1
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF MODELING THE WAY UNTUK MENINGKATKAN ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TEMA CITA-CITAKU DI KELAS IV SDN NO.80 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO
Oleh Silvoni Palowa Dra. Hakop Walangadi, M.Si, Muchtar Ahmad, s.Pd, M.Si1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, 2014
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini Apakah penggunaan model pembelajaran aktif modeling the way dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik belajar siswa tema cita-citaku. pada pelajaran IPS di kelas IV SDN No.80 Kota Tengah Kota Gorontalo? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan apek kognitif, afektif dan psikomotorik belajar siswa pada pelajaran IPS tema citacitaku melalui model pembelajaran modeling the way di kelas IV SDN No.80 Kota Tengah. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus yang diawali dengan observasi awal. hasil observasi awal rata-rata siswa yang tuntas hanya sebesar 42% meningkat pada siklus I menjadi 45,45%, namun belum mencapai standar yang ditentukan. Pada siklus II terjadi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar yaitu sebesar 90,91% dengan daya serap seluruh siswa mencapai 91,21%. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan,ternyata dapat dicapai pada siklus 2. Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran aktif modeling the way mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa pada pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku di SDN No.80 Kota Tengah.. Kata Kunci: Aspek Kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa dan Model Pembelajaran Modeling the way
1
Silvoni Palowa Mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Hakop Walangadi, M.Si selaku Dosen Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo dan Muhtar Ahmad, S.Pd, M.Si selaku Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo
2
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai hasil belajar siswa pada seluruh aspek yang termuat dalam muatan kurikulum 2013. Khusus untuk muatan pengetahuan, pemerintah menganjurkan sistem pembelajaran metode tematik integratif. Namun pada implementasi di lapangan, masih terdapat beberapa siswa memiliki hasil belajar pada aspek pengetahuan yang rendah. Di Provinsi Gorontalo khususnya di SDN 80 Kota Tengah yang merupakan salah satu sekolah sasaran kurikulum 2013, terlihat pada observasi awal bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran IPS tema cita-citaku masih rendah. Berdasarkan fakta yang ditemui di lapangan khususnya di kelas IV SDN No.80 Kota Tengah pada pembelajaran muatan Ilmu Pengetahuan Sosial tema cita-citaku, hasil observasi menunjukkan bahwa dari 33 orang siswa yang belum memiliki hasil belajar yang baik adalah 61% atau 17 orang, sedangkan yang telah mencukupi standar belajar yang ditetapkan hanya berkisar 39% atau 13 orang. Melihat kondisi seperti itu, maka dibutuhkan suatu strategi pembelajaran oleh guru sebagai pendidik dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap realita tersebut. Salah satu strategi yang diujicobakan dalam penelitian ini untuk menyajikan pelajaran IPS SD kelas IV tema cita-citaku yang mengantarkan siswa ke hal-hal yang lebih bermakna adalah dengan menggunakan metode metodeing the way. Dengan adanya pembelajaran yang menggunakan metode ini, diharapkan perhatian dan respon siswa akan terus dipelihara karena mereka diarahkan untuk memecahkan persoalan yang terkait dengan materi dihubungkan dengan kejadian di sekitarnya secara berkelompok. Slameto (2010:2) memandang bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam akhmadlabib (2010:14) mengemukakan bahwa belajar adalah perilaku. Hal-hal yang mempengaruhi naik turunnya respon belajar adalah; (a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, (b) Respon si pembelajar, (c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Djamarah dan Zain (2010:38) mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya. Mencermati beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan , maka belajar hanya di alami oleh siswa sendiri. Djamarah dan Zain (2010:42) mengemukakan bahwa fungsi belajar dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Fungsi Normatif, yaitu sejumlah nilai karakter yang didapat oleh siswa dari proses 3
