PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DAN UPAYA PENGEMBANGAN NILAI BUDAYA SITUS ASTANA GEDE SEBAGAI WARISAN PENINGGALAN SEJARAH DI KECAMATAN KAWALI KABUPATEN CIAMIS Oleh : Runalan Soedarmo, Drs.,M.Si.
Abstrak Banyak tempat yang ada di Kabupaten Ciamis yang berpotensi objek wisata, di antaranya objek wisata sejarah yang mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk nilai-nilai luhur pada masa lampau, yaitu situs Astana Gede Kawali. Peninggalan sejarah di Astana Gede Kawali bagi sebagian kecil masyarakat Kawali masih dianggap keramat. Hanya belum menunjukkan reaksi yang positif dalam arti belum merasa bangga dengan peninggalan sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Hal ini menunjukkan karena masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang pentingnya benda-benda peninggalan sejarah tersebut. Benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan budaya memiliki peran yang sangat penting dan berfungsi sebagai bukti sejarah dan budaya, cermin sejarah dan budaya, media untuk membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya serta untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional di samping sebagai objek wisata budaya. Sehubungan dengan uraian di atas maka perlu dicari tahu kajian mendalam tentang pelestarian budaya dan upaya pengembangan nilai budaya Situs Astana Gede Kawali. Untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini dimulai dengan menyusun desain penelitian, menyusun instrumen penelitian, menguji validitas instrumen, pengumpulan data, memverifikasi data, mengolah data, menyusun draf laporan penelitian, melakukan seminar hasil penelitian, merevisi laporan penelitian, membuat laporan final, dan membuat tulisan untuk bahan referensi bagi instansi terkait. Kata Kunci : Pelestarian, Pengembangan dan Nilai Budaya A. Pendahuluan Wilayah Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan alam yang beragam, sebagian diantaranya memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan asli daerah, sebagian lagi dieksplorasi untuk kepentingan wisata. Ditunjang dengan panorama yang indah, Ciamis memiliki potensi pariwisata dengan latar belakang dan nuansa yang berbeda, hanya belum tersentuh penataannya. Potensi alam tersebut sudah terbaca sejak zaman pemerintah Kolonial Belanda. Untuk tetap menjaga dunia kepariwisataan harus dilakukan perubahan orientasi dengan cara menjaring wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dalam kaitan itu pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
perlu mengoptimalkan tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Ciamis sebagai aset asli daerah yang berdaya guna dan berhasil guna agar memberikan dampak positif bagi perubahan taraf ekonomi sosial masyarakat. Untuk melaksanakan prinsip penyelenggaraan kepariwisataan, maka dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 antara lain dikatakan bahwa : 1. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal. 2. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proporsionalitas. 3. Memberdayakan masyarakat setempat. 4. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antar pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam
CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 6 September 2011
69
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan. 5. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata dan memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Banyak tempat yang ada di Kabupaten Ciamis yang dapat memberikan kontribusi tersebut, di antaranya objek wisata sejarah yang mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk nilai-nilai luhur pada masa lampau, yaitu situs Astana Gede Kawali. Astana Gede Kawali merupakan peninggalan purbakala yang berupa Prasasti kerajaan/peninggalan sejarah di bawah pemerintahan Prabu Wastukancana dengan keratonnya bernama surawisesa. (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional 1995/1996:1). Di Astana Gede Kawali terdapat 6 buah prasasti yang semuanya merupakan peninggalan kerajaan tersebut dan telah memiliki petunjuk tentang keberadaan Situs Astana Gede Kawali, oleh sebab itu patut dijaga, dipelihara dan sekaligus dilestarikan sisa-sisa peninggalan yang berada di kompleks Astana Gede Kawali