URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ISSN: 1693-0819
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan (Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Batik Surakarta) Email :
[email protected], Hp : 0857-2546-0090 Abstraksi Penulisan ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai urgensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk pemberantasan korupsi secara progresif dalam masa transisi demokrasi di Indonesia sebagai upaya menuju kemajuan bangsa yang sesungguhnya. Permasalahan yang ingin dikaji yaitu urgensi dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk pemberantasan korupsi secara progresif dalam masa transisi demokrasi menuju kemajuan bangsa yang sesungguhnya dan bagaimanakah prosedur pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk pemberantasan korupsi secara progresif dalam masa transisi demokrasi di Indonesia sebagai upaya menuju kemajuan bangsa yang sesungguhnya seharusnya dilakukan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan adalah urgensi pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk pemberantasan korupsi secara progresif dalam masa transisi demokrasi di Indonesia sebagai upaya menuju kemajuan bangsa yang sesungguhnya, yaitu : merebaknya tindak pidana korupsi di Indonesia dan telah menjadi extra ordinary crime sehingga perlu pengadilan khusus untuk memeriksa dan memutus perkara tersebut; adanya kekecewaan masyarakat terhadap peradilan umum yang telah membebaskan banyak koruptor menjadikan suatu keharusan untuk menyerahkan kewenangan ke Pengadilan Khusus; agar pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan adanya koruptor baru; dan untuk mewujudkan keadilan sehingga bisa mencapai kemajuan bangsa dalam segala aspek kehidupan yang didasari dengan penegakan hukum yang hebat. Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi : Pengadilan Tindak Pidana Korupsi harus dibuat dengan undangundang yang berdiri sendiri; komposisi hakim harus jelas ditentukan dalam undang-undang pembentukannya yaitu 3 hakim ad hoc dan 2 hakim karir dan disertai dengan persyaratan bagi hakim tersebut; dan upaya-upaya untuk membangun Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang akuntabel dan efektif mutlak harus dilakukan. Keywords : Pengadilan Tipikor, Transisi Demokrasi, Kemajuan Bangsa transisi
A. PENDAHULUAN Seiring zaman,
dengan
Indonesia
demokrasi
dimana
semua
perkembangan
kegiatan dari segala aspek ditujukan
juga
untuk kesejahteraan rakyat dengan
mulai
berkembang menjadi Negara hukum
memperhatikan
materiil yang menuju pada masa
masyarakat
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
kondisi
Indonesia
agar
dari bisa 1]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
menggapai
kemajuan
bangsa.
corruption
ISSN: 1693-0819
yang
terjadi
dalam
Kemajuan suatu bangsa dimulai dari
penegakan hukum di Indonesia justru
penegakan hukumnya bukan dari aspek
menjadikan aparat penegak hukum
lain. Dengan tegaknya hukum di suatu
sebagai bagian dari masalah, bukan
Negara
bagian dalam memecahkan masalah
maka
pemerintah
masyarakat
akan
dan
melaksanakan
perannya dengan baik sehingga antara pemerintah
dan
masyarakat
akan
pemberantasan korupsi di Indonesia. Aparat
penegak hukum
yang
malah menjadi bagian dari masalah
terjadi sinkronisasi. Hal ini secara
pemberantasan
otomatis akan memperbaiki aspek-
masyarakat tidak percaya lagi dengan
aspek lain sehingga kemajuan bangsa
lembaga peradilan yang ada. Oleh
Indonesia bukan sebuah angan saja.1
sebab
Masalah penegakan hukum di
itu,
korupsi
tidak
pemberantasan
menjadikan
mungkin
korupsi
upaya
diserahkan
Indonesia yang masih sangat rentan
kepada Peradilan Umum karena hal ini
mempengaruhi terhambatnya menuju
hanya
kemajuan
pemberantasan
bangsa
adalah
masalah
akan
korupsi
progresif.
