PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal: Identifikasi Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Zat Dengan Menggunakan Instrumen Tiga Tingkat (Three-tier test) Pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Model Limboto Oleh : Sri Ayu Saputri Daud Telah diperikasa dan disetujui
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dr. Lukman A.R Laliyo, M.Pd, MM NIP.19691124 199403 1 001 003
Julhim S. Tangio, M.Pd NIP.19750828 200812 2
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr. Akram Lakilo, M.Si NIP. 19600215 198803 1 001
1
JURNAL PENELITIAN : 2014 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN WUJUD ZAT DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES TIGA TINGKAT(THREE-TIER TEST) PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI MODEL LIMBOTO Sri Ayu Saputri Daud1, Lukman A.R Laliyo2, Julhim S. Tangio3 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui gambaran tingkat pemahaman konsep perubahan wujud zat siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto yang terkait dengan konsep-konsep yang tidak dipahami siswa dan kesalahan-kesalahan konsep yang dialami siswa, dan (2) Persentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto yang berjumlah 250 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 siswa yang diambil dengan tekhnik purposif sampling yang terdiri dari kelas VII1, VII4 dan VII8. Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes tiga tingkat (Three-tier test) yang terdiri dari 15 item soal. Hasil uji instrumen tes diperoleh tingkat validasi isi sebesar 93,3% dan reliabilitas 0,77.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada konsep perubahan wujud zat yaitu untuk siswa kelas VII1 termasuk dalam kategori rendah yakni 45,5%, kelas VII4 32,5% termasuk dalam kategori sangat rendah, dan untuk kelas VII8 25,1% termasuk dalam kategori sangat rendah. Persentase rata-rata jawaban benar siswa secara keseluruhan adalah 34,4%, hal ini menunjukkan gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto termasuk dalam kategori sangat rendah. Dari 9 indikator yang diujikan ditemukan 34,4% siswa yang dikategorikan paham konsep, 34,5% siswa yang dikategorikan tidak paham konsep dan 30,8% siswa yang dikategorikan miskonsepsi.1 KataKunci: PemahamanKonsep,InstrumenThree-Tier Test, KonsepPerubahan Wujud Zat
1
Sri Ayu Saputri Daud, 441410065, Jurusan Kimia, Prodi Pend. Kimia Fakultas MIPA Pembimbing I Dr. Lukman A.R Laliyo, M.Pd, MM 3 Pembimbing II Julhim S. Tangio, S.Pd, M.Pd 2
2
PENDAHULUAN Pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang dalam mengetahui atau memahami, menganalisis, membedakan, memberikan contoh, menerapkan, menuliskan kembali dan menyimpulkan suatu konsep yang telah dipelajari sebe lumnya. Menurut Sudjiono (1996) pemahaman adalah kemamuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dalam pembelajaran pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep serta fakta yang diketahuinya sehingga mampu menjelaskan, mendemontrasikan, memberikan contoh dan menggunakan konsep yang telah dipelajari dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Gabel menyatakan bahwa konsep yang sulit dapat menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Setiap siswa memiliki konsepsi awal yang dibawa siswa kedalam kelas sebelum memberikan konsep atau informasi baru agar konsep yang diberikan dapat dengan mudah diterima dalam struktur kognitif siswa dan tidak terjadi miskonsepsi pada siswa (dalam Rahmaningsih, 2013). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pemahaman siswa diantaranya dengan tes pilihan ganda dan wawancara diagnosis. Namun, kedua cara tersebut belum mampu mengidentifikasi pemahaman siswa dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tidak mampu menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan karena tidak memahami konsep dan mengalami miskonsepsi. Tes pilihan ganda dapat dengan mudah diberikan kepada siswa dalam jumlah besar, objektif dan mudah dianalisis, namun soal pilihan ganda tidak dapat menyelidiki jawaban siswa lebih dalam. Wawancara diagnosis dapat digunakan untuk menyelidiki konsepsi siswa lebih dalam, namun tidak dapat diberikan kepada siswa dalam jumlah yang besar, tidak dapat dianalisis dengan mudah dan terlalu banyak memakan waktu. Salah satu cara yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep siswa adalah Three-Tier Test. Three-Tier Test yaitu soal pilihan ganda dengan tiga tingkat pertanyaan dimana tingkat pertama menanyakan materi, tingkat kedua meanyakan alasan dari jawaban tingkat pertama, dan tingkat ketiga berupa indeks keyakinan siswa dalam menjawab. Kelebihan dari instrumen Three-Tier Test adalah dapat mengidentifikasi pemahaman konsep peserta didik dengan mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu, dapat mengetahui kemungkinan peserta didik yang menjawab salah karena mengalami miskonsepsi atau tidak memahami materi. Instrumen Three-Tier Test ini telah digunakan oleh beberapa peneliti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Haki Pesman (2005) pada konseparus listrik, yang berjudul “Development Of a Three-TierTest To Assess Ninth Grade Students’ Misconceptions About SimpleElectric Circuits”, penelitian Dindar & Gerban (2011) pada konsep asam basa yang berjudul “Development ofA Three-Tier Test To Assess High School Students’ Understanding of Acids and Bases”. Hasil dari penelitian ini adalah tes three-tier lebih efektif dalam menilai pemahaman siswa daripada tespilihanganda karena tes three-tier dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsidengan menganalisis tingkatan (Salirawati, 2010). 3
Salah satu materiyang menimbulkan miskonsepsi adalah materi perubahan wujud zat.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bucat dan Fenshan (1995)menunjukkan bahwa siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami konsep perubahan wujud dan sifat materi pada tingkat makroskopis dan mikroskopis.(Laliyo, 2010). Berdasarkan hasil penelitianLaliyo (2010) tentang konsep perubahan wujud zat menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memiliki konstruksi pemahaman yang benar tentang perubahan wujud zat, ditinjau dari konsepsinya tentang ukuran partikel (21,4%), berat partikel (27,3%), jarak antar partikel (53,5%), dan gerak partikel (53,5%). METODE PENELITIAN Latar Penetapan Lokasi Penelitian MTs Negeri Model Limboto adalah salah satu sekolahdi Kabupaten Gorontalo dengan jumlah tenaga pengajar secara keseluruhan 40 orang.Jumlah kelas 25 ruangan, dan jumlah siswa secara keseluruhan 800 siswa dimana jumlah perkelas31 siswa, untuk kelas VII terdiri dari delapan kelas dengan jumlah siswa 250. Sekolah ini memiliki 3 orang tenaga pengajar IPA. Sekolah ini merupakan tempat pelaksanaan penelitian dengan alasan karena sekolah ini berdasarkan hasil observasi pembagian kelasnya didasarkan pada peringkat, jadi penelitian ini akan mengidentifikasi pemahaman siswa pada kelas yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada konsep perubahan wujud zat. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan (Juli-September) mulai dari tahap persiapan sampai tahap penyusunan. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pemahaman konsep siswa pada materi perubahan wujud zat yang dijabarkan dalam kategori paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 250 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII1 yang berjumlah 31 siswa, siswa kelas VII4 yang berjumlah 29 siswa, dan siswa kelas VII8 yang berjumlah 24 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposif sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan. Menggunakan tekhnik purposif sampling dalam penelitian ini karena tujuan dari penelitian ini akan mengidentifikasi pemahaman konsep siswa yang berkemampuan tinggi yakni kelas VII1, siswa yang berkemampuan sedang yakni kelas VII4, dan siswa yang berkemampuan rendah yakni kelas VII8. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes tiga tiga tingkat (Three-tier test). Pada Three-tier test ini terdapat tiga tahap, tahap pertama berisi pertanyaan yang mengandung berbagai pilihan jawaban, tahap kedua berisi alasan-alasan yang mengacu pada jawaban-jawaban yang terdapat
