suatu tanaman terdapat bunga-bunga jantan, betina dan banci bersama-sama, misal pada papaya (Carica papaya L.) - Gynomonoecus, jika pada suatu tanaman terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama. - Andromonoecus, jika pada suatu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga banci bersama-sama. - Trioecus atau trioeco polygamus, jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada tanaman yang berlainan.
Gambar 28. Bunga dengan bagian-bagiannya Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 71
Simetri pada bunga Berdasarkan pada sifat simetrinya, maka bunga dapat dibedakan dalam : a. Asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat suatu bidang simetri dengan jalan apapun juga, misal bunga tasbih (Canna hybrida Hort). b. setangkup tunggal (monosimetris atau zigomorf), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini ditunjukkan dengan tanda anak panah ( ↑ ). c. setangkup menurut dua bidang atau setangkup ganda (bilateral simetri atau disimetris), yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetris yang tegak lurus atau sama lain, misal bunga lebak (Raphanus sativus L.) dan bunga tumbuhan lain yang sekeluarga (Cruciferae). d. Beraturan atau bersimetri banyak (polisimetri, regularis, aktinomorf), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang aimetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagian yang setangkup. Sifat ini ditunjukkan dengan tanda bintang ( * ).
Dasar Bunga (Receptaculum atau Torus) Bentuk dasar bunga. Macam bentuk dasar bunga : a. rata, semua bagian bunga duduk sama tinggi diatas dasar bunga, bakal buah duduknya menumpang (superus). b. Menyerupai kerucut, putik berada ditengah-tengah duduknya paling tinggi, duduk bakal buah menumpang (superus). c. Seperti cawan, daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya ditepi, putik ditengah bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya daripada tempat duduknya kelopak dan tajuk bunga, putik mempunyai bakal buah yang bebas pinggirnya tidak melekat pada dasar bunga, bakal buah menumpang (superus).
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 72
d. Bentuk mangkuk, kelopak dan tajuk bunga letaknya lebih tinggi dariu putik, bakal buah letaknya dibagian dasar bunga yang legok dan sebagian dari pinggir bakal buah berlekatan dengan dasar bunga, bakal buah setengah tenggelam (semi inferus). e. Seperti piala atau mangkuk yang menyempit ke atas, bakal buah seluruhnya berlekatan dengan dasar bunga, duduk perhiasan bunga lebih tinggi daripada putik, duduk bakal buah tenggelam (inferus).
Berdasarkan bentuk dasar bunga atau duduknya bagian-bagian bunga, maka bunga dapat dibedakan dalam 3 golongan, yaitu : a. Hipogin (hypogynus), jika perhiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang lebih rendah dari tempat duduknya putik, misal bunga Johar (Cassia siamea Lmk.). b. Perigin (Perigynus), jika letak perhiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi dari duduknya putik, misal bunga bungur (Lagestroemia speciosa Pers.). c. Epigin (epigynus), misal pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan bakal buah yang tenggelam, seakan-akan perhiasan bunga duduk dibagian atas dari bakal buah, misal pada bunga daun kaki kuda (Centella asiatica Urban.).
Kelopak (Calyx) Daun-daun perhiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada perhiasan bunga yang sebelah dalam dan bagian ini disebut kelopak (calyx). Kelopak tersusun dari bagian-bagian yang dinamakan daun kelopak(sepala) Pada tumbuhan yang tergolong familia Malvaceae di luar lingkaran kelopak bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut kelopsk tambahan (epicalyx). Pada bunga daun-daun kelopak satu sama lain dapat : Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 73
a. berlekatan (gamosepalus), biasanya pada kelopak yang berlekatan hanya bagian bawah saja daun-daun kelopaknya, bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya tetap bebas. Berdasarkan banyak sedikitnya bagian yang berlekatan atau panjang pendeknya pancung-pancung dibagian atas kelopak, dibedakan dalam 3 macam kelopak : 1. Berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil saja dari daun-daun yang berlekatan, pancung-pancungnya panjang, lebih dari separo panjang kelopak. 2. Bercangap (fissus), jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separo panjangnya kelopak. 3. Berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separo panjang kelopak. b. Lepas atau bebas (polisepalus), jika daun-daun kelopak benar-benar terpisah, sama sekali tidak berlekatan.
Melihat simetrinya, maka bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu yang : a. Beraturan (regularis, aktinomorf), jika kelopak dengan berapa cara dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup (simetris). Kelopak yang beraturan meliputi kelopak-kelopak yang berbentuk : bintang, tabung, terompet, mangkuk, piala, corong, lonceng, dll. b. Setangkup tunggal (zigomorf), kelopak yang bersifat demikian kita jumpai pada kelopak yang : - Bertaji, misal terdapat pada bunga pacar air (Impatiens balsamina L.). - Berbibir, yaitu kelopak yang bagian bawahnya berlekatan berbentuk tabung atau buluh, bagian atasnya berbelah dua seperti bibir atas dan bawah, misal pada bunga salvia (Salvia spledens Ker-Gawl)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 74
Tajuk Bunga atau Mahkota Bunga (Corolla) Bagian-bagian dari tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau daun mahkota (petala), daun-daun mahkota bunga ada pula yang : a. Berlekatan (simpetalus, dialipetalus atau polipetalus), jika daun tajuk terpisah satu sama lain. Dalam keadaan demikian pada setiap daun tajuk dapat dibedakan : - Kuku daun tajuk (unguis), ialah bagian bawah dari daun tajuk yang tidak lebar dan seringkali lebih tebal dari bagian lainnya. - Helaian daun tajuk (lamina), yaitu bagian yang lebar dan biasanya tipis. b. Daun-daun tajuk tidak ada (apetalus) atau sangat kecil, sehingga sama sekali tidak menarik perhatian. Bunga tanpa tajuk bunga seringkali dinamakan pula bunga telanjang (flos nudus).
