PENGARUH ARUS KAS BEBAS, COLLATERAL ASSETS DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia) Oleh : SANSAN AWALUDIN SANJAYA NPM 123403196 Dibawah bimbingan : H. Maman Suherman, S.E., M.M., Ak., CA R. Neneng Rina Andriani, S.E., M.M., Ak., CA ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana arus kas bebas, collateral Asset, profitabilitas dan kebijakan dividen., bagaimana pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan dividen secara parsial. bagaimana pengaruh collateral Asset terhadap kebijakan dividen secara parsial, bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen secara parsial, bagaimana pengaruh arus kas bebas, collateral Asset dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen secara simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, cara yang digunakan adalah studi dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumendokumen, laporan keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. yang berkaitan dengan data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini. Data tersebut akan dianalisis melalui analisis Jalur. Hasil penelitian ini menunjukan arus kas bebas, collateral Asset, profitabilitas dan kebijakan dividen kriteria baik, arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen secara parsial, collateral Asset berpengaruh terhadap kebijakan dividen secara parsial, , profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen secara parsial sedangkan arus kas bebas, collateral Asset dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci: arus kas bebas, collateral Asset, profitabilitas, kebijakan dividen ABSTRACT The objectived of this research were to how the free cash flow, collateral assets, profitability and dividend policy, how the influence of free cash flow partially on dividend policy. how the effect Asset collateral against partial dividend policy, how to influence the profitability of the partial dividend policy, the influence of free cash flow, collateral assets and the profitability of the dividend policy simultaneously. The method used in this research is descriptive method. To obtain the necessary data in this study, the means used is the study documentation, done by collecting documents relating to in Manufacturing Companies listed in the Indonesia Stock Exchange. Financial Statements with the necessary data in this research activity. Data will be analyzed through the path analysis. These ressearch indicate free cash flow, collateral assets, profitability and dividend policy criteria, free cash flow does not affect the dividend policy partially, collateral Asset affect the dividend policy partially, profitability affect the dividend policy is partially while free cash flow , collateral assets and profitability affect the dividend policy in Manufacturing Companies listed in the Indonesia Stock Exchange. Keywords : free cash flow, collateral assets, profitability, dividend policy
1. Latar Belakang Era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dunia bisnis perdagangan tidak lagi mengenal batas baik itu nasional maupun internasional serta perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan perusahaan dihadapkan dengan keadaan persaingan bisnis yang ketat. Untuk mengahadapi keadaan seperti ini perusahaan dituntut agar dapat mengelola usahanya dengan baik dan bijaksana sehingga kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga, yaitu dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan diperlukan sumber pendanaan yang dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dana tersebut dapat digunakan secara optimal. Dana tersebut dapat diperoleh dari para investor. Manajer terikat untuk melakukan beberapa kegiatan dalam perusahaan, yang mungkin bisa menimbulkan beban biaya besar untuk pemegang saham, seperti misalnya melakukan unprofitable investment yang akan menghasilkan keuntungan yang berlebihan dan memberikan kompensasi-kompensasi manajemen yang tinggi yang sebenarnya tidak diperlukan (Al-Malkawi, 2007). Biaya-biaya tersebut ditanggung oleh pemegang saham. Oleh karena itu, pemegang saham perusahaan akan meminta pembayaran dividen yang lebih tinggi sebagai ganti atas arus kas bebas (free cash flow) tersebut. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2008). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout ratio (DPR) perusahaan tersebut, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besaran DPR akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Jika perusahaan menaikkan DPR, maka harga saham perusahaan tersebut akan naik. Hal ini karena kebijakan dividen dapat memberikan kesan pada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Akan tetapi, adanya kenaikkan DPR akan mengakibatkan semakin sedikit dana yang tersedia untuk investasi, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah di masa yang akan datang dan berakibat menurunnya harga saham perusahaan (Faramita, 2011). Dari uraian yang telah dipaparkan di atas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend, selain sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi investor terhadap keputusan investasi, sebagai bahan pertimbangan bagi manajer perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan dividen optimal karena adanya perbedaan kepentingan yang bertentangan dan dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainya, serta sebagai mekanisme pengawasan yang dapat meminimumkan biaya keagenan akibat adanya konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis ingin mencoba mengembangkan dan mengangkat masalah dengan judul “Pengaruh Arus Kas Bebas, Collateral Assets dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen”. 2. Identisifikasi Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis akan menitik beratkan pada masaah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana arus kas bebas, collateral assets, profitabilitas dan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI 2. Bagaimana pengaruh arus kas bebas secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI 3. Bagaimana pengaruh collateral assets secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI
4. 5.