antara lain berupa menhir, lingga, yoni di samping prasasti yang baru ditemukan pada tahun 1995. (Djaja, 2002:5). Peninggalan sejarah di Astana Gede Kawali bagi sebagian kecil masyarakat Kawali masih dianggap keramat. Hanya belum menunjukkan reaksi yang positif dalam arti belum merasa bangga dengan peninggalan sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Hal ini menunjukkan karena masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang pentingnya bendabenda peninggalan sejarah tersebut. Bendabenda peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan budaya memiliki peran yang sangat penting dan berfungsi sebagai bukti sejarah dan budaya, cermin sejarah dan budaya, media untuk membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya serta untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
di samping sebagai objek wisata budaya. (Siti Dloyana K, 1995/1996 : 17). Undang-undang cagar budaya tahun 1992 merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah yang cukup besar bagi kelestarian peninggalan sejarah dan purbakala, oleh sebab itu keutuhannya harus tetap terjaga dan terpelihara jangan sampai ada yang mencuri atau mengubah bentuk sehingga menghilangkan keasliannya. Di samping dilindungi oleh undang-undang, pemerintah mengangkat pula juru pelihara yang bertugas memelihara dan merawat situs-situs agar kondisinya dapat dipertahankan, serta pramuwisma yang mempunyai pengetahuan khusus yang mendalam mengenai obyek wisata kebudayaan dan mempunyai izin untuk membimbing dan memberikan penerangan kepada wisatawan. Peran serta masyarakatpun dapat ditimbulkan dan digerakan melalui usaha-usaha penerangan serta pengembangan komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab, baik antara pemerintah dan masyarakat maupun golongan-golongan masyarakat itu sendiri, untuk pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat dan sekitarnya secara langsung. (Gamal Suwantaro, 1997 :34). Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam peluang pengembangan pariwisata, budaya perlu ditingkatkan dengan mutu pelayanan, terutama karena Indonesia beraneka ragam kekayaan sosial budayanya, sehingga merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata dan harus mampu melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada. Dalam konteks inilah peran sumberdaya manusia pariwisata memegang peran kunci dalam menghadapi globalisasi. B. Pembahasan 1. Latar Belakang Keberadaan Situs Astana Gede Kawali
70
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
Peninggalan sejarah di Astana Gede oleh sebagian kecil masyarakat Kawali masih dianggap keramat atau dikeramatkan. Pada saat tertentu terutama bulan “Suro” banyak orang datang melakukan nyepi minta berkah keselamatan dan keberhasilan dari Tuhan Yang Maha Esa. Ada yang ingin berhasil dalam sekolah, dagang atau pekerjaan. Mereka melakukan nyepi (tidur sehari semalam) di makan Adipati Singcala. Seorang penyebar agama Islam dari Cirebon. Pada saat ulang tahun Galuh, Bupati Ciamis juga melakukan upacara di Astana Gede dengan memberi sesaji bekakak ayam, nasi uduk, dan serutu, dengan tujuan agar di beri keselamatan. Hari Ulang Tahun Galuh dirayakan tiap tanggal 12 Juni. Selain itu bagi masyarakat Kawali berdoa tiap 1 Suro juga melakukan selamatan di Astana Gede, berdoa agar masyarakat Kawali di beri keselamatan pada Tuhan Yang Maha Esa, tampak bahwa sebagian kecil masyarakat Kawali masih melakukan upacara selamatan di Astana Gede, karena dianggap keramat, Penemuan batu tulis/prasasti di Astana Gede, bagi masyarakat Kawali ternyata menunjukan reaksi yang positif, dalam arti belum merasa bangga dengan peninggalan sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Hal ini dimungkinkan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang pentingnya benda-benda peninggalan sejarah tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, petugas Benda Cagar Budaya (BCB) setempat mengharapkan sekali adanya penyuluhanpenyuluhan yang sifatnya informatif dari pihak-pihak instansi yang terkait, khususnya Dinas Pendidikan Nasional dan Dinas Kepariwisataan tentang fungsi/manfaat dari benda-benda temuan tersebut, serta langkahlangkah awal yang harus mereka lakukan, baik untuk masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendapat para ulama, walaupun mereka belum merasa bangga terhadap peninggalan sejarah tersebut, namun mereka masih percaya bahwa di daerah tersebut telah berdiri sebuah kerajaan Kawali. Dalam hal ini, para ulama CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
