OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN UPAYA MEMITIGASI BANJIR
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 4 April 2009
Oleh:
ABDUL RAUF
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
Bismillahirrahmanirrahim Yang terhormat, • Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara • Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara • Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara • Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara • Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara • Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara • Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas Sumatera Utara • Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya muliakan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Tiada kata yang pantas kita lantunkan, selain puja dan puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Rahman, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terbilang, bagi kita semua sejak dahulu hingga saat ini dan sampai masa mendatang. Para hadirin yang saya muliakan, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul: ”OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN UPAYA MEMITIGASI BANJIR”
Sedikit orang menyadari bahwa dunia pertanian, termasuk di dalamnya perkebunan, perikanan, peternakan, dan bahkan hutan tanaman (silvikultur), memiliki banyak fungsi (multifungsi), selain fungsi utamanya sebagai penyedia (produk nyata) pangan dan serat. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya diperankan oleh dunia pertanian adalah fungsi lingkungan, ketahanan pangan, sosial-ekonomi dan budaya, yang secara rinci disajikan pada Tabel 1.
1
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Multifungsi Pertanian Indonesia (Multifuctionality of Indonesian Agricultural) FUNGSI UTAMA FUNGSI AKTUAL Lingkungan (Environmental Function)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mitigasi banjir (Flood mitigation) Pengendali erosi dan siltasi (Soil erosion and siltation control) Pemelihraan sumberdaya air (Preservation of water resources) Penyejuk dan pembersih udara (Heat mitigation and air purification) Penambat karbon (Carbon sequestration) Pemeliharaan sumberdaya hayati (Conservation of biodiversity) Penampung sampah organik (Waste disposal function)
Katahanan Pangan (Food Security Function)
8. 9.
Kecukupan pangan (Food sufficiency) Distribusi pangan (Food accessibility/distribution) 10. Keamanan pangan (Food safety)
Sosial-Ekonomi & Budaya (Socio-Economic & Cultural Functions)
11. Produk nyata pangan dan serat (Tangible product of food and fiber) 12. Pemeliharaan nilai-nilai sosial-budaya (Preservation of socio-cultural values) 13. Penyerapan tenaga kerja (Employment/job opportunity) 14. Pendidikan (Education) 15. Pembentuk panorama dan daya tarik pedesaan (Landscape formation and rural amenity)
Sumber: Balai Penelitian Tanah Bogor (2005)
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa dunia pertanian sedikitnya memiliki 15 fungsi aktual (fungsi nyata) dari tiga fungsi utama yang dapat dirasakan tidak hanya oleh petani, tetapi oleh semua lapisan masyarakat di tingkat lokal dan global, bahkan tidak sedikit pula orang yang mendapat manfaat (keuntungan) luar biasa dari keberadaan dunia pertanian sebagai ladang usahanya (agribisnis) jauh melebihi keuntungan yang diperoleh oleh petani (pelaku dunia pertanian) itu sendiri.
FUNGSI PERTANIAN DALAM MEMITIGASI BANJIR Begitu banyak fungsi pertanian (sebagaimana disajikan pada Tabel 1), dalam kesempatan ini akan dibahas secara lebih seksama salah satu fungsinya yaitu, sebagai pengendali (memitigasi) banjir. Sejalan dengan
2
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
perkembangan modernisasi dan jumlah penduduk, bencana banjir di suatu daerah semakin meningkat, terutama bila lahan di bagian tengah dan hulu (juga di bagian hilir) dari suatu daerah aliran sungai (DAS) dikonversi (dialihfungsikan) dari lahan pertanian/perkebunan/kehutanan menjadi lahan pemukiman dan industri. Lahan pertanian secara konvensional telah berperan sebagai penyerap air (water holding) dalam jumlah sangat besar. Penghitungan menggunakan matematika sederhana saja dapat diperoleh gambaran bahwa, apabila di lahan pertanian dengan laju infiltrasi sebesar 1 cm saja per jam, maka pada lahan tersebut dapat diserap air sebanyak 0,01 m x 100 m x 100 m = 100 m3/jam/hektar, atau setara dengan 100.000 liter/jam/hektar (20 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah-tanah pertanian di daerah tropika, termasuk di Indonesia, memiliki laju infiltrasi berkisar antara 0,1-10 cm/jam, bergantung kepada ukuran partikel (tekstur) tanahnya yang secara rinci disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju Infiltrasi Berdasarkan Ukuran Partikel (Tekstur) Tanah dan Kemampuan Tanah Menyerap Air Ukuran Partikel (Tekstur) 1. 2. 3. 4. 5.
Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah
liat lempung berliat lempung berdebu lempung berpasir pasir
Laju Infiltrasi (cm/jam) 0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-10,0
Volume Air yang Dapat Diserap oleh Tanah (m3/ha/jam) 10-50 50-100 100-200 200-300 300-1.000
Sumber: Dimodifikasi dari Barrow, C. (1987).
Menggunakan cara penghitungan seperti telah diuraikan di atas, berarti tanah pertanian di daerah tropika dapat menyerap air sebanyak 10 m3 hingga 1000 m3 per hektar per jam atau setara dengan 10.000 liter hingga 1.000.000 liter per hektar per jam. Jadi bila curah hujan dengan intensitas tinggi (hujan deras) yang terjadi di suatu daerah misalnya sebesar 10 cm per kejadian hujan (selama sekitar 2 sampai 3 jam) maka sebenarnya seluruh air hujan tersebut dapat ditampung oleh tanah pertanian dengan kapasitas infiltrasi sebesar 3,5-5,0 cm/jam, atau 10 cm/jam pada kejadian hujan selama 1 jam. Belum lagi apabila lahan pertanian tersebut berupa lahan sawah atau rawa dengan ketinggian benteng atau pematang rata-rata 20 cm saja maka lahan sawah tersebut dapat menampung/menahan air sebanyak 2.000 m3 (2 juta liter) per hektar. Hal ini berarti dapat menampung curah hujan deras sebesar 10 cm selama 2 jam kejadian hujan atau 20 cm pada 1 jam kejadian hujan.
