Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh :
Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum
LATAR BELAKANG
HATI
Mudah mengalami kerusakan
Dapat disebabkan oleh Hepatotoksin, virus, senyawa kimia
Hepatotoksin
Parasetamol pada dosis besar menyebabkan Nekrosis hati mengatasi?
Lidah Buaya
Vit. A, C, E
TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tanaman Lidah Buaya Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super division : Spermatophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Familia : Asphodelaceae Genus : Aloe Spesies : Aloe vera L. (Soeryati, dkk., 2006)
Kandungan Kimia
Lidah Buaya Vitamin Mineral (A, C, E, B1, B2, (Ca, Mg, K, Na, B3, B12) Fe, Zn, Cr)
Glikosida Antrakinon (Aloin, Glikoprotein)
Metabolisme Parasetamol Asam glukoronat
Parasetamol
Asam sulfat
Sitokrom P450
NABQI (metabolit aktif) Normal
Terikat GSH
Asam merkapturat
GSH kurang dari normal Makromolekul protein sel
Nekrosis
Mekanisme Hepatotoksisitas Parasetamol (Dart, 2004)
SGPT Indikator Fungsi Hati
SGOT
Jantung, Otot Rangka, Ginjal, dan Otot
SGPT
Hati (Kee, 2001)
Aktivitas SGPT
Metode: Kinetik GPT-ALAT
Landasan Teori (Woro, dkk., 2002)
(Alqasoumi, et al., 2008)
(Miladi dan Damak, 2008).
• Dari penapisan beberapa ekstrak tanaman obat, ekstrak air lidah buaya dosis 500 mg/kgBB memperlihatkan aktivitas hepatoprotektif paling kuat (35 ± 1,7) U/L terhadap tikus jantan yang diinduksi D-galaktosamin dan lipopolisakarida
• ekstrak etanol 90% daun lidah buaya dosis 250 mg/kgBB dapat menurunkan SGPT (22%, p<0,05), sedangkan pada dosis 500 mg/kgBB signifikan menurunkan SGOT (p<0,05) , SGPT (p<0,01), ALP (p<0,01), bilirubin (p<0,01) terhadap tikus jantan yang diinduksi CCl4.
• ekstrak etanol daun lidah buaya fraksinasi partisi menggunakan heksan menunjukkan total antioxidant capacity (TAOC) terbesar (471,300 ± 0,013) dengan phosphomolybdenum method dan antioxidant activity coefficient (AAC) terbesar pada β-carotenebleaching methods
Jalannya Penelitan Determinasi Tanaman
Pengumpulan Simplisia Ekstraksi dan Fraksinasi Pembuatan Suspensi CMC Na 1% Pembuatan dan Penetapan Dosis Parasetamol
Penetapan Dosis Fraksi Heksan Ekstrak Etanol Uji Pendahuluan Uji Hepatoprotektif
Optimasi waktu pemberian parasetamol 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar, dibagi 2 kelompok,masing-masing kelompok 3 ekor
Kelompok 1 Kontrol normal CMC Na 1%
Kelompok II Suspensi parasetamol dosis 2,5 g/kg bb
Ditentukan aktivitas SGPT Pada jam ke-0, 12, 24, 36, 48, 60 Waktu dengan aktivitas SGPT tertinggi merupakan waktu pembentukan hepatotoksik
Optimasi waktu pemberian fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya
Uji efek hepatoprotektif 25 ekor ttikus jantang galur Wistar masing-masing kelompok 5 ekor mencit Kelompok I Kontrol negatif
Kelompok II
Kelompok III
Larutan CMC Na 1% (p.o)
Larutan CMC Na 1% (p.o) 1x 7 hari
Suspensi fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya 62,5 mg/kg bb 1X7 hari
Kelompok IV Suspensi fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya 125 mg/kg bb 1X7 hari
Kelompok V Suspensi fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya 250 mg/kg bb 1X7 hari
Jam ke-24 setelah perlakuan diinduksi suspensi parasetamol 2,5 g/kg bb
Hewan uji diambil darahnya pada jam ke-36 setelah induksi parasetamol, ditetapkan aktivitas GPT-Serum
Fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya
Ekstraksi daun lidah buaya dilakukan dengan metode maserasi. Metode maserasi digunakan karena cara penyarian yang paling sederhana dan tidak memerlukan pemanasan sehingga menghindarkan rusaknya zat aktif. Pelarut yang digunakan dalam maserasi adalah etanol 70%. Etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan balas hanya sedikit turut dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1971) Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan 10 gram ekstrak 70% dilarutkan dengan aquadest hangat sampai 100 ml, kemudian difraksi dengan heksan 100 ml (1:1). 40 kg daun lidah buaya segar
746,33 gram ekstrak kental
fraksi heksan 4,96 gram
Hasil uji pendahuluan 1. OPTIMASI WAKTU PEMBERIAN HEPATOTOKSIK
kelompok
CMC Na 1%
Parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg BB
Jam ke-
Mean ± SD SGPT (U/L)
0
66,00 ± 12,12
12
48,33 ± 5,68
24
53,00 ± 3,00
36
35,33 ± 2,51
48
38,00 ± 9,84
60
31,00 ± 5,19
0
38,66 ± 6,65
12
123,33 ± 54,07
24
683,33 ± 493,28
36
1233,33 ± 596,51
48
733,33 ± 202,07
60
466,66 ± 104,08
PENETAPAN PEMBERIAN FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA
Aktivitas GPT-Serum menurun pada pemberian fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya selama 7 setelah induksi parasetamol pada jam ke-24 setelah perlakuan. kemungkinan karena mekanisme hepatoprotektif fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya l melalui jalur penangkapan senyawa struktur elektrofil yaitu metabolit parasetamol N-asetil-pbenzoquinon-imine (NAPQI) yang bertindak sebagai hepatotoksik (Sopandi, dkk., 2007).
Lama pemberian
1X1 hari
1X7 hari
No HU
Aktivitas SGPT
1
2100
2
1510
3
1350
1
96
2
93
3
89
Mean ± SD (U/l)
1653,33 ± 395,01
92,67 ± 3,51
UJI HEPATOPROTEKTIF I. = Kontrol normal (CMC Na 1%) 1X7 hari II. = Kontrol negatif (CMC Na 1x7 hari +parasetamol 2,5 g/kg bb) III. = praperlakuan fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya dosis 62,5 mg/kg bb selama 1X7 hari IV. = praperlakuan fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya dosis 125 mg/kg bb selama 1X7 hari V. = praperlakuan fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya dosis 250 mg/kg bb selama 1X7 hari
Kel.
Mean ± SD (U/l)
I
36,40±2,41
II
1190 ± 443,57
III
100 ± 27,64
91,60 ± 2,32 %
IV
95 ± 4,30
92,02 ± 0,36 %
V
88,8 ± 9,73
92,54 ± 0,82 %
% penurunan aktivitas SGPT
KESIMPULAN
Fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya dosis 62,5; 125; dan 250 mg/kg BB dosis berulang mampu menurunkan kadar SGPT (p<0,05) pada tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg BB yaitu berturut-turut menjadi : 100±27,64; 95±4,30 dan 88,80±9,73 U/L sedangkan kontrol negatif 1190±443 U/L. Jadi fraksi heksan ekstrak etanol daun lidah buaya mempunyai efek hepatoprotektif.