menyarankan agar yang berziarah maupun yang berdarma wisata jangan sampai menafsirkan yang bukan-bukan, dalam arti jangan meminta kepada orang yang sudah mati nantinya akan menjadi “musyrik”. Kalau ada maksud atau cita-cita ingin dikabulkan mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan jalan berdoa kepadaNya. Di samping itu, bagi masyarakat yang ingin mencari harta karun di serkitar lokasi Astana Gede jangan terlalu ambisius atau jangan terlalu percaya, bahwa di daerah tersebut tersimpan benda-benda yang berharga. Hal ini akan menimbulkan persaingan tidak sehat atau menjurus terjadinya perpecahan antara sesama muslim, karena ingin mendapat barang tersebut. (Siti Dloyana K, 1995/1996 : 17). Dari uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan Situs Astana Gede secara profesional sehingga dapat berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya, hal ini sesuai dengan ungkapan warga setempat yang menyatakan bahwa dengan adanya Situs Astana Gede Kawali dimana di dalamnya terdapat beberapa batu/prasasti yang isinya berupa pepatah yang menuju ke arah kehidupan yang baik, tentu saja hasil ini akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat Kawali pada khusunya dan untuk orang sunda pada umumnya. Hal ini akan dapat terjawab apabila orang sunda mengamati akan arti yang tersirat maupun yang terdapat pada batu prasasti tersebut, perlu dipelihara dan benar-benar dirawat sesuai dengan fungsinya peninggalan nenek moyang orang sunda, sehingga budaya sunda akan tetap bertahan dalam kehidupan di era manapun. Sebagai cagar budaya yang juga termasuk obyek wisata apabila situs ini benar-benar dipelihara ditingkatkan lagi daya tariknya maka sudah tentu hal ini akan menimbulkan kemajuan dalam bidang ekonomi dan akan terwujud sesuai dengan masyarakat dari Pariwisata yang salah satunya adalah turut serta meningkatkan taraf hidup/perekonomian bagi masyarakat sekitar. Rasa memiliki yang cukup tinggi penuh harap untuk dapat kepedulian yang 71
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
besar dari pemerintah atau dari pihak swasta agar cagar budaya tersebut berkembang, sangat pontensial dan prospek bagus kedepan, dari sisi budaya dan agama Islam sangat bermanfaat buktinya masyarakat Kawali 100 % Islam, kondisi baik dan terpelihara, dari sisi ekonomi belum masih jauh atau sangat minim perlu ditata, dipoles oleh ahli agar mewah untuk dikunjungi wisatawan. (Hasil wawancara dengan bapak Opay selaku juru pelihara di Astana Gede Kawali pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 11.00) Pariwisata merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadap kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran yang berbau dan nampak kotor sampah yang bertumpuk dan kerusakan pemandangan hutan, serta sikap penduduk yang tidak ramah, tanpa lingkungan yang baik tak mungkin pariwisata dapat berkembang karena dalam industri pariwisata dapat berkembang karena dalam industri pariwisata lingkunganlah yang sebenarnya dijual. Oleh karena itu didalam pengembangan pariwisata, azas pengelolaan lingkungan melestarikan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang dianjurkan bukanlah suatu hal yang konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek. Upaya pembinaan dalam melestarikan peninggalan bersejarah adalah membina sumber daya manusiannya. Membina sumber daya manusia di sini yaitu memberikan pembinaan kepada masyarakat yang bersangkutan seperti masyarakat setempat dan pengelola Pemerintah daerah Kabupaten Ciamis diwakili oleh Dinas Pariwisata telah mengadakan pengarahanpengarahan tentang kepariwisataan kepada aparat Desa Kawali, dari aparat desa disampaikan kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan agar masyarakat dapat sadar wisata. Walaupun masyarakat Kawali sudah mendukung adanya pariwisata itu tetapi belum tentu dalam prakteknya benar. Benar disini dapat menjaga kebersihan dan menciptakan situasi yang menarik sehingga CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