3
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Lahan Sawah Dapat Memitigasi Banjir (Dapat Menampung Air Sebanyak 2.000 m3 atau 2 Juta Liter per Hektar untuk Ketinggian Pematang Rata-Rata 20 cm)
Kemampuan lahan dalam menyerap air memang berbeda-beda bergantung kepada sifat tanah, pengelolaan, dan terutama penutupan lahan itu sendiri. Lahan hutan misalnya dapat menyerap air lebih besar dibandingkan penggunaan lahan lainnya (Gambar 2).
D a ya S a n g g a Air (m m )
200 150 100 50 0 Hutan
1
Sawah Kebun Campuran Tegalan
2
3
4
Pemukiman
5
Tindakan Pengelolaan Lahan Gambar 2. Daya Sangga (Daya Serap) terhadap Air pada Lahan dengan Berbagai Tipe Penggunaan (Sumber: BPT Bogor, 2005)
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa lahan hutan dapat menyerap air mencapai 1.500 m3 (1,5 juta liter) per hektar, lahan sawah sekitar 900 m3 (900 ribu liter) per hektar, kebun campuran 1.400 m3 (1,4 juta liter),
4
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
tegalan 450 m3 (450 ribu juta) hektar, dan pemukiman hanya sekitar 200 m3 (200 ribu liter) per hektar. Suatu penelitian yang penulis lakukan bersama beberapa mahasiswa Departemen/Program Studi Ilmu Tanah dan Departemen Kehutanan/Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Pertanian USU diperoleh bahwa lahan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, diperoleh bahwa kapasitas infiltrasi rata-rata sebesar 78,7 cm/jam yang berarti dapat menyerap air sebanyak 7.870 m3/ha/jam atau setara dengan 7.870.000 (8 juta) liter per hektar per jam. Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa bila dilakukan alih fungsi (konversi) lahan dari hutan menjadi lahan pertanian (sawah atau tegalan), maka akan lepas/keluar air dari lahan tersebut sebanyak 6001.050 m3 per hektar (600 ribu – 1,05 juta) liter. Apalagi bila lahan hutan dikonversi menjadi lahan pemukiman maka sekitar 1.300 m3 (1,3 juta liter) air akan keluar/lepas dari setiap hektar kawasan yang dikonversi tersebut. Volume air sebanyak ini jelas dapat menimbulkan banjir pada lingkungan sekitar atau di bagian hilir suatu wilayah.
UPAYA MENINGKATKAN DAYA JERAP TANAH TERHADAP AIR 1. Pada tanah hutan, selain harus dihentikan kegiatan konversi (alih fungsi) dan kegiatan illegal loging, yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mempertahankan serasah lantai hutan. Seperti diketahui bahwa pada akhir-akhir ini telah sangat intensif dilakukan pencurian serasah lantai hutan yang digunakan untuk pupuk kompos (Gambar 3).
Gambar 3. Kegiatan Penebangan Hutan (Kiri) dan Pencurian Serasah Lantai Hutan (Kanan), Sama-Sama Menyebabkan Hutan Kehilangan Fungsi Hidrologis dalam Menahan Air Sebanyak Mungkin pada Musim Hujan
5
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Nopandri (2004) mendapatkan bahwa petani/masyarakat di Desa Kutagugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo mengambil serasah lantai hutan dari Hutan Lindung Gunung Sinabung dan Hutan Wisata Daleng Lancuk sebanyak sekitar 648 liter per meter persegi lahan setara dengan 27 goni dengan volume humus masingmasing sebanyak 24 liter. Pengambilan humus lantai hutan bisa mencapai kedalaman 1 meter, sehingga untuk 1 meter kubik humus bisa diambil sebanyak sekitar 41,6 goni. Keadaan ini jelas akan menimbulkan gangguan terhadap tata air dan lingkungan terutama dalam menurunkan laju kapasitas infiltrasi tanah. Hasil penelitian penulis (Gambar 4) menunjukkan bahwa selisih kapasitas infiltrasi pada hutan alami berserah (belum terganggu) dengan hutan yang telah dikuras serasahnya di TNGL Langkat sebesar 55 cm/jam. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebanyak sekitar 5.500.000 liter air/jam/ha (5.500 m3/jam/ha) atau setara dengan 275 mobil tangki berkapasitas 20.000 liter yang tidak tertampung oleh hutan tanpa serasah. Bila hujan berlebih selama lebih dari 1 jam dan terdistribusi merata pada kawasan hutan tanpa serasah seluas ratusan, bahkan ribuan hektar, maka dapat dibayangkan jutaan m3 air akan dengan mudah dan bersama-sama keluar dari kawasan hutan menuju dan menimbulkan banjir di daerah hilir.
Daya Jerap Terhadap Air (cm/jam)
80 70
67
60 50 40 25
30 20
12
8
10 0 1 Hutan TNGL
2
3
4
5
Hutan Sinabung
Keterangan: HBS = hutan berserasah lantai hutan; HTS = hutan tanpa serasah lantai hutan
Gambar 4. Daya Jerap Tanah terhadap Air (Infiltrasi) pada Hutan Berserasah dan Hutan Tanpa Serasah di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Langkat dan Hutan Lindung Gunung Sinabung Karo (Sumber: Abdul-Rauf, 2006)
6
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
2. Pada tanah pertanian, beberapa tindakan dapat dilakukan guna meningkatkan daya jerap tanah pertanian terhadap air, di antaranya: a. Pemberian Mulsa Organik Pemberian mulsa organik (serasah sisa tanaman/gulma, kompos, pupuk kandang, dan lain-lain) dapat meningkatkan daya jerap tanah terhadap air. Teknik pemulsaan ini diutamakan dilakukan pada lahan landai hingga miring (Gambar 5).
