OPTIMASI SUNGAI KRUENG KEUREUTO BAGI PENGEMBANGAN KOTA LHOKSUKON ACEH UTARA Rizal Syahyadi Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail
[email protected] ABSTRACT This study conducted to know about water optimization of Krueng Keureuto River for development of Lhoksukon city, North Aceh district. The method used in this study was comparing the discharge of water available in the river with water requirement for the community, irrigation and river maintenance. The Krueng Keureutoe river had 916.31 km2 catchment area and influenced by some creeks. The results showed that the peak discharge was 457.81 m3/sec or 39,554,352 m3/day. The average mainstay discharge was 2.79 m3/sec or 241,056 m3/day and the average discharge every month was 39,95 m3/dt atau 3.451.248 m3/hari. The amount of water requirement with growth rate 1.87 % was 3,837.16 m3/day and growth rate 2.4 % was 4,266.42 m3/day. The amount of discharge for technical irrigation was 852,510,08 m3/day, for irrigation development was 1,236,556.80 m3/day and the amount of river maintenance was 633.353.47 m3/day. There was residual discharge can be use to fish farming and development of technical irrigation system in around of Lhoksukon city. Keyword : Optimization, Krueng Keureuto River, Discharge
PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Krueng Keureuto membentang pada Kabupaten Aceh Tengah pada bagian hulu dan Kabupaten Aceh Utara pada bagian hilir. Luas total daerah aliran sungai (catcment area) adalah 916,31 km2, dengan panjang sungai 93,91 km. Sungai Krueng Keureuto menerima kontribusi debit dari Hulu Sungai Krueng Keureuto (DAS 351,03 km2), Sungai Krueng Pirak (DAS 88,85 km2), Sungai Krueng Ceuku (DAS 82,25 km2), Sungai Krueng Peuto (DAS 276 km2), Aluleuhop (DAS 81,23 km2) dan Alueganto (DAS 37,28 km2) (Dinas Kimpraswil 2001). Keadaan geometrik sungai ini terutama di bagian hilir merupakan daerah daratan rendah dengan gejala meandering (anyaman) aktif dan kapasitas tampungan yang relatife kecil dibandingkan dengan debit yang dialirkan. Selain itu juga banyak terdapat belokan sungai yang tajam dengan kemiringan yang relatife datar sehingga kemampuan mengalirkan debit menjadi kecil. Sepanjang Sungai Krueng Keureuto ini tidak ada penambangan besar-besaran terhadap material dasarnya, sehingga relatife tidak menganggu keseimbangan angkutan sedimennya. Lhoksukon merupakan salah satu daerah yang menerima konstribusi air secara langsung dari Sungai Krueng Keureuto ini, terutama untuk kebutuhan irigasi dan tambak. Areal Lhoksukon meliputi perkampungan; areal persawahan dan ladang di sebelah barat, utara dan timur dari Lhoksukon; hutan, rawa, semak belukar dan perkebunan tebu di sebelah selatan Lhoksukon dan sabagian keccil tambak masyarakat.
Pengelolaan debit Sungai Krueng Keureuto akan sangat bermanfaat bagi masyarakat jika direncanakan dengan cermat, terutama bagi perkembangan Kota Lhoksukon ke depan. Pengembangan Kota Lhoksukon menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Utara akan mengakibatkan betapa pentingnya Sungai Krueng Keureuto sebagai pemenuhan air bagi masyarakat, perkantoran, irigasi dan lain sebagainya. Berdasarkankan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian optimasi debit air Sungai Krueng Keureuto guna mengetahui kemampuan sungai tersebut dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitarnya baik untuk kebutuhan air bersih, pertanian, perikanan maupun pariwisata. Besarnya debit andalan Sungai Krueng Keureuto perlu diketahui untuk menganalisa kebutuhan air pada saat debit sungai rendah, sehingga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari pada saat musim kering. TINJAUAN PUSTAKA Debit Sungai Krueng Keureuto Debit sungai yang diperlukan berupa debit rata-rata, debit andalan sungai dan debit puncaknya. Menurut Standard Perencanaan Irigasi bagian Jaringan (KP-01, 1986), debit andalan adalah debit minimum sungai yang kemungkinan terpenuhinya 80 % (kemungkinan tidak terpenuhinya untuk debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20 %). Agar analisa menjadi tepat dan akurat maka catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka panjang, minimal 10 tahun. Jika data tersebut tidak terpenuhi maka metode hidrologi analitis dan empiris dapat digunakan. Penentuan besarnya debit andalan sungai digunakan Metode Mock. Persamaan DR. Mock yang digunakan adalah: Qs = Qtotal x DAS
………………………………………………………….
