i
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR , PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh: SUSI SUGIARTI NIM. 120 500 1 05
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL
: Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) Di PT. Telen Bukit Permata Mill Provinsi Kalimantan Timur
Nama
:
Susi Sugiarti
NIM
:
120 500 105
Program Studi
:
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan
:
Teknologi Pertanian
Pembimbing,
Penguji
Dr. Andi Early Febrinda, S.TP, MP
Khusnul Khotimah , S.TP, M .Sc
NIP . 19710226 200212 2001
NIP. 19791025 200604 2002
Menyetujui/ Mengesahkan, Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Muhammad Yamin, S.TP, M .Si NIP. 19740813 200212 1 001
Lulus ujian pada tanggal :.........................................
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas selama Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perusahaan Kelapa Sawit PT.Telen Bukit Permata Mill sehingga tersusunnya laporan ini. Laporan praktek kerja lapang merupakan syarat untuk memperoleh gelar diploma pada teknologi pertanian, Program Studi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Laporan praktek kerja lapangan disusun berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan partisipasi langsung selama penulis melakukan praktek lapangan di PT.Telen Bukit Permata Mill Desa Bukit Permata Kec. Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Tersusunnya laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati dan sikap hormat penulis mengucapkan terima kasih : 1. Kedua orang tua serta kakak yang telah memberikan dukungan secara material dan doa, sehingga saya dapat menyesaikan PKL di PT.Telen Bukit Permata Mill. 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda . 3. Bapak Hamka, S.TP, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian . 4. Dr.Andi Early Febrinda STP. MP selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Muh. Yamin, S,TP. Msi selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 6. Bapak Samsul selaku Mill Manager PT.Telen Bukit Permata Mill. 7. Ibu Khusnul Khatimah, S.TP, Msc, selaku dosen penguji Praktik Kerja Lapang (PKL) 8. Bapak Andi Nur Setiyawan selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan. 9. Para karyawan di Bukit Permata Mill yang telah mengarahkan penulis dan rekan-rekan untuk lebih giat menjalankan PKL. Keluarga yang telah banyak memberikan do’a serta dorongan material sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Rekan – rekan mahasiswa dalam kelompok PKL, serta mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang telah beresedia membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik soa maupun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan yang Maha Esa. Dalam laporan penyusunan ini penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.Samarinda, 30 Mei 2015 Penulis
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………..vi BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1 1.1.
LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2.
TUJUAN.....................................................................................................2
1.3.
HASIL YANG DIHARAPKAN ....................................................................3
BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .............................................................4 2.1.
TINJAUAN UMUM PT.TELEN BUKIT PERMATA MILL. .........................4
2.2.
LOKASI DAERAH......................................................................................4
2.3.
MANAJEMAN PERUSAHAAN..................................................................5
2.4.
WAKTU DAN TEMPAT PKL .....................................................................6
BAB III. HA SIL PRAKTIK KERJA LAPANG ............................................................7 3.1.
PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT...............................................7
3.1.1.
PENERIMAAN BUAH ........................................................................7
3.1.2.
SORTASI DAN GRADING ...............................................................10
3.1.3.
PENIMBUNAN TBS DI LOADING RAMP .......................................13
3.1.4.
PEREBUSAN BUAH........................................................................16
3.1.5.
PENEBAHAN BUAH ........................................................................18
3.1.6.
PELUMATAN BUAH DAN PENGEPRESAN...................................21
3.1.7.
PEMURNIAN MINYAK .....................................................................27
3.2.
PENGOLAHAN INTI SAWIT ...................................................................34
3.2.1.
PEMISAHAN BJI DAN AMPAS .......................................................34
3.2.2.
PROSES PEMECAHAN BIJI DAN PEMISAHAN INTI....................37
3.3.
PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT ...............................41
3.3.1.
PENGOLAHAN LIMBAH P ADAT ...................................................41
v
3.3.2. 3.4.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ........................................................43 STASIUN PENDUKUNG .....................................................................45
3.4.1.
STASIUN WTP (WATER TREATMENT PLANT )............................45
3.4.2.
STASIUN PENDUKUNG BOILER...................................................49
3.4.3.
STASIUN PENDUKUNG ENGINE ROOM ......................................52
3.5.
LABOLATORIUM ....................................................................................54
3.5.1.
ANALISIS MINYAK KELAPA SAWIT ..............................................54
3.5.2.
ANALISIS INTI KELAPA SAWIT .....................................................62
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 67 4.1.
KESIMPULAN .........................................................................................67
4.2.
SARAN ....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 69 LAMPIRAN……………………………………………………………………………..79
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang Kelapa sawit (Elais guineensis Jack) di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luas lahannya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau swasta. Perkebunan sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa provinsi, antara lain Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat (Risza dan Suyatno, 2004). Saat ini kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Dengan perkembangan kelapa sawit ini, maka akan membuka peluang kerja yang sangat besar bagi tenaga kerja terampil dibidang perkebunan khususnya kelapa sawit. Untuk menjadi tenaga kerja yang terampil diperlukan suatu kemampuan dari seseorang yang tidak hanya memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, tetapi juga harus memiliki keahlian dibidang pengetahuan lapangan (praktek), sehingga nantinya mampu menjadi tenaga kerja yang terampil yang dapat terjun langsung kelapangan. Industri pengolahan minyak kelapa sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan di dalam negeri, hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan berusaha menyiapkan lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh tenaga kerja terampil perlu disiapkan sumber daya
2
manusia yang berkualitas dan mampu mengembangkan sumber daya alam yang ada (Pahan, 2008). Politeknik
Pertanian
Negeri
Samarinda
sebagai
wadah
bagi
mahasiswa untuk menimba ilmu khususnya ilmu yang berkaitan dengan budidaya dan pengolahan kelapa sawit harus mampu menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri, sehingga untuk mewujudkan keinginan tersebut maka dilaksanakanlah kegiatan praktek kerja lapang bagi mahasiswa semester lima Politeknik Pertanian Samarinda. PT.Telen Bukit Permata Mill merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri kelapa sawit sejak tahun 2013 yang bertempat di desa bukit permata kecamatan Kaubun, kabupaten Kutai Timur, kota Samarinda, provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan ini telah memberikan kontribusi besar terhadap laju perekonomian nasional karena berperan menyumbang bagi devisa negara dan kesejahteraan masyarakat di sekitar Bukit Permata Mill dengan menerapkan konsep yang berwawasan lingkungan. 1.2. TUJUAN Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk : a. Mempraktekkan teori yang telah diperoleh selama di perkuliahan . b. Mengetahui semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari penerimaan buah sampai dengan pengolahan minyak sawit dan inti sawit. c. Mengetahui standar mutu CPO dan Kernel di pabrik minyak sawit PT.Telen Bukit Permata Mill.
3
1.3.HASIL YANG DIHARAPKAN a. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO yang sesuai dengan standar nasional yang sudah ditentukan. b. Setelah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) mahasiswa mampu menjelaskan dan mempersentasikan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT.Telen Bukit Permata Mill.
4
BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. TINJAUAN UMUM PT.TELEN BUKIT PERMATA MILL. PT. Telen merupakan perusahaan yang bernaung di bawah Teladan Prima Grup (TPG) yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit sekaligus mengolah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (Kernel). PT.Telen memiliki 4 unit pabrik kelapa sawit yaitu Pengadan Baay Mill (PBM), Tali Sayan Mill (TLM), Muara Bengkal Mill (MBM) dan Bukit Permata Mill (BPM). PT.Telen Bukit Permata Mill adalah perusahaan yang bertempat di Jl. Socfind, Desa Bukit Perma ta, kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pabrik ini memiliki total luas bangunan 6864.20 M2. Area kegiatan perkebunan kelapa sawit terdiri dari Bukit Permata Estate 1, Bukit Permata Estate 2, Mata Air Estate dan Layang -layang Estate serta plasma dan memiliki kapasitas 40 ton/jam. 2.2. LOKASI DAERAH PT.Telen Bukit Permata Mill berlokasikan di Jl. Socfind, Desa Bukit Permata, kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dengan batas-batas sebagai berikut : 1.
Sebelah Timur
: Perkebunan kelapa sawit PT. Gunta Samba di sekitar Desa Sempayau,kegiatan pertanian areal transmigrasi Kaubun ( SP 1 -7), Kadungan Jaya dan Pengadan Baru serta kegiatan perladangan masyarakat Desa Pengadan dan kegiatan HPH PT. Gani Mulya .
2.
Sebelah Selatan : Sung ai Rapak dan HPH PT. Meranti Persada.
5
3.
Sebelah Barat
: Pertambangan Batubara PT. Indexim Coal.
4.
Sebelah Utara
:Sungai Karangan, Desa prondongan dan areal HPH PT.Gani Mulya.
2.3. MANAJEMAN PERUSAHAAN Manajemen PT.Telen Bukit Permata Mil memiliki struktur organ isasi sebagai berikut : a.
Mill Manager yaitu Bapak Samsul bertugas sebagai penanggung jawab semua kegiatan yang ada di PT. T elen Bukit Permata Mill.
b.
Asisten Proses I yaitu Bapak Andi Nur Setyawan bertugas mengawasi kegiatan yang dilakukan selama proses pengolahan kelapa sawit Bukit Permata Mill.
c.
Asisten Proses II yaitu Bapak Tatag Adi Prabowo bertugas mengawasi kegiatan yang dilakukan selama proses pengolahan kelapa sawit Bukit Permata Mill..
d.
Asisten Workshop yaitu Bapak Ikhwan bertugas mengawa si dan memperbaiki mesin Bukit Permata Mill.
e.
Asisten Elektrik yaitu Gunanto bertugas mengawasi ruang engine room dan pasokan listrik yang ada dalam Bukit Permata Mill.
f.
Asisten Laboratorium yaitu Bapak Yudi Susanto bertugas mengawasi kegiatan yang dilakukan di laboratorium Bukit Permata Mill.
g.
Asisten Compound yaitu Bapak Prensholin Saragih bertugas mengawasi kegiatan pengiriman minyak kelapa sawit (CPO) dan pengiriman kernel serta pembuangan limbah dan lingkungan di sekitar Bukit Permata Mill.
h.
Kepala Administrasi yaitu Bapak Edy Sumarsono bertugas mengatur administrasi di Bukit Permata Mill.
