KELAS INDUSTRI SEBAGAI WAHANA PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FKIP UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA Oleh : Rabiman, Prodi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
1. Pendahuluan Tujuan dari Prodi Pendidikan Teknik Mesin FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa menghasilkan lulusan tenaga pendidik yang profesional di bidang pendidikan teknik mesin dengan konsentrasi mesin produksi dan mesin otomotif dalam waktu rata-rata 4,0 tahun. Strategi pencapaian visi dan misi yang ditetapkan adalah dengan cara menyelesaikan kurikulum program studi pendidikan teknik mesin yang berjumlah 148 sks berdasarkan urutan, tahapan, dan sekuen mata-kuliah yang terdiri d mata ri kuliah teori dan mata kuliah praktek. Dalam UU No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 10 Guru sebagai tenaga pendidik
harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Untuk mengajarkan ilmu terkait dengan kompetensi professional
bidang
permesinan dan otomotif disampaikan melalui Mata Kuliah Keahlian dalam bentuk kuliah teori kejuruan dan kuliah Praktik. Kemudian untuk mencapai kompetensi kepribadian disampaikan Mata Kuliah Umum (MKU) termasuk didalamnya ajaran Ketamansiswaan. Pencapaian kompetensi sosial diperoleh melalui/pada saat mahasiswa melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan masyarakat dan praktik Industri pada semester VII. Kemudian untuk mencapai kompetensi pedagogik diberikan Mata Kuliah Kependidikan termasuk didalamnya Praktik Pengalaman Lapangan (di sekolah-sekolah) sekaligus sebagai tempat untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam hal mengajar. Namun dari kesan pesan yang disampaikan oleh para guru pembimbing ternyata kompetensi profesional para mahasiswa yang melaksanakan PPL dinilai masih rendah. Dari pengamatan para guru pembimbing ketika diberi tugas mengajar teori, para mahasiswa cenderung text book dan sering kehabisan bahan 1
2
didepan kelas. Ketika diminta mengajar pelajaran praktek, mahasiswa masih banyak yang belum mampu dan kalah terampil dengan para siswa SMK yang diajarnya, sehingga guru pembimbing mengeluhkan saat ditempati mahasiswa PPL seolah-olah mereka mendapatkan siswa baru. Kondisi ini juga didukung dari hasil penelusuran alumni yang sudah bekerja menjadi guru, umumnya mereka menyarankan agar mata kuliah praktik bidang kejuruan diperbanyak. Para alumni mengatakan bahwa ketika mulai bekerja menjadi guru, mereka kesulitan ketika diminta mengajar praktik. Mereka merasa belum terampil sehingga mereka harus kembali mengikuti kursus-kursus. Dari uraian tersebut nampak bahwa kompetensi professional para mahasiswa tingkat akhir maupun alumni Prodi Pendidikan Teknik mesin masih harus ditingkatkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebenarnya dapat dicapai dengan peningkatan porsi dan efektifitas mata kuliah praktek kejuruan. Tetapi untuk melaksanakan hal tersebut kendala yang dihadapi oleh Prodi Pendidikan Teknik Mesin adalah keterbatasan Sarana dan Prasarana dan Pendanaan yang dimiliki. Dimana untuk pengadaan sarana dan prasarana praktek dan operasionalnya diperlukan biaya yang sangat mahal. Apalagi kalau sarana dan prasarana praktek yang dimiliki harus selalu mengikuti perkembangan teknologi yang tiap tahunnya berganti, maka dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Karena itu perlu diupayakan suatu proses pembelajaran bagi mahasiswa prodi pendidikan teknik mesin yang mampu menjadikan mereka sebagai calon lulusan yang handal dibidangnya tetapi dengan biaya yang murah. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan pelaksanaan Kelas Industri. Dalam Program ini Prodi menggandeng Industri yang relevan sebagai mitra kerja (tempat mahasiswa praktek). Industri yang dipilih adalah yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti praktek di industri, tetapi tetap bisa menempuh kuliah dikampus. Dengan pola ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang calon guru tetapi tetap dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu.