4
pada bagian pertama, dan tahap ketiga berupa indeks keyakinan siswa dalam menjawab. Instrumen tes tiga tingkat dalam penelitian ini terdiri dari 9 indikator yang tersebar dalam 15 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu dilakukan verifikasi yang terdiri dari uji validitas dan uji rabilitas. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan makna data yang telah dikumpulkan dari sampel penelitian. Data yang akan dianalisis meliputi gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat dan persentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Adapuan analisis data yang dilakukan sebagai berikut a. Analisis Data Gambaran Tingkat Pemahaman Siswa Pada Konsep Perubahan Wujud Zat Data gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat diperoleh dengan menggunakan tes dalam bentuk three-tier test (tes tiga tingkat). Pada tes ini peneliti menganalisis data hasil penelitian secara deskriptif dengan menggunakan persamaan menurut Arikunto(2009: 245)sebagai berikut: X= b. Analisis Data Persentase Siswa pada Kategori Paham Konsep, Tidak Paham Konsep dan Misonsepsi Untuk mengetahui siswa yang yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi data yang dikumpulkan dari tes tiga tingkat (three-tier test) dianalisis dengan menggunakan tabel kategori tingkat pemahaman peserta didik berdasarkan jawaban three-tier test Tabel 1.Katgori tingkat pemahaman Tahap Pertama Benar
Tahap Kedua Benar
Tahap Ketiga Yakin
Benar
Benar
Tidak Yakin
Benar
Salah
Yakin
Benar
Salah
Tidak Yakin
Salah
Benar
Yakin
Salah
Benar
Tidak Yakin
Salah
Yakin
Salah
Tidak Yakin
Salah Salah
Kategori Paham Konsep TidakPaham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep
5
(Astari, 2012:5) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat, (2) konsep-konsep perubahan wujud zat yang belum dipahami siswa dengan baik, dan (3) mengetahui persentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan instrumen tes tiga tingkat (Three-Tier Test). Deskripsi dilakukan berdasarkan data perolehan jawaban siswa berkenaan dengan pemahamannya tentang konsep perubahan wujud zat. Berdasarkan data hasil penelitian dengan menggunakan instrumen tes tiga tingkat, persentase pemahaman konsep siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada materi perubahan wujud zat dalam tiga kategori tingkat pemahaman yaitu kategori paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2.Persentase Kategori Tingkat Pemahaman Berdasarkan Jawaban Siswa Pada Setiap Indikator Indikator Menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat Memberikan contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan seharihari Menjelaskan perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan kimia Menafsirkan Susunan partikel masing-masing zat Menjelaskan gerak partikel pada masingmasing wujud zat Menjelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan hasil pengamatan Mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari Menghitung massa jenis suatu zat Menggunakan konsep massa jenis untuk
Kelas VII1 M TM (%) (%)
Mi (%)
Kelas VII4 M TM (%) (%)
Mi (%)
Kelas VII8 M TM (%) (%)
Mi (%)
92
4,5
3,5
71
15,5
13,5
62,5
25
12,5
74,5
8
17,5
41,5
26
32,5
35,5
27
37,5
23
41,5
35,5
12
27,5
60,5
10
48
42
90
3
7
72
4
24
71
12
17
21
48
30,5
17
15
38
6
46
48
22,5
42
35,5
14
51,5
34,5
20,5
44
35,5
25,5
56,5
18
22
53,5
24,5
12,5
58
29,5
32
39
29
17
59
24
0
67
33
29
39
32
17
28
55
8
38
54
6
berbgai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari Rata-rata
45,5
31,3
23,2
Keterangan: M : Paham Konsep TM : Tidak Paham Konsep PEMBAHASAN
32,5
32,1
35,1
25,1
40,6
34,3
Mi : Miskonsepsi
