JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
OPTIMASI METODE ANALISIS ZINC PYRITHIONE DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Syarif Hamdani, Adang Firmansyah, Yuanita Permana Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Abstrak Zinc Pyrithione (ZnPT) dapat dianalisis kadarnya dengan berbagai metode, salah satunya dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Peneliti terdahulu telah mengembangkan metode analisis ZnPT dengan KCKT fase terbalik sebagai kompleks copper pyrithione (CuPT), tetapi setelah diaplikasikan di laboratorium, metode ini tidak memenuhi syarat kesesuaian sistem karena koefisien variasi area lebih dari 2%. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum untuk menentukan kadar ZnPT dalam sediaan sampo dengan metode KCKT melalui variasi perbandingan komposisi dan pH fase gerak, variasi laju alir, dan variasi suhu kolom. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi optimum untuk analisis ZnPT dilakukan pada panjang gelombang 240 nm, menggunakan kolom Licrocart Lichrospher RP-18, fase gerak campuran larutan dapar fosfat 0,2 M pH 6,0 : asetonitril (60 : 40), laju alir 1,0 mL/menit, suhu kolom 25°C dan volume injeksi 10 µL. Hasil validasi metode analisis pada kondisi optimum mempunyai selektivitas yang baik dan menunjukkan hubungan yang linear antara luas area dibawah kurva dengan konsentrasi pada rentang 3,08-24,62 µg/mL dan koefisien korelasi (r2) sebesar 0,995. Perolehan kembali hasil uji akurasi sebesar 99-101% pada konsentrasi CuPT diatas 12,31 µg/mL dan simpangan baku relatif hasil uji presisi sebesar 0,65%. Kondisi optimum ini efektif digunakan untuk analisis ZnPT dalam sediaan sampo dengan konsentrasi diatas 12,31 µg/mL.. Kata kunci: zinc pyrithione, copper pyrithione, kromatografi cair kinerja tinggi, sampo anti ketombe Abstract Zinc pyrithione (ZnPT) levels can be analyzed by various methods, one of common method is using high performance liquid chromatography (HPLC). Previous researchers had developed a method of ZnPT analysis by reverse phase HPLC as copper pyrithione complex (CuPT), but when applied in the laboratory, this method did not qualified because coefficient variation of the system suitability of an area more than 2%. The aims of this study was to determine optimum conditions for determining dosage levels in shampoo ZnPT by HPLC through a variety of comparison methods and pH of mobile phase composition, flow rate variations, and column temperature variations. Result shown that optimum conditions for ZnPT analysis performed at a wavelength of 240 nm, used Licrocart LiChrospher RP-18 column, mixture of 0.2 M phosphate buffer pH 6.0: acetonitrile (60 : 40) as a mobile phase, flow rate at 1.0 mL/min, column temperature 25°C and injection volume 10 mL. Validation analysis at optimum conditions has a good selectivity and shown a linear relationship between area under curve with a concentration at range of 3.08-24.62 µg/mL and correlation coefficient (r2) of 0.995. Retrieval of test results accuracy of 99-101% at concentrations above CuPT 12.31 µg/mL and a standard deviation of the relative precision of test results by 0.65%. The optimum condition was effectively used for analysed shampoo contented ZnPT at concentration above 12.31 µg/mL. . Keywords: zinc pyrithione, copper pyrithione, high performance liquid chromatography, antidandruff shampoo
22
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Saat ini penggunaan ZnPT dalam
PENDAHULUAN Sampo adalah sediaan kosmetika
formulasi sediaan sampo menurut Peraturan
yang digunakan untuk maksud keramas
Kepala Badan POM No. HK.00.05.42.1018
rambut, sehingga setelah itu kulit kepala
tidak boleh lebih dari 2 %. Karena
dan rambut menjadi bersih, dan sedapat
penggunaan ZnPT secara berlebihan dapat
mungkin rambut menjadi lembut, mudah
menyebabkan dermatitis pada kulit kepala
diatur dan berkilau. Sampo anti ketombe
dan kerusakan pada rambut seperti rambut
merupakan sampo yang memiliki zat aktif
rontok, berubah warna dan patah–patah.
dan
kereaktifan
Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode
bakterisida, fungisida dan kontra iritan,
analisis untuk mengontrol kandungan ZnPT
mengurangi
pada
mempunyai
atau
sifat
menghalangi
sekresi
produk
sampo
untuk
menjamin
kelenjar minyak secara berlebihan (BSN,
keamanan produk (BPOM, 2009; BSN
1992).