6
2.4. WAKTU DAN TEMPAT PKL Program Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di PT.Telen Bukit Permata Mill, terhitung mulai tanggal 2 Maret 2015 sampai tanggal 30 Mei 2015. Stasiun yang dikunjungi, yaitu : 1. Stasiun Loading Ramp 2. Stasiun Sterilizer 3. Stasiun Thereser 4. Stasiun Press 5. Stasiun Clarification 6. Stasiun Nut dan Kernel 7. Stasiun Boiler 8. Stasiun Engine Room 9. Stasiun Water Treatment Plant (WTP) 10. Stasiun Effluent Treatment Plant (ETP)
7
BAB III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG
3.1. PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT 3.1.1.Penerimaan Buah a. Tujuan 1) Mengetahui proses penimbangan pada PT.Telen Bukit Permata Mill. 2) Mengetahui tonase TBS yang diterima PT. Telen Bukit Permata Mill. 3) Menimbang seluruh hasil produksi CPO dan kernel yang akan dikirim keluar PT. Telen Bukit Permata Mill. 4) Mengetahui tonase jankos (janjangan kosong) yang akan diaplikasikan di kebun. b. Dasar teori Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan Tandan Buah Segar (TBS) yang masuk ke pabrik, y aitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya jembatan timbang yang digunakan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas 30 -40 ton (Pahan, 2008). Jembatan timbang ini berfungsi untuk mengetahui tonase kernel dan janjangan kosong (jankos) yang dikeluarkan pabrik serta untuk mengetahui bahan bakar seperti solar dan lainnya. Adapun tujuan dari penimbangan adalah : 1. Mengetahui berat angkutan Tandan Buah Segar (TBS) dan Janjangan kosong (jankos) yang keluar. 2. Sebagai acuan pembayaran pada pihak ke-3.
8
3. Menimbang seluruh hasil produksi CPO dan kernel yang akan dikirim keluar pabrik. 4. Untuk memberikan data TBS yang diterima pabrik ke kebun penyuplai. 5. Untuk memberikan menyesuaikan data TBS dengan hasil peroduksi. c. Alat dan Bahan - Alat 1. Jembatan timbang 2. Truk 3. Surat Pengantar Buah (SPB) 4. Alat tulis 5. Printer 6. Komputer kontrol timbang - Bahan 1. Tandan Buah Segar (TBS) 2. Kernel 3. Crude Palm Oil (CPO) 4. Janjangan kosong (jankos) d. Prosedur Kerja Jembatan timbang memiliki penampang. Penampang timbangan tersebut harus selalu bersih dari brondolan, lumpur dan sampah agar tidak mengganggu keakuratan data timbangan nantinya. 1. Timbangan harus berada pada titik 0 atau netral. 2. Supir truk menyerahkan SPB ke posko security, dicatat oleh security dan diberikan stempel.
9
3. Truk yang akan ditimbang masuk ke jembatan timbang secara perlahan–lahan dan teratur. 4. Truk berhenti di tengah-tengah jembatan timbang dan supir turun dari truk selanjutnya truk ditimbang dengan catatan truk di depannya telah melewati jembatan timbang. 5. Supir menyerahkan SPB kepada operator timbangan. 6. Supir menerima nota penimbangan dari petugas timbang yang berisi nomor polisi truk, nama supir, berat truk, dan berat muatan . 7. Rumus penimbangan : Netto = Bruto - Tarra Ket : a. Bruto
: truk bermuatan yang ditimbang
b. Tarra
: truk kosong/ tidak bermuatan yang ditimbang
c. Netto
: selisih berat dari bruto dan tara
8. Penimbangan selesai apabila sopir membawa keluar truk dari jembatan timbang untuk masuk atau keluar dari lokasi pabrik. e. Hasil yang dicapai Dari hasil pengamatan dalam kerja praktek diketahui bahwa rata -rata setiap truk membawa sekitar 7-8 ton TBS dari kebun. PT.Telen Bukit Permata Mill rata-rata dapat menerima TBS sebanya k 200-500 ton TBS dari kebun inti dan plasma PT. Telen Bukit Permata Mill. f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki jembatan timbang dan komputer kontrol timbang yang baik karena memiliki kondisi yang baik dan berfungsi
10
dengan maksimal. Prosedur kerja yang dilakukan juga sesuai dengan dasar teori yang ada sehingga menghasilkan data yang akurat. Pada hari libur, TBS akan tetap dipanen tetapi tidak dibawa ke pabrik karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. Pada hari berikutnya, TBS yang telah dipanen baru akan dibawa ke pabrik untuk diolah. Dalam proses pengangkutan tersebut, pada penimbangan akan terjadi antrian truk yang masuk karena banyaknya truk yang mengangkut buah dari kebun. Hal ini menyebabkan TBS akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk diolah sehingga dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas. 3.1.2.Sortasi dan Gra ding a. Tujuan 1. Membe rikan estimasi mutu TBS harian dan bulanan dari setiap divisi untuk masing -masing estate yang mengirim TBS ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). 2. Memberikan estimasi mutu rata-rata TBS harian dan bulanan yang masuk ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). 3. Counter check atau cek terhadap kualitas buah yang diterima dari kebun inti atau plasma di grading Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) . b. Tujuan Dengan adanya kegiatan grading, pabrik d apat mengetahui kualitas dan kuantitas minyak yang akan dihasilkan berdasarkan data hasil grading tersebut. Buah yang masuk ke pabrik harus mengikuti ketetapan fraksi kematangan buah yang telah di tetapkan. Sehingga bila hasil grading tidak sesuai dengan standar maka pihak pabrik berhak memberikan peringatan terhadap pihak kebun terutama pada pihak pemanen. (Sunarko, 2007).
11
Tabel 1. Kelompok Fraksi TBS yang Diterima Pabrik Presentase Brondolan Simbol Fraksi Terhadap Buah Luar 00 Tidak ada buah membrondol 0 1,0 – 12,5 1 12,5 – 25,0 2 25,0 – 50 3 50 – 75 4 75 – 100 5 Seluruh buah membrondol Sumber : PT. Astra Agro Lestari (1997)
Kematangan Sangat Mentah Mentah Kurang Matang Matang Matang Lewat Matang Busuk
c. Alat dan bahan - Alat 1. Tojok 2. Skop 3. Sarung tangan 4. Counter 5. Takaran kapasitas 70 kg 6. Alat tulis 7. Ember 8. Log sheet 9. scrap - Bahan 1. TBS ( Tandan Buah Segar ) 2. Brondolan d. Prosedur kerja Unit samp ling adalah total TBS dalam truk. Sampling harus diambil berkesinambungan selama waktu penerimaan TBS harian. Contoh yang harus
12
diambil minimal 20 % dari TBS masuk perhari atau minimal 1 sampel truk per divisi. Metode pemilihan sampel sebagai berikut : 1. Dipagi hari, asisten laboratorium mengambil satu nomor untuk tiap devisi secara acak dari kumpulan kartu yang diberi nomor 1-10. 2. Kemudian asisten laboratorium ke jembatan timbang , truk yang di grading disesuaikan dengan nomor antrian berdasarkan nomor undian yang sudah diambil. 3. Grading pada truk tersebut dilaksanakan sesuai dengan prosedur. 4. Setelah proses grading pada truk tersebut selesai dilaksanakan, proses ini diulang untuk tiap d ivisi sesuai dengan nomor undian per divisinya . 5. Proses ini berlanjut sampai penerimaan TBS akhir. e. Hasil yang dicapai Setelah melakukan sortasi maka dapat diketahui kondisi fisik TBS yang diterima Bukit Permata Mill yaitu fraksi 2 dan 3 dengan Berat Janjang Rata -rata (BJR) > 15 kg. Brondolan dihitung menggunakan takaran dengan kapasitas 20 kg untuk mendapatkan persentase brondolan. PT. Telen Bukit Permata Mill memiliki standar grading sebagai berikut : buah mentah = 5%, buah matang = 90%, lewat matang = 5%, abnormal = 0%, janjangan kosong = 0% dan long stalk = 0%. Namun dari data grading didapatkan rata-rata hasil sebagai berikut : buah mentah = 10%, buah matang = 85%, buah lewat matang = 2%, buah abnormal = 2%, janjangan kosong = 1%, long stalk = 3%. Mandor sortasi bertugas merekap hasil sortasi untuk kemudian diberikan kepada asisten laboratorium sebagai laporan tentang TBS yang diterima pabrik dan yang dihasilkan oleh kebun inti. Dengan demikian dapat diketahui mutu dari TBS yang diterima oleh pabrik. Hasil rekap ini juga
13
bertujuan untuk memberikan feedback kepada kebun inti tentang kondisi buah yang telah diterima oleh pabrik. f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill melakukan grading dengan tujuan untuk mengetahui kualitas buah yang diterima dari kebun inti dan plasma. Grading dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang sesuai dengan dasar teori. Grading dilakukan setiap hari pada pagi hari untuk mengetahui kondisi buah yang diterima. Jika buah yang diterima tidak sesuai dengan standar yang terdapat di pabrik maka pabrik akan memberikan pemberitahuan kepada divisi yang mengirim buah tersebut atau mendapatkan potongan bayaran berdasarkan peraturan yang ada kepada kebun plasma yang mengirim buah tersebut. 3.1.3. Penimbunan TBS di Loading Ramp a. Tujuan 1. Menimbun TBS yang diterima oleh pabrik. 2. Memindahkan TBS dari conveyor ke lori untuk dibawa ke stasiun perebusan. b. Dasar teori Loading Ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45°. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dilengkapi pintu -pintu keluaran hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya (Pahan, 2008).
14
Gambar 1. Loading Ramp Bukit Permata Mill c. Alat dan Bahan - Alat 1. Loading Ramp 2. Hopper (tempat penimbunan sementara) 3. Pintu Hidrolik 4. Horizontal bunch feeding conveyor (HBF) 5. Inclined bunch feeding conveyor (IBFC) 6. Scrap 7. Capstand 8. Gancu 9. Lori 10. Transfer carriage 11. Tali sling 12. Sarung tangan - Bahan 1. Tandan buah segar (TBS) 2. Brondolan
15
d. Prosedur kerja Pengisian loading ramp dilakukan secara berurutan dengan cara sebagai berikut : 1.
Buka pintu hidrolik untuk mengisi horizontal bunch feeding conveyor.
2.
Atur jumlah TBS yang dibawa oleh horizontal bunch feeding conveyor untuk menghindari penyumbatan .
3.
Horizontal bunch feeding conveyor akan membawa TBS menuju incleaned bunch feeding conveyor.
4.
Selanjutnya pengisian TBS ke dalam lori.
5.
Pindahkan lori yang sudah penuh dengan transfer carriage, tali sling, dan capstand menuju stasuin perebusan.
e. Hasil yang dicapai Bukit Permata Mill memiliki 1 line loading ramp yang memiliki 14 pintu dengan kapasitas 15 ton TBS dan memiliki 33 buah lori yang berkapasitas 7 ton/lori. T ransfer carriage hanya bisa memindahkan 2 lori sekali pindah. Operator bertugas untuk membersihkan kotoran seperti karung, batu, pelepah, dan benda-benda asing yang terikut dari hopper (tempat penimbunan sementara) ke lori. f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill adalah pabrik yang menggunakan conveyor dan lori untuk memindahkan TBS ataupun brondolan. Berbeda dengan pabrik kelapa sawit yang menggunakan conveyor saja. Alasan penggunaan conveyor dan lori adalah agar penggunaan tempat lebih efektif. Conveyor diberikan steam rutin agar tidak berkarat.