Gambar 5. Budidaya Tanaman Jeruk Manis dengan Pemberian Mulsa Organik Sisa Gulma (Dapat Menyerap Tambahan Air Sekitar 10 m3/ha dengan Jumlah Mulsa yang Diaplikasikan Sekitar 5 ton/ha)
Dengan jumlah mulsa organik yang diaplikasikan sekitar 5 ton per hektar misalnya (dosis bisa mencapai 20 ton/ha/thn), maka dapat diserap tambahan air sekitar 10 ton per hektar atau setara dengan 10 m3 (10.000 liter). Berbagai penelitian mendapatkan bahwa bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang dapat menyerap dan menyimpan air dua kali lebih besar dari bobot bahannya sendiri. b. Penerapan Teknik Mulsa Vertikal Teknik mulsa vertikal adalah pemberian bahan organik sisa tanaman atau pupuk kandang atau kombinasi antara keduanya dengan cara membenamkan ke dalam parit atau rorak yang sengaja dibuat sedemikian rupa di antara barisan tanaman dengan jalur memotong lereng. Teknik ini sangat efektif digunakan pada lahan miring hingga sangat miring (Gambar 6).
7
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Teknik Mulsa Vertikal pada Lahan Miring dengan Memasukkan Serasah Sisa Tanaman ke dalam Parit atau Rorak Memotong Lereng (Gambar Kiri) yang Kemudian Dicampur Pupuk Kandang (Gambar Kanan)
Pada teknik mulsa vertikal ini air berlebih (limpasan permukaan) yang mengalir di atas permukaan tanah akan masuk ke dalam parit (rorak) yang berisi bahan organik sisa tanaman dan atau pupuk kandang sehingga air lebih banyak ditahan di dalam parit atau rorak berisi bahan organik tersebut. Pada pertanaman tanaman semusim (jagung, padi gogo, ubi kayu, dan lain-lain) parit atau rorak yang telah diisi serasah dan pupuk kandang atau kompos dapat ditutup kembali dengan tanah sehingga tidak mengurangi luas permukaan lahan yang dapat ditanami. Pada musim tanam berikutnya, parit atau rorak dapat dipindah ke barisan lainnya. Dengan demikian, bahan oraganik yang dibenamkan tersebut juga akan berfungsi sebagai pupuk organik penyubur dan penggembur tanah. c. Pembuatan Embung Embung adalah kolam-kolam kecil yang sengaja dibuat untuk menampung air hujan pada lahan pertanian, terutama di lokasi yang sangat sulit mendapatkan sumber air, biasanya pada punggung dan puncak lereng (Gambar 7). Pada dasar kolam (embung) diberi lapisan kedap air berupa plastik atau dibeton agar air tidak mudah habis dari dalam embung.
8
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
Permukaan lahan
2 m 2-3 m 2 m Lapisan kedap (plastik/beton) 2-3 m Gambar 7. Pembuatan Embung di Bagian Punggung atau Puncak Lereng Guna Menyadap (Memanen) Air Hujan (Water Harvesting)
Dengan ukuran embung 3x3x2 meter misalnya, maka dapat ditampung tambahan air sebanyak 18 m3 untuk setiap embung. Bila setiap 500 m2 lahan dibuat satu embung, maka setiap hektar akan terdapat 20 embung. Ini berarti dapat ditampung air hujan sebanyak 360 m3 per hektar atau setara dengan 360.000 liter per hektar. d. Sistem Tanam Hole in Hole Sistem tanam hole in hole adalah pembuatan lubang tanam ganda sedemikian rupa sehingga lubang untuk penempatan bibit dibuat/berada di bagian tengah/di dalam lubang lainnya yang ukurannya lebih kecil (Gambar 8). Sistem tanam ini juga dimaksudkan sebagai upaya pemanenan air (water harvesting), terutama untuk penanaman tanaman pohon penghijauan/reboisasi di daerah yang sukar diperoleh sumber air (di bagian punggung atau puncak bukit/lereng). Dengan ukuran lubang luar 1x1x0,5 m, maka dapat ditahan air tambahan sebanyak 0,5 m3 per lubang. Bila jarak tanam pohon 10x10 meter maka akan diperoleh 100 lubang tanam. Ini berarti dapat ditahan tambahan air sebanyak 50 m3 atau setara dengan 50.000 liter air per hektar.
9
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Sistem Tanam Hole in Hole untuk Pemanenan Air (Water Harvesting) Hujan pada Penanaman Pohon (Terutama Penghijauan/Reboisasi) di Daerah yang Jauh dari/tidak ada Sumber Air
3. Pada lahan pemukiman/perkotaan; Beberapa tindakan dapat dilakukan guna meningkatkan daya jerap tanah terhadap air di kawasan pemukiman, diantaranya: a. Biopori Biopori secara harfiah merupakan lubang-lubang (pori-pori makro) di dalam tanah yang dibuat oleh jasad biologi tanah. Lubang cacing tanah, lubang tikus, lubang marmut, lubang anjing prairi, lubang semut, rayap, dan lain-lain, termasuk lubang bekas akar yang mati dan membusuk, merupakan contoh-contoh dari biopori di dalam tanah. Biopori dalam tanah ini sangat optimal keberadaannya di daerah yang tidak terganggu seperti pada lahan hutan dan kebun campuran. Pada lahan pertanian intensif dan di kawasan pemukiman, biopori sangat sedikit dijumpai, karena kehidupan jasad biologi tanah tersebut terganggu oleh berbagai aktivitas manusia, juga oleh pengaruh limbah dan aplikasi pestisida, sehingga tanah menjadi sangat padat. Keberadaan biopori yang banyak, akan mempertinggi daya jerap tanah terhadap air, karena air akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh (profil) tanah. Memodifikasi aktivitas jasad biologi tanah dalam menghasilkan biopori maka belum lama ini sivitas akademika IPB Bogor bekerjasma dengan Pemkab Bogor melakukan pembuatan biopori (lubang-lubang dalam tanah menggunakan bor tanah) yang diisi dengan serasah sisa tanaman agar dapat menyerap dan menyimpan air lebih banyak di dalam tanah. Gambar 9 merupakan illustrasi pembuatan biopori yang dilakukan oleh penulis bersama
10
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
masyarakat, relawan dan mahasiswa Departemen Ilmu Tanah FPUSU di kawasan pemukiman dan lahan sela perkebunan kelapa sawit.
