JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN CONTOH HARGA DIRI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS VII SLB NEGERI SURAKARTA (Metode Gabungan Ekspositori dan Kerja kelompok) Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari
[email protected] SLB Negeri Surakarta
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyebutkan contoh harga diri dan sejauh mana peningkatan minat, perhatian dan partisipasi siswa terhadap materi harga diri kompetensi dasar menyebutkan contoh harga diri dengan menerapkan trategi pembelajaran kontekstual metode gabungan ekspositori dan kerja kelompok pada siswa tuna grahita ringan kelas VII. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan, Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa didapatkan bahwa kemampuan menyebutkan contoh harga diri siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (57,14%), dan siklus II (85,75%). Kata Kunci: harga diri, pembelajaran kontekstual, ekspositori, kerja kelompok Di dalam kenyataan cara atau metode
PENDAHULUAN Di dalam belajar-mengajar guru harus
mengajar
atau
teknik
penyajian
yang
memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
digunakan oleh guru untuk menyampaikan
secara efektif dan efisien, mengena pada
informasi atau massage lisan kepada siswa
tujuan yang diharapkan salah satu langkah
berbeda dengan cara yang ditempuh untuk
untuk memiliki strategi itu ialah harus
memantapkan
menguasai
pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode
teknik-teknik
penyajian,
atau
biasanya disebut metode pengajaran.
siswa
dalam
menguasai
yang digunakan untuk memotivasi siswa agar
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu
mampu menggunakan pengetahuannya untuk
pengetahuan tentang cara-cara pengajaran
memecahkan suatu masalah yang dihadapi
yang dipergunakan oleh guru atau instruktur.
ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan
Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian
akan berbeda dengan metode yang digunakan
yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau
untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan
penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat
menghadapi segala persoalan. (Jihad 2012).
ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.
Di samping itu bahwa secara empiris hasil pembelajaran PKn masih sangat rendah, khususnya kompetensi menyebutkan contoh
Wahyu Trimei-Pembelajaran Konstekstual harga diri, hal ini didasarkan dari nilai ulangan
Sehubungan dengan permasalahan di
PKn khususnya kompetensi menyebutkan
atas maka penulis berusaha memperbaiki dan
contoh harga diri siswa tuna grahita ringan
memecahkan permasalahan tersebut dengan
kelas VII menunjukan bahwa lebih dari 50 %
menggunakan
siswa
kontekstual
belum
ketuntasan
dapat
minimal
mencapai (KKM)
kriteria
yang
strategi yaitu
pembelajaran
konsep
belajar
yang
telah
membantu guru mengaitkan antara materi
ditetapkan, yaitu nilai minimal 70, sedangkan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
secara klasikal belum mencapai 80% yang
siswa
telah mencapai daya serap.
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
melihat,
kehidupan
sehari-hari
mengajukan pertanyaan dan membahasnya
melibatkan
dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa
pembelajaran
perlu
yakni
kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat
menggambarkan sesuatu dengan cara mereka
belajar, permodelan, dan penilaian autentik,
sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
dalam penelitian ini penulis menggunakan
mempraktekkan
metode
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik,
kita
perlu
mendengar,
“mengerjakannya”,
mengerjakan
keterampilan tugas
yang
dan
dan
mendorong
tujuh
gabungan
siswa
membuat
mereka,
dengan
komponen
utama
kontekstual,
ekspositori
yakni
dan
kerja
menuntut
kelompok dan diharapkan dengan penerapan
pengetahuan yang telah atau harus mereka
trategi pembelajaran ini dapat meningkatkan
dapatkan.
kemampuan siswa dalam kompetensi dasar
Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki
kecerdasan
dibawah
rata-rata,
bahkan bisa di bilang memiliki kecerdasan yang
sangat
kurang,
grahita ringan klas VII SLB Negeri Surakarta. Metode ekspositori adalah suatu metode
didalam
dimana guru memberi informasi hanya pada
memahami makna suatu kalimat/pengertian
waktu-waktu tertentu yang diperlukan siswa,
dalam pelajaran sangat sulit, untuk itu
misalnya pada awal pengajaran, atau untuk
diperlukan
suatu topik yang baru. Strategi ini sangat
suatu
sehingga
menyebutkan contoh harga diri siswa tuna
metode
dan
strategi
pembelajaran yang menarik.