16
Kondisi dari loading ramp yang terdapat di pabrik cukup baik karena dilakukan pembersihan rutin setiap hari maupun selama pro ses pengolahan berjalan sehingga kondisi loading ramp bersih dan tertata rapi. Dengan adanya loading ramp ini dapat diterapkan sistem First In First Out (FIFO) yang artinya adalah buah yang pertama masuk ke dalam stasiun penerimaan buah akan diolah terlebih dahulu, begitupun selanjutnya. Hal ini juga merupakan salah satu upaya dalam meminimalisir resiko kecelakaan kerja. 3.1.4. Perebusan Buah a. Tujuan 1. Menon -aktifkan enzim. 2. Melunakkan daging buah. 3. Memudahkan proses penebahan/pelepasan berondolan dari tandannya . b. Dasar Teori Lori-lori yang berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekanan horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 0C dan tekanan 2,0 -2,8 kg/cm2 selama 80 -90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan (triple peak ) agar diperoleh hasil yang optimal (Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan - Alat 1. Lori 2. Transfer carriage
17
3. Tali sling dan capstand 4. Bejana sterilizer 1 & 2 - Bahan 1. Tandan Buah Segar 2. Brondolan 3. Steam d. Prosedur Kerja 1. Lori yang berisi TBS tersebut dimasukkan ke dalam sterilizer dengan menggunakan tali sling dan 2 lori pendorong. 2. Setelah lori dimasukkan, tekan to mbol panel untuk mengangkat sterilizer carriage. 3. Tutup pintu bejana, lalu kunci dengan menekan tombol pada panel. e. Hasil yang Dicapai Bukit Permata Mill memiliki 33 lori yang mempunyai kapasitas 7 ton untuk setiap lori. Serta mempunyai 2 bejana strerilizer yang masing-masing dari bejana tersebut hanya dapat menampung 6 buah lori atau berkapasitas 42 ton per bejana. Untuk setiap bejana menggunakan sistem perebusan triple peak yaitu dengan peak 1=1,5 bar, peak 2=2,2 bar dan peak 3 = 2,8 bar. Waktu perebusan yang di perlukan di Bukit Permata Mill adalah 90 -100 menit, tergantung jumlah buah mentah, matang dan over matang. Air kondesat yang dihasilkan dari perebusan ini masih mengandung minyak, oleh karena itu, air kondensat di alirkan melalui pipa menuju fat pit untuk di tampung dan dikutip lagi minyak yang masih terdapat pada air kondensat tersebut.
18
f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki 2 bejana sterilizer yang berbentuk horizontal. Buka tutup bejana sterilizer memakai sistem otomatis yang memanfaatkan hidrolik. Kendala yang sering terjadi dalam proses perebusan ini adalah rusaknya kunci pada pintu bejana sehingga tidak bisa di kunci dengan rapat. Hal ini disebabkan oleh tersangkutnya brondolan pada saat keluar dan masu knya buah ke dalam bejana. Kendala lainnya adalah jika bua h mentah dalam jumlah banyak direbus akan membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan steam yang banyak dari BPV (Back Pressure Vessel) yang ada di kamar mesin sehingga dapat menurunkan produktivitas minyak atau kernel yang diolah. 3.1.5. Penebahan Buah a. Tujuan Penebahan buah bertujuan untuk menuang tandan buah matang dari hopper ke dalam conveyor dan melepaskan buah dari tandan sehingga dapat memudahkan proses digester dan pengempaan. b. Dasar Teori Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (thresher). Mesin pelepas buah ini berbentuk drum berdiameter 2 m, panjang 3,25 -4,25 m, dan berputar 25-35 putaran per menit tandan buah akan terbanting ke dinding sehingga terlepas dari mesin melalui kisi-kisi, kemudian jatuh ke uliran yang akan membawanya ke stasiun pengadukan (digester) (Setyamidjaja, 2006).
19
c. Alat dan Bahan - Alat 1. Tip pler 2. F ruit feeding conveyor 3. Mesin thresher 4. Mesin Re-thresher 5. Under thresher conveyor 6. Under re -thresher conveyor - Bahan 1. Brondolan 2. Steam 3. Janjangan kosong (jankos) d. Prosedur Kerja 1. TBS yang telah direbus dipindahkan ke tippler (tempat tandan buah matang dituang ke dalam conveyor dan hopper dengan menggunakan tali sling dan transfer carriage. 2. TBS tersebut dituang ke dalam hopper lalu masuk kedalam fruit feeding conveyor dengan menggunakan Tippler dengan putaran 180O. 3. TBS akan di bawa oleh fruit feeding conveyor menuju ke thresher lalu dibanting. 4. Mesin thresher akan memisahkan brondolan dengan tandan dengan cara membanting buah dengan kecepatan putar 23 rpm. 5. Brondolan jatuh ke under thresher conveyor lalu ke bottom cross conveyor dan jankos akan menuju ke Horizontal empty bunch conveyor.
20
6. Brondolan akan dibawa oleh inclined looses fruit conveyor lalu akan di bawa menuju digester. 7. Sedangkan jankos akan dibawa oleh horizontal empty bunch conveyor menuju inclined empty bunch conveyor selanjutnya menuju ke bunch crusher untuk di lumatkan agar buah yang masih tersangkut pada tandan mudah lepas pada saat di banting. 8. Dari bunch crusher, TBS akan jatuh kedalam re-thresher untuk selanjutnya di banting lagi untuk melepaskan biji atau brondolan yang masih tersangkut pada saat di banting untuk pertama kalinya. 9. Brodolan akan jatuh kedalam under re-thresher selanjutnya akan menuju ke inclined looses fruit conveyor. 10. Sedangkan jankos akan jatuh ke dalam horizontal empty bunch conveyor menuju empty bunch conveyor lalu ke inclined empty bunch conveyor dan di tampung di empty bunch hopper. e. Hasil yang Dicapai PT. Telen Bukit Permata Mill ini memiliki 2 unit mesin bantingan yaitu thresher dan re-thresher yang masing -masing mempunyai kapasitas 40 ton/jam. Hasil dari stasiun ini didapatkan pemisahan antara brondolan dengan tandannya dengan cara membanting TBS pada drum di dalam mesin thresher dengan putaran 23 rpm. Re-thresher adalah mesin bantingan yang cara kejanya juga sama namun fu ngsinya untuk membanting buah yang masih terdapat buah batu. Buah batu adalah buah yang susah terpisah dengan brondolan. Re-thresher hanya melanjutkan proses bantingan dari thresher agar tidak banyak terjadinya losse s.
21
Brondolan yang telah terlepas di bawa oleh conveyor menuju digester, sedangkan jankos akan terlempar ke depan thresher dan re-thresher lalu dibawa oleh horizontal empty bunch conveyor menuju empty bunch hopper. Jankos tersebut akan ditampung terlebih dahulu di empty bunch hopper kemudian akan di angkut oleh truk untuk langsung di aplikasikan ke kebun. f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki thresher dan rethresher yang berfungsi dengan baik karena dapat mencapai hasil maksimal berda sarkan kapasitas pabrik yaitu 40 ton/jam. Dengan adanya bunch crusher dan re-thresher diharapkan dapat membantuuntuk merontokkan kembali brondolan yang belum sepenuhnya terlepas dari janjangan pada bantingan pertama agar losses atau kehilangan minyak dapat dikontrol sehingga dapat tetap memenuhi standar. 3.1.6. Pelumatan Buah dan Pengepresan a. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses pelumatan buah di PT.Telen Bukit Permata Mill. 2. Untuk mengetahui proses pengepressan di PT.Telen Bukit Permata Mill. b. Dasar teori Alat yang digun akan untuk pelumatan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang dibagian atas alat pencacah. Putaran lengan-lengan pengadukan berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya (Pahan, 2008).
22
Pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah didalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau -pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil tank melalui vibrating screen (Sunarko, 2007). Di stasiun pelumatan dan penge mpaanan ini juga terdapat alat-alat utama dan bantu seperti : 1. Digester Ketel adukan (digester) berfungsi untuk melumatkan buah masak sehingga daging buah terpisah dari biji. Digester merupakan alat pengaduk brondolan dari thresher sampai homogen. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau–pisau pengaduk (stirring arms) sebanyak 6 tingkatan , terdiri dari pisau panjang ( long arm ) dan pisau pendek ( short arm ) yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 6 tingkat pisau di bagian atas digunakan untuk mengaduk dan melumatkan sedangkan pisau bagian bawah ( expeller arm ) disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong brondolan keluar dari digester. Pada bagian bawah digester juga terdapat bottom plat yang berlubang untuk mengalirkan crude oil ke oil gutter. Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian daging buah telah terlepas dari dagingnya. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90-95oC dan kapasitas 3500 liter dengan menggunakan steam yang bertekanan 3 kg/cm2 yang diinjeksikan langsung atau dengan pemanasan mantel.
23
2. Screw Press Alat pengempa (screw press) berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (cruide oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Alat pengempa ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang–lubang dan di dalamnya terdapat dua ulir (screw) yang berputar berlawanan arah, tekanan kempa diatur oleh dua buah konus (cones) yang berada pada bagian ujung pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik. Prengempaan dengan double screw press berputar berlawanan arah dengan kecepatan ± 26–27 rpm. Dari proses pengempaan ini akan keluar minyak kotor dan ampas screw press. Press memiliki tekanan antara 30-40 kg/cm2, agar diperoleh broken nut maksimal 15% dan air dilution 20-30% yang berfungsi untuk mengurangi viskositas minyak. 3. Cake breaker conveyor Fungsi cake breaker conveyor yang berada pada bagian bawah lantai digester dan screw press adalah untuk memecah cake yang menggumpal dari hasil pengempaan, serta mengeringkan serat (fibre) dan biji (nut) yang basah akibat dari perlakuan dilution, sehingga fibre dan nut dapat terpisahkan. Cake breaker conveyor terdiri dari pedal–pedal yang diikatkan pada poros dan berputar dengan kecepatan 75 rpm. Kemiringan pedal diatur agar pemecahan gumpalan–gumpalan terjadi dengan sempurna dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar. 4. Crude Oil Gutter Crude oil gutter berfungsi untuk menurunkan viscositas minyak dengan cara penambahan air kondensat. Dengan menurunya viscositas minyak maka ini akan mempermudah penyaringan di vibrating screen . Crude oil gutter juga
24
mempunyai fungsi untuk mengendapkan sebagian pasir ataupun kotoran yang terdapat pada crude oil. 5. Sand trap tank Sand trap tank adalah tanki yang berbentuk segiempat dan pada bagian bawahnya membentuk kerucut yang berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terdapat pada crude oil dengan menggunakan perbedaan berat jenis. Oil yang memiliki berat jenis lebih ringan akan mengapung ke atas, sedangkan pasir yang memiliki berat jenis lebih berat akan mengendap kebawah. 6. Vibrating screen Vibrating screen terdiri dari dua tingkat saringan , saringan pertama yaitu 20 mesh dan saringan kedua adalah 30 mesh yang berfungsi sebagai alat pemisah crude oil dengan fibre, kotoran dan sebagainya. 7. Crude Oil Tank Cruide oil tank memiliki fungsi sebagai penampung minyak hasil press dan kemudian dialirkan ke stasiun klarifikasi. Minyak dengan berat jenis kecil akan mengapung sedangkan kotoran a kan mengendap di dasar tangki. Suhu yang digunakan pada crude oil tank yang ada di PT.Telen Bukit Permata Mill adalah 90 -95oC. c. Alat dan Bahan -
Alat 1. Pelumat buah (digester) 2. Alat pengempa (screw press) 3. Pemecah ampas kempa (cake breaker conveyor) 4. Crude oil gutter 5. Sand trap tank
25
6. Crude oil tank 7. Vibrating screen 1 & 2 - Bahan 1. Brondolan 2. Crude Oil 3. Fibre dan nut 4. steam d. Prosedur kerja 1. Brondolan dari stasiun bantingan selanjutnya akan diteruskan oleh conveyor menuju fruit distributing conveyor untuk mengisi masing-masing mesin digester. 2. Di dalam digester buah atau brondolan tersebut dilumatkan dengan suhu 90-95ºC. Di dalam digester brondolan akan dilumatkan oleh pisau-pisau yang berputar. Dari digester, crude oil yang keluar akan dialirkan ke crude oil gutter. 3. Out put yang keluar dari digester kemudian akan di press dengan screw press pada tekanan 30-40 bar, dari pengempaan ini akan di peroleh minyak kasar yang mengandung air serta sedikit kotoran dan juga ampas. Minyak kasar tersebut akan melewati sand trap tank , kemudian menuju vibrating screen , dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank dan di pompa ke stasiun klarifikasi menggunakan crude oil pump . 4. Sedangkan biji dan serabut yang berbentuk gumpalan -gumpalan di teruskan ke cake breaker conveyor dan kemudian dibawa ke stasiun kernel.