(1)
Keterangan: Qs = besarnya debit sungai rata-rata bulanan (m3/dt); Qtotal = besarnya limpasan keseluruhan (mm/bulan); DAS = Daerah Aliran Sungai (km2). Tidak dijumpainya pencatatan data debit sungai secara langsung pada Sungai Krueng Keureuto menyebabkan perlu dilakukan pengolahan data hidrologi dengan metode analitis dan empiris. Berdasarkan penelitian Benseh, dkk (1996), data curah hujan Lhoksukon sangat mempengaruhi debit Sungai Krueng Keureuto. Hal ini berarti pengolahan data curah hujan sebagai penentuan debit sungai yang terjadi hampir mendekati keadaan sebenar di lapangan. Debit sungai yang diolah berdasarkan data curah hujan tercatat perlu dilakukan uji kelayakannya, diantaranya menggunakan uji Smirnov-Kolmogorof (Soewarno, 1990).
Kebutuhan Air Bersih untuk Masyarakat Kebutuhan air bersih akan meningkat jika terjadi peningkatan jumlah penduduk. Sebagian masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih dengan menggali sumur-sumur tradisional.pengembangan Kota Lhoksukon menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Utara menyebabkan perlunya dilakukan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih yang dikelola secara professional, dalam hal ini PDAM. Sebagai sungai terdekat dengan Kota Lhoksukon, Sungai Krueng Keureuto merupakan sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Untuk menghitung jumlah penduduk di tahun mendatang digunakan rumus dengan pendekatan pada model matematis. Karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu maka model yang sesuai adalah “Model Matematis” dengan rumus sebagai berikut : Pn = Po ( 1 + r )n ……………………………………………………………………... (2) Keterangan: Pn = jumlah penduduk pada n tahun; Po = jumlah penduduk pada awal tahun; r = tingkat pertumbuhan penduduk; n = periode waktu dalam tahun, Penentuan laju pertumbuhan penduduk dapat diperhitungkan juga dengan persamaan secara eksponential. Pertumbuhan eksponensil (exponential growth), adalah pertumbuhan yang langsung terus menerus (continuous). Ukuran pertumbuhan penduduk secara eksponensil merupakan ukuran yang tepat. Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut: Pt = Po . e r t ………………………………………………………………………... (4) Keterangan Pt = jumlah penduduk pada tahun t; Po = jumlah penduduk pada tahun dasar; r = tingkat pertumbuhan penduduk; t = jangka waktu; e = angka eksponensil, besarnya 2,718282 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi baik teknis maupun non teknis sangat tergantung pada debit sungai yang tersedia. Kebutuhan air irigasi ini terpengaruh dari kebutuhan air bagi tanaman di persawahan. Umumnya kebutuhan air bagi tanaman padi lebih besar dari pada tanaman palawija, sehingga kebutuhan air palawija cukup dipenuhi dari debit sisa air irigasi di jaringan pada saat masa tidak dilakukan pengolahan lahan. Kebutuhan air irigasi diperhitungkan menurut Standar Perencanaan Irigasi (KP-01, 1986). Untuk perhitungan
evapotranspirasi digunakan metode Penman (Doorenbos, 1977). Kebutuhan air irigasi ditentukan dengan persamaan berikut ini DR =
……………………………………………………………. (4)