2. Kompetensi yang harus dimiliki guru kejuruan Tujuan dari Prodi Pendidikan Teknik Mesin FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang berdiri sejak
tahun 1981 adalah menghasilkan lulusan yang
professional yang memiliki kompetensi dan mandiri di bidang tenaga kependidikan
3
teknik mesin dan berwawasan luas serta memiliki kemampuan manajerial. Kompetensi lulusan mengacu pada UU No. 22 / 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 / 2005 tentang
Standar
Nasional
Pendidikan.
Dalam
pelaksanaannya
Prodi
ini
menyelenggarakan dua konsentrasi studi, yaitu konsentrasi mesin produksi dan mesin otomotif. UU No. 22 / 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Lebih lanjut dalam ayat 6 dijelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 Ayat 1 Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran lebih lanjut dalam ayat 3 disebutkan bahwa Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. Pasal 29 Ayat 6 mensyaratkan Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat Memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan Lulusan dari prodi ini diharapkan dapat menjadi guru atau pengajar di sekolah yang menyelanggarakan pendidikan kejuruan teknik mesin. Pangsa pasar terbanyak bagi lulusan prodi ini adalah SMK yang menyelenggaran pendidikan bidang keahlian teknik mesin dan teknik otomotif. UU No.14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Lebih lanjut UU No.14 Tahun 2005 Pasal 1
ayat 4 mengartikan
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
4
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi dari pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa sebagai lembaga yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga pendidikan(guru) yang professional maka Prodi Pendidikan teknik mesin termasuk sebagai lembaga pendidikan profesi. Lembaga ini harus memberikan bekal keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu kepada mahasiswanya. Lulusan dari Prodi pendidikan teknik mesin seharusnya dapat menjadi guru yang professional yang memiliki Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi professional dan Kompetensi sosial. Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru mengartikan Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam pasal 3 ayat 7 diperjelas bahwa Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
3. Kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Kurikulum merupakan kunci pokok untuk mengembangkan potensi anak didik melalui program pendidikan. Pengertian dan isi kurikulum telah berkembang dari pengertian sempit ke p e n ge r t i a n ya n g l e b i h l u a s . Fi n c h a n d Crunkcilton (1979:7) mengemukakan, "curriculum as the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school“. Jadi kurikulum adalah seluruh aktivitas dan pengalaman belajar Yang dialami oleh anak didik di bawah pengarahan dan tanggung jawab sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1988:240), kurikulum adalah semua pengalaman belajar subyek didik dibawah bantuan
5
sekolah. Nana Sudjana (2004: 2) memberikan batasan kurikulum sebagai program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematik dan diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan. Isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar yang disusun sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengartikan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum Prodi Pendidikan Teknik Mesin adalah sekumpulan program pengalaman keterampilan yang direncanakan untuk mendapatkan suatu pengalaman bagi peserta didik sehingga mahasiswa terampil dalam bidang tertentu atau kualifikasi keterampilan yang baku dan dilaksanakan secara formal maupun informal di bawah tanggung jawab dosen atau suatu perguruan tinggi. Kurikulum program studi Pendidikan Teknik Mesin mengikuti kurikulum yang berbasis kompetensi yang mulai diberlakukan tahun 2003. Selain itu Program Studi Pendidikan Teknik Mesin memberi peluang bagi mahasiswa untuk memilih jalur spesialiasi tertentu untuk meningkatkan kompetensinya. Jalur spesialiasi tersebut adalah Pendidikan Teknik Mesin spesialisasi Mesin Produksi (MP) dan Pendidikan Teknik Mesin spesialisasi Mesin Otomotif (MO). Peninjauan kurikulum Pendidikan Teknik Mesin dilakukan secara periodik tiap tahun sekali dan selama-lamanya maksimal lima (5) tahun sekali. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum tahun 2006, namun atas kritik dan masukan dari stake holder internal dan eksternal, saat ini dan telah disempurnakan menjadi kurikulum 2006 dan telah direvisi lagi tahun 2008. Kurikulum program studi pendidikan teknik mesin terdiri dari 148 SKS yang dikelompokkan menjadi : Mata Kuliah Umum (MKU) 22 SKS, Mata Kuliah Kependidikan (MKK) 24 SKS, Mata Kuliah Keahlian (MKK) 80 SKS, Mata Kuliah Keahlian Mesin Produksi (MP)/Mesin Otomotif (MO) masing-masing 22 SKS. Dengan bobot mata kuliah teori 109 SKS (70%), Praktek 34 SKS (23%) dan Kuliah Lapangan 10 SKS (7%). Menurut Slamet Priyanto (2011:302) Sebagai Perguruan tinggi yang mendidik generasi muda sebagai calon juru sekaligus guru teknik harusnya menerapkan kurikulum dengan komposisi 60% mata kuliah teori dan 40% mata kuliah praktek yang
6
harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi . Lebih lanjut Slamet Priyanto menyatakan bahwa Kurikulum tersebut juga harus didukung fasilitas bengkel dengan peralatan praktek dasar kejuruan dan praktek profesi kejuruan dengan spesialisasi seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan untuk membekali ketrampilan kepada mahasiswa sesuai bidang pilihannya diperlukan banyak mata kuliah
praktik yang membutuhkan sarana dan
prasarana praktik yang banyak. Namun pada kenyataannya sarana dan prasarana praktik yang dimiliki oleh Prodi Pendidikan Teknik mesin masih sangat terbatas baik dari segi jumlah maupun ragamnya. Disamping itu mesin-mesin yang ada tergolong mesin yang sudah tua dan banyak yang rusak. Dalam pelaksanaan praktek juga diperlukan bahan praktek. Untuk pengadaan bahan praktek ini juga terkendala terbatasnya dana praktek. Sebagai akibatnya pelaksanaan mata kuliah praktik bidang keahlian sangat tidak efektif dan frekuensinya rendah. Sebagai dampak maka ketrampilan mahasiswa sesuai
dengan tuntutan
kompetensi keahlian masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya saran dari alumnus yang menyarankan agar ada penambahan proporsi mata kuliah praktik. Hal disebabkan dari pengalaman bahwa mereka akan kesulitan mengajar di SMK karena kurangnya ketrampilan yang diperoleh saat kuliah. Untuk mengatasi hal tersebut maka para alumni prodi teknik mesin harus menambah kursus setelah lulus. Bagi alumni yang mempunyai keterbatasan ekonomi untuk mendapatkan kursus adalah masalah tersendiri, sehinga akhirnya kalau mereka harus bersaing dengan lulusan Perguruan tinggi lain terutama perguruan tinggi negeri, mereka akan kalah dalam berkompetensi untuk mendapatkan pekerjaan. Disamping itu juga ada beberapa kritik dan saran yang disampaikan oleh beberapa guru dan pengelola SMK yang ditempati oleh mahasiswa PPL II yang menyatakan bahwa ketika mereka dititipi mahasiswa PPL yang mereka harapkan dapat membantu memperingan pekerjaan guru dan pengelola SMK, namun pada kenyataannya mereka justru menjadi beban dan guru pembimbing seperti mendapatkan siswa baru. Hal ini dikarenakan para mahasiswa peserta PPL ini ketika diminta mengajar terutama mengajar teori siswa kelas XII ternyata banyak mahasiswa yang kehabisan bahan ajar, karena kurangnya pengalaman lapangan sehingga mereka ketika
7
mengajar cenderung text books oriented. Sedangkan ketika mereka diminta mengajar praktik ternyata para mahasiswa yang sedang PPL II kalah terampil dengan para siswa dan kurang percaya diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardiman (1998:51) yang menyatakan: “secara teoritis guru hanya mengajarkan apa yang dia tahu, apa yang dia bisa. Guru SMK yang diperoleh melalui tamatan segar IKIP tidak memiliki pengalaman industry dan sulit memahami wawasan mutu, wawasan keunggulan dan wawasan nilai tambah”.