26
e. Hasil yang Dicapai PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki 3 unit mesin digester dengan kapasitas olah buah masing-masing digester 15 ton/jam. Agar kapasitas olah pabrik terpenuhi maka 3 unit mesin digester tersebut harus berjalan dengan baik. Untuk mesin screw press pada PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki 3 buah dengan kapasitas press masing-masing screw press 15 ton/jam, out put dari mesin screw press ini yaitu minyak kasar (crude oil) dan serat (fibre) bercampur dengan inti sawit (nut). f. Pembahasan Digester ini memiliki kapasitas 3500 liter dengan suhu 90-95 0C dan screw press memiliki tekanan 30-40 bar dengan kecepatan 12 rpm. Umpan pada digester adalah minimal 75%. Crude oil yang dihasilkan dari proses pengempaan ini memiliki viskositas tinggi sehingga pada screw press diberikan air dilution untuk mengurangi viscositas. Demikian juga pada sand trap tank, vibrating screen dan crude oil tank. Hasil dari digesting ini adalah crude oil (minyak) d an cake (campuran nut dan fibre). Suhu pada sand trap tank dan crude oil tank adalah 90-95 0C. P asir pada sand trap tank harus dijaga dan dibuang pada saat sudah menumpuk cukup banyak. Air dilution pada vibrating screen juga harus dijaga agar viskositas minyak tidak tinggi, karena jika viskositas minyak terlalu tinggi akan menyebabkan mesh pada vibrating screen yang memiliki kekuatan getaran 8 -9 amplitudo robek. Dari sand trap tank, vibrating screen, dan crude oil tank didapatkan hasil minyak yang sudah cukup bersih dari pasir dan serabut yang terikut.
27
Kondisi dari mesin digester, screw press, sand trap tank, vibrating screen, dan crude oil tank memiliki kondisi yang baik karena berfungsi maksimal dalam mengolah minyak sampai ke stasiun klariifkasi, bersih dan rapi. Pembersihan dilakukan setiap hari agar tetap menjaga kondisi lantai ataupun keadaan stasiun dengan baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. 3.1.7.Pemurnian Minyak a. Tujuan 1. Untuk mengetahu i proses klarifikasi CPO di PT.Telen, Bukit Permata Mill. 2. Untuk mengetahui rendemen CPO yang dihasilkan PT.Telen, Bukit Permata Mill. b. Dasar teori Menurut Risza (1994), melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal dan penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO Storage). Menurut Pahan 2008, jumlah minyak 99%, air 0,75%, dan kotoran 0,25% zat padat. Minyak yang terkandung tersebut memenuhi standar kualitas jual, sehingga perlu diproses lebih lanjut di vacuum dryer untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam CPO. Lapisan kedua merupakan lapisan air yang masih mengandung minyak dalam bentuk terhomogenisir.
Sementara,
lapisan
ketiga
merupakan
mengandung zat organik padat seperti lumpur dan pasir.
fase
yang
28
c. Alat dan Bahan - Alat A) Pengolahan Minyak 1. Distributing oil tank 2. Continuous settling tank 3. Pure oil tank 4. Float tank 5. Vacuum dryer 6. Transfer pump 7. Storage tank B) Pengolahan Sludge 1. Sludge tank 2. Buffer tank 3. Sand cyclone 4. Brush strainer 5. Sludge centrifuge 6. Fat pit 7. Oil recovery tank 8. Water purifier tank 9. Sludge separator 10. Water pump 11. Hot water tank 12. Sludge oil recovery tank 13. Final effluent
29
- Bahan 1. Crude oil 2. Sludge 3. Air condensate 4. steam d. Prosedur kerja 1. Minyak hasil screw press masuk ke dalam sand trap tank , tangki ini berfungsi untuk mengendapan pasir dan kotoran halus setelah sebelumnya melalui tahap pengolahan di digester dan screw press. 2. Dari sand trap tank minyak dialirkan ke vibrating screen yaitu saringan yang bergetar yang fungsinya untuk memisahkan antara crude oil dengan kotoran -kotoran yang berupa ampas (serat halus). 3. kemudian dialirkan dan ditampung sementara di crude oil tank kemudian selanjutnya dipompa menggunakan crude oil pump ke oil distributing tank . 4. Crude oil masuk ke
oil distributing tank yang digunakan untuk
mendistribusikan minyak ke tangki pemisah (continuous setlink tank) agar pada saat crude oil masuk kedalam continous settling tank, crude oil yang berada pada continous settling tank tidak terguncang. Jika continous settling tank terguncang maka akan mengakibatkan pemisahan tidak maksimal dan berlangsung lama. Dari continous settling tank akan dihasilkan lumpur dan minyak. 5. Crude oil kemudian dialirkan ke pure oil tank yang berfungsi untuk menampung minyak yang berasal dari tangki pemisah.
30
6. Minyak dari pure oil tank dialirkan menuju float tank untuk mengatur jumlah minyak yang masuk ke dalam vacuum dryer dan untuk menjaga kevakuuman vacuum drying. 7. Minyak keluaran dari vacuum oil drier dialirkan menuju ke storage tank menggunakan transfer pump. Storage tank adalah tangki terakhir yang digunakan untuk menampung CPO sebelum dibawa ke dermaga. Temperatur CPO harus dipertahankan berkisar antara 50-55 oC untuk menjaga mutu dari CPO tersebut. 8. Untuk sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke sludge tank yang berfungsi untuk menampung sludge, minyak dan pasir dari continuous settlink tank . 9. Setelah itu minyak tersebut masuk ke dalam sand cyclone yang berfungsi untuk mengurangi kandungan pasir dalam sludge, setelah masuk ke sand cyclone, sludge masuk ke dalam buffer tank dan dialirkan kembali ke brush strainer untuk dipisahkan dari pasir, serat, atau kotoran yang masih terikut. 10. Sludge selanjutnya masuk ke dalam sludge centrifuge yang berfungsi untuk memisahkan sludge dan minyak dengan cara di putar dengan kecepatan 1500 rpm sehing ga slugde dan oil terpisah menjadi sludge ( heavy phase) dan minyak (light phase). 11. Untuk heavy phase akan di kumpulkan dan akan dialirkan ke fat pit yang akan ikut tercampur dengan air kondesat yang selanjutnya akan diolah kembali. 12. Untuk light phase akan masuk ke dalam oil recover tank dan akan dipompa menuju oil distributing tank untuk kemudian dialirkan kembali ke dalam continuous settlink tank.
31
13. Sludge dari fat pit yang tercampur dengan air kondesat akan dipompa ke dalam sludge recovery tank untuk dikutip kembali minyak yang masih tersisa. 14. Minyak yang tertampung dibagian atas tangki (over flow) dari sludge recovery tank akan di pompa menuju bak penampung sementara sebelum dipompa ke water purifier tank oleh sludge pump, sedangkan sludge yang mengendap dibagian bawah (under flow) langsung dibuang ke dalam final effluent yang akan langsung dialirkan ke kolam limbah. 15. Sludge dari bak penampung dipompa kedalam water purifier tank dan selanjutnya akan masuk kedalam double brush strainer lalu di masukkan kedalam sludge separator. 16. Dengan kecepatan 5400 rpm sludge tersebut di putar sehingga menghasilka n light phase dan heavy phase. 17. Untuk light phase akan masuk kembali ke dalam recovery oil tank dan akan dipompa menuju oil distributing tank untuk kemud ian dialirkan kembali ke dalam continuous settlink tank. 18. Untuk heavy phase akan langsung di buang ke final effluent dan selanjutnya akan dialirkan menuju kolam limbah. e. Hasil yang Dicapai PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki 1 continuous settlink tank dengan kapasitas 90 ton. Continuous settlink tank ini berfungsi untuk memisahkan antara minyak dengan sludge berdasarkan berat jenisnya. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan naik kebagian atas sebagai overflow dan sludge ke bagian bawah sebagai underflow.
32
Pengutipan minyak pada tangki continuous settlink tank ini dilakukan pada saat ketebalan minyak telah mencapai 4 cm. Minyak yang telah dikutip ini akan masuk ke pure oil tank. Di dalam pure oil tank ini minyak kembali diendapkan untuk mengurangi sludge yang masih terikut. Selanjutnya minyak akan masuk ke vacuum dryer untuk mengurangi kadar airnya menjadi 0,12%-0,14%. Kevacuuman pada vacuum dryer adalah -0,8 sampai dengan -1 cmHg dengan suhu berkisar 90° C dengan kapasitas 15 - 20 ton/jam. Pengolahan sludge dilakukan melalui sludge tank dengan suhu 90 0C untuk menampung sementara sludge. Selanjutnya melalui buffer tank dan diteruskan ke sand cyclone untuk membersihkan pasir yang terdapat pada sludge. Selanjutnya sludge melalui brush strainer untuk membersihkan sludge dari fibre yang terikut dengan cara sikat diputar terus menerus sehingga fibre akan tersangkut pada sikat. Kemudian sludge akan di pisahkan dengan minyak yang masih terdapat dalam minyak dengan menggunakan sludge centrifuge pada kecepatan 1500 rpm dan sludge separator pada kecepatan 5400 rpm. selanjutnya sludge dialirkan ke oil recovery tank dan sludge oil recovery tank selanjutnya di tampung pada final effluent sebelum di alirkan menuju kolam limbah. f. Pembahasan PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki distributing oil tank, continuous settling tank , pure oil tank , float tank, vacuum dryer, transfer pump , storage tank, sludge tank, buffer tank , sand cyclone, brush strainer, sludge centrifuge, fat pit, oil recovery tank, water purifier tank , sludge separator, water pump , hot water tank , sludge oil recovery tank , dan final effluentdengan kondisi yang baik. Hal tersebut dapat terjadi karena perawatan yang dilakukan setiap hari
33
sehingga alat-alat dapat bekerja dengan maksimal. Rendemen minyak yang dihasilkan baik karena mencapai target yang diharapkan yaitu 25,25 ton. Standar OER (oil extraction rate) yang dimiliki Bukit Permata Mill yaitu 25,25% dan memperoleh rata-rata OER sebanyak 26% setiap harinya sehingga dapat memenuhi target yang telah ditentukan oleh pabrik. Standar mutu CPO pada Bukit Permata Mill menyebutkan bahwa kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) = 3%, kadar air (moist) =0,15%, dan kadar kotoran (dirt) =0,020%. Sedangkan dari data harian diperoleh rata-rata tertinggi pada ALB = 2,8%, kadar air = 0,011% dan kadar kotoran = 0,01%. Mutu CPO yang lebih baik dari standar ini dikarenakan alat dan mesin yang dapat bekerja dengan optimal serta proses pengolahan yang selalu dilaksanakan berdasa rkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan sehingga dapat mempertahankan mutu dan kualitasCPO yang diproduksi. Kondisi alat juga tidak selalu baik, pada waktu tertentu terdapat alat-alat yang bermasalah, contohnya sludge separator, sludge centrifuce dan vacuum dryer. Sludge separator dan sludge centrifuce dapat tersumbat jika pembersihan fibre pada brush strainer tidak maksimal sehingga minyak banyak terdapat pada final effluent, dan kevakuman pada vacuum dryer tidak sesuai standar sehingga kadar air pada minyak dapat melebihi standar atau tinggi.
