OPTIMASI PERSEDIAAN SPAREPART PADA PT XYZ MENGGUNAKAN TEKNIK SPARE PART QUANTITY DETERMINATION Jonny Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRACT PT XYZ, an Indonesian public company, is one of cement producers in Indonesia. In order to produce good quality of cements, it designed manufacturing processes with good quality of facilities. One of its processes is burning process using rotary kiln with temperature up to 1,450 °C that may cause deterioration due to thermal expansion. Therefore, it should be coated by fire bricks as its spare parts. In general, a fire brick is built to withstand high temperature with low thermal conductivity. It also has such a limited useful life so that having excessive stocks may elevate costs, while running out of stock may cause the production to stop running. In order to keep the production running well, the company intuitively placed orders with additional 37.5% to its requirements. However, this technique has caused excessive stock levels and financial burdens. Therefore, the company has initiated an improvement initiative to optimize its stock. After conducting in-depth observation and comprehensive research, the company found that by using Spare Part Quantity Determination, it can reduce its inventory cost by 28.05% from previously inventory cost up to IDR 3.058 million to IDR 2.2 million per year. Keywords: rotary kiln, fire bricks, excessive stock, ordering cost, Spare Part Quantity Determination (SPQD)
ABSTRAK PT XYZ adalah salah satu perusahaan milik negara yang bergerak di bidang semen di Indonesia. Untuk dapat memproduksi kualitas semen yang baik, perusahaan telah merancang proses manufaktur dengan fasilitas pabrik yang bermutu. Salah satu dari prosesnya adalah proses pembakaran yang menggunakan rotary klin dengan temperature lebih dari 1450°C yang dapat menyebabkan kerusakan karena terjadinya pemuaian. Untuk itu, fasilitas ini harus dilapisi dengan batu bata sebagai sparepartnya. Secara umum, batu bata dimaksudkan untuk menghambat pemuaian dengan konduktivitas panasnya yang rendah. Namun demikian, umur pakainya juga terbatas sehingga penyediaan stok yang banyak akan meningkatkan biaya sementara kehabisan stok akan membuat produksi terancam dihentikan. Untuk itu, perusahaan telah menetapkan perhitungan pemesanan dengan menambahkan 37,5% dari kebutuhannya. Namun demikian, teknik ini telah menyebabkan kelebihan stok dan beban finansial bagi perusahaan. Mengingat hal itu, perusahaan telah berinisiatif melakukan inisiatif perbaikan untuk mengoptimalkan stoknya. Setelah melakukan pengamatan dan penelitian yang menyeluruh, perusahaan menemukan bahwa dengan menggunakan teknik Sparepart Quantity Determination, perusahaan dapat menurunkan biaya persediaannya menjadi 28,05% dari sebelumnya Rp 3,058 juta menjadi Rp 2,2 juta per tahunnya. Kata kunci: rotary kiln, fire bricks, excessive stock, ordering cost, Spare Part Quantity Determination (SPQD)
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
1
PENDAHULUAN Sebagai salah satu produsen di Indonesia, PT XYZ memiliki beberapa pabrik yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Di pabrik ini, perusahaan menghasilkan beberapa produk semen seperti: (a) Ordinary Portland Cement (OPC) yang juga dikenal sebagai semen abu-abu yang terdiri atas lima tipe standar semen. PT XYZ menghasilan OPC tipe I, II dan V. OPC tipe I cocok untuk berbagai penggunaan seperti pembangunan rumah, bangunan pencakar langit, jembatan dan jalan. OPC tipe II dan V menghasilkan proteksi tambahan terhadap asam dari air dan tanah. (b) Portland Composite Cement (PCC) dirancang untuk penggunaan umum dari pembangunan seperti rumah, bangunan pencakar langit, jembatan dan jalanan. Ia memiliki kekuatan dengan Portland Cement Type I. (c) Oil Well Cement (OWC) adalah tipe khusus yang digunakan untuk pemboran minyak dan gas alam baik di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur dalam slurry dan diinjeksi antara pipa bor dan casing sumur minyak yang dapat disetel dan dikeraskan sehingga dapat mengikat pipa pada casing. (d) White cement digunakan untuk dekorasi bangunan eksterior dan interior. PT XYZ memiliki kapasitas produksi yang memadai untuk memenuhi total permintaan semen putih domestik. (e) White Mortar TR30 sangat cocok