Macam-macam bentuk tajuk bunga berdasarkan simetrinya : a. Beraturan (regularis), dengan beberapa cara tajuk bunga dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkap. Bentuk ini juga dinamakan bersimetri banyak (polisemetri atau aktinomorf.). Tajuk bunga yang beraturan meliputi bentuk-bentuk : - Bintang (rotatus atau stellatus), misal tajuk bunga lombok (Capsicum annum L.) - Tabung (tubulosus), misal bunga tabung dari bunga matahari (Helianthus annus L.) - Terompet (hypocrateriformis), misal bunga jantan papaya (Carica papaya L.) - Mangkuk atau buyung (urceolatus) - Corong (infundibuliformis), misal bunga kecubung (Datura metel L.) - Lonceng (campanulatus), misal bunga ketela rambat (Ipomoea babatas Poir.)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 75
b. Setangkup tunggal atau bersimetri satu (zigomorf atau mono simetris), jika tajuk bunga hanya dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan satu cara saja. Sifat atau bentuk tajuk bunga yang zigomorf dapat : - Bertaji (calcaratus), jika tajuk bunga mempunyai suatu bagian yang bentuknya seperti taji pada kaki ayam jantan misal bunga larat (Dendrobium phalaenopsis Fitzg). - Berbibir (labiatus), jika tajuk bunga seakan-akan dibelah dua sehingga tepinya merupakan dua bibir. Umum terdapat pada familia Labiatae, misal kemangi (Ocimum basilicum L) dan beberapa familia lainnya antara lain Acanthaceae, Scrophulariaceae. - Berbentuk seperti kupu-kupu (papilionaceus), mempunyai 5 daun tajuk yang bebas, tetapi dua diantaranya lazimnya bersatu merupakan suatu badan berbentuk sekoci atau perahu. Dua daun tajuk yang berdekatan ini biasanya sempit dan terdapat dibagian bawah, dinamakan lunas (carina). Berhadapan dengan lunas, jadi disebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling besar (lebar) yang dinamakan bendera (vexillum). Antara kedua bagian tadi terdapat dua daun tajuk lagi yang ke samping, satu ke kanan dan satunya lagi kekiri. Kedua daun tajuk ini dinamakan sayap (ala). Umum terdapat pada kacang-kacangan (Papilionaceae), misal kacang tanah (Arachis hypogaea L.) kedelai (Glycine max L.Merril) - Bertopeng atau berkedok (personatus), tajuk bunga mempunyai dua bibir, tetapi bibir yang bawah melengkung keatas menutupi lubang buluh tajuk. Bagian bibir yang melengkung keatas dinamakan topeng atau kedok (palatum), misal pada bunga mulut singa (Anthirrhinum majus L.) - Berbentuk pita (ligulatus), bagian bawah tajuk bunga berlekatan merupakan buluh atau tabung kecil, bagian atasnya berbentuk pita (dengan pada ujungnya sering masih nampak 5 pancung), yang menujukkan bahwa tajuk itu sesungguhnya terdiri dari 5 daun tajuk yang Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 76
berlekatan menjadi satu. Bunga ini biasanya bunga mandul (tidak mempunyai alat kelamin), misal bunga-bunga pinggir pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
Tanda bunga (perigonium) Tanda bunga adalah perhiasan bunga yang tidak dapat lagi dibedakan kedalam kelopak bunga dan tajuk bunga. Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga (tepala) yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan dalam 2 (dua) golongan : a. serupa kelopak (calycinus), jika warnanya hijau seperti daun-daun kelopak, biasanya tidak begitu besar dan tidak begitu menarik, misal terdapat pada bunga dari macam-macam Palmae. b. Serupa tajuk (corollinus), warnanya bermacam-macam seperti warna tajuk bunga, biasanya lebih besar dan bentuknya seringkali menarik pula, bahkan seringkali menarik dari pada tajuk bunga sesungguhnya, misal pada anggrek (Orchidaceae) lilia (Liliaceae) amaril (Amarillidaceae), iris (Iridaceae) dan lainlain. Pada tenda bunga, bagian-bagiannya yang serupa daun-daun tenda bunga (tepala) ada pula yang : a. Berlekatan (gamophyllus) misal pada lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.). b. Lepas atau bebas (pleiophyllus) satu sama lain, misal pada kembang sungsang (Gloriosa superba L.)
Benang sari (stamen) Bagian-bagian dari benang sari adalah sebagai berikut : a. tangkai sari (filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat. b. Kepala sari (anthera), yaitu bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung dari tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya mempunyai dua ruang sari Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 77
(theca), masing-masing ruang sari semula terdiri dari dua ruangan kecil (loculus atau loculumentum). c. Penghubung ruang sari (connectivum), bagian ini merupakan lanjutan dari kepala sari (ruang sari) yang terdapat di kanan kiri dari penghubung ini.
Duduk dari benang sari dapat dibedakan dalam 3 macam : a. Benang sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan dengan bunga yang bersifat demikian oleh De Candol le dinamakan Thalamiflorae, misal jeruk (Citrus sp.). b. Benang sari nampaknya seperti duduk diatas kelopak, yang sering dapat kita lihat pada bunga yang perigin atau epigin tumbuhan demikian oleh De Candolle dinamakan Calyciflorae, misal (Rosa hybrida Hort.). c. Benang sari nampaknya duduk diatas tajuk bunga. Tumbuhan yang demikian disebut Corolliflorae, antara lain anggota dari familia Boraginaceae, misal buntut tikus (Heliotropium indicus L.).
Mengenai jumlah benang sari pada bunga dapat dibedakan dalam tiga golongan : a. Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari, seperti terdapat pada familia Myrtaceae, misal jambu biji (Psidium guajava L.) b. Jumlah benangsari lipat dua kali jumlah daun tajuknya. Dalam hal demikian benangsari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada lingkaran luar dan lingkaran dalam. Mengenai duduknya benangsari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan : 1. Diplostemon, yaitu benang-bebang sari dalam lingkaran luar duduk berseling dengan daun-daun tajuk, misal pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.).
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 78
2. Obdiplostemon, jika benang-benang sari pada lingkaran dalam jumlah yang duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya, misal pada bunga geranium (Pelargonium odoratissimmum Hort.). c. Benangsari sama banykanya dengan daun tajuk atau kurang, maka dalam hal ini duduknya benangsari dapat : 1. episepal, artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, yang berarti pula berseling dengan daun-daun tajuk. 2. epipetal, artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, jadi berseling dengan daun-daun kelopak.
Berdasarkan pada panjang pendeknya benangsari yang terdapat pada suatu bunga, maka dapat dibedakan : a. Benangsari panjang dua (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya empat benang sari dan dari empat benangsari itu yang dua panjang sedang dua lainnya pendek. Terdapat pada familia Labiatae, misal kemangi (Ocimum basilicum L.). b. Benangsari panjang empat (tetradynamus), jika misalnya dalam satu bunga terdapat enam benangsari dan dari enam benangsari itu yang empat panjang, yang dua lainnya pendek, misal pada bunga lobak (Raphanus sativus L.).
Perlekatan benangsari Umumya benangsari terpisah dari putik, tetapi ada pula kalanya benangsari berlekatan menjadi satu dengan putik, membentuk suatu badan yang dinamakan ginostenium. Perlekatan benangsari dengan putik menjadi ginostemium merupakan sifat yang amat karakteristik untuk anggrek pada umumnya (Orchidaceae)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 79
Tangkai Sari (Filamentum) Berdasarkan pada jumlahnya kelompok perlekatan benang-benang sari, maka dapat dibedakan : a. Benangsari berbekas satu atau benangsari dalam satu tungkal (monadelphus), yaitu jika semua tangkai sari pada suatu bunga berlekatan menjadi satu merupakan suatu berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung dari tangkai sari yang mendukung kepala sari saja yang masih bebas satu sama lain , misal pada bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis L.). b. Benangsari berbekas dua atau benangsari dalam dua tukal (diadelfbh), jika semua tangkai sari berbagai menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dengan masing-masing kelompok tidak perlu sama, misal pada familia Papilionaceae, dimana dalam setiap bunga terdapat 10 benagsari yang tersusun dalam 2 berkas, yang satu terdiri dari 9 tangkai sari, sedang berkas yang lain hanya terisi dari 1 tangkai sari saja. c. Benang sari berbekas banyak atau benang sari dalam banyak tukal (poliadelphus), yaitu jika dalam satu bunga yang mempunyai banyak benang sari tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas, misal pada bunga randu (Ceiba petandra Gaert.) dimana dalam satu bunga terdapat 5 berkas benangsari dengan tangkai-tangkainya yang berlekatan didalam masing-masing berkas.
Kepala sari (anthera) Duduknya kepala sari pada tangkainya dapat bermacam-macam : a. tegak (Innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak memberikan kemungkinan gerakan dari kepala sari.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 80
b. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari atau kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari. c. Bergoyang (versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat digerak-gerakan atau bergoyang, misal terdapat pada bunga rumput umunya (Gramineae) Macam-macam cara membukanya kepala sari : a. Dengan celah yang membujur (Longitudinaliter dehiscens). Letaknya celah yang membujur menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat : - Menghadap kedalam (introrsum), terdapat pada familia Compositae, misal pada bunga matahari (Helianthus annuus L) - Menghadap kesamping (lateraliter), misal bunga Begonia sp. - Menghadap keluar (ekstrorsum), misal pada bunga semprit (Belamcanda chinensis Leman). b. Dengan celah yang melintang (transversaliter dehiscens), misal pada beberapa tumbuhan dari familia Euphorbiaceae. c. Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal dari kepala sari (poris dehiscens), misal pada kentang (Solanum tuberrosum L.). d. Dengan kelep atau katup-katup (valvis dehiscens) yang jumlahnya satu atau lebih, misal pada keningar (Cinnamomum zeylanicum Breyn.).