belajar b. Fungsi Kompas, yaitu sebagai pedoman untuk melakukan sebuah perubahan c. Fungsi pengajaran, merupakan perwujudan aspek kognitif siswa Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya memiliki fungsi untuk perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar dalam kurikulum 2013 yang dinilai meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Begitu juga dengan pembelajaran IPS pada kurikulum baru ini. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik dalam kegiatan inti maupun dalam kegiatan evalusi harus mencakup ketiga ranah yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Slameto (2010: 15) mengemukakan bahwa strategi pengembangan hasil belajar siswa dbagi atas tiga ranah yaitu kgnitif, afektif dan psikomotorik. Strategi kognitif merupakan suatu proses mental yang aktif, dan berkenaan dengan mendapatkan, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Afektif adalah kemampuan yang tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan dan tidak tergantung hubungan verbal. Psikomotorik perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Abazariant (2012:1) mengemukakan bahwa ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu; (1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (syntesis), (6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu; (1) Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), (2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, (3) Valuing (menilai atau menghargai), (4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan), (5) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai. Susilawati (2013:5) dalam sebuah situs mengemukakan bahwa Blomm membagi ranah kemampuan seseorang menjadi 3 bagian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk ranah kognitif meliputi; (1) Pengetahuan (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, (6) Evaluation. Untuk ranah afektif meliputi kemampuan; (1) Menerima, (2) Menanggapi, (3) Bekerja sama, (4) Menganut, (5) Menghayati. Untuk ranah psikomotor meliputi kemampuan; (1) mengaktifkan, (2) mengoreksi, (3) melonggarkan, (4) mengalihkan. Berdasarkan pendapat paraahli tersebut,maka data disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik, sehingga dapat melihat skor yang didapat oleh siswa tersebut. Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk diketahui dalam proses belajar mengajar, fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengaplikasikan apa yang telah didapat. 4
Slavin (Metra, 2012:1) mengemukakan bahwa model pembelajaran modeling the way adalah suatu model pembelajaran yang berorientasikan pada siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam hal mendemonstrasikan. Depdikbud, Silberman (2011: 234) meyatakan bahwa model pembelajaran modeling the way memberikan siswa kesempatan untuk mempraktikkan, melalui peragaan dan keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Prihatiningsih (Jurnal Penelitian 2012:26) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal Dalam praktiknya, pendidik harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, serta kondisi pendidik itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan mengenai modeling the way. Sriyono (Prihatiningsih, 2012:29) Model pembelajaran modeling the way merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama,yakni sebuah metode dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peran tertentu sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat (sosial). Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif serta diberi bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil. kesimpulannya adalah model pembelajaran dapat dijadikan pedoman para pendidik untuk merencanakan, melakukan, mengolah, menilai, dan mengevaluasi aktivitas belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Situasi dan kondisi tersebut diantaranya adalah siswa, fasilitas, media, sarana dan prasarana sekolah serta kemampuan pendidik itu sendiri. Melalui model pembelajaran ini pendidik dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, gagasan, imajinasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan semua itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Dengan demikian, model pembelajaran modeling the way ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apa pun, namun yang paling tepat adalah untuk mata pelajaran yang berorientasi pada kinerja atau keterampilan. Haris (2012:2) mengemukakan bahwa model pembelajaran Modeling the Way memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu: (A) Kelebihan meliputi: (1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), (2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, (3) Proses pengajaran lebih menarik, (4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan,dan mencoba melakukannya sendiri, (5) Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan, (6) Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit, (7) Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar, (8) Siswa dapat
5
berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung, (b) kekurangannya meliputi; (1) Model pembelajaran ini memerlukan keterampilanguru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif, (2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik, (3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktuatau jam pelajaran lain, (4) Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa, (5) Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa. Prosedur modeling the way Silberman (2011: 234) menyatakan bahwa prosedur model ini yaitu sebagai berikut. a. Setelah berlangsungnya kegiatan belajar tentang topik tertentu, kenalilah beberapa situasi umum di mana siswa mungkin diharuskan menggunakan ketrampilan yang baru saja dibahas. b. Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok sesuai dengan jumlah peserta yang diperlukan untuk memperagakan skenario yang ada. Umumnya diperlukan dua atau tiga orang siswa. c. Berikan sub-sub kelompok itu waktu 10 hingga 15 menit untuk membuat skenario tertentu yang menggambarkan situasi umum. d. Sub-sub kelompok itu juga menentukan bagaimana mereka akan memperagakan ketrampilan itu kepada kelompok. Beri mereka 5 hingga 7 menit untuk mempraktikannya. e. Tiap sub kelompok akan mendapatkan giliran melakukan pemeragaan bagi siswa yang lain. Beri kesempatan adanya pemberian masukan setelah masing-masing pemeragaan selesai dilakukan. Suprijono (2012:115) langkah-langkah model pembelajaran Modeling the Way adalah sebagai berikut : 1) Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntun siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan. 2) Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. 3) Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat. 4) Berilah kepada siswa waktu 5-10 menit untuk menciptakan skenario kerja 5) Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih 6) Secara bergiliran tiap kelompok mendemonstrasikan kerja masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan
6
7) Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi Adapun kajian penelitian yang relevan dengan judul ini yaitu: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Modeling The Way Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Globalisasi oleh Deti Wienda Utaminingsih. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep Globalisasi pada siswa kelas IV SDN 02 Giriroto melui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modeling The Way. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus melalui empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Modeling The Way telah berhasil meningkatkan pemahaman konsep globalisasi pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Giriroto. Adapun hubungan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah keduanya mengkaji persoalan yang terjadi dalam pembelajaran dengan menelaah hakikat model pembelajaran modeling the way. Namun demikian, kedua penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang sementara dirancang dalam hal pengolahan data dan penyajian hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu jika dalam pelajaran IPS materi tema cita-citaku, guru menggunakan model pembelajaran metodeing the way maka aspekkognitif,afektif dan psikomotorik belajar siswa kelas IV SDN No.80 Kota Tengah akan meningkat. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah untuk hasil belajar siswa minimal 85% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas pada materi sajian dengan daya serap mencapai 75 %. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas IV SDN No 80 Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo tahun 2013.Waktu penelitian direncanakan selama 3 bulan yaitu bulan Januari sid Maret 2014. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 33 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 13 orang dan perempuan 20 orang dengan karakteristik dan kemampuan kognitif yang berbeda. Adapun variabel yang menjadi sasaran penelitian tindakan kelas ini guna menjawab permasalahan penelitian adalah sebagai berikut : a) Variabel Input berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar kerja siswa (LKS), Format pengamatan kegiatan guru dan siswa dan format penilaan berbasis saintifik belajar siswa setiap siklus b) Variabel proses berupa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran modeling the way 7
c) Variabel Output berupa meningkatnya hasil belajar siswa yang diukur melalui instrumen tes penelitian Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 4 langkah yaitu (1) Planning (Persiapan), (2) Action (Pelaksanaan), (3) Observation ( Pemantauan dan Pengamatan) dan (4) Reflection (Analisis dan Refleksi) Untuk mencari data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: Observasi, Tes,dan dokumentasi. Dalam menganalisis kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tema cita-citaku melalui model pembelajaran modeling the way digunakan berupa tes tertulis dan soal uraian dengan menggunakan batas skor berdasarkan prosentase dalam indikator kinerja. PEMBAHASAN Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah SDN No.80 KotaTengah yang terletak di lokasi perumahan Pulubula kecamatan Kota Tengah. Sekolah ini berstatus Negeri yang didirikan pada tahun 1982 dengan luas bangunan sekitar 2233 m2. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Hariyati Sanusi, S.Pd yang dibantu oleh 11 orang guru kelas dan 2 orang guru mata pelajaran PJOK dan Agama. Penelitian diawali dengan kegiatan observasi awal. Dari kegiatan observasi awal dilaksanakan tanggal 19 April 2014. Dalam kegiatan observasi awal ini dilakukan pengamatan terhadap aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku di kelas IV SDN No.80 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa: 1) Siswa terlihat kurang tertarik dengan mata pelajaran IPS tema cita-citaku, 2) Siswa memiliki ketiga aspek belajar di bawah standar yang ditetapkan, 3) Siswa pada umumnya kurang memahami materi dengan sistem pembelajaran yang monoton,sehingga pembelajaran tidak bermakna, (4) Sebagian siswa terlihat agak bingung dengan materi yang diajarkan karena menggunakan sistem tematik terpadu. Dari Kegiatan observasi awal diperoleh data bahwa dari 33 orang siswa yang belum memiliki hasil belajar yang baik adalah 61% atau 20 orang, sedangkan yang telah mencukupi standar belajar yang ditetapkan hanya berkisar 39% atau 13 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa perlu ada strategi untuk meningkatkan ketiga aspek belajar siswa melalui penelitian dan tahapan pada setiap siklus. Kegiatan siklus I dilaksanakan tanggal 23 April 2014. Kegiatan pada siklus I dilakukan dengan memperhatikan secara optimal kekurangan pada observasi awal. hasil penilaian terhadap aspek kognitif belajar siswa tersebut dengan menerapkan model pembelajaran aktif Modeling The Way di kelas IV pada siklus 1 dapat dijelaskan bahwa: a. Dari 33 Orang siswa terdapat 15 siswa atau 45,45% yang mencapai ketuntasan sesuai indikator kinerja yang ditentukan (nilai 75 ke atas) b. Dari 33 orang siswa, terdapat 18 siswa atau 54,55% yang belum mencapai ketuntasan c. Daya serap siswa secara keseluruhan mencapai 69,24%
8
1. Untuk aspek afektif dapat dijelaskan bahwa: Dari 33 siswa, terdapat 6 orang atau 18,18% telah menunjukan sikap tanggung jawab 2. Dari 33 siswa, terdapat 10 orang atau 30,30% telah menunjukan sikap jujur 3. Dari 33 siswa, terdapat 8 orang atau 24,24% telah menunjukan sikap tanggung jawab dan jujur 4. Dari 33 siswa, terdapat 5 orang atau 15,15% telah menunjukan sikap tanggung jawab,jujur dan berani 5. Dari 33 siswa, terdapat 4 orang atau 12,12 telah menunjukan sikap tanggung jawab, jujur, berani dan peduli Data tentang kemampuan psikomotor siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV tema cita-citaku dijelaskan bahwa dari 33 orang siswa, terdapat 7 orang atau 21,21% yang sudah memiliki kemampuan psikomotor di atas standar yang ditetapkan, sedangkan 26 orang atau 78,79 yang memiliki kemampuan psikomotor masih di bawah standar. Untuk kegiatan guru setelah diadakan kegiatan refleksi diperoleh beberapa hal yang harus diperbaiki yaitu; (1) Memeriksa kesiapan siswa, (2) Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, (3) Menyampaikan materi ajar sesuai dengan hierarki belajar, (4) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (5) Menguasai kelas, (6) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media, (7) Menggunakan media secara efektif dan efisien, (8) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, (9) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar, (10) Melaksanakan tindak lanjut (11) Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan materi ajar, (12) Melaksanakan pembelajaran secara runtut, (13) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah dialokasikan, (14) Menghasilkan pesan yang menarik, (15) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (16) Merespon positif partisiasi siswa, (17) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, (18) Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, (19) Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajarimedia pembelajaran Hasil penilaian terhadap aspek kognitif belajar siswa tersebut dengan menerapkan model pembelajaran aktif Modeling The Way di kelas IV dapat dijelaskan bahwa: a. Dari 33 Orang siswa terdapat 30 siswa atau 90,91% yang mencapai ketuntasan sesuai indikator kinerja yang ditentukan (nilai 75 ke atas) b. Dari 33 Orang siswa terdapat 3 siswa atau 9,09% yang belum mencapai ketuntasan d. Daya serap siswa secara keseluruhan mencapai 91,21%
9
Berdasarkan sistim penilaian pada kurikulum 2013, maka peneliti memberikan uraian tentang penilaian afektif yang dapat dijelaskan bahwa dari 33 siswa, hanya 1 orang atau 3,03% yang belum memiliki seluruh aspek pada penilaian afektif. Selain aspek kognitif dan afektif, diperoleh juga data tentang kemampuan psikomotor siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV tema cita-citaku dapat dijelaskan bahwa seluruh siswa di kelas IV telah memiliki kemampuan psikomotor di atas ketuntasan yang ditetapkan. Berdasarkan kegiatan refleksi dan umpan balik yang dilakukan antara guru dan pengamat disepakati untuk tidak melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya karena melalui tindakan yang dilaksanakan selama dua siklus mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Mata Pelajaran IPS tema cita-citaku pada kurikulum2013 diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan dalam kehidupan bermasyarakat terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak pada tumbuhnya semangat juang dan karakter yang membantu dalam menjalankan perannya di lingkungan masyarakat sebagai bangsa yang bermartabat. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN No.80 Kota Tengah menunjukkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan setelah dikenai tindakan melalui kegiatan siklus I dan siklus II. Jika pada pada observasi awal siswa yang memiliki aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar di atas standar ketuntasan yaitu hanya 42% atau sekitar 14 orang, maka setelah diadakan tindakan perbaikan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran aktif modeling the way pada materi yang sama, menunjukan peningkatan yakni siswa yang tuntas sebesar 45,5% atau sekitar 15 orang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi perubahan yang signifikan. Namun hal ini ternyata belum sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan sehingga diadakan tindakan selanjutnya yakni siklus II. Pada siklus yang ke II, terjadi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar dari siklus I yakni siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah sebanyak 30 orang atau 90,91% dengan kualifikasi guru dalam mengajar dalam kategori baik dan sangat baik yaitu 100% yang meliputi 24 aspek.
10
Berdasarkan uraian secara keseluruhan jelas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa rata-rata mengalami peningkatan setelah dikenai tindakan selama 2 siklus. Temuan penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku melalui model pembelajaran aktif modeling the way Jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan untuk dicapai pada penelitian, maka dengan hasil yang telah diperoleh sampai dengan akhir tindakan siklus II menunjukan bahwa indikator kinerja sudah dicapai. Berdasarkan hasil-hasil ini ternyata hipotesis penelitian tindakan teruji kebenarannya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif modeling the way mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa pada pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku di SDN No.80 Kota Tengah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi awal ratarata siswa yang tuntas hanya sebesar 42% meningkat pada siklus I menjadi 45,45%, namun belum mencapai standar yang ditentukan. Pada siklus II terjadi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar yaitu sebesar 90,91% dengan daya serap seluruh siswa mencapai 91,21%. SARAN Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran aktif modeling the way hendaknya digunakan guru untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku. 2. Penggunaan model pembelajaran aktif modeling the way dalam upaya untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku perlu dipersiapkan dengan baik sehingga memberikan kontribusi yang efektif bagi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa 3. Untuk memaksilkan hasil yang dicapai dalam penggunaan model model pembelajaran aktif modeling the way, maka guru perlu memahami prosedur atau tata cara dalam aplikasinya sehingga memberikan hasil yang optimal bagi peningkatan ketiga aspek belajar siswa.
11
DAFTAR PUSTAKA Abazariant.2012.
Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektifdan-psikomotor.html Afriki dkk, 2013. Buku Guru Tema 4 Berbagai Pekerjaan Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Djamarah Bahri Syaiful Drs dan Zain Aswan Drs. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dan Kebudayaan.2013. Panduan Teks Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013:Jakarta Haris Van. 2012. Modeling the Way. http:11in!o189.blogspot.com Metra Jaya. 2012. Metode pembelajaran Modeling the Way. http://metra2277.blogspot.com Prihatiningsih Anggun Sriastuti. 2012. Efektivitas metode modeling the way dalam Pembelajaran bermain drama pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Jatilawang Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2012/2013. UNES: Semarang Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi II. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Slameto, Drs. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta Silberman, Melvin L. 2011. Active Lerning 101 Strategies to Teach Any Subject. Bandung: Nusamedia. Siddiq Djauhar dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Suprijono Agus. 2012. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar:Yogyakarta Susilawati. 2013. Jurnal Pendidikan Volume XII Penerapan Model Cooperativ Learning dalam Meningkatkan Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor Siswa Pada Mata Pelajaran IPS bagi Guru-Guru SD Sekabupaten Serang UPI: Bandung Uno B Hamzah, M.Pd Dr. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan. PT Bumi Aksara: Jakarta. Utaminingsih wienda deti. 2014. Jurnal Penelitian volume 2 No 4. Jakarta: UNJ
12