1992). Berbagai zat anti ketombe seperti
Metode standar untuk penetapan
selenium sulfida (SeS2), zinc pyrithione,
kadar ZnPT dalam sediaan sampo tidak
asam salisilat, sulfur, dan pirokton olamin
tercantum dalam buku-buku resmi, seperti
telah digunakan sebagai zat tambahan
Farmakope
Indonesia,
dalam sediaan sampo yang mengandung
Pharmacopoeia
(BP),
sabun atau deterjen sebagai zat utama.
Pharmacopoeia
(USP),
Tetapi zat anti ketombe yang paling banyak
Pharmacopoeia, tetapi hanya terdapat pada
digunakan secara komersil adalah zinc
jurnal-jurnal ilmiah.
pyrithione (BPOM, 2009; Lodewyk, 2003). Zinc
pyrithione
(bis(1-hydroxy-
British
United dan
State
Japanese
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
menganalisis
diantaranya
2(H)-pyridethionato-O,S)-T-4 Zinc, ZnPT)
dengan
merupakan koordinasi kompleks seng, yang
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
berwujud cairan putih dan berbau khas
dan kromatografi cair kinerja tinggi–mass
yang hampir tidak larut dalam air. ZnPT
spektrofotometri (KCKT-MS).
sering digunakan sebagai zat aktif anti
Pengembangan
ketombe
karena
dapat
metode
ZnPT
spektrofotometri,
metoda
analisis
menghambat
untuk penetapan kadar ZnPT dengan
pertumbuhan bakteri dan fungi pada infeksi
metode spektrofotometri telah dilakukan
kulit. Selain sebagai anti bakteri dan anti
oleh Revlon Research Center-Bronx, tetapi
fungi, ZnPT terbukti sebagai cytostatic
mempunyai tahapan preparasi yang rumit
agent, yang mengurangi laju pergantian
dan memerlukan waktu analisis yang lama,
epidermis, sehingga mengurangi timbulnya
sehingga kurang efektif dan efisien untuk
ketombe (Martindle, 1982; Yamaguchi,
diterapkan, terutama di dunia industri.
2006).
23
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Pengembangan
metode
untuk penetapan kadar ZnPT
analisis
optimum KCKT untuk menetapkan kadar
dengan
ZnPT yang terkandung dalam sediaan
metode KCKT-MS telah dilakukan oleh
sampo
beberapa peneliti di National Maritime
komposisi dan pH fasa gerak, variasi laju
Reseach
alir, dan variasi suhu kolom,
Institute-Osaka
City
Institute
melalui
variasi
perbandingan
sehingga
Japan, mempunyai proses analisis yang
diperoleh hasil kesesuaian sistem yang
relatif mudah tetapi memerlukan sistem
memenuhi persyaratan, pemisahan puncak
instrumen yang canggih dan biaya yang
yang baik dan waktu analisis yang relatif
tinggi untuk penyediaan alat, sehingga
singkat.
hanya
pihak
tertentu
yang
dapat
menerapkannya.
METODOLOGI
Pengembangan
metode
analisis
Alat
untuk penetapan kadar ZnPT dengan metode
KCKT
telah di
dilakukan
beberapa
peneliti
Scienze
Farmaceutiche-Universita
oleh
Dipartimento
Alat yang digunakan antara lain Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Hitachi
di
LC-2010), timbangan
analitik (Mettler
di
Toledo, ketelitian d=0,1 mg), sentrifuge
Modena Italy. Dengan cara mengubah
(Hettich), syringe, spatel, kertas timbang,
ZnPT menjadi kompleks yang lebih stabil,
penyaring miliphore whatman (d=0,2 dan
yaitu kompleks copper pyrithione (CuPT)
0,45 µm), penyaring buchner, ultrasonik
sebelum disuntikkan dalam KCKT. Metode
(Branson), alat-alat gelas laboratorium
ini berpotensi untuk diadopsi karena biaya yang diperlukan untuk penyediaan alat
Bahan
KCKT relatif lebih murah dibandingkan
Bahan
yang
digunakan
untuk
dengan penyediaan alat KCKT-MS, dan
proses penelitian ini adalah zinc pyrithione
mempunyai tahapan preparasi yang lebih
(ZnPT)
sederhana dibandingkan dengan metode
cosmetic grade (ARCH), copper sulfate
spektrofotometri.
pentahydrat (CuSO4.5H2O) GR for analysis
PT.
49,18
%
aqueous
dispersion
Departemen Quality Control-CHC
(merck), potassium dihydrogen phosphate
Rohto
(KH2PO4) GR for analysis (merck), sodium
Laboratories
Indonesia
mengadopsi metode analisis ini untuk
hydroksida
menentukan kadar ZnPT dalam sediaan
(merck), phosphoric acid (H3PO4) 85% GR
sampo yang mereka produksi, tetapi hasil
for analysis (merck), aqua DM, asetonitril
uji
grade for liquid chromatography (merck),
kesesuaian
sistem
KCKT
tidak
(NaOH)
GR
for
analysis
memenuhi syarat, karena nilai koefisien
dikhlorometan
grade
for
liquid
variasi areanya lebih dari 2%, sehingga
chromatography
(merck),
dan
plasebo
pada penelitian ini akan diteliti kondisi
sampo.
