KEPEMILIKAN MEDIA DALAM MENCITRAKAN PARTAI POLITIK (ANALISIS WACANA KRITIS BERITA PARTAI POLITIK NASIONAL DEMOKRAT DALAM KOLOM INDONESIA MEMILIH HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh : ANGGY AGUSTIN NIM. 1110051000118
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
MEDIA DAN PEMILU 2014: ANALISIS WACANA KOLOM “INDONESIA MEMILIH” HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh : ANGGY AGUSTIN NIM. 1110051000118
Dibawah Bimbingan
Dr. Gun Gun Heryanto M,Si NIP. 19760812 20050 1 005
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul KEPEMILIKAN MEDIA DALAM MENCITRAKAN PARTAI POLITIK (ANALISIS WACANA KRITIS BERITA PARTAI POLITIK NASIONAL DEMOKRAT DALAM KOLOM INDONESIA MEMILIH HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA) telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Agustus 2014, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 3 Oktober 2014 Sidang Munaqosah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Rahmat Baihaky, MA NIP. 19761129 200912 1 001
Fita Fathurokmah M.Si NIP. 19830610 200912 2 001
Anggota Penguji I
Penguji II
Fita Fathurokmah M.Si NIP. 19830610 200912 2 001
Drs. Jumroni, M. Si NIP. 19630515 199203 1 006
Pembimbing
DR. Gun Gun Heryanto M.Si NIP. 19760812 200501 1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang disajikan utnuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Srajana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya , atau merupakan plagiat dari karya ilmiah orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 3 Oktober 2014
ANGGY AGUSTIN
Nama : Anggy Agustin Nim
: 1110051000118 ABSTRAK
Kepemilikkan Media Dalam Mencitrakan Partai Politik (Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia) Kekuasaan dan ideologi yang dimiliki suatu media ini, besar kecilnya akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana cara media massa menyampaikan dan menyajikan beritanya. Suatu berita akan dipandang positif atau negatif oleh khalayak tergantung dari bagaimana media tersebut membuat wacana berita. Salah satu media massa yang berafiliasi dengan partai politik adalah Media Indonesia yang memiliki keterkaitan kuat dengan Partai NasDem. Pencitraan pun akan dibuat berbeda ketika Media Indonesia membuat wacana mengenai Partai NasDem dan partai politik lainnya. Dari latar belakang diatas, ditemukan rumusan masalah seperti bagaimana media Indonesia mewacanakan berita partai politik Nasional Demokrat dalam pemberitaan kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum Media Indonesia pada pemilu 2014? Bagaimana kepemilikan sebuah media dalam pencitraan sebuah partai politik nasdem? Teori yang digunakan adalah teori citra politik dan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Dimana menurut Frank Jefkins ada enam jenis citra, yaitu citra cermin, citra kini, citra keinginan, citra perusahaan, citra serbaneka, dan citra penampilan. Dalam wacana van Dijk, ia memusatkan pada bagaimana produksi berita itu dibentuk dan dimaknai. Jadi, analisis wacana menurut van Dijk tidak hanya melihat wacana dari teks saja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini melakukan penelitian mendalam dengan mengumpulkan data yaitu berita-berita partai NasDem dan melakukan wawancara dengan pihak terkait untuk mendapatkan data secara menyeluruh. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif, karena peneliti ingin menggambarkan dan menjelaskan wacana pemberitaan yang ada. Hasil penelitian, dalam wacana pemberitaan yang dibuat oleh Media Indonesia dalam kolom “Indonesia memilih” terlihat bahwa wacana berita mengenai NasDem dibentuk untuk membuat NasDem terlihat dominan diantara partai politik lainnya. Dan pembentukkan citra positif pun terlihat begitu jelas dalam setiap pemberitaannya. Saat ini kepemilikkan media yang dibarengi dengan menjabatnya sebagai anggota partai politik menjadi hal biasa. Seperti Surya Paloh yang memimpin Media Indonesia dan memiliki jabatan sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, yang bisa dengan mudah membuat pencitraan positif untuk partainya dengan alasan kesamaan visi yang bertujuan untuk membuat perubahan bangsa. Kata kunci : Wacana, Partai Politik Nasional Demokrat, Citra politik
i
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Media dan Pemilu 2014: Analisis Wacana Kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum Media Indonesia” ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun karena adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada semua pihak yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan , MA, Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA. 2. Rachmat Baihaky,MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan kepada penulis, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membagi ilmu-ilmu yang dimiliki beliau,
ii
semoga beliau selalu dalam lindungan dan diberikan keberkahan dan kesuksesan oleh Allah SWT. 5. Ibu dan Ayah yang selalu memberikan do‟a untuk kelancaran dalam skripsi ini, dukungan secara materi dan non materi kepada penulis. Terimakasih telah menjadi orang tua yang sempurna dan yang terbaik untuk penulis. Semoga kalian selalu bahagia dan bangga memiliki anak seperti penulis. 6. Terimakasih kepada Mama, Christina Wijayanti, Christianto Ariebowo, Azanul Arif yang telah membagi ilmu dan pengalaman serta memberikan penulis semangat dalam menulis skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidyatullah Jakarta. 8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 9. Sahabatku, Rika Alisha, Inayatul Fitriah, Cory Carolina, Erfa Dwijayanti, Dwi Novita, Isyana Tungga, Stiffani Andria, Novita Angel yang telah berbagi tawa, tangis bersama penulis. Dan teman-teman KPID angkatan 2010. 10. Terimakasih kepada om Antoni dan Bapak Ade Alawi dari Media Indonesia selaku narasumber penulis yang telah meluangkan waktu dan tempat, serta berbagi pengetahuan kepada penulis dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh penulis.
iii
Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 3 Oktober 2014
Anggy Agustin
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................ B. Batasan Masalah ................................................................... C. Rumusan Masalah ................................................................. D. Tujuan Penelitian .................................................................. E. Manfaat Penelitian ................................................................ F. Metodologi Penelitian ........................................................... G. Subjek Penelitian .................................................................. H. Objek Penelitian .................................................................... I. Unit Analisis ......................................................................... J. Teknik Pengumpulan Data .................................................... K. Sumber Data.......................................................................... L. Teknik Analisis Data ............................................................. M. Sistem Penulisan. ..................................................................
1 9 9 9 10 10 11 11 12 12 13 14 15
TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Berita Politik dan Citra Politik .............................................. B. Ideologi dan Hegemoni ......................................................... C. Wacana Kritis ........................................................................ D. Media Massa Surat Kabar ....................................................
16 19 21 22
GAMBARAN UMUM A. Sejarah Media Indonesia ....................................................... B. Visi dan Misi Media Indonesia ............................................ C. Kolom “Indonesia Memilih” ................................................ D. Struktur Organisasi Media Indonesia ...................................
27 30 31 32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Wacana Pemberitaan Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” Harian Media Indonesia ..................... 34 1. Analisis Teks Pemberitaan Mengenai Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” ........................................... 35 2. Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan Mengenai Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” .......................... 61 3. Analisis Konteks Sosial Pemberitaan Mengenai PILEG 2014 di Kolom “Indonesia Memilih” .............................. 67 B. Kepemilikan Media Dalam Pencitraan Partai Politik Nasional Demokrat ............................................................................... 70
v
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 77 B. Saran .................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1
Struktur Organisasi Media Indonesia ............................................... 32
Tabel 2
Kesimpulan Analisis Teks Berita 1 ................................................... 41
Tabel 3
Kesimpulan Analisis Teks Berita 2 ................................................... 49
Tabel 4
Kesimpulan Analisis Teks Berita 3 ................................................... 57
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah Media massa saat ini sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Media massa sangat erat hubungannya dengan informasi. Saat ini kebutuhan akan informasi dimasyarakat menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh banyak pemilik media. Media massa akan mencoba memberikan informasi yang layak dan dibutuhkan oleh masyarakat luas. Media massa merupakan salah satu wadah untuk penyampaian sebuah informasi kepada khalayak, media massa akan memberi perhatian khusus terhadap suatu masalah yang terjadi. Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik.1 Informasi saat ini merupakan suatu hal yang sangat penting, karena itu media massa hadir hampir setiap hari dalam kehidupan masyarakat. Media massa
mencoba
memberikan
informasi
yang
aktual
dan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran sumber dari informasi yang mereka berikan. Media massa kini hadir dalam berbagai macam bentuk, dari mulai media cetak seperti surat kabar harian dan mingguan, media elektronik seperti radio dan televisi, serta yang terbaru adalah media online. Menurut Dennis McQuail, media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen
1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h.
224
1
2 dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Karakteristik media massa dapat dibatasi pada lima jenis media massa yang dikenal sebagai The Big Five of Mass Media, yakni koran, majalah, radio, televisi dan film.2 Informasi merupakan isi dari produk media massa, yang salah satunya adalah surat kabar. Surat kabar mungkin tidak berhasil memberitahu pembacanya apa yang harus dipikirkan, tetapi surat kabar bisa memberitahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan. Surat kabar memiliki peran besar dalam menentukan apa yang akan dibahas oleh masyarakat dan apa pendapat masyarakat tentang fakta yang ada. Media massa juga memiliki peran untuk memberikan informasi yang aktual dan cepat kepada khalayak luas. Media massa menyajikan gambaran masyarakat. Dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa saja yang penting.3 Media berafiliasi dengan partai politik sudah sejak lama. Saat ini afiliasi media terlihat dari keterlibatan para pemilik media dalam sebuah partai politik. Kini partai politik dan media massa sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Media massa merupakan wadah yang sangat penting bagi para aktor politik untuk menjalankan segala aktivitas politiknya. Menurut Lichtenberg (1991) media telah menjadi aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat seseorang cemerlang dalam karier politiknya. Karena begitu besar pengaruh media massa terhadap aktivitas politik, masyarakat Amerika Serikat menunda untuk menentukan pilihannya, siapa 2 3
Dja‟far Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2001), h. 1 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1997), h. 31
3 yang akan menjadi presiden Amerika lima tahun mendatang sampai para calon muncul ditelevisi.4 Di Indonesia tak usah menunggu terlalu lama untuk melihat sebuah partai politik muncul ditelevisi, sebelum masa kampanye diperbolehkan pun banyak iklan partai politik yang muncul ditelevisi, begitu juga dengan di media massa lainnya. Afiliasi antara sebuah media dengan partai politik telah menjadi sebuah keharusan. Karena jika sebuah partai politik tidak menggunakan media sebagai wadah untuk mereka memperkenalkan diri, maka partai tersebut akan kurang dikenal oleh masyarakat. Media merupakan wadah yang tepat untuk sebuah partai politik mengenalkan partainya kepada seluruh masyarakat. Dengan media massa partai politik tidak perlu begitu gencar melakukan kunjungan kesetiap daerah diseluruh Indonesia untuk dikenal. Karena media massa akan menyampaikan maksud dan tujuan dari partai politik tersebut secara jelas dan singkat. Saat ini ada beberapa partai politik yang secara jelas berafiliasi dengan media. Yang pertama adalah Demokrat, dimana partai demokrat berafiliasi dengan media massa nasional seperti Transtv dan Trans7 serta satu media online yaitu detik.com. Yang kedua adalah Golkar, partai golkar berafiliasi kepada ANTV dan TVOne. Partai golkar kita ketahui bahwa mencalonkan Abu Rizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 mendatang, yang kita ketahui bersama bahwa keluarga Bakrie merupakan pemilik dari dua media massa nasional. Yang ketiga adalah Hanura, yang dinaungi oleh Wiranto dan juga Harry Tanoesudibjo. Partai hanura berafiliasi dengan MNC Group yang
4
Hafied Cangara, Komunikasi Politik,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 99
4 dimiliki oleh Harry Tanoe. MNC Group memiliki 3 tv nasional, 1 surat kabar, dan 22 tv lokal. Yang keempat adalah Nasdem, partai yang dinaungi oleh Surya Paloh ini memiliki afiliasi dengan Media Group. Media Group terdiri dari 1 tv nasional dan 1 surat kabar. Sebagai partai baru tentu saja ini merupakan suatu keuntungan bagi Surya Paloh, karena kita tahu bahwa Metro Tv dan harian Media Indonesia merupakan media massa yang selalu menampilkan berita mengenai politik dan ekonomi serta kehidupan dimasyarakat, hampir disemua acaranya tidak ada drama ataupun variety show. Afiliasi partai politik dengan media ini menunjukkan adanya kekuasaan (power) untuk memengaruhi masyarakat dengan ideologi mereka, baik dari partai maupun media yang bersangkutan. Kekuasaan selalu berhubungan dengan kontrol. Bagaimana kekuasaan dapat mengontrol segalanya sesuai dengan harapan pemilik kuasa. Sementara itu, ideologi selalu dibentuk oleh kelompok atau orang yang memiliki kuasa untuk mereproduksi dan melegitimasi kekuasaan mereka. Seperti dikatakan oleh Teun A. van Dijk, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok.5 Kekuasaan dan ideologi yang dimiliki suatu media ini besar kecilnya akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana cara media massa 5
h. 13
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
5 menyampaikan dan menyajikan beritanya. Suatu berita akan dipandang positif atau negatif oleh khalayak tergantung dari bagaimana media tersebut membuat wacana berita. Karena dari berita yang diterbitkan oleh media tersebut akan membentuk suatu opini publik. Pesta rakyat 5 tahun sekali ini akan dilaksanakan dua kali, yaitu pemilihan umum legislatif pada tanggal 9 April 2014 dan pemilihan umum presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Pemilu tahun ini diikuti oleh 12 partai dan 3 partai daerah.6Partai yang menempati nomor urut pertama adalah Partai Nasional Demokrat (NASDEM) yang diketuai oleh Surya Paloh. Pada nomor urut dua ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang diketuai oleh Muhaimin Iskandar. Nomor urut tiga adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diketuai oleh Muhammad Anis Matta. Dinomor urut keempat ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri. Nomor urut kelima ditempati oleh Partai Golongan Karya (GOLKAR) yang diketuai oleh pemilik perusahaan bakrie yaitu Aburizal Bakrie. Selanjutnya ada Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) yang diketuai oleh Suhardi. Nomor tujuh adalah Partai Demokrat yang diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Dinomor delapan ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang diketuai oleh Hatta Rajasa. Kemudian ada partai yang diketuai oleh Suryadarma Ali yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selanjutnya diikuti oleh Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) yang diketuai oleh wiranto. Dan diurutan keempat belas dan lima belas ditempati oleh Partai
6
http://pemilu.com
6 Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang masing-masing diketuai oleh MS Kaban dan Sutiyoso. Dan tiga partai yang menempati nomor urut sebelas, duabelas dan tigabelas adalah Partai Damai Aceh (PDA), Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Aceh (PA). Persaingan yang ketat pada masa kampanye akan telihat hasilnya pada pemilihan umum legislatif digelar. Partai mana yang akan memenangkan perolehan suara diseluruh Indonesia. Namun, tidak hanya karena kepemilikan media tapi juga pemberitaan mengenai keelektabilitasan partai dan calonnya sedikit banyaknya akan memengaruhi perolehan suaranya. Masa kampanye yang dimulai pada tanggal 13 januari hingga 5 April 2014 menjadi masa yang penting bagi para partai politik untuk berlombalomba merebut hak suara para pemilih. Pemilihan umum sendiri merupakan mekanisme demokratis untuk melakukan sirkulasi elite politik dibadan legislatif dan eksekutif.7 Pemilihan umum ini adalah agenda lima tahunan yang penting untuk menentukan siapa saja yang akan menempati kursi legislatif ataupun presiden dan wakil presiden untuk mewakili semua aspirasi rakyat guna membangun dan memajukan bangsa. Pemilu tahun 2014 masih menggunakan sistem yang sama seperti sebelumnya, yaitu menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Karena dengan sistem proporsional ini memungkinkan adanya calon yang bukan dari golongan partai memiliki pendukung yang mencukupi dapat menjadi anggota legislatif. Sistem proporsional ini juga mengharuskan masyarakat untuk tahu terlebih dahulu
7
Abdul Maman dkk, Jurnalisme Meliput Pemilu, (Jakarta: AJI (Aliansi Jurnalis Independen, 2003), h. 2
7 siapa saja yang nantinya akan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. 8 Di Indonesia pemilihan umum telah diselenggarakan sebanyak 10 kali, yaitu pemilihan umum 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan pemilu itu akan kembali dilaksanakan untuk yang ke-11 kalinya pada tahun 2014. Fokus pemberitaan media massa terutama surat kabar akan tertuju pada pemilihan umum 2014. Seluruh surat kabar berlomba-lomba untuk memberikan informasi mengenai pemilu 2014 secara visibility atau terusmenerus, hal ini diperuntukan agar masyarakat mengetahui secara detail mengenai calon-calon legislatif, presiden maupun wakil presiden yang mencalonkan diri. Cara yang digunakan para media massa khususnya surat kabar adalah dengan membuat kolom mengenai pemberitaan pemilu 2014. Salah satu yang membuat halaman khusus pemilu adalah surat kabar yang dimiliki oleh surya paloh yaitu harian Media Indonesia. Surya paloh merupakan pemilik dari Media Group yang menaungi Metro TV dan harian Media Indonesia serta pendiri dari partai baru Nasional Demokrat. Partai Nasional Demokrat merupakan salah satu partai yang mengikuti pemilihan umum 2014 ini dengan mencalonkan Surya Paloh sebagai calon presiden jika partainya mencapai hasil yang baik dalam pemilihan umum legislatif pada 9 april 2014. Harian Media Indonesia membuat kolom untuk pemilihan umum 2014 yang diberi judul “Indonesia Memilih”. Harian Media Indonesia merupakan surat kabar pertama yang mengeluarkan kolom khusus pemilihan umum 2014.