dimana praktek korupsi ini sudah
Korupsi Fakultas Hukum Universitas
melembaga dan sistematis sehingga
Gadjah Mada, 20 kasus yang telah
menimbulkan
keuangan
divonis selama periode Januari hingga
Negara yang begitu besar. Kasus
Juni 2008 menunjukkan betapa tidak
korupsi tidak lagi hanya membutuhkan
seriusnya penanganan korupsi oleh
suatu upaya pencegahan tetapi sudah
pengadilan umum. Dari total 20 kasus
harus pemberantasan yang progresif
tersebut, 14 kasus ditangani oleh
karena hal itu sudah merajalela di
pengadilan tipikor sedangkan 6 di
Indonesia bahkan mengalir sampai
antaranya ditangani oleh pengadilan
jauh melintasi batas negara. Bukan
umum.
rahasia lagi, praktik mafia peradilan
ditangani
dan
divonis bersalah. Dari 14 kasus yang
berbagai
bentuk
judiciary
catatan
secara
pemberantasan tindak pidana korupsi
kerugian
Dalam
memperlambat
Keseluruhan oleh
kasus
pengadilan
PuKAT
yang tipikor
divonis, rata-rata hukumannya 4,32 1
Eksistensi Pengadilan Tipikor oleh Agus Hendarto termuat Maret 2007 dalam www.transparansi.or.id diakses pada pukul 14.05 WIB tanggal 22 Desember 2015 di Surakarta.
tahun. Di pengadilan umum, 4 perkara dari total 6 diputus bebas putusan
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
2]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ISSN: 1693-0819
bebas seluruhnya dikeluarkan oleh
Nomor 30 Tahun 2002. Dalam Pasal 53
pengadilan tinggi dua lainnya diputus
Undang-Undang
terbukti korupsi. Artinya, 2/3 (66,7 %)
Pemberantasan Korupsi berbunyi :4 “Dengan Undang-Undang ini dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.” Terkait dengan keberadaan
dari kasus korupsi yang diadili pada pintu pengadilan umum diputus bebas, hanya
1/3
(33,3%)
Komisi
yang divonis
bersalah.2 Data Indonesian Corruption Watch (ICW) menyebutkan, dari 1184 terdakwa kasus korupsi sepanjang 2005 hingga Juni 2008, vonisnya rata-
Pengadilan Tipikor, Penjelasan Umum
rata hanya 20 bulan. Bahkan, 500 di
Undang-Undang
Komisi
antaranya divonis bebas. Ini jelas
Pemberantasan Korupsi menyebutkan :5
berbeda jauh dengan perkara korupsi
“.... Di samping itu, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, maka dalam Undang-Undang ini diatur mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi di lingkungan peradilan umum, yang untuk pertama kali dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan tindak pidana korupsi tersebut bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas 2 (dua) orang hakim Pengadilan Negeri dan 3 (tiga) orang hakim ad hoc...”
yang
ditangani
pengadilan
tindak
pidana korupsi (tipikor), yang tak satu pun yang divonis bebas. Pada 2005 ada 54 terdakwa korupsi yang dibebaskan di peradilan umum. Selanjutnya, pada 2006 sebanyak 116 yang dibebaskan, 2007 ada 212 terdakwa yang bebas, dan Januari-Juli 2008 ada 104 yang divonis bebas.3 Pemberantasan Indonesia
mulai
korupsi
di
menunjukkan
semangat yang berkobar setelah adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dengan demikian, terdapat dua
yang dibentuk dengan Undang-Undang
pengadilan 2
Zainal Arifin Mochtar (Pengajar Ilmu Hukum, Direktur Advokasi PuKAT Korupsi FH UGM Yogyakarta) dalam Seputar Indonesia, 07 Agustus 2008. 3 Badan Pekerja ICW, Febri Diansyah saat diskusi di ruang wartawan DPR, Jakarta, Jumat (24/10)http://www.jpnn.com/index.php?mib=be rita.detail&id=8822#
yang
berbeda
dalam
lingkungan peradilan yang sama, tetapi dengan hukum acara yang berbeda dan 4
Lihat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. 5 Ibid.