Putik (Pistillum) Merupakan alat kelamin betina, daun-daun penyusun putik disebut daun buah (carpellum) dan keseluruhan daun buah yang menyusun putik dinamakan gynaecium. Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, maka putik dapat dibedakan : a. putik tunggal (simplex) yaitu jika putik hanya tersusun dari sehelai daun buah saja, misal terdapat pada semua tumbuhan yang berbuah polongan, kacangkacangan. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 81
b. Putik majemuk (compositus), jika putik terjadi dari dua buah daun atau lebih, misal pada kapas (Gossypium sp.). Bagian-bagian dari putik, adalah sebagai berikut : a. Bakal buah (ovarium), yaitu bagian dari putik yang biasanya kelihatan membesar dan duduk pada dasar bunga. b. Tangkai putik (stylus), bagian dari putik yang sempit dan terdapat diatas bakal buah, biasanya berbentuk benang. c. Kepala putik (stigma), yaitu bagian yang paling atas dari putik, terletak pada ujung tangkai putik.
Bakal Buah (Ovarium) Dalam bakal buah terdapat calon-calon biji atau bakal biji (ovulum). Tempattempat yang merupakan pendukung dari bakal biji disebut papan biji (placenta). Menurut letaknya terhadap dasar bunga kita bedakan : a. Bakal buah menumpang (superus), yaitu jika bakal buah duduk di atas dasar bunga sedemikian rupa, sehingga bakal buah tadi lebih tinggi, sama tinggi atau bahkan mungkin lebih rendah dari tepi dasar bunga, tetapi bagian samping dari bakal buah tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga terdapat pada bunga yang dasar bunganya cembung, rata atau cekung dangkal seperti cawan. b. bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada dasae bunga yang cekung, jadi tempay duduknya bakal buah selalu lebih rendah dari tepi dasar bunga dan sebagian dari dinding bakal buah itu berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala. c. Bakal buah tenggelam (inferus), seperti bakal buah setengah tenggelam, tetapi seluruh bagian samping dari bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 82
Melihat jumlah ruang-ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, maka bakal buah dapat dibedakan dalam : a. Bakal buah yang beruang satu (unilocularis), bakal buah yang beruang satu dapat tersusun dari satu daun buah saja misal pada bunga tumbuhan yang berbuah polong (Leguminosae), dapat pula tersusun lebih dari satu daun buah, misal pada bunga papaya (Carica papaya L.), markisah (Pasiflora quadrangularis L.). b. Bakal buah beruang dua (bilocularis), bakal buah ini biasanya tersusun dari dua daun buah, seperti pada Brassicaceae. c. Bakal buah beruang tiga (trilocularis), bakal buah ini terjadi dari tiga daun buah yang tepinya melipat ke falam dan berlekatan, sehingga terbentuklah bakal buah dengan tiga sekat, seperti padafamilia Euphorbiaceae. d. Bakal buah beruang banyak (multilocularis), yaitu bakal buah yang tersusun dari banyak daun buah yang berlekatan, dan membentuk banyak sekat-sekat dan dengan demikian terjadilah banyak ruang-ruang, seperti pada Durio zibethinus Murr.
Sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam : a. Sekat yang sempurna (spetum completus), yaitu jika serat ini benar-benar membagi bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai hubungan satu sama lain. Melihat asalnya dapat dibedakan : 1. Sekat asli (septum), yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat kedalam dan lalu berubah menjadi sekat, misal pada durian (Durio zibethinus Murr). 2. Sekat semu (septum spurius), jkka sekat tadi bukan merupakan sebagian dari daun buah, tetapi misal dapat terdiri dari suatu jaringan yang
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 83
terbentuk oleh dinding bakal buah, misal pada bunga kecubung (Datura metel L.). b. Sekat yang tidak sempurna (septrum incompletus), yaitu sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya satu sama lain. Melihat asalnya sekat itu dapat berasal dari suatu bagian-bagian dari daun buah, dapat pula mempunyai asal yang lain.
Papan Biji Tembuni (Placenta) Menurut letaknya, kita membedakan papan biji yang : a. pada tepi daun buah (marginalis) b. Pada helaian daun buahnya (laminalis) untuk bakal buah yang hanya terdiri dari suatu ruang, maka kemungkinan letak papan bijinya adalah : 1. Pada dinding bakal buah (parietalis), dan jika diperlihatkan letaknya daun buah dapat dibedakan lagi dalam 2 macam : - Pada dinding tepi daun buah (perietalis – marginalis) - Pada dinding di helaian daun buah (parientalis – marginalis) 2. Dipusat atau diporos (centralis atau axilis), jika papan biji terdapat ditengahtengah dari bakal buah yang beruang satu, biasanya berbentuk buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijinya menghadap kesemua jurusan yaitu ke arah dinding bakal buah. 3. disudut tengah (axillaris), biasanya terdapat pada bakal buah yang beruang lebih dari dua dan papan-papan biji tadi terdapat dalam sudut dari pertemuan daun-daun buah yang melipat kedalam dan merupakan sekat-sekat dari bakal buah. Jika ditinjau letaknya pada daun buah, maka papan biji yang aksilaris itu terdapatnya biasanya pada tepi daun buah, jadi bersifat marginalis. Bakal Biji (ovulum) Bagian-bagian dari bakal biji adalah sebagai berikut :
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 84
a. Kulit bakal biji (integumentum), yaitu lapisan paling luar dari bakal biji, yang kelak akan menjadi kulit biji. Bakal biji dapat mempunyai satu atau dua lapisan kulit bakal biji. b. Badan bakal biji (nucellus), yaitu jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji. c. Kantong lembaga (saccus embryonalis), sebuah sel dalam nusellus yang mengandung sel telur (ovum) dan kalau sudah terjadi pembuahan dari perkawinan sel telur dengan intisel kelamin jantan terjadi lembaga (embrio). d. Liang bakal biji (micropyle), suatu liang pada kulit bakal biji yang menjadi jalan bagi inti kelamin jantan yang berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat bertemu dengan sel telur yang terdapat dalam kantong lembaga, sehingga dapat berlangsung peristiwa pembuahan. e. Tali pusat (funiculus), pendukung bakal biji yang menghubungkan bakal biji dengan papan biji.
Menurut letak bakal biji pada papan biji, dapat dibedakan seperti berikut : a. tegak (atropus), jika liang bakal biji letaknya pada suatu garis dengan tali pusat (funiculus) pada arah yang berlawanan b. Mengangguk (anatropus), jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusat, karena tali pusatnya membengkak, sehingga liang bakal biji berputar 180O. c. Bengkok (campylotropus), tali pusat dan bakal bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji berkedudukan seperti pada bakal biji yang mengangguk. d. setengah mengangguk (hemitropus, hemianatropus), jika ujung dari tali pusatnya yang membengkok, sehingga tali pusat dengan liang bakal biji membuat sudut 90O satu sama lain. e. Melipat (camptotropus), jika tali pusat tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusatnya.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 85
Penyerbukan (persarian=pollinatio) Melihat dari mana asalnya serbuk sari, maka penyerbukan dapat dibedakan : a. penyerbukan sendiri (autogamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh pada kepala putik berasal dari bunga itu sendiri. b. Penyerbukan tetangga (geitonogamy), jika serbuk sari yang jatuh pada kepala putik berasal dari bunga lain tanaman itu juga. c. Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy), jika serbuk sari yang jatuh pada kepala putik itu berasal dari bunga tanaman lain, tetapi tanaman yang sejenis. d. Penyerbukan bastar (hibridisasi,hybridogamy), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tanaman lain dan tanaman itu berbeda jenisnya.