Untuk mengatasi permasalahan ini sebenarnya dapat dicapai dengan
memperbanyak fasilitas praktik dan memperbanyak praktikum sebelum mereka melaksanakan PPL II. Tetapi hal ini tentunya memerlukan biaya yang besar, yang sampai saat ini belum terpecahkan. Disamping itu dalam kurikulum prodi juga ada mata kuliah Praktik Industri yang juga dilaksanakan di semester VII sebanyak 4 SKS. Tetapi dalam pelaksanaanya ternyata juga kurang optimal, karena waktunya sering berbenturan dengan pelaksaan PPL, sehingga mahasiswa sering meninggalkan tempat PI. Disamping itu dari saran pihak industri juga banyak yang mengeluhkan bahwa kemampuan mahasiswa yang praktik juga rendah, sehingga ketika di industri justru keberadaannya dirasakan membebani pihak industri.
4. Kelas Industri Menurut Slamet Priyanto (2011:303) Program studi pendidikan teknik mesin UST merupakan pendidikan yang berorientasi pekerjaan (Work Based Learning) proses pembelajarannya harus berorientasi pekerjaan. Sebagai calon guru teknik mesin dengan spesialisasi mesin produksi dan mekanik otomotif, lulusan program ini harus memiliki kompetensi professional sebagai guru teknik mesin sesuai spesialisasi yang dipilih. Mereka harus menguasai materi pelajaran bidang keahlian teknik mesin maupun teknik otomotif. Mereka harus kompeten untuk mengajar praktek maupun teori. Proser (1950 : 223) menyatakan ” vocational education will be effective in proportion as the instructor has had successful experience in the apliction of skills and knowledge to the operations and prosses he undertakes to teach”. Ini berarti bahwa mahasiswa pendidikan teknik mesin sebagai calon guru atau instruktur pendidikan
8
kejuruan juga harus dibekali dengan pengalaman praktek langsung bidang yang akan diajarkannya kelak. Bagi mereka yang mengambil spesialisasi mesin otomotif, harus diberi pengalaman langsung dalam menangani perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor sesuai dengan kompetensi yang dituntut oleh lulusan SMK bidang keahlian teknik otomotif. Mereka yang mengambil spesialisasi mesin produksi harus dibekali pengalaman terlibat dalam bidang produksi atau perawatan mesin produksi sesuai tuntutan lulusan SMK bidang keahlian teknik mesin. Padahal teknologi yang digunakan dalam bidang teknik otomotif maupun permesinan dari tahun ke tahun selalu berkembang dan mengalami pembaharuan. Proser (1950 : 225) ) menyatakan ” The effective establishment of process habits in any learner will be secured in proportion as the training is given on actual jobs and not on exercises or pseudo jobs”. Jadi agar kuliah praktek kejuruan yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan teknik mesin dapat efektif, mereka harus dilibatkan dalam proses produksi yang sebenarnya, bukan hanya job tiruan atau simulasi dari pekerjaan yang sebenarnya. Pekerjaan bidang teknik otomotif dan mesin produksi selalu berkembang. Perkembangan ini selalu diikuti oleh dunia industri. Karena itu agar pelaksanaan praktek dapat berjalan efektif maka untuk melaksanakan prkatek ini dapat dilaksanakan di industri atau dengan kata lain perkuliahan harus dilaksanakan di industri dengan berbasis pekerjaan. Sistem perkuliah model ini harus memadukan antara perkuliahan teori yang dilaksanakan dikampus dan didukung dengan praktek langsung di industri. Program ini dinamakan sebagai program kelas industri atau kelas khusus. Jadi kelas industri yang dimaksud dalam makalah ini adalah perkuliahan yang dilaksanakan secara terpadu antara