8
Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 82
8 Terbukti sejak awal tahun 2013 Harian Media Indonesia sudah menerbitkan kolom khusus ini dengan menampilkan berita mengenai kinerja KPU dan beberapa berita mengenai partai politik. Semakin dekatnya dengan pemilu 2014 harian Media Indonesia makin sering memberitakan mengenai pemilihan umum serta partai-partai politik dan juga mengenai kinerja KPU menangani pemilu 2014. Terlihat dari bertambahnya halaman yang disediakan oleh Media Indonesia. Pada awal kemunculannya kolom Indonesia Memilih hanya memiliki satu halaman dari 28 halaman yang ada. Saat ini semakin dekatnya dengan masa pemilu dan masa kampanye partai halaman dan berita yang disajikan terus bertambah dan tak tentu setiap harinya. Keterkaitan kepemilikan media massa dengan partai politik tak jarang banyak mempengaruhi wacana pemberitaan. Seringkali partai politik menggunakan kepemilikan media untuk membuat pencitraan yang lebih baik bagi partai politiknya. Wacana pemberitaan dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan ideologi dari partai politik dan media tersebut. Hubungan kepemilikan media massa dan keterkaitannya dengan sebuah partai politik serta pemberitaan mengenai pemilihan umum 2014 didalam kolom harian Media Indonesia “Indonesia Memilih” menjadi sebuah kemenarikan bagi penulis untuk diteliti. Maka dengan itu, penulis memberi judul Kepemilikan Media Dalam Mecitrakan Partai Politik (Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia).
9
B. Batasan Masalah Fokus dari masalah ini adalah pemberitaan dalam kolom „Indonesia Memilih‟ yang terkait dengan partai politik Nasional Demokrat. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Media Indonesia mewacanakan berita partai politik Nasional Demokrat dalam pemberitaan kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum Media Indonesia? 2. Bagaimana kepemilikan media dalam pencitraan partai politik Nasional Demokrat? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan pada kolom “Indonesia Memilih” yang dibentuk oleh Media Indonesia 2. Untuk mengetahui kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik Nasional Demokrat E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teori, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana Media Indonesia mewacanakan pemberitaan partai politik Nasional Demokrat dalam kolom „Indonesia Memilih‟.
10
2. Manfaat Praktis Untuk memberi masukan kepada Media Indonesia yang akan saya teliti, karena media massa berfungsi untuk membentuk opini publik masyarakat. F. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan secara kualitatif yang tidak menggunakan statistik dan angka sebagai analisis hasilnya. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.9 dalam penelitian ini juga digunakan metode yang bersifat deskriptif, hanya bertujuan untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang berlaku saat ini dan mencoba menganalisis kondisi yang sedang terjadi. Pada penelitian ini peneliti tidak menguji hipotesis, melainkan hanya menggambarkan informasi apa adanya. Penelitian ini melakukan penelitian mendalam mengenai wacana pemberitaan dan melihat keterkaitan kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik. Penelitian ini juga menggambarkan dan menjelaskan bagaimana Media Indonesia mewacanakan berita mengenai partai politik Nasional Demokrat dan keterkaitannya antara partai politik dengan kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik tersebut. Paradigma penelitian ini adalah paradigma kritis, yaitu mencari makna yang tersembunyi dibalik pembuatan wacana. Dibalik wacana sebuah berita 9
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2
11 sedikitnya pasti ada pengaruh dari kekuasaan dan ideologi dari organisasi atau kelompok tertentu demi terciptanya sebuah wacana yang sesuai dengan keinginan kelompok tersebut. Dalam pandangan paradigma kritis media bukanlah sesuatu yang netral. Media saat ini sudah dipengaruhi oleh kelompok tertentu, dimana kelompok ini ingin mempengaruhi kelompok lain yang tidak dominan. Paradigma kritis menganggap bahwa sesungguhnya kelompok dominan tersebut telah memalsukan sebuah realitas, dengan itu paradigma kritis meneliti lebih mendalam mengenai masalah terkait dengan produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara institusional. G. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, yang ikut serta dalam rapat pemilihan berita di Media Indonesia. H. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Harian Umum Media Indonesia. Dalam hal ini, Harian Umum Media Indonesia dijadikan bahan penelitian karena Harian Umum Media Indonesia merupakan salah satu koran politik di Indonesia yang menerbitkan kolom khusus untuk pemilu 2014. I. Unit Analisis Penelitian ini akan menggunakan unit analisis yaitu berupa kumpulan berita dari kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia. Berita-berita itu adalah berita mengenai pemberitaan Partai Politik Nasional Demokrat.
12
J. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, biasanya ada tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini tidak dimungkinkan melakukan observasi terhadap kampanye seluruh partai dan dikarenakan masa tersebut telah tersebut maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Observasi Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti akan menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Dalam observasi nonpartisipan peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang diamati kurang dituntut. Observasi nonpartisipan adalah suatu prosedur yang dengannya peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di lingkungan yang diamati. 10 Adapun observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada objek penelitian serta dengan melakukan kunjungan langsung ke kantor redaksi Harian Umum Media Indonesia yang berlokasi Jl. Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya Selatan, Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta 11520-Indonesia. 2. Wawancara Melakukan wawancara (interview) dengan pihak-pihak yang bersangkutan mengenai pemberitaan pemilihan umum 2014 di kolom
10
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), cet ke-4, h. 289
13 “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia, yaitu dengan Bapak Ade Alawi selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan. 3. Dokumentasi Pengumpulan berita mengenai partai politik Nasional Demokrat di kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia, pada tiga edisi yaitu edisi 15 Januari 2014, edisi 13 Februari 2014, dan edisi 29 Maret 2014. K. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah berita-berita terkait dengan partai politik Nasional Demokrat dalam kolom “Indonesia Memilih” dan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung dengan perwakilan Asisten Kepala Divisi Pemberitaan di Harian Umum Media Indonesia b. Sumber Data Sekunder Peneliti akan melakukan studi literatur melalui buku, jurnal, majalah, artikel atau refrensi lain yang berkenaan dengan masalah penelitian L. Teknik Analisis Data Dalam analisis yang dijelaskan oleh van Dijk, struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial menjadi bagian yang paling penting. Apabila suatu teks berita memiliki ideologi atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka bisa diartikan sebagai dua hal. Pertama, teks tersebut mencerminkan bagaimana seorang wartawan ketika memandang suatu peristiwa yang terjadi. Dan yang kedua, teks tersebut memang menggambarkan pandangan sosial
14 secara umum. Maka dengan itu dalam analisis menurut van Dijk bukan hanya struktur teks saja yang penting, tetapi juga kognisi sosial baik dari wartawan maupun masyarakat. Seperti telah disebutkan diatas bahwa analisis penelitian ini mengacu pada teknik kerangka analisis van Dijk. Dimana ada tiga struktur penting dalam analisis. Yang pertama, struktur teks. Dalam struktur teks ini dijelaskan menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa tertentu. Yang kedua, kognisi sosial. Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami suatu peristiwa yang akan ditulis. Yang ketiga, analisis sosial. Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi suatu peristiwa yang digambarkan.11 M. Sistematika Penulisan BAB I :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB II :
Kerangka teori yang berisi tentang teori yang digunakan penulis dalam meneliti
BAB III :
Gambaran umum yang berisi tentang seputar surat kabar yang diteliti oleh peneliti
BAB IV :
Hasil penelitian dan pembahasan dari yang diteliti oleh peneliti
BAB V :
Kesimpulan dan saran
11
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 274-275
BAB II LANDASAN TEORI
A. Berita Politik dan Citra Politik Kejadian mengenai isu kabar mengenai politik selalu menarik perhatian media massa. Ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan.1 Pertama, saat ini politik berada pada era mediasi, yaitu media massa. Jadi sangat sulit memisahkan antara kehidupan politik dari media massa. Saat ini banyak aktor politik yang berusaha menarik perhatian media massa agar kegiatan dan aktivitas politiknya dapat diliput. Kedua, peristiwa politik selalu memiliki nilai berita dari setiap bentuk tingkah laku maupun pernyataan para aktor politik. Berita politik sengaja dirancang bukan hanya karena agenda media, tapi didasarkan pada situasi politik yang terus menghangat dan juga semakin banyaknya pembaca yang tertarik sehingga media mengangkat berita politik ini sebagai pemberitaan utama. Berita politik ini bisa digunakan para aktor politik sebagai strategi untuk memperkenalkan diri mereka kehadapan khalayak. Selain itu, berita politik ini juga digunakan untuk membuat pencitraan para aktor politik ataupun partai politik dihadapan masyarakat. Berita itu bisa dibuat agar mendapatkan citra positif dihadapan masyarakat demi menunjang kebutuhan elektabilitas. Namun, tak jarang berita itu juga bisa membuat aktor politik ataupun partai politik mendapatkan citra negatif dengan peristiwa politik yang terjadi menimpa aktor politik tersebut ataupun partai politiknya. 1
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 41-42
15
16
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan masyarakat (intermasa, 1992) ada beberapa jenis citra yaitu;2 a. Citra cermin (mirror image) Diyakini oleh perusahaan bersangkutan-terutama para pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. b. Citra kini (current image) Kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain tentang produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya sehingga pihak Humas akan menghadapi risiko yang sifatnya permusahan,
kecurigaan,
prasangka
buruk
hingga
muncul
kesalahpahaman yang meyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil bahkan kesan negatif yang diperoleh. c. Citra keinginan (wish image) Seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga yang ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang positif. d. Citra perusahaan (corporate image) Berkaitan dengan sosok perusahaan yang supaya terciptanya citra perusahaan yang positif. e. Citra serbaneka (multiple image) Pelengkap dari citra perusahaan diatas, pengenlan perusahaan seperti artibut logo, seragam, dekorasi perusahaan yang di identikkan kedalam
2
Rosady Ruslan. Manajemen Publc relations dan media komunikasi. H. 77-79
17
satu citra serbaneka (multiple image) yang diintergrasikan terhadap citra perusahaan. f. Citra penampilan (performance image) Citra ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaiman kinerja atau penampilan diri para professional pada perushaan tersebut. Citra politik merupakan salah satu efek dari komunikasi politikdalam paradigma atau perspektif mekanistis, yang pada umunya dipahami sebagai kesan yang melekat dibenak individu atau kelompok. Citra itu dapat berbeda dengan realitas yang sesungguhnya atau tidak merefleksikan kenyataan objektif Citra politik memiliki empat fase Baudrillard dalam Arifin (2011:193) menyebut empat fase tersebut yaitu; (1) representasi dimana citra merupakan cermin suatu realitas; (2) ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah akan realitas; (3) citra memnyembunyikan bahwa tidak ada realitas; dan (4) citra tidak memliki sama sekali hubungan dengan realitas apapun.3 Citra poltik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, kerjasama, konflik dan konsesus) yang memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya. B. Ideologi dan Hegemoni Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu. Kesadaran tentang hubungan antara individu dengan masyarakat disekitarnya, dan juga kesadaran 3
Anwar Arifin, Komunikasi politik, h. 178
18
tentang realitas sosial. Salah satu konsep mengenai ideologi adalah ideology structuralis. Ideologi strukturalis ini disampaikan oleh Althusser. Ideologi berdasarkan konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Althusser melihat bahwa ideologi adalah sebuah praktik daripada gagasan atau ide.4 Dalam menyebarkan ideologi, media merupakan salah satu alat yang efektif untuk digunakan bagaimana kekuasaan yang dominan mempengaruhi kelompok yang tidak dominan. Hal penting dari teori ideologi dari pemikiran Althusser adalah subjek dan ideologi. Althusser berpendapat bahwa ideologi adalah hasil rumusan individu-individu yang dalam pemberlakuannya tidak hanya menuntut individu yang bersangkutan melainkan juga membutuhkan subjek. Sebagai seorang Marxis strukturalis, Althusser berpandangan bahwa kehidupan manusia sebagai subjek identik dengan subjek bagi struktur, dimana struktur tadi bukan ciptaannya melainkan ciptaan kelompok dominan. Karena struktur itu diciptakan untuk identik dengan kepentingan kelompok dominan tersebut.5 Dapat dikatakan juga bahwa ideologi merupakan sebuah alat untuk meciptakan masyarakat ataupun membuat masyarakat sesuai dengan kepentingan sebuah kelompok yang dominan yang identik dengan kepercayaan dan kesadaran yang dianut oleh kelompok kuasa tersebut. Bila membicarakan masalah mengenai ideologi dan kelompok dominan yang berhasil mengontrol kelompok yang tidak dominan milik Althusser, maka ini pasti memicu kita untuk mengetahu teori mengenai 4 5
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.98 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 99
19
hegemoni yang dibangun oleh Antonio Gramsci. Antonio Gramsci menekankan bagaimana sebuah kelompok dominan dapat diterima oleh kelompok yang akan didominasi dalam suatu proses yang damai tanpa adanya kekerasan. Pandangan Gramsci mengenai hegemoni yaitu keadaan dimana individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka. Gramsci menyatakan bahwa sistem sosial yang mereka dukung justu telah mengeksploitasi diri mereka sendiri. Dalam hal ini persetujuan merupakan faktor penting. Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka diberikan imbalan. Pada akhirnya, orang akan lebih menyukai hidup dalam masyarakat dengan berbagai pemberian tersebut dan menerima dengan ideologi budaya dominan.6 Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa didalam kehidupan sosial masyarakat pasti ada sebuah pertarungan untuk memperebutkan penerimaan dari publik. Bagi sebuah kelompok dominan diperlukan usaha yang besar untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya agar dapat diterima, tanpa adanya perlawanan dari masyarakat. Dalam konsep hegemoni ini ada salah satu strategi kunci, yaitu nalar awam (common sense). Ketika kelompok dominan mampu menciptakan sebuah gagasan atau ide menjadi sebuah common sense yang tentunya diterima secara umum maka pada dasarnya hegemoni sudah terjadi. Proses penciptaan common sense itulah yang selama ini berhubungan dengan praktik jurnalistik.