24
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Pemilihan Kondisi Optimum KCKT
campuran, kemudian divortex selama 5
a.
Pembuatan larutan standar
menit dan disentrifuge selama 15 menit
Tahap pertama yang dilakukan
pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian, fasa
sebelum menentukan kondisi pengukuran
diklorometan disaring dengan membran
yang optimum adalah membuat larutan
filter 0,45 µm (konsentrasi CuPT 15.38
standar dispersi ZnPT 2% dan Copper
µg/mL).
Pyrithione (CuPT). Larutan standar dispersi ZnPT dibuat dengan menimbang sebanyak
b.
2000,00 mg ZnPT 49,18% dalam labu ukur
dan pH Fase Gerak
100 mL. Ditambahkan air sedikit demi sedikit
Variasi Perbandingan Komposisi
Fasa gerak terdiri dari campuran
sampai tanda batas, kemudian
larutan dapar fosfat 0,2 M dan asetonitril
dikocok sampai homogen. Larutan standar
yang dibuat dengan variasi perbandingan
Copper Pyrithione (CuPT) dibuat dengan
komposisi dan pH seperti tercantum dalam
mencampurkan larutan dispersi ZnPT 2%
tabel 1. Kemudian dilakukan uji kesesuaian
standar sebanyak 500,00 mg dalam labu
sistem dengan cara menyuntikkan larutan
ukur 50 mL, ditambahkan aqua DM sampai
standar CuPT 15,38 µg/mL sebanyak 5 kali
tanda batas kemudian dikocok hingga
pada kondisi pengukuran KCKT yang
homogen. Dipipet 1,00 mL larutan
ke
tercantum dalam tabel 2. Hasil kesesuaian
kemudian
sistem memenuhi syarat, jika memenuhi
tambahkan 2,00 mL larutan CuSO4 13 mM,
kriteria parameter uji kesesuaian sistem
divortex selama 5 menit. Ditambahkan
seperti yang tercantum pada tabel 3.
dalam
tabung
sentrifuge,
diklorometan sebanyak 10,00 mL ke dalam Tabel 1. Tabel Variasi Perbandingan Komposisi dan pH Fase Gerak (Larutan Dapar Fosfat : Asetonitril) FG pH 1 2 3 4
(pH 4) (pH 5) (pH 6) (pH 7)
A (45 : 55)
B (50 : 50)
C (55 : 45)
D (60 : 40)
E (65 : 35)
A1 A2 A3 A4
B1 B2 B3 B4
C1 C2 C3 C4
D1 D2 D3 D4
E1 E2 E3 E4
25
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Tabel 2. Kondisi Pengukuran KCKT No
Parameter
1
Fase Diam (Kolom)
2
Fase Gerak
3 4 5
Laju Alir Detektor Volume Injeksi
Spesifikasi Licrocart Lichrospher 100 RP 18 (250 x 4,6 mm), oktadesil (C18), ukuran partikel isi 5μm. (Merck) Campuran larutan dapar fosfat : acetonitril sesuai tabel III.1 1 mL/menit UV-Vis (λ = 240 nm) 10 µL
Tabel 3. Parameter Uji Kesesuaian Sistem No 1 2 3 4 5 c.
Parameter Retention Time Area Asimetri Resolusi Teoritical plate
Variasi Laju Alir
Kriteria Penerimaan < 20 menit RSD < 2 % 0,8–1,5 >1,5 >1000 a.
Larutan standar
Uji Slektivitas (Spesifisitas)
CuPT 15,38
Plasebo sampo ditimbang sebanyak
µg/mL, disuntikan pada sistem KCKT
500,00 mg dalam labu ukur, kemudian
dengan variasi laju alir 0,6 mL; 0,8 mL; 1,0
ditambah air sampai tanda batas, kemudian
mL dan 1,2 mL, kemudian dicatat hasil
dikocok sampai homogen. Dipipet 1,00 mL
yang diperoleh, meliputi retention time,
larutan
area, asimetri, resolusi, dan teoritical plate.
kemudian tambahkan 2,00 mL larutan
ke dalam tabung sentrifuge,
CuSO4 13 mM, divortex selama 5 menit. d.
