Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 15 Januari 2014 04:43 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 15 Januari 2014 04:45
Oleh Rangga Prakoso
JAKARTA. Revisi Peraturan Pemerintah (PP) No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) akan memuat perlakuan khusus bagi perusahaan yang berkomitmen melakukan pengolahan dan pemurnian bahan mineral di dalam negeri. PP itu juga secara tegas melarang ekspor bijih mineral (ore). Namun, mineral yang sudah diolah atau dimurnikan (konsentrat) dalam kadar tertentu masih boleh diekspor. Hanya saja, ekspor konsentrat akan dikenai bea keluar (BK).
Sementara itu, berdasarkan draf PP revisi yang diperoleh Investor Daily, pemerintah merombak batas minimum pengolahan dan pemurnian seluruh bahan mineral sebagai persyaratan untuk ekspor. Dalam draft aturan baru yang akan dilimpahkan ke Kantor Menko Perekonomian itu, persentase atau kadar pengolahan dan pemurnian diturunkan, sehingga perusahaan tambang memiliki kesempatan lebih longgar untuk mengekspor bahan mineral yang telah diolah atau dimurnikan.
Dari 10 komoditas, hanya komoditas nikel lainnya yang batas minimum persentasenya tetap. Sedangkan batas persentase pengolahan atau pemurnian sembilan komoditas lainnya diturunkan atau dilonggarkan. Sembilan komoditas itu meliputi pasir besi, bauksit, bijih besi, nikel, logam nikel, logam kobal, nikel lainnya, mangan, seng, dan timbal, (lihat tabel).
Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM R Sukhyar mengungkapkan, substansi revisi PP 23/2010 mengacu pada rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 27 Desember 2013. Dalam rapat itu diputuskan pengusaha yang berkomitmen membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bahan mineral (smelter) akan mendapat perlakuan khusus yang diatur dalam PP.
Dari hasil rapat tersebut, Kementerian ESDM kemudian melakukan analisa terhadap pengusaha pertambangan yang sudah berkomitmen atau sedang membangun smelter. "Kami kasih mereka; kesempatan untuk selesaikan sampai 2017. Jadi, kira-kira dikasih batas waktu. Tetapi juga diberikan kesempatan untuk bisa ekspor olahan. Ekspor ore (bijih mineral) tetap nggak boleh, tetap dilarang. Sedangkan untuk pengolahan atau pemurnian, kami sedang membuat batasannya," kata Sukhyar di Jakarta, Selasa (7/1).
1/5
Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 15 Januari 2014 04:43 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 15 Januari 2014 04:45
Sukhyar menjelaskan, batas waktu 2017 ditetapkan dengan pertimbangan lamanya proses pembangunan smelter. Batasan waktu itu pun akan dicantumkan dalam PP revisi. Soalnya, dalam PP 23/2010 juga tertuang batas waktu pengolahan dan pemurnian.
Sukhyar menegaskan, konsentrat mineral masih bisa diekspor setelah PP baru diberlakukan mulai 12 Januari 2014. Namun, berapa persen tingkat kadar konsentrat yang diizinkan untuk diekspor masih dalam pembahasan dengan pihak-pihak terkait Pembahasan antara lain melibatkan para pengusaha pertambangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) Kementerian ESDM, serta pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Belum ada kepastian bagaimana format sebenarnya dan berapa yang boleh ekspor. Yang jelas, yang sudah mengolah dan memurnikan dapat diatur untuk diberi kesempatan," ujar dia.
Ekspor konsentrat, menurut Sukhyar, akan dikenai bea keluar (BK), namun besarannya menjadi wewenang Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dengan terbitnya PP revisi ekspor mineral, PP No 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga bakal direvisi. "PNBP emas berapa, turunnya berapa, sedang kami ajukan ke Kemenkeu. Kami di internal ESDM sedang membahas," tutur dia.
Batasan Khusus
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Syahrir AB mengatakan, mengacu pada keputusan pemerintah 27 Desember 2013, setelah 12 Januari 2014 produk konsentrat masih boleh diekspor dengan tingkat kadar berdasarkan kesepakatan bersama dengan kalangan pengusaha.
Dia mengungkapkan, tingkat pemurnian diwajibkan terpenuhi paling lambat pada 2017 pada level minimum 25% dari jumlah konsentrat "Pemurnian itu dibatasi sampai 2017. Minimum 25% dari konsentrat yang ada sudah harus dimurnikan. Kadarnya sedang dibahas," ucap dia.
2/5
Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 15 Januari 2014 04:43 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 15 Januari 2014 04:45
Dia menjelaskan, dalam revisi PP secara gamblang dinyatakan, bahan mineral tidak boleh diekspor. Namun, produk pengolahan dan pemurnian boleh diekspor dengan batasan yang ditetapkan melalui revisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 20 Tahun 2013 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Pengolahan dan Pemurnian, yang sedang dibahas.
Syahrir menambahkan, setelah pembahasan rampung, harus dilakukan harmonisasi sistem kode (harmonisedsystem code/ HSO) mineral antara Kementerian ESDM, Kementerian Per dagangan, dan Ditjen Bea Cukai. Nantinya, kode ore maupun konsentrat memiliki kode yang berbeda.
Syahrir meminta pemerintah tidak lagi menetapkan BK bagi produk olahan dan pemurnian mineral. Pasalnya, BK yang ditetapkan selama ini sebesar 20% hanya diperuntukkan bagi ekspor bahan mineral mentah (ore). "Ini kan bukan ore, tapi produk olahan," tandas dia.