a. GambaranPemahaman KonsepPerubahan Wujud Zat Siswa Kelas VII MTs NegeriModel Limboto Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk siswa kelas VII1 adalah 45,5 % termasuk dalam kategori tingkat pemahaman rendah, untuk siswa kelas VII4 adalah 32,5% termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah, dan untuk siswa kelas VII8 25,1 % termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah. Dimana rata-rata total keseluruhan siswa kelas VII adalah 34,4% , hal ini menunjukkan pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada materi perubahan wujud zat termasuk pada kategori sangat rendah. Gambaran tingkat pemahaman siswa berdasarkan kategori paham konsep pada konsep perubahan wujud zat ditinjau dari aspek daya serap yaitu sebagai berikut: 1. Konsep Zat dan Sifat-sifat Zat Daya serap siswa dalam menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat, rata-rata pemahaman siswayang dijadikan sampel penelitian adalah 75,2% termasuk dalam kategori pemahaman baik.Dalam menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat sebagian besar sudah memahami dengan baik konsep ini tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu membedakan contoh zat dan bukan zat. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa yang menyebutkan kapur tulis bukan merupakan contoh zat, padahal kapur tulis merupakan zat yaitu zat padat. Untuk siswa kelas VII1 sudah memahami dengan baik konsep ini dibandingkan dengan siswa kelas VII4 dan kelas VII8 yang tingkat pemahaman siswa cukup dimana beberapa siswa belum mampu membedakan sifat-sifat zat padat, zat cair an zat gas. 2. Konsep Perubahan Wujud Zat Daya serap siswa pada konsep memberikan contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari persentase rata-rata siswa yang menjawab benar yang dikategorikan paham konsepuntuk tiga kelas yang meupakan sampel penelitian adalah 50,5% artinya tingkat pemahaman siswa pada konsep termasuk pada kategori tingkat pemahaman rendah.Daya serap siswa dalam menjelaskan perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan perubahan kimia persentase jawaban benar siswa yang dikategorikan paham konsep untuk kelas VII1, VII4, dan VII8 masing-masing adalah 23%, 12% dan 10% termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah. Pada konsep ini siswa belum memahami dengan baik perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan perubahan kimia yakni contoh peristiwa yang 7
termasuk perubahan fisika dan perubahan kimia, tidak memahami pengertian perubahan fisika dan perubahan kimia, dan tidak memahami dengan baik contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari yakni contoh peristiwa menyublim yaitu perubahan zat padat menjadi zat gas dan contoh peristiwa pengembunan yaitu perubahan dari gas menjadi cair, kecuali untuk siswa kelas VII1 sebagian besar telah memahami konsep ini, tetapi masih ada juga beberapa siswa belum mampu menyebutkan contoh peristiwa pengembunan. 3. Konsep Partikel zat Daya serap siswa dalam menafsirkan susunan partikel pada masingmasing zat memiliki daya serap untuk kelasVII1 adalah 90 % termasuk dalam kategori pemahaman baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memahami konsep tentang menafsirkan susunan partikel pada masing-masing zat, dan untuk kelas VII4 dan kelas VII8 memiliki daya serap masing-masing 72% dan 71% termasuk dalam kategori pemahaman cukup pada konsep ini.Daya serap siswa tentang gerak partikel padamasing-masing wujud zat persentase rata-rata untuk tiap kelas termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah yaitu, kelas VII1persentase rata-rata jawaban benar siswa yang dikategorikan paham konsep adalah 21%, kelas VII8persentase rata-rata jawaban benar siswa adalah 17% dan kelas VII8 persentase rata-rata jawaban benar siswa adalah 6%.Hal ini menunjukkan bahawa siswa belum mampu memahami konsep gerak partikel pada masing-masing wujud zat dengan baik. 4. Kohesi Adhesi Daya serap siswa pada konsep mejelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan hasil pengamatan termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah dimana rata-rata perolehan jawaban benar siswa untuk setiap kelas yang dikategorikan paham konsep yaitu, persentase jawaban benar siswa kelas VII1 22,5%, untuk siswa kelas VII4 persentase jawaban benar siswa adalah 14%, dan untuk kelas VII8 yang daya serapnya 20,5%. Pada konsep ini sebagian besar siswa tidak memahami dengan baik, hal ini tunjukkan dari jawaban siswa yang belum mampu menjelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan contoh, dan tidak memahami contoh peristiwa yang menunjukkan adhesi lebih besar dari kohesi. 