6
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, h. 166
20
C. Wacana Kritis Wacana kritis memusatkan pada bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi. Disini melihat bagaimana bahasa dapat membuat makna ideologi tertentu. Ideologi dapat dilihat dari pilihan kata dan struktur bahasa yang dipakai. Bahasa digunakan untuk membuat makna ideologi ini dibentuk dan telah dibuat oleh seseorang. Pemakaian bahasa dan pilihan struktur bahasa tertentu dapat menunjukkan bagaimana suatu kelompok ingin memenangkan dukungan khalayak dan bagaimana kelompok lain berusaha dikesampingkan oleh kelompok yang dominan. Wacana tidak hanya difahami sebagai studi bahasa saja, tetapi juga untuk menghubungan konteks yakni tujuan dan praktik, termasuk praktik kekuasaan. Ada 5 (lima) hal penting yang menjadi karakteristik dalam analisis wacana kritis.7 Lima hal penting itu adalah tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi. Analisis wacana lebih menekankan kepada proses dari produksi dan reproduksi suatu makna. Analisis wacana digunakan untuk melihat lebih dalam kekuasaan yang terdapat disetiap proses bahasa, karena bahasa selalu berhubungan dengan kekuasaan yang bisa membentuk subjek dan berbagai tindakan di masyarakat luas. Disebutkan dalam buku Aris Badara, analisis wacana,
analisis
wacana
yang
menggunakan
pendekatan
kritis
memperlihatkan keterpaduan: (a) analisis teks; (b) analisis proses, produksi, konsumsi, dan distribusi teks; dan (c) analisis sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana.
7
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 8-14
21
D. Media Massa Surat Kabar Media massa merupakan salah satu wadah untuk penyampaian sebuah informasi kepada khalayak, media massa akan memberi perhatian khusus terhadap suatu masalah yang terjadi. Kehadiran media massa sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Media massa merupakan tempat kita untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai dunia luar yang begitu luas, yang tak dapat kita lihat dengan berbagai keterbatasan manusia. Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik.8 Media massa menjadi wadah yang dapat menampung banyak massa dan dapat menyebarkan informasi kepada khalayak banyak dalam sekali penerbitannya. Maka dari itu, saat ini media massa menjadi satu hal yang penting yang tak boleh terlupakan oleh masyarakat dan juga para kelompok dominan. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai dunia sosial, politik, dan ekonomi sementara para kelompok dominan membutuhkan media massa untuk menyebarkan ideologi dan kepentingannya agar masyarakat bisa menerimanya secara sah. Menurut Denis McQuail, media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan
8
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 224
22
politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini. Dari perspektif politik, media massa telah menjadi elemen penting dalam proses demokratisasi karena menyediakan arena dan saluran bagi debat publik, menjadikan calon pemimpin politik dikenal luas masyarakat dan juga berperan menyebarluaskan berbagai informasi dan pendapat.9 Jika membahas mengenai media massa, kita akan dihadapkan pada banyaknya jenis media massa yang ada disekitar kita. Media cetak menjadi media massa yang paling lama ada hingga saat ini. Media cetak terdiri dari buku, surat kabar, majalah dan lainnya. Sebuah media cetak harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, khalayak pelanggan dan pembaca, mitra kerjam agen, loper, pemasang iklan dan biro iklan. Selain itu, interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik. Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Tapi disisi lainnya, sesuai dengan sifat dari media sendiri yang tak pernah stagnan, media cetak di Indonesia berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan Koran pun ikut mengadakan perubahan.10
9
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, h. 1 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, h 85
10
23
Surat kabar memiliki beberapa karakteristik utama sebagai sebuah media dan lembaga. Dalam aspek media, surat kabar memiliki waktu penerbitan yang berkala dan terbilang sering. Yang kedua surat kabar merupakan salah satu teknologi dalam percetakan. Dalam hal isi, surat kabar berisi tentang berita dan rujukan yang sesuai dengan tema-tema tertentu. Dan surat kabar bisa dibaca oleh individu ataupun kelompok. Dalam aspek kelembagaannya, surat kabar cenderung bebas, namun adanya pengkonstruksian berita yang dilakukan oleh setiap surat kabar. Surat kabar suatu lembaga yang berada dalam ranah publik, dalam bentuk komoditas dan berbasis komersial. Surat kabar dianggap sebagai bentuk inovasi yang lebih baik daripada buku yang dicetak, yaitu penemuan literature, sosial dan budaya baru. Keunggulan surat kabar jika dibandingkan dengan bentuk komunikasi budaya lainnya adalah terletak pada orientasinya kepada pembaca individu dan kepada realitas, kegunaannya sebagai sebuah sumber informasi. Kebaruannya juga bukan hanya terletak pada teknologi atau cara penyebarannya saja, tetapi juga pada fungsinya bagi kelas tertentu dalam perubahan iklim sosial politik yang lebih liberal.11 Surat kabar memiliki waktu terbit yang bervariasi, ada surat kabar harian yang terbit setiap hari dan ada surat kabar mingguan yang terbit setiap minggu, adapula surat kabar yang terbit setiap pagi atau surat kabar sore yang terbit setiap sore. Target distribusi dari surat kabar pun juga bervariasi, ada yang ingin menjangkau kalangan menengah kebawah dan ada juga yang ingin menjangkau kalangan menengah keatas. Surat kabar berbeda dari tipe media
11
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6, h. 30-32
24
massa lainnya karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman pemberitaannya yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa yang terjadi. Ketiga hal tersebut terkait dengan kebutuhan pembaca pada sisi menarik sebuah informasi yang ingin dibaca. Walaupun surat kabar memiliki isi berita yang beragam tergantung dari pembaca yang ingin membacanya, namun fungsi dari surat kabar itu sendiri adalah sebagai penyampai atau wadah dari sebuah kumpulah informasi peristiwa atau kejadian yang terjadi disekitar kita. Berita merupakan isi dari sebuah media massa. Dalam hal ini berita juga menjadi isi dari surat kabar. Keragaman berita di surat kabar menjadi daya tarik tersendiri dari surat kabar. Menurut KBBI ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman. Diantara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang mendekati konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.12 Menutur Sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik Baru, berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Disini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut sebagai berita.13 Berita saat ini digolongkan menjadi berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Hard news bisa disebut juga sebagai straight news yaitu sebuah berita penting yang harus segera disampaikan kepada 12 13
Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 27 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 55
25
masyarakat. Soft news bisa juga disebut sebagai feature news yaitu peristiwa yang bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting untuk diketahui masyarakat, bahkan peristiwanya telah terjadi beberapa waktu yang lalu.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Media Indonesia Media Indonesia merupakan surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Media Indonesia sendiri tergabung ke dalam Media Group bersama dengan Metro Tv. Media Indonesia merupakan sebuah surat kabar harian nasional yang terbit sejak 19 januari 1970. Media Indonesia mendapat Surat Izin Terbit dengan No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969 yang dikeluarkan langsung oleh Departemen Penerangan. Diawal penerbitannya Media Indonesia hanya memiliki 4 (empat) halaman. Kantor pertama Media Indonesia beralamat di jalan Letnan Jendral MT Haryono, Jakarta, dibawah naungan Yayasan Warta Indonesia. Pada tahun awal penerbitannya, Media Indonesia bukanlah sebuah harian umum politik dan bisnis, tapi Media Indonesia merupakan sebuah harian umum yang isi pemberitaannya lebih condong kepada pemberitaan mengenai hiburan, seperti cerita kehidupan para artis dan lain sebagainya. Pada saat itu Media Indonesia disebut sebagai Koran kuning, yaitu sebuah Koran yang penuh dengan cerita gosip. Dalam rangka untuk memajukan penerbitan Media Indonesia, Ketua Badan Yayasan dari penerbit harian Media Indonesia mencoba melakukan pembenahan di segala bidang untuk meningkatkan mutu penerbitan yaitu dengan cara meningkatkan jumlah halamannya dari 4 (empat) halaman menjadi 8 (delapan) halaman.
26
27
Perkembangan Media Indonesia terlihat enam tahun sejak pertama kali diterbitkan yaitu pada tahun 1976, dimana Media Indonesia saat itu berkembang menjadi delapan halaman. Dan pada tahun yang sama juga, Media Indonesia mulai mendapatkan Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) yang dimana sebelumnya hanya Surat Izin Terbit. Pada tahun 1988, pendiri Media Indonesia yaitu Teuku Yousli Syah bekerjasama dengan Surya Paloh, mantan pemimpin surat kabar prioritas. Semenjak kerjasama itu berlangsung lahirlah Media Indonesia dibawah manajemen yang baru yaitu PT. Citra Media Nusa Purnama. Dengan manajemen yang baru ini Surya Paloh menjabat sebagai direktur utama dari Media Indonesia dan sang pendiri Teuku Yousli Syah menjabat sebagai pemimpin umum. Dengan begitu, lokasi kantor Media Indonesia pun pindah ke jalan Gondangdia lama no 46, Jakarta. Media Indonesia mulai pindah kantor pada awal 1995 di kompleks Delta Kedoya, jalan Pilar Mas Raya Kav A-D, kedoya selatan, kebon jeruk, Jakarta Barat, dan kantor Media Indonesia ini masih bertahan sampai sekarang. Di gedung baru semua kegiatan dilakukan didalamnya, seperti redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi, perpustakaan, iklan, sirkulasi, dan distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. Pergantian kepemimpinan dibagian redaksi maupun usaha terjadi dengan seiring berjalannya waktu. Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapanpun. Sejak Media Indonesia ditangain oleh tim manajemen baru di bawah paying PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang
28
menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Pada tahun 1986 untuk pertama kalinya berada dalam industri pers dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun, harian Prioritas ini kurang bernasib baik, karena belum lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP harian Prioritas dibatalkan oleh Departemen Penerangan. Harian Prioritas dengan Media Indonesia memang ada benang merah, yaitu dalam karakter kebangsaannya. Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan Surya Paloh ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/1984 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air. Pada tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, dipercaya oleh Surya Paloh untuk memimpin Media Indonesia dengan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi.1
B. Visi dan Misi Media Indonesia Visi dan Misi Harian Media Indonesia2 VISI: Visi Harian Media Indonesia adalah menjadi surat kabar independen yang inovatif, lugas, terpercaya, dan paling berpengaruh. 1 2
Antoni, Company Profile Media Indonesia, Dokumen Resmi Antoni, Company Profile Media Indonesia, Dokumen Resmi
29
1. Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus partai politik, menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas dan mempunyai keberanian bersikap beda. 2. Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia, serta terus menerus mengembangkan rubrik, halaman dan penyempurnaan perwajahan. 3. Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung. 4. Terpercaya, yaitu selalu melakukan check dan recheck, meliputi berita dari dua pihak dan seimbang, serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman. 5. Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan, memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan,
mampu
membangun
kemampuan
antisipasif,
mampu
membangun network narasumber, dan memiliki pemasaran atau distribusi yang andal. MISI: Misi Harian Media Indonesia adalah: a. Pertama, menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan. b. Kedua, mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar. c. Ketiga, membangun sumber daya manusia dan manajemen yang professional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.