Keterangan: DR = kebutuhan air irigasi (ltr/dt.ha); NFR = kebutuhan air di sawah (ltr/dt.ha); e = efisiensi irigasi 65 % METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan dengan mengolah data-data primer maupun data sekunder yang diperoleh dan menganalisanya sesuai kebutuhan debit. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan diperoleh dari instansi terkait seperti PDAM Tirta Mon Pasee Aceh Utara, Kimpraswil (Dinas PU) Aceh Utara, Bappeda Aceh Utara dan juga dilengkapi dengan data-data laporan penelitian sebelumnya dan data lapangan di lokasi Sungai Krueng Keureuto. Ketidakadaan pencatatan data debit sungai hasil pengamatan selama 10 tahun, menyebabkan data curah hujan menjadi data utama yang harus diperhitungkan. Data curah hujan dan klimatologi diperoleh dari Stasiun Cuaca BMG Malikussaleh Aceh Utara. Hal ini karena tidak berfungsinya penakar curah hujan di sekitar Sungai Krueng Keureutoe dan ketiadaan pencatatan klimatologi di daerah tersebut. Data Curah hujan yan dikumpulkan meliputi tahun 1994-2003. Data kependudukan dan lahan pertanian irigasi diperoleh dari Bappeda Aceh Utara sedangkan data penunjang lainnya diperoleh dari laporan konsultan maupun data di lapangan lainnya. Pengolahan Data Data curah hujan yang diperoleh diolah menjadi data debit sungai rata-rata bulanan dengan menggunakan metode DR. Mock untuk menentukan besarnya debit andalan sungai. Debit andalan sungai ini diperlukan untuk melihat ketersedian air sungai pada saat debit minimum, yang biasanya terjadi pada saat musim kering. Data debit andalan sungai ini ditentukan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian data debit ratarata bulanan dengan menggunakan uji kelayakan Smirnov-Kolmogorof. Data evapotranspirasi diperhitungkan dengan menggunakan Metode Penman (Doorenbos, 1977) yang merupakan salah satu faktor penentu pada perhitungan kebutuhan air irigasi selain data curah hujan. Data klimatologi merupakan data utama dalam menunjang perhitungan evapotranspirasi. Setelah semua data ditentukan berdasarkan koefisien tanaman, maka ditentukan besarnya kebutuhan air sawah.
Pengaruh effisiensi irigasi dan air sawah ini menghasilkan kebutuhan air bagi irigasi per hektarnya. Pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan pendekatan Model Matematis dan Eksponensil. Hasil perhitungan terbesar diambil sebagai langkah menentukan besarnya debit yang diperlukan untuk pendistribusian air pada masyarakat. Analisa Hasil Kesemua data yang telah diolah, dilakukan perbandingan antara besarnya debit yang tersedia dengan jumlah penduduk untuk pengembangan ke masa yang akan datang. Perbandingan juga dilakukan dengan kebutuhan pengembangan lahan pertanian. Kesimpulan analisa berupa besarnya kamampuan debit yang dimiliki Sungai Krueng Keureuto dalam mengatasi kebutuhan masyarakat akan air bersih dan juga air irigasi untuk lahan irigasi teknis maupun irigasi non teknis. Tahapan/prosedur penelitian disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Tahapan Penelitian No 1
Kegiatan Pengumpulan Data
Keterangan Data Survey Lapangan, Data Curah Hujan (BMG), Data Jumlah Penduduk (BPS dan Bappeda), Lahan Pertanian (Bappeda), Kebutuhan Air Bersih (PDAM), Peta, Data Penyelidikan Tanah dan Data Pendukung (Dinas Sumber Daya Air/Kimpraswil)
2
Pengolahan Data
Metode DR. Mock, Metode Penman, Metode Zoor Ziljstra (KP-01), Model Matematis dan Eksponensil.
3
Analisa
Uji Kelayakan Data Debit dan perbandingan Debit yang dibutuhkan dengan Debit yang Tersedia.