masyarakat itu dapat menjalankan Sapta Pesona secara baik dan benar. Apabila maysrakat setempat sudah sadar wisata, maka tidak akan timbul masalah yang sering terjadi sekarang ini. Berdasarkan observasi ke lapangan, Astana Gede ini sering terjadi masalah-masalah yang ditimbulkan dari masyarakat sekitarnya. Masalah itu antara lain : a. Ada sebagian pagar yang rusak akibat ulah para pemuda yang mencoba masuk lewat belakang. b. Banyak masyarakat setempat yang sengaja memakai jalan melewati Astana Gede apabila mereka akan pergi ke sawah dan kebun mereka, serta banyak orang yang mencari kayu bakar. c. Kerusakan pada salah satu prasasti juga sudah terjadi itu dikarenakan ulah pengunjung yang mencoba mengangkat batu itu. d. Dari segi fauna di Astana Gede ini terdapat banyak kalong (kelelawar). Karena para pemuda sering mengganggunya sehingga kalongkalong itu kadang menghilang. (Hasil wawancara dengan bapak Opay selaku juru pelihara di Astana Gede Kawali pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 11.30) Pihak pengelola sudah berusaha memperingati mereka tetapi lama kelamaan dengan adanya teguran pengelola menimbulkan salah paham, hal itu jelas bahwa masyarakat Desa Kawali belum menyadari pariwisata. Pembinaan yang dilakukan aparat desa sudah dilakukan tapi masyarakat belum bisa sadar wisata upaya selanjutnya adalah melakukan pengarahan langsung dari Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Ciamis agar masyarakat bisa sedikit segan dan dapat menuruti kata-kata dari pihak Diparda itu sendiri. 2. Pelestarian dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Kawali Selain pembinaan untuk melestarikan prasasti yang ada, perlu juga adanya pembinaan kepada masyarakat 72
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
terutama para pemuda. Apabila suatu objek sudah berkembang maka wisatawan yang datang akan banyak, wisatawan yang datang ke lokasi wisata berasal dari berbagai tempat yang mempunyai budaya yang berbeda-beda bahkan dari luar negeri sekalipun. Disinilah perlunya pembinaan para pemuda karena takut budaya, pengaruh dari wisatawan itu masuk sehingga dapat berpengaruh pada jiwa mereka dari unsur negatifnya. Pembinan dan pelestarian merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena apabila melakukan pembinaan harus ada yang dibina dan mempunyai tujuan. Dalam hal ini tujuan dari pembinaan itu adalah upaya dalam melestarikan peninggalan bersejarah, sedangkan yang dibina adalah manusianya dan juga alamnya. Suatu rencana tanpa adanya kerjasama dari manusianya tidak berjalan lancar. Tujuan dari pembinaan pengembangan obyek wisata adalah untuk meningkatkan pendapatan rakyat setempat, pendapatan pemerintah serta meningkatkan devisa negara. Selain itu dapat meningkatkan lapangan pekerjaan. Agar suatu objek wisata itu berhasil maka harus ada kerjasama dengan masyarakat setempat. Upaya pengembangan suatu objek wisata selalu mengalami hambatanhambatan yang cukup pelik, demikian juga yang dialami obyek wisata Astana Gede. Dalam mengembangkan industri pariwisata yang ada di Kecamatan Kawali khususnya Desa Kawali. Selama ini pemerintah mengadakan pengarahan kepada Aparat Desa Kawali setiap tiga bulan sekali. Pengarahan ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Pembinaan ini dilakukan tidak langsung kepada masyarakat tetapi melalui aparat desa. (hasil wawancara dengan bapak Opay pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 13.00 di Astana Gede). Menurut pendapat petugas desa yang diwawancarai cara itu kurang berpengaruh kepada masyarakatnya. Menurutnya selain pengarahan melalui aparat desa, harus diusahakan kesempatan langsung mengadakan pengarahan dengan CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