30
C. Kolom “Indonesia Memilih” Kolom “Indonesia Memilih” merupakan sebuah kolom yang dikhususkan untuk pemberitaan pemilu. Pemberitaan pemilu itu meliputi kinerja para regulator seperti, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), serta peristiwa menyangkut masalah partai politik selama menjelang pemilu 2014. Kolom ini sudah ada sejak awal tahun 2013, jauh sebelum pemilu 2014 dimulai. Kolom ini pun berkembang dari satu halaman menjadi dua atau tiga halaman setiap harinya. Ini dikarenakan semakin dekatnya dengan pemilu 2014. Media Indonesia mengatakan tujuan membuat kolom “Indonesia Memilih” itu adalah menjadi guidance untuk pembaca, bagaimana pembaca kita memilih calon-calonnya secara baik. Kemudian, untuk membuka wawasan masyarakat tentang persoalan legislatif kita, ada soal anggaran, soal pengawasan, dan soal legislatif. 3 hal ini yang diberikan untuk membuka pemahaman masyarakat terhadap calon kita dan juga membuka pemahaman masyarakat, apa fungsi dan tugas atau persoalan dari anggota dewan itu.3
3
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
31
D. Struktur Organisasi Media Indonesia Tabel 1 Struktur Organisasi Media Indonesia4
Direktur Utama
Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm) Rahni Lowhur-Schad
Direktur Pemberitaan
Saur M. Hutabarat
Direktur Pengembangan Bisnis
Alexander Stefanus
Dewan Redaksi Media Group
Deputi Direktur Pemberitaan
Elman Saragih (Ketua) Ana Widjaya Andy F. Noya Bambang Eka Wijaya Djadjat Sudradjat Djafar H. Assegaff Laurens Tato Lestari Moerdijat Rahni Lohwur-Schad Saur M. Hutabarat Sugeng Suparwoto Suryo Pratomo Toeti Adhitama Elman Saragih Laurens Tato Saur M. Hutabarat Usman Kansong
Kepala Divisi Pemberitaan
Kleden Suban
Kepala Divisi Content
Gaudensius Suhandi
Pendiri
Redaktur Senior
Enrichment: Deputi Kepala Divisi Pemberitaan
Abdul Khohar
Sekretaris Redaksi
Teguh Nirwahyudi
Asisten Kepala Divisi Pemberitaan
Ade Alawi Fitriana Siregar Haryo Prasetyo Ono Sarwono
4
Antoni, Company Profile Media Indonesia, Dokumen Resmi
32
Rosmery C. Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto
Hariyanto
Redaktur
Agus Mulyawan Anton Kustedja Cri Qanon Ria Dewi Eko Rahmawanto Eko Suprihatno Hapsoro Poetro Henri Salomo Siagian Ida Farida Jaka Budisantosa Mathias S. Brahmana Mochamad Anwar Surahman Sadyo Kristiarto Santhy M. Sibarani Soelistijono
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Wacana Pemberitaan Partai Politik Nasional Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih” Harian Umum Media Indonesia Hasil penelitian ini dilakukan menggunakan teknik analisis Teun A. Van Dijk. Dimana menurut Van Dijk analisis wacana itu bukan hanya teks saja, tapi terdiri dari tiga dimensi yang penting, yaitu teks, kognisi sosial dan analisi sosial atau konteks sosial. Yang pertama, struktur teks. Dalam struktur teks ini dijelaskan menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa tertentu. Yang kedua kognisi sosial akan mempelajari bagaimana proses produksi suatu teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Dan dimensi yang ketiga adalah konteks sosial dimana akan dipelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap suatu masalah.1 Peneliti akan membahas mengenai pembertiaan partai politik Nasional Demokrat di kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia. Disini peneliti akan melihat bagaimana Media Indonesia mewacanakan pemberitaan partai politik Nasional Demokrat di kolom “Indonesia Memilih” yang dilihat dari teks, kognisi sosial dan analisis sosial. 1. Analisis Text Pada Pemberitaan Mengenai Partai Politik Nasional Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih” Peneliti akan membahas analisis wacana pemberitaan mengenai partai politik Nasional Demokrat pada kolom “Indonesia Memilih” harian
1
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h 274-275
33
34
Media Indonesia yang dimulai dengan analisis dari teks berita tersebut. Dalam menganalisis teks Van Dijk membagi teks kedalam tiga tingkatan atau struktur. Struktur yang pertama, struktur makro. Struktur makro merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Kedua, superstruktur yang merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Dan yang ketiga, struktur mikro adalah makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.2 Dalam menganalisis teks menurut Van Dijk peneliti akan menjelaskannya sebagai berikut: Analisis Teks Berita 1 : Rabu, 15 Januari 2014 “Partai NasDem Paling Positif” a. Makro Struktur makro ini diamati dengan melihat tema atau topik pemberitaan. Tema atau topik pada teks pertama: “Partai NasDem menjadi partai yang mendapat pemberitaan bernada positif dalam hasil survei yang dilakukan Pol-Tracking.” b. Superstruktur Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan pada teks pertama sebagai berikut: 1) Bagian awal ada berita mengenai hasil survei dari Pol-Tracking mengenai partai-partai yang mendapat pemberitaan positif.
2
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228
35
“…pemberitaan bernada positif tertinggi selama 2013 dengan meraih 34,54%.” (paragraf 1). “Posisi kedua ditempati dengan Partai Hanura dengan 31,9%, selanjutnya PDIP 26,26%, dan Gerindra 26,19%.” (paragraf 2). 2) Bagian tengah diisi dengan hasil survei mengenai partai yang mendapat proporsi pemberitaan negatif tertinggi dan hasil elektabilitas. Adapula pernyataan-pernyataan dari Hanta Yuda. “…dalam hal pemberitaan bernada negatif, PKS mendapat proporsi terbesar dengan 23,87%, diikuti Demokrat 20,35%, dan Golkar 19,1%.” (paragraf 4). “…tingkat elektabilitas PDIP pada Desember 2013 naik menjadi 22,44% dari 18,5% pada Oktober 2013. Elektabilitas Gerindra juga mengalami kenaikan dari 6,6% pada Oktober menjadi 8,6% pada Desember. Elektabilitas PPP dan Hanura pun mengalami peningkatan.” (paragraf 5). “…Hanta mengingatkan bahwa parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif harus menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa memunculkan potensi pemberitaan negatif.” (paragraf 6). 3) Bagian akhir ditutup dengan pernyataan dari Wasekjen PKS, Ketua Balitbang Golkar dan Ketua Umum Partai NasDem. “…Wasekjen PKS Fahri Hamzah mengatakan sentiment negatif terhadap pemberitaan negatif parpol, khususnya bagi PKS, tidak manageble.”(paragraf 10). “…Ketua Balitbang Golkar Indra J Piliang mengatakan pemberitaan parpol di media bisa sangat mengganggu dan bisa juga membantu.”(paragraf 11). “Ketua
36
Umum Partai NasDem Surya Paloh optimistis partainya mampu meraih 12% lebih suara bila melihat pergerakan para kader NasDem di Pulau Jawa dan di luar Jawa.”(paragraf 12). c. Mikro Semantik 1) Latar Latar pada teks berita pertama terdapat dalam paragraf 1. Paragraf 1 : “NasDem menjadi partai politik yang memiliki proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi selama 2013 dengan meraih 34,54%. „Partai yang paling banyak memiliki tone pemberitaan positif tidak terlepas dari perannya sebagai oposisi dalam merespons kebijakan pemerintah,‟ jelas Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda saat merilis hasil survei yang mereka lakukan sejak 1 Februari hingga 24 Desember 2013.” 2) Detil Detil pada teks berita pertama terdapat dalam paragraf 8 dan 9. Paragraf 8 : “menurut Hanta Yuda, ada tiga hal yang harus dijaga parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif. Pertama, menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan pemberitaan negatif. Misalnya yang berkaitan dengan kasus hukum. Kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik atau gagasan baru, kreatif dan inovatif segar sehingga diberitakan positif.”
37
Paragraf 9 : “Ketiga, selalu berpihak kepada keinginan publik, apa yang publik inginkan selalu sama dengan keinginan partai. Misalnya jika partai itu merupakan oposisi, terus memantau dan mengawal kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan keinginan publik.” 3) Maksud Maksud dari pemberitaan teks pertama ada pada paragraf 3. Paragraf 3 : “Hanta menjelaskan pemberitaan di media mengenai partai politik sangat penting dalam memberikan persepsi bagi masyarakat terhadap parpol. „Sebenarnya media sendiri yang mendapatkan sumber pemberitaan itu dari parpol. Jadi parpol perlu berhati-hati dalam kasus dan isu hukum yang sedang dihadapi,‟ terangnya.” 4) Pra-Anggapan Pra-anggapan teks berita pertama terdapat pada paragraf 12. Paragraf 12 : “Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh optimistis partainya mampu meraih 12% lebih suara bila melihat pergerakan para kader NasDem di Pulau Jawa dan di luar Jawa.” Sintaksis 1) Koherensi Paragraf 5 : “elektabilitas PPP dan Hanura pun mengalami peningkatan.” Paragraf 7 : “lebih lanjut Hanta mengingatkan bahwa parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positf harus menjaga dan
38
menghindari hal-hal yang bisa memunculkan potensi pemberitaan negatif.” Paragraf 8 : “pertama, menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan pemberitaan negatif. Misalnya, yang berkaitan dengan kasus hukum. Kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik atau gagasan baru, kreatif dan inovatif segar sehingga diberitakan positif.” Paragraf 9 : “…apa yang publik inginkan selalu sama dengan keinginan partai. Misalnya, jika partai itu merupakan oposisi, terus memantau dan mengawal kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan keinginan publik” Paragraf 12 : “kalau kenaikannya dapat mengimbangi, atau sekitar 6% lagi…” 2) Bentuk Kalimat Paragraf 1 : “NasDem menjadi partai politik yang memiliki proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi…” Paragraf 2 : “posisi kedua ditempati Partai Hanura dengan 31,9%, selanjutnya PDIP 26,26%, dan Gerindra 26,19%. „wacana pencapresan jokowi bisa mengimbangi munculnya pemberitaan negatif soal kasus korupsi di PDIP‟…” Paragraf 4 : “sementara itu, dalam hal pemberitaan negatif, PKS mendapat proporsi terbesar dengan 23,87%...” Paragraf 8 : “…kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik atau gagasan baru,…”
39
Paragraf 9 : “ketiga, selalu berpihak kepada keinginan publik,…” Paragraf 11 : “…pemberitaan parpol di media bisa sangat mengganggu dan bisa juga membantu.” 3) Kata Ganti Paragraf 3 : “…‟jadi parpol perlu berhati-hati dalam kasus dan isu hukum yang sedang dihadapi,‟ terangnya.” Paragraf 10 : “…‟sentimen negatif terhadap pemberitaan parpol, khususnya berita untuk PKS, tidak manageable,‟ tuturnya.” Stilistik 1) Leksikon Paragraf 1 : tertinggi, Paragraf 3 : berhati-hati, Paragraf 7 : potensi, Paragraf 10 : sentiment, Paragraf 12 : optimistis Retoris 1) Grafis Pada teks berita pertama ini adanya penonjolan pemberitaan mengenai Partai NasDem yang mendapatkan proporsi pemberitaan positif tertinggi dan Partai NasDem adalah partai yang berjalan sesuai dengan keinginan rakyat. Tabel 2 Kesimpulan Analisis Teks Berita 1 Struktur Makro
Superstruktur
Elemen
Analisis
Tema/Topik Partai NasDem menjadi partai yang mendapat pemberitaan bernada positif dalam hasil survei yang dilakukan PolTracking. Skema/Alur Awal : mengenai hasil survei Pol-Tracking dari partai-partai politik yang mendapat pemberitaan bernada positif, dan Partai NasDem mendapat proporsi pemberitaan
40
Mikro
Semantik, Sintaksis, Stilistik
bernada positif tertinggi. Tengah : hasil survei pemberitaan bernada negatif tertinggi dan hasil elektabilitas partai politik. Dan didukung oleh pernyataan Hanta Yuda. Akhir : pernyataan pendukung dari Wasekjen PKS, Ketua Balitbang Golkar dan Ketua Umum Partai NasDem yang optimis NasDem meraih 12% suara. Semantik Latar : terdapat pada paragraf 1 yang menunjukkan Partai NasDem mendapat proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi dengan meraih 34,54% dan Hanta Yuda yang mengatakan itu tak terlepas dari perannya sebagai oposisi dalam merespon kebijakan pemerintah. Detil : terdapat pada paragraf 8 dan 9 dalam pernyataan Hanta Yuda bahwa ada tiga hal yang harus dijaga parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif. Maksud : terdapat pada paragraf 3 pernyataan Hanta Yuda yang menjelaskan bahwa pemberitaan di media mengenai parpol sangat penting dalam memberikan persepsi bagi masyarakat terhadap parpol. Pra-anggapan : terdapat pada paragraf 12 dalam pernyataan Surya Paloh yang optimis NasDem akan meraih 12% suara. Sintaksis Koherensi : berita ini banyak jalinan kata yang menunjukkan sebab akibat serta maksud dan tujuan, seperti kata „bahwa‟, „menyebabkan‟, „sehingga‟, „dan‟, „atau‟, „jika‟. Bentuk kalimat : berita ini banyak menggunakan kalimat yang menunjukkan bahwa kalimat itu aktif seperti „menjadi‟, „mengimbangi‟, „membuat‟, membantu‟ dan kalimat pasif seperti „ditempati‟ Kata ganti : banyak menunjuk pada narasumber dan narasumber sebagai orang kedua seperti „terangnya‟, „tuturnya‟ Stilistik Leksikon : adanya kata „tertinggi‟, „berhati-hati‟, „potensi‟, „sentimen‟, „optimistis‟.