berguna dalam mengajarkan suatu topik
Pada umumnya siswa dengan kategori
kepada siswa, baik secara perorangan maupun
tunagrahita ringan kurang dapat berpikir
kelompok. Dalam metode ini guru berperan
secara abstrak. Mereka berpikir atas dasar
sebagai motivator saja, pembelajaran tetap
pengalaman konkrit yang dilihat atau dialami.
berpusat pada murid, sedangkan metode kerja
Dalam
perlu
kelompok adalah ialah suatu cara mengajar,
untuk
dimana siswa di dalam kelas dipandang
kemampuan
sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok
menerima
bantuan menolong intelektual.
pelajaran
tindakan-tindakan pengembangan
siswa nyata
terdiri dari 3 (tiga) atau 4 (lima) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah,
JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 atau
melaksanakan
tugas
tertentu,
dan
Kemmis dan Taggart (1988: 14) menyatakan
berusaha mencapai tujuan pengajaran yang
bahwa model penelitian tindakan adalah
ditentukan pula oleh guru.
berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan
Kemampuan yang dimiliki oleh setiap
pada suatu siklus meliputi perencanaan atau
manusia berbeda, perbedaan tersebut membuat
pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini
manusia memiliki ciri khas yang tidak sama
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
masing-masing individu. Kemampuan juga
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
bisa disebut sebagai potensi yang ada dalam diri
setiap
individu,
bisa
Subjek penelitian adalah siswa tuna
dipelajari,
grahita ringan yang berjumlah 7 orang kelas
dikembangkan dan diasah agar menjadi lebih
VII SLB Negeri Surakarta Semester II Tahun
baik dari waktu ke waktu. Seseorang dikatakan
Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan
memiliki kemampuan atau mampu bila ia bisa
secara kolaboratif dengan guru/observer untuk
dan sanggup melakukan sesuatu yang memang
kelancaran penelitian dan pengambilan data
harus dilakukan.
secara objektif.
Menyebutkan contoh harga diri adalah
Aspek
yang akan
diteliti meliputi
salah satu kompetensi dasar dalam pelajaran
peningkatan kemampuan menyebutkan contoh
PKn yang harus dikuasai oleh siswa tuna
harga diri serta minat, perhatian dan partisipasi
grahita klas VII, harga diri (self esteem) adalah
siswa
penilaian individu terhadap kehormatan diri,
instrumen tes formatif untuk mengetahui
melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang
tingkat
sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan
contoh harga diri dan lembar observasi untuk
menggambarkan sejauh mana individu tersebut
mengetahui peningkatan minat, perhatian dan
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki
partisipasi siswa dalam kerja kelompok.
kemampuan,
keberartian,
berharga,
dan
kompeten.
dalam
kerja
kemampuan
Kriteria mengukur
yang
tingkat
kelompok,
siswa
dengan
menyebutkan
digunakan
untuk
keberhasilan
dalam
Dengan menyadari gejala-gejala atau
penelitian ini adalah jika ada peningkatan
kenyataan tersebut di atas, maka dalam
kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh
penelitian ini penulis mengambil
judul
harga diri secara klasikal dan individual, atau
Menyebutkan
minimal 80% dari siswa mencapai tingkat
Contoh Harga Diri Dengan Menerapkan
pemahaman materi atau melampaui batas
Strategi Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
Tuna Grahita Ringan Kelas VII SLB Negeri
ditunjukan dengan perolehan nilai tes formatif
Surakarta”
70
“Peningkatan
Kemampuan
atau
lebih
pada
materi
harga
diri
kompetensi dasar menyebutkan contoh harga diri.
METODE PENELITIAN Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran
yang
berkesinambungan.
Kemudian indikator peningkatan minat, perhatian
dan
partisipasi
siswa
saat
Wahyu Trimei-Pembelajaran Konstekstual pembelajaran berlangsung serta interaksi antar
perhatian serta partisipasi siswa. Semua data
siswa ketika siswa melakukan kerja kelompok
yang
diamati dan dicatat. Jika minat, perhatian dan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
partisipasi siswa tuna grahita ringan ada
Apabila belum mencapai indikator
peningkatan maka penerapan pembelajaran
ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus
kontekstual metode gabungan ekspositori dan
III. Namun apabila indikator keberhasilan
kerja kelompok dikatakan berhasil.
yang
Pada siklus I, perencanaan disusun
diperoleh
dikonfrontasikan
ditetapkan
telah
dengan
terlampaui,
yang
maka
penelitian dianggap cukup.
bersama mitra guru secara cermat, pada tahap pelaksanaan observer/mitra guru mengamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa.