Berdasarkan perantaranya, maka penyerbukan dapat dibedakan dalam : a. penyerbukan dengan perantara angin (anemophyly, anemogamy) jika serbuk sari sampai pada bunga yang diserbuki dengan perantara angin b. Penyerbukan dengan perantaraan air (hydrophyly, hidrogamy). c. Penyerbukan dengan perantara binatang (zoidiophyly, zoidiogamy.). Melihat binatangnya yang dapat menjadi perantara penyerbukan-penyerbukan zoidiofili dapat lagi dibedakan : - Penyerbukan dengan perantaraan serangga (entomophyly, entomogamy). - Penyerbukan dengan perantaraan burung (ornithophyly, ornitogamy). - Penyerbukan
dengan
perantaraan
kelelawar
(chiropterophyly,
chiropterogamy). - Penyerbukan dengan perantaraan siput (malacophyly, malacogamy)
Diagram Bunga Yang dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian-bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu nampak penampang-penampang melintang dari kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, juga bagian lain dari bunga jika masih ada disamping ketempat Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 86
bagian pokok tersebut diatas. Perlu diperhatikan, bahwa biasanya dari daundaun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang dari bagian tengah-tengah, sedang dari benang sari digambar penampang dari kepala sari dan dari putik penampang melintang dari bakal buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui pula jumlah dari masing-masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan susunannya satu sama lain. Selain dari itu perlu diingat pula bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat skematik. Bagian-bagian bunga itu duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam suatu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan tanda yang sama. Mengingat bahwa yang digambar pada diagram itu penampang-penampang melintang dari masingmasing bagian bunga seperti telah diuraikan diatas, maka kemungkinan adanya persamaan gambar hanya mengenai daun-daun kelopak dan daun tajuk bunga, sedangkan mengenai benangsari dan putiknya rupanya tidak akan terjadi kekeliruan. Dari itu kelopak dan daun tajuk harus selalu digambar dengan tandatanda yang walaupun bentuknya mirip satu sama lain, tetapi jelas berbeda.
Cara membuat suatu diagram bunga. Jika hendak membuat diagram bunga harus diperhatikan hal-hal seperti berikut : a. Letak bunga pada tanaman. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga : 1. Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis). 2. Bunga yang terdapat pada ketiak daun (flos axillaris). b. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagramnya tadi tersusun dalam beberapa lingkaran. Jika dari bunga yang akan kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris sesuai Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 87
dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya. Kemudian melalui titik pusat dari lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu dan tengah-tengah menurut poros bujur dari daun, yang dari ketiaknya muncul bunga tadi, bidang ini disebut bidang medium. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu disebelah atas dari lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran kecil dan disebelah bawahnya gambar skematik dari daun pelindung. Pada lingkaran-lingkaran sendiri berturut-turut dari luat ke dalam kita gambar daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benangsari dan penampang melintang dari bakal buah. Dalam menggambarkan bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah : 1. Berapa jumlah masing-masing bagian bunga. 2. Bagaimana susunan terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang lain) : bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatam atau lain lagi. 3. Bagimana susunan terhadap bagian-bagian bunga yang lain, (daun-daun kelopak terhadap daun-daun tajuk bunga, benangsari dan daun-daun buah penyusun putiknya) : berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya. 4. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetri).
Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang atau cabang, tidak dikenal bidang mediannya, disebelah atas dari lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 88
akan disambung dengan tangkai bunga), tetapi disebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar penampang melintang dari daun pelindung (jika ada). Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui
mengenai letaknya pada tanaman.
Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga, selain keempat bagian bunga yang pokok : kelopak, tajuk, benangsari dan putik dapat pula digambar bagian-bagian lain jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-bagian lain dari bunga yang seringkali dapat menjadi ciri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga antara lain : Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 89
1. Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan dari familia Malvaceae, misal kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu Hibiscus rosasinensis L.). 2. Mahkota (tajuk) tambahan (Corona), yang biasanya terdapat pada familia Asclepidaceae, misal Widuri (Calotropis gigantea Dryend).
RUMUS BUNGA Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang, huruf dan angka, yang semuanya dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagianbagiannya. Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut : 1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan dari Kaliks (= Calyx) 2. Tajuk, Mahkota yang dinyatakan dengan huruf C singkatan dari Corolla. 3. Benangsari dinyatakan dengan huruf A singkatan dari Androecium (alat kelamin jantan) 4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G singkatan dari Gynaecium (Alat kelamin betina) Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warna mempergunakan huruf P singkatan dari Perigonium (tenda bunga) Dibelakang huruf-huruf tadi diletakkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu ditaruh koma. Didepan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga. Dapat ditambahkan lambang yang menunjukkan kelamin bunga. Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain maka bagian yang bersangkutan ditaruh dalam
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 90
kurung. Kalau jumlah bagian bunga banyak, diberi tanda tak terhingga (≈). Juga dapat diberi lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah.
SOAL 1. Sebutkan bagian-bagian bunga 2. Sebutkan bagian-bagian bunga majemuk 3. Sebutkan sifat-sifat bunga majemuk 4. Sebutkan apa yang disebut diagram bunga
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 91
BAB VI. AKAR (RADIX)
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa memahami bentuk luar akar secara menyeluruh
Tujuan instruksional Umum: 1. Mengetahui bentuk luar akar 2. Mengetahui percabangan akar 3. Mengetahui fungsi akar 4. Mengetahui bagaian-bagian akar
Bagian-bagian akar adalah sebagai berikut : a. Leher akar atau pangkal (collum), yaitu bagian dari akar yang bergabung dengan pangkal batang. b. Ujung akar (apex radicis), bagian akar yang paling muda, terdiri dari jaringanjaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan. c. Batang akar (corpus radicis), bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujungnya. d. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok dan masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi. e. Serabut akar (fibrilla radicalis), cabang-cabang akar yang halus-halus dan berbentuk serabut. f. Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis), yaitu bagian dari akar yang sesungguhnya hanya merupakan penonjolan yang panjang dari selsel epidermis akar, bentuk seperti bulu atau rambut. g. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian yang paling ujung letaknya dari akar, terdiri dari jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 92
Sistem perakaran : Sistem perakaran ada dua macam : a. sistem akar tunggang, jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang, menjadi akar-akar, yang lebih kecil. Akar pokok yang berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang (radixs primatia). Misal pada Dicotyledoneae dan Gymnospermae. b. sistem akar serabut, yaitu jika akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau disusul dengan sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut dinamakan akar-akar serabut (radixs adventicia), misal pada Monocotyledoneae.
Akar tunggang
Akar serabut
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 93
Akar tombak
Akar gasing
Gambar 29. Tipe-tipe akar
Berdasarkan pada percabangan dan bentuknya, akar tunggang dapat dibedakan dalam : a. akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang dan jika ada cabang-cabangnya biasanya cabang-cabang ini, terdiri dari akar-akar yang halus berbentuk serabut. Akar tunggang yang demikian seringkali berfungsi sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan, lalu mempunyai bentuk yang istimewa, misalnya : - Berbentuk sebagai tombak (fusiformis), pangkal besar meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan, biasanya menjadi tempat penimbunan makanan, misal lobak (Raphanus sativus L), wortel (Daucus carota L). Berdasarkan bentuknya akar ini dinamakan akar tombak atau akar pena. - Berbentuk gasing (napiformis), pangkal akar besar membulat, akar-akar serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit meruncing, misal pada bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.), biet (Beta vulgaris L.), menurut bentuknya dinamakan akar gasing.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 94
- Berbentuk benang (filiformis), jika akar tunggang kecil panjang seperti akar serabut saja dan juga sedikit sekali bercabang, misal pada kratok (Phaseolus lunatus L.) b. akar tunggang yang bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, susunan akar yang demikian terdapat pada pohon-pohonan yang ditanam dari biji.