4
Kesimpulan
Hasil Analisa dan Rekomendasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Debit Sungai Krueng Keureuto Debit andalan sungai ditentukan setelah dihitung debit rata-rata bulanan dari sungai tersebut, baru ditentukan kemungkinan terpenuhinya 80 %. Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan diperoleh debit rata-rata bulanan dan debit andalannya seperti diperlihatkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Debit Rata-rata Bulanan dan Debit Andalannya No
Thn
Jan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
0.71 0.63 1.25 0.90 1.28 27.27 0.55 14.40 0.60 21.58
Qandalan
0.60
Peb Mar Apr
Bulan (m3/dt) Mei Jun Jul Ags
Sep Oct
Nov
Des
23.99 8.75 0.48 0.97 0.76 1.26 0.59 0.55 0.73 0.67
6.74 0.19 0.33 1.44 0.31 0.98 3.13 0.91 0.05 0.17
13.71 0.85 1.15 1.08 0.11 0.88 0.47 0.23 15.81 2.07
0.92 1.19 0.31 3.73 0.92 3.94 0.79 22.89 43.17 0.68
1.18 0.94 38.54 1.25 0.99 0.39 0.05 0.58 0.41 1.31
0.43 1.07 4.96 0.48 1.19 0.60 1.34 1.70 23.93 35.54
0.67 19.36 9.16 0.44 21.84 1.36 0.53 0.58 1.33 0.74
0.58 0.95 1.01 0.96 0.61 59.31 0.35 0.43 13.79 0.91
38.27 12.55 33.32 31.42 6.51 32.67 21.90 8.99 19.77 7.07
44.44 30.52 33.66 38.92 34.34 48.74 26.54 21.35 24.31 7.09
0.85 38.49 1.06 1.15 48.25 22.72 79.84 15.27 15.41 48.25
0.55
0.17
0.23
0.68
0.39
0.48
0.53
0.43
7.07
21.35
1.06
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa debit andalan terkecil terjadi pada bulan Maret yaitu 0,17 m3/dt, sedangkan debit andalan terbesar terjadi pada bulan November yaitu 21,35 m3/dt. Debit andalan rata-ratanya adalah 2,79 m3/dt atau 241.056 m3/hari. Debit rata-rata bulanannya yang tersedia di Sungai Krueng Keureuto adalah 39,95 m 3/dt atau 3.451.248 m3/hari dan debit puncaknya adalah 457,81 m3/dt atau 39.554.352 m3/hari. Ini berarti debit Sungai Krueng Keureuto menerima sumbangan debit yang besar dari beberapa anak sungai terutama dari Sungai Krueng Peuto. Sungai Krueng Keureuto yang berfungsi sebagai sungai induk dari kesemua sungai kecil di dalam DASnya, menerima sumbangan debit yang besar dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-harinya. Kebutuhan Air Bersih Lhoksukon dengan Luas Area 243 km2 (24.300 ha) mempunyai jumlah penduduk 43.998 jiwa dengan kepadatan penduduk 181 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 – 2010 adalah 1,87 % serta rata-rata per keluarga berjumlah 4 orang (Data Sensus Penduduk BPS Aceh Utara, 2011). Berdasarkan data terlihat bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di Lhoksukon relatife kecil dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk nasional maupun propinsi yang mencapai angka di atas 2 %. Sesuai dengan target pelayanan air bersih yang digariskan oleh pemerintah, maka target pelayanan yang ingin dicapai adalah 80 % penduduk kota dengan tingkat pemakaian air seperti diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Air Bersih per Orang per Hari Kebutuhan per Kapita (liter/orang/hari) Kota Besar Utama >1.000.000 120 Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100 Kota Sedang 100.000 – 500.000 90 Kota Kecil 20.000 – 100.000 60 Kota Kecamatan I 3.000 – 20.000 45 Kota Kecamatan II <3.000 30 Sumber: Dirjen Cipta Karya, Direktorat Perumahan dan Pemukiman Klasifikasi Kota
Penduduk (jiwa)