34
3.2. PENGOLAHAN INTI SAWIT 3.2.1.Pemisahan Bji dan Ampas a. Tujuan Pemisahan biji dan ampas bertujuan untuk menghasilkan inti sawit sebelum diolah dan dipasarkan. b. Dasar Teori Ampas sisa kempaan merupakan campuran serat dan biji atau bisa di sebut cake. Ampas dibawa dengan cake breaker conveyor 1 & 2 ke depericarper, cake breaker conveyor memiliki kecepatan putaran selama dalam perjalanannya akan mengurangi kadar air sehingga pada saat nut dan fibre masuk kedalam depericarper kadar airnya sudah cukup rendah. Kipas penghisap dan sampah halus pada depericarper akan memisahkan biji dari serat. Serat dan sampah halus akan dikeluarkan melalui fibre cyclone dan seterusnya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan nut yang jatuh kebawah akan masuk kedalam nut polishing drum. Di dalam nut polishing drum, nut akan dibersihkan dari fibre dan kotoran yang masih menempel pada nut dengan cara di putar dengan kecepatan tertentu sampai nut tersebut bersih. Setelah nut bersih, nut akan jatuh ke dalam wet nut conveyor, dan dipisahkan dengan destoner. Destoner akan memisahkan nut dari batu -batu yang terikut. Cara kerjanya adalah dengan menghisap nut yang memiliki berat jenis lebih rendah, sedangkan batu akan jatuh ke tempat penampungan. Setelah dihisap dengan destoner, nut akan melalui split conveyor dan nut distributing conveyor lalu masuk ke dalam nut silo (Setyamidjaja, 2006).
35
c. Alat dan Bahan - Alat 1. Cake braker conveyor 1 dan 2 2. Depericarper 3. Fibrecyclone 4. Nut polishing drum 5. Wet nut conveyor 6. Destoner 7. Split conveyor 8. Distributing nut conveyor 9. Nut silo - Bahan 1. Cake 2. Fibre 3. Nut 4. Steam d. Cara Kerja 1. Ampas hasil press yang berupa fiber dan nut yang masih bercampur masuk kedalam cake breaker conveyor. 2. Fiber dan nut yang masih bercampur dicacah untuk dip isahkan fiber dan nut. 3. Fiber dan nut yang telah tercacah masuk kedalam depericarper. 4. Pada Depericarper, fiber akan dihisap oleh fibre cyclone menuju fibre conveyor yang akan menuju ke boiler. 5. Sementara nut akan jatuh ke dalam polishing drum untuk di pisahkan fibre dan kotoran yang masih terbawa.
36
6. Nut yang jatuh ke wet nut conveyor selanjutnya akan di hisap naik ke destoner untuk dipisahkan nut dan batu yang terikut. Batu yang memiliki berat jenis lebih berat akan jatuh ke tempat penampungan dan nut akan terhisap ke atas. 7. Nut yang terhisap akan melalui split conveyor dan distributing nut conveyor lalu masuk kedalam nut silo. e. Hasil yang Dicapai Ampas hasil press akan diputar secara continuous dengan piringan berongga pada cake breaker conveyor sehingga fibre dan nut terpisah serta cake yang basah akan kering dengan adanya putaran tersebut. Cake breaker conveyor juga akan memudahkan nut dan fibre terpisah pada depericaper. Biji dan serat yang terpisah akan masuk ke Depericarperuntuk memisahkan an tara nut dan fibre menggunakan prinsip perbedaan berat jenis. Setelah dipisahkan, fibre akan menuju ke fibre cyclone dan nut akan masuk kedalam nut polishing drum untuk dibersihkan fibre serta kotoran yang terikut pada nut. Nut yang sudah bersih jatuh kedalam wet nut conveyor selanjutnya akan dihisap dengan destoner karena menggunakan perbedaan berat jenis. Nut memiliki berat jenis lebih ringan sehingga akan terhisap ke destoner dan batu atau kotoran yang memiliki berat yang lebih besar akan jatuh dan tidak terikut saat nut dihisap naik ke destoner. Dari destoner, nut akan jatuh kedalam split conveyor dan distributing nut conveyor lalu masuk kedalam nut silo. f. Pembahasan Proses pemisahan fibre dan nut dari ampas pengempaan bertujuan untuk memperoleh nut yang bersih dari kotoran dan fibre. Pemisahan nut dari gumpalan fibre sangat dipengaruhi oleh proses sebelumnya. Jika proses
37
pemisahan fibre tidak menghasilan nut yang bersih, dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : 1) Perebusan kurang matang sehingga masih ada nut yang berserabut. 2) Pemberian steam atau air dilution yang berlebih pada unit press. 3) Proses pencacahan pada cake breaker conveyor yang kurang maksimal. 4) daya hisap dari fibre cyclone yang kurang . Kondisi alat-alat yang terdapat pada stasiun nut dan kernel juga dapat dikatakan baik karena menghasilkan nut yang bersih untuk selanjutnya diolah. Kualitas nut juga dipengaruhi dari cake yang dihasilkan stasiun press, jika cake basah maka pemisahan pada depericarper juga tidak berjalan dengan maksimal. PT. Telen Bukit Permata Mill memiliki standar nut sebagai berikut : kandungan minyak pada nut = 0,50% dan kadar air = 0,12%, dan data rata -rata diperoleh kandungan minyak pada nut yaitu 0,43% dan kadar air pada nut = 0,10%-0,11%. Hal tersebut membuktikan bahwa nut yang dihasilkan masih memenuhi standar yang telah ditentukan sehingga akan mempermudah proses pemecahan biji (nut). 3.2.2. Proses Pemecahan Biji Dan Pemisahan Inti a. Tujuan Proses ini bertujuan unntuk memecahkan nut sehingga pecah dan terpisah antara inti atau kernel dengan cangkang sehingga mempermudah dalam mendapatkan kernel. b. Dasar teori Pada nut cracker rotor horisontal (ripple mill). Biji seakan dikupas pada suatu stator yang dibuat bergerigi ketika rotor berputar untuk menggerakkan
38
biji-biji tersebut sehingga mengakibatkan biji terpecah. ripple mill lebih banyak digunakan dibandingkan nut cracker, rotor vertikal karena tanaman sawit yang banyak diusahakan saat ini yaitu dari jenis tenera, dimana bijinya cenderung lebih kecil dan cangkangnya lebih tipis (Pahan, 2008). Pemisahan kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom vertikal light tenera dry separator (LTDS) dengan bantuan hisapan udara sebuah kipas, dimana fraksi yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang lebih be rat akan jatuh kebawah. Untuk memperoleh kernel yang baik dengan losses yang rendah, pemisahan dilakukan dengan dua kolom pemisah. Setiap kolom pemisah bekerja secara dua tahap (Pahan, 2000). Pemisahan basah menurut Fauzi (2004), inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurung tenggelam. c. Alat dan Bahan - Alat 1. Ripple mill 1,2 dan 3 2. Cracked mixture conveyor 3. Cracked mixture elevator 4. Grading drum 5. Light tenera dry separator (LTSD) 1,2 dan 3 6. Shell bin 7. Hydrocyclone
39
8. Wet kernel conveyor 9. Wet kernel elevator 10. Kernel distributing conveyor 11. Kernel silo 1 dan 2 12. Dry kernel transport fan 13. Dry kernel conveyor 14. Kernel bin - Bahan 1. Nut 2. Kernel 3. Cangkang d. Cara Kerja 1. Nut yang telah bersih ditampung pada nut silo. 2. Nut akan dibawa ke ripple mill untuk dipecahkan. 3. Setelah nut sudah pecah, nut jatuh ke cracked mixture conveyor lalu menuju ke cracked mixture elevator. 4. Dari cracked mixture elevator, nut akan masuk kedalam grading drum untuk dibersihkan dari kotoran yang masih terikut 5. Setelah dibersihkan di grading drum, kernel beserta cangkang akang masuk kedalam LTDS 1 dan 2 yang akan menghasilkan 3 jenis, yaitu cangkang yang akan menuju ke shell bin, kernel yang kan menuju ke wet kernel conveyor dan cangkang yang masih belum terpisah dengan kernel akan masuk kedalam LTSD 3 . 6. Dari LTDS 3 selanjutnya kan masuk kedalam hydrocyclone untuk dipisahkan kembali kernel dan cangkangnya.