Gambar 9. Pengeboran Tanah untuk Membuat Lubang-Lubang yang Kemudian Diisi Serasah Bahan Organik Sisa Tanaman (Biopori) Sehingga Dapat Menyerap Air Hujan Lebih Banyak di Lahan Pertanian dan atau Pemukiman
Lubang biopori yang dibuat sedalam 1 meter dengan diameter lubang sekitar 10 cm maka dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Bila jarak antar biopori tersebut 2 x 2 meter maka akan terdapat sebanyak 2500 lubang biopori per hektar yang berarti dapat menampung tambahan air sebanyak 75 m3 atau setara dengan 75.000 liter air per hektar. Ini belum termasuk banyaknya air yang dijerap oleh serasah organik yang dimasukkan ke dalam biopori tersebut yang dapat menyerap air 2 kali lebih besar dari bobot bahan organiknya. Serasah organik yang dapat ditampung oleh lubang biopori sedalam 1 meter dengan diameter 10 cm tersebut sebanyak 2,0-3,2 kg bahan segar. Dalam waktu sekitar 21 hari, bahan organik segar dalam lubang biopori ini dapat menjadi kompos. Kompos ini dapat pula dipanen untuk pupuk (yang kemudian kami sebut dengan ”Kombipor” atau kompos biopori). Teknik kombipor ini efektif pula dalam penanggulangan sampah organik (sampah basah) pada skala (penanggulangan) sampah rumah tangga. Selain itu, air yang masuk ke dalam lubang biopori tersebut dapat dengan mudah bergerak di dalam profil tanah (perkolasi) masuk ke dalam air bawah tanah (ground water). b. Tapak Halaman dan Badan Jalan Permeable Mengupayakan tapak halaman dan badan jalan di lingkungan rumah/ perkantoran/pemukiman agar tetap dapat melakukan penyerapan
11
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
terhadap air hujan (permeable) merupakan tindakan bijaksana dalam membantu memitigasi banjir. Pengerasan halaman rumah dan badan-badan jalan di area (kompleks) pemukiman/perkantoran menggunakan cone block (bataco) misalnya, dengan dasar pasir yang langsung bertumpu di atas hamparan tanah (tanpa disemen), dapat menyerap air dalam jumlah cukup besar. Dengan penghitungan yang sederhana saja, jika cone block yang digunakan berukuran 10 x 20 cm maka pada lahan seluas 1 m2 terdapat 50 cone block atau 500.000 cone block per hektar. Susunan cone block yang biasanya diletakkan sedemikian rupa di atas hamparan pasir di atas tanah yang sudah diratakan dengan jarak (ruang) antar cone block berkisar 0,5-1,0 cm. Dengan menganggap jarak (ruang) antar cone block tersebut 0,5 cm saja, dan ketebalan cone block 10 cm, maka terdapat ruangan total di antara cone blockcone block tersebut sebesar 7.500.000 cm3 atau 7,5 m3 untuk setiap hektar lahan. Dengan demikian, bila tanah dasar memiliki laju infiltrasi sebesar 0,3 cm/jam saja, maka air hujan yang dapat ditampung di area ini sebanyak 37,5 m3 per hektar per jam. c. Sumur Resapan Bangunan peresapan air (sumur resapan) merupakan lubang yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran dan model yang bervariasi (Gambar 10 dan 11) bergantung kepada tujuan dan kondisi lahannya, guna menampung air hujan berlebih di sekitar area pemukiman atau di dalam kawasan budidaya.
Gambar 10. Model Konstruksi Sumur Resapan yang Dipasang pada Rumah dengan atau tanpa Saluran Pelimpah (Berd, 2007)
12
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
Gambar 11. Model Konstruksi Sumur Resapan dengan Pasangan Batu Bata yang Dipasang pada Rumah yang tidak Memiliki Talang Pembuang (Berd, 2007)
Sumur resapan memiliki fungsi ganda (Berd, 2007), yaitu: (1) meresapkan air hujan ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi genangan pada saat terjadi hujan dan menahan laju erosi pada lahan-lahan terbuka dan (2) air yang diresapkan ke dalam tanah menjadi cadangan pada saat musim kemarau. Ditinjau dari nilai ekonomisnya, sumur resapan ini merupakan solusi termurah dalam manajemen air. Kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya telah menerapkan model ini dan diatur di dalam perda, bahkan sumur resapan menjadi syarat utama untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di sana.
KESIMPULAN 1. Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai penyedia produk nyata berupa pangan dan serat tetapi memiliki banyak fungsi, termasuk dalam memitigasi banjir. 2. Dengan meningkatkan daya jerap tanah pertanian 1 cm saja per jam, maka air yang dapat diserap tanah tersebut dapat bertambah hingga 100.000 liter (100 m3) per hektar per jam. 3. Berbagai upaya dalam meningkatkan daya jerap tanah pertanian terhadap air dapat dilakukan dengan mudah dan secara masal di
13
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
4.
5.
6.
7.
antaranya: aplikasi mulsa organik, penerapan teknik mulsa vertikal, pembuatan embung, dan teknik tanam hole in hole. Peningkatan daya jerap tanah terhadap air di kawasan pemukiman/ perkantoran dapat dilakukan dengan jalan pembuatan biopori, sumur resapan, dan tapak halaman/badan jalan menggunakan cone block yang permeable. Teknik biopori dan sumur resapan dapat juga diterapkan guna meningkatkan daya jerap tanah terhadap air di kawasan budidaya, sementara teknik biopori yang diisi dengan sampah organik untuk memproduksi kompos (kombipor) sekaligus dapat berperan dalam penanggulangan sampah basah di tingkat rumah tangga. Mempertahankan serasah lantai hutan merupakan tindakan yang sangat penting, setara dengan pencegahan terhadap konversi dan illegal logging, dalam mempertahankan daya jerap tanah terhadap air di lahan hutan, sekaligus mencegah terjadinya banjir di daerah hilir. Pada akhirnya, setiap orang, tidak terkecuali rakyat kecil hingga ke pejabat penentu kebijakan, orang miskin hingga orang kaya, petani, pegawai, maupun pengusaha, anak-anak hingga ke orang dewasa, dapat memerankan diri sebagai pelaku dalam memitigasi banjir.