kerja di industri yang relevan dan perkuliahan dikampus. Kelas lndustri merupakan bagian dari program pembelajaran alternatif yang merupakan pilihan bagi mahasiswa untuk belajar sambil praktik langsung di dunia kerja yang relevan dengan minat studinya. Program Kelas Industri disusun bersama antara Kampus dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan Mahasiswa dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan di UST. Dengan Kelas Industri Mahasiswa dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia
9
industri yang menjadi bidang keahliannya yang kelak dapat dijadikan bekal untuk bekerja setelah menamatkan pendidikannya. Paktek atau melakukan pelatihan di lapangan merupakan kegiatan yang harus ditempuh oleh Mahasiswa dalam bentuk praktek Kelas Industri. Kelas Industri adalah bentuk lain Pendidikan sistem ganda yang banyak diaplikasikan di Sekolah Menengah Kejuruan Finch (1997 : 203) mendefinisikan "to Obtain experience from work and for young people to be prepared for the transition from school to work and, to learn the realities of work and be prepared to make the night choice of work". Kelas Industri adalah suatu pengalaman kerja bagi mahasiswa yang disiapkan untuk masa peralihan dari kampus ke lingkungan kerja; memahami dunia kerja dan persiapan untuk memilih pekerjaan yang tepat. Jadi dalam program ini praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa benar-benar berbasis pekerjaan (work based learning) dan bukan dalam bentuk simulasi. Joseph Raelin (2008 : 64) menyebutkan bahwa "work based learning is much more than familiar experiential learning, which cosist of adding a layer of simulated experience to conceptual knowledge. Pembelajaran berbasis kerja lebih dekat kepada pengalaman belajar yang berisi tambahan contoh pengalaman menjadi pengalaman
konseptual.
Praktek
Kelas
Industri
adalah
salah
satu model
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkronisasi antara pendidikan Kampus dan penguasaan keahlian atau ketrampilan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian yang profesional sesuai dengan program studinya dan yang diharapkan dalam profil kemampuan lulusan. Jadi Praktek Kelas Industri adalah suatu bentuk kegiatan yang diikuti Mahasiswa dengan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah dengan tujuan membekali Mahasiswa dengan sikap dan ketrampilan sesuai dengan cara belajar langsung di Dunia usaha / dunia industri.
Lyn Brennan (2005: 13) menyebutkan
konsep yang menjadi bagian penting dari pelaksanaan Kelas Industri yaitu : (1) Partnership, (2) Flexibility, (3) Relevance, dan (4) Accreditation. Pelaksanaan Kelas Industri bukan sekedar penempatan Mahasiswa pada industri dan mendapatkan pengalaman kerja bagi Mahasiswa, tapi untuk dapat dilibatkan dalam pengalaman
10
kerja dalam berinteraksi dengan karyawan lainnya.
4.1.Tujuan Berdasarkan uraian dan beberapa permasalahan tersebut diatas, dapat diuraikan beberapa tujuan dalam penyelenggaraan Kelas Industri Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FKIP UST Yogyakarta adalah : a. Meningkatkan kerjasama dan saling pengertian antara dunia usaha dengan dunia pendidikan dalam turut mencerdaskan masyarakat b. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme lulusan c. Meningkatkan daya serap dan daya saing lulusan pada dunia kerja bidang otomotif/teknik mesin d. Menghasilkan dan menyiapkan lulusan yang memiliki standar kompetensi dan jiwa profesional yang dibutuhkan oleh SMK dan dunia usaha.