untuk skim coating dan tile grouting. Ia terbuat dari White Cement, Lime (Calcium Carbonate) dan material aditif khusus lainnya. Beberapa keuntungan penggunaan White Mortar TR30 adalah skim coating yang lebih lembut, mengurangi pecah dan pengelupasan karena berkarakter plastik dengan daya rekat kuat, pengunaan cepat dan mudah, ekonomis karena skim coat yang lebih tipis dan kemampuannya untuk digunakan pada permukaan konkret dengan penambahan perekat putih. Untuk dapat menghasilkan jenis semen bermutu tinggi, perusahaan telah merancang proses pabrikasi di mana bahan mentah dikeringkan dan dipilah sebelum dipindahkan ke rotary klin untuk dibakar. Hasilnya dikenal sebagai clinker yang dicampur dengan gypsum pada cement grinding mill untuk membuat OPC atau dicampur dengan aditif lainnya untuk membuat tipe semen lainnya. Secara rata-rata sekitar 960 kg clinker digunakan untuk menghasilkan 1 ton OPC. Detil proses yang dimaksud secara terperinci adalah pertama, Quarrying; dalam proses ini, bahan mentah utama yang digunakan untuk menghasilkan produk semen adalah limestone, silica sand, clay, iron sand dan gypsum. Limestone, clay dan silica didapatkan dengan drilling dan blasting untuk kemudian dibawa ke crushing plant yang bertempat dekat daerah tambang. Crushed limestone, clay dan silica snad kemudian dikirim dengan sistem ban berjalan atau truk. Dalam sistem wet-process, bahan mental ditempatkan dalam keadaan basah dan dikirim ke klin dalam bentuk slurry dengan konsumsi panas yang tinggi. Dalam sistem dry-process, bahan mentah ditempatkan dalam keadaan kering dan dikirimkan ke klin dalam bentuk bubuk. Dengan keuntungan ini, dry-process klin telah digunakan oleh produser semen modern. PT XYZ menggunakan dry-process klin yang menggunakan panas rendah dan lebih efisien dari wet-process klin. Kedua, Drying and Raw Grinding; dalam proses ini bahan mentah dikeringkan dengan rotary dryer menggunakan pemasaran dari klin dimana kelembabannya dikurangi untuk meningkatkan pengendalian kualitas dan penangangannya. Bahan yang telah dikeringkan kemudian dimasukkan ke raw grinding mills untuk menghasilkan raw meal. Selama proses grinding, sampel diuji setengah jam sekali melalui X-ray analyzer untuk memastikan konsistensi kualitas raw meal. Raw meal yang dicampur selanjutkan dikirimkan ke storage silo. Ketiga, Klin Burning and Cooling; dalam proses ini bahan mentah yang sudah dicampur dikirim melalui pneumatic conveyors ke suspension pre-heaters dari klin dimana akan dipanaskan untuk mencapai titik pengapuran (oksidasi dari calcium carbonate) sebelum bahan metah masuk ke dalam rotary klin. Dalam rotary klin ini, bahan mentah yang telah dipanaskan mengalami pengapuran secara menyeluruh melalui pemanasan sampai 1.450 °C dari clinker. Clinker yang panas dari rotary
2
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 1-14
klin ini kemudian dilepaskan dan dimasukkan ke dalam cooler untuk dipadamkan dengan udara segar dari kipas berkapasita tinggi. Udara yang melalui lapisan clinker kemudian dipanaskan dan digunakan sebagai pembakaran dalam klin. Clincker yang telah telah didinginkan kemudian dikirim ke clinker silo. Keempat, Finish Grinding; dari clinker silo, clinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gypsum dan dimasukkan ke dalam grinding mill untuk menghasilkan semen dan dimasukkan dalam cement silo. Kelima, Packing, semen yang dikirim dari storage silo ke pabrik pengemasan yang dilakukan dengan rotary packing machine. Kemasan yang telah diisi secara otomatis ditimbang, disegel dan dimuat dalam truk melalui conveyor belt. Total kapasitas pengepakan yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 5.000 ton per jam. Tumpukan semen ini dimuat dalam tangki truk untuk dikirimkan ke portable silo yang ada di lapangan konstruksi milik pelanggan atau dikirim melalui truk ke fasilitas pelabuhan yang dimiliki oleh PT XYZ. Salah satu proses manufaktur yaitu klin burning and cooling yang dijalankan dengan menggunakan rotary klin (gambar 1) ditujukan untuk mengubah raw meal menjadi clincker dengan pemasaran diatas 1,450°C. Pada suhu yang tinggi ini, rotary klin beresiko rusak karena adanya pemuaian. Untuk itu, dalam rangka pencegahanya, maka berbagai jenis fire bricks (gambar 2) diperlukan untuk melapisi sarana ini.