40
7. Kernel yang sudah terpisah dengan cangkang akan jatuh kedalam wet kernel conveyor sedangkan cangkang akan terhisap kembali ke shell bin. 8. Dari wet kernel conveyor, kernel akan menuju ke wet kernel elevator yang akan membawa kernel ke kernel distributing conveyor. 9. Kernel masuk kedalam kernel silo untuk dimatangkan dan untuk mengurangi kadar air. 10. Dari kernel silo, kernel akan dibawa ke dry kernel transport fan dan dry kernel conveyor. 11. Lalu kernel akan ditampung kedalam kernel bin sebelum di kirim atau dipasarkan. e. Hasil yang Dicapai Nut yang dibawa ke nut silo ditampung dengan suhu 60-70 0C selanjutnya di pecahkan pada ripple mill. Proses pemecahan biji akan menghasilkan kernel, cangkang dan nut. Lalu di pisahkan lagi dengan LTDS 1,2 dan 3 danhydrocyclone sampai kernel benar-benar bersih. Persentasi riplle mill adalah 95%. Selanjutnya dibawa ke kernel silo untuk mengurangi kadar air sampai 7%. Kemudian dikemas dan dipasarkan dengan standar kadar air : 7%, kadar kotoran : 6 % dan kernel pecah : 15%. f. pembahasan Pengolahan nut menjadi kernel dilakukan dengan cara pemanasan pada nut silo bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada nut menjadi 21% sehingga memudahkan dalam proses pemecahan. Alat pemecah nut yang digunakan adalah ripple mill, prinsip kerja alat ini adalah melemparkan nut yang masuk ke dinding ripple mill sehingga cangkang akan pecah dan terpisah dengan inti atau kernel. fungsi dari grading drum sendiri adalah
41
memisahkan nut yang masuk kedalam ripple mill dengan kotoran yang mungkin masih terikut dengan nut. Kondisi nut silo, ripple mill, grading drum, LTDS, hidrocyclone dan kernel silo berfungsi dengan baik dan maksimal sehingga dapat mendapatkan hasil kernel sesuai dengan standar pabrik. Adapun masalah yang pernah terjadi adalah tersumbatnya dry kernel conveyor syang menyebabkan kernel akan menyembur keluar dan berserakan dilantai. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya ruang kosong pada conveyor sehingga penuh dan tersumbat. 3.3. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 3.3.1.Pengolahan Limbah Padat (Pemanfaatan janjangan kosong) 1. Tujuan Tujuan pengolahan limbah padat ini adalah untuk memanfaatkan kembali limbah hasil pengolahan dan mengurangi jumlah limbah terbuang. 2. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah -celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul bila perebusan dan bantingan tidak sempurna sehingga mengakibatkan pelepasan buah sangat sulit dilakukan. Hal ini sering terjadi di pabrik-pab rik yang tekanan kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%. Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibrecyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibrecyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat
42
tersebut. Ampas serat sekarang ini telah habis terpakai di pabrik sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan pada lingkungan ialah polusi udara. 3. Alat dan Bahan - Alat 1. Horizontal empty bunch conveyor 2. inclined empty bunch feeding conveyor 3. Empty bunch conveyor 4. Distributing empty bunch conveyor 5. Hopper 6. Loader 7. T ruk - Bahan 1. Janjangan kosong 4. Cara Kerja 1. Empty bunch akan di bawa oleh horizontal empty bunch conveyor menuju inclined empty bunch conveyor selanjutnya menuju ke bunch crusheruntuk di lumatkan agar brondolan yang masih tersisa pada tandan agar mudah lepas pada saat di banting re-thresher. 2. Dari bunch crusher, TBS akan jatuh kedalam re-thresher untuk selanjutnya di banting lagi untuk melepaskan brondolan yang masih tersisa. 3. Jankos akan jatuh ke dalam horizontal empty bunch conveyor menuju empty bunch conveyor lalu di tampung di empty bunch hopper. 4. Dari hopper, jankos akan masuk kedalam truk pada saat hidrolik dibuka untuk langsung diaplikasikan di land application.
43
5. Hasil yang dicapai Hasil yang didapatkan pada PT.Telen Bukit Permata Mill adalah janjangan kosong yang dibawa dari empty bunch conveyor selanjutnya di tampung di empty bunch hopper. Janjangan kosong tidak diolah seperti pabrik lain dengan cara terlebih dahulu di fermentasikan dengan bakteri. 6. Pembahasan Janjangan kosong yang telah di tampung di empty bunch hopper, selanjutnya di bawa ke land application untuk dijadikan pupuk dan mulsa. Mulsa bertujuan agar gulma di sekitar piringan pohon kelapa sawit tidak tumbuh dan brondolan yang terjatuj dapat dikutip dengan mudah. 3.3.2.Pengolahan Limbah Cair 1. Tujuan Pengolahan limbah cair ini bertujuan untuk menampung dan memanfaatkan limbah cair pabrik kelapa sawit untuk di jadikan pupuk tambahan di land application serta mengurangi banyaknya limbah yang dihasilkan . 2. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), limbah cair ini mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit relatif hampir sama perbandingan nilai-nilai parameter mutunya. Adapun parameter mutu yang sering dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah adalah BOD, COD, total solid, total nitrogen, minyak dan lemak, serta pH.
44
3. Alat dan Bahan - Alat 1. Mesin pompa 2. Kolam 3. Pipa - Bahan 1. Sludge 2. Bakteri 4. Cara Kerja 1. Limbah cair yang berasal dari final effluent di pompa menuju kolam limbah. 2. Limbah cair pada kolam pertama ditambahkan bakteri untuk mengurai sludge dan minyak yang terdapat pada limbah. 3. Kemudian limbah dialirkan dan ditampung ke dalam kolam 2 dan juga ditambahkan bakteri. 4. Dilanjutkan ke kolam 3 dan ditambahkan bakteri untuk tetap mengurai limbah. 5. Selanjutnya dialirkan menuju kolam 4, 5 , 6, 7, dan 8 untuk tetap ditambahkan bakteri sehingga limbah cair tersebut dapat terurai dengan baik. 6. Setelah limbah cair memenuhi baku mutu yang telah ditentukan, limbah cair tersebut di tamping di kolam 9 yang berfungsi sebagai kolam penampungan. 7. Limbah cair siap dialirkan ke land application pada setiap blok-blok yang ditentukan.
45
5. Hasil yang dicapai PT.Telen Bukit Permata Mill memiliki 9
kolam
limbah
yang
masing -masing kolam berukuran 7 x 11 meter dengan kapasitas 12.000 m³. Pada masing-masing kolam terdapat ponton yang berfungsi untuk mengaduk limbah cair agar tidak mengeras yang dirotasi setiap harinya dan untuk menambah kadar oksigen pada limbah cair. 6. Pembahasan Hasil pengolahan limbah cair kelapa sawit berupa pupuk cair dari hasil pengolahan kelapa sawit yang digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan pe meliharaan tanaman sawit agar mampu menekan biaya produksi untuk perawatan dan pemupukan tanaman. 3.4. Stasiun Pendukung 3.4.1.Stasiun WTP (Water Treatment Plant) 1. Tujuan Tujuan dari WTP adalah sebagai stasiun pengolahan air yang akan mengolah air dari waduk yang akan menjadi bahan baku umpan air untuk boiler, pendingin turbin pada engine room dan keperluan domestik. 2. Dasar teori Water treatment pla nt (pengolahan air) diperlukan pada pabrik kelapa sawit dika ernakan air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler serta air untuk pendingin turbin di engine room harus memenuhi standar. Dengan kata lain proses WTP adalah proses pengolahan air untuk mengurangi dan menghilangkan pengotoran atau impurities yang terdapat dalam air
46
sehinggga air dapat memenuhi standar mutu air yang diperlukan (Pahan, 2008 ). 3. Alat dan bahan - Alat : 1.
Water untreatment tank
2.
Water clarifier tank
3.
Water basyn
4.
Sand filter
5.
Water treatment tank
6.
Carbon filter
7.
Softener
8.
Reversis osmosis (RO)
9.
Feed water tank
10. Deaerator - Bahan : 1. Air 2. Soda 3. PAC 4. Floqulan 5. Garam 6. HL A12 7. HP 05 10
47
4. Prosedur Kerja a. Eksternal 1. Air yang berasal dari water in take di pompa ke dalam waduk untuk di endapkan sebelum di olah menjadi bahan baku umpan boiler. 2. Air waduk dipompa ke untreatment water tank sebegai tangki penampung. 3. Lalu di alirkan ke water clarifier tank sebagai wadah air yang berasal dari untreatment water tank yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan lumut. 4. Lalu air tersebut di alirkan ke water basyn yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih tersisa dari water clarifier tank. 5. Selanjutnya air yang telah bersih di masukkan ke dalam sand filter untuk menangkap flok yang terdapat pada air. 6. Dari sand filter, air ditampung di water treatment tank sebagai air jernih. 7. Kemudian air dialirkan berdasarkan kebutuhan yaitu untuk bahan baku umpan boiler, air pendingin turbin di engine room dan kebutuhan domestik b. Internal 1. Air yang berasal dari water treatment tank di pompa menuju ke carbon filter untuk menghilangkan iron. 2. Setelah menghilangkan iron, air di alirkan menuju ke softener untuk menghilangkan total hardness dengan cara menambahkan rezin hingga kandungannya thrase . 3. Air selanjutnya dialirkan lagi ke reversis osmosis (RO) untuk menurunkan total disulfit solid - tds < 5 ppm.
48
4. Lalu kemudian dialirkan menuju feed water tank dengan suhu 850C yang menjadi faktor pendukung untuk dapat mencapai suhu deaerator. 5. Setelah mencapai suhu 850C, air di tampung di deaerator untuk menaikkan suhu menjadi 900C yang berfungsi untuk menghilangkan O2.. 5. Hasil yang dicapai Bahan kimia yang digunakan dalam eksternal water treatment adalah HL A12 , HP 05 10 , soda, flokulan dan PAC. Sedangkan dalam internal water treatment bahan kimia yang digunakan adalah garam dan rezin. Internal water treatment memiliki 2 softener dengan kapasitas softener 1 : 5000 liter dan softener 2 : 3000 liter. Standar air sebagai bahan baku umpan boiler adalah : a) pH : 10,5 – 11,5 b) Total disulfit solid : < 1500 c)
Total hardness : thrase
d) Total alkalinity : thrase e) Silica f)
Sulfite : 30-50
g) Iron : 2 h) Chloride : < 200 6. Pembahasan Bahan baku boiler yaitu air merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap awet atau tidaknya boiler pada suatu pabrik. Air yang digunakan harus memenuhi standar agar tidak menyebabkan masalah pada pipa-pipa yang terdapat didalam boiler seperti korosi. Sehingga kandungan air harus thrase sesuai dengan standar yang ada.
49
Air pada stasiun WTP ini juga meruapakan air yang digunakan di perumahan sekitar pabrik sehingga harus benar-benar bersih tetapi tidak dapat dikonsumsi karena mengandung banyak bahan kimia. 3.4.2.Stasiun Pendukung Boiler 1. Tujuan Tujuan dari boiler adalah sebagai pembangkit tenaga di pabrik kelapa sawit sebagai penghasil uap/steam untuk kebutuhan pengolahan di pabrik kelapa sawit. 2. Dasar Teori Boiler merupakan instalasi penghasil uap yang dipakai untuk menggerakkan turbin uap sebagai pembangkit tenaga di pabrik kelapa sawit. Boiler bekerja mengkonversi panas yang dihasilkan bahan bakar kedalam bentuk uap yang mengandung enthalphy, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap (Naibaho, 1998). PKS di lingkungan perkebunan besar umumnya menggunakan boiler jenis pipa air (water tube boiler), yaitu Frasser, Babcock, atau Vickers Hoskins dengan kapasitas antara 18 -20 ton uap/jam. Uap diperoleh diperoleh dari hasil pemanasan air dalam pipa -pipa boiler yang berjumlah ratusan dengan memanfaatkan cangkang (shell) dan serabut (fibre) kelapa sawit sebagai bahan bakar yang disebut boiler SPOF (solid palm oil fuel) (Pahan, 2008). 3. Alat dan bahan - Alat a. Softener b. Feed water tank c. Dearator
50
d. Water pump e. Chemical f. Steam drum - Bahan a. Air b. Fibre c. Cangkang d. Steam 4. Prosedur Kerja A. Tahapan pengisian bahan bakar di dapur boiler : 1. Fibre dan shell yang telah terpisah akan dibawa ke stasiun boiler dengan conveyor menuju shell bin dan fibrecyclone untuk selanjutnya dibawa kedalam stasiun boiler. 2. Sebelum masuk kedalam dapur boiler terlebih dahulu melewati auger, fungsi dari auger ialah untuk menghamburkan bahan bakar yang akan masuk kedalam dapur boiler, agar pembakara nnya dapat sempurna. 3. Jika bahan bakar yang masuk tidak mencukupi maka akan ditambah melalui elevator. B. Tahapan air yang masuk ke boiler yang akan diubah menjadi steam : 1. Dari over head tank yang ada distasiun WTP air akan di distribusikan ke stasiun boiler. 2. Di stasiun boiler air yang dikirim akan diterima oleh softener, fungsi dari softener ini ialah untuk menghilangkan kandungan kandungan kotoran yang masih terendapkan di over head tank.