Pada sistim akar serabut dapat dikemukakan hal-hal sbb : a. Akar yang menyusun akar serabut kecil-kecil berbentuk benang, misal pada padi (Oryza sativa L.) b. Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang, misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) c. Akar serabut besar-besar, misal pada pandan (Pandanus tectorius Sol.)
Macam-macam akar berdasarkan sifat dan tugas khususnya : a. Akar udara atau akar gantung (radix aereus), akar ini keluar dari bagianbagian diatas tanah, menggantung diudara dan tumbuh ke arah tanah, fungsi membantu menyerap air dan gas dari udara. Misal pada anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris), beringin (Ficus benjamina L.) b. akar penggerek atau akar penghisap (haustorium), yaitu akar yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang hidup sebagai parasit dan berguna untuk menyerap air maupun zat makanan dari tuan rumahnya, misal kemladean (Viscum articulatum Burm. F.), endak-endak cacing (Cuscutha australis R. Br.). c. akar pelekat (radix adligans), akar akar keluar dari buku-buku batang tanaman yang memanjat dan berguna untuk menempel pada penunjangnya saja, misal pada lada (Piper nigrum L.), sirih (Piper betle L.) d. akar pembelit (cirrhus radicalis), juga untuk memanjat tetapi memeluk penunjangnya, misal pada panili (Vanilla planifolia Andr.) Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 95
e. Akar nafas (pneumatophora), yaitu cabang-cabang dari akar yang tumbuh tegak lurus keatas hingga muncul dari permukaan atau air tempat tumbuh tanaman. Akar ini mempunyai banyak liang-liang atau celah-celah (pneumathoda) untuk jalan masuknya udara yang diperlukan untuk pernafasan, misal Sonneratis dan Avicenia. f. akar tunjang, yaitu akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang tersebut jangan sampai rebah, disebut juga akar egrang, misal pada pandan (Pandanus tectorius Sol.), dan pohon bakau (Rhizophora conjugata L.) g. akar lutut, yaitu akar tumbuhan atau lebih tepat kalau dikatakan bagian akar yang tumbuh ke atas kemudian membengkok lagi masuk kedalam tanah, sehingga membentuk gambaran seperti lutut yang dibengkokkan, misal pada pohon tanyang (Bruguiera parvifolia W et A.) h. akar banir, yaitu akar yang berbentuk papan. Misalnya, pohon kenari (Canarium commune L).
Akar tunjang
Akar Lutut
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 96
Akar pelekat
Akar pembelit
Akar napas
Gambar 30. Tipe-tipe akar berdasarkan sifat dan tugasnya
Soal 1. Sebutkan bagian-bagian akar 2. Sebutkan dan jelaskan sistem perakaran tanaman 3. Sebutkan macam-macam akar berdasarkan sifat dan fungsi khusus
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 97
BAB VII. KLASIFIKASI
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa memahami klasifikasi secara umum
Tujuan instruksional khusus: 1. Mengetahui sejarah klasifikasi 2. Mengetahui dasar-dasar klasifikasi 3. Mengetahui sistem binomial
Sistematika tumbuhan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cara klasifikasi dan pemberian nama pada tumbuh-tumbuhan. Objek dari klasifikasi tumbuhan ialah mengelompokkan tumbuh-tumbuhan. Pengelompokan tersebut harus didasarkan pada persamaan sifat dan sedapat mungkin harus mempunyai hubungan kekeluargaan. Cabang Botani yang berkecimpung di dalam teknik klasifikasi ialah Taksonomi. Di dalam klasifikasi diperlukan juga pemberian nama (nomenklatur) pada tumbuh-tumbuhan. Pemberian nama pada tumbuhtumbuhan. Pemberian nama pada tumbuh-tumbuhan tidak seperti pada manusia, kita tidak mungkin memberi nama satu per satu bagi setiap individu. Nama itu kita berikan pada sekelompok individu dari suatu macam tumbuhan. Disamping nama umum (common name) tumbuhan juga mempunyai nama ilmiah (scientific nama atau botanical name) yang bersifat binomial, yang masing-masing
mengandung nama genus dan nama species. Taksonomi
tumbuhan dan Nomenklatur Tumbuhan keduanya menjadi Sistematika Tumbuhan. Satuan yang digunakan untuk klasifikasi ialah species. Suatu species ialah sekelompok indivisu yang mempunyai persamaan sifat morofologis. Sebagai contoh semua individu tanaman kapri satu sama lain mempunyai persamaan umum dalam hal akar, batang, daun, bunga dsb. Individu-individu dalam suatu Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 98
species mungkin dapat dibedakan menjadi dua atau lebih varietas, ini tergantung pada ukuran, warna dan sifat-sifat lainnya yang lebih mendalam. Jadi dalam satu species tanaman kapri meungkin dapat dijumpai adanya suatu varietas dengan bunga putih dan lain varietas dengan bunga merah. Kadang-kadang species yang satu dengan lainnya mempunyai persamaan sifat morfologis, khususnya mengenai alat perkembang biakannya. Spesies-spesies yang mempunyai persamaan sifat tersebut dapat dikelompokkan kedalam suatu takson yang lebih tinggi tingkatannya yaitu ke dalam genus. Sebagai contoh bermacam-macam species jeruk berada dalam genus yang sama yaitu Citrus. Beberapa genera yang mempunyai persamaan dapat dikelompokkan ke dalam satu
familia dan
beberapa familia yang mempunyai persamaan dimasukan ke dalam satu ordo. Demikian setersunya beberapa ordo ke dalam klasis --- divisio dan akhirnya ke dalam Kingdom. Kadang-kadang awalan sub ditambahkan pada salah satu takson, sebagai contoh subdivisio, subklasis, subordo, subfamilia dsb. Dengan mengamati sifat-sifat tersebut, maka dibuat golongan-golongan tumbuhan yang dikenal dengan takson. Kita mengenal 24 taksa, mulai dari yang besar ke yang kecil adalah sbb : Divisio – Subdivisio – Klasis – Subklasis – Ordo – Subordo – Familia – Subfamilia – Tribus – Subtribus – Genus – Subgenus – Seksio – Subseksio – Series – Subseries – Species – Subspecies – Varietas – Subvarietas – forma biologika – Forma specialis – Individuum.
Tata nama takson menurut tingkatannya 1.
Nama-nama takson di atas tingkat familia. Nama-nama divisio, subdivisio, klasis dan subklasis sebaiknya diambil atau didasarkan pada ciri-ciri yang menujukkan sifat yang sebaik-baiknya. Nama kesatuan taksonomiitu hendaknya memakai akhiran yang berbedabeda sebagai berikut : Untuk : - Divisio
- Mycota (jamur) - phyta
(tumbuhan lain)
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 99
- Subdivisio
- Mycotina (jamur) - phytina (tumbuhan lain)
- klasis
- Mycetes (jamur) - phyceae
(ganggang)
- opsida (tumbuhan lain) - Subklasis
- Mycetidae (jamur) - phycidae (ganggang) - idae
Contoh :
(tumbuhan lain)
- Divisio : Tracheophyta
- Subdivisio : Ascomycotina - Klasis : Rhodophyceae - Subklasis : Monocotyledonidae 2.