Gambar 1 Rotary Klin
Gambar 2 Fire bricks
firebricks digunakan karena sparepart ini tahan terhadap temperatur tinggi dengan konduktivitas termal yang rendah. Namun demikian, sparepart ini juga memiliki kerugian terkait dengan umur pakainya. Ketika umur pakainya terlampaui, maka sparepart ini akan retak dan harus diganti. Mengingat sparepart ini sangat penting, perusahaan telah mengambil kebijakan untuk tidak
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
3
mengoperasikan rotary klin tanpa dilapisi fire brick yang bagus. Fire brick ini merupakan bagian dari sparepart yang perlu dirawat secara periodik oleh departemen produksi. Sebelum inisiatif perbaikan diambil, perusahaan secara intuitif memesan sparetpart ini secara periodik dengan menambahkan 37,5% pada kebutuhan aktual untuk mengantisipasi kebutuhan tak terduga di masa depan. Namun demikian, teknik ini telah menyebabkan masalah keuangan bagi perusahaan karena tertumpuknya persediaan yang sebagiannya retak. Tentu saja hal ini pada gilirannya akan membebani perusahaan secara finansial karena persediaan yang rusak harus digantikan dengan tambahan pesanan. Setelah mengamati permasalahan ini, perusahaan memutuskan untuk mengambil inisiatif perbaikan untuk menemukan cara untuk menurunkan persediaannya sehingga dapat menghindari beban finansial yang tidak perlu. Pada saat inisitif diambil, perusahaan menyadari ada masalah dengan manajemen persediaan sparepart yang ditangani berdasarkan intuisi. Oleh karena itu, perusahaan menghadapi beberapa masalah penelitian sebagai berikut: (a) Berapa tingkat persediaan optimum dari fire brick yang harus dipelihara secara periodik? (b) Berapa jumlah pesanan ekonomis dari fire brick yang harus dipesan? (c) Berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk memelihara tingkat persediaan optimum dari fire brick? Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: (a) Untuk menentukan tingkat persediaan fire brick yang paling optimum agar produksi tidak terganggu akibat kerusakan mesin yang dipicu ketiadaan sparepart. (b) Untuk menentukan jumlah pesanan ekonomis dari sparepart fire brick agar tidak membebani kondisi cash flow perusahaan. (c) Untuk menghitung total biaya persediaan untuk memelihara jumlah persediaan optimum dari sparepart berupa fire brick agar perusahaan dapat tetap mempertahankan profitabilitasnya.
METODE Identifikasi Masalah Penelitian ini diawali dengan melakukan pengamatan yang dilakukan di pabrik yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat untuk menemukan masalah yang dihadapi oleh perusahaan (Cooper, 2010). Selama pengamatan dilakukan, ditemukan ada beberapa tumpukan fire bricks di gudang sparepart perusahan di mana beberapa dari sparepart ini telah melampaui umur pakai sehingga dilakukan penghancuran secara regular oleh pihak departemen produksi. Selanjutnya in-depth interview dan diskusi dengan key person yang ada di perusahaan pun dilakukan dan disadari bahwa persediaan fire bricks tidak dapat dikelola secara intuitif karena telah menyebabkan kerugian perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan menyadari bahwa pola pemesanan ini harus diganti caranya dengan menggunakan teknik Spare Part Quantity Determination (SPQD) sebagai alternatif terhadap pemesanan secara intuitif yang selama ini telah digunakan. Secara umum, teknik ini merupakan fungsi probabilitas ketersediaan sparepart saat digunakan, reliabilitas dari sparepart dan jumlah sparepart yang digunakan dalam sistem tersebut (Blancard, 2004). Teknik ini hanya dapat digunakan apabila probabilitas history pergantian sparepart mengikuti distribusi Poisson. Untuk itu, uji goodness of fit perlu dilakukan untuk menentukan apakah pola pergantian sparepart tersebut mengikuti distribusi Poisson atau tidak. Tes ini dapat dilakukan secara manual ataupun menggunakan software statistik. Jika hasilnya mengikuti distribusi Poisson maka teknik SQPD dapat digunakan. Jika tidak maka teknik lain harus dipertimbangkan untuk dipergunakan.