Ditambahkan diklorometan sebanyak 10,00
Variasi Suhu Kolom Larutan
standar
CuPT
15,38
mL ke dalam campuran, kemudian divortex
µg/mL, disuntikan pada sistem KCKT
selama 5 menit dan disentrifuge selama 15
dengan variasi suhu kolom 25°C; 30°C;
menit pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian,
35°C dan 40°C kemudian dicatat hasil yang
fasa
diperoleh, meliputi retention time, area,
membran
asimetri, resolusi, dan teoritical plate.
disuntikkan pada kondisi optimum KCKT.
diklorometan filter
Dilakukan
analisis
yang
validasi
dilakukan
0,45
dengan
µm.
penyuntikan
Larutan
terhadap
larutan sampel dan pelarut diklorometan
Validasi Metode Analisis Parameter
pula
disaring
metode
meliputi,
yang digunakan. Kriteria penerimaan :
uji
Larutan plasebo dan diklorometan tidak
selektivitas (spesifisitas), uji linearitas, uji
memberikan nilai waktu retensi yang sama
akurasi (kecermatan),presisi(keseksamaan),
dengan
dan uji robustness (ketegaran).
memiliki keterpisahan yang baik.
CuPT.
Larutan
sampel
harus
26
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
b.
kemudian tambahkan 2,00 mL larutan
Uji Linearitas Dispersi
ZnPT
2%
standar
CuSO4 13 mM, divortex selama 5 menit.
ditimbang sebanyak 100,00 mg; 200,00 mg;
Ditambahkan diklorometan sebanyak 10,00
300,00 mg; 400,00 mg; 500,00 mg; 600,00
mL ke dalam campuran, kemudian divortex
mg; 700,00 mg; 800,00 mg dalam labu ukur
selama 5 menit dan disentrifuge selama 15
50,00 mL.
menit pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian,
Ditambahkan 500,00 mg
plasebo sampo, kemudian ditambah air
fasa
sampai
membran filter 0,45 µm (diperoleh sampel
tanda batas, kemudian
kocok
diklorometan
disaring
dengan
sampai homogen. Dipipet 1,00 mL larutan
dengan konsentrasi
CuPT 12,31; 15,38;
ke dalam tabung sentrifuge, kemudian
18,46 µg/mL). Masing-masing konsentrasi
tambahkan 2,00 mL larutan CuSO4 13 mM,
disuntikkan pada kondisi optimum KCKT,
divortex selama 5 menit. Ditambahkan
dan dicatat luas area yang diperoleh.
diklorometan sebanyak 10,00 mL ke dalam
Kriteria penerimaan : Persen perolehan
campuran, kemudian divortex selama 5
kembali berada dalam rentang 98-102% .
menit dan disentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian, fasa
d.
diklorometan disaring dengan membran
Dispersi ZnPT 2% standar ditimbang
filter 0,45 µm (diperoleh sampel dengan
sebanyak 500,00 mg dalam labu ukur 50,00
konsentrasi CuPT 3,08; 6,15; 9,23; 12,31;
mL (6 replikasi). Ditambahkan 500,00 mg
15,38; 18,46; 21,54; 24,62 µg/ml). Masing-
plasebo sampo, kemudian ditambah air
masing
sampai
konsentrasi
disuntikkan
pada
Uji Presisi (Keseksamaan)
tanda batas, kemudian
kocok
kondisi optimum KCKT, dan dicatat luas
sampai homogen. Dipipet 1,00 mL larutan
area yang diperoleh. Kriteria penerimaan :
ke dalam tabung sentrifuge, kemudian
Hubungan yang linear antara luas area
tambahkan 2,00 mL larutan CuSO4 13 mM,
dengan konsentrasi, dan koefisien korelasi
divortex selama 5 menit. Ditambahkan
(r ) kurva ≥ 0,98.
diklorometan sebanyak 10,00 mL ke dalam
2
campuran, kemudian divortex selama 5 c.
menit dan disentrifuge selama 15 menit
Uji Akurasi (Kecermatan) Dispersi
ZnPT
2%
standar
pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian, fasa
ditimbang sebanyak masing-masing 400,00
diklorometan disaring dengan membran
mg; 500,00 mg; dan 600,00 mg dalam labu
filter 0,45 µm (diperoleh sampel dengan
ukur 50,00 mL (3 replikasi). Ditambahkan
konsentrasi CuPT 15,38 µg/ml). Masing-
500,00 mg plasebo sampo, kemudian
masing
ditambah air sampai tanda batas, kemudian
kondisi optimum KCKT, dan dicatat luas
kocok sampai homogen. Dipipet 1,00 mL
area yang diperoleh. Kriteria penerimaan :
larutan
RSD dari semua konsentrasi maksimal 2%.
ke dalam tabung sentrifuge,
konsentrasi
disuntikkan
pada
27
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
e.