5. Kapilaritas Pada konsep ini kemampuan yang diukur adalah mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari. Daya serap siswa dalam mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari presentase rata-rata untuk masing-masing kelas adalah kelas VII125,5% termasuk pada kategori pemahaman sangat rendah dan persentase untuk kelas VII4 22%, dan kelas VII812,5% termasuk kategori pemahaman sangat rendah pada konsep ini.Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari dan pengertian kapilaritas, dan tidak memahami kapilaritas pada raksa (Hg), dengan tidak mampu menunjukkan gejala kapilaritas raksa (Hg) pada beberapa pipa kapiler yang berbeda ukuran dan saling berhubungan. 6. Massa Jenis Daya serap siswa menghitung massa jenis suatu zat termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah dimana perolehan jawaban benar siswa yang
8
dikategorikan paham konsep yaitu kelas VII1 32%, untuk kelas VII4 17%, dan untuk kelas VII8 tidak ada satupun siswa yang mampu menjawab soal pada konsep ini. Hal ini menunjukan siswa tidak memahami konsep yakni menghitung massa jenis suatu zat. Daya serap siswa dalam menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari memiliki daya serap kategori pemahaman sangat rendah dimana persentase jawaban benar siswa untuk kelas VII1, kelas VII4, dan kelas VII8 masing-masing adalah 29%, 17%,dan 8%. Hal ini menunjukkan pemahaman pada konsep masih sangat rendah. Pada konsep ini sebagian besar siswa kelas VII1 dan kelas VII8 tidak mengetahui rumus mencari massa jenis, ada beberapa siswa yang mengetahui rumus massa jenis tetapi tidak mampu mengaplikasikan rumus pada contoh soal, tidak memahami cara menkonvrensi satuan dan tidak memahami penggunaan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan seharihari yakni pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari, dan untuk siswa kelas VII1 sebagian besar mengetahui rumus massa jenis dan mampu mengaplikasikan rumus pada contoh soal tetapi tidak memahami cara menkonvrensi satuan dan belum memahami dengan baik pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari. b. Pola-pola Jawaban Siswa yang di Kategorikan Tidak Paham Konsep Dan Miskonsepsi Siswa Kelas VII MTs Negeri Model Limboto Pada Materi Perubahan Wujud Zat
Presentase Siswa Yang Menjawab Salah (%)
Pola-pola jawaban siswa yang dikategorikan tidak paham konsep dan miskonsepsi dapat diketahui dengan memperhatikan pola jawaban yang diberikan pada setiap butir soal pada three-tier test. Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas VII MTs Negeri Model Limbotopada materi perubahan wujud zat ditemukan siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 30,9 % dan siswa yang tidak paham konsep adalah 34,6% dari 9 indikator yang diukur. Persentase siswa yang menjawab salah pada konsep perubahan wujud zat dengan menggunakan tes tiga tingkat dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. 60 40 20 0
31,3
32,1
23,2
35,1
40,6 34,3
Tidak Memahami Miskonsepsi
Kelas Kelas Kelas VII-1 VII-4 VII-8
Kelas
Kecenderungan kesalahan pemahaman atau miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada setiap indikator yang diujikan diuraikan sebagai berikut: Kemampuan Menjelaskan Pengertian Zat dan Sifat-sifat Zat
9
Berdasarkan hasil jawaban siswa pada three-tier test yaitu siswa sebagian besar telah memahami konsep ini tetapi ada beberapa siswa yang menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni pertanyaan tentang contoh yang tidak termasuk zat tetapi menjawab dengan benar tier (tingkat) kedua yakni alasan tentang konsep zat yaitu zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memilik massa. Siswa menyebutkan atau memahami bahwa kapur tulis bukan merupakan contoh dari zat karena kapur tulis tidak menempati ruang, padahal jawaban yang sebenarnya kapur tulis merupakan contoh dari zat karena kapur tulis menempati ruang