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka pemakaian air rata-rata untuk Kota Lhoksukon sebesar 60 liter/orang/hari. Jumlah air yang dibutuhkan untuk Kota Lhoksukon berdasarkan data penduduk BPS Tahun 2011 adalah 2.639.880 liter/hari atau 2.639,880 m3/hari. Adapun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,87 %, maka pertumbuhan untuk 20 tahun ke depan meningkat menjadi 63.953 jiwa dengan kebutuhan air bersihnya adalah 3.837.163 liter/hari atau 3.837,163 m3/hari. Rencana pengembangan Kota Lhoksukon yang telah menjadi ibu kota kabupaten, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Terutama karena masuknya pendatang ke kota tersebut. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut maka perlu adanya perencanaan yang matang dan akurat dalam hal perkiraan jumlah penduduk nantinya. Sehingga penyediaan kebutuhan air bersih dapat terpenuhi secara optimal. Jika laju pertumbuhan penduduknya dianggap 2,4 %, maka jumlah penduduk menjadi 71.104 jiwa sehingga kebutuhan air bersihnya menjadi 4.266.242 liter/hari atau 4.266,242 m3/hari. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi sangat tergantung pada besarnya kebutuhan air di tingkat persawahan serta areal yang akan diairi. Penggunaan lahan di Lhoksukon terdiri dari sawah seluas 3.145 ha dan bukan sawah seluas 21.155 ha. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air di persawahan diperoleh besarnya 1,789 liter/dt/ha. Kebutuhan air untuk sawah tersebut adalah tersebut adalah 5626.41 liter/dt atau 486.121,39 m3/hari. Luas areal irigasi dengan sumber airnya berasal dari Sungai Krueng Keureuto dan anak sungainya adalah 5.515,83 ha (termasuk lahan di Lhoksukon), dengan kebutuhan debitnya adalah 9.867,02 liter/dt atau 852.510,08 m3/hari. Kemungkinan lahan yang dapat dikembangkan dalam jangka waktu 10 – 20 tahun ke depan sangat tergantung pada debit sungai dan luas areal yang akan diairi. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), merencanakan hingga tahun 2020 lahan yang akan dan dapat dikembangkan untuk irigasi teknis dengan sumber airnya berasal dari Sungai Krueng Keureuto dan anak sungainya adalah 8.000 ha (termasuk lahan di Lhoksukon). Bila lahan persawahan yang akan dilayani nantinya seluas 8.000 ha maka akan membutuhkan debit sebesar 14.312 liter/dt atau 1.236.556,80 m3/hari
Debit Pemeliharaan Sungai Debit minimum yang mengalir harus tetap dijaga untuk menghindari kerusakan alur sungai yang serius. Debit perawatan sungai inidipergunakan untuk menjaga fungsi dari sungai yang bersangkutan seperti (a) fungsi navigasi, (b) habitat ikan, (c) menjaga alur sungai, (d) melakukan pencucian garam, (e) menghindari penutupan mulut sungai, (f) perbaikan bangunan sungai, (g) menjaga permukaan air tanah, (h) menjaga lingkungan hidup flora dan fauna dan (i) menjaga kualitas air sungai. Besar debit pemeliharaan sungai biasanya ditentukan setelah selesai dilakukan normalisasi pada suatu sungai. Ketentuan yang sudah biasa di lapangan dapat juga dipergunakan. Untuk pemeliharaan Sungai Krueng Keureuto ini diambil sebesar 0,008 m2dt/km2. Besar debit yang dibutuhkan untuk pemeliharaan sungai adalah 7,330 m 3/dt atau 633.353,47 m3/hari. Besar debitnya diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Debit Pemeliharan Sungai No. 1 2 3 4 5 6
Sungai Hulu Krueng Keureuto Krueng Pirak Krueng Ceuku Alulehop Krueng Peuto Aluganto Jumlah
Luas Catchment Area (km2) 351,02 88,85 82,25 81,23 276,00 37,28 916,31
Debit Pemeliharaan (m3/dt) 2,808 0,711 0,658 0,647 2,208 0,298 7,330
Analisa Ketersedian air tidak akan bertahan lama bahkan makin berkurang jika seandainya air tanah dieksploitasi secara berlebihan. Hal ini dikarenakan air tanah merupakan salah satu sumber air yang akan mengisi air sungai. Oleh karena itu sangat diharapkan air tanah tidak dipakai untuk mengisi kekurangan debit air untuk kebutuhan masyarakat baik domestik maupun tidak domestik, kecuali untuk pemakaian rumah tangga. Alternatif untuk itu adalah penggunaan debit sungai selama sungai tersebut masih mampu memberikan air bagi kebutuhan masyarakat baik irigasi, air bersih maupun tambak. Berdasarkan hasil perhitungan debit, maka diperoleh hasil ketersediaan debit Sungai Krueng Keureuto sebagai berikut: -
Debit andalan sungai (rerata) = 241.056 m3/hari; Debit rata-rata bulanan = 3.451.248 m3/hari; Debit puncak (maksimum/banjir) = 39.554.352 m3/hari.