4
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 1-14
Seperti yang telah diulas sebelumnya, tipe fire brick yang digunakan sangat beragam untk dilapisi dalam rotary klin. Oleh karena itu untuk mempersempit fokus penelitian ini, diagram Pareto ini digunakan untuk menentukan prioritas tipe yang dapat diteliti sebagai pilot project. Jika hasilnya baik, maka teknik ini dapat digunakan untuk tipe fire brick yang lain apabila tidak maka teknik lain harus dipertimbangkan. Penetapan Objektif dan Pengumpulan Data Setelah masalah diidentifikasi, perusahaan menetapkan objektif berdasarkan teknik SPQD. Adapun objektif yang ditetapkan antara lain penetapan tingkat persediaan optimal dari fire brick, jumlah pesanan ekonomis dari fire brick dan total biaya persediaan untuk mempertahankan tingkat persediaan dari fire brick yang dimaksud. Berdasarkan objektifnya perusahaan mengumpulkan beberapa data berupa jumlah dan pola pergantian fire brick dari rotary klin berdasarkan histori pergantian sparepart, biaya persediaan pemeliharaan dan pemesanan fire brick. Selanjutnya setelah inisitif perbaikan dijalankan, data yang sama juga dikumpulkan kembali untuk evaluasi apakah perbaikan sudah terjadi atau belum. Pengolahan Data, Analisa Data dan Simpulan Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, pola data penggantian fire brick dites menggunakan pengujian goodness of fit untuk menentukan apakah mengikuti distribusi Poisson atau tidak (Azizah, 2013). Jika mengikuti distribusi Poisson, maka teknik SPQD cocok untuk digunakan dalam perusahaan. Kedua, penghitungan tingkat persediaan optimum fire brick dilakukan berdasarkan teknik SPQD. Ketiga, perhitungan jumlah pesanan ekonomis, perhitungan total biaya persediaan untuk memelihara tingkat persediaan fire bricks optimum. Pada tahap analisis data, perusahaan mengevaluasi bagaimana perbaikan telah dilakukan dengan mengitung total biaya persediaan sebelum dan sesudah inisiatif terimplementasikan. Setelah dilakukan analisa, perusahaan mengevaluasi hasil untuk mengevaluasi bagaimana perbaikan dilakukan. Jika perbaikan terbukti memberikan hasil yang baik maka perusahaan dapat menerapkan teknik ini untuk tipe fire bricks yang lain. Jika tidak maka perlu ditinjau ulang teknik lain untuk ditemukan teknik yang sesuai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rotary klin yang digambarkan dalam gambar 1 memiliki panjang 76 meter di mana setiap meternya dilapisi lima lapisan fire bricks yang berbeda seperti yang digambarkan dalam gambar 3 berikut.