51
3. Setelah dari softener akan dialirakn ke feed water tank , yang berfungsi sebagai tanki pemanasan tahap pertama dengan temperatur 80-850C. 4. Setelah dari pemanasan pertama akan masuk ke pemanasan yang ke dua yaitu deaerator, dengan temperature 80 -900C. 5. Deaerator, yang berguna untuk meghilangkan kandungan oksigen dengan tekanan -18 cmHg. 6. Water pump yang akan memompa air yang ada di deaerator menuju ke steam drum yang ada di dapur boiler. 7. Steam drum, sebagai penampung air yang selanjutnya akan dipanaskan melalui pipa -pipa yang ada di dalam dapur boiler, agar dapat tercipta uap bertekanan / steam. 5. Hasil yang dicapai Didalam dapur boiler mempunyai temperaatur 3000C, dengan tekanan stem 30 bar, pada boiler terdapat beberapa alat safety diantaranya: a. Safety valve (katup pengaman) berfungsi untuk mengamankan katel dari kelebihan tekanan dari tekanan maksimum. b. Gelas penduga berfungsi untuk mengetahui batas permukaan air di dalam katel. c. Manometer berfungsi untuk mengetahui dan mengukur tekanan uap dari drum atau pun pada super heater header. d. Blow down valve (kran penguasa berfungsi untuk membuang air beserta endapan–endapan yang terjadi pada endapan drum katel). e. Main stem valve (kutub induk), yang berfungsi untuk mengatur bukaan pad a saat uap dari katel yang akan dialirkan ke steam distributor header.
52
f. Alarm berfungsi untuk memberi tanda apabila ketel kekurangan air (level atau permukaan air pada batas minimum yang telah ditentukan). g. Manhole (lubang orang) berfungsi untuk lubang keluar masuknya orangpada saat katel mengalami perbaikan. h. Name plate (plate cap) berfungsi untuk mengetahui identitas alat yang digunakan yang berisikan diantaranya: ? Nama pabrik pembuat ? Tahun pembuatan ? Tekanan kerja yang diijinkan ? Seri nomor ? Negara tempat pabrik pembuat i. Katup pengisi katel berfungsi untuk mengatur level air yang ada didalam katel. j. Roto therm berfungsi untuk mendinginkdn ruang boiler. Pada engine room, genset akan dioprasikan kemb ali jika energi yang dihasilkan turbin tidak stabil, genset ini akan dioperasikan untuk membantu turbin agar tenaga yang dihasilkan dapat stabil, jika tenaga yang dihasilkan turbin telah stabil maka genset akan kembali dimatikan. 3.4.3.Stasiun Pendukung Engine Room 1. Tujuan Tujuan dari engine room adalah sebagai pendistribusi uap/steam yang dihasilkan stasiun boiler untuk kebutuhan pengolahan di pabrik kelapa sawit. 2. Dasar Teori Pada engine room terdapat tiga mesin genset yang memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya genset 100 kw, yang berfungsi untuk menyuplai power
53
ke pe rumahan pabrik, jika pabrik telah selesai beroperasi. Genset ini beroperasi selama
6 jam, genset 320 kw yang akan menggantikan genset 100 kw,
ketika pabrik belum beroperasi untuk produksi. Genset ini beroperasi selama 7-10 jam, genset 728 kw yang akan menggantikan genset 320 kw ketika pabrik sudah mulai berop erasi penggunaan genset ini
hanya ketika saat
pertama proses berlangsung, dan ketika proses berakhir, ketika peroses pertama telah selesai akan digantikan oleh mesin turbin (Pahan, 2008). 3. Alat dan Bahan - Alat b. Back Pressure Vessel c. Mesin turbin uap d. Genset - Bahan a. Air b. Steam 4. Prosedur Kerja 1. Steam yang telah terbentuk distasiun boiler akan disuplai ke turbin yang ada di engine room. 2. Steam yang masuk ke mesin turbin akan mendorong nozzel yang ada di dalam turbin untuk bergerak. 3. Apabila nozzel tersebut bergerak dan berputar, maka dinamo yang ada diturbin akan ikut berputar dan akan menghasilkan arus listrik dari putaran tersebut, perubahan energi potensial uap menjadi energ i kinetik dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis.
54
4. Dari listrik yang dihasilkan, selanjutnya yang akan dibagikan ke semua stasiun, dan keseluruh bagian pabrik. 5. Uap yang telah masuk dari turb in akan dikeluarkan melalui exhaust. 6. Exhaust yang akan mendistribusikan stea m ke BPV (Back Pre ssure Vessel). 7. BPV sebagai penampung steam dari turbin yang selanjutnya akan membagikan steam tersebut ke be rbagai stasiun yang membutuhkan seperti stasiun sterilizer, digester, press, stasiun kernel, stasiun klarifikasi, storage tank , dll. 4.4. LABOLATORIUM 3.5.1.Analisis Minyak Kelapa Sawit Analisis minyak sawit di PT.Telen Bukit Permata Mill meliputi beberapa proses antara lain : 1. Pengambilan Sampel Untuk menguji mutu CPO minyak yang dihasilkan, minyak diambil di storage setiap hari jam 7 pagi dan terdapat 8 titik losses pengambilan sampel yang dilakukan setiap hari, yaitu : 1) Empty bunch, 2) Un Stripped Bunch, 3) Fruit Losses Empty Bunch, 4) Press Cake, 5) Nut, 6) Final Effluent, 7) Sludge centrifuge, 8) Sludge separator,
55
2. Pengujian a. Analisa Asam Lemak Bebas (ALB) 1. Tujuan Analisa asam lemak bebas ini bertujuan untuk mengukur kadar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan. 2. Dasar teori Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi dengan menggunakan alkali dalam larutan alkohol yang dinyatakan sebagai jumlah miligram (mg), kalium (K) atau natrium hidroksida (NaOH) yang diperlukan untuk menetralkan 1 gr asam lemak yang terkandung dalam contoh minyak (Nurhaeni, 2012). 3. Alat dan bahan - Alat : 1. Neraca analitik 2. Gelas erlenmeyer 250 ml 3. Gelas erlenmeyer 100 ml 4. Tabung ukur 50 ml 5. Gelas beker 250 ml 6. Gelas beker 50 ml 7. Hot plate 8. Pipet tetes 9. Alat titrasi 10. Kalkulator 11. Log Sheet
56
- Bahan 1. CPO 5 gr 2. Isoprop il alkohol (IPA) 50 ml 3. Indikator PP 1 % 4. Natrium hidroksida 0,0996 N 4. Prosedur Kerja 1. Timbang sampel minyak sebanyak 5 gr dengan gelas beker 50 ml. 2. Sebelumnya, buatlah larutan IPA 50 ml, 3 tetes indikator pp 1 % dan 1 tetes normalitas NaOH, goyangkan hingga berwarna ungu. 3. Lalu tuang kedalam sampel minyak yang telah ditimbang. 4. Panaskan minyak dengan hot plate hingga mendidih dengan suhu 50 oC sampai homogen. 5. Setelah itu angkat dan tambahkan 3 tetes indikator PP 1 %. 6. Titrasi dengan normalitas NaOH. 7. Titrasi diakhiri dengan jika minyak tadi sudah berwarna merah jingga tetap ± 30 detik. 8. Hitung kandungan ALB minyak tersebut. Rumus :
5. Hasil yang dicapai Kadar ALB minyak didapatkan dengan cara, contoh :
57
Banyak ml titrasi NaOH yang digunakan adalah 3,5 ml dan berat sampel adalah 5,102 gr dan normalitas NaOH adalah 0,0969. ALB
: 25,6 x 0,0969 x 3,5 x 100 % 5,102 :1,701
6. Pembahasan Dari hasil analisa yang telah dilakukan untuk mengetahui kandungan ALB didapatkan hasil kandungan ALB memenuhi standar pabrik yaitu 3%. PT.Telen, Bukit Permata Mill kandungan ALB termasuk dalam kategori premium yaitu sangat baik karena di bawah 3 % dan mencapai kandungan hanya 1 %. Persentasi kadar ALB cukup baik karena pengawasan kualitas yang sangat ketat dan upaya-upaya yang dilakukan agar kualitas CPO dapat maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pencucian rutin storage tank sebagai tempat penyimpanan CPO. b. Analisa Kadar Air 1. Tujuan Analisa kadar air ini bertujuan untuk mengukur kandungan kadar air pada CPO yang dihasilkan. 2. Dasar teori Air dalam minyak terjadi karena proses alami pada saat pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Pada
58
dasarnya air yang terdapat pada minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering pada suhu 105°C (Nurhaeni, 2012). 3. Alat dan Bahan - Alat 1. Oven 2. Desikator 3. Gelas beker 50 ml 4. Log sheet 5. Kalkulator 6. Pen jepit 7. Neraca analitik - Bahan 1. Minyak CPO 20 gr 4. Cara kerja 1. Timbang wadah lalu netralkan. 2. Timbang sampel (W1) CPO sebanyak 20 gr dan tuang ke dalam gelas beker 50 ml. 3. Masukkan ke dalam oven selama 4 jam. 4. Ambil menggunakan penjepit dan masukkan ke dalam desikator selama 30 menit. 5. Timbang sampel kering (W2) dan catat perhitungannya. Rumus :
59
Dimana : W1 : berat wadah W2 : berat sampel dan wadah basah W2 : berat sampel dan wadah kering 5. Hasil yang dicapai Misalkan : W1 :
87,7504
W2 :
107,8155
W3 :
107,7874
maka kandungan airnya : % kadar air = (107,8155 - 87,7504) - (107,7874 - 87,7504) x 100 (107,8155 – 87,7504) = 20,0651 – 20,0370 x 100 20,0651 = 0,14 % 6. Pembahasan PT. T elen Bukit Permata Mill memiliki standar mutu CPO yang ditentukan pabrik menyebutkan nilai kadar air yaitu < 0,15 %, dari hasil yang didapatkan dari perhitungan persentasi kadar air, pabrik memiliki kadar air CPO yang baik karena nilai dibawah standar. Hasil aktual pabrik dari pengujian yang dilakukan, rata-rata kadar air yang didapatkan adalah 0,09 %. Persentasi kadar air cukup baik karena pengawasan kualitas yang sangat ketat dan upaya-upaya yang dilakukan agar kualitas CPO dapat maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pencucian rutin storage tank sebagai tempat penyimpanan CPO.