Kebutuhan air untuk masyarakat Kota Lhoksukon adalah sebagai berikut: a. Tahun 2010 - Debit untuk Air Bersih - Debit untuk Irigasi - Debit untuk Pemeliharaan Sungai Jumlah Kebutuhan Debit
= 2.639,88 m3/hari; = 852.510,08 m3/hari; = 633.353,47 m3/hari. = 1.488.503,43 m3/hari.
b. Tahun 2011 - 2030 (20 tahun) - Debit untuk Air Bersih - Debit untuk Irigasi - Debit untuk Pemeliharaan Sungai Jumlah Kebutuhan Debit
= 4.266,24 m3/hari; = 1.236.556,80 m3/hari; = 633.353,47 m3/hari. = 1.874.176,51 m3/hari.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa, maka masih terdapat sisa debit yang tersedia di Sungai Krueng Keureuto yakni dengan membandingkan jumlah kebutuhan debit dengan perhitungan debit rata-rata bulanan yaitu sebesar 3.451.248 m3/hari. Lebihan debit ini masih dapat dipakai untuk pembudidayaaan ikan dan penambahan areal persawahan. Menurut data dari Bappeda Aceh Utara, pembudidayaan ikan di wilayah Lhoksukon masih secara tradisional dan hanya seluas 300 ha. Khusus untuk penambahan dan pengembangan irigasi sebaiknya tetap dilakukan dengan memperhitungka aspek perubahan iklim dan lingkungan, terutama evaluasi terhadap debit rata-rata bulanannya dan ekosisten serta kemampuan dari daerah aliran sungai (catchment area) di wilayah Krueng Keureuto. Penurunan debit sungai selain disebabkan efek pemanasan global, penebangan liar dan perambahan hutan di sekitar daerah aliran sungai, juga terjadi akibat peningkatan laju pertambahan penduduk di wilayah Kota Lhoksukon akibat perubahan kota tersebut yang menjadi ibu kota kabupaten. Berdasarkan keadaan kemiringan sungai di daerah hulu yang merupakan daerah terjal dan mempunyai debit banjir yang besar, maka dapat dikembangkan untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Menyangkut mengenai PLTA masih diperlukan penyelidikan khusus untuk itu. KESIMPULAN Berikut akan diuraikan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari peneliatn studi Optimasi Sungai Krueng Keureuto Bagi Pengembangan Kota Lhoksukon Aceh Utara. 1. Ketersedian debit Sungai Krueng Keureuto cukup untuk melayani pertumbuhan penduduk dengan laju pertumbuhan sampai 2,4 % untuk pengembangan hingga 20 tahun ke depan. 2. Ketersedian air untuk irigasi dan pemeliharaan sungai dapat terpenuhi, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang sampai 8.000 ha. Direkomendasikan pengembangan lebih dari 8.000 ha namun dengan menghitung dan mengevaluasi debit rata-rata bulanannya serta memperhatikan perubahan iklim global dan daerah aliran sungainya (catchment area). 3. Ketersedian air masih dapat dipakai untuk pemanfaatan pembudidayaan ikan (tambak) tradisonal, sehingga dapat menambah pendapatan dan perekonomian masyarakat dan daerah.
4.
Penggunaan air tanah untuk kebutuhan selain rumah tangga tidak direkomendasikan karena masih tersedianya debit Sungai Krueng Keureuto dan akan berakibat menurunya permukaan air sungai.
DAFTAR PUSTAKA Anonimius, 1998, Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XV, Himpunan Ahli Teknik Hidroulik Indonesia di Bandung. Anonimius, 1999, Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVI, Himpunan Ahli Teknik Hidroulik Indonesia di Bengkulu Anonimius, 2011, Aceh Utara Daalam Angka, Kerja Sama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Utara. Chow, V., T., 1989, Hidrolika Saluran Terbuka (Terjemahan Nensi Rosalina), Erlangga, Jakarta. Doorenbos, J., 1977, Crop Water Requirement, W.O. Pruit, California, USA. Kodoatie, R dan Sugiayanto, 2002, Banjir (Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan), Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Linsley, R., K., 1989, Hidrologi Untuk Insinyur (Terjemahan Yandi Hermawan), Erlangga, Jakarta. Mediatama Indokonsult, PT,. 2004, Laporan Hasil Survey dan Investigasi Krueng Keureuto Kabupaten Aceh Utara, Bekerjasama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Sumber Daya Air Aceh Utara. Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Sungai (Hidrometri). Nova, Bandung. Loebis, Y., 1987, Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
.