Nama-nama Ordo dan Subordo Nama-nama ordo dan subordo yang didasarkan pada pokok kata nama familia masing-masing dengan akhiran ales dan ineae. Nama-nama ordo dapat juga dibentuk berdasarkan pokok kata lain yang menujukkan sifatsifatnya. Contoh ordo Rosales, ordo Malvales, subordo Bromeliineae.
3.
Nama-nama Familia dan Subfamilia. Nama-nama familia ialah kata sifat jamak yang dipakai sebagai kata benda. Nama tadi dibentuk dari pokok kata nama sah suatu genus yang termasuk dalam familia itu ditambah dengan akiran aceae. Sebagai contoh Cannaceae (dari Canna) Amaranthaceae (dari Amaranthus), Oxalidaceae (dari Oxalis). Ada nama familia yang sejak dulu dipakai dan dianggap berlaku oleh
penerbitnya,
yaitu
Palmae,
Gramineae,
Guttiferae,
Labiatae,
Compositae, Umbelliferae, Cruciferae, Leguminosae dan Papilionaceae. Nama-nama subfamilia ialah kata sifat berbentuk jamak yang dipakai sebagai kata benda. Nama tadi dibentuk dari pokok kata nama sah suatu genus yang termasuk dalam subfamilia itu ditambah akhiran oideae. Contoh Rumicoideae (dari Rumex). Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 100
4.
Nama-nama Tribus dan Subtribus Nama-nama tribus dan subtribus seperti tersebut di atas, hanya akhiran yang dipakai masing-masing eae dan inae. Contoh : Asclepiadeae (dari Asclepias) dan Anemoninae (dari Anemone)
5.
Nama Genus Nama suatu genus ialah kata benda tunggal atau suatu perkataan. Kata tersebut dapat berasal dari sumber apa saja. Contoh : Nypa (dari Nipah), Durio (dari Durian)
6.
Nama Species Nama species merupakan suatu kombinasi ganda yang terdiri atas nama genus yang diikuti oleh suatu penunjuk species. Kalau suatu penunjuk species terdiri atas dua patah kata atau lebih maka kata-kata itu harus disatukan. Kata-kata untuk penunjuk species dapat diambil dari apa saja. Contoh : Oryza sativa, Tectona grandis, Hibiscus rosa-sinensis, Alisma plantago-aquatica
7.
Nama-nama takson dibawah tingkat species. Nama-nama takson dibawah tingkat species merupakan kombinasi antara nama species dan penunjuk takson di bawah species, dihubungkan dengan istilah-istilah yang menujukkan tingkatnya (subspecies, varietas, forma). Contoh - Rubus rosaefolius sub sp. sumatranus - Ipomoea quamoclit var. pectinata - Allium cepa fa. ascalonicum Cara klasifikasi ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan penggolongan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja. Sebagai contoh penggunaan habitus pertumbuhan sebagai salah satu sifat dasar di dalam penggolongan dan berdasarkan pada habitus tersebut alam tumbuhtumbuhan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu herba, semak dan pohon.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 101
Berdasarkan pada pembagian ini maka Pisum sativum dan Zea mays yang masing-masing termasuk dalam familia Leguminosae dan Gramineae, diletakkan dalam kelompok yang sama yaitu kelompok herba. Sedangkan Pisum sativum dan Dalbergia sissoo yang kedua-duanya termasuk dalam familia Leguminosae, diletakkan dalam kelompok yang berbeda yaitu Pisum sativum dimasukan kedalam herba dan Dalbergia sissoo kedalam pohonpohonan. Jadi di dalam sistem buatan seperti pada kedua comtoh diatas, tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan yang erat satu sama lain mungkin diletakkan pada kelompok yang terpisah dan sebaliknya tumbuhtumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin diletakkan bersama di dalam kelompok yang sama. Hal yang sedemikian inilah yang merupakan kelemahan utama dari sistem buatan. Di dalam klasifikasi sistem alami penggolongan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morofologis yang penting. Sistem alami lebih maju dari pada sistem buatan, sebab menurut sistem inihanya tumbuhtumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokkan ke dalam kelompok yang sama.
SEJARAH KLASIFIKASI Semula
orang-orang
tertarik
pada
tumbuh-tumbuhan
karena
kegunaannya, misal sebagai tanaman pangan, tumbuhan khasiat obat dan lain sebagainya. Dengan tidak disengaja tulisan-tulisan mengenai tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomis tersebut telah memberikan sumbangan yang berharga di dalam klasifikasi tumbuh-tumbuhan. Karya-karya kuno Kira-kira tahun 300 tahun sebelum masehi ARISTOTELES dan muridnya THEOPHRASTUS membagi dunia tumbuhan menjadi tiga kelompok, yaitu herba, semak dan pohon. Theophrastus dikenal sebagai Bapak Botani, mendiskripiskan sebanyak ± 450 species tanaman. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 102
DIOSCORIDES menulis buku “Materia Medica” pada abad pertama sesudah masehi. PLINY (Romania) pada saat yang bersamaan menulis 9 buku tentang tumbuhtumbuhan yang bermanfaat. Beberapa abad setelah penulis-penulis kuno, lama tidak muncul tulisan-tulisan lagi dan sesudah abad ke 16 dimulailah dengan periode herba.
Periode herba Periode herba dimulai dari abad 16 dan berakhir pada abad 17. Selama periode ini ahli-ahli botani Eropa yang banyak mengadakan penulisan tentang tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang ditulis pada umumnya adalah tumbuhan kasiat obat yang kebanyakan terdiri dari herba. Ahli-ahli herba pada saat itu adalah : BOCK (1530) menulis buku “Materia Medica”membuat illustrasi herba. BRUNFELS (1530) membuat illustrasi herba. FUCHS (1542) menyusun klasifikasi tumbuhan berdasarkan alphabetik yang dilengkapi denga glossary mengenai istilah-istilah teknis (istilah-istilah yang dipakai) TURNER (1551) menulis buku herba dalam bahasa Inggris De I’OBEL (1581) membuat illustrasi herba dengan baik. ANDREA CHAESALPINI (italia), ahli fisika dan herbalist menulis buku dalam 16 jilid dan membagi alam tumbuhan menjadi 15 klasis yang didasarkan pada buah dan bijinya. KASPAR BAUHIN, ahli botani Swiss. Tahun 1623 menulis buku “Pinax” yang memuat 6000 species tumbuhan. Klasifikasi yang dibuatnya lebih banyak didasarkan pada persamaan struktur dan belum mengenal sifat-sifat dari bunga. Ia menganggap semak dan pohon merupakan tumbuhan khusus, juga ia belum sepenuhnya menggunakan klasifikasi yang binomial. Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 103