Bagaimana pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI Bagaimana pengaruh arus kas bebas, collateral assets, dan profitabilitas secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI
3. Tinjauan Pustaka A. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) Pengertian arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:257), yaitu: “Arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, penbiayaan dan investasi”. Pengertian arus kas menurut Harry Supangkat (2003:33) yaitu: “Ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan yaitu kegiatan operasi, kegiatan investi, dan kegiatan pendanaan”. Sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005:90), mengemukakan bahwa: “Arus Kas yaitu suatu laporan yang memuat informasi tentang sumber dan pengguanaan kas perusahaan selama periode tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun”. Dari pengertian-pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran suatu transksi yang berupa kegiatan operasi, kegiatan investi, dan kegiatan pembiayaan dalam periode tertentu. B. Collateral Assets (COLLAS) Menurut Taswan (2003) collateral assets adalah: “Besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya”. Menurut Dahlan Siamat (2005:356) Collateral Assets adalah “Asset perusahaan yang dapt digunakan sebagai jaminan peminjam. Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan” Menurut Fauz dan Rosidi (2007) Collateral Assets adalah “Asset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjam. Kreditur seringkali meminta jaminan berupa aset ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan”. Berdasarkan konsep-konsep di atas dapat dirumuskan bahwa Collateral Asset adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. C. Profitabilitas (Profitability) Menurut Bambang Riyanto (2008:35), pengertian profitabilitas (profitability) adalah: “Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama suatu periode tertentu”. Adapun pengertian Profitabilitas menurut Agus Sartono (2010:122), menyatakan: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan
demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin D. Kebijakan Dividen Menurut Riyanto (2001:265) kebijakan dividen dinyatakan bahwa : "Bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perushaan". Menurut (Sartono, 2008) kebijakan dividen merupakan : “Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sedangkan menurut Sutrisno (2009) kebijakan dividen merupakan: “Kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan”. Jenis rasio yang digunakan dalam peneliian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Menurut (Sartono, 2008) mengemukakan bahwa Dividend Payout Ratio adalah: “Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio akan menguntungkan para pemegang saham, tetapi bagi pihak perusahaan hal tersebut akan memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya jika Dividend Payout Ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham), tetapi Internal Financing perusahaan akan semakin kuat. Dividend Payout Ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar Dividend Payout Ratio lebih kecil supaya tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun 4. Kerangka Pemikiran Dengan perkembangan dunia bisnis yang cukup pesat dalam era globalisasi perdagangan tidak lagi mengenal batas baik itu nasional maupun internasional serta perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan perusahaan dihadapkan dengan keadaan persaingan bisnis yang ketat. Untuk mengahadapi keadaan seperti ini perusahaan dituntut agar dapat mengelola usahanya dengan baik dan bijaksana sehingga kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga, yaitu dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan diperlukan sumber pendanaan yang dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dana tersebut dapat digunakan secara optimal. Dana tersebut dapat diperoleh dari para investor. Pada dasarnya para investor mempunyai tujuan utamanya dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam mencapai tujuan
tersebut, banyak pemegang saham (shareholder) yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para professional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan, yang disebut manajer (Ipaktri, 2012). Manajer terikat untuk melakukan beberapa kegiatan dalam perusahaan, yang mungkin bisa menimbulkan beban biaya besar untuk pemegang saham, seperti misalnya melakukan unprofitable investment yang akan menghasilkan keuntungan yang berlebihan dan memberikan kompensasi-kompensasi manajemen yang tinggi yang sebenarnya tidak diperlukan (Al-Malkawi, 2007). Biaya-biaya tersebut ditanggung oleh pemegang saham. Oleh karena itu, pemegang saham perusahaan akan meminta pembayaran dividen yang lebih tinggi sebagai ganti atas arus kas bebas (free cash flow) tersebut. Menurut agency theory, dividen dapat digunakan untuk meminimalisir agency cost. Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah meningkatkan pembayaran dividen. Membayar dividen yang lebih besar akan menurunkan arus kas internal yang berkaitan dengan kebijakan manajemen dan memaksa perusahaan untuk mencari lebih banyak pendanaan eksternal. Jadi, pembayaran dividen dapat sebagai alat untuk memonitor dan mempertanggungjawabkan kinerja manajemen. Pernyataan ini didukung oleh beberapa studi empiris, yaitu: Rozeff (1982) dalam Baker dan Powell (2000) yang menemukan dukungan terhadap peranan dividen untuk memecahkan kembali biaya keagenan di perusahaan yang dikendalikan oleh manajer secara minoritas. Analisis ini menunjukkan hubungan negatif antara pembayaran dividen dengan persentase insiders. Dengan persentase pihak luar yang lebih rendah yang ada, lebih sedikit kebutuhan untuk membayar dividen untuk menurunkan biaya keagenan. Masalah keagenan muncul ketika perusahaan menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) yang sangat besar. Arus kas bebas (free cash flow) menurut Ross et al. (2008) mendefinisikan bahwa: “Arus kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada asset tetap”. Oleh karena itu, salah satu cara manajer dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaan adalah dengan meningkatkan arus kas bebas perusahaan. Dalam prakteknya, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ternyata tidak merefleksikan besarnya dividen tunai yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham. Adakalanya perusahaan beroperasi pada margin positif namun aliran arus kas bebasnya ternyata nol atau negatif. Dan sebaliknya terkadang perusahaan beroperasi pada kerugian tertentu namun perusahaan tersebut masih memiliki arus kas yang siap dipakai untuk kegiatan operasionalnya. Aspek yang akan diteliti dalam Arus kas bebas (Ross et al. 2008) adalah sebagai berikut: (1) Arus kas dari operasi, semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba/rugi dikelompokkan dalam golongan ini, dan juga nilai bersih dari kenaikan atau penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. (2) Belanja modal, semua transaksi yang berkaitan dengan nilai perolehan aktiva tetap akhir dikurangi nilai perolehan aktiva tetap awal selama satu periode. (3) Perubahan moadal kerja, semua transaksi yang berkaitan dengan modal kerja akhir tahun dikurangi modal kerja awal tahun. Adanya arus kas bebas yang tinggi memicu tekanan dari investor untuk membagikan dalam bentuk dividen. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki arus kas bebas tinggi akan membagikan dividen yang tinggi pula 5. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut : 1. Arus kas bebas berpengaruh secara parsial terhadap kebijkan dividen.
2. Collateral assets berpengaruh secara parsial terhadap kebijkan dividen. 3. Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijkan dividen. 4. Arus kas bebas, collateral assets, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kebijkan dividen 6. Objek Penelitian Objek penelitian yang telah dilaksanakan ini berfokus pada arus kas bebas, collateral assets, dan profitabilitas dan kebijakan dividen, selain sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi investor terhadap keputusan investasi, sebagai bahan pertimbangan bagi manajer perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan dividen optimal karena adanya perbedaan kepentingan yang bertentangan dan dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainya. Sehingga akan diperoleh keyakinan faktor-faktor mana yang paling berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Maka penulis mengembangkan mengenai pada pengaruh arus kas bebas, collateral assets, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 7. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik dari data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk menyusun karya ilmiah dan kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kesimpulan. 8. Operasionalisasi Variabel Adapun berikut tabel penjabaran dari ketiga variabel tersebut diatas beserta indikatorindikatornya : Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Jenis Variabel Arus Kas Bebas (X1)
Colleteral Assets (X2)
Profitabilitas (X3)
Kebijakan Deviden
Definisi Variabel
Indikator
Skala
Arus kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada asset tetap (Ross et al., 2008). Collateral assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Kreditur seringkali meminta jaminan berupa aset ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan (Taswan, 2003). Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama suatu periode tertentu (Bambang Riyanto :2008:35). Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
- Arus kas dari operasi - Belanja modal - Perubahan modal kerja
Rasio
- Total aktiva tetap - Penyusutan - Total aktiva
Rasio
ROA (Return on Assets)
Rasio
DPR (Dividend
Rasio
(Y)
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing (Sartono, 2008).