Dari hasil temuan pada pra siklus, siklus
Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui
I yang dilaksanakan pada tanggal 26 Maret
hal-hal yang masih dirasa kurang dan akan
2015 dan tanggal 2 April 2015 dan siklus II
digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap
yang dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015
refleksi. Akhir dari pembelalajaran siklus I
dan tanggal 16 April 2015 mendapatkan
dilakukan tes formatif untuk mengetahui
gambaran hasil sebagai berikut.
tingkat kemampuan siswa dalam menyebutkan
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pre Tes Siswa
contoh harga diri dan lembar observasi siswa
(Sebelum Tindakan)
untuk mengamati serta mencatat peningkatan minat,
perhatian
serta
partisipasi
siswa.
No
Semua data yang diperoleh pada siklus I
1 2
dikonfrontasikan
3
dengan
indikator
keberhasilan yang ditetapkan, apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan penelitian dilanjutkan dengan siklus II dengan perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi. Pada siklus II, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan secara cermat. Guru observer/mitra melakukan pengawasan secara detail untuk mengetahui apakah perbaikanperbaikan
yang
direkomendasikan
dilaksanakan dengan baik. Pada akhir siklus II diberi tes formatif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh harga diri dan lembar observasi siswa untuk mengamati serta mencatat peningkatan minat,
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Hasil Pra Siklus 62,85 2 28,57
Pada Pra siklus sebelum menerapkan pembelajaran kontekstual metode pengajaran gabungan ekspositori dan kerja kelompok diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 62,85 dan ketuntasan belajar hanya mencapai 28,57% atau hanya ada 2 siswa dari 7 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus atau sebelum diberi tindakan secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 28,57% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%.
JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Siklus
I,
dengan
Siklus II, diperoleh nilai rata-rata tes
Hasil Siklus I 67,14 4
formatif sebesar 78,57 dan dari 7 siswa yang
57,14
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
menerapkan
telah tuntas sebanyak 6 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka
tercapai sebesar 85,75% (termasuk kategori
pembelajaran kontekstual metode Gabungan
tuntas).
Ekspositori dan Kerja Kelompok diperoleh
Tabel 4. ProsentasePencapaian KKM
nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 67,14
N o
dan ketuntasan belajar mencapai 57,14% atau
1. 2.
ada 4 siswa dari 7 siswa sudah tuntas belajar.
3.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
4.
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 57,14% lebih kecil dari
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai Tertinggi
70
80
90
Nilai Terendah Rerata Kemampuan Siswa Prosentase Pencapaian KKM
60
60
60
62,85
67,14
78,57
28,57%
57,14%
85,75%
Uraian
Berdasarkan
indikator
kinerja
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
menunjukkan bahwa secara klasikal hasil
sebesar 80%.
belajar siswa tuna grahita ringan kelas VII
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
pada siklus II telah mampu mencapai target
Siklus II
pencapaian KKM yang telah ditetapkan yaitu
No
Uraian
1 2
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
3
Hasil Siklus II 78,57 6
sebesar 70%. Bahkan dalam penelitian ini
85,75
sebelum dan sesudah diterapkan tindakan
pencapaian
KKM
Peningkatan
kemampuan
dapat
dilihat
pada
sebesar
85,75%.
belajar
grafik
berikut
. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Adit Avina Dimas Moh Ilham Tegar Yohanes Zohan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
siswa
ini
Wahyu Trimei-Pembelajaran Konstekstual Kemudian
untuk
mengetahui
belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan
perkembangan minat, perhatian dan partisipasi
tindakan
atau
penerapan
pembelajaran
belajar siswa tuna grahita ringan kelas VII,
kontekstual metode gabungan ekspositori dan
penulis menggunakan lembar observasi yang
kerja kelompok dapat dilihat pada grafik
penulis buat dalam instrumen penelitian.
berikut ini
Peningkatan minat, perhatian dan partisipasi
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Baik Cukup Kurang
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 2. Peningkatan minat siswa antar siklus
Dari
analisis data siklus I diperoleh
kurang. Pada siklus II diperoleh hasil sebanyak
hasil sebanyak 4 siswa (57,14%) memiliki
6 siswa (85,71%) memiliki minat baik, 1 siswa
minat baik, 2 siswa (28,57%) memiliki minat
(14,28%) memiliki minat cukup dan tidak ada
cukup dan 1 siswa (14,28%) memiliki minat
siswa (0,00%) memiliki minat kurang.