masyarakat. Sesuai dengan fungsi pembinaan yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan daya tarik suatu obyek wisata agar wisatawan yang datang lebih banyak lagi, maka jelaslah pembinaan disini menyangkut manusianya dan mutu objek wisata. (Hasil wawancara dengan Bapak Daday di rumahnya pada tanggal 24 Juli 2011 pukul 15.00). Setiap daerah mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan yaitu disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah wisatawan persatuan luas, persatuan waktu, tetapi baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam waktu dan ruang tidak merata. Seringkali wisatawan itu mengelompok di tempat dan waktu tertentu. Misalnya di Kecamatan Kawali , pada hari Minggu banyak wisatawan yang datang ke Curug Tujuh, sedangkan pada hari raya selain ke Curug Tujuh banyak pula yang datang ke Astana Gede. Hal ini ditimbulkan karena dua faktor, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Pekerjaan sebagai pemandu wisata di situs Astana Gede ini adalah berupaya untuk menerangkan nilai sejarah yang terkandung di dalam situs ini, tetapi memang data-data otentik untuk menerangkan keterkaitan situs ini dengan Kerajaan Pajajaran dirasakan masih kurang, dengan keterbatasan itu mencampuradukan peristiwa tersebut dengan cerita dari lisan yang menyangkut situs Astana Gede ini sehingga terlihat ada bumbu dongengnya, oleh karena itu berharap agar keberadaan Situs Astana Gede ini di ekspose oleh para pakar sejarahwah agar tingkat keilmiahannya bisa dipertanggungjawabkan, itulah keinginan saya sebagai pemandu wisata agar wisatawan yang datang ke sini mendapat penjelasan yang akurat. (Hasil wawancara dengan Bapak Daday di rumahnya pada tanggal 24 Juli 2011 pukul 15.00). Untuk menanggulangi hal tersebut banyak hal yang harus diperhatikan yaitu 73
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
mutu objek dan pelayanan. Mutu objek disini adalah selain objek wisata budaya harus nampak pula keindahan disekitar objek sehingga wisatawan yang datang bisa sekaligus berekreasi. Sesuai dengan tujuan pariwisata yaitu mendapatkan rekreasi, maka suatu objek wisata harus ditata sedemikian rupa sehingga menarik bagi wisatawan. Rekreasi disini tidak hanya bersenang-senang tetapi diartikan sebagai rekreasi. Secara harfiah berarti diciptakan kembali, jadi dengan rekreasi itu orang akan menciptakan kembali atau memulihkan kembali kekuatan dirinya baik fisik maupun spriritual. Agar wisatawan yang datang ke Astana Gede ini merasa puas, sebaiknya disekitar Astana Gede itu ditata kembali, misalnya dibuat warung-warung dan tempat istirahat, Tempat istirahat bisa dibentuk sedemikian rupa sehingga terkesan alami. Saung-saung itu beratap injuk dan dibikin dari bambu sehingga bangunan itu tidak terlalu permanen. Pada lahan yang masih kosong antara Astana Gede dan Cikawali bisa dibuat sarana bermain anak-anak. Penataan Cikawali ditata kembali agar kelihatannya tidak seram dan tidak mengerikan. Setiap tiga bulan sekali di objek wisata ini dipertunjukan kesenian daerah umpamanya si lengser, jadi wisatawan yang datang itu tidak hanya pada hari raya tetapi pada hari-hari libur mereka bisa menikmatinya. Sarana dan prasarana yang seharusnya ada pada objek wisata diusahakan untuk dilengkapi. Apabila semua itu sudah tampak pada objek Astana Gede niscaya apa yang dinginkan tercapai sedikit demi sedikit. Sebagai pemandu wisata berharap agar keinginan di tersebut dapat dipenuhi oleh pemerintah karena situs Astana Gede ini di samping memiliki nilai rekreatif tetapi juga memiliki nilai edukatif terutama nilai sejarahnya. (Hasil wawancara dengan Bapak Daday di rumahnya pada tanggal 24 Juli 2011 pukul 15.30). Berkembangnya suatu obyek wisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke obyek wisata. Pengunjung yang datang ke Astana Gede ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan itu sedikit CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
sekali, dibanding dengan objek wisata lainnya. Jumlah pengunjung yang datang tiap tahun kurang lebih 600 orang. Itupun pada hari raya saja, untuk hari-hari biasa jumlah pengunjung tidak dapat dirataratakan. Sebagai Kuncen/Pemandu Wisata selalu berupaya mempromosikan situs Astana Gede ini kepada pengunjung melalui cerita lisan yang turun temurun. Di samping itu pekerjaan saya menjaga dan membersihkan lokasi sekitar Situs Astana Gede. Masyarakat yang datang ke wilayah Situs Astana Gede ini bermacam-macam tujuan, ada yang sengaja melihat keberadaan situs ini tetapi ada juga yang menilai bahwa situs ini memiliki nilai keramat sehingga ada yang sampai bermalam di situs ini dengan berbagai permintaan sesuai dengan kepentingannya. Itulah pekerjaan saya di Situs Astana Gede ini. (Hasil wawancara dengan