4.2. Manfaat Beberapa manfaat dalam penyelenggaraan Kelas Industri ini bagi pihakpihak terkait dalam pendidikan ini antara lain : a. Meningkatkan citra lembaga dalam meningkatkan kualitas lulusan, sehingga dapat meningkatkan daya serap tenaga kerja. b. Meningkatkan citra dunia usaha dalam turut serta berpartisipasi aktif dalam program pendidikan c. Sebagai alternatif bentuk pendidikan profesional yang mampu meningkatkan kualitas lulusan d. Menyediakan lulusan yang memiliki kualifikasi dan standar kompetensi yang dibutuhkan SMK dan dunia usaha
4.3. Institusi Pasangan Penyelenggaraan Kelas Industri, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam melaksanakan kerjasama ini diantaranya dengan dunia usaha (dunia Industri). Sebagai langkah awal dalam penyelenggaraan pendidikan ini telah dijajaki kerjasama dengan PT. Sumber Baru Motor Yogyakarta (Dealer Suzuki
11
Mobil Wilayah DIY ) Jl. Solo Km 8. Maguwoharjo Yogyakarta yang mampu menampung mahasiswa sejumlah 32 orang dan Bengkel C-Maestro Jalan Imogiri Barat no 155 B Yogyakarta yang mampu menampung 2 orang.
4.4. Peserta Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Mesin Spesialisasi Pendidikan Teknik Otomotif Semester V-VI FKIP UST Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
4.5. Strategi Penyelenggaraan a. Aspek Penyelenggaraan Penyelenggaraan pendidikan dalam kelas industri ini dilaksanakan langsung pada dunia kerja sesungguhnya, sehingga mahasiswa memperoleh bekal dan pengalaman yang cukup untuk dengan menghadapai ilmu dan teknologi yang uptodate. Kelas Industri ini di gunakan sebagai pengganti Praktik Industri yang harus ditempuh pada semester VII yang waktunya bersamaan dengan PPL II. Bagi mahasiswa peserta program ini diakhir kegiatan diharuskan membuat laporan PI sehingga maka pada semester 7 mahasiswa tinggal mencantumkan Mata Kuliah PI pada KRS dan nilainya diambilkan dari program kelas industri. Pelaksanaan kuliah pada dunia industri dilaksanakan pada Semester V dan VI, sebagai Persiapan mahasiswa untuk terjun dalam PPL II dan menyelesaikan studi. Pola pelaksanaan dengan model 3 hari kuliah dikampus, 3 hari praktik dilapangan. Pada semester tersebut diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dilapangan sekaligus menyelesaikan beberapa matakuliah lanjut yang banyak bersentuhan langsung dengan obyek nyata di dunia kerja. Skema penjenjangan pendidikan dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah ini :
12
Bagan 1. Pola pelaksanaan Kelas Industri
Dengan sistem ini pada semester VII mahasiswa dapat focus pada pelaksanaan PPL II. Dengan demikian pelaksanaan PPL II dapat daalkukan pada waktu yang lebih panjang dan lebih efektif. Selanjutnya pada semester VIII mahasiswa tinggal focus pada tugas akhir. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat lulus sesuai dengan harapan yaitu 4 tahun dengan kualitas yang baik.
b. Pola rekruitmen peserta Dalam mencapai tujuan aspek rekruitment memegang peranan penting terutama dalam rangka menyeleksi calon mahasiswa yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup untuk dikembangkan di industri. Seperti tampak pada bagan di atas seleksi dilakukan pada semester IV, materi seleksi meliputi potensi akademis yang dapat diketahui dari besarnya pencapaian index prestasi. Dalam rekriuitment perlu dilakukan persyaratan minimum index prestasi yang dapat mengikuti proses seleksi.
Bagan 2. Pola Rekruitmen Peserta Kelas Industri
13
Selanjutnya dilakukan seleksi potensi akademis berupa tes tulis dengan materi pengetahuan dasar dan bahasa inggris. Bagi mahasiswa yang lulus seleksi dapat melakukan tahapan selanjutnya berupa persetujuan dari orang tua wali dan kesanggupan mengikuti pendidikan selanjutnya. Bagi mahasiswa yang tidak lulus seleksi selanjutnya dapat mengikuti perkuliahan reguler seperti biasanya. c. Pembiayaan Pembiayaan sebagai salah satu faktor penting pendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, perlu mendapat perhatian yang cukup serius. Pembagian dana dapat dilakukan berdasarkan sumber dana yang didapatkan dari mahasiswa atau berdasarkan dana kebutuhan pendidikan. Dalam rintisan kegiatan Kelas Industri ini pendanaan sepenuhnya diambil dari mahasiswa dengan beban selama satu semester biaya masing-masing mahasiswa adalah sebesar Rp. 350.000,- yang dapat digunakan untuk pembiayaan operasional selama mahasiswa mengikuti proses pendidikan di industri yang bersangkutan.