Uji Robustness (Ketegaran)
disimpan selama 24 jam pada suhu ruang,
Dispersi
kemudian
ZnPT
2%
standar
disuntikkan
pada
kondisi
ditimbang sebanyak 500,00 mg dalam labu
optimum KCKT. Kriteria penerimaan :
ukur 50,00 mL. Ditambahkan 500,00 mg
waktu penyimpanan tidak mempengaruhi
plasebo sampo, kemudian ditambah air
perolehan kembali hasil uji.
sampai tanda batas, kemudian kocok. Dipipet 1,00 mL larutan ke dalam tabung
HASIL DAN PEMBAHASAN
sentrifuge, kemudian tambahkan 2,00 mL
Hasil
larutan CuSO4 13 mM, divortex selama 5
KCKT
menit.
Ditambahkan
Pemilihan
Kondisi
Optimum
diklorometan
Berdasarkan percobaan yang telah
sebanyak 10,00 mL, kemudian divortex
dilakukan terhadap variasi fase gerak,
selama 5 menit dan disentrifuge selama 15
diperoleh data rata-rata hasil uji kesesuaian
menit pada kecepatan 3000 rp, fasa
sistem dalam tabel 4.
diklorometan disaring dengan membran filter 0,45 µm (diperoleh sampel dengan konsentrasi CuPT 15,38 µg/ml), Tabel 4. Data Hasil Uji Kesesuaian Sistem Parameter Fase
Retention
Gerak
Teoritical
Hasil
Asimetri
Time
RSD Area
A1
5,138
1,789
0,856
1,611
885
System is not suitable
A2
5,269
2,043
0,843
1,923
963
System is not suitable
A3
4,874
0,690
1,075
2,444
1379
System is suitable
A4
4,715
0,884
1,307
1,908
1256
System is suitable
B1
5,571
1,475
1,167
2,113
1023
System is suitable
B2
5,622
1,545
1,463
2,351
1341
System is not suitable
B3
5,682
0,688
1,464
2,676
1430
System is suitable
B4
5,765
2,536
1,045
3,048
1819
System is suitable
C1
7,263
1,331
1,058
3,064
1313
System is suitable
C2
7,324
0,800
1,205
3,020
1209
System is suitable
C3
7,193
1,676
1,629
3,583
1738
System is not suitable
C4
7,823
0,992
1,218
4,161
2205
System is suitable
D1
10,070
2,921
1,124
4,195
1297
System is not suitable
D2
10,809
5,844
1,014
5,211
2003
System is not suitable
D3
10,205
1,200
1,061
4,607
1523
System is suitable
D4
9,663
2,865
1,020
4,180
1406
System is not suitable
E1
14,268
12,460
1,022
6,617
1733
System is not suitable
E2
16,735
7,788
1,138
1,138
1996
System is not suitable
E3
16,499
2,101
1,094
8,134
2474
System is not suitable
E4
14,359
3,872
1,048
7,598
2907
System is not suitable
Resolusi
Plate
28
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Fase gerak D3 memberikan hasil resolusi
mL/menit dan 0,8 mL/menit. Keduanya
(pemisahan puncak) yang paling optimal,
memberikan nilai resolusi, teoritical plate
sehingga fase gerak D3 akan digunakan
dan
untuk proses analisis selanjutnya.
mempunyai waktu retensi yang lama, yaitu
Variasi terhadap laju alir dilakukan
area
yang
paling
besar,
16,7 menit dan 12,5 menit,
tetapi
sehingga
untuk mendapatkan waktu analisis yang
kurang efektif jika digunakan untuk proses
paling efektif dan pemisahan yang baik,
analisis. Laju alir 1,2 ml/menit memberikan
Data hasil percobaan tercantum pada tabel
waktu retensi yang cepat, yaitu 8,4 menit
5.
dan mempunyai resolusi yang baik, tetapi Laju alir yang paling efektif yaitu
laju alir yang tinggi, menyebabkan pompa
1,0 mL/menit, karena mempunyai waktu
KCKT bekerja lebih keras, menyebabkan
retensi yang tidak terlalu lama yaitu 9,9
peningkatan pada tekanan pompa, dan
menit, resolusi baik, dan volume fase gerak
volume fase gerak yang masuk ke kolom
yang masuk pada kolom tidak terlalu
semakin
banyak,
dibandingkan
.Laju alur 0,6
banyak,
hal
ini
dapat
menyebabkan masa pakai kolom berkurang
Tabel 5. Data Hasil Uji Variasi Laju Alir Laju Alir (mL/menit) 0,6 0,8 1,0 1,2 Untuk
Parameter Retention Time 16,707 12,540 9,927 8,353 mendapatkan
Area
Asimetri
Resolusi
536920 438369 356066 315325
1,31200 1,28175 1,29021 1,26862
5,93396 5,72393 5,56645 5,59300
pemisahan
yang lebih efisisen, maka dilakukan variasi
Teoritical Plate 2528 2284 2127 2112
terhadap suhu kolom KCKT. Data hasil percobaan tercantum pada tabel 6.