UCAPAN TERIMA KASIH Hadirin yang saya muliakan, Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berjasa dalam mengantarkan saya menjadi guru besar tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pertama, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA atas kepercayaan dan kehormatan yang dilimpahkan kepada saya untuk memangku jabatan fungsional sebagai guru besar dalam ilmu tanah pada Fakultas Pertanian USU. Berikutnya, sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) atas bantuan dan perhatian serta telah melancarkan proses pengusulan saya menjadi guru besar hingga dikukuhkan pada hari yang berbahagia ini. Semoga beliau diberi kekuatan
14
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
dan petunjuk oleh Allah SWT dalam memimpin Universitas Sumatera Utara dan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Amin. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada para Pembantu Rektor USU yaitu: Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, Ibu dr. Linda Maas, MPH, Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, dan Bapak Ir. Isman Nuriadi, MM atas bantuan dan arahan serta motivasinya sehingga saya memperoleh gelar tertinggi di bidang akademik ini. Kepada Dekan Fakultas Pertanian USU, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc. Ph.D, dan para Pembantu Dekan serta para mantan dekan Fakultas Pertanian USU saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan serta kerjasamanya sehingga saya dapat mencapai jabatan fungsional tertinggi di Fakultas Pertanian USU. Terima kasih saya sampaikan pula kepada para anggota dewan pertimbangan Fakultas Pertanian, para anggota senat guru besar USU, tim penilai kenaikan pangkat di tingkat Fakultas Pertanian dan di tingkat USU yang telah memberikan persetujuan atas usulan saya sebagai guru besar. Kepada Bapak dan Ibu Guru saya sejak dari SD Negeri 1 Sunggal, SMP Tri Dharma Sei Semayang, hingga SMA Medan Putri Medan yang telah memberikan dasar-dasar keilmuan yang sangat berguna dalam mengantarkan saya menimba ilmu di perguruan tinggi hingga menjadi dosen guru besar di perguruan tinggi ini. Pada tempatnya saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disertai harapan dan doa semoga apa yang Bapak/Ibu lakukan menjadi bagian dari amal dan ibadah serta karya dan amal saya di bidang keilmuan ini, fadilahnya juga mengalir kepada Bapak/Ibu guru saya, terutama mereka yang sudah mendahului kita semua. Amin. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga saya sampaikan kepada para dosen saya di USU, khususnya di Fakultas Pertanian USU, para dosen saya di Program Pascasarjana UGM Yogyakarta dan para dosen saya di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang menghantarkan saya menapaki tahapan-tahapan keilmuan dengan kelengkapan gelar akademik saya di perguruan tinggi, dengan harapan dan doa saya semoga apa yang Bapak/Ibu lakukan menjadi bagian amal dan ibadah dan fadilahnya mengalir secara berkesinambungan. Kepada teman sejawat, mahasiswa, dan sahabat saya, baik di lingkungan kerja, maupun di lingkungan masyarakat dan tetangga-tetangga serta
15
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
kerabat keluarga saya, saya sampaikan pula ucapan terima kasih atas segala dukungan dan doanya. Akhirnya, sembah dan sujud serta ucapan terima kasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada ayahanda saya H. Ismail bin Djasar dan ibunda saya Hj. Salmah binti Abdullah HAS yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan cinta kasih berdasarkan pundi-pundi Ilahiah pada setiap detik dan detak napas kehidupan, pada setiap fajar hingga penghujung malam, disertai doa yang tulus sehingga membuka kelapangan jalan bagi hamba ananda dalam mengarungi bahtera lautan karier ini, menggapai ridho dan inayah-Nya di sepanjang masa. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya tidak akan luput dari hati dan bibir saya kepada mertua saya Alm. Ngaiman dan ibunda Turijah binti Ramlan yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran turut mendoakan dan memotivasi saya dalam menapaki karier di lingkungan pekerjaan saya ini. Istriku tercinta Dra. Erlinawati yang dengan tabah dan setia, dengan penuh pengorbanan, selalu mendampingi, memberikan dukungan dan doa untuk saya, baik dalam keadaan suka maupun duka, juga kepada anak-anak saya Bebby Meirina Rachmah, S.Sos, Zuhrina Aidha, dan Ridho Fakhmi Abdul Aziz, pada tempatnya papa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga, semoga cucuran rahmat Allah SWT tiada henti kepada kita atas ketabahan mama dan anak-anakku dalam pengorbanan dan kesetiaan yang telah dipersembahkan. Kepada adik-adik kandung saya Sarpiah, S.Pd dan suami, Sahar Ismail dan Istri, Ir. Abdul Samad dan Istri, Abdul Rahman dan Istri, Ir. Abdul Jalil dan istri, Abdul Halim, AMd dan istri, serta Dr. Agusmidah, SH, MH dan suami, juga adik-adik ipar saya Ida Yuliani dan suami, Ida Agustini dan suami, Rosmiyati, AMd dan suami, Erni Susilawati, dan Ir. Nilawati, serta anakanak angkat saya Syaifii dan istri, Fatimah dan suami serta Erdianto Syahputra, saya sampaikan pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, baik moril maupun materil, serta doanya selama ini. Akhir kata, kepada panitia pengukuhan ini, juga kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan dukungan, baik moril maupun materil saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
16
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
Untuk semua kesalahan dan kesilapan yang pernah saya lakukan, baik disengaja, maupun tidak, kepada Allah SWT saya memohon ampun, dan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sekalian saya mohon diperbanyak maaf. Wabillahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
17
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Abdul-Rauf. 2008. Solving poverty problem and save environment by using agroforestry system. International Seminar the Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia, Medan, 29 July 2008. Abdul-Rauf. 2008. The effect of taking the litter (humus) of tropical rainforest in North Sumatra on infiltration capacity and flooding. International Seminar on the 20th Years of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Sumatra Utara, August 27, 2008. Abdul-Rauf. 2008. Pengendalian Erosi dan Limpasan Permukaan Menggunakan Teknik Mulsa Vertikal pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring. Jurnal Agrista UNSYIAH Banda Aceh, Vol.12 No.1, April 2008. Hal. 1-9. Abdul-Rauf, 2008. Agroforestry untuk Pengentasan Kemiskinan sekaligus Penyelamat Lingkungan. Prosiding Seminar the Indonesian Network For Agroforestry Education (INAFE). Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4 Maret 2008, Hal. 173-180. Abdul-Rauf. 2007. Dampak Pengurasan Serasah Lantai Hutan Alami di Sumatera Utara Terhadap Laju Kapasitas Infiltrasi Tanah. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007. Abdul-Rauf, 2007. Perubahan Prilaku Air dan Kadar Bahan Organik Tanah Akibat Konversi Hutan Alami Menjadi Hutan Tanaman di Sumatera Utara. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007. Abdul-Rauf. 2004. Kajian Sistem dan Optimasi Penggunaan Lahan Agoforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser. Studi Kasus di Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Disertasi SPS IPB, Bogor. Abdul-Rauf. 1999. Pengaruh Mulsa Vertikal terhadap Sifat Tanah, Produksi Jagung, Erosi dan Pemanenan Air di Lahan Kering Berlereng Curam. Makalah pada Kongres VII dan Seminar Nasional HITI. Bandung, 2728 November 1999.