Gambar 3 Lima lapisan fire bricks yang berbeda
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
5
D gambarr diatas dapatt didetailkan lebih jauh dengan Dari d tabel berikut: Tabel 1 Rincian Lim ma lapisan firee bricks yang berbeda b
D tabel 1,, ditujukan bahwa Dari b untuk memelihara sarana ini, ada a beberapaa tipe fire briicks yang digunakaan seperti (A A) Kronex 85, 8 (B) RC11, (C) ZC, (D) RC2 andd (E) Resistaal 50 Z untu uk setiap lapisannnya. Dalam setiap s meternnya, ada lim ma ring dari fire f bricks yaang dibutuhkkan. Oleh kaarena itu, setiap laapisan yang berbeda b butuuh jumlah ring yang berrbeda berdasarkan panjanngnya. Tabell ini juga menunjuukkan bahwaa setiap tipee fire bricks membutuhk kan masing-m masing 2, 440, 66, 110 and 155. Lebih laanjut, setiap ring r fire bricck ada empatt subtype yan ng dibutuhkaan berdasarkkan ukuranny ya seperti 90 pcs suubtype ISO 622, 6 45 pcs subtipe s ISO 322, 2 pcs su ub tipe P221, and 2 pcs ssubtype P222 2 di mana setiap suubtype memilliki ukuran berbeda b seperrti yang digaambarkan padda gambar ddan tabel berrikut:
Gambaar 4 Ukuran firre bricks
Pengertian atas setiapp denotasi daari gambar diatas d dapat dirinci d dalam m tabel berikuut. Tabel 2 Dimeensi setiap sub btipe firebricks
6
INASSEA, Vol. 15 N No.1, April 20 014: 1-14
Tabel diatas menunjukkan bahwa subtype ISO 322 memiliki dimensi 220 mm (H= height), 198 mm (L= length), 103 mm (a= outer-width) and 80 mm (b= inner-width). Selama pengamatan, data pergantian fire brick dikumpulkan dan diprioritaskan berdasarkan prinsip Pareto untuk mempersempit fokus penelitian dengan sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 3. Tabel 3 History penggantian
Dari tabel 3, diagram Pareto dapat digambarkan dengan menggunakan data dari tabel diatas seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 5 Pareto data penggantian
Gambar 5 menunjukkan tipe ZC fire brick yang paling sering diganti dibandingkan dengan yang lain. Oleh karenanya inisitif ini dipersempit pada tipe ZC. Karena rotary ini bekerja selam 24 jam setiap harinya dimana setiap fire brick memiliki kekuatan yang berbeda maka rencana penggantian dibuat berdasarkan umur pakai dalam jam kerja seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4 Jumlah jam kerja setiap meter dari rotary klin
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
7
Dari tabel 4, inisitif ini lebih dipersempit menjadi 10,000 jam kerja. Oleh karenanya, dari panjang 9,8 m ke 13 m (panjang 3,2 m), tipe fire brick ZC memiliki umur pakai 10,000 jam kerja. Hal ini menunjukkan bahwa sekali rotary klin telah bekerja 10,000 jam maka fire brick harus diganti tanpa melihat apakah fire brick tersebut retak atau tidak dalam rangka pemeliharaan fasilitas. Uji Goodness of Fit (Walpole, 2011) Selama periode pengamatan, catatan penggantian fire brick dikumpulkan dalam tabel 5 untuk dievaluasi dan diuji menggunakan goodness of fit. Tes ini digunakan untuk menguji apakah pola data penggantian firebrick sesuai distribusi Poisson atau tidak. Tabel 5 Type ZC replacement data of 2011
Data pada tabel 5 diuji untuk melihat apakah datanya sesuai distribusi Poisson or tidak secara manual menggunakan Microsoft Excel sebagai berikut: Hipotesa Null: H0: Data sesuai distribusi Poisson H1: Data tidak sesuai distribusi Poisson Tingkat ketelitian: α = 0.05 Uji statistic : χ2 calculated > 14.07, df= 7 Perhitungan: Table 6 perhitungan χ2
Nilai kritis : χ2hitung = 4.13 Keputusan: χ2 hitung (4.13) < 14.07, gagal menolak H0 and disimpulkan data sesuai distribusi Poisson sehingga teknik SPQD cocok untuk diterapkan dalam perusahaan.
8
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 1-14
Perhitungan Kebutuhan Tipe ZC Setelah dikonfirmasi bahwa penggantian tipe ZC sesuai distribusi Poisson, kemudian diproses dengan perhitungan kebutuhan berdasarkan teknik SPQD untuk panjang ke 9.8 m ke 13 m (atau panjang 3.2 m dari rotary klin) dimana rincian hasilnya sebagai berikut: Tabel 7 Perhitungan kebutuhan tipe ZC
Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah tipe ZC yang dibutuhkan untuk pergantian adalah 2,224 pcs. Perhitungan Probabilitas Pergantian Tipe ZC Berdasarkan umur pakai, tipe ZC harus diganti setelah 10,000 jam kerja. Oleh karena itu, rotary kiln dioperasionalkan dalam setahun (8,640 jam) kemudian probabilitas pergantiannya dihitung sebagai berikut (Blancard, 2004): Tingkat kegagalan (λ): λ
N T
F O
H
,
0.0001
(1)
Berdasarkan rumus diatas, tingkat kegagalan tipe ZC adalah 0.0001 Value of ( λt ): λt
0.0001
8640
1
0.864
(2)
With: n = number of system, λ= failure rate, t = operating hours Berdasarkan rumus di atas, jumlah kegagalan sistem dalam 1 tahun operasional adalah 0.864 Jumlah sistem gagal yang diperbolehkan (r): r = 1 failure Dari data diatas, dapat diperkirakan bahwa probabilitas bahwa tipe AC retak dengan menggunakan Poisson cumulative probabilities seperti yang ditunjukkan di gambar berikut. Probabilitas ini kemudian digunakan untuk estimasi jumlah spare part menggunakan teknik SPQD.