Payout ratio)
9. Hasil Penelitian Dan Pembahasaan a. Arus Kas Bebas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Arus kas bebas yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan PT. Astra International Tbk sebesar Rp. 12.551 (Milyaran) artinya selisih antara arus kas dari operasi sebesar Rp. 26.290 (Milyaran) dengan belanja modal sebesar Rp. 5.819 (Milyaran) dan perubahan modal sebesar Rp. 7.920 (Milyaran) hal ini disebabkan arus kas operasi meningkat dan perusahaan tidak terlalu banyak melakukan investasi dalam modal operasi, sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk yaitu sebesar Rp. -85.604.697.532 artinya selisih antara arus kas dari operasi sebesar Rp. 555.511.840.614 dengan belanja modal sebesar Rp. 248.442.280.584 dan perubahan modal sebesar Rp. 392.674.257.562 hal ini disebabkan nilai arus kas operasi perusahaan sangat rendah bahkan negatif. Selain itu, perusahaan juga banyak melakukan investasi dalam modal operasi b. Colleteral Asset pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Colletaral Asset yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh perusahaan PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu sebesar 2,08% artinya hasil selisih antara aktiva tetap sebesar Rp. 21.804.967 dengan penyusutan Rp. 6.622.789 dan dibagi dengan total aktiva sebesar Rp. 7.306.727 hal ini sebabkan adanya peningkatan investasi aktiva tetap dibandingkan total aktiva yang dimiliki sedangkan paling rendah diperoleh perusahaan PT. Alam Sutera Reaty Tbk yaitu sebesar 0,06% artinya hasil selisih antara aktiva tetap sebesar Rp. 1.235.347.118 dengan penyusutan Rp. 138.157.329 dan dibagi dengan total aktiva sebesar Rp. 18.709.870.126 hal ini disebabkan adanya penurunan investasi aktiva tetap dibandingkan total aktiva yang dimiliki perusahaan c. Profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Profitabilitas yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh PT. Multi Bintang Tbk yaitu sebesar 32,16% artinya perbandingan antara laba sebelum pajak sebesar Rp. 675.572 dengan total aktiva sebesar Rp. 2.100.853. Hal ini disebabkan perusahaan mendapat laba karena biaya yang dikeluarkan lebih dengan pendapatan dan ditambah sehingga perusahaan mendapatkan laba, sedangkan paling rendah diperoleh PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar -1,90% artinya perbandingan antara laba sebelum pajak sebesar Rp. -331.869 dengan total aktiva sebesar Rp. 17.509.505. d. Kebijakan Dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia kebijakan dividen yang terjadi pada perusahaan emiten di BEI paling tinggi diperoleh oleh PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu sebesar 1,35 artinya perbandingan antara dividen perlembar saham sebesar Rp. 31 dengan laba perlembar saham Rp. 23 hal ini disebabkan
meningkatnya perolehan laba bersihperusahaan sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan pembayaran dividen yang maksimal. Sedangkan paling rendah diperoleh PT. Gajah Tunggal Tbk yaitu sebesar -0,11 artinya perbandingan antara dividen perlembar saham sebesar Rp. 10 dengan laba perlembar saham Rp. -89,92 hal ini disebabkan perusahaan mengambilkan kebijakan untuk menahan sebagian laba diperoleh tidak dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen, akan tetapi digunakan perusahaan sebagai laba ditahan yang dinantinya akan dijadikan modal untuk kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan tersebut dilakukan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perusahaan e. Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Parsial Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel maka dengan nilai signifikansi = 0,298, diperoleh nilai thitung sebesar -1,084 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 18-4 = 14 sebesar 2,145, sehingga thitung > ttabel (1,084 < 2,145), maka menerima Ho atau dengan kata lain arus kas bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen f. Pengaruh Colleteral Asset Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Dengan kriteria penolakan Ho jika t hitung > ttabel maka dengan nilai signifikansi = 0,035 diperoleh nilai thitung sebesar 2,354 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 18-4 = 14 sebesar 2,145, sehingga thitung > ttabel (2,354 > 2,145), maka menolak Ho atau dengan kata lain Colleteral Asset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen g. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel maka dengan nilai signifikansi = 0,034, diperoleh nilai thitung sebesar 4,217 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai ttabel dengan df = 18-4 = 14 sebesar 2,145, sehingga thitung > ttabel (2,372> 2,145), maka menolak Ho atau dengan kata lain Profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen h. Pengaruh Arus Kas Bebas, Colleteral Asset dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Simultan Dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel maka dengan nilai signifikansi = 0,042, diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,651 (lampiran 2) dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai Ftabel dengan df = 18-3-1 = 14 sebesar 3,34, sehingga Fhitung > Ftabel (3,651 > 3,34), maka menolak Ho atau dengan kata lain Arus Kas Bebas, Colleteral Asset dan Profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 10. Simpulan Dan Saran a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Nilai terendah Arus Kas Bebas yaitu PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. Nilai terendah Colleteral Asset tertinggi PT. Alam Sutera Reaty Tbk. Nilai terendah Profitabilitas tertinggi PT. Gajah Tunggal Tbk. Nilai terendah Kebijakan Dividen tertinggi PT. Gajah Tunggal Tbk