18
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
Abdul-Rauf, B. Slamet, dan Erlinawati. 2008. Multifungsi Pertanian: Sebuah Tinjauan Peran Pertanian Sebagai Penghasil Pangan Sekaligus Pengaman Lingkungan. Prosiding Seminar Dunia Pertanian Sebagai Pengaman Ketahanan Pangan Sekaligus Penyelamat Lingkungan, dalam rangka Dies Natalis FP-USU ke 51, Medan, 4 Desember 2008. Hal. 1-5. Abdul-Rauf, D. Elfiati, dan Erlinawati. 2008. Laju Infiltrasi dan Perkolasi pada Beberapa Tipe Hutan Kota Medan. Prosiding Semiloka Pengelolaan DAS Berbasis Multipihak. BP-DAS Wampu Sei Ular dan FP-USU, Medan, 30 Oktober 2008. Hal. 191-196. Abdul-Rauf dan G. Sitanggang. 2007. Pendapatan Petani dan Pengendalian Erosi akibat Penerapan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar FP-USU, Vol.1 No.1, Maret 2007, Hal. 1-6. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air (Edisi ke 2). IPB Press. Bogor. Balai Penelitian Tanah. 2005. Multifungsi Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Berd, I. 2007. Rekayasa Biofisik Hulu DAS Kampar Guna Mitigasi Banjir Dan Kekeringan di Riau. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007. Brata, K.R. 1995. Efektivitas Mulsa Vertikal sebagai Tindakan Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Dermaga. Jurnal Pertanian Indonesia, Vol. 5, No. 1, Bogor. Nopandry, B. 2004. Pengambilan Humus Hutan oleh Masyarakat; Studi Kasus di Desa Kutagugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Seminar Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian USU. Puslitanak. 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
19
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama NIP Tempat/Tanggal Lahir Agama Jenis Kelamin Nama Orang Tua Ayah Ibu 7. Nama Istri 8. Nama Anak
9. Alamat Rumah
10.Alamat Kantor
: : : : :
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP 131 653 982 Binjai/17 September 1959 Islam Laki-laki
: : : :
H. Ismail Hj. Salmah Dra. Erlinawati 1. Bebby Meirina Rachmah, S.Sos 2. Zuhrina Aidha 3. Ridho Fakhmi Abdul Aziz : Jl. Binjai km. 13,5 Pasar Kecil-Pondok Miri Gg. Pribadi Sei Semayang Sunggal, Deli Serdang : Jl. Prof. A. Sofyan No. 3, Kampus USU, Medan
B. PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4.
SD Negeri 1 Sunggal, lulus tahun 1972 SMP Swasta Tri Dharma Sei Semayang, lulus tahun 1975 SMA (IPA) Swasta Medan Putri Medan, lulus tahun 1979 S-1 (Ir.) Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU, lulus tahun 1985 5. S-2 (MP) Program Studi Ilmu Tanah Program Pascasarjana UGM Yogyakarta, lulus tahun 1994 6. S-3 (Dr.) Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, lulus tahun 2004
C. KURSUS DAN PELATIHAN 1. Workshop on Fragile Land Management, Penyelenggara: BKS PTN Wilayah Barat Indonesia di UNSYIAH Banda Aceh, Januari-Februari 1990.
20
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
2. Kursus Penanganan Limbah Industri, Penyelenggara: PAU Bioteknologi UGAM Yogyakarta, November-Desember 1991. 3. Workshop on Wise Management of Tropical Peatland in Kalimantan, Penyelenggara: BPPT Kementrian RISTEK Jakarta, Maret 1999. 4. Workshop Implementasi Sistem Manajemen Mutu untuk Gugus Jaminan Mutu (GJM) dan Gugus Kendali Mutu (GKM) USU Angkatan I, 22-23 Januari 2007.
D. PEKERJAAN 1. Guru pada Yayasan As-Siddikin Tembung, tahun 1981-1983 2. Guru SMA PGRI 13 Perumnas Mandala Medan, tahun 1984-1985 3. Guru pada Perguruan Al-Azhar Yayasan Hajjah Rachmah Nasution Medan, tahun 1985-1987 4. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan, tahun 1985-1987 5. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Al-Azhar Medan, 1986-2002. 6. Dosen Fakultas Pertanian USU, tahun 1987 hingga sekarang. (Saat ini diberi kepercayaan oleh Rektor USU sebagai Ketua Departemen/Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU, periode II: 2007-2010) 7. Dosen Sekolah Pascasarjana USU, tahun 2004 hingga sekarang
E. PENELITIAN (8 TAHUN TERAKHIR) No.
Judul
Tahun
Kedudukan
1
Pengaruh Mulsa Vertikal terhadap Sifat Tanah, Produksi Jagung, Erosi, dan Pemanenan Air di Lahan Kering Berlereng Curam
1999
Ketua
2
Kajian Sosial Ekonomi Sistem Agroforestry di Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser
2000-2001
Ketua
3
Kajian Sistem dan Optimasi Penggunaan Lahan Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (Disertasi)
2001-2004
Ketua
4
Evaluasi dan Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit pada Lahan Gambut di Kabupaten Rokan Hulu Riau
2003
Ketua
21
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
No.