4.6. Aspek Evaluasi Dalam menilai tingkat keberhasilan program dan pencapaian mahasiswa terhadap kompetensi, dibutuhkan metoda evaluasi yang komprehensif. Oleh karenanya pada proposal program kelas industri diusulkan untuk dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap tingkat keberhasilan mahasiswa. Seperti tampak pada gambar evaluasi dilakukan oleh industri yang bersangkutan dengan mengikuti pola standar berdasarkan kurikulum Prodi Pendidikan Teknik Mesin FKIP UST Yogyakarta. Untuk menilai kompetensi siswa dilakukan evaluasi akhir, apabila seorang mahasiswa dinyatakan lulus berdasarkan standar kompetensi industri bersangkutan, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan nilai PI sesuai bobot sks yang ada dan setifikat. Sementara bagi yang tidak berhasil, maka tidak berhak atas sertifikat dan wajib menempuh Mata Kuliah PI
14
Bagan 3. Pola Evaluasi Kelas Industri 5. Kesimpulan Sebagai lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon juru dan guru Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FKIP UST Yogyakarta perlu menerapkan pembelajaran berbasis kerja (work Based Learning).
Pelaksanaan work based learning disamping
dilaksanakan dalam perkuliahan di kampus juga perlu dilaksanakan dalam bentuk kelas industri. Dalam pelaksanaan work based learning ini perlu digandeng industri yang relevan. Dengan kelas industry mahasiswa dituntut untuk melaksanakan 3 hari perkuliahan dikampus dan 3 hari praktek kerja di bengkel/industry perminggunya. Pelaksanaan kelas industry dilaksanakan selama 2 semester, yaitu semester V dan semester VI. Dengan sistem ini pada semester VII mahasiswa dapat focus pada pelaksanaan PPL II. Dengan demikian pelaksanaan PPL II dapat dilakukan pada waktu yang lebih panjang dan lebih efektif. Selanjutnya pada semester VIII mahasiswa tinggal focus pada tugas akhir (skripsi). Dengan sistem ini diharapkan Prodi Pendidikan teknik mesin dapat menghasilkan lulusan yang professional dan tepat waktu dengan biaya yang murah.
15
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi dan administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Depdiknas. 2001. Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta Ditjen Dikdasmen Dit Dikmenjur. Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., 1999, Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Joseph A. Raelin. 2008. Works Based Learning : Bridging knowledge and action in the work place. San Fransisco : Jassey Bass Nana Sudjana. 2004. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algerindo Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta Peraturan Pemerintah. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta Proser, C. A., & Allen, C.R., 1950. Vocational Education in a Deocracy. : Centuri
New York
Slamet Priyanto . 2011. Pendidikan Teknik Mesin UST : Work Based Learning (WBL). Dalam Sudartomo Macaryus dan Siti Anafiah : Pendidikan Mencerdaskan dan Membudayakan. Yogyakarta : FKIP UST bekerja sama dengan Kepel Press Wardiman Djojyonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta : PT. Djaya Agung Offset.
Undang – Undang. 2003. Undang - Undang No.14 Ttahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta Undang – Undang. 2005. Undang - Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta Depdiknas
16
Biodata penulis Rabiman, lahir di klaten, tanggal 17 April 1975. Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif di UNY pada tahun 2000. Saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Program Pascasarjana UNY. Sejak tahun 2010 menjadi Dosen Negeri Dipekerjakan di Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UST. Email :
[email protected]