41
Analisis Pada analisis teks berita ini bila melihat dari struktur makro yang dilihat dari unsur tematik, Media Indonesia ingin menunjukkan bahwa Partai NasDem adalah partai yang paling banyak mendapatkan proporsi pemberitaan bernada positif pada survei tersebut, karena Partai NasDem memiliki peran sebagai partai oposisi atas kebijakankebijakan pemerintah. Judul berita ini dibentuk untuk membuat opini masyarakat mengarah pada Partai NasDem yang mendapat proporsi pemberitaan positif tertinggi. Pada tingkatan superstruktur dilihat dari unsur skematik, Media Indonesia lebih mengedepankan kepada pemberitaan Partai NasDem yang mendapat proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi. Dilanjutkan pada pernyataan Hanta Yuda yang mengingatkan agar parpol yang mendapat proporsi pemberitaan positif harus bisa menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa memunculkan pemberitaan negatif. Dan akhir berita ini juga didukung oleh ke-optimisan dari Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem. Pada
struktur
mikro,
dilihat
dari
elemen
semantik
menunjukkan berita mengenai hasil survei yang dilakukan oleh PolTracking diberitakan secara implisit seperti hasil survei mengenai parpol dengan pemberitaan negatif dan hasil elektabilitas parpol. Namun, pada pemberitaan mengenai Partai NasDem dan pernyataan Hanta Yuda mengenai parpol yang mendapat pemberitaan bernada positif diberitakan secara eksplisit. Pada elemen sintaksis, dalam berita
42
ini ditemukan bentuk kalimat dan koherensi yang menunjukkan kalimat aktif, hubungan adanya sebab dan akibat serta yang menerangkan maksud dan tujuan bahwa Partai NasDem adalah partai yang memiliki proporsi pemberitaan positifi tertinggi dan ini dikarenakan Partai NasDem sebagai partai oposisi yang merespon semua kebijakan-kebijakan pemerintah. Pada elemen stilistik pilihan kata yang dipakai oleh Media Indonesia dalam memberitakan Partai NasDem lebih menunjukkan adanya pemberitaan positif terhadap Partai NasDem dengan tujuan untuk mengontrol opini masyarakat, dimana pada hasil survei itu menunjuk Partai NasDem sebagai partai dengan proporsi pemberitaan tertinggi. Dari berita pertama ini, Media Indonesia terlihat begitu mengarahkan pemberitaan mengenai Partai NasDem yang memiliki pemberitaan positif tertinggi kepada arah yang begitu membentuk pencitraan Partai NasDem. Dalam berita ini Partai NasDem terlihat sebagai partai yang sejalan dengan keinginan rakyat. Dengan berita ini Media Indonesia mencoba untuk menciptakan persepsi masyarakat terhadap Partai NasDem sebagai partai baru dalam Pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil survei yang melihatkan dan diperkuat dengan pernyataan dari Hanta Yudha yang begitu diarahkan. Dalam berita ini melihatkan bahwa NasDem yang sejalan dengan keinginan rakyat, selalu membuat gagasan yang kreatif dan inovatif serta diuntungkan dengan kenyataan bahwa NasDem sebagai
43
partai baru masih terhindar dari kasus korupsi. Ini menunjukkan bagaimana Media Indonesia mencoba melihatkan bahwa Partai NasDem adalah partai politik baru yang diinginkan oleh rakyat, karena NasDem merupakan partai politik baru dalam pemilu 2014. Analisis Teks Berita 2 : Kamis, 13 Februari 2014 “Partai NasDem Dinilai Properubahan” a. Makro Struktur makro ini diamati dengan melihat tema atau topik pemberitaan. Tema atau topik pada teks keenam adalah : “Lembaga Survei Jakarta (LSJ) mengeluarkan hasil survei yang dilakukan atas penelitian terhadap partai yang dinilai paling properubahan dan Partai NasDem menjadi partai yang paling dinilai properubahan.” b. Superstruktur Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan pada teks keenam adalah sebagai berikut: 1) Bagian pembuka diawali dengan pernyataan bahwa menurut hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) partai NasDem ada diurutan ke-4 dalam tingkat keelektabilitasan dan urutan pertama pada partai yang dinilai properubahan. “…elektabilitas Partai NasDem berada di posisi ke-4, mengalahkan Partai Hanura dan Partai Surya
Paloh
Demokrat. Selain itu, partai besutan
tersebut
properubahan…”(paragraf 1).
dianggap
sebagai
partai
yang
44
2) Bagian tengah berisi tentang pernyataan-pernyataan dari manager riset LSJ yang memperkuat bahwa partai NasDem partai properubahan yang diikuti dengan hasil survei partai politik yang properubahan dan elektabilitas partai politik. “…belum masuknya kader Partai NasDem ke lembaga legislatif karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat sejumlah partai politik…”(paragraf 4). “…hasilnya Partai NasDem berada di posisi teratas dengan 15,3%, disusul Partai Gerindra 14,9%, dan Hanura 12,8%...”(paragraf 7). 3) Bagian akhir ditutup dengan data tentang pelaksanaan survei yang dilakukan oleh LSJ yang dilakukan dengan wawancara tatap muka dan kuesioner. “…pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dan kuesioner.”(paragraf 12). c. Mikro Semantik 1) Latar Latar pada teks berita keenam ada pada paragraf 6. Paragraf 6 : “…ia melanjutkan, sejumlah parpol yang dalam mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan diminati masyarakat. Adanya komitmen yang kuat terhadap rakyat kecil juga sangat memengaruhi peningkatan elektabilitas parpol…”
45
2) Detil Detil pada teks berita keenam ada pada paragraf 4 dan paragraf 5. Paragraf 4 : “…ia menambahkan, belum masuknya kader Partai NasDem ke lembaga legislatif karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat sejumlah partai politik…” Paragraf 5 : “…‟situasi memberikan insentif elektoral bagi NasDem. Publik sudah jenuh terhadap partai-partai lama yang terlibat berbagai kasus korupsi,‟ papar rendy…” 3) Maksud Maksud pada teks berita keenam ada pada paragraf 3. Paragraf 3 : “…‟konsep restorasi Indonesia dipersepsikan publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang. Saat ini populer saja tidak cukup. Buat apa pilih yang populer, tapi tidak berkualitas,‟ ujar rendy…” 4) Pra-Anggapan Pra-anggapan pada teks berita keenam terdapat pada paragraf 8. Paragraf 8 : “…‟NasDem dipersepsikan sebagai partai yang paling punya komitmen terhadap perubahan. Konsep restorasi Indonesia dimaknai publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang,‟ ujarnya…”
46
Sintaksis 1) Koherensi Paragraf 2 : “…partai NasDem diprediksi bakal bersinar dalam pemilu tahun ini karena partai itu dipersepsikan sebagai partai yang paling punya komitmen terhadap peruabahan.” Paragraf 3 : “…buat apa pilih yang populer, tapi tidak berkualitas.” Paragraf 4 : “…belum masuknya kader partai NasDem ke lembaga legislatif karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat sejumlah partai politik” Paragraf 6 : “…sejumlah parpol yang dalam sosialisasinya mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan diminati masyarakat.” 2) Bentuk Kalimat Paragraf 1 : “…selain itu, partai besutan Surya Paloh tersebut dianggap sebagai partai yang properubahan” Paragraf 2 : “…partai NasDem diprediksi bakal bersinar dalam pemilu tahun ini …” Paragraf 3 : “…buat apa pilih yang populer, tapi tidak berkualitas” Paragraf 4 : “…terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat sejumlah partai politik” Paragraf 5 : “situasi ini memberikan insentif elektoral bagi NasDem…”
47
Paragraf 6 : “…sejumlah parpol yang dalam sosialisasinya mengedepankan isu perubahan…” 3) Kata Ganti Paragraf 4 : “ia menambahkan, …” Paragraf 6 : “ia melanjutkan, …” Paragraf 8 : “…‟dimaknai publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang,‟ujarnya” Stilistik 1) Leksikon Paragraf 1 : besutan, Paragraf 2 : bakal, komitmen, Paragraf 6 : diminati Retoris 1) Grafis Berita ini menekankan bahwa Partai NasDem dinilai sebagai partai yang properubahan. Partai NasDem dinilai properubahan karena belum adanya kader partai ini yang masuk dalam ke lembaga legislatif dan ini menguntungkan bagi Partai NasDem. Tabel 3 Kesimpulan Analisis Teks Berita 2 Struktur Makro
Elemen Tema/Topik
Superstruktur
Skema/Alur
Analisis Lembaga Survei Jakarta mengeluarkan hasil survei yang dilakukan terhadap partai yang dinilai paling properubahan dan Partai NasDem menjadi partai yang paling dinilai properubahan. Awal : menurut hasil survei itu elektabilitas Partai NasDem ada diurutan ke-4 dan urutan pertama pada survei partai yang dinilai
48
Mikro
Semantik, Sintaksis, Stilistik
properubahan Tengah : pernyataan yang menguatkan bahwa Partai NasDem paling properubahan, diikuti dengan hasil survei partai politik yang properubahan dan elektabilitas partai politik Akhir : data mengenai pelaksanaan survei yang dilakukan Lembaga Survei Jakarta. Semantik Latar : terdapat pada paragraf 6 partai politik yang mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan diminati masyarakat. Adanya komitmen kuat terhadap rakyat kecil juga mempengaruhi peningkatan elektabilitas. Detil : terdapat pada paragraf 4 dan 5 belum masuknya kader NasDem menjadi keuntungan sendiri karena sebagai partai baru dan terhindar dari korupsi. Maksud : terdapat pada paragraf 3 konsep restorasi Indonesia dipersepsikan publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan. Pra-Anggapan : terdapat pada paragraf 8 bahwa NasDem dipersepsikan sebagai partai yang paling punya komitmen. Sintaksis Koherensi : menunjukkan adanya sebab akibat serta maksud dan tujuan seperti „karena‟, „yang‟, „tapi‟, „seperti‟. Bentuk kalimat : menunjukkan adanya kalimat aktif seperti „bersinar‟, „berkualitas‟, „menjerat‟, „memberikan‟, „mengedepankan‟. Kata ganti : menunjukkan narasumber sebagai orang kedua seperti „ia‟, „-nya‟. Stilistik Leksikon : adanya pilihan kata seperti „besutan‟, „bakal‟, komitmen‟, „diminati‟.
49
Analisis Analisis teks pada struktur makro yang dilihat dari unsur tematik, berita ini menjelaskan bahwa dalam hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei Jakarta, Partai NasDem merupakan partai yang dinilai properubahan. Judul diatas mengindikasikan adanya pencitraan positif yang diberikan Media Indonesia terhadap Partai NasDem. Pada superstruktur yang dilihat dari unsur skematik, awal berita ini terlihat menunjukkan bahwa Partai NasDem adalah partai yang dinilai properubahan, tapi dalam elektabilitas Partai NasDem masih menempati posisi keempat. Alasan Partai NasDem menjadi partai yang dinilai properubahan karena belum masuknya kader Partai NasDem kedalam lembaga legislatif dan ini juga keuntungan dari partai baru. Pada struktur mikro unsur yang pertama unsur semantik, pada berita ini berita mengenai Partai NasDem yang dinilai properubahan diberitakan secara implisit. Tetapi berita mengenai hasil keseluruhan survei yang dilakukan secara eksplisit oleh Media Indonesia. Yang kedua unsur sintaksis, bentuk kalimat dan koherensi menjelaskan adanya kalimat aktif, adanya hubungan sebab akibat serta maksud dan tujuan dari konsep restorasi Indonesia yang dipersepsikan publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang, dan populer saja tidak cukup jika tidak
50
berkualitas. Dan yang ketiga unsur stilistik, pilihan kata dari berita ini menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, populer saja tidak cukup tapi juga musti memiliki komitmen dan berkualitas. Analisis secara keseluruhan berita ini menunjukkan adanya pencitraan positif terhadap pemberitaan Partai NasDem dengan mengkonstruk judul berita. Judul yang dipilih terlalu melihatkan bahwa Media Indonesia mencoba untuk mengontrol opini masyarakat untuk dapat mempercayai bahwa Partai NasDem akan membawa Indonesia pada perubahan yang lebih baik. Berita ini semakin menunjukkan bahwa Media Indonesia ingin menunjukkan bahwa partai NasDem adalah partai politik yang memiliki komitmen dan konsep restorasi Indonesia. Dan juga Media Indonesia melihatkan bagaimana NasDem sebagai partai baru yang ingin membawa perubahan bangsa, ini diperkuat dengan belum adanya kader partai NasDem yang masuk dalam lembaga legislatif. Namun, sayangnya Partai NasDem belum bisa menaikkan elektabilitas partainya dengan penilaian masyarakat bahwa partai NasDem adalah partai politik yang properubahan. Selain itu, proporsi pemberitaan positif yang diterima NasDem pun belum bisa menaikkan elektabilitas. Walaupun selalu mendapatkan pemberitaan positif di media massa ini tidak menjamin bahwa akan menaikkan elektabilitas partainya.