Judul
Tahun
Kedudukan
5
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Gunung Bayu Kabupaten Simalungun Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Kebun Aek Torop Kabupaten Labuhan Batu Evaluasi Kesesuaian Lahan Sawah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Kebun Sisumut Kabupaten Labuhan Batu Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Survey Identifikasi dan Desain Kebun Koleksi Hortikulturan di Kabupaten Simalungun dan Tobasa Survei Kondisi Eksisting dan Perencanaan Pengembangan Irigasi dan Rawa di Sumatera Utara Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kecamatan Ambawang Kabupaten Pontianak Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Desa Batu Mundam Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal
2004
Anggota
2004
Anggota
2004
Ketua
2005
Anggota
2005
Ketua
2004
Anggota
2004
Anggota
2005
Anggota
2005
Anggota
2005
Anggota
6
7
8
9
10
11
12
13
14
22
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
No.
Judul
Tahun
Kedudukan
15
Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah
2006
Ketua
16
Kajian Potensi Sumberdaya alam Pesisir dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai
2006
Anggota
17
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai
2006
Anggota
18
Evaluasi Lahan untuk berbagai jenis Komoditi Unggulan di Kabupaten Karo
2006
Ketua
19
Pengaruh Teknik Mulsa Vertikal terhadap Sifat dan Erosi Tanah pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring
2007
Ketua
20
Studi Kelayakan Alih Fungsi Lahan Hutan di Kabupaten Pakpak Barat
2007
Ketua
21
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang
2007
Anggota
22
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Tamiang
2007
Anggota
23
Analisa dan Pemetaan Potensi Aliran Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat
2008
Ketua
24
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Batang Gadis-Batang Angkola
2008
Anggota
25
Studi Penyusunan Karakteristik DAS Wampu
2008
Ketua
26
Identifikasi Profil Arboretum USU 2006-2008
2008
Ketua
27
Studi Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Air Baku Provinsi Sumatera Utara
2008
Ketua
23
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
F. KARYA ILMIAH (5 TAHUN TERAKHIR) No.
Judul Karya Ilmiah
1
Perubahan Paradigma dan Strategi dalam Pengembangan Manajemen Sumberdaya Air
2
Optimalisasi Sistem Agroforestry di Kawasan Perbukitan Kritis Guna Mendukung Kebutuhan Hidup Layak Petani.
3
Pemberdayaan perbukitan kritis untuk sistem agroforestry guna mendukung penguatan ketahanan pangan.
4
Prilaku Air Tanah pada Berbagai Jenis Hutan Tanaman (Silvikultur) di Sumatera Utara Pengujian Rumput Tapak Liman (Elephantopus Scaber L.) Sebagai Tanaman Penutup Tanah Terhadap Beberapa Sifat Inceptisol Potensi Biomassa dan Penambatan Karbon pada Sistem Agroforestry Dampak Pengurasan Serasah Lantai Hutan Alami di Sumatera Utara Terhadap Laju Kapasitas Infiltrasi Tanah
5
6
7
24
Presentasi/Jurnal
Tgl./Bln./Thn./ Tempat
Prosiding Seminar Nasional Sistem Pertanian Hemat Air FP-USU: Hal. 35-39 Prosiding seminar Nasional Soaialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian BPPTSumatera Utara: Hal. 573-581 Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan, UPR FPUSU: Hal.105-113 Prosiding Kongres & Seminar Nasional MKTI: Hal.230-235 Prosiding Kongres & Seminar Nasional HITI: Hal.415-420
4 April 2006/Medan
Prosiding Kongres & Seminar Nasional MKTI Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS PTN Indonesia Wilayah Barat
17-18 Desember 2007, Cisarua Bogor 24-25 Juli 2007, Pakan Baru Riau
21-22 November 2005/Medan
4 Juni 2005/Medan
11-12 Desember 2004/Yogyakarta
21-23 Juli 2003/ Padang
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
No.
Judul Karya Ilmiah
8
Penerapan Teknik Mulsa Vertikal pada Pertanaman Jeruk Manis di Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat;
9
Teknik Penempatan Pupuk Kandang dan Kompos dalam Goni dan Rorak pada Pertanaman Jeruk Manis Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Pengelolaan Lahan Pertanian dalam Upaya Memitigasi Banjir: Membangun Persepsi Bahwa Dunia Pertanian/ Perkebunan Bukan Hanya Berorientasi Ekonomis, Tetapi Juga Ekologis Kondisi Tegakan Hutan Mangrove dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah di Muara Sungai Wampu Kabupaten Langkat; Makalah pada Seminar Nasional Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular. Laju Infiltrasi dan Perkolasi Tanah pada Beberapa Tipe Hutan Kota.
10
11
12
13
Multifungsi Pertanian: Sebuah Tinjauan Peran Pertanian Sebagai Penghasil Pangan Sekaligus Pengaman Lingkungan
Presentasi/Jurnal
Tgl./Bln./Thn./ Tempat
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS PTN Indonesia Wilayah Barat Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Bidang Pertanian, UPR FPUSU Medan
24-25 Juli 2007, Pekan Baru Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular
30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular
30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular Prosiding Seminar Sehari dalam rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU
30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan
Kampus Fakultas Pertanian USU Medan
4 Desember 2007, Kampus FP-USU Medan
25
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
No.
Judul Karya Ilmiah
14
Optimalisasi Usaha Subsektor Perkebunan Di Sumatera Utara; Makalah pada Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU
Prosiding Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU
15
Perubahan Prilaku Air dan Kadar Bahan Organik Tanah Akibat Konversi Hutan Alami Menjadi Hutan Tanaman di Sumatera Utara
Prosiding Seminar Universitas Riau Nasional dan Rapat Pekanbaru, 25 Juli Tahunan Dekan 2007 Bidang Ilmu-Ilmu Pertanain BKS PTN Wil.Barat Indonesia
16
Agroforestry untuk Pengentasan Kemiskinan Sekaligus Penyelamat Lingkungan
Prosiding Seminar Nasional dan General Meeting The Indonesian Network for Agroforestry Education (INAFE)
3-5 Maret 2008, Fakultas Pertanian - Universitas Sebelas Maret, Surakarta
17
Penggunaan Sistim Tumpang Sari pada Lahan Kelapa Sawit untuk Agribisnis Jagung Dalam Rangka Peningkatan Produksi Pangan
Prosiding Seminar Nasional dan General Meeting The Indonesian Network for Agroforestry Education (INAFE)
3-5 Maret 2008, Fakultas Pertanian - Universitas Sebelas Maret, Surakarta
18
Optimasi Pemanfaatan Lahan Perkebunan Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Sumatera Utara
Prosiding Seminar Universitas Syiah Nasional dan Rapat Kuala Banda Aceh, Tahunan Dekan 22-25 Juli 2008 Bidang Ilmu-Ilmu Pertanain BKS PTN Wil.Barat Indonesia
19
Penggunaan Lahan Optimal dengan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyanggaga Taman Nasional Gunung Leuser.