Tabel 6. Data Hasil Uji Variasi Suhu Kolom Suhu Kolom (°C) 25,0 30,0 35,0 45,0
Parameter Retention Time 9,807 9,113 8,507 7,967
Area
Asimetri
Resolusi
296315 320188 328390 306369
1,28449 1,38547 1,61314 1,65428
5,68565 5,03435 4,98231 4,44498
Teoritical Plate 2327 2261 2286 2249
29
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Pada suhu kolom 35°C dan 40°C, waktu retensi analit cepat, tetapi terjadi pengekoran pada puncak dan resolusi analit rendah, sedangkan pada suhu kolom 25°C dan 30°C, memberikan waktu retensi yang lebih lama, tapi tidak terjadi pengekoran pada puncak dan resolusi lebih jauh,
Gambar Sampo
2.
Kromatogram
Plasebo
sehingga untuk mendapatkan puncak yang baik
dan
memudahkan
dalam
proses
analisis (tidak memerlukan kolom oven), maka analisis dilakukan pada suhu 25°C (suhu ruang). Hasil Validasi Metode Analisis Parameter validasi metode analisis yang
dilakukan
ini
Metode analisis ZnPT memenuhi
meliputi, uji selektivitas, uji linearitas, uji
parameter uji selektivitas, karena hasil
akurasi, uji presisi dan uji robustness
kromatogram diklorometan dan plasebo
(ketegaran).
Pada
uji
sampo tidak memberikan puncak pada
selektivitas
dilakukan
dengan
cara
waktu retensi CuPT (memberikan hasil
pelarut
sampel
yang
negatif CuPT), dan pada kromatogram
digunakan yaitu diklorometan, plasebo
plasebo yang mengandung zat aktif ZnPT,
sampo (terdiri dari acasia, sodium lauryl
muncul
ether
compound,
retensinya (memberikan hasil positif CuPT)
bacteriostat, ethylene glycol monostearate,
dan puncak mempunyai resolusi yang baik.
glyceryl monoricinoleat, comperland) serta
Hal
plasebo sampo yang mengandung ZnPT.
diklorometan maupun plasebo sampo tidak
Gambar kromatogram setiap penyuntikan
mengintervensi pemisahan kompleks CuPT.
menyuntikkan
sulfate,
pada
percobaan
Gambar 3. Gambar Plasebo Sampo dan ZnPT
percobaan
aculyn,
oil
ini
puncak
ini
CuPT
pada
mengindikasikan
waktu
bahwa
dapat dilihat pada gambar 1, gambar 2 dan gambar 3.
Gambar 1. Kromatogram Diklorometan
Gambar 4. Kurva Hasil Uji Linearitas
30
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Uji linearitas dilakukan pada rentang
memenuhi syarat uji linearitas dari rentang
konsentrasi CuPT 3,08 sampai 24,62
konsentrasi
3,08-24,62
µg/mL
karena
2
µg/mL. Data hasil percobaan uji linearitas
menghasilkan koefisien korelasi (r ) sebesar
tercantum pada tabel 7. Hasil pengujian
0,995. Kurva hasil uji linearitas pada
menunjukkan bahwa metode analisis ZnPT
gambar 4.
Tabel 7. Data Hasil Uji Linearitas Konsentrasi CuPT (µg/mL)
Massa (mg)
Luas Area
3,08 6,15 9,23 12,31 15,38 18,46 21,54 24,62
115,60 210,80 312,10 406,50 504,70 601,70 708,00 809,90
47047 110949 193330 271839 353912 451966 534878 651960
Uji akurasi menunjukkan derajat hasil
dan 18,46 µg/mL
sebanyak 3 replikasi,
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit
kemudian
yang sebenarnya. Uji akurasi dilakukan
kembalinya (recovery). Data hasil uji
dengan cara menguji 3 larutan dengan
akurasi tercantum pada tabel 8, 9, dan 10 .