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
3]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ISSN: 1693-0819
susunan majelis hakim serta kewajiban
belakang
memutus dalam jangka waktu tertentu
sebagaimana diatas, maka penulis
secara
kedua
bermaksud mengkaji apakah urgensi
pengadilan ini menyangkut perbuatan
dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana
orang
didakwa
Korupsi untuk pemberantasan korupsi
melakukan tindak pidana korupsi,
secara progresif dalam masa transisi
yang diancam pidana oleh undang-
demokrasi menuju kemajuan bangsa
undang
yang sesungguhnya ?
berbeda.
yang
sama-sama
yang
menghasilkan
Padahal
sama,
yang
dapat
putusan
akhir
yang
sangat berbeda. Adanya standar ganda dalam pemberantasan korupsi melalui dua mekanisme peradilan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 53 UndangUndang
Komisi
Pemberantasan
Korupsi adalah bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Maka berdasarkan
putusan
Mahkamah
Konstitusi harus dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi paling lambat Desember 2009 kalau tidak maka pemberantasan kewenangan
korupsi
menjadi
pengadilan
umum.
Apabila hal ini terjadi maka akan memangkas semangat pemberantasan korupsi
sehingga
semuanya
akan
kembali seperti semula dan kemajuan bangsa dalam masa transisi demokrasi yang diawali dengan pemberantasan korupsi secara progresif hanya akan menjadi sangat lemah bagi bangsa Indonesia. Sehubungan dengan latar
yang
telah
diuraikan
B. PEMBAHASAN Indonesia sebagai Negara yang masih berada dalam masa transisi demokrasi mempunyai tantangan yang sangat
besar
untuk
mewujudkan
kemajuan bangsa seperti yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemajuan bangsa yang ingin
dicapai
Indonesia
adalah
kemajuan bangsa yang sesungguhnya yaitu kemajuan bangsa yang memang tercipta
untuk
kemakmuran Negara
kesejahteraan
rakyat,
bukan
bangsa
hanya
dan dan
kemajuan
golongan. Salah satu sendi untuk mewujudkan
kemajuan
bangsa
tersebut adalah adanya kepastian dan penegakan hukum. Penegakan hukum mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap
semua
aspek
kehidupan dan apabila penegakan hukum di Indonesia bagus maka akan
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
4]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
menjadi dasar membaiknya aspek-
lintas Negara. Selain itu korupsi juga
aspek yang lain.
sudah melanggar hak-hak dasar yang
Masalah penegakan hukum yang sangat
rentan
diatur dalam International Covenant
mempengaruhi
on Economic, Social, and Cultural
kehidupan berbangsa adalah tindak
Rights (ICESCR) dan hal itu berarti
pidana korupsi. Sebagaimana kita tahu
telah merampas hak konstitusi rakyat.
bahwa tindak pidana korupsi bukan
Selain karena alasan di atas,
merupakan kejahatan biasa (ordinary
adanya Pengadilan Tindak Pidana
crime) tetapi sudah menjadi sebuah
Korupsi sangat dibutuhkan karena
kejahatan luar biasa (extra ordinary
kekecewaan
crime). Tindak pidana korupsi yang
peradilan
terjadi di Indonesia bisa dinyatakan
mengetahui bahwa dalam peradilan
sudah dalam keadaan darurat sehingga
umum
sebagai
pemberantasan dan penanganannya
hukum
tersebut
tidak lagi menggunakan aturan dan
menyelesaikan masalah tetapi justru
lembaga dalam keadaan normal. Peta
menjadi bagian bahkan menambah
korupsi di Indonesia terjadi mulai dari
masalah
Aceh hingga ke Papua, dari pusat
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
sampai daerah. Pada tahun 2005-2008
maraknya
terdapat
judiciary corruption. Bahkan, rata-rata
8
Gubernur
dan
Wakil
masyarakat umum.
Semua
lembaga yang
penegakan
mafia
orang
penegak
seharusnya
hukum
peradilan
dan
Bupati, serta ratusan anggota Dewan
umum relatif rendah. Dalam catatan
Perwakilan Rakyat Daerah di berbagai
PuKAT Korupsi Fakultas Hukum
daerah
kasus
Universitas Gadjah Mada, 20 kasus
korupsi. Belum lagi di lingkungan
yang telah divonis selama periode
yudikatif, dimana korupsi tidak bisa
Januari
dielakkan lagi. Korupsi telah menjadi
menunjukkan betapa tidak seriusnya
tindak pidana yang sistematis dan
penanganan korupsi oleh pengadilan
terorganisir bahkan sudah sampai
umum. Dari total 20 kasus tersebut, 14
dalam
kasus Lihat Membangun Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi oleh Brigjend TNI Burhan Dahlan dalam Buletin Komisi Yudisial Vol. III No.4-Februari 2009.
dijatuhkan
di
vonis
disidangkan
yang
terhadap
Gubernur, 32 Bupati dan Wakil
6
6
ISSN: 1693-0819
hingga
ditangani
peradilan
Juni
oleh
2008
pengadilan
tipikor sedangkan 6 di antaranya ditangani oleh pengadilan umum.