51
Analisis teks berita 3 : Sabtu, 29 Maret 2014 “NasDem tidak Haus Kekuasaan” 1. Makro Struktur makro dapat diamati dengan melihat dari tema atau topik pemberitaan. Tema dari teks berita ini adalah : “NasDem tidak haus kekuasaan, tapi NasDem ingin menjadi motor perubahan.” 2. Superstruktur Superstruktur dapat dilihat dari skema atau alur cerita pemberitaan. Skema dari teks berita adalah sebagai berikut: a) Bagian pertama diawali perkataan Surya Paloh yang mengatakan dia mendirikan NasDem bukan untuk mencari kekuasaan, namun untuk menjadi motor perubahan bangsa “…‟kita bukan mencari kursi presiden, menteri, dan DPR, melainkan demi bangkitnya kembali negara ini. NasDem harus menjadi
motor
perubahan
bangsa
yang
lebih
baik,‟ujar
Surya…”(paragrad 2) b) Bagian tengah diisi dengan NasDem siap menjadi oposisi jika suara yang diraih tidak cukup, dan pernyataan-pernyataan Surya Paloh dalam kampanye di manado “…‟NasDem siap mengontrol pemerintahan jika tidak terlibat di dalamnya. Namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,‟ katanya…”(paragar 4)
52
c) Bagian akhir ditutup dengan pernyataan Patrice Rio Caplella yang menyatakan aka nada pendidikan gratis dari SD hingga perguruan tinggi bila NasDem menang dalam pemilu legislatif “…‟pendidikan gratis bagi pelajar SD hingga perguruan tinggi bila Partai NasDem menang Pemilu Legislatif,‟ kata Rio…”(paragraf 10) 3. Mikro Semantik a) Latar Latar teks berita ini terdapat pada paragraf 2. Paragraf 2 : “…‟Kita bukan mencari kursi presiden, menteri, dan DPR, melainkan demi bangkitnya kembali negara ini. NasDem harus menjadi motor perubahan bangsa yang lebih baik,‟ ujar Surya…” b) Detil Detil teks berita ini terdapat pada paragraf 6. Paragraf 6 : “…‟inilah yang menyebabkan negara kita belum maju. Karena itu sangat perlu gerakan perubahan untuk membangun pemahaman baru seluruh komponen bangsa ini. Kembalilah kepada jati diri sebagai bangsa yang sadar untuk memberikan keseimbangan
hak-hak
kewarganegaraan
yang
dimilikinya.
Termasuk hak-hak berserikat, berpolitik, dan hak-hak berbeda pendapat,‟ tegasnya…”
53
c) Maksud Maksud dari teks berita terdapat pada paragraf 4. Paragraf 4 : “…‟NasDem siap mengontrol pemerintahan jika tidak terlibat di dalamnya. Namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,‟ katanya…” d) Pra-Anggapan Praanggapan teks berita terdapat pada paragraf 10. Paragraf 10 : “…‟Pendidikan gratis bagi pelajar SD hingga perguruan tinggi bila Partai NasDem menang Pemilu Legislatif,‟ kata Rio…”. Sintaksis a) Koherensi Paragraf 1 : “Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menegaskan partai yang didirikannya bukan untuk mencari kekuasaan.” Paragraf 2 : “NasDem harus menjadi motor perubahan bangsa yang lebih baik.” Paragraf 3 : “…Surya menegaskan partainya siap menjadi oposisi jika suara yang diraih tidak cukup untuk menempatkan wakil di DPR dan pemerintahan,” Paragraf 4 : “namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,”
54
Paragraf 6 : “karena itu sangat perlu gerakan perubahan untuk membangun pemahaman baru seluruh komponen bangsa ini.” Paragraf 7 : “Partai NasDem, menurutnya, telah berikrar membawa gerakan perubahan dengan melakukan upaya membangun keinginan masyarakat…” Paragraf 16 : “Bengkulu butuh perubahan untuk mengejar ketertinggalan karena Bengkulu bahkan sudah tertinggal dari provinsi yang masih baru,” b) Bentuk Kalimat Paragraf 6 : “karena itu sangat perlu gerakan perubahan untuk membangun pemahaman baru seluruh komponen bangsa ini.”, “ kembalilah kepada jati diri sebagai bangsa yang sadar untuk memberikan keseimbangan hak-hak kewarganegaraan yang dimilikinya,” Paragraf 9 : “…Patrice Rio Capella menjanjikan pendidikan gratis mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi bila partainya memenangi pemilu legislatif 2014.” Paragraf 11 : “Partai NasDem menjadi partai pertama yang menggelar rapat umum terbuka di kota Bengkulu,…” Paragraf 12 : “…pelajar SMA juga akan mendapat beasiswa gratis ke luar negeri,” Paragraf 14 : “…untuk mewujudkan perubahan di Indonesia, masyarakat dapat mempercayakannya kepada Partai NasDem,”
55
c) Kata Ganti Paragraf 4 : “…‟NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,‟ katanya” Paragraf 6 : “…‟termasuk hak-hak berserikat, berpolitik, dan hakhak berbeda pendapat,‟ tegasnya” Stilistik a) Leksikon Paragraf 2 : bangkitnya kembali, motor perubahan, Paragraf 6 : belum maju, jati diri, kembalilah, Paragraf 7 : berikrar, kepura-puraan, hipokrit, Paragraf 8 : moralitas bangsa Retoris a) Grafis Adanya penekanan pada pernyataan dari Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem “Partai NasDem siap jadi partai oposisi jika perolehan suara tidak cukup menempatkan wakil DPR” Tabel 4 Kesimpulan Analisis Teks Berita 3 Struktur Makro
Superstruktur
Elemen Analisis Tema/Topik NasDem tidak haus kekuasaan dan tidak mencari kursi presiden, menteri dan DPR, tapi NasDem ingin menjadi motor perubahan bangsa. Skema/Alur Awal : Surya Paloh mengatakan bahwa dia mendirikan NasDem bukan untuk mencari kekuasaan, namun untuk menjadi motor perubahan bangsa. Tengah : NasDem siap menjadi oposisi jika suara yang diraih tidak cukup, dan pernyataan dari Surya Paloh yang berkampanye di manado Akhir : pernyataan Patrice Rio Capella yang mengatakan akan ada pendidikan
56
Mikro
Semantik, Sintaksis, Stilistik
gratis dari SD hingga perguruan tinggi bila NasDem menang dalam pemilu legislatif. Semantik Latar : terdapat pada paragraf 2 Surya mengatakan NasDem tidak mencari kursi presiden, menteri dan DPR, tapi untuk membangkitkan bangsa maka NasDem harus menjadi motor perubahan bangsa Detil : terdapat pada paragraf 6 Surya Paloh mengatakan bahwa sangat perlu adanya gerakan perubahan untuk membangun pemahaman baru seluruh komponen bangsa ini. Kembali pada jati diri sebagai bangsa yang sadar untuk memberikan keseimbangan hak-hak kewarganegaraan. Maksud : pada paragraf 4 bahwa NasDem siap mengontrol pemerintahan jika tidak terlibat di dalamnya, tapi jika diberi kepercayaan NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan. Pra-anggapan : pada paragraf 10 dimana Patrice Rio Capella menjanjikan pendidikan gratis dari SD hingga peruguruan tinggi bila NasDem menang dalam pemilu legislatif. Sintaksis Koherensi : adanya jalinan kata sebab akibat serta maksud dan tujuan seperti „bukan untuk‟, „menjadi‟, „yang‟, „jika‟, „namun‟, „karena‟, „dengan‟, „bahkan‟ Bentuk kalimat : menunjukkan adanya kalimat aktif seperti „membangun‟, „memberikan‟, „menjanjikan‟, „menggelar‟, „mendapat‟, „mewujudkan‟, „mempercayakan‟. Kata ganti : adanya kata ganti seperti „-nya‟ Stilistik Leksikon : adanya pilihan kata seperti „bangkitnya kembali‟, „motor perubahan‟, „belum maju‟, „jati diri‟, „kembalilah‟, „berikrar‟, „kepurapuraan‟, „hipokrit‟, „moralitas bangsa‟
Analisis Pada analisis teks struktur makro dilihat dari unsur tematik, Media Indonesia menunjukkan bahwa Partai NasDem tidak haus
57
dengan kekuasaan, namun Partai NasDem ingin menjadi motor perubahan bagi bangsa. Ini melihatkan pencitraan positif untuk Partai NasDem yang diangkat isu nya oleh Media Indonesia dalam kampanye terbuka Partai NasDem di Manado dan Bengkulu. Pada superstruktur dilihat dari skematik, berita ini mengutamakan pernyataan dari Surya Paloh bahwa yang dicari Partai NasDem bukanlah kursi presiden, menteri dan DPR melainkan demi bangkitnya kembali negara ini. Dalam berita ini Partai NasDem juga berjanji bila memenangi pemilu legislatif 2014 maka pendidikan gratis dari SD hingga perguruan tinggi akan diberikan, itulah yang diucapkan oleh Patrice Rio Capella. Pada struktur mikro yang pertama dilihat adalah semantik, berita ini menjelaskan mengenai NasDem yang berkampanye di Manado dan Benhgkulu yang menyatakan siap menjadi motor perubahan bangsa dan menjanjikan sekolah gratis hingga perguruan tinggi bila NasDem menang dalam pemilu legislatif 2014 dijelaskan secara eksplisit. Yang kedua adalah sintaksis, bentuk kalimat dan koherensi menujukkan kalimat aktif, adanya sebab akibat serta maksud dan tujuan Partai NasDem yang ingin menjadi penggerak perubahan demi bangkitnya bangsa ini dan tidak mencari kursi presiden, menteri dan DPR tapi bila diberi kepercayaan NasDem akan memberikan kader yang bagus untuk dapat melakukan perubahan. Dan yang ketiga adalah stilistik, pilihan kata ini menjelaskan
58
bahwa bangsa kita ini sedang dalam keterpurukan dan perlu dibangkitkan kembali, maka Partai NasDem akan menjadi motor perubahan bagi bangsa agar lebih baik lagi. Pengangkatan
isu
kampanye
Partai
NasDem
yang
menyatakan bahwa mereka tidak mencari kursi presiden, menteri dan DPR yang dilakukan oleh Media Indonesia, terlihat bahwa pada berita ini dikonstruk dan dibentuk untuk menjadi sebuah makna bahwa NasDem tidak haus kepada kekuasaan, dan NasDem juga menjanjikan pendidikan gratis hingga perguruan tinggi. Indonesia yang saat ini sedang mengalami kerapuhan karena para menteri dan politisi berlomba-lomba untuk korupsi, maka NasDem hadir untuk melakukan perubahan terhadap bangsa ini. Pada berita ini semakin menunjukkan bahwa Media Indonesia ingin mengangkat pencitraan positif partai NasDem di media massa agar mendapatkan perhatian lebih menjelang pemilu legislatif 2014. Bahkan janji untuk menjadi partai oposisi jika tak dapat suara yang cukup dan pendidikan gratis pun telah terucap demi adanya gerakan perubahan bagi bangsa. Berita ini melihatkan jelas hubungan erat antara NasDem dan Media Indonesia, dimana pada berita ini melihatkan NasDem diberitakan sangat positif dan orasi yang dilakukan Surya Paloh dalam kampanye partai NasDem pun diberitakan secara jelas.