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
9
Gambar 6 Poisson cumulative c pro obabilities witth r =1.
D Dari perhituungan diataas, probabiliitas perganttiannya adallah 0.80 daan digunakaan untuk perhitunngan berikut berdasarkan b teknik SPQD D. ngan Sparep part Quantiity Tipe ZC Perhitun Setelah informasi yang probabilitas diperoleh, langkah l berikkutnya adalaah menghitu ung spare C. Pertama, ditentukan d juumlah dari prroduk berdassarkan K, λ, ddan T sebagaai berikut: part quaantity tipe ZC Tabel 8 Pennentuan K, λ, dan d T dimana K = number of o spare part, λ = failure raate and T = op perating hourss
Tabel 8 mennunjukkan juumlah produkk berdasarkaan K, λ, and T adalah 1,9922 pcs. Karrena nilai T maksimuum dari KλT T adalah 100,, maka jumlaah ini dibagi 100 untuk mendapatkan m n 19.22 indexx number. Setelah diperoleh d jum mlah KλT yaitu y 19.22 maka m langkah h berikutnyaa adalah menncocokkanny ya dengan probabilitas 0.80 deengan mengggunakan graafik kebutuh han suku caddang nomoggraph sebagaai berikut (Blancarrd, 2004):
Gaambar 7 Spareepart requirem ment nomograaph w KλT =199.22 and P=0.8 resulting 222. with
10
INASSEA, Vol. 15 N No.1, April 20 014: 1-14
G Gambar 7 menunjukkan m kebutuhan spare sp part ad dalah 22 indeex number. K Karena nilai ini i adalah nilai inddeks maka perlu p digantii kembali dengan d meng galikan 100 untuk dapaatkan nilai 2,200. 2 Ini merupakkan jumlah kebutuhan k spparepart tipe ZC adalah 2,200. 2 Karenna ada subtyppe dari fire bricks b ini maka peerlu didetailkkan kembali menjadi: m Tabel 9 Kebutuhan sp parepart
T Table 9 mennunjukkan keebutuhan spaare part darii subtype ISO O 322, ISO 622, P221, dan d P222 masing-m masing adalaah 1,424 pcs, 712, 32, daan 32. ngan Safetyy Stock tipe ZC Z Perhitun D Dengan caraa yang sam ma dengan bagian b sebelu umnya, jum mlah safety sstock tipe ZC Z untuk antisipassi probabilitaas kehabisann dua bulan persediaan p (60 ( hari sesuuai pengalam man) dihitung g sebagai berikut (Blancard, ( 20004): Tabel 10 Nilai K, λ, and T (untuk antisippasi lead time pemesanan 2 bulan atau 14440 jam kerjaa)
T Tabel 10 menunjukkan m produk darri KλT adalaah 320 pcs. Nilai ini ddibagi 10 seebagai 32 indexed number dann dicocokan dengan d probabilitas 0.80 0 menggunakkan grafik sppare part req quirement nomograaph sesuai gaambar berikuut (Blancard, 2004):
Gaambar 8 Spareepart requirem ment nomograaph denngan KλT =322 dan P=0.80 menghasilkan m n 36.