Jurnal Agrisol SPSUSU
26
Presentasi/Jurnal
Tgl./Bln./Thn./ Tempat 4 Desember 2007, Kampus FP-USU Medan
2005/4(1): 7-21.
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
No.
Judul Karya Ilmiah
Presentasi/Jurnal
Tgl./Bln./Thn./ Tempat
20
Pendayagunaan lahan AlangAlang dengan Berbagai Cara Pengendalian terhadap Tanaman Jagung dan Sifat Tanah.
Jurnal Agrisol SPS- 2004/3(1): 22-26 USU
21
Kajian tentang Beberapa Sifat Fisika Inceptisol pada Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng Berbeda di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Langkat
Jurnal Kultura FP- 2004/39(2):78-84 USU
22
Pengendalian Erosi dan Limpasan Permukaan Menggunakan Teknik Mulsa Vertikal pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring
Jurnal Agrista UNSYIAH Banda Aceh
Vol.12 No.1, April 2008. Hal. 1-9.
23
Pendapatan Petani dan Pengendalian Erosi akibat Penerapan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara
Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar FP-USU
Vol.1 No.1, Maret 2007, Hal. 1-6
24
Solving poverty problem and save environment by using agroforestry system
International Seminar The Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia
Tiara Hotel Medan, 29 July 2008.
25
The Effect of Taking the Litter (Humus) of Tropical Rainforest in North Sumatra on Infiltration Capacity and Flooding
International Seminar on The 20th Years of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences
University of Sumatra Utara, August 27, 2008
27
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
No.
Judul Karya Ilmiah
Presentasi/Jurnal
Tgl./Bln./Thn./ Tempat
26
Optimation Exploiting of Plantation to Improve Earnings of Farmers in North Sumatra
International Seminar The Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia
Tiara Hotel Medan, 29 July 2008.
27
Profil Arboretum USU (20062008)
Buku Cetak ISBN (sedang proses)
USU Press, Medan, Maret 2009
G. PERTEMUAN ILMIAH (5 TAHUN TERAKHIR) No.
Nama
1
Expose of Dry land Management for Agribusiness of Tropical Fruits
2
Tempat
Peran
29 Januari 2007
Hatyai Songkhla Thailand
Peserta
Expose Program Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Ibu Pejabat Mada Ampang Jajar, Alor Star Kedah Darul Aman
30 Januari 2007
Kedah Malaysia
Peserta Peserta
3
Seminar Nasional Sistem Pertanian Hemat Air FP-USU Seminar Nasional Sistem Pertanian Hemat Air; FP-USU
4 Appril 2006
Medan
Pemakalah
4
Seminar Nasional Hasil Penelitian Mendukung Ketahanan Pangan; BPTP Sumatera Utara
21-22 November 2005
Medan
Pemakalah
5
Seminar Sehari Hasil Penelitian dan Ketahanan Pangan; FP-USU
4 Juni 2005
Medan
Pemakalah
6
Seminar dan Kongres Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI)
11-12 Desember 2004
Yogyakarta
Pemakalah
7
Seminar Sehari “Air dan Bencana” Dalam Rangka Hari Air se-Dunia 2004
22 Desember 2004
Medan
Pemakalah
28
Waktu
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
No.
Nama
Waktu
Tempat
Peran
8
Lokakarya Rencana Aksi Pengelolaan DAS Deli secara Terpadu; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.
20 Desember 2004
Medan
Pemakalah
9
Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI)
21-23 Juli 2003
Padang
Pemakalah
10
Seminar Desain dan Rencana Pengelolaan Terpadu DAS Deli; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.
30 Desember 2003
Medan
Pemakalah
11
Seminar Sehari “Air dan Bencana” Dalam Rangka Hari Air se-Dunia 2004
22 Desember 2004
Medan
Pemakalah
12
Lokakarya Rencana Aksi Pengelolaan DAS Deli secara Terpadu; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.
20 Desember 2004
Medan
Pemakalah
13
Seminar Nasional Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian
21-22 Nopember 2005
Medan
Pemakalah
14
Seminar dan Rapat Tahunan Fakultas Pertanian BKS PTN Wilayah Barat
25 Juli 2007
Pekanbaru
Pemakalah
15
Seminar Hasil-Hasil Penelitian Pertanian
08 Agustus 2007
Medan
Pemakalah
16
Semiloka Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular
30 Oktober 2007
Medan
Pemakalah
17
Seminar dan Kongres Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) VI
17-18 Desember 2007
Cisarua Bogor
Pemakalah
29
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
No.
Nama
Waktu
Tempat
Peran
18
Seminar Nasional dan General Meeting the Indonesian Network for Agroforestry Education (INAFE)
3-5 Maret 2008
Surakarta
Pemakalah
19
International Seminar the Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia
29 July 2008
Medan
Pemakalah
20
International Seminar on The 20th Years of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences
August 27, 2008
Medan
Pemakalah
H. ORGANISASI 1. Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Periode 2007-2011 2. Pengurus Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Periode 2007-2012 3. Pengurus Musyawarah Daerah KAHMI Sumatera Utara Periode 20072010 4. Pengurus Forum DAS Wampu Sumatera Utara
I. PENGHARGAAN No.
Nama Piagam Penghargaan
1
Dosen Teladan FP USU
2
Piagam Man and The Biosphere (MAB)
3
Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun
30
Pemberi Penghargaan
Tempat/Tahun
FP-USU
Medan/1993
LIPI bekerjasama dengan PBB (UNESCO)
Jakarta/2001
Presiden RI
Medan/2006
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan Upaya Memitigasi Banjir
1