59
2. Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan Mengenai Partai Politik Nasional Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih” Analisis kognisi sosial ini menjadi dimensi kedua dalam analisis wacana menurut Van Dijk. Untuk melihat bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif ini didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Setiap teks itu dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. 3 Kognisi sosial menurut Van Dijk dihubungkan dengan proses produksi berita. Yang terpenting dalam memahami produksi berita itu adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.4 Dalam penelitian ini, analisis tidak hanya dilakukan pada teksnya saja tetapi juga dilakukan pendalaman mengenai bagaimana proses terbentuknya teks tersebut sehingga bisa diterbitkan. Peneliti telah melakukan wawancara kepada Bapak Ade Alawi selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia mengenai proses produksi berita yang ada di Media Indonesia, terutama kolom “Indonesia Memilih”. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti, pak Ade menyatakan bahwa proses produksi berita Media Indonesia dilakukan setiap hari dengan jadwal yang sudah ditentukan. Seperti yang dikatakan berikut ini: “Proses produksi berita kita mulai dari rapat proyeksi jam 9.30 setiap hari, rapat ini dipimpin oleh Asisten Kepala Divisi 3 4
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h 266
60
Pemberitaan dan itu bergiliran, serta dihadiri oleh para Redaktur dan Asisten Redaksi yang bertugas hari itu. Setelah itu rapat budget jam 12. Budget itu bukan rapat keuangan tapi rapat menentukan berita-berita yang akan terbit besok. Selanjutnya, jam 14.30 rapat final checking. Disini dibahas berita terupdate-nya apa, bisa saja berita yang sudah disiapkan jam 12 itu bisa menjadi mentah lagi, karena ada berita yang baru.”5 Proses produksi berita Media Indonesia, seperti yang telah dijelaskan dalam kutipan wawancara, ada tiga tahap proses produksi berita sebelum akhirnya diterbitkan oleh Media Indonesia esok harinya. Tahap proses ini diawali dengan rapat proyeksi yang dipimpin langsung oleh Asisten Kepala Divisi Pemberitaan dan dihadiri oleh para redaktur dan asisten redaksi. Dalam rapat proyeksi ini dibahas mengenai isu-isu pemilu 2014 apa yang akan diangkat oleh Media Indonesia dalam kolom “Indonesia Memilih” dan dari isu-isu tersebut diberikan kepada wartawan untuk diliput agar menjadi sebuah berita. Dibahasa juga mengenai peliputan yang telah dilakukan oleh wartawan dan berita apa saja yang telah diliput oleh para wartawan pada hari sebelumnya. Dilanjutkan dengan rapat budget dimana pada rapat ini menentukan berita-berita apa saja yang akan diterbitkan esok hari. Rapat budget ini melanjutkan rapat sebelumnya yang telah membahas mengenai isu-isu yang akan diangkat dan diliput serta berita apa saja yang telah diliput wartawan. Pada rapat ini berita-berita pemilu 2014 tersebut disaring dan dipilih sesuai kemenarikan, keaktualan dan kefaktualan berita tersebut. Lalu ditutup dengan rapat final checking pada pukul 14.30, tahap akhir ini membahas mengenai berita terbaru yang didapat, dan ada 5
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
61
kemungkinan berita yang telah ditetapkan pada rapat sebelumnya diganti dengan berita terbaru yang lebih aktual. Dan berita yang diganti itu akan dimasukkan dalam halaman-halaman selanjutnya. Misalkan dalam rapat budget telah ditentukan pemberitaan mengenai KPU yang lambat menangani pemilu 2014 menjadi berita utama pada rapat itu, namun ketika pada rapat final checking ada berita baru mengenai Partai NasDem yang berkampanye dan siap menjadi motor perubahan bangsa, maka dalam rapat final checking ini berita mengenai KPU diganti dengan berita Partai NasDem. Dalam proses produksinya Media Indonesia memiliki kebijakankebijakannya sendiri dalam memilih dan menentukan berita mana yang layak untuk diterbitkan. Media Indonesia memiliki empat asas kebijakan dalam menentukan berita yang didasari pada asas keseimbangan berita, asas keadilan, asas pada sejauh mana menariknya berita tersebut dan asas kelayakan berita atau news worthy. Kebijakan-kebijakan umum yang dimiliki Media Indonesia ini sempat dikatakan oleh pak Ade pada kesempatan wawancara sebagai berikut: “kebijakan Media Indonesia terkait dengan PILEG 2014 berdasarkan pada asas keseimbangan berita, asas keadilan kemudian juga asas yang paling penting adalah sejauh mana menariknya berita itu, sejauh mana manfaatnya, sejauh mana dampaknya, sejauh mana unsur kebaruannya. Dalam teori jurnalistik news worthy, nilai kelayakan berita, kita based on disitu. Hanya berita terpilih, karena juga kan ribuan orang yang menjadi caleg, tidak mungkin semuanya diberitakan. Jadi, kembali kepada news worthy sebuah berita, itu menjadi basis kebijakan redaksi Media Indonesia.”6
6
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
62
Kebijakan-kebijakan umum ini ditentukan dalam sidang redaksi yang dipimpin langsung oleh pemimpin redaksi. Berita-berita yang diterbitkan merupakan berita-berita yang terpilih saja, tidak semua berita yang terjadi masuk dalam penerbitan Media Indonesia. Berita-berita terpilih itu pun harus memenuhi syarat-syarat yang tadi dijelaskan oleh pak Ade, dimana berita-berita yang diterbitkan itu harus memiliki kemenarikan, mempunyai manfaat dan sejauh mana dampak dari berita itu, serta memiliki news worthy, yaitu nilai kelayakan berita. Pemilihan umum yang terjadi 5 tahun sekali ini selalu menjadi pusat perhatian, khususnya tahun 2014 ini, dimana presiden saat ini Susilo Bambang Yudhono yang telah menjabat sebagai presiden selama sepuluh tahun, harus lengser dan berganti dengan presiden yang baru. Ini menjadi ketertarikan sendiri mengenai pemilu 2014. Pada pemilu 2014 ini ada partai baru yang lolos untuk melaju dalam pemilu, serta hadirnya seorang figur pemimpin yang menjadi pembicaraan hangat. Media Indonesia mencoba untuk ikut serta dalam pemilu dengan menghadirkan kolom khusus pemilu yang diberi judul “Indonesia Memilih”. Media Indonesia mencoba untuk memberikan berita mendalam mengenai masalah keterkaitan pemilu, untuk menambah pengetahuan dan mengedukasi masyarakat mengenai Pemilu legislatif dan para calon legislatif. Media Indonesia ingin menjadi petunjuk dari informasiinformasi yang dibutuhkan oleh masyarakat mengenai pemilu 2014. Media Indonesia menyediakan kolom khusus untuk pemilu ini agar masyarakat bisa memahami dan mengenal betul siapa calon-calon anggota
63
legislatif yang baik untuk dipilih oleh masyarakat. Selain itu, untuk membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai persoalan legislatif di Indonesia, serta pemahaman agar masyarakat tahu apa fungsi dan tugas dari para anggota dewan kita. Kolom “Indonesia Memilih” memfokuskan diri mengenai pemilu 2014 yang coba diberikan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan pasti calon-calon yang akan mereka pilih nantinya. Partai-partai politik yang berwajah lama pun juga masih menghiasi pemilu 2014. Sebelum pemilu 2014 ini memasuki waktunya, banyak berita negatif muncul kehadapan publik yang secara pasti membawa nama partai politik yang bersangkutan menjadi buruk dihadapan masyarakat. Kebijakan umum Media Indonesia yang telah disebutkan pada wawancara, yang salah satunya adalah sejauh mana kemenarikan berita tersebut, membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana Media Indonesia merasa tertarik dengan pemberitaan sebuah partai politik agar partai politik itu bisa masuk kedalam agenda pemberitaan yang ditentukan dalam sidang redaksi. Berikut ini adalah pernyataan bapak Ade saat ditanya oleh peneliti: “kalau pemberitaan partai politik itu pada sejauh mana partai politik itu pengusung isu perubahan. Perubahan dalam arti apa yang bisa dilakukan, terobosan apa yang dilakukan partai-partai ini jika dia berada di DPR. Dan bagaimana cara partai-partai tersebut menjaga 4 pilar kebangsaan itu tadi.”7 Mendengar penyataan bahwa sejauh mana partai politik itu pengusung isu perubahan, membuat kita ingat pada afiliasi Media Indonesia dengan Partai NasDem. Apakah benar partai yang dimaksud 7
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa,26 Agustus 2014
64
oleh Media Indonesia ini adalah Partai NasDem. Kita tahu bahwa Partai NasDem memiliki slogan “Gerakan Perubahan”. Namun, pada dasarnya setiap partai politik pasti ingin mengadakan perubahan pada bangsa Indonesia agar lebih maju dan bisa menjadi negara yang lebih baik lagi. Hubungan antara Media Indonesia dengan Partai NasDem sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Pemberitaan positif yang diterima oleh Partai NasDem dalam setiap berita yang muncul dalam kolom “Indonesia Memilih” membuat munculnya pikiran bahwa adanya perlakuan khusus terhadap Partai NasDem dalam setiap berita yang terbit. Namun, hal ini langsung dibantah secara halus oleh pak Ade saat diwawancarai oleh peneliti sebagai berikut: “kalau perlakuan khusus tidak ada tetapi yang kita ingin sampaikan adalah sejauh mana hal itu menarik, tidak seluruhnya berita-berita NasDem itu kita muat. Tetap yang ingin kita angkat adalah kebaruan-kebaruan apa yang dibuat oleh NasDem. Jika memang frekuensi pemberitaannya berbeda dengan partai lain, saya kira juga hal yang wajar karena kita mempunyai satu visi yang sama antara Media Indonesia dengan Partai NasDem. Bagaimana membangun negara ini untuk melakukan satu gerakan perubahan, kita ingin memperkuat 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD‟45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.”8 Persamaan visi yang dimiliki oleh Media Indonesia dengan Partai NasDem kemungkinan adanya karena
Media Indonesia dan Partai
NasDem sama-sama dipimpin oleh Surya Paloh, dimana ia sangat mendukung adanya isu gerakan perubahan untuk bangsa Indonesia. Bahkan dalam beberapa pemberitaan didalam kolom “Indonesia Memilih”, Partai NasDem siap menjadi oposisi dan mengawasi
8
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
65
pemerintahan bila suara yang dimilikinya tak cukup untuk memasukkan kader kedalam DPR. 3. Analisis Konteks Sosial pemberitaan Mengenai Partai Politik Nasional Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih” Dimensi yang ketiga menurut analisis wacana Van Dijk adalah analisis konteks sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Dalam analisis konteks sosial ini menurut Van Dijk ada dua poin yang penting. Yang pertama adalah kekuasaan (power) dan yang kedua adalah akses (acces).9 Wacana yang berkembang pada masyarakat sesungguhnya telah melalui
proses-proses
pembentukkan
makna,
seperti
adanya
pengkonstruksian berita yang dilakukan oleh media tersebut. Hal ini untuk menciptakan sebuah opini dan pecitraan seseorang ataupun suatu kelompok. Pada analisis mengenai wacana, bahasa menjadi hal yang samasama dianggap penting untuk menciptakan makna yang sesuai dengan ideologi media tersebut. Kekuasaan menurut Van Dijk disini dapat diartikan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok, satu kelompok untuk mengontrol kelompok dari kelompok lain. Selain itu, Van Dijk memberi perhatian pada akses. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Mereka yang lebih
9
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h 272
66
berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak.10 Partisipasi Media Indonesia dalam PILEG 2014, Media Indonesia memberikan berita mengenai partai-partai politik peserta pemilu 2014. Kinerja dan program apa yang mereka akan lakukan jika terpilih nantinya. Namun, tidak hanya fokus terhadap isu partai-partai politik, tapi juga isuisu mengenai kinerja para regulator Pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu). Isu-isu mengenai kinerja para regulator sering kali mendapatkan kritik, dikarenakan lambatnya kinerja para regulator dalam memberikan informasi mengenai pelaksanaan PILEG 2014. Kinerja para regulator ini menjadi isu yang paling dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap bagaimana jalan dari pelaksanaan PILEG 2014. Kolom “Indonesia Memilih” tentu saja memberikan nilai tambah untuk Media Indonesia selama masa PILEG 2014, serta ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Partai NasDem, dimana afiliasinya dengan Media Indonesia bisa saja membuat Media Indonesia mengangkat isu-isu yang memberi pencitraan baik bagi partainya. Terlihat dari salah satu berita mengenai Partai NasDem yang mendapatkan hasil survei sebagai partai yang memiliki proporsi pemberitaan tertinggi selama 2013 dan juga Partai NasDem menjadi Partai yang paling dikenal oleh pemilih serta Partai NasDem dinilai properubahan.
10
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h 272
67
Bila membicarakan kekuasaan, Surya Paloh tentu tak mau kalah dengan para aktor politik lainnya yang mempunya media massa dimanamana untuk menunjang performanya. Surya Paloh menjabat sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat dan menjadi pemimpin dari Media Group yang menaungin Metro Tv dan Harian Umum Media Indonesia. Predikat sebagai pemilik media massa politik dan keterlibatannya dalam kegiatan politik Partai Nasional Demokrat, yang menyandang jabatan sebagai Ketua Umum, membuat Surya Paloh memiliki kekuasaan atau power untuk mengontrol medianya dalam memberitakan partai yang dipimpinnya. Selain itu, predikat sebagai koran politik pun membuat Media Indonesia dengan mudah membentuk pencitraan Partai Politik Nasional Demokrat kearah yang lebih baik dan bisa dikenal oleh publik sebagai partai politik baru dalam Pemilu 2014 yang akan membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dalam hal akses pun Media Indonesia juga memiliki jangkauan yang luas dalam membicarakan PILEG 2014. Pengangkatan isu-isu yang ada ataupun isu-isu yang dibuat sesuai agenda media oleh Media Indonesia agar menjadi sebuah berita yang aktual dan faktual. Keterkenalan Ketua Umum Partai Politik, Surya Paloh yang menjabat sebagai pemimpin dari Media Group yang menaungi Media Indonesia, menjadikan akses yang dimiliki oleh Surya Paloh kepada media massa lebih terasa mudah. Akses partai politik kepada media ini digunakan untuk membuat citra positif partai tersebut.
68
Isu mengenai pemberitaan Partai NasDem pun tak luput menjadi perhatian sebagai pemilik dari Media Group yang juga menaungi Media Indonesia. Isu pengangkatan ini pun didasarkan pada kesamaan visi antara Media Indonesia dan Partai NasDem. Sama-sama ingin membangun negara ini untuk melakukan satu gerakan perubahan, dan ingin memperkuat 4(empat) pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD ‟45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Isu itu terlihat dari berita bahwa NasDem tidak haus kekuasaan, dalam berita itu dijelaskan NasDem tidak mencari kursi presiden, menteri ataupun DPR. Tetapi NasDem ingin menjadi motor perubahan bagi bangsa yang lebih baik. Bukan hanya partai politik Nasional Demokrat saja yang mempunyai akses lebih kepada media, namun Media Indonesia sendiri juga mempunyai akses yang luas untuk menyebarkan pemberitaan mengenai partai politik Nasional Demokrat kepada khalayak luas. Media Indonesia telah mengukuhkan diri sebagai koran politik sejak 44 tahun yang lalu. Ia telah menjadi bagian penting dari surat kabar Indonesia dalam memberikan berita-berita politik terkini. b) Kepemilikan Media Dalam Pencitraan Partai Politik Nasional Demokrat Hubungan yang erat antara partai politik dengan media massa sudah bukan menjadi hal yang biasa. Partai politik menjadikan media massa sebagai tempat mereka untuk melakukan kampanye dan memperkenalkan para aktor politik yang akan berlaga dalam pemilu 2014. Kepemilikan media dan hubungan antara jabatannya sebagai anggota dari
69
partai politik membuat media massa menjadi suatu yang dipandang tidak lagi netral. Media massa membentuk makna wacana sesuai dengan kepentingannya. Tak jarang pemberitaan dan pembuatan wacana berita ditujukan untuk pembentukkan citra politik. Media massa kini bisa digunakan sebagai strategi marketing politik dengan membuat berita-berita yang mencitrakan partai politik. Dalam penelitian ini kepemilikan Media Indonesia dan jabatan yang dipegang oleh Surya Paloh dalam partai politik Nasional Demokrat dan kaitannya dengan pencitraan positif menjadi perumusan masalah kedua. Dalam hal ini, kepemilikkan Surya Paloh atas Media Indonesia menjadi keuntungan tersendiri. Sebagai partai baru, NasDem tentu membutuhkan publikasi yang gencar untuk melawan partai-partai yang sudah lama dikenal oleh publik. Dan juga NasDem harus menarik perhatian masyarakat, dan membuat citra positif sebagai partai baru dihadapan khalayak. Karena apabila NasDem tak bisa membuat citra partainya positif dan mendapatkan perhatian maka NasDem tak akan bisa melaju ke senayan. Atas dasar kesamaan visi Media Indonesia mencoba untuk terus mengangkat isu-isu berita mengenai partai NasDem. Media Indonesia terus memberitakan NasDem secara positif dengan menunjukkan banyak pembentukkan makna untuk NasDem agar lebih terlihat positif diantara partai politik lainnya. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa berita politik itu digunakan sebagai strategi marketing untuk melakukan pembentukkan citra dari para partai politik.