2. Arus Kas Bebas berpengaruh tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Parsial. 3. Colleteral Asset berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Parsial. 4. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Parsial 5. Arus Kas Bebas, Colleteral Asset dan Profitabilitas berpengaruh signifikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Secara Simultan b. Saran Dari simpulan tersebut ada beberapa saran yang penulis ajukan yang dapat dijadikan acuan sesuai dengan hasil penelitian, diantaranya yaitu: 1. Nilai perusahaan bergantung pada arus kas bebas yang diharapkan terjadi. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya selalu berusaha untuk membuat perusahaannya menjadi lebih bernilai dengan meningkatkan arus kas bebasnya. Dengan meningkatnya nilai arus kas bebas maka akan mendorong peningkatan nilai perusahaan 2. Sebaiknya Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia meningkatkan jumlah profitabilitas perusahaan karena profitabilitas yang tinggi dapat digunakan untuk melakukan pembagian dividen yang besar kepada para pemegang saham sehingga dapat menjaga kepercayaan investor maupun menarik minat investor dengan tingkat profitabilitas yang tinggi 3. Pembagian Dividend Payout Ratio pada perusahaan transportasi bersifat fluktuatif. Dalam pembagian Dividend seharusnya perusahaan harus lebih mempertimbangkan apakah laba yang didaptkan akan dibagikan kepada para investor dalam bentuk deviden atau digunakan kembali untuk biaya operasional perusahaan (Laba Ditahan) untuk mendapatkan laba yang lebih besar sehingga tidak ada pihak yang dirugikan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tidak terbatas dari informasi internal dari perusahaan. Faktor eksternal juga mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Oleh sebab itu, disarankan bagi peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan faktor eksternal dari kondisi makro seperti tingkat suku bunga, PDB, inflasi, nilai tukar, dan lain-lain. 11. Daftar Pustaka Agus, Sartono. 2001. Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta: BPFE. ____________. 2008. Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta: BPFE. ____________. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta: BPFE. Al-Malkawi, Husam-Aldin Nizar. 2007. Determinants of Coporate Dividend Policy in Jordan: An Applications of the Tobit Model. Journal of Economic and Administratuve Science. Vol. 23, Iss: 2, pp. 44-70. Al-Najjar, Basil nd Khaled Hussainey. 2009. The Association betwen Dividend Payout and Outside Directorships. Journal of Applied Accounting Research. Vol. 10 Iss: 1, pp. 419. Bagus, Laksono. 2006. Analisis Pengaruh Retur On Asset, Sales Growth, Asset Growth, Cash Flow dan Likuiditas terhadap Dividend Payout Ratio. Tesis: Universitas Diponegoro. Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit GPFE. _______________. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit GPFE
Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Edisi 10.Jakarta: Salemba Empat. Dahlan Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Universitas Indonesia Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi. Hanafi, M Mamduh dan Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: PT BPFE. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harry, Supangkat. 2003. Buku Panduan Direktur Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Hashemijoo, M.; Ardekani, A. M. dan Younesi, N. 2012. The Impact of Dividend Policy on Share Price Volatility in the Malaysian Stock Market. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4, pp. 111-129. Hussainey, Khaled and Chijoke Oscar MGBAME. 2011. Dividend Policy and Share Price Volatility: UK Evidence. Journal of Risk Finance, pp: 1-21. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kieso, E Donald and Weygand, Jerry J and Warfierld, D Terry. 2008. Akutansi Intermediate, Terjemahan Emil Salim. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Lintner, J. 1962. Dividends, Earnings, Leverage, Stock Prices and the Supply of Capital to Corporations. Review of Economics and Statistics. pp. 243-269. Martono dan Agus Harjito. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia. ________________________. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Moh. Nazir. PH.D. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Ross, et al. 2008. Corporate Finance Fundamental. International Edition. Alih bahasa Rosdini New York: Mc-GrawHill. S. Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan RND. Bandung: Alfabeta. Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan Perusahaan. Bandung: Pustaka Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana. Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara. Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.