Optimassi Persediaan n Sparepart … (Jonny)
11
D tabel diiatas, jumlahh safety stockk adalah 360 units. Karenna terdapat ssubtype dari fire Dari f brick ini makaa perlu didetaailkan menjaadi tabel berikkut: T Table 11 Kebuutuhan sparep part safety stocck
T Tabel 11 meenunjukkan kebutuhan sparepart sp un ntuk safety sttock dari maasing-masing g subtype ISO 322, ISO 622, P221, P and P2222 are 233 pcs, 117, 5, an nd 5. Perhitun ngan Tingkaat Stok Optimum Tipe ZC Gambar berikut mennunjukkan haasil perhitunggan:
Gambar 9 tingkat perssediaan optim mum fire bricks ks tipe ZC
Gambar 9 diiatas menunjjukkan tingkkat persediaan G n optimum tipe t ZC fire bbrick sebany yak 2.560 pcs (22000 pcs dibutuuhkan + 360 pcs untuk saafety stock) dengan d reordder point padda 854 pcs un ntuk lead time 4 buulan. ngan Econoomic Order Quantity Q (E EOQ) Perhitun Beberapa daata dikumpullkan dan dihhitung untuk B k dicarikan biaya b persediiaan yang teerdiri atas biaya peemesanan dann penanganann sesuai tabeel berikut: Table 12 Biaya Pesaan (Cp)
12
INASSEA, Vol. 15 N No.1, April 20 014: 1-14
Tabel 12 menunjukkan biaya pesan perusahaan mencapai IDR 1.1 million per order terdiri atas biaya administratif, loading dan unloading, dan receiving dan inspection cost dengan nilai masing masing IDR 100,000, IDR 800,000, dan IDR 200,000. Setelah diperoleh data biaya pesan, berikutnya adalah data penanganan material sebagai berikut: Tabel 13 Biaya pemesanan (Ch)
Tabel 13 menunjukkan biaya penanganan mencapai IDR 1,000 per pcs. Setelah pengolahan data, didapatkan economic order quantity dengan permintaan sebanyak SPQD menggunakan formula berikut (Blancard, 2004): . ,
2,200
(3)
Hasilnya adalah 2,200 pcs. Hal ini menunjukkan perusahaan harus memesan 2,200 pcs per order untuk mencapai total biaya persediaan sebesar (Blancard, 2004): .
2.2
(4)
Dari perhitungan diatas, disimpulkan EOQ is 2.200 sesuai SPQD dengan total biaya persediaan IDR 2.2 juta per tahun. Setelah perhitungan EOQ, sebagai analisa, perusahaan mengevaluasi kondisi sebelum dan sesudah untuk mencapai apakah perbaikan sudah terjadi. Untuk itu perhitungan kondisi sebelum dan sesudah ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 14 Biaya pembelian sebelum dan sesudah perbaikan
Dari tabel diatas, manajemen persediaan secara intuitif dengan menambahkan 37.5% dari kebutuhan menghasilkan 3,058 pcs dengan nilai IDR 391 juta sementara menggunakan SPQD jumlah firebrick hanya 2,200 pcs dengan nilai IDR 281 million sehingga terdapat perbaikan biaya pembelian sebesar 28.13 % dari teknik sebelumnya. Di sisi biaya persediaan, perhitungannya ditunjukkan pada tabel berikut:
Optimasi Persediaan Sparepart … (Jonny)
13
Tabel 15 Biaya persediaan sebelum dan sesudah
Tabel 15 menunjukan biaya persediaan dapat diturunkan sebesar 28.06%. Hal ini menunjukkan teknik ini dapat dipakai untuk tipe fire brick berikutnya.
SIMPULAN Adapun simpulan yang dapat diambil antara lain: 1) tingkat persediaan optimum dari spare part berupa fire bricks adalah 2,560 units dimana perusahaan disarankan untuk menjamin ketersediaan spare part tersebut di level tersebut, 2) Economic order quantity dari sparepart berupa fire bricks adalah 2,200 units dimana perusahaan disarankan untuk melakukan pemesananan di level tersebut untuk menjaga cash flow perusahaan dan 3) Total inventory cost yang ditanggung oleh perusahaan adalah IDR 2.2 juta per tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA Aisyati, A., Jauhari, W.A., Rosyidi, C.R. (2013). Determination Inventory Level for Aircraft Spare Parts UsingContinuous Review Model. International Journal of Business Research and Management (IJBRM), 4(1). Blanchard, B. S. (2004). Logistics Engineering and Management. 6th Edition. Prentice Hall. Cooper, D. R., Schindler, P. S. (2010). Business Research Methods.8th Edition. McGraw Hill. Walpole, R. E. et al. (2011). Probability and Statistics for Engineers and Scientists. Pearson.
14
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 1-14