Di sisi lain, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral ESDM Dede I Suhendra menjelaskan, pembahasan revisi Permen ESDM kali ini terkait kadar pengolahan dan kadar pemurnian. Berbeda dengan Permen 20/2013 yang hanya mencampurkan keduanya.
Dia mengakui adanya wacana agar pemurnian diberi tenggat hingga 2017. Namun, hal itu belum tentu disetujui pemerintah lantaran hasil pembahasan revisi Permen ini akan dibawa ke rapat dengan menko perekonomian.
Dede mengungkapkan, dalam pembahasan itu tidak ada pembicaraan mengenai pencabutan atau pengenaan BK mineral setelah 12 Januari 2014. "BK merupakan wewenang Kemenkeu," tutur dia.
Kementerian ESDM menggelar pertemuan secara maraton dengan pengusaha pertambangan dalam sepekan terakhir untuk membahas batasan minimum pengolahan dan pemurnian komoditas mineral.
3/5
Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 15 Januari 2014 04:43 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 15 Januari 2014 04:45
Sejumlah kadar pengolahan beberapa komoditas sudah selesai dibahas, antara lain pasir besi dengan konsentrat kadar 58%. Permen 20/2013 hanya mengatur pemurnian pasir besi berupa pig iron dengan kadar 90%. Komoditas berikutnya adalah bauksit telah disepakati kadar pengolahan sebesar 45%. Permen 20/ 2013 hanya mengatur pemurnian bauksit dalam bentuk smelter grade alumina (SGA) dengan kadar 98%, chemical grade alumina dengan kadar 99% dan logam 99%.
Selanjutnya bijih besi dengan olahan primary sampai kadar 62% dan /ate/#kadar 51%. Kesepakatan ini berbeda dengan ketentuan dalam Permen 20/2013 yang hanya mengatur pemurnian berupa besi spon (sponge iron) kadar 75%, besi wantah (pig iron) kadar 90%, dan logam padu an (alloy) 88%.
Adapun komoditas nikel harus melalui proses pemurnian yang berarti tidak ada produk pengolahan nikel. Dalam pembahasan disepakati pemurnian nikel berupa nikel pig iron (NPD sebesar 4%. Sedangkan dalam Permen 20/2013 kadar NPI sebesar 6%. Kemudian logam nikel dise-pakti kadar 93%, sedangkan dalam permen disebutkan 99%. Adapun kadar logam kobal ditetapkan menjadi 93% dari 99%. Kadar pemurnian nikel lainnya tetap mengacu pada Permen 20/ 2013, seperti nikel matte tetap 70%, feronikel tetap 10%, mix hydroxide presipitate kadar 25%, hydroxide nickle carbonate tetap 40%, dan NiS tetap 40%.
Untuk komoditas mangan, batasan konsentrat ditetapkan 40%, komoditas seng (Zn) 62%, dan Timbal (Pb) 54%. Sedangkan komoditas tembaga masih dibahas.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi VII Dito Ganinduto mengatakan, perubahan persentase konsentrat tidak menyalahi aturan dalam UU No 4 Tahun 1999 tentang Pertambangan Minerba. "Semangat dalam UU ini adalah ekspor mineral mentah dilarang dan harus mengalami proses pengolahan di dalam negeri agar tercipta nilai tambah. Mengenai besaran persentasenya, itu masalah teknis yang harus dikaji khusus," kata dia.
Mengenai adanya perlakuan khusus bagi perusahaan yang memiliki komitmen untuk membangun smelterdi dalam negeri.
Dito menjelaskan, pemerintah harus benar-benar mencermati realisasi di lapangan.
4/5
Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 15 Januari 2014 04:43 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 15 Januari 2014 04:45
Satuan Tugas Hilirisasi Mineral Kadin Indonesia mengapresiasi capaian pembahasan batasan minimum pengolahandan pemurnian mineral yang dilakukan Kementerian ESDM bersama para pengusaha pertambangan.
Ketua Satgas Hilirisasi Mineral Kadin Indonesia Didie Suwondho mengatakan, pembahasan tersebut menghasilkan kesepakatan kadar olahan mineral yang diberi kesempatan ekspor setelah 12 Januari. "Artinya dengan kadar konsentrat itu, pengusaha bisa bekerja, masih bisa berproduksi," kata Didie.
Menurut Didie, dalam pembahasan, bijih besi ditetapkan kadar olahan lateritnya sebesar 51% dan kadar olahan primary sebesar 62%. Angka itu berbeda dengan ketetapan kandungan dalam Permen ESDM No 20/ 2013 yang menyatakan bijih besi boleh diekspor hanya produk jadi yang telah melalui proses pemurnian di smelter. Produk akhir pemurnian itu seperti sponge iron dengan kadar 75%, pig iron dengan kadar 90%, dan logam paduan dengan kadar 88%. "Ada kajian bahwa untuk menghasilkan 51% berat, tapi ada bantuan dari ITB maupun Tekmira untuk memberikan konsultasi," tutur dia.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Mangan Indonesia (Aspemindo) Saleh A Rais menyampaikan hal serupa dengan ditetapkannya kadar minimum konsentrat mangan yang diperbolehkan ekspor. Dalam pembahasan hari ini ditetapkan kadar konsentrat mangan sebesar 40%. Sedangkan pada Permen ESDM 20/2013 dinyatakan produk mangan yang diperbolehkan ekspor seperti ferromangan dengan kadar 60% dan silikamangan dengan kadar 60%.
"Kami mengapresiasi pemerintah dengan adanya kemudahan ini. Kami diberi waktu oleh pemerintah sampai 2017, untuk melakukan pemurnian mangan di dalam negeri," ujar dia. (es)
Sumber : Investor Daily, 8 Januari 2014
5/5