dihitung
hasil
perolehan
konsentrasi 12,31 µg/mL, 15,38 µg/mL
Tabel 8. Data Hasil Uji Akurasi Konsentrasi 12,31 µg/mL Konsentrasi CuPT (µg/mL)
Perolehan Kembali/PK (%) 404,60 129840 88,32 12,31 406,00 148464 100,64 404,50 142297 96,82 Luas Area Standar = 226217, massa = 506,4 mg, kadar = 49,18% Massa (mg)
Luas Area
Rata-rata PK (%) 95,26 ± 6,62
Tabel 9. Data Hasil Uji Akurasi Konsentrasi 15,38 µg/mL Konsentrasi CuPT (µg/mL)
Perolehan Kembali/PK (%) 513,80 272577 99,28 15,38 523,50 281018 100,46 501,00 270025 100,86 Luas Area Standar = 267108, massa = 508,2 mg, kadar = 49,18% Massa (mg)
Luas Area
Rata-rata PK (%) 100,2 ± 0,82
31
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Tabel 10. Data Hasil Uji Akurasi Konsentrasi 18,46 µg/mL Konsentrasi CuPT (µg/mL)
Perolehan Kembali/PK (%) 625,60 453782 100,45 18,46 624,60 446848 99,08 600,60 426689 98,01 Luas Area Standar = 299000, massa = 505,2 mg, kadar = 49,18% Massa (mg)
Rata-rata PK (%)
Luas Area
99,18 ± 1,23
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji akurasi
15,38 µg/mL, sebanyak 6 replikasi. Metode
konsentrasi
dianggap presisi jika
CuPT
12,31
µg/mL,
simpangan baru
mempunyai rata-rata perolehan kembali
relatif (SBR) perolehan kembali < 2%.
95,26 ± 6,62, konsentrasi CuPT 15,38
Berdasarkan percobaan, metode analisis
µg/mL mempunyai rata-rata perolehan
ZnPT memenuhi syarat uji presisi karena
kembali 100,2 ± 0,82, konsentrasi CuPT
diperoleh nilai SBR perolehan kembali
18,46
sebesar 0.65%.
µg/mL
mempunyai
rata-rata
perolehan kembali 99,18 ± 1,23. Metode
(ketegaran)
menunjukkan kapasitas prosedur analitik
memenuhi parameter akurasi karena pada
untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil
konsentrasi 12,31 µg/mL, hasil perolehan
dalam parameter metode. Pada percobaan
kembali tidak berada pada rentang 98%–
ini, uji ketegaran dilakukan dengan cara
120 %, hal ini bisa disebabkan batas
menyimpan
kuantisasi metode analisis hanya dapat
konsentrasi CuPT 15,38 µg/mL selama 24
dilakukan pada konsentrasi CuPT diatas
jam sebelum disuntikkan pada KCKT,
CuPT 12,31 µg/mL, sehingga metode
prosedur dianggap handal jika waktu
analisis tidak bisa digunakan untuk sampel
penyimpanan
sampo dengan konsentrasi CuPT dibawah
perolehan
12,31 µg/mL, meskipun pada uji linearitas
percobaan menunjukkan nilai perolehan
metode analisis masih dapat mendeteksi
kembali hanya sebesar 85,98% dengan SBR
sampel dengan konsentrasi CuPT 3,08
4,74%, hal ini mengindikasikan bahwa
µg/mL.
metode presisi
ZnPT
robustness
tidak
Uji
analisis
Uji
(keseksamaan)
larutan
tidak
kembali
analisis
terpengaruh
sampel
oleh
dengan
mempengaruhi hasil
uji.
Hasil
tidak
handal
dan
waktu
penyimpanan.
menunjukkan derajat kesesuaian antara
Berkurangnya hasil perolehan kembali
hasil uji individual, jika metode analisis
sebesar ± 15%, dapat disebabkan kompleks
dilakukan berulang terhadap sampel yang
CuPT bereaksi dengan plasebo sambo yang
diambil dari campuran yang homogen. Uji
masih terbawa dalam larutan sampel selama
presisi dilakukan dengan cara menguji
penyimpanan
larutan sampel dengan konsentrasi CuPT
terionisasi. Oleh sebab itu, agar diperoleh
membentuk
pyrithione
32
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
hasil yang optimal, sebaiknya analisis
DAFTAR PUSTAKA
dilakukan
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009,
segera
setelah
sampel
“Anti Ketombe”, Natura Kos, IV
dipreparasi.
(11) : 2-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
SIMPULAN Zinc sediaan
pyrithione
sampo
(ZnPT)
dapat
dalam
dianalisis
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT)
kompleks
fase
copper
1995, Farmakope Indonesia, Edisi
terbalik
pyrithione
IV, Jakarta : 7-8, 487-488. Ferioli,
V,
et
al,
1995,”Analysis
of
sebagai
Pyrithione by Reserved Phased
(CuPT).
High
Performance
Liquid
Kondisi optimum metode analisis ZnPT
Chromatography”,
dilakukan pada panjang gelombang 240
Chromatographia, 40 (11/12) :
nm, menggunakan fase diam (kolom)
669-673.