Pada akhir abad 17 dan pertengahan abad 18 beberapa ahli botani memulai dengan dasar-dasar klasifikasi sistem modern. Diantara mereka, yaitu : JOHN RAY, ahli botani Inggris, di dalam bukunya “Historia Plantarum” (19681704) mengemukakan pentingnya embrio yang berkeping satu dan dua di dalam klasifikasi dan ini perlu diingat merupakan dasar utama di dalam klasifikasi sistem alami. Tetapi tidak ubahnya seperti angkatan kuno, ia membuat kesalahan-kesalahan yaitu pada pemisahan herba dan pohonpohonan. Ia membagi Monokotil dan Dikotil dalam beberapa klasis, beberapa diantaranya menjadi familia yang sekarang kita kenal. Penggolongan menurutnya adalah sebagai berikut : I. Herbae : A. Imperfectae (tidak berbunga) B. Perfectae (berbunga) - Dicotyledoneae (dengan 2 keping biji) - Monocotyledoneae (dengan atu keping biji) II. Arbores : A. Monocotyledoneae B. Dicotyledoneae CAMERARIUS (1665-1721), orang Jerman, memperkenalkan polen untuk fertilisasi, pembentukan biji dan seksualitas pada tumbuhan berbunga. TOURNEFORT (1656 – 1708) memperkenalkan pentingnya mahkota bunga (corolla) dalam klasifikasi. Disamping itu ia sangat teliti dalam memberikan batasan-batasan pada beberapa genera dan oleh karena itu ia dikenal sebagai pencipta dasar-dasar genera. CARLOUS LINNAEUS, botanist terkenal Swedia dan dikenal sebagai Bapak Sistematika Tumbuhan. Ia mencipta buku “Systema Naturae” yang ditulis pada tahun 1735. Sistem klasifikasinya didasarkan pada siaft-sifat stamen (benang sari) dan carpela (daun buah) dan karena itu klasifikasinya sering disebut seksual system. Menurutnya alam tumbuhan dibagi menjadi 24 klasis, dimana yang 23 klasis termasuk dalam Phanerogamia dan yang satu klasis lagi dalam Cryptogamia. Pembagian Phanerogamia kedalam 23 klasis didasarkan Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 104
pada jumlah stamen (no 1 – 13), panjang stamen (no 14, 15), letak stamen (no 16 – 19), perlekatan stamen (no 20) dan distribusi bunga uniseksual (no 21 – 23). Kesemua klasis itu adalah sebagai berikut : 1. Monandria
: stamen 1
2. Diandria
: stamen 2
3. Triandria
: stamen 3
4. Tetrandria
: stamen 4
5. Pentandria
: stamen 5
6. Hexandria
: stamen 6
7. Heptandria
: stamen 7
8. Octandria
: stamen 8
9. Enneandria
: stamen 9
10. Decandria
: stamen 10
11. Dodecandria
: stamen 11
12. Icosandria
: stamen lebih dari 12, duduk pada kelopak bunga (calyx)
13. Polyandria
: stamen lebih dari 12, duduk pada dasar bunga
(reseptakulum) 14. Didynamia
: stamen panjang 2
15. Tetradynamia : stamen panjang 4 16. Monadelphia : stamen dalam 1 tukal 17. Diadelphia
: stamen dalam 2 tukal
18. Polydelphia
: stamen dalam beberapa tukal
19. Synegenesia
: stamen dengan kepala sari yang menyatu
20. Gynandria
: stamen berlekatan dengan putik
21. Monoecia
: tumbuhan berumah satu
22. Dioecia
: tumbuhan berumah dua
23. Polygamia
: tumbuhan poligami
24. Cryptogamia
: tidak berbunga
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 105
Linnaeus menulis semua species dan genera yang dijumpainya di dalam bukunya “Species Plamtarum” (1753) dan “Genera Plantarum” (edisi kelima 1754) dan dengan motto “God created, Linnaeus arranged”. Yang lebih pentimg lagi ialah nomenklatur sistem binomialnya yang ditulis dalam bukunya “Species Plantarum” (1753). Berdasarkan pada sistem ini tumbuhtumbuhan mempunyai nama yang terdiri dari dua kata, yaitu kata pertama yang menujukkan nama genus dan diikuti oleh kata kedua yang menujukkan speciesnya atau merupakan epitheton specificumnya. A.L. de JUSSIEU. Ahli sitematika Perancis A.B. de Jussieu dan kemenakannya A.L.de Jussieu, menciptakan klasifikasi yang lebih baik dari pada seksual sistem Linnaeus. A.L.de Jussieu mempublikasikan bukunya “Genera Plantarum” pada tahun 1789. A.J.de Jussieu membagi alam tumbuhan menjadi 15 klasis, yang didasarkan pada jumlah cotyledon (keping biji) dan letak daun mahkota (petala) dan benang sari (stamen) terhadap bakal buah, klasis-klasis tersebut dibagi lagi menjadi 100 ordo dan sebagian besar dari ordo-ordo tersebut masih dikenal sebagai familia-familia dalam klasifikasi kita sekarang. A.L.de Jussieu dikenal sebagai pencipta dasar-dasar klasifikasi sistem alami. Pembagian menurutnya ialah sebagai berikut : - Acotyledones ..............................................................................
klasis I
Stamina hypogyna ................. klasis II
-
Monocotyledones
Stamina perigyna ................... klasis III Stamina epigyna ..................... klasis IV Stamina epygina ................ klasis V Stamina perigyna ............... klasis VI Stamina hypogina .............. klasis VII Corolla hypogina ............. klasis VIII Monopetalae Corolla perigyna .............. klasis IX Corella epigina - antheris connatis ....... kl. X - antheris distinctis ...... kl. XI Stamina epygina ................ klasis XII Polypetalae Stamina hypogyna ............. klasis XIII Stamina parigyna ............... klasis XIV Diclines irregulares .................................... klasis XV
Apetalae
- Dicotyledoneae
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 106
A.P. de CANDOLLE. Ahli taksonomi Perancis yang terkenal juga. Sistem klasifikasinya lebih ditekankan pada sifat-sifat fisiologisnya. Klasifikasi yang dibuatnya (1819) merupakan pendalaman dan modifikasi dari sistem de Jussieu. Di dalam klasifikasinya ia menggunakan sifat-sifat seperti yang digunakan oleh de Jussieu, di dalam susunannya ia menambahkan berkas pengangkutan sebagai suatu sifat yang sangat penting. ROBERT BROWN, morfologis Inggris, merupakan orang pertama yang menaruh perhatian untuk menggambar buah dan biji yang telanjang dari Coniferae dan Cycadaceae, dan mengelompokan Gymnospermae sebagai suatu kelompok yang berbeda dari Angiospermae. JOHN LINDLEY, Prof. Inggris yang mendirikan KEW Botanical Garden. Ia menciptakan suatu sistem klasifikasi (1830) yang didasarkan pada sistem de Candolle, tetapi tidak seperti Brown ia memisahkan Gymnospermae dari Dicotyledoneae. Th. 1846 ia merevisi klasifikasinya. Lindley banyak mengadakan kritik-kritik khususnya di Jerman. STEVEN ENDLICHER, ahli sistematika Austria, sistem klasifikasinya didasarkan pada karya Candolle dan dipublikasikan dalam bukunya “Genera Plantarum” (1836 – 1840). Di atas tingkatan Thallophyta ia mengemukakan pentingnya pertumbuhan memanjang dan kesamping (menebal). Berdasarkan pada ini, penggabungan Gymnospermae dan Angiospermae menjadi suatu kelompok merupakan kesalahan yang besar. Tahun 1859 Charles Darwin mengemukakan teori evolusinya. Dengan munculnya teori tersebur mengakibatkan banyak ahli sistematik terdorong untuk menciptakan klasifikasi sistem alami, yang didasarkan pada hubungan filogenetik dari tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan itu mereka hanya mementingkan sifat-sifat morofologi saja yaitu lebih mementingkan alat berkembang biak daripada vegetatifnya. Mereka banyak dibantu oleh sifatsifat penting morfologi dan embriologi yang dibuat oleh Brown, Lindley dan Endlicher. Juga pada masa tersebut Hofmeister sudah memulai mengadakan Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 107