80 70 60 50
Baik
40
Cukup
30
Kurang
20 10 0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 3 Peningkatan perhatian siswa antar siklus
JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 Dari analisis data siklus I diperoleh hasil
6 siswa (85,71%) memiliki perhatian baik, 1
sebanyak 3 siswa (42,85%) memiliki perhatian
siswa (14,28%) memiliki perhatian cukup, dan
baik, 2 siswa (28,57%) memiliki perhatian
tidak ada siswa (0,00%) yang memiliki
cukup, 2 siswa (28,57%) memiliki perhatian
perhatian kurang.
kurang. Pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Baik Cukup Kurang
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 3. Peningkatan partisipasi siswa antar siklus Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak
3
siswa
(42,85%)
pembelajaran PKn materi harga diri
memiliki
kompetensi dasar menyebutkan contoh
partisipasi baik, 2 siswa (28,57%) memiliki
harga diri pada siswa tuna grahita ringan
partisipasi
kelas VII SLB Negeri
cukup, dan 2 siswa (28,57%)
memiliki partisipasi kurang. Pada siklus II
2. Pembelajaran
Surakarta.
kontekstual
metode
diperoleh hasil sebanyak 5 siswa (71,42%)
gabungan ekspositori dan kerja kelompok
memiliki partisipasi baik, 2 anak (28,57%)
memiliki
memiliki partisipasi cukup dan tidak ada siswa
meningkatkan kemampuan menyebutkan
(0,00,%) yang memiliki partisipasi kurang.
contoh harga diri siswa
dampak
positif
tuna
dalam
grahita
ringan kelas VII SLB Negeri Surakarta SIMPULAN
yang
Berdasarkan tindakan
kelas
dari (action
tujuan
penelitian
research)
untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian
ditandai
dengan
peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (57,14%), , siklus II (85,75%) 3. Siswa
dapat bekerja secara mandiri
yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil
maupun
seluruh pembahasan serta analisis yang telah
mempertanggung jawabkan segala tugas
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.
individu maupun kelompok.
1. Pembelajaran
kontekstual
metode
4. Penerapan
kelompok,
serta
pembelajaran
mampu
kontekstual
gabungan ekspositori dan kerja kelompok
metode gabungan ekspositori dan kerja
dapat
kelompok mempunyai pengaruh positif,
meningkatkan
kualitas
Wahyu Trimei-Pembelajaran Konstekstual yaitu
dapat
meningkatkan
minat,
gabungan ekspositori dan kerja kelompok
perhatian dan partisipasi belajar siswa
dalam proses
tuna grahita ringan Kelas VII SLB Negeri
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Surakarta.
2. Dalam
belajar
tahap
kontekstual
mengajar
awal
pembelajaran
sebaiknya
penggunaan
metode pengajaran gabungan ekspositori
SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses pembelajaran
dan
kerja
kelompok
lebih
banyak
diterapkan.
PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil
3. Dalam pembelajaran sebaiknya memiliki
yang optimal bagi siswa tuna grahita ringan,
metode pembelajaran inovatif yang dapat
maka disampaikan saran sebagai berikut. 1. Untuk
melaksanakan
memberikan keuntungan lebih baik
pembelajaran
kontekstual metode gabungan ekspositori dan
kerja
kelompok
bagi siswa dari segi akademik maupun non akademik.
memerlukan
4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
persiapan yang cukup matang, sehingga
perlu diadakan penelitian lebih lanjut
guru harus mampu menentukan
dalam waktu yang lebih lama karena
atau
memilih topik yang benar-benar bisa
siswa
diterapkan
menyesuaikan diri.
kontektual
dengan metode
pembelajaran
perlu
waktu
untuk
pengajaran
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Jihad, Asep. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
bisa