Bapak Opay di Astana Gede pada tanggal 27 Juli 2011 pukul 13.00). Dari uraian diatas jelaslah bahwa obyek wisata ini kurang berkembang. Beberapa hal yang menyebabkan obyek wisata ini kurang berkembang, ada tiga hal yang sangat berpengaruh dalam penelitian ini yaitu : a. Faktor Dana Dalam suatu perencanaan faktor dana faktor dana sangat berpengaruh. Sesuai dengan fungsi dana yaitu perencanaan dan pengkendali kegiatan, maka suatu perencanaan tidak akan terwujud apabila tidak adanya dana. Dana itu bisa didapatkan dari pendapatan desa itu sendiri, pajak dan dana dari pemerintah. Dalam pengembagan objek wisata Astana Gede, dana yang didapatkan dari hasil penjualan karcis dan diberi pemerintah Daerah. b. Kerjasama Sebuah rencana tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan harus adanya kerjasama dengan pihak lain baik secara internal maupun eksternal. Untuk mengembangkan objek wisata Astana Gede Kepala Desa Kawali yang mempunyai 74
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
wewenang bekerjasama dengan pihak pemerintah yang ada kaitannya dalam hal kepariwisataan. Selain kerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis perlu adanya kerjasama dengan pihak pengelola yaitu Direktorat Kebudayaan. Kerjasama Internal yang harus dilakukan dengan aparat Desa Kawali itu sendiri serta masyarakat setempat. Kerjasama eksternal dilakukan dari pemerintah kecamatan, kabupaten dan pihak swasta lainnya yang akan menjadi sponsor. Kerjasama ini akan berjalan lancar apabila yang satu dengan yang lainnya memiliki rasa bersatu. c. Sadar Wisata Mengingat luasnya kegiatan yang harus dilakukan untuk mengembangkan kepariwisataan, maka perlu adanya dukungan dan peran serta yang aktif dari masyarakat agar berhasil dan mencapai tujuan yang maksimal. Masyarakat yang diharapkan adalah masyarakat yang sadar wisata. Peranan dan sikap masyarakat seperti dari para pejabat pemerintah, petugas keamanan dan ketertiban, tokoh adat, tokoh agama, cendikiawan dan budayawan dan sebagainya adalah menjadi tuan rumah yang baik, secara aktif melestarikan lingkungan hidup dan budaya bangsa, secara aktif ikut memelihara dan mengembangkan daya tarik wisata, ikut meningkatkan kemanan dan ketertiban. Masyarakat Desa Kawali diharapkan dapat menyadari arti dan pentingnya pariwisata setelah itu dapat menampakan sadar wisata yang dapat menunjang pengembangan Astana Gede Kawali. Sadar wisata ini dapat dilakukan dengan melaksanakan dan menciptakan suasana yang nyaman sesuai dengan Sapta Pesona. Pelaksanaan pembinaan dalam melestarikan objek wisata Astana Gede baik dari segi alamnya maupun sumber daya manusia berjalan lancar, tetapi apabila diteliti secara lebih mendalam lagi maka dalam hal ini masih ada kekurangan yang dapat menghambat pelaksanaan pembinaan tersebut. Hal-hal yang menghambat kegiatan itu adalah : CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
1. Dalam pengelolaan obyek wisata Astana Gede ini yang berwenang adalah Direktorat Kebudayaan dalam pengelolaan ini menurut penulis kurang adanya kerjasama antara pihak pengelola dengan instansi yang terkait lainnya serta dengan perusahaan yang besar. 2. Pengawasan yang dilakukan di objek wisata Astana Gede kurang tegas, usaha peraturan secara tertulis mengenai pelestarian itu sudah ada, tetapi itu saja tidak cukup. Seharusnya masyarakat setempat mengambil kayu bakar dan memakai pintu masuk sebagai jalan umum mestinya tidak boleh masuk. 3. Pelaksanaan K3 di Astana Gede cukup baik, tetapi kalau melihat di Kawali K3 itu tidak tampak. Selain daun-daun yang berserakan penataan objek itu kurang, sehingga orang yang datang kesana merasa takut karena disana ada kesan bukan tempat yang bersejarah melainkan satu tempat yang kurang terawat. 4. Belum tersedianya fasiltas-fasilitas yang sebenarnya ada di sekitar objek wisata. Hal ini berkaitan dengan sugesti masyarakat yang beranggapan bahwa di sekitar daerah Astana Gede tidak boleh didirikan bangunan terutama untuk penginapan, hal ini masih tabu dimata mereka. 5. Dalam mempromosikan obyek wisata ini masih kurang sekali. Permasalahan tersebut selalu timbul dimanapun juga, baik di instansi-instansi pemerintah maupun swasta, Oleh karena itu pembinaan sangat diperlukan terutama pembinaan sumber daya manusia.