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
5]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ISSN: 1693-0819
Keseluruhan kasus yang ditangani
terdakwa yang bebas, dan Januari-Juli
oleh
2008 ada 104 yang divonis bebas.8
pengadilan
tipikor
divonis
bersalah. Dari 14 kasus yang divonis,
Hal
tersebut
di
atas
rata-rata hukumannya 4,32 tahun. Di
menampakkan beberapa kekurangan
pengadilan umum, 4 perkara dari total
dari
6
kekurangannya terletak pada :
diputus
bebas
seluruhnya
putusan
dikeluarkan
bebas
Pengadilan
Umum.
Adapun
oleh
1. pihak-pihak yang berperan dalam
pengadilan tinggi dua lainnya diputus
proses pemeriksaan di persidangan
terbukti korupsi. Artinya, 2/3 (66,7 %)
justru banyak yang menerapkan
dari kasus korupsi yang diadili pada
praktek
pintu pengadilan umum diputus bebas,
memunculkan mafia peradilan;
hanya 1/3 (33,3%) yang divonis
korupsi,
sehingga
2. cara beracara yang diterapkan di
bersalah.7 Data Indonesian Corruption
pengadilan
Watch (ICW) menyebutkan, dari 1184
mencederai ketentuan yang ada
terdakwa kasus korupsi sepanjang
dalam
2005 hingga Juni 2008, vonisnya rata-
Hukum Acara Pidana (KUHAP);
rata hanya 20 bulan. Bahkan, 500 di
3. pembuktian yang diterapkan dalam
antaranya divonis bebas. Ini jelas
beracara di pengadilan umum lebih
berbeda jauh dengan perkara korupsi
menguntungkan pihak terdakwa;
yang ditangani pengadilan tindak
dan
pidana korupsi (tipikor), yang tak satu
4. putusan
umum
Kitab
banyak
Undang-undang
yang
dikeluarkan
pun yang divonis bebas. Pada 2005
pengadilan umum banyak yang
ada
memihak pada terdakwa tindak
54
dibebaskan
terdakwa di
korupsi
peradilan
yang umum.
pidana korupsi.
Selanjutnya, pada 2006 sebanyak 116
Fenomena
yang dibebaskan, 2007 ada 212
itu
tentu
mengakibatkan rendahnya deterrence effect
(efek
jera)
pemberantasan
korupsi. Dalam jangka panjang, hal tersebut 7
Zainal Arifin Mochtar (Pengajar Ilmu Hukum, Direktur Advokasi PuKAT Korupsi FH UGM Yogyakarta) dalam Seputar Indonesia, 07 Agustus 2008
8
akan
menegaskan
Badan Pekerja ICW, Febri Diansyah saat diskusi di ruang wartawan DPR, Jakarta, Jumat (24/10) http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detai l&id=8822#
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
6]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pengawasan
penegakan
karenayang
hukum,
khususnya
tidak
efektif mengawasi
pengadilan umum. Hal ini didasarkan
mempunyai kepentingan sendiri
pada
yang
dalam suatu perkara. Pengadilan
pubik
tingkat banding yang seharusnya
keadaan-keadaan
mempengaruhi
kepercayaan
terhadap pengadilan, yaitu :9
menjadi
1. Mutu hakim,yang dimaksud mutu
Agung di daerah tidak jarang
disamping
pengetahuan
voor
post
Mahkamah
tentang
menunjukkan performance yang
hukum termasuk pula sikap moral
kurang memuaskan baik dalam
hakim yang mencakup integritas,
fungsi pengawasan maupun dalam
layak dipercaya, jujur dan memiliki
fungsi yustisial;
rasa kebanggaan untuk memelihara jabatannya,
faktor
4. Faktor politik, sistem politik dapat
integritas
berpengaruh pada tingkah laku
menentukan suatu putusan hakim
hakim, dapat menempatkan hakim
yang benar dan adil;
sebagai subsistem dan instrument
2. Kebebasan hakim
hakim,
kebebasan
politik untuk menunjang sistem
bertalian
dengan
kekuasaan yang ada. Promosi tidak
ketidakberpihakan
didasarkan pada merit sistem tetapi
independensi, dan
perlindungan
segala
spoil sistem yaitu dasar orang kita
bentuk pelecehan dalam memutus
dan bukan orang kita, ukuran mutu
perkara
menjadi
dari
dari
campur
tangan
tidak
penting.