dan memiliki massa.Kecenderungan kesalahan pemahaman siswa dalam menjelaskan sifat-sifat zat cair berdasarkan pernyataan yang diberikan siswa menjawab bahwa zat cair memiliki sifat yakni volumenya berubah dan bentuk tetap. Memberikan Contoh Perubahan Wujud Zat dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari yakni peristiwa mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari sebagian besar sudah memahami dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang cenderung menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni perubahan wujud zat yang terjadi pada kapur barus dan menjawab benar pada tier (tingkat) kedua yakni alasan tentang konsep perubahan wujud zat yang terjadi pada kapur barus dan menjawab yakin pada tier (tingkat) ketiga. Kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa yaitu siswa memahami bahwa peristiwa mengecilnya kapur barus disebabkan oleh peristiwa melebur dan ada juga yang menjawab peristiwa menguap, dengan alasan perubahan wujud zat padat menjadi gas. Padahal jawaban yang seharusnya peristiwa tersebut merupakan peristiwa menyublim yaitu perubahan zat padat menjadi zat gas. Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman siswa dalam menyebutkan contoh peristiwa pengembunan terdapat dua tipe jawaban dimana siswa pada tipe jawaban pertama, siswa cenderung menjawab contoh dari peristiwa pengembunan adalah air yang dipanaskan mendidih, dengan alasan peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas, padahal jawaban sebenarnya air yang dipanaskan mendidih merupakan peristiwa penguapan yaitu perubahanwujud dari zat cair menjadi gas. Pada tipe jawaban kedua siswa menyebutkan contoh peritiwa pengembunan adalah gelas yang berisi air es dan pada dinding luar gelas teramati ada titik-titik air dengan alasan yaitu peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas.Alasan yang seharusnya yakni pengembunan merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Kemampuan Menjelaskan Perubahan Wujud Zat Berdasarkan Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia kecenderungan kesalahan pemahaman dalam menyebutkan contoh perubahan fisika yaitu siswa menyebutkan atau memahami contoh peristiwa perubahan fisika adalah besi berkarat dengan alasan perubahan fisika adalah perubahan yang disertai dengan terbentuknya zat baru, padahal jawaban yang sebenarnya contoh peristiwa perubahan fisika adalah es mencair dengan alasan perubahan fisika adalah perubahan yang tidak disertai dengan terbrntuknya zat baru. Konsep yang sebenarnya besi berkarat bukan merupakan contoh perubahan fisika tetapi merupakan peristiwa perubahan kimia karena perubahan besi menjadi besi berkarat tebentuk zat baru yakni logam besi (Fe) mengikat oksigen (O) sehingga menghasilkan karat . Reaksinya sebagai berikut:
10
2Fe(s) + O2(g) + 4 H+ 2 Fe2+ (s) + 2H2O(l) Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep ini berdasarkan jawaban pada three-tier testyaitu pada tier (tingkat) pertama siswa memahami bahwa kertas yang dibakar menghasilkan nyala api dan asap, reaksi akhir yang terbentuk adalah abu merupakan perubahan secara fisika dengan alasan perubahan yang disertai dengan terbentuknya zat baru padahal jawaban yang seharusnya bahwa kertas yang dibakar menjadi nyala api, dan asap, reaksi akhir yang terbentuk adalah abu merupakan peristiwa perubahan secara kimia dengan alasan peristiwa perubahan tersebut menghasilkan zat baru yaitu abu dan arang. Kemampuan Menafsirkan Susunan Partikel Pada Masing-masing Zat Konsep ini siswa sebagian besar telah memahami konsep ini dengan baik kecuali ada beberapa siswa yang mengalami kesalahan pemahaman. Kecenderungan kesalahan pemahaman berdasarkan gambar susunan partikel siswa memahami bahwa susunan partikel pada zat padat adalah partikel bebas bergerak kesegala arah. Kemampuan Menjelaskan Gerak Partikel Pada Masing-masing Wujud Zat Kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep ini yaitusiswa menjawab bahwa minyak kayu putih yang digosokan pada kulit, baunya dapat menyebar keseluruh ruangan membuktikan bahwa