3. Kontribusi Situs Astana Gede Kawali Terhadap Masyarakat Sekitar dan PAD Kabupaten Ciamis. Berkembangnya suatu obyek wisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke obyek wisata. Pengunjung yang datang ke Astana Gede ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan itu sedikit sekali, dibanding dengan objek wisata 75
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
lainnya. Jumlah pengunjung yang datang tiap tahun kurang lebih 600 orang. Itupun pada hari raya saja, untuk hari-hari biasa jumlah pengunjung kurang lebih 2 orang per hari jika dirata-ratakan. Dengan demikian berdasarkan jumlah rata-rata kunjungan tersebut belum memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekitar apalagi kontribusi terhadap PAD Kabupaten Ciamis. C. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: Objek wisata Astana Gede Kawali memiliki latar belakang sejarah Kerajaan Galuh sehingga menjadi bagian dari objek wisata di Kabupaten Ciamis. Astana Gede Kawali merupakan peninggalan purbakala yang berupa Prasasti kerajaan/peninggalan sejarah di bawah pemerintahan Prabu Wastu Kancana dengan keratonnya bernama Surawisesa. Di Astana Gede Kawali terdapat 6 buah prasasti yang semuanya merupakan peninggalan kerajaan tersebut dan sedikit banyak telah memiliki petunjuk tentang keberadaan Situs Astana Gede Kawali, antara lain berupa menhir, yoni, lingga, dan punden berundak-undak di samping prasasti yang baru ditemukan pada tahun 1995. b) Objek wisata Astana Gede Kawali diperlukan pengembangan, penambahan sarana prasarana kepariwisataan dan peningkatan pelayanan. Untuk menjadikan pariwisata sebagai penghasil devisa diperlukan pengembangan, penambahan prasarana dan sarana kepariwisataan serta tidak kalah pentingnya peningkatan pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan yang cukup penting adalah kegiatan pramuwisata yang mencakup penerimaan kedatangan wisatawan. c) Berkembangnya suatu obyek wisata dapat dilihat dari banyaknya
pengunjung yang datang ke obyek wisata. Pengunjung yang datang ke Astana Gede ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan itu sedikit sekali, dibanding dengan objek wisata lainnya. Jumlah pengunjung yang datang tiap tahun kurang lebih 600 orang. Itupun pada hari raya saja, untuk hari-hari biasa jumlah pengunjung kurang lebih 2 orang per hari jika dirata-ratakan. Dengan demikian berdasarkan jumlah rata-rata kunjungan tersebut belum memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekitar apalagi kontribusi terhadap PAD Kabupaten Ciamis.