70
Bila pencitraan di media massa itu bisa bersifat positif dan negatif maka lain halnya bila pencitraan itu dilakukan oleh media massa yang memiliki kedekatan khusus dengan partai politik tertentu, seperti halnya Media Indonesia dan Partai NasDem. Dalam bab sebelumnya juga telah dijelaskan mengenai beberapa jenis citra. Pemberitaan dalam kolom “Indonesia Memilih” mengenai partai NasDem menunjukkan beberapa jenis pencitraan yang dilakukan oleh Media Indonesia. 1. Citra keinginan (wish image) Citra keinginan adalah hal apa yang ingin dicapai dan untuk membuat lebih dikenal dan diterima oleh khalayak. Citra ini ditunjukkan dalam berita pertama, pada pernyataan optimis yang dilontarkan Surya Paloh atas pencapaian partai Nasional Demokrat dalam mendapatkan hasil survei partai yang memiliki proporsi pemberitaan
positif tertinggi.
Pernyataan itu menunjukkan
keinginan dan keyakinan Surya Paloh agar partainya bisa mendapat 12% lebih suara. Dalam berita pertama juga menunjukkan bahwa dengan adanya hasil survei ini NasDem bisa lebih dikenal dan dipilih oleh masyarakat karena dalam hasil survei tersebut telah menunjukkan bahwa NasDem telah mendapat presentase dalam hal pemberitaan positif. Hal ini berarti bahwa NasDem telah melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan rakyat. Pada berita ketiga juga ditunjukkan bahwa keinginan NasDem adalah untuk membuat perubahan pada bangsa. Media
71
Indonesia memberitakan bahwa NasDem siap menjadi partai oposisi bila nantinya NasDem tidak terlibat dalam pemerintahan. 2. Citra perusahaan (corporate image) Citra perusahaan adalah untuk menciptakan citra agar terlihat positif. Dalam berita pertama ditunjukkan dengan jelas bahwa Media Indonesia menciptakan citra positif terhadap NasDem yang mendapatkan proporsi pemberitaan positif tertinggi. Media Indonesia menunjukkan bahwa sejarah dari partai NasDem yang memegang pemberitaan positif tertinggi, berarti Partai NasDem adalah partai yang bersih. Karena pemberitaan mengenai partai politik kebanyakan menunjukkan berita negatif karena ada kader dari partainya yang korupsi. Pada berita ini juga menunjukkan bahwa kualitas NasDem yang selalu terhindar dari pemberitaan negatif. Berita ini juga melihatkan bahwa NasDem adalah partai yang memiliki gagasan baru yang kreatif dan inovatif dan berjalan sesuai dengan keinginan rakyatnya. Berita pertama dan kedua menunjukkan pencapaian Partai NasDem yang menyandang predikat sebagai partai dengan proporsi pemberitaan tertinggi dan juga sebagai partai yang dinilai properubahan oleh rakyat. Selain itu, kesamaan visi antara Media Indonesia dan Partai Nasional Demokrat memperkuat citra ini dalam pembuatan wacana berita tersebut.
72
3. Citra serbaneka (multiple image) Citra ini sebagai pelengkap dari jenis citra yang sebelumnya. Dalam kolom “Indonesia Memilih” Media Indonesia tidak memberitakan secara khusus, namun karena alasan kesamaan visi maka pemberitaan partai NasDem terlihat begitu intensif dan begitu positif. Bahkan dalam kolom tersebut Media Indonesia sempat mencantumkan logo dan visi misi serta profil mengenai NasDem dalam satu halaman. Selain itu, peliputan dan pemberitaan pada berita ketiga yang diliput dari lokasi kampanye yang dilakukan oleh NasDem diberitakan secara rinci dan jelas mengenai maksud dan tujuan dari NasDem yang akan menjadi motor perubahan bangsa, walaupun tidak terpilih dan tidak dipercaya masyarakat untuk masuk dalam pemerintahan, NasDem akan menjadi partai oposisi yang memantau jalannya pemerintahan. Dalam berita ini, Media Indonesia ingin menunjukkan bahwa NasDem bukanlah partai yang haus akan kekuasaan. 4. Citra penampilan (performance image) Citra penampilan ini lebih kepada kinerja dan penampilan para professional. Dalam memberitakan partai NasDem, tentu saja tokoh dari NasDem itupun tak luput dari pemberitaan. Seperti halnya Surya Paloh dan Patrice Rio Capella. Mereka telah menjadi tokoh yang dikenal dalam kehidupan politik. Sering sekali orasi yang dilakukan Surya Paloh menjadi liputan menarik bagi Media
73
Indonesia. Dalam berita pertama, Surya Paloh menyatakan keoptimisannya bahwa partai NasDem akan mencapai angka 12% lebih suara. Selain itu, pada berita ketiga orasi Surya Paloh di Manado menjadi sorotan utama. Surya menyatakan bahwa partainya akan menjadi motor perubahan dan partainya tidak mencari kursi kekuasaan. Dalam berita yang sama namun ditempat berbeda, Patrice Rio Capella menjanjikan pendidikan gratis dari SD hingga perguruan tinggi bila NasDem memenangi pemilu legislatif 2014. Rio juga sempat mengatakan bahwa masyarakat dapat mewujudkan perubahan dengan mempercayakannya kepada Partai NasDem. Kepemilikan media dalam pembentukkan citra partai politik sangatlah berpengaruh. Terutama dalam membantu pembentukkan wacana agar partai tersebut bisa dengan mudah dikenal dan diingat oleh masyarakat. Seperti halnya partai NasDem yang memiliki keterkaitan erat dengan Media Indonesia, mencoba untuk menggunakan keuntungan yang dimiliki Surya Paloh demi memajukan dan menaikkan elektabilitas NasDem. Dan juga, pemberitaan positif yang diterima NasDem tak jarang juga didapatkan dari pemberitaan yang dibuat oleh Media Indonesia dan Metro Tv sebagai naungan dan pegangan NasDem untuk melakukan kampanye politik. Kesamaan visi dan demi mencapai tujuan yang sama agar adanya perubahan bangsa menjadi alasan Media Indonesia memberitakan secara berkala mengenai pergerakan dan aktivitas partai NasDem. Perwakilan
74
Media Indonesia mengatakan bahwa jika Media Indonesia memberitakan mengenai partai NasDem dengan frekuensi yang berbeda dari partai politik lain, merupakan sebuah kewajaran. Semua ini dikarenakan kesamaan visi dan bagaimana membangun negara ini untuk melakukan satu gerakan perubahan.11 Sebenarnya keuntungan memiliki media dan menjabat sebagai anggota partai politik bukan hanya dimiliki oleh Nasdem. keuntungan ini juga bisa menjatuhkan dan membuat citra partai politik tersebut dimata khalayak menjadi buruk. Pencitraan yang dilakukan oleh pemilik media massa, tergantung dari bagaimana pengemasan berita, dan cara mereka melakukan kegiatan aktivitas politiknya. Jika dalam media massa kepemilikannya selalu diberitakan secara positif, namun pada media massa lainnya partai politik tersebut mendapatkan pencitraan buruk berarti partai politik ini memang terlalu membuat agar memiliki citra yang positif. Sesungguhnya, pembentukkan citra positif juga tak selalu didukung karena adanya keterkaitan dengan media massa tersebut. Tapi bagaimana partai politik itu bisa membuat media massa tertarik memberitakan aktivitas politiknya, dan kegiatan kampanye partai tersebut. Bila partai politik hanya mengandalkan dari kepemilikan yang dimilikinya tentu saja ini akan membuat opini masyarakat menjadi tidak seimbang.
11
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Kesimpulan mengenai analisis wacana terhadap pemberitaan partai politik Nasional Demokrat pada kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia yang terlihat dari tiga dimensi yang telah dijelaskan oleh Teun. A Van Dijk. a. Dimensi yang pertama adalah dimensi teks, pada dimensi ini dapat disimpulkan bahwa pada teks berita ini sering digunakannya kalimat aktif dibandingkan dengan penggunaan kalimat pasif. Teks berita disini juga menjawab segala sebab akibat serta maksud dan tujuan dari berita yang bersangkutan mengenai partai politik tersebut yang terlihat dari jalinan antara kata disetiap kalimatnya. Pilihan kata yang dipilih sering kali menunjukkan adanya konotasi positif terhadap partai politik Nasional Demokrat. Judul yang diberikan sering kali hanya ingin menunjukkan dan memberikan kesan positif terhadap partai politik Nasional Demokrat. Jalan cerita dari berita ini telah menjawab segala pertanyaan mengenai berita tersebut dan dibarengi dengan komentar mengenai berita tersebut. b. Pada dimensi kognisi sosial disimpulkan bahwa seluruh berita yang terbit di Media Indonesia telah melewati proses produksi, seperti rapat proyeksi, rapat budget dan final checking. Berita-berita yang terbit juga melewati sejumlah kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh Media Indonesia
75
76 yang berdasarkan empat asas yaitu, asas keseimbangan, asas keadilan, asas pada sejauh mana menariknya berita tersebut dan asas kelayakan berita. Tidak semua pemberitaan mengenai partai politik Nasional Demokrat selalu masuk dalam kolom “Indonesia Memilih”. c. Pada dimensi analisis sosial disimpulkan bahwa Media Indonesia memiliki kekuasaan dan akses untuk mempengaruhi opini masyarakat dengan menyajikan pemberitaan mengenai Pemilu Legislatif 2014 sesuai dengan kebijakan redaksi Media Indonesia. Dalam hal ini terlihat bahwa adanya pencitraan positif terhadap partai politik Nasional Demokrat karena kekuasaan dan akses yang dimiliki oleh partai tersebut. 2. Keterkaitan kepemilikan media dengan partai politik Nasional Demokrat membuat adanya pembentukkan citra positif terhadap Nasional Demokrat. Ini terlihat dari adanya beberapa jenis citra yang coba ditunjukkan oleh Media Indonesia dalam pemberitaannya mengenai partai politik Nasional Demokrat. Kesamaan visi pun menjadi salah satu alasan Media Indonesia. Keterkaitan itu membantu partai politik Nasional Demokrat dalam membentuk citra positif dimasyarakat melalui wacana pemberitaan yang dibuat oleh Media Indonesia dalam kolom “Indonesia Memilih”. Jadi, kepemilikkan media dalam pencitraan partai politik cukup membantu untuk membuat partai tersebut untuk terus dikenal dan mendapat perhatian dari khalayak banyak. Seperti partai politik Nasional Demokrat yang selalu mendapatkan survei mengenai hal positif, namun belum bisa menaikkan elektabilitas partainya.
77 B. Saran Adapun saran yang diberikan penulis sebagai bahan pertimbangan Media Indonesia untuk dapat terus maju dan berkembang sebagai sebuah koran politik di Indonesia, sebagai berikut: 1. Sebagai koran politik di Indonesia yang mengangkat isu-isu mengenai Pemilu Legislatif 2014 diharapkan Media Indonesia bisa terus berdiri dan memberikan edukasi dan pengetahuan yang luas mengenai wajah perpolitikkan di Indonesia secara mendalam. Serta untuk Pemilu 2014 dan Pemilu yang akan datang diharapkan Media Indonesia bisa memberikan informasi yang bisa memberikan kemajuan bagi Indonesia dan memberikan pengetahuan bagi para pemilih muda untuk memilih calon yang baik dan bisa memimpin bangsa ini. 2. Pencitraan partai politik yang dilakukan Media Indonesia kepada Partai Politik Nasional Demokrat diharapkan bukan hanya demi kepentingan perseorangan, tapi semata-mata ini dilakukan demi kepentingan bangsa demi adanya perubahan yang lebih baik. Khususnya untuk pemilu yang terjadi hanya lima tahun sekali diharapkan Media Indonesia bisa membentuk dan menciptakan opini kepada arah yang benar, serta memunculkan tokoh yang benar-benar bisa membuat perubahan pada bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Assegaf, Dja’far. Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991. Badara, Aris. Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya Pada Wacana Media, Jakarta: kencana, 2012. Black, James A. dan Champion Dean J. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2009. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Cangara, Hafied. Komunikasi Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2001. Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit, 2004. Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013. Kurnia, Dedi. Media dan Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Maman, Abdul. dkk. Jurnalisme Meliput Pemilu. Jakarta: AJI (Aliansi Jurnalis Independen), 2003. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6—Buku 1 terjemahan dari McQuail’s Mass Communication Theory, 6th ed. Denis McQuail. Jakarta: Salemba Humanika, 2011. Morissan. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Rakhmat, Jalaludin. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012. Santana, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. Suhaimi, dan Nasrullah, Rulli. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia, 2005. Uchjana, Onong. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: Rosdakarya, 1997.
Internet http://pemilu.com, http://mediaindonesia.com, official website Media Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Indonesia, diakses 3 Juli 2014 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/35059, diakses 20 April 2014 http://wartakota.tribunnews.com, diakses 23 Agustus 2014