Licrocart Lichrospher 100 RP 18 (250 x 4,6
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman,
mm) oktadesil (C18), ukuran partikel isi
2007,
5μm (Merck), fase gerak variasi D3 yaitu
Analisis,Yogyakarta,
campuran larutan dapar fosfat 0,2 M pH 6,0
Pelajar : 325-346, 378-406.
: asetonitril (60 : 40), laju alir 1 ml/menit, suhu 25°C dan volume injeksi 10 µL.
optimum,
memenuhi
R.J., et
al,
uji
Terjemahan
Farmasi Pustaka
1991,
Kromatografi,
Hasil validasi metode analisis pada kondisi
Gritter
Kimia
Edisi K.
Pengantar kedua,
Padmawinata,
Bandung, ITB : 186-230.
selektivitas, uji linearitas pada rentang
Ibrahim, S., 1995, “Pengembangan dan
konsentrasi CuPT 3,08 sampai 24,62
Validasi Metode Analisis Kimia
µg/mL dengan koefisien korelasi (r2)
dalam Bidang Farmasi “, Seminar
sebesar
kimia analitik, Bandung, Dept.
0,995,
dan
uji
presisi
(keseksamaan) dengan nilai koefisien variasi
0,65%.
Pada
uji
Farmasi FMIPA ITB.
akurasi
Johnson, E. L. dan R, Stevenson, 1991,
(kecermatan) perolehan kembali sampel
Dasar
dengan
Terjemahan
konsentrasi
CuPT
12,31-15,38
Kromatografi
Cair,
Padmawinata,
µg/mL berada pada rentang 99–101%,
Bandung, ITB : 1-54, 230-255,
sedangkan
perolehan
300-301.
konsentrasi
12,31 µg/ml berada diluar
Kabacoff, B.L. dan C.M Fairchild, 1975,
rentang 98-102%. Hasil uji robustness
“Determination of zinc Pyrithione
(ketegaran) memberikan rata-rata perolehan
by Chelate Exchange”, Journal
kembali sebesar 85,98 % dengan nilai
Soc. Cosmet. Chem, 26 : 453-459.
kembali
pada
koefisien variasi 4,74%.
33
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014
Lodewyk, 2003, Uji Daya Anti Fungi Beberapa Sampo Anti Ketombe yang
Beredar
Bandung,
Dept.
Farmasi
FMIPA
ITB,
Bandung : 5-7.
di
Kotamadya
Snyder, L. R., et al, 1988. Practical HPLC
Skripsi.
Universitas
Method Development, New York,
Padjadjaran, Bandung
John Willey & Sons : 15-49.
Martindle,1982, Text Book of The Axtro
Society of Japanese Pharmacopoeia, 1994,
Pharmacopoeia, Edisi 28, London,
The
Pharmaceutical Press : 500.
Codex (JPC) 1993, Part I, Jepang,
Menteri Kesehatan, 1988, SK Menkes RI No.
43/MENKES/SK/II/1988
Japanese
Pharmaceutical
Yakugyo Jiho, Co., Ltd : 1246. Skoog, D.A., et al, 1985, Principle of
tentang Cara Pembuatan Obat
Instrumental Analysis,
5th ed.,
yang Baik, Jakarta.
Philadelphia,
College
Mulja. M dan Suharman, 1995, Analisis
Sounders
Publishing : 334-345.
Instrumental, Surabaya, Airlangga
The British Pharmacopoeia Commission,
University Press : 236-259, 279-
2008, British Pharmacopoeia 2008,
285.
Vol IV, London, The Stationery
Munson, W. James, 1981, Analisis Farmasi Metode
Modern,
Parwa
Office : A142, A166
B,
The European Pharmacopoeia Commission,
Terjemahan Sarjono Kisman dan
2005, European Pharmacopoeia,
Slamet
5th ed, Strasbourg, 71-72.
Ibrahim,
Surabaya,
Airlangga University Press : 1757.
Product and Non Products Intended
Permanasari, Anna, 2005, Kromatografi Cair
The Scientific Committee on Cosmetic
Kinerja
Bandung,
Tinggi
Laboratorium
(KCKT), Kimia
Instrumen UPI.
for Consumers (SNCCNFP), 2002, “Zinc Pyrithione”, Plenary Meeting Colipa P 81. Tranggono, Rewtno Iswan dan Fatma
Okamura, Hideo, et al., 2006, “Toxicity
Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu
Reduction of Metal Pyrithione by
Pengetahuan
Near
Gramedia Pustaka Utama : 68-74.
Ultraviolet
Irradiation”,
Kosmetik,
Jakarta,
Journal Environmental Toxicology, 21(4) : 305-309. Rengganingati,
Sekarsari,
Pengembangan
Formula
2004, Sabun
Cair Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L., piperaceae) dan Uji Aktivitas Antimikrobanya, Skripsi,
34