Hal
pemerintah, tekanan publik atau
semacam ini terjadi di lingkungan
tekanan
peradilan salah satunya adalah
yang
datang
dari
lingkungan peradilan sendiri. 3. Sistem
pengelolaan
sistem mutasi haki; badan
5. Fasilitas kerja dan kesejahteraan,
peradilan, salah satu aspek penting
fasilitas
yaitu pengawasan untuk mencegah
lingkungan peradilan sangat tidak
penyalahgunaan kekuasaan,dengan
memadai.
pengawasan yang baik, mutu dan
peradilan mudah sekali menerima
integritas
dijaga.
uluran tangan sehingga lupa bahwa
jarang
suatu
hakim
Kenyataan 9
ISSN: 1693-0819
dapat
tidak
kerja
aat
seperti
Akibatnya
harus
gaji
di
badan
membalasnya
Loc.cit. Burhan Dahlan. [ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
7]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
dengan
mengorbankan
keadilan
dan kebenaran; dan 6. Aturan
hukum
memadai,
yang
aturan
dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
banyak
mengenai
ISSN: 1693-0819
tidak keluhan
hukum
yang
Untuk
keluar
dari
tersebut,
terdapat
untuk
membentuk
kondisi
keinginan
kuat
pengadilan-
berlaku yang tidak memadai untuk
pengadilan khusus. Dalam hal ini
menjamin kepastian hukum atau
diperlukan pengadilan khusus tindak
penyelesaian perkara secara benar
pidana korupsi untuk memberantas
dan adil, sumbernya adalah kualitas
tindak pidana korupsi. Korupsi di
rumusan
aturan
Indonesia dinilai sebagai kejahatan
lagi
structural, melembaga dan terpola
hukum
kebijakan
yang
dan tidak
proporsional.
yang menghambat orang memenuhi
Apabila pemberantasan korupsi
kebutuhan dasar. Musuh rakyat saat
diserahkan kepada pengadilan umum
ini adalah para koruptor yang telah
maka
memperlambat
berkhianat kepada rakyat. Korupsi
pemberantasan korupsi itu sendiri
telah mewabah terjadi dimana-mana
bahkan
yang akan terjadi justru
dan pada setiap level jabatan dari
perkembangan korupsi. Meskipun ada
setiap institusi penyelenggara Negara.
suatu peraturan yang sangat bagus
Karena
tetapi apabila aparat penegak hukum
penanganannya tidak bisa lagi secara
maupun
konvensional
maka
hanya
akan
lembaganya hukum
kosong.
itu
Oleh
tidak hanya karena
bagus
sudah
mewabah,
melainkan
perlu
omong
lembaga khusus dengan aturan yang
itu,
khusus serta aparat penegak hukum
pemberantasan korupsi memerlukan
khusus
lembaga khusus dengan kewenangan
pengadilan
khusus
yang
bisa
yang
memenuhi
harapan
hukum
dan
besar
yaitu
Komisi
pula.