penelitian dengan menggunakan mikroskop. Sekarang tibalah pada karyakarya setelah Charles Darwin. Sistem BENTHAM dan HOOKER. Keduanya ahli sistematik erkenal di Inggris, kerja part timer di KEW BOTANICAL GARDEN, publikasinya “Genera Plantarum” (1862 – 1883). Karya mereka lebih menekankan pada keadaan petala bebas yang merupakan lawan dari petala menjadi satu. Mereka membagi Angiospermae kedalam Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae, tetapi meletakkan Gymnospermae diantara keduanya dan menaruh ketiganya kedalam kategori klasis. Dicotyledoneae dibagi lagi kedalam 3 subklasis : 1. Polypetalae, sepala dan petala ada, petala bebas 2. Gamopetalae, sepala dan petala ada, petala bersatu 3. Monochlamydae, salah satu perianthium tidak ada, jika ada tidak dapat dibedakan kedalam sepala dan petala. Pembagian lebih lanjut kedalam serie, kohor, ordo, genus dan species. Kohornya sesuai dengan ordo dan ordonya sesuai dengan familia yang kita pakai sekarang. Klasifikasi tumbuhan menurut Bentham dan Hooker : Phanerogamia Dicotyledones Polypetalae
Gymnospermae (3 ordo)
Monocotyledones (7 series)
Gamopetalae
- Serie Thalamiflorae - Serie Inferae (bakal buah (bunga hipoginus, tenggelam) tanpa cakram/diskus - Serie Heteromerae - Serie Disciflorae (bakal buah umumnya (bunga hipoginus atau menumpang, daun periginus, pada dasar bunga terdapat buah lebih dari 2) semacam peninggian/bantalan yang berbentuk cakram yang mempunyai kelenjar madu) - Serie Calyciflorae - Serie Bicarpelatae (bunga periginus atau (bakal buah umumnya menumpang, daun epiginus) buah berjumlah 2 Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Monochlamydae (8 series)
Page 108
Familia-familia Ranunculaceae, Papaveraceae, Cruciferae, Caryophyllaceae dan Malvaceae termasuk dalam Serie Thalamiflorae. Familia-familia Rutaceae dan Rhamnaceae termasuk dalam Serie Disciflorae. Familia-familia Leguminosae, Rosaceae, Myrtaceae, Cucurbitaceae dan Umbelliferae termasuk Serie Calyciflorae. Familia Composite termasuk dalam Serie Inferae. Familia-familia Asclepiadaceae, Convolvulaceae, Solanaceae dan Labiatae termasuk dalam Serie Bicarpelatae. Familia-familia Chenopodiaceae, Euphorbiaceae dan Salicaceae termasuk dalam Subklasis Monochlamydeae. Sistem EICHLER. Pada tahun 1883 A.W. Eichler membuat klasifikasi tumbuhan. Ia membetulkan kesalah-kesalahan yang dibuat oleh Bentham dan Hooker, yaitu
dengan
memindahkan
Gymnospermae
yang
ditaruh
diantara
Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae, dan menempatkan terpisah dari Angiospermae. Sistem ini disusun seperti sistem yang dibuat oleh Engler. Klasifikasi dari Eichler adalah sebagai berikut : A. Cryptogamae 1. Divisio
2. Divisio
: Thallophyta 1. Klasis
: Algae
2. Klasis
: Fungi
: Bryophyta 1. Kelompok : Hepaticae 2. Kelompok : Musci
3. Divisio
: Pteridophyta 1. Klasis
: Equisetineae
2. Klasis
: Lycopodineae
3. Klasis
: Filicineae
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 109
B. Phanerogamae 1. Divisio
: Gymnospermae
2. Divisio
: Angiospermae 1. Klasis
: Monocotyledoneae
2. Klasis
: Dicotyledoneae - Subklasis : Choripetalae - Subklasis : Sympetalae
Sistem ENGLER. Adolf Engler adalah ahli sistematik Jerman, pencipta klasifikasi sistem filogenetik yang paling terkenal. Klasifikasinya diterbitkan pertama kali pada tahun 1892 dan dipakai sebagi petunjuk di Kebun Breslau. Kemajuan-kemajuan yang pesat nampak dalam bukunya “Die Naturlichen Pflanzenfamilien”, terbit dalam beberapa volume disertai dengan gambar dan mulai terbit dalam tahun 1895. Sistem ini terutama didasarkan pada sistem Eichler.
Berdasarkan
siphonogama)
dibagi
pada
sistem
dalam
ini
Spermatophyta
Gymnospermae
dan
(Embryophyta Angiospermae.
Angiospermae dibagi menjadi 2 klasis yaitu Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Dicotyledoneae masih dibagi lagi kedalam 2 subklasis : 1. Archichlamydae, perianthium salah satu tidak ada, jika ada sukar dibedakan menjadi sepala dan petala, petala jika ada bebas. 2. Metachlamydae atau Sympetalae, sepala dan petala ada, petala berlekatan Jadi Archichlamydae pada sistem ini merupakan penggabungan dari Monochlamydae dan Polypetalae pada sistem Bentham dan Hooker, sedangkan Metachlamydae sesuai dengan Gamopetalae dari sistem Bentham dan Hooker.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 110
Pembagian menurut Engler adalah sebagai berikut : Embryophyta siphonogama (Spermatophyta) Gymnospermae
Angiospermae
Monocotyledoneae (11 ordo)
Dicotyledoneae
Archichlamydae (30 ordo)
Metachlamydae (11 ordo)
Sistem BESSEY. Charles E. Bessey adalah ahli sistematik Amerika, memperkenalkan klasifikasinya yang merupakan modifikasi (perubahan) dari sistem Bentham dan Hooker. Disamping perubahan-perubahan tersebut, juga membetulkan kesalahan-kesalahan Betham dan Hooker yaitu dengan memisahkan Gymnospermae dan Angiospermae. Klasifikasinya mengenai Angiospermae dipublikasikan pada tahun 1915 dan ia mengemukakan sifatsifat morfologi merupakan indikator filogenetik. Sistem HALLIER. Klasifikasinya (1906) banyak persamaannya dengan sistem dari Bessey dan memberikan kritik pada sistem Engler. Sistem WETTSTEIN, publikasinya “Handbuch der Systematischen Botanik” terbit tahun 1924. Sistemnya banyak persamaannya dengan sistem Engler. Ia menyatakan Amentiferae lebih primitif daripada Ranalos. Dicotyledoneae diletakkan sebelum Monocotyledoneae. Liliaceae lebih primitif daripada Gramineae. CARL MEZ. Sistem klasifikasinya didasarkan pada serum analisis dari bunga dan sistemnya mirip sistem Bessey. Sistem HUTCHINSON, membuat klasifikasi filogenetik dari Angiospermae yang ditulis dalam buku “The Families of Flowering Plants”. Volume I tentang Dicotyledoneae,
terbit
dalam
tahun
1926.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Volume
II
tentang Page 111
Monocotyledoneae, terbit dalam tahun 1934. Dicotyledoneae lebih primitif daripada Monocotyledoneae.
PEMBAGIAN ALAM TUMBUHAN
Alam tumbuhan yang diperkirakan meliputi 300.000 species tumbuhan itu dalam klasifikasinya dibagi menjadi 5 divisio, yaitu : 1. Schizophyta atau tumbuhan belah, ± 35.000 species tumbuhan 2. Thallophyta atau tumbuhan talus, ± 60.000 species tumbuhan 3. Bryophyta atau tumbuhan lumut, ± 25.000 species tumbuhan 4. Ptoridophyta atau tumbuhan paku, ± 10.000 species tumbuhan 5. Spermatophyta atau tumbuhan biji, ± 170.000 species tumbuhan Kelima divisio ini masing-masing masih dibagi lagi dalam takson yang lebih rendah tingakatannya, yaitu klasis, ordo familia, genus dan species.
Soal-soal: 1. Mengapa perlu dipelajari sejarah klasifikasi pada tumbuhan? 2. Jelaskan pembagian klasifikasi yang sederhana menurut Aristoteles. 3. Jelaskan system binomial dari Carollus Linnaeus. 4. Jelaskan pembagian menurut Charles Darwin berdasar teori evolusinya. 5. Jelaskan pembagian klasifikasi menurut Engler.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text]
Page 112