a)
CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
4. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka rekomendasi sebagai berikut: a) Astana Gede Kawali memerlukan pramuwisata (Kuncen) yang kompeten dalam peningkatan pelayanan terhadap wisatawan b) Situs Astana Gede Kawali perlu dipromosikan pada masyarakat luas karena wilayahnya yang sejuk dan bernilai sejarah. c) Upaya pelestarian situs Astana Gede perlu dilakukan melalui penumbuh kembangkan kesadaran, kepedulian, dan penyuluhan kepariwisataan bagi masyarakat sekitarnya sehingga menguasai, mengerti serta memahami nilai-nilai sejarah budaya. d) Situs Astana Gede Kawali belum tergali secara optimal untuk itu diperlukan kepedulian dan kebersamaan masyarakat, pemerintah, instansi terkait, dan pihak lain sehingga berdampak positif bagi masyarakat. e) Situs Astana Gede Kawali perlu dipelihara, dirawat, dan ditingkatkan daya tariknya sehingga budaya Sunda akan tetap bertahan dalam kehidupan era manapun. f) Agar objek wisata situs Astana Gede diketahui oleh publik hendaknya dipasang gapura dan penunjuk jalan di
76
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
pinggir Jalan Raya Ciamis-Cirebon (dekat Pom Bensin Kawali). g) Untuk meningkatkan pelayanan situs Astana Gede Kawali hendaknya disediakan air bersih (destinasi) dan buku panduan keberadaan situs Astana Gede Kawali. h) Agar situs Astana Gede lebih dikenal oleh publik hendaknya didokumentasikan melalui publikasi buku sejarah Astana Gede bekerjasama dengan dinas pendidikan. i) Disbudpar bekerjasama dengan Dinas Pendidikan hendaknya bisa mempromosikan situs Astana Gede Kawali kepada anak-anak sekolah baik dari TK s.d Perguruan Tinggi melalui kegiatan rutin baik tiap semester atau tiap tahun untuk meneliti keberadaan objek wisata tersebut.
Kabupaten Ciamis). Bandung Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Fachroel Aziz dan Etty Saringendyanti W. (2001). Cakrawala Arkeologi. Bandung: Balai Arkeologi. Gamal Suwantoro. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Happy Marpaung dan Herman Bahar. (2004). Pengantar Pariwisata. Tanpa Penerbit. Ismaun. (1984). Pengantar Ilmu Sejarah (Diktat Kuliah). Bandung : IKIP Bandung
Daftar Pustaka Dadan Wildan. Tanpa Tahun (T.th) Upaya Inventarisasi Dokumentasi Katalogisasi dan Konservasi Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Sebagai Aset Warisan Budaya di Kabupaten Ciamis. (Hasil Seminar). Ciamis Tanpa Penerbit.
Oka A. Yoeti. (1983). Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Bandung : Angkasa.
Destril Riva Santi. (1997-1998). Laporan Hasil Penelitian Arkeologi. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Balai Arkeologi Bandung.
Sihite, Richard. (2000). Tourism Industry, (Kepariwisataan). Surabaya : SIC Surabaya.
Djaja. (2002). Astana Gede Kawali. Ciamis : Tanpa Penerbit (Tp). -------.(2002). Inventarisasi dan Dokumentasi Sumber Sejarah Galuh Ciamis.Tanpa Penerbit. Edi S. Ekadjati. (1980). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung : Giri Mukti Pusaka. Euis Thresnawaty S. (2004). Wisata Sejarah di Kabupaten Ciamis (Studi Perkembangan Wisata Sejarah di CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
-----------------. (1991). Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Bandung : Angkasa. ------------------.(1996). Pengantar Pariwisata. Bandung : Angkasa
Ilmu
Siti Dloyana K., dkk (1995). Situs Astana Gede Kawali. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Traduisional Jawa Barat Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Direktur Jenderal Pariwisata. (1994).Promosi Terpadu Pariwisata Nusantara. Jakarta : Deparpostel. ---------------------. (1994). Peranan Kebudayaan Daerah Dalam Masyarakat Industri Pariwisata Di 77
Runalan Soedarmo
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Upaya Pengembangan Nilai Budaya Situs Astana Gede Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Deparpostel. Sumber-Sumber Lain : Atlas
Indonesia. 1995. Dunia dan Budayanya. Jakarta: CV. Tarity Samudera Berlian.
Diparda Kabupaten Ciamis. 2000. Selayang Pandang Kepariwisataan Kabupaten Ciamis. Ciamis : Pemda Ciamis. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.2004. Rencana Strategik (Renstra) Tahun 2004-2009. Ciamis. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2005. Pesona Wisata Kabupaten Ciamis. Ciamis. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2005. Bahan Expose. Ciamis. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Wawancara dengan Nara Sumber : Tokoh Masyarakat, Aparat Pemerintahan Desa, Kuncen/orang yang mengetahui tentang Situs Astana Gede Kawali. Riwayat Penulis : Runalan Soedarmo, Drs.,M.Si., adalah Dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten dpk Universitas Galuh Ciamis.
CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 5 Juni 2011
78