Diperlukan
suatu
Pemberantasan Korupsi. Melengkapi
keadilan dari masyarakat. Diperlukan
keberadaan Komisi Pemberantasan
suatu lembaga dan aparat penegak
Korupsi maka dibentuk Pengadilan
hukum yang hebat untuk memberantas
Tindak
Pidana
Korupsi
untuk
korupsi secara progresif sehingga
memutus
tindak
korupsi akan berkurang dan lambat
pidana korupsi yang penuntutannya
laun akan musnah dari negeri ini.
memeriksa
dan
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
8]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
ISSN: 1693-0819
Dengan begitu maka aspek-aspek lain
Urgensi pembentukan Pengadilan
juga akan tertata dengan baik dan
Tindak
terwujudlah cita-cita kemajuan bangsa
pemberantasan
yang sesungguhnya.
progresif
Pidana
Korupsi
dalam
untuk
korupsi
secara
masa
transisi
Telah dibuktikan bahwa adanya
demokrasi di Indonesia sebagai
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
upaya menuju kemajuan bangsa
telah
yang sesungguhnya, yaitu :
membawa
perubahan
besar
dalam pemberantasan tindak pidana
a. merebaknya
tindak
pidana
korupsi. Kelebihan yang dimiliki oleh
korupsi di Indonesia dan telah
pengadilan khusus dalam penanganan
menjadi extra ordinary crime
korupsi yaitu :10
sehingga
1. pengadilan khusus banyak diisi
khusus untuk memeriksa dan
oleh hakim-hakim baru dan relatif bersih; 2. cara
perlu
pengadilan
memutus perkara tersebut; b. adanya kekecewaan masyarakat
beracara
yang
diterapkan
terhadap peradilan umum yang
pengadilan khusus tergolong cepat
telah
dan sederhana karena telah diatur
koruptor
secara
keharusan untuk menyerahkan
tegas
dalam
Undang-
Undang; khusus
menerapkan
sistem pembuktian terbalik yang khusus/terbatas
c. agar
dan
Pengadilan
pemberantasan
korupsi
dilaksanakan
tanpa
dapat
menimbulkan adanya koruptor
4. putusan yang pernah dikeluarkan pengadilan khusus sedikit telah harapan
ke
suatu
Khusus;
berimbang; dan
memenuhi
banyak
menjadikan
kewenangan
3. pengadilan
bersifat
membebaskan
baru; dan d. untuk
masyarakat
mewujudkan
sehingga
terhadap hukum dan keadilan.
bisa
keadilan mencapai
kemajuan bangsa dalam segala aspek kehidupan yang didasari
C. SIMPULAN DAN SARAN
dengan penegakan hukum yang
1. SIMPULAN 10
Artikel Agus Dany Wahyudi, Studi Komparasi Penanganan Tindak Pidana Korupsi oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Khusus.
hebat. 2. SARAN
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
9]
URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK PEMBERANTASAN KORUPSI SECARA PROGRESIF DALAM MASA TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENUJU KEMAJUAN BANGSA YANG SESUNGGUHNYA
a. Bagi aparat penegak hukum 1) hendaknya
melaksanakan
tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan ; dan 2) hendaknya menanamkan jiwa pemberantas
korupsi
dan
memulai dari dirinya sendiri. b. Bagi masyarakat 1) masyarakat hendaknya ikut berperan
dalam
upaya
pemberantasan korupsi; dan 2) hendaknya masyarakat tidak melakukan perbuatan yang ternyata mengawali korupsi para pejabat.
DAFTAR PUSTAKA Buletin Komisi Yudisial Vol.III No.4Februari 2009 dari komisi Yudisial.
ISSN: 1693-0819
Eksistensi Pengadilan Tipikor oleh Agus Hendarto termuat Maret 2007 dalam www.transparansi.or.id diakses pada pukul 14.05 WIB tanggal 22 Desember 2015 di Surakarta. Febri Diansyah saat diskusi di ruang wartawan DPR, salam http://www.jpnn.com/index.php?mib= berita.detail&id=8822# diakses pada pukul 14.20 tanggal 22 Desember 2015 di Surakarta. Ironi Pengadilan Tipikor oleh Zainal Arifin Mochtar dalam Seputar Indonesia 7 Agustus 2008. Studi komparasi penanganan tindak pidana korupsi oleh pengadilan umum dan pengadilan khusus, artikel ditulis oleh Agus Dany Wahyudi. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
[ Jurnal Serambi Hukum Vol. 09 No. 02 Agustus 2015 – Januari 2016
10]