60
c. Analisa Kadar Kotoran 1. Tujuan Analisa kadar air ini bertujuan untuk mengukur kandungan kadar kotoran pada CPO yang dihasilkan. 2. Dasar teori Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalamn-hexane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut (Naibaho, 1998). 3. Alat Dan Bahan - Alat a. Oven b. Petridish atau cawan porcelin 75x25 mm c. Neraca analitik d. Desicator e. Crusible f. Kertas saring -
Bahan a. Minyak kelapa sawit (CPO)
4. Prosedur Kerja 1. Tempatkan glass fibre filter dalam gooch crucible dan panaskan selama 35 menit pada temperatur 103°C dalam oven konvesional lalu dinginkan di dalam desikator selama 30 menit. 2. Timbang gooch crucible kering berisi glass fibre filter.
61
3. Untuk pengujian % kadar kotoran sampel minyak diambil dari sampel pengujian kadar air. 4. Tambahkan hexane, suling dan aduk hingga homogen. 5. Tuangkan larutan campuran minyak dan hexane ke dalam crucible dan gunakan pompa vacuum untuk mengisap campuran tersebut. 6. Lakukan pembilasan dengan hexane suling sampai keseluruhan minyak dan kotoran telah dipindahkan. 7. Pindahkan crucible dan bersihkan bagian luarnya dengan kertas tissue, lalu keringkban dalam oven pada suhu 103°C selama 60 menit lalu ditimbang (W5). Perhitungan : % kadar kotoran = 100 x [(W5 -W4) / (W2-W1) Dimana : a. W1 berat wadah sampel b. W2 berat sampel dan wadah basah c. W3 berat sampel dan wadah kering d. W4 berat Glooch crucible dan Glass fibre filter kosong e. W5 berat Glooch crucible dan Glass fibre filter dengan kotoran 5. Hasil yang dicapai PT.Telen, Bukit Permata Mill memiliki standar kadar kotoran yaitu 0,02 % dan standar kadar kotoran menurut SNI yaitu 0,5 %. 6. Pembahasan Hasil rata -rata persentase kadar kotoran yang dilakukan oleh pabrik setiap hari yaitu 0,01 %. Hal tersebut menandakan bahwa persentase kadar kotoran di pabrik cukup baik yaitu 0,02 % karena
62
masih berada di bawah standar pabrik dan SNI. Persentasi kadar kotoran cukup baik karena pengawasan kualitas yang sangat ketat dan upaya-upaya yang dilakukan agar kualitas CPO dapat maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pencucian rutin storage tank sebagai tempat penyimpanan CPO. 3.5.2.Analisis Inti Kelapa Sawit Inti sawit atau kernel yang sudah melalui proses pemisahan dari fibre dan cangkang serta pemasakan di kernel silo merupakan inti sawit produksi suatu pabrik pengolahan kelapa sawit. Terdapat 5 titik lossesl Inti Kelapa Sawit : 1) Fruit Losses Empty Bunch 2) Un Stripped Bunch 3) Fibrecyclone 4) LTDS 5) Hydrocyclone 1. Analisa k adar kotoran dan persentase pecah kernel a. Tujuan 1. Untuk mengetahui kadar kotoran dalam kernel produksi PT. Telen Bukit Permata Mill. 2. Untuk mengetahui kadar kernel pecah pada kernel produksi PT. Telen Bukit Permata Mill. b. Dasar teori Kadar kotoran inti sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kadar kotoran yang terdapat dalam inti sawit dapat ditentukan dengan cara
63
menimbang jumlah kotoran yang sudah dipisahkan dari contoh (Naibaho, 1998). c. Alat dan bahan - Alat : a. Timbangan b. Penggeru s - Bahan : a. Sample kernel sawit d. Prosedur kerja 1. Timbang sample kernel sawit 2. Sortir samp le kernel menjadi a. Kernel utuh b. Kernel pecah c. Nut utuh d. Nut pecah e. Cangkang f. Serabut 3. Pecahkan nut utuh dan nut pecah secara manual dengan hati-hati sehingga kernel tidah hancur 4. Timbang cangkang secara terpisah dalam katagori berikut a. Cangkang dan serabut (W2) b. Cangkang dari nut utuh (W3) c. Cangkang dari nut pecah (W4) d. Kernel pecah (W5) Perhitungan :
64
% Dirt : 100 x [(W2+W3+W4) / W1)] % Kernel Pecah : 100 x (W5 / W1) e. Hasil yang dicapai PT.Telen, Bukit Permata Mill memiliki standar kadar kotoran yaitu 6 % dan standar persentase pecah kernel pada ripple mill adalah 15 %. f. Pembahasan PT.Telen, Bukit Permata Mill dapat menghasilkan inti sawit atau kernel produksi rata -rata kadar kotoran adalah <6 % ini sesuai dengan standar mutu kernel yaitu 5%. Untuk persentasi inti sawit pecah pada inti kelapa sawit atau kernel yang dihasilkan yaitu <13% . Hal ini membuktikan bahwa mutu kadar kotoran dari Bukit Permata Mill dapat dikatakan baik karena memenuhi standar persentase pecah kernel yaitu , 15%. i.
Analisa k adar air kernel 1. Tujuan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar air dalam kernel yang dihasilkan PT.Telen, Bukit Permata Mill. 2. Dasar teori Air yang ada dalam inti sawit terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik dan waktu penimbunan. Air yang terdapat dalam kernel dapat ditentukan dengan cara pengeringan (Siregar 2011). Analisa kadar air inti
65
sawit mempunyai tujuan untuk mengetahui kada r air yang terkandung dalam inti sawit produksi. 3. Alat dan bahan - Alat : a. Gilingan kernel b. Oven c. Piring porselen kecil d. Neraca e. Desikator - Bahan : a. Kernel (inti sawit) 4. Prosedur kerja a. Hasil sortasi digerus secara manual dengan menggunakan mortar sampai kehalusan 5 mm b. Panaskan petri dish dalam oven dengan temperatur 105°C selama 30 menit, kemudian timbang (W1) c. Timbang kernel dalam crystalling dish (W2) d. Keringkan sampel dalam oven denga n setingan waktu 2 x 8 menit dengan interval 3 menit pada suhu 105°C e. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang (W3) Rumus : 100 x [(W2-W3) / (W2-W1)] Dimana : W1: berat wadah kering. W2 : berat sampel basah
66
W3 : berat sampel kering dan wadah e. Hasil yang dicapai PT.Telen, Bukit Permata Mill memiliki standar kadar air yaitu 5 %. f. Pembahasan PT.Telen, Bukit Permata Mill memiliki inti sawit atau kernel poduksi yang dihasilkan memiliki rata-rata kandungan kadar air <5%. Hal tersebut sudah membuktikan bahwa mutu kernel untuk kadar air dapat dikatakan baik karena memenuhi standar kadar air kernel yaitu 6 %.
67
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan Hasil praktek kerja lapang mulai tanggal 2 Maret sampai dengan 2 Mei 2014 didapatkan beberapa kesimpulan secara umum mengenai PT. Telen, Bukit Permata Mill adalah : 1. Berdasarkan teori yang diperoleh dari kampus dengan praktek yang dilakukan di pabrik PT. Telen, Bukit Permata Mill memiliki beberapa kesamaan, 2. PT.Telen dilakukan dengan melalui beberapa proses, mulai dari penimbangan, penerimaan buah, perebusan, penebahan, pemipilan, pengempa an, pelumatan, dan pemurnian minyak. 3. Setelah melakukan serangkaian kegitan praktik kerja lapang di PT. Telen, Bukit Permata Mill, mahasiswa dapat mengetahui standar mutu CPO dan kernel. Standar mutu minyak kelapa sawit : 4.4.2.1.1. CPO : ALB = 3,00 %, 4.4.2.1.2. kadar air = 0,15%, dan 4.4.2.1.3. kadar kotoran = 0,02 . Standar mutu Kernel : 4.4.2.1.3.1.1.1.
Kadar Air : 6,0%,
4.4.2.1.3.1.1.2.
Kadar kotoran 6,0%, dan
4.4.2.1.3.1.1.3.
Kernel pecah = 15,00%.
68
Data mutu CPO di pabrik adalah sebagai berikut : CPO …. Kernel …. Dengan demikian standar memenuhi. 4.2. Saran 1. Perlunya pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua karyawan karena masih kurangnya disiplin terhadap pemakaian alat pelindung diri (APD) , yaitu topi, sepatu safety, ear plug, dan masker.
69
DAFTAR PUSTAKA
Naibaho Ponten, 1998. Teknologi Pengolaha n Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Jakarta . Pahan Iyung, 2008. Manajemen Pengelolaan dan Pengolahan Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Nurhaeni. 2012. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. Setyamidjaja. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. Kasinius. Yogyakarta. Siregar, 2011. Pengolahan Kelapa. Wawancara Langsung Pada Saat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PTPN XIII. Semuntai. Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT. Ag ro Media Pustaka. Jakarta Selatan.
70
LAMPIRAN
Gambar 1. Jembatan Timbang ( Weight Bridge )
Gambar 2. Penuangan TBS di Hopper Loading ramp
Gambar 3. Penggradingan TBS
71
Gambar 4. Buah Mentah
Gambar 5. Buah Matang
Gambar 6. Buah Lewat Matang
72
Gambar 7. Janjang Kosong
Gambar 8. Buah Abnormal
Gambar 9. Pengisian TBS ke dalam Lori
73
Gambar 10. Sterilizer
Gambar 11. Tippler
Gambar 12. Thresher
74
Gambar 13. Digester dan Press
Gambar 14. Screw Press
Gambar 15. Vibrating Screen
75
Gambar 16. Crude Oil Tank (COT)
Gambar 17. Continous Settlink Tank (CST)
Gambar 18. Sludge Tank
76
Gambar 19. Vaccum Dryer
Gambar 20. Sludge Recovery Tank
Gambar 21. Nut Silo
77
Gambar 22. Ripple Mill
Gambar 23. Rotary Drum Screen Hydrocyclone
Gambar 24. LTDS (Light Tenera Dry Saparator)
78
Gambar 25. Kernel Silo
Gambar 26. Pengarungan Inti Sawit
Gambar 27. Penjahitan Karung Inti Sawit
79
Gamba r 28. Penyimpanan Inti Sawit
Gambar 29. Pengambilan Sampel CPO
Gambar 30. Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
80
Gambar 31. Penimbangan Sampel
Gambar 32. Bahan Analisa Asam Lemak Bebas
Gambar 33. Vaccum Pump
81
Gambar 34. Oven
Gambar 35. Kolam Limbah 1
Gambar 36. Kolam Limbah 8
82
Gambar 37. Kolam Limbah Cadangan