partikel-partikel zat dapat menyebar dengan alasan yaitu partikel-partikel bergerak bebas kesegala arah. Padahal jawaban yang seharusnya yaitu pada peristiwa tersebut membuktikan bahwa partikel-partikel zat dapat bergerak dengan alasan partikel-partikel bergerak bebas kesegala arah. Kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep perubahan jarak antar partikel suatu zat yaitu siswa menyebutkan atau memahami contoh dari perubahan jarak antar partikel adalah gula dicampur dengan air menjadi air manis dengan alasan yaitu jarak antar partikel zat pada zat padat lebih besar daripada jarak antar partikel zat pada zat cair. Meskipun siswa menjawab benar pada tier (tingkat) pertama tetapi siswa menjawab salah pada tier (tingkat) kedua yakni alasan dari jawaban tier pertama, alasan yang seharusnya yaitu jarak antara partikel zat pada zat padat cair lebih besar dari pada jarak antar partikel pada zat padat. Kemampuan Menjelaskan Perbedaan Kohesi dan Adheesi Berdasarkan Hasil Pengamatan Kecenderungan kesalahan pemahaman pada konsep ini berdasarkan jawaban pada three–tier test yaitu siswa menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni cat yang menempel secara sempurna pada dinding rumah merupakan peristiwa yang diakibatkan oleh kohesi, dan menjawab salah pada tier (tingkat) kedua yakni alasan dari jawaban tier pertama dengan alasan gaya tarik menarik antar partikel zat yang sejenis, dan menjawab yakin pada tier ketiga. Padahal jawaban yang seharusnya peristiwa tersebut merupakan adhesi dengan alasan gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis. Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa berdasarkan jawaban pada three-tier test pada soal nomor 11 yaitu siswa memahami bahwa tetesan air yang jatuh dipermukaan daun talas tidak menempel tetapi selalu tergelincir jatuh menunjukan adhesi lebih besar dari kohesi dengan alasan adhesi antara partikel air lebih besar daripada kohesi antara partikel air dan daun talas. Padahal jawaban
11
yang seharusnya kohesi lebih besar dari adhesi alasannya kohesi antara partikel air lebih besar daripada adhesi antara partikel air dan daun talas. Dari jawaban siswa dapat diketahui bahwa siswa memahami dengan baik perbedaan kohesi dan adhesi tetapi tidak memahami dengan baik partikel-partikel yang sejenis dan partikel-partikel yang tidak sejenis sehingga tidak mampu membedakan peristiwa yang menunjukan kohesi dan adhesi. Kemampuan Mengaitkan Peristiwa Kapilaritas Dalam Kehidupan Seharihari Padakonsepkapilaritas kesalahan pemahaman yang dialami siswa pada soal nomor 12 berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan yang menunjukan gejala kapilaritas siswa memahami bahwa gejala kapilaritas adalah (1) naiknya air tanah kedaun melalui pembulu akar, (2) tubuh mengeluarkan keringat ketika beraktifitas berat seperti olahraga, dan (3) tumbuhnya lumut di dinding tembok rumah. Dengan alasan kapilaritas adalah peristiwa naiknya zat cair melalui pembuluh kecil (pipa kapiler), padahal jawaban sebenarnya contoh dari gejala kapilaritas adalah: (1) kemampuan menyerap cairan pada beberapa benda seperti kain kering dan tissue, (2) naiknya air tanah kedaun melalui pembulu akar, (3) tumbuhnya lumut di dinding tembok rumah, dengan alasan kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunya zat cair melalui pembuluh kecil (pipa kapiler). Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa pada konsep kapilaritas pada raksa (Hg) berdasarkan gambar ketika raksa (Hg) ditempatkan pada beberapa pipa kapiler yang saling berhubungan tetapi memiliki perbedaan ukuran pipa yaitu siswa memahami bahwa raksa yang berada pada pipa kapiler akan semakin turun karena adhesi lebih besar daripada kohesi raksa dengan pipa kapiler. Padahal jawaban yang seharusnya raksa yang berada pada pipa kapiler akan semakin turun karena kohesi raksa lebih besar daripada adhesi raksa dengan pipa kapiler. Kemampuan Menghitung Massa Jenis Suatu Zat Kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa dalam menghitung massa jenis berdasarkan gambar sebuah kubus siswa menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni menghitung massa jenis benda tetapi menjawab benar pada tier (tingkat) kedua yakni persamaan massa jenis adalah ρ= . Artinya siswa mengetahui persamaan massa jenis tetapi tidak mampu mengaplikasikan persamaan massa jenis pada soal yang diberikan dimana siswa tidak memahami cara mengkonvrensi satuan. Menggunakan Konsep Massa Jenis Untuk Berbagai Penyelesaian Masalah Dalam Kehidupan Sehari-hari Kecenderungan kesalahan pemahaman dalam menggunakan massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hariyaitu siswaumumnya menjawab bahwa aluminium yang digunakan sebagai bahan paduan logam (alloy) pada industri pembuatan pesawat terbang karena aluminium memiliki massa jenis besar dan bahannya kuat dengan alasan aluminium memiliki massa jenis yang lebih besar daripada logam lainnya dan bersifat ringan. Padahal jawaban yang seharusnya aluminium memiliki massa jenis kecil dan bahannya kuat dengan alasan aluminium memiliki massa jenis lebih kecil daripada logam lainnya dan bersifat ringan. 12
Berdasarkan jawaban siswa dapat diketahui pada indikator ini siswa tidak memahami dengan baik pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari dan tidak memahami penggunaan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada konsep perubahan wujud zat yaitu untuk siswa kelas VII1 termasuk dalam kategori rendah yakni 45,5%, kelas VII4 32,5% termasuk dalam kategori sangat rendah, dan untuk kelas VII8 25,1% termasuk dalam kategori sangat rendah. Persentase rata-rata jawaban benar siswa secara keseluruhan adalah 34,4%, hal ini menunjukkan gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto termasuk dalam kategori sangat rendah. Adapun konsep-konsep yang tidak dipahami siswa dan mengalami miskonsepsi yaitu konsep perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan kimia, contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari, partikel zat, perbedaan kohesi dan adhesi, kapilaritas, menghitung massa jenis suatu zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Persentase rata-rata siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto berdasarkan tiga kategori tingkat pemahaman adalah 34,4% siswa yang dikategorikan paham konsep, 34,5% siswa dikategorikan tidak paham konsep dan 30,8% siswa yang dikategorikan miskonsepsi. Saran 1. Melihat tingkat pemahaman siswa yang sangat rendah dan cenderung mengalami kesalahan pemahaman atau miskonsepsi dalam memahami konsep perubahan wujud zat, guru dapat mengantisipasinya dengan memberi penekanan pada konsep-konsep yang cenderung belum dipahami dengan baik dan merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar dapat memperbaiki dan mengurangi terjadinya kesalahan pemahaman konsep. 2. Mengingat keterbatasan yang ada dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada konsep perubahan wujud zat dengan menggali secara mendalam sebab-sebab tingkat pemahaman siswa sangat rendah dan terjadinya miskonsepsi dalam memahami konsep perubahan wujud zat. 3. Melihat tingginya persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa harus segera dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh guru dan pihak-pihak terkait yang akan melakukan penelitian untuk mencegah terjadinya miskonsepsi yang berkesinambungan DAFTAR PUSTAKA
13
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Press
Astari, Dewi Riana. 2012. Pengembangan Trhee-Tier Test Sebagai Instrumen Dalam Identifikasi Miskonsepsi Konsep Atom, Ion, dan Molekul. Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta. Laliyo, AR. Lukman. 2010. Model Mental Siswa Dalam Memahami Materi Perubahan Wujud Zat. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Rahmaningsi, Ria, Priyetno, Yahmin. 2013. Menggali Pemahaman Konsep Siswa Madrasah Aliyah X Tentang Keperiodikan Unsur Dengan Menggunakan Instrumen Diagnostic Two- Tier. Universitas Negeri Malang. Malang. Salirawati, Das. 2010. Pengembangan Model Instrumen Pendekteksi Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi.Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.
14